PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV.

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Samrotul Jannah, NIM B01212029, 2016, PERSEPSI SANTRI PONDOK PESANTREN MAHASISWA AL-JIHAD SURABAYA TERHADAP PROGRAM DAKWAH DI TV9 DAN JTV. Skripsi Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Persepsi Santri, Program Dakwah, Yuk Kita Sholawatan, Padange Ati.

Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan di TV9 dan Padange Ati di JTV. (2) Bagaimana komparasi antara program dakwah

“Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil

persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya.

Untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif dengan jenis Induktif. Serta teknik Analisis Komparatif Konstan (Constant Comparative Analysis). Menganalisis serta membandingkan program dakwah Yuk Kita Sholawatan dan Padange Ati dengan model teori Uses

and Gratifications.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV ada dua persepsi yaitu persepsi positif dan persepsi negatif (1) persepsi positif: mayoritas santri PPM. Al-Jihad Surabaya cenderung menyetujui dan mendukung dengan adanya kedua program dakwah tersebut karena selain bermanfaat kedua tayangan tersebut menarik untuk diikuti, kreatif, unik dan inovatif, acaranya santai, dan dapat diaplikasan dalam kehidupan sehari-hari. Jika dilihat dari persepsi ini santri PPM. Al-Jihad Surabaya merasa puas terhadap apa yang dilihat dan didengar (gratifiction) juga mengandung manfaat atau adanya hikmah yang dipetik (uses) (2) persepsi negatif: santri PPM. Al-Jihad Surabaya kurang puas terhadap program YKS karena terlalu banyak guyonan sehingga timbul rasa bosan. Sedangkan untuk acara Padange Ati selain kurang puas dengan sesi tanya jawab yang model settingan karena bagi audiens lain yang ingin bertanya tidak bisa tersampaikan juga kurang puas dengan jam tayangnya, karena waktunya menjelang maghrib hingga ba’da maghrib sehingga untuk pemirsa yang melaksanakan ibadah sholat maghrib tidak dapat mengikuti acara secara keseluruhan karena waktunya terpotong oleh sholat magrib.

Komparasi dari kedua program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV. Persamaan, kedua program tersebut sama-sama program dakwah dalam bentuk talkshow majelisan dan menarik untuk diikuti, santai, penuh humor serta mengandung pesan dakwah dan sholawat. Perbedaan, YKS acara sholawatan yang diselingi tausiyah sedangkan PA merupakan acara tausiyah tapi diselingi sholawat. Rekomendasi untuk peneliti berikutnya agar dapat mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini dengan membahas tentang studi komparatif program religi di TV9 dan JTV edisi Ramadhan.


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

PERNYATAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi Konsep ... 10

F. Sistematika Pembahasan ... 13

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik 1. Tinjauan Program Dakwah ... 16

2. Macam-macam Program Dakwah ... 23

3. Televisi Sebagai Media Dakwah ... 28


(8)

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 41

BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 48

B. Kehadiran Peneliti ... 50

C. Setting Penelitian ... 50

D. Sumber Data ... 51

E. Pengumpulan Data ... 54

F. Analisis Data ... 58

G. Pengecekan Keabsahan Data ... 59

H. Tahapan Penelitian ... 60

BAB IV : PENYAJIAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Setting Penelitian ... 68

B. Penyajian Data ... 76

C. Temuan Penelitian ... 91

D. Komparasi Hasil Penelitian ... 104

E. Relevansi Hasil Temuan Penelitian dengan Teori ... 115

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 125

B. Saran ... 126

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era modern ini, perkembangan dalam bidang teknologi informasi sedemikian pesatnya sehingga kalau digambarkan secara grafis, kemajuan yang terjadi terlihat secara eksponensial dan tidak ada yang dapat menahan lajunya perkembangan teknologi informasi (Bungin 2008: 143). Amat disayangkan manakala kemajuan tekhnologi informasi ini tidak dimanfaatkan untuk kepentingan dakwah. Apalagi dalam realitas sekarang ini, hampir sebagian besar masyarakat telah memiliki peralatan teknologi informasi.1

Salah satu contoh peralatan teknologi yang banyak disukai oleh masyarakat adalah televisi. Kehadiran televisi bagi masyarakat industri

bagaikan “agama baru”. Betapa tidak, televisi telah menggeser agama

-agama konvensional. Khutbahnya didengar dan disaksikan oleh jamaah yang lebih besar dari jamaah agama apapun. Rumah ibadahnya tersebar di seluruh pelosok bumi, ritus-ritusnya diikuti dengan penuh kekhidmatan dan dapat menggetarkan hati serta mempengaruhi bawah sadar manusia. Kehadiran televisi juga telah mengambil sebagian besar waktu manusia untuk menonton televisi. Menurut Broadcasting Year-book (1985) rumah-rumah di Amerika Serikat, 25 % menonton TV di waktu pagi, 30 % di

1 Abdul Basit, “Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan di Indonesia”, Jurnal


(10)

2

waktu sore, dan 63 % di waktu malam (jam 8-11), dan hampir ¾ atau 84 dari mereka adalah menonton televisi (Jeffers 1986: 122).2

Tidak dipungkiri, dewasa ini televisi merupakan media massa yang sangat populer ditengah masyarakat. Ia ada hampir di setiap tempat-tempat umum, kantor, rumah bahkan kamar. Oleh karena itu, setiap berita yang disampaikan melalui media televisi akan sangat mudah sampai ke tengah kalangan masyarakat. Demikian pula jika yang disampaikan melalui televisi adalah pesan-pesan tabligh, maka ia akan dengan cepat tersosialisasikan.3 Untuk itu, alangkah baiknya jika program-program dakwah di televisi lebih diperbanyak lagi, karena menyeru kebenaran dan mencegah kemungkaran adalah tugas hidup setiap Muslim. Dengan kata lain, setiap Muslim berkewajiban untuk berdakwah. Sebagaimana dalam firman Allah dalam QS. Ali Imran [03]: 104.



















Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang

munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran [03]:

104).4

2 Ibid, hh. 88-89

3 Aep Kusnawan, Komunikasi & Penyiaran Islam (Bandung: Benang Merah Pres, 2004), hh. 73-74


(11)

3

Oleh karena itu perlunya pemanfaatan televisi sebagai media dakwah dengan sebaik-baiknya, agar proses penyampaian dakwah cepat menyeluruh ke seluruh pelosok dunia dan dakwahpun berjalan efektif.

Televisi sangat berperan penting untuk mengembangkan dakwah karena dakwah melalui televisi hasilnya akan lebih efektif dibanding dengan dakwah konvensional. Media televisi mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, bahkan mampu menjangkau khalayak yang tidak terjangkau oleh media cetak. Televisi ditonton oleh jutaan orang secara teratur yang secara geografis belum tentu terjangkau oleh media lain, sebagai media yang menggabungkan unsur visual dan suara, maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap audien dengan tekanan pada dua indra sekaligus, yaitu penglihatan dan pendengaran selain itu televisi mempunyai kemampuan kuat dalam memengaruhi persepsi khalayak, bahkan orang rela berjam-jam meluangkan waktu untuk mengikuti acara berita, hiburan dan lain-lain. Televisi juga mampu menyajikan informasi teraktual dengan cepat yang tidak bisa dilakukan oleh media cetak.5 Serta sebagai suatu sarana komunikasi ampuh yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.6

Media televisi memang mampu menjauhkan manusia dari kenyataan hidup sehari-hari. Tetapi TV juga dapat disebut sebagai „jendela dunia besar’, karena realitas sosial yang berhasil ditayangkannya. Pada dasarnya

5 Rama Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2015), h. 129.

6 Sony Set, Menjadi Perancang Program Televisi Profesional (Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2008), h.32


(12)

4

manusia mempunyai keingintahuan yang besar terhadap sesuatu diluar dirinya, untuk itu media televisi menjawabnya dengan model suara gambar yang bergerak dan mampu menyentuh aspek pikologis setiap manusia.7

Berkat jangkauannya yang luas dan mendalam, televisi mempunyai peran dan dampak yang besar dalam mengajar dan mendidik anak Indonesia. Televisi sangat mempengaruhi masyarakat penontonnya, untuk itu harus mempertimbangkan dengan baik pengaruh apa saja yang diinginkan dan tidak diinginkan dari sebuah tayangan televisi.8 Namun dalam hal ini stasiun televisi TV9 dan JTV menampilkan berbagai macam program religi. Semakin banyak program religi yang ditayangkan di berbagai stasiun tv maka semakin banyak pulalah pengaruh positif dalam kehidupan manusia baik itu dalam segi pendidikan, pemahaman mengenai Islam maupun tingkat keimanannya.

