VALIDITAS PREDIKSI TES SPMB UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TERHADAP PRESTASI MAHASISWA PRODI PAI TAHUN 2015-2016.

(1)

SKRIPSI Oleh :

Diana Latifatun Nisfah NIM. D71212129

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Keyword :

SPMB qualification test is one of tests held to filter pre-college students of the university. SPMB qualification test is a test held by the internal institution of the college .UIN Sunan Ampel Surabaya also possesses SPMB qualification test consisting of 3 general materials: general knowledge, languages competence and religion material. The scores obtained by the pre-college students will be used as reference and consideration in determining acceptation and rejection of the pre-college students.

The researcher does not include all three materials on SPMB qualification test of UIN Sunan Ampel Surabaya, the researcher only focuses on religion material. To see the predictive validity of SPMB qualification test, the researcher correlates the scores of SPMB qualification test in religion material academic year 2015-2016 and average scores of religion lectures of Islamic Education (PAI) in the first semester academic year 2015-2016.

The result of pearson product moment correlation using SPSS version 16.0 shows that the correlation between scores of SPMB qualification test in religion material academic year 2015-2016 and average scores of religion lectures in the first semester academic year 2015-2016 is in the 0,554 which means that it is in a medium level according to Sugiono. From here, it can be concluded that students which gain bigger scores in SPMB qualification test in religion material of UIN Sunan Ampel Surabaya will have more chance to gain better academic achievement in religion lectures of Islamic Education (PAI) in the first semester.


(7)

Tes SPMB jalur mandiri sebagai salah satu ujian seleksi masuk perguruan tinggi di UIN Sunan Ampel Surabaya memiliki peranan penting dalam

menentukan “kelayakan” calon mahasiswa dan sebagai metode untuk mendapatkan calon mahasiswa yang sesuai dengan ekspektasi perguruan tinggi. Sehingga esensi dari fungsi tes SPMB jalur mandiri disini adalah sebagai media untuk memprediksi kemampuan calon mahasiswa agar supaya mereka bisa menempuh pendidikan di UIN Sunan Ampel Surabaya dengan prestasi akademik yang baik.

Peneliti tidak menggunakan ketiga unsur materi yang ada pada tes SPMB jalur mandiri UIN Sunan Ampel Surabaya, peneliti hanya memfokuskan pada materi keagamaan. Untuk melihat kualitas validitas prediksi tes SPMB jalur mandiri UIN Sunan Ampel Surabaya peneliti mengkorelasikan nilai ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan tahun ajaran 2015-2016 dengan nilai rata-rata dari mata kuliah keagamaan mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester pertama tahun ajaran 2015-2016.

Hasil korelasi pearson product moment dengan menggunakan SPSS versi 16.0 menunjukkan bahwa korelasi antara kedua variabel berada pada angka 0,554 yang artinya berada pada tingkatan sedang. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa mahasiswa yang mendapatkan nilai lebih besar pada tes SPMB jalur mandiri UIN Sunan Ampel Surabaya materi keagamaan akan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan prestasi akademik yang lebih baik pada mata kuliah keagamaan di semester pertama.


(8)

2015

-2016

.

:

SPMB

.

.

SPMB

.

SPMB

SPMB

2015

-2016

2015

-2016

.

SPSS 16.0

0,554

.

SPMB


(9)

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN ... vii

RIWAYAT HIDUP PENULIS... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xii

DAFTAR ISI... xv

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 8

F. Definisi Operasional ... 9

G. Sistematika Pembahasan ... 10


(10)

B. Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Jalur Mandiri... 21

C. Definisi Prestasi akademik/Prestasi Siswa... 23

D. Indeks Prestasi Sebagai Representasi Prestasi Akademik/Belajar... 27

E. Pengertian Evaluasi Pembelajaran ... 29

F. Tujuan Evaluasi Pembelajaran... 33

G. Fungsi Evaluasi Pembelajaran ... 35

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik ... 37

1. Pengalaman Pra-sekolah (Pre-Class Experience) Dan Latar Belakang Siswa ... 37

2. Tahap perguruan Tinggi... 43

I. Syarat Tes Yang Baik ... 44

J. Aspek-AspekYang Mempengaruhi Skor Pada Ujian... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 52

B. Identifikasi Variabel... 52

C. Subjek Penelitian... 54

D. Jenis data ... 54

E. Sumber data... 55

F. Metode pengumpulan data ... 56


(11)

2. Visi, Misi dan Tagline ... 66

3. Akreditasi ... 67

B. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian... 71

C. Penyajian dan Analisi Data ... 72

1. Data Nilai Ujian SPMB Jalur Mandiri UIN Sunan Ampel Surabaya Mata Pelajaran Agama Mahasiswa PAI Tahun Ajaran 2015-2016 ... 72

2. Nilai–Nilai Mata Kuliah Keagamaan Mahasiswa PAI Tahun Ajaran 2015-2016 di Semester Satu... 75

D. Analisis Data ... 80

E. Pembahasan ... 83

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 89

B. Saran... 91 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Foto terkait UIN Sunan Ampel Sruabaya LAMPIRAN 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas


(12)

LAMPIRAN 6. Kartu Konsultasi Skripsi

DAFTAR TABEL

TABEL 3.1 ... 58

TABEL 4.1... 68

TABEL 4.2... 73

TABEL 4.3... 76

TABEL 4.4... 79


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perguruan tinggi merupakan unsur pendidikan bagi siswa setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Memiliki pendidikan di perguruan tinggi merupakan hal penting bagi generasi muda karena perguruan tinggi adalah tempat di mana mereka dapat lebih mengeksplorasi pengetahuan yang mereka ingin kuasai, hal ini disebabkan karena perguruan tinggi memberikan intensitas dan ruang yang lebih dalam mengeksplorasi materi pembelajaran dan memberikan lebih banyak kesempatan untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Tetapi pastinya, pihak perguruan tinggi menginginkan siswa terbaik dari siswa-siswa yang diseleksi dalam tes masuk perguruan tinggi tersebut. Selain untuk memdapatkan kemudahan dalam meningkatkan kualitas intelektual mereka, proses belajar ini juga yang akan menentukan masa depan siswa karena kebanyakan orang akan mengambil pekerjaan sesuai dengan bidang studi yang mereka ambil di perguruan tinggi. Oleh karena itu, dapat dikatakan perguruan tinggi menjadi penentu masa depan siswa.

Untuk mendapatkan siswa terbaik, tentunya dengan cara memperhatikan kualitas tes seleksi masuk perguruan tinggi yang diselenggaran sehingga tes tersebut memberikan hasil yang selektif. Setidaknya ada empat alasan kenapa perguruan tinggi harus selektif


(14)

dalam menyeleksi siswa. Pertama, perguruan tinggi adalah tempat untuk mempersiapkan pemimpin di masa depan, dimana sebagai seorang pemimpin, perlu ada jaminan kualitas yang diperlukan, yang tidak semua calon mahasiswa memilikinya. Alasan kedua adalah kurangnya kesempatan untuk belajar di perguruan tinggi, terutama di negara-negara seperti Indonesia yang masih tumbuh dalam proses, sehingga perguruan tinggi harus memaksimalkan kesempatan kecil tersebut untuk diberikan kepada siswa yang paling berkualitas. Ketiga, dengan adanya sistem seleksi, kesempatan untuk mendapatkan siswa yang potensial sangat terbuka sehingga penyianyiaan potensi tidak terjadi. Yang keempat adalah fakta bahwa perguruan tinggi adalah pendidikan yang sangat mahal, sehingga harus digunakan secara efisien oleh siswa yang paling mungkin untuk berhasil dalam belajar.

Tes masuk perguruan tinggi bertujuan untuk merekrut dan menyaring calon mahasiswa yang memiliki kemampuan akademik untuk menyelesaikan pendidkan di perguruan tinggi sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan. Dengan demikian, fungsi test ini pada dasarnya adalah jenis prediksi, dan tes ini biasanya berhubungan dengan hasil akademik. Hal ini sejalan dengan pendapat Kerlinger yang mengatakan bahwa ada banyak orang yang menggunakan tes dengan tujuan prediksi untuk menyaring dan memilih calon potensial


(15)

yang dianggap bisa sukses di bidang pendidikan dan pekerjaan.1 Oleh karena itu, penting kiranya untuk mempertimbangkan efektivitas tes sebagai alat untuk memprediksi keberhasilan siswa setelah diterima belajar di perguruan tinggi. Hal ini berarti bahwa, mereka yang diterima karena berhasil memperoleh nilai tertinggi dalam tes masuk perguruan tinggi, maka kemudian mereka akan sanggup menunjukkan keberhasilan akademis yang memuaskan yang secara operasional sering dinyatakan dalam bentuk KHS. Dasar pertimbangan ini, kandidat atau calon mahasiswa yang paling mungkin berhasil, mereka harus diterima, karena mereka adalah manusia yang berbakat sehingga mereka memiliki hak lebih untuk mendapatkan kesempatan untuk menikmati pendidikan perguruan tinggi.

Untuk menyaring calon mahasiswa yang akan mengambil pendidikan di perguruan tinggi, ada banyak cara atau tes yang disediakan baik oleh pemerintah atau lembaga internal perguruan tinggi. Dari pemerintah, ada tes SBMPTN, PMDK, SPMB -PTAIN dan lain-lain. Sedangkan, dari lembaga internal perguruan tinggi mengadakan tes seleksi calon mahasiswa baru yang dikenal dengan istilah test SPMB. SPMB adalah tes yang dihandle, diatur dan dilaksanakan oleh pihak internal perguruan tinggi. Terkait dengan materi dalam tes tersebut secara umum terdiri dari 3 materi: bahasa

1

Kerlinger, Fred N,Foundation of Behavioral Research, (Fort Worth, TX : Harcourt College Publishers,2000), hal 24


(16)

yang meliputi bahasa inggris dan bahasa arab, agama dan pengetahuan umum.

Makna evaluasi sendiri adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.2 Menurut Joshua Aronson dalam bukunya yang berjudul Improving Academic Achievment: Impact Psychological Factors on Educationmenyatakan bahwa evaluasi atau tes merupakan salah satu kriteria untuk menilai baik tidaknya sebuah pendidikan.3Hal ini dikarenakan evaluasi atau tes merupakan element penting yang tak terpisahkan dari dunia pendidikan untuk mendapatkan informasi keberhasilan suatu sistem pembelajaran atau metode yang diterapkan dan yang lainnya tergantung pada tujuan diadakannya evaluasi tersebut. Ada banyak jenis evaluasi atau tes tergantung pada tujuan pembuatan tes itu sendiri. Seperti bertujuan mengevaluasi dari apa yang telah diajarkan dan bertujuan untuk mengetahui kualiatas siswa. Tes seleksi masuk perguruan tinggi adalah salah satu contoh dari tes yang bertujuan untuk mengetahui kualitas siswa yang mengikuti tes tersebut.

