PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENJAHIT LUBANG KANCING PASPOILLE PADA SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK NEGERI LAGUBOTI.

(1)

Volume 15 No 1, April 2014

ISSN: 08547468


(2)

JURNAL

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

VOLUME 15 NO 1, APRIL 2014 ISSN : 0854-7468

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN DAFTAR ISI

Hal Pengaruh Budaya Organisasi Dan Kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja Kepala Smk Di Medan 1-13

Benyamin Situmorang

Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Prestasi Belajar Mahasiswa 14-22 Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar Menjahit

Paningkat Siburian

Lubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti. 23-29

Januarti Sidabutar & Nurmaya Napitu

Efektivitas Penggunaan Job Sheet Pada Pembelajaran Praktik Jurusan 30-37 Pendidikan Teknik Otomotif FT UNM

Muhammad Yahya

Hubungan Antara Motivasi Belajar Dan Disiplin Belajar Terhadap Hasil Belajar Pengetahuan 38-47 Dasar Teknik Bangunan (Pdtb) Pada Siswa Kelas X Program Keahlian

Teknik Gambar Bangunan Smk Negeri 1 Stabat

Rinto Sitinjak & Kristian

Analisis Reduksi Harmonisa Pada Variable Speed Drive Menggunakan Filter Lc 48-67 Dengan Beban Motor Induksi Tiga Fasa

Maharani Putri, Usman Bafaai & Marwan Ramli

Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Pengajaran Kompleks 68-78 (Complex Intruction) Dalam Pembelajaran Kompetensi Menganalisis Rangkaian Kemagnetan

Faisal S Samosir & Marsangkap Silitonga

Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap Hasil 79-95 Belajar Merakit Personal Computer(PC) Pada Siswa Kelas X Teknik Komputer Jaringan

Di SMK Negeri 1 Tanjung Pura

Haris Nasution & Nelson Sinaga

Perbedaan Pengaruh Strategi Pembelajaran Problem Posing Tipe Pre Solution Posing 96-107 dan Ekspositori Terhadap Hasil Belajar Menguasai Hasil Pengukuran Siswa Kelas X

Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik SMK Negeri 2 Siatas Barita

Novida Simanjuntak & Pintauli Saragih

Perbedaan Hasil Belajar Mata Pelajaran Dasar-Dasar Gambar Teknik Antara Pembelajaran 108-118

Reciprocal Dengan Pembelajaran Konvensional Pada Siswa Kelas X Program Keahlian

Teknikonstruksi Batu Dan Beton Smk Negeri 2 Binjai

Beriman Lumban Toruan & Ronald Butarbutar

Simulasi dan Analisis Aliran Daya Pada Sistem Tenaga Listrik Menggunakan 119-126 Perangkat Lunak Electrical Transient Analyser Program(Etap) Versi 4.0


(3)

JURNAL

PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

VOLUME 15 NO 1, APRIL 2014 ISSN : 0854-7468

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Penerbit:

Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan Pemimpin Umum/Penanggungjawab Prof. Dr. Abdul Hamid K, M.Pd

(Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan)

Redaksi

Ketua : Prof. Dr. Sumarno, M.Pd

Sekretaris : 1. Dr. Nathanael Sitanggang, M.Pd

2. Dra. Rosnelli, M.Pd

Redaktur Ahli : Prof. Selamat Triono, M.Sc., Ph.D

Redaktur Pelaksana : Dr. Putri Lynna A. Luthan, M.Sc

Anggota Redaktur : 1. Dr. Salman Bintang, M.Pd

2. Drs. Asri Lubis, ST., M.Pd

3. Drs. Hidir Efendi, M.Pd

4. Dra. Lelly Fridiarty, M.Pd

5. Ir. Riski Elpari Siregar, MT

Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Eko Hariadi, M.Pd

(Universitas Negeri Surabaya)

2. Dr. Muhammad Yahya, M.Kes., M.Eng (Universitas Negeri Makasar)

Tata Usaha/Pelaksana : 1. Fauzia, S.Pd., M.Hum 2. R. Desi Novita Sianturi, SE Setting dan Tata Letak

