PERKEMBANGAN TEMPAT MAKAM KH. ALI MAS’UD PAGERWOJO BUDURAN SIDOARJO TAHUN 1980-2016.

(1)

PERKEMBANGAN TEMPAT MAKAM KH. ALI MAS’UD PAGERWOJO

BUDURAN SIDOARJO TAHUN 1980-2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam (SKI)

Oleh Siti Husna NIM: A0.22.12.016

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Perkembangan Tempat Makam KH. Ali Mas’ud Pagerwojo

Buduran Sidoarjo tahun 1980-2016”. Masalah yang diteliti dalam skripsi ini adalah: 1)

Bagaimana riwayat hidup KH. Ali Mas’ud? 2) Bagaimana perkembangan tempat ziarah

makam Ali Mas’ud Pagerwojo? 3) Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar terhadap para

peziarah dan motivasi peziarah ke makam Ali Mas’ud Pagerwojo?

Penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan metode penelitian historis. Adapun metode penulisan historis yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan beberapa langkah yaitu heuristik, verifikasi (kritik terhadap data), interpretasi serta historiografi. Sedangkan pendekatan dan kerangka teori yang digunakan adalah pendekatan historis (mendeskripsikan peristiwa yang terjadi di masa lampau) dan teori challenge and response Arnold Joseph Toynbee.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa 1) KH. Ali Mas’ud atau yang sering dikenal dengan Gus Ud lahir di Pondok Pesantren Sono Desa Sidokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo. Tanggal dan tahun kelahiran beliau tidak di ketahui secara pasti. Diperkiran lahir pada tahun 1903. Wafat pada tanggal 10 Juni 1980. 2) Pada perkembangannya, tempat

makam Ali Mas’ud memiliki banyak perubahan. Bangunan makam dibangun dengan ukiran

Jepara. Telah memiliki pendopo serta tempat istirahat. Mayoritas penduduk sekitar makam membuka usaha dagangan. Hubungan sosial di Pagerwojo sangat baik. 3) Dari sisi positif:masyarakat Pagerwojo yang memanfaatkan ramainya peziarah makam untuk membuka usaha atau lapak dagangan. Perkembangan keagamaan di Pagerwojo semakin berkembang. Dapat di lihat dengan kegiatan keagamaannya yang terus berkembang dan terlaksana. Dari sisi negatif: sering terjadi kerawanan sosial karena padatnya pengunjung makam. Selain itu. para peziarah memiliki tujuan yang berbeda-beda. Ada yang mencari berkah, sebagai tempat tawassul, dan ada yang memohon diberikan jodoh yang baik.


(7)

ABSTRACT

This thesis entitled "Development of The Tomb of KH. Ali Mas'ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo years 1980-2016 ". Issues examined in this thesis are: 1) How résumés KH. Ali Mas'ud? 2) How is the development of the shrine of the tomb of Ali Mas'ud Pagerwojo? 3) How about the public response to the pilgrims and the motivation pilgrims to the tomb of Ali Mas'ud Pagerwojo?

Thesis have been prepared using the historical research methods. As for historical writing method used by the author is to use some of the steps that heuristics, verification (criticism of the data), on the interpretation and historiography. While the approach and theoretical framework used is the historical approach (describes the events that happened in the past) and the theory of challenge and response.

From these results it can be concluded that 1) KH. Ali Mas'ud or often known as Gus Ud Sono was born in the village boarding school Sidokerto Buduran District of Sidoarjo. Date and year of his birth is not known with certainty. Been anticipated was born in 1903. Died on June 10, 1980. 2) In the development, where the tomb of Ali Mas'ud had a lot of changes. Building tombs built by carving Jepara. Has had a verandah and a rest area. The majority of people around the tomb open a business merchandise. Pagerwojo social relations are excellent. 3) From the positive side: the people who take advantage of the height of pilgrims Pagerwojo tomb to open a business or merchandise stall. Religious developments in Pagerwojo growing. Can be seen with his religious activity that continues to grow and materialize. From the negative side: frequent social unrest because of the density of the tomb. Other than that. the pilgrims had a different purpose. Anyone looking for a blessing, as tawassul place, and there were pleading given good mate.


(8)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PEDOMAN TRASNLITERASI ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Kegunaan Penelitian ... 6

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik ... 8

G. Metode Penelitian ... 11

H. Sistematika pembahasan ... 13

BAB II RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS’UD A. Latar Belakang Kehidupan ... 15

B. Pernikahan ... 17

C. Karakter Pribadi ... 19

BAB III PERKEMBANGAN TEMPAT MAKAM KH. ALI MAS’UD PAGERWOJO BUDURAN SIDOARJO A. Letak Geografis Makam KH. Ali Mas’ud ... 23


(9)

1. Kondisi Demografis Desa Pagerwojo ... 23

2. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Desa Pagerwojo ... 30

3. Deksriptif Makam Ali Mas’ud ... 41

4. Lembaga Pemeliharaan Makam ... 42

B. Kondisi Perekonomian di Sekitar Makam KH Ali Mas’ud Tahun 1980-2016 ... 48

C. Kondisi Sosial Budaya di Sekitar Makam Ali Mas’ud Tahun 1980 -2016 ... 49

BAB IV TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS’UD A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif ... 51

B. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Negatif ... 53

C. Motivasi Melakukan Ziarah di makam KH Ali Mas’ud ... 54

D. Kondisi Para Peziarah ... 57

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebudayaan pada umumnya diartikan sebagai suatu proses atau hasil, cipta, karsa manusia. Hasil pemikiran cipta dan karsa manusia merupakan kebudayaan yang berkembang di masyarakat. Pikiran dan perbuatan yang dilakukan manusia secara terus menerus, di mana pada akhirnya menjadi sebuah tradisi. Tradisi yang ada di masyarakat di pengaruhi oleh ajaran agama yang berkembang.1 Dengan kondisi seperti ini, maka terjadi banyak kebudayaan yang berkembang dalam kehidupan masyarakat tetap terpelihara, seperti tradisi yang berbentuk ziarah makam/ kubur.

Tradisi merupakan suatu kebiasaan baik dari nenek moyang terdahulu yang menjadi kepercayaan kemudian di wariskan secara turun temurun. Tradisi bisa berubah sesuai dengan perubaahan pola pikir masyarakat di zaman modern. Di Jawa, tradisi dinamakan adat kejawen.2

Pulau Jawa merupakan suatu pulau yang terletak di tengah-tengah Nusantara. Jawa telah hidup teratur dengan animisme-dinamisme sebagai akar religiusitasnya dan hukum adat sebagai pranata sosial mereka. Ciri khas dari animisme-dinamisme adalah menganut kepercayaan roh dan daya gaib yang bersifat aktif. Roh aktif ialah roh mati yang tetap hidup dan bahkan menjadi sakti seperti dewa, di mana bisa mencelakakan atau

1

Clifford Geertz, Abangan Santri dan Priyayi dalam Masyarakat Jawa terj Aswad Mahasin (Jakarta: Pustaka Jaya, 1983), 89

2


(11)

2

mensejahterakan manusia. Melalui perantara dukun, pawang yang bisa berhubungan langsung dengan kekuasaan gaib.

Hal ini berdampak pada kultur masyarakat yang banyak terpengaruh oleh hal-hal yang berbau mistis. Mereka menjadi percaya akan keberadaan roh-roh makhluk halus yang memiliki kekuatan untuk menjaga dan mengabulkan keinginan mereka. Di mana hal ini terjadi di makam Ali

Mas’ud Pagerwojo. Banyak para peziarah yang bertujuan untuk meminta

minta di makam Ali Mas’ud agar keinginan atau hajatnya terkabulkan. Bagi masyarakat Islam khususnya di Jawa, ziarah ke makam wali adalah rutinitas kehidupan spiritual mereka. Kebanyakan dari mereka ziarah dilakukan secara berjamaah (rombongan). Tujuan penting dari ziarah adalah untuk tujuan religius, seperti kesejahteraan hidup, pengabulan doa, pengampunan dosa dan meminta berkah.

Tidak sedikit dari masyarakat muslim di Jawa khususnya sangat menjunjung tinggi adat para pendahulunnya, sehingga meskipun agama Islam telah lama hadir dan menjadi mayoritas dalam suatu daerah maka Islam yang dipraktikkan tidak dapat jauh dari praktik-praktik budaya lokal yang seringkali memunculkan mistik, kultus, khayal, dan lain sebagainnya. Setiap agama tentu memiliki aspek fundamental, yakni aspek keyakinan. Terutama kepada sesuatu yang sakral, suci atau ghaib. Adapun dalam agama “primitif”, inti kepercayaannya adalah percaya kepada kekuatan-kekuatan ghaib yang terdapat dalam sebuah benda, baik benda


(12)

3

mati atau hidup.3 Dalam tradisi Jawa terdapat berbagai jenis benda yang dikeramatkan, seperti tombak, keris, akik dan lainnya.

Banyak di temukan tempat-tempat yang dikeramatkan karena memiliki pengaruh kuat terhadap masyarakat Jawa, seperti di makam tertua adat suatu desa, makam para wali, ulama, serta tokoh agama yang dianggap memiliki karomah. Pada tempat-tempat tersebut banyak dari umat Islam yang melakukan ziarah dengan berbagai tujuan dan dari berbagai lapisan masyarakat. Terlebih lagi pada hari besar dan hari-hari penting yang dianggap keramat bagi muslim Jawa.

Hal inilah yang juga penulis temukan di Desa Pagerwojo kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, di mana terdapat makam seorang yang sangat dihormati oleh masyarakat setempat dan peziarah yang mayoritas berasal dari luar desa tersebut yaitu makam Ali Mas’ud, yang biasa terkenal dengan sebutan mbah Ud. Bagi masyarakat setempat keberadaan makam Mbah Ud memiliki manfaat tersendiri bagi mereka, seperti membuka lapangan pekerjaan.

Ali Mas’ud sendiri hanyalah orang biasa yang semasa hidupnya ucapannya selalu memiliki petuah tersendiri bagi masyarakat sekitarnya. Beliau bukan termasuk seorang pendakwah penyebar agama Islam pada umumnya. Hingga akhirnya beliau meninggal di Desa Pagerwojo, yang makamnya masih ada dan terawat dengan baik hingga saat ini. Bahkan makam tersebut dianggap keramat dan disucikan oleh para peziarah.

3


(13)

4

Desa Pagerwojo mayoritas penduduknya berbudaya Jawa, sedangkan penduduk yang lainnya adalah pendatang. Di mana Sidoarjo merupakan kota industri/ UKM. Sehingga banyak pendatang dari luar daerah meskipun di tengah kemajuan teknologi informasi yang telah mengglobal yang mampu mempengaruhi tatanan kehiduan masyarakat. Di mana masyarakat tidak lagi memperdulikan suatu tradisi lagi. Namun tidak demikian halnya dengan masyarakat Pagerwojo. Masyarakat Pagerwojo sebagian besar masih peduli dengan tradisi-tradisi. Hal ini terjadi karena mereka masih meyakini akan manfaat dan pentingnya pelaksanaan tradisi bagi kehidupan mereka.

