EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2010/2011 | E.P.U | 9080 19339 1 SM

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE JIGSAW YANG DIMODIFIKASI DITINJAU DARI
GAYA KOGNITIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI
DI KABUPATEN GROBOGAN
TAHUN 2010/2011
Moertiningsih E.P.U, Riyadi, Budi Usodo

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah pembelajaran matematika dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi memberikan prestasi yang lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan keduanya lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
(2) Apakah siswa dengan gaya kognitif field independent mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa dengan gaya kognitif field dependent. (3) Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Jigsaw yang dimodifikasi memberikan prestasi yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dan pembelajaran konvensional pada siswa dengan gaya kognitif field dependent maupun field independent.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain eksperimen 3  2. Populasi
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII (delapan) SMP Negeri di Grobogan semester dua tahun pelajaran
2010/2011. Pengambilan sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling . Sampel dalam penelitian ini
berasal dari SMP Negeri 1 Purwodadi, SMP Negeri 2 Grobogan, dan SMP Negeri 6 Purwodadi yang berjumlah 307

siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes prestasi belajar matematika dan tes gaya
kognitif siswa. Uji instrumen meliputi validitas isi instrumen tes dilakukan oleh validator dan uji reliabilitas
instrumen tes menggunakan rumus KR-20. Uji keseimbangan menggunakan uji anava satu jalan dengan sel tak sama.
Uji prasyarat meliputi uji normalitas dengan menggunakan metode uji Lilliefors dan uji homogenitas menggunakan
metode Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat. Uji hipotesis menggunakan uji anava 2 jalan dengan sel tak sama.
Hasil analisis data dengan anava dua jalan sel tak sama menunjukkan (1) Terdapat perbedaan rataan antara
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi, tipe Jigsaw dan konvensional terhadap prestasi
belajar matematika (Fa = 26,749 > F0,05;2;301 = 3,026). (2) Terdapat pengaruh yang signifikan gaya kognitif siswa
terhadap prestasi belajar matematika (Fb = 22,652  F0,05;1;301 = 3,026). (3) Tidak terdapat interaksi antara model
pembelajaran dengan gaya kognitif terhadap prestasi belajar matematika (Fab = 1,618 < F0,05;2;301 = 3,026).
Berdasarkan uji hipotesis dan uji pasca anava diperoleh kesimpulan bahwa: (1) Pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi menghasilkan prestasi belajar
yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, dan keduanya menghasilkan prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. (2) Siswa dengan gaya
kognitif field independent mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada siswa dengan gaya kognitif field
dependent. (3) Pada siswa dengan gaya kognitif field independent maupun field dependent yang diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi mempunyai prestasi belajar lebih baik dibandingkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan keduanya lebih baik daripada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Jigsaw yang dimodifikasi, Jigsaw, Gaya Kognitif, Field Independent, Field Dependent.


PENDAHULUAN

permukaan bangun ruang sisi datar. Hal ini dapat

Salah satu materi matematika yang

dilihat dari data Pusat Penilaian Pendidikan -

penguasaan siswa rendah di Kabupaten Grobogan

Balitbang, Depdiknas, (2009) tentang hasil UN

adalah pada pokok bahasan bangun ruang sisi

SMP/MTs tahun pelajaran 2008/2009 yang

datar, di mana pada materi tersebut banyak siswa

menunjukkan


bahwa

yang belum dapat menentukan banyak rusuk pada

materi

matematika

prisma/limas segi n, siswa juga kurang bisa

menentukan banyak rusuk pada prisma/limas segi

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas

n, mencapai 53,72, dan data Pusat Penilaian

soal

persentase
untuk


penguasaan
kemampuan

36

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Pendidikan - Balitbang, Depdiknas, (2010)

kreatif dan inovatif. Inovasi dalam proses

tentang hasil UN tingkat SMP/MTs tahun

pembelajaran

pelajaran

kemampuan


meningkatkan prestasi ke arah yang maksimal.

menyelesaikan soal yang berkaitan dengan luas

Inovasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan

permukaan bangun ruang sisi datar, persentase

beberapa

penguasaan materi mencapai 46,92. Berbagai data

pembelajaran, dan metode pembelajaran. Dalam

tersebut dapat memberikan gambaran kepada

mengajar sebuah konsep, guru dapat mencari cara

penulis bahwa prestasi belajar siswa untuk materi


yang

bangun ruang sisi datar masih sangat kurang

bersemangat dan termotivasi dalam mempelajari

2009/2010

Dalam

untuk

pendekatan

menarik

agar

diperlukan


guna

pembelajaran,

anak

didik

strategi

berminat,

baru

tentang

dituntut

untuk


prestasi belajar adalah dengan menerapkan model

mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman

pembelajaran yang menarik. Model pembelajaran

yang diperolehnya sehingga bermakna bagi

yang

dirinya. Menurut Jean Piaget (dalam Riyanto,

meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa

2009:9) Pengetahuan dibangun dalam pikiran

dalam belajar. Model pembelajaran yang menarik

anak melalui proses asimilasi dan akomodasi.


adalah mengembangkan model pembelajaran

Asimilasi adalah penyerapan informasi baru ke

yang

dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah

sebelumnya. Model pembelajaran konvensional

penyusunan kembali struktur pikiran karena

yang digunakan oleh sebagian besar guru tidak

adanya informasi baru. Artinya, siswa seharusnya

sesuai

membangun pemahaman sendiri tentang konsep


pembelajaran yang dilakukan kurang memberikan

atau struktur dari materi yang dipelajarinya, tidak

kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk aktif

diberitahukan langsung oleh guru.

mengkonstruksi pengetahuannya.

pembelajaran,

paradigma

sangat

siswa

matematika.