UIN Sunan Ampel Surabaya dalam menyeleksi calon mahasiwa untuk mendapatkan calon yang terbaik juga mengadakan tes SPMB. Sistem yang ada pada ujian SPMB di UIN Sunan Ampel Surabaya adalah dimana calon mahasiwa diberikan 3 pilihan program yang 2

Muhibbin Syah,Psikologi Belajar,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hal 195

3

Joshua Aronson,IMPROVING ACADEMIC ACHIEVEMENT,Impact Psychological Factors on Education, (New York: Academic Press, 2002), hal 64


(17)

mereka inginkan. Kemudian, dengan skor yang mereka dapatkan, pelaksana ujian SPMB akan memutuskan siapa yang diterima dan program mana yang cocok untuk mereka berdasarkan nilai yang didapatkan pada ujian SPMB.

Dari penjelasan di atas, jelas bahwa hasil tes masuk perguruan tinggi memberikan efek signifikan terhadap mahasiswa, karena dengan nilai yang mereka dapatkan, mereka diprediksi akan berprestasi dalam bidang akademiknya dan mereka dianggap lebih baik dari calon mahasiswa yang tidak diterima. Oleh karena itu, tes seleksi masuk kampus harus diberikan perhatian khusus supaya memberikan hasil yang benar-benar sesuai dengan harapan dari perguruan tinggi. Keakuratan dalam menciptakan tes ini harus disusun berdasarkan konsep tes yang baik. Dimana, dalam kasus ini, ada banyak aspek yang harus diperhatikan yang semuanya terkandung menjadi satu dalam konsep validitas, reliabilitas, kepraktisan dan konsep uji keaslian.4

Berdasarkan keterangan diatas, kajian ini berfokus pada konsep validitas prediktif. Sehingga penting untuk mengetahui validitas prediktif tes masuk kampus terhadap prestasi mahasiswa. Dalam artian, jika mahasiswa mendapat skor tinggi di tes masuk kampus, mereka juga akan mencapai skor tinggi dalam prestasi akademik mereka. Meskipun, tidak dipungkiri bahwa ada banyak aspek yang mempengaruhi prestasi akademis mahasiswa, terlepas dari itu semua,

4

H Douglas Brown,LANGUAGE ASSESSMENT, Principles And Classroom Practices,(London: Pearson Longman, 2003), hal 75


(18)

tanpa mengesampingkan aspek-aspek tersebut, prestasi akademik dalam kajian ini adalah sebagai variabel terikat yang akan menjadi bahan acuan dalam menentukan kualitas validitas prediktis suatu tes masuk kampus.

Penelitian ini difokuskan pada tes masuk kampus yang diselenggarakan oleh pihak internal perguruan tinggi atau tes SPMB. Penelitian ini dilaksanakan di UIN Sunan Ampel Surabaya dan sebagai objek variabel terikatnya adalah prestasi akademik mahasiswa pada prodi Pendidikan Agama Islam (PAI). Sebagai mana yang dijelaskan diatas bahwa prestasi akademik pada tingkat perguruan tinggi digambarkan dengan nilai KHS pada setiap semester. Sehingga nantinya, nilai pada ujian SPMB tahun ajaran 2015-2016 pada materi Agama akan dikorelasikan dengan nilai Indek Prestasi Semester (IPS) pada KHS mahasiswa jurusan PAI pada semester 1 yang masuk melalui jalur ujian SPMB.


(19)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana prestasi akademik mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester 1 yang masuk melalui jalur ujian SPMB pada tahun ajaran 2015-2016?

2. Apakah ada korelasi antara nilai ujian SPMB pada materi pendidikan agama islam tahun ajaran 2015-2016 dan nilai Indek Prestasi Semester (IPS) mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester 1?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prestasi akademik mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester 1 yang masuk melalui jalur ujian SPMB pada tahun ajaran 2015-2016.

2. Untuk mengetahui korelasi antara nilai ujian SPMB pada materi agama islam tahun ajaran 2015-2016 dan nilai Indek Prestasi Semester (IPS) mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester 1.


(20)

D. Kegunaan Penelitian

Melihat pada tujuan penelitian ini, kegunaan dari penelitian ini ditujukan pada institusi internal dari UIN Sunan Ampel Surabaya yang bertanggung jawab mengurusi pembuatan ujian masuk kampus. Terlepas dari bagaimana hasil penelitian ini, mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan sehingga bisa dijadikan bahan evaluasi dan bisa membantu meningkatkan kualitas validitas prediktif ujian masuk kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

E. Ruang Lingkup Dan Keterbatasan Penelitian

Pada latar belakang dan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, penulis akan memberikan penjelasan tentang ruang lingkup dan keterbatasan yang ada pada penelitian ini sehingga penelitian ini menjadi penelitian yang terfokus dan objektif. Adapun ruang lingkup dan keterbatasan penelitian ini sebagaimana berikut:

1. Penelitian ini diselenggaran di UIN Sunan Ampel Surabaya. 2. Variabel bebas pada penelitian ini adalah nilai ujian masuk

kampus yang diselenggaran langsung oleh pihak kampus atau yang disebut dengan ujian SPMB jalur mandiri yang diselenggarakan pada tahun ajaran 2015-2016 pada materi keagamaan. Sedangkan nilai SPMB jalur mandiri materi keagamaan yang digunakan dalam penelitian ini terbatas hanya pada nilai calon mahasiswa yang lolos dan diterima di prodi


(21)

Pendidikan Agama Islam, sehingga tidak semua nilai SPMB jalur mandiri materi keagamaan yang dijadikan bahan penelitian oleh peneliti.

3. Variabel terikat pada penelitian ini terfokus pada nilai Indek Prestasi Semester (IPS) mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) yang lolos masuk kampus melalui jalur ujian SPMB tahun ajaran 2015-2016.

F. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan pada sifat-sifat sesuatu yang didefinisikan, yang dapat diamati atau diobservasi. Konsep ini sangat penting, karena hal yang diamati membuat kemungkinan bagi orang lain untuk melakukan penelitian terhadap hal yang serupa, sehingga apa yang dilakukan penulis terbuka untuk diuji kembali oleh peneliti yang lain.5

1. Validitas prediktif yaitu sejauh mana instrumen asesmen memprediksi performa masa depan di bidang tertentu.6

2. Ujian SPMB adalah sebuah ujian seleksi masuk kampus yang diselenggarakan langsung oleh institusi internal pihak kampus. 3. Indek Prestasi Semester (IPS) adalah suatu bentuk nilai rata-rata

yang didapatkan oleh mahasiswa pada setiap semester.

4. Prestasi akademik/siswa adalah sejauh mana siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran.7

5

Suryadi Subrata,Metodologi Penelitian I, (Jakarta: Raja Grafindo. 1988), hal 76

6


(22)

G. Sistematika Pembahasan

Adapun sistematika pembahasan skripsi yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian manfaat penelitian, definisi operasional, ruang lingkup dan keterbatasan penelitian dan analisis variabel.

BAB II LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, penulis menguraikan tentang uraian teoritis terkait dengan validitas prediksi dalam ujian masuk kampus atau ujian SPMB terhadap prestasi siswa. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan beberapa macam validitas, hal-hal yang mempengaruhi prestasi siswa dan hal-hal yang mempengaruhi nilai pada ujian masuk kampus atau SPMB.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, instrumen, teknis pengumpulan data

7

Arthur Hughes,Testing for Language Teachers,Second Edition(united kingdom: Cambridge university press, 1989) hal 32


(23)

dan pembahsan terpenting dalam sebuah penelitian yakni teknik analisis data.

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi data yaitu transkip nilai ujian SPMB tahun ajaran 2015-2016 khusus materi Agama Islam bagi mahasiswa Pendidikan Agama Islam (PAI) dan nilai Indek Prestasi Semester (IPS) mahasiswa PAI yang lulus ujian masuk kampus melalui jalur ujian SPMB. Dan yang pasti dalam bab ini akan dipaparkan bagaimana cara mengelola data dan menganalisa data sehingga nantinya menghasilkan uraian tentang jawaban dari rumusan masalah pada penelitian ini.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini penulis akan menyimpulkan dari setiap inti pembahasan dalam penelitian ini. Dan juga penulis akan memaparkan saran-saran yang ditujukan pada beberapa pihak yang bersangkutan dengan pembahasan penelitian ini.


(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan tentang landasan teori yang digunakan peneliti dalam menyusun pada penelitian ini. Bab ini terdiri dari beberapa pembahasan antara lain validitas, macam-macam validitas, ujian SPMB jalur mandiri, definisi prestasi akademik/siswa, factor-faktor yang mempengaruhi prestasi akademik/siswa dan factor-faktor yang mempengaruhi nilai dalam tes.

A. Validitas

1. Pengertian Validitas

Menurut Kusaeri, valididtas merujuk pada ketepatan (appropriateness), kebermaknaan (meaningfull), dan kemanfaatan (usefulness) dari sebuah kesimpulan yang didapatkan dari interpretasi skor tes.1Validitas mengarah kepada ketepatan interpretasi hasil penggunan suatu prosedur evaluasi sesuai dengan tujuan pengukurannya. Validitas merupakan suatu keadaan apabila suatu instrument evaluasi dapat mengukur apa yang sebenarnya harus diukur secara tepat. Seperti contoh, suatu alat ukur hasil belajar matematika dikatakan valid apabila alat ukur tersebut benar-benar mengukur hasil belajar matematika.Validitas alat ukur tidak semata-mata berkaitan dengan kedudukan alat ukur sebagai alat, tetapi terutama pada kesesuaian hasilnya, artinya sesuai dengan tujuan diselenggarakan dan dibuatnya alat ukur tersebut.

