SIKAP PEMIRSA TENTANG ACARA DAKWAH KAJIAN ISLAM ASWAJAH (KISWAH) DI TV9 SURABAYA (Studi Deskriptif Terhadap Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah “Kiswah” di TV9).

(1)

(Studi Deskriptif Terhadap Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah “Kiswah” di TV9)

SKRIPSI

OLEH :

SANTI SANGGA PURWANTI 0743010054

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “SIKAP PEMIRSA TENTANG ACARA DAKWAH KAJIAN ISLAM ASWAJAH (KISWAH) DI TV9 SURABAYA (Studi Deskriptif Terhadap Sikap Pemirsa SurabayaTentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) di TV9 Surabaya) dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis juga ingin mengucapkan rasa terima kasih sebanyak – banyaknya kepada Bpk. Ir. Didiek Tranggono, Msi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan bimbingan serta dorongan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu DRA. Hj, Suparwati.M.Si, Dekan FISIP UPN “Veteran” Jatim.

2. Bpk Juwito, S.Sos, Msi , Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

3. Kedua orang tua, bapak dan ibu yang selalu memberi dukungan dan doa nya buat Santi, buat kedua adek (jhe-jhe dan dhita) juga makasi. Keluarga adalah semangat bagi penulis.

4. Sahabatku “HoHo”.

5. Rekan-rekan dan seluruh redaksi TV9 Surabaya.

6. Teman-teman kantor dan teman-teman ngobrol (Menchuz, Ethak, Danang, Tinos, Wida, mbak Yanti, mbak Arum, mbak Titin, mbak Linda, mz Fairus, mz jonatan, mz ridwan)


(3)

v Novi)

8. Teman-teman KKN kelompok 32 gelombang pertama tahun 2010 :

9. Tri Heru Jatmiko, Gigih, Rara, Rere, Vitacharm, Wara wiri, Dodik, Isbah, Rina, Om Ari, Rizaldi, Cuwi, Anike, Wet (alm), Yulia gigikita, Hendri, Asmi, Om Paul, Khabib, ArYun, Rio, Jimmiy, Devi, Ihwan.

10. Teman-teman bisnisan : Mz Barto, Mz Yorim, Mz Henry, Mbk Pika, Mz Hery.

11. Mbak yang buka fotokopi di FISIP, bapak-bapak penjaga perpustakaan (maaf sering merepotkan)

12. Dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

13. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Surabaya, November 2010 Penulis


(4)

HALAMAN JUDUL………...i

LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN...…...ii

ABSTRAKSI...…………...……….…...iii

KATA PENGANTAR...iv

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN ………...………....….1

1.1. Latar Belakang Masalah....……...………..1

1.2. Perumusan Masalah...……….………...9

1.3. Tujuan Penelitian………...………..……….………....9

1.4. Manfaat Penelitian………...………...………..9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ..………...…….…………...…...11

2.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa……...…….………11

2.2. Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media Massa...14

2.3. Televisi dan Jenis Siaran di Televisi…...………15

2.4. Pengertian dan Deskripsi Sikap…….………...……….….17

2.4.1. Pengertian Sikap...17

2.4.2. Konsep Sikap...19

2.5. Program Acara Dakwah Kiswah...22

2.6. Dakwah Dan Dakwah Kontemporer...23

2.6.1. Dakwah...23


(5)

2.8. Pemanfaatan Televisi Sebagai Media Dakwah...28

2.9. Pendidikan Islam………..….31

2.10. Pedoman Islam Selain Al-Qur’an……….…33

2.9.1. Hadits ………..………...…………..………33

2.9.2. Kitab Kuning ………...………...……….…….….35

2.9.3. Kitab Minhajul ‘abidin………...……..……..36

2.11. Ilmu Fiqih...37

2.12. Teori S-O-R.………...………..40

2.13. Kerangka Berpikir...43

BAB III METODE PENELITIAN…..………..…..………….….46

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel…...…….…….46

3.1.1. Definisi Operasional …………...46

3.1.2. Pengukuran Variabel …...…...48

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel………...……51

3.2.1. Populasi dan Sampel………...51

3.2.2. Teknik Penarikan Sampel...51

3.2.3. Metode Pengumpulan Data...52

3.2.4. Metode Analisis Data...52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...54

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian...54

4.1.1. Gambaran Umum TV9 Surabaya...54

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data...56


(6)

4.2.3. Aspek Kognitif...60 4.2.3.1. Pengetahuan Responden Tentang Hakikat Dakwah Yang

Sesungguhnya...61 4.2.3.2. Pengetahuan Responden Tentang Pendidikan Islam Yang

Sesungguhnya..………...………..62 4.2.3.3. Pengetahuan Responden Tentang Kajian Hadits Dalam

Acara Dakwah Kiswah...63 4.2.3.4. Pengetahuan Responden Tentang Kajian Kitab

Kuning………...64 4.2.3.5. Pengetahuan Responden Tentang Kajian Kitab Minhajul

Abidin...………65

4.2.3.6. Pengetahuan Responden Tentang Ilmu

Fiqih...66 4.2.3.7. Aspek Kognitif Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam

Aswajah (Kiswah) Di TV9 Surabaya...67 4.2.4. Aspek Afektif………...……….68 4.2.4.1. Perasaan Senang Responden Terhadap Muatan Dakwah

Dalam Acara Kiswah...69 4.2.4.2. Perasaan Senang Responden Terhadap Muatan Pendidikan

Islam...70 4.2.4.3. Perasaan Senang Responden Terhadap Kajian Hadits Dalam

Acara Dakwah Kiswah...71


(7)

4.2.4.5. Perasaan Senang Responden Terhadap Kajian Kitab Minhajul Abidin...73 4.2.4.6. Perasaan Senang Responden Terhadap Kajian Ilmu Fiqih

Dalam Acara Dakwah Kiswah...74 4.2.4.7. Perasaan Senang Responden Terhadap Acara Kiswah Yang

Muatan Didalamnya Dapat Menambah Wawasan tentang Islam...75 4.2.4.8. Perasaan Senang Responden Terhadap Mutan Acara Dakwah

Kiswah Yang Dapat Meningkatkan Iman dan Taqwa...76 4.2.4.9. Aspek Afektif Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam

Aswajah (Kiswah)” Di TV9 Surabaya...77 4.2.5. Aspek Konatif…………...………78 4.2.5.1. Responden Akan Lebih Sering Menonton Acara Dakwah

Kiswah...79 4.2.5.2. Responden Akan Mempelajari Pendidikan Islam Lebih

Dalam...80 4.2.5.3. Responden Akan Mengkaji Hadits Lebih Dalam...81 4.2.5.4. Responden Akan Mengkaji Kitab-Kitab Lain Lebih

Dalam...82 4.2.5.5. Responden Akan Lebih Aktif Mempelajari Tentang ilmu

Fiqih...83


(8)

x 4.2.5.7. Aspek Konatif Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam

Aswajah (Kiswah)” Di TV9 Surabaya...85

4.3. Sikap Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) Di TV9 Surabaya...85

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...93

5.1. Kesimpulan……….93

5.2. Saran...93

DAFTAR PUSTAKA...95


(9)

Tabel 4.1. Usia Responden…...………..…57

Tabel 4.2. Pendidikan Terakhir Responden…..………... 57

Tabel 4.3. Pekerjaan Responden….……….………. 58

Tabel 4.4. Jenis Kelamin Responden...58

Tabel 4.5. Frekuensi Responden Menonton Acara Dakwah Kiswah Di TV9...59

Tabel 4.6. Durasi Responden Menonton Acara Dakwah Kiswah di TV9...59

Tabel4.7. Pengetahuan Responden Tentang Hakikat Dakwah Yang Sesungguhnya...61

Tabel 4.8. Pengetahuan Responden Tentang Pendidikan Islam Yang Sesungguhnya...………...62

Tabel 4.9. Pengetahuan Responden Tentang Kajian Hadits...63

Tabel 4.10. Pengetahuan Responden Tentang Kajian Kitab Kuning...64

Tabel 4.11.    Pengetahuan Responden Tentang Kitab Minhajul Abidin...65

Tabel 4.12. Pengetahuan Responden Tentang Ilmu Fiqih ...67

Tabel 4.13. Aspek Kognitif Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) Di TV9 Surabaya...67

Tabel 4.14. Perasaan Senang Responden Terhadap Muatan Dakwah Dalam Acara Kiswah...70

Tabel 4.15.  Perasaan Senang Responden Terhadap Muatan Pendidikan Islam...71 Tabel 4.16.  Perasaan Senang Responden Terhadap Kajian Hadits Dalam Acara


(10)

Acara Dakwah Kiswah...72 Tabel 4.18. Perasaan Senang Responden Terhadap Kitab Minhajul Abidin

Dalam Acara Dakwah Kiswah...73 Tabel 4.19Perasaan Senang Responden Terhadap Ilmu Fiqih Dalam Acara

Dakwah Kiswah...74 Tabel 4.20. Perasaan Senang Responden Terhadap Acara Kiswah Yang

Muatan Didalamnya Dapat Menambah Wawasan Tentang Islam...75 Tabel 4.21. Perasaan Senang Responden Terhadap Muatan Acara Dakwah

Kiswah Yang Dapat Meningkatkan Iman dan Taqwa...76 Tabel 4.22. Aspek Afektif Sikap Responden Tentang Acara Dakwah Kajian

Islam Aswajah (Kiswah)” Di TV9 Surabaya...77 Tabel 4.23. Responden Akan Lebih Sering Menonton Acara Dakwah

Kiswah...79 Tabel 4.24. Responden Akan Mempelajari Pendidikan Islam Lebih Dalam ...80 Tabel 4.25.  Responden Akan Mengkaji Hadits Lebih Dalam...81 Tabel 4.26. Responden Akan Mengkaji Kitab-Kitab Lain Lebih Dalam…...82 Tabel 4.27. Responden Akan Lebih Aktif Mempelajari Tentang Ilmu Fiqih...83 Tabel 4.28. Responden Akan Lebih Meningkatkan Amal dan Ibadah Setelah

Menonton Acara Dakwah Kiswah...84 Tabel 4.29. Aspek Konatif Responden Tentang Acara Dakwah Kajian Islam

Aswajah (Kiswah)” Di TV9 Surabaya...83


(11)

(12)

Halaman Lampiran 1. Kuesioner………...98 Lampiran 2. Data Penelitian Aspek Kognitif Sikap Pemirsa Tentang Acara

Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah)...105 Lampiran 3. Data Penelitian Aspek Afektif Sikap Pemirsa Tentang Acara

Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah)...108 Lampiran 4. Data Penelitian Aspek Konatif Sikap Pemirsa Tentang Acara

Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah)...111 Lampiran 5. Data Sikap Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah

(Kiswah)...114 Lampiran 6. Informasi tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah

(Kiswah)………...117


(13)

SANTI SANGGA.P. SIKAP PEMIRSA TENTANG ACARA DAKWAH KAJIAN ISLAM ASWAJAH (KISWAH) DI TV9 SURABAYA. (Studi Deskriptif Terhadap Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah “Kiswah” di TV9).