Salah

menarik

pernah

dengan

satu cara

adalah

model

digunakan

tuntutan

dan

meningkatkan

yang

dapat

sudah

jaman,

ada

karena

Namun pada kenyataan di lapangan,

Salah satu model pembelajaran yang

masih sering ditemukan pembelajaran dimana

dimungkinkan mampu mengantisipasi kelemahan

siswa hanya menerima paket-paket pengetahuan

model pembelajaran konvensional adalah dengan

yang diberikan langsung oleh guru. Seperti yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif

diungkapkan oleh Wahyudin (Shofiah, 2007 : 4)

tipe Jigsaw. Pembelajaran model ini lebih

bahwa pilihan favorit guru dalam mengajar

meningkatkan kerja sama antar siswa. Kelas

matematika adalah metode ceramah, guru asyik

dibagi menjadi kelompok-kelompok belajar yang

mencatat di depan kelas dan siswa mencatat,

terdiri dari siswa-siswa yang bekerja sama dalam

kemudian siswa disuruh mengerjakan latihan dan

suatu perencanaan kegiatan. Dalam pembelajaran

diberi pekerjaan rumah.

ini setiap anggota kelompok diharapkan dapat

Untuk mendapatkan hasil dari proses
pendidikan yang maksimal perlu pemikiran yang

bekerja sama dan bertanggung jawab baik kepada
dirinya sendiri maupun pada kelompoknya.
37

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Salah satu karakteristik siswa yang
mempengaruhi

hasil

belajar,

khususnya

positif dan setiap anggota bertanggung jawab
untuk mempelajari masalah tertentu dari materi

pembelajaran matematika adalah gaya kognitif,

yang

yang

tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

dibedakan

berdasarkan

perbedaan

psikologis yaitu: gaya kognitif field independent
dan field dependent. Menurut Keefe (1987: 7),

diberikan

Qiao

dan

Mengduo

menyampaikan

dan

Jin

materi

Xiaoling

mengemukakan bahwa:

gaya kognitif merupakan bagian gaya belajar

“In the original jigsaw, each member of a

yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang

group was assigned a different part of

tetap dalam diri seseorang dalam menerima,

material. Then all the students from

memikirkan,

maupun

different groups who had the same learning

dalam menyimpan informasi. Seorang yang

material gathered together and formed an

memiliki

“expert

memecahkan

gaya

cenderung

masalah

kognitif

kurang

field

begitu

independent

to

discuss

and

dengan

communicate with each other until they all

fenomena sosial dan lebih suka dengan ide-ide

mastered the material. Later, the students

dan prinsip-prinsip yang abstrak, kurang hangat

returned back to their home group to teach

dalam

the material to other members of their

hubungan

tertarik

group”

interpersonal,

dalam

mengerjakan tugasnya merasa efisien bekerja

group.”

sendiri. Orang yang memiliki gaya kognitif field

Para anggota dari tim-tim yang berbeda,

dependent dikategorikan sebagai seorang yang

tetapi membicarakan topik yang sama disebut

dapat berpikir secara global, berperilaku sensitif

expert group (kelompok ahli) bertemu untuk

secara sosial dan berorientasi interpersonal, lebih

belajar dan saling membantu dalam mempelajari

suka bekerja kelompok dalam mengerjakan

topik tersebut. Setelah itu siswa kembali ke tim

tugasnya.

asalnya dan mengajarkan sesuatu yang telah
mereka pelajari dalam expert group kepada

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF

anggota-anggota lain di timnya masing-masing.

TIPE JIGSAW

Setelah pertemuan dan diskusi tim asal, siswa
mengerjakan kuis secara individual tentang
berbagai materi belajar.

Jigsaw 1
Teknik mengajar Jigsaw I dikembangkan
oleh

Aronson

sebagai

model

Cooperative

Learning. Model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw 2
Jigsaw II adalah bentuk adaptasi dari

pembelajaran

Jigsaw yang lebih praktis dan mudah (Slavin,

kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil

2008:237). Dan model pembelajaran kooperatif

Jigsaw

yang

I

merupakan

terdiri

memperhatikan

dari

4

model


5

keheterogenan,

dengan

yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

bekerjasama

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.
38

orang

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe

skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada

Jigsaw II, para siswa bekerja dalam tim yang

timnya

heterogen dan terdapat kelompok ahli dan

perkembangan individual dan para siswa yang

kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok

timnya meraih skor tertinggi akan menerima

awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok

sertifikat

ahli

memperhatikan

lainnya. Sehingga, para siswa termotivasi untuk

keragaman dan latar belakang. Guru harus

mempelajari materi dengan baik dan untuk

terampil dan mengetahui latar belakang siswa

bekerja keras dalam kelompok ahli mereka

agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap

supaya

angota kelompok. Sedangkan kelompok ahli,

melakukan tugas dengan baik. Seperti yang

yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota

dikemukakan

kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan

implementation of Jigsaw II comprises five steps:

untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian

(1) reading; (2) expert group discussion; (3)

dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

home group reporting; (4) testing; and (5) group

yang dibentuk dengan

Para anggota dari kelompok asal yang

didasarkan

atau

pada

sistem

skor

bentuk-bentuk rekognisi

mereka

dapat

oleh

Chan

membantu

tim

timnya

Kam-wing,

the

recognition.

berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam
kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas

TIPE JIGSAW YANG DIMODIFIKASI

materi yang ditugaskan pada masing-masing

Pengembangan model pembelajaran tipe

anggota kelompok serta membantu satu sama lain

Jigsaw tetap berdasar pada tipe Jigsaw yang

untuk mempelajari topik mereka tersebut. Di sini,

sudah ada. Pada penelitian ini penulis akan

peran guru adalah memfasilitasi dan memotivasi

memodifikasi tipe Jigsaw ini dengan langkah-

para anggota kelompok ahli agar mudah untuk

langkah sebagai berikut:

memahami

Setelah

a. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa

pembahasan selesai, para anggota kelompok

kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari

kemudian kembali pada kelompok asal dan

4-6 siswa dengan kemampuan yang berbeda,

mengajarkan pada teman sekelompoknya apa

ada siswa yang mempunyai kemampuan

yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan

tinggi, sedang dan rendah yang disebut

di kelompok ahli. Para kelompok ahli harus

kelompok asal. Pengelompokan dilakukan

mampu untuk membagi pengetahuan yang di

dengan

dapatkan saat melakukan diskusi di kelompok

kemampuan matematika siswa dalam kelas.

ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh

Sebagai contoh, dalam kelas terdiri dari 24

setiap anggota pada kelompok asal.

orang siswa, karena pada materi bangun ruang

materi

yang

diberikan.

terlebih

dahulu

mengurutkan

Langkah yang terakhir adalah para siswa

sisi datar terdiri dari 4 sub topik, maka penulis

menerima penilaian yang mencakup seluruh topik

membaginya menjadi enam kelompok yang

dan skor kuis akan menjadi skor tim. Kemudian,

masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
39

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Cara membagi kelompok diantaranya adalah:

menjamin bahwa siswa ahli dan kompeten

25% (rangking 1-6) kelompok sangat baik,

dibidangnya, penulis memodifikasinya dengan

25% (rangking 7-12) kelompok baik, 25%

terlebih dahulu memberikan pre-tes pada

(rangking 13-18) kelompok sedang, dan 25%

masing-masing kelompok. Soal tes terdiri dari

(rangking

rendah.