Media televisi di Indonesia bukan lagi dilihat sebagai barang mewah, seperti ketika pertama kali ada. Kini media layar kaca tersebut sudah menjadi salah satu barang kebutuhan pokok bagi kehidupan masyarakat nusantara untuk mendapatkan informasi. Dengan kata lain informasi sudah merupakan bagian dari hak manusia untuk aktualitas diri.9

Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi dengan menggunakan bayangan gambar

7 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi Cetakan I (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996), h. 33

8 Herru Effendi, Industri Pertelevisian Indonesia (Jakarta: Erlangga, 2008), hh. 11-12 9 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa, hh. 33-34


(13)

5

dan suara, demikian halnya dengan video dan film.10 Televisi merupakan suatu sistem yang luar biasa besarnya, kamera dan mikroponnya mempunyai peranan yang menentukan bagi daya tarik mata dan telinga, sedangkan video kabel yang akan membawakan sinyal agar dapat menyentuh sistem saraf kita.11 Seperti diketahui bahwa kita menerima berbagai informasi melalui panca indera, mata, telinga, hidung, mulut dan kulit. Berbagai informasi ini justru informasi melalui mata yang paling besar prosentasenya, sampai 75% dari seluruh informasi yang dapat diterima, hal ini dapat kita rasakan bahwa sebagian besar informasi ini diterima dengan jalan melihat. Dengan demikian bahwa media audio visual (televisi) merupakan media yang memberikan informasi terbesar dibanding dengan informasi yang diberikan melalui media lainnya.12

Dengan citra dan suaranya, televisi dapat menjangkau 96 persen rumah tangga Inggris. Televisi hadir di segenap lapisan masyarakat dan mengudara 24 jam dalam sehari. Tingkat jangkauan televisi dan konteks domestik penerimaannya memberinya sejenis kekuasaan yang khas. Jangkauan itu meningkat melalui modus penyampaian. Wajah dan kata-kata atraktif sang pemandu acara TV secara personal berdialog langsung dengan audien dari layar kaca, misalnya pada program yang bersifat akrab dan langsung.13

10 Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 2

11 Ibid, hh. 3-4 12 Ibid, h. 5

13 Graeme Burton, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi


(14)

6

Sesuai dengan daya tarik televisi yang sangat besar terhadap khalayak serta mampu menjangkau sasaran luas (sebagian besar masyarakat Indonesia) maka televisi lebih efektif jika digunakan sebagai media dakwah, karena dakwah yang disampaikan melalui media televisi secara otomatis jangkauan dakwahnya akan lebih luas dan kesan keagamaan yang timbul akan lebih dalam karena media televisi selain dapat didengar juga dapat dilihat meskipun hanya dilayar saja.

Media televisi memang termasuk salah satu alat untuk kesuksesan program dakwah. Namun persepsi khalayak juga mampu membangun efektivitas kegiatan dakwah itu sendiri. Dalam kenyataannya, tidak setiap muslim dengan sengaja melakukan kegiatan dakwah dan tidak setiap muslim yang sengaja berdakwah telah melakukan perannya dengan efektif. Oleh karena itu agar program dakwah dapat berlangsung lancar dan berhasil baik diperlukan pengetahuan tentang persepsi dari masyarakat, karena dari persepsi itu sendiri akan terlihat letak kekurangan dan kelebihan program dakwah tersebut, setelah kelebihan ataupun kekurangan tersebut tampak maka dari kekurangan itu bisa di perbaiki dan dari kelebihan tersebut bisa lebih dioptimalkan kembali sehingga berhasil meraih program dakwah yang efektif. Pada dasarnya dakwah adalah kegiatan penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lainnya, maka perlu dikaji faktor apa saja yang merupakan penghambat dan memperlancar kegiatan dakwah. Dalam hal ini persepsi adalah sebagai acuan mengembangkan program dakwah agar lebih baik dan mendapatkan


(15)

7

hasil yang maksimal, oleh karena itu di sini persepsi santri PPM. Al-Jihad di jadikan dasar atas efektifnya program dakwah di TV9 dan JTV.

Saat ini banyak sekali tayangan program baru televisi yang

menggunakan jargon “religi” misalnya yang ditayangkan oleh stasiun TV9

dan JTV. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV” yang bertujuan untuk mengetahui persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program dakwah di TV9 dan JTV khususnya pada tayangan Yuk Kita Shalawatan (YKS) di TV9 dan

“Padange Ati (PA)” di JTV. Kemudian dari persepsi santri mengenai

kedua program dakwah tersebut dikomparasikan, dengan mencari persamaan dan perbedaan persepsi santri Al-Jihad mengenai program dakwahnya.

Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu mengetahui persepsi santri al-Jihad terhadap salah satu program dakwah di TV9 dan JTV. Maka harus ada persamaan dan perbedaan dari masing-masing persepsi tersebut mengenai program dakwah YKS dan Padange Ati. Karena setiap orang pasti mempunyai persepsi yang berbeda-beda.

Alasan peneliti memilih TV9 dan JTV karena keduanya merupakan televisi Surabaya yang mayoritas disukai oleh masyarakat Jawa Timur dan dominan menayangkan acara-acara edukatif yang bernuansa religi dibanding dengan stasiun tv lainnya yang mayoritas menayangkan sinetron ataupun infotaiment, meskipun pada kenyataannya JTV sendiri merupakan


(16)

8

salah satu televisi stasiun dangdut tetapi tv ini juga banyak menayangkan program religi, dalam kata lain JTV termasuk stasiun televisi yang dominan lebih banyak menayangkan program religi bisa dikatakan JTV merupakan stasiun tv Jawa bernuansa religi kedua setelah TV9. Selain itu kedua televisi ini merupakan televisi Jawa Timur yang tayangan dakwahnya terdapat berbagai macam variasi misalnya dalam bentuk tausiyah agama, musik religi, talkshow Islami dan lain-lain.

Tidak dapat dipungkiri program-program religi pada kedua stasiun tv tersebut merupakan suatu program yang banyak diminati khalayak khususnya masyarakat Jawa Timur. Sehingga peneliti tertarik untuk menjadikan TV9 dan JTV sebagai bahan penelitian dengan membandingkan persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai salah satu program dakwahnya. Karena dari beberapa persepsi itu akan membangun media yang memuat program religi tersebut sehingga menjadi lebih inovatif dan kreatif. Alasan peneliti memilih santri al-Jihad sebagai responden karena santri Al-Jihad sendiri sudah pernah menyaksikan kedua program acara tersebut, dari sini juga dapat diketahui mengapa santri al-Jihad menyukai progragram YKS dan Padange Ati, apakah memang acaranya yang menarik untuk diikuti, ataukah karena pengisi acaranya dari keluarga besar al-Jihad sendiri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat memaparkan rumusan masalah sebagai berikut:


(17)

9

1. Bagaimana persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap program

dakwah “Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati

(PA)” di JTV?

2. Bagaimana komparasi antara program dakwah “Yuk Kita Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program dakwah “YKS” di TV9dan “Padange Ati” di JTV.

2. Untuk mengetahui komparasi antara program dakwah “Yuk Kita

Sholawatan (YKS)” di TV9 dan “Padange Ati (PA) di JTV” dari hasil

persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya

D. Manfaat Penelitian

Setiap kegiatan pasti mempunyai manfaat, baik itu bagi diri sendiri maupun orang lain. Begitu pula dengan penelitian ini. Karena dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menarik minat peneliti lain, khususnya dikalangan mahasiswa, untuk mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama dan serupa.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Teoritis:

a) Hasil penelitian ini diharapkan menambah wawasan baru terhadap pengembangan ilmu di bidang dakwah khususnya di prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam.


(18)

10

b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai pedoman atau referensi untuk penelitian yang sejenis.

2. Praktis:

a) Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis b) Bagi media televisi khususnya TV9 dan JTV, hasil penelitian ini

diharapkan mampu dijadikan sebagai salah satu referensi untuk meningkatkan kualitas program yang sudah ada serta memunculkan program-program dakwah baru yang lebih kreatif dan inovatif.

c) Di era modern ini kalangan anak muda lebih menyukai tayangan-tayangan sinetron FTV dibanding dengan acara-acara dakwah. Untuk itu diharapkan penelitian ini dapat lebih memotivasi dengan menambah minat para santri PPM. Al-Jihad Surabaya dalam mengikuti tayangan program dakwah.

E. Definisi Konsep

1. Persepsi Santri

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Persepsi ini di definisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera (penginderaan) untuk


(19)

11

dikembangkan sedemikian rupa sehingga seseorang dapat menyadari di sekelilingnya, termasuk sadar akan dirinya sendiri.14

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.15

Dalam hal ini yang dimaksud persepsi santri ialah persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV. Adapun persepsi ini terjadi karena santri PPM. Al-Jihad sudah pernah menyaksikan kedua program dakwah tersebut.

2. Program Dakwah

Sebelum membahas program dakwah, terlebih dahulu perlu mengenai istilah program dan dakwah.

