STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR FILSAFAT ISLAM MAHASISWA PRODI PAI ANTARA ALUMNI PESANTREN DENGAN NON PESANTREN DI FTK UIN SUNAN AMPEL.
STUDI KOMPARASI HASIL BELAJAR FILSAFAT ISLAMMAHASISWA PRODI PAI ANTARA ALUMNI PESANTREN DENGAN NON PESANTREN
DI FTK UIN SUNAN AMPEL
SKRIPSI Oleh : Achmad Alfiansyah
NIM.D71212122
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SURABAYA 2016
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Achmad Alfiansyah D71212122 Studi komparasi hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI antara alumni pesantren dengan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel
Perpedaan latar belakang lulusan diyakini berpengaruh pada perbedaan kemampuan dan pengetahuan mahasiswa, sehingga akan berakibat pada kesenjangan tingkat hasil belajar mahasiswa prodi PAI alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penenelitian yang berjudul Studi Komparasi Hasil Belajar
Filsafat Islam Mahasiswa Prodi PAI Antara Alumni Pesantren Dengan Non Pesantren Di Ftk Uin Sunan Ampel
Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Mengetahui hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, (2) Mengetahui hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, (3) Mengetahui adakah perbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, , wawancara, angket dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan di Prodi PAI Fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliitna ini menggunakan metode kuantitatif dengan rumus Uji t-test.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Rata-rata hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya adalah 3,78. (2) Rata-rata hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI alumni non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya adalah 3,72, (3) tidak terdapat perbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI antara alumni pesantren dengan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Suarabaya, hal ini dibuktikan dengan uji independent t test dengan nilai signifikannya adalah 0,30 > 0,05, yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak
Kata Kunci : Studi Komparasi, Hasil Belajar, Alumni Pesantren dan Non Pesantren
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
PERSEMBAHAN ... v
MOTTO ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR BAGAN ... xiv
PEDOMAN TRANSISATION ... xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penelitian Terdahulu ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
(8)
BAB II LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Filsafat Islam Prodi PAI ... 12
1. Hasil Belajar ... 12
2. Filsafat Islam Prodi PAI ... 14
a. Pengertian Filsafat Islam prodi PAI ... 14
b. Tujuan Filsafat Islam Prodi PAI ... 17
c. Ruang lingkup Filsafat Islam Prodi PAI ... 17
3. Aspek-Aspek Hasil Belajar Filsafat Islam ... 20
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Filsafat Islam………… ... 27
B. Mahasiswa Alumni Pesantren Dan Non Pesantren ... 34
1. Pengertian ... 32
2. Sistem Pendidikan Pesantren ... 33
3. Sistem Pendidikan non Pesantren ... 40
C. Komparasi Hasil Belajar Fiqih Ibadah Mahasiswa PAI Antara Alumni Pesantren Dengan Non Pesantren ... 43
D. Hipotesis ... 48
BAB III METODE PENELIRIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………. 48
B. Variable dan Indikator Penelitian……… 50
C. Populasi dan Sampel ……….. 50
D. Jenis dan Sumber Data……… 51
E. Tejnik Pengumpulan Data ………. 53
(9)
BAB IV HASIL PENENLITIAN
A. Gambaran umum Objek Penelitian………. 60
1. Sejarah Berdiri dan Perkembangan FTK UIN Sunan Ampel …… 61
2. Visi, Misi dan Tujuan FTK UIN Sunan Ampel ……… 66
B. Sajian Data……….. 94
C. Analisis Data ...……….………... 106
D. Penafsiran Data ………... 108
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …..………... 110
B. Saran ………...………... 111
DAFTAR PUSTAKA ... 113
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Komparasi Hasil Belajar Fiqih Ibadah Mahasiswa Pai Antara Alumni Pesantren
Dengan Non Pesantren ... 46
2. Keadaan Dosen Prodi PAI FTK UINSA ... 88
3 Keadaan Mahasiswa Prodi PAI ... 94
4. Keadaan Sarana dan prasarana ... 95
5. Daftar Keseluruhan Mahasiswa Prodi PAI Alumni Pesantren ... 98
6. Daftar Keseluruhan Mahasiswa Prodi PAI Alumni Non Pesantren ... 102
7. Data Hasil Belajar Filsafat Islam 30 Orang Sampel Mahasiswa Prodi PAI Angkatan Tahun Akademik 2014-2015 Alumni Pesantren ... 106
8. Data Hasil Belajar Filsafat Islam 30 Orang Sampel Mahasiswa Prodi PAI Angkatan Tahun Akademik 2014-2015 Alumni Non Pesantren .. 108
9. Group statistic ... 110
(11)
DAFTAR BAGAN
Bagan Halaman
1. Struktur Organisasi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan ... …. 70
(12)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menuntut ilmu pengetahuan merupakan suatu kewajiaban bagi ummat muslim baik laki-laki maupun perempuan, baik anak-anak, orang dewasa atau bahkan orang yang sudah tua. Ada banyak ayat al-quran atau hadist yang memebahas tentang pentingnya menuntut ilmu, salah satu contoh Allah SWT memerintahkan hendakanya ada suatu golongan yang memperdalam ilmu pengetahuan seperti dalam firmannya
Artinya : Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.(Q.S at-taubah: 122)
Sesuai dengan firman Allah di atas bahwa ilmu pengetahuan sangat penting. Hal tersebut tergambarkan dengan adanya seruan, hendaknya suatu golongan tidak hanya melakukan jihad tetapi harus ada di antara suatu golongan, kelompok yang
(13)
2
memeperdalam ilmu agama agar suapaya setelah ia kembali kepada kaumnya atau golongannya itu bisa memberikan peringatan atau pemebelajaran kepada mereka. Sehingga mereka akan sadar dan berhati-hati terhadap apa yang mereka lakukan di nunia ini, itulah salah satu contoh atau bentuk ilmu yang bermanfaat, tidak hanya bermanfaat bagi diri orang yang menuntut ilmu saja tetapi juga kepada ummatnya atau golongannya.
Syarat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat ada tujuh komponen yaitu kecerdasan, kemauan, kesabaran, biaya, petunjuk atau bimbingan guru, dan lamanya waktu menuntut ilmu. Bimbingan atau petunjuk dari seorang guru sangatlah penting bagi seorang thalibul ilmi atau pelajar, jadi seorang guru harus menjadi guru yang professional, yang mengusai betul tentang seluk beluk pendidikan dan pengajaran serta ilmu-ilmu lainnya. Tambahan lagi dia telah mendapatkan pendidikan khusus untuk menjadi guru dan memiliki keahlian khusus yang diperlukan unutk jenis pekerjaan ini.1 Salah satu syarat untuk menjadi guru yang profisional adalah menguasai pengetahuan yang sesuai dengan spesialisasinya seperti guru pendidikan agama Islam atau PAI harus menguasai pengetahuan tentang agama Islam.
Hal itu akan terlihat ketika proses pemebelajran berlangsung. seorang guru yang benar-benar siap dan menguasai materi akan lancar dalam menyampaiakan materi kepada murid dan sebaliknya, oleh sebab itu ia harus mempersiapkan apa saja
(14)
3
yang akan diajarkan kepada siswa, dengan cara merumusakan tujuan mengajar, materi, metode dan model pembelajaran sebelum masuk ke kelas.
Semua hal tersebut diperoleh saat seorang calon guru berada di bangku kuliah. Atau perguruan tinggi, jadi perguruan tinggi memiliki peran yang sangat penting dan merupakan tempat mempersiapkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara tuntas.2 Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional nomer 20 tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangakan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Dengan rumusan tujuan ini tentu diperlukan pendidik-pendidik yang berkompeten dalam bidangnya masing-masing dan diperlukan lembaga yang bisa mencetak kader-kader yang siap untuk mewujudkan tujuan mulia ini.
Oleh sebab itu guru atau calon pendidik harus disiapkan sedini mungkin, yakni pada saat di bangku kuliah, seorang calon pendidik harus benar-benar menguasai mata kuliah yang sudah diajarkan kepadanya. Misalnya seorang mahasiswa PAI setelah ia menyelesaikan kuliahnya ia harus mempunyai kemampuan
2 Hadari nawawi, Kebijakan Pendidikan di Indonesia ditinjau dari sudut hukum (Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press, 1994),cet. 1, h.366.
(15)
4
tidak hanya di bidang pendidikan atau seni mengajar saja tetapi juga menguasai materi tentang pendidikan agama Islam dan bidang konsentrasi pada mata kuliah atau pelajaran tertentu, seperti halnya fiqih, quran dan hadist, sejarah kebudayaan Islam, dan aqidah akhlak.
Akan tetapi banyak sarjana pendidikan agama Islam yang tidak terlalu menguasai materi PAI. Tentu hal tersebut terjadi karena banyak faktor, baik itu yang bersumber dari dirinya sendiri atau dari luar dirinya, baik itu dari tempat ia menuntut ilmu, pengajar atau gurunya, lingkungan sekitar, teman bergaulnya atau faktor-faktor yang lain.