4 soal yang berisi soal pada topik 1, topik 2,

Selanjutnya dibagi menjadi 6 kelompok (A –

topik 3 dan topik 4. Setelah dikoreksi,

F) yang tiap-tiap kelompoknya heterogen

kemudian siswa dibagi dalam kelompok ahli

dalam kemampuan matematika. Beri indeks 1

sesuai dengan perolehan nilai individu pada

untuk siswa berkemampuan sangat baik,

masing-masing kelompok.

indeks 2 untuk siswa berkemampuan baik,

Langkah pertama yang diambil adalah dengan

indeks 3 untuk siswa berkemampuan sedang

menempatkan

dan indeks 4 untuk siswa bekemampuan

berkemampuan rendah dengan perolehan nilai

rendah. Misal, A1 berarti kelompok A dari

tertinggi,

siswa berkemampuan sangat baik, A3 berarti

berkemampuan sedang dengan perolehan nilai

kelompok

berkemampuan

tertinggi yang tidak ditempati oleh siswa

sedang. Tiap kelompok akan diisi oleh siswa

berkemampuan rendah dan yang terakhir

berkemampuan sangat baik, baik, sedang dan

penempatan siswa yang berkemampuan tinggi.

rendah, misal kelompok A terdiri dari {A1, A2,

Siswa yang berkemampuan tinggi ditempatkan

A3, A4}, kelompok B terdiri dari (B1, B2, B3,

terakhir karena siswa ini dianggap mampu

B4} dan seterusnya.

untuk memahami

19-24)

A

dari

kelompok

siswa

b. Menempatkan siswa ke dalam kelompok ahli

terlebih

kemudian

dahulu

pada

semua

siswa

siswa

materi

yang

yang

dipelajari.

dan menjamin bahwa masing-masing siswa

Contoh pembagian siswa ke dalam kelompok

ahli dan kompeten dibidangnya. Dan untuk

ahli (kelompok A) adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pembagian siswa dalam kelompok ahli
Nomor soal
1
90
85
75
65

Siswa
A1
A2
A3
A4

2
85
85
70
50

3
90
80
75
60

berarti

Langkah-langkah:
1) Mulailah

pengelompokan

dari

siswa

Ahli

4
90
80
70
60

4
2
3
1

siswa

A4

ditempatkan

pada

kelompok ahli dengan topik 1.

berkemampuan rendah (A4). Nilai tertinggi

2) Kemudian pada siswa A3, nilai tertinggi

dari siswa A4 adalah 65 pada soal nomor 1,

pada siswa A3 adalah 75 pada soal nomor 1
40

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

dan 3 yang seharusnya ditempatkan pada

kelompok. Guru dapat menjawab pertanyaan

kelompok ahli dengan topik 1 atau 3.

dan mengatasinya bila ada salah pemahaman,

Karena kelompok ahli dengan topik 1

namun tidak mengambil alih kepemimpinan.

sudah

ditempati

oleh

A 4,

maka

A3

e. Guru memberikan post-test kepada kelompok
ahli

ditempatkan pada ahli dengan topik 3.
3) Selanjutnya pada siswa A2, nilai tertinggi
dari siswa A2 adalah 85 pada soal nomor 1

untuk

kesiapan

mengetahui

pemahaman

masing-masing

ahli

dan
untuk

mengajarkan materi kepada timnya.

dan 2 yang seharusnya ditempatkan pada

f. Para ahli kembali ke kelompok asal untuk

kelompok ahli dengan topik 1 atau 2.

mengajarkan materi itu kepada teman dalam

Karena kelompok ahli 1 sudah ditempati

kelompoknya. Perlu ditekankan kepada siswa

oleh A4, maka siswa A2 ditempatkan pada

bahwa mereka mempunyai tanggung jawab

kelompok ahli dengan topik 2.

kepada teman satu kelompoknya, dan siap

4) Yang terakhir adalah menempatkan siswa
A1. Siswa A1 ditempatkan pada kelompok
ahli yang belum ditempati oleh A4, A3, dan

untuk

menghadapi

kuis

individu

diberikan guru.
g. Salah satu kelompok menyajikan hasil diskusi

A2 dengan pertimbangan bahwa siswa A1

yang

tidak bermasalah untuk mempelajari semua

menyamakan

topik/materi yang dipelajari.

pembelajaran yang telah didiskusikan.

Untuk kelompok yang lain, pembagian ke
dalam kelompok ahli sama dengan langkah-

yang

telah

dilakukan

agar

persepsi

guru

pada

dapat
materi

h. Guru memberikan kuis untuk siswa secara
individual.
i. Setiap kelompok mendapatkan penghargaan

langkah di atas.
c. Membagikan materi/topik-topik kepada ahli.

melalui

skor

penghargaan

berdasarkan

Siswa ahli mempelajari materi yang diberikan

perolehan nilai peningkatan hasil belajar

(dapat ditugaskan sebagai pekerjaan rumah),

individual dari skor dasar ke skor kuis

kemudian setiap kelompok ahli berkumpul

berikutnya.

pada sebuah meja.
d. Guru menunjuk seorang pemimpin diskusi

PEMBELAJARAN KONVENSIONAL

untuk setiap kelompok yang bertugas sebagai

Pembelajaran konvensional adalah suatu

moderator, menunjuk anggota kelompok yang

pembelajaran dimana proses belajar mengajar

mengangkat tangan, dan mengupayakan agar

dilakukan dengan cara yang lama, yaitu dalam

setiap orang berpartisipasi. Seluruh anggota

penyampaian pelajaran guru masih mengandalkan

kelompok

sistem

mencatat

didiskusikan.

seluruh

Ketika

poin

yang

kelompok

ahli

ceramah.

Di

dalam

pembelajaran

matematika, pembelajaran konvensional yang

berdiskusi, guru berkeliling kelas, bergantian

paling

mendatangi

ekspositori karena selain memberikan materi,
41

dan

memfasilitasi

setiap

sering

dipakai

adalah

pendekatan

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

guru juga memberikan soal-soal latihan untuk

Oleh karena itu gaya kognitif merupakan salah

dikerjakan siswa.

satu variabel kondisi belajar yang menjadi salah

Pembelajaran

konvensional

dalam

pembelajaran matematika mempunyai banyak

satu bahan pertimbangan dalam merangsang
suatu pembelajaran di sekolah.

kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dan

Menurut Keefe (1987:7) dalam Mohidin,

kelemahannya menurut Purwoto (2003: 67)

gaya kognitif merupakan bagian gaya belajar

adalah sebagai berikut:

yang menggambarkan kebiasaan berperilaku yang

Kelebihannya:

tetap dalam diri seseorang dalam menerima,

a. Dapat menampung kelas yang besar,

memikirkan,

b. Bahan pelajaran/keterangan dapat diberikan

dalam

menyimpan

secara lebih urut oleh guru, konsep-konsep

diungkapkan

yang

kognitif

disajikan

secara

hierarki

akan

memberikan fasilitas belajar bagi siswa.
c. Isi silabus dapat diselesaikan dengan lebih

memecahkan

Messic

merupakan

masalah

maupun

informasi.
et.al.

