Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Migran dalam Bingkai Orang Papua T2 092011007 BAB I

Bab Satu
Pendahuluan

Latar Belakang
Kemajemukan masyarakat pada suatu daerah merupakan
penyebab dari perkembangan penduduk pada satu wilayah negara.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang berbeda akan
memberikan peluang terjadinya arus migrasi antar wilayah dalam satu
negara. Perpindahan penduduk dari satu daerah ke daerah lain menjadi
bagian dari proses yang terjadi secara terencana dan tidak terencana.
Dua bentuk proses ini umum terjadi dan dikenal dalam istilah
perpindahan penduduk di Indonesia, selain secara natural dua pola
migrasi ini pun merupakan faktor utama penyebab pertum-buhan
penduduk pada satu daerah. Perpindahan penduduk dengan pola ini
tentu terdorong oleh kondisi antar daerah asal dan daerah tujuan,
sehingga kekurangan dan kelebihan merupakan peluang yang menjadi
pertimbangan utama seseorang memilih dan melakukan migrasi, dan
proses ini pun terjadi secara pribadi maupun kelompok.
M igrasi yang dilakukan secara pribadi maupun kelompok
prosesnya bersamaan atau tidak bersamaan, namun kehadiran para
migran ada yang berbaur dan juga terlokalisasi pada daerah-daerah

tertentu, dengan pola matapencahariannya yang berbeda-beda.
Berbagai pola matapencaharian yang ditekuni merupakan bagian dari
proses mempertahankan hidup, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat para migran menekuni matapencahariannya masing-masing.

1

M igran Bugis M akassar pada umumnya lebih menekuni bisnis, nelayan
dan hanya sedikit yang memilih pertanian, peternakan dan pegawai
pemerintah. Dengan pola mata pencaharian bisnis tersebut menempatkan mereka pada daerah dan tempat-tempat tertentu, dan terutama di
ruang-ruang dengan kesibukan kegiatan ekonomi yang hidup. Dengan
naluri ekonomi itulah para migran Bugis M akassar lebih memilih
berada di kota dan pusat-pusat kegiatan ekonomi masyarakat lainnya
agar dapat menunjang proses pola mata pencahariannya. Dengan
demikian migran Bugis M akassar dalam kehidupan bermasyarakat
cenderung berkumpul atau terlokalisasi pada tempat tertentu. M ereka
cenderung tertutup sehingga kurang terjadi ruang relasi secara terbuka
dengan penduduk lokal (Papua). Kondisi relasi semacam ini kurang
memberikan ruang kerja sama yang dapat memberikan manfaat bagi
penduduk lokal secara luas.
M igran Jawa pada umumnya menekuni pertanian, dan

peternakan serta ketrampilan lainnya, dan sedikit yang memilih
menekuni bidang swasta ataupun sektor publik pegawai pemerintah.
Dengan mayoritas pola matapencaharian tersebut menempatkan
mereka pada daerah-daerah tertentu yang mendukung mereka dalam
beraktivitas. Dalam kehidupan bermasyarakat, migran Jawa lebih
fleksibel dalam memba-ngun relasi dengan penduduk lokal ataupun
migran lainnya. Selain itu didukung dengan pola matapencaharian
yang lebih mengandalkan pertanian turut memberi ruang terjadinya
hubungan yang terbuka dan intens, antar migran Jawa dan penduduk
lokal, adanya kesadaran hidup bersama dalam kehidupan migran Jawa
didasarkan atas prinsip kerjasama yang saling bermanfaat dalam
menunjang hidup secara bersama.
Kemudian migran NTT pun menekuni pertanian, peternakan,
dan pegawai pemerintahan, dengan berbagai kegiatan matapencaharian
ini pun menempatkan migran NTT di semua ruang relasi dengan
penduduk lokal, sehingga relasi yang terbangun antar migran NTT dan
penduduk lokal lebih dekat dan kuat karena relasi yang terjadi lebih
menonjolkan relasi kekeluargaan. Dengan prinsip relasi itulah secara
kehidupan bermasyarakat migran NTT merasa bagian dari penduduk