Salah satu acara dakwah yang menghiasi layar kaca adalah acara dakwah Kiswah yang ditayangkan di TV9 Surabaya. Terlepas dari tujuan diproduksinya acara dakwah Kiswah agar masyarakat tetap kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya dengan meningkatkan iman dan taqwa, yaitu dengan mengerjakan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk.

Landasan teori yang digunakan adalah teori sikap. Sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Sehingga, dapat dikatakan bila sikap terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Responden dalam penelitian ini adalah warga Surabaya yang beragama muslim dan berusia 17 tahun keatas. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Sedangkan analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Surabaya mempunyai sikap positif terhadap muatan yang ada di dalam acara dakwah Kiswah, yakni muatan dakwah itu sendiri, pendidikana Islam, Kajian Hadits, Kajian Kitab Kuning, Kajian Kitab Minhajul Abidin, dan Ilmu Fiqih, masyarakat memahami muatan tersebut, menyukai muatan yang ada di dalam acara kajian dakwah Kiswah, serta memiliki kecenderungan untuk mengamalkan pesan-pesan yang disampaikan oleh penceramah meskipun acara dakwah Kiswah dianggap sebagai acara yang Kampungan. Saran yang disampaikan oleh penulis adalah kepada TV9 sebagai media massa yang memiliki banyak fungsi diharapkan mampu menampilkan tayangan-tayangan yang cerdas dan benar-benar mendidik sehingga dengan demikian akan muncul sikap yang positif dalam diri pemirsanya, diharapkan dapat mengemas tayangan tersebut secara apik agar dapat menarik perhatian pemirsa sebagai khalayak media untuk tetap menontonnya. Dan untuk pemirsa, supaya dalam memilih program televisi lebih selektif dan mengutamakan acara-acara yang dapat memberikan tambahan ilmu dan pengetahuan, tidak hanya sekedar untuk mencari hiburan dan sekedar mengisi waktu luang.


(14)

1.1. Latar Belakang Masalah

Dari tahun ke tahun perkembangan tekhnologi maju dengan pesatnya, dan hal ini memudahkan kita dalam mengakses sagala macam informasi. Dalam kehidupan sehari-sehari kita membutuhkan begitu banyak informasi, baik informasi dalam bidang sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, maupun birokrasi. Bahkan tekhnologi yang ada, telah dirancang dengan sangat sederhana, sehingga penggunanya dapat mengakses informasi dimanapun dan kapanpun.

Penyebaran suatu informasi kepada setiap khalayak sangat diperlukan didalam kehidupan manusia disetiap waktu. Seiring perkembangan jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Pertumbuhan komunikasi modern telah menjadikan media massa menjadi bagian penting dalam kehidupan manusia. Salah satu media massa yang memiliki sifat istimewa adalah televisi, keistimewaan ini disebabkan televisi merupakan gabungan dari media dengar dan media gambar. Selain itu dibandingkan dengan media komunikasi lain, televisi dapat memberi pengaruh yang lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan pemirsa (Kuswandi, 1996:101).

Membahas tentang dunia pertelevisian yang ada di Indonesia, tahun 1962 TVRI berdiri dan beroperasi, serta menjadi pilar pertelevisian Nasional Indonesia.

1  


(15)

TVRI berkembang dan menjadi media utama pemerintah dalam mensosialisasikan semua kegiatan, baik kegiatan social, budaya, pendidikan, hingga kegiatan politik pemerintahan. Saat itu TVRI seakan dikuasai pemerintah (Otoritarian), dimana lembaga perizinan ditangan pemerintah, informasi didominasi propaganda pemerintah, serta adanya penyeragaman informasi. TVRI jaya dalam beberapa decade, memegang peranan penting dalam fungsi penyiaran Indonesia. Dalam kebaradaannya, TVRI senantiasa menyampaikan berita-berita yang menjadi program unggulannya. Salah satunya adalah program berita yang bernama “ Dunia Dalam Berita”.

Tahun 1987, diterbitkannya Keputusan Menteri Penerangan RI Nomor : 190 A/ Kep/ Menpen/ 1987 tentang siaran saluran terbatas, yang membuka peluang bagi televisi swasta untuk beroperasi. Pada akhirnya munculah, Program Dua yang kemudian menghilang dari penyiaran pertelevisian nasional, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI : 24 agustus 1989), Surya Citra Televisi Indonesia (SCTV : 24/8/1990 ), Televisi Pendidikan Indonesia (TPI: 23/1/1991), ANTV (7/3/1993), Indosiar (11/1/1995), Metro TV ( 25/11/2000 ), Trans TV ( 25/11/2001 ), Lativi ( 17/1/2002 ) yang kemudian berganti nama menjadi TV ONE, kemudian muncul TV global dan Trans 7.

Penyiaran pertelevisian di masa kini tidak lagi menjadi monopoli Jakarta. Televisi-televisi local mulai menjamur di berbagai daerah, dan hal ini dapat dijadikan indikator telah menyebarnya sumber daya penyiaran. Sebuah organisasi tempat bergabungnya televisi lokal yang berdiri pada 26 Juli 2002 yang bernama Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), telah menghimpun 23 industri televisi local hingga saat ini. Anggotanya ada di berbagai daerah di Indonesia, ada


(16)

Bandung TV di Bandung, Bali TV di Bali, Riau TV di Pekanbaru Riau, dan berbagai daerah lainnya. Belum lagi keberadaan televisi lokal lainnya yang belum terdata sama sekali. Fenomena munculnya televisi-televisi local ini menyemarakkan dunia pertelevisian.

Untuk Surabaya sendiri, televisi local yang saat ini ada antara lain : JTV, Arek TV, SBO TV, TV Edukasi, BC TV, MH TV, Spacetoon Surabaya, dan TV9. Fenomena munculnya televisi-televisi local meningkatkan anemo masyarakat dalam menunjukkan kredibilitas kerja para sumber daya manusia diwilayah

otoritas masing-masing. Dalam teori media massa disebutkan bahwa secara

psikologis, khalayak akan merasa lebih berminat dan tertarik ketika suatu acara yang dikemas mengetengahkan peristiwa-peristiwa yang bertalian erat dengan lingkungan di mana khalayak (pemirsa) itu tinggal. ”Terhadap tempat kejadian suatu peristiwa, orang umumnya lebih tertarik pada tempat-tempat yang paling dekat dengan tempat tinggalnya. Dengan kata lain, perhatian khalayak terhadap suatu peristiwa berbanding terbalik dengan jarak antara tempat tinggal khalayak yang bersangkutan. Makin dekat tempat terjadinya suatu peristiwa makin tinggi pula perhatian atau minat untuk mengetahuinya (Suhandang, 2004: 140).

Televisi-televisi yang bermunculan tersebut menghadirkan beragam tayangan. Bukan hanya program acara berita, namun juga program acara yang dapat memberikan hiburan untuk pemirsanya. Lambat laun terjadi persaiangan antar televisi, dimana satu sama lain saling berlomba-lomba menyuguhkan tayangan-tayangan yang banyak diminati oleh pemirsa.

Persaingan yang terjadi antara televisi-televisi nasional maupun local membuat televisi lupa akan fungsinya, yang salah satu fungsinya adalah


(17)

mengemban tanggung jawab social serta memberikan pendidikan kepada pemirsanya. Sepuluh dari 75 tayangan televisi di Indonesia berpotensi merusak pembangunan karakter bangsa. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia berkembang sangat pesat. Namun, tidak semuanya baik, bahkan bisa merusak.

(http://nasional.tvone.co.id/berita/view/30930/2010/01/01/sepuluh_tayangan_tv_b erpotensi_rusak_karakter_bangsa)

Tidak kurang sulitnya untuk memetakan alur persaingan yang terjadi antara TV Lokal dan Nasional. Sejauh mana peluang TV lokal untuk menjadi media massa unggulan di daerah hanyalah masalah proses. Karena, selama ini masyarakat terlanjur memiliki budaya menonton TV Nasional. Dengan adanya UU No. 32/2002 peluang yang dimiliki TV Lokal di daerah dalam menayangkan aktifitas-aktifitas di daerah jarang di miliki TV Nasional. Di samping itu, TV lokal hendaknya bisa mengelola dirinya secara baik dan profesional agar bisa berkembang (Nurudin, 2005:19).

Pada dasarnya format acara televisi di bagi menjadi tiga bagian, yaitu drama (tragedy, aksi, komedi, cinta, legenda, horror), non drama (music, magazine show, talkshow, variety show, repackging, game show, kuis, acara rohani dan berita (features, sport, news) (Naratama ,2004:64).

Tingginya rating pada sebuah program televisi tidak bisa menjadi jaminan kualitas atau mutu tayangan tersebut. Hal itu diakui sejumlah pengamat televisi dan film serta mahasiswa Program Studi Televisi dan Film, Jurusan Seni Media Rekam, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia (ISI) Solo dalam Seminar Televisi dan Film bertajuk Epitimologi Tayangan Televisi Indonesia


(18)

(Antara Gambaran dan Kenyataan), mayoritas program yang ditampilkan di televisi saat ini hanya mementingkan keuntungan. Sehingga, kualitas serta nilai edukasi dengan mudah dinomorduakan. Memang sebagian besar tayangan televisi condong sebuah bentuk hiburan, tapi hiburan juga bisa dikonsep secara cerdas dan edukatif, serta memperhatikan etika.

(http://www.solopos.com/2010/pergelaran/rating-bukan-jaminan-mutu-tayangan-televisi-11740)

Dari sekian banyaknya pendekatan yang dilakukan oleh media kepada khalayak, penggunaan Retorika dan Komunikasi oleh Ulama/Narasumber merupakan suatu keharusan, dan dapat di gunakan dalam acara dakwah yang dapat menjadi pilihan pemirsa ditengah banyaknya tayangan-tayangan yang tidak mendidik. Dakwah bertujuan agar pesan-pesan agama dapat diresapi pemirsa dan diharapkan dapat untuk diamalkan. Pesan-pesan agama tidak lepas dari aplikasi struktur pesan dan daya tarik pesan, agar dakwah agama juga menarik bagi pemirsa sebagai suatu tontonan yang menghibur. Sedangkan teknik argumentasi merupakan salah satu upaya untuk meyakinkan pemirsa, bahwa pesan agama yang disampaikan memiliki landasan yang kuat dan layak diimani. Dan agar pesan – pesan dakwah dapat tersampaikan dan dapat dipahami pemirsa dengan baik maka acara dakwah dapat disampaikan secara intensif setiap hari. Dengan di terpa secara terus menerus diharapkan akan muncul pemahaman yang luar biasa dalam diri pemirsa tentang ilmu agama.

(http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:15206/q/pengarang:Purnomo%20/offset/4 5/limit/15)


(19)

Namun tidak demikian pada kenyataannya, Acara dakwah lebih sering dimunculkan pada moment-moment tertentu. Seperti yang bisa kita lihat beragam acara televisi bernuansa Ramadhan sedikit demi sedikit mulai menghilang dari layar kaca, tergantikan dengan wajah awalnya sebelum Ramadhan. Menarik untuk disimak ternyata fenomena acara dakwah Ramadhan di televisi dari tahun ke tahun selalu sama. Mendadak ramai dan kemudian menghilang seiring berlalunya Ramadhan. Sehingga ajakan dan media untuk mengingatkan manusia agar megerjakan kebaikan dan meninggalkan keburukan hanya berlangsung pada moment itu saja, dan akan kembali setelah momen itu usai.