Seperti

(1976:26),

information

gaya

processing

habits representing the learners typical mode of
perceiving,

thinking,

problem

solving,

and

mudah, karena guru tidak harus menyesuaikan

membering. Dengan kata lain gaya kognitif

dengan kecepatan belajar siswa.

adalah kebiasaan bertindak yang relatif tetap

d. Kekurangan atau tidak adanya buku pelajaran
dan

alat

bantu

tidak

menghambat

dilaksanakannya pelajaran.
Kelemahannya:

dalam diri seseorang dalam cara berpikir,
mengingat,

menerima

dan

mengolah

suatu

informasi tentang obyek tertentu.
Gaya kognitif berkaitan erat dengan

a. Pelajaran berjalan membosankan siswa dan

pribadi seseorang, yang tentu dipengaruhi oleh

siswa menjadi pasif dan tidak berkembang.

pendidikan dan riwayat perkembangannya. Ada

b. Kepadatan konsep-konsep yang diberikan

tiga type gaya kognitif yang ada kaitannya

hanya akan membuat siswa tidak mampu

dengan proses belajar mengajar (Witkin dalam

menguasai materi pelajaran.

Nasution, 2006:94). Yakni gaya kognitif menurut

c. Pengetahuan yang didapat dari metode ini
mudah terlupakan.
d. Ceramah menyebabkan belajar siswa menjadi
‘belajar menghafal’ yang tidak menyebabkan
timbulnya pengertian.

tipe: (1). field dependent – field dependent, (2)
impulsif – reflektif, dan (3) preseptif / reseptif –
sistematis / intuitif.

Perbedaan-perbedaan kedua tipe tersebut
menurut Nasution (2010:95) seperti dibawah ini:

GAYA KOGNITIF
Salah satu karakteristik siswa yang
mempengaruhi hasil belajar adalah gaya kognitif.
42

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 2. Gaya Kognitif field dependent dan field independent.
Gaya Kognitif
Field Dependent
Field Independent
1. Sangat
dipengaruhi
oleh 1. Kurang
dipengaruhi
oleh
lingkungan, banyak bergantung
lingkungan dan oleh pendidikan di
pada pendidikan sewaktu kecil.
masa lampau.
2. Mengingat hal-hal dalam konteks 2. Tidak peduli akan norma orang
sosial.
lain.
3. Bicara lambat agar dapat dipahami 3. Berbicara
cepat
tanpa
orang lain.
menghiraukan daya tangkap orang
lain.
4. Mempunyai hubungan sosial yang 4. Kurang mementingkan hubungan
luas.
sosial.
5. Lebih cocok untuk memilih 5. Lebih
memilih
psikologi
psikologi klinis.
eksperimental.
6. Lebih banyak terdapat dikalangan 6. Banyak pria, namun banyak yang
wanita.
overlapping.
7. Tidak
senang
pelajaran 7. Dapat menghargai humanitas dan
matematika, lebih menyukai bidang
ilmu-ilmu sosial walaupun lebih
humanitas dan ilmu-ilmu sosial.
cenderung kepada matematika dan
ilmu pengetahuan alam.
8. Memerlukan petunjuk lebih banyak 8. Tidak memerlukan petunjuk yang
untuk memahami sesuatu, bahan
terperinci.
hendaknya tersusun langkah demi
langkah.
9. Lebih peka akan kritik dan perlu 9. Dapat menerima kritik demi
mendapat dorongan, kritik jangan
perbaikan.
bersifat pribadi.
Untuk mengukur gaya kognitif siswa field

dan H yang harus ditemukan pada ke-25 gambar

independent dan field dependent, digunakan

pada soal dengan cara menebalkan gambar

instrumen yang dikembangkan oleh Witkin

sederhana tersebut dalam gambar rumit.

(1971) yang disebut Group Embedded Figure

Untuk tahap pertama, siswa diberi waktu

Test (GEFT). GEFT merupakan tes standar yang

untuk mengerjakan tes maksimal 3 menit. Hasil

memiliki skala tetap dengan skor 0 sampai 18

tes tahap pertama ini hanya digunakan untuk

dimana setiap jawaban benar bernilai 1 dan

latihan dan tidak dinilai. Tahap kedua dan ketiga,

jawaban salah bernilai 0, sehingga penilaian yang

siswa diberi waktu maksimal 6 menit untuk

dilakukan bersifat obyektif.

menyelesaikan

Instrumen ini terdiri dari 25 gambar rumit

soal

dengan

masing-masing

jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah

dan gambar sederhana yang terbagi menjadi tiga

diberi

tahap. Tahap pertama terdiri dari 7 gambar,

menyelesaikan gambar pada tes sesuai waktu

sedangkan tahap kedua dan ketiga masing-masing

yang ditentukan pada masing-masing tahapan,

terdiri dari 9 gambar. Terdapat 8 gambar

maka gambar yang tidak dikerjakan dianggap

sederhana yang diberi nama A, B, C, D, E, F, G,

salah dan diberi nilai 0.

nilai

0.

Siswa

yang

tidak

dapat

43

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Pengelompokan

gaya

kognitif

siswa

Prosedur

yang

dilakukan

dalam

dilakukan dengan penskoran sesuai kriteria.

penelitian ini adalah:

Menurut Kepner dan Neimark (1984), jika siswa

a. Menentukan populasi;

mendapat

dikatakan

b. Menentukan sampel secara stratified cluster

mempunyai gaya kognitif field dependent (p.

random sampling, sampel dibagi menjadi tiga

1408). Jika siswa mendapat nilai 10 ke atas maka

kelompok yaitu kelompok eksperimen 1

dikatakan

,kelompok eksperimen 2 dan kelompok

nilai

kurang

mempunyai

dari

gaya

10

kognitif

field

kontrol

independent.

kemudian

melakukan

uji

keseimbangan pada ketiga sampel tersebut
untuk mengetahui apakah ketiganya dalam

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
Negeri di kabupaten Grobogan dengan subyek

keadaan seimbang;
c. Melakukan pengambilan data tentang gaya

penelitian adalah siswa kelas VIII (delapan).