1

Kusaeri dan Supranato, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 75


(25)

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa validitas memiliki beberapa karakteristik yang melekat pada intisari validitas itu sendiri.Yang pertama, validitas merujuk pada ketepatan interpretasi terhadap hasil suatu tes yang diberikan kepada peserta tes, bukan merujuk pada tes itu sendiri.Sering kali kata validitas disandarkan pada tes, sehingga muncul istilah validitas tes.Tetapi, sebenarnya yang diinginkan dari validitas tes bukan terletak pada tes melainkan validitas interpretasi atau kesimpulan yang didapatkan dari hasil/skor tes.Ke dua, validitas berkaitan dengan pengkatagorian derajat (degree) tertentu seperti halnya validitasnya tinggi, sedang dan rendah.Yang ke tiga adalah validitas hanya berkaitan dengan kondisi khusus.Artinya, suatu tes bisa dikatakan sebagai tes yang memiliki derajat kevalidan yang tinggi hanya pada satu materi atau kondisi khusus. Tidak bisa kemudian dikatakan bahwa validitas tes ini tinggi dan bisa dijadikan tes untuk kondisi atau materi yang lain. Hal ini dikarenakan setiap poin dalam biji soal sangat berkaitan dengan materi yang akan diujikan.

Sisi lain dari pengertian validitas adalah aspek kecermatan pengukuran. Suatu alat ukur yang valid tidak hanya mampu menghasilkan data yang tepat akan tetapi juga harus memberikan gambaran yang cermat mengenai data tersebut.Cermat berarti bahwa pengukuran itu dapat memberikan gambaran mengenai perbedaan partikel sekecil-kecilnya di antara subjek yang satu dengan yang lain. Hal ini senada dengan pendapat brown yang mengatakan bahwa inti dari validitas adalah


(26)

preciseness (ketepatan) dan accuracy (kecermatan).2Sebagai contoh, dalam bidang pengukuran aspek fisik, bila kita hendak mengetahui berat sebuah cincin emas maka kita harus menggunakan alat penimbang berat emas agar hasil penimbangannnya valid, yaitu tepat dan cermat. Sebuah alat penimbang badan memang mengukur berat, akan tetapi tidaklah cukup cermat guna menimbang berat cincin emas karena perbedaan berat yang sangat kecil pada berat emas itu tidak akan terlihat pada alat ukur berat badan.

Demikian pula kita ingin mengetahui waktu tempuh yang diperlukan dalam perjalanan dari satu kota ke kota lainnya, maka sebuah jam tangan biasa adalah cukup cermat dan karenanya akan menghasikan pengukuran waktu yang valid. Akan tetapi, jam tangan yang sama tentu tidak dapat memberikan hasil ukur yang valid mengenai waktu yang diperlukan seorang atlit pelari cepat dalam menempuh jarak 100 meter dikarenakan dalam hal itu diperlukan alat ukur yang dapat memberikan perbedaan satuan waktu terkecil sampai kepada pecahan detik yaitustopwatch.

Menggunakan alat ukur yang dimaksudkan untuk mengukur suatu aspek tertentu akan tetapi tidak dapat memberikan hasil ukur yang cermat dan teliti akan menimbulkan kesalahan atau eror. Alat ukur yang valid akan memiliki tingkat kesalahan atau eror yang kecil sehingga angka yang

2

H Douglas Brown, LANGUAGE ASSESSMENT, Principles And Classroom Practices,(London: Pearson Longman, 2003), hal 67


(27)

dihasilkannya dapat dipercaya sebagai angka yang sebenarnya atau angka yang mendekati keadaan sebenarnya.

2. Macam–Macam Validitas a. Validitas Isi (Content Validity)

Validitas isi merupakan sebuah konsep pembuatan tes yang menekankan pada aspek sejauh mana tes yang dibuat bisa menjadi representatif dari materi-materi yang diajarkan.3 Atau dalam kata lain, validitas isi mengukur derajat kemampuan tes dalam mengukur cakupan substansi elemen yang ingin diukur.Validitas isi dari suatu tes hasil belajar dapat diperoleh setelah dilakukan penganalisaan, penelususuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil belajar tersebut. Teknik yang digunakan dalam menentukan validitas isi ini adalah teknik sampling, mengambil bagian atau elemen yang bisa menjadi delegasi dari setiap objek yang akan diukur. Melihat dari fungsi tes itu sendiri, yang mana dijadikan alat ukur semua objek atau materi yang telah diajarkan kepada objek tes yang dalam hal ini adalah murid.Hamper mendekati kemustahilan untuk membuat sebuah tes yang didalamnya mengukur semua elemen atau materi secara menyeluruh dan mendalam. Hal ini dikarenakan banyaknya materi yang diajarkan pada objek tes.Maka dari itu, perlu adanya sebuah sampling yang bisa dijadikan patokan dan ukuran apakah objek tes telah memahami semua materi ajar atau tidak.

3


(28)

Sebagai contoh, sebuah tes di rancang untuk mengukur kemampuan bermain bola basket dalam mata pelajaran Penjaskes misalnya, tentunya hal yang di ukur haruslah antara lain berkaitan dengan kemampuan berlari, membawa bola, menembak bola, dan mendreble bola. Tidak mungkin kemudian dalam mengukur kemampuan bermain basket disini mengukur tentang elemen yang selain teknik dalam bermain basket seperti kemampuan membaca, kemampuan menendang bola dan lain sebagainya.

b. Validitas Konstruk (Construct Validity)

Menurut Anas, Validitas konstruk dapat diartikan sebagai validitas yang bertilik dari segi susunan, kerangka, atau rekaan.4 Sedangkan menurut Kusaeri dan Supranato konstruk (construct) adalah sesuatu yang berkaitan dengan fenomena dan objek yang abstrak, tetapi gejalanya dapat di amati dan dapat di ukur.5 Gravitasi, massa, kemampuan matematika, kemampuan bahasa inggris, kebahagiaan, dan kesedihan antara lain termasuk konstruk. Gravitasi misalnya dapat dijadikan sebagai contoh bagaimana memahami konstruk. Ketika buah apel jatuh ke tanah, konstruk tentang gravitasi dapat di gunakan untuk menjelaskan dan memperkirakan perilaku (jatuhnya buah apel misalnya) yang di amati. Namun demikian, kita tidak dapat melihat yang di maksud dengan konstruk gravitasi itu sendiri.Hal yang dapat

4

Sudijono Anas,Pengantar Evaluasi Pendidkan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal 166

5

Kusaeri dan Supranato, Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), hal 81


(29)

kita lihat hanyalah apel itu jatuh.Kita dapat mengukur gravitasi dan mengembangkan teori tentang gravitasi.

Validitas konstruk mengandung arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila cocok atau sesuai dengan konstruksi teoritik dimana tes itu di buat. Dengan kata lain sebuah tes di katakan memiliki validitas konstruksi apabila soal-soalnya mengukur setiap aspek berfikir seperti yang di uaraikan dalam standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang terdapat dalam kurikulum. Soal yang dapat di kembangkan dari kisi-kisi tentang wudhu’ haruslah berupa soal yang sesuai dengan kemampuan melakukan wudhu’ dengan baik dan benar, pemahaman tentang apa saja yang membatalkan wudhu’ dan syarat sahnya wudhu’.

c. Validitas Kriteria (Criterion-Related Validity)

Validitas berdasarkan kriteria atau criterion-related validity merupakan sebuah ukuran validitas yang ditentukan dengan cara membandingkan skor-skor tes dengan kinerja tertentu pada sebuah ukuran luar atau yang lain.6Ukuran luar ini pastinya harus memiliki hubungan secara teoritis dengan variabel yang di ukur oleh tes itu.Misalnya, tes intelijensi yang mngkin berkorelasi dengan rata-rata nilai akademis. Secara teoritis, antara intelijensi dan rata-rata nilai akademis memiliki focus yang sama. Ketika intelijensi seseorang tinggi

6

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, ( Bandung : RemajaRosdakarya, 1999), hal 15


(30)

maka yang terjadi adalah dia akan mendapatkan nilai akademis yang bagus.

Validitas terkait criteria disini dimaksudkan ketika tes digunakan sebagai alat prediksi kemampuan anak di masa mendatang atau mengestimasi kemampuan anak saat ini dengan membandingkan pada hasil dari pengukuran alat ukur yang lain (disebut kriteria). Dari pengertian ini maka pengukuran kemampuan kedua (yang disebut kriteria) mungkin diperolah di masa yang akan datang (ketika kita tertarik memprediksi kemampuan di masa yang akan datang), bisa juga kita menggunakann data dari hasil tes lain yang dilakukan secara hamper bersamaan (bila kita tertarik mengestimasi kemampuan saat ini). Dari paparan ini, dilihat dari segi waktu criteria, validitas terkait criteria dibagi menjadi dua bagian: concurrent validity dan predictive validity.7

Concurrent validitymisalnya dapat dilakukan pada pengukuran tingkat intelijensia dan secara bersamaan dilakukan pengukuran atau tes mengenai prestasi akademis pada kelompok subjek. Sedangkan, predictive validity dapat dilakukan dengan mengukur tingkat intelijensia pada waktu masuk perguruan tinggi dan kemudian akan dihubungkan dengan pretasi akademis mahasiswa tersebut di masa depan. Dengan demikian, validitas concurrent berfungsi untuk mengukur kesesuaian antara hasil ukur istrumen dengan hasil ukur lain

7

Sudijono Anas,Pengantar Evaluasi Pendidkan. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hal 166


(31)

yang relevan yang sudah teruji, sedangkan predictive validity memiliki fungsi prediksi dengan skor yang relevan di masa depan.

Validitas prediktif lebih cocok digunakan untuk seleksi atau klasifikasi personel, seperti seleksi / rekrutment pegawai baru, penempatan kerja, memprediksi prestasi akademik berdasarkan tes potensi akademik, dan lain sebagainya. Sementara validitas konkuren tidak ditujukan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan. Ketika berbagai alat test yang digunakan untuk menentukan seberapa cocok seseorang kandidat pada posisi tertentu, maka hasil test ini haruslah divalidasi di masa depan dengan memeriksa kinerja pegawai tersebut.

Sebagai contoh, ketika kandidat A terpilih sebagai tenaga penjual berdasarkan kecocokan hasil test dengan syarat yang ditentukan oleh perusahaan, maka untuk mengukur validitas alat test tersebut adalah dengan mencocokkan skor test di awal dengan kondisi riil di masa depan. Jika, skor test di awal memiliki korelasi yang tinggi dengan kinerja di masa depan, maka dapat dipastikan bahwa alat test tersebut adalah valid. Sebaliknya, jika hasil test di awal ternyata tidak berkorelasi dengan kinerja riil di masa depan, maka dapat dipastikan alat ukur yang dipergunakan kurang valid untuk memprediksi kinerja di masa depan. Oleh karenanya, perlu dipertimbangkan untuk menggunakan alat ukur atau metode yang lain sebagai pembanding.


