T2 092011007 BAB III

Bab Tiga
Distrik Nabire Barat dan Transmigran

Pengantar
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk distrik Nabire Barat
cukup pesat bila dibandingkan dengan distrik lain yang ada di
Kabupaten Nabire. Dengan pertumbuhan dan perkembangan itulah
membuat distrik Nabire Barat menjadi salah satu wilayah dengan
jumlah penduduk terbanyak di Kabupaten Nabire, sekaligus memposisikan transmigran Jawa sebagai mayoritas di antara migran lainnya.
Hal ini disebabkan karena program transmigrasi yang dicanangkan
oleh pemerintah sejak awal adalah selain mengurangi jumlah pengangguran juga untuk mengurangi kepadatan penduduk di pulau Jawa,
sehingga pada waktu itu banyak orang Jawa yang dikirim ke luar Jawa
untuk bekerja dan membuka hutan, dan salah satu daerah transmigrasi
yang dituju adalah Nabire.
Kedatangan para transmigran tersebut kemudian diikuti oleh
keluarga, saudara, ataupun teman yang datang dan tinggal di lingkungan transmigrasi. M ereka ada yang numpang, namun ada juga yang
berkesempatan menetap dengan membeli tanah pada sesama orang
Jawa atau pada orang Papua. Selain itu terjadi kawin mawin antara
sesama orang Jawa, orang Jawa dengan orang Papua, ataupun suku lain
yang ada di lingkungan transmigrasi. Dengan proses itulah maka terjadi
penambahan dan percepatan jumlah penduduk di distrik Nabire Barat.

Kehadiran penduduk transmigran melalui transmigrasi dimulai dari
beberapa tahap, dan masing-masing tahap dengan jumlah yang
33

berbeda-beda, baik transmigran dari Jawa maupun transmigran Lokal
(Papua dan NTT ). Dari lima Kampung yang berada di distrik Nabire
Barat dengan jumlah penduduk yang berbeda-beda, hanya tiga
kampung yang menjadi lokasi pemukiman dan penempatan transmigasi
dari Jawa maupun lokal. Penyebaran penduduknya pun tidak merata di
antara tiga UPT tersebut. Perbedaaan penempatan transmigran dari
tiga Unit Pemukiman Transmigrasi terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 1
Jumlah Penempatan Transmigran awal di Tiga (UPT) Unit Pemukiman
Transmigrasi SP 1. 2 dan SP 3 di Distrik Nabire Barat
dari Tahun 1981 sampai 1984
JATENG
UPT

KK


JW

DIY

JATIM

PAPUA

Jumlah

KK

JW

KK

JW

KK


JW

KK

JW

SP. 1

93

355

45

182

197

769


160

737

495

2.043

SP. 3

143

587

-

-

77


274

-

-

220

861

254

1.040

77

259

121


478

48

218

500

1.995

1.215

4.899

SP.2
Jumlah

Sumber: Dinas Pemukiman Penduduk. Kab. Nabire 2003.


Tabel 2
Komposisi Jumlah Jiwa per KK dari M asing-masing Transmigran
DAERAH

KK

JATENG

490

DIY
JATIM
PAPUA

Jumlah Jiwa Per KK

1.982

4,04


122

441

3,6

395

1.521

3,9

208

955

4,6

Sumber: diolah dari Tabel 1


34

JIWA

Tabel 3
Jumlah Transmigran Awal berdasarkan Daerah Asal
pada Tahun 1981 sampai 1984 di Distrik Nabire Barat
Daerah Asal

Tersebar di tiga Unit Pemukiman Transmigrasi / SP
KK

JIWA
1.982

JATENG

Jumlah Keseluruhan KK dan Jiwa

490


DIY

Jumlah Keseluruhan KK dan Jiwa

122

441

JATIM

Jumlah Keseluruhan KK dan Jiwa

395

1.521

PAPUA

Jumlah Keseluruhan KK dan Jiwa


208

Jumlah

1.215

955
4.899

Sumber: Dinas Pemukiman Penduduk. Kab. Nabire 2003

Tabel 4
Jumlah Transmigran Awal berdasarkan Jenis Kelamin di SP 1, 2, dan 3
di Distrik Nabire Barat Tahun 1981 sampai 1984
UPT