belajar

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap

dikategorikan menjadi dua kategori kelompok

tahun pelajaran 2010/2011 tepatnya pada bulan

siswa yaitu kelompok siswa dengan gaya

Pebruari sampai dengan Juni 2011.

kognitif field independent dan field dependent;

Penelitian yang dilaksanakan merupakan

d. Kelompok

siswa

dengan

eksperimen

angket

1

yang

diberikan

penelitian eksperimental semu. Pada penelitian

pembelajaran dengan model kooperatif tipe

ini,

Jigsaw

Langkah

yang

diambil

adalah

cara

yang

dimodifikasi

,kelompok

mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan

eksperimen 2 diberikan pembelajaran dengan

selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya

model kooperatif tipe Jigsaw dan kelompok

terhadap prestasi belajar matematika sebagai

kontrol dengan pembelajaran konvensional;

variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud

e. Melakukan tes prestasi belajar matematika

adalah

model

pembelajaran

yaitu

model

untuk pokok bahasan bangun ruang sisi datar;

yang

f. Melakukan analisis data untuk mengetahui

dimodifikasi, model pembelajaran kooperatif tipe

signifikansi perbedaan prestasi belajar siswa

Jigsaw,

konvensional,

pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar

sedangkan variabel bebas lain adalah gaya

ditinjau dari penggunaan model pembelajaran

kognitif siswa. Pada akhir penelitian, ketiga

yang berbeda, gaya kognitif dan interaksi

kelompok diukur dengan menggunakan alat ukur

model pembelajaran dan gaya kognitif.

pembelajaran

dan

kooperatif

tipe

pembelajaran

Jigsaw

yang sama yaitu soal-soal tes prestasi belajar

Populasi penelitian ini adalah seluruh

matematika siswa. Hasil pengukuran tersebut

siswa kelas VIII SMP Negeri se-kabupaten

dianalisis dan dibandingkan dengan tabel uji

Grobogan tahun 2010/2011 yang berjumlah 57

statistik yang digunakan.

sekolah. Pengambilan sampel dilakukan secara
acak kelompok bertingkat (stratified cluster
44

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

se

terpenuhi kemudian dilakukan uji keseimbangan

dilakukan

dengan menggunakan uji anava satu jalan dengan

pengelompokan sekolah berdasarkan rangking

sel tak sama. Selanjutnya pada nilai hasil

sekolah yang didasarkan pada jumlah nilai UN

penelitian dilakukan uji prasyarat analisis yang

tahun pelajaran 2009/2010 menjadi 3 kelompok

berupa uji normalitas dan uji homogenitas baru

yaitu tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya dari

kemudian dilakukan uji hipotesis dengan analisis

masing-masing cluster (kelompok) dipilih secara

variansi dua jalan dengan sel tak sama. Setelah

acak, yaitu: SMP Negeri 1 Purwodadi sebagai

dilakukan uji hipotesis, bila perlu dilakukan juga

SMP dengan kemampuan tinggi, SMP Negeri 2

uji lanjut pasca anava dengan melakukan uji

Grobogan sebagai SMP dengan kemampuan

komparasi ganda.

random

sampling)

Kabupaten

pada

Grobogan.

SMP
Pertama

Negeri

sedang dan SMP Negeri 6 Purwodadi sebagai
SMP dengan kemampuan rendah. Sebelum

HASIL PENELITIAN

kelompok

Data dalam penelitian ini meliputi data

eksperimen 1, kelompok eksperimen 2 dan

hasil uji coba instrumen, data prestasi belajar

kelompok kontrol diuji dengan uji anava satu

matematika siswa dan data gaya kognitif siswa.

jalan dengan sel tak sama berdasarkan nilai

Tes prestasi belajar matematika berbentuk pilihan

ulangan semester ganjil kelas VIII SMP bidang

ganda yang terdiri dari 40 nomor dengan lima

studi matematika.

pilihan jawaban yaitu: a, b, c, dan d. Penilaian

penelitian

dilakukan,

antara

yang

validitas isi dilakukan dengan menggunakan

adalah

daftar check list (√) yang dilakukan oleh Yadi

metode tes dan metode dokumentasi. Metode tes

Suyanto, S.Pd., guru matematika SMPN 1

digunakan untuk mengetahui nilai prestasi belajar

Purwodadi

matematika siswa dan skor gaya kognitif siswa,

matematika kabupaten Grobogan dan Sumarsih,

serta metode dokumentasi digunakan untuk

M.Pd., guru matematika SMPN 6 Purwodadi

mengetahui kemampuan awal siswa. Sebelum

yang

digunakan

dalam

Matematika kabupaten Grobogan. Untuk nilai

penelitian, instrumen tes diuji terlebih dahulu

reliabilitas, suatu soal dapat digunakan jika nilai

dengan uji validitas dan reliabilitas untuk

reliabilitasnya lebih dari atau sama dengan 0,7.

mengetahui kualitas tiap item. Untuk instrumen

Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai

tes, uji tersebut meliputi uji validitas isi,

reliabilitas 0,859, maka soal dapat digunakan

perhitungan daya beda dan indeks kesukaran serta

untuk melakukan tes.

Pada
digunakan

penelitian

ini,

dalam pengambilan

untuk

mengambil

metode
data

data

sekaligus

sekaligus

guru

ketua

pemandu

MGMP

MGMP

Sedangkan untuk tingkat kesukaran (TK),

uji reliabilitas.
Pada

yang

awal

penelitian dilakukan

uji

prasyarat keseimbangan yaitu uji normalitas dan

suatu butir soal dapat digunakan jika nilai

0,3  TK  0,7 . Jika nilai tingkat kesukaran

homogenitas nilai awal. Setelah semua prasyarat
45

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

kurang dari 0,3 maka soal termasuk kriteria

nomor 11, 18, dan 39 tidak dipakai untuk tes

terlalu sulit, dan jika nilai tingkat kesukaran lebih

prestasi.

dari atau sama dengan 0,7 maka soal tersebut

Uji

keseimbangan

dilakukan

termasuk kriteria terlalu mudah. Berdasarkan

mengetahui

apakah

hasil perhitungan, nilai tingkat kesukaran yang

kemampuan

awal

kurang dari 0,3 yaitu butir soal nomor 23, 26, 29,

keseimbangan, masing-masing sampel terlebih

32, 34, 36, dan 28, maka butir-butir soal tersebut

dahulu diuji apakah berdistribusi normal atau

harus dibuang. Suatu butir soal dapat digunakan

tidak, serta diuji apakah sampel berasal dari

jika nilai daya pembeda lebih dari atau sama

populasi yang homogen atau tidak.

