Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan Dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa Di Bursa Efek Indonesia.

(1)

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI

SEKTOR JASA DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU OPRI SANI SAPUTRI NIM:1215251144

PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2016


(2)

ii

PENGARUH LEVERAGE, PROFITABILITAS, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI SEKTOR JASA DI BURSA EFEK

INDONESIA

SKRIPSI

Oleh :

DESAK PUTU OPRI SANI SAPUTRI NIM: 1215251144

Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

Denpasar 2016


(3)

iii

Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 26 Januari 2016

Tim Penguji : Tanda tangan

Ketua : Drs. Ida Bagus Bajra, MM ………

Sekretaris : Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa SE., MM ………

Anggota : Putu Vivi Lestari SE., MM ..……….

Mengetahui,

Ketua Jurusan Manajemen

Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti,SE., M.Si NIP. 19610601 198503 2 003

Pembimbing

Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa,SE.MM NIP. 196209221 98702 1 002


(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, didalam Naskah Skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik disuatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata didalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plagiasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 14 Januari 2016 Mahasiswa,

Desak Putu Opri Sani Saputri NIM.1215251144


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi / Tuhan Yang Maha Esa karena atas

rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang “ Pengaruh Leverage, Profitabilitas,

Pertumbuhan Perusahaan dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa Di Bursa Efek Indonesia”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan teimakasih kepada :

1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.M.S, Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Prof. Dr. Ni Wayan Sri Suprapti, SE.,M.Si., dan Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE.M.S, masing-masing Ketua dan Sekertaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Drs. I Ketut Suardika Natha, M.Si Ketua Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana serta Drs. I Made Jember, M.Si., Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

5. Ni Made Rastini, SE.MM Koordinator Jurusan Manajemen Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

6. I Made Surya Negara Sudirman, SE.,MM.,Ak Dosen Pembimbing Akademisi atas petunjuk dan nasihat yang diberikan selama mengikuti kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Dr. Ida Bagus Anom Purbawangsa SE., MM dosen pembimbing atas waktu, bimbingan, masukan, serta motivasi selama penyelesaian skripsi ini.

8. Segenap dosen pengajar di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana atas segala bimbinganya yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.


(6)

vi

9. Keluarga tercinta: orang tua (Ngakan Kt. Sudiartha dan Ni Wayan Budiartini), dan adik (Desak Made Wulan Dewi dan Desak Nyoman Wulandari) yang senangtiasa mendukung dan mendoakan tiada hentinya untuk motivasi penulis dalam studi.

10.Kepada seluruh teman-teman seperjuangan angkatan 2012 khususnya manajemen atas dukunganya dan bantuannya selama proses studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu karena berbagai keterbatasan, atas perhatian, dukungan, bantuan dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penulisan menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih banyak hal-hal yang perlu dieksplorasi, sehingga masukan yang konstruktif sangat diperlukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Namun demikian skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, 14 Januari 2016


(7)

vii

Judul : Pengaruh Laverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, dan Jaminan terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia

Nama : Desak Putu Opri Sani Saputri NIM : 1215251144

Abstrak

Peringkat obligasi memiliki peranan penting baik bagi perusahaan maupun investor karena merupakan indikator gagal bayar suatu obligasi. Obligasi sebelum di tawarkan kepada para investor wajib di peringkat oleh suatu lembaga pemeringkat yaitu PT. PEFINDO. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh variabel leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan terhadap peringkat obligasi sektor jasa di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014.

Populasi dalam penelitian ini adalah obligasi perusahaan sektor jasa yang terdapat di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014 yang berjumlah 312 perusahaan. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling, sehingga didapat sebanyak 31 sampel obligasi perusahaan sektor jasa di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2014. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi non partisipan. Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Data-data observasi yang diperoleh dari www.idx.co.id. Tehnik analisis data yang digunakan adalah uji analisis regresi logistik dengan bantuan aplikasi SPSS 13 for windows.

Hasil analisis menunjukan bahwa secara parsial leverage berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi, profitabilatas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap peringkat obligasi, jaminan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap peringkat obligasi.

Peringkat obligasi suatu perusahaan akan meningkat jika perusahaan memperhatikan faktor-faktor keuangan yaitu leverage, dan profitabilitas. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi peringkat obligasi yang dimiliki oleh perusahaan sehingga peringkat obligasi menjadi investment grade.

Kata kunci: peringkat obligasi, leverage (ROA), profitabilitas (DER), pertumbuhan perusahaan, jaminan


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PENGESAHAAN ………. ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ……… iii

KATA PENGANTAR ……… iv

ABSTRAK ………. vi

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR TABEL ……….. ix

DAFTAR GAMBAR ………. x

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ……… 10

1.3 Tujuan Penelitian ……….. 10

1.4 Kegunaan Penelitian ……….. 11

1.5 Sistematika Penulisan ……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep ……….. 13

2.1.1 Teori sinyal ……….. 13

2.1.2 Teori pecking order ………. 14

2.1.3 Peringkat obligasi ……… 15

2.1.4 Leverage ……….. 19

2.1.5 Profitabilitas ………. 22

2.1.6 Pertumbuhan perusahaan ………. 24

2.1.7 Jaminan ……… 26

2.2 Hipotesis Penelitian ……….. 28

2.2.1 Pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi ………. 28

2.2.2 Pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi ………. 29

2.2.3 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi ………. 30

2.2.4 Pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi ……….. 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ………. 33


(9)

ix

3.3 Obyek Penelitian ……….. 34

3.4 Identifikasi Variabel ………. 34

3.5 Definisi Operasional Variabel ……….. 35

3.6 Jenis dan Sumber Data ………. 38

3.6.1 Jenis data berdasarkan sifat ……… 38

3.6.2 Jenis data berdasarkan sumber data ………... 39

3.7 Populasi, Sampel, dan Metode Penentuan Sampel . 39

3.8 Metode Pengumpulan Data ……….. 40

3.9 Teknik Analisis Data ……… 41

3.9.1 Statistik deskriptif ……….. 41

3.9.2 Menilai model fit ……… 41

3.9.3 Uji hipotesis ………... 42

3.9.4 Uji koefisien determinasi ……….. 43

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian……….……. 44

4.1.1 Gambaran umum sektor jasa di Bursa Efek Indonesia ……… 44

4.2 Hasil Penelitian dan Pengujian Hipotesis .……….. 46

4.2.1 Deskripsi variabel penelitian .……… 46

4.2.2 Hasil model Fit ……….………. 49

4.2.3 Hasil uji regresi logistik ……… 51

4.2.4 Hasil uji koefisien determinasi ………. 54

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 54

4.3.1 Pengaruh leverage terhadap peringkat obligasi ……… 54

4.3.2 Pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi ……… 56

4.3.3 Pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi ……… 57

4.3.4 Pengaruh jaminan terhadap peringkat obligas ……….... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan………. 60

5.2 Saran………... 61

DAFTAR RUJUKAN ………... 62


(10)