2

lokal, dan terlibat secara langsung dalam hal memberikan pemahaman
yang positif tentang perkembangan dan kemajuan yang dialami oleh
penduduk lokal kedepan yang lebih baik.
Relasi di tunjang dengan saling memahami, menghargai, dan
saling membantu dalam hal kerja sama untuk menunjang kehidupan
secara bersama. Bantuan yang sering dilakukan secara bersama
cenderung berkaitan dengan pekerjaan yang membutuhkan tenaga
kerja lebih, tradisi saling membantu merupakan bagian dari prilaku
migran NTT dalam kehidupan bermasyarakat secara khusus maupun
umum.
Ketiga etnis migran ini hadir dengan segala sisi positif dan
negatif serta seluruh perbedaanya masing-masing.Perbedaan suku dan
berbagai latarbelakang menjadi bagian dari kehidupan bersama dengan
penduduk lokal (orang Papua). Kehidupan dengan berbagai perbedaan
ini memunculkan kondisi baru bagi penduduk lokal Papua, kondisi
baru yang dibawa dan ditampilkan oleh para migran lewat relasi yang
terjadi dalam kehidupan bersama orang Papua. Fenomena ini
menimbul-kan asumsi yang berbeda di antara pemerintah dan

masyarakat lokal dengan kehadiran migran dalam kehidupan
bermasyarakat. Asumsi merupakan pemikiran yang mempunyai sisi
positif dan negatif, dua sisi pemikiran ini dilatarbelakangi dengan
sudut pandang yang berbeda terhadap migrasi dalam kehidupan
penduduk lokal orang Papua.
Asumsi optimis memandang migrasi akan membawa perubahan
positif bagi sesama di daerah tujuan, baik bagi pelaku migrasi itu
sendiri maupun penduduk lokal dan bahkan secara luas dalam
kehidupan bermasyarakat dan pemerintahan, asumsi ini pun tidak di
pungkiri karena benar adanya Sedangkan pada sisi lain masyarakat
dengan asumsi pesimisnya memadang
kehadiran migran akan
menimbulkan peramasalahan bagi penduduk lokal, asumsi pesimis ini
pun ada dan terjadi dalam kehidupan penduduk lokal.

3

Dua asumsi ini pun mempunyai alasan masing-masing yang lebih
melihat pada sisi positif dan negatifnya sedangkan tidak semua migran
mempunyai porsi yang sama dalam hal berkonstribusi negatif maupun

positif terhadap penduduk lokal. Dua aspek konstribusi itulah yang
selalu menjadi tolok ukur dalam setiap perubahan yang diakibatkan
oleh fenomena kehidupan bermasyarakat. Sehingga penelitian ini lebih
melihat pada relasi migran bersama penduduk lokal dalam kehidupan
masyarakat, berdasarkan identifikasi dari latar belakang maka yang
menjadi masalah penelitian adalah Apa M anfaat yang diperoleh Orang
Papua dengan kehadiran M igran di Distrik Nabire Barat.
Untuk menjawab masalah penelitian tersebut maka dirumuskan
tujuan penelitian sebagai berikut: M enggambarkan kegiatan Ekonomi
para M igran di Distrik Nabire Barat. M enggambarkan Relasi antara
M igran dengan Orang Papua di Distrik Nabire Barat.

Strategi mendapatkan Sebuah I mpian Akademik
Berawal dari sebuah impian untuk mendapatkan pemahaman
yang bernilai beda dalam tataran logika berpikir akademik yang
terstruktur dan sensitif terhadap fenomena kehidupan. Impian itu pun
membuat peneliti selalu memilih dan melihat di setiap kesempatan
terhadap perkembangan pendidikan secara teliti dan berbeda pada
setiap lembaga pendidikan tinggi yang ada di tanah air. Impian itu pun
terjawab dengan kesempatan yang diberikan oleh Sang Penguasa

impian lewat tangan pemikir Dinas Pendidikan Provinsi Papua yang
memberikan kesempatan pada peneliti untuk melanjutkan pendidikan
Program Pascasarjana (S2). Kesempatan itu pun menjadi peluang dan
sekaligus sebagai tantangan bagi peneliti, peluang dan tantangan
merupakan dua sisi situasi yang ada dalam benak peneliti. Sisi peluang
adalah suatu kesempatan untuk mendapatkan hal-hal baru yang
berkaitan dengan informasi pengetahuan dan kondisi proses pendidikannya yang menjadi sebuah perubahan bagi peneliti. Sedangkan
pada sisi tantangan adalah pertimbangan berbagai kekurangan yang ada
pada peneliti dari segi kesiapan untuk memenuhi tuntutan proses pada

