Berkhas Kliping Juli 2008 Institusi-Juli 2008

VOLUME VI JULI 2008

INSTITUSI

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Daftar Isi

Pemekaran Boroskan Uang Otsus Papua ----------------------------------------------------------

1


RUU Otsus Papua Jadi UU ------------------------------------------------------------------------------

3

Antisipasi Kemiskinan dengan Peta-------------------------------------------------------------------

4

Pengesahan Perpu Papua Barat Dorong Revisi UU No 21/2001-----------------------------

5

Parameter Kemiskinan Perlu Diharmonisasi -------------------------------------------------------

6

10 Pilkada di Jabar Dipercepat -------------------------------------------------------------------------

7


KPU Harus Lebih Ketat Seleksi Parpol---------------------------------------------------------------

8

Kalla Yakin Ada yang Bermain dalam Gelap di Pilkada ----------------------------------------- 10
Pilkada Bali Dijaga Ketat --------------------------------------------------------------------------------- 11
Pembagian BLT Belum Optimal ------------------------------------------------------------------------ 13
Sejumlah Parpol Optimistis Menangi Pilkada Jatim ---------------------------------------------- 15
Anomi Parpol ------------------------------------------------------------------------------------------------ 16
BLT Tahap II Mulai Disalurkan ------------------------------------------------------------------------- 17
Parpol,Berbenahlah! --------------------------------------------------------------------------------------- 18
Adu Program Tiga Cagub Bali -------------------------------------------------------------------------- 20
Kampanye Pilgub Jatim Dimulai ----------------------------------------------------------------------- 23
Hari Ini Pilkada Bali Digelar------------------------------------------------------------------------------ 24
Kekalahan Pilkada Bukan Kekalahan Parpol ------------------------------------------------------- 26
Pembagian BLT di Bandung Barat pada 14-21 Juli ---------------------------------------------- 27
Lokasi Kampanye Pilgub dan Pilkada Bupati Dipisah-------------------------------------------- 28
MK: Aturan Peralihan UU Pemilu Tidak Adil -------------------------------------------------------- 29
Ancaman Golput Tinggi----------------------------------------------------------------------------------- 30

Calon Janjikan Kampanye Santun--------------------------------------------------------------------- 32
Menolak Politik Uang -------------------------------------------------------------------------------------- 33
Seluruh Banyuwangi Terancam Golput -------------------------------------------------------------- 34
Tentara di Pilkada ------------------------------------------------------------------------------------------ 35
Bang Yos Berjanji Perjuangkan Otonomi Daerah ------------------------------------------------- 37
Diusulkan, UU tentang Kejahatan Pemilu ----------------------------------------------------------- 39
Baru 973 Perda Bermasalah yang Dibatalkan ----------------------------------------------------- 40
Nasib Golkar dalam Pilkada ----------------------------------------------------------------------------- 41
Bila Kandidat yang Diusung Gagal, Tak Akan Dicalonkan ------------------------------------- 43
Atribut Kampanye Mulai Dibersihkan ----------------------------------------------------------------- 45
Demokrasi Indonesia Ditengarai ke Arah Kekacauan-------------------------------------------- 46

Kampanye Dua Babak ------------------------------------------------------------------------------------ 47
Politik Uang dan Demokrasi Kita ----------------------------------------------------------------------- 50
Politik Uang di Pilkada ------------------------------------------------------------------------------------ 52
Undang-Undang Pemilu Belum Mengakomodasi Pluralitas ------------------------------------ 53
Peraturan KPU Rendahkan UU Pers ----------------------------------------------------------------- 54
(De)Legitimasi Pemilu------------------------------------------------------------------------------------- 55
Kampanye Bakal Terhambat ---------------------------------------------------------------------------- 57
Memilih Parpol ---------------------------------------------------------------------------------------------- 58

Golput Pun Kembali Memenangi Pilkada------------------------------------------------------------ 60
Pemprov Sumut Minta Menkeu Koordinasi dengan Mendagri--------------------------------- 63
Dana Kampanye Harus Transparan ------------------------------------------------------------------ 64
Gubernur Kalteng Larang Perda yang Hambat Investor ---------------------------------------- 65
Parpol Enggan Transparan ------------------------------------------------------------------------------ 66

Suara Pembaruan

Selasa, 01 Juli 2008

Pe m e k a r a n Bor osk a n Ua ng Ot sus Pa pua

[JAYAPURA] Munculnya kabupaten pemekaran baru di Papua akan menimbulkan banyaknya
uang yang dibuang. Keenam kabupaten yang baru dimekarkan, yakni Dogiyai, Lani Jaya,
Puncak, Nduga,Yalimo dan Mamberamo Tengah, menjadikan Papua memiliki 26 kabupaten
dan satu kota.
"Akan banyak lagi uang dana otonomi khusus (otsus) yang dibuang untuk membangun
kantor-kantor pemerintahan dan berapa puluh kepala dinas, berapa puluh kepala bagian
baru. Ini pemborosan saja," kata pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
untuk Papua, Muridan S Widjojo, di Jayapura, baru-baru ini.

"Uang otsus berapa puluh triliun yang katanya peruntukannya untuk kesejahteraan rakyat,
berapa puluh lagi yang dihabiskan untuk belanja operasional pejabat untuk membangun
gedung baru dan segala macam. Selain itu, berapa lagi pendatang yang didatangkan untuk
menjadi pegawai negeri, yang semuanya tidak mungkin diisi oleh orang Papua," ujarnya.
Dengan adanya kabupaten baru, tambahnya, kegiatan semuanya nanti akan konsumtif dan
akan lebih banyak diisi pendatang. Coba lihat di sekitar bupati, pendatang semua. Kalau
dilihat di sini pun hampir semua pendatang. Mulai dari menawarkan barang, menawarkan
jasa dan apa yang bisa ditawarkan. Ini hanya gali lubang saja, untuk persoalan yang lebih
besar di Papua.
Soal alasan pemekaran untuk memperpendek rentang kendali antara pusat dan daerah,
sebetulnya hanya untuk memperluas medan korupsi. Secara logika, semakin banyak aparat,
akan semakin banyak korupsi. "Kemampuan kontrol kita kepada Papua itu seberapa banyak
pada praktiknya," katanya.
Tuntutan
Dikatakan, saat ini yang dituntut orang Papua sederhana. Pertama, pemberdayaan orang
Papua dengan membuat orang Papua tidak lagi marginal dan tidak lagi terdiskriminasi.
Kedua, paradigma baru pembangunan Papua dengan menetapkan empat public service
seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur, dan ekonomi kerakyatan.
Dengan meningkatkan keberadaan negara di kampung-kampung. Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) tidak diwakili oleh pos tentara, tetapi oleh kehadiran puskesmas pembantu

dan sekolah dasar yang bagus, ungkapnya.
Ketiga, rekonsiliasi masalah hak asasi manusia (HAM), karena sampai kapan pun, orang
Papua tetap akan berteriak soal HAM. Keempat, mau tidak mau harus dialog dan hal ini tidak
bisa ditawar. Semuanya itu bila tanpa pemekaran pun, bisa dilakukan.
Dengan pemekaran, semua energi terkuras habis untuk hal-hal yang sebenarnya tidak perlu
sama sekali, katanya.
"Kalau jadi bupati saya tinggal di Swisbell Hotel Jayapura selama berbulan-bulan dan di
Jakarta nginap di Hotel Sultan juga selama berbulan-bulan. Sehingga apa artinya pemekaran
untuk orang Papua," tanyanya.
Sementara itu, ahli pemerintahan yang juga mantan Wakil Gubernur Papua JRG Djopari
mengatakan, dengan pemekaran wilayah, bukan berarti dananya makin besar, karena dana
yang ada dibagi dengan kabupaten pemekaran baru oleh kabupaten induknya.