(http://hiburan.kompasiana.com/group/televisi/2010/09/26/kemana-acara-dakwah-ramadan-di-tv/)

Acara dakwah biasanya ditayangkan dengan durasi yang jauh lebih pendek dibanding acara-acara lainnya, dan membahas tema hanya dipermukaan, seakan-akan hanya sebagai pelepas dahaga bagi pemirsa yang haus seakan-akan pengetahuan Islam. Dalam sikap kognitifnya pemirsa cenderung akan mudah untuk mengetahui dan memahami karena pembahasan materi dakwah hanya pada permukaannya saja dan kurang mendalam kemudian pemahaman tersebut secara berngsur-angsur akan menghilang. Saat ramadhan pemirsa mendengarkan ceramah mengenai keutamaan sholat dan membaca Al-Qur’an, jika disampaikan dengan baik oleh komunikator maka pesan tersebut akan diterima dan dipahami dengan baik, yang kemudian mendatangkan perasaan senang dan puas atau sikap afektif yang akhirnya akan menimbulkan sikap konatif yaitu kecenderungan untuk melakukan isi pesan, yang pemirsanya akan mengerjakan sholat lima waktu secara intensif sesuai dengan syariah islam. Namun sikap tersebut akan berangsur-angsur hilang


(20)

seiring dengan menghilangnya acara dakwah tersebut, sebab manusia juga memiliki iman yang kondisinya naik turun, dan kebanyakan acara dakwah hanya sedikit mengulas rujukan dari permukaannya saja dan lebih banyak memberikan cerita-cerita zaman rasul dahulu.

(http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/6/1/pustaka-116.html).

Dari sekian banyak televisi local yang mulai menjamur di Surabaya, hanya TV9 yang program acaranya kental dengan nuansa islami. Sebagai televisi lokal, TV9 dikelola oleh PT.Dakwah Inti Media, perusahaan yang dimiliki oleh para pemilik modal, termasuk di dalamnya organisasi sosial keagamaan Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur. TV9 telah memperoleh ijin Prinsip Penyelenggaraan Penyiaran dari Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia Nomor 367/KEP/M.KOMINFO/10/2009 tertanggal 15 Oktober 2009 untuk melakukan siaran di kanal 42 sebagai lembaga penyiaran swasta local di Surabaya/Jawa Timur. Dimana salah satu tayangan yang dihadirkan adalah program acara dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah). “Kiswah” merupakan program acara TV9 yang religious, disiarkan setiap hari pukul 18.00 WIB, dan untuk bulan Ramadhan disiarkan setiap hari pukul 05.00 WIB dan pukul 21.30 WIB. Memiliki muatan dakwah dan pendidikan, diantaranya adalah : Kajian Al-Qur’an, Fiqih Kontemporer, Kajian Kitab Kuning, Kajian Hadits, Pendidikan Islam. Adanya berbagai macam kajian kitab lain selain Al-Qur’an membuat acara dakwah Kiswah berbeda dengan acar dakwah lainnya, terlebih acara dakwah Kiswah ditayangkan secara intensif setiap hari tanpa ada putusnya.

Dalam acara dakwah Kiswah ceramah agama dilakukan di masjid atau pondok pesantren dan di sampaikan oleh ustadz atau kiyai, dan disimak oleh


(21)

masyarakat yang ada di masjid atau pondok pesantren tersebut. Ceramah dikemas dengan bahasa yang santai, dengan ciri khas penceramah masing-masing. Contoh; salah satu ceramah yang di bawakan oleh Kyai Sonhaji. Kyai Sonhaji menyampaikan ceramah dengan guyonan khas Jawa Timur yang tentu saja masih dalam konteks kesantunan

Suatu program acara televise dapat dikatakan diterima pemirsa televisi dan terjaga eksistensinya apabila respon yang diterima pemirsa televisi terhadap program ini positif. Salah satu cara untuk mengetahui respon yang diberikan oleh pemirsa televise terhadap acara dakwah Kiswah adalah mengetahui sikapnya. Kognitif berkaitan dengan pengetahuan pemirsa terhadap suatu objek. Dengan meneliti komponen Kognitifnya, maka dapat diketahui pengetahuan responden terhadap nilai-nilai keagamaan yang ada di acara dakwah Kiswah, terlebih mengenai muatan dakwah yang terdiri dari berbagai kajian kitab-kitab selain Al-Qur’an dan hadits. Selain itu, dengan meneliti kognitifnya juga dapat diketahui apakah pemirsa televise juga memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap kebenaran nilai-nilai keagamaan yang ada di acara dakwah Kiswah. Komponen afektif berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka pemirsa televise terhadap acara Kiswah, khususnya adalah mengeni isi muatan dakwah itu sendiri. Sedangkan konatif merupakan komponen yang berkaitan dengan perilaku yang ditunjukkan oleh pemirsa televisi terkait acara dakwah Kiswah, seperti misalnya rajin beribadah dan mengamalkan pesan-pesan yang disampaikan oleh penceramah yang intinya dalah mengerjakan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk (Azwar,2002:34).


(22)

Dalam hal ini peneliti ingin mengetahui sikap pemirsa terhadap acara dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) yang dimiliki oleh TV9 terkait dengan muatan dakwah didalamnya. Yaitu sikap kognitif, afektif dan konatif pemirsa terhadap muatan dakwah, pendidikan islam, kajian hadits, kajian kitab kuning dan kajian kitab minhajul abiding yang digunakan dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

1.1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka perumusan masalahnya adalah, Bagaimanakah Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) di TV9?.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah “untuk Mengetahui Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah), di TV9”.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan studi komunikasi yang berkaitan dengan sikap pemirsa terhadap tayangan-tayangan di televisi serta mampu memperkaya varian, alternative rujukan serta sebagai khasanah referensi dalam penelitian-penelitian dimasa datang terhadap industri komunikasi dan informasi.


(23)

2. Memberikan masukan kepada TV9 agar dapat membuat tayangan-tayangan yang selalu bermuatan positif, mendidik, informative. Dan tentunya yang sesuai dengan norma-norma dan budaya yang dianut oleh bangsa Indonesia. Selain itu dari penelitian ini dapat juga diketahui mengenai kelebihan dan kekurangan tayangan.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Josep A. Devito dalam Effendy dalam bukunya “ Communicology : An Introduction To the Study Of Communication “ menyatakan komunikasi massa sebagai berikut :

1. Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini berarti bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya yang agak sukar didefinisikan.

2. Komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio visual. Komunikasi akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya : televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita.

Komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dengan melalui media massa. Maka ciri-ciri komuniksi media massa adalah :

1. Komunikator komunikasi massa bersifat melembaga, berarti bahwa komunikatornya bertindak atas nama lembaga. Contoh komunikator media massa adalah wartawan, penyiar radio, reportase televisi, sutradara film, karena media yang dipergunakan adalah suatu lembaga dan dalam menyebarluaskan bertindak atas nama lembaga.

2. Pesan yang disampaikan media massa bersifat umum ( public ) karena   11


(25)

ditujukan kepada umum yang mengenal kepentingan umum.

3. Proses komunikasi massa bersifat satu arah yang berarti bahwa terdapat arus balik dari komunikan terhadap komunikator. Dengan kata lain perkataan penyiar televisi atau wartawan tidak mengetahui tanggapan khalayak yang dijadikan sasarannya. Yang dimaksud dengan tidak mengetahui dalam keterangan diatas ialah tidak mengetahui waktu proses komunikasi itu berlangsung.

4. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen, beragam dalam jenis usia, jenis kelamin, pendidikan, agama, status social, status ekonomi, hobbi, vdan sebagainya. Selain komunikan komunikasi massa juga bersifat anonym, tidak dikenal oleh komunikatornya.

5. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan berarti pendengar radio atau pemirsa televisi secara serempak bersama-sama dan serentak pada saat yang sama memperhatikan acara yang sama ( Effendy, 1990: 23).

Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri komunikasi menitikberatkan pada penyampaian pesan melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Menurut Mc Quail pesan yang disampaiakan melalui media massa merupakan suatu produk dan komoditas yang memiliki nilai tukar secara umum simbolik yang mengandung nilai kegunaan. Jadi setiap pesan yang ditayangkan stasiun televisi berada dalam posisi sebagai produk yang ditawarkan dalam rangka mencapai salah satu tujuan yaitu dikonsumsi khalayak.

Bahwa media massa berperan sebagai (Mc Quail ,1991 : 53) :

1. Berperan sebagai pengalaman yang meluaskan pandangan kita dan memungkinkan kita mampu memahami apa yang terjadi disekitar diri kita,


(26)

tanpa campur tangan pihak lain atau sikap memihak.

2. Juru bahasa yang menjelaskan dan memberi makna terhadap peristiwa atau hal yang terpisah dan kurang jelas.

3. Pembawa atau penghantar informasi atau pendapat.

4. Jaringan interaktif yang menghubungkan pengirim dengan penerima melalui berbagai macam umpan balik.

5. Papan penunjuk jalan yang secara aktif menunjukkan arah, memberikan bimbingan atau instruksi.

6. Penyaring yang memilih bagian pengalaman yang perlu diberikan perhatian khusus dan menyisihkan aspek pengalaman lainnya.

7. Cermin memantulkan citra masyarakat itu sendiri.

8. Tirai dan penutup yang menutupi kebenaran demi mancapai tujuan propaganda atau pelarian dari suatu kenyataan.

Sehingga tanpa dihindari, media massa kemudian turut berperan juga dalam hampir seluruh kehidupan khalayak secara langsung ataupun secara tidak langsung.

Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiaran (moving image). Para pemirsa tidak akan mungkin menangkap siaran televisi, kalau tidak ada prinsip radio yang mentransmisikan, dan tidak mungkin melihat gambar-gambar yang bergerak atau hidup, jika tidak ada unsur-unsur memvisualisasikannya, jadi paduan audio dan video (Effendy, 1993 : 21). Jadi dapat dikatakan bahwa media televisi mempunyai kelebihan terutama sebagai media yang menggabungkan antara unsur suara (audio) dan gambar (visual). Televisi mempunyai kelebihan dalam menyampaikan pesan-pesan yang disampaikan melalui suara atau audio


(27)

dan gambar atau visual tersebut berlangsung secara bersamaan (sinkron) dan hidup, sangat cepat dan actual, terlebih lagi dalam siaran-siaran langsung (life broadcast) dan dapat menjangkau peluang yang sangat luas.

Fungsi televisi sebagai media adalah (Effendy, 1993 : 24):

1. Fungsi penerangan (the information function) yaitu memberikan informasi-informasi acara televisi seperti acara kuis, pilihan sinetron, di setiap stasiun televisi.