x

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Rata-rata Debt to Equity Ratio (DER), Return on Asset Ratio (ROA), Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan Sektor Jasa yang Menerbitkan Obligasi Periode 2011-2014 ……….. 4 3.1 Seleksi Sampel Berdasarkan Kriteria………. 40 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Independen ………. 47 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Dependen (Y) .………. 48 4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Dependen (X4) ………. 48 4.4 Kelayakan Model Regresi ……….. 49 4.5 Menilai Keseluruhan Model (Interation History a,b,c) ………… 50 4.6 Menilai Keseluruhan Model (Interation History a,b,c,d) ………. 50 4.7 Analisis Regresi Logistik ……… 51 4.8 Koefisien Determinasi ……… 54


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1 Definisi Peringkat PT. PEFINDO ………. 69

2 Populasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –2014 ……….... 70

3 Sampel Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 –2014 ……….……… 74

4 Research Gap ……… 75

5 Perhitungan Debt to Equity Ratio (DER) Periode 2011-2014 . 80 6 Perhitungan Return On Asset Ratio (ROA) Periode 2011-2014. 84 7 Perhitungan Pertumbuhan Perusahaan Periode 2011-2014 …. 88

8 Jaminan Perusahaan Sektor Jasa Periode 2011-2014 ……….. 93

9 Hasil Pengujian Deskriptif ………. 94

10 Hasil Uji Kelayakan Model ………... 95

11 Hasil Penelitian Keseluruhan Model ………. 96

12 Hasil Pengujian Regresi Logistik ……….. 97


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setiap orang dihadapkan pada berbagai pilihan dalam menentukan sumber daya yang mereka miliki untuk konsumsi saat ini atau dimasa yang akan datang. Setiap orang memiliki komitmen untuk menanamkan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang dapat diartikan sebagai investasi. Investasi digolongkan menjadi dua kategori yaitu, investasi pada asset real seperti tanah, emas, rumah dan aset real lainnya dan investasi pada aset financial seperti: deposito, saham, obligasi, dan surat berharga lainnya (Tandelilin, 2010).

Salah satu bentuk pendanaan investasi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan menerbitkan obligasi. Obligasi yaitu suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Pertumbuhan obligasi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2014 pasar obligasi Indonesia tumbuh 6,8 persen dalam kuartal ini, dan 20,1 persen dibandingkan tahun lalu menjadi $108 miliar. Obligasi pemerintah tumbuh 7,9 persen dalam kuartal ini dan tumbuh 20,9 persen dibandingkan tahun lalu menjadi $90 miliar. Untuk obligasi korporasi tumbuh 1,5 persen dalam kuartal ini dan 16,4 persen dibandingkan tahun lalu (Antara News, 20 Maret 2014).

Keuntungan dari perusahaan apabila menerbitkan obligasi dibandingkan menerbitkan saham antara lain tidak adanya campur tangan pemilik dana terhadap perusahaan dan tidak ada controlling interest oleh pemilik obligasi terhadap perusahaan dimana pemilik obligasi hanya berstatus sebagai kreditor dari perusahaan yang menerbitkan obligasi (Suta, 2000). Wansley et


(14)

al. (1992) menyatakan bahwa sebagian besar perdagangan obligasi dilakukan melalui pasar negosiasi (over the counter market) dan secara historis tidak terdapat informasi harga yang tersedia pada saat penerbitan atau saat penjualan dengan tidak tersedianya informasi tersebut membuat pasar obligasi menjadi tidak semeriah pasar saham.

Obligasi yang diterbitkan sebelum ditawarkan oleh perusahaan wajib diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di BAPEPAM seperti PT. Pefindo atau PT. Kasnic. Informasi peringkat obligasi bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja dari perusahaan penerbit. Peringkat ini dinilai sangat penting bagi investor karena dapat dimanfaaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi serta mengetahui tingkat risikonya. Fungsi utama lembaga pemeringkat adalah memberikan rating yang obyektif, independen dan kredibel terhadap risiko kredit dari sekuritas pinjaman (debt) yang diterbitkan secara umum melalui kegiatan rating. Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten (sebagai penerbit obligasi) dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi pada akhir masa jatuh temponya dan menghindari default risk yaitu risiko tidak terbayarnya bunga dan pokok utang (Altman & Nammacher dalam Ketz & Maher, 1990).

Proses penilaian rating ini dilakukan dengan mempertimbangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan informasi non keuangan, antara lain operasional perusahaan, manajemen perusahaan, laporan keuangan perusahaan, dan perencanaan perusahaan. Terdapat tiga komponen utama yang dilakukan agen pemeringkat untuk menentukan peringkat obligasi yaitu kemampuan perusahaan penerbit untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, kedua adalah struktur dan berbagai ketentuan yang diatur dalam surat hutang, ketiga adalah perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang surat hutang


(15)

tersebut bila terjadi pembubaran atau likuidasi serta hukum lainnya yang mempengaruhi hak-hak kreditur (Tandelilin, 2010).

Simbol peringkat yang digunakan PEFINDO peringkat tertingginya disimbolkan dengan AAA, yang menggambarkan risiko obligasi terendah.Obligasi dibagi dalam dua peringkat yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan non investmentgrade (BB, B, CCC, dan D). Investmen grade adalah kategori perusahaan atau negara yang menerbitkan obligasi dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam memenuhi kewajibanya kepada pemegang obligasi. Non investment grade adalah kategori perusahaan atau negara yang menerbitkan obligasi dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi kewajibannya kepada pemegang obligasi. Perusahaan yang masuk kategori ini biasanya cenderung sulit memperoleh pendanaan.

Kamstra (2001) mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi yaitu faktor keuangan dan non keuangan. Faktor keuangan meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio leverage, dan pertumbuhan perusahaan. Sedangakan faktor non keuangan meliputi size perusahaan, umur obligasi, secure (jaminan), reputasi auditor. Dalam penelitian yang dilakukan peneliti menggunakan variabel rasio leverage, rasio profitabilitas, pertumbuhan perusahaan, dan jaminan. Peneliti menggunakan variabel-variabel tersebut karena penelitian terdahulu hasilnya masih terdapat research gap.