Jenis Kelamin
Laki-laki

Jumlah

Wanita

KK

JIWA

SP. 1

1.073

970

495

2.043

SP. 2

1.044

951

500

1.995

SP. 3

454

407

220

861

2. 571

2. 328

1.215

4.899

Jumlah

Sumber: Dinas Pemukiman Penduduk. Kab. Nabire 2003

Dari tiga UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) di Distrik Nabire
Barat diubah menjadi SP (Satuan Pemukiman). Perubahan nama disesuaikan dengan perkembangan penduduk yang berasal dari berbagai
etnis yang hidup berbaur di satuan pemukiman tersebut, dan sekaligus
menghindari pemikiran-pemikiran negatif yang bermuatan politis.
Ketiga Satuan Pemukiman tersebut, pengerjaannya dilakukan tidak
bersamaan tetapi secara bertahap, yang dimulai tahun 1980 an oleh
pengusaha dari luar Papua, yaitu PT Bumi Karsa dengan melibatkan
tenaga kerja lokal terutama pada perkerjaan pembersihan lahan dan
penebangan pohon dengan menggunakan sensor. Pekerjaan yang
pertama disiapkan adalah tempat tinggal dan lahan pertanian bagi
transmigran, namun kesiapannya belum secara maksimal dan tidak
35

menyeluruh, sehingga penempatan transmigrasi pun dilakukan secara
bertahap disesuaikan dengan kesiapan lokasi.
Pada tahun 1981 dan 1982 dimulai dengan penempatan transmigrasi pertama di Satuan Pemukiman Dua (SP 2) dengan jumlah sekitar
1.995 jiwa atau 500 Kepala Keluarga (KK) bersamaan dengan transmigran lokal (Papua dan NTT), namun jumlahnya masih sedikit dibandingkan dari Jawa, yaitu sebanyak 218 jiwa atau 48 KK. Karena lokasi
SP 2 merupakan lokasi yang pertama jadi sudah selesai dikerjakan dan
siap untuk ditempati, sambil menyiapkan lokasi SP 1 dan SP 3. W aktu
itu transmigrasi yang sudah datang dan rumahnya belum jadi terpaksa
numpang pada keluarga yang rumahnya sudah jadi terutama di SP 2.
Kemudian pada tahun 1982 dan 1983, SP1 dan SP3 sudah siap untuk
ditempati sekalipun belum secara maksimal seperti yang diharapkan.
M asing-masing satuan pemukiman dengan jumlah yang berbeda pula,
SP.1 dengan jumlah 2.043 Jiwa (495 KK) yang terbagi translokal Papua
dan NTT berjumlah 160 KK (737 jiwa), sedangkan SP 3 dengan jumlah
transmigran 220 KK (861 jiwa). Jumlah keseluruhan transmigran di
Distrik Nabire Barat pada awal transmigrasi dari tahun 1982 sampai
dengan 1986 sekitar 5.000 jiwa atau sekitar 1.482 KK yang tersebar
pada tiga satuan pemukiman dari SP1 sampai SP3, dengan jumlah
perbandingan antara laki dan perempuan hampir merata di tiga satuan
pemukiman. Jumlah terbanyak berada di SP 1 dan SP 2, sehingga pada
dua satuan pemukiman ini mempunyai jumlah penduduk yang berbeda
dengan Satuan Pemukiman Tiga.
Terjadinya perbedaan jumlah transmigran di tiga satuan pemukiman tersebut disebabkan oleh beberapa alasan. Yang pertama, karena
kesiapan lokasi atau lahan yang tidak secara bersamaan sehingga
berpengaruh terhadap jumlah penempatan migran; kedua, di antara
tiga satuan pemukiman tersebut mempunyai fokus kegiatan pertanian
yang berbeda. SP 1 dan SP 2 mayoritas migran bertani padi, sehingga
satuan pemukiman ini disebut juga sebagai daerah lumbung padi,
karena memiliki 1.837 hektar sawah aktif, dan memiliki satu bendungan (Kalibumi) irigasi yang direncanakan mampu mengairi 6.400
hektar sawah di dua distrik tersebut (Distrik W anggar dan Nabire