(32)

Contoh dari concurrent validity,Misalkan kita melakukan survei karyawan di sebuah perusahaan dan meminta mereka untuk melaporkan tingkat absensi mereka.Data yang diperoleh ini kemudian dapat kita validasi menggunakan data absensi yang ada diperusahaan.Oleh karenanya, kita dapat menilai validitas survei (tingkat absensidilaporkan oleh karyawan) dengan menghubungkan kedua kriteria ini.Semakin rendah hubungan antara skor penilaian karyawan dengan kondisi sebenarnya yang tercatat di perusahaan, maka semakin rendah pula tingkat validitas item tersebut.Contoh lain dari predictive validity misalnya, tes potensi akademik dilakukan pada awal masuk perguruan tinggi, dan selanjutnya 2 (dua) tahun kemudian digunakan untuk memprediksi prestasi akademik melalui indeks prestasi kumulatif (IPK), maka contoh di atas juga secara teknis dapat dilakukan untuk pengujian predictive validity. Dimana, korelasi antara skor TPA pada saat masuk perguruan tinggi diharapkan akan berfungsi sebagai prediksi prestasi akademik mahasiswa.

Contoh dari prediktif validity yang terakhir merupakan contoh yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis atau juga bisa dikatakan focus teori yang dijadikan acuan oleh penulis dalam meneliti tentang validitas prediksi Ujian SPMB Jalur Mandiri terhadap prestasi akademik/siswa prodi PAI di UIN Sunan Ampel Surabaya.


(33)

d. Validitas Muka (Face Validity)

Validitas Muka (Face Validity). Validitas muka adalah tipe validitas yang paling rendah signifikasinya karena hanya didasarkan pada penilaian selintas mengenai isi alat ukur. Apabila isi alat ukur telah tampak sesuai dengan apa yang ingin diukur maka dapat dikatakan validitas muka telah terpenuhi.8

Banyak alat ukur yang dipakai terbatas hanya mengandalkan validitas muka atas dasar kepraktisan dalam membuat tes itu sendiri, sekedar hanya Nampak bahwa tes yang dibuat sudah mencangkup materi yang akan diujikan tanpa memperhatikan apakah isi tes tersebut sudah representatif terhadap keseluruhan materi atau tidak. Validitas muka bisa dikatakan juga sebagai validitas rendah dari validitas isi (Content Validity).

Tetapi dalam mengukur kepribadian, sikap ataupun nilai prikoligis lainnya secara umum tidak dapat menggantungkan kualitasnya hanya pada validitas muka.Pada alat ukur psikologis yang fungsi pengukurannya memiliki sifat menentukan, seperti alat ukur untuk seleksi karyawan atau alat ukur pengungkap kepribadian, dituntut untuk dapat membuktikan validitas yang kuat.

B. Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) Jalur Mandiri Pada penyeleksian calon mahasiwa di Indonesia, khususnya perguruan tinggi negeri, terdapat beberapa macam jalur tes yang diadakan

8

Suharsimi Arikunto, dasar-dasar evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi aksara, 1991), hal 66


(34)

oleh pihak pemerintah maupun internal institusi perguruan tinggi itu sendiri. System seleksi yang diadakan oleh pihak pemerintah dikenal dengan nama Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Sedangkan system seleksi yang diadakan oleh pihak internal perguruan tinggi dinamakan Ujian Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) jalur mandiri.9

Sejarah munculnya penyelenggaraan seleksi yang dijelaskan diatas tak lepas dari buntut kekisruhan yang terjadi pada tahun 2008, dijelaskan di Wikipedia bahwasannya pada tahun 2008 41 rektor dari 56 PTN se-Indoneisa memboikot penyelenggaraan SPMB yang diselenggarakan oleh perhimpunan SPMB Nusantara. Adanya perbedaan tafsiran terhadap sistem administrasi pengelolaan keuangan yang seharusnya disetorkan kepada kas negara menjadi sumber polemik penolakan pelaksanaan SPMB 2008.Menurut mereka uang pendaftaran SPMB seharusnya dimasukan ke kas negara sebagai PNBP.Agar tidak terjadi polemik yang berkepanjangan, Dirjen Dikti memanggil seluruh rektor PTN Indonesia.Kemudian, dikeluarkannya Permendiknas No 6 Tahun 2008 sebagai solusi dalam menjawab permasalahan tersebut.

Terbitnya Permendiknas No. 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Penerimaan Calon Mahasiswa Baru pada Perguruan Tinggi Negeri mengakibatkan perubahan sistem penerimaan mahasiswa baru pada

9

http://www.erlangga.co.id/pendidikan/179-example-pages-and-menu-links.html diambil pada 11 april 2016


(35)

jenjang S1 pada perguruan tinggi negeri yang cukup mendasar. Dengan peraturan ini, pelaksanaan penerimaan mahasiswa baru secara terpusat dilaksanakan di bawah koordinasi Direktur Jendral Perguruan Tinggi (berdasarkan pasal 2, ayat 2). Hal inilah yang mengakibatkan perubahan SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) yang dilaksanakan terpusat, namun secara otonom, menjadi SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang dilaksanakan secara terpusat di bawah Direktur Jendral Perguruan Tinggi.

Sesuai dengan UU No. 12 Tahun 2012 dan Permendiknas No. 34 Tahun 2010 serta hasil pertemuan Majelis Rektor PTN Indonesia dan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud menetapkan bahwa pada tahun 2013, SNMPTN hanya berdasarkan seleksi akademik menggunakan nilai rapor dan prestasi-prestasi lainnya, yang berarti menghapus jalur ujian tertulis. Adapun pada tahun 2013, SNMPTN diikuti oleh seluruh siswa pendidikan menengah yang sedang mengikuti ujian nasional pada tahun tersebut.10

C. Definisi Prestasi akademik/Prestasi Siswa

Prestasi selalu dikaitkan dengan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan tujuan kelas. Prestasi belajar tidak akan terlepas dari belajar, karena belajar adalah suatu proses, sedangkan prestasi belajar adalah output dari proses pembelajaran. Dalam kata lain, prestasi belajar adalah pengukuran untuk mengetahui seberapa baik proses ini. Pada saat

10


(36)

yang sama, ada beberapa definisi dari prestasi belajar, misalnya, thoha menyatakan bahwa prestasi belajar adalah pernyataan untuk keberhasilan belajar atau kemampuan siswa dalam kegiatan belajar sesuai dengan yang dicapai.11 Di sisi lain, Kuh et al berasumsi bahwa prestasi belajar adalah realisasi dari kemampuan potensial atau kapasitas seseorang. Indikator hasil belajar dapat dilihat dari perilaku, perilaku yang baik dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan cara berpikir.12

Di sekolah, prestasi belajar dapat dilihat dari penguasaan materi pembelajaran dan tujuan kelas. Untuk tujuan ini, prestasi memiliki peran penting dalam mengevaluasi sejauh manasiswa memahami materi. Alat untuk mengukur prestasi atau hasil belajar disebut achievement test yang dikembangkan oleh guru atau dosen yang mengajar mata pelajaran yang bersangkutan.

Selanjutnya, Tarenzini mendefinisikan prestasi belajar melibatkan penguasaan kognitif, afektif dan psikomotorik.13Aspek-aspek tersebut saling terhubung satu sama lain yang dapat membuat standar tentang bagaimana siswa dapat memperoleh predikat "baik" jika mereka dapat melaksanakan semua atau beberapa aspek dari standar prestasi belajar.

11

Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali, 1991), hal 43

12

George D.Kuh at al,What Matters to Student Success: sebuah tinjauan sastra,laporan pada simposium nasional: Spearheading A Dialog On Student Success, di Universitas Indiana Bloomington pada bulan juli 2006

13

Pascarella,Tarenzini,”How College Affects Student: A Third Decade Research”,(USA: PB Printing, 2005)


(37)

Jika tidak, mereka tidak akan sepenuhnya mendapatkan tujuan pembelajaran yang secara otomatis keluar dari kriteria prestasi yang baik.

Prestasi belajar siswa sering disajikan dalam bentuk simbol, dalam bentuk angka, huruf atau kata-kata yang mendiskripsikan hasil yang telah dicapai oleh masing-masing siswa dalam suatu periode tertentu. Hasil pengukuran siswa meliputi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan) dapat ditentukan setelah evaluasi yang disebut achievement test. Di tingkat perguruan tinggi, prestasi belajar dilambangkan dengan angka atau huruf, seperti dalam pendidikan pascasarjana yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata (IPK) dengan skala 4. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat kemampuan bahwa siswa harus berurusan dengan informasi yang diperoleh dalam proses pembelajaran termasuk kognitif, afektif dan psikomotorik.

Sebaliknya, Pascarella berpendapat bahwa keberhasilan belajar achievement test tidak akan selalu menjamin kesuksesan siswa dalam belajar.14Hal ini karena ada beberapa faktor yang berpengaruh dan masuk dalam proses pembelajaran. Namun tes ini hampir hanya aspek kognitif yang dievaluasi. Sementara itu, menurut Kuh et al, ada dua macam hasil prestasi belajar, yaitu: (a) prestasi akademik yang ditunjukkan oleh nilai

14

Pascarella,Tarenzini,”How College Affects Student: A Third Decade Research”,(USA: PB Printing, 2005)


(38)

(IPK) di sekolah dan (b) manfaat ekonomi dan kualitas hidup setelah lulus kuliah.

Meskipun ada keterbatasan dalam penggunaannya, Pascarella dan Terenzini dan Kuh et al menyimpulkan bahwa prestasi akademik masih indikator terbaik untuk kegigihan siswa, tingkat kelulusan dan indikator atau acuan pada pendaftaran sekolah di tingkat berikutnya. Sebuah prestasi akademik pada tahun pertama sangat penting untuk menunjukkan tingkat keberhasilan dan kelulusan akademik di tingkat selanjutnya, karena prestasi akademik yang baik dapat mengurangi kemungkinan siswa putus kuliah dan meningkatkan kemungkinan lebih cepat atau setidaknya lulus pada waktu yang ditentukan. Selain itu, manfaat dari prestasi akademik juga memiliki efek positif pada probabilitas mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan ilmu yang digelutinya setelah ia lulus dari perguruan tinggi. Meskipun masih tidak ada cukup bukti bahwa prestasi akademik mempengaruhi kepuasan kerja dan mobilitas pekerjaan.