Tradisi ziarah ke makam Ali Mas’ud sudah menjadi turun temurun. Bahkan ada waktu-waktu tertentu yang sangat ramai berziarah di makam Ali Mas’ud, seperti malam jumat. Khususnya pada malam jumat legi (kamis malam jumat manis). Para peziarah berkunjung ke makam Ali Mas’ud hanya untuk berdoa, tawassul, berdzikir, tahlil, dan shalawat.

Makam Ali Mas’ud terletak di tengah-tengah Desa Pagerwojo yang berada di dalam sebuah cungkup berbentuk persegi delapan yang terbuat dari kayu berukir yang tingginya kurang lebih tiga meter. Di dalam cungkup tersebut terdapat empat makam. Keseluruhan makam dibatasi dengan batu marmer berbentuk segi empat. Kondisi makam Ali Mas’ud sedikit mengalami perubahan. Dahulu makam Ali Mas’ud sangat sederhana tidak seperti saat ini. Banyak mengalami perubahan baik dari segi tempat, pembangunan, dan lahan untuk para peziarah. Tempat untuk


(14)

5

para peziarah saat ini sangat luas tidak seperti dahulu yang masih sangat terbatas untuk para peziarah yang ingin berdoa, tawassul, berdzikir, tahlil, dan shalawat.

Bagi peziarah yang datang untuk melakukan aktifitasnya bisa langsung mene,pati halaman makam dan pendopo. Di komplek makam Ali Mas’ud juga telah disediakan masjid yang berada di sebelah Utara makam.

Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian langsung ke lokasi makam Ali Mas’ud di desa Pagerwojo Buduran Sidoarjo dengan tujuan ingin mengetahui secara jelas tentang perkembangan tempat ziarah makam Ali Mas’ud, yang meliputi riwayat hidup beliau dan bagaimana pandangan masyarakat sekitar maakm terhadap para peziarah di maakm Ali Mas’ud Pagerwojo.

B. Rumusan Masalah

Di dalam melakukan penelitian, rumusan masalah memiliki peran yang sangat penting. Berdasarkan gambaran umum pada latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, untuk lebih memfokuskan kajian masalah pada penelitian ini, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana riwayat hidup KH. Ali Mas’ud?

2. Bagaimana perkembangan tempat ziarah makam Ali Mas’ud

Pagerwojo?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap peziarah dan motivasi peziarah ke makam Ali Mas’ud Pagerwojo?


(15)

6

C. Tujuan penelitian

Secara administratif penelitian ini bertujuan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana dalam program strata satu (S-1) pada jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Ampel Surabaya.

Berdasarkan permasalahan di atas, adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan riwayat hidup Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan tempat ziarah makam Ali

Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo.

3. Untuk mengetahui bagaimana respon masyarakat terhadap para peziarah di makam Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini dapat memberikan manfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang sejarah.

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi ilmiah mengenai perkembangan tempat ziarah di makam Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan acuan bagi masyarakat dalam merespon para peziarah di makam Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo.


(16)

7

3. Berguna untuk memperkaya kajian-kajian tentang sejarah khususnya tentang perkembangan tempat ziarah makam Ali Mas’ud Pagerwojo Sidoarjo.

E. Penelitian terdahulu

Dalam penelitian terdahulu peneliti menemukan beberapa skripsi diantaranya sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Aminuddinpada fakultas Ushuluddin dan Filsafat jurusan Ilmu Perbandingan Agama tahun 2015 yang berjudul “Ziarah makam K.H. Ali Mas’ud di Pagerwojo Sidoarjo”. Dalam penelitian ini, ia hanya mendeskripsikan tentang biografi dan makna makam K.H. Ali Mas’ud di Pagerwojo Sidoarjo.

2. Skripsi yang ditulis oleh Jazilatun Ni’mah pada fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama Islam tahun 2009 yang berjudul “Ziarah kubur dalam perspektif pendidikan islam (studi kasus ziarah ke makam KH. Ali Mas’ud desa pagerwojo Buduran Sidoarjo)”. Dalam penelitian ini, ia fokus dalam mengkaji masalah pendidikan Islam dalam proses ziarah kubur yang diperoleh pelaku ziarah.

3. Buku yang ditulis oleh Dhiyauddin Quswandhi yang berjudul Waliyah Zainab Putri pewaris Syekh Siti Jenar (sejarah agama dan peradaban Islam di pulau Bawean) tahun 2008. Dalam buku ini menjelaskan pulau Bawean ditengah arus sejarah nusantara dan penyebaran Islam yang dibawa oleh para leluhur dan para waliyah yang datang ke Bawean.


(17)

8

4. Skripsi yang ditulis oleh Musyahadah pada jurusan Sejarah Kebudayaan Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya tahun 2011 yang berjudul “Ziarah pada makam kiyai Abdul Mannan Batu Ampar Pamekasan (studi tentang pandangan masyarakat Madura terhadap tokoh yang meninggal).’’ Dalam penelitian ini fokus pada kajian tujuan masyarakat dalam berziarah kepada makam kiyai Abdul Mannan Batu Ampar Pamekasan.

F. Pendekatan dan Kerangka Teoritik

Dalam penelitian tentang Perkembangan Tempat Ziarah Makam Ali

Mas’ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo Tahun 1979-2015 penulis

menggunakan pendekatan historis yang digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa masa lampau dan menggunakan teori dari Arnold Joseph Toynbee tentang challenge and response. Ia berpendapat bahwa masyarakat yang tinggal disekitar akan selalu di hadapkan dengan alam. Tantangan tersebut terus mendorong mereka untuk terus hidup.

Dengan pendekatan ini diharapkan dapat mengungkap gejala suatu peristiwa yang berkaitan dengan waktu dan tempat lingkungan ditempat peristiwa ziarah makam itu terjadi, dan dapat menjelaskan latar belakang, segi dinamika sosial serta struktur sosial yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan.4

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, manusia sudah memiliki potensi beragama sejak dilahirkan. Potensi ini berupa dorongan untuk mengabdi

4


(18)

9

kepada Sang Pencipta. Dalam terminologi Islam disebut sebagai Hidayat al-Diniyyat, berupa benih-benih keberagamaan yang dianugerahkan oleh Tuhan kepada manusia. Dengan adanya potensi bawaan ini, maka manusia pada hakekatnya adalah makhluk beragama5. Dalam beragama setiap jiwa memiliki suatu kepercayaan tersendiri atas keyakinan yang dimilikinya. Sebagaimana di lingkungan masyarakat yang muncul berbagai fenomena-fenomena agama, baik berupa upacara yang berbentuk ritus dan kultus.

Pada dasarnya manusia mempunyai berbagai macam perilaku terhadap bermacam-macam hal. Perilaku dapat bersifat positif dan negative. Dalam perilaku positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyukai, mengharapkan obyek tertentu, sedangkan dalam perilaku negatif terdapat kecenderungan menjauhi, menghindari, membenci dan tidak menyukai obyek tertentu. Jadi, perilaku dapat didefinisikan sebagai kesiapan pada seseorang bertindak cara tertentu terhadap hal-hal tertentu.6

Kemudian mengenai ziarah, ziarah menurut Bahasa berarti menengok, jadi ziarah kubur artinya menengok kubur sedangkan menurut syariat Islam, ziarah kubur itu bukan hanya sekedar menengok kubur, bukan pula untuk sekedar tahu mengerti dimana ia dikubur, atau ingin mengetahui keadaan kubur atau makam, akan tetapi kedatangan seseorang kekuburan adalah dengan maksud untuk mendoakan kaum muslim yang dikubur dengan membaca kalimat-kalimat thayyibah, seperti tahlil,

5

Jalaluddin, Psikologi Agama (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010), 67. 6


(19)

10

tahmid, tasbih dan lain lain.7 Sedangkan secara tradisional makna ziarah berarti kebiasaan berkunjung ke makam leluhur yang dilakukan secara turun-temurun.8 Ziarah ini merupakan kegiatan ritual yang sampai sekarang masih terlihat di berbagai lapisan masyarakat khususnya di Jawa.

Praktek berziarah dan penghormatan terhadap wali dikalangan orang Jawa adalah suatu tradisi yang masih berkembang hingga saat ini. Adapun tujuan mereka adalah untuk mengirim doa, tawassul, dan meminta berkah kepada mereka orang suci yang telah meninggal.

Tradisi keagamaan memuat simbol-simbol suci yang dengannya orang melakukan serangkaian tindakan untuk menumpahkan keyakinan dalam bentuk ritual penghormatan, dan penghambaan. Tradisi keagamaan yang bersumber dari ajaran agama disebut Islam Official atau Islam Murni, sedangkan yang tidak memiliki sumber asasi di dalam ajaran agama disebut sebagai Islam Popular atau Islam Rakyat.9

Dari teori yang dipaparkan diatas, diharapkan dapat mempermudah penulis dan pembaca sekalian dalam memahami substansi skripsi ini secara sistematis, ilmiah dan integral dalam kazanah perbendaharaan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang sejarah.

7

Muhammad Shalikhin, Ritual Keramat Islam Jawa (Yogyakarta: NARASI, 2010), 128. 8

Pius A. Partanto dan M. Dhahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Al Kola, 1994), 756.

9


(20)

11

G. Metode penelitian

Untuk mempermudah dalam penulisan penelitian ini, maka menggunakan Metode penulisan sejarah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)

Kata heuristik berasal dari bahasa Yunani heuriskein yang artinya memperoleh. Heuristik adalah suatu tekhnik, seni dan ilmu. Bisa juga dikatakan pengumpulan sumber adalah suatu proses yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan sumber-sumber, data-data atau jejak sejarah. Karena sejarah tanpa sumber maka tidak bisa bicara. Sehingga sumber ini merupakan hal yang paling utama akan menentukan aktualitas masa lalu manusia dapat dipahami oleh orang lain.10

Didalam heuristik ini terdapat cara pengumpulan data yang juga berupa wawancara.11 Sampel yang diperoleh dari wawancara kepada koresponden secara langsung. Kelebihan yang didapat lebih bersifat personal, mendapatkan hasil yang lebih mendalam dengan jawaban yang bebas, proses dapat bersifat fleksibel dengan menyesuaikan situasi dan kondisi lapangan yang ada.12 Selain wawancara juga terdapat cara pengumpulan lain, yaitu mengumpulkan data.

Data adalah catatan atas kumpulan fakta dalam keilmuan (ilmiah), fakta dikumpulan untuk menjadi data kemudian di olah sehingga dapat di utarakan secara jelas dan tepat sehingga dapat

10

Lilik Zulaichah. Metodologi Sejarah I (Surabaya: Fak. Adab, 2005), 16 11

G. J. Renier. Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), 113 12


(21)

12

dimengerti oleh orang lain yang tidak langsung mengalaminya sendiri atau yang disering disebut dengan deskripsi.