36

Barat). Selain itu dilengkapi pula dengan satu mesin penggilingan padi
yang mampu mengiling 3 ton gabah dalam satu hari. Untuk SP.3
mayoritas petani jeruk manis, dengan luas lahan sekitar 2.100 hektar,
dan yang sudah ditanami sebanyak 911, 25 hektar. Selain itu jeruk
manis juga sangat terkenal sampai ke luar daerah, dan bernilai
ekonomis sehingga memposisikan jeruk manis sebagai salah satu oleholeh utama bagi pelancong dari luar Nabire. Dengan kondisi pola
pertanian yang berbeda di tiga satuan pemukiman tersebut membuat
lebih banyak migran, khususnya translokal Papua dan NTT lebih
memilih berdomilisi di SP.I dan SP.2 daripada di SP 3, seperti terlihat
pada Tabel 1 kolom SP. 3 tidak ada translokal Papua dan NTT.
Tabel 5
Penempatan Transmigran Swakarsa (spontan) M andiri
di Distrik Nabire Barat Tahun 1993 sampai 1996
1993/ 1994

UPT
Kalibumi

1994/1995

KK

JW

L

P

304 266

KK

J

1995/1996

L

P

KK

J

L

P

140

570

110

491

280 211

-

-

Waroki

-

-

-

-

90

364

203 161

90

379

191

188

Wadio

-

-

-

-

-

-

-

100

361

202

159

140

570

200

855

483 372

190

740

393

347

Jumlah

304 266

-

-

-

Sumber: Dinas Pemukiman Penduduk Kab. Nabire 2003

Enam tahun kemudian tepatnya tahun 1993 sampai dengan 1996
pemerintah mendatangkan transmigran swakarsa mandiri/spontan di
daerah transmigrasi sebanyak 530 KK dengan jumlah jiwa 2.165 yang
tersebar di tiga UPT (Unit Pemukiman Transmigrasi) khususnya di
Kalibumi dengan jumlah 250 KK atau sekitar 1.061 jiwa yang tersebar
di beberapa Satuan Pemukiman, baik di SP.1 maupun SP.2, sebagian di
SPA sampai SPC. Transmigran di W adio atau SP.3 berjumlah 100 KK
atau sekitar 361 jiwa. Dua daerah pemukiman yang berbeda ini disebut
dengan Kalibumi, karena keberadaan Kalibumi di antara dua daerah
tersebut dan sekarang Kalibumi SPA sampai SPC menjadi satu distrik
sendiri terpisah dari Distrik Nabire Barat. Sementara Kampung W aroki
juga memperoleh penambahan transmigran spontan dengan jumlah

37

penduduk 180 KK (743 jiwa). Kehadiran transmigran swakarsa atau
spontan ini memberikan warna tersendiri dalam kegiatan ekonomi di
daerah transmigrasi atau pemukiman. Kelompok migran ini pada
umumnya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik, dan
bergerak di semua peluang kegiatan ekonomi, sehingga kelompok
migran ini cepat memberikan perubahan secara ekonomi maupun
sosial. Secara ekonomi kelompok ini mampu membuktikan dan
merangsang pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah transmigrasi, sedangkan secara sosial akan memberikan perubahan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat.
Aspek positif yang lain dari kehadiran migran spontan dan
berbaur akan menjadi motivator dalam kehidupan di daerah transmigrasi, sekalipun suasana kehidupan tersebut agak bernuansa persaingan. Hal ini membuat setiap migran berpikir dan menyiapkan diri
secara matang dari sisi kemampuan pengetahuan dan pengalaman
untuk mengantisipasi derasnya arus kehidupan yang bermuatan
ekonomis dengan tujuan akhirnya mencapai kehidupan yang lebih baik
di antara yang terbaik. Harapan strandar kehidupan ini pun ada dalam
benak setiap manusia yang ingin dihargai oleh orang lain. Dengan
harapan ini pun mengantarkan setiap orang pada garis star untuk
memulai sesuatu perjuangan yang membutuhkan waktu, proses dan
strategi.
Tabel 6
Komposisi Penduduk di Distrik Nabire Barat 2010
Kampung