Dalam Kamus Ilmiah Populer, program ialah acara, rencana untuk diperjuangkan, rancangan.16 Menurut Suharsimi Arikunto, program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang dilakukan maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program

14 Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam (Jakarta: Prenada Media, 2004), h. 88

15 Ibid, h. 89


(20)

12

ini terjadi di dalam sebuah organisai yang artinya harus melibatkan sekelompok orang.17

Syekh Ali Mahfuz sebagaimana yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman mengartikan dakwah dengan mengajak manusia kepada kebaikan dan petunjuk Allah SWT, menyeru mereka kepada kebiasaan yang baik dan melarang mereka dari kebiasaan buruk supaya mendapatkan keberuntungan di dunia dan akhirat.18 Pengertian dakwah yang dimaksud Ali Mahfuz lebih dari sekedar ceramah dan pidato, walaupun memang secara lisan dakwah dapat diidentikkan dengan keduanya.19

Berdasarkan definisi dari masing-masing kata yakni program dan dakwah, maka makna dari program dakwah adalah rencana usaha yang disusun dalam rangka mencapai tujuan dakwah yaitu merealisasikan nilai-nilai Islami dalah kehidupan masyarakat guna menciptakan masyarakat yang diridhai Allah SWT.20 Jadi program dakwah merupakan suatu rancangan yang sudah disusun secara terperinci, detail dan sistematis dalam perencanaan aktivitas dakwah, yang dibuat sebagai aktivitas penyampaian nilai-nilai Islam.

17 Ullyn Kartikasari, “Pelaksanaan Program Dakwah Kelompok Bermain dan Taman Kanak

-Kanak Islam “Buah Hati Kita” Danguran Kabupaten Kalten” (Skripsi tidak diterbitkan,

Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), h. 12

18 A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 28

19 Ibid, h. 29

20Galih Dharma Dewangga, “Manajemen Program Dakwah Jaringan Pemuda dan Remaja

Masjid Indonesia Pengurus Wilayah DKI Jakarta” (Skripsi tidak diterbitkan, Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 40


(21)

13

Dalam hal ini yang menjadi program dakwah ialah acara-acara religi yang terdapat di TV9 dan JTV khususnya pada program dakwah YKS dan Padange Ati. Hal ini bertujuan untuk membandingkan serta mengetahui persamaan dan perbedaan kedua program tersebut dari persepsi santri al-Jihad mengenai adanya kedua program dakwah tersebut. Sehingga dapat juga diketahui keefektivan dari masing-masing program dakwah.

Jika yang diperbandingkan situasi atau kejadian, unsur-unsur atau komponen yang dianalisis sedikit berbeda, umpamanya meliputi deskripsi situasi atau kronologis kejadian, kompleksitas situasi atau intensitas kejadian, faktor-faktor penyebab dan akibat-akibatnya. Dari analisis tersebut juga akan dapat ditemukan faktor-faktor dominan yang melatarbelakangi atau diakibatkan oleh suatu situasi atau kejadian.

F. Sistematika Pembahasan

Agar dalam penyusunan proposal ini lebih sistematis dan terfokus pada satu pikiran, maka peneliti menyajikan sistematika pembahasan sebagai gambaran umum penulisan proposal penelitian.

BAB I : PENDAHULUAN pada bab ini pembahasannya berisi tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Konsep dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : KAJIAN KEPUSTAKAAN berisi tentang kerangka teoritik, yaitu bagian yang menguraikan dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitin ini, serta penelitian terdahulu yang relevan.


(22)

14

BAB III : METODE PENELITIAN pada bab ini menguraikan tentang berbagai metode yang digunakan pada penelitian ini antara lain: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, dan sumber data, tekhnik pengumpulan data, tekhnik analisis data, tekhnik pengecekan keabsahan data, tahapan penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DAN TEMUAN PENELITIAN berisi tentang Setting Penelitian, Penyajian Data, Temuan Penelitian.

BAB V : PENUTUP berisi tentang kesimpulan dari hasil kajian dari permasalahan yang ada dalam penelitin ini dan kemudian ditutup dengan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan rekomendasi bagi penelitian selanjutnya.


(23)

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Kerangka Teoritik

Program dakwah merupakan suatu rancangan kegiatan islami yang telah disusun secara detail, rinci dan sistematis. Dalam hal ini yang menjadi program dakwah ialah acara-acara religi yang terdapat pada stasiun tevisi TV9 dan JTV khususnya pada tayangan “Yuk Kita

Sholawatan” dan Padange Ati” kemudian membandingkannya dari

masing-masing program dakwah yang terdapat dikedua stasiun tersebut, dengan dicari persamaan dan perbedaan dari keduanya dari hasil persepsi santri al-Jihad. TV9 dan JTV memuat berbagai macam bentuk program religi, misalnya dalam bentuk ceramah, talkshow, musik religi, wayang, dan lain sebagainya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Uses and

Gratifications (model kegunaan dan kepuasan) yang ditemukan oleh Elihu

Katz Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch.1 Teori ini mengungkapkan tentang penggunaan media massa yang dapat menimbulkan kepuasan atau pemenuhan kebutuhan bermedia. Model teori ini menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahn utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi lebih bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak yang aktif, yang sengaja menggunakan media untuk mencapai tujuan khusus.


(24)

16

Model Uses and Gratifications ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan seseorang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkann perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratification) atas kebutuhan seseorang. Oleh karena itu, sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu.2 Contoh pengaplikasian pada media yaitu memanfaatkan media televisi sebagai media dakwah untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai ajaran Islam dan bagaimana perkembangannya.

1. Tinjaun Program Dakwah

a. Pengertian Program Dakwah

Sebelum membahas program dakwah, terlebih dahulu perlu mengenal istilah program dan dakwah.

Dalam Kamus Ilmiah Populer, program ialah acara, rencana untuk diperjuangkan, rancangan.3 Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum. Menurut pengertian secara umum, program dapat diartikan sebagai rencana4. Misalnya jika seorang mahasiswa UINSA jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam “Retorika” ditanya oleh

2 Elvinaro Ardianto & Lukiati Komala Erdiana, Komunikasi Masa Suatu Pengantar

(Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004), hh. 73-74

3 Nur Khalif Hazin & AR. Elhan, Kamus Ilmiah Populer, h. 348

4 Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Cet V (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 3


(25)

17

salah satu dosen mengenai apa programnya sesudah menyelesaikan pendidikan strata satu (S1), maka arti program dalam kalimat tersebut adalah rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan setelah lulus kuliah. Rencana ini mungkin berupa keinginan untuk melanjutkan ke S2, mendirikan lembaga dakwah, membuka pelatihan da’I muda dan lain sebagainya.

Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

1) Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

2) Terjadi dalam waktu relatif lama, bukan kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan

3) Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.5

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melakukan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu yang relatif lama. Pengertian program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan, maka program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan bukan hanya satu kali tetapi


(26)

18

berkesinambungan. Pengertian program yang dikemukakan di atas adalah pengertian secara umum.6

Dalam buku yang lain Suharsimi (2008: 291) mendefinisikan program sebagai suatu kegiatan yang direncanakan dengan seksama. Sedangkan Farida Yusuf Tayibnapis (2000: 9) mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicobalakukan seseorang dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Dalam buku ini program diartikan sebagai serangkaian kegiatan yang direncanakan dengan sekasama dan dalam pelaksanaannya berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan banyak orang. Dalam pengertian tersebut ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai program, yaitu:

1) Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. Bukan asal rancangan, tetapi rancangan kegiatan yang disusun dengan pemikiran yang cerdas dan cermat.

2) Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. Dengan kata lain ada keterkaitan antar kegiatan sebelum dengan kegiatan sesudahnya.


(27)

19

3) Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi, baik organisasi formal maupun organisasi non formal bukan kegiatan individual.

4) Kegiatan tersebut dalam implementasi atau pelaksanaanya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan oleh perorangan tanpa ada kaitannya dengan kegiatan orang lain.7

Dalam kehidupan, terdapat juga program yang berlangsung hanya dalam waktu singkat, misalnya program Hari Besar Nasional di suatu organisasi kemahasiswaan. Kegiatan-kegiatan dalam program ini dapat diklasifikasikan sebagai program karena mengandung beberapa komponen kegiatan. Misalnya, kegiatan memperingati HUT RI, Peringatan Hari Besar Islam (PHBI), Bulan Ramadan, Iedul Fitri dan lain sebagainya.8

Ditinjau dari segi etimologi atau asal kata (bahasa), dakwah berasal dari Bahasa Arab, yang berarti “panggilan, ajakan atau

seruan”.9

Dalam bahasa al-Qur’an, dakwah terambil dari kata,

Da’a, Yad’u, Da’watan. Secara lughawi (etimologi) memiliki

kesamaan makna dengan kata al-nida yang berarti menyeru atau

7 S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik

dan Calon Pendidik (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hh. 8-9

8 Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan, h. 4


(28)

20

memanggil.10 Arti kata dakwah ini semakna dengan apa yang terkandung dalam QS. An-Nahl [16]: 125

                                 

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih

mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl

[16]:125).11

Ditinjau dari aspek terminologis, menurut beberapa pakar dakwah adalah:

1) Sebagaimana yang dikutip oleh A. Ilyas Ismail dan Prio Hotman dalam bukunya Filsafat Dakwah bahwa Sayyid Qurthub lebih memandang dakwah secara holistis, yaitu sebuah usaha untuk mewujudkan sistem Islam dalam kehidupan nyata dari tataran yang paling kecil, seperti keluarga, hingga yang paling besar, seperti Negara atau

umamah dengan tujuan mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat. Dan untuk mewujudkan sistem tersebut, menurut M. Quraish Shihab diperlukan keinsafan atau kesadaran