Adapun pada penelitian ini, sumber yang digunakan di bagi menjadi dua kategori yaitu:

a. Sumber Primer

Penelitian menggunakan sumber data utama yang diperoleh melalui informan. Penelitian ini bersifat penelitian lapangan. Data-data termasuk Data-data relevan, karena Data-data-Data-data yang di ambil dari hasil lapangan langsung.

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder sebagai penguat data yang dapat memberikan informasi pendukung dalam menguraikan fakta-fakta yang dapat memperjelas data primer. Sumber sekunder tersebut berupa arsip desa, buku-buku.

2. Kritik Sumber

Kritik Sumber adalah suatu kegiatan untuk meneliti sumber-sumber yag diperoleh agar memperoleh kejelasan apakah sumber-sumber yang diperoleh itu kredibel atau tidak, dan apakah sumber itu autentik atau tidak. Didalam ini juga terdapat kritik intern dan kritik ekstern yaitu:

a. Kritik Intern adalah upaya yang dilakukan untuk melihat apakah isi sumber tersebut cukup layak untuk dipercaya kebenarannya.


(22)

13

b. Kritik Ekstern merupakan proses untuk melihat apakah sumber yang di dapatkan otentik atau asli.13

3. Interpretasi

Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi sikap obyektif. Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subyektif, harus subyektif rasional tidak boleh subyektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

4. Historiografi

Historiografi adalah menyusun atau merekonstruksi fakta-fakta yang telah tersusun yang didapatkan dari penafsiran sejarahwan terhadap sumber-sumber sejarah dalam bentuk tertulis. Dalam hal ini, setelah penulis melewati tahapan-tahapan yang telah dikemukakan di atas, untuk selanjutnya penulis melakukan pemaparan atau pelaporan sebagai hasil penelitian sejarah yang membahas tentang tradisi ziarah ke makam mbah Ali Mas’ud serta pergeseran budaya ziarah kubur.

H. Sistematika bahasan

Untuk mempermudah dalam memahami penelitian ini, maka penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut:

13


(23)

14

Bab pertama pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, landasan teori, metode penelitian, sistematika bahasan, daftar pustaka.

Bab kedua menjelaskan biografi Ali Mas’ud Pagerwojo yang meliputi: genealogi, pendidikan, dan karir mbah Ali Mas’ud Pagerwojo.

Bab ketiga menjelaskan tentang perkembangan tempat ziarah

makam Ali Mas’ud Pagerwojo meliputi: meningkatnya perekonomian

masyarakat di sekitar makam Ali Mas’ud, kondisi geografis makam Ali Mas’ud.

Bab keempat menjelaskan respon masyarakat terhadap para peziarah di makam Ali Mas’ud Pagerwojo meliputi: dalam bentuk positif, dalam bentuk negatif.

Bab kelima penutup, meliputi: Kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran.


(24)

BAB II

RIWAYAT HIDUP KH. ALI MAS’UD

A. Latar Belakang Kehidupan

KH. Ali Mas’ud atau biasa yang dipanggil mbah Ali Mas’ud atau biasa juga dipanggil gus Ud atau biasa juga dikenal dengan mbah Ud merupakan seorang tokoh agama yang memiliki jasa sangat besar dalam membantu masyarakat yang mengalami masalah atau problem kehidupan. Pada umumnya, masalah persoalan yang terjadi di kehidupan sehari-hari seperti masalah ekonomi, masalah pribadi, usaha, dan lain sebagainya. Ali Mas’ud dikenal masyarakat karena kelebihan yang beliau miliki yang tidak dimiliki oleh manusia biasa pada umumnya yaitu kelebihan yang diberikan Allah SWT. Beliau sering kali di minta bantuan doa oleh masyarakat untuk mengatasi problem kehidupan. Masyarakat yakin bahwa orang yang memiliki kelebihan doanya mustajab atau terkabul karena dekat dengan Allah SWT.

Nama Ali Mas’ud pada awalnya adalah Mas’ud saja. Nama Ali di depan nama Mas’ud adalah nama yang ditambahkan setelah beliau menunaikan rukun Islam yang ke lima yakni haji. Sejak itulah nama beliau menjadi KH. Ali Mas’ud.

KH. Ali Mas’ud dilahirkan di Pondok Pesantren Sono desa Sidokerto kecamatan Buduran Sidoarjo. Tanggal dan tahun kelahiran beliau tidak di ketahui secara pasti. Diperkirakan lahir sekitar tahun 1903.


(25)

16

Beliau putra kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Kiai. Sa’id dan Nyai Hj. Fatimah. Ayahnya berasal dari Desa Sono kecamatan Buduran Sidoarjo. Ayahnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Sono Sidokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo. Sedangkan ibunya berasal dari daerah Kedung cangkring Sidoarjo. Ali Mas’ud mempunyai dua saudara kandung (1 perempuan dan 1 laki-laki) yaitu:

1. Saudara tertua yang bernama Nyai Masrifah.

2. Saudara termuda yang bernama gus Mahfudz.

Ali Mas’ud masih memiliki keturunan dengan sunan Syarif Hidayatullah

jika di lihat dari garis keturunan beliau.

Pada saat kecil Ali Mas’ud berada di Pondok Pesantren Sono Sidokerto Kecamatan Buduran yang didirikan oleh kakeknya yaitu Kiai Muhayyin. Suatu ketika kedua orang tuanya bercerai yang mengakibatkan Ali Mas’ud ikut dengan ibunya tinggal di tempat kakaknya di Desa Pagerwojo Kecamatan Buduran Sidoarjo. Tidak diketahui secara pasti kapan kedua orang tuanya bercerai. Diperkirakan pada saat Ali Mas’ud remaja yaitu usia antara 17-20 tahunan.

Kegiatan Ali Mas’ud pada saat mudanya tidak begitu nampak. Sebab, beliau tumbuh sebagai manusia biasa dan tidak lagi tinggal di Pesantren sejak kedua orang tuanya bercerai.


(26)

17

B. Pernikahan

Ali Mas’ud menikah beberapa kali. Hal ini dikarenakan setelah menikah, bercerai dan ada yang ditinggal meninggal oleh istrinya. Adapun perjalanan pernikahan Ali Mas’ud adalah sebagai berikut:

1. Menikah dengan putri Madura di Pasuruan yang tidak diketahui secara pasti nama serta tempat tinggalnya. Pada perkawinannya ini tidak berlangsung lama karena mereka bercerai.

2. Dengan Nyai Sarah dari Kedung Cangkring. Perkawinan yang kedua ini hanya berlangsung beberapa tahun saja kemudian bercerai lagi.

3. Dengan Nyai Syatiah dari Desa Kauman Mojoagung. Perkawinan ketiga ini hanya berlangsung selama tiga tahun, kemudian bercerai lagi.

4. Kembali menikah lagi dengan istri keduanya yaitu Nyai Sarah. Bersama Nyai Sarah ini beliau pergi menunaikan ibadah Haji ke Tanah suci Mekkah. Sepulang dari Mekkah beliau pindah ke Pagerwojo kemudian mendirikan sebuah rumah disana, dan pada akhirnya bercerai lagi.

5. Kemudian nikah lagi dengan bu Ning dari Kedung Cangkring yang masih memiliki hubungan saudara dari pihak ibunya. Pernikahan ini bertahan selama 10 tahun dan pada akhirnya istrinya meninggal.


(27)

18

6. Setelah bu Ning meninggal dunia, Mbah Ali Mas’ud menikah lagi dengan Nyai Dewi yang berasal dari Daleman Sidoarjo. Pernikahan dengan Nyai Dewi hanya berlangsung selama 8 bulan dikarenakan Ali Mas’ud meninggal dunia.

Dari keterangan tersebut dapat disimpulkan bahwa Ali Mas’ud menikah, bercerai kemudian menikah lagi dikarenakan mencari keturunan (anak). Hingga akhir hayatnya pun Ali Mas’ud tidak memiliki keturunan satupun. Dari semua pernikahan itu pula tidak diketahui secara pasti tahun pernikahannya.

Beliau meninggal di Daleman Sidoarjo pada hari selasa pahing tanggal 10 Juni 1980 yang bertepatan dengan tanggal 26 Rajab 1401 H dan dimakamkan pada hari Rabu Pon pada tanggal 11 Juni 1980 yang bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1401 H di pemakaman umum Desa Pagerwojo Sidoarjo. Pada proses pemakaman Ali Mas’ud akan dimakamkan, sempat terjadi perebutan tempat persemayaman terakhir beliau yakni antara keluarga Nyai Dewi, Keluarga besar Ali Mas’ud itu sendiri dan keluarga bu Ning yang berasal dari Kedung Cangkring. Karena tidak menemukan kesepakatan, maka disetujui untuk memohon fatwa dari Kiai Hamid Pasuruan dan beliau memutuskan bahwa Ali Mas’ud disemayamkan di sisi makam ibunya yaitu di pemakaman umum Desa Pagerwojo. Adapun fatwa dari Kiai Hamid pada waktu itu adalah ibu mu,


(28)

19

ibu mu, ibu mu. Ali Mas’ud di semayamkan disamping makam ibunya.1 Makam ibu beliau ada di Desa Pagerwojo. Sehingga pada akhirnya di makamkan disamping ibunya atas perintah dari kiai Hamid.

Disaat beliau meninggal, para takziah yang hadir pada waktu itu kurang lebih mencapai ratusan ribu orang. Sehingga jalan mulai dari rumah duka di Daleman Sidoarjo hingga di pemakaman Desa Pagerwojo penuh dengan pengunjung yang bertakziah.

Semenjak itulah Desa Pagerwojo yang dulu terbelakang, dengan berkat Allah SWT secara lambat laun namun pasti karena beliau mengalami kemajuan. Hingga mantan presiden Republik Indonesia KH. Abdurahman Wahid, Zainuddin Mz pun pernah singgah dan berziarah ke makam beliau. Masyarakat Desa Pagerwojo dan masyarakat umum meyakini bahwa beliau adalah salah satu walinya Allah SWT.

C. Karakter Pribadi

Jika disebut nama Ali Mas’ud atau Gus Ud, orang yang pernah bergaul dengan beliau akan teringat dengan sosok beliau yang bertubuh kecil dan pribadi yang sederhana, namun memiliki sikap yang tegas dan bijaksana. Beliau tidak pernah berbicara apabila yang dibicarakan itu tidak perlu dibicarakan. Hal ini dikarena beliau selalu dalam keadaan berdzikir dan seluruh tubuh beliau selalu berdzikir kepada Allah SWT.2 Sehingga pembicaraan yang tidak ada tujuan dan tidak mengandung manfaat, beliau

1

Isi fatwa dari Kiai Hamid Pasuruan 2


(29)

20

tidak pernah melakukannya. Kegemaran beliau adalah seni hadrah atau yang biasa dikenal dengan banjari.

Ali Mas’ud suka berkumpul dengan orang-orang atau masyarakat yang membawa nilai kebaikan dan ibadah kepada Allah SWT serta yang membawa manfaat di dunia mapun di akhirat. Seperti seni hadrah, acara haul, pengajian agama dan lain sebagainya. Beliau tidak pernah ikut dalam perkumpulan yang di dalam perkumpulan tersebut banyak membawa kemudharatan dan tidak memiliki manfaat yang jelas.