Nur Basuki, S.Pd., M.Pd Rusdi Salman, ST., MT

Alamat Redaksi: Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Psr. V Medan Estate Medan (20221)

E-mail : masno63@yahoo.co.id

Semua tulisan yang ada dalam Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan bukan merupakan cerminan dan/atau pendapat Dewan Redaksi, tanggungjawab terhadap isi sepenuhnya terletak pada penulis


(4)

PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb., salam bahagia dan sejahtera bagi kita semua. Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berbagai nikmat yang telah dikarunikan kepada Tim Redaksi, Penulis, semua civitas akademika Fakukltas Teknik dan semua sumber daya manusia pendukung, Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan Volume 15 No. 1 Tahun 2014 dapat diterbitkan.

Tri Dharma Perguruan Tinggi merupakan tugas pokok seorang dosen. Dengan tugas pokok ini seorang dosen wajib melakukan aksi untuk menemukan alternatif tindakan guna menyelesaikan masalah-masalah pendidikan. Bagi dosen Fakultas Teknik, aksi Tri Dharma Perguruan Tinggi diarahkan untuk perbaikan pendidikan teknologi dan kejuruan, baik melalui pengajaran, pengabdian dan penelitian. Salah satu aksi dosen dalam memasyarakatkan hasil penelitiannya adalah dengam mengirimkan ringkasan hasil penelitian ke jurnal-jurnal penelitian.

Pada Jurnal Pendidikan Teknologi Kejuruan Volume 15 No. 1 Tahun 2014 ini terhimpun sepuluh tulisan yang berasal dari penelitian dosen atau dosen dan mahasiswanya dengan pendekatan penelitian yang berbeda-beda. Ada dua tulisan yang merupakan hasil penelitian dengan pendekatan penelitian tindakan kelas, ada empat menggunakan pendekatan korelasional, ada dua yang menggunakan pendekatan evaluasi, dan dua menggunakan pendekatan eksperimen.

Akhirnya Tim Redaksi mengucapkan terima kasih kepada penulis yang mengirim tulisan hasil penelitiannya dan telah dimuat pada edisi Volume 15 No. 1 Tahun 2014, dan semoga isi Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan ini dapat bermanfaat.

Wassalam

Redaksi


(5)

A. Penyerahan Naskah

Naskah yang akan diterbitkan dalam Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan, harus memenuhi ketentuan berikut :

1. Naskah diserahkan dalam dua media CD dan print out. Pengetikan naskah menggunakan Microsoft Word dan ber-extension DOC atau RTF. CD dan print out yang sudah dikirim menjadi milik Tim Redaksi

2. Naskah harus disertai dengan pernyataan penulis, bahwa naskah belum pernah diterbitkan, sedang diproses atau ditolak oleh majalah lainnya.

3. Naskah harus disertai dengan pernyataan penulis, bahwa naskah tidak plagiat. 4. Naskah diterima 2 (dua) bulan sebelum waktu penerbitan untuk dikoreksi

5. Page Setup: portrait A4, kanan 2,5 cm, kiri 3 cm, Atas 2.5 cm, bawah 3 cm. Format 2 kolom, Spacing kolom 0,5 cm

B. Penulisan Naskah

1. Judul Naskah : Kapital (Title Case), Arial 14pt (Bold), Posisi Center

2. Nama Penulis : Kapital Sesuai dengan kaidah EYD, tanpa gelar, Time New Roman 12pt (bold) center, Keterangan tentang penulis (jabatan keanggotaan) dicantumkan pada catatan kaki

3. Abstrak dan kata kunci : Abstrak Time New Roman 12pt (bold) center, isi abstrksi 10pt, justify (rata kiri-kanan) tanpa ada pemenggalan kata di akhir baris. Sedangkan kata kunci Time New Roman 10pt (bold)

C. Isi Naskah

Meliputi: Pendahuluan, Masalah, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, Analisis, Hasil Pembahasan, Kesimpulan

