EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH).

(1)

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (Strategi Pengukuhan Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi

Komunikasi Dan Penyiaran Islam (S. Kom. I.)

Oleh:

Mohammad Machrus NIM. B01212042

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM JURUSAN KOMUNIKASI

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika UIN Sunan Ampel Surabaya, yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Mohammad Machrus

NIM : B01212042

Fakultas/Jurusan : Dakwah dan Komunikasi / Komunikasi dan Penyiaran Islam

E-mail address : cruzmohammad@gmail.com

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif atas karya ilmiah :

Skripsi Tesis Desertasi Lain-lain (………)

yang berjudul :

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH

(STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH)

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Ekslusif ini Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya berhak menyimpan, mengalih-media/format-kan, mengelolahnya dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikannya, dan menampilkan/mempublikasikannya di Internet atau media lain secara fulltext untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan atau penerbit yang bersangkutan.

Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi, tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ilmiah saya ini.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 22 Agustus 2016

Penulis

( Mohammad Machrus )

nama terang dan tanda tangan

KEMENTERIAN AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

PERPUSTAKAAN

Jl. Jend. A. Yani 117 Surabaya 60237 Telp. 031-8431972 Fax.031-8413300 E-Mail: perpus@uinsby.ac.id


(6)

i ABSTRAK

Mohammad Machrus, NIM B01212042, 2016, Eksistensi TV9 Sebagai Media Dakwah (Strategi Mengukuhkan Eksistensi TV9 Surabaya Sebagai Media Dakwah).Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Strategi, eksistensi, media dakwah, televisi.

Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas strategi TV9 Surabaya dalam mengukuhkan eksistensi sebagai media dakwah.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan menggunakan pendekatan fenomenologi. Dengan pendekatan teori komunikasi massa demokratik-partisipan, teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan triangulasi.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah tidak lepas dari kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin berkembang. Jajaran direksi memanfaatkan dengan baik hal ini dengan mengembangkan televisi islam ditengah industri informasi, berjejaring, mendekatkan diri ke pemirsa dan mengembangkan kemampuan diri. Itu adalah bentuk eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Bentuk dari strateginya adalah memperkuat konten keislaman aswaja Nahdlatul Ulama, variasi program dan membuat konsep baru tayangan televisi dan menghadirkan pengajian di layar kaca.

Berdasarkan masalah dan kesimpulan, penelitian ini belum sepenuhnya menjawab keseluruhan strategi mengukuhkan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Kiranya penelitian selanjutnya dapat meneliti hal yang lebih spesifik dari penelitian ini ataupun bisa diperluas lagi seperti meneliti tentang logo atau mengkomparasikan antar media. Karena ruang lingkup penelitian ini hanya sebatas satu media televisi saja.


(7)

i DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Pernyataan Pertanggungjawaban Penulisan Skripsi ... ii

Persetujuan Pembimbing ... iii

Pengesahan Tim Penguji ... iv

Motto Dan Persembahan... v

Abstrak... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 7

Manfaat Penelitian ... 8

Konseptualisasi ... 8

Sistematika Pembahasan ... 10

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 12

Kajian Kepustakaan ... 12

Strategi ... 12

Media Dakwah ... 21

Televisi ... 27


(8)

ii

BAB III : METODE PENELITIAN ... 38

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38

Kehadiran Peneliti ... 40

Setting Penelitian ... 41

Sumber Data ... 42

Pengumpulan Data ... 43

Analisis Data ... 46

Pengecekan Keabsahan Data ... 47

Tahapan Penelitian ... 48

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 52

Setting Penelitian ... 52

Penyajian Data ... 62

Temuan Penelitian dan Analisis Data ... 75

BAB V : PENUTUP ... 83

Kesimpulan ... 83

Saran ... 85

Daftar Pustaka Lampiran-lampiran


(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hegemoni dunia barat dalam bidang politik, militer, ekonomi, dan kebudayaan yang bernuansa ketidakadilan terhadap negara-negara Islam, telah membangkitkan reaksi militan dari kelompok-kelompok muslim diberbagai belahan dunia.1 Karenanya harus ada peradaban baru yang menyempurnakan kemajuan material dan berkesinambungan di dalamanya. Peradaban baru itu juga harus dapat menggiring manusia kepada kehidupan spiritual yang maju agar ia selalu menjaga keseimbangan antara dua kehidupan itu dan tidak membiarkan salah satunya melampaui yang lain.2 Perkembangan spiritual keagamaan tidak bisa lepas dari adanya suatu media. Di era globalisasi ini banyak bermunculan media massa dan media baru. Hal ini tentunya membuat masyarakat dituntut cerdas dalam menghadapi kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Saat ini media yang sangat digandrungi adalah media internet, melalui internet semuanya bisa didapatkan, mulai dari yang berbentuk video, tuisan, suara, gambar dan lain sebagainya.

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari media yang berupa televisi. Setiap saat, kapan pun saat ada waktu

1

Dault Adhyaksa,Islam dan Nasionalisme,(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005), Hal.. 132

2

As-Siba I Mustafa,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok,(Jakarta: Gema Insani Press, 1993), Hal. 25


(10)

kosong sudah pasti barang yang dicari adalah televisi. Melalui media ini banyak ditemukan beragam informasi yang dibutuhkan. Mulai dari makanan, gaya hidup, berita baik luar maupun dalam negeri dan tontonan yang menghibur seperti sinetron. Di Indonesia ada banyak stasiun televisi yang mengudara secara nasional. Namun tidak sedikit pula stasiun televisi lokal yang saat ini terus berkembang. Dengan adanya televisi lokal, faktor kedekatan jadi alasan utama masyarakat lebih menggandrunginya. Kehadiran televisi lokal khususnya di Jawa Timur turut meramaikan dunia penyiaran lembaga penyiaran di daerah tersebut yang kini diramaikan oleh sekitar 37 TV lokal. Kehadiran mereka akan menambah variasi atau pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi, hiburan, dan pendidikan.

Media televisi tidak lepas sebagai media komunikasi, komunikasi media televisi ialah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikakan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu komunikasi televisi. Komunikasi massa media televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi media massa tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks serta pembiyaan yang besar. Karena media televisi yang

bersifat “transitori” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi media televisi tersebut bukan hanya dapat didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak.


(11)

Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut telah menguasai jarak geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar, sehingga pola-pola kehidupan rutinitas manusia sebelum muncul televisi berubah total sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (new religion) bagi kehidupan manusia. Namun sebagai umat Islam hendaknya mencerna dahulu berita atau konten yang dimuat oleh televisi. Menerima begitu saja berita-berita dari mereka yang sulit dibedakan antara yang benar dengan yang dusta, semuanya harus ditinggalkan. Perbuatan tersebut termasuk dalam larangan Allah menyerupai golongan ahli kitab.3

Televisi sebagai media menyebarkan agama Islam bisa membuat muballigh berpikir mengikuti perkembangan zaman. Diperlukan inovasi-inovasi yang mutakhir agar kegiatan berdakwah bisa tepat sasaran agar

mendapat ridho dari Allah SWT. Da’i diperintahkan untuk menyeru manusia menuju jalan Allah dengan hikmah dan dengan hal-hal yang baik. Sebagaimana diterangkan di Al-Qur’an Surat An-Nahl Ayat 125 yang berbunyi :

                                           3

Adh-Dhabi I Muhammad bin Ali,Bahaya Mengekor Non Mislim, (Yogyakarta: Media Hidayah, 2003), Hal. 39


(12)

Artinya :

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.4

Mengajak manusia untuk mengikuti agama yang diridhoi Allah SWT. dengan tanpa menggunakan kekerasan sangat sesuai dengan media

televisi. Karena antara da’i dan mad’u tidak ada kontak langsung. Seorang da’i yang sedang berdakwah bisa berada disatu tempat saja dan

bisa disaksikan oleh mad’u dari seluruh penjuru melalui pesawat televisi.

Televisi lokal bisa menjadi mimbar perdebatan masyarakat lokal mengenai isu-isu atau persoalan-persoalan lokal yang sedang dihadapi. Selain itu, keberadaan televisi lokal dapat menjadi sarana pengembangan potensi daerah, sehingga daerah pada gilirannya menjadi lebih maju dan sejahtera melalui pengembangan perekonomian rakyat. Dari perspektif Otonomi Daerah, kehadiran televisi lokal dapat mengurangi sentralisme informasi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 32/ 2002 tentang Penyiaran yang merevisi UU Penyiaran terdahulu (UU No. 24/1997) yang kental sekali dengan kekuasaan. Hukum itu diciptakan

4

Departemen Agama RI,Al-Qur an dan terjemahannya,(Jakarta: PT. Syamil Cipta Media), Hal. 281


(13)

untuk memelihara hak dan tanggungjawab, baik berkaitan dengan masalah individu, kelompok masyarakat, maupun suatu lembaga.5

Lewat televisi lokal dan televisi berjaringan yang sudah diatur secara hukum, pemirsa tidak hanya dijejali informasi, budaya, dan gaya hidup ala Jakarta dan ala Barat. Pemirsa akan lebih banyak menyaksikan berbagai peristiwa dan dinamika di daerah dan lingkungannya. Dalam penyiaran suatu televisi lokal, dibutuhkan kerjasama dalam organisasi/antar divisi dalam team yang telah ditentukan. Kualitas dan maksimalitas pola komunikasi organisasi menentukan eksistensi stasiun TV lokal khususnya yang berbasis religi. Namun yang paling penting adalah peran pemimpin dalam mengkoordinasi bawahannya. Sifat yang harus dimiliki pemimpin yakni : mengenal dakwah, mengenal diri, perhatian yang utuh, teladan yang baik, pandangan yang tajam, kemauan yang kuat, fitrah yang mengundang simpati dan optimisme.6

Seluruh perusahaan dan mata pencaharian yang dapat menutupi kebutuhan masyarakat atau yang dapat mendatangkan manfaat yang nyata, maka semua itu termasuk amal saleh apabila semua itu dilakukan dengan ikhlas dan dlaksanakan menurut perintah agama.7 Televisi komersial yang lebih mengutamakan berjualan produk, dalam hal ini adalah program acara, dengan mengandalkan program-program hiburan atau entertaimen dan news untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. 5

Syarifin Pipin,Pengantar Ilmu Hukum,(Bandung: Pustaka Setia, 1998), Hal. 12 6

Yakan Fathi,Yang Berjatuhan Dijalan Da wah,(Jakarta: Al-I tishom Cahaya Umat, 2001), hlm. 70-73

7

Hamidy Mu amal,Halal dan Haram Dalam Islam(trjmh),(Surabaya: PT. Bina Ilmu) hlm. 178


(14)

Ini dilakukan dengan cara mencari selera masyarakat sehingga program acara banyak ditonton dan mendatangkan iklan. Sehingga banyak profit yang masuk ke televisi tersebut.