Beliau sangat dihormati oleh masyarakat sekitar tempat tinggalnya karena ketekunan beliau dalam meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kaum muslim kepada Allah SWT. Berbagai macam cara beliau lakukan untuk membuktikan kepada masyarakat bahwa Allah itu maha Esa, dan maha segalanya. Salah satu cara yang beliau lakukan untuk membuktikannya kepada masyarakat adalah membantu masyarakat yang membutuhkan doa dan pertolongan beliau melalui kelebihan yang beliau miliki. kelebihan yang dimiliki Ali Mas’ud merupakan kelebihan yang mutlak. Dimana karomah beliau meliputi hal-hal yang bersifat musyahadah (nyata) dan tersembunyi. Ali Mas’ud hanyalah sebatas pemberi bantuan kepada masyarakat yang memerlukan beliau melalui doanya.

Masyarakat Pagerwojo meyakini bahwa Ali Mas’ud mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki manusia pada umumnya karena anugerah


(30)

21

dari Allah SWT. Berangkat dari hal ini, masyarakat juga meyakini bahwa Ali Mas’ud merupakan orang yang dekat dengan Allah.

Al-quran menyebut dalam surat Yunus ayat 62-64 yang berbunyi:

                                                  

Artinya: “Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat. tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.”3

Dapat disimpulkan, bahwa Ali Mas’ud adalah seorang sosok tokoh yang sangat di hormati oleh masyarakat Pagerwojo karena sikap dan perilaku beliau dalam kehidupan sehari-hari yang selalu memberikan pertolongan kepada masyarakat baik berupa masalah pribadi, keluarga maupun masalah ekonomi. Kelebihan beliau tidak lain adalah bukti nyata dari kebesaran Allah SWT yang tertera dalam al-quran surat Yunus ayat 62-64.

3


(31)

22

Ali Mas’ud memang tidak memiliki pondok pesantren seperti para pendakwah pada umumnya. Beliau berdakwah pada saat perkumpulan pengajian dan lain sebagainya.


(32)

BAB III

PERKEMBANGAN TEMPAT MAKAM KH. ALI MAS’UD

PAGERWOJO BUDURAN SIDOARJO

A. Letak Geografis Makam KH. Ali Mas’ud

1. Kondisi Demografis Desa Pagerwojo

a. Letak dan Kondisi Masyarakat Desa Pagerwojo

Desa Pagerwojo memiliki letak yang sangat strategis, karena merupakan salah satu desa yang dilewati jalur yang menghubungkan antara dua kota besar di Jawa Timur yaitu Sidoarjo dan Surabaya. Desa Pagerwojo terletak di bagian selatan kecamatan Buduran Sidoarjo. Selain itu, desa Pagerwojo juga berbatasan dengan desa-desa lain yaitu sebelah barat berbatasan dengan desa ental sewu kecamatan Buduran. Sebelah timur berbatasan dengan kelurahan Pucang kecamatan Sidoarjo. Kemudian sebelah utara berbatasan dengan desa Sidokerto kecamatan Buduran. Sedangkan sebelah selatan berbatasan dengan desa Jati dan kelurahan Magersari kecamatan Sidoarjo. Desa Pagerwojo merupakan salah satu desa yang terletak dalam Kecamatan Buduran yang memiliki letak kurang lebih 4 meter dari permukaan laut. Adapun orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan Desa atau kelurahan) desa Pagerwojo adalah kurang lebih 3 kilometer dari pusat pemerintahan kecamatan, 1 kilometer dari


(33)

24

kabupaten Sidoarjo, 23 kilometer dari ibukota provinsi Daerah Tingkat I dan 825 kilometer dari ibukota negara.

Desa Pagerwojo memiliki luas wilayah sebesar 250,56 hektare, yaitu 6% dari luas wilayah Kecamatan Buduran. Berdasarkan data registrasi penduduk Kecamatan Buduran pada pertengahan tahun 2015, jumlah penduduk Desa Pagerwojo merupakan desa terbanyak penduduknya yakni sebesar 11.295 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 5.523 jiwa dan perempuan sebesar 5.772 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki di Desa Pagerwojo lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan dengan sex rasio sebesar 99 jiwa. Hal ini menjadikan Desa Pagerwojo sebagai desa yang memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar 6.787 jiwa/km2. 1

Desa Pagerwojo terdiri dari 47 Rukun Tetangga (RT) dan 11 Rukun Warga (RW) yang terbagi dalam 7 Dusun, masing-masing Dusun yaitu:

1.) Dusun Irian Jaya dengan 1 RW 4 RT 2.) Dusun Kauman dengan 1 RW 4 RT 3.) Dusun Perapatan dengan 1 RW 4 RT 4.) Dusun Kalak dengan 1 RW 5 RT 5.) Dusun Ngemplak dengan 1 RW 5 RT 6.) Dusun Dukuh dengan 1 RW 4 RT

1


(34)

25

7.) Dusun Pondok Jati dengan 5 RW 21 RT

Sebagian besar wilayah Desa Pagerwojo merupakan tanah basah yang digunakan untuk persawahan, sedangkan tanah kering digunakan untuk perkebunan hanyalah sedikit. Karena dilalui oleh dua buah sungai yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan persawahan. Hal ini terbukti tanah-tanah persawahan yang masih dapat ditanami padi dua kali dalam setahun, dan sisa waktu yang ada dapat ditanami tanaman palawijaya.

Kondisi tanah yang sangat subur ini sebenarnya sangat cocok untuk lahan pertanian. Namun, keberadaannya tidak dapat bertahan secara terus menerus karena adanya proyek pembangunan-pembangunan yang sangat pesat, yaitu proyek pembangunan perumahan, rumah makan, dan lain sebagainya yang memiliki dampak terhadap kebutuhan air sawah yang terganggu. Sehingga cara bertani masyarakat Desa Pagerwojo untuk mendapatkan air harus bergantian, terutama yang berada disebelah timur dan yang berada di sebelah utara desa dikarenakan hal tersebut. Pada musim kemarau, para petani melakukan penanama tanaman yang lain seperti garbis, semangka dan kacang hijau.

Pemanasan global yang akhir-akhir ini marak di perbincangkan ternyata mempengaruhi keadaan iklim. Hal ini di buktikan dengan tidak teraturnya iklim di wilayah tersebut dari tahun ke tahun. Tahun 2011 hujan turun sepanjang tahun di Desa


(35)

26

Pagerwojo, sedangkan pada tahun 2012 hujan tidak turun pada bulan Juni hingga November. Pada tahun 2015, keadaan iklim Desa Pagerwojo cukup baik dengan turunnya hujan berintensitas tinggi yang berlangsung sepanjang tahun kecuali pada bulan Agustus dan September.

Rata-rata intensitas curah hujan tahunan selama tahun 2015 cukup tinggi yaitu sebesar 234 mm, yang berkisar antara 19 mm di bulan Oktober sampai 507 mm di bulan Januari. Sedangkan banyaknya hari hujan rata-rata 6 hari yang berkisar 1 hari di bulan Oktober sampai 19 hari di bulan Januari.

Desa Pagerwojo adalah desa yang termasuk Rencana Induk Kota (RIK) mengenai tata kotanya dikarenakan laju perkembangan pembangunan seperti perumahan maka sebagian tanah sawah milik masyarakat sudah terkena proyek tersebut. Dengan demikian maka mata pencaharian yang pada awalnya mengandalkan pertanian beralih kebidang-bidang lainnya. Sedangkan para pemudanya memilih bekerja di perusahaan-perusahaan sekitar desa. Dengan demikian dapat mempengaruhi kondisi masyarakat desa Pagerwojo.

b. Kondisi Masyarakat

1) Sosial Ekonomi

Kondisi perekonomian seseorang sangat terkait dengan mata pencaharian dan penghasilan yang didapatnya, karena dari


(36)

27

hasil itu yang paling mempengaruhi dari kehidupan masyarakat. Semakin banyak penghasilan yang diperoleh maka semakin baik pula kehidupan seseorang itu.

Desa Pagerwojo pada awalnya merupakan daerah yang agraris. Hal ini dikarenakan Desa Pagerwojo termasuk daerah yang sangat subur sehingga tanah sawah yang masih ada dapat berproduktif baik untuk penanaman padi, palawijaya, dan lain sebagainya.

Penduduk yang berharap kepada hasil pertaniannya ini tidak dapat terus menerus dipertahankan, dikarenakan sebagian tanah dari sawah yang ada mulai dipergunakan untuk program pemukiman, rumah makan, dan lain sebagainya. Sehingga sawah-sawah yang pada awalnya merupakan hasil dari mata pencaharian penduduk Desa Pagerwojo kini mulai berubah menjadi komplek perumahan, dan lain sebagainya.

Dengan adanya pembebasan lahan pertanian menjadi komplek perumahan, maka sebagian masyarakat desa Pagerwojo mengalihkan mata pencahariannya ke bidang usaha-usaha lainnya. Usaha tersebut antara lain membuka industri rumah tangga, berdagang, membuka toko bangunan, dan lian sebagainya.

Mata pencaharian masyarakat desa Pagerwojo saat ini sangat beranekaragam. Berdasarkan data stastistik Badan Pusat


(37)

28

Statistik Sidoarjo tahun 2014 adalah jumlah Pegawai Negeri sebanyak 343 orang, ABRI sebanyak 188 orang, Petani sebanyak 66 orang, Buruh Tani sebanyak 2 orang, Buruh Swasta sebanyak 3461 orang, Pedagang sebanyak 185 orang, Usaha Konstruksi sebanyak 1 orang, Usaha Industri/ kerajinan sebanyak 9 orang, Usaha Jasa Angkutan sebanyak 25 orang, dan Jasa Lainnya sebanyak 81 orang.

2) Sosial Pendidikan

Kesadaran akan penting pendidikan sangatlah baik. Karena pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dimasa mendatang.

Untuk urusan pendidikan, masyarakat desa Pagerwojo tidak merasa kesulitan, sebab dekat dengan sarana pendidikan mulai dari pendidikan Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, SMP, SMA, Sekolah Tinggi ataupun Pesantren.

Kondisi pendidikan masyarakat desa Pagerwojo sebagian besar adalah tamatan Sekolah Dasar (SD) sebesar 2844 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan, Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 1505 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebesar 3225 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan, dan Perguruan Tinggi sebesar 1823 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Selain itu ada juga penduduk yang menempuh pendidikan


(38)

29

khusus seperti Pendidikan Keagamaan di Pondok Pesantren, kursus, dan lain sebagainya.

3) Sosial Keagamaan

Kehidupan beragama di desa Pagerwojo tumbuh dan berkembang dengan baik serta saling rukun satu sama lainya dengan kuat, ikatan Ukhuwah Islamiyah berkembang dengan baik yang ditandai dengan bersatunya kegiatan-kegiatan keagamaan seperti pengajian rutin ibu-ibu, pengajian rutin bapak-bapak, yasin dan tahlil, diba’iah serta di tambah lagi kegiatan-kegiatan yang lain yang ada di desa Pagerwojo.