Sebagai contoh sebuah fakta, William dan Swail menemukan bahwa orang yang lulus kuliah ternyata memiliki kehidupan yang lebih baik dan karir dari pada orang yang tidak mendapatkan gelar.15 Selanjutnya, orang yang lulus kuliah juga akan memiliki keterampilan dan pengalaman yang lebih baik dari pada orang yang tidak melanjutkan pendidikan mereka. akhirnya, orang yang lulus kuliah akan memiliki etos

15

George D.Kuh at al,What Matters to Student Success: sebuah tinjauan sastra,laporan pada simposium nasional: Spearheading A Dialog On Student Success, di Universitas Indiana Bloomington pada bulan juli 2006


(39)

kerja yang lebih baik ketika berurusan dengan tuntutan pekerjaan. Untuk membuktikan kelulusan di perguruan tinggi, prestasi akademik diperlukan untuk memastikan bahwa dia disetujui oleh universitas. Selain itu, melalui prestasi akademik pencari pekerja akan mengetahui kualifikasi dan kemampuan orang yang mencari kerja dengan menunjukkan prestasi akademik atau nilai yang mereka punya. Singkatnya, prestasi akademik adalah cara yang paling valid dalam mengukur kualitas pelajar.

D. Indeks Prestasi Sebagai Representasi Prestasi Akademik/Belajar Prestasi akademik atau prestasi belajar memiliki beberapa wujud dalam operasionalnya, bisa berupa nilai raport, indeks prestasi, angka kelulusan, prediksi dan sebagainya.16Perguruan tinggi mayoritas menggunakan indeks prestasi yang dilambangkan dengan angka 0 sampai dengan 4 sebagai indikator prestasi akademik mahasiswa.

Penilaian hasil belajar dinyatakan dalam suatu pendapat yang perumusannya bermacam-macam. Ada yang digolongkan dengan melambangkan huruf (A, B, C, D, dan E) dan ada pula yang dilambangkan dalam bentuk angka atau skala sampai sebelas tingkat yaiutu mulai 0 sampai 10, dan pula ada yang memakai penilaian dari 0 sam pai dengan angka 100.17

UIN Sunan Ampel Surabaya dalam menilai prestasi akademik mahasiswanya menggunakan indikator huruf (A, B, C, D dan E), nilai

16

Syaifuddin Azwar,Reliabilitas dan Validitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997), hal 105

17


(40)

(41)

E. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu.18Evaluasi berarti penentuan sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajarmengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Sebenarnya yang dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap perangkat komponen yang sama-sama membentuk proses belajar mengajar.19

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukandalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentukakuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yangberkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan programpendidikan.

Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan,memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untukmembuat alternatif-alternatif keputusan. Sesuai dengan

18

H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspektif Global, (Yogyakarta:PRESSindo, 2006), hal 272

19


(42)

pengertian tersebutmaka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yangsengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkandata tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.20

Evaluasi hasil belajar diartikan sebagai suatu tindakan atau suatuproses untuk menetukan nilai keberhasilan belajar seseorang setelah iamengalami proses belajar selama satu periode tertentu.21 Terdapat perbedaanantara penilaian dan pengukuran, namun keduanya tidak dapat dipisahkan.Bila evaluasi menunjuk pada suatu tindakan proses untuk menentukan nilaisesuatu, maka pengukuran merupakan suatu tindakan atau proses untukmenentukan luas atau kuantitas dari sesuatu. Jadi pengukuran dilakukanmemberikan jawaban terhadap pertanyaan “how

much”, sedangkanpenilaian dilakukan untuk memberikan jawaban

terhadap pertanyaan“whatvalue”.

Setiap orang yang melakukan suatu kegiatan akan selalu ingin tahuhasil dari kegiatan yang dilakukannya. Sering pula orang yang melakukankegiatan tersebut berkeinginan untuk mengetahui baik atau buruk kegiatanyang dilakukannya. Guru merupakan salah satu orang yang terlibat di dalamkegiatan pembelajaran, dan sudah tentu mereka ingin mengetahui hasilkegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Untuk

20

M. Ngalim Purwanto,Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hal 3

21

H.M. Sulthon, Moh. Khusnuridlo, Manajemen Pondok Pesantren dalam Perspekftif Global, hal 272


(43)

menyediakan informasitentang baik atau buruk proses dan hasil pembelajaran, maka seorang guruharus menyelenggarakan evaluasi.

Di sisi lain, evaluasi juga merupakan salah satu komponen sistempembelajaran/ pendidikan. Hal ini berarti, evaluasi merupakan kegiatan yangtak terelakkan dalam setiap kegiatan atau proses pembelajaran. Dengan katalain, kegiatan evaluasi merupakan bagian integral yang tak terpisahkan darikegiatan pembelajaran/ pendidikan.22 Oleh karena itu, sudah sepatutnyaseorang guru memiliki kemampuan menyelenggarakan evaluasi. Guru akanlebih menguasai kemampuan ini apabila sejak dini dikenalkan dengankegiatan evaluasi.

Kata dasar “pembelajaran” adalah belajar. Dalam arti sempitpembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukanagar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Sedangkan belajar adalahsuatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu denganlingkungan dan pengalaman. Istilah “pembelajaran” (instruction) berbedadengan istilah “pengajaran” (teaching). Kata “pengajaran” lebih bersifatformal dan hanya ada di dalam konteks guru dengan peserta didik dikelas/sekolah,sedangkan kata “pembelajaran” tidak hanya ada dalamkonteks guru dengan peserta didik di kelas secara formal, akan tetapi jugameliputi kegiatan-kegiatan belajar peserta didik di luar kelas yang mungkinsaja tidak dihadiri oleh guru secara fisik.23

22

Dimyati dan Mudjiono,Belajar dan Pembelajaran,(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), Cet.Ke-1, hal 190

23

Zainal Arifin,Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal 10


(44)

Kata “pembelajaran” lebih menekankan pada kegiatan belajar pesertadidik secara sungguh-sungguh yang melibatkan pada kegiatan belajar pesertadidik secaa sungguh-sungguh yang melibatkan aspek intelektual, emosional,dan sosial, sedangkan kata “pengajaran” lebih cenderung pada kegiatanmengajar guru di kelas. Dengan demikian, kata “pembelajaran” ruanglingkupnya lebih luas daripada kata “pengajaran”. Dalam arti luas,pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik,yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) denganpeserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatukondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baikdi kelas maupun di luar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untukmenguasai kompetensi yang telah ditentukan.24

Dengan demikian pengertian dari evaluasi pembelajaran adalah suatuproses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalamrangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti)pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran, berdasarkanpertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban gurudalam melaksanakan pembelajaran.

Permendikbud 66 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikanterdiri atas delapan standar, salah satunya adalah Standar Penilaian yangbertujuan untuk menjamin:25

24Ibid

., hal 10


(45)

1. Perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;

2. Pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka,edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan

3. Pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, daninformatif.

F. Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Dalam setiap kegiatan evaluasi, langkah pertama yang harusdiperhatikan adalah tujuan evaluasi. Penentuan tujuan evaluasi sangatbergantung dengan jenis evaluasi yang digunakan. Bila tidak, maka guruakan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui keefektifan danefisiensi sistem pembelajaran, baik yang menyangkut tentang tujuan, materi,metode, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itusendiri.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam pembelajaran adalah untukmendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuaninstruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindaklanjut termaksud merupakan fungsi evaluasi dan dapat berupa:26

26


(46)

1. Penempatan pada tempat yang tepat 2. Pemberian umpan balik

3. Diagnosis kesulitan belajar siswa 4. Penentuan kelulusan

Adapun tujuan evaluasi pembelajaran adalah:27 1. Untuk mengadakan dianosis

2. Untuk merevisi kurikulum

3. Untuk mengadakan perbandingan

4. Untuk mengantisipasi kebutuhan pendidikan

5. Untuk menetapkan apakah tujuan pendidikan sudah tercapai atau belum.

Dengan demikian tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki carabelajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi anak didikserta menempatkan anak didik pada situasi belajar mengajar yang lebih tepatsesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Tujuan lainnya adalahuntuk memperbaiki atau mendalami dan memperluas pelajaran dan yangterakhir adalah untuk memberikathukan/ melaporkan kepada orang tua/ walipeserta didik mengenai penentuan kenaikan kelas dan penentuan kelulusanpeserta didik.

27

Agus Maimun, Agus Zaenul Fitri,Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal 162


(47)

G. Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dari tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatdata pembuktian yang akan menunjukkan sampai mana tingkat kemampuandan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler.Disamping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawaspendidikan untuk mengukur atau menilai sampai mana keefektifanpengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metodemetodemengajar yang digunakan.

Fungsi evaluasi dalam pendidikan dan pengajaran dapatdikelompokkan menjadi empat fungsi, yaitu:28

1. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan serta keberhasilansiswa setelah mengalami atau melakukan kegiatan belajar selama jangkawaktu tertentu. Hasil evaluasi yang diperoleh itu selanjutnya dapatdigunakan untuk memperbaiki cara belajar siswa (fungsi formatif) danuntuk mengisi rapor, yang berarti pula untuk menentukan kenaikankelas atau lulus tidaknya seorang siswa dari suatu lembaga pendidikantertentu (sumatif).

2. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pengajaran. Pengajaransebagai suatu sistem terdiri atas beberapa komponen yang salingberkaitan satu sama lain. Komponen yang dimaksud antara lain

28

M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal 5


(48)

adalahtujuan, materi atau bahan pengajaran, metode dan kegiatan belajarmengajar, alat dan sumber pelajaran, dan prosedur serta alat evaluasi.

3. Untuk keperluan Bimbingan dan Konseling (BK). Hasil-hasil evaluasiyang telah dilaksanakan oleh guru terhadap siswanya dapat dijadikansumber informasi atau data bagi pelayanan BK oleh para konselorsekolah atau guru pembimbing lainnya.

4. Untuk keperluan pengembangan dan perbaikan kurikulum sekolah yangbersangkutan. Seperti telah dikemukakan di muka, hampir setiap saatguru melaksanakan kegiatan evaluasi dalam rangka menilai keberhasilanbelajar siswa dan menilai program pengajaran, yang berarti pula menilaiisi atau materi pelajaran yang terdapat di dalam kurikulum.

Evaluasi berfungsi untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik pada kelompok tertentu, sesuai kemampuan dan kecakapan masing-masing juga untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik untuk menempuhprogram pendidikan, dan untuk memberikan laporan tentang kemajuanpeserta didik kepada orang tua, pejabat pemerintah yang berwenang, kepalasekolah, guru-guru, dan peserta didik itu sendiri.