10 A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah, h. 27 11 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 281


(29)

21

masyarakat untuk melakukan perubahan dari keadaan yang tidak atau kurang baik menjadi baik.12

2) S.M. Nasaruddin Latif sebagaimana yang dikutip Siti Muriah dakwah adalah usaha atau aktivitas dengan lisan atau tulisan dan lainnya yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT sesuai dengan garis-garis aqidah syari’at serta akhlak Islamiyah.13

3) Thoha Yahya Umar sebagaimana yang dikutip Siti Muriah dakwah yakni mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan akhirat.14 Dari berbagai pengertian diatas dapat diambil benang merah bahwah dakwah ialah suatu aktivitas mengajak/menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar untuk mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

Berdasarkan definisi dari masing-masing kata yakni program dan dakwah, maka makna dari program dakwah adalah rencana usaha yang disusun dalam rangka mencapai tujuan dakwah yaitu merealisasikan nilai-nilai Islami dalah kehidupan masyarakat guna

12 A. Ilyas Ismail & Prio Hotman, Filsafat Dakwah, h. 29

13 Siti Muriah, Metodologi Dakwah Kontemporer Cet I (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000), h. 4


(30)

22

menciptakan masyarakat yang diridhai Allah SWT.15 Dengan kata lain program dakwah merupakan suatu rancangan kegiatan yang sudah disusun sacara terperinci, detail dan sistematis dalam perencanaan aktivitas dakwah, yang dibuat sebagai aktivitas penyampaian nilai-nilai Islam. Dalam hal ini yang menjadi program dakwah ialah acara-acara religi yang terdapat di TV9 dan JTV baik itu dalam bentuk tausiyah, musik religi maupun talkshow. Hal ini bertujuan untuk pengetahui persamaan dan perbedaan dari setiap program dakwah sehingga dapat diketahui keefektifan dari masing-masing program dakwah.

Kriteria program dakwah, dalam menyusun suatu program

dakwah, haruslah direncanakan dan disusun secara matang karena bila suatu program disusun dengan tidak ada pertimbangan yang matang maka akan terjadi kegagalan dalam pencapaian tujuannya. Dengan demikian dalam penyusunan program dakwah ada hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu sebagai berikut:

a) Program dakwah disusun berdasarkan kenyataan atas kebutuhan kenyataan yang ada (terbukti secara empiris). Jadi, penyusunan program disesuaikan dengan kebutuhan obyek dakwah yang akan dihadapi.

b) Menggunakan pemikiran, imajinasi dan kemampuan memprediksi hal-hal yang mungkin saja terjadi di masa yang akan datang.


(31)

23

Memberikan gambaran keadaan pada masa yang akan datang serta tindakan-tindakan alternatif yang biasa menghambat dakwah. Pada tahap ini diharapkan seorang manajer mempunyai rencana cadangan apabila banyak terdapat hal-hal yang biasa menghambat prosesnya.16

2. Macam-macam Program Dakwah

a. Program Dakwah TV9

1) KISWAH: Kajian Islam Aswaja (Kiswah) adalah paket program unggulan dan fovorit pemirsa, berupa pengajian rutin (reguler mingguan) diasuh oleh para Kyai pesantren dan intelektual Islam. Program ini mengajak pemirsa mendalami Islam secara benar, utuh dan toleran. Pengasuh program ini antara lain: KH. Agus Ali Masyhuri, Prof. Dr. KH. Ahmad Zahro, MA, KH. Abdurrohman Navis, KH. Imron Jamil, KH. Sonhaji Mahfudz, Habib Taufiq Assegaf, Habib Jamal Baaqil, KH. Husein Rifai, KH. Lukman Hakim, KH. Ahmad Jamaludin, dan sejumlah Kyai pesantren lainnya. Acara ini tayang pada setiap hari Senin-Minggu, 16.30 WIB.

2) KISWAH EVENT: Event acara pengajian Kiswah yang dilaksanakan oleh masyarakat/komunitas ASWAJA sebagaimana Pesantren, Ta’mir Masjid, dan Majlis Ta’lim, kepengusan NU. Keunggulan acara ini terletak pada proses

16 Agita Pratiwi, Makalah Program Dakwah

(http://agitapratiwi93.blogspot.co.id/2014/01/program-dakwah.htnl?m=. Diakses 28 April 2016 17:26)


(32)

24

produksi yanga alami, bersifat roadshow dan dihadiri oleh ribuan pengunjung, sehingga sangat bagus untuk dikerjasamakan dengan sponsorship.

3) SHALLU ALAN NABI: Merupakan program musik yang paling digemari pemirsa, menampilkan musik khas selera masyarakat santri, berupa musikalisasi Shalawat Nabi diberbagai venue dan event yang diselenggarakan oleh masyarakat. Program ini telah berhasil mengetengahkan seni ritual keagamaan bershalawat yang selama ini terpinggir ke ranah budaya populer masyarakat melalui televisi. Program ini tayang pada hari Kamis, 22.00 WIB dan Juma’at, 13.00 WIB. 4) JURNAL 9 : Program berita televisi yang menampilkan

peristiwa dengan penyajian yang santun menggunakan prinsip „Jurnalisme Kemaslahatan’. Tayang empat kali sehari. Jurnal9 Pagi (04.30), Jurnal9 Siang (12.00) dan Jurnal9 Petang (18.00). Disetiap akhir pekan disajikan Jurnal9 Sepekan (18.00).

5) INSPIRASI FATAYAT : Merupakan program acara yang ditujukan bagi wanita muda untuk memberikan inspirasi bagi mereka agar bisa menjadi pribadi yang bermanfaat dan bermartabat. Acara ini berdurasi 60 menit dikemas dalam bentuk dialog dengan mendatangkan narasumber yang kompeten di bidangnya masing-masing. Program ini didukung


(33)

25

sepenuhnya oleh Fatayat NU Jawa Timur, sehingga memiliki audien yang loyal dan tersegmentasi. Tayang pada 20.00 WIB. 6) BUKAN SEKEDAR KULINER : Merupakan program masak-memasak yang ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga/para perempuan. Konsep program BKS ini adalah ulasan cara membuat masakan/jajanan kuliner khas pondok pesantren dan masyarakat umum. Dengan dibawakan oleh Nyai Hj. Diana Susilowati atau yang lebih akrab dipanggil ning Sus, program ini juga menyampaikan cara memilih menu favorit, dan memilih rumah makan yang tepat disebuah daerah. Acara ini tayang pada setiap hari Kamis, 17.00 WIB.

7) NDERES KITAB KUNING: Varian program Kiswah, yang secara spesifik menampilkan tradisi transformasi keilmuan melalui literatur kitab kuning (buku klasik) bertuliskan arab yang biasa digunakan di pondok pesantren. Sang Kyai penghasuh pondok pesantren ini, membaca kitab kuning dan menjelaskannya kepada audien yang juga para santri dengan logika, ilustrasi dan guyonan khas pesantren yang segar, egaliter dan apa adanya.

8) BENGKEL KELUARGA SAKINAH: Program acara yang mengetengahkan segala permasalahan dan solusi bagi masyarakat yang ingin membentuk keluarga. Program ini diharapkan tampil sebagai jawaban atas berbagai permasalahan


(34)

26

rumah tangga. Diasuh oleh KH. Ilhamullah Sumarkhan dan dipandu oleh seorang presenter serta dihadiri oleh audien ibu-ibu jama’ah pengajian, muslimat fatayat dan majlis ta’lim secara bergulir. Acara ini semakin terasa rileks karena diselingi dengan penampilan seni qasidah dan hadrah.

9) APA KATA BUNYAI: Program acara kiswah yang dipandu oleh Ibu Nyai Ucik Nur Hidayah, dengan format pengajian wanita, dengan jamaah dan presenter untuk membahas dan mengkaji permasalahan yang sering timbul dilingkungan kehidupan masyarakat. Cara Nyai Ucik membawakan materi sangat khas para Ibu Nyai pesantren, lengkap dengan selingan humor dan lantunan shalawat dan nyanyian keagamaan.

10) BANAWA SEKAR: Merupakan hajatan besar Maiyah yang bertepatan dengan 27 Rajab 1435H/27 Mei 2014, yang juga menjadi puncak rangkaian dari pertemuan jamaah Maiyah Nusantara yang di Menturo, Jombang pada satu hari sebelum Banawa Sekar diselenggarakan.

11) YUK KITA SHALAWATAN (YKS): Program acara yang mengajak sholawatan seluruh masyarakat Islam yang disertai dengan tausiyah singkat dari ustadz-ustadz yang sudah ahli dalam bidangnya.17

17Hakim Jayli, eBook Televisi Kaum Santri “Konsep Baru Bisnis dan Tayangan Televisi di Gerbang Era TV Digital (Surabaya, 2013), hh. 41-45


(35)

27

b. Program Dakwah JTV

1) PADANGE ATI : Merupakan program yang hadir untuk memenuhi kebutuhan spiritual keagamaan masyarakat. Yang diisi oleh KH. Much. Imam Chambali sebagai pengasuh PPM. Al-Jihad Surabaya dan Abah Topan sebagai hostnya.