Penduduk Desa Pagerwojo memiliki keanekaragaman agama. Semua agama yang diakui di Indonesia ada di Desa Pagerwojo kecuali Konghucu. Agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk di Indonesia. Sebesar 83.20% penduduk Desa Pagerwojo memeluk Agama Islam, sedangkan 7.85% sisanya memeluk Agama Kristen dan Katolik, 0.49% memeluk Agama Hindu dan 0.62% memeluk Agama Budha.

Sebagai desa yang mayoritas penduduknya beragama Islam, maka hal tersebut didukung oleh tersedianya tempat ibadah berupa masjid dan mushola. Di Desa Pagerwojo terdapat 6 masjid dan 23 mushola. Hal ini menjadikan Desa Pagerwojo sebagai desa yang memiliki tempat ibadah terbanyak kedua setelah Desa Sidokepung se-Kecamatan


(39)

30

Buduran. Selain itu, masyarakat muslim desa Pagerwojo merupakan mayoritas kaum nadliyin (Nahdlatul Ulama), sehingga semua aktifitas keagamaan tidak terlepas dari tradisi keagamaan ke-NU-an.2

2. Kehidupan Keagamaan Masyarakat Desa Pagerwojo

Masyarakat desa Pagerwojo merupakan masyarakat yang memiliki kemajemukan dalam hal keyakinan. Dari enam agama yang diakui negara empat diantaranya terdapat penganutnya di desa Pagerwojo yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Sedangkan untuk Konghuchu tidak ada penganutnya. Dari keberagaman kepercayaan yang dianut masyarakat Pagerwojo tersebut, agama Islam menjadi jumlah terbanyak pemeluknya. Tidak heran jika di desa Pagerwojo kental dengan budaya Islam, sebab mayoritas masyarakatnya adalah muslim.

Selain itu, corak Islam yang berkembang di Desa Pagerwojo ialah Islam tradisionalis. Hal demikian dipengaruhi oleh mayoritas masyarakatnya yang nahdliyin yaitu penganut Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu kegiatan-kegiatan keagamaan Islam yang berkembang di masyarakat desa Pagerwojo merupakan pengamalan ajaran Islam yang kental dengan tradisi NU. Masyarakat desa Pagerwojo selayaknya msayarakat muslim di daerah lainnya yang mayoritas Islam NU , keseharian mereka dalam hal keagaman tidaklah jauh beda.

2


(40)

31

Sebagaimana seperti kegiatan tahlilan, yasinan, istighosah, ziarah makam wali, dan lain sebagainya.

Kemudian ditambah lagi dengan keberadaan komplek makam Ali Mas’ud yang merupakan tokoh agama yang diistimewakan oleh masyarakat sekitar Sidoarjo berada di Desa Pagerwojo, mengakibatkan Desa Pagerwojo semakin ramai dengan hiruk pikuk kegiatan keagamaan. Hampir setiap hari Desa Pagerwojo tidak pernah sepi dari kegiatan keagamaan terutama di komplek makam Mbah Ud .

a. Bentuk-bentuk aktifitas masyarakat Desa Pagerwojo

Ali Mas’ud dipandang oleh masyarakat Desa Pagerwojo sebagai orang yang dekat dengan Allah yang memiliki kelebihan-kelebihan dan keistimewaan-keistimewaan yang tidak di miliki oleh manusia biasa, sehingga makamnya pun dikeramatkan. Masyarakat memiliki tradisi yang tujuannya adalah memohon berkah dari Ali Mas’ud. Adapun tradisi-tradisi yang dilakukan oleh masyarakat adalah sebagai berikut:

1) Haul

Haul biasanya diartikan sebagai suatu bentuk upacara yang di selenggarakan pada setiap satu tahun sekali untuk memperingati hari meninggalnya seseorang yang telah dikenal sebagai pemuka agama, wali, serta pejuang-pejuang Islam lainnya.


(41)

32

Pada hakikatnya upacara haul diselenggarakan dengan tujuan dan maksud yang jelas serta membawa manfaat bagi kaum muslimin yang masih hidup agar sadar akan segala kekuasaan Tuhan serta dapat meningkatkan ketaqwaan dan mempertebal keimanan seseorang yang masih hidup. Adapun di sisi yang lain, haul dapat dijadikan sebagai sarana reuni dan mempererat tali persaudaraan sesama keluarga, kerabat, sahabat-sahabat, dan yang lain-lainya untuk ikut dalam mendoakan yang telah meninggal. Haul Ali Mas’ud dilaksanakan pada bulan Rajab.

Dalam setiap Haul memiliki acara inti yang biasanya rutin dilaksanakan dalam setiap acara haul tersebut yang menjadi tradisi secara turun temurun.

Adapun acara yang terdapat di dalam haul Ali Mas’ud adalah sebagai berikut:

a.) Pengajian Agama

Pengajian agama adalah salah satu kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat. Pengajian ini berfungsi untuk memberikan siraman rohani pada masyarakat agar mampu berperan sebagai hamba Allah yang baik.

Adapun yang mendorong masyarakat mengadakan pengajian ini sesuai dengan firman Allah dalam al-quran yaitu (Q.S. An-Nahl;185)


(42)

33                                     Artinya: Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-rahmat-Nya; Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. 3

Disamping itu ada juga ayat yang dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pengajian agama dalam al-Quran yaitu: (Q.S.Ali Imron 104)

                           

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”4

Dari kedua ayat diatas jelas bahwa diserukan kepada manusia untuk menyebarkan kebaikan dan kebajikan sehingga menjadikan masyarakat yang beriman dan bertqwa kepada Allah yang diridhoi oleh Allah swt. Sedangkan untuk waktu yang tepat dalam pengajian agama adalah pada saat peringatan haul diselenggarakan.

3

Al-Qur’an, 16 (an-Nahl): 185 4


(43)

34

Disamping pada saat pelaksanaan haul itu disampaikan pula sejarah singkat tokoh Ali Mas’ud. Hal ini biasanya disampaikan oleh salah satu keturunan yang lebih pandai berbicara dan banyak mengetahui hal tentang Ali Mas’ud. b.) Tahlil (tahlilan)

Tahlil atau tahlilan merupakan bagian dari rangkaian acara haul yang didalamnya berisi kalimat-kalimat tayyibah, yaitu tahmid, tauhid, dan diakhiri dengan bacaan doa. Tradisi yang ada di dalam masyarakat hingga sekarang menjadi turun temurun dan menyebar luas seperti mendoakan orang yang meninggal dunia agar dosanya diampuni oleh Allah SWT.

Dengan seringnya melantunkan kalimat tauhid tersebut diharapkan agar kita selalu ingat akan ke Maha sucian Allah swt. Pelaksanaan tahlilan tersebut biasanya di pimpin oleh seorang sesepuh yang dianggap lebih pandai.5 c.) Khataman Al-quran

Khataman Al-quran merupakan salah satu rangkai acara dalam haul. Khataman Al-Quran ada yang dilakukan secara hapalan dan ada yang secara bacaan biasa. Acara ini dimulai setelah subuh sampai selesai secara bergiliran. Mereka mempunyai keyakinan bahwa bacaan Al-quran

5


(44)

35

yang dibaca pahalanya dapat dihadiahkan kepada orang yang telah meninggal.

d.) Membaca Shalawat (Banjarian)

Banjarian atau Al-Banjari berasal dari daerah Banjarmasin tetapi lebih popular dimainkan di daerah Jawa Timur. Banjarian terdiri dari 2 kata yaitu Ban dan Jari. Ban berasal dari kata Band yang bermakna suatu grup dan kata Jari itu dilihat dari cara memainkan alat musik yang berupa terbang (rebana) dengan menggunakan jari. Jadi pengertian Al-Banjari adalah suatu grup yang memainkan alat musik berupa terbang/ rebana dengan menggunakan jari. Pada umumnya al-banjari ini biasanya diisi dengan lagu-lagu religi seperti sholawatan dan lagu-lagu islami, dimana kandungan makna dari semua jenis lagu-lagu biasanya berisi sanjungan kepada baginda Rasulullah yaitu Nabi Muhammad SAW.

Al-Banjari ini terdiri dari 10 anggota maksimal, 5 orang sebagai vokal dan 5 orang sebagai pemukul musik (terbang/ rebana), berikut ini perinciannya:

(1) Vokal

(a) 1 Vokal Utama

(b) 1 Backing vokal suara biasa (suara pengganti vocal utama)


(45)

36

(c) 1 Backing vokal suara 2/suara minor (d) 1 Backing vokal suara 3/ suara tenor (e) 1 Backing vokal suara bass

(2) Pemukul musik (Terbang)

(a) Pemukul tebang lanangan utama (b) Pemukul terbang wedoan utama (c) Pemukul terbang golongan lanangan (d) Pemukul terbang golongan wedokan (e) Pemukul terbang bass

Al Banjari ini sudah terkenal sejak dahulu kala. Menurut sejarah Al Banjari ini pernah digunakan salah satu walisongo dalam berdakwah Islam yaitu Sunan Kalijaga. Iramanya yang menghentak, rancak dan variatif membuat kesenian ini masih banyak digandrungi oleh pemuda-pemudi sampai sekarang. Kesenian ini juga menjadi kegiatan eskul di sekolah-sekolah atau pondok pesantren.

Kesenian ini ternyata salah satu kesukaan dari Ali

Mas’ud. Beliau sering memainkannya sejak kecil bersama dengan teman-temannya. Sehingga, sampai saat ini kesenian tersebut masih terdengar di sekitar makam Ali

Mas’ud. Apalagi setiap malam jumat legi di sekiar makam

Ali Mas’ud ini terdapat agenda banjarian karena untuk mengenang beliau yang menyukai kesenian banjarian.


(46)

37

Kegiatan banjarian ini tidak hanya dilakukan saat malam jumat legi saja. Paling ramai di tabuh ketika haul

Ali Mas’ud yakni malam 27 Rajab. Ketika haul Ali Mas’ud, makam beliau sangat ramai sekali dikunjungi peziarah.6 Kegiatan haul ini dilakukan 3 hari 3 malam, agenda kegiatannya yaitu tahlil Qubro, istighosah, banjarian, pengajian umum, pengajian kitab, dan yang paling menarik yaitu ngaji al-Quran mantap merupakan agenda pembacaan ayat-ayat al-quran oleh para penghafal al-Quran yang sudah terpilih.

2) Istighosah (zikir/ doa bersama)

Salah satu kegiatan keagaaman yang dilakukan masyarakat di makam Ali Mas’ud yaitu istighotsah. Kebanyakan istighotsah ini dilakukan oleh banyak orang, misalnya dari rombongan atau sebuah kumpulan yang sengaja melakukan istighosah di makam Ali Mas’ud. Makam Ali Masud memang tidak pernah sepi pengunjung.

