PERAN PESANTREN MAHASISWA AN-NUR DALAM MENUNJANG PRESTASI AKADEMIK SANTRI-MAHASISWA DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

(1)

PERAN PESANTREN MAHASISWA AN-NUR DALAM

MENUNJANG PRESTASI AKADEMIK SANTRI-MAHASISWA

DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) Dalam Bidang Sosiologi

Oleh: Fajar Nauri NIM. B05212017

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap penulisan skripsi yang dituliskan oleh:

Nama : FAJAR NAURI

NIM : B05212017

Program Studi : Ilmu Sosiologi

Yang berjudul: “Peran Pesantren Mahasiswa An-Nur Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya”, saya berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah diperbaiki dan dapat diajukan dalam rangka memperoleh gelar sarjana Ilmu Sosial dalam bidang Sosiologi.

Surabaya, 19 Januari 2016 Pembimbing

H. Mohammad Ilyas Rolis, S.Ag. M.Si NIP. 197704182011011007


(4)

(5)

vi

ABSTRAK

Fajar Nauri, 2016, Peran Pesantren Mahasiswa An-Nur Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Surabaya, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci : Peran Pesantren, Prestasi Akademik.

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu (1) bagaimana peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan (2) bagaimana bentuk dukungan peran pesantren dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Universitas Islam Negeri Surabaya. Namun dari dua rumusan masalah tersebut terdapat sebuah pembahasan didalamnya, antara lain tentang penguasaan santri-mahasiswa terhadap ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum sebagai suatu proses dalam mengejar sebuah prestasi akademik di kampus Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya ini adalah teori Fungsionalisme Struktural Robert K. Merton.

Dari hasil penelitian yang ditemukan bahwa; (1) Peran Pesantren Mahasiswa An-Nur terhadap prestasi mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya memanglah sangat membantu terhadap tercapainya sebuah prestasi akademik, bentuk bantuannya seperti kajian kitab kuning yang dikaji melalui perspektif dari segala bidang keilmuan. (2) Bentuk dukungan yang berupa kegiatan-kegiatan Pesantren An-Nur seperti kegiatan intensif tatabahasa (bahasa arab dan bahasa inggris) dan kegiatan keorganisasian adalah Menunjang keberhasilan santri-mahasiswa dalam menempuh studi diberbagai perguruan tinggi dan universitas di Surabaya sesuai dengan Fakultas dan bidang keilmuan mereka masing-masing.


(6)

X

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

MOTTO ... iii

PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN PENULIS SKRIPSI ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I: PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Penelitian Terdahulu ... 7

F. Definisi Konseptual ... 9

G. Kerangka Teoritik ... 10

H. Metode Penelitian... 12

1. Pendekatan dan jenis penelitian ... 12

2. Lokasi penelitian dan waktu penelitian ... 13

3. Pemilihan subyek penelitian ... 14

4. Tahap-tahapan penelitian ... 14

5. Teknik pengumpulan data ... 15

6. Teknik pemeriksaan keabsahan data ... 17

I. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II: TINJAUAN TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL ROBERT KING MERTON ... 20

A. Konsep Fungsi Manifes Robert K. Merton ... 29


(7)

XI

BAB III : PERAN PESANTREN MAHASISWA AN-NUR DAN

KEGIATAN PENUNJANG ... 33

A. Subjek, Objek dan Lokasi penelitian ... 33

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 33

2. Deskripsi Objek Penelitian ... 35

3. Deskripsi Lokasi Penelitian... 35

a. Sejarah berdirinya pesatren mahasiswa An-Nur ... 36

b. Tujuan berdirinya Pesantren Mahasiswa An-Nur ... 38

c. Profil Pengasuh Pesantren An-Nur ... 39

d. Susunan Pengasuh dan Tenaga Pengajar ... 44

e. Materi pengajian Yang di Ajarkan ... 45

f. Metode Pengajaran di Pesantren Mahasiswa An-Nur ... 47

g. Sarana dan Prasarana ... 53

h. Susunan Organisasi PESMA An-Nur (OSPM) ... 54

i. Program Kegiatan Pesantren Mahasiswa An-Nur ... 55

B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 57

1. Peran Pesantren An-Nur Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya ... 57

2. Bentuk Dukungan Pesantren Sebagai Penunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa ... 60

a. Bentuk Dukungan ... 60

1) Kegiatan Wajib Santri ... 60

2) Kegiatan Organisasi Pesantren An-Nur (OSPM) ... 65

C. Analisis Data ... 66

1. Temuan penelitian ... 66

a. Tujuan Pesantrren An-Nur Sebagai Prioritas Santri-Mahasiswa ... 67

b. Kegiatan Pesantren Yang Aktif dan Efektif ... 68

c. Cara Belajar dan Semangat Belajar ... 69

d. Spiritualitas Yang Tinggi ... 70


(8)

XII

2. Konfirmasi Temuan Dengan Teori ... 70

BAB IV : PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

4. Surat Keterangan (Bukti Melakukan Penelitian) 5. Biodata Peneliti


(9)

XIII

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Informan Penelitian... 14 Tabel 3.1 Bidang Materi Pengajian PESMA An-Nur ... 46 Tabel 3.2 Sarana dan Prasarana ... 51


(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesantren Mahasiswa (PESMA) An-Nur merupakan lembaga pendidikan islam yang mengembangkan pendidikan berkualitas dan mengutamakan ilmu-ilmu agama sebagai materi pendidikan. Pesantren mahasiswa An-Nur ini memiliki kepedulian kepada santrinya untuk mengembangkan pengetahuan terhadap ilmu-ilmu agama. Misalnya, seperti dalam kitab “Riyadus Shalihin” dikarang oleh Imam Nawawi yang di dalamnya membahas tentang Hadits Rasul dan Tasawuf. PESMA An-Nur ini terletak di Kec. Wonocolo Gang Modin 10A Surabaya. Pada Pesantren An-Nur inilah penulis berusaha akan mengadakan penelitian.

PESMA An-Nur adalah pesantren di daerah Wonocolo Surabaya. Pesantren ini banyak diminati oleh mahasiswa Universitas islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya karena memiliki jarak yang dekat dengan kampus. Pesantren An-Nur bersebelahan dengan Gang Dosen, dimana Gang Dosen ini merupakan jalan alternatif menuju kampus UINSA Surabaya. Pesantren ini memiliki jumlah santri-mahasiswa kurang lebih dari 338 santri-mahasiswa termasuk putra dan putri. Santri-mahasiswi berada disebelah barat dan santri-mahasiswa berada disebalah timur berdampingan dengan rumah pengasuh.

Terdapat pula pesantren lainnya didaerah Wonocolo Surabaya yaitu Pesantren Al-Jihad, Pesantren Al-Husna, Pesantren Al-Arqom. PESMA


(11)

An-Nur menerima santri-mahasiswa yang sedang mengikuti studi di perguruan tinggi atau universitas, misalnya UINSA, Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dan universitas lainnya. Namun sebagian besar santri-mahasiswa An-Nur adalah mahasiswa UINSA Surabaya. PESMA An-Nur menyediakan tempat tinggal bagi santri-mahasiswa, kebutuhan tempat tinggal sejenis asrama menjadi kebutuhan utama bagi santri-mahasiswa.

Santri-mahasiswa yang bermukim di PESMA An-Nur ternyata merupakan santri-mahasiswa yang berasal dari berbagai macam daerah, antara lain: Madura (Sumenep, Pamekasan, Sampang dan Bangkalan) dan Sidoarjo bahkan ada yang berasal dari kalimantan (Pontianak Sungai Raya Dalam) dan lombok (Mataram Lombok Barat).

KH. Imam Ghazali Sa’id, M.A adalah pendiri pesantren sekaligus pengasuh PESMA An-Nur di kec. Wonocolo Gang Modin 10 A Surabaya. Beliau juga merupakan Dekan Fakultas Adab dan Humaniora di UINSA Surabaya. Setelah berdirinya pesantren mahasiswa An-Nur ini memberikan pengaruh besar terhadap santri-mahasiswa An-Nur dan menciptakan hubungan timbal balik santri-mahasiswa dengan kondisi lingkungan pesantren. Pendirian pesantren ini membawa perubahan. Perubahan ini menuntut adanya kasadaran dari santri mahasiswa yang menyadarinya.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan islam yang tumbuh dan diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari kepemimpinan seseorang atau


(12)

beberapa kyai dengan ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal.1 Pesantren juga merupakan sebuah lembaga islam tertua dalam sejarah nasional yang hingga sekarang masih menjadi aset bangsa yang cukup mengakar dalam kehidupan masyarakat. Tujuan pondok pesantren pada awal berdirinya dititik beratkan untuk menyiapkan tenaga mubaligh atau da’i yang akan menyampaikan ajaran islam kepada masyarakat.2 Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan cakupan kegiatan pesantren semakin luas dan mendalam, kegiatan tidak lagi terbatas pada pendidikan agama saja, tapi juga merambah pada kegiatan keilmuan yang berbasis di universitas ataupun di sekolah tinggi. Dalam hal ini seperti PESMA An-Nur yang berada di Wonocolo Surabaya, PESMA An-Nur ini memiliki peran yang besar terhadap keilmuan santri-mahasiswa yang ada didalamnya dan juga terhadap prestasi akademik yang ada di kampus.

Di dalam PESMA An-Nur terdapat kegiatan tentang ketatabahasaan yaitu bahasa arab dan bahasa inggris, santri-mahasiswa dituntut menguasai rumus-rumus bahasa arab seperti, Nahwu dan Sorrof sedangkan dalam bahasa inggris adalah Grammar. Kegiatan ketatabahasaan dalam prakteknya di PESMA An-Nur masih bersifat silih berganti dalam setiap tahunnya. Namun pada tahun sekarang ini, bahasa arab merupakan program kegiatan santri-mahasiswa setiap harinya. Program kegiatan ketatabahasaan yang disebutkan diatas didalam pesantren, merupakan kegiatan yang sangat menunjang terhadap keilmuan mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa

1

Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi (Jakarta: Erlangga 2006),hal. 2

2

Sriharini, Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. (Yogykarta: Jurnal PMI Media Pemikiran Pengembangan Masyarakat, 2003), hal. 41


(13)

arab dikampus, selain di pesantren sudah diasah setiap harinya dikampus pun tinggal mendalaminya. Hal ini sangat relevan sekali antara kegiatan yang ada di PESMA An-Nur dengan mata kuliah yang ditekuni di kampus.