4

pendidikan Pasca Sarjana.
Namun impian itu menjadi sebuah kekuatan komitmen untuk
tetap melangkah maju dan meraih keinginan dan harapan dengan tidak
melihat dan merasakan kekurangan sebagai sebuah pertimbangan atau
hambatan dalam mendapatkan impian itu. Suatu pandangan yang
tersirat dalam impian itu adalah bukan mengejar sebuah gelar
akademik yang tidak bisa dipertanggungjawabkan secara keilmuan
dalam pekerjaan dan profesi secara tepat dan benar.

Dengan pandangan tersirat itulah pada bulan Juni 2011 peneliti
mencoba mencari informasi tentang peluang dan kriteria perguruan
tinggi dengan tidak melihat nama besar lembaganya, tetapi peneliti
lebih melihat orientasi program studi dan gelar akademik yang dimiliki
oleh tenaga dosennya yang berstandar internasional atau gelar
pendidikan luar negri (Ph.D). Gelar akademik ini menjadi pilihan dan
pertimbangan pribadi peneliti dengan tidak mengurangi rasa hormat
pada pihak lain. Pilihan dan pertimbangan peneliti pun jatuh pada
UKSW dan Studi Pembangunannya, sehingga pada bulan Juli 2011
peneliti memulai perjalanan awal untuk mencari dan menemukan
pilihan impian tersebut. Pencarian impian itu pun melalui sebuah
proses yang cukup berat dan penuh konsentrasi dengan menggunakan
segala kemampuan yang peneliti miliki untuk beradaptasi terhadap
proses akademik yang begitu berbobot dan bernilai tinggi untuk
peniliti. Sekitar sembilan bulan merupakan waktu proses mengenal dan
belajar tentang infomasi pengetahuan yang disampaikan oleh dosen
yang kredibel secara keilmuan dan kepiawaiannya dalam mengolah
dan mentransfer ilmu pengetahuan pada peneliti dan rekan-rekan
lainnya.
Hasil proses sembilan bulan akan teruji dan terukur pada sebuah

puncak kematangan untuk memposisikan seorang magister pada porsi
berbeda dan berpotensi terhadap pengusaan dan pemahaman tentang
dunia penelitian. Untuk sampai ke sana Sang Pemilik impian
mempertemukan peneliti dengan seorang dosen pembimbing yang
sangat tepat untuk mengantarkan peneliti ke jalan menuju impian
termahal bagi peneliti. Untuk mendapatkan impian itu peneliti melalui
5

sebuah proses cukup panjang dan membutuhkan kesiapan penuh.
Proses awal pun terbangun lewat diskusi bersama pembimbing
untuk menentukan sebuah topik penelitian. Lewat diskusi tersebut
menghasilkan sebuah topik yang cukup menarik untuk diteliti yaitu
tentang kehidupan migran bersama orang Papua. Topik ini pun
tergarap dalam satu tulisan awal berbentuk proposal, sehingga untuk
memantapkan jalan menuju impian tersebut harus dilalui dalam dua
tahap. Tahap pertama merupakan tahap persiapan yang berhubungan
dengan sebuah proses perancangan penelitian usualan pedoman dalam
melakukan penelitian lapangan. Pada bagian ini dalam tatacara
penelitian disebut informasi teoritis dari kampus yang akan dibawa ke
lapangan (penelitian). Pada tahap ini pun pembimbing mengarahkan

dan mengatakan bahwa proposal penelitian yang baik akan menghasilkan penulisan akhir yang baik pula.
Arahan dan bimbingan ke arah itupun terwujud dengan kunci
utamanya membuat pedoman pertanyaan penelitian yang baik, dan
terarah untuk menyaring informasi yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian di lapangan. Proses bimbingan pada bagian ini
peneliti lalui secara serius dan selalu mengikuti petunjuk maupun
arahan pembimbing dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian.
Prosesnya pun tidak satu kali tetapi bertahap dan beberapa kali untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Proses proposal itu pun telah selesai
dan diujikan dengan dua dosen penguji yang masing-masing dengan
kemampuan akademiknya.