Tabel 1.1 Rata-Rata Debt to Equity Ratio (DER), Return On Asset Ratio (ROA), dan Pertumbuhan Perusahaan Perusahaan Sektor Jasa yang Menerbitkan Obligasi Periode 2011-2014

Variabel Tahun

2011 2012 2013 2014 Rata – rata Dept To Equit (%) 4,06 4,16 4,25 4,45 Rata-rata Return On Asset (%) 3,30 3,63 3,54 3,81 Rata-rata pertumbuhan perusahaan (%) 0,99 0,32 0,23 0,17 Sumber : Lampiran 4,5,6


(16)

Berdasarkan Tabel 1.1 menunjukan rata-rata Debt To Equity Ratio (DER) perusahaan sektor jasa yang menerbitkan obligasi selama tahun penelitian rata-rata mengalami peningkatan dari tahun 2011 - 2014 sebesar 4,06%, 4,16%, 4,25% dan 4,45%. Rata-rata Return On Asset Ratio (ROA) perusahaan sektor jasa yang menerbitkan obligasi selama tahun penelitian rata-rata mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 sebesar 3,30% dan 3,63%. Sedangkan pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 3,54% dan pada tahun 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 3,81%. Dan rata-rata pertumbuhan perusahaan sektor jasa yang menerbitkan obligasi mengalami penurunan dari tahun 2011 sampai 2014 yaitu masing-masing sebesar 0,99%, 0,32%, 0,23%, dan 0,17%.

Variabel pertama yaitu leverage merupakan salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap peringkat obligasi. Harahap (2009:306) menyatakan leverage adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang atau mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi leverage berarti semakin besar aset didanai dari hutang. Proksi rasio leverage yang digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER). DER digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar. Semakin besar leverage, semakin besar risiko default perusahaan, semakin rendah leverage, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan.

Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan Estiyanti (2012), Kilapong (2011), Grita (2004), Magreta dan Nurmayanti (2009), dan Yulianingsih (2011) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aktiva yang didanai dengan utang. Tingkat leverage yang tinggi kurang baik karena tanggungan


(17)

beban bunga utang. Apabila tingkat leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang baik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh, (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Daljono (2011), He, Yan & wei (2007), dan Chikolwa (2008) menunjukan hasil bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi.

Variabel kedua yaitu profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Proksi yang digunakan untuk menghitung rasio profitabilitas yaitu rasio Return On Asset Ratio (ROA) rasio ini menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai asetnya. Harahap (2009:305) menyatakan semakin besar rasionya semakin baik karena perusahaan dianggap mampu dalam membayar kewajibannya. Semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau deflult risk. Semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi.

Variabel profitabilitas (ROA) dalam penelitian Kilapong (2011), Luciana (2007), Grace (2010), Maharti (2012), Sejati (2010), Susilowati dan Sumarto (2010) menyatakan berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Yulianingsih (2011), Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Manurung et al. (2008) yang menunjukan hasil bahwa profitabilitas berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi karena laba perusahaan tinggi maka kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dapat dilakukan pada saat jatuh tempo, sehingga akan mengurangi risiko default (gagal bayar).


(18)

Burton, dkk. (1998) menyatakan pertumbuhan perusahaan merupakan faktor akuntansi yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi karena pertumbuhan perusahaan yang positif dapat mengindikasikan atas berbagai kondisi financial. Perusahaan penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan perusahaan tinggi dari tahun ke tahun memiliki kemungkinan lebih besar untuk memperoleh peringkat obligasi yang tinggi dari pada perusahaan penerbit obligasi yang memiliki pertumbuhan yang rendah.

Variabel pertumbuhan perusahaan pada penelitian yang dilakukan oleh Febriani (2011), Sari (2011) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Devi (2007), Burton & Hardwick (1998), Sucipta (2013), Sejati (2010), dan Widya (2005), menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi karena pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.

Maylia dan Devi (2007) menyatakan tingkat risiko terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Obligasi yang dijamin berarti memberi jaminan pada investor bila perusahaan tidak dapat membayar utangnya, investor dapat mengklaim jaminan itu. Obligasi yang dijamin oleh perusahaan penerbit obligasi disebut obligasi bergaransi. Obligasi yang tidak dijamin berarti perusahaan yang menerbitkan obligasi tidak memberi jaminan pada investor bila perusahaan tidak dapat membayar hutangnya kepada investor.

Variabel Jaminan dalam penelitian Kilapong (2011), Estiyanti (2012), Yasa (2012), Maharti (2011) berpengaruh negatif terhadap peringkat obligasi karena kenaikan jaminan tidak mempengaruhi probabilitas kenaikan peringkat obligasi perusahaan yang termasuk kategori


(19)

default grade dan speculative grade. Ini mengindikasikan bahwa obligasi yang dijamin dengan aset khusus maupun obligasi yang tidak dijamin dengan aset khusus tidak terlalu diperhitungkan dalam menentukan peringkat obligasi. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Nurmayati (2009), Rahmawati (2005) dan Rika (2011) menunjukkan bahwa jaminan berpengaruh positif terhadap peringkat obligasi.

Salah satu fenomena yang terjadi dimana peringkat obligasi beberapa emiten mengalami gagal bayar yang kebetulan memiliki peringkat layak investasi (Investment-grade) menimbulkan suatu pertanyaan apakah peringkat obligasi yang dinilai oleh agen pemeringkat di Indonesia akurat. Menurut Chan dan Jagadeesh (1999) dalam Estiyanti (2012), peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh agen pemeringkat biasanya mengalami gagal bayar karena agen pemeringkat tidak melakukan monitor terhadap kinerja perusahaan setiap hari. Seperti pada tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk yang menerbitkan Bond 1 Year 2007, telah gagal bayar 2 kali untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh tempo Maret 2012. Per Juni 2008 dan 2009, peringkat obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk pada Indonesian Bond Market Directory adalah idBBB+. Per Juni 2010 peringkatnya diturunkan menjadi idD, hal itu terjadi karena perusahaan penerbit obligasi PT. Mobile-8 Telecom Tbk gagal bayar pada saat tanggal jatuh tempo (Kompasiana, 9 Februari 2010).