2) PADANGE ATI BLUSUKAN : Program ini mendekati jamaahnya dengan hadir dalam acara hajatan masyarakat, atau dikenal dengan istilah blusukan. Program ini diisi oleh narasumber yang sudah berkompeten dalam bidang agama yaitu KH. Much. Imam Chambali dan dimpingi oleh seorang host yang humoris.

3) ISLAM ITU MUDAH : Program religi yang mengupas problematika kehidupan sehari-hari dengan sudut pandang Islam kontemporer, namun tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Hadits. Acara ini dipandu oleh Prof. Dr. Ahmad Zahro, MA.

4) MUTIARA HATI : Merupakan program religi dengan bentuk tausiyah agama yang dilaksanakan secara outdoor dari satu tempat ke tempat yang lain. Materi yang disampaikan ialah global, jadi bisa juga diterima oleh orang non muslim. Selain


(36)

28

5) MENEK BLIMBING CAK NUN : Merupakan acara tausiyah yang diisi oleh cak Nun yang dilaksanakan di daerah satu ke daerah yang lain.

3. Televisi sebagai Media Dakwah

a. Televisi

Televisi adalah satu-satunya bentuk komunikasi publik yang paling kuat, serta tempat utama bagi negosiasi sosial perihal gagasan-gagasan, nilai-nilai dan gaya hidup.18

Kebihan media televisi: 1) Jangkauan sasaran luas, televisi

mampu menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas, bahkan mampu menjangkau khalayak yang tidak terjangkau oleh media cetak. Televisi ditonton oleh jutaan orang secara teratur yang secara geografis belum tentu terjangkau oleh media lain. 2) Dampak yang kuat, sebagai media yang menggabungkan unsur visual dan suara, maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap audien maka televisi mempunyai dampak kuat terhadap audien dengan tekanan pada dua indra sekaligus yaitu: penglihatan dan pendengaran. 3) Pengaruh kuat, televisi mempunyai kemampuan kuat dalam mempengaruhi persepsi khalayak, orang rela berjam-jam meluangkan waktu untuk mengikuti acara berita, hiburan dan lain-lain. Hal ini juga kemampuan televisi menyajikan informasi


(37)

29

teraktual dengan cepat yang tidak bisa dilakukan oleh media cetak.19

Kelemahan media televisi: televisi tidak mampu

menjangkau khalayak yang selektif seperti yang dilakukan oleh media cetak atau radio.20

b. Media Dakwah

1) Pengertian dan Penggunaan Media dalam Dakwah

Media berasal dari bahasa latin medium yang berarti perantara, pengantar atau tengah. Dalam pengertian tunggal dipakai istilah medium, sedangkan dalam pengertian jamak dipakai istilah media. Kemudian istilah media itu digunakan dalam bahasa inggris dan diserap ke dalam bahasa Indonesia, dengan makna antara lain: alat komunikasi, perantara atau penghubung.21

Media adalah alat atau wahana yang digunakan untuk memindahkan pesan dari sumber kepada penerima.22 Menurut Asmuni Syukir (1983:163) media dakwah adalah segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang telah ditentukan.23

19 Rama Kertamukti, Strategi Kreatif dalam Periklanan, h. 129 20 Ibid, h. 130

21 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi Cetakan I (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), h. 89

22 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah Cetakan I (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 104 23 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah Cetakan 3 (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 ), h. 404


(38)

30

Sekalipun media dakwah bukan penentu utama bagi kegiatan dakwah, akan tetapi media ikut memberikan andil yang besar untuk kesuksesan dakwah. Pesan dakwah yang penting dan perlu segera diketahui semua lapisan masyarakat, mutlak memerlukan media radio, koran ataupun televisi.24

Media dakwah dapat berfungsi secara efektif bila ia dapat menyesuaikan diri dengan pendakwah, pesan dakwah, dan mitra dakwah. Selain ketiga unsur ini, media dakwah juga perlu menyesuaikan diri dengan unsur-unsur dakwah yang lain, seperti metode dakwah dan logistik dakwah. Pendek kata, pilihan media dakwah sangat terkait dengan kondisi unsur-unsur dakwah.25

Sebenarnya media dakwah tidak hanya berperan sebagai alat bantu, namun bila ditinjau dakwah sebagai suatu sistem, yang mana sitem ini terdiri dari beberapa komponen (unsur) yang komponen atu dengan yang lainnya saling berkaitan dan saling membantu dalam mencapai tujuan. Maka dalam hal ini media dakwah mempunyai peranan atau kedudukan yang sama dibanding dengan komponen dakwah yang lain, seperti metode dakwah, obyek dakwah dan sebagainya.26

24 Ibid, h. 428 25 Ibid, h. 428


(39)

31

2) Macam-macam Media Dakwah

Banyak alat yang bisa dijadikan media dakwah. Secara lebih luas, dapat dikatakan bahwa alat komunikasi apapun yang halal bisa digunakan sebagai media dakwah. Alat tersebut dapat dikatakan sebagai media dakwah bila ditujukan untuk berdakwah. Intinya semua alat itu tergantung dari tujuannya.27

Media dakwah dalam pelaksanaan dakwah merupakan satu unsur yang menentukan pula, sebab media dakwah ini adalah perantara atau penghubung yang diperlukan agar materi dakwah yang diberikan juru dakwah (subyek) dapat diterima, diresapi dan diamalkan oleh umat yang menjadi obyek dakwahnya.28

Pada garis besarnya media dakwah ini ada 4 macam yaitu:

Visual : yakni sesuatu yang dapat dilihat, misalnya berupa lukisan-lukisan yang berlafalkan Islam, foto-foto, khat-khat indah, dan lain-lainnya.

Audio : yakni yang dapat didengar, misalnya casette-casette, radio-radio dan sebagainya.

Audio Visual : yakni sesuatu yang dapat dilihat dan sekaligus dapat didengar suaranya, misalnya film-film televisi dan lain-lain.

27 Moh Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 405

28 Hamzah Tualeka, Pengantar Ilmu Dakwah Cetakan I (Surabaya: Alpha Mediatama, 2005), hh. 54-55


(40)

32

Tulisan : yakni buku-buku, majalah-majalah, harian-harian, brosur-brosur dan lain-lain.29

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai media dakwah ialah media audio visual yang berupa televisi.

3) Televisi sebagai Media Dakwah

Televisi sebagai media dakwah adalah suatu penerapan dan pemanfaatan hasil teknologi modern, yang mana dengan pemanfaatan hasil hasil tehnologi itu diharapkan seluruh aktivitas dakwah dapat mencapai sasaran (tujuan) yang lebih optimal baik kuantitatif maupun kualitatif.30

Media dakwah dengan televisi ini sangat banyak memperoleh kehebatan dibanding dengan media-media lainya, sebagian kehebatannya antara lain televisi dapat dilihat dan didengar oleh seluruh penjuru tanah air bahkan luar negeri, sedangkan mubalighnya hanya pada pusat pemberitaan (studio) saja.31

Televisi sebagai media massa, merupakan jenis yang ke empat hadir di dunia, setelah kehadiran pers, film dan radio. Televisi telah mengubah dunia dengan terciptanya dunia baru bagi masyarakat dengan seluruh keunggulan dan kelemahannnya sebagai media. Televisi telah merupakan penggabungan antara radio dan film, sehingga

29 Ibid, h. 55

30 Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, h. 177 31 Ibid, h. 177


(41)

33

kekurangan yang ada pada radio dan film, tidak lagi dijumpai dalam penyiaran televisi. Sebagai media yang bersifat audio

visual, televisi telah terampil sebagai media yang relatif

sempurna. Meskipun demikian kelebihan yang terdapat dalam surat kabar atau barang tercetak lainnya, tidak dijumpai dalam penyiaran televisi.32

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka televisi sangat penting untuk menjadi media dakwah, atau menyalurkan pean-pesan dakwah. Hal ini telah banyak dilakukan di Indonesia. Pada umumnya lembaga penyiaran televisi di Indonesia menyediakan waktu untuk kegiatan dakwah, seperti adzan magrib atau acara-acara khusus pada bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Televisi dapat juga bermanfaat sebagai media yang menyajikan dialog-dialog tentang berbagai maalah yang dihadapi oleh ummat Islam.33

4) Kelebihan dan Kekurangan Televisi sebagai Media Dakwah a) Kelebihan Televisi sebagai Media Dakwah

Keunggulan televisi sebagai media dakwah terletak pada daya persuasinya yang sangat tinggi, karena khalayak dapat melihat gambar hidup dan suara sekaligus. Bahkan suara dan gambar hidup itu dapat diterima oleh khalayak pada saat sebuah peristiwa tabligh atau khotbah yang

32 Anwar Arifin, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi, h. 112 33 Ibid, h. 112


(42)