Salah satu faktornya adalah latar belakang pendidikan mahasiswa PAI. Mahasiswa PAI memilki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda, ada yang lulusan SMA, ada yang MA, ada yang dari pesantren, dan berbagai latar belakang pendidikan lainnya. Tentu semua itu mempengaruhi hasil belajar mereka. Seorang guru atau dosen akan bisa menentukan proses pembelajaran selanjutnya dan mendiaknosis siswa atau mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar dengan mengetahui latar pendidikan.
Karena ada banyak sekali jalur penerimaan mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan prodi PAI, mahasiswa yang mengambil juruasan pendidikan agama Islam pun juga dari berbagai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda seperti SMA, MA atau bahkan SMK, ada yang
(16)
5
berlatar belakang alumni pesantren dan ada yang tidak. Tentu hal seperti ini akan berpengaruh pada hasil belajar mahasiswa prodi PAI, dalam penenlitian ini penulis hanya berkonsentrasi pada dua latar belakang saja yaitu lulusan pondok pesantren dan non pondok pesantren. Dengan judul “Studi Komparasi Hasil Belajar Filsafat Islam Mahasiswa Prodi PAI Antara Alumni Pesantren Dengan Non Pesantren di FTK UIN Sunan Ampel”.
B. Rumusan masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, dibuat rumusan masalah sebagai berikut ;
1. Bagaimana hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni pesantren di FTK UIN Sunan Ampel ?
2. Bagaimana hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel ?
3. Adakah perbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 antara alumni pesantren dengan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel ?
C. Tujuan penelitian
Penelitiaan ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni pesantren di FTK UIN Sunan Ampel
(17)
6
2. Mengetahui hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel
3. Mengetahui adakah perbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan 2014 alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel
D. Kegunaan penelitian
Setelah mengeatahui ada atau tidak ada perbedaan hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya, diharapkan dapat memberikan manfaat dan berguna, paling tidak mencakup dua aspek:
1. Aspek keilmuan (teoritis), hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya ilmu pengetahuan tentang hasil belajar mahasiswa alumni pesantren dan non pesantren. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian ilmiah sekaligus bahan penelitian selanjutnya.
2. Aspek terapan (praktis), yakni dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi civitas akademik dalam mengambil kebijakan terkait mahasiswa yang berlatar belakang pesantren dan tidak, dan memperbaiki proses pembelajaran agar suapaya hasil belajar mahasiswa yang alumni pesantren dan non pesantren imbang.
(18)
7
E. Penelitian terdahulu
Penelitian tentang studi komparasi hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren dan non pesantren secara khusus belum pernah dikerjakan oleh Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Namun, secara umum, terkait dengan studi komparasi antara siswa yang bermukim dan alumni pesantren dan non pesantren telah dibahas dalam karya tulis sebelumnya. Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan:
Skripsi Nida’ul Fijriyah tentang “Studi Komparasi Hasil Belajar PAI Antara Peserta Didik Yang Bertempat Tinggal Di Pondok Pesantren Dan Non Pondok Pesantren di Mts Ihyaul Ulum Dukun Gresik”4.hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa siswa yang bertemtpat tinggal di pondok pesantren nilainya lebih tinggi dibandingakan dengan siswa yang tidak bertempat tinggal di pondok pesantren ihyaul ulum dukun gresik.
Skripsi Muslimah tentang “Studi Komparasi Prestasi Mahārah Qirāah Bahasa Arab Antara Siswa Alumni MTS dan SMP di kelas X MAN Yogyakarta I Tahun Ajaran 2012”5 Hasil penelitian menunjukkan: antara siswa alumni MTs dan siswa alumni SMP terdapat perbedaan prestasi mahārah qirāah yang signifikan. Prestasi mahārah qirāah siswa alumni MTs lebih tinggi dari siswa alumni SMP
4 Nida’ul Fitria, studi komparasi hasil belajar PAI antara peserta didik yang bertempat tinggal di
pondok pesantren dan non pondok pesantren di Mts ihyaul ulum dukun gresik, skripsi pada Jurusan pendidikan agama islam Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
5Muslimah, studi komparasi prestasi mah ārah qir āah bahasa arab antara siswa alumni MTS dan
SMP di kelas X MAN Yogyakarta I tahun ajaran 2012, skripsi pada jurusan pendidikan bahasa arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013
(19)
8
Skripsi Alif Dyahh Yunitasari tentang “studi Komparasi Prestasi Belajar Siswa (Analisis Komparatif Prestasi Belajar Siswa yang Berasal dari Sekolah Dasar(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VII di SMP Negeri 1 Pogalan Trenggalek)”6 Hasil penelitian ini menyimpulkan tidak ada perbedaan yang significan antara prestasi belajar siswa yang berasal dari Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Negeri 1 Pogalan Trenggalek.
F. Definisi operasional
1. Studi Komparasi
Studi komparasi atau studi perbandingan adalah penelitian yang digunakan untuk menemukan perbedaan tetentu dari dua kelompok subjek penelitian.7 Penelitian komparasi bertujuan untuk mendapatkan apakah ada perbedaan nilai suatu observasi.8
2. Hasil Belajar Filsafat Islam Mahasiswa PAI a. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah suatau pencapaian yang harus dicapai setelah siswa melakukan proses pembelajaran.9
6Alif Dyahh Yunitasari, studi komparasi prestasi belajar siswa (analisis komparatif prestasi belajar
siswa yang berasal dari sekolah dasar(SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Negeri 1 Pogalan Trenggalek), skripsi pada jurusan pendidikan agama islam Fakultas Tarbiayah IAIN Maulana Malik Ibrahim, 2010
7 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode Dan Prosedur (Jakarta : Prenada Media Group,
2014)cet.2 h.39
8Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 1996),h.306.
(20)
9
b. Filsafat Islam
Secara harfiah filsafat berasal dari kata fhilo yang berarti cinta, dan kata shopos yang dddberarti ilmu atau hikmah.10 Omar Mohammad Al- Toumy Al Syabany menjelaskan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu sendiri melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif terhadapnya. Selanjutnya, Al Syabany melanjutkan penjelasannya bahwa filsafat dapat pula berarti mencari hakekat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.11
Menurut Dr. Sidi Gazalba berpendapat filsafat islam sebagai hasil pemikiran manusia yang digerakkan oleh naqli (al-quran dan sunnah). Disebut juga ilmu untuk membuktikan kebenaran wahyu dan sunnah yang memberikan keterangan, ulasan tafsiran dengan pemikiran budi yang mempunyai sistem, radikal dan global.
Sedangkan dalam penelitian ini yang dimaksud dengan filsafat islam adalah salah satu mata kuliah kompetensi utama yang diajarkan di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya yang
10M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), cet. 4,h 1.
11 Omar Mohammad Al- Toumy Al Syabany, Falsafah Pendidikan Islam (terjemahan Hasan
Langgulung dari Falsafah al- Tarbiyah al- Islamiyyah), (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. 2,h. 1.
(21)
10
berbobot dua SKS. c. Mahasiswa PAI
Mahasiswa PAI adalah mahasiswa pendidikan agama Islam di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya angkatan 2014 yang mengambil mata kuliah filsafat islam pada semester genap.
Jadi hasil belajar filsafat islam mahasiswa PAI adalah suatu pencapaian yang harus dicapai oleh mahasiswa PAI angkatan 2014 yang mengambil mata kuliah filsafat islam pada semester genap di Fakultas Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya berupa Nilai Akhir semester yang diperoleh dari bagian akademik.
3. Alumni Pesantren
Santri adalah orang yang sedang dan pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agama dari kiai-ulama (guru, teladan, uswah) selama dia berada di asrama atau pondok pesantren.12
Jadi yang dimaksud dengan alumni pesantren adalah mahasiswa PAI yang sudah pernah mengenyam pendidikan di pesantren pada saat ia duduk di bangku SLTA minimal tiga tahun.
4. Alumni Non-Pesantren
Alumni non-pesantren adalah mahasiswa PAI yang tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren pada saat ia duduk di bangku SLTA.
(22)
11
G. Sistematika pembahasan
Dalam penyusunan skripsi ini penulis merumusan sistematika pemabasannya sebagai berikut:
Bab pertama merupakan bab pendahuluaan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penenlitian, kegunaan penenlitian, penelitian terdahulu, dan definisi operasional.
Sedangkan bab kedua merupakan bab landasan teori yang meliputi hasil belajar filsafat islam prodi PAI, mahasiswa alumni pesantren dan non pesantren, komparasi hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren dan non pesantren dan hipotesis.
Adapun bab ketiga membahas metode penenlitian yang berisi tentang pendekatan dan jenis penelitian, variable dan indikator peneltian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data,dan teknik analisis data.
Kemudian bab keemapat tentang hasil penelitian yang mencakup latar belakang objek penelitian, deskripsi data, analisis data dan pengujian hipotesis.