Pesantren sekarang ini tampaknya perlu dibaca sebagai warisan sekaligus kekayaan kebudayaan-intelektual, yang mampu memberikan kontribusi terhadap lahirnya khazanah intelektual muslim yang berbudaya, berakhlak mulia dan bertanggung jawab atas dirinya. Bahkan sampai saat ini pula, pesantren ikut andil dalam mengarahkan pada dimensi yang perlu dikaji lebih jauh diera sekarang ini yaitu pola pengembangan pesantren dalam mencetak intelektual muslim, seiring dengan derap langkah perubahan yang ada dalam masyarakat global.

PESMA An-Nur merupakan pesantren modern yang mendukung santri-mahasiswanya didunia kampus. Kegiatan-kegiatan didalam PESMA An-nur pada umumnya sangat membantu terhadap kegiatan kampus pada dasarnya, yang mana dalam hal ini seperti kajian kitab, kajian ilmiah dan Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa (OSPM) yang notabenenya menumbuhkan nalar pikiran yang produktif serta wawasan yang bertaraf Internasional, tidak sedikit santri-mahasiswa An-Nur menjadi mahasiswa aktif dikampus bahkan menjadi lulusan terbaik dikampus di UINSA Surabaya pada tahun 2015 lalu. Produk PESMA An-Nur dalam keilmuannya tidak hanya dibatasi oleh keilmuan yang bersifat religius saja, akan tetapi keilmuan santri-mahasiswa An-Nur mampu bertanding dengan mahasiswa yang ada didalam kampus. Oleh karena itu peran pesantren


(14)

mahasiswa An-Nur sangat menunjang santri-mahasiswa terhadap prestasi akademik di kampus.

Mengaitkan pesantren dengan dunia kampus. Pesantren besar sekarang ini tidak sedikit lagi yang mendirikan sekolah-sekolah agama dan sekolah umum, bahkan sampai pada sekolah tinggi dan universitas, dari pesantren salaf (Tradisional) menuju pesantren modern. Pesantren memiliki karakteristik tersendiri, seperti yang dikemukakan Hadimulyo, bahwa pesantren dapat disebut sebagai “institusi kultural” untuk menggambarkan sebuah budaya yang mempunyai karakteristik sendiri tetapi juga membuka diri terhadap pengaruh-pengaruh dari luar,3 Dalam artian bahwa pesantren dapat mempertahankan budaya lama yang baik dan menerima budaya baru yang lebih baik, dalam hal ini misalnya yang terjadi di PESMA An-Nur, pesantren An-Nur merupakan institut dan institusi yang memiliki nilai-nilai dan norma, seperti halnya santri harus mengikuti kegiatan pesantren didalamnya. Karena Pesantren An-Nur adalah pesantren mahasiswa dan didalamnya adalah terdiri dari santri-mahasiswa maka ini menunjukkan kultur baru yang lebih baik.

Mengaca pada diskripsi diatas, peneliti akan mencoba mencari dan berusaha mengetahui bagaimana pentingnya peran pesantren dalam penelitian ini. Di samping itu, melalui penelitian yang akan dilakukan ini, peneliti mencoba mencari tahu tentang peran pesantren mahasiswa dalam

3 Hadimulyo “Dua Pesantren, Dua Wajah Budaya”, dalam M. Dawam Rahardjo (ed.), Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah, LP3ES, Jakarta, 1985, hal. 99.


(15)

Menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang disebutkan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya?

2. Apa saja bentuk dukungan pesantren Mahasiswa An-Nur sebagai penunjang tercapainya prestasi akademik Santri-mahasiswa?

C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan tentang peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di kampus.

2. Untuk mendapatkan gambaran, penjelasan tentang bentuk dukungan pesantren yang muncul selama di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Penelitian Secara Teoritis


(16)

ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan peran pesantren. b. Bisa memberikan masukan membangun dalam pengembangan

ilmu pengetahuan sosial

c. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan dan acuan bagi yang ingin mempelajari masalah ini lebih lanjut. d. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi, referensi

akademik tentang studi yang berkaitan dengan peran pesantren dan dapat memberi informasi serta masukan bagi peneliti. 2. Manfaat Penelitian Secara Praktis

a. Bagi mahasiswa penelitian bertujuan untuk memahami dan mengetahui peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik di kampus.

b. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengukur peran pesantren dan kualitas pesantren dalam membantu prestasi akademik santri-mahasiswa kampus.

E. Penelitian terdahulu

Penulisan penelitian ini tentunya menggunakan beberapa sumber dalam bentuk skripsi atau hasil penelitian terdahulu yang dijadikan oleh penyusun sebagai acuan dan perbandingan dalam penyusunan proposal skripsi ini, yang mana diantaranya adalah: Skripsi yang berjudul “Interaksi


(17)

Siti Nur Mahmudah.4 Penelitian yang diterbitkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2013. skripsi tersebut mendiskripsikan tentang bagaimana interaksi sosial komunitas berlangsung didalam Pesantren Mahasiswa, serta bagaimana bentuk interaksi sosial komunitas yang berlangsung di dalam PESMA An-Nur. Skripsi yang dituliskan oleh Siti Nur Mahmudah ini sebenarnya lebih memfokuskan pada interaksi sosial komunitas pesantren mahasiswa bukan induk lembaga pesantren mahasiswa tersebut, namun hal ini bisa menjadi landasan bahwa dalam interaksi sosial komunitas pesantren ini dapat membangun hubungan timbal balik, jaringan-jaringan serta kerja sama komunitas untuk mencapai satu tujuan atau beberapa tujuan bersama.

Skripsi yang disusun oleh Muhammad Dhohir dengan judul “Dakwah KH. Dr. Imam Ghazali Said, M.A Dalam Mewujudkan Prilaku Keagamaan

Di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya”.5 Penelitian ini

diterbitkan oleh Fakultas Dakwah dan Komunikasi 2002. Penelitian ini menjelaskan tentang kaitannya dakwah dalam mewujudkan etika, serta moral santri-mahasiswa didalam PESMA An-Nur. Penelitian ini lebih memfokuskan terhadap perubahan prilaku keagamaan yang diwujudkan melalui dakwah. Sedangkan yang akan penulis teliti ini adalah melihat bagaimana peranan pesantren mahasiswa terhadap prestasi santri-mahasiswa.

4

Siti Nur Mahmudah. Interaksi Sosial Komunitas Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. (Fakultas Dakwah dan komunikasi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya :2013)

5

Muhammad Dhohir, Dakwah K.KH. Imam Ghazali Said M.A Dalam Mewujudkan Prilaku Keagamaan di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. (Fakultas Dakwah dan komunikasi Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya:2002)


(18)

Sedangkan penelitian yang lebih spesifik terhadap peran pesantren itu sendiri yaitu, skripsi karya dari Mighfar dengan judul, “Pesantren Dan Pengembangan Intelektual: Studi Pengaruh Dari Sistim Pendidikan Pesantren Terhadap Pengembangan Intelektualitas Di Pesantren

Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya”.6 Skripsi ini diterbitkan oleh

Fakultas Tarbiah 2003. Penelitian yang dilakukan oleh Mighfar ini membahas tentang bagaimana fungsi pesantren dan sistem pendidikan pesantren memberikan pengaruh besar terhadap pengembangan intelektual.

F. Definisi konseptual

1. Peran adalah Tindakan yang dilakukan oleh seseorang pada suatu peristiwa

2. Pesantren adalah institusi agama yang terdiri kyai, santri

3. Peran Pesantren Mahasiswa adalah tindakan, dukungan pesantren mewadahi santri-mahasiswa untuk menyerap ilmu agama dan ilmu umum.

4. Prestasi akademik adalah hasil yang diperoleh santri-mahasiswa dalam proses belajar selama kuliah.

5. Santri adalah seseorang yang taat terhadap perintah dan tanggung jawab yang diberikan oleh kyai didalam pesantren.

6. Mahasiswa adalah seseorang yang memiliki kepribadian lebih mandiri dari pada siswa dalam menuntun hidupnya menuju masa depan.

6

Mighfar. Pesantren Dan Pengembangan Intelektual: Studi Pengaruh Dari Sistim Pendidikan Pesantren Terhadap Pengembangan Intelektualitas Di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya.(Fakultas Tarbiah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya:2003)


(19)

7. Santri-mahasiswa adalah persatuan dari santri dan mahasiswa yang tidak lupa akan predikat yang di embannya, tidak lupa akan eksistensi santri serta predikat sebagai mahasiswa.

G. Kerangka teoretik

Peran PESMA An-Nur menjadikan sebuah kebutuhan fungsional santri-mahasiswa dalam menuntunnya kepada sebuah prestasi akademis kampus. Keberadaan PESMA An-Nur memberikan dampak besar terhadap perkembangan dan pertumbuhan kepribadian santri-mahasiswa, Dampak perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada diri santri-mahasiswa merupakan aspek dari kegiatan-kegiatan yang bersifat contineu. Dalam analisis sosiolog Robert K. Merton menyatakan bahwa obyek apapun yang dapat dianalisis secara fungsional struktural harus mempresentasikan unsur-unsur standar (yaitu yang terpola dan berulang) (Merton, 1949/1968:104).7

Radcliff-Brown mempunyai pemahaman mengenai fungsionalisme struktural merupakan dasar bagi analisa fungsional kontemporel:

“Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, hal ini merupakan bagian yang dimainkan dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan merupakan sumbangan yang diberikan pemeliharaan kelangsungan struktural”.8

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori fungsionalisme struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Marton. Teori ini menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan

7

George Ritzer. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Kalsik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. (Yogyakarta.Kreasi Wacana:2012)hlm. 269

8

Margaret M. Poloma. Sosiologi Kontemporer.(Jakarta.PT.Raja Grafinda Persada:1994)hlm.26


(20)

perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes dan keseimbangan (equiliberium).9

Marton mengatakan bahwa obyek analisis sosiologi adalah fakta sosial, seperti peranan sosial, pola institusional, proses sosial dan organisasi kelompok, pengendalian sosial dan sebagainya. Hampir semua penganut teori ini berkecenderungan untuk memusatkan perhatiannya kepada fungsi dari satu fakta sosial terhadap fakta sosial lain.10

Dalam teori fungsionalisme struktural ini lembaga atau institusi sosial sebagai bentuk struktur dianggap dapat memenuhi kebutuhan hidup dan pemeliharaan masyarakat. Setiap lembaga sosial mempunyai fungsi masing-masing dan hubungan satu dengan yang lainnya.11

Fungsi menurut Merton, didefinisikan sebagai konsekuensi yang disadari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu sistem, namun, jelas terdapat bias ideologis ketika hanya orang memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena selalu ada konsekuensi positif. Namun perlu diketahui bahwa suatu fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negatif bagi fakta sosial lain12. Dalam artian fungsi menurut teori ini adalah aturan positif dan negatif. Hal ini ditunjukkan dengan diajukan konsep disfungsional oleh Marton.Yaitu bahwa struktur sosial atau pranata sosial selain dapat menyumbang terhadap pemeliharaan

9

George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2007). hlm.21

10

Ibid. hlm. 22

11

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT. Grafindo Persada 2001) hlm. 268-269

12


(21)

faktor lainnya, juga dapat berfungsi negatif. Artinya bahwa struktur sosial atau pranata sosial dalam masyarakat itu selain memberikan keuntungan bagi anggota masyarakat namun juga bersifat negatif atau merugikan bagi anggota masyarakat. Teori ini digunakan peneliti yaitu untuk melihat bagaimana peran pesantren mahsiswa dan dalam hubungannya dengan santri-mahasiswa.