3) Membaca Yasin (Yasinan)

Yasinan adalah bentuk ibadah membaca surat yasin secara berjamaah atau sendiri dan pahalanya di hadiahkan untuk seseorang yang sudah meninggal dunia.7 Surat yasin merupakan intisari dari al Quran, tidaklah seseorang

6

Hanifah, Wawancara, Sidoarjo 22 April 2016. 7


(47)

38

membacanya dengan mengharapkan rahmat dari Allah swt. Keistimewaan surat Yasin ini sangat banyak sekali.

Oleh sebab itu, di makam Ali Mas’ud ini banyak peziarah yang membacakan surat yasin di peruntukkan Ali Mas’ud. Mereka berharap mendapat keberkahan dari Ali Mas’ud.

4) Hari besar Islam

Selain pada hari biasa, pada hari besar Islam juga banyak yang mendatangi makam Ali Mas’ud. Adapun hari besar Islam yang banyak dikunjungi para peziarah adalah sebagai berikut: (a) Mauludan

Mauludan atau yang biasa dikenal dengan sebutan Maulid Nabi Muhammad saw merupakan kegiatan upacara untuk memperingati kelahiran Nabi Muahmmad saw yang jatuh pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal pada tahun gajah. Pada hari inilah masyarakat berbondong-bondong menuju ke makam Ali Mas’ud untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka memperingati Maulid Nabi. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah membaca diba’, shalawat nabi, dan pembacaan doa penutup. Akan tetapi, sebelum melakukan kegiatan tersebut. Terlebih dahulu berdoa di makam Ali Mas’ud.8

8


(48)

39

(b) Isra Mi’raj

Isra Mi’raj adalah suatu bentuk upacara untuk memperingati perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsha kemudian mengarungi alam semesta untuk menuju ke Sidratul Muntaha (singgasana Allah) untuk menerima perintah shalat lima waktu. Pada peringatan Isra Mi’raj ini juga banyak yang datang berziarah ke makam Ali Mas’ud sambil merayakan hari besar Islam tersebut. Sebagaimana fiman Allah dalam Q.S Al-Isra ayat 1 sebagai berikut:9

                                  

Artinya : “Maha suci Allah, yang telah memperjalankan

hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

5) Kemisan (Kamis malam jumat)

Pada umumnya para peziarah banyak berziarah ke makam Ali Mas’ud pada malam Jumat. Setiap malam jumat

9


(49)

40

akan penuh dengan para peziarah yang berdoa memenuhi sekeliling makam hingga pendopo juga. Setiap bulannya ada salah satu malam jumat yang sangat ramai dengan pengunjung dan para penjual yaitu pada malam jumat legi. Dimana pada malam jumat legi ini masyarakat meyakini bahwa pada malam tersebut adalah hari yang sangat sakral dan diyakini paling utama untuk berziarah.10

b. Keyakinan Masyarakat Desa Pagerwojo terhadap makam

Islam yang datang ke tanah Jawa merupakan ajaran Islam yang telah bercampur dengan budaya-budaya lokal setempat. Masyarakat mengakui bahwa orang-orang tertentu yang memiliki kelebihan tertentu di bandingkan dengan orang biasa yang tidak dapat di pikir oleh logika adalah merupakan wali-wali Allah. Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh orang-orang yang dekat dengan Allah pada tingkatan Nabi disebut mu’jizat. Sedangkan kelebihan yang dimiliki Wali Allah atau orang-orang biasa disebut karomah atau keramat.

Sebagaimana makam Ali Mas’ud yang banyak di datangi oleh para peziarah dari berbagai daerah, dari berbagai kalangan dengan tujuan dan motivasi yang berbeda-beda, untuk melakukan tirakat dan bertawassul agar mendapatkan berkah.

10


(50)

41

3. Deskriptif makam Ali Mas’ud

Ali Mas’ud wafat pada 27 Rajab tahun 1980 di Daleman Sidoarjo. Kemudian beliau dimakamkan di komplek makam Desa Pagerwojo RT. 26 RW. 06 Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo. Lokasi makam Mbah Ud berada satu lokasi dengan tempat pemakaman umum warga Desa Pagerwojo11. Namun, yang membedakannya yaitu makam Mbah Ud dibangun terpisah di sebelah paling timur TPU Pagerwojo dengan pembatas berupa bangunan permanen lengkap dengan fasilitias berupa pendopo dan mushola bagi warga dan peziarah perempuan yang letaknya berdampingan dengan makam Mbah Ud. Selain itu terdapat pula masjid bagi warga dan peziarah laki-laki yang terletak di seberang makam Mbah Ud.

Disekitar makam dikelilingi dinding papan berhias ukiran jepara dibawah sebuah joglo ini, penulis menjumpai banyak orang yang bersimpuh membaca Al-Quran, membaca kitab dan berdoa untuk

mencari berkah di makam Ali Mas’ud ini. Suasana sejuk dan tenang

memang sangat terasa ketika menginjakkan kaki di lokasi makam ini. Inisiatif pemilihan lokasi makam Ali Mas’ud ini diprakarsai oleh fatwa dari kiai Hamid Pasuruan sehingga Ali Mas’ud dimakamkan berdampingan dengan makam ibunya.

Semenjak Ali Mas’ud dimakamkan di Desa Pagerwojo, makam tersebut tidak pernah sepi dari peziarah. Hingga pada tahun 2008,

11


(51)

42

kondisi makam tersebut semakin baik dengan pembangunan sarana prasarana. Selain itu, pada tahun tersebut pula lingkungan di sekitar komplek makam Mbah Ud semakin ramai dengan aktifitas perdagangan warga Desa Pagerwojo akibat dari semakin ramainya peziarah. Namun, aktifitas niaga ini lebih ramai di malam hari terutama di malam-malam tertentu, seperti malam Jum’at, haul dan peringatan hari-hari besar Islam.

4. Lembaga pemeliharaan makam

a. Latar belakang berdirinya

Menurut penelitian yang penulis dapatkan bahwa pemeliharaan makam Ali Mas’ud dibawah naungan sebuah organisasi. Pada awalnya makam Ali Mas’ud tidaklah berbeda dengan makam-makam pada umumnya yaitu berupa gundukan tanah dengan dua batu nisan tanpa menggunakan penutup ataupun atap. Keluarga beliau yang tinggal di sekitar lokasi makam berinisiatif membuatkan atap atau penutup di atas makam Ali Mas’ud. Pertama kalinya atap tersebut hanya terdiri dari 6 buah seng yang di tahan dengan tiang-tiang kecil. Sejak awal dimakamkan mulai banyak para peziarah yang datang untuk berziarah ke makam Ali Mas’ud. Sejak itu pula dibangun sebuah musholla yang didirikan dari tanah wakaf.12

12


(52)

43

Dengan adanya para peziarah dan telah didirikan musholla di sekitar lokasi makam, pihak keluarga Ali Mas’ud yang tinggal di Pagerwojo bersama masyarakat berusaha mengatur dan memelihara kebersihan makam ataupun musholla. Namun mengalami sedikit kendala, dimana kepengurusan tersebut tidak berjalan sebagaimana bentuk suatu organisasi sampai pada tahun 2005. Pada tahun 2005 tepatnya pada tanggal 19 Januari 2005 terbentuk pengurus komplek makam Ali Mas’ud secara resmi yang memiliki tanggung jawab dan tugas untuk memelihara kondisi makam secara baik.13

b. Fungsi fasilitas pada makam

Di sekitar makam Ali Mas’ud terdapat sebuah bangunan pendopo yang berfungsi sebagai tempat untuk beristirahat sementara bagi para peziarah sebelum maupun sesudah berziarah di makam Ali Mas’ud. Disamping itu, disediakan pula tempat bagi para peziarah yang ingin bermalam dimakam. Biasanya yang menginap para peziarah pada malam Jumat (khususnya pada malam Jumat Legi). Bangunan yang disediakan untuk tempat menginap para peziarah terletak di sebelah Utara.

Selain bangunan-bangunan yang berfungsi sebagai tempat peristirahatan para peziarah, disediakan pula masjid bagi orang-orang yang ingin sholat yang letaknya berada di sebelah Utara,

13


(53)

44

bersebrangan jalan dengan makam. Letak masjid dengan makam terpisahkan oleh jalan umum. Sedangkan yang berdekatan dengan komplek makam yaitu musholla putri. Disini jamaah putra dan putri di pisah tempat dan jarak yang jauh. Jadi masing-masing memiliki imam sendiri. Imam putra sendiri begitu pun sebaliknya, sehingga tidak bercampur menjadi satu dengan jamaah putra, tidak seperti masjid pada umumnya hanya menggunakan pembatas atapun tabir pemisah. Jamaah laki-laki dan perempuan di pisah dengan alasan bahwa pada waktu itu masih memiliki lahan kosong dan merupakan pesan dari Ali Mas’ud untuk tidak di campur menjadi satu antara laki-laki dan perempuan.14 Letak musholla putri bersebelahan dengan pendopo makam.

c. Struktur kepengurusan

STRUKTUR ORGANISASI

PENGURUS KOMPLEK MAKAM KH. ALI MAS’UD

Pelindung : Kepala Desa Pagerwojo Ketua : KH. M. Ali Bahrudin Wakil ketua : KH. Rofiq Siradj Sekretaris : KH. Mashudi Nawawi Anggota : 1) KH. Maksum

2) Ust. H. Chusaini 3) H. Hasan Basri

14


(54)

45

4) H. Achmad Ya’kub HS 5) Ust. H. Mahtum Adnan Ketua Umum : H. Aunur Rofiq Mahfudz Sekretaris I : Drs. H. Moch. Asiq Yusak Sekretaris II : Ust. Abdur Rohman Cholil LC Bendahara I : Drs. Mashud Hamid

Bendahara II : Choirul Hadi Ketua I Bidang Peribadatan : H. M. Rofi’i

1) Staf Sekretariat

Ketua : Zarkasyi W Anggota : Eko Hadi

Samsul Huda 2) Seksi Dakwah dan Pendidikan

Ketua : Edi S Anggota : Zainal A

Mushollin Suyatno 3) Ta’mir Masjid

Ketua : Husen Arifin Anggota : Bahrul

Markaban Abdul 4) Seksi Haul dan PHBI


(55)

46

Ketua : Mashuri M Anggota : Ali Zaenal

Mustofa Agus

Ketua II Bidang Umum-Pemabngunan : Nur Qomari 1) Seksi Pembangunan dan Perawatan

Ketua : Ahsanul Huda Anggota : Mustofa

Maroni M. Ichwan Faridi Idris

2) Seksi Pembangunan Ketertiban Parkir Ketua : Jamroji

Anggota : Jazuli Yusuf

Abdul Manaf Kataba Maksum 3) Seksi Perlengkapan

Ketua : Sajiman Anggota : Darto


(56)

47

Mashuri

B. Kondisi Perekonomian di Sekitar Makam KH. Ali Mas’ud Tahun 1980-2016

Desa Pagerwojo pada awalnya merupakan daerah yang sangat subur sehingga masyarakat Pagerwojo mata pencahrian dahulu adalah petani. Tanah sawah di Pagerwojo sangat baik untuk penanaman padi, palawijaya, dan lain sebagainya. Daerah di sekitar makam Ali Mas’ud dahulu dikelilingi hutan dan persawahan. Bahkan tidak ada satupun yang berani lewat maupun berjalan melewati jalan tersebut dikarenakan masih sangat sepi penduduk.