2. Fungsi pendidikan (the education function) yaitu memberikan informasi pendidikan yakni untuk meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat.

3. Fungsi hiburan (the entertainment function) acara-acara yang ditayangkan di televisi seperti acara sinetron disetiap stasiun televisi memberikan hiburan terhadap khalayak luas.

2.2. Pemirsa Televisi Sebagai Khalayak Media Massa

Secara sederhana khalayak media dapat diartikan sebagai sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, penonton dan pemirsa sebagai media massa atau komponen isinya. Dalam arti yang lebih ditekankan, khalayak media ini memiliki karakteristik yaitu memiliki jumlah besar, bersifat heterogen , menyebar dan anonym, serta mempunyai kelemahan dalam ikatan organisasi social sehingga tidak konsisten dan komposisinya dapat berubah dengan cepat (Mc Quail, 1989:201). Pemirsa televisi adalah massa dan memiliki perbedaan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, serta memiliki karangka acuan dan lapangan pengalaman (field of experience) yang berbeda, dan menonton suatu acara.


(28)

Berdasarkan pengelompokkan tersebut, maka sejumlah acara diperuntukkan untuk kelompok tertentu sebagai sasaran (target group), disamping khalayak keseluruhan sebagai sasarannya atau khalayak sasaran (target audience). Contoh acara untuk khalayak sasaran adalah warta berita, sandiwara, film seri, music, dll. Sedangkan untuk kelompok sasaran adalah acara untuk anak-anak, remaja, mahasiswa, ABRI, pemeluk agama Islam, dll. (Effendy, 1993: 20). Komunikasi bisa dikatakan efektif apabila penonton terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya, dan melakukan kegiatan yang diinginkan pembawa acara. Dan dalam penelitian ini yang dimaksud khalayak media massa adalah pemirsa beragama muslim yang menonton acara “Kiswah” di TV9 Surabaya.

2.3. Televisi dan Jenis Siaran di Televisi

Televisi, sesuai namanya, tele berarti jauh, vision berarti pandangan televisi berarti bisa dipandang dari tempat yang jauh dari studio TV, maka kekuatan televisi terletak pada paduan gambar dan suara dalam satu waktu penayangan. Public pemirsa yang sekaligus public pendengar, bisa menikmati kombinasi antara gambar hidup (bergerak) dan suara seperti berhadapan langsung dengan obyek yang ditayangkan. Dengan demikian, karakter televisi yang utama ialah bahwa medium komunikasi massa ini mengutamakan bahasa gambar.

Televisi memiliki sifat sebagai berikut, yaitu ( Effendy, 2000:176-177):

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses berbelit-belit seperti halnya dengan


(29)

menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada public dengan cepat, bahkan saat peristiwa tersebut berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di suatu Negara yang satu dapat ditonton denga baik di Negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang. Kehadiran televisi dapat menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi memiliki daya tarik yang kuat disebabkan unsur kata-kata, music

dan sound effect. Tetapi, selain ketiga unsur tersebut, televisi juga memiliki

unsur visual berupa gambar hidup yang menimbulkan kesan yang mendalam pada penonton. Daya tarik ini selain melebihi radio, juga melebihi film bioskop, sebab segalanya dapat dinikmati di rumah.

Televisi sebagai media massa tidak mungkin pada saat yang bersamaan dapat memuaskan semua orang, hal ini karena media massa memiliki sifat umum, artinya siaran televisi dapat dilihat oleh semua orang yang memiliki latar belakang, usia, pendidikan, faham golongan yang berbeda-beda.

Jelasnya siaran televisi dapat membuat orang puas, tidak puas, senang, tidak senang, sedih, gembira, marah, yang semuanya merupakan hal yang wajar karena sifat manusia di dunia ini berbeda-beda. Kepuasan manusia secara sempurna tidak dapat dicapai di dunia ini tetapi di alam lain (Wahyudi, 1986:215).


(30)

2.4. Pengertian dan Deskripsi Sikap 2.4.1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan kecenderungan bertindak, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap biasanya berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok (Sobur, 2003:361).

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Sobur,2003:362).

Sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Lebih mudahnya, sikap adalah evaluative terhadap objek atau subjek yang memiliki konsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadp-hadapan dengan objek sikap. Tujuna petilaku tidak hanya dipengaruhi oleh sikap seseorang, tetapi juga oleh harapan lingkungan sosialnya terhadap perilaku tersebut, norma-norma subjektif, serta kemampuannya untuk melakukan perilaku itu, yakni penilaian petilaku sendiri (Van Den ban dan Hawkins, 1999:106-107) Pada hakikatnya, sikap merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, komponen-komponen tersebut ada tiga, yaitu (Gito Sudarmo, 2000:24-25) :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi,  


(31)

keyakinan dan pendapat yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Komponen ini berkaitan dengan proses berpikir yang menekankan pada rasionalitas dan logika. Adanya kenyataan dan evaluativ yang dimiliki seseorang di wujudkan dalam kesan baik atau tidak baik terhadap lingkungannya.

2. Komponen Afektif

Komponen emosional atau perasaan seseorang yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi sifatnya evaluative yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan dan system nilai yang dimiliki.

3. Komponen Konatif

Komponen yang merupakan kecenderungan seseorang bertindak terhadap lingkungannya dengan cara ramah, sopan, bermusuhan, menentang, melaksanakan dengan baik dan sebagainya.

Apabila dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau contens) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek pesan tertentu pada komunikan. Dampak tersebut antara lain (Rachmat, 2005:219) :

a. Dampak Kognitif

Adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Dampak kognitif terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi khalayak. Dampak ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan atau informasi.

b. Dampak Afektif

Timbul apabila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi atau  


(32)

dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar supaya komunikan tahu, tapi juga tergerak hatinya.

c. Dampak Konatif

Merujuk pada behavioral atau perilaku nyata yang dapat diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat di bagi dalam tiga jenis, yaitu:

a. Respon positif jika seseorang menyatakan setuju

b. Respon negative jika seseorang menyatakan tidak setuju

c. Respon netral jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang sesuatu objek (Effendy, 1993:6-7).

2.4.2. Konsep Sikap

Secara historis istilap ”sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert spencer pada tahun 1862 yang sering dipakai dalam menilai status mental seseorang dan juga pada saat itu istilah sikap dalam bidang eksperimen mengenai respons untuk menggambarkan kesiapan subjek dalam menghadapi stimuus yang datang tiba-tiaba (Azwar, 2002:4). Sikap memang mempunyai beberapa definisi yang berbeda-beda dari beberapa pangamat. Ada 3 kerangka pemikiran dari beberapa ahli mengenai definisi dari sikap yang dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu:

1. Kerangka pemikiran menurut para ahli psikologi yaitu adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.

2. Kerangka pemikiran menutut para ahli psikologi sosial dan psikologi  


(33)

kepribadian yang dimana konsep sikap lebih kompleks. Menurut kelompok ini sikap mempunyai makna kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan disini terkait dengan kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.

3. Kerangka pemikiran yang ketiga berpikir bahwa sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2002:4).

Ada 6 faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap yaitu (Azwar, 2002:30-37)

a. pengalaman pribadi: apa yang telah kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan dapat menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap, untuk menjadi dasar pembentukan sikap pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan kuat. b. Orang lain yang dianggap penting : orang lain disekitar kita merupakan salah

satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang kita anggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan pendapat kita, seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan banyak mempengaruhi pebentukan sikap kita.

c. Kebudayaan : kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap kita.

d. Media massa : adanya informasi baru dari media massa mengenai sesuatu  


(34)

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut apabila cukup kuat akan memberikan dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap.

e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama: lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.

f. Faktor emosional dalam diri individu : sikap kadang-kadang terbentuk karena didasari oleh emosi yang berfungsi semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh individu interaksi sosial mengandung arti lebih daripada sekedar adanya kontak sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi perilaku masing-masing individu sebagai anggota masyarakat. Lebih lanjut interaksi sosial meliputi hubungan antara individu dengan lingkungan fisik dan lingkungan psikologis disekelilingnya. Media massa sebagai salah satu faktor penentu pembentukan sikap, dan televisi bagian dari media massa. Media massa mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mebgarahkan opini seseorang. Adapaun informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Apabila informasi cukup kuat, akan  


(35)

memberikan dasar afektif dalammenilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu. Walaupun pengaruh media massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan dan perubahan sikap, peranan mediamassa tidaklah kecil artinya (Azwar, 2002:34).

2.5. Program Acara Dakwah Kiswah

Kajian Islam Aswajah atau “Kiswah” merupakan program acara dakwah TV9 yang religious, disiarkan setiap hari pukul 18.00 WIB, dan untuk bulan Ramadhan disiarkan setiap hari pukul 05.00 WIB dan pukul 21.30 WIB. Memiliki muatan dakwah, pendidikan Islam, Kajian Hadits, Fiqih Kontemporer, nderes Kitab Kuning dan Kitab Minhajul abidin.

Dalam acara Kiswah ceramah agama dilakukan di masjid atau pondok

pesantren dan di sampaikan oleh ustadz atau kiyai, disimak oleh masyarakat yang ada di masjid atau pondok pesantren tersebut. Ceramah dikemas dengan bahasa yang santai, dengan ciri khas penceramah masing-masing. Contoh; salah satu ceramah yang di bawakan oleh Kyai Sonhaji. Kyai Sonhaji menyampaikan ceramah dengan guyonan khas Jawa Timur yang tentu saja masih dalam konteks kesantunan

Acara dakwah “Kiswah” memiliki durasi 60 menit. Secara regular, yang bertindak sebagai penceramah atau pendakwah antara lain :

 Senin : KH.Prof.Dr. Achmad Zachro (di masjid Al-akbar)  Selasa : KH. Imron Jamil (Masjid Al-Akbar)

 Rabu : Gus Ali ( di Pesantren Bumi Shalawat Tulangan Sidoarjo)  Kamis : KH.Abdurrahman Navis ( di Masjid Agung kemayoran)


(36)

 Jum’at : KH. Shonhaji Mahfudz (di Masjid Agung kemayoran)  Sabtu dan Minggu : Menghadirkan tayangan kegiatan Kiswah lainnya

Selain Al Qur,an sumber ceramah untuk membahas dan menyelesaikan masalah atau persoalan dalam kehidupan manusia juga diangkat dari Hadits, Kitab Kuning dan kitab Minhajul Abidin. Kajian-kajian dari Kitab-kitab tersebutlah yang membuat acara dakwah Kiswah berbeda dengan acara-acara dakwah lainnya. Tujuan acara dakwah Kiswah memberikan muatan pendidikan Islam, kajian Hadits dan kajian kitab-kitab lain selain Al-Qur’an adalah agar pemirsa memiliki pengetahuan yang luas mengenai ajaran Islam dan tahu dimana harus mencari rujukan untuk menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dakwah diikuti atau disimak secara langsung dilokasi oleh jamaah laki-laki dan perempuan yang tempatnya terpisah layaknya sholat. Dakwah dibahas secara jenaka namun masih dalam konteks kesantunan, mengangkat masalah-masalah yang ada di masyarakat dan memberikan penyelesaian masalah secara gamblang.