H. Metode penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Berpatokan pada persoalan dan keadaan yang ada mengenai peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa ini, maka ditentukanlah jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan, berfokus pada makna individual, dan menterjemahkan kompleksitas suatu persoalan.13

Dilakukannya penelitian kualitatif, karena penelitian ini bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Jenis penelitian baru-baru ini memiliki dua pendekatan

13

Definisi tentang penelitian kualitatif ini diambil dari makalah: Dr Rr. Suhartini, Dra., M.Si berjudul: Bahan Perkuliahan Metode Penelitian Kualitatif, yang disampaikan di kelas pada 25 Maret 2014


(22)

kualitatif, yakni pengamatan melibat dan penelitian tindakan partisipatif.14

Dasar teoritis dalam penelitian kualitatif ini menggunakan teori fenomenologi. Perspektif teori fenomenologi yang dikenal memiliki sejarah yang panjang filsafat dan sosiologi adalah mempelajari bagaimana kehidupan sosial ini berlangsung. Dalam keterkaitan ini, perspektif fenomenologi adalah melihat tingkah laku manusia yang meliputi apa yang dikatakan dan diperbuat sebagai hasil dari bagaimana manusia mendefinisikan dunianya. Oleh karena itu, makna untuk mengerti sepenuhnya bagaimana kehidupan sosial tersebut berlangsung maka harus memahaminya dari sudut pandang pelaku itu sendiri.15 Dalam konteks rencana penelitian ini, pesantren mahasiswa An-Nur mempunyai peran dalam mendefiniskan makna yang berdasar pada hasil prestasi akademik santri-mahasiswa.

2. Lokasi penelitian dan waktu penelitian

Lokasi penelitian ini terletak di pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Adapun penelitian ini dilaksanakan dari bulan September sampai oktober tahun 2015.

3. Pemilihan subyek penelitian

Adapun subyek dari penelitian ini adalah santri-mahasiswa yang sudah tinggal lama dalam Pesantren Mahasiswa An-Nur

14

Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial (Yogya. PT.Tiara Wacana Yogya:2001)hal. viii

15

Bagong Suyatno & Sutinah, Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan, (Jakarta: Prenadamedia, 2013), hal. 166-167


(23)

mahasiswa senior) serta santri-mahasiswa aktif dalam Organisasi Santri Pesantren Mahasiswa (OSPM). Dalam subjek penelitian ini.

1.1 Tabel

Informan Penelitian

Subjek penelitian Universitas Status

Ali Muqoddas

S.Hum

UINSA Surabaya Pengurus

Fatimah S.Hum. M.Pd.I

UINSA Surabaya Pengurus

Sulaiman S.Hum UINSA Surabaya Santri

Lukman Hakim

S.kom

UINSA Surabaya Santri

Cindi wulandari S.Sos

UINSA Surabaya Santri

( Sumber : wawancara dengan informan penelitian)

4. Tahap-tahapan penelitian

Dalam melakukan penelitian ini mengenai peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi santri-mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya, diperlukan tahap-tahapan penelitian sebagai berikut:

a. Melakukan diskusi intensif

Langkah ini adalah langkah pertama yang akan dilakukan pra-penelitian. Diskusi secara intensif mengenai Peran Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya yang dilakukan bersama dengan santri-mahasiswa lama (senior). Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan berbagai pendapat dan gagasan mengenai cara-cara yang tepat dalam melakukan


(24)

penelitian. Langkah ini penting supaya yang terlibat dalam penelitian mempunyai pengetahuan dan pandangan yang jelas ketika melakukan penelitian.

b. Melihat Fenomena

Melihat fenomena yang terjadi mengenai peran pesantren mahasiswa yaitu dengan cara melakukan observasi pada objek penelitian yang akan diteliti. tahapan ini mempunyai tujuan untuk membuktikan dan menarik hipotesa mengenai objek penelitian.

c. Melakukan Penelitian

Langkah ini merupakan inti dari kegiatan penelitian yang akan dilakukan, yang bertujuan untuk mencari, memperoleh dan menganalisa data yang telah diperoleh dari terjun lapangan untuk penelitian.

5. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini data diperoleh melalui tahapan berikut ini: a. Wawancara mendalam (Indepth Interview)

Wawancara (interview) adalah Tanya jawab dalam penelitian yang dilakukan secara lisan dan langsung, untuk memperoleh keterangan dan informasi dalam suatu penelitian kualitatif, kata-kata dan tindakan orang yang diwawancarai merupakan sumber utama.16

Maka untuk memperoleh informasi yang diinginkan,

16

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005). Hlm. 122


(25)

penelitian ini akan menggunakan wawancara mendalam, sedangkan jenisnya, digunakan wawancara tidak terstruktur, artinya penulis mengajukan pertanyaan secara bebas tetapi menggunakan pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pertanyaan yang akan diteliti.

Wawancara ditujukan kepada santri-mahasiswa lama (senior) PESMA An-Nur Wonocolo Surabaya, karena santri-mahasiswa lama (senior) dianggap lebih mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.

b. Observasi

Observasi (observasion) adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Secara metodologis alasan penggunaan pengamatan dalam penelitian ini, adalah pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian dan sebagainya. Pengamatan juga memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek penelitian, sehingga memungkinkan peneliti menjadi sumber data. 17

Pengumpulan data, observer (pengamat) mengumpulkan data yang berkaitan dengan peran pesantren mahasiswa dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa.

c. Dokumentasi

teknik pengumpulan data melalui pengambilan gambar

17Ibid


(26)

dari hal yang diteliti. Tahapan dokumentasi dilakukan dengan cara kamera foto atau video recorder.

d. Teknik analisis data

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis kualitatif dengan metode deskriptif, dimana dalam penelitian Kualitatif ini sangat diperlukan tindakan serta kata-kata yang diambil dari hasil wawancara dan observasi dilapangan, sedangkan untuk data tambahan yang dipergunakan adalah dokumentasi. 6. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Untuk menentukan keabsahan data yang diperoleh, maka perlu dilakukan uji keabsahan data, dalam hal ini peneliti menggunakan teknik:

a) Trianggulasi: peneliti melakukan pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain untuk menemukan sejauh mana temuan-temuan dilapangan benar-benar repsentatif. Maka digunakan perbandingan antara data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan observasi dan dilakukan cross chek dengan dokumen yang ada.

b) Ketekunan Pengamatan: diperlukan untuk mengecek kebenaran sebuah data yang dihasilkan dilapangan secara tekun, teliti, cermat dan seksama didalam melakukan pengamatan agar data yang diperoleh benar-benar data yang mempunyai nilai kebenaran.


(27)

I. Sistematika pembahasan

Sistematika pembahasan ini sengaja dipaparkan dengan tujuan untuk memudahkan penulisan dan pemahaman. Oleh karena itu, penulisan proposal ini dibagi dalam beberapa bab, pada tiap bab terdiri dari beberapa sub bab, sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah. Adapun sistematika pembahasannya adalah:

Bab I: Pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini peneliti akan menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konseptual, telaah pustaka, metode penelitian (meliputi pendekatan dan jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, pemilihan subyek penelitian, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, teknik pemeriksaan keabsahan data) serta sistematika pembahasan.

Bab ke-2 ini menjekaskan tentang kajian teori, yang memuat tentang diskripsi tinjauan umum pesantren, dan tentang, fungsionalisme pesantren mahasiswa.

Bab ke-3 Penyajian dan Anlisis Data, ini menjelaskan tentang diskripsi umum obyek penelitian, diskripsi hasil penelitian, analisis data.

Bab ke-4 Penutup, ini merupakan bab tarakhir yang berisi kesimpulan dan saran.


(28)

1 BAB II KAJIAN TEORI

Tinjauan Teori Fungsionalisme struktural Robert King Merton

Dalam penelitian mengenai peran pesantren dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya, peneliti mengacu pada teori fungsionalisme struktural yang erat kaitannya dengan analisa fungsi pesantren melalui pendekatan sosiologi.

Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) merupakan salah satu ilmuan yang sering dianggap lebih ahli teori dari lainnya, Robert K. Merton membawakan perkembangan pada teori fungsionalisme struktural melalui pernyataan mendasar dan jelas, meskipun dalam perkembangan keilmuan Robert K. Merton terdapat ilmuan lain yang ikut serta memberikan sumbangsihnya, seperti Talcot Parson, P.A. Sorokin, L.J. Henderson, E.F. Gay, George Sarton, Emile Durkhem dan George Simmel.

Robert K. Merton pertama kali mengembangkan paradigmanya pada tahun 1948 untuk merangsang peneliti untuk menggunakan teori fungsionalisme struktural. Apa yang ia tawarkan segera menjadi model bagi perkembangan teori-teori yang secara ideal menyatu dengan penelitian sosiologis fungsionalisme struktural ini.


(29)

Robert K. Merton menulis sejumlah pernyataan terpenting tentang fungsionlisme structural dalam sosisologi.1 Robert K. Merton juga mengkritisi beberapa aspek ekstrem dan kukuh dari fungsionalisme srtuktural. Namun, sama pentingnya pandangan teoritisi barunya membantu memberikan manfaat secara terus-menerus kepada fungsionalisme struktural.

Robert K. Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai tiga postulat dasar analisis fungsional seperti yang dikembangkan oleh antropolog Malinowsi dan Radcliffe Brown. Pertama adalah postulat kesatuan fungsional masyarakat. suatu keadaan dimana dari sistem sosial bekerja sama postulat ini berpendirian bahwa “semua keyakinan dan praktek kultural dan sosial yang sudah baku adalah fungsional untuk masyarakat sebagai satu-kesatuan mandalam satu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang menandai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau di atur”. Robert K. Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat teradi fungsional bagi individu dalam masyarakat tertentu, akan tetapi terjadi disfungsi bagi individu dalam masyarakat lain. Robert K. Merton menegaskan bahwa disfungsi (elemen disintegratif) tidak boleh diabaikan hanya karena orang begitu terpesona oleh fungsi-fungsi positif. Ia juga menegaskan apa yang fungsional bagi suatu kelompok dapat tidak fungsional begi keseluruhan, oleh karena itu batas-batas kelompok yang dianalisa harus terperinci.