34

sedang terjadi, melalui liputan secara langsung. Dengan demikian televisi memiliki kecepatan dan aktualitas yang tinggi dengan daya persuasi yang tinggi pula. Televisi juga dapat mengembangkan topik yang disajikan oleh media cetak (surat kabar dan majalah). Saat ini televisi dapat dilihat melalui telepon genggam sehinga hambatan-hambatan yang bersifat teknis dan geografis dapat teratasi.34

Sebagai alat media komunikasi atau media dakwah, jelas sekali bahwa dalam usaha memengaruhi khalayak dengan jalan menggugah dan menyentuh emosi dan pikirannya, televisi mempunyai banyak keunggulan yang menonjol dibandingkan dengan surat kabat, radio dan film. Justru itu penyiaran televisi sebagai media dakwah yang bertujuan untuk memengaruhi khalayak sebayak mungkin dengan daya persuasif yang tinggi. Hal ini sangat diperlukan, baik untuk kahlayak dakwah yang berpendidikan tinggi maupun yang buta huruf.35

Selain itu televisi juga memiliki daya jangkau

(coverage) yang sangat luas dalam menyebarluaskan

pesan secara cepat dengan segala dampaknya dalam kehidupan individu dan masyarakat. Justru itu dapat

34 Ibid, h. 113 35 Ibid, h. 114


(43)

35

dipahami jika MCLuhan (1964) menyebut bahwa berkat

televisi, dunia menjadi “desa jagat” dari pengalaman

-pengalaman yang disampaikan seketika dan dirasakan secara bersama-sama. Tatanan sosial muncul dari makna trasenden yang diturunkan dari budaya bermedia elektronik yang sama.36

b) Kekurangan Televisi sebagai Media Dakwah

Meskipun kehebatan televisi sangat menonjol, bukan berarti televisi paling baik untuk dijadikan media dakwah. Sebab seperti media-media yang lain televisi pun juga memiliki beberapa kelemahan, diantaranya:

(1) Kelemahan media radio juga dimiliki oleh televisi (2) Kadang-kadang masyarakat dalam menonton hanya

sebagai pelepas lelah (hiburan), sehingga di lain hiburan mereka tidak senang.37

(3) Bersifat transitory maka isinya tidak dapat di memori oleh pemirsa (lain halnya dengan media cetak, informai dapat disimpan dalam bentuk kliping koran). (4) Televisi terikat oleh waktu tontonan, sedangkan

media cetak dapat dibaca kapan dan dimana saja.

36 Ibid, h. 114


(44)

36

(5) Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar seperti halnya media cetak.

Hal ini terjadi karena faktor penyebaran siaran televisi yang begitu luas kepada massa yang heterogen (status sosial ekonominya), juga karena kepentingan politik dan stabilitas keamanan negara.38

4. Persepsi Santri

a. Pengertian Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori. Sedangkan menurut Achmad Mubarok, persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Persepsi mengubah sensasi menjadi informasi.39

Istilah persepsi biasanya digunakan untuk mengungkapkan tentang pengalaman terhadap sesuatu benda ataupun sesuatu

38 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi, h. 23 39 Achmad Mubarok, Psikologi Dakwah (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1990), h. 109


(45)

37

kejadian yang dialami. Dalam kamus standar dijelaskan bahwa persepsi dianggap sebagai sebuah pengaruh ataupun sebuah kesan oleh benda yang semata-mata menggunakan pengamatan penginderaan. Persepsi ini di definisikan sebagai proses yang menggabungkan dan mengorganisasikan data-data indera (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa sehingga seseorang dapat menyadari di sekelilingnya, termasuk sadar akan dirinya sendiri.40

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau objek.41 Yang dimaksud persepsi santri dalam hal ini ialah penilaian santri al-Jihad terhadap program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV.

b. Faktor-faktor yang Berperan dalam Persepsi 1) Obyek yang dipersepsi

Obyek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima

40 Abdul Rahman Shaleh & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam

Perspektif Islam, h. 88


(46)

38

yang bekerja sebagai reseptor. Namun sebagian terbesar stimulus datang dari luar individu.42

2) Alat indera, syaraf, dan pusat susunan syarat

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus. Di samping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan syaraf motoris.43 3) Perhatian

Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian, yaitu merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.44

c. Proses terjadinya Persepsi

Proses terjadinya persepsi dapat dijelaskan sebagai berikut. Objek menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Perlu dikemukakan bahwa objek dan stimulus itu berbeda, tetapi ada kalanya bahwa objek dan stimulus itu menjadi

42 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: ANDI, 2002), h. 70 43 Ibid, h. 71


(47)

39

satu, mislanya dalam hal tekanan. Benda sebagai objek langsung mengenai kulit, sehingga akan terasa tekanan tersebut.45

Proses stimulus mengenai alat indera merupakan proses kealaman atau proses fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak. Proses ini yang disebut sebagai proses fisiologis. Kemudian terjadilah proses di otak sebagai pusat kesadaran sehingga individu menyadari apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba. Proses yang terjadi dalam otak atau dalam pusat kesadaran inilah yang disebut sebagai proses psikologis. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa taraf terakhir dari proses persepsi ialh individu menyadari tentang misalnya apa yang dilihat, atau apa yang didengar, atau apa yang diraba, yaitu stimulus yang diterima melalui alat indera. Proses ini merupakan proses terakhir dari persepsi dan merupakan persepsi sebenarnya. Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dalam berbagai macam bentuk.46

Dalam proses persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam persepsi itu. Hal tersebut karena keadaan menunjukkan bahwa individu tidak hanya dikenai oleh satu stimulus saja, tetapi individu dikenai berbagai macam stimulus yng ditimbulkan oleh keadaan sekitarnya. Namun

45 Ibid, h. 71 46 Ibid, h. 71


(48)

40

demikian tidak semua stimulus mendapatkan respon individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang dipersepsi atau mendapat respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan.47

d. Macam-macam Persepsi 1. Persepsi Positif

Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu obyek atau informasi dengan pandangan positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari obyek yang dipersepsikan atau dari atuaran yang ada. Penyebab munculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap obyek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengalaman individu terhadap obyek yang dipersepsikan.48

2. Persepsi Negatif

Persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap obyek atau informasi tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang diharapkan dari obyek yang dipersepsikan dari aturan yang ada. Penyebab munculnya persepsi negatif seseorang dapat muncul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap obyek yang menjadi sumber

47 Ibid, hh. 71-72

48Mei Linda, “Hubungan Aktivitas Menonton dengan Persepsi Terhadap Cak Nun dalam

Acara Mocopat Syafa’at ADI TV pada Masyarakat Klidon, Sukoharjo, Ngaglik Sleman” (Skripsi tidak diterbitkan, Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2015), h. 37


(49)

41

persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya kepuasan individu terhadap obyek yang dipersepsikan dan sebaliknya.49

Menurut Leavit individu cenderung melihat kepada hal-hal yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan-kebutuhan mereka, dan mengabaikan hal-hal yang dianggap merugikam atau mengganggu. Menurut Robbins keadaan psikologis menjadi sangat berperan dalam proses interpretasi atau penafsiran terhadap stimulus, sehingga sangat mungkin persepsi seorang individu akan berbeda dengan individu lain, meskipun objek atau stimulusnya sama. Dadidof menambahkan bahwa penafsiran sangat dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi, antara lain sikap, motif, atau kebutuhan, kepentingan atau minat, pengalaman masalalu dan harapan. Proses persepsi melibatkan interpretasi yang mengakibatkan hasil persepsi antara satu orang dengan orang lain sifatnya berbeda (individualis).50

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Dan menegaskan bahwa penelitian kali ini tidak pernah dibahas dalam penelitian sebelumnya.

49 Ibid, h. 37 50 Ibid, hh. 37-38


(50)

42

1. Ratna Widiyaningsih, 2009, Pesan Dakwah dalam Film Religi di Indonesia (Studi komparatif pesan dakwah dalam film Ayat-ayat Cinta,

Kun Fayakun dan Doa yang Mengancam).

Masalah yang diteliti pada penelitin terdahulu ialah tentang pesan dakwah dalam film religi di Indonesia. Fokus masalah yang dibahas ialah pesan dakwah pada 3 film yaitu Ayat-ayat Cinta, Kun Fayakun dan Doa yang Mengancam lalu pesan dakwah pada 3 film tersebut dikomparasikan.

Sedangkan masalah yang dibahas pada penelitian yang berjudul Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV adalah tentang persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program dakwah di TV9 dan JTV yang difokuskan pada program Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV. Kemudian dari hasil persepsi santri mengenai kedua program dakwah tersebut dikomparasikan dengan menjadi persamaan dan perbedaannya. Jadi penelitian ini hampir relevan dalam penelitian terdahulu karena sama-sama mengkaji tentang program dakwah di media massa (televisi) dan studi komparatif namun di penelitian terdahulu lebih menekankan pada pesan dakwah sedangkan penelitian ini lebih kepada persepsi santri PPM. Al-Jihad mengenai program dakwah.