Sub Judul Tingkat 1 Huruf Time New Roman , 12pt bold Sub Judul Tingkat 2 Huruf Time New Roman , 10pt bold

D. Isi Paragraf

1. Penulisan simbol matematis dan kata teknik sesuai yang umum dipakai dan system yang dipakai adalah system satuan internasional (SI)

2. Naskah bahasa Indonesia diketik sesuai EYD dan kata – kata yang dipergunakan merupakan bahasa kata baku ( sesuai Kamus Besar Bahasa Indonesia )

3. Gambar dan tabel harus didekatkan dengan keterangan, harus diberi judul (Arial 9pt) dan diber nomor urut

E. Referensi

Setiap naskah harus mencantumkan referensi yang diacu. Tata tulis mengacu APA (American Psychological Association).


(6)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction

UntukMeningkatkanHasilBelajarMenjahitLubangKancingPaspoillePadaSiswaKelas XI Tata BusanaSMK

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

23

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan Hasil BelajarMenjahit Lubang Kancing Paspoille Pada Siswa

Kelas XI Tata Busana SMK Negeri 1 Laguboti.

Januarti Sidabutar1) dan Nurmaya Napitu2)

nurmayanapitu@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction pada mata pelajaran menjahit lubang kancing passpoile. Subjek penelitian ini adalah siswa 28 orang kelas XI Tata Busana 1 SMK Negeri 1 Laguboti. Pelaksanaan penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu :perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi, dimana terdiri dari dua kali pertemuan. Dalam penelitian ini alat yang digunakan untuk mengumpul data adalah (1) tes, (2) lembar pengamatan, (3) observasi.

Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang meliputi sebagai berikut : (1.) Pertemuan awal oleh peneliti dengan guru mata pelajaran, untuk merencanakan tugas teknik pelaksanaan tindakan serta menyusun instrumen yang akan digunakan. (2) Menyusun rencana pelaksanaan kegiatan yang telah disepakati. (3) Proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Explicit Instruction. (3) Pengamatan dilakukan oleh 5 observer dengan menilai observasi guru dan hasil praktek siswa dengan lembar pengamatan. (4) Merefleksikan pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran explicit instruction.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasi lpengetahuan awal siswa (pre test) dengan nilai rata-rata 59,82 siswa yang memperoleh nilai tuntas 21,43% dan dari data dokumentasi guru bahwa nilai siswa menjahit lubang kancing pass poile belum tuntas yaitu dari 32 siswa yang tuntas, hanya 12 orang atau 37% sebelum di terapkan model pembelajaran explicit instruction, kemudian dilakukan pengamatan pada hasil belajar praktek siswa menjahit lubang kancing passpoile dengan penerapan model pembelajaran explicit instruction diperoleh rata-rata 83,35 siswa yang memperoleh nilai tuntas 96,43% dan hasil nilai post testsiswa rata-rata 86,42 siswa yang memperoleh nilai tuntas 100%. Hasil observasi aktivitas guru mencapai rata-rata 94,28. Sesuai dengan KKM yang sudah ditentukan bahwa kelas dinyatakan tuntas jika lebih dari 70% dari jumlah siswa, maka pada penelitian ini siklus I sudah tercapai dengan ketuntasan belajar secara klasikal. Dari hasil yang dilakukan mulai dari pretest dan post test dapat dilihat adanya peningkatan serta hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile pada siswa kelas XI Tata Busana SMK Negeri 1 Laguboti.

Kata kunci: explicit instruction, hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile

Pendahuluan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan masyarakat dan pembangunan nasional dalam menciptakan sumber daya manusia, pemerintah melakukan berbagai usaha agar seluruh rakyat indonesia memiliki pendidikan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan norma-norma pancasila.

Pemerintah mengusahakan dan

meningkatkan sistem pendidikan nasional yang meningkatkan pengetahuan dan

teknologi serta meningkatkan keimanan

dan ketakwaan dalam rangka

mencerdaskan bangsa. Sekolah

merupakan instansi atau lembaga

pendidikan merupakan sarana untuk melaksanakan pelayanan belajar dan proses pendidikan, sekolah juga sebagai suatu sistem yang sangat kompleks dan dinamis dan merupakan wadah tempat pendidikan dilakukan.