sampel
sama.

untuk

mempunyai

Sebelum

diuji

dengan 0,3. Berdasarkan hasil perhitungan, butir

Hasil dari uji normalitas kemampuan

soal yang nilai daya pembedanya kurang dari 0,3

awal kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan

yaitu butir soal nomor 23, 26, 29, 32, 34, 36, dan

alam Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 3, untuk masing-

28. Sehingga dengan demikian butir-butir soal

masing sampel nilai dari Lobs < L0,05;n, sehingga

tersebut tidak dapat dipakai (harus dibuang).
Berdasar uraian di atas, maka butir soal

H0 diterima. Ini berarti bahwa masing-masing

yang dapat dipakai untuk melakukan tes adalah

sampel berasal dari populasi yang berdistribusi

butir soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11,

normal.
Selain uji normalitas, dilakukan juga uji

12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24, 25,
27, 28, 30, 31, 33, 35, 37, 39, 40. Untuk

homogenitas

nilai

awal.

Hasil

dari

uji

keperluan penelitian ini maka diambil sebanyak

homogenitas nilai awal kelas eksperimen dan

30 butir soal yaitu butir soal nomor: 1, 2, 3, 4, 5,

kelas kontrol disajikan dalam Tabel 4.
Berdasarkan Tabel 4, harga dari χ2 obs < χ2

6, 7, 8, 9, 10, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21,
22, 24, 25, 27, 28, 30, 31, 33, 35, 37, 40. Soal

0,05;2

sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel

berasal dari populasi yang homogen.
Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Nilai Awal
Kelompok

Lobs

L0,05;n

Keputusan

Kesimpulan

0,0395

0,0873

Ho diterima

Normal

Eksperimen 2 (Jigsaw)

0,0590

0,0869

Ho diterima

Normal

Konvensional

0,0814

0.0886

Ho diterima

Normal

Eksperimen 1
(Jigsaw yang Dimodifikasi)

Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Nilai Awal
Sampel

k

χ

obs

χ2 0,05;2

Keputusan

Kesimpulan

Kelas

3

1,2709

5,9910

H0 diterima

Homogen

2

46

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 5. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama
Sumber

JK

DK

RK

Fobs

Ftabel

Keputusan

A

6681,064

2

3440,532 26,749

3,026

H0 ditolak

B

2913,572

1

2913,572 22,652

3,873

H0 ditolak

AB

416,175

2

208,088

3,026

H0 diterima

Galat

38714,827 301

Total

48925,638 306

1,618

128,621

Hasil perhitungan analisis variansi dua
jalan sel tak sama dengan tingkat signifikansi

interaksi antara model pembelajaran dengan gaya
kognitif terhadap prestasi belajar matematika.

0,05 disajikan pada Tabel 5.
Dari Tabel 6, tampak bahwa H0A ditolak

Uji Lanjut Pasca Anava
Setelah diperoleh hasil anava, langkah

karena nilai uji Fa = 26,749 lebih besar dari
Hal ini berarti terdapat

selanjutnya adalah uji lanjut pasca anava. Uji

perbedaan rataan model pembelajaran Jigsaw

lanjut pasca anava perlu dilakukan untuk melihat

yang dimodifikasi, Jigsaw dan konvensional

manakah yang secara signifikan memberikan

terhadap prestasi belajar matematika. Dan H0B

rataan yang berbeda sebagaimana Tabel 6.

F0,05;2;301 = 3,026.

ditolak karena nilai uji Fb = 22,652 lebih besar

Dari rangkuman analisis variansi dua

dari F0,05;2;301 = 3,873. Hal ini berarti terdapat

jalan dengan sel tak sama di atas telah diperoleh

pengaruh gaya kognitif siswa terhadap prestasi

bahwa :

belajar matematika. Sedangkan H0AB diterima

a.

H0A ditolak, maka perlu dilakukan uji

karena nilai uji Fab = 1,618 lebih kecil dari

komparasi ganda.

F0,05;4;301 = 3,026. Hal ini berarti tidak terdapat

Rangkuman uji komparasi ganda dengan
metode Scheffe’ disajikan dalam Tabel 7.

Tabel 6. Rerata Skor Prestasi Belajar Siswa
B
A

Gaya Kognitif Siswa

Rataan

B1

B2

Marginal

Model

A1

77,3913

72,5250

73,6117

Pembelajaran

A2

73,4211

61,6588

63,8077

A3

63,6842

57,0741

58,3300

71,8852

63,6829

Rataan Marginal

47

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Tabel 7. Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Baris
H0

μ1  μ 2
μ1  μ3

μ2  μ3
b.

Fobs

2F(0,05;2;301)

Keputusan

38,6716

6,0520

H0 ditolak

92,1236

6,0520

H0 ditolak

11,8929

6,0520

H0 ditolak

H0B ditolak.
Karena

2. Siswa dengan gaya kognitif field independent

variabel

mempunyai

dua

gaya

kognitif

kategori

yaitu

hanya

memiliki prestasi belajar yang lebih baik

field

dibanding siswa dengan gaya kognitif field

independent dan field dependent, maka untuk

c.

dependent.

antar kolom tidak perlu dilakukan komparasi

3. Pada siswa dengan gaya kognitif field

ganda tetapi hanya melihat pada rerata

independent maupun field dependent yang

marginalnya.

diberikan model pembelajaran kooperatif tipe

H0AB diterima

Jigsaw yang dimodifikasi mempunyai prestasi

Berarti tidak terdapat interaksi yang antara

belajar

model pembelajaran dan gaya belajar siswa,

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

maka tidak perlu dilakukan uji komparasi

keduanya lebih baik daripada pembelajaran

ganda.

konvensional pada materi bangun ruang sisi

lebih

baik

dibandingkan

model

datar.
KESIMPULAN
Berdasarkan

hasil

penelitian

dan

IMPLIKASI

pembahasan dapat disimpulkan bahwa pada siswa

Berdasarkan

pada

kajian

teori

dan

kelas VIII (delapan) SMP Negeri di Kabupaten

mengacu pada hasil penelitian ini, penulis akan

Grobogan, khususnya pada materi bangun ruang

menyampaikan implikasi yang bermanfaat baik

sisi datar:

secara teoritis maupun praktis dalam upaya

1. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

meningkatkan prestasi belajar matematika.

yang dimodifikasi memberikan prestasi belajar

1. Implikasi teoritis

yang lebih baik dibandingkan dengan model

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

keduanya lebih baik daripada pembelajaran

yang dimodifikasi memberikan prestasi belajar

konvensional pada materi bangun ruang sisi

yang lebih baik dibanding yang menggunakan

datar.