1

Robert Merton dalam Piotr Sztompka. The Blackwell companion to major sosial theorists. (Malden, Mass. Blackwell, 2000) 435-436


(30)

Postlat kedua fungsionalisme universal, berkaitan dengan postulat pertama. Fungsionalisme universal menganggap bahwa “seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif”. Sebagaimana sudah kita ketahui, Robert K. Merton memperkenalkan konsep difungsi maupun fungsi positif. Beberapa perilaku sosial jelas bersifat disfungsional. Robert K. Merton menganjurkan elemen-elemen kultural seharusnya dipertimbangkan menurut kriteria keseimbangan konsekuensi-konsekuensi fungsional (bet balance of functional consequences), yang menimbang fungsi positif terhadap fungsi negatif.

Postulat ketiga adalah postulat indispensability, menyatakan bahwa “dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, obyek materil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan, dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan sistem sebagai keseluruhan”.2

Menurut Robert K. Merton postulat ini masih kabur. Belum jelas apakah fungsi (suatu kebutuhan sosial, seperti reproduksi anggota-anggota baru) atau item (seperti norma, seperti keluarga batih) merupakan suatu keharusan.

Pendapat Robert K. Merton adalah bahwa seluruh postulat fungsional tersebut bersandar pada pernyataan nonempiris yang disandarkan pada teoretis abstrak. Tentunya ini akan menjadi tanggung jawab sosiolog baru untuk menelaah setiap postulat tersebut secara empiris. Keyakinan Robert K. Merton adalah bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoretis, adalah sesuatu yang krusial bagi analisis fungsional. Ini adalah salah satu yang mendorong Robert K. Merton untuk

2


(31)

mengembangkan paradigma analisis fungsional sebagai panduan kearah pengintegrasian teori dan riset.3

Asumsi teori fungsionalisme struktural bertumpu pada hakikat manusia dan masyarakat. Masyarakat dianggap terdiri dari bagian-bagian yang secara teratur saling berkaitan. Walaupun skema paradigma Robert K. Merton merupakan penyempurnaan dari fungsionalisme yang lebih awal, tetapi dia masih tetap saja menekankan kesatuan, stabilitas dan harmoni sistem sosial. Fungsionalisme struktural tidak hanya berlandaskan pada asumsi-asumsi tertentu tentang keteraturan masyarakat, tetapi juga memantulkan asumsi-asumsi tertentu tentang hakikat manusia. Di dalam fungsionalisme, manusia diperlakukan sebagai abstraksi yang menduduki status dan peranan yang membentuk lembaga-lembaga atau struktur-struktur sosial. Di dalam perwujudannya yang ekstrim, fungsionalisme struktural secara implisit memperlakukan manusia sebagai pelaku yang memainkan ketentuan-ketentuan yang telah dirancang sebelumnya, sesuai dengan norma-norma atau aturan-aturan masyarakat.

Konsepsi Robert K. Merton tentang masyarakat berbeda dari konsepsi Emile Durkheim sebagai sesepuh analisa fungsionalisme struktural, Menurut Robert K. Merton, masyarakat selalu berbeda posisi. Masyarakat adalah nilai yang memiliki fungsi yang berbeda. Penempatan sosial didalam masyarakat seringkali menjadi masalah karena suatu posisi, seperti halnya yaitu yang pertama adalah posisi tertentu lebih menyenangkan dari pada posisi yang lain. Masyarakat keatas

3

George Ritzer. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Kalsik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. (Yogyakarta.Kreasi Wacana:2012)hlm. 269


(32)

itu posisinya yaitu stratifikasi, sedangkan masyarakat kesamping itu posisinya yaitu diferensiasi. Kedua posisi tersebut tidak merujuk kepada perebutan tetapi kepada tujuan karena tujuan itu sangat penting.

Yang kedua adalah posisi tertentu lebih penting untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat dari pada posisi lainnya. Fungsional adalah setiap posisi-posisi selalu menjalankan fungsinya. Fungsional struktural adalah hubungan timbal balik. Dan yang terakhir (ketiga) adalah posisi-posisi sosial yang berbeda memerlukan bakat dan kemampuan yang berbeda pula. Posisi tersebut harus sesuai dengan harapan masyarakat.

Model struktur fungsional dari sudut pandang Robert K. Merton menjelaskan bahwa analisis structural memusatkan perhatian pada kelompok sosial, organisasi, masyarakat dan kebudayaan. obyek apapun yang dapat dianalisis secara struktural fungsional harus mempresentasikan unsur-unsur standar (yaitu yang terpola dan berulang). Ia menyebut hal tersebut sebagai peran sosial, pola-pola institutional, proses sosial, pola-pola cultural, emosi yang terpola secara cultural, norma sosial, organisasi kelompok, struktur sosial, alat control sosial dan lain sebagainya.4

Teori fungsionalisme struktural memandang masyarakar sebagai suatu sistem yang teratur yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain, di mana bagian yang satu tidak bisa berfungsi tanpa ada hubungan

4 Robert K. Merton “Manifes And Latent Function

dalam R.K. Merton Sosial Theory And Sosial Structure (New York: free press 1949/1968) 104


(33)

dengan bagian yang lain. Bila terjadi perubahan pada satu bagian akan menyebabkan ketidak seimbangan dan dapat menyebabkan perubahan pada bagian lainnnya.

Teori ini berpandangan bahwa masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi memiliki peran masing-masing, peran yang bekerja adalah demi berfungsinya pada bagian-bagian yang lain. Sebagaimana analogi umum yang dipopulerkan Herbert Spencer menampilkan bagian-bagian masyarakat ini sebagai "organ" yang bekerja demi berfungsinya seluruh "badan" secara wajar

Teori fungsionalisme struktural Robert K. Merton adalah menekankan kepada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifes dan keseimbangan (equiliberium).5

Menurut teori ini bahwa masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Masyarakat terdiri dari kumpulan individu-individu membentuk kelompok sosial, organisasi, dan lembaga institusi tiada lain yaitu untuk mencapai keseimbangan sosial.

Para fungsionalis struktur bermula pada hal yang dicenderungi lebih memusatkan perhatiannya pada fungsi-fungsi sebuah struktur atau institusi. Namun menurut Merton, para analis awal itu cenderung mencampuradukan

5

George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2007). hlm.21


(34)

motif subjektif individu dengan fungsi struktur atau institusi. Padahal fungsionalisme struktural harus lebih banyak ditujukan kepada fungsi sosial dibandingkan dengan motif individu. Misalnya dalam fungsionalisme struktural kaitannya dengan peran pesantren yaitu bahwa santri yang hidup dan tinggal didalamnya tetap menjaga fungsi sosialnya yaitu menjadi santri yang menjaga norma sosial sebagaiman yang telah diajarkan. Norma sosial pesantren merupakan salah satu identitas pesantren sekaligus menjadikan salah satu representasi yang harus tertanam dalam jiwa santri.

Menurut Robert K. Merton fungsi adalah akibat yang dapat diamati yang dapat menuju adaptasi atau penyesuaian diri dalam suatu sistem.6 Pesantren merupakan bagian dari kultur sosial bangsa yang dapat diamati oleh santri. Tugas seorang santri adalah berakhlak dan bertakwa pada Allah SWT, bersikap ramah dan sopan. Pesantren yang dari dulu sampai sekarang telah menjadi kaca pembesar masyarakat, tentunya bagi santri harus bisa bertindak dan menjalaninya sesuai dengan fungsinya. Oleh karena fungsi menurut Robert K. Merton akan terdapat bias ideologis atau terjadi kecenderungan memihak ketika orang hanya memusatkan perhatiannya pada sebab-sebab positif, namun perlu diketahui bahwa suatu fakta sosial dapat mengandung sebab negatif bagi fakta sosial lainnya. Hal ini menurut Robert K. Merton dipandang sebagai suatu kelemahan serius dalam teori fungsionalisme struktural, maka Robert K. Merton mengajukan pula suatu konsep yang disebutnya sebagai disfungsi. Disfungsi ini merupakan salah salah satu cara untuk memperbaiki dan menutupi kelemahan dalam teori fungsionalisme

6 Robert K. Merton “Manifes And Latent Function

dalam R.K. Merton Sosial Theory And Sosial Structure (New York: free press) 105


(35)

struktural. Merton mengungkapkan gagasannya tentang disfungsi, yang didefinisikan sebagai sebab negatif yang muncul dalam penyesuaian sebuah sistem.

Merton juga memperkenalkan konsep fungsi manifes dan fungsi laten. Kedua istilah ini memberikan tambahan penting bagi analisis fungsional. Menurut pengertian sederhana, fungsi manifes adalah fungsi yang diharapkan (intended), sedangkan fungsi laten adalah fungsi yang tidak diharapkan (non intended). Sebagai contoh peran pesantren terhadap peningkatan keilmuan santri pesantren entah keilmuan yang bersifat religi ataupun yang bersifat umum, tetapi juga terkandung fungsi yang tersembunyi, pesantren yang dulunya merupakan lembaga pendidikan keagamaan yang dikenal dengan pendidikan yang kolot, konservatif, dan fanatik. Pemikiran ini dapat dihubungkan dengan konsep Robert K. Merton yakni akibat yang tidak diharapkan (unanticipated consequences).

Tindakan pastinya akan mempunyai akibat, entah itu adalah akibat yang diharapkan ataupun akibat yang tidak diharapkan, meskipun bahwa mereka menyadari akan berakibat pada hal yang tidak diharapkan atau entahlah.

Berbicara tentang pendekatan struktural fungsional. Masyarakat memiliki banyak keanekaragaman, fungsi keanekaragaman ini dapat dilihat dalam struktur sosial masyarakat. Struktur sosial merupakan serangkaian hubungan sosial yang teratur yang mempengaruhi anggota masyarakat atau kelompok tertentu dengan


(36)

satu atau dengan lain cara. 7 suatu struktur dalam sistem sosial akan berlaku fungsional bagi yang lainnya, namun sebaliknya jika struktur dalam sistem sosial sudah tidak menjadi fungsional lagi tentunya struktur ini akan tiada dengan sendirinya. Teori ini melihat dari suatu sumbangan atau peristiwa

Istilah struktur sosial digunakan sebagai pandangan umum untuk menggambarkan sebuah entitas atau kelompok masyarakat yang berhubungan satu sama lain, yaitu pola yang relatif dan hubungannya didalam sistem sosial, atau kepada isntitusi sosial dan norma-norma menjadikan penting dalam sistem sosial tersebut sebagai landasan masyarakat untuk berperilaku dalam sistem sosial tersebut.8 masyarakat yang ada saat ini yaitu memiliki tujuan dan keperluan tertentu untuk memenuhi kehendaknya.