Berdasarkan hasil wawancara


(7)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

24

menyatakan siswa sulit untuk menangkap dan mengingat teknik menjahit lubang kancing passpoile, hal ini dijelaskan juga dalam wawancara terhadap guru bidang studi, hasil belajar siswa dalam menjahit lubang kancing paspoille masih relatif rendah.Salah satu faktor yang membuat hasil belajar siswa rendah adalah karena menjahit lubang kancing passpoile ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi juga ketelitian yang tinggi dalam proses pengerjaannya sehingga siswa sulit untuk menjahitnya dan dikarenakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru saja, rendahnya hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile disebabkan siswa yang tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai, siswa kurang aktif dalam belajar, dan model

pembelajaran yang kurang menarik.

Sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar bisa memahami materi yang diajarkan guru dan dapat meningkatkan kerja sama antara guru dan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.Model pembelajaran explicit instruction, model pembelajaran ini merupakan salah satu pendekatan

mengajar yang dirancang untuk

menunjang proses belajar mengajar siswa

yang berkaitan dengan pengetahuan

deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Menurut Rusman (2010) istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan, model

desain pembelajaran pada dasarnya

merupakan pengelolaan dan

pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen

pembelajaran.Menurut Hamzah B. Uno dikutip oleh Istarani (2012) bahwa pembelajaran memusatkan perhatian pada

“Bagaimana membelajarkan siswa” dan

bukan pada “apa yang dipelajari

siswa.Menurut Istarani (2012) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta

segala fasilitas yang terkait yang

digunakan secara langsung atau tidak

langsung dalam proses belajar

mengajar.Menurut Istarani (2012) model

pembelajaran explicit instruction

(pembelajaran langsung)salahsatu

pembelajaran dirancang untuk

mengembangkan cara belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan

pengetahuan deklaratif yang dapat

diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Dengan demikian penekanan model pembelajaran langsung ini adalah materi yang sifatnya beraturan atau berurut secara sistematis yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.Langkah-langkah explicit instruksion :

1. Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik. Guru menjelaskan TPK, informasi latar

belakang pelajaran, pentingnya

pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan. Guru


(8)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

25

dengan benar atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

3. Membimbing pelatihan. Guru

merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal.

4. Mengecek pemahaman dan

memberikan umpan balik.Mencek

apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk latihan

lanjutan. Guru mempersiapkan

kesempata nmelakukan pelatihan

lanjutan, dengan perhatian khusus pada

penerapan kepada situasi lebih

kompleks dan kehidupan sehari-hari. Sardiman (2009 ) mengemukakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru,

mendengarkan, dan lain

sebagainya.Menurut Mulyono (2003)

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha

untuk memperoleh suatu bentuk

perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang telah terprogram, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil (produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari

proses pembuatan busana,menurut

Walinono (1991) untuk mendapatkan hasil jahitan yang baik, kita perlu mengenal dan dapat menggunakan piranti jahit. Piranti menjahit adalah semua peralatan yang dipakai dalam suatu kegiatan jahit menjahit yang beraneka ragam dapat dikelompokkan dalam mesin jahit dan

perlengkapannya. Menurut Ernawati

(2008) kancing dan rumah kancing dipakai untuk menutup belahan yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu pada bagian kiri dan bagian kanan busana,

posisi rumah kancing ada yang

memanjang dan ada melebar/membujur, tergantung jenis belahannya. Menurut Ernawati (2008) Rumah kancing passpoile biasanya dipakai untuk belahan busana kerja wanita dan pria, atau untuk busana yang terbuat dari bahan-bahan yang agak tebal seperti polyester, wool atau bahan campuran. Lebar bis lubang kancing berkisar antara 0,4 - 0,5 cm, bis dibuat dari bahan yang sama dengan memakai bahan serong.Teknik menjahit lubang kancing passpoile ini adalah salah satu yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga siswa kesulitan untuk menggerjakannya.