Di Indonesia ada banyak media yang berdiri karena kepentingan pemilik saham terbanyak. Audien dibuat tidak berdaya dengan keadaan seperti ini.Saat ini banyak media yang hanya menampilkan hiburan dari pada konten mendidik yang dapat mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan amanat pembukaan undang-undang dasar 1945 alinea ke empat.Namun tidak hanya media televisi, kasus seperi ini juga terjadi pada media lain seperti Koran, radio dan lain sebagainya. Pada saat musim pemilihan, dari kepala daaerah hingga presiden, kebanyakan media berat sebelah dalam memberitakan kualitas dan kuantitas antar calon.

Di Jawa Timur khususnya di Surabaya ada satu stasiun televisi yakni TV9. Stasiun ini bisa dikatakan satu-satunya televisi lokal Surabaya yang konten siarannya hampir separuh lebih mengandung unsur dakwah Islami. Strategi dan caranya tentu mempunyai usaha yang lebih keras dibandingkan stasiun televisi yang lainnya. Walaupun televisi lokal maupun yang mengudara secara nasional juga mempunyai acara sendiri tentang dakwah tapi hanya sebagian kecil saja. Didalam acara TV9 banyak terdapat pengajian dari pondok pesantren terkemuka di Jawa Timur. Dirasa tepat menggunakan televisi sebagai media dakwah yang kian hari semakin berkembang metode dakwahnya.


(15)

Dipelosok daerah yang ibu kota provinsinya Surabaya ini banyak yang kurang mengerti tentang media tersebut. Maka dirasa perlu untuk diketahui apa penyebab ketidak tahuannya. Dan perlu diketahui juga apa saja upaya yang dilakukan staf dan manajemen dibalik layar dalam memperkuat kedudukannya sebagai televisi yang beraliran Islami. Tentunya bukan perkara yang mudah dalam mempertahankan eksistensi televisi sebagai media dakwah. Maka dari itu perlu diapresiasi atas kerja keras para pekerja seni yang berdiri tegak menopang kesuksesan medianya. Sungguh perbuatan yang sangat mulia, bisa menyebar luaskan agama yang diridhoi Allah sambil bekerja.

B. Rumusan Masalah

Untuk mengetahui fokus dan gambaran penelitian ini, maka rumusan masalahnya.

Bagaimana strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi sebagai media dakwah ?

C. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui strategi TV9 Surabaya dalam pengukuhan eksistensi sebagai media dakwah.


(16)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi pembaca, diharapkan melalui penelitian ini secara teori maupun lapangan dapat memberikan wawasan dan dapat mengembangkan diri serta meningkatkan profesionalitas pembaca dibidang komunikasi dan penyiaran Islam.

b. Bagi peneliti, dari penelitian ini dapat memberikan tambahan keilmuan tentang dakwah Islam di Indonesia.

c. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih keilmuan terhadap fakultas dakwah dan komunikasi khususnya program studi komunikasi dan penyiaran Islam.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini nantinya bisa dijadikan pengalaman pribadi penulis sendiri juga para pembaca, media dakwah dan lembaga-lembaga dakwah.

E. Konseptualisasi

Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengertian terhadap penulisan skripsi, penting adanya penegasan istilah yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut. Adapun istilah-istilah yang penulis tegaskan pengertiannya adalah sebagai berikut:

1. Strategi Pengukuhan, Strategi merupakan sekumpulan cara untuk mencapai sesuatu.8 Sedangkan pengukuhan menurut Kamus Besar

8


(17)

Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan mengukuhkan. Jadi strategi pengukuhan ialah sekumpulan cara atau siasat secara keseluruhan untuk menguatkan atau memperkuat sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan sebuah perencanaan dalam kurun waktu tertentu.

2. Eksistensi TV9 Surabaya, Eksistensi merupakan sesuatu yang dikaitkan dengan keberadaan; adanya; kehadiran.9 Sedangkan TV9 Surabaya yakni salah satu televisi lokal yang bermarkas di Jl. Raya Darmo No. 96 Surabaya.

Jadi eksistensi TV9 Surabaya adalah keberadaan sebuah media televisi lokal yang berbasis di Jawa Timur yang beraliran Islam

Ahlussunnah Wal Jamaah Nahdlatul Ulama. TV9 berada dibawa

naungan PT. Dakwah Inti Media dan KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S. H., MM. sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31 Januari 2010 yang bertepatan dengan peringatan Hari Lahir ke-84 Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo. TV9 berada dichanel 42 UHF untuk situs web bisa diakses melaluiwww.tv9.co.iddan mempunyai slogan santun menyejukkan.

9


(18)

3. Media Dakwah, Media yakni perantara10 sedangkan dakwah yaitu penerangan agama Islam.11 Media (wasilah) dakwah yaitu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran Islam)

kepada mad’u.12

Jadi media dakwah yakni alat yang digunakan untuk

menyampaikan ajaran Islam kepada umat. Dalam arti yang lebih sempit, media dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu berarti media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya tujuan berdakwah dengan menggunakan TV sebagai media dakwah.

F. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas pada pembahasan skripsi, peneliti akan menguraikan pembahasannya. Adapun sistematika pembahasan pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang masalah penelitian, fokus penelitian yang berbentuk rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti, manfaat yang diharapkan dalam penelitian, konseptualisasi yang merupakan penjelasan dari judul dan sistematika pembahasan agar penelitian lebih sistematis.

10

Tim Prima Pena,Kamus Ilmiah Populer,(Surabaya: Gitamedia Press, 2006), Hal. 302 11

Ibid,Hal. 76 12


(19)

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN

Pada bab ini akan menjelaskan tentang kepustakaan yang membahas tentang strategi, media dakwah, televisi, kerangka teori dan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini menerangkan tentang pendekatan dan jenis penelitian yang akan dipakai. Subyek penelitian, jenis penelitian dan sumber data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data serta teknik pemeriksaan keabsahan data.

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Pada bab ini akan menjelaskan beberapa hal, yakni : Setting penelitian, Penyajian data dan Temuan Penelitian .

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan skripsi yang nantinya akan memuat simpulan dan saran serta dokumen-dokumen terkait penelitian ini.


(20)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kajian Pustaka

1. Strategi

a. Definisi Strategi

Strategi adalah rencana komprehensif untuk mencapai tujuan organisasi. Sebaliknya, manajemen strategis adalah cara untuk menanggapi peluang dan tantangan bisnis, manajemen strategis merupakan proses manajemen yang komprehensif dan berkelanjutan yang ditujukan untuk memformulasikan dan mengimplementasikan strategi yang efektif. Terakhir, strategi yang efektif adalah strategi yang mendorong terciptanya keselarasan yang sempurna antara organsasi dengan lingkungannya dan dengan pencapaian tujuan strategisya.1

b. Komponen Strategi

Secara umum, strategi yang disusun dengan baik meliputi tiga bidang: kompetensi unggulan, ruang lingkup, dan alokasi sumber daya. Komponen unggulan adalah sesuatu yang dapat dilakukan dengan sangat baik oleh organisasi. Ruang lingkup dari suatu strategi merinci rentang pasar di mana suatu perusahaan/organisasi akan bersaing. Sebuah strategi seharusnya juga mencakup garis besar dari alokasi sumber daya organisasi

1


(21)

yang telah diproyeksikan bagaimana perusahaan akan mendistribusikan sumber-sumber dayanya diantara bidang-bidang yang merupakan lahan persaingannya.

c. Jenis Alternatif Strategi

Sebagian besar bisnis di masa sekarang juga mengembangkan strategi pada dua tingkat yang berbeda. Kedua tingkat tersebut memberikan kombinasi yang kaya dari berbagai pilihan strategi bagi organisasi. Strategi tingkat bisnis adalah serangkaian stretegi alternatif yang dipilih organisasi pada saat organisasi terebut berbisnis dalam suatu industri atau pasar tertentu. Alternatif semacam itu membantu organisasi untuk memfokuskan usaha persaingannya dalam setiap industri atau pasar pada suatu target. Strategi tingkat korporasi adalah serangkaian alternatif strategi yang dipilih organisasi pada saat organisasi mengelolah operasinya secara simultan dibeberapa industri atau dibeberapa pasar.

d. Formulasi dan Implementasi Strategi

Perlu ditarik suatu garis pemisah antara formulasi strategi dan implementasi strategi. Formulasi strategi adalah serangkaian proses yang terlibat dalam penciptaan atau penentu strategi organisasi, sementara

implementasi strategi adalah metode yang digunakan untuk

mengoperasionalkan atau melaksanakan strategi dalam organisasi. Perbedaan utama antara kedua hal tersebut sejalan dengan perbandingan


(22)

antara isi dengan proses: tahap formulasi menentukan isi strategi, dan tahap implementasi berfokus pada bagaimana strategi dicapai.