Masyarakat atau kelompok sosial tercipta tentunya berangkat dari pengharapan besar yang tertanam dalam diri individu secara khusus, kelompok sosial secara umum. Mereka dalam masyarakat dapat membuktikan perkembangannya melalui realita sosial yang merupakan hasil olahan secara bersama (tujuan) maupun muncul dari individu itu sendiri.

Dalam institusi pesantren misalnya, pesantren dalam perkembangannya akan memproduk santri menjadi seseorang yang faham tentang norma, islam intelektual, dan menjadikan santri berdedikasi pada Allah SWT. Kehendak pesantren tersebut diatas, tersusun dari sistem yang teratur dan sesuai dengan

7

George Ritzer. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Kalsik SampaiPerkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. (Yogyakarta.Kreasi Wacana:2012)hlm. 273

8


(37)

kehendak dan pengharapan hubungan pesantren dengan santri. Pesantren dalam hal ini akan berfungsi sebagaimana tujuan dan harapannya, sedangkan santri juga akan berfungsi menjadi santri harapan pesantren. Sejauh ini pesantren dalam praktik sosialnya yang bersifat fungsional bagi santri secara keseluruhan pasti menunjukkan tingginya level integrasi santri dalam pesantren.

Brinkerhoff dan White (1989) berkomentar bahwa terdapat tiga asumsi utama para ahli fungsionalisme yaitu evolusi, harmoni dan stabilitas. Diantara ketiganya stabilitas adalah yang paling utama karena menentukan sejauhmana sebuah masyarakat dapat bertahan di alam semesta ini. Kedua evolusi, menggambarkan perubahan-perubahan masyarakat melalui proses adaptasi struktur sosial menuju pembaharuan. la juga akan menghapuskan segala struktur yang tidak diperlukan lagi. Masyarakat yang berfungsi adalah masyarakat yang stabil, harmoni dan sempuma dari segala pola termasuk dari pola kerjasama. Persatuan, Hormat, menghormati dan sebagainya

A. Konsep Fungsi Manifes (Intended) Robert K. Merton

Robert K. Merton dalam teorinya membagi fungsi menjadi fungsi manifes (intended) dan fungsi laten (unIntended). Perhatian penelitian para sosiologi selama ini telah diarahkan kepada studi fungsi manifes akan tetapi studi tentang fungsi manifes yang mengabaikan fungsi laten adalah menyesatkan.


(38)

Teori Vablen tentang “konsumsi mewah” (dimana pengeluaran uang secara liberal untuk hal-hal mewah yang berkaitan dengan status seseorang) misalnya menunjukkan pentingnya untuk mengetahui fungsi laten itu. Walaupun fungsi manifes pembelian sebuah mobil sebagai sarana transportasi dari rumah ke tempat kerja, tetapi pembelian sebuah mobil mewah memenuhi fungsi laten untuk mempertontonkan kekayaan dan kemewahan serta status kepada masyarakat.9

Dalam pengembangannya memahami fungsi manifes dalam sosiologi sering kali terrpengaruhi oleh ilmu biologi, seperti halnya panca indra yang ada dalam tubuh manusia, panca indra tersebut memiliki fungsi masing biologis. Jadi jika mengacu kepada fungsi ini tentunya dapat dikatakan bahwa keluarga memiliki fungsi reproduksi dan sosialisasi. Jadi fungsi reproduksi keluarga sebagai pembuat keturunan, maka fungsi manifes sosialisasi keluarga yaitu memberikan pendidikan, mengajarkan norma terhadap anak. Dalam konteks ini, teori ini terfokus pada persoalan dimana fungsi manifes sebagai salah satu fungsi untuk memberikan pemahaman atau mensosialisasikan kepada anak dalam rangka untuk menjadi anak yang memiliki moral, sehingga keluarga bertanggung jawab dalam fungsinya sebagai pemelihara tatanan dan lain-lain. Karena perangkat melaui proses keturunan dalam keluarga merupakan hal yang paling penting dalam pemeliharaan kesatuan moral.

Namun, sebaliknya jika dalam sebuah keluarga, fungsi manifes sudah tidak lagi ada, sosialisasi moral anak bukan lagi menjadi sebuah perhatian

9

Margaret M. poloma. Sosiologi kontemporer. (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada. 2013) hlm 39


(39)

khusus maka hal ini menjadikan sebuah disfungsi dalam keluarga tersebut. Contohnya adat mencium tangan kedua orang tua ketika akan bepergian dari rumah. Sejak awal, anak dibiasakan untuk mencium tangan kedua orang tua terlebih dahulu ketika akan bepergian dari rumah. Ketika suatau individu itu sudah dibiasakan dan hal itu dilakukan berulang-ulang maka yang terjadi ketika akan bepergian dia akan selalu mencium tangan kedua orangtuanya terlebih dahulu, dan akan merasa aneh dan tidak wajar ketika tidak melakukan hal tersebut.

B. Konsep Fungsi Laten (Unintended) Robert K. Merton

Para penganut fungsionalis mengingatkan bahwa apa yang mungkin fungsional bagi suatu kelompok boleh jadi tidak fungsional bagi kelompok lain. Lebih dari pada itu para sosiolog harus lebih waspada untuk tidak melupakan fungsi-fungsi laten ketika sudah terbius oleh fungsi manifes yang lebih terlihat dengan jelas.

Penganut teori fungsional memang memandang bahwa segala lembaga sosial yang ada dalam masyarakat tertentu akan serba fungsional, entah fungsional dalam artian fungsi positif ataupun berupa fungsi negatif. Herbert Gans menilai kemiskinan saja itu fungsional dalam suatu sistem sosial, hanya saja yang menjadi pertanyaan adalah fungsional untuk siapa? Ataupun pesantren walaupun dianggap sebagai institusi agama. Ketika dilihat sebagai institusi dan dengan agama sebagai levelnya, ini terlihat jelas akan fungsi manifesnya, realitanya, ternyata masih bisa dipandang sebagai institusi agama yang termasuk pada fungsi laten Robert K. Merton.


(40)

R. K Merton menggaris bawahi pendapat bahwa sebuah institusi sosial memiliki fungsi yang bersifat laten (tersembunyi) dan berbeda dengan motif-motif eksplisitnya. Misalnya, upacara minta hujan yang dilakukan orang-orang Indian, hal ini berupaya atau bermotif agar hujan segera turun, walaupun pada realitanya adalah tidak demikian.

Robert K. Merton menjelaskan bahwa akibat atau konsekwensi yang tidak diharapkan ini tidak sama dengan fungsi yang tersembunyi. Fungsi tersembunyi adalah satu jenis dari akibat yang tidak diharapkan, satu jenis yang fungsional untuk sistem tertentu. Terdapat dua tipe dari akibat yang tidak diharapkan: ”yang disfungsional untuk sistem tertentu dan ini terdiri dari disfungsi yang tersembunyi” dan “yang tidak relevan dengan sistem yang dipengaruhinya, baik secara fungsional atau disfungsional.10 Bahkan dalam pesantren An-Nur tempat peneliti mengadakan penelitian saja fungsi laten atau fingsi tersembunyi pun ada, yaitu ketika sebuah tujuan yang menjadi harapan pesantren An-Nur terhadap santri-mahasiswa yang ada didalamnya tidak tercapai, salah satunya yaitu tidak mengikuti kegiatan wajib santri. Pesantren An-Nur berupaya atau memiliki motif agar santri-mahasiswa adalah santri yang rajin dalam mengikuti kegiatan wajib santri, realitanya ternyata masih ada sebagian santri yang masih belum bisa menghantarkan pada harapan dalam sebuah tujuan pesantren. Fungsi laten meliputi fungsi tersembunyi dibalik akibat-akibat yang diharapkan.

10

George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. (Jakarta. Kencana Prenada Grup, 2010) hlm 124


(41)

1

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Peran Pesantren Mahasiswa An-Nur Dan Kegiatan Penunjang A. Subjek, Objek dan Lokasi penelitian

1. Deskripsi Umum Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian kualitatif dapat disebut informan. Secara teknis, informan adalah orang yang dapat member penjelasan yang kaya dengan warna, detail dan komprehensif menyangkut apa, siapa, dimana, kapan, bagaimana dan mengapa, misalnya satu fenomena sosial yang terjadi seperti peran pesantren mahasiswa. Lebih jauh, ia juga mungkin dapat membuat konseptualisasi atau induksi tentang apa yang selama ini di amatinya. Informan tidak harus dituntut untuk tinggi pendidikan akademisnya, memiliki pemahaman yang banyak tentang teori sosial dalam pesantren atau berpengaruh pada lingungan sosialnya. Informan yang dipilih karena dia dapat bercerita tentang masalah yang digali oleh peneliti.

Subjek penelitian ini adalah pengurus PESMA An-Nur, santri-mahasiswa senior dan para santri-santri-mahasiswa yang berprestasi akademik di dunia kampus. Mereka merupakan informan penting yang dianggap mampu memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan peneliti dan

sesuai dengan judul penelitian yakni “Peran Pesantren Dalam Menunjang

Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa Di Pesantren Mahasiswa An-Nur


(42)

Dalam penelitian ini, peneliti memilih informan yang sesuai dengan rumusan masalah sebagai sumber data penelitian. Adapun deskripsi mengenai informan adalah sebagai berikut :

Informan Status

Ali Muqoddas S.Hum berusia 27 tahun merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan lulusan terbaik Fakultas Adab tahun 2011 juga salah satu santri-mahasiswa An-Nur, sekaligus pengurus Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Berada di Pesantren An-Nur selama 8 tahun.

Fatimah S.Hum. M.Pd.I berusia 26 tahun merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Fakultas Tarbiah, S1 jurusan Bahasa Arab 2008-2012 dan S2 jurusan Pendidikan Bahasa Arab 2012-2014. Beliau juga merupakan salah satu santri-mahasiswa Nur, sekaligus pengurus Pesantren Mahasiswa Nur Wonocolo Surabaya. Berada di Pesantren An-Nur selama 7 tahun.

Sulaiman S.Hum berusia 23 tahun merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2014 jurusan Sastra Arab Fakultas Tarbiah, sekarang masih melanjutkan studinya Di Universitas Negeri Surabaya, Sulaiman juga merupakan salah satu santri-mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Berada di Pesantren An-Nur selama 4 menjelang 5 tahun.