2.6. Pengertian Dakwah dan Dakwah Kontemporer 2.6.1. Dakwah

Makna etimologis Dakwah dapat dilihat dari kata dakwah dalam Al-Quran yang memiliki banyak arti, antara lain :

 Menyampaikan dan menjelaskan (lihat QS Fushilat:24, Yusuf : 108 dll)  Berdo’a dan berharap (lihat QS Al-A’raf : 55)

 Mengajak dan mengundang (lihat QS Yusuf : 33)

Para ulama dan pemikir muslim memberi makna dakwah secara terminologis dengan definisi yang variatif seperti :


(37)

1. Ibnu Taimiyah : "Dakwah ke jalan Allah adalah dakwah untuk beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa nabi Muhammad SAW, yang mencakup keyakinan kepada rukun iman dan rukun Islam (Lihat Al Fatawa al-Kubro 15/158, cet 1, Mathobi’al-Riyadh)

2. Al-Ustadz Al bahi-al-Khuli : "Dakwah Islam yaitu menghantarkan umat dari satu tempat/ kondisi ke tempat/ kondisi yang lain (Tadzkiroh ad-Du’at hal:35,th.1379H, Daarul Qalam).

3. Rauf Syalabi : "Dakwah Islam adalah gerakan revitalisasi sistem Illahi yang diturunkan Allah kepada Nabi terakhir" (Ad-Dakwah al Islamiyah Fi 'Ahdiha al-Makky, Manahijuha wa Ghoyatuha, hal : 32)

4. Abu Bakar Dzikri : "Dakwah ialah bangkitnya para ulama Islam untuk mengajarkan Islam kepada umat Islam, agar mereka faham tentang agamanya dan tentang kehidupan, sesuai kemampuan setiap ulama (ad-Dakwah ila al-Islam, hal:8 Maktabah Darul Arubah Mesir).

Penulis memahami definisi-definisi tersebut diatas secara utuh dan lengkap dengan menyimpulkan, bahwa "Dakwah Islam ialah menyampaikan Islam kepada umat manusia seluruhnya dan mengajak mereka untuk komitmen dengan Islam pada setiap kondisi dan dimana serta kapan saja, dengan metodologi dan sarana tertentu, untuk tujuan tertentu".

(http://www.ikadi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=123:art i-dakwah&catid=39:fiqh-dakwah&Itemid=67)

2.6.2. Dakwah Kontemporer

Dakwah kontemporer adalah: Dakwah yang dilakukan dengan cara menggunakan teknologi modern yang sedang berkembang. Dakwah kontemporer  


(38)

ini sangat cocok apabila dilakukan di lingkungan masyarakat kota atau masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan menengah ke atas. Teknis dakwah kontemporer ini lain dengan dakwah kultural. Jika dakwah kultural dilakukan dengan cara menyesuaikan budaya masyarakat setempet, tetapi dakwah kontemporer dilakukan dengan cara mengikuti teknologi yang sedang berkembang.

Persaingan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, khususnya dalam bidang periklanan, merupakan tantangan bagi para da’i kita untuk segera berpindah dari kebiasaan dakwah kultural ke dakwah kontemporer. dakwah kontemporer yang dimaksud penulis adalah, dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi modern sebagaimana iklan yang lagi semarak dewasa ini. al-qur’an yang selama ini banyak disampaikan dengan cara tradisional, maka harus segera dirubah cara penyampaiannya, yaitu dengan cara modern dengan menggunakan teknologi yang sesuai dengan tuntutan zaman. al-qur’an sudah saatnya harus disampaikan dengan menggunakan metode cepat dan tepat, yaitu dengan cara menggunakan fasilitas computer.

Munculnya teknologi di bidang komputer ini sebenarnya sangat membantu bagi para da’i dalam menyampaikan nilai-nilai Al-Qur’an dengan metode tematik. Walaupun kita sadari bahwa para da’i kita banyak yang tidak bisa meng-operasionalkan komputer dengan baik, sehingga banyak para da’i kita yang tidak mampu untuk membuka Holy Qur’an yang lagi berkembang dewasa ini. Munculnya Holy Qur’an, Holy Hadits dan beberapa CD kitab kutubut-tis’a merupakan kemajuan yang luar biasa bagi umat Islam umumnya dan para da’i pada khususnya untuk segera direalisasikan kepada pada umat yang selama ini  


(39)

dalam menggali Al-Qur’an itu dengan metode tradisional.

Dakwah yang menggunakan fasilitas mimbar hanya akan di dengar sebatas yang hadir pada acara tersebut. Lain halnya dengan dakwah yang menggunakan fasilitas teknologi elektronik seperti TV, internet dan teknologi modern lainnya, pasti akan lebih banyak manfaatnya.

Dari dua perbandingan di atas, maka dakwah kontemporer yang memanfaatkan teknologi modern lebih banyak manfaatnya dari pada dakwah kultural yang masih harus menyesuaikan dengan kondisi budaya masing-masing daerah. Materi dakwah yang tepat untuk menghadapi masyarakat modern ini adalah materi kajian yang bersifat tematik. Artinya islam harus di kaji dengan cara mengambil tema-tema tertentu yang sesuai dengan tuntutan zaman.

HTTP://ALUMNIFIAD.YOUNEED.US/DAKWAH-KULTURAL-F14/DAKWAH

-KONTEMPORER-T44.HTM)

2.7. Arti Penting Dakwah

Dalam perkembangan sejarah kaum muslimin, persinggungan antara dakwah dengan berbagai permasalahan tidak dapat dihindarkan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan dakwah itu sendiri yaitu mengajak umat manusia untuk mengerjakan yang ma’ruf dan menjauhi yang munkar. Proses untuk mengajak seseorang ataupun komunitas menuju arahan perilaku yang lebih baik dan menjauhi keburukan tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan. Semuanya harus melalui proses yang terencana dan terkonsep dengan baik. Disamping itu dibutuhkan pula media-media yang dapat membuat kegiatan dakwah menjadi lebih efektif dan efisien.


(40)

Menyadari arti penting penggunaan media tersebut, sejak jaman dahulu para da’i telah mamanfaatkannya untuk kepentingan dakwah. Untuk membuktikanya kita bisa menengok kembali dengan apa yang telah dilakukan oleh Walisongo dalam menjalankan syi’arnya. Mereka melihat bahwa budaya dapat dipakai sebagai sarana untuk mengembangkan dakwah. Oleh karena itu tidak mengherankan pada waktu itu produk budaya semisal wayang ataupun gamelan dimanfaatkan didalam dakwahnya.

Dalam masa yang lebih maju, media dakwah makin berkembang. Dakwah sudah tidak lagi dikembangkan hanya sebatas menggunakan media tradisional seperti itu saja akan tetapi sudah mulai dikembangkan melalui pemanfaatan media-media lain seperti melalui lembaga-lembaga formal maupun informal, dan juga pemanfaatan media massa cetak maupun media elektronik ataupun berbagai varian media lainnya.

Dalam memanfaatkan media dan metode seorang dai tidak boleh serampangan, dan paling tidak harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut: 1. Pengembangan metode bi al-lisan dan bi al-amal yang sesuai tantangan dan

kebutuhan.

2. Mempertimbangakan metode dan media sesuai dengan tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

3. Memilih metode dan media yang relevan, baik mimbar, panggung, media cetak ataupun elektronik (radio, televisi, computer dan internet)

4. Mengembangakn media atau metode kultural atau struktural, yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam.

5. Mempertimbangakn struktur sosial dalam tingkatan kadar intelektual yakni,  


(41)

khawas, awam dan yang menentang.

6. Memperhatikan struktur dan tingkatan masyarakat dari segi kekuasaan, geografis, demografis, sosiologis, antropologis, politis dan ekonomis.

7. Mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan dan sebagainya.

8. Mempertimbangakan dan mengakaji metode pendekatan spiritual antara lain melalui doa dan sholat, silaturahmi dan sebagainya.

Dengan memperhatikan prinsip-prinsip tersebut diharapkan dakwah akan berlangsung baik (Muhyidin, 2002:37).

2.8. Pemanfaatan Televisi Sebagai Media Dakwah

Media massa elektronik sangat efektif dan sangat berpeluang untuk dijadikan media dakwah adalah televisi. Dakwah tidak dapat dipisahkan dari komunikasi, bahkan dakwah identik dengan proses komunikasi walaupun ada perbedaan yang mendasar. Dapat dikatakan pula bahwa proses dakwah merupakan bentuk komunikasi itu sendiri, tetapi bukan komunikasi semata. Dakwah merupakan bentuk komunikasi yang khas, adapun yang membedakan dari bentuk komunikasi yang lain adalah cara dan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan dari komunikasi mengharapkan adanya partisipasi dari komunikan atas ide-ide atau pesan yang disampaikan sehingga dengan pesan-pessan tersebut terjadi perubahan sikap dan tingkah laku. Demikian juga dengan dakwah. Seorang da’i sebagai komunikator sangat berharap agar mad’u sebagai komunikan dapat berbuat dan bersikap sesuai isi pesan yang disampaikan. Dalam hal ini maka dakwah melalui media televisi  


(42)

dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk komunikasi massa.

Komunikasi massa media televisi adalah proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu televisi. Komunikasi massa televisi bersifat periodik. Dalam komunikasi massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan berupa perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan organisasi yang kompleks dan pembiayaan yang besar. Dalam sisi yang lain media televisi hanya bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan-pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa media tersebut hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. Adapun pesan-pesan di televisi bukan hanya didengar, tetapi juga dapat dilihat dalam gambar yang bergerak. Secara umum, tujuan penyampaian pesan dari media televisi adalah sebagai sarana hiburan, pendidikan, kontrol sosial, dan sebagai penghubung ataupun bahan informasi (Kuswandi, 1996:48) .

Daya tarik media televisi demikian besar sehingga pola-pola kehidupan manusia sebelum muncul televisi berubah sama sekali. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan manusia. Tidak menonton televisi sama juga dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung. Pada akhirnya media televisi menjadi alat atau sarana untuk menjadi alat atau sarana untuk mencapai sasaran hidup manusia. Baik untuk kepentinagn politik maupun perdagangan. Bahkan melakukan perubahan ideologi serta tatanan nilai budaya yang sudah ada sejak lama.

Kelebihan televisi sebagai media dakwah jika dibandingkan dengan media yang lainnya;

1. Media televisi memiliki jangkauan yang sangat luas sehingga ekspansi  


(43)

dakwah dapat menjangkau tempat yang lebih jauh. Bahkan pesan-pesan dakwah bisa disampaikan pada mad’u yang berada di tempat-tempat yang tidak sulit dijangkau.

2. Media televisi mampu menyentuh mad’u yang heterogen dan dalam jumlah yang besar. Hal ini sesuai dengan salah satu kharakter komunikasi massa yaitu komunikan yang heterogen dan tersebar. Kelebihan ini jika dimanfaatkan dengan baik tentu akan berpengaruh positif dalam aktifitas dakwah. Seorang da’i yang bekerja dalam ruang yang sempit dan terbatas bisa menjangkau mad’u yang jumlahnya bisa jadi puluhan juta dalam satu sesi acara.