(49)

H. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Akademik

Kuh et al dalam laporan komisi yang disampaikan pada National Symposium on Postsecondary Student Success with the title What Matters to Student Success: A Review of the Literature mengusulkan kerangka kerja untuk keberhasilan belajar siswa didasarkan pada survei literatur yang telah dilakukan. Dalam kerangka ini, keberhasilan belajar siswa didefinisikan sebagai prestasi akademik, keterlibatan dalam kegiatan yang bertujuan untuk pendidikan, kepuasan, akuisisi pengetahuan, keterampilan, pencapaian tujuan pendidikan, dan kinerja setelah lulus.29

Ada dua faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa adalah: Pengalamansebelum sekolah (Pre-Class Experience) dan Latar Belakang siswa dan fase Pengalaman pada saat di sekolah, yang meliputi perilaku siswa,kondisi lembaga sekolah dan keterlibatan siswa pada sebuah kegiata.

1. Pengalaman Pra-sekolah (Pre-Class Experience) Dan Latar Belakang Siswa

Dalam proses belajar mengajar, guru kadang-kadang menemukan seorang siswa yang memiliki intensitas yang baik dalam materi yang diberikan oleh guru. Selain itu, siswa kadang-kadang membuat pertanyaan yang sulit yang guru tidak pernah memprediksi

29

George D.Kuh at al, What Matters to Student Success: sebuah tinjauan sastra,laporan pada simposium nasional: Spearheading A Dialog On Student Success, di Universitas Indiana Bloomington pada bulan juli 2006


(50)

sebelumnya. Seakan akan siswa tersebut sangat faham dengan materi yang diajarkan dari pada siswa lainnya. Fakta ini menyimpulkan bahwa ada korelasi antara pengalaman pra-sekolah dan latar belakang siswa. Kuh at al membagi beberapa faktor di masa pengalaman pra-sekolah dan latar belakang siswa yang mempengaruhi prestasi belajar menjadi 4 kategori: pengalaman kerja, usia, latar belakang pendidikan, kondisikeluarga dan situasi ekonimi.

a. Pengalaman Kerja

Ketika mahasiswa memilih fakultas pendidikan di perguruan tinggi yang sesuai dengan pekerjaan mereka, dapat mengindikasikan bahwa mereka akan mendapatkan nilai yang lebih baik dari pada orang lain dalam prestasi akademis mereka karena mereka langsung menerapkan apa yang mereka dapatkan di kelas pada tempat kerja mereka. Hal ini dibuktikan dengan penelitian De Rue yang berjudul "Quantity or Quality? Work Experience as a Predictor of MBA Student Success", menunjukkan bahwa program MBA harus merekrut siswa dengan kualifikasi pengalaman kerja yang tinggi, pengalaman kerja yang membutuhkan tanggung jawab yang tinggi dan keragaman di tempat kerja.30

30

D. Scott DeRue,Quantity or Quality? Work Experience as a Predictor of MBA Student Success, GMAC Research reports, 2 September , 2009


(51)

Hal ini berbeda pada penelitian Dreher dan Ryan, yang meneliti hubungan antara pengalaman kerja untuk mahasiswa MBA dan prestasi akademik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja hanya memiliki dampak kecil pada keberhasilan akademis pada semester pertama, dan tidak mempengaruhi keberhasilan akademik semester berikutnya.31

b. Usia

Usia diasumsikan memiliki pengaruh pada kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, seorang mahasiswa yang lebih tua cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih rendah daripada siswa yang lebih muda. Namun, hasil uji Richardson dalam penelitian yang berjudul "Mature Student in Higher Education: Academic Performance and Intellectual Ability '' menyimpulkan bahwa dalam hal kinerja akademik untuk pendidikan perguruan tinggi (Pasca Sarjana) tidak ada bukti yang cukup untuk menjamin mahasiswa muda akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik daripada mahasiswa dengan usia yang lebih tua. Perbedaan jenis kelamin dan usia mahasiswa tidak berdampak pada kinerja mahasiswa. usia 25-29 dipandang sebagai yang paling baik dalam kinerja mahasiswa, tetapitetap

31

George F. Dreher, Katherine C. Ryan, Prior Work Experience And Academic Achievement Among Firts-Year Mba Students.Penelitian di Perguruan Tinggi, pada bulan agustus 2000, volume 41, pembahasan 4


(52)

saja usia hanya memberikan sedikit perbedaan dalam mempengaruhi prestasi belajar siswa.32

c. Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang dan partisipasi dalam pendidikan kursus memiliki efek yang signifikan dalam ujian untuk mendapatkan nilai akademik yang tinggi. Sebagai contoh, pengalaman atau latar belakang akademis akuntansi di pendidikan sebelumnya memberikan efek positif yang signifikan terhadap prestasi belajar mahasiswa jurusan akuntansi. Sementara Trail, et. al dalam penelitiannya yang berjudul "Impact of Field of Study, College and Year on Calculation of Cumulative Grade Point Average" menunjukkan bahwa perbedaan latar belakang pendidikan memberikan pengaruh yang kecil pada kinerja akademik siswa. Perbedaan latar belakang pendidikan mempengaruhi hanya 1,5% dari kinerja dalam akademik mahasiswa.33

d. Kondisi Sosial Ekonomi dan Situasi Keluarga

Kasus ini sebenarnya memiliki efek terbesar terhadap prestasi mahasiswa dalam perguruan tinggi. Sudah banyak fakta-fakta yang berhubungan dengan kegagalan mahasiswa di

32

Jhon T.E. Richardson, Mature Students In Higher Education Performance And Intellectual Ability, (netherland: kluwer academic publisher, 1994)

33

Carla trail at al, Impact of Field of Study, College And Year on Calculation of Cumulative Grade Point Average, advances in health sciences education august 2008, volume 13, issue 3


(53)

perguruan tinggi yang disebabkan oleh hal ini. Bary dalam penelitiannya yang berjudul“TheEffect of Socio-Economic Status

on the Academic Achievement” menyelidiki pengaruh dari

kondisi keluarga termasuk didalamnya jumlah saudara kandung, status sosial - ekonomi yang terdiri dari pendidikan, status pekerjaan dan pendapatan orang dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak mereka. sampel yang digunakan oleh Bary adalah 7,976 mahasiswa dari 752 sekolah.34

Hasil penelitian menunjukkan bahwa status sosial-ekonomi memberikan efek positif pada nilai tes, mahasiswa yang memiliki status sosial-ekonomi rendah cenderung mendapatkan nilai tes yang lebih rendah juga. sedangkan, hasil lain menunjukkan bahwa jumlah saudara memberikan efek negatif pada nilai tes, pendapatan keluarga memberikan efek positif pada nilai tes, dan semakin besar keterlibatan orang tua di perguruan tinggi anak-anak mereka akan memberikan efek positif juga pada nilai tes. Di dalam meningkatnya konsentrasi mahasiswa, sesuatu yang sangat mendukung keberhasilan mahasiswa adalah jaminan bantuan keuangan yang cocok sampai mahasiswa tersebut lulus dari perguruan tinggi, terutama untuk program beasiswa. Dengan jaminan ini, para siswa akan dapat sepenuhnya berkonsentrasi pada kegiatan belajar dan tidak perlu bekerja setelah berada di 34

Jennifer Barry,The Effect of Socio-Economic Status on Academic Achievement, a thesis of bachelor of arts student, Wichita state university, 2005


(54)

perguruan tinggi untuk membayar kuliah dan mencukupi kebutuhan mereka dan kebutuhan keluarga mereka.

e. Jenis kelamin (Gender)

Kebanyakan penelitian yang mengamati pengaruh gender terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa perempuan cenderung memiliki prestasi akademik yang lebih baik daripada laki-laki. Selain itu, perempuan cenderung lebih rajin belajar dan rajin terlibat dalam kegiatan kuliah tambahan yang mendukung proses pembelajaran, sedangkan laki-laki lebih memilih kegiatan kuliah yang menyegarkan dan olahraga.

Perempuan juga memiliki sifat dalam segi kecenderungan mereka untuk melibatkan diri dan bergabung dalam hubungan sosial, sehingga dalam pembelajaran, mereka merasa memiliki kewajiban dan tanggung jawab untuk meningkatkan penampilannya untuk mencapai harapan yang diinginkan oleh keluarga, guru dan teman-teman di sekelilingnya, sementara laki-laki untuk mendapatkan level motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kemampuannya hanya bertujuan untuk dirinya sendiri.35

35

George D.Kuh at al, What Matters to Student Success: sebuah tinjauan sastra,laporan pada simposium nasional: Spearheading A Dialog On Student Success, di Universitas Indiana Bloomington pada bulan juli 2006


(55)

2. Tahap Perguruan Tinggi

Ketika mahasiswa mulai belajar di perguruan tinggi, faktor penting lain dalam mencapai kesuksesan adalah keterlibatan mahasiswa terhadap kegiatan pendidikan yang efektif. Chickering dan Gamson dalam Kuh et al menjelaskan bahwa ada tujuh kategori kegiatan pendidikan yang efektif yang dapat mempengaruhi belajar mahasiswa dan kualitas pendidikan mereka. Tujuh kategori, yaitu: hubungan antara mahasiswa dan fakultas, kolaborasi antara mahasiswa, proses pembelajaran aktif, cepat dalam memberikan respon yang baik, waktu yang digunakan untuk mengerjakan tugas, harapan yang tinggi dan menerima perbedaan pendapat dan perbedaan dalam metode pembelajaran. Secara umum, mahasiswa yang lebih terlibat dalam kegiatan tersebut, semakin banyak yang mereka pelajaridan memiliki peluang untuk bertahan dan lulus tepat waktu.

Perguruan tinggi harus membantu mahasiswa dalam memberikan ruang kelas yang menarik yang mendorong siswa untuk menghabiskan lebih banyak waktu dan keinginan untuk belajar dan membantu siswa untuk mengembangkan kebiasaan belajar yang baik. Hal ini penting bagi lembaga perguruan tinggi untuk memberikan alokasi dana lebih dalam membangun fasilitas akademik yang dirancang untuk siswa dan staf akademik agar bekerja sama untuk meningkatkan iklim belajar di dalam dan di luar kelas. Kondisi kelembagaan perguruan tinggi yang berhubungan dengan keberhasilan


(56)

mahasiswa antara lain: misi dari lembaga perguruan tinggiyang jelas dan terfokus, standar yang tinggi dan harapan untuk meningkatkan prestasi mahasiswa, penilaian dan responsif dalam memberikan feedback, budaya belajar yang berpusat pada siswa, dukungan teman, penekanan pada tahun pertama kuliah, kolaborasi antara mahasiswa dan staf akademik dan kolaborasi antar mahsiswa.