Pengalaman Penelitian dan Penulisan H asil
Untuk memudahkan peneliti dalam menemukan informan yang
menjadi sumber informasi dalam penelitia. Selama dua minggu peneliti
melakukan pengamatan di lokasi penelitian yaitu pada minggu kedua
dan awal minggu ketiga bulan Desember 2012. Proses pengamatan
awal ini peneliti lakukan dengan tujuan untuk memastikan posisiposisi informan dan waktu luangnya. Dalam memastikan posisi
informan dan waktu luangnya peneliti memperoleh informasi dari
6


rekan kerja yang bermukim di daerah penelitian. Dua minggu di bulan
Desember 2012 menjadi awal bagi peneliti untuk mengenal dan
memasuki wilayah dari penelitian. Informasi awal ini nantinya akan
memfokuskan peneliti dalam melakukan proses penelitian yang
berkaitan dengan informasi-informasi yang diperlukan oleh peneliti.
Selain itu suasana di lokasi penelitian secara umum bukan
menjadi hal baru bagi peneliti, karena lokasi penelitian ini juga sering
peneliti lalui di saat bertugas sebagai guru dan dosen pada satu lembaga
pendidikan gabungan antara SM A dan PGSD FKIP Uncen kelas Nabire
dalam satu lingkungan yang sama. Dengan bermodal informasi awal
tersebut memberikan gambaran pada peneliti tentang penyiapanpenyiapan yang harus dilakukan oleh peneliti. Persiapan yang berhubungan dengan alat tulis, rekaman, kamera, dan laptop mempunyai
fungsi masing-masing dalam mendukung tujuan penelitian, sehingga
dengan dukungan alat-alat tersebut mempermudah peneliti dalam
menyimpan, dan mendokumentasikan secara baik dan lengkap tentang
informasi yang diperoleh saat penelitian. Informasi yang lengkap dan
jelas dari informan akan memudahkan peneliti dalam proses pengolahan dan penulisan selanjutnya. Dengan gambaran tradisi penelitian
kualitatif tersebut memantapkan peneliti untuk memulai penelitian,
sehingga pada awal minggu ketiga bulan Januari 2013 peneliti mulai
melakukan wawancara dengan informan. Dalam proses penelitian,

peneliti menggunakan pendekatan dengan cara trianggulasi untuk
membandingkan informasi atau data yang berkaitan dengan bagaimana migran dalam bingkai orang Papua di lokasi penelitian.
Untuk mendalami fenomena kehidupan antara migran dan
orang Papua di distrik Nabire Barat peneliti dipandu oleh pertanyaan
penelitian yang telah disiapkan. Dengan pertanyaan itulah peneliti
akan menelusuri jawabannya melalui wawancara bersama beberapa
informan maupun infroman kunci secara terarah dan teliti dengan
menggu-nakan pedoman wawancara, pengamatan, dokumentasi dan
data skunder lainnya. Hasil wawancara tersebut menjadi bagian dari
informasi pendukung terhadap data-data yang dikumpulkan untuk
menjawab dan melengkapi tujuan dari pertanyaan-pertanyaan