Terkadang proses memformulasikan dan mengimplementasikan strategi merupakan proses yang rasional, sistematis, dan direncanakan dan sering kali disebut sebagai strategi terencana yakni suatu rencana yang dipilih dan diimplementasikan untuk mendukung tujuan tertentu. Namun, dilain waktu, organisasi menggunakan suatu strategi emergensi yakni suatu pola tindakan yang berkembang sepanjang waktu dalam suatu organisasi karena ketiadaan misi dan tujuan, atau terlepas dari misi dan

tujuan. Mengimplementasikan strategi emergensi melaibatkan

pengalokasian sumber daya walaupun suatu organisasi tidak secara eksplisit memilih strategi tersebut.14

e. Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi terdiri atas penentuan cakupan besaran keberhasilan (kualitatif dan kuantitatif) dalam pencapaian strategi perusahaan. Sebagai suatu upaya sistematis, pengendalian strategi terdiri atas langkah-langkah untuk (1) menetapkan standar dan metode pengukuran prestasi kerja (kinerja); (2) membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; (3) menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan (4) mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk

14


(23)

menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.

f. Strategi Pengukuhan Eksistensi

Strategi adalah rencana yang telah disusun secara komprehensif untuk mencapai tujuan tertentu suatu organisasi atau lembaga dalam menasbihkan keberadaannya. Eksistensi memerlukan usaha yang lebih agar keberadaan suatu organisasi atau lembaga diakui keberadaannya oleh masyarakat. Dengan melakukan berbagai macam strategi, diharapkan bisa mendapat pengakuan dari masyarakat tentang ada atau tidaknya suatu organisasi atau lembaga.

1. Menetapkan Standar dan Metode Pengukuran Prestasi Kerja

Standar yang dimaksud adalah kriteria yang sederhana untuk prestasi kerja. Yakni titik-titik yang terpilih di dalam seluruh program untuk mengukur prestasi kerja tersebut guna memberikan tanda kepada manajer tentang perkembangan yang terjadi dalam perusahaan itu tanpa perlu mengawasi setiap langkah untuk proses pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan. Parameter yang digunakan diturunkan dari strategi induk perusahaan.

2. Melakukan Pengukuran Prestasi Kerja

Langkah kedua adalah mengukur, atau kalau tidak, mengevaluasi prestasi kerja terhadap standar yang telah ditentukan.Sekalipun tidak selalu dapat dilaksanakan dalam praktik, pengukuran prestasi kerja terhadap


(24)

standar secara ideal hendaknya dilakukan atas dasar pandangan ke depan, sehingga penyimpangan-penyimpangan yang mungkin terjadi dari standar dapat diketahui lebih dahulu. Jika tidak memiliki kemampuan seperti itu, penyimpangan-penyimpangan harus dapat diketahui sedini mungkin.

3. Membandingkan Prestasi Kerja Dengan Standar

Setelah dua proses sebelumnya dilalui, yang perlu dilakukan pada langkah ini adalah membandingkan hasil pengukuran dengan target atau standar yang telah ditetapkan. Bila prestasi sesuai dengan standar, manajer akan menilai bahwa segala sesuatunya berada dalam kendali.

4. Mengambil Tindakan Korektif

Proses pengendalian tidak lengkap, jika tidak diambil tindakan untuk membetulkan penyimpangan yang terjadi. Jika standar ditetapkan untuk mencerminkan struktur organisasi dan apabia prestasi kerja diukur dalam standar ini, maka pembetulan terhadap penyimpangan yang negatif dapat dipercepat, karena manajer sudah mengetahui dengan tepat, terhadap bagian manakah dari pelaksanaan tugas oleh individu atau kelompok kerja, tindakan koreksi itu harus dikenakan.15

Ada beberapa strategi lain yang andil dalam Pengukuhan eksistensi televisi sebagai media dakwah, yakni:

15

Muhammad Ismail Yusanto,Manajemen Strategis Perspektif Syariah,(Jakarta: Khairul Bayan, 2003) Hal. 145-146


(25)

a. Strategi Program

Departemen program dan manajer program stasiun penyiaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam menunjang keberhasilan stasiun penyiaran. Pada bagian ini, kita akan mebahas strategi program yang ditinjau dari aspek manajemen atau sering juga disebut dengan manajeman strategis (management strategic) program siaran yang terdiri dari:

1. Perencanaan program

2. Produksi dan pembelian program

3. Eksekusi program

4. Pengawasan dan evaluasi program16

b. Stategi Penayangan

bagian program suatu media penyiaran harus menyadari suatu prinsip dasar dalam mengelola program siarannya bahwa setiap menit dalam setiap hari waktu siaran memiliki perhitungan sendiri. Ada audien untuk setiap waktu siaran selama 24 jam sehari dan ada persaingan untuk merebut audien itu dalam setiap menitnya. Program siaran tidak hanya bersaing dengan program siaran sejenis tetapi juga dengan media lainnya. Program siaran juga harus bersaing dengan waktu makan, membaca buku,

16


(26)

dan kegiatan pribadi lainnya yang dilakukan audien di rumah atau di mana saja.

Salah satu strategi agar audien tidak pindah saluran adalah dengan menampilkan cuplikan atau bagian dari suatu acara yang bersifat paling dramatis, mengandung ketegangan, menggoda dan memancing rasa penasaran yang hanya bisa terjawab atau terpecahkan jika tetap mengikuti saluran itu. Dengan strategi ini, audien diharapkan tidak akan pindah saluran jika ia tidak ingin beresiko kehilangan momen atau gambar yang menimbulkan rasa penasarannya itu.

Stasiun penyiaran tidak disarankan untuk menempatkan seluruh acara yang diminati secara bergandengan tetapi harus disebar atau diselang-selingkan dengan acara yang kurang populer. Dengan cara seperti ini diharapkan acara yang kurang populer itu mendapat perhatian pula dari audien.17

c. Strategi Siaran Iklan

Pemasang iklan yang membeli waktu siaran untuk menayangkan iklan, maka sebenarnya pemasang iklan mencoba menarik perhatian audien yang tengah mengikuti program siaran tempat iklan itu ditayangkan. Dengan demikian, audien sebenarnya lebih tertarik kepada program siaran dan bukan kepada iklan yang muncul pada program siaran itu. Pemasang iklan harus memilliki strategi agar iklan yang disiarkan

17


(27)

dapat mencapai sasarannya, yaitu para pembeli potensial secara efektif dan efisien.18

d. Strategi Pemasaran

Tugas bagian pemasaran adalah meyakinkan calon pemasang iklan bahwa uang yang dikeluarkan untuk memasang iklan itu tidak akan percuma dan tentu saja akan memberikan hasil yang diharapkan. Untuk itu, bagian pemasaran harus pro aktif mendekati calon klien. Hal ini tentu saja tidak dapat dilakukan jika staf pemasaran hanya duduk di kantor. Cukup banyak staf pemasaran suatu stasiun penyiaran yang jarang meninggalkan kantor dan lebih suka menunggu telepon dari pemasang iklan. Sungguh ini bisa menjadi penantian yang panjang.

Salah satu prinsip yang perlu diikuti dalam pemasaran adalah mengenali pasar dan mengenali usaha atau bisnis yang dilakukan calon pemasang iklan (klien).Tugas pertama staf pemasaran ialah menemukan calon klien. Kemudian mulailah melakukan persiapan dengan melakukan riset dengan benar sehingga bagian pemasaran mendapatkan peluang bagus untuk meyakinkan klien untuk membeli slot iklan.19

Dalam marketing modern perlu lebih banyak dikembangkan sebuah produk yang baik, menetapkan harga secara menarik, dan bisa terjangkau oleh konsumen sasaran. Selanjutnya, perusahan juga harus

18

IbidHal. 425 19


(28)

berkomunikasi dengan para pelanggannya. Hal yang akan

dikomunikasikan harus disiapkan dan dirancang dengan baik dan tidak boleh bersifat untung-untungan.

Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, perusahaan bisa membayar perusahaan iklan untuk menyusun iklan yang efektif, ahli promosi penjualan untuk merancang program perangsang penjualan, dan hubungan perusahaan dengan masyarakat untuk meningkatkan citra perusahaan.

Pengendalian perusahaan tidak lagi dapat dilakukan hanya berdasarkan intuisi atau pengalaman saja, namun pengetahuan menjadi faktor penting lain yang perlu dipadukan. Maka dalam kondisi resesi seperti yang kita hadapi saat ini, tugas manajemen dalam mengendalikan perusahaan pemasar menjadi lebih berat lagi. Untuk mencapai tujuan perusahaan, dibutuhkan koordinasi yang baik dari semua fungsi manajemen.

Pada dasarnya semua fungsi tersebut sama pentingnya sebagai suatu sistem, namun pemasaran merupakan fungsi yang mempunyai intensitas hubungan paling besar dengan lingkungan eksternal, padahal justru dalam lingkungan itulah perusahaan mempunyai keterbatasan yang paling besar dalam pengendaliannya. Maka seringkali dikatakan bahwa pemasaran merupakan urat nadi perusahaan, dalam arti sangat kritis


(29)

kedudukannya dalam menentukan kelangsungan hidup perusahaan dan berperan penting dalam pengembangan strategi.20

2. Media Dakwah

a. Pengertian Media Dakwah

Arti istilah media bila dilihat dari asal katanya (etimilogi), berasal

dari bahasa latin yaitu “median”, yang berarti alat perantara. Sedangkan

kata media merupakan jamak dari pada kata median tersebut.Pengertian semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan demikian media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan. Media dakwah ini dapat berupa barang (material), orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.21 Media pada dasarnya adalah cermin dan refleksi dari masyarakat secara umum.Karena itu, media bukanlah saluran yang bebas, dia juga subjek yang mengkonstruksikan realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya.22

Pakar dakwah Syekh Ali Mahfuz mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat. Pengertian dakwah yang dimaksud, menurut Ali Mahfuz lebih dari sekedar

20

Samsul Anam,Diktat Mata Kuliah Pengantar Manajemen Dakwah

21 16

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163

22


(30)

ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentifikasikan dengan keduanya. Dakwah juga meliputi tulisan (bi al-qalam) dan perbuatan sekaligus keteladanan (bi al-hal wa al-qudwah), Sayyid Quthub, lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti negara atau ummah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut M. Quraish Shihab diperlukan keinsafan atau kesadaran masyarakat untuk melakukan perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.23

Dengan demikian media dakwah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan mengajak manusia untuk menuju jalan yang diridhoi Allah SWT. Dalam arti yang lebih sempit, media dakwah bisa didefinisikan sebagai alat bantu dakwah. Alat bantu berarti media dakwah mempunyai tugas sebagai penunjang tercapainya tujuan berdakwah. Dari beberapa definisi di atas, maka media dakwah adalah alat yang menjadi perantara penyampaian pesan dakwah kepada mitra dakwah.24

Media dakwah mempunyai peranan yang sangat penting untuk berhasil dan lancarnya berdakwah dan diperlukan suatu pemikiran yang tepat dalam menentukan media apa yang akan digunakan untuk

23

Ilyas Ismail & Prio Hotman,Filsafat dakwah: Rekayasa Membangun Agama dan Peradaban Islam,(Jakarta: Kencana, 2011) Hal. 28-29

24


(31)

berdakwah. Dengan melihat siapa mad’u yang akan dijadikan obyek

dakwah dan bagaimana latar belakang mereka serta golongannya.