I. Syarat Tes Yang Baik

SPMB jalur mandiri yang diselenggarakan langsung oleh pihak perguruan tinggi merupakan salah satu pintu utama bagi pihak perguruan tinggi sendiri untuk menyaring dan mendapatkan calon mahasiswa yang sesuai dengan ekspektasinya.Sehingga data yang dihasilkan dari tes tersebut memiliki sifat yang objektif, relevan dan akurat.Untuk memenuhi harapan tersebut maka tes memerlukan syarat-syarat tertentu. Syarat dari tes yang baik meliputi: validitas, reliable, distandarisasikan, objektif, diskriminatif, komprehensif dan mudah digunakan.36

1. Valid

Suatu alat tes dapat dikatagorisasikan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut mampu menjalankan fungsi dari dibuatnya tes tersebut, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan apa yang diukurnya. Hal ini menunjukkan pada pengertian

36

Ki Fudyartanta, tes bakat dan perskalaan kecerdasan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) hal 89


(57)

apakah hasil tes telah sesuai dengan criteria yang telah dirumuskankan atau diplanningkan sejak awal.

2. Reliabel

Reliabel memiliki beberapa nama seperti yang diutarakan oleh Azwar seperti keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi dan sebagainya. Tetapi dari semua istilah diatas, inti dari reliabel adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

3. Distandarisasikan

Situasi pengetesan harus sebisa mungkin bisa disamaratakan oleh penyelenggara bagi setiap masing-masing peserta tes sehingga bisa menghasilkan perbandingan antara peserta yang satu dan yang lainnya. Hal yang baku disni tentu saja relatif, tergantung dari norma atau standar yang digunakan oleh penyelenggara. Adapun hal-hal yang diperlukan untuk distandarisasikan adalah: materi tes. Penyelenggaraan tes, scoring tes dan interpretasi hasil tes.37

a. Materi Tes

Materi tes yang dimaksudkan disini adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan tes.Seperti contoh kertas, karton, hardboard, tinta dan juga aitem-aitemnya seperti kata-kata, gambar, tanda-tanda, ukuran besar kecil dan sebagainya.Hal-hal diatas perlu diperhatikan secara mendalam

37Ibid


(58)

apakah bahan-bahan tersebut terutama aitem-aitem mampu menjadi perantara dan membantu dalam meningkatkat validitas dan keakuratan tes yang dibuat.

b. Penyelenggaraan Tes

Yang perlu diperhatikan juga untuk meningkatkan kualitas tes yang baik adalah aspekm perlengkapan yang bersifat tempat untuk penyelenggaraan tes. Seperti halnya meja, kursi, penerangan, situasi ruangan (suhu dan ketenangan), cara penyajian, petunjuk-petunjuk cara mengerjakan serta waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes tersebut.

c. Skoring tes

Scoring tes mencakup cara-cara memberikan skor, pertimbangan-pertimbangan untuk memberikan skor (ada semacam kunci), system scoring (lambing-lambang yang digunakan serta arti-artinya, batasan-batasan dan sebagainya).Cara memberikan skoring harus sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan oleh penyelenggara sebelumnya. d. Interpretasi hasil Tes

Yang dimaksudkan dengan ini adalah hasil yang diperoleh dari tes apabila sama harus diberikan interpretasi yang sama. 4. Objektif

Objektif suatu tes ditinjau dari sejauh mana pengaruh penyelenggara tes atau yang mengoreksi tes ikut andil dalam


(59)

memberikan nilai.Sukadia mengatakan bahwa pendapat-pendapat, sikap, opini dan sebagainya dari orang yang mengikuti tes tidak mempengaruhi terhadap apa yang mereka hasilkan dari tes itu.38 Objektifitas suatu tes bisa diketahui dengan cara apabila hasil tes tersebut dikoreksi oleh orang yang berbeda, akan menghasilkan nilai atau hasil yang sama. Tipe-tipe tes yang objektif yang lazim digunakan adalah bentuk multiple choices yang mana jawabanya sudah ditentukan sebelum tes diselenggarakan.

5. Diskriminatif

Tes yang bersifat diskriminatif akan memberikan dan membedakan perbedaan-perbedaan partikel kecil mengenai sifat atau factor tertentu pada setiap individu-individu yang berbeda. Suatu tes aitem yang ideal pembedanya harus dapat menggolongkan seliuruh subjek yang dipakai sebagai dasar penentuan standar atau norma. 6. Komprehensif

Komprehensif dapat diartikan sebagai sifat yang menyeluruh.Aitem-aitem yang digunakan dalam tes tersebut harus bisa mencangkup keseluruhan area atau materi yang akan diukur. Dalam kata lain, aitem-aitem yang dibuat bisa menjadi representatif dari area yang diukur.

38

Sukardi,Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya(Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal 51


(60)

7. Mudah Digunakan

Komponen yang terakhir disini merupakan komponen yang terakhir.Dalam artian ketika tes sudah memenuhi persyaratan yang telah dipaparkan di atas tetapi masih sukar untuk digunakan berarti tes tersebut masih memiliki kelemahan. Sebagai contoh, system UAN di sebagian kota besar sudah menggunakan system computer. Hal ini memang baik untuk memhindari kecurangan dalam menghasilkan hasil yang benar-benar dilakukan sendiri oleh setiap individu. Akan tetapi, penerapan tes tersebuta akan terasa sulit apabila diaplikasikan pada sekolah yang dasar muridnya jarang menggunakan computer atau bahkan tidak pernah menggunakan computer. Sehingga tes tersebut akan terasa berat dan sukar bagi mereka.

J. Aspek-AspekYang Mempengaruhi Skor Pada Ujian

Skor pada sebuah tes menjadi suatu hal yang penting bagi seseorang yang mengambil tes karena skor tersebut merupakan harapan yang diharapkan baik oleh orang yang mengikuti tes. Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi peningkatan dan penurunan nilai dalam ujian. Prof. Dr. Saifuddin Azwar, MA menjelaskan aspek-aspek tersebutdalam sambutannya pada sebuah acara wisuda. Dia membaginya menjadi 4 jenis sebagai berikut:39

1. Dalam beberapa tes, Rosser menemukan bahwa jawaban yang benar pada soal tes yang berkaitan dengan perbedaan gender selalu 39


(61)

menguntungkan untuk laki-laki meskipun wanita memiliki prestasi akademik yang tinggi. Rosser juga menemukan bahwa wanita umumnya lebih baik di dalam menjawab pertanyaan tentang sosial, estetika, dan humaniora, sedangkan pria lebih baik dalam menjawab pertanyaan tentang olahraga, ilmu pengetahuan, dan bisnis. Kesimpulan ini didukung oleh temuan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh peneliti dari Educational Testing Service (ETS). Ulasan Dwyer kesenjangan gender dari perspektif sejarah. Dwyer menemukan bahwa di antara penulis soal tes umumnya tahu bahwa perbedaan gender dapat dimanipulasi dengan memilih item tes yang berbeda. Misalnya fakta menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun awal pelaksanaan SAT, pria punya skor yang lebih tinggi daripada perempuan pada matematika tetapi wanita selalu naik lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada bagian Verbal. Kepala Educational Testing Service (ETS) mengambil kebijakan dalam menyeimbangkan tes lisan untuk membantu pria dengan mengalikan 18 pertanyaan terkait dengan politik, bisnis dan olahraga di bagian Verbal.

2. Format pilihan ganda dari penelitian yang dilakukan oleh ETS dan Dewan perguruan tinggi telah menyimpulkan bahwa bentuk pilihan ganda berpotensi memberikan pengaruh terhadap perempuan. Dalam sebuah studi dari berbagai bentuk pada tes di Advanced Placement (AP) dibuat oleh ETS, juga menemukan kesenjangan nilai atau skor antara antara laki-laki dan perempuan berkurang atau hilang pada


(62)

bentuk soal seperti jawaban pendek dan esai kecuali dalam bentuk multiple-choices.

3. Peluang Menebak di soal yang berbentuk multiple-choicesyang memiliki lima pilihan ganda yang memberikan pengurangan skor dengan kuartal untuk setiap jawaban yang salah dan memberikan nilai nol untuk pertanyaan yang tidak dijawab, dimana bentuk tes seperti ini dimaksudkan untuk para orang yang mengikuti tes tidak menjawab apapun bilaman tidak memiliki keyakinan dalam kebenaran jawabannya, karena spekulasi dalam jawaban mengandung risiko skor kerugian. Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih berani untuk mengambil risiko dan akan menebak jika mereka tidak tahu jawabannya, sementara wanita cenderung untuk menjawab hanya jika mereka yakin bahwa jawaban mereka benar dan cenderung tidak menebak.

4. Faktor lain yang mempengaruhi kesenjangan gender adalah unsur-unsur yang harus merespon cepat dalam memjawabsoal. Bukti menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki pendekatan yang berbeda untuk memecahkan masalah. Secara umum, perempuan cenderung melihat masalah secara keseluruhan, mengingat kemungkinan lebih dari satu jawaban yang benar dan memeriksa jawaban mereka. Sikap seperti ini memang baik dalam kehidupan sehari-hari tetapi akan menjadi bahaya saat metode ini digunakan dalam menghadapi ujian karena akan membuang-buang waktu yang


(63)

akhirnya tidak bisa menjawab keseluruhan soal yang ada pada tes tersebut. Berbagai penelitian telah menemukan bahwa ketika tes diberikan tanpa tekanan waktu, skor perempuan akan meningkat tajam, sementara skor pria tidak banyak berubah dibandingkan dengan ujian yang harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas.


(64)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini dikatagorikan dalam penelitian kuantitatif. Penelitian ini dikatagorikan menjadi penelitian kuantitatif karena sesuai dengan tujuan penelitian dimana judul penelitian yang penulis paparkan yakni validitas prediksi ujian SPMB jalur mandiri terhadap prestasi mahasiswa. Pengertian dari penelitian kuantitatif sendiri adalah proses menemukan pengetahuan yang menggunakan data-data lengkap yang berupa angka sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa saja yang ingin diketahui.1

B. Identifikasi Variabel

Menurut Suharsimi Arikunto, Variabel diartikan sebagai obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.2 Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata, variabel sering dikatakan sebagai gejala yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering juga dinyatakan variabel penelitian itu sebagai factor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala sesuatu yang akan diteliti.3

Margono,Metodologi Pendidikan, (Jakarta: Rieneke Cipta, 1997) hal 105

2

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal 118

3

Sumadi Suryabrata,Metodologi penelitian, (Jakarta: PT Raja Gravindo persada, 1998), hal 72


(1)

◗0

❘❙ ❚❙ ❯ ❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙ ❘❘❙ ❚❙ ❯❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙ ❘❘❙ ❚❙ ❯❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙❘❘❙ ❚❙❯ ❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙ ❘❘❙ ❚❙ ❯ ❙ ❱.❲❙ ❳❨❱ ❩.❬❭.❙ ❘❘❙ ❚❙ ❯ ❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙ ❘❘❙ ❚❙❯ ❙ ❱.❲❙ ❳❨❱❩.❬❭.❙❘

mata kuliah PAI yang fokus terhadap materi keagamaan berada pada tingkatan sedang, yang mana berada pada kisaran 0,40 - 0,70 (0,554).