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dan

keduanya

lebih

baik

daripada
48

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

pembelajaran konvensional. Sehingga model

Disamping itu guru juga perlu memperhatikan

pembelajaran Jigsaw yang dimodifikasi dapat

gaya

diterapkan pada proses belajar mengajar di

penelitian

kelas sebagai upaya meningkatkan prestasi

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

belajar matematika siswa. Selain pendekatan

kognitif

siswa,

ternyata

karena

gaya

dari

hasil

kognitif

juga

SARAN

pembelajaran, penelitian ini juga berkaitan

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi

dengan gaya kognitif siswa. Dari penelitian

penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran

diketahui bahwa prestasi belajar matematika

sebagai berikut:

siswa terkait dengan gaya kognitif yang

1. Kepada para Kepala Sekolah

mereka miliki. Siswa yang mempunyai gaya

a. Hendaknya kepala sekolah menyarankan

kognitif field independent akan memiliki

kepada

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

memberikan

dengan siswa yang memiliki gaya kognitif

memperoleh hasil yang maksimal harus

baik

model

memilih model pembelajaran yang sesuai

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang

dengan gaya kognitif siswa, salah satu

dimodifikasi,

model

field

dependent,

diberikan

tipe

Jigsaw,

maupun

guru matematika

agar

dalam

pembelajaran

yang

dapat

dapat

diterapkan

dalam

konvensional.

pembelajaran di sekolah diantaranya adalah

2. Implikasi Praktis

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat

yang dimodifikasi dan tipe Jigsaw.

dikemukakan bahwa pembelajaran materi

b. Agar proses pembelajaran matematika

bangun ruang sisi datar dengan menggunakan

dengan menggunakan model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi

yang

prestasi

dan tipe Jigsaw dapat berjalan dengan baik

baik

dan menghasilkan prestasi belajar yang

dimodifikasi

belajar

menghasilkan

matematika

yang

lebih

dibandingkan dengan yang menggunakan

maksimal,

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

menyediakan kelas dengan tempat duduk

maupun

dan

pembelajaran

konvensional

dan

sebaiknya

meja

yang

kepala

sudah

sekolah

diatur

untuk

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

keperluan diskusi, sehingga setiap proses

memberikan prestasi lebih baik dibandingkan

pembelajaran

pembelajaran konvensional. Sehingga secara

berlangsung tidak perlu mengatur tempat

praktis, model pembelajaran kooperatif tipe

duduk

Jigsaw yang dimodifikasi dapat digunakan

pembelajaran

sebagai alternatif para guru matematika untuk

mengembalikan tempat duduk dan meja

membelajarkan materi tersebut dalam upaya

karena

meningkatkan

menimbulkan suara dan gaduh.

prestasi

belajar

siswa.

dan

akan

matematika

meja,

dan

sudah

memakan

akan

jika

proses

selesai

tidak

waktu

dan
49

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

menghargai

c. Sebaiknya kepala sekolah menyediakan

penjelasan,

pendapat,

sarana dan prasarana yang dibutuhkan

pertanyaan atau jawaban yang disampaikan

dalam pembelajaran matematika dengan

oleh siswa lain pada saat diskusi, baik pada

model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

kelompok asal maupun kelompok ahli.

yang dimodifikasi dan tipe Jigsaw agar
pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik

4. Kepada peneliti lain

sehingga memperoleh prestasi belajar yang

Bagi para peneliti diharapkan untuk dapat

maksimal.

mengembangkan

2. Kepada para guru matematika

penelitian

penelitian-penelitian

sejenis

ini

dengan

pada

materi

a. Dalam menerapkan model pembelajaran

pelajaran yang lain agar penelitian ini dapat

kooperatif tipe Jigsaw yang dimodifikasi

dimanfaatkan secara luas. Selain itu juga dapat

dan tipe Jigsaw harus memperhatikan

diteliti

tingkat

tinjauan lain, misalnya kemandirian belajar

heterogenitas

masing-masing

kelompok asal, dan pemberian tugas

pembelajaran

kooperatif

dengan

siswa.

kepada siswa yang akan menjadi tim ahli
sesuai dengan kemampuan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

b. Dalam pembelajaran matematika, guru
hendaknya memperhatikan perbedaan gaya

Abdul Djabar Mohidin. Pengaruh Bentuk Tes dan

kognitif siswa diantaranya gaya kognitif

Gaya

field independent dan field dependent,

Validitas Tes Matematika SMA se-

karena

Kabupaten Gorontalo. Tesis. Tidak

gaya

kognitif

mempengaruhi

prestasi belajar siswa sehingga dapat
memilih model pembelajaran yang tepat

Kognitif

Siswa

Terhadap

diterbitkan.
Anas

untuk digunakan.

Sudijono.

2009.

Pengantar

Evaluasi

Pendidikan. Jakarta. PT Raja Grafindo

3. Kepada para siswa

Persada.

a. Sebaiknya siswa selalu memperhatikan

Anita

Lie.

2005.

Cooperative

Learning

-

dengan sungguh-sungguh penjelasan guru

Mempraktikkan Cooperative Learning

tentang

di

tata

cara

penggunaan

model

pembelajaran yang akan digunakan dan
memahami dengan baik materi pelajaran

Ruang-Ruang

Kelas.

Jakarta:

Grasindo
Arends, R. 2008. Learning to Teach. Belajar

yang dijelaskan oleh teman-temannya, baik

untuk

pada kelompok ahli maupun kelompok

Soetjipto, HP. 2008. Yogyakarta :

asal.

Pustaka Pelajar.

b. Sebaiknya siswa mengikuti dengan aktif
jalannya diskusi, selalu memperhatikan dan

Asri

Mengajar .

Budiningsih,

2008.

Translated

Belajar

by

dan

Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
50

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Budiyono.

2003.

Penelitian

H.A. Witkin, C.A. Moore, D.R. Goodenough and

Pendidikan. Surakarta: Sebelas Maret

P.W. Cox. 1977. Field-dependent and

University Press.

Field-independent Cognitive style and

Metodologi

_______ . 2009. Statistika Untuk Penelitian.

their Educational Implications. Review

Surakarta: Sebelas Maret University

of Educational Research 47. pp. 1 –

Press.

64.

Chan Kam-wing. 2004. Using ‘Jigsaw II’ in

2009.

Pembelajaran

Kooperatif

Teacher Education Programmes. Hong

meningkatkan

Kong Teachers’ Centre Journal. Vol.