Lukman Hakim S.kom berusia 24 tahun merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi dan menjadi lulusan terbaik Fakultas Dakwah tahun 2014, sekarang juga masih melanjutkan studinya Di Pasca Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan Ilmu Komunikasi, Lukman Hakim juga merupakan salah satu santri-mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Berada di Pesantren An-Nur selama 5 tahun

Cindi wulandari S.Sos berusia 22 tahun merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya jurusan ilmu sosial dan menjadi lulusan terbaik Fakultas Ilmu


(43)

Sosial dan Ilmu Politik tahun 2015, sekarang masih melanjutkan studinya Di Universitas AirLangga jurusan Ilmu Sosial, Cindi Wulandari juga merupakan salah satu santri-mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Berada di Pesantren An-Nur selama 4,½ tahun

(Sumber: wawancara dengan informan penelitian )

2. Deskripsi Objek Penelitian

Objek yang menjadi kajian penelitian ini adalah bidang keilmuan peneliti yaitu kajian ilmu sosial dengan fokus Peran Pesantren Mahasiswa. Peneliti mengangkat fenomena sosial pada Peran Pesantren Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa Di Pesantren Mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya. Peran pesantren mahasiswa An-nur menjadi perhatian khusus dari peneliti, sebab kagiatan dalam Pesantren Mahasiswa An-nur dengan tingkat keseriusan yang tinggi dapat menumbuhkan semangat tingkat belajar yang tinggi dan keilmuan yang luas.

3. Deskripsi Lokasi Penelitian

a. Sejarah berdirinya pesatren mahasiswa An-Nur

Pesantren An-nur merupakan salah satu Pesantren Mahasiswa yang berada di Wonocolo Surabaya. Pesantren Mahasiswa An-nur ini dibangun di atas tanah wakaf dari H. Moh. Noer dan puterinya Nikmah Noer yang terletak di Wonocolo gang Mudin 10 A Surabaya. Pesantren ini terdiri dari dua gedung. Gedung I didirikan pada tahun 1994


(44)

sedangkan gedung II didirikan pada tahun 1999. seluruh biaya pembangunan pesantren ini adalah murni hasil swadaya masyarakat yang sebagian besar berasal dari jariyah H. Moh. Noer, Imam Ghazali Said dan isterinya Nikmah Noer. Selanjutnya mereka menjadi pendiri Pesantren Mahasiswa ini. Tetapi semakin tahun santri semakin banyak sehingga saat ini ponpes An-nur terdiri dari 4 gedung.1

Kondisi santri sejak awal berdiri sampai sekarang jumlah santri yang tinggal dan belajar di Pesantren Mahasiswa An-Nur berjalan normal fluktuatif, namun di tahun ini kurang lebih berjumlah 338 Santri-mahasiswa termasuk santriwan dan santriwati. Hal ini disebabkan status seluruh santri Pesantren Mahasiswa An-nur ini adalah mahasiswa yang kuliah di berbagai Perguruan Tinggi di Surabaya, sehingga setiap akhir tahun ajaran, mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya di perguruan tinggi masing-masing secara otomatis juga selesai studinya di Pesantren. Hanya sekitar 10-15 % santri yang bertahan lebih dari 4 tahun, karena mereka melanjutkan studi ke program Strata II (S2) atau Strata III (S3). Selanjutnya, Pesantren Mahasiswa ini menerima santri yang sekaligus mahasiswa baru. Dengan demikian, antara santri yang keluar dengan santri pendaftar baru tidak seimbang, jauh lebih banyak santri

1


(45)

baru. Konsekwensinya Pesantren ini harus menerima santri dalam jumlah terbatas sesuai kapasitas sarana yang tersedia.

Pesantren Mahasiswa An-nur ini juga sama sekali tidak sama dengan instansi pendidikan lainnya, pesantren ini memakai kurikulum mandiri dan bahkan tidak ada rapot penilain dan ijazah kelulusan. Para ustadz hanya menggunakan absensi kehadiran biasa dan hanya mencatat kehadiran santri-mahasiswa secara manual.

Dalam kegiatan kepesantrenan. Pesantren An-Nur juga mengkaji tentang ilmu bahasa diantaranya yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, dengan nama kegiatannya disebut intensif (intensif bahasa arab dan bahasa inggris). Dalam intensif bahasa ini, pesantren juga memberikan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS), para ustadz mencatat nilai secara manual sesuai dengan kemampuan santri-mahasiswa. Tujuan dari intensif ini yaitu para ustadz mereview kembali daya ingat dan kefahaman santri-mahasiswa terhadap materi intensif dua bahasa tersebut.

Jadi, kelulusan santri-mahasiswa Pesantren An-Nur ditentukan oleh selesainya proses belajar di perguruan tinggi ataupun universitas.

b. Tujuan berdirinya Pesantren Mahasiswa An-Nur2

2


(46)

1) Tujuan Umum

Terbentuknya pribadi cendekiawan muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berpola pikir, bersikap dan berwawasan keislaman yang luas, cakap serta bertanggung jawab mengembangkan potensi

intelektualitas dan profesionalitas.

2) Tujuan Khusus

Menunjang keberhasilan santri dalam menempuh studi diberbagai perguruan tinggi dan universitas di Surabaya, sesuai dengan Fakultas dan bidang keilmuan mereka masing-masing.

a) Memadukan sistem studi islam di pesantren khalaf dengan model studi landasan kebebasan berfikir yang berkembang di Perguruan Tinggi.

b) Memupuk potensi kebahasaan (Arab, Inggris, Indonesia) yang pernah diperoleh dari lembaga pendidikan sebelumnya, agar dapat aktif berdayaguna dan berhasil guna.

c) Memupuk dan mengembangkan potensi rasa

spiritualitas dengan latihan disiplin peribadatan.

3) Target yang ingin di capai

Setelah santri mengikuti pendidikan di pesantren ini dalam semua bentuk dan sistem pendidikannya pada jangka waktu yang telah ditetapkan dengan baik, mereka akan


(47)

memiliki pola pikir, sikap dan wawasan keislaman yang luas, serta memiliki kemampuan berbahasa (Arab, Inggris dan Indonesia) dengan aktif dan baik.

c. Profil Pengasuh Pesantren An-Nur

Imam Ghazali Said, lahir di Sampang 12-02-1960 adalah pengasuh Pesantren Mahasiswa An-nur Surabaya sekaligus Dekan Fakultas Adab dan Humaniora di kampus UINSA. Selain itu, ia juga staf pengajar di Fakultas Adab UIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Sunan Giri Surabaya, LPBA Masjid Agung Sunan Ampel Surabaya, dan Universitas Darul Ulum Jombang. Aktif menjadi peserta dan nara sumber dalam seminar nasional dan internasional.3

Pendidikan dasarnya ia peroleh dari ayahnya sendiri, KH M. Said Masyhudi. Sejak awal, ia memperoleh pendidikan informal keagamaan dari satu pesantren ke pesantren yang lain. Tercatat beberapa pesantren yang telah berjasa menempa dan membesarkan namanya, antara lain: Ponpes Hidayatul Muhtadiin, Ombul, Nurul Ulum Banyuanyar, kedua pesantren ini terletak di Kabupaten Sampang; Pesantren Ilmu al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, Pesantren Hidayatul Mubtadiin Lirboyo dan

3


(48)

Pesantren Bustanul Arifin Batokan; dua pesantren terakhir terletak di Kabupaten Kediri.

Sedang pendidikan formalnya, ia tempuh dari SDN sampai PGAN di Sampang, Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel Surabaya; meraih gelar Bachelor of Art (BA) pada 1982 dan meraih gelar Doktorandus (Drs) pada 1984. Usai menyelesaikan studi di IAIN Sunan Ampel, ia mendapatkan beasiswa dari Universitas al-Azhar untuk belajar di Fakultas Studi Islam dan Bahasa Arab di Cairo Mesir pada 1984. Kemudian ia memperoleh gelar Licenc (Lc) dari Fakultas tersebut pada 1986. Pada akhir 1986, ia memperoleh beasiswa dari Alesco (Arab League for

Education, Scientific and Cultural Organization) untuk

belajar di Khartoum International Institute dan memperoleh gelar Master of Art (MA) pada 1988, sekaligus dinobatkan sebagai lulusan terbaik.

Pada akhir 1988 itulah ia kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmunya. Kemudian pada 1996-1998 kembali lagi ke Cairo untuk ikut program Doktor di Fakultas Adab Cairo University. Pada 2002, ia ikut program Doktor di Pasca Sarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya. Selama menempuh studi formal di Timur Tengah, ia menyempatkan diri untuk belajar non-formal kepada para masyayikh di antaranya; DR Sayyid


(49)

Muhammad Alwi Maliki, Syeikh Yasin bin Isa al-Padani, dan Syeikh Ismail bin Zayn al-Yamani (Makkah). Ia belajar khusus Ushul Fiqh pada Syeikh Muhammad Mutawali al-Sya’rawi (Cairo). Ia juga belajar pergerakan dan pemikiran Islam pada DR. Abdullah Hasan al-Turabi dan DR. Aun Syarif Qasim (Khartoum).

Selama menjadi mahasiswa, ia aktif di organisasi mahasiswa, baik intra maupun ekstra. Ia pernah menjadi anggota BPM (Badan Perwakilan Mahasiswa) Fakultas Adab, 1980-1981, dan Ketua I Senat Mahasiswa Fakultas Adab IAIN Sunan Ampel (1982-1983). Di ekstra kampus, ia pernah memegang jabatan salah seorang ketua Rayon PMII Fakultas Adab, Ketua I PMII Cabang Surabaya.

Selama menempuh studi di Timur Tengah ia aktif di PPI (Pertimbangan Pelajar Indonesia) di Mesir, Ketua PPI Sudan (1987-1988). Di samping itu, ia pernah menjadi salah seorang ketua Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Mesir (1986-1988). Dengan legitimasi sebagai aktifis organisasi tersebut, ia dapat berkomunikasi dengan aktifis organisasi pemuda Internasional.

Pada 1993, ia bersama para pemikir muda dan didukung secara finansial oleh mertuanya al-marhum H M. Noer, merintis pembangunan fisik Pesantren Mahasiswa an-Nur di Wonocolo, Surabaya. Setahun kemudian,


(50)

tepatnya 1994, pesantren ini mulai menerima santri, yang pada saat itu hanya menerima 20 (dua puluh) orang santri-mahasiswa. Satu tahun berikutnya, tepatnya 21 Agustus

1995 bertepatan 14 Rabi’ul Awal 1416 H, pesantren ini

diresmikan oleh ketua umum PBNU KH. Abdurrahman Wahid. Walaupun pesantren ini tak signifikan untuk

digolongkan sebagai “Pesantren besar”, tetapi tiap tahunnya

selalu mengalami perkembangan sampai tahun 2011 fluktuasi santri berkisar antara 200-250 orang.

Karena dorongan intensitas hubungan silaturrahim yang dilakukan oleh KH. Imam Ghazali Said M.A dengan para kyai dan para pemikir baik dalam skala lokal, regional, nasional maupun Internasional. Pesantren ini sudah dikunjungi oleh para pemikir nasional, seperti: Prof. KH. Ali Yafi, Prof. DR. KH. Said Aqiel Siradj, Masdar Farid

Mas’udi, Ulil Abshar Abdalla, dua Menteri Agama KH.