3. Media televisi mampu menampung berbagai varian metode dakwah sehingga membuka peluang bagi para da’i memacu kreatifitas dalam mengembangkan metode dakwah yang paling efektif.

4. Media televisi bersifat audio visual. Hal ini memungkinkan dakwah dilakukan dengan menampilkan pembicaraan sekaligus visualisai berupa gambar.

Secara umum kelemahan-kelemahan media televise sebagai media dakwah antara lain ( Ahmad Anas 2006) :

1. Cost yang terlalu tinggi untuk membuat sebuah acara Islami di televisi 2. Terkadang tejadi percampuran antara yang haq dan yang bathil dalam

acara-acara televise

3. Dunia pertelevisian yang cenderung kapitalistik dan profit oriented 4. Adanya tuduhan menjual ayat-ayat Qur’an ketika berdakwah di televise 5. Keikhlasan seorang da’i yang terkadang masih diragukan


(44)

6. Terjadinya mad’u yang mengambang

7. Kurangnya keteladanan yang di perankan oleh para artis karena perbedaan kharakter ketika berada didalam dan di luar panggung. Keberadaan media dakwah sebagai sarana penunjang keberhasilan dakwah menjadi sebuah keharusan. Oleh karena itu sudah selayaknya bagi para da’i untuk membekali diri dengan berbagai kemampuan guna pemanfaatan media yang ada sehingga dakwah dapat dijalankan secara lebih efektif dan efisien.

2.9. Pendidikan Islam

Pendidikan Islam merupakan suatu upaya yang terstruktur untuk membentuk manusia yang berkarakter sesuai dengan konsekuensinya sebagai seorang muslim. Dalam perjalanannya ada tiga jalan yang harus ditempuh untuk mengupayakan hal tersebut, yaitu:

1. Penanaman akidah Islam berdasarkan pemikiran yang matang dan dijalankan dengan cara yang damai.

2. Menanamkan sikap konsisten pada orang yang sudah memiliki akidah islam agar segala tindak tanduk dan cara berpikirnya tetap berada di jalurnya sebagai seorang muslim.

3. Mengembangkan kepribadian islam pada mereka yang sudah memilikinya dengan cara mengajaknya untuk bersungguh-sungguh menjalankan kehidupan secara islami, dalam artian semua pemikiran dan amalannya sesuai dengan kodratnya sebagai seorang muslim.

Islam telah mewajibkan semua umatnya untuk menuntut ilmu. Segala macam ilmu yang bermanfaat bagi dirinya dan juga semua umat. Begitu juga dengan


(45)

Iptek. Hal ini juga penting untuk dipelajari karena dengan cara ini umat islam dapat memperoleh kemajuan material untuk menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi.

Islam menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu ilmu-ilmu yang sangat diperlukan umat, seperti kedokteran, kimi, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik, dll.

Penguasaan ilmu-ilmu teknik dan praktis serta latihan-latihan keterampilan dan keahlian juga merupakan tujuan pendidikan islam, yang harus dimiliki umat Islam dalam rangka melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah SWT.

Sebagaimana penguasaan IPTEK, rekayasa industri, penerbangan, pertukangan, dan lainnya juga sangat diperlukan oleh umat manusia. Hal itu termasuk wajib hukumnya.

Lembaga pendidikan semestinya dapat menghasilkan calon-calon penerus yang tinggi secara sumber daya manusianya. Oleh karena itu system pendidikan yang ada harus memadukan seluruh unsure pembentuk pendidikan yang unggul. Dalam hal ini, ada tiga hal penting yang harus kita perhatikan dengan baik, yaitu :

1. Kerjasama yang terpadu antara sekolah, masyarakat, dan keluarga.

Ketiga hal ini menggambarkan kondisi faktual obyektif pendidikan. Saat ini ketiga unsur tersebut belum berjalan secara sinergis, di samping masing-masing unsur tersebut juga belum berfungsi secara benar.

2. Kurikulum yang terstruktur dan terprogram mulai dari tingkat TK hingga

Perguruan Tinggi.


(46)

Kurikulum sebagaimana tersebut di atas dapat menjadi jaminan bagi ketersambungan pendidikan setiap anak didik pada setiap jenjangnya. Dengan adanya kurikulum yang sering gonta ganti akhir-akhir ini, pendidikan kita jadi sedikit membingungkan, apalagi bagi masyarakat awam.

3. Orientasi pendidikan ditujukan pada kepribadian islam dan penguasaan

ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi umat.

Ketiga hal ini merupakan goal yang kita tuju.berorientasi pada pembentukan tsaqâfah Islam, kepribadian Islam, dan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Dalam implementasinya, ketiga hal di atas menjadi orientasi dan panduan bagi pelaksanaan pendidikan.

Bagi semua kaum muslim, system pendidikan yang sekarang ini tentunya masih perlu banyak perbaikan disana-sini dan semestinya kita memperbaharui sistem yang ada untuk kebaikan kita semua. Berusaha terus untuk menghasilkan generasi berkepribadian islam yang mampu mewujudkan kemakmuran dan kemuliaan peradaban manusia di seluruh dunia.

(http://www.anneahira.com/artikel-pendidikan/pendidikan-islam.htm)

2.10. Pedoman Islam Selain Al-Qur’an 2.10.1. Hadits

Seluruh umat Islam telah menerima paham, bahwa Hadist Rasulullah adalah pedoman hidup yang utama setelah Al Quran. Karena segala tingkah laku manusia yang tidak ditegaskan ketentuan hukumnya, tidak diterangkan cara mengamalkannya, tidak diperinci maknanya, dan tidak dibicarakan secara khusus dalam Al Quran, hendaklah dicari penyelesaiannya dalam Al Hadits. Namun jika  


(47)

ini pun gagal, artinya tidak ditemukan penyelesaiannya pembahasannya dalam al Hadits karena misalnya belum pernah terjadi dalam masa Rasulullah, diperbolehkanlah ijtihad baru untuk menghindari kevakuman hokum dan kebekuan beramal. Ijtihad ini harus dibenarkan dalam syariat, dan bisa dilakukan secara perorangan maupun kelompok yang terrealisir dalam bentuk ijma ulama atau pedoman pedoman yang lain, yang penting tidak berlawanan dengan syariat. Dalam sejarah dikemukakan bahwa Rasulullah menyatakan kegembiraannya dan syukur kepada Allah, atas baiat Mu’adz bin Jabal, seorang sahabat yang diangkat menjadi duta penuh untuk negeri Yaman, bahwa ia akan berpedoman kepada Al Quran, kemudian Al Hadits dan akhirnya ijtihadnya sendiri seperti kata katanya: ‘(Kuucapkan syukur) Alhamdulillah kepada Allah yang telah membimbing duta Rasulullah kepada apa yang dirihai oleh Rasulullah’ (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Lebih tegas lagi, Allah sebagai Dzat yang mengutus Rasulullah untuk menyampaikan amanatNya untuk umat manusia, memerintahkan kepada kita semua agar berpegang teguh kepada apa yang disampaikan oleh RasulNya sebagaimana dalam tercantum dalam: ‘Apa apa yang disampaikan Rasulullah kepadamu, terimalah, dan apa apa yang dilarangnya bagimu, tinggalkanlah’ (Al Hasyr: 7).

Rasulullah memberitahukan umatnya, bahwa disamping al quran, masih ada pedoman yang sejenis al quran, untuk tempat berpijak dan pandangan: ‘wahai umatku! sungguh aku diberi al quran dan yang menyamainya’ (hr abu dawud, ahmad dan tirmidzi).

Yang menyamai Al Quran disini adalah Al Hadits. Dan karena pentingnya al  


(48)

hadits sebagai pedoman, sehingga para penganjur hadits mendapat penghargaan sebagai khalifah Rasulullah yang dimintai rakhmat oleh Nabi kepada Allah SWT, sebagaimana yang dikatakan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah berdoa: ‘Ya Allah, rakhmatilah khalidahku’. ‘Wahai Rasulullah, siapakah khalifah tuan?’ tanya kami. ‘Yaitu orang yang meriwayatkan hadits haditsku dan mengajarkannya kepada masyarakat’ jawab Nabi. (HR At Thabarany)

Rasulullah juga mendoakan orang yang selalu menyampaikan apa yang di dengarnya dari Nabi, agar berseri seri wajahnya, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud : Rasulullah berdoa: ‘Semoga Allah mencemerlangkan wajah orang yang mendengarkan sesuatu dariku, lalu ia sampaikan seperti apa yang telah didengarnya. Tidak sedikit orang yang menerima anjuran itu, lebih paham daripada orang yang mendengar sendiri’ (HR Tirmidzi).

(HTTP://NABIMUHAMMAD.INFO/2010/01/PEDOMAN-SELAIN-AL-QURAN/)

2.10.2. Kitab Kuning

Term kitab kuning bukan merupakan istilah untuk kitab yang kertasnya kuning saja, akan tetapi ia merupakan istilah untuk kitab yang dikarang oleh para cendekiawan masa silam. Istilah tersebut digunakan karena mayoritas kitab klasik menggunakan kertas kuning, namun belakangan ini penerbit-penerbit banyak yang menggunakan kertas putih. Yang pasti, istilah tersebut digunakan untuk produk pemikiran salaf. Sementara itu, produk pemikiran salaf dikalangan akademisi lebih populer dengan sebutan turats.

Turats secara harfiah berarti sesuatu yang ditinggalkan/ diwariskan. Di dunia pemikiran Islam, turats digunakan dalam khazanah intelektual Islam klasik yang  


(49)

diwariskan oleh para pemikir tradisional. Istilah turats yang berarti khazanah tradisional Islam merupakan asli ciptaan bahasa Arab kontemporer.

Sejarah mencatat bahwa para pembuat kitab kuning/ turats dalam memainkan perannya di panggung pergulatan pemikiran Islam tak pernah sepi dari polemik dan hal-hal yang berbau kontradiktif. Sengitnya perdebatan antara Mu’tazilah, Murji’ah, Rafidhah, dan Ahlu al Sunnah yang direkam secara rinci oleh Abdul Qohir ibn Thahir ibn Muhammad al Baghdadi (w. 429/1037) dalam karyanya al Farqu bain al Firaq. Dalam buku tersebut tergambar dengan jelas kemajemukan pemahaman agama terlebih masalah akidah. Setelah melakukan pencarian dan kajian yang mendalam para tokoh aliran masing-masing menemukan konklusi yang berbeda-beda.

(http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-pesantren/1218-metode-memahami-kitab-kuning)

2.10.2. Kitab Minhajul ‘abidin

Minhajul ‘abidin adalah salah satu karya Imam Al-Ghazali q.s. yang terakhir. Kitab ini diriwayatkan dengan cara didiktekan dari Imam Al-Ghazali q.s. kepada murid beliau Syaikh ‘Abdul Malik bin ‘Abdullah. Kitab ini merupakan kelengkapan dari kitab-kitab Imam Al-Ghazali yang lain, terutama kitab Ihya Ulumiddin. Kitab Ihya Ulumiddin menyajikan teori dan konsep hidup yang baik dan benar dalam segala aspeknya, kitab Minhajul ‘Abidin menyajikan secara sistematis kurikulum yang ditempuh dalam pendidikan dan perjalanan spiritual sebagai upaya menjadi hamba yang baik dan benar sehingga mendapat ridho Allah SWT.