Papua

Non Papua

Non Papua Per
Papua

BumiRaya

718

2.415

3,36

Kalisemen

955

2.871

3,00

Wadio

117

1.514

12,94

Waroki

972

150

0,15

Gerbang Sadu

398

591

1,48

3.160

7.541

2,39

jumlah

Sumber: Diolah dari data Sensus Penduduk 2010

38

Distrik Nabire Barat merupakan salah satu distrik di Kabupaten
Nabire dengan jumlah penduduk terbanyak dibandingkan dengan
distrik lain yang berada di wilayah administrasi Kabupaten Nabire.
Distrik Nabire Barat mempunyai lima kampung. M asing-masing
kampung dengan jumlah penduduk berbeda-beda, yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia dan hidup berbaur dengan penduduk
lokal. Jumlah penduduk masing-masing kampung tersebut sesuai
dengan data Distrik Nabire Barat (Distrik Nabire Barat dalam Angka
2011) merincikan jumlah penduduk dari masing-masing kampung dimulai dari Kampung W adio atau SP 3 dengan jumlah penduduk 1.631
jiwa yang mayoritas adalah transmigran luar Papua; Kampung Gerbang
Sadu jumlah penduduknya 988 jiwa; Kampung W aroki jumlah penduduknya 1.122 jiwa. Papua lebih banyak dibandingkan migran luar,
posisi kampung W aroki berada di pingir pantai atau pesisir dengan
fokus pertanian Kakao dan Bobo. Kampung SP 1 Bumi Raya jumlah
penduduknya 3.133 jiwa, lebih banyak migran luar terutama Jawa,
sedangkan Kampung Kalisemen SP 2 jumlah penduduknya 3.826 jiwa
juga migran jawa lebih banyak, sehingga jumlah keseluruhan penduduk dari lima kampung tersebut adalah 10.701 jiwa. Dari jumlah ini
penduduk asli Papua sebanyak 3.160 jiwa yang terdiri dari Papua
Pantai yaitu Serui, Biak, M erauke, Nabire dan Jayapura, sedangkan dari
Papua gunung yaitu W amena, Intan Jaya, Paniai. Untuk migran luar
Papua berjumlah 7.541 jiwa, mayoritas Jawa, dan migran lainnya
adalah Bugis M akasssar, Ternate, Batak, Jawa, M anado, Toraja,
Kalimantan, Ambon dan Cina. Beberapa etnis migran ini tidak terdata
secara khusus namun termasuk dalam perhitungan migran luar.
Pada sisi lain, dengan adanya kewenangan daerah membuat
sedikit kelonggaran terhadap arus penduduk masuk keluar di daerah
transmigrasi yang tidak terkontrol secara baik, namun kebanyakan
penduduk baik dari Papua maupun non Papua berada di dua kampung
yaitu kampung Bumi Raya dan kampung Kalisemen. Dua kampung ini
berada di jantung kota distrik dan juga menjadi pusat kegiatan ekonomi
masyarakat di Distrik Nabire Barat. Dengan pusat kegiatan itulah
suasana aktivitas masyarakat lebih nampak dan berkembang di
kampung tersebut. Selain itu proses perkembangan pendidikan juga
39

cukup baik, karena keberadaan salah satu Lembaga Pendidikan SM A
Plus dan Kelas PGSD FKIP UNCEN yang turut menambah daya tarik
dan melengkapi aktivitas masyarakat di Distrik Nabire Barat.