Penelitian ini menggunakan objek pada sektor jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Peneliti memilih sektor jasa karena saat ini sektor jasa merupakan salah satu pelaku terpenting dalam pertumbuhan perekonomian sebuah negara, yang paling dominan di Indonesia paling banyak terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan paling banyak menerbitkan obligasi. Masyarakat maupun kalangan industri atau usaha sangat membutuhkan sektor jasa untuk


(20)

mendukung dan memperlancar aktivitasnya. Data peringkat yang digunakan adalah data yang dikeluarkan oleh PT. PEFINDO merupakan lembaga pemeringkat yang menerbitkan peringkat obligasi terbanyak.

Adanya masalah dan masih terdapat research gap hasil penelitian yang sebelumnya penulis tertarik untuk mencoba mengkaji, meneliti lebih lanjut, dan menuangkannya ke dalam suatu karya ilmiah berbentuk skripsi yang diberi judul “Pengaruh Leverage, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Sektor Jasa di Bursa Efek Indonesia”

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagi berikut: 1) Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ? 2) Apakah profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?

3) Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ? 4) Apakah jaminan berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu :

1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh levarage terhadap peringkat obligasi 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh profitabilitas terhadap peringkat obligasi

3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap peringkat obligasi

4) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh jaminan terhadap peringkat obligasi 1.4Kegunaan Penelitian


(21)

1) Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna serta dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan dapat menjadi pembuktian kebenaran teori di bidang manajemen keuangan. Serta dapat menambah pengetahuan yang berkaitan dengan investasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi di BEI

2) Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna bagi perusahaan, investor yang ingin berinvestasi pada obligasi dan pihak-pihak lain sebagai tambahan informasi serta pertimbangan dalam melakukan investasi.

1.5 Sistematika Penulisan

Sebagai arahan dalam memahami skripsi ini, penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis

Bab ini mencangkup konsep atau teori yang relevan mengenai peringkat obligasi, leverage, profitabilitas, pertumbuhan perusahaan dan jaminan serta perumusan hipotesis.

Bab III Metode Penelitian

Bab ini menguraikan metode penelitian yang meliputi desain penelitian, lokasi dan objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel jenis dan


(22)

sumber data, populasi, sample, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data yang digunakan.

Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian

Bab ini merupakan gambaran umum perusahaan yang diteliti, deskripsi data hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian.

Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini menguraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran untuk pengembangan bagi peneliti selanjutnya.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Sinyal

Tearney (2000) dalam Estiyanti dan Yasa (2012) menyatakan teori sinyal menunjukkan adanya hubungan asimetri antara manajemen dengan berbagai pihak yang berkepentingan terhadap informasi perusahaan. Asimetri informasi terjadi dikarenakan salah satu pihak memiliki informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak lainnya. Manajemen selaku pihak intern perusahaan memiliki informasi yang lebih baik dibanding dengan pihak yang lain. Informasi tersebut bisa berupa laporan keuangan, informasi kebijakan perusahaan maupun informasi lain yang dilakukan secara sukarela oleh manajemen perusahaan.

Sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada obligasi suatu perusahaan, pihak eksternal perusahaan seperti calon investor tentu sangat membutuhkan informasi tentang kondisi obligasi. Untuk itu dengan teori sinyal diharapkan manajemen dapat memberikan sinyal berupa informasi mengenai kualitas atau kondisi obligasi, apakah obligasi berpotensi gagal bayar atau tidak. Salah satu sinyal tersebut ditunjukkan dengan peringkat obligasi.

2.1.2 Pecking Order Theory

Disebut Pecking Order Theory karena menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini dikemukakan oleh Myers dan


(24)

Manjluf (1984) teori ini mencoba menjelaskan keputusan pendanaan yang diambil oleh perusahaan yang berbeda dengan pemikiran balanching theory.

Balamching theory yaitu menekankan pada keseimbangan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan utang. Sejauh manfaatnya lebih besar, utang akan ditambah. Tetapi apabila pengorbanan karena penggunaan utang lebih besar, maka utang tidak boleh ditambah lagi.

Dalam Pecking Order Theory dijelaskan hal-hal sebagai berikut :

1) Perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan) 2) Perusahaan berupaya menyesuaikan rasio pembagian deviden yang ditargetkan dengan

berusaha menghindari perubahan pembayaran dividen secara drastis.

3) Kebijakan deviden yang relatif cenderung kaku disertai dengan fluktuasi profitabilitas dan kesempatan investasi yang tidak bisa diduga mengakibatkan bahwa hasil operasi kadang-kadang melebihi kebutuhan dana untuk investasi meskipun pada kesempatan lain kurang. Apabila dana hasil operasi kurang dari kebutuhan investasi maka perusahaan akan mengurangi saldo kas atau menjual skuritas yang dimiliki.

4) Apabila pendanaan dari luar (eksternal finanching) diperlukan,maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Artinya dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi) dan akhirnya apabila masih belum mencukupi saham baru diterbitkan. Pecking Order Theory tidak ada struktur modal yang optimal yang diperoleh dari pertimbangan utang dan modal sendiri. Manajer cenderung menentukan keputusan pendanaan perusahaan berdasarkan hirarki sumber dana yang paling disukai yaitu mulai dari penggunaan sumber dana internal dan diikuti sumber dana eksternal yaitu utang dan terakhir yaitu menerbikan saham.

Pecking Order Theory menjelaskan mengapa perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal ini disebabkan karena


(25)

perusahaan-perusahaan tersebut mampu menghasilkan kas internal yang memadai untuk keperluan investasinya, sehingga tidak ada penggunaan hutang lagi. Demikian sebaliknya perusahaan yang tidak profitable akan cenderung menggunakan hutang yang lebih besar. Alasanya karena dana internal tidak mencukupi dan pembiayaan dengan hutang lebih disujai dibandingkan pembiayaan eksternal.