Penting untuk dipaparkan dalam kesimpulan ini adalah peneliti tidak mengikutsertakan kriteria factor-faktor yang mempengaruhi prestasi mahasiswa, meskipun peneliti sangat menyadari adanya factor-faktor positif maupun negatif dalam proses selama satu semester. Faktor tersebut bisa menunjang prestasi mahasiswa tersebut dan juga bisa memberikan imbas negatif dan akhirnya bisa mempengaruhi penurunan prestasi mahasiswa tersebut. Peneliti tidak membahas ruang tersebut, peneliti hanya focus terhadap hasil yang diperoleh mahasiswa pada semester awal yang dibuktikan dengan nilai-nilai mereka. Nilai-nilai itu yang kemudian menjadi patokan dan referensi untuk menentukan tingkat validitas prediksi ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan UIN sunan Ampel Surabaya periode 2015-2016.

Interpretasi dari hasil hitungan korelasi product moment dengan menggunakan SPSS versi 16.0 adalah mahasiswa yang mendapatkan nilai tinggi dalam ujian seleksi SPMB jalur mandiri materi keagamaan akan memiliki peluang yang lebih besar untuk mendapatkan nilai besar juga pada mata kuliah materi keagamaan prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada semester awal sehingga mereka lebih pantas untuk menerima kesempatan belajar di perguruan tinggi UIN Sunan Ampel Surabaya prodi Pendidikan Agama Islam dari pada calon mahasiswa yang memiliki nilai


(2)

❪1

❫❴ ❵❴ ❛ ❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴ ❫❫❴ ❵❴ ❛❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴ ❫❫❴ ❵❴ ❛❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴❫❫❴ ❵❴❛ ❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴ ❫❫❴ ❵❴ ❛ ❴ ❜.❝❴ ❞❡❜ ❢.❣❤.❴ ❫❫❴ ❵❴ ❛ ❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴ ❫❫❴ ❵❴❛ ❴ ❜.❝❴ ❞❡❜❢.❣❤.❴❫

lebih kecil dari pada mereka pada ujian seleksi SPMB jalur mandiri mata pelajaran keagamaan.

B. Saran-Saran

Saran-saran ini, peneliti tujukan kepada dua pihak, yang pertama pihak penyelenggara ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan UIN Sunan Ampel Surabaya dan yang ke dua adalah pihak/peneliti yang akan berkecimpung atau mengadakan penelitian yang berkaitan dengan evaluasi pendidikan yang dalam hal ini berkaitan dengan validitas prediksi ujian SPMB jalur mandiri.

Saran yang pertama peneliti tujukan pada pihak penyelenggara ujian SPMB jalur mandiri khususnya pihak yang bertanggung jawab dalam pembuatan materi tes ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Dari hasil penelitian ini, tingkat validitas prediksi yang dikorelasikan dengan nilai mata kuliah yang berbasis keagamaan yang dimiliki oleh tes seleksi ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan UIN Sunan Ampel Surabaya berada pada tingkat sedang, sehingga akan berdampak pada meningkatkan kualitas mahasiswa yang diterima di prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Meskipun dalam penerimaan mahasiswa baru pada prodi

Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak hanya dilihat dari segi kopetensi mereka dalam bidang keagaaman saja tetapi juga dilihat dari beberapa nilai yang ada pada keseluruhan materi ter seleksi, tetapi dalam hal ini, peneliti berasumsi bahwa nilai ujian SPMB jalur mandiri materi


(3)

✐2

❥❦ ❧❦ ♠ ❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦ ❥❥❦ ❧❦ ♠❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦ ❥❥❦ ❧❦ ♠❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦❥❥❦ ❧❦♠ ❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦ ❥❥❦ ❧❦ ♠ ❦ ♥.♦❦ ♣q♥ r.st.❦ ❥❥❦ ❧❦ ♠ ❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦ ❥❥❦ ❧❦♠ ❦ ♥.♦❦ ♣q♥r.st.❦❥

keagamaan adalah tolak ukur utama dalam penerimaan mahasiswa baru pada prodi Pendidikan Agama Islam (PAI).

Pihak yang kedua adalah pihak-pihak yang nantinya akan ikut berpartisipasi dalam penelitian yang memiliki tujuan yang sama seperti yang peneliti sekarang lakukan yakni terkait dengan evaluasi ujian SPMB jalur mandiri khususnya pada materi keagamaan UIN Sunan Ampel Surabaya. Peneliti menyarankan agar ada pihak-pihak peneliti yang meneruskan dan mengembangkan hasil dari penelitian ini. Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan referensi untuk lebih meningkatkan kembali mutu dan kredibilitas tes ujian SPMB jalur mandiri materi keagamaan.

Pihak peneliti lain bisa mengadakan penelitian secara lebih mendalam pada materi keagamaan ini, bisa ditunjang dengan meneliti validitas prediksi, reliabilitas dan pada butir-butir soal. Sehingga akan menghasilkan penelitian yang lebih mendalam. Peneliti juga memberi saran agar diadakannya penelitian untuk mengetahui validitas prediksi

pada materi–materi yang lain pada ujian SPMB jalur mandiri UIN Sunan

Ampel Surabaya. Karena pada masing-masing nilai pada materi-materi ujian SPMB jalur mandiri memiliki peran dalam menentukan calon mahasiswa mana yang layak dan yang terbaik untuk masuk pada masing-masing jurusan yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya.


(4)

✉✈ ✇✈ ① ✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈ ✉✉✈ ✇✈ ①✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈ ✉✉✈ ✇✈ ①✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈✉✉✈ ✇✈① ✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈ ✉✉✈ ✇✈ ① ✈ ②.③✈ ④⑤② ⑥.⑦⑧.✈ ✉✉✈ ✇✈ ① ✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈ ✉✉✈ ✇✈① ✈ ②.③✈ ④⑤②⑥.⑦⑧.✈✉

DAFTAR PUSTAKA

Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan Lembaga

Pendidikan Alternatif di Era Kompetitif. Malang : UIN-Maliki Press.

Anas, Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidkan. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik Prosedur. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

aksara.

Aronson, Joshua. 2002. IMPROVING ACADEMIC ACHIEVEMENT, Impact

Psychological Factors on Education. New York : Academic Press.

Azwar, Syaifuddin. 1997.Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barry, Jennifer. 2005.The Effect of Socio-Economic Status on Academic

Achievement, a thesis of bachelor of arts student, Wichita state university.

Brown, H. Douglas. 2003.LANGUAGE ASSESSMENT, Principles And Classroom

Practices. London : Pearson Longman.

Carla trail at al, Impact of Field of Study, College And Year on Calculation of

Cumulative Grade Point Average, advances in health sciences education august 2008, volume 13, issue 3

D. Scott DeRue. 2009.Quantity or Quality? Work Experience as a Predictor of

MBA Student Success, GMAC Research reports, 2 September.


(5)

⑨⑩ ❶⑩ ❷ ⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩ ⑨⑨⑩ ❶⑩ ❷⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩ ⑨⑨⑩ ❶⑩ ❷⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩⑨⑨⑩ ❶⑩❷ ⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩ ⑨⑨⑩ ❶⑩ ❷ ⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸ ❼.❽❾.⑩ ⑨⑨⑩ ❶⑩ ❷ ⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩ ⑨⑨⑩ ❶⑩❷ ⑩ ❸.❹⑩ ❺❻❸❼.❽❾.⑩⑨

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

Fred N,Kerlinger. 2000. Foundation of Behavioral Research. Fort Worth, TX :

Harcourt College Publishers.

George D.Kuh at al, What Matters to Student Success: sebuah tinjauan sastra,

laporan pada simposium nasional : Spearheading A Dialog On Student Success, di Universitas Indiana Bloomington pada bulan juli 2006

H.M. Sulthon dan Moh.Khusnuridlo. 2006. Manajemen Pondok Pesantren dalam

Perspektif Global. Yogyakarta : PRESSindo

http://www.erlangga.co.id/pendidikan/179-example-pages-and-menu-links.html

diambil pada 11 april 2016

http://www.uinsby.ac.id/id/184/sejarah.htmldiambil pada tanggal 19 Mei 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Seleksidiambil pada tanggal 10 maret 2016

https://id.wikipedia.org/wiki/UIN_Sunan_Ampel diambil pada tanggal 19 Mei 2016

https://m.tempo.co/read/news/2013/11/28/078533017/iain-sunan-ampel-surabaya-resmi-jadi-uindiambil pada tanggal 19 Mei 2016

Hughes, Arthur. 1989. Testing for Language Teachers, Second Edition. united

kingdom: Cambridge university press.

Jhon T.E. Richardson. 1994. Mature Students In Higher Education Performance

And Intellectual Ability. Netherland : kluwer academic publisher.

Ki Fudyartanta. 2004. TesBakat Dan Perskalaan Kecerdasan. Yogyakarta:


(6)

❿➀ ➁➀ ➂ ➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀ ❿❿➀ ➁➀ ➂➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀ ❿❿➀ ➁➀ ➂➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀❿❿➀ ➁➀➂ ➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀ ❿❿➀ ➁➀ ➂ ➀ ➃.➄➀ ➅➆➃ ➇.➈➉.➀ ❿❿➀ ➁➀ ➂ ➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀ ❿❿➀ ➁➀➂ ➀ ➃.➄➀ ➅➆➃➇.➈➉.➀❿

Kusaeri dan Supranato. 2012. Pengukuran Dan Penilaian Pendidikan.

Yogyakarta : GrahaIlmu.

Margono. 1997.Metodologi Pendidikan. Jakarta : Rieneke Cipta.

Muhid, Abdul. 2012.Analisis Statistik. Surabaya: Zifatama Publishing.

Ormrod, Jeanne Ellis. 2008.Psikologi pendidikan.Jakarta : Penerbit Erlangga

Purwanto, M. Ngalim. 1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Subrata, Suryadi. 1988.Metodologi Penelitian I. Jakarta : Raja Grafindo.

Sudjana, Nana. 1999. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :

ALFABETA CV.

Sukardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sumadi, Suryabrata. 1987.Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rajawali.

Suryabrata S. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta : andi

offset.

Syah, Muhibbin. 2006.Psikologi Belajar.Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Tarenzini, Pascarella. 2005. ”How College Affects Student: A Third Decade

Research. USA : PB Printing.

Thoha, Chabib.1991.Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Rajawali