Tabel 7
Banyaknya Tempat I badah di Distrik Nabire Barat Tahun 2012
Mesjid

Surau/
Langgar

Gereja
Protestan

Gereja
Katolik

Pura

Vihara
Klenteng

Bumi Raya

1

11

2

1

1

-

Wadio

1

4

1

-

-

1

Gerbang Sadu

-

-

2

1

-

-

Kalisemen

3

10

7

2

1

-

Kampung

Waroki

-

1

5

-

-

-

Jumlah

5

26

17

4

2

1

Sumber: Distrik Nabire Barat dalam Angka 2013

Jumlah tempat ibadah pada masing-masing kampung berbedabeda. Perbedaan ini tentunya berkaitan dengan perkembangan pada
masing-masing penganut agama yang ada di lima kampung tersebut.
Kalau dilihat dari jumlah mesjid, terdapat 5 M asjid, sedangkan Surau
atau Langgar 26 buah, sehingga jumlah M asjid dan Surau atau Langgar
berjumlah 31 buah. Sementara untuk Gereja, terdapat 21 Gereja.
Perbedaan jumlah tempat ibadah antara masjid dan gereja, dalam
perhitungannya selama ini yang dipakai adalah gereja melawan masjid,
yaitu 21 vs 5, tidak dihitung jumlah Surau atau Langgar, sehingga yang
terlihat gereja lebih banyak dibandingkan masjid, meskipun Surau atau
Langgar cukup banyak. Kondisi ini menandakan bahwa keberadaan
migran di berbagai tempat pada umumnya secara menyebar atau
berkumpul pada satu pemukiman. Dengan pola pemukiman inilah
dilihat secara positif akan memberikan ruang sosialisasi dan relasi
dalam kehidupan secara bermasyarakat, sementara pada ruang yang
sama akan menimbulkan sisi negatif terhadap keberadaan orang Papua
dari lingkungan dan segala identitasnya.

40

Pada tabel ini juga menginformasikan tentang jumlah dan
penyebaran tempat ibadah di wilayah Distrik Nabire Barat, sebagaimana masjid berada di urutan teratas dengan jumlah tempat ibadah 31
buah, yaitu yang berskala masjid sebanyak 5 buah, berada di antara tiga
kampung yaitu Bumi Raya, W adio, dan Kalisemen. Ketiga kampung ini
merupakan daerah transmigrasi. Kemudian yang berskala Surau atau
Langgar berjumlah 26 buah, juga lebih banyak berada di tiga kampung
tersebut. Dengan jumlah masjid dan surau atau langgar tersebut
mengindikasikan bahwa jumlah penduduk yang beragama Islam lebih
banyak, terutama yang berasal dari Jawa, dan sebagian lain adalah
Bugis M akassar dan Ternate. Gereja berada pada urutan kedua dengan
jumlah tempat ibadah sebanyak 21 buah, yang terbagi di antaranya,
kristen protestan sebanyak 17 gereja, terbagi merata di lima kampung
di Distrik Nabire Barat, sedangkan jumlah yang terbanyak berada di
Kampung Kalisemen SP 2, yaitu sebanyak 6 gereja. Dengan jumlah
tempat ibadah (Gereja) Kristen Protestan ini mengindikasikan jumlah
penganut agama Kristen Protestan lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah yang beragama Islam. Namun masih lebih banyak bila dibandingkan dengan yang beragama Kristen Katolik. Penganut Kristen
Protestan kebanyakan berasal dari Papua Pantai, Batak, Ambon,
M anado, sebagian Jawa, NTT, dan Papua Gunung yang berada Distrik
Nabire Barat.
Gereja Katolik berjumlah 4 buah, dan hanya berada di tiga
kampung yaitu Bumiraya, Gerbang Sadu, dan Kalisemen. Dengan
jumlah tempat ibadah (Gereja) Kristen Katolik mengindikasikan
jumlah penganut Kristen Katolik lebih sedikit dari penganut agama
Islam maupun Kristen Protestan. Namun demikian, Kristen Katolik
lebih banyak bila dibandingkan dengan penganut agama Hindu dan
Budha. Kebanyakan penganut Kristen Katolik, berasal dari Papua
Gunung, sebagian NTT, dan Jawa. Tempat ibadah Pura dan Vihara bagi
penganut agama Budha dan Hindu, mempunyai jumlah yang sedikit
bila dibandingkan dengan Islam dan Kristen, dan kebanyakan
penganutnya mayoritas Jawa dan Bali. Sehingga pada Tabel ini
menegaskan gambaran etnisitas yang berada di Distrik Nabire Barat.
Sebagaimana jumlah masing-masing penganut yang terlihat pada tabel
41

berikut ini.
Tabel 8
Jumlah Penduduk distrik Nabire Barat menurut agama 2012
Agama

Jumlah

Persen *

Jumlah

Persen **

Islam

6277

55,76

7138

59,30

Kristen Protestan

3776

33,54

3808

31,64

Kristen Katolik

1076

9,56

962

7,99

Hindu

98

0,87

105

0,87

Budha

31

0,28

25

0,28

Jumlah

11.258

100

12.038

100

Sumber: * Diolah dari data distrik Nabire Barat 2013
** Diolah dari data Kab. Nabire 2013