7

penelitian.
Pemilihan informan kunci dilakukan untuk
mendapatkan
informasi sejauh mana pengetahuan dan pemahaman mereka terkait
dengan fenomena aktivitas ekonomi dan relasi antara migran dan
orang Papua dalam kehidupan sosial bermasyarakat. Karena itu migran
dengan kegiatan ekonominya merupakan informan kunci yang paling
tepat untuk memberikan data dan informasi seputar masalah
penelitian. Data dan informasi dari informan kunci akan menjadi
ukuran sejauh mana ritme relasi antara migran dan orang Papua dalam
kehidupan sosial ekonomi di masyarakat. Untuk menegaskan suasana
relasi tersebut peneliti mengcrosscheck infromasi pada orang Papua
dengan kegiatan ekonominya. Selain itu pengamatan natural peneliti
dengan pengha-yatan tentang fenomena kehidupan migran dalam
kehidupan orang Papua menjadi bagian dari kehidupan peneliti, karena
peneliti sebagai orang Papua lahir dan besar dalam lingkungan dan
suasana fenomena itu. Oleh sebab itu untuk mengenal dan
membedakan migran dalam kehidupan bersama orang Papua bukan
sesuatu yang sulit bagi peneliti.
Selama proses penelitian, kendala yang peneliti rasakan adalah
sulitnya memperoleh data terbaru dan akurat tentang komposisi penduduk antara migran dan orang Papua, sehingga peneliti menggunakan
beberapa sumber data yang menjadi data proxy untuk membandingkan
komposisi penduduk antara orang Papua dan migran. Sumber data
yang peniliti gunakan adalah data Distrik Nabire Barat dalam Angka
2011, 2012, dan 2013 dengan informasi data penduduk pada 2010.
Jumlah data tempat Ibadah 2012, dan data jumlah penduduk menurut
agama distrik Nabire Barat 2013 dan data Kab. Nabire dalam Angka
2013.
Sebagian migran tidak begitu terbuka untuk memberikan
informasi tentang modal usaha yang digunakan serta jumlah pendapatan yang diperoleh selama satu bulan produksi atau hasil kerja.
Keterangan alasan yang disampaikan pada peneliti adalah rahasia
bisnis. Bagi peneliti, alasan ini mungkin tepat dan juga tidak. Dengan
ketidakpuasan, peneliti mencoba mencari informasi pada konsumen
8

atau rekan kerja dan atau pada kegiatan ekonomi yang sama tentang
informasi tersebut. Informasi yang peneliti peroleh dari konsumen atau
rekan kerja dan pada kegiatan ekonomi yang sama menjadi gambaran
jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Sekalipun jawaban yang
peneliti peroleh tidak persis sama, namun paling tidak membantu
memudahkan peneliti dalam memahami dan menjelaskan fenomena
tersebut.
Data penelitian diperoleh berupa informasi empiris dilakukan
selama penelitian dan setelah penelitian. Dua tahap ini menjadi fase
yang memerlukan konsentrasi dan keseriusan peneliti bersama
pembimbing untuk mendapatkan arahan dan masukan mengenai
informasi cara penelitian, penulisan laporan lapangan serta berbagai
ilmu lain yang sangat membantu peneliti dalam proses penulisan dan
penyelesaian tesis ini. Penulisan dan penyelesaian tulisan ini melalui
hasil-hasil wawancara dan data penelitian dengan para informan yang
diolah dalam bentuk matrix atau transkrip. Dari transkrip tersebut
peneliti menentukan pengkategorian tema (matrix tema), kemudian
membuat outline. Semua proses dan hasil itu kemudian diperiksa
secara teliti dan terstruktur oleh pembimbing. Selain itu peneliti juga
diarahkan oleh pembimbing untuk menggunakan dan memilih
referensi-referensi yang terkait dengan permasalahan atau fenomena
yang diteliti.
M emasuki tahap akhir penulisan laporan hasil penelitian, tidak
terlepas dari keseluruhan unsur-unsur atau bagian-bagian dari
penelitian. Kemampuan menulis dan melaporkan hasil penelitian
merupakan suatu tuntutan dan keharusan mutlak bagi seorang peneliti,
sehingga dalam penulisan penelitian ini, penulis mengawali dari bab
mengenai fenomena empiris (bab 4, dan 5). Setelah analisis dilakukan
terhadap kedua bab empiris tersebut, ditambahkan bab tiga tentang
konteks penelitian. Peneliti kemudian membuat sintesis dari kedua bab
empiris tersebut. Setelah itu mengkaji tentang teori-teori atau review
literature yang terkait dengan fenomena empiris, sebagai dasar penulisan bab 2 (tinjauan pustaka). Dengan demikian dalam prosesnya
peneliti terus dan harus menerima setiap masukan dan koreksi secara

9

terus menerus dari pembimbing sebelum sampai pada laporan akhir
dari penelitian ini. Lewat proses tahap demi tahap yang dilakukan
peneliti bersama pembimbing merupakan bagian dari proses penulisan
laporan penelitian yang teliti dan terarah untuk sampai pada hasil
akhir laporan penelitian yang memuaskan bagi peneliti.

10