Dan bab kelima adalah bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran Serta bab terakhir adalah daftar pustaka dan lampiran
(23)
12 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Hasil Belajar Filsafat Islam
1. Pengertian Hasil Belajar
Secara etimologi hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat,
dijadikan13. Sedangkan belajar adalah berusaha, berlatih mendapatkan
kepandaian14. Pengertian lain menyebutkan belajar adalah proses usaha yang
dilakuka individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungan.15 Jadi hasil belajar adalah perubahan yang
terjadi pada diri individu baik itu dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya.
Sedangkan secara terminologi, para ahli psikologi dan pendiikan mengemukakan rumusan yang berbeda-beda sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Menurut Hitzman yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan mendefinisikan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia atau hewan) disebabkan oleh
pengalaman yang dapat memepengaruhi tingkah laku organisme tersebut.16
Menurut syaiful Bahri Djamarah belajar adalah rangkaian kegiatan jiwa raga
13 Desy Anwar, Kamus Lengkap BahasaIndonesia (Surabaya : Amelia, 2003),cet.1 h. 170 14 WJS. Poerwodaeminto, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 1993), cet. 8 h. 108 15Abu Ahmadi, Widodo Suproyono, Psikologi Belajar (Jakarta : Rineka Cipta, 2013, cet. 3 h.128 16 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan (Bandung : PT. Remaja Rasdkarya, 2013),cet.18 h. 88
(24)
13
yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang menyangkut
unsur cipta, rasa, dan karsa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.17
Pengertian lain meyebutkan belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan secara menyeluruh, sebagi hasil
dari interaksi individu itu dengan lingkungannya.18
Adapun hasil belajar menurut Nana Sudjana adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya.19
Suharsimi Arikumto mendefinisikan hasil belajar adalah suatau pencapaian yang harus dicapai setelah siswa melakukan proses
pembelajaran.20
Dalam proses pembelajaran melibatkan dua subjek, yaitu guru dan siswa yang akan menghasilkan suatu perubahan pada diri siswa sebagai hasil dari kegiatan pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pemebelajaran bersifat non-fisik seperti perubahan sikap,
pengetahuan maupaun kecakapan.21
17Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar ( Jakarta : PT. Reneka Cipta, 2011),cet. 3 h. 126 18 Muhammad Surya, Psikologi Guru Konsep Dan Aplikasi Dari Guru Untuk Guru (Bandung : Alfabeta, 2014),cet.2 h. 111
19 Nana Sudjana,Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008),h.22
20 Suharsismi Arikunto Manajemen pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 1993),h.21
21 Eko Putro Widoyoko, Evaluasi program pemebelajaran (Yokyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),cet.3, h.25
(25)
14
Menurut Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada tiga jenis domain yaitu ranah berfikir (cognitive), ranah nilai atau sikap (affective), dan ranah keterampilan (psikomotorik), Karen ketiga
ranah tersebut merupkan sasaran pokok dalam mengevaluasi hasil belajar.22
Untuk mengetahui sejauh mana hasil belajar siswa maka perlu diadakan suatu evaluasi. Evaluasi hasil belajar adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah ia
mengalami proses belajar selama satu periode tertentu.23
Dari rumusan pengertian para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah suatu pencapain berupa kemampuan-kemampuan dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan proses pembelajaran. Dan untuk mengatahui sejauh mana pencapain atau hasil belajar siswa, maka diperluakan evaluasi hasil belajar.
2. Filsafat Islam Prodi PAI
a. Pengertian Filsafat Islam Prodi PAI
Secara harfiah filsafat berasal dari kata fhilo yang berarti cinta,
dan kata shopos yang berarti ilmu atau hikmah.24 Menurut Harun
22 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2009), h. 49 23 M. Sulthon dan Moh.Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Persepektif Global (Yokyakarta : LaksBang, 2006).cet.1,h.272
(26)
15
Nasution bahwa filsafat berasal dari kata Arab falsafah yang berasal dari
bahasa Yunani, philosopia; philos yang berarti cinta, suka (loving), dan
shopia berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Orang yang cinta kepada pengetahuan dan kebenaran
itu lazimnya disebut philosopher yang dalam bahasa Arab disebut
failasuf.25
Secara terminologi ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang filsafat islam,
Al-Kindi, sebagai ahli pikir pertama dalam filsafat Islam yang memberikan pengetahuan filsafat di kalangan umat Islam.
Al-Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah mengetahui
semua yang wujud karena ia wujud (al’ ilmu bi al maujuddat bima hiya
maujudah). Disini Al Farabi membagi filsafat menjadi 2 yaitu: Filsafat Teori ( Al Falsafah Al Nadariyah), mengetahui yang ada tanpa tuntutan untuk mewujudkannya dalam amal. Lapangan ini meliputi ilmu
matematika (al’ ilmu al riyadi), ilmu fisika(al ilmu al tabii), dan ilmu
metafisika (al’ilmu ma ba’da al tabiyyat). Filsafat praktek (al falsafah al
a’maliyah, mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan dengan amal, yang melahirkan tenaga untuk melakukan bagian- bagiannya yag
25Poerwanto dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1991), cet. 2, h.1
(27)
16
baik. Amalan yang mengenai individu, disebut ilmu akhlak; yaitu perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh setiap orang.
Ibnu Sina, membagi filsafat dalam dua bagian yaitu teori dan praktek yang keduanya berhubungan dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syariat Tuhan, yang penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia
Dari urain di atas penulis menyimpulkan bahwa filsafat islam adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal, dalam mencari sebuah kebenaran tentang pengetahuan yang berlandaskan pada alquran dan hadist.
Menurut Kartanegara (2006) dalam filsafat Islam ada empat aliran
yakni:26
1) Filsafat Islam Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk
kebiasaan Aristoteles yang selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196), dan Nashir al Din Thusi
(28)
17
(w.1274).
2) Filsafat Islam Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh
pemikir Iran, Suhrawardi Al Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan. Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al anwar), cahaya di atas cahaya.
3) Filsafat Islam, Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada
pengalaman mistis yang bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
4) Filsafat Islam, Aliran Hikmah Muta’aliyyah (Teosofi Transeden).
Diwakili oleh seorang filosof syi’ah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.
a. Ruang Lingkup Filsafat Islam
Cakupan filsafat Islam meliputi segala aspek ilmu-ilmu yang terdapat dalam khasanah pemikiran keislaman. Seperti yang dikemukakan oleh Muhammad ‘Athif al-‘Iraqy, Filsafat Islam secara umum ialah meliputi di
(29)
18
dalamnya Ilmu Kalam, Ilmu Ushul Fiqh, Ilmu Tasawuf, dan ilmu pengetahuan
lainnya yang diciptakan oleh ahli pikir Islam.27
Obyek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, manusia dan tentang segala realitas yang nampak dihadapan manusia.. dan bisa ditambahkan dengan pengetahuan itu sendiri, cara-caranya, dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya. Filsafat Islam diwarnai oleh nilai-nilai Islami. Kebebasan pola pikirnya dibatasi oleh nilai etis yakni yang didasarkan pada
kebenaran ajaran yaitu Islam.28
b. Tujuan, Fungsi dan Manfaat Filsafat Islam
Tujuan filsafat adalah mencari hakikat kebenaran sesuatu, baik dalam logika (kebenaran berpikir), etika (berperilaku), maupun metafisika (hakikat
keaslian).29
Dr. Oemar A Hosein : ilmu memberi kepada kita pengetahuan, dan filsafat memberikan hikmah. Filsafat memberikan kepuasan kepada keinginan
manusia akan pengetahuan yang tersusun dengan tertib akan kebenaran.30
Fungsi filsafat adalah kreatif, menentukan nilai, menetapkan tujuan, menentukan arah dan menuntun pada jalan baru.
27A. Mustofa, Filsafat Islam, (Bandung : Pustaka Setia, 2007), cet ke-3. h. 13 28Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta,Gaya Media Pratama, 1999),h.26. 29Ibid., h. 36
(30)
19
Studi filsafat harus membantu orang untuk membangun keyakinan keagamaan atas dasar yang matang secara intelektual. Filsafat dapat mendukung kepercayaan keagamaan seseorang, dengan syarat tidak bergantung kepada konsepsi prailmiah yang usang, sempit dan dogmatis.
Filsafat memberikan kepada kita dasar-dasar pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup bahagia secara baik.
c. Karakteristik Filsafat Islam
Filsafat Islam memiliki karakteristik sebagai berikut :31
1) Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber pedoman dan pendukung
2) Filsafat Islam membahas masalah yang sudah pernah dibahas filsafat
Yunani dan lainnya.
3) Filsafat Islam membahas masalah yang belum pernah dibahas filsafat
sebelumnya.
4) Dalam filsafat Islam terdapat pemaduan antara agama dan filsafat
antara kaidah dan hikmah, antara wahyu dan akal.
3. Aspek - Aspek Hasil Belajar
Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh Benjamin s bloom yang menyatakan bahwa hasil bejalar terbagi ke dalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik, maka aspek-aspek hasil belajar fiqih ibadah adalah;
(31)
20
a. Aspek kognitif
Kognitif adalah suatu ranah yang mencakup kegiatan mental
(otak)32 secara hirarkhis tingkat hasil belajar kognitif mulai dari yang
paling rendah dan sederhana sampai yang tinggi dan rumit. Domain/ Ranah kognitif ini dibagi menjadi 6 diantaranya :33 pengetahuan / hafalan / ingatan
(knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis) dan penialaian (evaluation).
1) Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah kemampuan seeorang untuk mengingat kemabali (recall) atu mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus, dan sebagaianya tanpa mengaharapkan kemampuan untuk
menggunakannya.34 Pengetahuan atau ingatan ini merupakan proses
berfikir yang paling rendah,35 sebagai contoh sisiwa mampu menghafal
Q.S Al-baqarah ayat 183 tentang puasa. Meskipun demikian, pengetahuan atau ingatan ini merupakan jembatan untuk mengasai domain atau ranah selanjutnya.
2) Pemahaman (comprehension)
32Anas Sudijono, Pengantar, h. 49 33Nana Sudjana, Penilaian, h. 22
34 Kunandar, Penilaian Autentik, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2014),cet.4, h. 168 35Nana Sudjana, Penilaian, h. 50
(32)
21
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau
memahami sesuatu setelah Sesuatu itu diketahui dan diingat.36 Seorang
peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memebrikan penjelasan atau memeberikan uarain yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri.37 Pemahaman memerlukan
kemampuan menangkap makna atau arti dari suatu konsep.38 Dalam
kegiatan belajar pemahaman dapat ditunjukkan melalui : (1) mengungkapkan gagasan, atau pendapat denga kata-kata sendiri, (2) membedakan, membandingkan, mendeskripsikan, (3) menjelaskan gagasan pokok, (4) dan menceritakan kembali dengan kata-kata
sendiri.39
3) Penerapan (application)
Penerapan adalah kesanggupan menerapkan, mengabstraksisuatu konsep, ide, rumus, hukm dalam situasi yang baru. Misalnya
menerapkan suatu dalil dalam sauatu persoalan.40
4) Analisis sintesis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
36 Ibid., h. 50
37 Kunandar, Penilaian, h. 168
38 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1995), cet.3 h. 50
39 Kunandar, Penilaian, h. 169 40 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 51
(33)
22
mampu memahami hubungan di antara bagain-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan yang lain.41 Hal ini ditunjukkan dengan
mengidentifikasi faktor penyebab, merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan untuk memperoleh informasi, membuat grapfik, dan
mengkaji ulang.42
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari
proses berfikir analisis,43 bila analisis tekanan pada kesanggupan
menguraiakan suatu menjadi bagian-bagian integritas yang bermakna, maka sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian
menajadi satu integritas.44
6) Penilaian (evaluation)
Penilain atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk memebuat pertimbangan terhadap suatu situasi tertentu, nilai atau ide.45
Membandingkan kriteria dengan suatu yang nampak/aktual/terjadi mendorong seseorang menentukan putusan tentang nilai seatu tersebut. Dalam proses ini diperlukan kemampuan yang mendahuluinya, yaitu pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analis, sintesis.46 Oleh karen itu
41Anas Sudijono, Pengantar, h. 51 42 Kunandar, Penilaian, h. 169 43 Ibid., h. 170
44 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 52 45 Kunandar, Penilaian, h. 170 46 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 53
(34)
23
evaluasi merupakan proses berfikir yang paling tinggi dalam ranah afektif.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan aspek kognitig hasil belajar filsafat islam itu dapat ditunjukkan dengan enam domain yaitu pengetahuan / hafalan / ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penialaian.
b. Aspek afektif
Aspek afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Beberapa ahli mengatakan, bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya, bila
seseorang telah menguasai bidang kognitif yang tinggi.47 Hal ini
ditunjukkan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu bisa dipengaruhi dari pengetahuan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu itu. Dengan demikian antara sikap dan pengatahuan memilki hubungan yang sangat erat
dan saling memepengaruhi.48
Dalam ranah sikap ini terdapat lima jenjang proses berfikir. Yakni: (1) menerima atau memerhatikan, (2) merespon atau menanggapi, (3) menilai atau menghargai, (4) mengorganisai atau mengelola,
(berkarakter).49
1) Menerima (receving/attending)
47 Ibid., h. 53
48 Kunandar, Penilaian, h. 104 49 Ibid., h.109
(35)
24
Menerima adalah kepekaan sesesorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah,
situasi, gejala, dan lain-lain.50 Pada tingkat menerima ini, peserta didik
memiliki keinginan memerhatikan suatu fenomena khusus atau stimulus,
misalnya kelas, kegiatan, music, buku, dan sebagainya.51
2) Merespon (responding)
Merespon adalah reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termsuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada
dirinya.52
3) Menilai
Meniualai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadapa suatu kegiatan atau objek, sehingga apabila kegiatan itu tidak
dikerjakan, dirasakan akan membawa kerugian atau penyyesalan.53 Dalam
proses belajar dapat ditujuakkan dengan mengapresiasi, menghargai peran,
menunjukkan keprihatinan, mengoleksi sesuatu, menunjukkan
menunjukkan rasa simpatik dan empati pada orang lain, menejalsaka alasan
50Anas Sudijono, Pengantar, h. 54 51 Kunandar, Penilaian, h. 109 52 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 53 53Anas Sudijono, Pengantar, h. 55
(36)
25
sesuatu yang dilakukannya, bertanggung jawab terhadapa perilaku, dan
lain-lain.54
4) Mengorganisasi atau mengelola
Kemampauan mengorganisasi artinya kemampuan memepertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang lebih universal, yang
memebawa kepada kebaikan umum.55 Contoh hasil belajar afektif jenjeang
organisai ini adalah peserta didik mendukung penegaan disiplin nasional
yang telah dicannakan oleh pemerintah.56
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa aspek afektif hasil belajar fiqih ibadah terbagai menjadi empat jenjang yaitu menerima atau memerhatikan, merespon atau menanggapi, menilai atau menghargai, mengorganisai atau mengelola.
c. Aspek psikomotorik
Aspek psikomotorik adalah aspek yang berkaitan dengan
keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalam belajar tertentu.57 Kemampuan bertindak seseorang
ada enam tingkatan yaitu :58
1) Gerakan reflek
54 Kunandar, Penilaian, h. 111 55 Ibid., h. 111
56Anas Sudijono, Pengantar, h. 56 57 Kunandar, Penilaian, h. 255 58 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 54
(37)
26
2) Gerakan dasar
3) Gerakan perseptual
4) Kemampuan dalam bidang fisik
5) Gerakan terampil dan kompleks
6) Gerakan indak dan kreatif
Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang baru tampak dalam
kecenderungan-kecenderungan untuk berprilaku.59 Sebagai contoh peserta
didik bertanya kepada guru tentang contoh-contoh kedisiplinan yang telah ditunjukkan oleh rasulullah, para sahabat, ulama dan lain-lain.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Filsafat Islam
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu yang bersumber dari dalam diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai factor internal, dan factor yang bersumber
dari luar diri manusia yang belajar, yang disebut sebagai factor eksternal.60
a. Faktor-faktor yang bersumber dari dalam diri manusia dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni factor biologis dan factor psikologis. Yang dapat dikatagorikan sebagai factor biologis antara lain usia, kematangan, dan kesehatan, sedangkan yang dapat dikatagorikan sebagai
59Anas Sudijono, Pengantar, h. 58 60 Suharsismi Arikunto Manajemen., h.21
(38)
27
factor psikologis adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan
kebiasaan belajar.61
1) Usia
Faktor usia merupakan faktor yang cukup mempengaruhi hasil belajar karena seiring bertambahnya usia sesorang maka semakin meningkat pula kematangan berbagai fungsi fisiologinya. Anak yang lebih tua adalah yang lebih kuat, lebih sabar, lebih sanggup mengahadapi tugas-tugas yang lebih berat, lebih mamapu
mengarahkan energi dan perhatinnya dalam waktu yang lebih lama.62
2) Kematangan
Kematangan individu terjadi akibat adanya perubahan-perubahan kuantitatif di dalam struktur jasmani dibarengi dengan perubahan-peruabahn kualaitatif terhadap struktur tersebut. Kematangan
berdamapak pada kematangan sistem saraf dan fungi otak individu.63
Pada saat perkembangan berlangsung beberapa bagian jasmani, seperti kepala dan otak yang pada waktu dalam Rahim berkembanga tidak seimbang (tidak secepa tbadan dan kaki), mulai menunjukkan perkembangan yang cukup berarti hingga bagian-bagian lainnya
menjadi matang pada usia 12 atau 13 tahun hingga 21 atau 22 tahun,64
3) Kesehatan
61 Ibid., h.21
62 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2004),cet. 2, h.145 63 Ibid., h. 145
(39)
28
Orang yang sedang belajar membutuhkan kondisi badan yang sehat. Orang yang badannya sakit akibat penyakit-penyakti kelelahan tidak dapat belajar dengan efektif. Cacat-cacat fisik juga menggangu hal
belajar.65
4) Kelelahan
Kelelahan menyebabkan berkurangnya konsentrasi siswa ketika menerima pelajaran, oleh sebab itu maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja dengan optimal, memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisai bahan
ajar.66
5) Suasana hati
Suasana hati (mood) yang baik, ketika seorang siswa sedang merasakan suasana hati yang tidak menyenangkan karena berbagai perasaaan negative (sedih, tertekan, kecewa, atau marah) tentu ia akan
kesulitan untuk berkonsentrasi ketika belajar.67
6) Motivasi
Motovasi adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang auntuk
melakukan sesuatu.68 Penemuan-penemuan penelitian menunjukkan
65 Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi, h. 146 66 Ibid., h. 79
67 http://kim.ung.ac.ad diakse pada 6 januari 2016 68 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi., h. 200
(40)
29
bahwa hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar bertambah.
Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut memepengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasal dari dalam atau motovasi intrinsic, tidak hanya
itu motiovasi ekstrinsik atau motivasi dari luar juga sangat penting.69
7) Minat
Menurut Slameto minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa
keterikatan pada suatu hal atau aktivitasa, tanpa ada yang menyuruh.70
Orang yang tidak memliliki minat pada pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal.
8) Kebiasaan belajar.
Setiap siswamemiliki gaya belajar atau kebiasaan belajar yang berbeda-beda. Jika guru tidak membeperhatikan gaya belajar siswanya, tentunya guru tidak akan mampu dalam membangkitkan minat belajar siswa. Selain itu kebiasaaan belajar yang salah (belajar pada waktu akan ada ulangan)memungkinkan prestasi belajar siswa akan rendah.
69 Ibid., h. 201 70 Ibid., h. 191
(41)
30
b. Factor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia yang belajar dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yakni factor manusia (human) dan factor
non manusia seperti alam benda, hewan, dan lingkungan fisik.71
1) Manusia
Faktor manusia atau human ini bisa dari guru, teman, orang tua,dan masyarakat sekitar. Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Karen guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Dari variabel guru yang paling dominan mempengaruhi kualaitas pengajaran adalah kompetensi profisional yang dimilkinya, artinya kempauan dasar yang dimiliki guru baik dalam penguasaan bahan, mencintai profesinya, dan
keterampilan mengajarnya.72 Seorang guru yang memandang profesi
keguruan sebagai panggilan jiwa akan melahirkan perbuatan untuk melayani anak didik dengan segenap jiwa- raga, tentu hal ini akan
berdampak pada hasil belajar siswa.73
Selanjutnya adalah masyarakat dan teman-teman sepermainan. Kondisi masyarakat yang kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya, akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi. Faktor yang tidak kalah
71 Suharsismi Arikunto Manajemen.,h. 21 72 Nana Sudjana, Dasar-Dasar, h. 41
(42)
31
penting adalah orang tua, kebiasaaan yang diterapkan orang tua siswa dalam emengelola keluarga yang keliru, seperti kelalaian orang tua dalam memonitor kegitan anak. Dapat menimbulkan danpak yang
buruk bagi anak.74
2) Non manusia
a) Kurikulum
Kurikulum adalaha plan for learning yang merupakan unsur
substansial dalam pendidikan. Muatan kurikulum akan mempengaruhi intensitas dan frewensi belajar anak didik. Terkadang dengan tujuan mencapai target kurikulum guru terpaksa menjajalkan sejumlah bahan ajar dalam wakatu yang singkat, padahal anak didik sudah lelah belajar, tentu hasil belajar yang dicapai akan kurang memuaskan atau bahakan mengecewakan
dengan adanya pengajaran seperti ini.75
b) Program
Setiap sekolah tentu memiliki program pendidikan. Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya
program pendidikan yang direncanakan.76 Seperti program
bimbingan dan penyuluhan, tentu semua anak didik tidak sepi dari maslah kesulitan belajar, hal ini bisa dilihat dari bervariasinya nilai rapor yang mereka dapat. Untuk mengatasi semua ini maka
74 Muhibbin Syah, Psikologi, h. 135
75 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi, h. 180-181 76 Ibid., h. 181
(43)
32
diperlukan program bimbingan dan penyuluhan bagi anak didiki
yang mengalami kesulitan belajar.77
c) Sarana dan fasilitas
sarana seperti gedung sekolah, ruang kelas, ruang kepala sekolah ruang dewan guru, ruang perpustakaan, ruang BP, ruang tata usaha, auditorium, dan halaman sekolah merupan unsur yang sangat penting dalam pendidikan. Misalnya suatu sekolah kekurangan ruang kelas, sementara jumlah anak ddiek yang dimilki dalkam jumlah yang banyak melebihi daya tampung kelas, hal ini akan banyak menimbulkan masalah, kegitan belajar mengajar kurang kondusif, pengelolaan kelas kurang efektif dan
permasahan lainnya.78
Selain sarana, fasilitas juga merupakan faktor yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, seperti lengkap tidaknya buku-buku perpustakaan. Karena perpustakaan merupakan lanoratorium
ilmu bagi siswa.79
Selain kedua faktor diatas, menurut Suharsimi dan Cepi Safruddin
dalam bukunya “Evaluasi Program Pendidikan” ada hal lain yang juga
berpengaruh dan menentukan tinggi rendahnya hasil belajar perserta didik,
yaitu :80
1. Keadaan fisik dan psikis siswa, yang ditunjukan denga IQ (kecerdasan
intelektual), EQ (kecerdasan emosi), kesehatan, motivasi, ketekuna, ketelitian, keuletan, dan minat.
77 Ibid., h. 182 78 Ibid., h. 183 79 Ibid., h 184
80 Suharsismi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan (Jakarta : Bumi Aksara, 2004),cet.1.h. 2
(44)
33
2. Guru yang mengajar dan membimbing siswa, latar belakang
penguasaan ilmu, kemampuan mengajar, perlakuan guur terhadap siswa.
3. Sarana pendidikan, yaitu tempat belajar, alat-alat belajar, media yang
digunakan guru, dan buku sumber belajar.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dibedakan menjadi dua yaitu; faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri siswa sendiri yang berupa usia, kematangan, kesehatan, motivasi dan minat siswa dan faktor-faktor lainnya.
Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang bersumber dari luar diri siswa yang berupa guru atau pengajar, lingkungan, sarana dan prasarana dan faktor-faktor lainnya.
B. Mahasiswa Alumni Pesantren dan Non Pesantren
1. Pengertian mahasiswa alumni pesantren dan non pesantren
Pada awal berdirimnya pesantren memiliki tiga unsur penting yaitu;
(1) kyai yang mendidik dan mengajar, (2) santri yang belajar, dan (3)masjid.81
Unsur pesantren dalam bentuk segitiga tersut mendeskripsikan kegiatan belajar mengajar keislaman yang sederhana.
Salah satu unsur penting dari tiga unsur terseburt adalah santri. Abdurrahman wahid mendefinisikan santri adalah orang yang sedang dan
81 Mujamil Qamar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokrasi Institusi (Jakarta : Erlangga, ), h.19
(45)
34
pernah mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren, menggali informasi ilmu-ilmu agama dari kiai-ulama (guru, teladan, uswah) selama dia
berada di asrama atau pondok pesantren.82
Santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren. Seorang ulama bisa disebut kyai kalau memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari ilmu-ilmu agama islam melalui kitab-kitab kuning. Oleh karena itu eksistentsi kyai biasanya juga berkaitan dengan adanya santri di pesantren. Santri terbagi dalam dua kategori. Pertama santri mukim, yaitu murid-murid yang bersal dari daerah jauh dan menetap di pesantren. Kedua, santri kalong, yaitu para siswa yang berasal dari desa-desa di sekitar pesantren. Mereka bola-balik dari rumahnya sendiri. Biasanya mereka berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktifitas di
pesantren.83
Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahawa yang dimaksud dengan Mahasiswa alumni pesantren adalah para santri (mahasiswa) yang sudah pernah mengenyam pendidikan di pesantren baik santri mukim atau santri kalong. Sedangkan alumni non pesantren adalah mahasiswa yang tidak pernah mengenyam pendidikan di pesantren.