Oleh karena itu berdasarkan

pernyataan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjahit lubang kancing paspoille pada siswa kelas XI tata busana SMK Negeri 1 Laguboti”.


(9)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

26

Penelitianinidilakukan di SMK Negeri 1 Laguboti Jalan Sisingamangaraja Sitoluama Laguboti, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan November- Desember 2013.

Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik purposif random

sampling, sudjana (2010) yaitu

menentukan sampel dengan sengaja

mengambil kelas XI busana 1 alasannya

dari keterangan guru bidang studi

menjahit lubang kancing paspoille bahwa kelas tersebut memiliki nilai rendah.

Metode yang digunakan dalam

penelitian in iadalah PTK

(penelitiantindakankelas) menggunakan

model atas 4 (empat) komponen pokok yang juga menunjukkan langkah-langkah

pelaksanaan penelitian, yaitu: a.

Perencanaan atau planning, b. Tindakan

atau acting, c. Pengamatan atau

observasing, dan. Refleksi atau reflekting

(Arikunto, 2010).Instrumen penelitian

yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan materi

menjahit lubang kancing paspoille

pemberian skor pada soal yang dijawab dengan benar adalah skor tanpa denda jika benar mempunyai skor 1 dan jika salah skor 0 dan observasi menggunakan lembar observasi untuk mengamati hasil menjahit lubang kancing passpoile dan observasi guru selama proses belajar penerapan model pembelajaran explicit instruction. Observasi ini dilakukan peneliti dan guru menjahit busana dengan menggunakan lembar observasi yang diamati oleh 5

orang pengamat, pengujian lembar

observasi dengan 2 orang observer

dihitung dengan rumus cohen kappa (Arikunto).Menentukan proporsi frekuensi kesepakatan, menghitung kemungkinan

kesepakatan, menghitung koefisien

kesepakatan.

Analisi data ini dilakukan untuk menganalisis data yang terkumpul dari

hasil observasi pretest dan postes

kemudian hasilnya digunakan untuk merefleksikan apakah hasil belajar siswa

dengan menggunakan model

pembelajaran explicit instruction yang disajikan telah meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar yaitu data yang diperoleh dari nilai

siswa pada setiap siklus dengan

mengkonversi nilai dan mentabulasi data nilai hasil belajar menentukan: (a) Rentang (R), (b) Banyak kelas, (c) Panjang kelas (P), (d) Pilih ujung bawah kelas interval dan menentukan ketuntasan klasikal dimana kelas dinyatakan tuntas jika 70% dari jumlah seluruh siswa mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimum) yang ditentukan sekolah yaitu

nilai ≥ 70.

Berdasarkandistribusifrekuensi data pre test dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 75 nilai terendah adalah 45 dan panjang kelas adalah 5. Nilai rata-rata siswa 59,82 yang memperoleh nilai

diatas rata-rata berjumlah 6 orang

(21,43%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata berjumlah 22 orang (78,57%) dari jumlah keseluruhan siswa.

Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Menjahit Lubang Kancing Passpoile


(10)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

27

Frel

75 – 80 3 10,71

69 – 74 3 10,71

63 - 68 3 10,71

57 – 62 8 28,58

51 – 56 4 14,29

45 – 50 7 25

Jumlah 28 100%

Rata-rata 59,82

GambarHistrogram Distribusi Frekuensi Nilai Pre test

Hasil menjahit lubang kancing paspoille dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 97 nilai terendah adalah 63 dan panjang kelas adalah 6. Nilai rata-rata siswa 83,35 yang memperoleh nilai diatas rata-rata berjumlah 27 orang (96,43%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata berjumlah 1 orang (3,57%) dari jumlah keseluruhan siswa. Tabel Distribusi frekuensi untuk data hasil

praktek adalah sebagai berikut: Nilai Fabs

F

rel

98 – 104 0 0

91 – 97 8 28,57

84 – 90 10 35,72

77 – 83 7 25

70 – 76 2 7,14

63 – 69 1 3,57

Jumlah 28 100%

Rata-rata 83,35

GambarHistrogram Distribusi Frekuensi Nilai praktek.