Tolchah Hasan, Prof. DR. Said Agil Husin al-Munawwar, KH Musthafa Bisyri DR. Hasanah Ogata (Jepang) Ashok Kumar Mirpuri (Dubes Singapore) Emsook Jung (Korsel) DR, Ismet Fanany (Deakin Univ Australia) Rasli Karim (Malaysia) Mr. Robeen (Canada), Prof. MC. Riklefs (Australia Guru Besar Singapore Univ) Pada tahun 2008 mendirikan TK Unggulan An-Nur di bawah Yayasan Pesantren Mahasiswa (YAPESMA) An-Nur. Pada tahun


(51)

yang sama ia mendirikan Pesantren Anak Yatim Al-Bisri. Saat ini pesantren terakhir membina dan mendidik sebanyak 46 orang santri. Seluruh biaya pendidikan konsumsi, akomodasi dan lain-lain ditanggung sepenuhnya oleh Yayasan Al-Bisri yang dipimpin oleh H Ulya Abdillah. Dana untuk biaya anak-anak yatim sebagian besar diperoleh dari penghasilan pribadi Ketua yayasan, pengasuh, para anggota yayasan dan para donatur. Pada tahun 2010 ia membangun Pesantren Anak Yatim Putri Al-Bisri.

Yang menjadi harapan kuat dari peneliti terhadap profil dari pengasuh pesantren An-Nur yaitu menjadikan tauladan serta ukuran bagi suksesnya santri-mahasiswa didalam pesantren maupun di kalangan kampus.

d. Susunan Pengasuh dan Tenaga Pengajar

Adapun susunan pengasuh Pesantren Mahasiswa An-Nur dan guru pengajar sekaligus pendidik memiliki tanggung jawab yang urgen dan merupakan elemen terpenting dalam kemajuan dan masa depan pesantren. Susunan pengasuh dan tenaga pengajar di Pesantren Mahasiswa An-Nur antara lain sebagai berikut:


(52)

e. Materi pengajian Yang di Ajarkan

Adapun bidang materi pengajian yang diajarkan dalam Pesantren Mahasiswa An-Nur antara lain: Tasawuf, Sejarah Yahudi dan Zionis , Fiqih, Hadist, Bahasa Arab dan lain sebagainya. Materi pengajian yang diajarkan kepada santri-mahasiswa An-Nur ini merupakan materi pengajian yang biasa diajarkan dari dulu sampai sekarang di pesantren besar dan kecil. Seperti Fiqih dan Hadist ini merupakan kebutuhan fungsional pesantren dalam mendidik santrinya. Hanya saja yang membedakan pesantren lain dengan

Pengasuh

Dr. KH. Imam Ghazali Said. Ma

Dr. KH. Imam Ghazali Said. M.A

Tenaga pengajar Wakil

Drs. KH. A. Muhith Efendy

KH. Misbahul munir, M.Ag

KH. Ilhamullah Sumarkhan, M. Ag

Atiq Ramadhan, MA.

Mirwan Akhmad Taufiq, M.A,. M.Ed.

H. Abdul Wahab Naf’an, M.A

Syauqi Amin, SHI, M.Hi

Fatimah, MA Mimi Jamilah, S.Pd

Muqaddas S.Hum Nabilul Maram


(53)

Pesantren An-Nur ini dalam materi pengajiannya yaitu Pesantren An-Nur ini inten mengkaji tentang sejarah Yahudi dan Zionis dalam hal ini yang dipimpin langsung oleh pengasuh pesantren.

Bidang materi pengajian yang ada dalam Pesantren Mahasiswa An-Nur ini antara lain sebagai berikut:

a. Tabel

Bidang Materi pengajian PESMA An-Nur

NO Bidang Studi Kitab Pengajar

1 Tasawuf Nashi ihu

Ad-Diniyah

Atiq Ramadhan, MA

2 Sejarah Yahudi dan Zionis

As-Shahyuniyyati Khoirul

Yahudiyyati

Dr. KH. Imam Ghazali Said, MA

3 Fiqih Usulil Fiqih Mirwan Akhmad

Taufiq,MA,M.Ed

4 Ilmu Sosial Habbu Wa

Al-Thifati

KH.Ilhamullah Sumarkhan, M.Ag

5 Aqidah Mafa Himu

An-Tushohhah

KH. Misbahul Munir, M.Ag

6 Hadits Asbabu Al-Wurud Syauqi Amin,

SHI, M.Hi

7 Hadist Asbabu Al-Wurud H. Abdul Wahab

Naf’an, MA

8 Bahasa Arab Al-Arabiyati Linnasiin Juzz 4

Fatimah, MA

9 Bahasa Arab Al-Arabiyati Linnasiin Juzz 3

Mimi Jamilah, S.Pd

10 Bahasa Arab Al-Arabiyati Linnasiin Juzz 2

Muqaddas S.Hum 11 Bahasa Arab Al-Arabiyati

Linnasiin Juzz 1


(54)

( Sumber : Arsip Bidang Materi pengajian PESMA An-Nur) Dari table diatas dapat dilihat terdapat 8 bidang studi yang ada di Pesantren Mahasiswa An-Nur, dan dari masing-masing bidang studi terdapat jenis kitab di pelajari, dalam pengajian yang dilaksanakan sesuai jadwal, maka kitab yang dikaji pun sesuai dengan tingkatan santri-mahasiswa yang mengkaji.

Dari susunan tenaga pengajar diatas dapat diketahui jumlah guru pengajar di Pesantren Mahasiswa An-Nur terdiri dari 9 ustadz dan terdiri dari 2 ustadzah, disertai dengan pendidikan dan pelajaran yang dipegang oleh masing-masing guru.4

f. Metode Pengajaran di Pesantren Mahasiswa An-Nur

PESMA An-Nur dapat dikatakan sebagai pesantren modern dengan dilengkapi berbagai macam fasilitas modern yang tidak ada dalam pesantren tradisional, seperti halnya yang sudah dijelaskan diatas terkait fasilitas untuk menunjang kegiatan proses belajar santri-mahasiswa dalam sejarah berdirinya pesantren An-Nur. Materi pengajaran di PESMA An-Nur ini terdiri dari ilmu Fiqih, hadist Rasul, Tasawwuf dan pengajaran rutinitas dua bahasa yaitu Bahasa Arab dan Bahasa Inggris (dalam istilah PESMA An-Nur adalah intensif). Namun, dalam metode pengajaran dalam Pesantren An-Nur lebih memilih metode pengajaran klasik.

4


(55)

Metode pengajaran merupakan cara yang digunakan oleh guru atau ustadz dalam mengadakan hubungan dengan murid atau santri pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu, peranan metode mengajar ini sangat penting untuk mencapai proses mengajar dan belajar. Sedang metode pangajaran klasik adalah metode pembelajaran dimana santri atau murid hanya berfokus pada buku panduan dan seorang guru atau ustadz yang sifatnya satu arah, dalam artian santri atau murid hanya datang, duduk dan mendengarkan.5

Metode pengajaran kalsik yang diterapkan di Pesantren An-Nur merupakan metode yang dianggap lebih sesuai sebagai metode pengajarannya, hal ini tentunya disebabkan oleh materi pengajaran disampaikan merupakan materi yang bersumber dari kitab klasik yang sering disebut

sebagai kitab kuning. Semisal kitab yang berjudul” Nasho

ihu al-Diniyyah” yang dikarang oleh Alwi Abu Bakrin

Muhammad al-Qof dan di ajarkan oleh seorang ustadz

Muhammad Atiq Romdhan. Di dalam kitab tersebut membahas terkait Ilmu Tasawwuf berdalilkan Al-quran dan Hadist Rasul.

Pengajaran kitab kuning adalah salah satu elemen dasar dari tradisi pesantren. Dikalangan pesantren, kitab

5


(56)

kuning biasanya diajarkan dengan dua cara yaitu sorogan dan bandongan. Dalam cara sorogan, satu demi satu santri mengahadap kyai dengan membawa kitab, kyai membacakan dan santri mengulangi sampai mereka mampu membaca dam mampu memahami maknanya. Sedang cara bandogan semua santri bersama-sama menghadap kyai membaca kitab itu dengan makna dan penjelasan yang secukupnya, sementara para santri mencatat semua yang dibacakan kyai.

Berkenaan dengan metode, Al-Qur’an telah memberi petunjuk mengenai metode pendidikan secara umum yaitu dalam surat An-Nahl ayat 125 :

ٱۡ د

ۡ ع

ۡ

ۡى

َ

لِإ

ۡ

ِۡ يِبَس

ۡ

َۡكِ بَر

ِۡۡبٱ

ِۡ

ل

ۡ

ِۡةَ

َۡۡو

ٱۡ

ل

ۡ َ

ِۡة َظِع

ۡٱ

َۡ

ل

ۡ ِةَة َن

ۡ

ۡىَجَو

ۡ

لِد

ِۡۡبٱ

ۡ ِت

َ

ۡ

َۡ ِه

ۡ

ۡ ح

َ

أ

ۡ َن

ۡ

َۡنِإ

ۡ

َۡكَبَر

ۡ

َۡ ه

ۡ

ۡ ع

َ

أ

ۡ َۡ

َ ِب

ۡ

َۡ َض

َۡ

ع

ۡ

ِۡهِ يِبَس

ۦۡ

َۡ هَو

ۡ

ۡ ع

َ

أ

ۡ َۡ

ِۡبٱۡ

ل

ۡ

َۡ يِدَت

ۡ

٥

ۡ

ۡ

(

لحنلا

٥٢١

)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan

hikmah [845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui

orang-orang yang mendapat petunjuk”.8(QS. An-Nahl : 125)6

Dalam kaitan ini, lembaga pondok pesantren agar bisa eksis memiliki peluang untuk bisa mempertahankan tradisi Islam yang bersifat tradisional dan juga harus bisa

6


(57)

melaksanakan inovasi baru dalam sistem pendidikan pesantren. Sebagai mana prinsip pesantren yaitu “Tetap Memelihara Warisan Yang Baik Dan Mengambil Hal-hal Baru Yang Lebih Baik (al-muhafazdah ala al-Qadim

as-Shalihal-akhdzu bi al-jadid al-Ashla).”7

Selain masih mempertahankan metode-metode pegajaran klasik, Pesantren An-Nur ini tetap berusaha mengimbangi institusi pendidikan lainnya dengan tidak meninggalkan identitasnya yang prinsipil. Hal ini bahwa, walaupun dalam sistem pengajaran klasik, Pesantren An-Nur ini tetap tidak merubah statusnya sebagai Pesantren modern. Intinya Pesantren An-Nur ini mempertahankan tradisi dan tata nilai yang masih relevan hal ini seperti sistem pengajian yang klasik. Namun, dipihak lain secara selektif masih mampu beradaptasi dengan pola baru yang bisa menopang kelanggengan sistem pendidikan pesantren.8