Menurut Moh. Ali Aziz media dakwah diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:

1. Media Auditif

Media auditif adalah media yang menekankan pada pendengaran, maksudnya pendengaran menjadi penerima pesan yang utama tanpa harus melihat siapa yang berceramah. Media ini sangat tepat pada orang-orang yang mempunyai kekurangan seperti buta dan orang yang sedang melakukan pekerjaan tanpa harus meninggalkan pekerjaannya karena cukup dengan mendengar mereka faham akan isi dakwah yang disampaikan. Adapun media auditif ini dibagi menjadi dua yaitu radio dan kaset atau tape recorder.

2. Media Visual

Media visual adalah sarana yang dapat ditangkap oleh mata manusia, jenis media ini sangatlah banyak bahkan akan semakin banyak dengan kemajuan teknologi komunikasi yang semakin pesat berkembang. Media ini pada saat ini sangat efektif karena pada saat ini kita bisa menemukan video-video ceramah diinternet dengan bisa langsung melihat wajah

da’inya. Karena tidak dapat dipungkiri pada saat ini penokohan dan semakin banyaknya masyarakat yang menjadi penggemar seorang da’i


(32)

a. Pers : dalam arti sempit pers adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya.

b. Majalah : majalah juga memiliki kekuatan pengaruh sebagaimana surat kabar.

c. Surat : setiap tulisan yang berisi pernyataan dari penulisnya dan dibuat dengan tujuan penyampaian informasi kepada pihak lain. d. Buku : kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi

satu pada salah satu ujungnya berisi tulisan atau gambar.

e. Poster atau plakat : karya seni atau desain grafis yang memuat komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.

f. Internet : berasal dari kepanjangan international connection networking. Dengan demikian internet adalah suatu sistem jaringan komunikasi yang terhubung di seluruh dunia.

g. SMS (Short Message Service) : sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.

h. Brosur : terbitan tidak berkala yang dapat terdiri dari satu hingga sejumlah kecil halaman, tidak terkait dengan terbitan lain, dan selesai dalam sekali terbit.


(33)

3. Media Audio Visual

Media audio visual adalah media gabungan antara media auditif dengan media visual.Apa saja yang kurang pada media auditif dilengkapi oleh media visual begitu pula sebaliknya, media ini lebih efektif dan modern dari pada media visual dan auditif. Berikut adalah media yang termasuk media audio visual :

a. Televisi : sebuah alat penangkap siaran bergambar.

b. Film : film atau gambar hidup juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema.

c. Sinema Elektronik : lebih dikenal dengan akronim sinetron adalah sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi.

d. Cakram Padat : dalam bahasa inggris disebut Compact Disc, disingat CD adalah sebuah piringan optikal yang digunakan untuk menyimpan data secara digital.25

a. Peranan Media Dakwah

Dalam arti sempit media dakwah dapat diartikan sebagai alat bantu dakwah, atau yang popular didalam proses belajar

mengajar disebut dengan istilah “alat peraga”. Alat bantu berarti media dakwah memiiki peranan atau kedudukan sebagai penunjang tercapainya tujuan. Artinya proses dakwah tanpa adanya media masih dapat mencapai tujuan yang semaksimal mungkin.

25


(34)

Sebenarnya media dakwah ini bukan saja berperan sebagai alat bantu dakwah, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang mana sistem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur) yang komponen satu dengan lainnya saling kait mengkait, bantu membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai peran atau keudukan yang sama dibanding dengan komponen yang lain, seperti metode dakwah, obyek dakwah dan sebagainya. Apalagi dalam penentuan strategi dakwah yang memiliki azas efektifitas dan efisiensi, peranan media dakwah menjadi tampak jelas peranannya.

b. Alasan Pentingnya Media Dakwah

Dakwah adalah suatu proses yang kompleks dan unik. Kompleks artinya didalam proses dakwah mengikut sertakan keseluruhan aspek kepribadian, baik bersifat jasmani maupun rohani. Sedangkan unik artinya didalam proses dakwah sebagai obyek dakwanya terdiri dari berbagai macam perbedaan, seperti berbeda dalam kemampuan, kehendak, sifat, kebudayaan, ideologi, filsafat dan sebagainya.

Hakekat dakwah adalah mempengaruhi dan mengajak manusia untuk mengikuti (menjalankan) ideologi (pengajak)-nya.

Sedangkan pengajak (da’i) sudah barang tentu memiliki tujuan


(35)

tujuan yang efektif dan efisien, da’i harus mengorganisir

komponen-komponen (unsur) dakwah secara baik dan tepat. Salah satu komponen adalah media dakwah.26

3. Televisi

Istilah televisi sendiri terdiri dari “tele” yang berarti jauh dan “visi”

(vision) berarti penglihatan. Sedangkan secara lebih jauhnya, televisi siaran merupakan media dari jaringan dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa, yaitu berlangsung satu arah. Dengan demikian, televisi meruipakan media audio-visual, yang disebut juga media pandang dengar, atau sambil didengar langsung pula dapat dilihat. Oleh karena itu, penanganan produksi siaran televisi jauh lebih rumit, kompleks, dan biaya produksinya pun jauh lebih besar dibanding dengan radio siaran. Karena media televisi bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata.27

Menurut kamus praktis bahasa Indonesia adalah penyiaran, pertunjukan dan sebagainya dengan radio dan dengan alat penerima, pertunjukan tadi diwujudkan sebagai gambar hidup.28 Televisi juga merupakan sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang hitam putih maupun berwarna. Televisi adalah sebuah pengalaman yang kita terima begitu saja. Kendati demikian, televisi juga merupakan sesuatu yang

26

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 163-165

27

Aep Kusnawan, Komunikasi dan Penyiaran Islam,(Bandung: Benang Merah Press, 2004) Hal. 74

28


(36)

membentuk cara berpikir kita tentang dunia. Kehadirannya yang tak terelakan dan sifat alamiahnya yang populis, dimasa lalu menjadi alasan bagi penolakan televisi, karena sifatnya yang sekejap dan tidak berharga. Tetapi sekarang media dan budaya pop telah masuk dalam agenda akademik. Suara miring yang dikumandangkan para penganut budaya tinggi terhadap harga materi televisi menjadi terdengar lucu. Televisi pada hakikatnya adalah sebuah fenomena kultural, sekaligus medium di mana sepenggal aktivitas budaya menjamah kita di dalam rumah. Bagaimanapun juga, televisi sebagai objek studi tidak hanya terkait dengan program.29

a. Sejarah Televisi

Cikal bakal televisi adalah piringan pemindai yang ditemukan oleh Insinyur berkebangsaan Jerman bernama Paul Nipkow (1860-1940). Peralatan Nipkow itu dipakai dari 1923 sampai 1925 di dalam sistem televisi percobaan. Pada 1926, ilmuwan Skotlandia bernama John Logie Baird (1888-1946) menyempurnakan metode pemindaian itu. Pada 1923, Insinyur kelahiran Rusia bernama Vladmir Zworykin (1889-1982) dan warga Amerika Serikat bernama Philo T. Farnsworth (1906-1971) membangun sistem pemindai elektronik yang menjadi prototipe kamera modern.

29

Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,


(37)

Pesawat televisi pertama yang bisa dipakai umum kali pertama di Inggris pada 1923 dan di Amerika Serikat pada 1938. Setelah perang dunia II selesai, peningkatan teknologi dan masyarakat yang semakin sejahtera membuat permintaan televisi meningkat. Pesawat televisi yang terjual mencapai satu juta unit. Di Amerika Serikat, pada awalnya didirikan enam stasiun televisi dan masing-masing hanya melakukan siaran beberapa jam setiap harinya. Menjelang 1948, 34 stasiun mengudara sepanjang hari di 21 kota besar. Sekitar akhir 1950-an jaringan televisi nasional didirikan di hampir setiap negara industri. Ketika abad ke-20 hampir berakhir, televisi memasuki galaksi digital dengan munculnya televisi digital yang dipancarkan dalam bentuk digital (berbasis computer). Dengan semakin bertambah banyaknya televisi kabel pada 1960-an dan layanan satelit siaran pancaran langsung (DBS) pada 1990-an, semakin banyak tersedia saluran dan jenis siaran di seluruh dunia.

Di Indonesia, kehadiran media televisi mulai dipikirkan setelah Indonesia terpilih menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games IV yang dibuka pada 24 Agustus 1962. Pada 1961, Menteri Penerangan pada masa itu R. Maladi sebagai penggagas utama berharap, agar kehadiran media televisi dipesta olahraga itu dapat dipergunakan sebagai langkah awal dari pembangunan media televisi nasional. Usulan itu didukung oleh presiden Soekarno yang memutuskan untuk memasukkannya dalam proyek pembangunan sarana Asian Games IV di bawah pimpinan Letnan Jenderal TNI Suprayogi. Keputusan itu diwujudkan melalui surat


(38)

keputusan Menteri Penerangan No. 20/SKM/1961 tentang pembentukan panitia persiapan televisi (P2T) pada 25 Juli 1961.

Setelah stasiun dan pemancar televisi selesai dibangun pada 22 Agustus 1962, media televisi yang disebut sebagai Televisi Republik Indonesia (TVRI) melakukan tugasnya untuk menyiarkan Asia Games IV dari 24 Agustus 1962 sampai 4 september 1962. Pada saat itu, siaran yang dilakukan terbatas hanya untuk kota Jakarta Raya dan sekitarnya. Kepres No. 318/1962 tentang pengintegrasian TVRI ke dalam Yayasan Gelora Bung Karno menjadi langkah awal TVRI sebagai media televisi nasional. Studio-1 TVRI diresmikan pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun sebagai penyiar perempuan pertama on air.30

Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, disusul kemudian dengan SCTV, Indosiar, ANTV, dan TPI.