Hasilpost testsiswadapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 95 nilai terendah adalah 80 dan panjang kelas adalah 2. Nilai rata-rata siswa 86,42 yang

memperoleh nilai diatas rata-rata

berjumlah 28 orang (100%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata

berjumlah 0 orang dari jumlah

keseluruhan siswa.

Tabel Distribusi frekuensi untuk data hasil post tes adalah sebagai berikut:

Nilai Fabs

F

rel

95 - 97 3 10,71

92 - 94 0 0

89 - 91 8 28,57

86 - 88 0 0

83 - 85 11 39,29

80 - 82 6 21,43

jumlah 28 100%

Rata-rata 86,42

Gambar Histrogram Distribusi Frekuensi Nilai postes

Dalam pengamatan ini observer melakukan pengamatan tentang aktivitas

0 5 10

44-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80

0 5 10 15

0 5

10


(11)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

28

mengajar guru yang diaplikasikan dalam pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile dengan model pembelajaran explicit instruction dengan nilai rata-rata . Dengan demikian dapat dinyatakan penerapan model pembelajaran explicit instruction

dapatmeningkatkanhasilbelajarmenjahitlu

bangkancingpaspoillepadasiswakelas XI

SMK Negeri 1 laguboti. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar menjahit

lubang kancing passpoile, dari

pengetahuan awal siswa diperoleh nilai rata-rata 59,82, nilai postes siswa siklus 1

diperoleh nilai rata-rata meningkat

menjadi 86,42. Dan hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 83,35 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 96,43 % yaitu 27 siswa dari 28 siswa yang mendapat nilai tuntas, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa (3,57%) sesuai dengan indikator yang ditentukan dinyatakan tuntas jika 70% dari jumlah seluruh siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum ) yang

ditentukan sekolah yaitu nilai ≥ 70. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction pada mata pelajaran menjahit lubang kancing passpoile dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data

penelitian yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjahit lubang kancing passpoile. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana hasil pengetahuan awal siswa (pre test) dengan

nilai rata-rata 59,82 kemudian

dibandingkan nilai pos test siswa dengan rata-rata 86,42 kemudian nilai hasil belajar siswa menjahit lubang kancing passpoile diperoleh rata-rata 83,35 dengan nilai ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 96,43%. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diatas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Siswa. Siswa lebih antusias dan banyak bertanya jika dalam kesulitan

2. Guru Guru dapat menggunakan model

pembelajaran explicit instruction untuk

mempermudah siswa dalam

pembeajaran menjahit lubang kancing passpoile.

3. Sekolah Untuk menerapkan model

pembelajaran explicit instruction dalam

pembelajaran yang membutuhkan

kemampuan kognitif dan psikomotor, model pembelajaran explicit instruction guru langsung membimbing siswa dalam proses pembelajaran sehingga

dapat menolong siswa. Dalam

pembelajaran siswa merasa

menyenangkan dan rasa ingin tau semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Jainal. 2013. Model-model Media


(12)

Penerapan Model Pembelajaran Explicit Instruction Untuk Meningkatkan HasilBelajar MenjahitLubang Kancing Paspoille PadaSiswa Kelas XI Tata BusanaSMK Negeri 1 Laguboti.

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed

2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

29

Kontekstual (Inovatif). Bandung:

CV Yrama Widya.

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta.

Ernawati. 2008. Tata Busana Jilid 1.

Jakarta: Direktorat Pembinaan

Sekolah Menengah Kejuruan. Edo, dkk. Penerapan Model Explicit

Instruction Dalam Memenuhi

Kriteria Ketuntasan Minimal (Kkm) Pada Mata Pelajaran Teknologi

Informasi Dan Komunikasi

(Penelitian tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11

Cirebon ).

http://cs.upi.edu/uploads/paper_skri psi_dik.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran

Inovatif. Medan: Media Persada

Mulyono, Abdurrahman. 2003.

Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip

Disain Pembelajaran. Jakarta:

Kencana

Rusman, 2011. Model-Model

Pembelajaran. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar Dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya.

Jakarta: Rieneka Cipta.

Sardiman A. M. 2009. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali

pers

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi

Pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi revisi. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sudjana, Nana. 2009. Penilitan Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2009. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito

Uno, B Hamzah. 2007. Model

Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Wancik, Muhammad Hamzah. 1999. Bina

Busana Pelajaran Menjahit

Pakaian Wanita Buku 1. Jakarta:

PT Gramedia.

Walinono, Hasan. 1991. Teknik Dasar

Pembuatan Busana. Jakarta:

Departemen Pendidikan Dan

Kebudayaan.

http://aqunaya.blogspot.com/2010/06/bela

jar-tata.html.di unggah tanggal 17

juli 2013 pukul 18:20 wib. http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit,

diunggah tanggal 28 juli 2013 pukul 21:01 wib.


(1)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

24 menyatakan siswa sulit untuk menangkap

dan mengingat teknik menjahit lubang kancing passpoile, hal ini dijelaskan juga dalam wawancara terhadap guru bidang studi, hasil belajar siswa dalam menjahit lubang kancing paspoille masih relatif rendah.Salah satu faktor yang membuat hasil belajar siswa rendah adalah karena menjahit lubang kancing passpoile ini memiliki tingkat kesulitan yang tinggi juga ketelitian yang tinggi dalam proses pengerjaannya sehingga siswa sulit untuk menjahitnya dan dikarenakan proses pembelajaran yang berpusat pada guru saja, rendahnya hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile disebabkan siswa yang tidak mempersiapkan diri sebelum pembelajaran dimulai, siswa kurang aktif dalam belajar, dan model pembelajaran yang kurang menarik. Sehingga dibutuhkan model pembelajaran yang dapat membantu siswa agar bisa memahami materi yang diajarkan guru dan dapat meningkatkan kerja sama antara guru dan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang baik.Model pembelajaran explicit instruction, model pembelajaran ini merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang untuk menunjang proses belajar mengajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah.

Menurut Rusman (2010) istilah model dapat diartikan sebagai tampilan grafis, prosedur kerja yang teratur dan sistematis, serta mengandung pemikiran bersifat uraian atau penjelasan, model

desain pembelajaran pada dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap komponen-komponen

pembelajaran.Menurut Hamzah B. Uno dikutip oleh Istarani (2012) bahwa pembelajaran memusatkan perhatian pada

“Bagaimana membelajarkan siswa” dan

bukan pada “apa yang dipelajari siswa.Menurut Istarani (2012) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.Menurut Istarani (2012) model pembelajaran explicit instruction (pembelajaran langsung)salahsatu pembelajaran dirancang untuk mengembangkan cara belajar peserta didik tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah demi selangkah. Dengan demikian penekanan model pembelajaran langsung ini adalah materi yang sifatnya beraturan atau berurut secara sistematis yang tidak bisa dipisahkan satu sama

lain.Langkah-langkah explicit instruksion :

1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik. Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.

2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan

keterampilan. Guru


(2)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

25 dengan benar atau menyajikan

informasi tahap demi tahap.

3. Membimbing pelatihan. Guru merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal.

4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan balik.

5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan. Guru mempersiapkan kesempata nmelakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Sardiman (2009 ) mengemukakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru, mendengarkan, dan lain sebagainya.Menurut Mulyono (2003) Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan belajar yang telah terprogram, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan-tujuan instruksional.