Minhajul ‘Abidin menyajikan tujuh tingkat (aqobah) yang harus ditempuh  


(50)

bagi orang yang ingin mendapatkan ridho dan ampunan Allah SWT. Aqobah tersebut adalah :

1. Aqobatul ‘ilmi wal ma’rifat (menuntut ilmu)

2. Aqobatut taubah (bertaubat – menyadari kesalahan, memohon ampun dan memperbaiki diri)

3. Aqobatul ‘awaiq (halangan dan rintangan) 4. Aqobatul ‘awarid (godaan)

5. Aqobatul bawa’is (dorongan dan motivasi) 6. Aqobatul qowadih (celaan)

7. Aqobatul hamdi wasy syukri (puji dan syukur)

Pada Minhajul ‘Abidin ini, Imam Al-Ghazali q.s. menyajikan apa masalah yang dihadapi pada setiap tingkat serta terapi dan solusi yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Ketujuh aqobah ini adalah kondisi umum yang dilewati oleh setiap penempuh jalan spiritual (suluk) menuju ridho Allah SWT. Siapa pun yang berhasil menyelesaikannya, maka ia akan menjadi hamba yang terpilih yang akan dirahmati dengan berbagai kemuliaan (karamah) dari Allah SWT. (http://www.scribd.com/doc/36931830/Studi-Kitab-Minhajul-Abidin-Di-Ponpes-Maslakul-Huda-Pati-Jateng)

2.11. Ilmu Fiqih

Fiqih atau fiqh adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia dengan Tuhannya. Beberapa ulama fiqih seperti Imam Abu Hanifah mendefinisikan fiqih sebagai pengetahuan seorang muslim tentang kewajiban dan


(51)

haknya sebagai hamba Allah.

Dalam bahasa arab, secara harfiah fiqih berarti pemahaman yang mendalam terhadap suatu hal. Beberapa ulama memberikan penguraian bahwa arti fiqih secara terminologi yaitu fiqih merupakan suatu ilmu yang mendalami hukum islam yang diperoleh melalui dalil di al-qur'an dan sunnah. selain itu fiqih merupakan ilmu yang juga membahas hukum syar'iyyah dan hubungannya dengan kehidupan manusia sehari-hari, baik itu dalam ibadah maupun dalam muamalah. Fiqih membahas tentang cara bagaimana beribadah, tentang prinsip rukun islam dan hubungan antar manusia sesuai dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-qur'an dan sunnah. dalam islam, terdapat 4 mazhab dari sunni, 1 mazhab dari syiah, dan khawarij yang mempelajari tentang fiqih. seseorang yang sudah menguasai ilmu fiqih disebut faqih.

Berikut dapat dilihat bagaimana sejarah fiqih mulai dikenal oleh manusia : 1. Masa nabi muhammad saw

Masa nabi muhammad saw ini juga disebut sebagai periode risalah, karena pada masa-masa ini agama islam baru didakwahkan. pada periode ini, permasalahan fiqih diserahkan sepenuhnya kepada nabi muhammad saw. sumber hukum islam saat itu adalah al-qur'an dan sunnah. periode risalah ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu periode makkah dan periode madinah. periode makkah lebih tertuju pada permasalah akidah, karena disinilah agama islam pertama kali disebarkan. ayat-ayat yang diwahyukan lebih banyak pada masalah ketauhidan dan keimanan. Setelah hijrah, barulah ayat-ayat yang mewahyukan perintah untuk melakukan puasa, zakat dan haji diturunkan secara bertahap. ayat-ayat ini diwahyukan ketika muncul sebuah


(52)

permasalahan, seperti kasus seorang wanita yang diceraikan secara sepihak oleh suaminya, dan kemudian turun wahyu dalam surat al-mujadilah. pada periode madinah ini, ijtihad mulai diterapkan, walaupun pada akhirnya akan kembali pada wahyu allah kepada nabi muhammad saw.

2. Masa khulafaur rasyidin

Masa ini dimulai sejak wafatnya nabi muhammad saw sampai pada masa berdirinya dinasti umayyah ditangan mu'awiyah bin abi sufyan. sumber fiqih pada periode ini didasari pada al-qur'an dan sunnah juga ijtihad para sahabat nabi muhammad yang masih hidup. ijtihad dilakukan pada saat sebuah masalah tidak diketemukan dalilnya dalam nash al-qur'an maupun hadis. permasalahan yang muncul semakin kompleks setelah banyaknya ragam budaya dan etnis yang masuk ke dalam agama islam.

Pada periode ini, para faqih mulai berbenturan dengan adat, budaya dan tradisi yang terdapat pada masyarakat islam kala itu. ketika menemukan sebuah masalah, para faqih berusaha mencari jawabannya dari al-qur'an. jika di al-qur'an tidak diketemukan dalil yang jelas, maka hadis menjadi sumber kedua . dan jika tidak ada landasan yang jelas juga di hadis maka para faqih ini melakukan ijtihad. Menurut penelitian ibnu qayyim, tidak kurang dari 130 orang faqih dari pria dan wanita memberikan fatwa, yang merupakan pendapat faqih tentang hukum.

3. Masa awal pertumbuhan fiqih

Masa ini berlangsung sejak berkuasanya mu'awiyah bin abi sufyan sampai sekitar abad ke-2 hijriah. rujukan dalam menghadapi suatu permasalahan masih tetap sama yaitu dengan al-qur'an, sunnah dan ijtihad para faqih. tapi,


(53)

proses musyawarah para faqih yang menghasilkan ijtihad ini seringkali terkendala disebabkan oleh tersebar luasnya para ulama di wilayah-wilayah yang direbut oleh kekhalifahan islam.

Mulailah muncul perpecahan antara umat islam menjadi tiga golongan yaitu sunni, syiah, dan khawarij. perpecahan ini berpengaruh besar pada ilmu fiqih, karena akan muncul banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda dari setiap faqih dari golongan tersebut. masa ini juga diwarnai dengan munculnya hadis-hadis palsu yang menyuburkan perbedaan pendapat antara faqih. Pada masa ini, para faqih seperti ibnu mas'ud mulai menggunakan nalar dalam berijtihad. ibnu mas'ud kala itu berada di daerah iraq yang kebudayaannya berbeda dengan daerah hijaz tempat islam awalnya bermula. umar bin khattab pernah menggunakan pola yang dimana mementingkan kemaslahatan umat dibandingkan dengan keterikatan akan makna harfiah dari kitab suci, dan dipakai oleh para faqih termasuk ibnu mas'ud untuk memberi ijtihad di daerah di mana mereka berada (kairo, dar al kutub al haditsah:12)

2.12. Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organisme-Response ini semula berasal dari psikologi. Kemudian menjadi teori komunikasi, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen : sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi dan konasi. (Effendy, 2003:254). Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu,  


(54)

teori ini menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari komunikasi. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71). Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh tersebut terjadi, tergantung pada kesesuaian isi dan penyajian stimulus. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah:

a. Pesan (Stimulus, S), merupakan pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda dan lambang.

b. Komunikan (Organism, O), merupakan keadaan komunikan di saat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator di terima sebagai informasi, dan komunikan akan memperhatikan informasi yang disampaikan komunikator. Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan oleh komunikator.

c. Efek (Response, R), merupakan dampak dari pada komunikasi. Efek dari komunikan adalah perubahan sikap, yaitu: sikap afektif, kognitif, dan konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan setelah adanya komunikasi. Efek kognitif berarti bahwa setiap informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan ( Effendi, 2003:118)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah Aspek “how’ bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how change the attitude bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses  


(55)

perubahaan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Effendy (2003:254-255), yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, (Effendy, 2003: 254-255) yaitu:

a. Perhatian b. Pengertian c. Penerimaan

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui gambar sebagai berikut: ORGANISME

Perhatian Pengertian Penerimaan

RESPONSE  Kognitif  Afektif  Konatif  STIMULUS

Gambar 2.1 Teori S-O-R (Effendy, 2003:225)

Menurut gambar dari model diatas menunjukkan bahwa stimulus atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan mungkin diterima atau mungkin di tolak. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan. Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yanh melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolahnya dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap yang menandakan keberhasilan dalam proses komunikasi (Effendy, 2003:255).

Demikian pula dengan informasi dalam acara Kiswah yang ditayangkan di TV9 Surabaya. Setelah menerima stimulus atau pesan yang berupa informasi atau pesan tersebut maka dengan perhatian, pengertian, dan penerimaan dari


(56)

berlangsungnya proses komuniksi, komunikan memberikan efek yang terakhir dari informasi yang disampaikan. Kemampuan komunikan dalam memahami informasi dalam acara dakwah Kiswah yang ditayangkan di televisi akan dapat membawa perubahan kepada diri komunikan.

Pada penelitian ini, masyarakat yang menjadi objek dalam penelitian ini berfungsi sebagai organism yaitu pihak yang menerima rangsangan atau stimulus dari televisi berupa adanya Acara dakwah ”Kiswah” yang menyajikan dakwah berbentuk ceramah agama, yang di dalamya memuat penyelesaian masalah dalam kehidupan manusia dan ajakan untuk selalu berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan sesuai dengan ajaran Islam. Selanjutnya masyarakat akan memproses stimulus yang diterimanya dan pada akhirnya akan memberikan respon atau tanggapan atas acara dakwah “Kiswah” di TV9 tersebut.

2.13. Kerangka Berpikir

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang mempunyai pengaruh paling kuat pada kehidupan manusia. Televisi dapat mendominasi komunikasi massa, karena sifatnya yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak. Televisi mempunyai kelebihan di banding media massa yang lain, yaitu dapat disajikan dalam bentuk audio visual. Dapat menggambarkan suatu peristiwa secara langsung dan tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa di suatu kota di suatu Negara yang satu dapat ditonton dengan baik di negara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, ataupun jurang (Effendy, 2000:176-177). Melalui media televisi , masyarakat dapat menyaksikan program-program acara hiburan sampai berita (news) yang disuguhkan oleh stasiun televisi. Apalagi


(57)

sekarang semakin banyak stasiun televisi yang bermunculan dan berlomba-lomba menyuguhkan banyak sekali program acara yang dikemas semenarik mungkin, sehingga membuat masyarakat untuk lebih aktif memilih program acara yang sesuai dengan kebutuhannya.