Berkhas

1

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan


Selasa, 01 Juli 2008

Dari sisi pemerintahan, dengan pemekaran akan mempermudah rentang kendali, di mana
masyarakat daerah yang dimekarkan akan merasa lebih dekat dengan pemerintahnya.
Papua dilihat bukan karena jumlah penduduknya, tetapi tingkat kesulitan wilayahnya yang
harus dilihat dan masyarakatnya tersebar dengan tingkat budayanya masing-masing. [154]

Berkhas

2

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Selasa, 01 Juli 2008

RUU Ot sus Pa pua Ja di UU
[JAKARTA] Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, fraksi-fraksi di Dewan

Perwakilan Rakyat (DPR) akhirnya menyetujui RUU tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah pengganti Undang-undang (UU) 1/2008 tentang Perubahan atas UU 21/2001
tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua disahkan menjadi UU.
Persetujuan itu disampaikan sepuluh fraksi melalui pendapat akhir dalam rapat kerja Komisi II
dengan Menteri Dalam Negeri Mardiyanto dan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Andi
Matalatta di Jakarta, Senin (30/6).
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berpendapat Perppu 1/2008 tentang
Perubahan atas UU 21/2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua akan menjadi
payung hukum yang sangat bersejarah bagi rakyat Papua. Pengesahan Perppu itu akan lebih
mendekatkan pelayanan kepada publik, mengejar ketertinggalan, dan menegakkan keadilan
hukum bagi rakyat Papua, yang selama ini hak-hak mereka banyak terabaikan.
"Kami menyambut baik pengesahan Perppu ini menjadi UU. Dengan pengesahan itu,
diharapkan hak-hak rakyat Papua dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik akan semakin
bisa ditegakkan," kata juru bicara FPDI-P, Suparlan.
Fraksi Partai Golkar (FPG) menyatakan pemberian otonomi khusus (otsus) melalui Perppu
1/2008 adalah suatu keharusan. Perppu itu semakin memberi jaminan bagi terwujudnya
kesejahteraan rakyat Papua dalam semua aspek.
"Dengan pengesahan Perppu ini, akan semakin menjamin kesejahteraan rakyat Papua serta
menjaga hubungan yang serasi antara pusat dan daerah dalam bingkai negara kesatuan RI,"
kata Andi Wahab, juru bicara FPG.

Fraksi-fraksi lain juga berpendapat sama bahwa dengan pemberian otsus bagi rakyat Papua
diharapkan berbagai kendala pembangunan di sana dapat diatasi. Berbagai masalah, seperti
kesenjangan, kecemburuan, dan gejolak sosial yang selama ini membuat Papua ingin
melepaskan diri, dapat diatasi.

Berkhas

3

Volume VI Juli 2008

Kompas

Rabu, 02 Juli 2008

Ant isipa si Ke m isk ina n de nga n Pe t a
Ace h La nj ut k a n Pr ogr a m Ge ospa sia l
Rabu, 2 Juli 2008 | 00:13 WIB
Jakarta, Kompas - Perencanaan pembangunan dan tata ruang wilayah perkotaan perlu peta
tematik skala besar 1:10.000 hingga 1:5000 mengenai jaringan infrastruktur utilitas dan

sanitasi. Dengan data ini dapat dicegah munculnya kawasan permukiman kumuh.
Menurut Kepala Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) Rudolf W
Matindas di Jakarta, Selasa (1/7), kota di Indonesia dapat mencontoh Paris, yang memiliki
peta perencanaan pembangunan jaringan utilitas dan sanitasi. Akibatnya, semua akses
layanan kebutuhan dasar warganya, seperti air minum, listrik, dan telepon, terjamin.
Dia mengingatkan, pemerintah kota di Indonesia dan Jakarta harus mengantisipasi terjadinya
ledakan kemiskinan dan kasus penyakit akibat ketiadaan perencanaan pembangunan sarana
sanitasi yang memadai.
Menurut Matindas, harus ada prioritas pembuatan peta skala besar minimal 1:10.000 untuk
perencanaan pembangunan perkotaan berpenduduk di atas satu juta. ”Dengan penataan
ruang yang benar dapat dicegah terbentuknya daerah kumuh yang memicu ledakan
kemiskinan dan kasus penyakit,” ujar dia.
Pemetaan ini secara tidak langsung dapat mendukung pencapaian target Tujuan
Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs) untuk menekan kemiskinan
dan angka kesakitan dan kematian yang terjadi akibat ketiadaan akses air bersih dan
sanitasi.
Kepala Satuan Tugas Geospasial Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh (BRR)Bakosurtanal Mulyanto Darmawan menjelaskan, saat ini Kota Banda Aceh telah memiliki
peta dasar topografi skala 1:2.000 jauh lebih besar dari yang diharapkan.
Peta kawasan pesisir yang dipetakan pasca-tsunami yaitu Lhokseumawe dan Lhokkruet—
berskala 1:10.000, sedangkan wilayah tengah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

menggunakan peta skala kecil 1:50.000 keluaran Bakosurtanal tahun 1978.
Program lanjutan
Kini, Matindas menyerahkan hasil pemetaan digital wilayah NAD pasca-tsunami kepada
Gubernur NAD Irwandi Yusuf di Banda Aceh, Senin (30/6). Peta tersebut merupakan hasil
tiga tahun oleh Satgas BRR-Bakosurtanal. Masa kerjanya berakhir Juni ini.
Irwandi menegaskan, pihaknya akan melanjutkan program pemetaan geospasial berskala
besar untuk wilayah tengah NAD lewat Badan Normalisasi Aceh (BNA) yang akan dibentuk.
Hingga tahun 2012 akan dialokasikan dana 6,8 triliun untuk BNA.
Pembangunan di NAD, lanjut Irwandi, akan diprioritaskan pada pembukaan kawasan
pertanian dan perkebunan untuk meningkatkan perekonomian dan membuka lapangan kerja.
Penetapan prioritas berdasarkan potensi SDM dan lahan di NAD saat ini. Rencana tersebut,
menurut Deputi Survei Dasar dan Sumber Daya Alam Bakosurtanal Aris Poniman, akan
didukung oleh peta dasar digital skala 50.000 dari Bakosurtanal. Berdasarkan peta dasar itu,
pemda bersangkutan membuat peta tematik berskala besar. (YUN)