2.1.3 Peringkat obligasi

Obigasi yaitu suatu pernyataan utang dari penerbit obligasi kepada pemegang obligasi beserta janji untuk membayar kembali pokok utang beserta kupon bunganya pada saat tanggal jatuh tempo pembayaran. Obligasi perusahaan yang diterbitkan wajib diperingkat oleh lembaga pemeringkat yang terdaftar di BAPEPAM seperti PT. Pefindo atau PT. Kasnic Credit Rating Indonesia. Foster (1986) menyatakan peringkat merupakan sebuah pernyataan tentang keadaan emiten atau peminjam dan kemungkinan apa yang bisa dan akan dilakukan sehubungan dengan utang yang dimiliki, atau suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan emiten atau peminjam memenuhi kewajiban keuangan. Darmadji (2001) menyatakan tujuan dari pemeringkatan adalah untuk memberikan pendapat secara independen, objektif, dan jujur mengenai risiko suatu efek utang. Ada tiga komponen utama yang digunakan oleh agen pemeringkat untuk menentukan peringkat (rating) obligasi yaitu:

1) Penilaian risiko industri mencakup, pertumbuhan industri dan stabilitas (growth & stability), struktur pendapatan dan struktur biaya (revenue & cost structure), tingkat persaingan dalam industri (competition), regulasi (regulatory framework), dan profil keuangan dari industri (financial profile)

2) Penilaian Risiko Finansial (financial Risks) mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan (financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas (profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility)


(26)

3) Penilaian Risiko Bisnis (business risks) Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor kunci kesuksesan (key success factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan. Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri lainnya.

Peringkat obligasi perusahaan diharapkan dapat memberikan petunjuk bagi investor tentang kualitas obligasi perusahaan penerbit obligasi dan Kliger & Sarig (2000) menyatakan bahwa bond rating dapat mempengaruhi nilai perusahaan secara keseluruhan baik bagi shareholders maupun bagi bondholders. He Wang, dan Wei (2007) berpendapat kualitas keputusan investor dipengaruhi oleh kualitas informasi yang diberikan oleh perusahaan dalam laporan keuangan. Kualitas informasi tersebut bertujuan untuk mengurangi asimetri informasi yang timbul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan dengan pihak eksternal perusahaan. Informasi yang berupa pemberian peringkat obligasi perusahaan yang dipublikasiakan diharapkan dapat memberikan sinyal kondisi keuangan perusahaan tertentu dan menggambarkan kemungkinana yang terjadi terkait dengan utang yang dimiliki. Kaplan (1979) menyatakan beberapa faktor yang dapat menentukan peringkat suatu obligasi yaitu:

1) Pendapatan dan cashflow masa depan

2) Utang baik jangka pendek dan jangka panjang 3) Struktur permodalan

4) Likuiditas asset perusahaan

5) Situasi negara dimana perusahaan berada

6) Situasi pasar dimana perusahaan melakukan aktifitas bisnisnya 7) Kualitas manajemen dan struktur perusahaan


(27)

Setelah selesai melakukan analisis, tim analis kemudian membentuk komite rating untuk memberikan hasil peringkat akhir pada obligasi perusahaan. Frost (2007) menyatakan bahwa pentingnya peringkat kredit yang diberikan untuk setiap penerbitan obligasi. Simbol pemeringkatan yang digunakan oleh agen PEFINDO serupa dengan yang digunakan oleh

Standard and Poor’s. Simbol peringkat dan makna peringkat obligasi yang digunakan PT.

PEFINDO (Lampiran 1).

2.1.1.1 Manfaat peringkat obligasi

1) Manfaat peringkat obligasi bagi investor adalah sebagai berikut :

1) Informasi risiko investasi. Tujuan utama investasi adalah untuk meminimalkan risiko serta mendapatkan keuntungan yang maksimal. Oleh karena itu, dengan adanya bond rating diharapkan informasi risiko dapat diketahui lebih jelas posisinya oleh investor. 2) Rekomendasi investasi. Investor akan dengan mudah mengambil keputusan investasi

berdasarkan hasil peringkat kinerja emiten obligasi tersebut. Dengan demikian investor dapat melakukan strategi investasiakan membeli atau menjual sesuai perencanaannya. 3) Perbandingan. Hasil rating akan dijadikan patokan dalam membandingkan obligasi yang

satu dengan yang lain, serta membandingkan struktur yang lain seperti suku bunga dan metode penjaminannya.

2) Manfaat peringkat obligasi bagi emiten adalah ada sebagai berikut :

1) Informasi posisi bisnis. Dengan melakukan rating, pihak perusahaan akandapat mengetahui posisi bisnis dan kinerja usahanya dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya.

2) Menentukan struktur obligasi. Setelah diketahui keunggulan dan kelemahan manajemen, bisa ditentukan beberapa syarat atau struktur obligasi yang meliputi tingkat suku bunga,


(28)

jenis obligasi, jangka waktu jatuh tempo, jumlah emisi obligasi serta berbagai struktur pendukung lainnya.

3) Mendukung kinerja. Apabila emiten mendapatkan rating yang cukup bagus maka kewajiban menyediakan sinking fund atau jaminan kredit bisa dijadikan pilihan alternatif. 4) Alat pemasaran. Mendapatkan rating yang baik murupakan daya tarik perusahaan di mata

investor bisa meningkat. Dengan demikian, adanya rating bisa membantu sistem pemasaran obligasi.

5) Menjaga kepercayaan investor. Hasil rating yang independent akan membuat investor merasa lebih aman, sehingga investor memiliki kepercayaan terhadap perusahaan.

2.1.4 Laverage

Maylia (2007) mengungkapkan bahwa leverage menujukkan proporsi penggunaan hutang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan hanya sebagian kecil asset didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Myers (1977) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi tidak menyukai pembiayaan yang akan meningkatkan leverage mereka. Permasalahan leverage akan dihadapi oleh perusahaan, bila perusahaan tersebut memiliki sejumlah beban atau biaya, baik biaya tetap operasi maupun biaya finansial. Biaya tetap operasi merupakan beban atau biaya tetap yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari perusahaan melakukan investasi, sedangkan biaya finansial merupakan beban atau biaya yang harus diperhitungkan sebagai akibat dari pelaksanaan fungsi pendanaan. Jadi, beban atau biaya tetap sebenarnya merupakan risiko dan kewajiban yang harus ditanggung perusahaan dalam pelaksanaan keputusan-keputusan keuangan. Besar kecilnya risiko tersebut perlu diketahui agar


(29)

dapat diantisipasi dengan cara meningkatkan volume kegiatan usaha. Secara umum dalam mananjemen keuangan dikenal dua macam laverage, yaitu sebagai berikut Maryan (2014) : 1) Laverage operasi (operating laverage)

Laverage operasi merupakan penggunaan akiva dengan biaya tetap dengan harapan bahwa revenue atau penerimaan yang diperoleh oleh penggunaan aktiva itu cukup untuk menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Jadi ini merupakan cara untuk mengukur risiko usaha dari suatu perusahaan. Biaya tetap misalnya, beban penyusutan gedung dan peralatan kantor, biaya asuransi dan biaya lain yang muncul dari penggunaan fasilitas manajemen. Biaya operasi tetap dikelurkan agar volume penjualan dapat menghasilkan penerimaan yang lebih besar dari pada seluruh biaya operasi yang tetap dan variabel.