Setelah beliau wafat pada tanggal 11 Juni 1980 yang bertepatan dengan 27 Rajab 1401 H daerah sekitar makam mulai ramai karena banyaknya pengunjung makam Ali Mas’ud yang berziarah. Akan tetapi masih sedikit sekali bangunan rumah di daerah sekitar makam Ali Mas’ud, masih banyak di kelilingi persawahan dan hutan.

Pada tahun 1990-an mulailah banyak masyarakat yang mendirikan rumah di daerah sekitar makam tersebut. Masyarakat pada saat itu masih bisa bertani di sawah. Akan tetapi memiliki kekhawatiran dengan mata pencahariannya yang tidak dapat bertahan secara terus menerus. Banyak masyarakat yang berharap kepada hasil pertaniannya.

Sekitar tahun 2005 lahan pertanian tidak dapat terus menerus dipertahankan, dikarenakan sebagian tanah dari sawah yang ada mulai dipergunakan untuk program pemukiman, rumah makan, dan lain


(57)

48

sebagainya. Sehingga sawah-sawah yang pada awalnya merupakan hasil dari mata pencaharian penduduk Desa Pagerwojo kini mulai berubah menjadi komplek perumahan, dan lain sebagainya.

Dengan adanya pembebasan lahan pertanian menjadi komplek perumahan, maka sebagian masyarakat Desa Pagerwojo mengalihkan mata pencahariannya ke bidang usaha-usaha lainnya. Usaha tersebut antara lain membuka industri rumah tangga, berdagang, membuka toko bangunan, dan lain sebagainya.

Selain itu, pada tahun tersebut pula lingkungan di sekitar komplek makam Mbah Ud semakin ramai dengan aktifitas perdagangan warga Desa Pagerwojo akibat dari semakin ramainya peziarah. Namun, aktifitas niaga ini lebih ramai di malam hari terutama di malam-malam tertentu, seperti malam Jum’at, haul dan peringatan hari-hari besar Islam.

Pada tahun-tahun sebelumnya lahan pertanian di Desa Pagerwojo ini masih bisa dinikmati. Akan tetapi, pada saat ini (tahun 2016) lahan pertanian sudah sedikit sekali di Desa Pagerwojo ini.15 Hampir semua lahan pertanian sudah berubah menjadi pemukiman, ruko, rumah makam, dan lain sebagainya. Sehingga sebagian penduduk tidak lagi berharap terhadap hasil pertanian. Untuk para pemudanya bekerja di sebuah perusahaan yang ada di daerah sekitar Pagerwojo dan sekitarnya. Disamping itu, penduduk yang tinggal di daerah sekitar makam Ali Mas’ud kini berjualan pada siang hari maupun malam hari. Lebih ramai

15


(58)

49

pada malam hari. Mayoritas penduduk sekitar lokasi makam berjualan makanan dan minuman.

C. Kondisi Sosial Budaya disekitar Makam Ali Mas’ud Tahun 1980-2016

Desa Pagerwojo merupakan masyarakat yang mayoritasnya adalah muslim. Kehidupan beragama di desa ini tumbuh dan berkembang dengan baik serta rukun saling rukun satu sama lainnya. Dari hasil penelitian dan wawancara yang penulis lakukan, di desa ini mayoritas kaum nahdliyin (Nahdlatul Ulama), sehingga semua aktifitas keagamaan tidak terlepas dari tradisi keagamaan ke-NU-an. Masyarakat sekitar makam mayoritas kaum nahdliyin. Akan tetapi tidak semua kaum nahdliyin, di desa ini juga terdapat kaum Muhammadiyah. Kaum Muhammadiyah tidak banyak di desa ini, hanya sedikit. Selama ini yang tampak adalah kegiatan ke-NU-an di desa ini yang di karenakan mayoritas kaum nahdliyin.

Hubungan sosial antara kaum nahdliyin dengan Muhamadiyah sangat baik, saling menjaga. Tidak ada perselisihan atau perdebatan masalah beda pendapat diantara keduanya. Muhamadiyah tidak pernah mempermasalahkan soal kegiatan tradisi keagamaan ke-NU-an yang ada di desa Pagerwojo. Apabila mereka tidak berkenan atau tidak sesuai dengan pendapat tentang kegiatan keagamaan yang ada di Desa Pagerwojo, tidak memprotesnya.16 Apabila tidak sama seperti mereka inginkan, mereka mencari tempat yang lainnya dan tidak mengikuti kegiatan yang ada. Seperti tahlilan. Jika ada kegiatan tahlilan mereka

16


(59)

50

memilih untuk tidak ikut karna tidak sependapat dengannya. Hubungan sosial antara kaum nahdliyin dengan Muhamadiyah baik-baik saja, tidak ada permasalahan di antara keduanya. Saling menghargai serta saling toleransi.

Sama halnya dengan hubungan sosial umat muslim dengan non muslim yang terjadi di Desa Pagerwojo. Untuk disekitar makam mayoritas beragama muslim, ada yang non muslim tapi hanya satu dua kepala keluarga saja. Kalau untuk keseluruhan di Desa Pagerwojo yang beragama Islam sekitar 80%, sisanya beragama non muslim. Hubungan sosial muslim dengan non muslim di desa ini berjalan dengan baik, tentram, saling toleransi dan menjaga hubungan dengan baik. Mereka yang non muslim tidak mengganggu kegiatan keagamaan yang ada di desa ini begitu pun sebaliknya. Umat muslim di desa ini juga tidak menggangu non muslim yang ada di sekitar mereka.


(60)

BAB IV

TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP PEZIARAH DAN

MOTIVASI PEZIARAH KE MAKAM KH. ALI MAS’UD

A. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Positif

1. Faktor Ekonomi

Peziarah yang datang ke komplek makam Ali Mas’ud di Desa Pagerwojo Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo didominasi oleh orang dari luar desa bahkan dari berbagai daerah. Seiring dengan perkembangan Desa Pagerwojo dan ramainya komplek makam Mbah Ud oleh peziarah setempat dan luar daerah itu, maka hal-hal yang dianggap dibutuhkan oleh peziarah seperti barang-barang konsumtif, ditangkap sebagai peluang usaha oleh masyarakat Desa Pagerwojo khususnya masyarakat di lingkungan sekitar makam. Banyak masyarakat Desa Pagerwojo yang memanfaatkan ramainya peziarah makam Mbah Ud untuk membuka usaha atau lapak dagangan seperti penjual makanan, dan minuman. Selain makanan dan minuman, ada juga yang menjual barang-barang seperti tasbih, gantungan kunci, asesoris, dan lain sebagainya.

Selain membuka usaha dagangan, masyarakat sekitar makam juga memanfaatkan halaman rumahnya sebagai tempat parkir para pengunjung makam.1 Apalagi pada saat malam Jumat legi, akan ramai kendaraan pengujung dari hari-hari biasa. Hampir semua rumah di

1


(61)

52

sekitar makam di penuhi dengan parkir kendaraan. Untuk tarif parkir kendaraan bermacam-macam. Ada yang memasang tarif dengan seikhlasnya pengunjung, ada pula yang memasang harga setiap kendaraan yang di parkir.

2. Faktor Keagamaan

Bagi masyarakat lokal fenomena-fenomena mengenai makam para wali yang memiliki kesakralan dan dianggap suci bagi masyarakat setempat masih banyak ditemukan. Dalam hal ini, makam berasal dari kata maqam yang berarti tempat status atau hirarki. Tempat penyimpanan jenazah sendiri dalam bahasa Arab disebut Qabr yang dalam lidah orang Jawa disebut Kubur atau Kuburan. Menurut Mark Woodward, penghormatan terhadap wali dan makam-makam memainkan peran sentral dalam kesalehan muslim. Makam-makam itu menarik banyak pengunjung yang berharap memperoleh berkah dari wali itu. Berkah ini bisa digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, seperti penghormatan, pengamanan posisi, hingga kemajuan spiritual peminta berkah itu sendiri.2

Dengan adanya makam Ali Mas’ud, masyarakat Pagerwojo

mengalami perkembangan dalam beribadah. Perkembangannya dapat

dilihat dari jama’ah di musholla yang tidak pernah kosong dan tidak pernah lepas dari lima waktu (shalat).3 Musholla dan masjid di sekitar

2

Mark Woodwerd, Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan terj. Hairussalim HS (Yogyakarta: LKiS, 1999), 100.

3


(62)

53

makam juga tidak pernah kosong dengan jama’ah ketika waktu shalat

tiba.

Begitu pula dengan keyakinan masyarakat Pagerwojo dalam beribadah. Ada yang mukmin, dan ada yang masih sekedar ikut-ikutan. Selain itu, ada pula yang menyadari keberadaan makam beliau dan ada pula yang masih belum menyadari adanya makam beliau yang memiliki keberkahan. Jika dilihat sekitar 80% yang menyadarinya dan sisanya masih belum menyadarinya.4

B. Tanggapan Masyarakat dari Sisi Negatif

Pada dasarnya manusia hidup di dunia ini selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Sama halnya dengan tanggapan masyarakat terhadap adanya para peziarah yang berkunjung di makam Ali Mas’ud yang memiliki sisi positif dan sisi negatif. Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, tanggapan masyarakat terhadap adanya peziarah makam

Ali Mas’ud dari sisi negatif yaitu tentang kerawanan sosial. Dengan

adanya peziarah yang berkunjung ke makam Ali Mas’ud tidak menuntut

kemungkinan kerawanan sosial itu tidak terjadi yang di akibatkan banyaknya pengunjung makam. Kerawanan sosial yang dimaksud disini adalah pencurian. Dengan banyaknya pengunjung yang datang ke makam

Ali Mas’ud, sering terjadi pencurian. Pihak pengurus sudah mencoba meminimalisir terjadinya pencurian di sekitar makam.5 para pencuri menyamar menjadi pangunjung makam yang pada akhirnya mengambil

4

Amir, Wawancara, Sidoarjo 23 Juni 2016. 5


(63)

54

kesempatan dalam melakukan aksi pencurian ditengah ramainya pengunjung makam. Selain itu, apakah ada menjadi musyrik terhadap makam sejauh ini tidak dapat diketahui karena niat setiap orang yang

datang ke makam Ali Mas’ud memiliki niat dari sudut pandang yang berbeda-beda.

C. Motivasi Melakukan Ziarah di Makam Ali Mas’ud

Manusia sejatinya tidak pernah dan tidak bisa lepas dari kekuatan kosmos. Mereka akan terus mencari keberadaan kekuatan tersebut pada hal-hal yang dianggap mampu memberikan kekuatan spiritual yang tidak jarang bersifat irrasional. Sebagaimana manusia yang percaya pada hal-hal mistis yang dengan hal tersebut mereka merasa semakin kuat jika mempercayainya dengan melaksanakan ritual-ritual.