Gerakan reformasi pada tahun 1998 telah memicu perkembangan industri media massa khususnya televisi. Seiring dengan itu, kebutuhan masyarakat terhadap informasi juga semakin bertambah. Menjelang tahun 2000 muncul hampir secara serentak lima televisi swasta baru (Metro,

30


(39)

Trans, TV7, Lativi, dan Global) serta beberapa televisi daerah. Tidak ketinggalan pula munculnya televisi berlangganan yang menyajikan berbagai program dalam dan luar negeri.

Setelah undang-undang penyiaran disahkan pada tahun 2002, jumlah televisi baru di Indonesia diperkirakan akan terus bermunculan, khususnya di daerah yang terbagi dalam empat kategori yaitu, televisi publik, swasta, berlangganan dan komunitas. Kini penonton televisi Indonesia benar-benar memiliki banyak pilihan untuk menikmati berbagai program televisi.31

a. Televisi Dan Pemanfaatannya 1. Sebuah Media Keluarga

Mengacu pada percakapan juga memunculkan asumsi bahwa hakikat televisi mencakup pemirsaan keluarga. Barangkali televisi memang mencakup keluarga-keluarga, pasti berlangsung di suatu tempat yang dinamakan rumah. Tetapi buktinya, beberapa keluarga tidak selalu menonton televisi bersama. Lebih penting lagi, hanya 25 persen rumah tangga Inggris yang terdiri dari kedua orang tua dengan satu atau lebih anak. Dan 64 persen dari semua rumah tangga memiliki lebih dari satu pesawat televisi (1996). Jadi, konsep rumah keluarga

memerlukan pemikiran ulang. Persoalan seputar pengalaman

menonton televisi bersama keluarga adalah valid pada saat

mendiskusikan hakikat televisi dan barangkali efek yang

31


(40)

ditimbulkan.Tetapi, persoalan itu tetap perlu diletakkan dalam perspektif.

2. Suatu Media Domestik

John Hartley (1992) menunjukan bahwa televisi pada dasarnya

merupakan media domestik. Menurutnya, rumah secara simultan

adalah konstruk ekonomi dan kultural, yang sebagaimana kita ketahui penting bagi penyiaran dan konsumsi budaya. Ia menunjukan bahwa rumah sebagai unit keluarga individual adalah sebuah kreasi dari abad kedua puluh yang berhubungan dengan potensi kekacauan sosial dan politik yang disebabkan oleh massa urban yang tertekan pada abad kesembilan belas/dua puluh awal. Hiburan dan kesenangan yang bergerak dari jalanan, publik, gedung musik, dan bahkan bioskop menekan arena domestik yang bisa diidentifikasikan dan dikontrol.

3. Sebuah Agen Budaya–Komoditas Budaya

Frasa ini dipakai oleh John Fiske (1987). Fiske berbicara tentang televisi sebagai pendorong dan sirkulator makna-makna. Bagi Fiske, berbagai makna inilah yang menjadi fokus kajian televisi membuat makna-makna yang melayani berbagai kepentingan dominan dalam masyarakat dan mensirkulasikan makna-makna itu di tengah ragam kelompok sosial yang luas yang merupakan khalayaknya. Fiske membedakan kepentingannya sendiri dan definisi tentang televisi dari


(41)

mereka, yang misalnya, melihat sebagai sebuah praktik industrial atau sebagai produsen komoditas yang mencari keuntungan.

Fiske sendiri sesungguhnya, dilain tempat (1991), mendefinisikan televisi sebagai sebuah komoditas budaya (Cultural Commodity). Sebuah program pada level finansial adalah produk yang memiliki harga dan dijual kepada audiens. Namun, pada level kultural, program menjadi jenis produk yang berbeda, di mana audiens memanfaatkan makna-maknanya dan mendefinisikannya berdasarkan nilai budaya.32

4. Televisi Sebagai Media Massa

Dengan berkembangnya teknologi komunikasi dunia kini dirasakan semakin sempit, karena dalam beberapa saat saja kita dapat berhubungan dengan yang lain, walaupun kita di belahan bumi yang berbeda, sehingga rasanya kita berada di dalam suatu tempat di dunia, suatu masyarakat dunia. Akibat dari berkembang pesatnya teknologi komunikasi ini mengakibatkan berkembangnya media massa, bukan saja media elektronik seperti radio dan televisi, tetapi juga merambah ke media cetak.33

32

Graeme Burton,Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,

(Yogyakarta: Jalasutra, 2011), Hal. 15-16 33

Darwanto Sastro Subroto,Produksi Acara Televisi,(Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1992)


(42)

5. Televisi Sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil teknologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun kualitatif.

Media dakwah dengan televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan di banding dengan media-media dakwah lainnya, sebagian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.34

Secara ekstrim, George Gerbner menyebut televisi sebagai agama masyarakat industri. Tafsir sederhananya adalah televisi telah menggeser agama-agama konvensional. Khotbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah agama apa pun. Rumah ibadahnya tersebar di seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh kekhidmatan, dan boleh jadi lebih banyak menggetarkan hati dan mempengaruhi bawah sadar manusia daripada ibadah agama-agama yang ada.35

34

Asmuni Syukir,Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) Hal. 177

35

Asep Muhyiddin,Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia, 2002) Hal. 203


(43)

b. Jangkauan siaran

Berdasarkan jangkauan siaran yang dimiliki, maka stasiun penyiaran dapat dibagi menjadi stasiun penyiaran lokal, stasiun penyiaran nasional dan stasiun jaringan. Masalah jangkauan siaran ini merupakan faktor yang sangat penting bagi pemasang iklan yang merupakan perusahaan atau produsen dalam mempromosikan dan memasarkan produknya (barang dan jasa) kepada khalayak karena terkait dengan wilayah pemasaran yang dimilikinya.

1. Stasiun Lokal

Stasiun penyiaran radio dan televisi lokal merupakan stasiun penyiaran dengan wilayah siaran terkecil yang mencakup satu wilayah kota atau kabupaten. Undang-undang penyiaran menyatakan, bahwa stasiun penyiaran lokal dapat didirikan di lokasi tertentu dalam wilayah negara republik Indonesia dengan wilayah jangkauan siaran terbatas pada lokasi tersebut. Ini berarti syarat atau kriteria suatu stasiun dikategorikan sebagai penyiaran lokal adalah : lokasi sudah ditentukan dan jangkauan siaran terbatas.

Perusahaan lokal tentu saja tidak perlu memasang iklan pada media massa yang memiliki daya jangkau siaran yang meliputi sebagian besar wilayah negara karena tidak efektif dan membutuhkan biaya besar. Perusahaan lokal dapat beriklan di stasiun penyiaran lokal seperti radio atau televisi lokal. Pemasang


(44)

iklan lokal sebaiknya memilih media dengan cakupan siaran yang terbatas pada wilayah pemasaran lokal.

2. Stasiun Nasional

Stasiun penyiaran nasional adalah stasiun radio atau televisi yang menyiarkan programnya ke sebagian besar wilayah negara dari hanya satu stasiun penyiaran saja. Negara-negara yang memiliki sistem penyiaran tersentralisasi atau terpusat biasanya memiliki stasiun radio atau televisi nasional, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Di Indonesia hingga tahun 2007, terdapat 10 stasiun televisi yang berlokasi di Jakarta yang melakukan siaran secara nasional. Sampai tahun 2016 sedikitnya ada 15 media televisi yang melakukan siaran secara nasional. 3. Stasiun Jaringan

Berbagai Stasiun Radio yang pada awalnya memiliki wilayah siaran terbatas di wilayah atau lokalnya masing-masing dan hanya melayani komunitas atau masyarakatnya masing-masing dapat melakukan siaran bersama sehingga membentuk wilayah siaran yang lebih luas.36

36


(45)

B. Penelitian Terdahulu

1. Ditulis oleh Octarina Andanasari NIM B06210083 pada tahun 2014 mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya program studi ilmu komunikasi. Judul skripsi : Strategi SBO dalam memperthankan eksistensi ditengah persaingan televisi lokal Surabaya. Penelitian ini meneliti tentang strategi yang dilakukan oleh SBO TV dalam mempertahankan keberadaannya dalam ketatnya persaingan televisi lokal dengan pendekatan ekonomi media. Adapun persamaannya dengan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang strateginya. Sedangkan perbedaanya yakni dalam konteks obyektifitasnya. Penelitian ini lebih fokus pada hal ekonomi. 2. Ditulis Zahrotus Saidah pada tahun 2012 mahasiswi UIN Sunan Ampel

Surabaya program studi ilmu komunikasi dengan judul : Strategi TV9 Surabaya dalam membangun citra televisi yang santun menyejukkan. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang strategi, sedangkan perbedaannya ialah skripsi ini lebih menekankan pada citranya daripada strateginya.

3. Ditulis oleh Ahmad Saidan pada tahun 2006 mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya program studi komunikasi dan penyiaran islam. dengan judul Fungsi televisi sebagai media dakwah : kajian pemanfaatan televisi sebagai media dakwah Ustadz Haryono. Persamaan dari penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang televisi sebagai media dakwah, sedangkan perbedaannya penelitian ini meneliti tentang fungsinya bukan strateginya.


(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian. Metode penelitian adalah hal yang penting. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah yang sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah tertentu yang diolah, dianalisis, diambil kesimpulan dan selanjutnya dicarikan cara pemecahannya.37

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatau proses yang lama yang bermula dari ketertarikan seseorang untuk mengetahui proses tertentu atau fenomena tertentu, baik dari segi sebab akaibat sesuatau terjadi. Yang selanjutnya yaitu menentukan model penelitian apa yang akan digunakan apakah kualitatif atau kuantitatifyang disesuaikan dengan apa yang akan diteliti.

Pendekatan penelitian yang akan dilakukan adalah fenomenologi. Penelitian ini dipilih karena penelitian kualitatif mempunyai kelebihan dalam penekanan analisis pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan mengunakan logika ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak memerlukan kuantitatif, akan tetapi penekananya tidak pada pengujian hipotesis melainkan pada usaha

37


(47)

menjawab pertanyaan penelitian melaluai cara berfikir formal dan argumentatif.