Komunikasi

3.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cholik, dkk. 2007. Matematika untuk SMP Kelas
VIII Semester 2. Jakarta : Erlangga.

Kecerdasan
Antar

Peserta

Didik.

____ . 2007. Cooperative Learning. Bandung:
Alfabeta.
Jailani Md. Yunos, Wan Mohd Rashid Wan

Depdiknas. 2006. Standar Isi. Jakarta.
Dimyati dan Mujiyono, 2009. Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.

Durmus Kilic. 2008. The Effect of the Jigsaw

Farida

Isjoni.

Ahmad, Ahmad Rizal Madar. 2007.
Field

Dependence-Independence

Students

and

Animation

Graphic

Technique on Learning the Concepts

Courseware Based Instruction. MEDC

of the Principles and Methods of

Volume 1, Desember 2007. Faculty of

Teaching. World Applied Sciences

Technical Education, Universiti Tun

Journal 4 (supple 1): 109-114.

Hussein Onn Malaysia.

Yusuf

Tayibnapis,

Program dan
untuk

2008.

Evaluasi

Instrumen

Evaluasi

Program

Pendidikan

dan

Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Guisande M. Adelina, et al. 2007. Field

John Brenner. 1997. An Analysis of Students’
Kognitif

Style

in

Asyncronous

Distance Education Courses. From
Inquiry, Volume 1, Number 1, Spring

1997, 37-44.

(FDI)

Joyce, Bruce. Marsha Weil & Emily Calhoun.

Cognitive Style: An Analysis of

2000. Models of Teaching. Boston:

Attentional Functioning. Psicothema

Allyn and Bacon.

Dependence-Independence

2007. Vol. 19, No 4. Pp. 572-577.

Hamzah B.Uno, 2007. Model Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.

Kepner, MD, & Neimark, ED. 1984. Test-retest
Reliability and Differensial Pattern of
Score

Change

on

the

Group

H.A. Witkin, P.K. Oltman, E. Raskin and S.A.

Embedded Figures Test. Journal of

Karp. 1971. Group Embedded Figure

Personality and Social Psychology, 46

Test. Palo Alto. CA: Consulting

(6), 1405-1413.

Psychologists Press, Inc.
51

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Marhadi Saputro. 2011. Analisis kemampuan
Pemecahan

Masalah

ditinjau dari Gaya Kognitif Siswa.

Tidak diterbitkan. Surakarta.

Purwoto.

2003.

Strategi

Pembelajaran

Matematika . Surakarta: UNS Press.

Pusat Penilaian Pendidikan – Balitbang. 2009.
Jakarta. Depdiknas.

PPS UNS.
Marjohan.

22, April 2009.

Matematika

berdasarkan Langkah-langkah Polya

Tesis.

PPPPTK. 2009. Limas. Yogyakarta. Edisi Nomor

2007.

Tinggalkan

Metode

_______________________________

.

2010.

Jakarta. Depdiknas.

Konvensional.

http://enewsletterdisdik.wordpress.co

Ratumanan,

T.G.

2001.

Pengaruh

Model

m/2007/11/09/opini-tinggalkanlah-

Pembelajaran

metode-konvensional/ diakses pada

terhadap Hasil Belajar Matematika

tanggal 28 Pebruari 2011.

Siswa SMP Negeri 1dan SMP Negeri

Messick, et al (eds). Individuality in Learning.
San

Fransisco.

CA:

Jossey-Bass

(1976) pp. 38 – 72.

dan

Gaya

Kognitif

4 Ambon. Proposal Disertasi. Tidak

diterbitkan. Surabaya. PPS Unesa.
Sanjaya dan Wina. 2008. Strategi Pembelajaran.

Moh. Amien. 2005. Pemetaan Konsep Suatu
Teknik untuk Meningkatkan Hasil
Belajar yang Bermakna. Yogyakarta .

Jakarta.

Kencana

Prenada

Media

Group
Seth Sulaiman dan Low Fee Ngoo. 2008. Corak
Gaya Kognitif dan Tahap Penguasaan

FPMIPA-IKIP.
Muhibbin Syah. 2005. Psikologi Pendidikan.

Konsep Daya Newtonian di kalangan
Pelajar Tingkatan Enam Rendah: Satu

Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nasution. 2010. Berbagai Pendekatan dalam

Kajian Rintis. Seminar Kebangsaan

Proses Belajar Mengajar . Jakarta:

Pendidikan Sains dan Matematik.

Bumi Aksara.

Persatuan

Nazanin Nilforooshan dan Akbar Afghari. 2007.

Pendidikan

Sains

Dan

Matematik Johor, Fakulti Pendidikan,

The Effect of Field Dependence-

Universiti Teknologi

Malaysia &

Independence as a Source of Variation

Jabatan Pendidikan Negeri Johor.

in EFL Learners Writing Performance.

S.M Shofiah. 2007. Pembelajaran Matematika

Iranian Journal of Language Studies

Melalui Pendekatan Konstruktivisme

(IJLS). Vol. 1(2), 2007 (pp. 103-118).

dalam

Oemar Hamalik. 2008. Proses Belajar Mengajar .

.

2009.

Kurikulum

Kemampuan

Meningkatkan

Penalaran

Induktif

Siswa . Tidak diterbitkan.

Jakarta: Bumi Aksara.
____________

Upaya

dan

Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

52

JMEE Volume II Nomor 1, Juli 2012

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D . Bandung:

Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian.
Jakarta: Rineka Cipta.
Suradi. 2007. Studi Eksplorasi Gaya Pikir Siswa
SMP tipe FI-FD Dikaitkan dengan
kemampuan
Persamaan

Menyelesaikan
Linier

Dua

Sistem

Variabel.

Jurnal Pendidikan Dasar, Vol. 8 no. 1,
Maret 2007.
Suryanto. 2007. Cooperatif Learning. Jogjakarta.
Thompson, M.E dan Thompson, M.E. 1987. Field
Dependence-Independence

And

Learning From Instructional Text.
Annual convention of the association
for educational communications and
technology. Februari 26 – Mac 1.

Atlanta, GA. 733 – 744.
Xiao Mengduo dan Jin Xiaoling. 2010. Jigsaw
Strategy as a Cooperative Learning
Technique: Focusing on the Language
Learners. Chinese Journal of Applied
Linguistics (Bimonthly). Vol. 33 No.

4. Aug. 2010.
Yatim

Riyanto.

2009.

Pembelajaran.

Paradigma

Jakarta:

Baru

Kencana

Prenada Media Grup.

53