2. Sukesi Wulansari, 2009, Format Acara Dakwah pada Radio Studi Komparatif Bens Radio 106,2 FM dengan OZ Radio 90,8 FM.


(51)

43

Pada penelitian terdahulu ini membahas mengenai format acara dakwah pada dua radio yaitu, Bens Radio 106,2 FM dengan OZ Radio 90,8 FM kemudian dikomparasikan. Jika jadikan sebagai acuan dengan penelitian yang berjudul Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV cukup relevan karena sama-sama menggunakan studi komparatif namun bedanya pada penelitian ini yang dikomparasikan ialah hasil dari persepsi santri sedangkan penelitian terdahulu mengenai format acara dakwahnya.

3. Rahmad Buyung Wafa, 2015, Karakteristik Gaya Retorika Da’I Program Religi Televisi di Surabaya.

Masalah yang dibahas pada penelitian terdahulu ini ialah tentang

karakteristik gaya retorika da’i program religi di televisi Surabaya

yaitu TV9, JTV dan TVRI dengan 3 subyek penelitian yaitu ustadz Syukron Djazilan, ustadz Ilhamullah Sumarkhan dan ustadz Shodiq. Kemuadian karakteristik gaya retorika ke 3 da’i tersebut dikomparasikan. Begitu juga dengan penelitian ini mengkomparasikan persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program YKS di TV9 dan Padange Ati di JTV.

4. Fitri Hajjah Fauziyah, 2015, Sholawat Dalam Program Talkshow “Yuk

Kita Sholawatan” (YKS) di TV9 (Analisis Semiotik Model Ferdinand


(52)

44

Masalah yang ada dipenelitian terdahulu sama tentang program YKS di TV9 namun fokusnya pada makna acara talkshow YKS di TV9 sedangkan pada penelitian ini pada persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai program YKS.

5. A’inatul Mushoina, 2015, Persepsi Masyarakat Mojosari Terhadap Siaran Dakwah “Lentera Religi” di Radio Angkasa FM Mojosari Mojokerto.

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini dan penelitian terdahulu sama tentang persepsi, namun di penelitian dahulu tentang siaran dakwah lentera religi di radio Angkasa FM Mojosari Mojokerto, sedangkan pada penelitian ini tentang persepsi sanri PPM. Al-Jihad Surabaya pada cara YKS di TV9 dan Padange Ati di JTV.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

NO NAMA JUDUL PERSAMAAN PERBEDAAN

1 Ratna

Widiyaningsih

Pesan Dakwah dalam Film Religi di Indonesia (Studi komparatif pesan dakwah Sama-sama menggunakan studi komparatif dan

menggunakan media elektronik berupa televisi.

Yang diteliti adalah persepsi santri PPM. Al-Jihad Surabaya mengenai

program dakwah TV9 dan JTV. Sedang di


(53)

45

dalam film

Ayat-ayat

Cinta, Kun

Fayakun dan

Doa yang

Mengancam)

skripsi Ratna Widianingsih mengenai pesan dakwah dalam film religi.

2 Sukesi Wulansari

Format Acara

Dakwah pada

Radio Studi

Komparatif

Bens Radio

106,2 FM

dengan OZ

Radio 90,8

FM

Sama-sama menggunakan studi komparatif

dan acara

dakwah.

Menggunakan televisi sebagai media dakwah dan yakni pada channel TV9 dn JTV sedang dalam penelitian Sukesi

Wulansari menggunakan Radio sebagai media dakwah serta

menganalisis mengenai

format acara dakwah.


(54)

46

3 Rahmad Buyung Wafa

Karakteristik

Gaya

Retorika Da’I

Program

Religi Televisi

di Surabaya

Sama-sama meneliti tentang program religi di TV9 dan JTV, dan menggunakan analisis komparatif konstan. Dalam

penelitian ini yang diteliti mengenai

persepsi

audiennya atau santri PPM. Al-Jihad Surabaya terhadap

program dakwah di TV9 dan JTV. Sedang Rahmad Buyung Wafa yang diteliti mengenai karakteristik gaya retorika da’I-n

4 Fitri Hajjah Fauziyah

Sholawat Dalam Program Talkshow

“Yuk Kita

Sama-sama meneliti program

Yuk Kita

Sholawatan di TV9.

Membahas makna acara talkshow YKS (Yuk Kita Sholawatan)


(55)

47

Sholawatan” (YKS) di TV9 (Analisis Semiotik Model

Ferdinand De Saussure)

TV9 bagi

Syekhermania.

5 A’inatul

Mushoina

Persepsi Masyarakat Mojosari Terhadap Siaran Dakwah “Lentera

Religi” di

Radio

Angkasa FM Mojosari Mojokerto.

Menggunakan radio sebagai media dakwah

Sama-sama membahas tentang persepsi terhadap siaran dakwah.


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan

Sesuai dengan judul yang diangkat dalam penelitian ini, yaitu “Persepsi Santri Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Jihad Surabaya Terhadap Program Dakwah di TV9 dan JTV” maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif ialah suatu pendekatan yang menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.1

Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci dan melukiskan gejala yang ada. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana keputusan pada waktu yang akan datang.2

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan.

Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti responden. Ketiga,

1 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 5

2 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000), h. 25


(57)

49

metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.3 Serta metode ini relatif lebih mudah pada proses penelitian dalam menganalisis data-data dan informasi.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis logika induktif. Adapun berfikir induktif adalah proses logika yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain, induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamatan yang terpisah-pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi.4

Pendekatan induktif jelas pada beberapa jenis analisis data dalam penelitian kualitatif sebagai yang digambarkan oleh beberapa penulis penelitian kualitatif. Pendekatan induktif dimaksudkan untuk membantu pemahaman tentang pemaknaan dalam data yang rumit melalui pengembangan tema-tema yang diikhtisarkan dari data kasar. Pendekatan ini jelas dalam analisis data kualitatif. Ada yang menjelaskan secara gamblang sebagai induktif dan lainnya menggunakan pendekatan tanpa memberikan nama secara eksplisit.5

3 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), hh. 9-10

4 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, h. 40


(58)

50

B. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti sangat diperlukan karena peneliti itu sendiri yang akan bertindak sekaligus sebagai instrumen pengumpulan data, sehingga peran peneliti disini ialah sebagai pengamat penuh yakni mengamati secara penuh (keseluruhan) dari masing-masing program religi yang di teliti sesuai fokus masalah yang sudah ditentukan sebelumnya.

Dalam hal ini peneliti diketahui statusnya sebagai peneliti oleh subyek atau informan karena peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada pihak yang bersangkutan serta melakukan suatu pengamatan melalui media televisi, aplikasi nutizen dan diperkuat dengan youtube.

C. Setting Penelitian

Maksud dari setting penelitian disini ialah tempat dan waktu pelaksanaan penelitian. Penulisan ini dilaksanakan pada salah satu Pondok Pesantren Mahasiswa yang ada di Surabaya yakni PPM. Al-Jihad Surabaya yang berlokasi di Jemursari Utara Gg. III No. 9 Wonocolo Surabaya dan dua stasiun televisi swasta Surabaya yaitu JTV yang beralamatkan di Komplek Graha Pena Jl. Ahmad Yani 88 Surabaya. Sedang TV9 terletak di Jl. Raya Darmo 96 Surabaya

Alasan memilih kedua stasiun televisi ini karena keduanya merupakan stasiun tv lokal yang dominan lebih banyak memuat program religi baik itu dalam bentuk tausiyah agama, talkshow maupun musik religi dan lain-lain, dan yang menjadi audien dari program-program


(59)

51

tersebut salah satunya ialah santri PPM. Al-Jihad Surabaya. Jadi dalam hal ini yang menjadi responden ialah santri Al-Jihad itu sendiri karena hampir keseluruhan dari mereka sudah pernah melihat program dakwah di TV9 dan JTV khususnya Yuk Kita Shalawatan (YKS) dan Padange Ati (PA). Kenapa santri al-Jihad sudah dikatakan pasti pernah melihat kedua tayangan tersebut? Karena yang mengisi program YKS di TV9 mayoritas dari santri maupun ustadz PPM. Al-Jihad itu sendiri. Begitu juga dengan acara Padange Ati di JTV yang diisi oleh KH. Imam Chambali selaku pengasuh PPM. Al-Jihad Surabaya, selain melihat langsung di studio JTV (penonton studio) tetapi para santri juga melihat melalui televisi, streaming aplikasi nutizen maupun youtube. Namun dalam hal ini yang menjadi responden hanya di batasi 10 santri 5 putra dan 5 putri, karena menurut peneliti 10 responden tersebut sudah cukup untuk mengetahui mewakili persepsi santri al-Jihad terhadap program dakwah di TV9 dan JTV.

Penelitian ini dilaksanakan selama 57 hari, waktu secara detail dalam penelitian ini dimulai tanggal, 05 Mei - 30 Juni 2016.