Penelitian kualitatif digunakan untuk mencari data yang mendalam dengan demikian diharapkan akan lebih mempermudah peneliti dan menganalisis data yang diperoleh pada saat penelitian. Penelitian ini juga mempunyai sikap penyesuaian yang lebih mudah di dalam menghadapi kenyataan-kenyataan ganda yang bersifat kompleks. Dalam penelitian kualitatif terdapat juga unsur hubungan yang intens antara peneliti dengan informan di dalam upaya memperoleh pemahaman yang utuh tentang suatu permasalahan yang akan dikaji.

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitaian yang terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya, sehingga hanya merupakan penyingkapan fakta.38 Proses ini yang menghasilkan data berupa kata-kata yang tertulis atau dari ucapan (lisan) dari para informan yang diamati nantinya berdasarkan fenomena yang ada dilapangan. Data tersebut akan di koreksi kebenarannya.

✕8

Hermawan Warsito,✖ ✗✘ ✙ ✚✘ ✛ ✚✜✢✗✛✣ ✤✣ ✥ ✣ ✙ ✦✖✗✘ ✗✥ ✦✛ ✦ ✚✘, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka


(48)

B. Kehadiran Peneliti

Pada sebuah proses penelitian kualitatif kehadiran peneliti sangatlah penting karena penelitian ini memang menganjurkan peneliti langsung turun ke lapangan penelitian dikarenakan bahan atau data yang diperoleh penelitian kualitatif adalah hasil dari pengamatan, pengambilan rekaman, wawancara, partisipasi, dokumen tertulis, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini peneliti langsung terjun ke lapangan untuk memperoleh data yang akan dicari, seperti ketika mencari data dengan melakukan wawancara peneliti diharuskan datang sendiri dan mengamati secara langsung apa yang dipaparkan oleh informan, dan juga mengamati proses wawancara yang meliputi mimik wajah informan dan kejelasan informasi yang dipaparkan oleh informan.

Dengan melakukan penelitian secara langsung tanpa harus ada perantara dalam mencari data dan informasi mengenai objek penelitian diharapkan data yang didapatpun merupakan data yang valid dan benar-benar nyata, karena dalam penelitian kualitatif, data menjadi sesuatu yang harus terjamin kebenaranya karena data inilah yang akan dikelola dan di analisis kemudian menjadi hasil penelitian.

Pada proses meneliti dan mencari data tentang Strategi Pengukuhan eksistensi TV9 sebagai media dakwah, peneliti secara langsung memberitahukan maksud dan tujuan kepada informan tentang tujuan peneliti untuk melakukan penelitian, pemberitahuan tentang rencana meneliti ini dilakukan peneliti agar data yang terkumpul benar-benar data


(49)

yang valid dan cara peneliti menghormati para informan, melihat para informan adalah para crew stasiun televisi yang beraromakan Islami, yang menurut sudut pandang peneliti bahwa para informan tidak akan memberikan data yang palsu.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini bertempat di studio dan kantor TV9 yang terletak Jl. Raya Darmo No. 96 Surabaya. Tempat ini berdekatan dengan taman yang dinobatkan sebagai taman terindah di Asia Tenggara yakni Taman Bungkul Surabaya. Di jalan Raya darmo juga ada markas besar salah satu supporter terbesar di Jawa Timur yakni Bonek yang mendukung klub kebanggaan mereka Persebaya Surabaya. Perjalanan dari kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ke studio TV9 yang berlokasi di Jalan Raya Darmo tidaklah jauh. Jarak tersebut bisa ditempuh dengan estimasi waktu kurang lebih 20 menit naik kendaraan bermotor tanpa macet.

Dari kampus bisa langsung putar balik di Taman Pelangi kemudian langsung meluncur ke utara lurus mengikuti jalan. Sesampainya di Kebun Binatang Surabaya ambil kanan setelah itu lurus saja mengikuti jalan. Tidak lama kemudian akan ditemui studionya. TV9 berada dibawa naungan PT. Dakwah Inti Media dan KH.Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, S. H., MM. sebagai pemiliknya serta dilaunching pada 31 Januari 2010 yang bertepatan dengan Hari Lahir ke-84 Nahdlatul Ulama. Media ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur Soekarwo. TV9 berada dichanel 42 UHF untuk situs


(50)

web bisa diakses melalui www.tv9.co.id dan mempunyai slogan santun menyejukkan.

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016. Waktu ini dipilih atas dasar pertimbangan seminar proposal skripsi yang dilakukan pada bulan april. Selain itu, pada bulan juni sudah memasuki bulan suci romadhon. Jadi menurut peneliti crew stasiun televisiakan sedikit mengurangi aktifitas di luar ruangan sehingga tidaklah sulit untuk mencari informan.

D. Sumber Data

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah sebuah data yang akan diperoleh dari hasil wawancara dengan informan yaitu crew yang berkompeten dalam penelitian ini. Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa hasil wawancara yang mendalam mengenai strategi Pengukuhan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Adapun informan yang dipilih adalah sebagai berikut:

1. H. A. Hakim Jayli jabatan sebagai Direktur Utama.

2. Mohammad Sururi jabatan sebagai Manajer News dan Pemimpin redaksi. (juga menjadi pimpinan tim riset TV9) 3. Kiswan jabatan sebagai Manajer Program.

4. Merry Damayanti jabatan sebagai Manajer Marketing dan Sales.


(51)

2. Sumber data skunder

Sumber data sekunder adalah data yang akan diperoleh oleh peneliti dari para informan, yang berupa buku, arsip, foto, video dan dokumen yang berkenaan dengan strategi Pengukuhan eksistensi TV9 sebagai media dakwah. Dalam penelitian ini ada sebuah buku yang menjawab sebagian besar penelitian ini. Buku itu berjudul Televisi Kaum Santri karangan Hakim Jayli yang diterbitkan sendiri oleh TV9.

Data sekunder berupa video yang akan peneliti cari di situs Youtube.com, sedangkan arsip, foto dan dokumen bisa dicari di website TV9 yakni www.tv9.co.id. Media internet saat ini sedang digandrungi oleh masyrakat. Jadi, kalau suatu saat atau kapan pun membutuhkan informasi, masyarakat cenderung akan lebih suka menggunakan internet daripada media lainnya. Selain itu, peneliti juga akan melakukan pencarian data kepada para crew lewat media sosial mereka. Semua crew bukan tidak mungkin mengabadikan hasil kerjanya diakun jejaring sosial miliknya seperti : Facebook, Path, Instagram, Youtube, Twitter dan lain-lain.

E. Pengumpulan Data

Berdasarkan manfaat empiris, bahwa pengumpulan data adalah sebuah instrumen yang paling penting dalam penelitian kualitatif.39apabila kita salah dalam melakukan atau mengerjakannya itu akan berdampak fatal

✯✰


(52)

di dalam penelitian ini. Tahap-tahap pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Tujuan peneliti dalam melakukan observasi adalah ingin mengetahui terlebih dahulu keadaan dan situasi tempat yang akan diteliti, dengan begitu peneliti akan lebih faham akan situasi dan kondisi yang ada di tempat penelitian. Selain itu peneliti juga melakukan pengumpulan data menegenai objek penelitian menggunakan metode observasi hal ini dilakukan agar data yang terkumpul benar benar valid dan sesuai dengan keadaan dilapangan.

Observasi mempunyai artimelihat, mengamati, dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.40 Aktivitas yang dilakukan terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian. Dalam hal ini peneliti akan melakukan pengamatan atau observasi terhadap kegiatan ataupun upaya yang dilakukan oleh TV9 sehingga bisa tetap eksis sebagai media dakwah.

▼ ◆

❖P◗❘ ❙❖ ❚◗ ❯❘ P❱❙❲P ❳,❨ ❩❬❭❪❭❫ ❭❴ ❵❛❩❜ ❩❫ ❵ ❬❵❝ ❜❞ ❡ ❝ ❫ ❵❬❝ ❬❵❢,(❣P ❤P◗ ✐P ❥❦P❧ ❚♠ ♥P❖♦♠P❱❘ ❤P,♣ qr r), ❖P❧srtr


(53)

2. Wawancara

Peneliti dalam melaksanakan wawancara pertama-tama akan berbicara seperti biasa, bisa mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai nama informan apabila belum kenal, keadaan informan bagaimana kesehatannya yang sifatnya bisa disebut pemanasan sebelum melakukan wawancara. Pertanyaan itu bertujuan agar terciptanya keakraban yang lebih dekat karena menurut hemat peneliti apabila terjadi keakraban maka data yang dibutuhkan akan mudah didapatkan dan datannya pun akan sesuai dengan keadaan yang ada pada saat itu.

Wawancara akan digunakan untuk menggali secara mendalam dan meluas data atau informasi yang diperlukan, pada saat melakukan proses wawancara peneliti akan mendengarkan apa saja yang disampaikan oleh informan, setelah melakukan proses wawancara terhadap informan maka peneliti akan mencatat jawaban dari subjek, dalam hal ini adalah para informan. Yang meliputi crew TV9 yang mengetahui sepak terjang perusahaan medianya. Adapun bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara semiterstruktur.

Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-dept interview, di mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, di mana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam


(54)

melakukan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan.

Peneliti memilih jenis wawancara ini karena dengan subyek mengetahui tujuan dari wawancara, maka subyek akan merasa nyaman dan terbuka. Selain itu subyek wawancara juga akan bersifat kooperatif karena telah mengetahui maksud dari wawancara. Dengan terbukanya subyek, maka data yang dihasilkan akan lebih maksimal dan membuat peneliti tidak harus berbicara yang tidak penting.

Dari beberapa pertanyan yang diajukan, semuanya akan terus dikembangkan agar memperoleh data yang mendalam. Dari beberapa pertanyaan nantinya akan berkembang lagi pertanyaannya dan akan ada lebih banyak pertanyaannya. Semuanya tergantung dari apa yang diungkapkan oleh narasumber.

F. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dokumentasi, dan bahan-bahan yang lainnya dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.41

41


(55)

Sebagian orang berpendapat analisis data adalah menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena untuk memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut, bisa juga untuk menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial.