Berkhas

4

Volume VI Juli 2008

Kompas

Rabu,02 Juli 2008

Ot onom i Khusus

Pe nge sa ha n Pe r pu Pa pua Ba r a t D or ong Re v isi UU
No 21/ 2001
Rabu, 2 Juli 2008 | 00:02 WIB
Jakarta, Kompas - Rapat Paripurna DPR, Selasa (1/7), sepakat mengesahkan Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 mengenai Perubahan atas Undang-Undang No 21/2001
mengenai Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua menjadi undang- undang. Persetujuan atas
perpu tersebut memastikan pemberlakuan ketentuan otonomi khusus bagi Provinsi Papua
Barat.
Perubahan substantif dalam Perpu No 1/2008 tersebut adalah adanya klausul bahwa Provinsi
Papua adalah Provinsi Irian Jaya yang kemudian menjadi Provinsi Papua dan Provinsi Papua
Barat, yang diberi otonomi khusus dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menteri Dalam Negeri Mardiyanto yang mewakili pemerintah menyebutkan, dengan
disetujuinya perpu menjadi undang-undang, ada kepastian hukum mengenai eksistensi
Provinsi Papua Barat. Diharapkan ke depan ada harmonisasi antara penyelenggaraan
pemerintahan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Namun, sekalipun semua 10 fraksi sepakat dengan penetapan menjadi undang-undang,
belum sepenuhnya masalah tuntas. Sejumlah fraksi, seperti Fraksi Partai Demokrasi
Indonesia Perjuangan, Fraksi Partai Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera, dan Fraksi Bintang Pelopor Demokrasi, menginginkan perubahan UU No 21/2001.
Suparlan dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan mengusulkan agar perubahan
UU No 21/2001 diagendakan. (dik)

Berkhas

5

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Kamis, 03 Juli 2008

Pa r a m e t e r Ke m isk ina n Pe r lu D iha r m onisa si
Thursday, 03 July 2008
JAKARTA(SINDO) – Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala
Bappenas Paskah Suzetta menyebutkan perlunya harmonisasi parameter dalam mengukur
angka kemiskinan.
Hal itu untuk mengantisipasi kemungkinan perdebatan tentang penurunan angka kemiskinan
2,21 juta yang diumumkan Badan Pusat Statistik (1/7/2008). ”Terkait penurunan angka
kemiskinan ini kita akan rapat dengan Badan Pusat Statistik (BPS). Tentunya, analisis
parameter-parameter perlu diharmonisasi dulu. Saya dalam waktu dekat akan mengundang
BPS,” ujar Paskah usai Rapat Pimpinan Bappenas di Gedung Bappenas Jakarta kemarin.
Paskah menjelaskan perlunya harmonisasi ukuran yang mengacu pada peranan sektor
informal yang banyak menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.Dengan begitu, sektor ini
telah berperan signifikan memangkas angka kemiskinan. Menurut Paskah, sektor informal
patut diperhitungkan dalam konteks pengukuran angka kemiskinan. Sebab lazimnya dalam
negara berkembang,peran sektor informal sangat dominan dibandingkan sektor formal.
Dalam hitungan Bappenas, penyerapan angkatan kerja sektor informal menggunakan asumsi
setiap pertumbuhan ekonomi 1% mencapai 350–400 tenaga kerja. Kendati begitu, kata dia,
pihaknya tidak akan melakukan intervensi terkait upaya harmonisasi tersebut.Pasalnya BPS
merupakan lembaga negara yang bekerja melakukan pengukuran kemiskinan dan indikator
ekonomi lain secara independen.
”Saya tidak akan mengintervensi angka kemiskinan itu,”katanya. Direktur Penanggulangan
Kemiskinan Kementerian Negara PPN/Bappenas Endah Murniningtyas mengatakan,
penurunanangkakemiskinan BPS yang dinyatakan turun 2,21 juta jiwa telah didasarkan pada
ukuran pengeluaran, baik dalam bentuk makanan maupun nonmakanan. Karena itu, angka
ini sulit untuk dinilai politis.
”Tetapi pada intinya, survei nasional tentang kemiskinan ini kan dilakukan dua kali dalam satu
tahun, Maret dan Agustus. Kita lihat saja nanti pada bulan Agustus,”katanya. Sementara itu,
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani
Yustika menilai, penurunan angka kemiskinan per Maret 2008 belum didasarkan pada
dampak kenaikan harga BBM bersubsidi akhir Mei lalu.
Selain itu,penurunannya juga didasarkan pada daya serap luar biasa sektor informal
terhadap angkatan kerja selama triwulan I/2008. Menurut Erani, berdasarkan kajian tengah
tahunan Indef, pihaknya memproyeksikan angka kemiskinan per Maret 2009 mendatang
bakal mengalami peningkatan antara 1–1,5%. (zaenal muttaqin)

Berkhas

6

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 04 Juli 2008

1 0 Pilk a da di Ja ba r D ipe r ce pa t
[BANDUNG] Sebanyak 10 kabupaten dan kota di Jawa Barat (Jabar) harus mempercepat
proses pemilihan kepala daerah (pilkada) sebelum memasuki tahun 2009. Percepatan
pilkada itu dilakukan untuk Kabupaten Cirebon, Majalengka, Subang, Kuningan, Garut,
Ciamis, Bogor, Kota Bogor, Bandung, dan Banjar.
"Ini dilakukan agar agenda nasional, Pemilu Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, serta pemilu presiden tahun 2009 tidak
terganggu. Kita berkonsentrasi ke momentum besar nasional, maka pilkada yang tersisa di
tahun 2009 kita tarik ke tahun 2008," kata Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, di Bandung,
Kamis (3/7).
Perintah mempercepat pilkada itu datang dari Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Itu dilakukan
lewat Surat Mendagri No 270/516/OTDA perihal Perubahan Jadwal Pemilu Kepala Daerah
dan Wakil Kepala Daerah dan Surat Mendagri No 188.2/1189/SJ Tanggal 7 Mei 2008 perihal
Tindak Lanjut UU No 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UU No 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, katanya.
Asisten Pemerintahan Provinsi Jabar, Tjatja Kuswara mengatakan, bila dalam pilkada yang
dipercepat itu mengharuskan adanya putaran dua, paling lambat diselenggarakan bulan
Desember 2008. Dari jadwal yang diterima, 10 kabupaten dan kota itu bakal melangsungkan
pilkada pada Agustus dan Oktober 2008. Pilkada Kabupaten Bogor dan Kota Bandung
dilaksanakan pada Agustus, sedangkan daerah lain pada Oktober. [153]

Berkhas

7

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 04 Juli 2008

KPU H a r us Le bih Ke t a t Se le k si Pa r pol
[JAKARTA] Penyederhanaan partai politik (parpol) untuk berlaga pada Pemilihan Umum
(Pemilu) 2009 dipastikan tidak bisa terjadi. Namun, Komisi Pemilihan Umum (KPU)
seharusnya bisa lebih ketat dalam menyeleksi partai politik (parpol) untuk lolos sebagai
peserta pemilu.
Pandangan itu disampaikan peneliti senior Pusat Reformasi Pemilu (Cetro), Partono, saat
dihubungi SP di Jakarta, Jumat (4/7). Menurut dia, prediksi meningkatnya jumlah partai politik
akan menjadi kenyataan. KPU pun tidak bisa membatasi jumlah parpol sepanjang memenuhi
syarat verifikasi faktual.
Hanya saja, KPU harus lebih ketat dalam melaksanakan perintah undang-undang dan
menaati peraturan yang dibuat untuk menyeleksi parpol. KPU juga perlu mendisiplinkan
anggota KPU di tingkat daerah agar tidak "bermain mata" dengan parpol.
Partono memaparkan, penyederhanaan partai pada 2009 itu mustahil terjadi. Namun, dengan
diberlakukannya ambang batas parlemen (parliamentary threshold/PT) sebesar 2,5 persen
tahun ini, yang berarti partai yang memiliki suara sah kurang dari 2,5 persen tidak berhak
memasukkan kadernya ke DPR, otomatis akan menyaring partai untuk berlaga di 2014.
"Partai yang tidak memenuhi ketentuan PT tersebut berarti tidak mendapat kursi di legislatif.
Jadi, mereka sudah mengeluarkan uang banyak untuk membuat jaringan ke daerah, namun
tidak memiliki jabatan. Buat apa? Oleh karena itu, partai yang tidak masuk ke parlemen
otomatis memilih untuk bergabung saja," katanya.
Ia juga mengingatkan anggota KPU di daerah untuk berpedoman pada undang-undang dan
peraturan KPU pada tahapan verifikasi faktual tersebut. Menurutnya, sudah menjadi rahasia
umum pada 2004, partai mudah lolos dalam verifikasi faktual karena ada politik uang antara
parpol dengan KPU.
Anggota KPU, Andi Nurpati, tidak menampik bahwa jumlah parpol yang bakal bertarung pada
Pemilu 2009 jauh lebih banyak dibanding 2004. Pasalnya, pada 2004 belum ada partai yang
mendapat "tiket gratis" untuk menjadi peserta pemilu.
Tidak Siap
Partono menyambut baik keputusan untuk memundurkan hari pemungutan suara dari 5 April
2009 menjadi 9 April 2009. Namun, ia tidak menampik jika pandangan yang beredar saat ini
terkait pengunduran itu karena KPU tidak siap secara struktural.
"Mereka mempunyai waktu untuk mempersiapkan lebih baik. Dari awal masyarakat tahu
kalau KPU tidak siap, jadi lebih baik memiliki waktu untuk memperbaiki," katanya.
Mantan Wakil Ketua KPU 2004, Ramlan Surbakti, juga mendukung sikap KPU memundurkan
hari pemungutan suara. Menurutnya, sejak awal memang sudah banyak masukan dari
masyarakat untuk memundurkan hari pelaksanaan pemilu.
Ketua KPU Abdul Hafiz Anshary menegaskan pemunduran hari pemungutan suara karena
banyak masukan dari masyarakat agar ada perubahan, khususnya dari kalangan etnis
Tionghoa dan umat Kristiani, serta putusan Mahkamah Konstitusi terkait calon perseorangan
yang harus diakomodasikan.
Juru Bicara Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Rusdy Saleh mengatakan
pemunduran jadwal pemilu menunjukkan KPU tidak konsisten. "Perubahan itu adalah bentuk
ketidakkonsistenan kinerja KPU dalam menjalankan program," ujarnya.

Berkhas

8

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Jumat, 04 Juli 2008

Dengan perubahan hari pemungutan suara tersebut, KPU juga memundurkan penetapan
parpol peserta pemilu yang sebelumnya direncanakan pada 3 Juli 2008 menjadi 5-7 Juli
2008. Pengundian nomor urut dan pengumuman parpol peserta pemilu, yang sebelumnya
pada 4-5 Juli 2008 menjadi 9 Juli 2008. Kampanye tertutup dimulai 12 Juli 2008- 5 April 2009,
rapat umum dimulai 17 Maret-5 April 2009, masa tenang 6-8 April 2009, penetapan daerah
pemilihan 8-10 Juli 2008, dan sosialisasi pencalonan dan daerah pemilihan (dapil) akan
dilakukan 14 Juli 2008. [L-10/M-16]

Berkhas

9

Volume VI Juli 2008

Kompas

Sabtu, 05 Juli 2008

Pa r t isipa si Pe m ilu
Ka lla Ya k in Ada y a ng Be r m a in da la m Ge la p di
Pilk a da
Sabtu, 5 Juli 2008 | 00:11 WIB
Mataram, Kompas - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar, yang juga Wakil
Presiden, Muhammad Jusuf Kalla yakin ada yang bermain secara gelap dan negatif sehingga
terjadi penurunan tingkat partisipasi pemilih dalam setiap pemilihan langsung kepala daerah
yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum daerah.
Demikian disampaikan Kalla saat bersilaturahmi dengan kader dan jajaran pengurus Partai
Golkar di Kantor DPD Partai Golkar di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat (4/7).
Contoh terakhir, kata Kalla, adalah pilkada di Jawa Tengah yang tingkat partisipasi
pemilihnya hanya 56 persen. Dengan kasus Jawa Tengah tersebut, setiap mesin partai politik
harus bekerja keras dan optimal untuk meningkatkan partisipasi pemilih kembali, khususnya
dalam Pemilu 2009.
Menurut Kalla, mesin partai juga harus dapat menjaga pemilih yang sudah memiliki
keyakinan untuk memilih dan meyakinkan masyarakat yang belum memiliki keyakinan untuk
ikut memilih.
”Pasti ada saja yang ’bermain’ secara gelap dan negatif agar tidak memilih. Nah, itulah yang
harus dijelaskan oleh mesin partai. Di situlah mesin partai harus bekerja dengan baik dan
benar,” ujar Kalla.
>k /cmac=9/< Kalla juga mengingatkan pentingnya satu suara pemilih dalam pilkada agar
tidak terjadi konflik seperti yang terjadi pada pilkada Provinsi Maluku Utara, di mana selama
hampir delapan bulan masalahnya belum selesai hingga kini akibat perbedaan suara pemilih.
Jusuf Kalla didampingi oleh sejumlah pimpinan Partai Golkar, di antaranya Ketua Dewan
Penasihat Surya Paloh dan Sekretaris Jenderal Soemarsono. (HAR)

Berkhas

10

Volume VI Juli 2008

Kompas

Sabtu, 05 Juli 2008

Pilk a da Ba li D ij a ga Ke t a t
Ke t e r liba t a n PN S di Pilk a da M a luk u D iindik a sik a n Tinggi
Sabtu, 5 Juli 2008 | 00:51 WIB
Denpasar, Kompas - Pengamanan pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali pada 9 Juli
mendatang melibatkan 9.713 personel aparat. Mereka berasal dari Polda 7.807 orang, TNI
540 anggota, dan sipil 1.366 orang. Sebanyak 2.114 dari 5.683 tempat pemungutan suara
diprediksi potensi rawan keamanan.
Namun, masyarakat tetap diminta tenang dan tak perlu khawatir menuju tempat pemungutan
suara (TPS) saat pencoblosan. Hari Sabtu (5/7), masa kampanye berakhir dan akan ditandai
dengan doa bersama semua kandidat gubernur dan wakil gubernur untuk bersembahyang di
Pura Jagatnata, Puputan Badung, Denpasar.
”Kami terus memerhatikan semua titik rawan agar pelaksanaan Pilkada Bali pertama kali ini
lancar dan damai. Apalagi, Bali menjadi barometer keamanan pilkada se-Indonesia. Kami
berharap ketiga kandidat menepati kesepakatan apalagi diakhiri doa bersama di pura,” kata
Wakil Kepala Polda Bali Brigjen (Pol) Adhi Chandra P seusai menggelar apel kesiapan
operasi pengamanan Pilkada Bali di Lapangan Monumen Perjuangan Rakyat Bali, Jumat
(4/7).
Adhi menambahkan, doa bersama di pura diharapkan mampu memberi pengaruh psikologis
masyarakat untuk tenang. Ia pun mengimbau masyarakat tak perlu menjadi golput. Pemilih
terdaftar di seluruh Bali tercatat sekitar 2,6 juta jiwa.
Bali strategis
Wakil Presiden Jusuf Kalla di depan ribuan anggota Partai Golkar di Hotel Aston
mengungkapkan, Bali merupakan pulau strategis bagi kemenangan partai pada Pilkada Bali.
Karena itu, Kalla selaku Ketua Umum Partai Golkar berharap semua kader mengupayakan
kemenangan partai dan tercapai 30 persen lebih.
”Indonesia bukan apa-apa tanpa keberadaan dan peran Bali. Hanya Bali yang sudah
mendunia. Oleh karena itu, kita harus optimistis Golkar memenangi Pilkada Bali dan
melancarkan kemenangan pula pada Pilpres 2009,” katanya.
Dalam Pilkada Bali, Golkar mengusung Ketua DPD Bali Cokorda Budi Suryawan dan mantan
Wakil Kepala Polda Bali Nyoman Suweta sebagai kandidat gubernur dan wakil. PDI
Perjuangan mengusung mantan Kepala Polda Bali Made Mangku Pastika dan Wali Kota
Denpasar AA Puspayoga. Adapun Partai Demokrat bersama koalisi mengusung Bupati
Jembrana Gede Winasa dan Ketua KONI Bali Alit Putra.
Beberapa hari sebelumnya, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ikut berkampanye
di Tabanan. Ia juga mengharapkan hal senada bahwa Bali menjadi barometer kemenangan.
Pilkada Maluku
Dari Ambon, Maluku, dilaporkan, keterlibatan pegawai negeri sipil (PNS) dalam kampanye
pasangan calon peserta pilkada Provinsi Maluku diindikasi tinggi. Keterlibatan mereka ada
yang terang-terangan dan sebagian mendompleng kunjungan juru kampanye dari pusat.
Daniel Nirahua, Ketua Panitia Pengawas (Panwas) Provinsi Maluku, Jumat, menjelaskan,
pihaknya sedang menelusuri keterlibatan 22 PNS dalam kampanye. Ada 20 laporan dari
Maluku Tengah dan dua dari Ambon. PNS yang terlibat sebagian besar menjabat kepala
dinas dan guru. Ada juga kepala puskesmas dan staf dinas. Mereka terlibat sebagai juru
kampanye dan aktif menyosialisasikan pasangan calon.

Berkhas

11

Volume VI Juli 2008

Kompas

Sabtu, 05 Juli 2008

”Saat ini, panwas di kabupaten dan kota juga menelusuri kasus yang sama untuk pembuktian
laporan,” ujar Daniel.
Panwas juga menemukan kampanye terselubung dan satu di antaranya telah dilimpahkan ke
kepolisian. Ada juga usaha menyesatkan masyarakat dengan memasang spanduk ajakan
mencoblos pada 12 Juli, padahal jadwal yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Maluku adalah 9 Juli. Identitas pemasang spanduk sudah diketahui, tetapi belum tertangkap.
”Pemasangan spanduk itu menyesatkan dan menjurus pada ajakan ke masyarakat untuk
golput,” ujar Daniel.
Masa kampanye yang dijadwalkan KPU akan berakhir pada 5 Juli disusul tiga hari masa
tenang dan pemungutan suara pada 9 Juli. (AYS/ANG)

Berkhas

12

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 05 Juli 2008

Pe m ba gia n BLT Be lum Opt im a l

[JAKARTA] Hingga Jumat (4/7), pemberian bantuan langsung tunai (BLT) belum optimal di
dua provinsi, yaitu Kalimantan Tengah dan Maluku.
Secara keseluruhan, dari 440 kota/kabupaten yang menjadi tempat pelaksana, 119
kota/kabupaten atau 27,04 persen telah selesai melakukan pembagian BLT.
Staf Ahli Menteri Sosial Bidang Perencanaan, Mu'man Nuryana dalam jumpa pers, Jumat
(4/7) di Jakarta mengatakan, terhambatnya pemberian BLT di dua provinsi tersebut, karena
pemerintah setempat ingin melakukan verifikasi kelayakan lebih dalam terhadap
penerimanya.
"Seluruh bahan sudah ada di lokasi, hanya menunggu pelaksanaan pendistribusian kepada
penerimanya saja," ujarnya.
Mu'man menegasakan, untuk pembagian BLT tahap I, dengan alasan apa pun, tetap harus
segera dibagikan. Jika ada keterlambatan, maka pencairan tahap kedua akan ikut terganggu.
Menurut Mu'man, kedua provinsi yang belum melakukan pembayaran BLT tersebut,
dianggap terlalu banyak pertimbangan. Hal yang terjadi di daerah tersebut banyak menyita
waktu. Dengan itu, tampaknya harus ada penyisiran pelaksanaan yang lebih rapi.
"Oleh karena itu, Departemen Sosial meminta kepada pelaksana di dua provinsi tersebut
agar segera melakukan pencairan BLT bagi rumah tangga sasaran (RTS) yang sudah benarbenar pasti layak," tuturnya.
Dikawal
Sementara itu, Direktur Bisnis Jasa Keuangan PT Pos Indonesia, Arief Supriyono
mengatakan, untuk Provinsi Maluku, saat ini sudah dalam tahap sosialisasi dan verifikasi
kartu.

Berkhas

13

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Sabtu, 05 Juli 2008

Sementara itu, di Kalimantan Tengah, gubernur setempat telah mengeluarkan surat
penundaan, menunggu selesainya proses verifikasi oleh pemerintah daerah.
Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Mohammad Nuh
mengatakan, pelaksanaan BLT tetap akan dikawal. Jika terjadi penyimpangan atau ada hal
yang tidak beres, maka harus dideteksi lebih awal. [DMP/N-6]

Berkhas

14

Volume VI Juli 2008

Kompas

Senin, 07 Juli 2008

Pa r t a i polit ik

Se j um la h Pa r pol Opt im ist is M e na ngi Pilk a da Ja t im
Senin, 7 Juli 2008 | 00:28 WIB
Jakarta, Kompas - Sejumlah pimpinan partai politik menyatakan optimistis, calon yang
mereka usung akan memenangi Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada Jawa Timur, yang
masa kampanyenya dimulai Minggu (6/7). Untuk mendukung optimisme ini, sejumlah parpol
menerjunkan ketua umum untuk berkampanye.
Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Pramono Anung
mengatakan, Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri akan ke Jatim pada 14-16 Juli
untuk mengampanyekan pasangan Sutjipto-Ridwan Hisjam. ”Pasangan yang diusung PDI-P
tentunya bisa memenangi pilkada,” katanya.
Optimisme serupa disampaikan Ketua Umum Partai Golkar M Jusuf Kalla untuk pasangan
Soenarjo-Ali Maschan. Sedangkan Ketua Umum Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa
versi Muktamar Luar Biasa Parung, Abdurrahman Wahid, akan berkeliling Jatim, mendukung
pasangan Achmady-Suhartono (Kompas, 6/7).
Selain ketiga pasangan itu, dua pasangan lagi juga mengikuti pemilihan Gubernur Jatim yang
menjadi pilkada terbesar jika dilihat dari jumlah pemilih, yang mencapai 29.045.722 orang.
Mereka adalah Khofifah Indar Parawansa-Mudjiono yang diusung 12 partai dengan motor
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Soekarwo-Saifullah Yusuf dari Partai Demokrat,
Partai Amanat Nasional, dan Partai Keadilan Sejahtera.
Ketua Bidang Politik dan Pemenangan Pemilu PDI-P Tjahjo Kumolo menambahkan, suara
untuk Sutjipto-Ridwan Hisjam diharapkan berasal dari 8,2 juta warga Jatim yang pada
Pemilihan Presiden 2004 memilih Megawati dan mereka yang belum menentukan pilihan.
Meski demikian, Tjahjo menyadari, Jatim agak berbeda dari Jawa Tengah dan Bali yang
menjadi basis dan target utama pemenangan PDI-P.
Sekjen PPP Irgan Chairul Mahfis juga meyakini kemampuan pasangan Khofifah-Mudjiono.
”Target kami menang dan semoga hal itu dapat dilakukan dalam satu putaran,” ucapnya.
Target itu diambil, lanjut Irgan, karena dari survei internal PPP, dukungan untuk KhofifahMudjiono terus meningkat. Dukungan dari kalangan Nahdlatul Ulama, terutama Muslimat NU,
dan popularitas Khofifah sebagai satu-satunya calon perempuan juga diyakini akan efektif
memenangkan pasangan tersebut.
Ketua Bidang Politik Partai Demokrat Anas Urbaningrum menilai, pasangan SoekarwoSaifullah Yusuf adalah yang terbaik untuk masa depan Jatim. ”Survei kami menunjukkan,
rakyat Jatim memercayai pasangan yang kami usung,” ucapnya. (nwo)

Berkhas

15

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Senin, 07 Juli 2008

Anom i Pa r pol
Monday, 07 July 2008
KEPERCAYAAN publik terhadap partai politik semakin menurun.Pernyataan ini didukung
oleh penelitian LSI yang dilakukan terhadap 1.238 orang di 33 provinsi menggunakan teknik
multistage random sampling dengan tingkat kepercayaan 95%.
Sebanyak 65% responden menyatakan bahwa sikap dan perbuatan partai politik selama ini
tidak mewakili kepentingan, aspirasi, dan keinginan mereka.Temuan lain sebanyak 53%
responden menyatakan setuju bahwa partai politik hanya melayani kelompok-kelompok
tertentu serta 54% responden menyatakan setuju bahwa keputusan yang dibuat partai politik
sering tidak memperhatikan keinginan rakyat (LSI,2008).
Turunnya kepercayaan publik terhadap partai politik ini dapat disebabkan oleh kegagalan
partai politik dalam mewujudkan harapan seluruh rakyat. Publik menilai partai politik hanya
berorientasi pada kekuasaan dan kepentingan golongannya. Salah satu kegagalan partai
politik yang paling besar adalah ”diam” saat terjadi kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu.
Sangat sedikit partai politik yang bersuara lantang untuk menolak kenaikan harga BBM.
Partai politik terjebak dengan ikatan koalisi partai-pemerintah sehingga hilang sikap
kritisnya.Partai politik baru bersuara lantang ketika aksi penolakan kenaikan harga BBM
meluas di seluruh Indonesia dan menjurus pada aksi-aksi anarkisme. Itu pun sekadar melalui
hak angket yang disinyalir akan gembos di tengah jalan.
Janji manis yang disampaikan partai-partai politik seperti yang disampaikan kepada rakyat
pada Pemilu 2004 juga tidak kunjung dipenuhi.Pendidikan gratis tinggal janji, yang ada
hanyalah liberalisasi pendidikan.Kesehatan semakin mahal,akses masyarakat miskin
terhadap kesehatan berkurang dengan dibatasinya Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).
Lapangan kerja semakin langka, banyak pemuda yang menganggur,bahkan tak sedikit
mereka yang sudah bekerja di-PHK dengan alasan efisiensi pascakenaikan harga BBM.
Sampai di sini partai politik telah gagal mewujudkan kesejahteraan rakyat. Bahkan yang lebih
memalukan adalah di tengah situasi rakyat yang serbasulit, banyak wakil rakyat terjebak
dalam kasus korupsi seperti dalam kasus alih fungsi lahan hutan untuk pelabuhan dan kasus
suap pengadaan barang di Dephub.
Berbagai kasus di atas semakin membuat rakyat muak terhadap kinerja partai politik.Rakyat
menilai partai politik tidak lagi amanah dalam mengemban tugas-tugasnya. Untuk itu partai
politik harus segera berubah dan kembali membangun citranya. Jika tidak, jangan salahkan
rakyat yang tidak memilih mereka pada Pemilu 2009.(*)
Agoes Noegraha
Mahasiswa Fakultas Farmasi Unair

Berkhas

16

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Senin, 07 Juli 2008

BLT Ta ha p I I M ula i D isa lur k a n
Monday, 07 July 2008
PALEMBANG(SINDO) – Ratusan rumah tangga sasaran (RTS) di Sumsel segera menerima
bantuan langsung tunai (BLT). Pemprov Sumsel menargetkan sebelum akhir Juli 2008
semua RTS di Sumsel sudah menerima kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) tersebut.
Total anggaran yang dipersiapkan mencapai Rp204 miliar, yang akan dibagikan kepada
628.000 RTS di seluruh Sumsel, termasuk Palembang. Asisten Ketataprajaan dan Kesra
Sekda Provinsi Sumsel Erman Robain Sirodj menyatakan,sesuai instruksi surat dari Menteri
Sosial disebutkan bahwa semua verifikasi hingga sosialisasi dan pencetakan kartu RTS
pengganti harus selesai maksimal tanggal 10 Juli 2008.
Untuk itu,semua pihak yang terlibat dalam penyaluran BLT diharapkan dapat menyelesaikan
proses persiapan penyaluran. ”Hanya satu kunci kesuksesan penyaluran di seluruh Sumsel
ini, yakni koordinasi dan kerja sama semua pihak terlibat,” ujarnya dalam rapat koordinasi di
Pemprov Sumsel,kemarin.
Menurut dia,langkah tersebut harus dilakukan menyusul target penyelesaian
penyaluranBLTdiSumselsebelum akhir Juli 2008. Untuk itu, kepada kabupaten/kota diminta
untuk melakukan rembuk atau rapat hingga tingkat kelurahan dan desa dalam melakukan
verifikasi data.
”Memang BLT menggunakan data 2005, tetapi kita diberikan waktu update data untuk
menggantikan RTS yang sudah tidak layak menerima dan itu menjadi keputusan aparat
kelurahan dan desa,”paparnya, sambil menyebutkan data yang kurang akurat akan
menimbulkan masalah.
Sementara itu, Koordinator Humas BLT Kantor Pos Palembang Wedha Pratama
menerangkan,sesuai dengan tugas dan fungsi (tupoksi) kantor pos dalam program BLT.
Karena itu, kantor pos telah melakukan persiapan penyaluran di enam kantor pos
pembayaran yang tersebar di beberapa ka-bupaten/ kota.
”Dengan kantor yang dimiliki, kita siap menyalurkan BLT secara serentak,” katanya. Saat ini,
kantor pos mendistribusikan kartu BLT di beberapa kabupaten/kota yang telah
menyelesaikan verifikasi data.Pendistribusian tersebut diserahkan kepada camat, yang
kemudian diteruskan kepada lurah dan RT untuk dibagikan kepada warga yang berhak.
Untuk pendataan,RTS baru hasil verifikasi segera diterbitkan kartu RTS pengganti setelah
kantor pos menerima laporan hasil verifikasi dari kabupaten/kota. Hingga saat ini, proses
verifikasi hampir selesai dan dipastikan pada pertengahan Juli 2008 BLT di seluruh Sumsel
dapat disalurkan.”Target kita pertengahan Juli sudah tersalur dan sebelum akhir Juli
semuanya sudah tersalur,” katanya.
Mengenai kuota untuk RTS untuk Sumsel, yakni sebanyak 628.000 RTS yang tersebar di 14
kabupaten/kota, dengan total dana yang dipersiapkan sebanyak Rp204 miliar. Namun,
karena BLT Palembang telah disalurkan, jumlah dana BLT yang belum tersalur saat ini
sekitar Rp107 miliar. Wedha memperkirakan, RTS yang sudah tidak layak dan digantikan
dengan RTS pengganti tidak akan banyak. Berdasarkan data sampledari PT Pos,RTS
pengganti dip-erkirakan sebanyak 10% dari total kuota BLT Sumsel. (berli zulkanedi)

Berkhas

17

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Senin, 07 Juli 2008

Pa r pol,Be r be na hla h!
Monday, 07 July 2008
Lembaga Survei Indonesia (LSI) dalam jajak pendapat terbarunya mengumumkan betapa
legitimasi partai politik (parpol) menempati peringkat terendah dalam menyuarakan keinginan
rakyat.
Urutan teratas ditempati media massa (31%), ormas (24%), birokrasi (11%), dan parpol
sendiri (11%).Parpol lagilagi hanya diyakini oleh 42% responden bekerja sesuai dengan
perannya, jauh lebih rendah dari TV (76,5%), koran (72%), radio (72%), LSM (61%), ormas
(57%), dan birokrasi (53%).
Yang lebih serius adalah pendapat bahwa model pemilihan anggota DPR lebih mewakili
keinginan parpol (50,9%) ketimbang mewakili keinginan pemilih (28,9%).Ketika dibandingkan
antara model pemilihan DPD dengan DPR, pemilih menyebut model pemilihan DPD lebih
mudah dimintai tanggung jawab (63,3%) ketimbang model pemilihan DPR (19,7%).
Jadi parpol dianggap hanya bekerja untuk dirinya sendiri, sulit dimintai pertanggungjawaban
serta kurang mewakili pemilih ketimbang DPD. Turunnya tingkat kepercayaan terhadap
parpol ini juga senada dengan survei-survei sebelumnya. Kurang dari 30% pemilih yang
menyatakan berafiliasi atau memiliki keterkaitan dengan parpol.Selebihnya memiliki sikap
skeptis,bahkan juga antiparpol.
Parpol telah berubah menjadi pesakitan di mata publik ketimbang solusi bagi persoalan
kemasyarakatan yang semakin banyak dan rumit. Bagaimana nasib demokrasi kalau sudah
begini? Demokrasi nonprosedural yang menyimpang jelas akan merusak tatanan demokrasi
prosedural yang konstitusional.
Aspirasi politik publik lebih bergema di jalanan daripada di gedung-gedung parlemen.
Lalu,dalam bentuk yang lain,kemunculan anarkisme di tingkat massa tidak terelakkan,apalagi
kalau aparatur keamanan bekerja tidak profesional. Anarkisme bukan sebab yang otonom
atau muncul begitu saja, melainkan hadir akibat dari prosesproses penyumbatan aspirasi
masyarakat lewat jalur resmi.
*** Sikap rakyat yang tecermin dalam survei-survei itu maupun dalam pelaksanaan pilkada
yang kian miskin partisipasi menunjukkan bahwa rakyat tidak memberikan totalitas
kepercayaan kepada parpol. Meskipun demikian, rakyat masih menyisakan ruang
kepercayaan kepada lembaga lain, yakni pers dan ormas, termasuk pada kemampuan diri
sendiri.
Kemampuan rakyat untuk memilahmilah kepentingan publik dengan kepentingan parpol itu
menunjukkan betapa rakyat sudah sehat. Sehat dalam artian politik. Namun, sebagai
satusatunya tulang punggung dalam sistem demokrasi Indonesia, sesedikit apa pun
partisipasi politik rakyat dalam pemilu tidak mengurangi leg i t i m a s i konstitusional yang
diperoleh.
Sekalipun hanya ada 10% pemilih yang menggunakan hak pilihnya atau kurang dari 5%
publik yang merasa bagian dari parpol, tetap saja lembaga-lembaga demokrasi yang tersedia
diisi dan dijalankan oleh parpol. Parpol jelas akan tetap ada dalam setiap ruang kekuasaan,
kecuali konstitusi diubah.
Di sinilah dilemanya.Parpol memiliki kekuasaan, sementara rakyat tidak. Parpol bisa
memasukkan anggota- anggotanya ke legislatif,eksekutif, bahkan juga memengaruhi
pemilihan anggota-anggota yudikatif, sementara rakyat tidak. Jalur perseorangan dalam
pilkada yang dibuka tidak otomatis akan langsung memberikan kenyamanan kepada calon
terpilih seandainya 100% parpol di DPRD tidak memberikan dukungan.

Berkhas

18

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Senin, 07 Juli 2008

Parpol mengendalikan lembaga-lembaga demokrasi di pusat dan daerah. Seandainya
tingkap kepercayaan publik kepada media massa dan ormas begitu tinggi,katakan mencapai
99%, tetap saja kedua lembaga ini tidak memiliki legitimasi konstitusional untuk
mengendalikan negara. Media massa dan ormas adalah wadah penyaluran aspirasi rakyat
secara nonformal.
Dalam bentuk yang lain,lembaga swadaya masyarakat hanya semacam kelompok penekan
atau pengawas kekuasaan, tetapi tidak mampu memberikan sanksi yang bersifat formal.
Karena itu, berharap parpol akan bekerja keras untuk mendapatkan legitimasi rakyat yang
lebih besar jelas kurang tepat. Parpol justru akan semakin diuntungkan apabila tingkat
partisipasi berkurang drastis.
Karena semakin ringan cara atau jalan untuk mendapatkan satu kursi di parlemen lokal dan
nasional. Tingkat partisipasi yang tinggi memusingkan bagi parpol. Apalagi k e m a m - puan
parpol masih rend a h , b a h k a n nyaris tidak ada, dalam memobilisasi dukungan suara
menjadi dukungan dana politik. Jarang sekali kita mendengar ada rakyat biasa yang
menyumbang kepada parpol.
Dengan sudut pandang itu,kurang tepat menempatkan parpol sebagai tersangka dalam
kasus berkurangnya jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya dalam pilkada.Kalau
angka partisipasi masih di atas 30%,sesuai dengan angka akumulatif afiliasi masyarakat
pada parpol, berarti parpol sudah 100% lebih mengerahkan anggotanya.
Untuk menaikkan lagi angka partisipasi, dimungkinkan dengan kerja keras lembaga-lembaga
yang dipercaya publik,terutama media massa dan organisasi kemasyarakatan. *** Hanya
saja, parpol harus tetap berbenah. Pembenahan diri itu bisa dilakukan dengan cara
melakukan peremajaan dalam kaderisasi politik.
Tingkat kepercayaan para pemilih pemula dan kaum muda sedapat mungkin dipulihkan
karena merekalah nanti yang terus-menerus menjadi pihak yang aktif dalam proses
demokrasi, entah sebagai penggembira, petugas pemilihan sampai ke pemilih.Dengan
begitu,jangan sampai parpol diisi oleh mereka yang dari kumpulan yang terbuang.
Pola lain adalah benar-benar menghasilkan para bintang dalam kontestasi politik apa
pun,baik dalam pilkada ataupun pemilu.Parpol tidak bisa hanya mengandalkan figur-figur
yang berjasa kepada parpol,lalu memberikan pelayanan maksimal kepada pihak yang
berjasa itu. Sebagai alat ukur panas-dinginnya suara rakyat, hasil-hasil survei sudah
menunjukkan begitu rendahnya tingkat kepercayaan publik.
Pemulihan kepercayaan menjadi mutlak mengingat inti dari demokrasi bukan parpol sebagai
alat artikulasi, melainkan individu-individu yang memberikan suaranya. Tanpa rakyat,parpol
bisa apa? Jelang Pemilu 2009, parpol tampaknya mulai aktif dalam melakukan pembenahan
ini.Persentase ”jalur eksternal” parpol makin diperbesar.
Hanya saja, masih berupa tanda tanya, apakah jalur eksternal itu betul-betul disediakan atau
hanya manipulasi atau kemasan saja, tetapi akhirnya ditundukkan oleh kepentingan para elite
parpol yang hendak terus bertahan? Pembenahan terpenting adalah pengendalian atau
pendisiplinan anggota-anggota parpol, terutama yang menduduki jabatan-jabatan publik.
Ketika ada anggota parpol yang terlibat suap, otomatis yang terkena dampak bukan hanya
anggota yang bersangkutan,tetapi juga parpol sebagai pengasuhnya. Ada kondisi salah
asuhan dalam pengendalian anggota parpol ini. Apalagi ketika menduduki jabatan publik itu,
anggota parpol ini termasuk kategori elite parpol, bukan hanya anggota biasa.(*)
Indra Jaya Piliang
Analis Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Jakarta

Berkhas

19

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Senin, 07 Juli 2008

Adu Pr ogr a m Tiga Ca gub Ba li
sp/Nyoman Mardika
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Megawati
Soekarnoputri (ketiga dari kanan) ikut tampil sebagai juru kampanye untuk pasangan nomor
urut 3 Made Mangku Pastika- AA Puspayoga dalam pemilihan gubernur Bali. Foto diambil
baru-baru ini.
Setelah melalui proses tahapan pendaftaran, kampanye, dan memasuki minggu tenang
proses pemungutan suara untuk pemilihan gubernur dan wakil gubernur Bali periode 20082013 tinggal dua hari lagi, yakni Rabu (9/7). Dalam proses pencoblosan di sejumlah tempat
pemungutan suara (TPS) tentu kembali kepada masyarakat Bali yang punya hak pilih.
Kendati pencoblosan dikembalikan kepada hati nurani masyarakat, jangan lupa kalau ketiga
calon gubernur (cagub) Bali menawarkan visi dan misi supaya mereka dipilih. Visi dan misi
dari kandidat disosialisasikan lewat media televisi dan seminar di perguruan tingga swasta
maupun negeri seperti di Universitas Hindu, Universitas Udayana, dan Universitas
Pendidikan Ganesha.
Kalau dalam debat cagub di perguruan tinggi ada saja cagub yang tidak hadir dengan
berbagai alasan, namun tidak seperti undangan penyampaian visi dan misi cagub di Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali yang resmi diagendakan dalam rapat Paripurna
Dewan. Bedanya, kalau cagub di perguruan tinggi dan media televisi diberi kesempatan
tanya jawab, tetapi di DPRD hanya diberika kesempatan menyampaikan visi dan misi selama
20 menit, tanpa dialog.
Pasangan nomor 1, Gede Winasa-Alit Putra menyampaikan visi, yakni Menuju Bali Harmoni
yang sejahtera, berkeadilan berlandaskan "Tri Hita Karana". Pasangan yang diusung Partai
Demokrat dan beberapa partai kecil ini mempunyai misi yang pada intinya meningkatkan
kualitas hidup masyarakat dengan menekankan pada pendidikan dan kesehatan dan
meningkatkan pelayanan umum.
Dengan penekanan pendidikan dan kesehatan gratis, dalam slogannya kampanye dari kedua
pasangan ini menawarkan lima bebas, yakni bebas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,
pengangguran, dan korupsi. Hanya saja slogan pasangan ini dalam setiap debat dianggap
muluk-muluk, terutama bebas pengangguran dan kemiskinan karena kedua hal ini dianggap
hanya kamuflase.
"Kalau menawarkan bebas miskin dan pengangguran saya pikir imposible. Sebab, di manamana kemiskinan dan pengangguran itu pasti ada, termasuk di negara maju. Apalagi di
negara kita yang masih merupakan negara berkembang," ujar pimpinan Bank Indonesia di
Bali, Bagus Viraguna.
Paket cagub Bali yang berada di No 2, yakni Cok Budi Suryawan-Nyoman Gde Suweta
menyampaikan menyampaikan visi "Mewujudkan Masyarakat Bali yang Cerdas Berbudaya
dan Sejahtera" mempunyai misi yang hampir sama dengan cagub Winasa. Soal pendidikan
dan kesehatan, yakni pencapaian wajib belajar harus 12 tahun. Hanya saja pasangan yang
diusung Partai Golkar dan beberapa partai yang mengatasnamakan Koalisi Rakyat Bali
(KRB) ini lebih menekankan bahwa untuk memajukan pendidikan anggaran pendidikan lewat
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Bali harus 20 persen dan perlu ada
asuransi kesehatan bagi keluarga miskin.
Dalam sloga