2) Laverage keuangan (financial laverage)

Financial laverage merupakan penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi pemegang obligasi. Menurut Brigham (2006:101) perusahaan menggunakan hutang (financial leverage) memiliki 3 implikasi penting yaitu:

1) Memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dan sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan. 2) Kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri, sebagai suatu batasan

keamanan, sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan pemegang saham, maka semakin kecil resiko yang dihadapi kreditor.


(30)

3) Jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka pengembalian dari modal pemilik akan lebih besar.

Apabila nilai laverage rendah maka dapat diartikan sebagian kecil dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan di biayai oleh hutang maka dari itu kecil risiko kegagalan perusahaan. Sehingga apabila tidak ada laverage maka perusahaan tersebut dibiayai dengan modal sendiri. Rendahnya nilai leverage dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil aktiva didanai dengan hutang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Sartono (2001:122) menyatakan proksi rasio leverage yang digunakan adalah DER (Debt to Equity Ratio).

DER digunakan untuk melihat seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar. Semakin besar leverage, semakin besar risiko default perusahaan, semakin rendah leverage, semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008). Hal ini mengindikasikan perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya.

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Pakarinti (2012) menyatakan Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba atau keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal dalam suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para


(31)

investor menarik dananya (Pinches,1973). Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.

Adams et al (2000) mengemukakan bahwa tingkat profitabilitas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya kondisi keuangan perusahaan sehingga secara financial akan mempengaruhi peringkat obligasi. Profitabilitas sebagai tolak ukur dalam menentukan alternatif pembiayaan, namun cara untuk menilai profitabilitas suatu perusahaan adalah bermacam-macam dan sangat tergantung pada laba dan aktiva atau modal yang akan dibandingkan dari laba yang berasal dari operasi perusahaan atau laba netto sesudah pajak dengan modal sendiri. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dimiliki untuk menghasilkan keuntungan perusahaan (operating asset). Dalam kegiatan operasi perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan menggunakan semua sumberdaya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat tercapai. Penggunaan semua sumber daya tersebut akan memungkinkan perusahaan untuk memperoleh laba yang tinggi.

Proksi yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah ROA (Return on Asset), menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan jika diukur dari nilai aktiva. (Bouzouita, 1998) menyatakan bahwa tingkat profitabilitas yang lebih tinggi menurunkan risiko insolvency (ketidakmampuan membayar hutang) akibatnya rating obligasi perusahaan tersebut akan semakin baik. Proksi ROA (Return on Asset Ratio) yaitu mengukur tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh aset yang ada, atau rasio ini menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. Oleh karena itu, sering pula rasio ini disebut ROA. Semakin tinggi


(32)

ROA, berarti perusahaan semakin mampu menggunakan aset dengan baik untuk memeroleh keuntungan.

2.1.6 Pertumbuhan perusahaan

Pertumbuhan perusahaan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang (Maharti, 2010). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. (Restuti, 2007) menyatakan pertumbuhan perusahaan adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya. Berdasarkan definisi di atas dapat dijelaskan pertumbuhan perusahaan merupakan perubahan total aset baik peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun).

Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu eksternal, internal, dan pengaruh iklim industri lokal.

1) Pertumbuhan dari luar (eksternal growth)

Merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan perusahaan yang berasal dari luar dimana perusahaan tidak memiliki kekuatan untuk menentukan atau mempengaruhi misalnya harga, keadaan politik suatu negara atau daerah, karakteristik masyarakat, dan keadaan cuaca. Secara umum bila pengaruh dari luar berpengaruh positif, maka dapat meningkatkan peluang perusahaan untuk semakin bertumbuh dari waktu ke waktu.

2) Pertumbuhan dari dalam (internal growth)

Yaitu faktor-faktor pertumbuhan yang berasal dari dalam perusahaan. Jadi perusahaan memiliki pengaruh dan kekuatan untuk mempengaruhinya demi kemajuan perusahaan,


(33)

antara lain besar modal serta proporsi kepemilikannya apakah dalm bentuk joint venture, perusahaan tertutup, perusahaan terbuka atau dari modal asing atau dalam negeri, jumlah tenaga kerja, teknologi, jumlah pabrik yang ada.

3) Pertumbuhan karena pengaruh dari iklim dan situasi usaha lokal

Iklim usaha lokal dimana perusahaan tersebut beradasangat mempengaruhi baik kinerja maupun pertumbuhan perusahaan dari waktu ke waktu. Faktor-faktor penentunya antara lain adalah keadaan daerah, bagaimana akses dan penyediaan infrastruktur pendukung kegiatan usaha yang disediakan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika infrastruktur dan iklim usaha mendukung usaha tersebut maka pertumbuhan perusahaan akan terlihat baik dari waktu ke waktu.

Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar. Untuk memenuhi kebutuhan dana dari luar, perusahaan dihadapkan pada pertimbangan sumber dana yang lebih murah. Sumber dananya yaitu dengan menerbitkan surat hutang lebih disukai dibandingkan dengan mengeluarkan saham baru karena biaya emisi saham baru lebih besar daripada biaya hutang.

Pottier dan Sommer (1997) berpendapat pertumbuhan perusahaan yang kuat berhubungan positif dengan keputusan pemeringkatan dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat yang investment grade dan mengindikasikan prospek kinerja cash flow masa datang dan meningkatkan nilai ekonomi. Investor dalam memilih investasi pada obligasi sebaiknya melihat pengaruh pertumbuhan perusahaan karena apabila petumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade (Adhisyahfitri dan Ikhsan, 2012).


(34)

2.1.7 Jaminan

Tingkat risiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban. Berdasarkan hal tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Jaminan yang diberikan menimbulkan dua sifat jaminan yaitu hak jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, tanpa memberikan hak saling mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya. Dan hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur lainnya, sehingga berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent).