Cara atau metode pengajaran dalam PESMA An-Nur yaitu melalui cara seorang kyai atau ustadz menterjemahkan kalimat demi kalimat kedalam bahasa Indonesia kemudian menerangkan maksudnya, Cara ini dapat disebut cara badongan. Tenaga pengajar (ustadz)

7

M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara 1995) hlm 260

8 A. Malik MTT.

Inovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren, (Jakarta; Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta, 2008). hlm 16


(58)

PESMA An-Nur cukup memadai dan didukung oleh banyaknya santri-mahasiswa yang tinggal di PESMA An-Nur, sehingga dalam sistem pengajaran di PESMA An-Nur santri-mahasiswa dibagi kelas sesuai dengan ilmu pengetahuan personal membaca kitab dan lama tinggal di PESMA An-Nur. Santri-mahasiswa yang sudah lama tinggal di pesantren (senior) akan diajarkan langsung oleh pengasuh pesantren, walaupun tidak semuanya. Sedang Santri-mahasiswa baru tidak akan ditempatkan langsung pada tingkatan tertinggi, hal ini tentunya disebabkan kemampuan personal santri-mahasiswa baru tersebut atau dapat dibilang masih proses adaptasi.

g. Sarana dan Prasarana

Pesantren Mahasiswa An-Nur memiliki sarana yang bisa dibilang cukup memadai diluar kepentingan pembelajaran. Adapun sarana Peesantren Mahasiswa An-Nur antara lain:

Untuk menunjang kegiatan proses belajar santri-mahasiswa, maka pesantren menyediakan fasilitas sebagai berikut:

b. Tabel Sarana dan Prasarana

No Jenis Jumlah Keadaan

1 Perpustakaan 4

Baik

2

Wifi/Wireless 1 Baik

3 Kantor Yapesma 1

Baik

4

Ruang Kantor Ospm

1 Baik

5

Ruang Aula/Kelas


(59)

6

Mushalla 1 Baik

7

Asrama Santri Putra/Putri

75 Baik

8

KamarMandi/ Wc Putri

10 Baik

9

Kamarmandi/ Wc Putra

9 Baik

10

Kamarmandi/ Wc Kantor

1 Baik

11 Lapangan Olahraga 3 Baik 12 Ruang Latihan Banjari

1 Baik

13

Koprasi 1 Baik

14

Tempat Wudlu Putra

1 Baik

15

Tempat Wudlu Putri

3 Baik

( Sumber: Arsip PESMA An-Nur)

Berdasarkan sarana yang disebutkan diatas dapat dilihat sebagai sarana yang tersedia di Peantren Mahasiswa An-Nur beserta jumlah yang tersedia dalam memenuhi kegiatan belajar santri-mahasiswa maupun untuk keperluan santri-mahasiswa yang lain.

Pada sarana atau fasilitas yang disebutkan diatas dapat dilihat bahwa terdapat 1 ruang perpustakaan yang di berada langsung di rumah pengasuh. Untuk ruang perpustakaan ini sengaja diletakkan di rumah pengasuh disebabkan kumpulan buku dan kitab yang tersedia di dalamnya merupakan koleksi bacaan pengasuh sampai pada


(1)

1 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan beberapa hal penting yang menyangkut peran pesantren dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di Pesantren An-Nur wonocolo Surabaya adalah sebagai berikut:

1. Peran Pesantren Mahasiswa Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Peran pesantren dalam menunjang prestasi akademik santri-mahasiswa di kampus ini diawali dengan matangnya tujuan pesantren dan prioritas. Dalam tahap tujuan umum pesantren, membentuk pribadi cendekiawan muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, berpola pikir, bersikap dan berwawasan keislaman yang luas, setiap santri-mahasiswa memiliki kebulatan niat dalam menentukan perkembangan pengetahuan semasa berstatus sebagai santri-mahasiswa.

Keputusan awal menjadi sosok santri-mahasiswa dengan intelektual yang tinggi akan menjadi sebuah pengharapan besar dalam kemungkinannya dimasa depan akan menjadi santri-mahasiswa yang berpredikat tinggi entah didunia pesantren dengan keilmuan islaminya ataupun didunia kampus dengan prestasi akademiknya yang membanggakan. Gagasan atau rencana yang tumbuh pada diri santri-mahasiswa ini akan menjadi representasi atau suatu bukti keberhasilan


(2)

2

dan berperannya pesantren pada masa depan santri-mahasiswa. Menunjang keberhasilan santri dalam menempuh studi diberbagai perguruan tinggi dan universitas di Surabaya, sesuai dengan Fakultas dan bidang keilmuan mereka masing-masing ini sudah menjadi target pesantren terhadap santri-mahasiswanya, dalam artian yakni Memadukan sistem studi islam di Pesantren An-Nur dengan model studi landasan kebebasan berfikir yang berkembang di Perguruan Tinggi. Memupuk potensi kebahasaan (Arab, Inggris, Indonesia) yang pernah diperoleh dari lembaga pendidikan sebelumnya, agar dapat aktif berdayaguna dan berhasil guna. Memupuk dan mengembangkan potensi rasa spiritualitas dengan latihan disiplin peribadatan.

Setelah santri mengikuti pendidikan di pesantren ini dalam semua bentuk dan sistem pendidikannya pada jangka waktu yang telah ditetapkan dengan baik, mereka akan memiliki pola pikir, sikap dan wawasan keislaman yang luas, serta memiliki kemampuan berbahasa dengan aktif dan baik. Usaha besar ini menentukan kualitas santri-mahasiswa dan dengan hasil tidak mugkin meleset.

2. Dukungan Peran Pesantren Dalam Menunjang Prestasi Akademik Santri-Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Setelah melalui proses pematangan niat dalam diri santri-mahasiswa maka selanjutkan adalah diteruskan oleh dukungan pesantren An-Nur sebagai cara untuk merumuskan langkah prioritas. Secara garis besar langkah dukungan pesantren dapat dipetakan dalam beberapa langkah sebagai berikut:


(3)

Pertama, kegiatan wajib santri seperti halnya intensif pagi dan intensif malam. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia khususnya dikalangan santri-mahasiswa, Pesantren Mahasiswa An-nur membuat dan mengelola kegiatan-kegiatan tersebut.

Kedua, Kegiatan Organisasi Pesantren An-Nur (OSPM). Kegiatan keorganisasian semacam ini juga membantu menambah pengalaman dalam melatih Seni Shalawat, Qasidah, Rebana, dan Banjari, mengadakan kajian rutin mingguan dan bulanan, menerbitkan mading, mengadakan wisata religi, mengadakan pelatihan-pelatihan, diklat Pers dan Jurnalistik.

Namun, hambatan dalam sebuah institusi sosisal atau lembaga agama ini pasti juga hadir beriringan dengan dukungan, akan tetapi hambatan itu terlalu kecil hampir tidak ada hambatan yang terjadi dalam proses kegiatan-kegiatan didalam pesantren, entah itu dalam kegiatan wajib santri ataupun kegiatan organisasi santri An-Nur. Hambatan kecil itu bisa digambarkan sebagai hambatan yang sifatnya tidak permanen dalam artian hambatan dalam pelaksanaannya masih terdapat toleransi waktu oleh pihak pesantren terhadap santri-mahasiswa yang tidak mengikuti kegitan wajib santri disebabkan karena masih memiliki kepentingan lain di luar pesantren.

B. SARAN

Setelah diskripsi hasil penelitian dilakukan, analisis data hingga yang terakhir saran. Saran ini diharapkan bisa dijadikan sebagai masukan bagi santri-mahasiswa yang memiliki kepentingan dalam penelitian ini:


(4)

4

1. Untuk santri-mahasiswa An-Nur

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata kepada santri-mahasiswa An-Nur sebagai sarana, kontribusi sekaligus evaluasi dalam membangun tingkat belajar yang tinggi, berwawasan luas, utamanya kepada santri-mahasiswa yang kurangnya memiliki kesemangatan dalam belajar disebabkan persoalan malas.

2. Pesantren mahasiswa An-Nur Wonocolo Surabaya agar semakin meningkatkan intensitas berupa dukungan keilmuan kepada santri-mahasiswa. mempertahankan kondisi kegiatan Yang Baik Dan Mengambil Hal-hal Baru Yang Lebih Baik.

3. Untuk UIN Sunan Ampel Surabaya terutama Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Sosiologi.

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah cakrawala teori mengenai penelitian peran pesantren yang terkait dengan fenomena sosial yakni peningkatan prestasi akademik.

b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi, referensi akademik tentang studi yang berkaitan dengan peran pesantren dan dapat memberi informasi serta masukan bagi peneliti selanjutnya.


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Achyat Ahmad. Moh. 1430 H. Mengapa Saya Harus Mondok Di Pesantren. Sidogiri: Pustaka Sidogiri Pondok Pesantren Sidogiri.

A’la. Abd. 2006. Pembaharuan Pesantren. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta.

Arifin. M. 1995. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto. Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 2006. Jakarta: PT. RENIKA CIPTA, Jakarta.

IAIN Butuh 14 Tahun Menjadi UIN. ARA AITA. Edisi 60 2013. Mei-Oktober 2013

Malik MTT. A. 2008. Inovasi Kurikulum Berbasis Lokal di Pondok Pesantren. Jakarta; Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta.

Merton. Robert K.1967. On theoretical sociology. New York: The Free Press. Merton. Robert K. 1949/1968. Sosial Theory And Sosial Structure. New York:

free press.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Polom, Margaret M. 1994. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafinda Persada.

Qomar, Mujamil, 2006. Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo. M. Dawam. 1985. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun Dari Bawah. Jakarta: LP3ES

Ritzer, George. 2007 Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berpradigma Ganda. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

---. 2012. Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Kalsik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Post Modern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Ritzer. George. Douglas J. Goodman. 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana Prenada Grup.

Sriharini. 2003. Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Yogykarta: Jurnal PMI Media Pemikiran Pengembangan Masyarakat,


(6)

82

Soekanto, Soerjono. 2001. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Yogya: PT. Tiara Wacana Yogya.

Sutinah, Bagong Suyatno. 2013. Metode Penelitian Sosial; Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenadamedia.

Wahid, Abdurrahman. 2001. Menggerakkan Tradisi Esai-Esai Pesantren. Yogyakarta: PT. LKis Pelangi Aksara Yogyakarta.

(http://doktorpaisal.wordpress.com/2009/12/18/biografi-robert-k-merton/)

https://akhlisnoorkholili.wordpress.com/2010/12/28/pembelajaran-klasik-dan-modern/