2. Sistem pendidikan di pesantren
82 Abdurrahman Wahid, Pesantren masa depan ( Bandung : Pustaka hidayah, 1999),cet.1,h.130 83 HM. Amin Haidari, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan
(46)
35
Pesantren merupakan kata benda bentukan dari kata santri yang mendapat awalan “pe-” dan akhiran “-an”, “pesantrian”. Menurut buku babad Cirebon, “ santri” berasal dari kata “chantrik”, yang berarti orang yang sedang belajar kepada seorang guru. Kemudian, kata itu diserap ke dalam bahasa jawa menjadi “santri”. Jadilah bentukan kata baru “pesantrian”(orang jawa
mengucapkannya “pesantren”)84
Pesantren adalah sebuah lembaga pendidikan agama islam yang di dalamnya terdapat seorang kyai, santri dan masjid sebagai sarana
penyampaian pendidikan dan pondok sebagai tempat tinggal santri.85
Lembaga research islam (Pesantren Luhur) mendefinisikan pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat
tinggalnya.86
Fungsi pesantren menurut Horikhosi yang dikutip oleh shulthon dan moh. Khusnuridlo dalam bukunya yang berjudul manajemen pondok pesantren dalam persepektif global adalah sebagai lembaga social dan penyiaran agama. Sedangkan azyurmardi azra menyebutkan ada tiga fungsi
84 Abdurrahman Wahid,,Pesantren.,h. 134.
85 Fa’uti Subhan, Membangun Sekolah Unggulan Dalam Sistem Pesantren, (Surabaya : Alpha, 2006),h.5
(47)
36
pesantren, yaitu ; (1) transmisi dan transfer ilmu-ilmu islam, (2) pemeliharaan
tradisi islam dan (3) reproduksi ulama.87
Pesantren sesbasgai lembaga pendidikan Islam yang didirikan, dikelola dan dipimpin oleh kyai dan para keluarganya, maka model dan bentuk pemebelajaran yang ada di pesantren tersebut merupakan menifestasi
spiritual dari kyainya.88
Fungsi pesantren menurut ma’shum mencakup tiga aspek yaitu fungsi relegius (diniyyah), fungsi social (ijtimaiyyah), dan fungsi edukasi
(tarbawiyyah).89 Jadi pesantren tidak hanya berfungsi sebagai relegius dan
sosial, tetapi juga sebagai pendidikan untuk santri-santrinya.
Adapun metode-metode pembelajaran yang digunakan dipesantren
diantaranya adalah :90
a. Metode sorogan adalah suatu metode yang ditempuh dengan cara guru
menyampaikan pelajaran kepada santri secara individual.91 Metode ini
membutuhkan kesabaran, kerajinan, dan disiplin pribadi dari setiap peserta didik, dari segi ilmu pendidikan, metode ini dikenal dengan independenr learning karena:
1) Antara kyai dan santri saling mengenal secra erat.
87 M. Sulthon dan Moh.Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren Dalam Persepektif Global (Yokyakarta : LaksBang, 2006).cet.1,h.13-14
88 Masjkur Anhari, Integrasi Sekolah Ke Dalam Sistem Pendidikan Pesantren (Surabaya : Diantama,2007),cet.1,h.25
89 Mujamil Qamar, Pesantren., h.23 90 Masjkur Anhari, Integrasi., h.26-28 91 Mujamil Qamar, Pesantren, h.142
(48)
37
2) Kyai menguasai benar materi yang harus diajarkan, dan murid
akan belajar dan membuat persiapan terlebih dahulu.
3) Antara santri dan kyai dapat berdialog secara langsung
mengenai materi yang sedang dipelajari.
b. Metode bandongan atau wetonan yaitu metode dimana seorang kyai
membecakan dan menjelaskan isi sebuah kitab, dan dikerumuni oleh sejumlah murid (biasanya tidak terbatas jumlahnya), masing-masing memegang kitabnya sendiri, mendengar, mencatat keterangan kyai, baik langsung pada lembaran kitab itu maupaun pada kertas catatan lain.
c. Metode muhawarah, yaitu melatih diri untuk bercakap-cakap dengan
bahasa arab.
d. Metode mudzakarah, yaitu pertemuan ilmiyah semacam diskusi yang
secara khusus membicarakan atau membahas masalah keagamaan sesuai dengan tema kitab yang dikaji.
e. Metode pengajian umum. Dalam metode ini kyai memberikan
ceramah umum dan terbuka untuk seluruh tingkatan santri baik laki-laki maupun perempuan.
f. Metode keteladanan, metode ini paling efektif terutama untuk
menanamkan nilai-nilai moral, nilai-nilai agama, nilai-nilai pesantren dan juga memebentuk akhlakul karimah.
(49)
38
Selain metode-metode yang telah disebutkan di atas ada metode lain yang digunakan para santri dalam kegiatan pembelajaran, yaitu; halaqah dan lalaran
a. Halaqah adalah belajar bersama secara dikusi untuk mencocokkan
pemahaman tentang arti terjemah dari isi kitab. Jadi bukan mendiskusikan isi dan terjemah yang diberikan oleh kyyai itu benar atau. Maka yang didiskusiskan untuk mengetahui pertanyaan “apa”
bukan pertanyaan “mengapa”.92
b. Lalaran adalah belajar sendiri dengan jalan menghafal; biasanya
dilakukan dimana saja; baik di masjid atau di kamar.93 Lalaran ini
dapat juga disebut teknik hafalan yaitu santri menghafal teks atau kalimat tertentu dari kitab yang dipelajarinya, materi hafalan biasanya
berbentuk nazam.94
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan di pesantren menggunakan berbagai macam metode, diantaranya adalah metode sorongan, bandongan, muhawarah, mudzakarah, dan lain sebagainya. Tidak hanya itu, para santri di pesantren juga memiliki cara tersendiri dalam studi kelompoknya, yaitu; (1) mengggunakan metode halaqah, yakni belajar
92 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren (suatu kajian tentang unsur dan nilai sitem pendidikan pesantren (Jakarta : INIS, 1994),h.6
93 Ibid., h. 6
(50)
39
bersama untuk mencocokkan arti kitab yang sudah mereka pelajari bersama, (2) menggunakan metode lalaran yaitu belajar sendiri dengan cara menghafal. Salah satu unsur penting pesantren yang membedakannya dengan lembaga pendidikan lainnya adalah pengajaran kitab-kitab kuning. Mahmud yunus mencatat, ilmu yang mula-mula diajarkan di pesantren adalah ilmu sharaf dan nahwu, kemudidan ilmu fiqih, tafsir, ilmu kalam (tauhid), akhirnya
sampai kepada ilmu tasawuf dan sebagainya.95
Dalam perkembangannya ilmu-ilmu dasar keislaman seperti tauhid, fiqih dan tasawuf selalu menjadi mata pelajaran favorit bagi para santri. Tauhid memberikan pemahaman dan keyakinan terhadap keesaan Allah, fiqih memeberikan cara-cara beribadah sebagai konsekwensi logis dari keimanan yang telah dimiliki oleh seseornag, sedangakan tasawuf membimbing seseorang pada penyempurnaan ibadah agar menjadi orang yang benar-benar
dekat dengan Allah.96
Perkembangan kitab-kitab refrensi yang diajarkan di pesantren mulai abad ke-15 hingga abad ke-18 didominasa oleh kitab-kitab tasawuf, hal ini di karenakan masyarakat pada saat itu memilki ketergantungan yang kuat pada alam, juga kondisi politik terutama dalam menghadapi raja-raja Hindu/Budha yang memeilki perhatian besar terhadap kekuatan magic.
95 Mujamil Qamar, Pesantren., h.109 96 Ibid.,h.110
(51)
40
Mualailah pada abad ke-19 kitab-kitab refrensi di pesantren berubah drastis. Pada abad ke -19,ke-20 dan ke-21, dominasi kitab tasawuf telah diganti bahasa dan fiqih. Seperti:
a. Bidang nahwu ; tahrir al-Aqwal, matan aj-jurumuyah, mutammimah,
alfiyah, dan khurdi.
b. Bidang sharaf ; matan bina salsal al-mukhdal, al-kailani, al-madzab,
‘unwan al-sharaf, dan mir’at al-arwah.
c. Bidang fiqih ; fath qarib, fath mu’in I’anat thalabin,
al-mahally, fath al-wahhab. Dan lain-lain.
Dominasi kitab bahasa dan fiqih melahirkan popularitas suatu jenis kitab. Dunia islam memandang sepertinya lambang pesantren diukur dari literaturnya, sehingga dapat diwakili oleh kitab-kitab yang popular ini. Ada dua kitab yang paling popular di pesantren pada abad ke-20 hingga ke-21 ini yaitu kitab alfiyah dan taqrib. Alfiyah melambangakan dominasi bahasa sedang taqrib menunjukkan dominasi fiqih. Saefuddin zuhri menilai bahwa kitab alfiyah (berisi suatu bait nazham dalam bentuk puisi dan syair)karangan serang ahli nahwu, Muhammad ibnu Malik dari Andalusia, Spanyol. Dalam pandangan dunia islam, kitab tersebut menjadi standar penguasasn seseorang tentang grammer atau syntax (tata bahasa) dalam bahasa arab. Artinya siapapun yang ingin menguasai tata bahasa arab, minimal ia harus memahami dan menghayati “alfiyah ibnu Malik”. Sedangan bruinessen menandaskan
(52)
41
bahwa karya-karya fiqih yang paling populer masih tetap Taqrib (al-ghayah wa taqrib)yang terkenal dengan muktashar oleh Abu Syuja’ al-isfahaniy dan syarahnya, fath al-qarib (oleh Ibnu Qasim al-Ghazzy). Hampir semua pesantren menggunakan paling tidak salah satu dari teks-teks ini. Kitab taqrib merupakan kitab fiqih versi syafi’I yang relevan dengan madzab yang
ditradisikan pesantren.97
Dari beberapa uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa kitab-kitab yang menjadi refrensi di pesantren berubah-ubah dari masa ke masa, pada mulanya kitab tauhid, fiqih dan tasawuf yang mendominasi pengajaran di pesantren, Tauhid memberikan pemahaman dan keyakinan terhadap keesaan Allah, fiqih memeberikan cara-cara beribadah sebagai konsekwensi logis dari keimanan yang telah dimiliki oleh seseorang, sedangakan tasawuf membimbing seseorang pada penyempurnaan ibadah agar menjadi orang yang benar-benar dekat dengan Allah. Kemudian seiring perkembangannya, mulai abad ke-20 sampai ke-21 kitab-kitab yang mendominasi adalah kitab bahasa dan fiqih yaitu alfiyah dan taqrib.
3. Sistem Pendidikan di Non Pesantren
Pendidikan di non pesantren atau sekolah umum (termasuk madrasah) mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan pendidikan yang dilakukan di pesantren diantaranya :
(53)
42
a. Bersifat klasikal. Disesuaiakan dengan kemampuan siswa dan
dibagi tingkat kelasnya sesuai dengan tingkat pendidikannya. Misalnya SD atau MI selama enam tahun, kelas I sampai dengan kelas VI, SMP dan MTs, selama tiga tahun, kelas VII sampai kelas IX, SMA, MA, dan SMK, selama tiga tahun, kelas X sampai kelas XII.
b. Batas umur siswa dibatasi pada waktu masuk pendaftaran sesuai
dengan jenjangnya, sehingga umur siswa dalam tiap jenjang sebaya.
c. Kurikulum ditetapkan oleh pemerintah yaitu departemen
pendidikan nasional untuk mata pelajaran umum dan departemen agam untuk pendidikan agama, sehingga kurikulum itu seecara nasional sama pada jenjang pendidikan yang sama.
d. Pengakuan tiap komptensi lulusan dari setiap jenjang pendidikan
yang serupa STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau ijazah yang
diakui oleh pemerintah.98
Metode-metode yang digunakan di sekolah diantaranya adalah diskusi, ceramah, pemebrian tugas, dan lain-lain.
a. metode diskusi
(54)
43
Metode diskusi merupakan kegiatan tukar menukar informasi, pendapat, dan unsur-unsur pengalaman seacara teratur. Tujuannya adalah untuk memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas dan lebih teliti mengenai
seuatu.99
b. Metode ceramah
Metode ceramaha adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran secara lisan dari guru. Ceramaha yang baik adalah ceramah yang bervariasi yang
dilengkapi dengan berbagai macam media dan alat belajar.100
c. Metode pemberian tugas
Metode pemeberian tugas adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas agar siswa melakukan kegiatan belajar. Metode ini bertujuan agas siswa memilki hasil belajar yang lebih baik, karena siswa
melaksanakan latihan-latihan selama malakukan tugas.101
Adapun materi pelajaran yang diajarkan di non pesantren atau sekolah umum (termasuk madrasah) sesuai dengan kurikulum 2013 dibagi menajdi dua yaitu mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pilihan (peminatan), mata pelajaran wajib adalah semua mata pelajaran yang wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan di setiap jenjang pendidikan , seperti : pendidikan agama dan budi pekerti, ppkn, bahasa Indonesia,matematika,
99 Jumanta Hamdayana, Model Dan Metode Pemebelajaran Kreatif Dan Berkarakter (Bogor : Ghalia Indonesia, 2014).cet 1 h.131
100 Ibid., h. 168 101 Ibid., h. 184
(55)
44
sejarah, bahasa inggris. Sedangkan mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran pilihan ang diikuti oleh peserta didik sesuai dengan pilihan mereka, seperti : peminatan matematika dan sains, pemeinatan sosial, dan peminatan bahasa. Peminatan matematika dan sains meliputi matematika, biologi, fisika, kimia. Peminatan sosial meliputi gografi sejarah, sosiologi dan antropoli, dan ekonomi, sedangkan peminatan bahasa meliputi bahasa dan sastra Indonesia,
bahasa dan sastra inggris, bahasa dan sastra asing lainnya, dan antropologi.102
Kurikulum Madrasah Aliyah hampir sama dengan SMA atau yang lainnya, hanya saja pada sekolah ini lebih mengarah kepada pendidikan agama Islam. Selain mengajarkan mata pelajaran seperti pada sekolah dasar, ada tambahan pelajaran seperti: al-quran dan hadits aqidah dan akhlaq fikih sejarah kebudayaan islam bahasa arab.
Alokasi waktu untuk setiap mata pelajaran bervasiasi mulai dari dua sampai emapat jam pelajaran selam seminggi, sebagai contoh alokasi waktu unuk mata pelajaran pendidikan agama dan budi pekerti untuk kelas X, XI,
dan XII adalah tiga jam pelajaran dalam seminggu.103
102 M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013dalam Pemebelajran SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, (Yokyakarta : Ar-Ruzz Media, 2014),h. 45-47
(56)
45
C. Komparasi Hasil Belajar Filsafat Islam Mahasiswa PAI Antara Alumni Pesantren dan Non Pesantren.
Dengan memperhatikan urai-urain di atas, penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI antara alumni pesantren dan non pesantren berbeda, hal ini bisa dilihat dari sistem pendidikan yang ada di pesantren dan non pesantren, misalnya seperti tipe
kemimpinan pesantren yang mandiri, tidak terkooptasi oleh Negara,104
sedangkan non pesantren atau sekolah umum mengikuti peraturan pemerintah, begitupun metode pengajaran yang dunakan. Pesantren menggunakan metode yang khasa dalam proses pembelajarannya diantaranya adalah metode sorogan metode bandongan atau wetonan metode muhawarah, metode mudzakarah, metode pengajian umum. Hal in berbeda dengan metode yang digunakan di non pesantren atau sekolah, seperti metode diskusi, ceramah, pemberian tugas dan metode-metode lainnya. Perbedaan lainnya adalah lamanya belajar, pesantren menerapkan pemebelajaran sepanjang hari, mulai dari bangun tidur sampi dengan tidur kembali merupakan proses pembelajaran, sedangankan sekolah non pesantren waktu belajarna terbatas, sekitar empat sampi dengan enam jam dalam sehari. Kemudian materi pembelajaran agama lebih banyak dibandingkan dengan non pesantren, hal ini bisa dilihat dari pengajaran kitab kuning yang menjadi ciri khas pesantren.
(57)
46
tentu semua faktor tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar antara mereka yang pernah mondok di pesantren dengan mereka yang tidak pernah.
TABEL .1
Komparasi Hasil Belajar Filsafat Islam Mahasiswa PAI Antara Alumni Pesantren Dengan Non Pesantren.
Pesantren Non Perantren
Tipe kemimpinan pesantren yang mandiri, tidak terkooptasi oleh Negara
Tipe kepemimpinan non pesantren sesuai dengan pemerintah
Pesantren mengguanakan metode
sorogan, metode bandongan atau wetonan, metode muhawarah, metode mudzakarah, dan metode pengajian umum
Non pesantren menggunakan metode ceramah, diskusi, penugasan dan lain-lain
Muatan pelajaran agama lebih banyak, karena ada pengajiaan kitab kuning
Pelajaran agama lebih sedikit Pembelajaran di pesantren berlangsung
sepanjang hari, mulai dari bangun tidur sampi dengan tidur merupakan proses pembelajaran
Pembelajaran berlangsung selama enam sampai dengan delapan jam dalam sehari
D. Hipotesis
Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan
(58)
47
jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui
penelitian.105
Menurut Yatim Rianto (1996) sebagaimana dikutip oleh Nurul Zuriah (2007) mengatakan bahwa hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua, yaitu (1) hipotesis nihil (null hypothesis) yang biasa disebut dengan Ho, dan (2) hipotesis alternatif (alternative hypothesis) biasanya
disebut hipotesis kerja atau disingkat Ha.106
Hipotesis nihil (Ho) adalah hipotesis yang menyatakan tidak adanya hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Hipotesis nihil dalam penelitian ini adalah tidak ada berbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa PAI angkatan 2014 alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya.
Hipotesis alternatif (Ha) adalah hipotesis yang menyatakan ada hubungan atau pengaruh antara variabel dengan variabel lain. Dalam penelitian ini, peneliti mengajukan hipotesis alternatif atau hipotesis kerja yaitu terdapat perbedaan hasil belajar filsafat islam mahasiswa PAI angkatan 2014 alumni pesantren dan non pesantren di FTK UIN Sunan Ampel Surabaya.
105 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h.55
106 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), cet. 2, h.163
(59)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Berdasarkan judul yang peneliti angkat yaitu “Studi Komparasi Hasil Belajar Filsafat Islam Mashasiswa Prodi PAI Antara Alumni Pesantren dengan Non Pesantren di FTK UIN Sunan Ampel”, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif-positifistik. Pendektan kuantitatif-positivistik berlandasan pada filsafat positivisme yang memandang bahwa realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.107 Ciri khas dari pendektan kuantitatif-positivistik ini adalah menggunakan pengujian statistik.108
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan melalui teknik pengukuran yang cermat terhadap variable-variabel tertentu, sehingga menghasilkan simpulan-simpulan yang dapat digeneralisasikan.109
107Sugiyono, Metode Penelitian Pendiidkan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung :
Alfabeta, 2015),cet22, h. 14
108 Wina sanjaya Penelitian Pendidikan Jenis Metode Dan Prosedur (Jakarta : Prenada Media Group,
2014),cet.2 h. 36
(60)
49
Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui adakah perbedaan antara hasil belajar filsafat islam mahasiswa alumni pesantren dengan non pesantren, maka jenis penelitian kuantitatif yang digunakan adalah deskriptif dan defensial. Tujuan penelitian deskripstif ini adalah untuk memeberikan gambaran yang jelas dan akurat tentang material atau fenomena yang sedang diselidiki. Peneltian ini digunakan untuk menjawab pertanyaan apa atau bagaiman keadaan suatu (fenomena, kejadian) dan melaporkannya sebagaimana adanya.110 Dalam penenelitian ini digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan hasil belajar filsafat islam mahasiswa PAI alumni pesantren dan non pesantren.
Sedangkan deferensial berguna untuk mendapatkan pemahaman tentang apakah ada perbedaan nilai observasi (disebut variabel terikat atau dependent variable) berdasarkan klasifikasi subjek (disebut variabel bebas atau independent variable). Dengan kata lain, penelitian ini mempertanyakan apakah nilai suatu observasi yang diperoleh oleh suatu kelompok subjek berbeda dari yang diperoleh oleh kelompok yang lain.111 Dalam penenltian ini digunakan untuk menjelaskan apakah ada perbedaan yang signifikan atau tidak antara hasil belajar filsafat islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren dengan non pesantren.
110 Ibnu Hajar, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996),cet. 1, h.274
(61)
50
B. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel penelitian adalah karakter dari unit observasi yang mempunyai variasi. Dalam dunia pendidikan unit yang banyak digunakan adalah manusia, contoh variabel yang dapat diobservasi dari unit manusia adalah umur,tinggi badan, kemampuan membaca, jenis kelamin, indeks prestasi dan lain-lain.112 Dalam penelitian ini variabel yang diteliti adalah hasil belajar filsafat islam dan latar belakang pendidikan mahasiswa PAI angkatan 2014.
Sedangkan yang dimaksud dengan indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian. Indikator dalam penelitian ini adalah, pertama nilai akhir semester mahasiswa PAI angkatan 2014 alumni pesantren dan non pesantren, kedua latar belakang pendidikan mahasiswa PAI angkatan 2014 yang mengambil mata kuliah filsafat islam. C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda, sistem dan prosuder, fenomena dan
112 Ibid., h.216
(62)
51
lain.113 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi PAI yang mengambil mata kuliah fiqih Ibadah pada tahun ajaran 2014-2015, yaitu berjumlah 118 mahasiswa. Tersebar di empat kelas yaitu: kelas A, B, C, dan D. dengan jumlah populasi masing-masing kelas adalah A berjumlah 33 mahasiswa, kelas B berjumlah 33 mahasiswa, kelas C berjumlah 23 mahasiswa, dan kelas D berjumlah 29.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah suatu proporsi kecil dari populasi yang seharusnya diteliti, yang dipilih atau ditetapkan untuk keperluan analisis114. Menurut Suharsimi Arikunto apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.115
Sampel diambil dengan teknik cluster random sampling. Cluster random sampling digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil sebesar 50% dari populasi yang ada yaitu sebesar 60 orang. Sampel diambil dengan teknik random dengan cara undian untuk memilih 30 orang dari 54 mahasiswa
113 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta: Penerbit
PPM,2007), h.145
114 Anas Sudijono, Pengantar Statistic Pendidikan (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010),cet.22,
h.277
115 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),
(1)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan terutama mengacu pada rumusan masalah, maka hasil penenlitian dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI angkatan tahun akademik 2014-2015 alumni pesantren di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya adalah rendah. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean atau rata-rata hasil belajar sebesar 3.78. Sementara mahasiswa Prodi PAI alumni pesantren yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 13 orang, sedangkan yang mendapat nilai di bawah rata-rata-rata-rata sebanyak 17 orang dari total dari 30 orang responden.
2. Hasil belajar Filsafat islam mahasiswa prodi PAI angkatan tahun akademik 2014-2015 alumni non pesantren di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya adalah baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai mean atau rata-rata sebesar 3,72. Sementara mahasiswa Prodi PAI alumni non pesantren yang mendapat nilai di atas rata-rata sebanyak 18 orang, sedangkan yang mendapat nilai di bawah rata-rata sebanyak 12 orang dari total dari 30 orang responden.
(2)
111
3. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI antara alumni pesantren dengan non pesantren di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel Surabaya. Yang mana hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa prodi PAI alumni pesantren sama dengan hasil belajar Filsafat Islam mahasiswa alumni non pesantren, Hal ini dibuktikan dengan uji independent t test dengan nilai nilai signifikannya adalah 0,30 > 0,05, yang berarti H0 diterima dan Ha ditolak.
B. Saran
Dari penjelasan bab IV tentang hasil penelitian, peneliti mempunyai beberapa saran untuk para pembaca, diantaranya adalah :
1. Lebih meningkatkan hasil belajar Filsafat Islam, karena mahasiswa prodi PAI alumni pesantren yang mendapat nilai di atas rata-rata lebih sedikit dibandingkan dengan mahasiswa prodi PAI alumni non pesantren.
2. Tidak menjadikan latar belang pendidikan sebagai patokan utama dalam meraih keberhasilan belajar, karena ada faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi keberhasilan belajar mahasiswa. Seperti contoh sering mengikuti kajian ilmu, belajar kelompok, pelatihan dan lain-lain.
3. Disamping menerima ilmu di dalam kelas harus mencari sendiri di luar kelas atau di luar proses pembelajaran, karena hal ini terbukti bahwa hasil belajar antara mahasiswa alumni pesantren dan non pesantren
(3)
112
tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Karena manusia adalah mahluk yang dinamis yang mempunyai potensi untuk selau berkembang dan maju, walaupun dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, mahasiswa mampu menunjukkan kemampuannya untuk bersaingan dengan yang lain.
(4)
DAFTAR PUSATAKA
Arifin, M. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1994
Arifin, Zainal, Penelitian Pendidikan, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012 Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, 2006
Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yokyakarta : Pustaka Pelajar, 2017 Bakhtiar, Amsal, Tema-Tema Filsafat Islam,Jakarta : Uin Jakarta Press, 2005
Dyahh Yunitasari, Alif, studi komparasi prestasi belajar siswa (analisis komparatif prestasi belajar siswa yang berasal dari sekolah dasar(SD) dan madrasah ibtidaiyah (MI) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VII di SMP Negeri 1 Pogalan Trenggalek), skripsi pada jurusan pendidikan agama islam Fakultas Tarbiayah IAIN Maulana Malik Ibrahim, 2010
Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah, Sejareah Pendidikan Islami, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2014
Fitria, Nida’ul, studi komparasi hasil belajar PAI antara peserta didik yang bertempat tinggal di pondok pesantren dan non pondok pesantren di Mts ihyaul ulum dukun gresik, skripsi pada Jurusan pendidikan agama islam Fakultas Tarbiyah, IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2014.
Gulo, W, Metode Penelitian, Jakarta: PT Grasindo, 2007
Hadi, Soetresno, Metodologi Reseach, Yokyakarta : Andi offset, 1994
Haidari, HM. Amin, dkk, Masa Depan Pesantren Dalam Tantangan Modernitas Dan Tantangan Komplesitas Global, Jakarta : IRD Press, 2004
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar metode penelitjian kuantitatif dalam pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996
(5)
114
Kountur, Ronny, Metode Penelitian untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, Jakarta: Penerbit PPM,2007
Muhid, Abdul, Analisis Statistik SPSS for Windows : Cara Praktis Melakukan Analisis Statistic, Surabaya : CV. Duta Aksara, 2010
Mulyasana, Dedi, Pendidikan Bermutu, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2012
Muslimah, Studi Komparasi Prestasi Mahārah Qirāah Bahasa Arab Antara Siswa Alumni MTS dan SMP di kelas X MAN Yogyakarta I tahun ajaran 2012, skripsi pada jurusan pendidikan bahasa arab Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2013
Mustofa, Filsafat Islam, Bandung : Pustaka Setia, 2007
Nasution, Hasyim Syah, Filsafat Islam, Jakarta,Gaya Media Pratama, 1999 Nasution, S, Metode Research, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008
Nawawi, Hadari, Kebijakan Pendidikan di Indonesia ditinjau dari sudut hukum
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 1994
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007
Poerwadarminta W.J.S., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2006
Poerwanto dkk, Seluk Beluk Filsafat Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya,1991
Saleh, Husni M, Fiqih Ibadah, Surabaya : IAIN Sunan Ampel pres, 2012
Sanjaya, Wina, Penelitian Pendidikan Jenis Metode Dan Prosedur, Jakarta : Prenada Media Group, 2014
(6)
115
Sudijono, Anas, Pengantar Statistic Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010
Sugiyono, Metode Penelitian Pendiidkan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2015)