G. Pengecekan Keabsahan Data

Ada beberapa cara yang akan dilakukan peneliti yang berkaitan dengan pengumpulan data, tidak menutup kemungkinan nantinya akan terjadi kesalahan yang menyebabkan kurangnya validitas pada penelitian yang dilakukan ini, sebelum dituangkan dalam bentuk laporan, maka nantinya juga perlu adanya pengecekan data dengan teknik sebagai berikut.

a) Ketelitian analisis data

Ketelitian peneliti dalam menganalisa data sangat menentukan dalam pengumpulan data fenomena. Karena dalam penelitian fenomenologis setiap data yang terkumpul dari para narasumber dan dokumen lainnya akan terlebih dahulu diteliti keabsahannya menggunakan kritik internal dan external. Baru setelah itu data tersebut akan dijadikan sebagai sumber data penelitian.

b) Ketekunan wawancara

Dalam melakukan sebuah penelitian dan untuk memperoleh keabsahan data yang tinggi, maka dengan meningkatkan ketekunan dalam melakukan wawancara ini diharapkan peneliti bisa memahami


(56)

semua data-data yang berkaitan penelitian. Hal tersebut menganjurkan peneliti untuk secara mendalam serta tekun dalam mengamati berbagai data-data hasil dari wawancara penelitian tersebut.

c) Triangualasi

Tiangulasi yakni penerapan segi tiga42 atau dapat diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai tehnik pengumpulan data dan berbagai sumber data.43Hal ini dapat dicapai dengan jalan :

a. Membandingkan data hasil pengamatan dangan wawancara. b. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen

yang berkaitan.

H. Tahapan Penelitian

Tahap yang akan dilakukan oleh peneliti adalah tahap pra lapangan, tahap lapangan dan tahap analisis.

1. Tahap pra lapangan adalah tahap yang dipakai peneliti sebelum terjun kelapangan.

Peneliti dalam hal ini mempersiapkan kegiatan dan pertimbangan pra lapangan adalah sebagai berikut:

42

Tim Prima Pena,④⑤ ⑥ ⑦⑧⑨⑩ ⑥ ❶⑤ ❷❸ ❹❺⑦⑩ ❻❼,(Surabaya : Gitamedia Press, 2006) Hal. 479 43


(57)

a. Menyusun rancangan penelitian 1) Latar belakang

2) Kajian kepustakaan yang menghasilkan pokok-pokok. a) Rumusan masalah penelitian.

b) Kesatuan paradigma dengan fokus. c) Pemilihan lapangan penelitian. d) Penentuan judul penelitian. e) Rancangan pengumpulan data. b. Memilih lapangan penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih tempat penelitian di Studio TV9 yang terletak di Jl. Raya Darmo No. 96 Surabaya

c. Mengurus perizinan lapangan

Terkait dengan perijinan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus perizinan ke Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya dan kemudian surat tersebut di sampaikan kepada bagian Manager Office TV9, tujuanya supaya mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti.

d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan

Peneliti langsung meninjau keadaan lapangan dengan langsung ke Studio TV9 yang terletak di Jl. Raya Darmo No. 96 Surabaya dan berbincang-bincang dengan para crew agar menunjukan sifat sopan santun dalam melakukan penelitian.


(58)

e. Memilih dan memanfaatkan informan

Dalam hal ini peneliti meilih crew yang terkait. Adapun informan yang dipilih sudah disebutkan pada sub bab sebelumnya. f. Menyiapkan perlengkapan penelitian

Menyiapkan perlengkapan peneliti yang dimaksud di sini adalah seorang peneliti mempersiapkan keperluan-keperluan yang dibutuhkan dalam penelitian dilapangan berupa bailpoint, pensil, buku catatan, kertas dan lain-lain yang relevan.

g. Etika penelitian

Pada tahapan pra lapangan yang terahir ini peneliti sangat menjaganya karena hal ini menyangkut akhlak sesama muslim. Dengan terjaganya etika sopan santun dalam melakukan penelitian diharapkan terjalinlah suatu kerjasama yang produktif diantara kedua belah pihak.

2. Tahap pekerjaan lapangan adalah tahap kedua yang dipakai oleh peneliti setelah melakukan tahapan pra lapangan maka peneliti menggunakan tahap lapangan.

Setelah penelilti menyusun perencanaan penelitian, peneliti secara langsung terjun kelapangan penelitian dan langsung melakukan

observasi, wawancara atau pengamatan. Sambil menggali dan

mengumpulkan data dan melakukan analisis deangan langkah-langkah sebagai berikut :


(59)

a. Memilah dan meringkas dokumen

b. Pembuatan catatan objektif

c. Pembuatan catatan reflektif

d. Penyimpanan data secara sistematis

e. Analisis data selama proses pengumpulan data

f. Menbuat analisis ringkasan sementara

Dalam tahap pelaksanaan ini. Dibagi menjadi 4 langkah yaitu:

a. Pengumpulan data

b. Pengolahan data

c. Analisis data

d. Penafsiran hasil analisis44

➇➇

➈➉➊➋➉ ➌➉ ➍➎➉➏➐ ➑➒➓➔ →➣↔ ↕ ➣ ➙↕ ➛➜ → ➙➝ ➞ ➝➟ ➝↔ ➠➔ →➣ →➟ ➠ ➙➠ ↕➣,➡➢➉ ➤➉➊ ➑➉➥➦➧➨➊➉➋ ➩➫➐➉➦➭➏ ➑➉ ➤➉ ➯➑➉➋ ➉ ➓➲ ➳ ➳➵ ➸➓➈➉➺ ➻➼ ➼


(60)

BAB IV

PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian

1. Profil TV9 Surabaya

Konsep baru tayangan dan industri televisi di gerbang era digital. Berbasis pemirsa komunitas yang jelas dan loyal. Memiliki

ciri beda konten tayangan yang kuat dan berkarakter “santun menyejukkan”, digerakkan oleh kearifan lokal dan pandangan Islam moderat, Islam Nusantara yang menghargai keberagaman. Didirikan oleh PWNU Jawa Timur pada 31 januari 2010, dan telah

mengantongi IPP Tetap dari Kominfo RI Nomor

432/Kep/M.Kominfo/07/2012 tertanggal 23 Juli 2012. Kini, TV9

telah mendapatkan tempat di hati pemirsa “tradisionalnya” dan

akan terus berkembang sebagai televisi digemari masyarakat kota (urban society), kelas menengah (middle class), kalangan muda (youth) dan juga pemirsa perempuan (woman).

TV9 adalah televisi pertama di Surabaya yang

menggunakan agama Islam sebagai pedoman penayangannya. Dengan prinsip dakwah inilah, televisi yang diprakarsai oleh

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur yang

dioperasionalkan oleh PT. Dakwah Intimedia lahir sebagai media yang menyajikan tontonan yang bukan hanya menghibur tapi mendidik. Media ini datang ditengah masyarakat metropolitan


(61)

Surabaya.Berawal dari muktamar Nahdlatul Ulama wilayah Jawa Timur akhirnya tercetuslah untuk menghadirkan televisi sebagai media dakwah. Hingga akhirnya pada peringatan hari lahir yang ke 86 Nahdlatul Ulama pada tanggal 31 Januari 2010, untuk pertama kalinya media ini melakukan siaran uji coba di Surabaya.

Adapun penjelasan mengenai makna yang terkandung dalam logo TV9 adalah sebagai berikut; dimulai dengan adanya angka 9 yang memiliki dua makna seperti angka 9 merujuk pada Wali Songo yang mana menjadi penyebar ajaran agama Islam di tanah Jawa. Selanjutnya angka 9 adalah angka tertinggi diantara angka tunggal lainnya yang menggambarkan ikhtiar manusia menuju kesempurnaan hidup dan penggapaian cita-cita, harus dijalani dengan rendah hati, jujur, apa adanya, rileks, tapi konsisten dan bervisi karena diarahkan dengan ilmu dan nilai.

Angka 9 memang identik dengan Nahdlatul Ulama. Sedangkan slogan santun menyejukkan bermakna santun dalam penayangannya dan memberikan kesejukan bagi pemirsa yang menyaksikan. Kesejukan disini diartikan sebagai nasihat-nasihat yang memberikan pencerahan. Logo ini dibuat oleh Fauzi Priambodo yang merupakan professional komunikasi dan CEO/owner Teamwork Creative Comunnication. Sedangkan untuk


(62)

Priambodo dan Hakim Jayli.45 Hingga saat ini, TV9 memiliki jumlah karyawan : tetap 32, kontrak 32. Freeleance 11.

2. Visi dan Misi

a. Visi : Menjadi televisi religi terbaik di Indonesia. b. Misi :

i. Menyediakan program yang berkualitas, berkarakter dan berciri khas, menghibur, menuntun dan mencerahkan.

ii. Menjadi mitra promosi dan pemasaran yang efektif, professional, terpercaya dan saling menguntungkan.

iii. Menyiapkan generasi muda akan pentingnya

tanggung jawab sebagai generasi Indonesia masa depan.

iv. Menjadi kolaborator kerjasama antara perusahaan produk dan jasa dengan basis komunitas pemirsa loyal.

45


(63)

3. Chanel dan Coverage Area

TV9 Surabaya siaran pada kanal analog 42 UHF, sedangkan coverage area berada di kota-kota besar di Jawa Timur yang meliputi Surabaya, Gresik, Lamongan, Sidoarjo, Jombang, Mojokerto, Pasuruan, Probolinggo, Bangkalan


(64)

Dalam satelit, TV9 Surabaya mempunyai frekuensi 3552, Symbolrate 3100 Polarisasi Horizontal.Melalui satelit Telkom 1, TV9 dapat menjangkau wilayah ASEAN.

5. Potensi Komunitas

TV9 mempunyai pemirsa dari kalangan warga Nahdliyin dari atas sampai bawah. Jaringan sub komunitas, memiliki simpul hingga desa.