D. Sumber Data

Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek darimana data dapat diperoleh. Apabila penelitian menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan-pertanyaan tertulis maupun lisan.6 Yang menjadi sumber data utama dalam penelitian ini ialah kata-kata hasil wawancara

6 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cet 14 (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 172


(60)

52

terhadap informan dengan dicatat melalui catatan tertulis serta melampirkan foto sebagai salah satu bukti penelitian. Sedang yang menjadi informannya ialah santri PPM. Al-Jihad Surabaya, santri tersebut merupakan audien pada tayangan program dakwah YKS dan Padange Ati. Selain santri al-Jihad yang menjadi informan juga salah satu ustadz yang mengisi program tersebut dan pemimpin redaksi TV9 atau yang ikut serta dalam program tersebut.

Dalam penelitian ini juga menggunakan tekhnik observasi, maka sumber datanya berupa benda, gerak atau proses sesuatu, seperti tayangan program dakwah TV9 dan JTV dan subyeknya adalah santri PPM. Al-Jihad Surabaya, selain menggunakan wawancara dan observasi juga menggunakan dokumentasi sebagai sumber data yaitu mencatat data-data penting baik itu hasil wawancara, observasi maupun data-data pelengkap atau arsip penting dari subyek penelitian.

Tabel 3.1

Daftar Informan Penelitian

NO Nama Jenis

Kelamin

Asal Daerah Fak/Jurusan Usia

1 Rahayu Ningsih

Perempuan Bojonegoro FTK/PBA 22 tahun

2 Aswin Setyawati

Perempuan Mojokerto Fahum/SKI 22 tahun


(61)

53

Halimah tahun

4 Dwi

Astiti

Perempuan Mojokerto Ushuluddin/ AF 21 tahun

5 Jannatut Dahlia

Perempuan Gresik FTK/PAI 22

tahun

6 M. Nur Huda

Laki-laki Ushuluddin/Ilmu

Hadis

21 tahun

7 M. Zam Zami

Laki-laki Sidoarjo FTK/PGMI 22 tahun

8 Wildan Mahsun Nurzaki

Laki-laki Blitar FTK/PBA 21

tahun

9 Moh. Farid Febrian

Laki-laki Lamongan Fahum/SI 25 tahun

10 Agus Ainul Amin

Laki-laki Lamongan Ushuluddin/TH 21 tahun

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan cara acak yaitu peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih menjadi sampel.7

7


(62)

54

Untuk menentukan besarnya sampel, peneliti melakukannya dengan berbagai pertimbangan antara lain keberagaman karakteristik yaitu: jenis kelamin, asal daerah, fakultas/jurusan dan usia.

Adapun jenis-jenis sumber data dalam penelitian adalah: 1. Data Primer

Data primer ialah data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara terhadap subyek dan obyek penelitian tentang program dakwah yang terdapat pada kedua stasiun tv yaitu TV9 dan JTV khususnya YKS dan Padange Ati.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini ialah merupakan data tambahan atau pelengkap seperti: buku, jurnal, majalah, internet dan sumber lainnya yang dapat dijadikan sebagai data pelengkap.

E. Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang di tetapkan8. Dalam hal ini peneliti menggunakan beberapa metode yang dapat mempermudah penelitian ini antara lain:

a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya

8 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2012), h.224


(1)

126

untuk acara Padange Ati JTV sebagian juga kurang puas dengan sesi tanya jawab yang model settingan karena bagi audiens lain yang ingin bertanya tidak bisa tersampaikan, selain itu pemirsa juga kurang puas dengan jam tayangnya, karena waktunya menjelang maghrib hingga ba’da maghrib sehingga untuk pemirsa yang melaksanakan ibdah sholat maghrib tidak dapat mengikuti acara secara keseluruhan karena waktunya terpotong oleh sholat magrib.

2. Komparasi dari kedua program dakwah Yuk Kita Sholawatan (YKS) di TV9 dan Padange Ati (PA) di JTV.

a. Persamaan, kedua program tersebut sama-sama program dakwah dalam bentuk talkshow namun talkshow pada acara YKS model majelisan dan menarik untuk diikuti, santai, penuh humor serta mengandung pesan dakwah dan sholawat.

b. Perbedaan, YKS acara sholwatan yang diselingi tausiyah sedangkan PA merupakan acara tausiyah tapi diselingi sholawat. B. Saran

1. Bagi stasiun televisi TV9 dan JTV, diharapkan agar lebih meningkatkan serta memaksimalkan program dakwah pada tayangan Yuk Kita Sholawatan (YKS) dan Padange Ati (PA), sebagaimana persepsi negatif dari santri al-Jihad. Mengenai guyonan pada tayangan YKS agar sedikit dikurangi supaya tidak terlalu over karena dikhawtirkan lama-lama audien merasa bosan. Untuk tayangan PA


(2)

127

hendaknya sesi tanya jawab bukan hasil settingan tetapi, pertanyaan itu murni memang benar-benar audien ingin bertanya, selain itu pada jam tayang kalau bisa lebih dimajukan agar tidak terpotong dengan waktu sholat maghrib misalnya pada pukul 16.00-16.30/ jam 06.30-17.00. 2. Bagi pemirsa/audien sebagai sasaran dakwah, harus mampu bertindak

selektif dalam memilih program acara, terutama pada acara yang bermanfaat dalam kehidupan di dunia dan akhirat.

3. Rekomendasi untuk peneliti berikutnya agar dapat mengembangkan dan menyempurnakan penelitian ini dengan membahas tentang studi komparatif program religi di TV9 dan JTV edisi Ramadhan.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ardianto, Elvinaro & Lukiati Komala Erdiana, Komunikasi Masa Suatu Pengantar, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2004

Arifin, Anwar, Dakwah Kontemporer Sebuah Studi Komunikasi Cetakan I, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Cet 14, Jakarta: Rineka Cipta, 2010

Arikunto, Suharsimi & Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan Cet V, Jakarta: Bumi Aksara, 2014

Aziz, Moh Ali, Ilmu Dakwah Cetakan 3, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Badruttamam, Nurul, Dakwah Kolaboratif Tarmizi Taher, Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2005

Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Sosial, Surabaya: Airlangga University Press, 2001

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif , Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010

Burton, Graeme, Membincangkan Televisi Sebuah Pengantar Kepada Studi Televisi, Yogyakarta: Jalasutra, 2000

Effendi, Herru, Industri Pertelevisian Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2008 Faisal, Sanapiah, Metodologi Penelitian Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1982


(4)

Hazin, Nur Khalif & AR. Elhan, Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Karya Ilmu, TT

Herdiansyah, Haris, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2011

Hikmat, Mahi M. Metodologi Penelitian dalam Perspektif ilmu Komunikasi dan Sastra, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011

Ilaihi, Wahyu, Komunikasi Dakwah Cetakan I, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010

Ismail A. Ilyas & Prio Hotman, Filsafat Dakwah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011

Jayli, Hakim, eBook Televisi Kaum Santri “Konsep Baru Bisnis dan Tayangan Televisi di Gerbang Era TV Digital, Surabaya: TV 9 Surabaya, 2013

Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif, Yogyakarta: UIN Maliki Press, 2010

Kertamukti, Rama, Strategi Kreatif dalam Periklanan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015

Koentjaningrat, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia, 1991

Kusnawan, Aep, Komunikasi & Penyiaran Islam, Bandung: Benang Merah Pres, 2004

Kuswandi, Wawan, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi Cetakan I Jakarta: PT Rineka Cipta, 1996

Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009


(5)

Muriah, Siti, Metodologi Dakwah Kontemporer Cet I, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000

Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000

Rakhmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005

Set, Sony, Menjadi Perancang Program Televisi Profesional, Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET, 2008

Shaleh, Abdul Rahman & Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004

Subroto, Darwanto Sastro, Produksi Acara Televisi, Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2012

Sukandi, G. Public Speaking, Jakarta: Grasindo, 1993

Syukir, Asmuni, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, TT

Tim Penyusun Pengurus PPM al-Jihad Surabaya, Profil Mahasiswa al-Jihad Surabaya, Surabaya: Yayasan al-al-Jihad Surabaya, 2011

Tualeka, Hamzah, Pengantar Ilmu Dakwah Cetakan I, Surabaya: Alpha Mediatama, 2005

Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: ANDI, 2002 Widoyoko, S. Eko Putro, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011


(6)

NON BUKU

Basit, Abdul, “Framing Media Islam Online atas Konflik Keagamaan di Indonesia”, Jurnal Komunikasi Islam Vol. 03, No 01 Juni 2013

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2010

INTERNET

Agita Pratiwi, Makalah Program Dakwah

(http://agitapratiwi93.blogspot.co.id/2014/01/program-dakwah.htnl?m=. Diakses 28 April 2016 17:26)

jtv, About Us (http://jtv.co.id/about-us/. Diakses 06 Juni 2016 14:18)

SKRIPSI

Dewangga, Galih Dharma, “Manajemen Program Dakwah Jaringan Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia Pengurus Wilayah DKI Jakarta” (Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).

Kartikasari, Ullyn, “Pelaksanaan Program Dakwah Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak Islam “Buah Hati Kita” Danguran Kabupaten Kalten” (Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009).

Linda, Mei, “Hubungan Aktivitas Menonton dengan Persepsi Terhadap Cak Nun dalam Acara Mocopat Syafa’at ADI TV pada Masyarakat Klidon,

Sukoharjo, Ngaglik, Sleman” (Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah