Perburuhan-Juli 2008

VOLUME VI JULI 2008

PERBURUHAN

Berkhas merupakan salah satu media Akatiga yang menyajikan kumpulan berita dari
berbagai macam surat kabar, majalah, serta sumber berita lainnya. Jika pada awal
penerbitannya kliping yang ditampilkan di Berkhas dilakukan secara konvensional, maka
saat ini kliping dilakukan secara elektronik, yaitu dengan men-download berita dari situssitus suratkabar, majalah, serta situs berita lainnya.
Bertujuan untuk menginformasikan isu aktual yang beredar di Indonesia, Berkhas
diharapkan dapat memberi kemudahan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
pencarian data atas isu-isu tertentu. Berkhas yang diterbitkan sebulan sekali ini setiap
penerbitannya terdiri dari isu Agraria, Buruh, dan Usaha Kecil.
Untuk memperluas area distribusi, Berkhas diterbitkan melalui 2 (dua) macam media
yaitu media cetakan (hardcopy) serta media online berupa pdf file yang dapat diakses
melalui situs web Akatiga (www.akatiga.or.id).

Da ft a r I si

Sejumlah negara minati TKI -----------------------------------------------------------------------------

1


Upah riil buruh dipastikan akan terus tertekan -----------------------------------------------------

3

Pekerja PT Sansan Berunjuk Rasa -------------------------------------------------------------------

5

Pekerja PT Sansan V Unjuk Rasa ke DPRD Cimahi ---------------------------------------------

6

Pekerja yang Tergabung Dalam PPMI, Berunjuk Rasa -----------------------------------------

7

260.000 Tenaga kerja ditargetkan bersertifikat ----------------------------------------------------

8


Laba Jamsostek untuk program pekerja ------------------------------------------------------------- 10
Karyawan PG Ngadiredjo Kembali Berunjuk Rasa ----------------------------------------------- 11
Angka KHL Lampaui UMK ------------------------------------------------------------------------------- 12
Anak yang Berjuang untuk Anak ----------------------------------------------------------------------- 13
Upah Buruh Harian di Bawah Rp110.000 Bebas PPh ------------------------------------------- 15
Buruh Pelabuhan Gelar Aksi Tuntut Kebebasan Berserikat------------------------------------ 16
Pengusaha ajak pekerja bahas jam operasi -------------------------------------------------------- 17
Penyelesaian kasus TKI meningkat ------------------------------------------------------------------- 19
Buruh Khawatirkan Nasib Jam Lembur -------------------------------------------------------------- 20
Kisah sedih TKI di Arab Saudi -------------------------------------------------------------------------- 21
Pekerja anak ditargetkan berkurang ------------------------------------------------------------------ 23
Semmi Laporkan Kasus TKK Ilegal ------------------------------------------------------------------- 23
ILO Dukung Upaya Penghapusan Pekerja Anak -------------------------------------------------- 24
SPSI dan SBSI Akan Somasi Disnaker Siantar---------------------------------------------------- 25
Upah Minimum 2008 Layak Direvisi ------------------------------------------------------------------ 26
'Buruh harus kena sanksi jika tolak SKB' ------------------------------------------------------------ 29
PHK membayangi karyawan hotel--------------------------------------------------------------------- 31
Serikat Pekerja Jabar Tuntut SKB Dicabut---------------------------------------------------------- 32
Pekerja setuju pengalihan jam kerja ------------------------------------------------------------------ 33

Bursa kerja jadi andalan utama ------------------------------------------------------------------------ 34
Serikat buruh minta implementasi SKB jam kerja ditunda -------------------------------------- 35
Jamsostek Harus Lebih Kedepankan Pekerja ----------------------------------------------------- 37
Pengalihan Jam Kerja Rugikan Buruh---------------------------------------------------------------- 39
Astra butuh banyak tenaga kerja----------------------------------------------------------------------- 40
Jumlah TKI meninggal capai 84 orang --------------------------------------------------------------- 41
Empat Serikat Pekerja Somasi Lima Menteri------------------------------------------------------- 43

Buruh Kaltim Desak SK Revisi UMP ------------------------------------------------------------------ 44
Serikat Pekerja Harus Proaktif-------------------------------------------------------------------------- 45
Demo Buruh Samarinda Berlanjut --------------------------------------------------------------------- 47
Bank makin gencar pakai outsourcing---------------------------------------------------------------- 48
Eks Karyawan PT. IGKA Tuntut Haknya------------------------------------------------------------- 50
Pelanggaran Hak Buruh Masih Tinggi ---------------------------------------------------------------- 51

Bisnis I ndonesia

Rabu, 02 Juli 2008

Se j um la h ne ga r a m ina t i TKI

JAKARTA: Sejumlah negara telah menyatakan minatnya terhadap tenaga kerja Indonesia
untuk mengisi sejumlah lapangan pekerjaan di negara mereka.
Pemerintah Australia bahkan telah menawarkan Pemerintah Indonesia untuk menyiapkan
31.000 orang tenaga kerja untuk sepanjang tahun ini.
Selain Australia, sejumlah negara juga tengah melirik tenaga kerja Indonesia, khususnya di
bidang perminyakan dan teknologi informasi. Permintaan itu datang dari negara-negara
Timur Tengah seperti Arab Saudi, seiring dengan booming harga minyak dunia.
Untuk negara-negara di Eropa, tenaga kerja yang paling diminati berasal dari sektor
kesehatan seperti perawat dan petugas rumah sakit.
Direktur Pengembangan Pasar Kerja Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Depnakertrans) Reyna Usman Ahmadi mengatakan pemerintah akan berupaya
meningkatkan kualitas standar tenaga kerja di Indonesia, untuk memenuhi beragam
penawaran tersebut.
"Banyak negara yang sudah melirik Australia untuk mengisi lapangan pekerjaan yang ada di
sana. Namun, Indonesia memiliki peluang yang lebih besar untuk mengisi kebutuhan itu.
Alasannya, selain memiliki kesamaan budaya, langkah tersebut dapat mempererat hubungan
bilateral antara dua negara yang bersangkutan," katanya kepada Bisnis, kemarin.
Reyna menambahkan dalam rangka peningkatan pelayanan terhadap Aborigin dan
hubungan bilateral dengan Indonesia, Australia membuka peluang pasar kerja di negaranya
bagi tenaga kerja dari luar negeri.

Australia, ujar Reyna, telah menyatakan keinginannya agar kebutuhan tenaga kerja di negara
itu bisa diserap oleh tenaga kerja asal Indonesia, kendati mereka juga membuka peluang
bagi tenaga kerja dari negara lain.
Menurut Reyna, Depnakertrans akan menindaklanjuti tawaran dari Australia tersebut dengan
melakukan pemetaan (mapping) pekerjaan di bidang-bidang apa saja yang dapat diisi oleh
tenaga kerja asal Indonesia.
Dia optimistis tenaga kerja asal Indonesia bisa mengisi sektor ketenagakerjaan yang cukup
banyak dan berkelanjutan, seiring dengan upaya pengembangan strategi kerja sama
pembangunan Indonesia 2008-2013.
"Ini sangat menarik karena strategi kerja sama Indonesia-Australia berlangsung hingga 2013
nanti. Jadi kesempatan bagi Indonesia untuk menggelontorkan tenaga kerja ke negara itu
semakin banyak," katanya.
Capai target
Dengan semakin banyaknya permintaan tenaga kerja Indonesia dari luar negeri, Reyna
optimistis target penempatan tenaga kerja dalam dan luar negeri sebesar 2,5 juta orang
sepanjang tahun ini akan tercapai.
Sepanjang tahun lalu, tenaga kerja yang berhasil ditempatkan mencapai sekitar 1,57 juta
orang, baik untuk pasar dalam negeri maupun luar negeri. Penempatan tenaga kerja itu
berhasil memangkas angka pengangguran.


Berkhas

1

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu,02 Juli 2008

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia periode
Agustus 2007-Februari 2008 berhasil ditekan menjadi 9,43 juta orang dibandingkan dengan
periode sebelumnya 10,1 juta orang.
"Pemerintah menargetkan jumlah pengangguran pada tahun depan turun 5,1%," kata Reyna.
Oleh Maria Y. Benyamin
Bisnis Indonesia

Berkhas

2


Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 02 Juli 2008

Upa h r iil bur uh dipa st ik a n a k a n t e r us t e r t e k a n
JAKARTA: Upah riil buruh informal ataupun yang bekerja di sektor industri formal
diperkirakan terus tertekan, kendati rata-rata nilai upah nominal yang mereka terima
meningkat.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis kemarin menunjukkan upah riil buruh informal
sepanjang Juni turun hingga 1,2% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Upah riil buruh di sejumlah sektor industri, seperti industri rokok dan batu bata, bahkan telah
turun mulai kuartal IV/2007 dibandingkan dengan kuartal III/2007, dengan persentase
penurunan yang mencapai 39,43%.
Secara total, upah riil buruh di sektor industri sepanjang kuartal IV/2007 memang naik 2,98%
dibandingkan dengan kuartal III/2007. Namun, kenaikan tersebut hanya dinikmati buruh di
sektor industri pakaian jadi.
Dari tiga sektor industri yang dicantumkan BPS, hanya upah riil buruh pada industri pakaian

jadi yang membukukan kenaikan yakni sebesar 15% menjadi Rp278.564 per bulan
dibandingkan dengan Rp240.392 per bulan pada Mei.
Presiden Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Yanuar Rizky mengatakan tekanan
upah riil buruh di beragam sektor baik industri formal maupun informal dipastikan akan
kembali terjadi, terlebih setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM)
pada Mei lalu.
Tambahan insentif uang makan dan transportasi yang diberikan dengan besaran beragam
oleh sejumlah perusahaan, diperkirakan tidak akan memberikan dampak besar kepada
kemampuan daya beli buruh.
"Saat BBM belum dinaikkan saja, upah riil sudah turun. Apalagi ditambah dengan kenaikan
BBM. Belum lagi tunjangan yang diberikan itu kan belum seragam untuk semua perusahaan
dan semua sektor usaha," ujarnya kepada Bisnis, kemarin.
Masalah daya beli
Penurunan upah riil buruh di sektor informal, menurut Yanuar, disebabkan oleh daya beli
masyarakat yang semakin tertekan. Hal itu dipastikan juga akan berdampak buruk bagi upah
riil buruh di sektor formal.
"Ini semua kan masalah daya beli. Kalau untuk sektor informal itu kan basis upahnya dari
jumlah pelanggan. Ini juga dialami dunia usaha," katanya.
Pekerja relatif sulit memaksa pengusaha untuk menaikkan upah riil mereka karena dunia
usaha juga mengalami masalah berupa daya serap pasar yang semakin rendah.

Buruh dan pengusaha, menurut Yanuar, pada dasarnya memiliki kepentingan yang sama
dalam menyikapi masalah daya beli tersebut.
"Kalau pengusaha tertekan, seharusnya ada insentif dari pemerintah untuk menaikkan daya
beli. Bantuan langsung tunai yang diberikan sebagai insentif kenaikan BBM pada golongan
ekonomi bawah sama sekali tidak berdampak pada peningkatan daya beli," ujarnya.
Penurunan upah riil terbesar dialami oleh buruh pada industri rokok. Upah riil buruh di sektor
itu turun hingga 34,36% sepanjang bulan lalu menjadi Rp125.577 per bulan dibandingkan
dengan Rp191.324 per bulan pada Mei.

Berkhas

3

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 02 Juli 2008

Upah riil buruh bangunan sepanjang Juni turun 0,96% menjadi Rp42.861 per bulan

dibandingkan dengan Rp43.278 per bulan pada Mei, sedangkan upah nominal tercatat naik
1,47% menjadi Rp47.198 per bulan dari sebelumnya Rp46.515 per bulan.
(yeni.simanjuntak@bisnis.co.id)
Oleh Yeni H. Simanjuntak
Bisnis Indonesia

Berkhas

4

Volume VI Juli 2008

Pikiran Rakyat

Rabu, 02 Juli 2008

Pe k e r j a PT Sa nsa n Be r unj uk Ra sa
Rabu, 02 Juli 2008 , 12:00:00
CIMAHI, (PRLM).- Puluhan buruh PT Sansan V di Jalan Industri II nomer 6, Kota Cimahi,
Rabu (2/7) melakukan unjuk rasa menuntut perbaikan uang makan, premi hadir dikaitkan

dengan masa kerja serta menuntut uang transportasi.
Pekerja tersebut melakukan unjuk rasa di depan perusahaan, mulai pukul 07.00 hingga 10.00
dengan membawa poster yang diantaranya berbunyi tuntutan tersebut. Dalam aksinya itu,
mereka meneriakan ketidakpuasannya kepada perusahaan sebari menggoyang-goyang pintu
gerbang.
Suhartono, Wakil Ketua Serikat Pekerja Nasional (SPN) Kota Cimahi mengatakan, para
pekerja tersebut bukannya menolak untuk dimutasi ke bagian lain. Mereka mau saja, asalkan
ada kompensasi dari perusahaan yaitu menu makan ditingkatkan, kemudian premi yang
selama 5 tahun Rp 650,00/hari diminta naik menjad i Rp 1.000,00/hari. Begitu pula buruh
meminta uang transportasi Rp 15.000,00/hari. Sebelumnya mereka tidak mendapatkan uang
transportasi.
Pekerja menuntut adanya perundingan dengan perusahaan. Sementara itu, perwakilan
personalia PT Sansan, Asep Lili sempat meminta kepada buruh untuk kembali bekerja.
Permintaan itu ditolak oleh buruh. Mereka tetap menginginkan adanya perundingan.
Menurut informasi, mereka yang terkena mutasi tersebut sekitar 200 pekerja. (A-136/A-140)

Berkhas

5

Volume VI Juli 2008

Pikiran Rakyat

Rabu, 02 Juli 2008

Pe k e r j a PT Sa nsa n V Unj uk Ra sa k e D PRD Cim a hi
Kamis, 03 Juli 2008 , 15:04:00
CIMAHI, (PRLM).- Karena tidak digubris pengusaha, puluhan pekerja PT Sansan V yang
tergabung dalam wadah Serikat Pekerja Nasional (SPN), berunjuk rasa ke Gedung DPRD
Cimahi, Jln. Hj. Djulaeha Karmita, Cimahi, Kamis, (3/7). Mereka mendesak Komisi D DPRD
Cimahi, memanggil pengusaha PT Sansan V, untuk menyelesaikan masalah mutasi pekerja
berikut kompensasi yang dituntut pekerja.
Massa yang datang membawa berbagai poster berisi tuntutan perbaikan dan makian
terhadap pengusaha PT Sansan V, melakukan aksi damai di Pendopo Cimahi, yang berada
di depan Gedung DPRD. Petugas Satpol PP Cimahi pun hanya mengawasinya, guna
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Setelah sekitar satu jam menunggu, seluruh pengunjuk rasa diterima Anggota Komisi D, Angi
Permana dan Kabid Pengawasan Tenaga Kerja, H. Azis Wasiun, pada Dinas Tenaga Kerja,
Catatan Sipil, dan Kependudukan (Disnakercasipduk) Kota Cimahi.
Dalam perundingan kemarin, Wakil Ketua SPN Kota Cimahi Suhartono bersama Ketua
Pimpinan Serikat Pekerja (PSP) SPN PT Sansan V, Siti Asiroh mengemukakan, aksi tersebut
digelar sebagai buntut kekecewaan mereka terhadap pengusaha yang memutasikan pekerja
ke PT Sansan I di Jln. Cibaligo Cimahi, tanpa berunding dulu.
"Padahal, ini bukan mutasi. Tapi, menggabungkan dua perusahaan menjadi satu, sehingga
harus ada aturan mainnya," ujar Suhartono. (A-136/A-140)

Berkhas

6

Volume VI Juli 2008

Pikiran Rakyat

Rabu, 02 Juli 2008

Pe k e r j a y a ng Te r ga bung D a la m PPM I , Be r unj uk
Ra sa
Rabu, 02 Juli 2008 , 14:55:00
CIMAHI, (PRLM).- Sekitar 200 pekerja yang tergabung dalam PPMI (Persaudaraan Pekerja
Muslim Indonesia) ` 98, Rabu (2/7) berunjukrasa ke Pemkot Cimahi menuntut Dinas Tenaga
Kerja menyelesaikan permasalahan industrial di PT Gemilang Inti Perkasa II.
Dalam unjukrasa tersebut, mereka menuntut pelaksanaan jaminan jamsostek, upah lembur
yang belum sesuai dengan aturan, hak cuti dan haid, kenaikan uang transportasi dan makan
berkaitan dengan kenaikan BBM.
Ketua PPMI ` 98 se Bandung Raya, Nazarudin mengatakan, perusahaan tersebut dinilai tidak
manusiawi memperlakukan pekerja yang harus bekerja 12 jam, tanpa mendapat kompensasi
kelebihan uang lembur. Mereka meminta dalam jam pertama 150% dari upah pokok dan jam
ke dua 200%.
Kedatangan mereka ke Pemkot Cimahi menjadi perhatian warga setempat juga aparat
pemerintah. Sebanyak 15 orang perwakilan diterima Kepala Dinas tenaga Kerja Catatan Sipil
dan Kependudukan, Bambang Arie Nugroho.
Dalam pertemuannya itu, Bambang menegaskan pihaknya akan menyelesaikan masalah ini
secara Bipartit yang mengacu kepada UU 13. Untuk itu perusahaan akan dipanggil dalam
waktu dekat ini. Jika dalam tiga kali panggilan tidak datang, maka terpaksa akan diajukan ke
pihak yang berwajib. (A-136/A-140)

Berkhas

7

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 03 Juli 2008

2 6 0 .0 0 0 Te na ga k e r j a dit a r ge t k a n be r se r t ifik a t
JAKARTA: Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) menargetkan 260.000 tenaga kerja
Indonesia memperoleh sertifikat profesi sepanjang tahun ini, melonjak hingga empat kali lipat
dibandingkan dengan jumlah sertifikat profesi yang telah dikeluarkan lembaga tersebut sejak
berdiri pada 2006.
Pelaku industri juga diharapkan meningkatkan penggunaan tenaga kerja yang memiliki
sertifikat kompetensi, karena hal tersebut diyakini dapat meningkatkan daya saing
perusahaan.
Wakil Ketua BNSP Sumarna F. Abdurahman mengatakan penggunaan tenaga kerja yang
berbasis pada kompetensi profesi mutlak dilakukan, karena ikut menunjang peningkatan
daya saing.
Menurut Sumarna, tenaga kerja yang tersedia saat ini tidak sesuai dengan kebutuhan pasar
atau dunia usaha.
"Dengan adanya sertifikasi kompetensi, calon tenaga kerja lebih siap terjun ke dunia kerja
dan dapat mengisi lowongan sesuai dengan persyaratan yang ditentukan oleh sejumlah
perusahaan," katanya di sela-sela pencanangan Bulan Kompetensi 2008, kemarin.
Selama ini, lanjut Sumarna, belum semua industri menerapkan penggunaan tenaga kerja
yang berbasis kompetensi atau bersertifikat profesi.
Dari sisi pencari kerja atau tenga kerja, sertifikasi profesi juga belum dianggap sebagai
kebutuhan atau persyaratan mutlak untuk memasuki dunia kerja.
Sukarela
Upaya untuk memperoleh sertifikasi profesi masih bersifat sukarela atau merupakan
kesadaran dari para tenaga kerja yang ingin melengkapi portofolio keahlian mereka
Kebutuhan akan sertifikasi profesi juga datang dari lembaga pendidikan dan pelatihan yang
mengajukan uji kompetensi kepada lembaga sertifikasi profesi (LSP) untuk para peserta didik
atau pelatihan mereka. Namun, jumlahnya juga masih relatif kecil.
Saat ini terdapat tidak kurang dari 28 lembaga sertifikasi profesi di Tanah Air, yang
didominasi untuk sektor jasa.
Sektor jasa merupakan sektor yang paling banyak membutuhkan tenaga kerja dengan
sertifikat profesi.
Namun, menurut Suwarna, belum semua industri menerapkan sertifikasi profesi tersebut.
Dari sekian banyak industri bidang jasa, hanya perbankan yang telah mewajibkan
penggunaan sertifikat profesi.
"Itu pun baru pada tataran direksi. Tetapi hal ini harus diapresiasi karena akan berkelanjutan
terus ke tataran yang lebih rendah," katanya.
Handito Hadi Joewono, anggota BNSP, menilai penggunaan tenaga kerja yang berbasis
pada sertifikasi profesi sebenarnya tidak hanya dibutuhkan oleh bidang jasa.
Industri lain seperti manufaktur, pertambangan, dan energi, juga membutuhkan sertifikat
kompetensi untuk menunjang pertumbuhan industri itu sendiri.

Berkhas

8

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 03 Juli 2008

BNSP menargetkan jumlah LSP dapat ditingkatkan menjadi 45 LSP pada tahun ini, sebagai
salah satu upaya untuk mengoptimalkan penerapan sertifikasi profesi. (maria.
benyamin@bisnis.co.id)
Oleh Maria Y. Benyamin
Bisnis Indonesia

Berkhas

9

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 03 Juli 2008

La ba Ja m sost e k unt uk pr ogr a m pe k e r j a
JAKARTA: Program-program kesejahteraan buruh/pekerja yang dikelola PT Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (Jamsostek) akan mendapat tambahan dana dari keuntungan perseroan yang
tidak akan dibagikan dalam bentuk dividen.
Keuntungan Jamsostek yang selama ini diserahkan kepada pemerintah dalam bentuk
dividen, disepakati akan dikembalikan kepada pekerja/buruh.
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno mengatakan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) Jamsostek yang berlangsung pada 26 Juni telah
menyepakati pengembalian keuntungan tersebut kepada pekerja/buruh.
"Dividen yang dikembalikan itu akan dipergunakan untuk mendukung program-program yang
dikelola Jamsostek guna meningkatkan kesejahtaraan pekerja/buruh," ujar Erman, Selasa
lalu. (Bisnis/may)

Berkhas

10

Volume VI Juli 2008

Kompas

Kamis, 03 Juli 2008

KERJA SAM A

Ka r y a w a n PG N ga dir e dj o Ke m ba li Be r unj uk Ra sa
Kamis, 3 Juli 2008 | 03:00 WIB
Kediri, Kompas - Ribuan karyawan PT Perkebunan Nusantara X unit kerja Pabrik Gula
Ngadiredjo di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Rabu (2/7), kembali berunjuk rasa. Dalam unjuk
rasa yang kelima ini, mereka lagi-lagi mengajukan dua tuntutan.
Tuntutan pertama, yakni pembatalan kerja sama operasi (KSO) antara PTPN X dan PT
Kencana Gula Manis mengenai pengelolaan Pabrik Gula (PG) Ngadiredjo Kediri. Kedua,
pembatalan pengangkatan dua direksi baru yang dinilai tidak kompeten memimpin PTPN X.
Demikian dijelaskan koordinator pengunjuk rasa yang juga Ketua Umum Serikat Pekerja
PTPN X, Joko Daryono, kemarin di Kediri.
Unjuk rasa tersebut dimulai pukul 06.00, saat massa yang seluruhnya adalah karyawan PG
Ngadirejo hendak masuk kerja. Mereka berkumpul di depan pabrik, tepatnya di Jalan Raya
Kediri-Tulungagung, hingga memenuhi badan jalan.
Dalam unjuk rasa itu, massa juga menghalangi ratusan truk pengangkut tebu yang akan
masuk ke kawasan pabrik. Akibatnya, terjadi antrean truk sepanjang kurang lebih 3,5
kilometer.
Sekitar pukul 08.00, antrean truk mulai tidak teratur. Truk yang datang belakangan
menerobos ke depan. Setelah polisi bernegosiasi dengan pengunjuk rasa, barulah truk-truk
tebu itu bisa masuk ke lokasi pabrik.
Menurut Joko, kemarin semua pekerja di lingkungan unit kerja PTPN X juga melakukan aksi
serupa, antara lain di PG Mojopanggung Tulungagung, PG Mritjan Kediri, dan PG Pesantren
Kediri.
Mogok kerja
Pantauan Kompas di Sidoarjo, kemarin ribuan karyawan PG Toelangan, PG Watoe Toelis,
dan PG Kremboong juga berunjuk rasa dengan cara mogok kerja. Mereka mengajukan
tuntutan serupa.
Hal yang sama terjadi di Jember. Karyawan, pekerja harian, dan pekerja musiman PTPN X
unit kerja tembakau Kebun Ajong/Gayasan dan Kebun Kertosari juga mogok kerja. Mereka
menyatakan, tindakan tersebut sebagai protes karyawan atas kesewenang-wenangan yang
ada di PTPN X. (NIK/A13/SIR)

Berkhas

11

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Minggu, 06 Juli 2008

Angk a KH L La m pa ui UM K
Sunday, 06 July 2008
SUKOHARJO (SINDO) – Pascakenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Mei lalu,
kebutuhan hidup layak (KHL) di Kabupaten Sukoharjo terus merangkak naik.
Hingga Juni 2008, besaran KHL mencapai Rp688.000,sedangkan pada bulan sebelumnya
Rp675.000. Angka KLH tersebut jauh melampaui upah minimum kabupaten (UMK) Sukoharjo
2008 yang hanya Rp642.500. Perhitungan KHL tersebut juga belum memasukkan instrumen
kenaikan harga BBM. Kenaikan KHL tersebut diperkirakan masih akan terus meningkat.
Anggota Dewan Pengupahan Kabupaten Sukoharjo Sukarno mengatakan, hasil survei KHL
Juni tersebut hanya menggunakan instrumen yang masih menyangkut kebutuhan pokok.”Jika
instrumen kenaikan harga BBM dimasukkan, dipastikan angkanya lebih tinggi lagi. KHL
dipastikan akan melonjak di atas KHL riil,”jelasnya kemarin.
Survei KHL tersebut survei bulanan yang dilakukan tim yang terdiri atas unsur pengusaha,
buruh, Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal (Disperindagkop
dan Penmod), Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Mobilitas Penduduk (Disnakertrans dan
Mopen),Badan Pusat Statistik (BPS), serta sejumlah unsur lain. Instrumen survei di
antaranya meliputi harga kebutuhan pokok, rekreasi, biaya tempat tinggal/indekos. Selama
ini, berdasarkan hasil survei KHL, tiap bulan besaran kebutuhan hidup tersebut mengalami
kenaikan.
”Tiap bulan selalu meningkat dan kemungkinan akan terus terjadi seperti ini,” ungkap
Sukarno.Survei KHL berikutnya akan dilakukan pada Agustus mendatang. Sedangkan pada
bulan berikutnya hanya bersifat tambahan sebelum kemudian hasil tersebut diajukan sebagai
pertimbangan dalam pembahasan penetapan UMK 2009. ”Kami berharap UMK 2009 di atas
KHL, minimal sama,”pintanya. (fefy dwi haryanto)

Berkhas

12

Volume VI Juli 2008

Kompas

Senin, 07 Juli 2008

PEKERJA AN AK
Ana k y a ng Be r j ua ng unt uk Ana k
Senin, 7 Juli 2008 | 02:02 WIB
Lis Dhaniati
Orang yang terluka akan melukai orang lain. (Bill Cosby dalam acara Oprah Show)
Ucapan aktor kawakan Amerika Serikat itu didasarkan fakta anak-anak kulit hitam yang
bertumbuh dalam kondisi keluarga berantakan cenderung menjadi nakal bahkan sampai
bertindak kriminal. Beruntung, itu tidak terjadi pada Asep Ramdani (17) yang justru giat
memperjuangkan nasib anak.
Perawakannya kecil dan sekilas tampak pendiam. Namun, pelajar kelas II SMK Negeri 7
Bandung ini akan lantang jika berbicara tentang hak-hak anak. Ia juga fasih membeberkan
berbagai masalah pelanggaran hak-hak anak yang lazim dianggap sebagai kewajaran.
Menurut Undang-Undang Perlindungan Anak, seseorang masih disebut anak hingga usia 18
tahun. Berdasarkan perkiraan Organisasi Buruh Internasional (ILO) tahun 2007, pekerja anak
di Indonesia mencapai 2,6 juta. Anak-anak ini bekerja di berbagai sektor, seperti pertanian,
pertambangan, dan industri kecil. Realitas di lapangan menunjukkan, pekerja anak dianggap
sebagai sesuatu yang wajar. Banyak pemilik pekerjaan senang menggunakan tenaga anak
karena mereka bisa diupah lebih rendah dibandingkan dengan pekerja dewasa.
Ada beberapa faktor pendorong banyaknya pekerja anak. Namun, ekonomi tetap menjadi
faktor utama. Anak-anak yang seharusnya sedang menikmati hak pendidikan justru harus
memeras keringat karena ikut menopang kebutuhan keluarga. Ini menjadi permasalahan
krusial karena pada masa depan negara kehilangan generasi terdidik. Belum lagi tekanan
mental pada anak-anak yang—seperti kata Cosby—bisa mengarah pada masalah kriminal.
Asep tak sekadar bicara berdasarkan data atau pengetahuan yang ditularkan orang lain.
Namun, ia sempat mengalami sendiri kegetiran hidup menjadi pekerja anak. Bahkan, masa
kanak-kanaknya penuh dengan belitan masalah. Asep lahir di kawasan industri sepatu
Cibaduyut, Bandung. Ketika Asep berusia sebulan, orangtuanya bercerai. Asep pun diasuh
uaknya, (alm) Idas Supriatna dan Endang Haryati.
Sayangnya, hal ini tidak disertai penjelasan yang memadai sehingga Asep sering bingung.
”Saat sekolah dasar saya sering ditanya teman-teman, ’orangtuamu sebenarnya yang
mana?’,” kata Asep. Kadang terbesit juga iri dalam hatinya ketika kemudian tahu siapa
orangtua kandungnya. ”Mengapa saya yang diasuh uak, bukan kakak saya,” kata Asep.
Industri sepatu
Dalam situasi seperti itu, Asep kecil sudah harus terlibat dalam kesibukan industri sepatu di
Cibaduyut. Ada beberapa hal yang harus ia kerjakan di bengkel sepatu uaknya, seperti
menggunting dan mengelem sepatu. Lulus sekolah dasar pada tahun 2002, ia ingin
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Namun, seperti kebanyakan anak-anak Cibaduyut
lainnya, keinginan itu kandas. Asep justru diajak uaknya berdagang sepatu ke Sumatera,
tepatnya di Pagar Alam
Pulang dari Pagar Alam, Asep langsung dibawa ke tempat pamannya di Subang, Jawa Barat.
Di sana situasi kehidupannya tak membaik. Selama enam bulan Asep kecil harus menjalani
pekerjaan ganda. Pagi hingga siang ia harus membantu bibinya berjualan bubur di pasar.
Sementara itu, siang sampai sore Asep berganti pekerjaan menjadi kernet mobil angkutan
yang disopiri pamannya. ”Saat jadi kernet saya sering sedih kalau ada anak sekolah yang
naik. Harusnya saya seperti mereka,” ujar Asep.

Berkhas

13

Volume VI Juli 2008

Kompas

Senin, 07 Juli 2008

Ia pun pulang ke Bandung. Kebetulan di dekat rumahnya ada Sanggar Sidikara yang bekerja
sama dengan ILO untuk menghapus pekerja anak di Cibaduyut. Saat itu jumlah pekerja anak
di Cibaduyut memang tinggi. Berdasarkan data ILO pada 2005, di Cibaduyut ada 1.132
industri sepatu rumahan. Tiap bengkel sepatu setidaknya mempekerjakan dua pekerja anak.
Dengan demikian, di Cibaduyut ada 2.264 pekerja anak. ”Upah mereka lebih rendah
dibandingkan pekerja dewasa,” ujar Asep. Ia menyebut angka Rp 10.000 hingga Rp 15.000
sehari untuk waktu kerja selama 12 jam sehari.
Asep yang sering bermain ke sanggar itu mendapat pencerahan tentang permasalahan anak.
Asep pun mendapat beasiswa dari yayasan sehingga bisa melanjutkan ke SMP. Bersama
kawan-kawannya ia menempuh berbagai cara untuk memperjuangkan hak-hak anak, seperti
bergerilya ke bengkel-bengkel sepatu bahkan menemui pengurus Asosiasi Pengusaha
Sepatu Cibaduyut.
”Dengan adanya kegiatan pada anak-anak ataupun pertemuan dengan pengusaha, jumlah
pekerja anak cukup berkurang,” kata Asep. Namun, keberhasilan ini justru menjadi masalah
baru. Penyebabnya, ILO mengakhiri programnya dengan Yayasan Sidikara. Bersama
beberapa rekannya, Asep berinisiatif mendirikan Sanggar Muda Kreatif untuk melanjutkan
aktivitas Yayasan Sidikara. Sayangnya, tanpa dukungan dana ataupun peralatan yang
memadai, aktivitas di sanggar baru ini tak optimal.
Meskipun demikian, aktivitasnya dalam memperjuangkan nasib anak-anak mengantarkannya
memenangi penghargaan Unicef sebagai Pemimpin Muda Indonesia tahun 2007. Kini ia aktif
di Forum Anak Daerah Jabar, juga membantu kegiatan Yayasan Sidikara. ”Selama masalah
anak masih ada, saya akan terus berjuang,” ujar Asep.
Dipandang sebelah mata
Keberhasilan meraih penghargaan Pemimpin Muda dan kelanjutan aktivitasnya sering
membuat anak kelahiran 8 Maret 1991 ini diundang berbicara di berbagai acara. Namun,
sebagai anak ia justru sering dipandang sebelah mata oleh orang dewasa.
”Suatu saat saya pernah diminta berbicara tentang hak asasi anak di sebuah acara. Selesai
saya bicara ada peserta dewasa yang berkata, perlakuan keras kepada anak akan
membuatnya berhasil. Padahal, saya yakin hanya sebagian kecil anak yang berhasil karena
diperlakukan keras,” kata Asep.

Berkhas

14

Volume VI Juli 2008

Seputr I ndonesia

Senin, 07 Juli 2008

Upa h Bur uh H a r ia n di Ba w a h Rp1 1 0 .0 0 0 Be ba s PPh
Monday, 07 July 2008
JAKARTA(SINDO) – Panitia Khusus RUU Pajak Penghasilan (PPh) menyepakati upah buruh
harian sebesar Rp110.000 ke bawah dibebaskan dari pajak.
Sebelumnya, batasan upah harian yang kena pajak adalah Rp50.000–60.000 per hari. “Itu
dihitung rata-rata selama 25 hari kerja setiap bulan sehingga kalau cuma seminggu kerja
terus tidak bekerja lagi sampai akhir bulan, ya tidak kena,” kata anggota Pansus PPh DPR
dari Fraksi PDIP Olly Dondokambey di Jakarta kemarin.
Dengan demikian, dia mengatakan, jika secara rata-rata upah buruh harian di atas
Rp110.000 per hari, mandor akan langsung memotong upah yang bersangkutan untuk
pembayaran PPh. “Tapi kami sudah menghitung dan tidak ada upah buruh di atas Rp110.000
per hari, jadi penghasilan mereka aman untuk kebutuhan mereka,” katanya. (ant)

Berkhas

15

Volume VI Juli 2008

Tempo I nteraktif

Senin, 07 Juli 2008

Bur uh Pe la buha n Ge la r Ak si Tunt ut Ke be ba sa n
Be r se r ik a t
Senin, 07 Juli 2008 | 09:26 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak 60 orang buruh pelabuhan yang bekerja di PT Tanto
Intim Line akan menggelar aksi unjuk rasa Senin (7/7) pagi. "Kami menuntut standar upah
sesuai yang ditetapkan oleh Gubernur DK Jakarta dan kebebasan berserikat," kata Humas
aksi buruh PT Tanto Intim Line, Mohammad Jokay Castroeni Almayda.
Rencananya aksi tersebut akan dilakukan pukul 9 pagi di depan kantor perusahaan yang
bertempat di sisi jalan Laksamana RE Martadinata, Jakarta Utara. Semua peserta aksi terdiri
dari para supir trailer di perusahaan yang bergerak dibidang jasa pengiriman ekspor dan
impor.
Jokay menambahkan, salah satu rekan mereka, Putu Wijaya Onri telah diberhentikan karena
membentuk organisasi. "Oleh karena itu, kami juga meminta agar teman kami yang telah
diberhentikan, dipekerjakan kembali," ujarnya.
Pihak Direktorat Lalu Lintas Polda Metropolitan Jakarta Raya mengaku belum mengetahui
aksi tersebut. "Mengenai aksi tersebut, kami belum mengetahuinya," kata Bripka Marso Ardhi
kepada Tempo pagi ini.
Eka Utami Aprilia

Berkhas

16

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 09 Juli 2008

Pe ngusa ha a j a k pe k e r j a ba ha s j a m ope r a si

JAKARTA: Pelaku usaha akan mengajak serikat pekerja untuk membahas rencana
pemerintah tentang pengalihan jam operasi dunia usaha.
Pengalihan jam operasi tersebut akan diatur lewat surat keputusan bersama (SKB) lima
menteri yang dijadwalkan efektif mulai Oktober.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan pihaknya
akan membicarakan rancangan SKB tersebut dengan serikat pekerja, terutama terkait
dengan konsekuensi-konsekuensi yang muncul akibat pemberlakuan aturan itu.
"Saya rasa industri belum siap untuk menjalankan SKB itu, karena tidak gampang mengubah
pola kerja para buruh yang sudah melekat selama berpuluh-puluh tahun. Kami akan bahas
itu dengan serikat pekerja," katanya kemarin.
Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Apindo menilai pergeseran waktu kerja industri
ke waktu beban penggunaan listrik yang rendah yakni Sabtu dan Minggu, berpotensi
menimbulkan sejumlah konsekuensi yang harus ditanggung.
Sekjen Apindo Djimanto menuturkan pergeseran waktu kerja tersebut akan menyebabkan
pembayaran kerja lembur yang upahnya jauh lebih tinggi.
"Berdasarkan aturan yang berlaku, lembur pada hari libur menyebabkan tarif upahnya
menjadi dua kali lipat dari lembur hari kerja. Apakah kalangan industri siap untuk
menanggung beban itu? Saya rasa tidak," katanya.
Djimanto juga menilai keputusan tersebut menabrak etika usaha global yang tidak etis karena
mempekerjakan buruh pada hari libur.
Apindo meminta pemerintah melibatkan pelaku usaha dan kaum pekerja/buruh terlebih
dahulu sebelum mengesahkan SKB itu, karena pengaturan jam kerja industri tersebut akan
membawa sejumlah konsekuensi, bagi perusahaan ataupun pekerjanya.
Ketua Umum Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia Rekson Silaban juga
mengatakan perubahan waktu kerja dipastikan akan berdampak pada penentuan besaran
upah lembur buruh.
Pergeseran jam kerja itu, lanjutnya, juga bertentangan dengan budaya yang selama ini
berlaku di mana pekerja/buruh sudah terkondisikan untuk libur pada Sabtu dan Minggu.
"Apakah buruh bisa menyesuaikan diri dan apakah ini merupakan solusi yang tepat?" kata
Rekson mempertanyakan rencana itu.
Perpendek masa kerja
Djimanto menambahkan pada dasarnya Apindo dan dunia usaha menyetujui penghematan,
efisiensi, dan optimalisasi pemakaian energi listrik, sepanjang tidak mengganggu rencana
kerja dan kapasitas produksi.
Solusi yang ditawarkan Apindo adalah memperpendek hari kerja menjadi lima hari dalam
seminggu dari enam hari kerja dalam seminggu yang berlaku saat ini.
"Langkah tersebut jauh lebih tepat ketimbang harus menggeser waktu kerja ke Sabtu dan
Minggu," katanya.

Berkhas

17

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 09 Juli 2008

Rekson juga menyetujui usulan tersebut. Namun, dia berharap ada dialog yang melibatkan
pekerja untuk membahas hal itu lebih lanjut, agar menguntungkan kedua belah pihak.
"Saya rasa akan ada banyak opsi yang akan keluar nanti kalau kita duduk bersama," ujarnya.
Dia juga menilai pergeseran hari kerja, seperti yang akan ditetapkan dalam SKB lima menteri,
justru akan menambah masalah bagi para pekerja yang sebelumnya juga dipusingkan
kenaikan harga BBM. (maria.benyamin@ bisnis.co.id)
Oleh Maria Y. Benyamin
Bisnis Indonesia

Berkhas

18

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Rabu, 09 Juli 2008

Pe ny e le sa ia n k a sus TKI m e ningk a t
JAKARTA: Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei, Taiwan mengklaim
penyelesaian kasus yang dialami tenaga kerja Indonesia (TKI) di negara itu meningkat setiap
tahun.
Erwin Azis, Kepala Bidang Imigrasi KDEI Taipei, mengatakan pihaknya berhasil
menyelesaikan 647 kasus sepanjang tahun lalu dan jumlah uang TKI yang bisa dikembalikan
mencapai Rp5, 11 miliar.
Pada 2006, jumlah kasus TKI yang diselesaikan KDEI Taipei mencapai 201 kasus dengan
jumlah uang TKI yang berhasil dikembalikan sebesar Rp2,89 miliar.
Untuk periode Januari-Juni 2008, KDEI Taipei telah menyelesaikan 519 kasus TKI, dengan
jumlah uang yang berhasil dikembalikan sebesar Rp4,79 miliar.
Hal tersebut disampaikan Erwin lewat surat kepada Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia pada awal pekan ini. (Bisnis/yes)

Berkhas

19

Volume VI Juli 2008

Tempo I nteraktif

Rabu, 09 Juli 2008

Soa l Pe nga liha n Ja m Ke r j a

Bur uh Kha w a t ir k a n N a sib Ja m Le m bur
Rabu, 09 Juli 2008 | 08:24 WIB
TEMPO Interaktif, BANDUNG:Para buruh mengkhawatirkan kebijakan soal pengalihan hari
kerja Sabtu-Minggu bisa dijadikan alasan pengusaha melegitimasi hari libur sebagai hari
kerja biasa. Akibatnya, pada perhitungan jam lembur. ”Kan repot kami. Selama ini kami
diakal-akalin terus yang begituan,” kata Waras Wasisto, Wakil Ketua Serikat Pekerja
Nasional Jawa Barat kepada Tempo di Bandung, Selasa (8/7)..
Waras mengaku belum mendapat penjelasan resmi soal pengalihan hari dan kerja,
sebagaimana peraturan yang dikeluarkan pemerintah. Ia mengaku baru mendengar dari
televisi dan membacanya dari koran. Ia baru akan membicarakannya soal ini dalam sesi
khusus di sela rapat kerja DPD SPN Jawa Barat di Ciawi Bogor, dalam waktu dekat.
Menurut Waras, aturan pemberian upah lembur itu bersandar pada Undang-Undang Nomor 1
tahun 1981 yang menjelaskan soal hari libur dan hari libur nasional. Dalam aturan itu,
paparnya, hari Sabtu dan Minggu disebut hari libur.
Repotnya, perubahan yang dilakukan pemerintah otomatis akan mengubah perhitungan
lembur tersebut. Masalahnya, apakah pemerintah sudah mengkaji semua aspek itu terutama
soal aturan lembur. “Kami pada prinsipnya apa pun yang akan dilakukan monggo, tapi
perimbangkan semua aspeknya,” katanya.
Waras menegaskan, kendati kenaikan BBM belum berimbas pada pengurangan pekerja,
namun sebenarnya selama ini sudah mengalami kerugian akibat penghematan yang
dilakukan pihak perusahaan untuk efisiensi akibat kenaikan BBM. Di antaranya, pengurangan
waktu lembur.
Langkah efisiensi dan penghematan, paparnya, dilakukan perusahaan dengan memangkas
waktu lembur. Padahal, lanjutnya, pekerja selama ini mendapatkan kelebihan upah
mengandalkan upah lembur. ”Mau tidak mau dalam 1 bulan akhirnya hanya dapat upah
pokok saja, UMR saja tapi tidak plus overtime,” katanya.
Ahmad Fikri

Berkhas

20

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 10 Juli 2008

Kisa h se dih TKI di Ar a b Sa udi
Kekerasan yang dialami pekerja rumah tangga di Arab Saudi seperti tidak kunjung berkurang.
Beragam penyiksaan tak jarang berujung pada kematian.
Ani, 25 tahun, merupakan satu dari sekian banyak korban kekerasan yang dialami tenaga
kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi. Wanita asal Karawang, Jawa Barat, itu mungkin tidak
akan pernah melupakan pengalaman buruk selama 8 bulan bekerja di negara tersebut.
"Selama 8 bulan saya bekerja, saya tidak pernah menerima gaji. Saya ditampar, dipukul
badannya. Saya disuruh kerja siang malam tidak berhenti. Pasti ada aja kerjaan. Sudah gitu
mereka [majikan] bilang saya malas kerjanya, makanya saya tidak pantas digaji," ujar Ani.
Padahal, dia dijanjikan upah 800 real per bulan.
Ani hadir dalam acara peluncuran laporan penelitian Human Rights Watch (HRW) dan
Komnas Perempuan yang bertajuk As If I am Not Human: Abuses Against Asian Domestic
Workers in Saudi Arabia, pada Selasa lalu.
Laporan tersebut sebenarnya didasarkan pada pengalaman semua tenaga kerja domestik
(pembantu rumah tangga/PRT) di Arab Saudi. Negara tersebut tercatat mempekerjakan 1,5
juta buruh domestik, yang antara lain berasal dari Indonesia, Sri Lanka, Filipina, dan Nepal.
Laporan yang merupakan hasil riset langsung Kenneth Roth dan Nisha Varia, dua peneliti
dari HRW, itu juga dirilis secara global. Namun, Indonesia menjadi negara yang
mendapatkan perhatian khusus karena menjadi pengirim tenaga kerja domestik terbesar ke
Arab Saudi.
Sri Wiyanti Eddyono, perwakilan dari Komnas Perempuan, menyebutkan kasus kekerasan
yang dialami TKI tidak hanya dalam bentuik kekerasan dan pelecehan seksual. TKI juga
kerap dituduh melakukan tindak kriminal yang sebenarnya tidak mereka lakukan.
Melihat kasus TKI yang seolah tak kunjung habis, Sri berharap Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) mengaudit pihak-pihak yang terkait dengan pengiriman TKI. Hal tersebut untuk
mengetahui penyebab dari mandeknya penanganan masalah TKI di luar negeri.
Dalam diskusi publik yang digelar HWR dan Komnas Perempuan pada Selasa lalu, Kenneth
Roth yang juga merupakan Executive Director HRW dan Nisha Varia dari Divisi Hak
Perempuan HRW membahas hukum yang berlaku di Arab Saudi.
Hukum di negara tersebut dinilai cenderung memandang sebelah mata dan tidak melindungi
buruh domestik. Sistem Kafala, yang berlaku di sana, semakin memberatkan buruh domestik.
Kafala adalah sistem yang mengikat buruh domestik kepada yang mempekerjakan mereka.
Sistem Kafala memungkinkan orang yang mempekerjakan buruh domestik (majikan) bisa
menahan buruh domestik untuk tidak bekerja di tempat lain atau bahkan meninggalkan
negara tempat di mana buruh tersebut bekerja.
Pembenahan domestik
Namun, Tuti Lukman, Anggota Komisi IX DPR, mengingatkan agar tidak hanya menyalahkan
Arab Saudi, sebagai negara penerima TKI. Dia menilai pengiriman TKI tidak lepas dari
koordinasi berbagai pihak di dalam negeri.
Ketua Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
Jumhur Hidayat mengatakan permasalahan tersebut mencakup proses perekrutan, pelatihan,
dan dokumentasi.

Berkhas

21

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 10 Juli 2008

Dia menyebutkan tidak jarang calon TKI memalsukan umur mereka. Belum lagi pungutanpungutan yang diminta pihak sponsor dengan jumlah yang besar, sehingga membuat para
penyalur memotong jam pelatihan yang merupakan bekal TKI di sana.
Jumhur berjanji melakukan perbaikan dalam pengiriman TKI ke luar negeri. Perbaikan akan
dimulai dari kejelasan perjanjian kerja dan pengadaan kantor khusus di Arab Saudi yang
digunakan untuk memantau dan memastikan pengiriman TKI secara benar.
TKI yang berniat mengadu nasib ke Arab Saudi, tentu tak berharap mendapatkan kisah
sedih. Kalau beragam kisah pilu TKI di sana mampu menarik perhatian dunia internasional,
pihak-pihak terkait di dalam negeri seharusnya jauh lebih peduli. (Yeni H. Simanjuntak)
(redaksi@bisnis.co.id)
Oleh Fani Agustina
Kontributor Bisnis Indonesia

Berkhas

22

Volume VI Juli 2008

Bisnis I ndonesia

Kamis, 10 Juli 2008

Pe k e r j a a na k dit a r ge t k a n be r k ur a ng

JAKARTA: Departemen Tenaga Kerja & Transmigrasi (Depnakertrans) menargetkan
pengurangan pekerja anak sebanyak 10.000 orang sepanjang tahun ini, terutama anak-anak
yang bekerja pada bentuk pekerjaan terburuk.
Bentuk pekerjaan terburuk yang dimaksud adalah semua jenis pekerjaan yang dapat
membahayakan kesehatan, moral, dan keselamatan anak.
Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah pekerja anak di Indonesia saat ini
mencapai 2,8 juta orang.
Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Depnakertrans I Gusti Made Arke
mengatakan pemerintah terus berupaya mengurangi pekerja anak di Tanah Air.
"Sampai saat ini jumlah pekerja anak yang telah berhasil dikurangi sebanyak 5.000 orang.
Sampai akhir tahun Depnakertrans akan berusaha mengurangi jumlah pekerja anak
sebanyak 10.000 orang," ujarnya kemarin. (Bisnis/may)

Berkhas

23

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Kamis, 10 Juli 2008

I LO D uk ung Upa y a Pe ngha pusa n Pe k e r j a Ana k
Thursday, 10 July 2008
ORGANISASIBuruh Internasional (ILO) mendukung penuh upaya Pemerintah Indonesia
untuk menghapuskan pekerja anak. Bahkan, ILO meluncurkan fase kedua program bantuan
teknis yang mendukung Rencana Aksi Nasional (RAN) Pemerintah Indonesia untuk
penghapusan bentuk-bentuk pekerjaan anak.
”Program bantuan teknis ini didanai oleh Departemen Perburuhan Amerika Serikat dengan
nominal USD5,5 juta untuk periode pelaksanaan empat tahun ke depan,” ungkap Kepala
Penasihat Teknis Program Pekerja Anak ILO Arum Ratnawati di Jakarta kemarin.
Menurut dia, saat ini sekitar 166 juta anak di seluruh dunia menjadi pekerja dan 74,4 juta
anak di antaranya bekerja di sektor pekerjaan yang berbahaya. Untuk Indonesia, pada 2004
diperkirakan ada 1,4 juta anak yang berusia 10–14 tahun bekerja dan turut mencari nafkah.
”Sebagian besar mereka bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang dan sering dalam
kondisi yang berbahaya. Mereka juga tidak mendapat peluang pendidikan yang seharusnya
bisa memberikan mereka masa depan lebih baik,” paparnya. Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Menakertrans) Erman Suparno mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah
memberi perhatian serius seiring meningkatnya jumlah pekerja anak.
”Komitmen dan kepedulian pemerintah telah diwujudkan dengan meratifikasi Konvensi No182
tentang BPTA. Sebagai tindak lanjut ratifikasi ILO dibentuklah KAN melalui Keppres No
12/2001 yang bertujuan mencegah dan menghapus bentukbentuk pekerjaan terburuk untuk
anak,” katanya.
Selain itu, pemerintah telah merintis program nasional yaitu Program Keluarga Harapan
(PKH) yang melibatkan Depnakertrans, Depdiknas, Depsos, dan Bappenas. Selain itu,
pemerintah akan melaksanakan program pengurangan pekerja anak. ”Program ini bertujuan
untuk mengurangi pekerja anak yang putus sekolah dari rumah tangga sangat miskin (RTSM)
untuk dikembalikan ke dunia pendidikan,” tuturnya. (rendra hanggara)

Berkhas

24

Volume VI Juli 2008

Seputar I ndonesia

Kamis, 10 Juli 2008

SPSI da n SBSI Ak a n Som a si D isna k e r Sia nt a r
Thursday, 10 July 2008
PEMATANGSIANTAR (SINDO) – Perwakilan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) dan
Serikat Buruh Seluruh Indonesia (SBSI) menyomasi Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker)
Pematangsiantar.
Somasi tersebut terkait adanya pernyataan Kepala Disnaker yang terkesan menuduh serikat
pekerja bermain mata dengan pengusaha. Kalimat tersebut menurut pengurus SPSI dan
SBSI Pematangsiantar merupakan tudingan kepada SPSI/SBSI yang ada di Kota
Pematangsiantar.
Menurut Sekretaris SBSI Pematangsiantar- Simalungun Atisokhi Waruhu,pernyataan tersebut
sepertinya upaya mengambinghitamkan ataupun upaya cuci tangan Kepala Disnaker selama
menjabat. “Kami menganggap Kepala Disnaker sengaja cuci tangan untuk menghindari
bobroknya hubungan industrial di Pematangsiantar sejak dia menjabat sebagai Kepala
Disnaker,” katanya kepada wartawan baru-baru ini.
Atisokhi menambahkan, tudingan tersebut salah satu carauntukmelakukanpembunuhan
karakter SPSI dan SBSI yang terbentuk berdasarkan UU No 21/2000.“Apa yang
dikemukakan Kepala Disnaker di media massa,menurut penilaian kami merupakan salah
satu indikasi pernyataan yang menuju kepada kampanye antiserikat pekerja dan serikat
buruh,”ucapnya.
Sementara itu, Kadisnaker Tanjung Sijabat dengan tegas membantah tidak ada mengatakan
kalimat serikat jangan “main mata” dengan pengusaha.“Saya tidak pernah mengatakan
serikat pekerja dan serikat buruh main mata dengan pengusaha kepada siapa pun,”ujarnya.
Terkait tentang somasi yang dilakukan terhadap dirinya, Tanjung mengatakan tidak perlu
menjawabnya karena tidak pernah mengeluarkan pernyataan tersebut. “Saya akan
menanggapinya secara lisan,”tandasnya. (khairunnas)

Berkhas

25

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Kamis, 10 Juli 2008

Upa h M inim um 2 0 0 8 La y a k D ir e v isi
Oleh Gibson Sihombing
Keputusan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak terhitung mulai 24 Mei 2008
berimplikasi terhadap kehidupan ekonomi masyarakat. Kenaikan harga BBM mendorong
naiknya harga barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok sehari-hari.
Menurut BPS, inflasi pada Mei 2008 sebesar 1,41 persen sedangkan laju inflasi year on year
(Mei 2008 terhadap Mei 2007) sebesar 10,38 persen.
Menyadari implikasi kenaikan harga BBM tersebut, pemerintah telah mengeluarkan beberapa
kebijakan sebagai langkah pemberdayaan ekonomi masyarakat, seperti, program bantuan
langsung tunai (BLT) dan pemberian gaji ke-13 kepada pegawai negeri sipil dan pensiunan
PNS.
Kita pahami bahwa kedua bentuk kebijakan pemerintah di atas hanyalah menopang
kehidupan ekonomi sebagian kecil masyarakat Indonesia. Di luar kelompok penerima
program pemerintah tersebut terdapat jutaan anggota masyarakat yang sangat terpukul
dengan kenaikan harga BBM. Anggota masyarakat tersebut, antara lain, kelompok
pekerja/buruh yang menerima upah berdasarkan besaran upah minimum yang ditetapkan
oleh pemerintah.
Beratnya beban ekonomi pekerja akan semakin bertambah dengan kebijakan pemerintah
menaikkan tarif angkutan umum sampai 40 persen terhitung Juni 2008.
Beban ekonomi pekerja kita sebut berat karena sesungguhnya besar upah yang mereka
terima ditentukan berdasarkan perhitungan kebutuhan seorang pekerja lajang dalam sebulan.
Dalam praktiknya, upah minimum menjadi upah standar, bahkan menjadi upah tertinggi
dalam satu perusahaan, termasuk bagi pekerja yang sudah berkeluarga dengan beberapa
anak.
Kondisi tersebut terjadi karena lemahnya daya tawar pekerja. Tingginya angka pengangguran
yang mencapai 8 persen dari jumlah angkatan kerja dan rendahnya tingkat
pendidikan/keterampilan pekerja merupakan faktor utama yang menyebabkan lemahnya
daya tawar pekerja.
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, jumlah
pekerja dengan status kontrak dan outsourcing terus meningkat dari tahun ke tahun. Para
pengusaha lebih nyaman meraup keuntungan dengan merekrut tenaga kerja melalui sistem
kontrak dan outsourcing. Saat ini, pola outsourcing lebih diminati karena sangat fleksibel.
Bahkan ada perusahaan yang rela memberhentikan pekerjanya dengan membayar pesangon
kemudian menggantikannya dengan pekerja baru melalui agen penyedia tenaga kerja
outsourcing.
Ironisnya, pola outsourcing bukan saja diterapkan oleh perusahaan-perusahaan swasta yang
lebih berorientasi kepada keuntungan semata, tetapi juga diadopsi oleh pemerintah melalui
perusahaan BUMN.
Hebatnya, perusahaan asing yang sudah berhasil meraup keuntungan dan kenikmatan dari
pengelolaan sumber daya alam Indonesia akan mendapatkan bonus tambahan dengan
murahnya harga sumber daya manusia yang disediakan pasar tenaga kerja melalui fasilitas
pemerintah dengan pola outsourcing ini.

Berkhas

26

Volume VI Juli 2008

Suara Pembaruan

Kamis, 10 Juli 2008

Para pekerja/buruh dengan status kontrak dan outsourcing pada umumnya menerima upah
pada basis upah minimum, dan akan mengalami kenaikan kalau upah minimum naik. Tidak
ada tawar-menawar upah di sini, karena pemberi kerja mereka adalah agen pemasok tenaga
kerja, bukan manajemen perusahaan tempat mereka bekerja. Apa