• Kalangan Perempuan (Muslimat NU)

• Perempuan Muda (Fatayat NU)

• Pemuda (Gerakan Pemuda Ansor)

• Pelajar (IPNU dan IPPNU)

• Pesantren (RMI)

• Pengelola Pendidikan Formal (LP Ma’arif)

• Pengurus Takmir Masjid (LTMNU)


(65)

• Thoriqoh (Jam’iyah Thoriqoh An Nahdliyah)

• Buruh (SARBUMUSI)

• Sarjana (ISNU)

• Profesi Guru (PERGUNU)

• Seniman dan Budayawan (LESBUMI)

6. Positioning TV9 Surabaya

1) Brand Positioning : The Unique and Relax Traditional Moslem TV Station.

2) Positioning Statement / Tagline : Santun Menyejukkan. 3) Brand Proposition : Unik, Islami, Menghibur, Edukatif, dan

Dakwah.

4) Brand Characteristic :

a) Menabur rahmat bagi umat. b) Teguh pada nilai.

c) Islami, ahlussunnah.

d) Berakar tradisi, menghormati tradisi lama yang baik.

e) Unik, budaya santri / nahdliyin. f) Peduli, santun, akrab, dekat. g) Teduh, sejuk, rahmatan lil ‘alamin. h) Rileks, santai, nyaman.


(66)

BOD Board of Directors (Dewan Direksi)

Direktur Utama

Direktur

Corporate Secretary

Office Staff

Office Marketin g & Sales

News/Pe mred

Produksi Program Teknik/F

acilities 7. Struktur Organisasi

Dalam sebuah perusahaan, organisasi adalah hal yang urgen. Berikut struktur organisasi TV9 Surabaya.


(67)

Keterangan Struktur Dewan Direksi :

Direktur Utama : H. A. Hakim Jayli

Direktur : Cahyadi

Corporate Secretary : Syaifudin Zuhri

Staf : Ika Damayanti

Manajer Office : Syaifuddin Zuhri (Rangkap)

Manajer Marketing & Sales : Merry Damayanti

Manajer Produksi : Hanif Azhar

Manajer News & Pemimpin Redaksi : M. Sururi

Manajer Program : Kiswan

Manajer teknik dan Fasilitas : M. Soleh

8. Program acara

Sebagai media televisi yang beraliran Islami sudah barang tentu konten acara mengandung nafas Islami. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai brand proposition yang mana salah satunya adalah Islam, maka program acara pada TV9 Surabaya tentunya tidak akan lepas dari keIslaman. Berikut tabel daftar program-program TV9 Surabaya yang mengandung nilai ajaran agama Islam sebagai tayangannya:


(68)

No. Genre Program

1. Kajian Islam

Aswaja

a. Ngaji Hikam b. Fiqih Kontemporer c. Tafsir Bumi Sholawat d. Kajian Hadits

e. Kajian Sufi f. Kitab Kuning g. Kiswah h. Kiswah Event i. Apa Kata Bu Nyai j. Nderes Kitab Kuning k. Banawa Sekar

2. News Magazine a. Jurnal 9 Pagi

b. Jurnal 9 Siang c. Jurnal 9 Petang d. Jurnal 9 Malam e. Jurnal 9 Sepekan f. Jurnal 9 On The Way g. Lensa Nahdliyin

3. Talk Show a. Hujjah Aswaja

b. Sudut Pandang c. Rindu Makkah d. Klinik Islami


(69)

e. Bengkel Keluarga Sakinah f. Sang Profesor

g. Current Affair / Features h. Wisata Religi

i. Nyantri Sedino

j. Khazanah

k. NU Files l. X-tra Kuliner m. Pernik Unik

n. Melangkah Bersama Hans o. Inspirasi Fatayat

p. Bukan sekedar Kuliner

4. Music a. Tembang Sahara

b. Musik Info

c. Tangga Lagu Pesantren d. Shallu Alan Nabi e. Yuk Kita Shalawatan

f. Religi Gambus

g. Religi Lawas

5. Sinema a. Film Timur Tengah

b. Film Dokumenter Islami c. Film Anak / Kartun d. Ngaji Yuk


(1)

B. SARAN

Walaupun media ini baru berdiri sekitar enam tahun yang lalu,

kesuksesan TV9 mengambil hati pemirsa loyalnya bukanlah perkara yang

bisa dipandang sebelah mata. Sudah seyogyanya kerja keras itu dijunjung

tinggi dan diapresiasi. Pemerintah sudah sepatutnya memfilter acara

televisi yang tidak mendidik dan tidak sesuai dengan budaya maupun

karakter bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika. Dalam hal ini tugas Komisi

Penyiaran Indonesia baik yang ada di daerah maupun yang ada di pusat

perlu di pertanyakan. Karena pada saat ini banyak tayangan yang lebih

mementingkan hiburan dan tidak sesuai dengan budaya bangsa Indonesia.

Apalagi pada saat momen pemilu, kapitalisasi pemilik media seakan tidak

bisa dibendung. Sebuah media bisa menjadi alat memperbaiki citra diri

dan memperburuk citra lawannya. Sungguh ironi tragedi yang sudah

saatnya dihilangkan sehingga masyarakat tidak lagi dibodohi oleh media.

Penting bagi Fakultas Dakwah Dan Komunikasi serta jurusan

Komunikasi dan Program Studi Komunikasi Dan penyiaran Islam yang

menjadi salah satu pencetak kader dakwah. Diharapkan tidak hanya

mencetak kader dakwah, akan tetapi dibekali dengan wawasan yang luas.

Karena di program studi komunikasi dan penyiaran Islam akan lahir

jurnalis, broadcaster, dan ahli ceramah, maka diharapkan pimpinan

program studi bisa mendidik apa yang dilahirkannya agar kelak nanti

setelah terjun ke dunia media massa bisa menjadi panutan yang


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adhyaksa, Dault,Islam dan Nasionalisme,Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2005

Anam, Samsul,Diktat Mata Kuliah Pengantar Manajemen Dakwah

Aziz, Moh. Ali,Ilmu Dakwah,Jakarta: Prenada Media, 2004

Bahri, Zainul,Kamus Umum,Bandung: Angkasa

Bahtiar, Wardi,Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah,Jakarta: Logos, 2001

Bungin, Burhan,Penelitian Kualitatif,Jakarta: Kencana, 2011

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 2001

Burton, Graeme, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kajian Televisi,

Yogyakarta: Jalasutra, 2011

Departemen Agama RI,Al-Qur’an dan terjemahannya,Jakarta: PT. Syamil Cipta

Media

Fathi, Yakan, Yang Berjatuhan Dijalan Da’wah, Jakarta: Al-I’tishom Cahaya

Umat, 2001

Halim, Syaiful,Postkomodifikasi Media,Yogyakarta: Jalasutra, 2013

Hartono,Kamus Praktis Bahasa Indonesia,Jakarta: Rineka Cipta, 1992

Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Salemba

Humanika, 2011

Ismail, Ilyas & Hotman, Prio, Filsafat dakwah: Rekayasa Membangun Agama

dan Peradaban Islam,Jakarta: Kencana, 2011


(3)

J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2009

Kusnawan, Aep, Komunikasi dan Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah

Press, 2004

Mc Quail, Dennis,Teori Komunikasi Massa,Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996

Morissan,Manajemen Media Penyiaran,Jakarta: Kencana, 2008

Mu’amal, Hamidy, Halal dan Haram Dalam Islam (trjmh), Surabaya: PT. Bina

Ilmu

Muhammad bin Ali, Adh-Dhabi’I,Bahaya Mengekor Non Mislim, Yogyakarta:

Media Hidayah, 2003

Muhyiddin, Asep,Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002

Mustafa, As-Siba’I,Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok, Jakarta: Gema Insani

Press, 1993

Pipin, Syarifin,Pengantar Ilmu Hukum,Bandung: Pustaka Setia, 1998

Sastro Subroto, Darwanto,Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana

University Press, 1992

Sobur, Alex,Analisis Teks Media,PT. Remaja Rosdakarya, 2009

Soekanto, Soerjono,Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002

Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R & D, Bandung:

Alfabeta, 2008

Sugiyon,Memahami Penelitian Kualitatif,Bandung : Alfabeta, 2005


(4)

Tim Prima Pena,Kamus Ilmiah Populer,Surabaya: Gitamedia Press, 2006

Warsito, Hermawan, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 1995

W. Griffin, Ricky,Manajemen, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2004

Yusanto, Muhammad Ismail, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, Jakarta:


(5)

BIODATA PENULIS

Nama : Mohammad Machrus

NIM : B01212042

Jenis Kelamin : Laki-Laki Tempat Lahir : Gresik

Tanggal Lahir : 24 Januari 1994

Alamat Rumah : Jln. Kebun Raya No. 32 RT. 3 RW. II Desa Banyutengah Kecamatan Panceng Kabupaten Gresik

Alamat Kost : Jl. Pabrik Kulit Gg. III, No. 29 Wonocolo Surabaya

Nomor HP : +6285730200447

Latar Belakang Pendidikan :

• TKM Roudlotul Ulum Banyutengah Panceng Gresik

• MI Roudlotul Ulum Banyutengah Panceng Gresik

• MTs Roudlotul Ulum Banyutengah Panceng Gresik

• MA roudlotul Ulum Banyutengah Panceng Gresik

• UIN Sunan Ampel Surabaya Jurusan Komunikasi

Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Konsentrasi Radio Televisi Dakwah


(6)

TRANSKRIP WAWANCARA

1. Bagaimana usaha TV9 sehingga bisa tetap eksis ditengah dominasi televisi komersial?

2. Strategi apa saja yang dilaksanakan sehingga bisa menjadi televisi Islami yang diminati masyarakat?

3. Sebagai media dakwah, apa keunggulannya dibanding media massa lainnya?

4. Agar sebuah program diminati pemirsa, apa saja kuncinya?

5. Misalnya ada program yang kurang diminati masyarakat, apakah langsung

dihapus atau dimodifikasi agar disukai masyarakat?

6. Lebih banyak mana antara program produksi sendiri dan beli dari rumah

produksi?

7. Sejak berdiri sampai sekarang, TV9 lebih banyak mana antara mendatangi dan

didatangi pengiklan?

8. Bagaimana cara meyakinkan pengiklan agar memasang iklannya di TV9?

9. Keuangan adalah urat nadi perusahaan, sumber dana TV9 selama ini berasal