Seperti yang kita tahu, televisi-televisi local di Surabaya telah menjamur. Namun dari sekian banyak tayangan yang dihadirkan oleh televisi local, TV9 memiliki program tayangan yang religious. Salah satunya adalah program acara “Kiswah”. Kepanjangan dari Kiswah adalah, Kajian Islam Assunah Wal Jama’ah.. Disiarkan setiap hari pukul 18.00 WIB, dan untuk bulan Ramanadhan disiarkan setiap hari pukul 05.00 WIB dan pukul 21.30 WIB. Memiliki muatan dakwah dan pendidikan, diantaranya adalah : Kajian Al-Qur’an, Fiqih Kontemporer, nderes Kitab Kuning, dan Kajian Hadits. Beberapa penceramahnya adalah : Kyai Ach Zachro, Kyai Imron Jamil, Gus Ali, Kyai Abdurrachman Navis, Kyai Shonhaji

Mahfudz. Sebagian masyarakat menganggap acara Kiswah adalah acara

kampungan dan tidak mengikuti trend masa kini.

Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Sikap masyarakat Surabaya berusia 17 tahun keatas dan beragama Islam tentang acara Kiswah yang diTV9. Peneliti berusaha mengetahui hal tersebut diatas melalui kuisioner terhadap objek penelitian.

Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang


(58)

  maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Respon diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Sendjaja, 1999:71), dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.

Untuk lebih jelasnya dapat diterapkan dalam bagan dibawah ini: Response Perubahan Sikap Masyarakat muslim Setelah Melihat acara Kiswah di TV9 Surabaya Organisme : Pemirsa usia 17tahun keatas beragama muslim yang menonton acara “Kiswah” Stimulus : Tayangan

“Kiswah”

Mengandung muatan :

1. Dakwah

2. Pendidikan Islam 3. Kajian Hadits 4. Kajian Kitab 5. Ilmu Fiqih.

Gambar 2.2 :Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Sikap Masyarakat Tentang Acara “Kiswah” di TV9.


(59)

46

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.1.1. Definisi Operasional

Definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan indikator-indikator dari variable-variabel penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif dengan tujuan melukiskan secara sistematis fakta dan karakteristik populasi secara faktual dan cermat (Rakhmat, 1999:22).

Secara umum dakwah di tv dengan berbagai bentuk dan formatnya, masih belum meningkatkan rating acara yang bersangkutan. Dari sekian banyak acara dakwah yang ada, TV9 memiliki acara dakwah yang bernama Kajian Islam Aswajah (Kiswah) dengan materi yang berbeda dari materi dakwah yang lain. Penelitian ini dipusatkan untuk mengetahui sikap pemirsa Surabaya yang berumur 17 tahun keatas dan beragama Islam tentang acara “Kiswah” di TV9, khususnya adalah mengenai muatan-muatan yang ada di dalamnya antara lain: muatan dakwah, pendidikan Islam, Kajian hadits, kajian Kitab Kuning, Kajian Kitab Minhajul Abidin, dan Ilmu Fiqih. Untuk dapat lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :

Sikap pemirsa tentang acara Kajian Islam Aswajah (Kiswah) di TV9 Surabaya dapat dilihat dari aspek sikap meliputi kognitif yaitu pengetahuan pemirsa, afektif yaitu bagaimana perasaan pemirsa, dan konatif yaitu kecenderungan pemirsa bertindak setelah mendengarkan materi yang disampaikan dalam Kiswah. Acara Kiswah mengandung muatan dakwah yaitu suatu kegiatan


(1)

93

responden setuju setelah menonton acara Kiswah mereka akan meningkatkan amal dan ibadahnya, Karena menurut mereka peningkatan amal dan ibadah tidak bisa hanya dengan menonton acara dakwah saja namun kembali kepada niat individu masing-masing, sebab responden juga dipengaruhi oleh factor emosional dari dalam diri pribadi.


(2)

90 5.1. Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dilakukan oleh peneliti tentang hasil temuan dan analisis data yang dilengkapi dengan penyajian data dalam bentuk tabel-tabel frekuensi. Maka kesimpulan dalam penelitian “Sikap Pemirsa Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) Di TV9 Surabaya” adalah positif. Hal ini menunjukkan antusiasme pemirsa terhadap acara-acara dakwah yang memiliki keunikan. Pemirsa tertarik dengan acara dakwah Kiswah karena ceramah mengandung muatan dakwah, pendidikan Islam, kajian Hadits, kajian Kitab Kuning, Kajian Kitab Minhajul Abidin, serta Ilmu Fiqih, yang tidak semua acara dakwah membahasnya. Mayoritas pemirsa tertarik dan bersikap positif kepada acara dakwah Kiswah karena materi yang diangkat adalah mengenai masalah dalam kehidupan sehari-hari, dan yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalah tersebut bukan hanya dari Al-Qur’an dan Hadits saja melainkan juga dari kitab-kitab lain, seperti kitab Kuning, dan kitab Minhajul Abidin. Dengan demikian akan semakin banyak pengetahuan dalam bidang agama yang dapat diserap oleh pemirsa.

5.2. Saran

Saran yang disampaikan oleh peneliti yang berkaitan dengan sikap pemirsa tentang acara dakwah Kajian Islam Aswajah (Kiswah) Di TV9 Surabaya yaitu:


(3)

1. Media massa sebagai salah satu sumber informasi pendidikan dan hiburan diharapkan mampu menampilkan tayangan-tayangan yang cerdas dan benar-benar mendidik sehingga dengan demikian akan muncul sikap yang positif dalam diri pemirsanya

2. Media massa setelah menampilkan tayangan-tayangan yang mendidik dan informatif diharapkan dapat mengemas tayangan tersebut secara apik agar dapat menarik perhatian pemirsa sebagai khalayak media untuk tetap menontonnya, meliputi komunikator yang bertindak sebagai penyampai pesan, cara menyampaikan pesan, serta muatan atau isi pesan yang berbobot. Dan jika materi atau hal yang disampaikan adalah hal yang baru maka sebaiknya dijelaskan secara rinci kepada pemirsa, sehingga pesan yang disampaikan akan serap dan dipahami pemirsa dengan maksimal.

3. Dan untuk pemirsa diharapkan dapat jeli dan berpikir cerdas dalam memilih acara televisi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Alatas, 1997. Media Televisi Dan Perkembangannya, Yogyakarta : Andy.

Anas, Ahmad, Paradigma Dakwah Kontemporer, Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2006.

Assegaf, Djaffar, 1991, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: PT Ghalia Indonesia Azis, Moh. Ali, Ilmu Dakwah, Jakarta: Kencana, 2004.

Azwar, Syaifudin, 1997, Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Azwar, Syaifudin, 2002, Sikap Manusia, Yogyakarta:Pustaka Pelajar

dr. Muhammad Salam Madkur, Manahij Al Ijtihad Fi Al Islam, Kuwait : univ. Kuwait.

Effendy, Onong Uchjana, 1990. Dinamika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Effendi, Onong Uchjana. 1993. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung

Eriyanto, 1999. Metodologi Polling Memberdayakan Suara rakyat. Yogyakarta : Remaja Rosdakarya.

Hadi, Sutrisno, 2000. Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset Yogyakarta.

Ibnu al qayyim, i’lam al muwaqqi’in, kairo : dar al kutub al haditsah.

Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi. Rineka Citra. Jakarta.


(5)

McQuail, Dennis. 2004. Understanding The Media: The Extention Of Man, New York : New American Liberti.

Muhyidin, Asep dan Safei Agus Ahmad, Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: Pustaka Setia, 2002.

Nurudin. ”Persaingan, Pacu Kreatifitas TV Lokal”. Bestari, No. 209/Th. XVIII/Nopember/2005.

Rakhmat, Jalaluddin, 2004. Metode Penelitian Komunikasi Cetakan ke-11, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Anggota IKAPI.

Sari, 2003. Media Komunikasi Public, bandung : CV. Artnico

Suhandang, Kustadi. 2004. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Nuansa. Bandung.

Syah, Srikit, Media Massa Dibawah Kapitalisme, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Wahyudi, 2003. Globalosasi dan Komunikasi, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Well, Burnet & Moriarty L, 1999. Teqniques For Effetive Communications,

Dalam Cakram.

Wirawan, Nata, 2002. Cara Mudah Memahami Statistik 2, Bali : Keraras Emas.

NON BUKU :

http://www.cybermq.com/index.php?pustaka/detail/6/1/pustaka-116.html

http://hiburan.kompasiana.com/group/televisi/2010/09/26/kemana-acara-dakwah-ramadan-di-tv/


(6)

http://www.indowarta.com/index.php?option=com_content&view=article&id=65 72:hak-diabaikan-karyawan-tv-melaporkedisnaker&catid=137:kalimantan-barat&Itemid=364

http://jurnal.dikti.go.id/jurnal/detil/id/0:15206/q/pengarang:Purnomo%20/offset/4 5/limit/15

http://metro.vivanews.com/news/read/119982pagi_ini__karyawan_indosiar_turun _ke_jalan

http://nabimuhammad.info/2010/01/pedoman-selain-al-quran/

http://nasional.tvone.co.id/berita/view/30930/2010/01/01/sepuluh_tayangan_tv_be rpotensi_rusak_karakter_bangsa

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php/seputar-pesantren/1218-metode-memahami-kitab-kuning

http://www.solopos.com/2010/pergelaran/rating-bukan-jaminan-mutu-tayangan-televisi-11740


Dokumen yang terkait

MOTIF PEMIRSA TELEVISI SURABAYA DALAM MENONTON ACARA VARIETY SHOW “EAT BULAGA INDONESIA” DI SCTV (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Motif Pemirsa Televisi Surabaya Terhadap Acara Variety Show Eat Bulaga Indonesia Segmen Kuis Indonesia Pintar di SCTV).

2 4 163

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV ).

1 1 94

MENGUKUR KEPUASAN PEMIRSA TV9 SURABAYA : STUDI SURVEI KEPUASAN PEMIRSA TV9 DI KOTA SURABAYA.

2 2 78

DAKWAH ISLAM DALAM BINGKAI MEDIA PENYIARAN TELEVISI LOKAL : KAJIAN TERHADAP PROGRAM ACARA DAKWAH JTV SURABAYA.

1 3 71

PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV.

1 3 138

EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH (STRATEGI PENGUKUHAN EKSISTENSI TV9 SEBAGAI MEDIA DAKWAH).

0 3 98

PENCERAPAN NILAI HIBURAN DAN PESAN DAKWAH BAGI AUDIENCE DI PROGRAM KISWAH TV9 SURABAYA.

1 2 37

OPINI PEMIRSA TERHADAP DUBBING DALAM PROGRAM ACARA FILM ASING SUROBOYOAN DI JTV (Studi Deskriptif tentang Opini Pemirsa JTV di Surabaya terhadap Dubbing dalam Program Acara Film Asing Suroboyoan di JTV) Repository - UNAIR REPOSITORY

0 1 153

SIKAP PEMIRSA TENTANG ACARA DAKWAH KAJIAN ISLAM ASWAJAH (KISWAH) DI TV9 SURABAYA (Studi Deskriptif Terhadap Sikap Pemirsa Surabaya Tentang Acara Dakwah Kajian Islam Aswajah “Kiswah” di TV9)

0 1 23

MOTIF PEMIRSA MENONTON PROGRAM ACARA BLAKRA’AN DI JTV ( Studi Deskriptif Motif Pemirsa di Surabaya Menonton Program Acara Blakra’an di JTV )

0 1 22