Wydia dan Andry (2005) menyatakan debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas aset bisnis dari perusahaan, aset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik. Obligasi dengan jaminan yaitu obligasi yang harus disertai dengan jaminan aktiva tertentu, misalnya mortage bond yang dijamin dengan bangunan atau aktiva lain atau collateral bond yang dijamin dengan surat-surat berharga milik perusahaan lain yang dimiliki. Jenis obligasi tanpa jaminan adalah junk bond yaitu obligasi yang memiliki tingkat bunga dan memiliki tingkat resiko kredit yang besar.

Brister, (1994) mengatakan obligasi dengan jaminan (secured bond) memiliki asset khusus untuk dijadikan jaminan atas penerbitan obligasi tersebut. Obligasi yang dijamin dengan asset khusus yang disisihkan untuk melunasi obligasi itu disebut obligasi dana pelunasan (sinking fund


(35)

bond). Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond) diterbitkan melalui kredit umum peminjam. Obligasi tersebut, yang dinamakan debenture bond, digunakan oleh perusahaan besar yang memiliki peringkat kredit yang baik.

Secara umum investor akan lebih menyukai obligasi yang dijamin dibandingkan dengan obligasi yang tidak dijamin. Jika aset perusahaan dijaminkan untuk obligasi, maka rating obligasi pun akan membaik sehingga obligasi tersebut dapat dikatakan aman. Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating obligasi akan semakin membaik.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi

Maylia (2007) mengungkapkan bahwa leverage menujukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan hanya sebagian kecil asset didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.

Linandarini (2010) perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cendrung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi leverage berarti semakin besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan diharapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah laverage perusahaan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Herwidi 2005:28 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).

Manurung, et al (2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aktiva yang didanai dengan utang. Tingkat leverage yang tinggi kurang baik karena tanggungan beban bunga utang. Apabila tingkat


(36)

leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1: Leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat obligasi 2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi

Susan Irawati (2006:58) mengatakan rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat kemmapuan perusahaa dalam beroperasi secara efisien. Hanafi dan Halim (2003) menyatakan analisis profitabilitas bisa digunakan sebagai pelengkapan analisis risiko, karena kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas masuk. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu.

Purwaningsih (2008) menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau deflult risk. Semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi (brotman & Young, 1998). Mark, Peter & Kin (2001) pengukuran rasio profitabilitas yang diinterpretasikan dengan ROA (Return on Asset Ratio) memberikan pandangan manajemen untuk mengendalikan pengeluaran secara efektif agar memperoleh laba yang maksimal.

Hasil penelitian, (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Yulianingsih (2011), Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Manurung et al. (2008) menyatakan semakin tinggi


(37)

tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau default risk dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H2: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi 2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Pertumbuhan perusahaan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan yang kuat memiliki hubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Sartono (2001) pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size.

Burton dkk (1998) dikutip dalam Sejati (2010) mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan faktor akuntansi yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, karena pertumbuhan perusahaan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas dari berbagai kondisi financial. Investor dalam memilih investasi obligasi akan melihat pengaruh pertumbuhan perusahaan, apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.

Hasil penelitian Almilia dan Devi (2007), Burton & Hardwick (1998), Sejati (2010), dan Widya (2005) menyatakan dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade menunjukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil penelitian empiris


(38)

dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi

2.2.4 Pengaruh jaminan terhadap Peringkat Obligasi

Almilia dan Devi (2007) menyatakan tingkat risiko terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Andry (2005) menyatakan debebture atau unsecurend bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas riset bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas asset spesifik dari penerbit.

Brister (1994 dalam Widya, 2005) menyatakan investor akan lebih memilih obligasi dengan jaminan dibanding obligasi tanpa jaminan kerena obligasi dengan jaminan akan lebih kecil risikonya. Jika obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, akan memberikan rasa aman kepada para investor karena perusahaan dapat menyakinkan investor bahwa perusahaan dapat memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman dengan baik melalui asset yang dijaminkan tersebut, sehingga risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor akan berkurang. Sehingga obligasi yang diberi jaminan akan memberikan peringkat yang tinggi bagi perusahaan.

Hasil penelitian Ayyu (2013), Rahmawati (2005), menyatakan perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan jaminan akan memperoleh rating yang lebih baik dan investor merasa aman berinvestasi, hal ini menunjukan hasil bahwa jaminan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang


(39)

mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


(1)

2.1.7 Jaminan

Tingkat risiko yang terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Jaminan adalah sesuatu yang diberikan kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban. Berdasarkan hal tersebut, obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Jaminan yang diberikan menimbulkan dua sifat jaminan yaitu hak jaminan yang bersifat umum, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, tanpa memberikan hak saling mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya. Dan hak jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan yang diberikan oleh debitur kepada kreditur, dengan memberikan hak mendahului dari kreditur lainnya, sehingga berkedudukan sebagai kreditur privillege (preferent).

Wydia dan Andry (2005) menyatakan debenture atau unsecured bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas aset bisnis dari perusahaan, aset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas aset spesifik dari penerbit. Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik. Obligasi dengan jaminan yaitu obligasi yang harus disertai dengan jaminan aktiva tertentu, misalnya mortage bond yang dijamin dengan bangunan atau aktiva lain atau collateral bond yang dijamin dengan surat-surat berharga milik perusahaan lain yang dimiliki. Jenis obligasi tanpa jaminan adalah junk bond yaitu obligasi yang memiliki tingkat bunga dan memiliki tingkat resiko kredit yang besar.

Brister, (1994) mengatakan obligasi dengan jaminan (secured bond) memiliki asset khusus untuk dijadikan jaminan atas penerbitan obligasi tersebut. Obligasi yang dijamin dengan asset khusus yang disisihkan untuk melunasi obligasi itu disebut obligasi dana pelunasan (sinking fund


(2)

bond). Obligasi tanpa jaminan (unsecured bond) diterbitkan melalui kredit umum peminjam. Obligasi tersebut, yang dinamakan debenture bond, digunakan oleh perusahaan besar yang memiliki peringkat kredit yang baik.

Secara umum investor akan lebih menyukai obligasi yang dijamin dibandingkan dengan obligasi yang tidak dijamin. Jika aset perusahaan dijaminkan untuk obligasi, maka rating obligasi pun akan membaik sehingga obligasi tersebut dapat dikatakan aman. Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka rating obligasi akan semakin membaik.