Islam Indonesia yang tidak terlepas dari sejarah bahwa ia datang tidak pada ruang yang kosong, maka tidak heran jika corak Islamya masih dipengaruhi nilai-nilai tradisi yang telah berkembang jauh sebelum kedatangannya yaitu nilai-nilai Hindu-Budha dan Kejawen. Oleh karena itu, Islam sebagai agama pendatang harus menyesuaikan dengan keadaan masyarakatnya agar tidak langsung mendapatkan penolakan. Hal itulah yang sepertinya dipahami oleh pembawa Islam terdahulu ketika datang dan menyebarkannya di bumi pertiwi ini.

Berdasarkan kenyataan tersebut, maka kami dapati fenomena kebudayaan masyarakat muslim saat ini yang juga tidak dapat terlepas dari nilai tradisi ketika melaksanakan ibadahnya. Bagi masyarakat awam hal


(64)

55

tersebut dianggap wajar karena berasal dari pemahaman yang didapatkan secara turun-menurun. Hal demikian inilah yang peneliti dapati di lapangan, di mana bayak dari para peziarah yang datang ke makam Ali

Mas’ud dengan berbagai motivasi atau faktor tertentu, sebagaimana berikut ini:

1. Sebagai tempat bertawassul

Bertawassul sering kali kita dengar dalam ilmu sufi. Isitlah ini kemudian mempunyai arti yang tertentu. Pada mulanya dapat diartikan dengan penghubung atau hubungan, pada umumnya hubungan dengan guru.6

Arti dari istilah tawassul adalah jalan yang menyampaikan hambanya kepada Allah. Tawassul kepada orang-orang shaleh yang telah meninggal atau para kekasih Allah sudah menjadi keyakinan para peziarah kubur. Para peziarah berkeyakinan bahwa orang-orang shaleh yang telah meninggal serta kekasih Allah adalah orang yang dekat dengan Allah , dimana segala doanya akan dikabulkan oleh Allah.

Sejarah ke makam Ali Mas’ud untuk bertawassul bisa dikatakan

sudah menjadi kebiasaan. Hal ini diakui oleh pengujung dan pengurus makam yang berhasil penulis wawancarai keduanya. Pengunjung yang berhasil penulis wawancarai adalah Muhammad Aidil dari Sukodono bahwa kedatangannya adalah untuk bertawassul kepada arwah Ali

6


(65)

56

Mas’ud dengan tujuan menambah iman serta taqwa kepada Allah swt

dan supaya pekerjaannnya berjalan dengan lancar.7 2. Sebagai tempat mohon berkah

Berkah menurut apa yang dipahami oleh sebagian para peziarah

makam Ali Mas’ud yaitu bertambahnya kebaikan, baik urusan dunia

maupun urusan akhirat yang kebaikannya itu diperoleh dari orang-orang yang shaleh baik yang masih hidup atau sudah meninggal dunia. Siti Munawaroh merupakan salah satu peziarah yang berasal dari Wonoayu mengaku sudah menjadi rutinitas untuk ziarah ke makam Ali Mas’ud bersama suaminya. Bahkan dia juga mengajak anak-anaknya ke makam Ali Mas’ud. Di makam mereka bersama membacakan surat yasin, sholawat nariyah, tahlilan dan amaliyah lainnya dengan harapan mendapat ridho dari Allah swt. Mereka datang kemakam untuk mencari berkah agar hidup atau rumah tangganya menjadi tentram, sehingga ketika menghadapi problem rumah tangga tetap diberikan kesabaran. Munaroh mengaku bahwa setiap malam jumat terutama malam jumat legi, mereka munawaroh, suami dan anakannya tidak pernah lepas berziarah ke makam Ali Mas’ud. Mereka juga tidak hanya sekedar berziarah melainkan biasa bersilaturrahmi pada sahabat, kerabat dan keluarga yang kebetulan sanak saudara mereka tinggal di Pagerwojo.

7


(1)

59

Dapat disimpulkan bahwa orang yang berziarah ke makam Ali Mas’ud ridak hanya orang yang ahli agama saja. Akan tetapi, bermacam-macam orang yang memiliki kepercayaan dan keyakinan individu. Dari hasil penelitian lapangan yang di peroleh penulis bahwa sebagian besar para peziarah makam Ali Mas’ud adalah warga Nahdlatul Ulama. Hal ini terlihat dari mereka yang membaca yasin, tahlil dan shalawat.


(2)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan mengenai perkembangan tempat

makam KH. Ali Mas’ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo tahun 1980-2016

yang telah dibahas ke dallam bab pertama hingga bab keempat, maka pada bab akhir dapat disimpulkan beberapa pokok pikiran sebagai berikut:

1. KH. Ali Mas’ud atau yang sering dikenal dengan Gus Ud dilahirkan di

Pondok Pesantren Sono Desa Sidokerto kecamatan Buduran Sidoarjo. Tanggal dan tahun kelahiran beliau tidak di ketahui secara pasti. Diperkirakan lahir sekitar tahun 1903. Beliau putra kedua dari tiga bersaudara yang terlahir dari pasangan Kiai. Sa’id dan Nyai Hj. Fatimah. Ayahnya berasal dari Desa Sono kecamatan Buduran Sidoarjo. Ayahnya sebagai pengasuh Pondok Pesantren Sono Sidokerto Kecamatan Buduran Sidoarjo. Sedangkan ibunya berasal dari daerah Kedung cangkring Sidoarjo. Ali Mas’ud mempunyai dua saudara kandung (1 perempuan dan 1 laki-laki) yaitu Nyai Masrifah dan gus Mahfudz. Beliau meninggal di Daleman Sidoarjo pada hari selasa pahing tanggal 10 Juni 1980 yang bertepatan dengan tanggal 26 Rajab 1401 H dan dimakamkan pada hari Rabu Pon pada tanggal 11 Juni 1980 yang bertepatan dengan tanggal 27 Rajab 1401 H di pemakaman umum Desa Pagerwojo Sidoarjo.


(3)

61

ukiran Jepara serta telah memiliki pendopo dan tempat istirahat para pengunjung makam. Mayoritas penduduk sekitar makam saat ini membuka usaha dagangan seperti makanan, minuman, dan lain-lain. Perekonomian Pagerwojo saat ini telah berubah tidak seperti dahulu yang mayoritas berharap pada hasil pertaniannya. Pada perkembangannya pula, hubungan sosial masyarakat Pagerwojo sangat baik antar agama maupun antar lingkungan.

3. Dari sisi positif: banyak masyarakat Desa Pagerwojo yang memanfaatkan ramainya peziarah makam Mbah Ud untuk membuka usaha atau lapak dagangan seperti penjual makanan, dan minuman. Selain makanan dan minuman, ada juga yang menjual barang-barang seperti tasbih, gantungan kunci, asesoris, dan lain sebagainya. Dengan adanya makam Ali Mas’ud, masyarakat Pagerwojo mengalami perkembangan dalam beribadah. Perkembangannya dapat dilihat dari jama’ah di musholla yang tidak pernah kosong dan tidak pernah lepas dari lima waktu (shalat). tanggapan masyarakat terhadap adanya peziarah makam Ali Mas’ud dari sisi negatif yaitu tentang kerawanan sosial. Dengan adanya peziarah yang berkunjung ke makam Ali

Mas’ud tidak menutup kemungkinan kerawanan sosial itu tidak terjadi

yang diakibatkan banyaknya pengunjung makam. Kerawanan sosial yang dimaksud disini adalah pencurian. Tujuan melakukan ziarah ke makam Ali Mas’ud adalah sebagai tempat bertawassul, dan sebagai tempat memohon berkah. Kondisi peziarah dari segi ekonomi terdiri


(4)

62

dari kalangan bawah, menengah dan kalangan atas. Dari segi pendidikan banyak didominasi oleh tamatan SMA. Dari segi keagamaan banyak di dominasi oleh warga NU.

B. Saran

Berkenan dengan selesainya penulisan skripsi ini, dapatlah kiranya penulis memberikan saran bahwa hasil penelitian ini tentunya masih belum sempurna, penulis dalam menjelaskan mengenai perkembangan

tempat makam KH. Ali Mas’ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo tahun 1980

-2016 sangat kurang, butuh adanya penelitian yang lebih mendalam lagi. 1. Penulis juga manaruh harapan besar terhadap masyarakat Pagerwojo

untuk dipertahankan dan ditingkatkan pengamalan ajaran agama di masyarakat yang selama ini telah dilaksanakan seperti pengajian rutin, yasinan, membaca Al-quran, puasa, shalat berjamaah dimasjid dan musholla.

2. Penulis juga mengharapkan kepada para peziarah untuk berziarah dengan apa yang telah dianjurkan oleh Rasulullah.

3. Secara akademis, penulis mengharapkan studi tentang “perkembangan

tempat makam KH. Ali Mas’ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo tahun 1980-2016” ini dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lanjut dari segi lainnya sehingga dapat memberikan gambaran lengkap mengenai perkembangan tempat makam KH. Ali Mas’ud Pagerwojo Buduran Sidoarjo tahun 1980-2016.


(5)

Daftar Pustaka

1. Buku

Amin, Darori. Islam dan Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Gama Media, 2002.

Bakar Aceh, Abu. Pengantar Sejarah Sufi dan Tasawuf. Solo: Ramadhan, 1990.

Endaswara, Suwardi. Metodologi Penenlitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006.

Jalaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010.

Morris, Brian. Antropologi Agama: Kritik Teori-teori Agama Kontemporer. Yogyakarta: AK Group, 2007.

Partanto, Pius A dan M. Dhahlan Al Barry. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Al Kola, 1994.

Poloma, Margaret M. Sosiologi kontemporer, terj Yasogama. Jakarta: Rajawali, 1984.

Renier, G. J. Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997.

Shalikhin, Muhammad. Ritual Keramat Islam Jawa. Yogyakarta: NARASI, 2010.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003.

Syam, Nur. Islam Pesisir. Yogyakarta: LKIS, 2005.

Wirawan Sarwono, Sarnito. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Woodwerd, Mark. Islam Jawa Kesalehan Normatif Versus Kebatinan terj. Hairussalim HS. Yogyakarta: LKiS, 1999.


(6)

2. Wawancara

Ahsanul Huda, Wawancara, Sidoarjo 15 April 2016

Amir, Wawancara, Sidoarjo, 16 April 2016

Alfina Dwi Maysanti, Wawancara, Sidoarjo 23 Juni 2016

Gus Dayat, Wawancara, Sidoarjo 27 April 2016

Hanifah, Wawancara, Sidoarjo 22 April 2016

Muhammad Aidil, Wawancara, Sidoarjo 22 Juni 2016

Muhyiddin, Wawancara, Sidoarjo 17 April 2016

Nur Qomari, Wawancara, Sidoarjo 7 Mei 2016

Siti Munawaroh, Wawancara, Sidoarjo 24 Juni 2016

Zainal, Wawancara, Sidoarjo 4 Mei 2016

3. Majalah