Tabel 8 ini menggunakan dua sumber informasi tentang data
persentase perbandingan jumlah pemeluk agama di antara lima agama
di Distrik Nabire Barat. Di antara dua sumber ini memberikan
informasi yang berbeda-beda tentang jumlah pemeluk agama dari lima
agama resmi yang ada di Distrik Nabire Barat. Di antara lima agama
tersebut jumlah yang terbanyak pemeluknya adalah Islam dengan
jumlah 6.277 pemeluk, kemudian diikuti dengan Kristen Protestan
3.776 pemeluk, dan Kristen Katolik 1.076 pemeluk. Sementara Hindu
dan Budha dengan jumlah pemeluk yang sedikit, masing-masing
sebanyak 98 pemeluk agama Hindu dan 31 pemeluk agama Budha.

Kesimpulan
Kehadiran migran di Distrik Nabire Barat melalui dua tahap.
Tahap pertama mayoritas transmigran umum yang dimulai penempatannya pada tahun 1980an sampai dengan 1984 yang berjumlah 1220
KK atau sekitar 4.899 jiwa, yang tersebar di tiga UPT atau SP, dengan
42

jumlah yang tidak sama pada masing-masing SP. Cara penempatannya
pun dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan lokasi pemukiman. Penempatannya mencakup transmigran dari Jawa maupun
transmigran Lokal (Papua dan NTT). Jumlahnya pun tidak sama antara
transmigran Jawa dan Papua. Transmigran Papua hanya terpusat di dua
SP, yaitu SP 1 dan SP 2. Di dua satuan pemukiman ini, selain sebagai
lokasi yang duluan disiapkan, tetapi juga menjadi pusat pertanian padi,
dan juga menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat sekaligus pusat
pemerintahan Distrik Nabire Barat.
Tahap kedua penempatan transmigran swakarsa atau spontan
yang dimulai pada tahun 1993 sampai dengan 1996, tersebar di
beberapa lokasi transmigrasi (Kalibumi) atau kampung yang ada di
wilayah distrik Nabire Barat. Pembagiannya juga tidak merata pada
masing-masing lokasi atau kampung. Kehadiran transmigran spontan
dilakukan secara berbaur dengan transmigran umum. Transmigran
Spontan ini lebih siap secara pengalaman dan pengetahuan sehingga
kebanyakan dari transmigran tahap kedua ini lebih banyak melakukan
kegiatan ekonomi di luar pertanian, sekaligus merangsang dan memotivasi migran lain, khususnya transmigran umum untuk lebih giat
bekerja dan kreatif dalam menyesuaikan diri dengan kondisi
kehidupan di masyarakat.
Berawal dari kedua tahap transmigran ini telah membuat distrik
Nabire Barat sebagai salah satu wilayah di Kabupaten Nabire dengan
jumlah penduduk yang terbanyak bila dibandingkan dengan jumlah
penduduk pada distrik lain. Dengan jumlah penduduk yang terbanyak
tersebut memposisikan migran luar, khususnya Jawa berada pada
urutan teratas pada komposisi penduduk di antara migran luar lainnya
yang ada di Distrik Nabire Barat. Jumlah tersebut tersebar di lima
kampung yang ada didistrik Nabire Barat. Lima kampung tersebut
mempunyai kegiatan ekonomi masyarakat yang berbeda-beda, baik
pada pertanian padi, kakao, jeruk manis maupun bobo. Bobo adalah
sejenis minuman tradisional beralkohol, yang diambil dari pohon Enau
dan diolah secara tradisional oleh masyarakat lokal Papua. Dari kelima
Kampung tersebut satu kampung berada di pesisir atau pinggir pantai,

43

sedangkan empat lainnya berada di tepi hutan. Dua kampung dengan
kepala kampung orang Papua, yaitu kampung Gerbang Sadu mayoritas
Papua Gunung, sedangkan kampung W aroki mayoritas adalah orang
Papua Pantai. Sementara tiga kampung lainnya kepala kampungnya
orang migran, karena letaknya di daerah transmigrasi, dan salah
satunya adalah seorang wanita.

44