2.2 Hipotesis Penelitian

2.2.1 Pengaruh Leverage terhadap Peringkat Obligasi

Maylia (2007) mengungkapkan bahwa leverage menujukkan proporsi penggunaan utang untuk membiayai investasi terhadap modal yang dimiliki. Rendahnya nilai rasio leverage dapat diartikan hanya sebagian kecil asset didanai dengan utang dan semakin kecil risiko kegagalan perusahaan. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%.

Linandarini (2010) perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cendrung memiliki kemampuan yang rendah dalam memenuhi kewajibannya. Semakin tinggi leverage berarti semakin besar aset didanai dari hutang. Kondisi tersebut menyebabkan perusahaan diharapkan pada default risk atau peringkat obligasi yang rendah. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko kegagalan perusahaan. Semakin rendah laverage perusahaan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan (Herwidi 2005:28 dalam Magreta dan Nurmayanti, 2009).

Manurung, et al (2008) menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap rating obligasi. Semakin rendah nilai rasio, maka semakin kecil aktiva yang didanai dengan utang. Tingkat leverage yang tinggi kurang baik karena tanggungan beban bunga utang. Apabila tingkat


(3)

leverage yang tinggi (extreme leverage) menyebabkan perusahaan tidak mampu melunasi seluruh kewajibannya (termasuk obligasi), maka peringkat obligasi perusahaan menjadi kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H1: Leverage perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap peringkat obligasi

2.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Peringkat Obligasi

Susan Irawati (2006:58) mengatakan rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan atau merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu untuk melihat kemmapuan perusahaa dalam beroperasi secara efisien. Hanafi dan Halim (2003) menyatakan analisis profitabilitas bisa digunakan sebagai pelengkapan analisis risiko, karena kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan mencerminkan kemampuan perusahaan memperoleh aliran kas masuk. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu.

Purwaningsih (2008) menyatakan semakin tinggi tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau deflult risk. Semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi (brotman & Young, 1998). Mark, Peter & Kin (2001) pengukuran rasio profitabilitas yang diinterpretasikan dengan ROA (Return on Asset Ratio) memberikan pandangan manajemen untuk mengendalikan pengeluaran secara efektif agar memperoleh laba yang maksimal.

Hasil penelitian, (Burton & Hardwick, 1998 dalam Raharja & Sari, 2008), Yulianingsih (2011), Magreta dan Nurmayanti (2009) dan Manurung et al. (2008) menyatakan semakin tinggi


(4)

tingkat profitabilitas, maka semakin rendah risiko ketidakmampuan membayar atau default risk dan semakin baik peringkat yang diberikan terhadap perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H2: Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi

2.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Peringkat Obligasi

Pertumbuhan perusahaan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset dimana total aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang akan datang (Taswan, 2003). Almilia dan Devi (2007) menyatakan bahwa pertumbuhan perusahaan yang kuat memiliki hubungan positif dengan keputusan rating dan grade yang diberikan oleh pemeringkat obligasi. Pada umumnya dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade. Sartono (2001) pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size.

Burton dkk (1998) dikutip dalam Sejati (2010) mengungkapkan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan faktor akuntansi yang mempengaruhi prediksi peringkat obligasi, karena pertumbuhan perusahaan yang positif dalam annual surplus dapat mengindikasikan atas dari berbagai kondisi financial. Investor dalam memilih investasi obligasi akan melihat pengaruh pertumbuhan perusahaan, apabila pertumbuhan perusahaan dinilai baik maka perusahaan penerbit obligasi akan memiliki peringkat obligasi investment grade.

Hasil penelitian Almilia dan Devi (2007), Burton & Hardwick (1998), Sejati (2010), dan Widya (2005) menyatakan dengan pertumbuhan perusahaan yang baik akan memberikan peringkat obligasi yang investment grade menunjukan hasil bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil penelitian empiris


(5)

dan teori yang mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

H3: Pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi

2.2.4 Pengaruh jaminan terhadap Peringkat Obligasi

Almilia dan Devi (2007) menyatakan tingkat risiko terkandung dalam sebuah obligasi dipengaruhi oleh jaminan. Obligasi dibedakan atas obligasi yang dijamin dan tidak dijamin. Andry (2005) menyatakan debebture atau unsecurend bond adalah suatu obligasi yang tidak dijamin dengan kekayaan tertentu tetapi dengan kekayaan penerbitnya secara umum. Sedangkan corporate bond mempunyai klaim umum atas riset bisnis dari perusahaan, asset penjamin obligasi memegang prioritas klaim yang paling tinggi atas asset spesifik dari penerbit.

Brister (1994 dalam Widya, 2005) menyatakan investor akan lebih memilih obligasi dengan jaminan dibanding obligasi tanpa jaminan kerena obligasi dengan jaminan akan lebih kecil risikonya. Jika obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, akan memberikan rasa aman kepada para investor karena perusahaan dapat menyakinkan investor bahwa perusahaan dapat memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman dengan baik melalui asset yang dijaminkan tersebut, sehingga risiko gagal bayar yang akan dihadapi oleh investor akan berkurang. Sehingga obligasi yang diberi jaminan akan memberikan peringkat yang tinggi bagi perusahaan.

Hasil penelitian Ayyu (2013), Rahmawati (2005), menyatakan perusahaan yang menerbitkan obligasi dengan jaminan akan memperoleh rating yang lebih baik dan investor merasa aman berinvestasi, hal ini menunjukan hasil bahwa jaminan berpengaruh positif signifikan terhadap peringkat obligasi. Berdasarkan hasil penelitian empiris dan teori yang


(6)

mendukung mengenai hubungan dua variabel di atas, maka hipotesis penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 49 112

Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Peringkat Obligasi (Studi kasus pada Obligasi sektor non Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011

0 8 113

PENGARUH RASIO KEUANGAN DAN JAMINAN TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA PERUSAHAAN KEUANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 14 94

PENDAHULUAN Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Umur Obligasi dan Reputasi KAP Terhadap Peringkat Obligasi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015.

0 5 11

PENGARUH PROFITABILITAS,RASIO SOLVABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN REPUTASI AUDITOR TERHADAP PERINGKAT OBLIGASI PADA SEKTOR PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 8 16

Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Leverage Dan Jaminan Terhadap Peringkat Obligasi Pada Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia.

8 17 42

Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Likuiditas, Dan Maturity Terhadap Peringkat Obligasi Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia.

3 2 22

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,OPERATING LEVERAGE, DAN PERINGKAT OBLIGASI TERHADAP PERATAAN LABA PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 16

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 4 13

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Maturity, Financial Leverage, Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Peringkat Obligasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 13