Teknik menjahit yang benar dapat mempengaruhi kualitas dari hasil (produk) busana, disamping pola yang baik dan ukuran yang tepat serta desain yang bagus semua merupakan suatu kesatuan dari

proses pembuatan busana,menurut Walinono (1991) untuk mendapatkan hasil jahitan yang baik, kita perlu mengenal dan dapat menggunakan piranti jahit. Piranti menjahit adalah semua peralatan yang dipakai dalam suatu kegiatan jahit menjahit yang beraneka ragam dapat dikelompokkan dalam mesin jahit dan perlengkapannya. Menurut Ernawati (2008) kancing dan rumah kancing dipakai untuk menutup belahan yang terdiri atas 2 lapis yang bertumpukan yaitu pada bagian kiri dan bagian kanan busana, posisi rumah kancing ada yang memanjang dan ada melebar/membujur, tergantung jenis belahannya. Menurut Ernawati (2008) Rumah kancing passpoile biasanya dipakai untuk belahan busana kerja wanita dan pria, atau untuk busana yang terbuat dari bahan-bahan yang agak tebal seperti polyester, wool atau bahan campuran. Lebar bis lubang kancing berkisar antara 0,4 - 0,5 cm, bis dibuat dari bahan yang sama dengan memakai bahan serong.Teknik menjahit lubang kancing passpoile ini adalah salah satu yang memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga siswa kesulitan untuk menggerjakannya.

Oleh karena itu berdasarkan pernyataan di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang “Penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjahit lubang kancing paspoille pada siswa kelas XI tata busana SMK Negeri 1 Laguboti”.


(3)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

26 Penelitianinidilakukan di SMK

Negeri 1 Laguboti Jalan Sisingamangaraja Sitoluama Laguboti, penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan November- Desember 2013.

Teknik sampling pada penelitian ini adalah teknik purposif random sampling, sudjana (2010) yaitu menentukan sampel dengan sengaja mengambil kelas XI busana 1 alasannya dari keterangan guru bidang studi menjahit lubang kancing paspoille bahwa kelas tersebut memiliki nilai rendah.

Metode yang digunakan dalam penelitian in iadalah PTK (penelitiantindakankelas) menggunakan model atas 4 (empat) komponen pokok yang juga menunjukkan langkah-langkah pelaksanaan penelitian, yaitu: a. Perencanaan atau planning, b. Tindakan atau acting, c. Pengamatan atau observasing, dan. Refleksi atau reflekting (Arikunto, 2010).Instrumen penelitian yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes pilihan berganda sebanyak 20 soal dengan materi menjahit lubang kancing paspoille pemberian skor pada soal yang dijawab dengan benar adalah skor tanpa denda jika benar mempunyai skor 1 dan jika salah skor 0 dan observasi menggunakan lembar observasi untuk mengamati hasil menjahit lubang kancing passpoile dan observasi guru selama proses belajar penerapan model pembelajaran explicit instruction. Observasi ini dilakukan peneliti dan guru menjahit busana dengan menggunakan lembar observasi yang diamati oleh 5 orang pengamat, pengujian lembar observasi dengan 2 orang observer

dihitung dengan rumus cohen kappa (Arikunto).Menentukan proporsi frekuensi kesepakatan, menghitung kemungkinan kesepakatan, menghitung koefisien kesepakatan.

Analisi data ini dilakukan untuk menganalisis data yang terkumpul dari hasil observasi pretest dan postes kemudian hasilnya digunakan untuk merefleksikan apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran explicit instruction yang disajikan telah meningkat sesuai dengan yang diharapkan. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar yaitu data yang diperoleh dari nilai siswa pada setiap siklus dengan mengkonversi nilai dan mentabulasi data nilai hasil belajar menentukan: (a) Rentang (R), (b) Banyak kelas, (c) Panjang kelas (P), (d) Pilih ujung bawah kelas interval dan menentukan ketuntasan klasikal dimana kelas dinyatakan tuntas jika 70% dari jumlah seluruh siswa mencapai KKM (kriteria ketuntasan minimum) yang ditentukan sekolah yaitu

nilai ≥ 70.

Berdasarkandistribusifrekuensi data pre test dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 75 nilai terendah adalah 45 dan panjang kelas adalah 5. Nilai rata-rata siswa 59,82 yang memperoleh nilai diatas rata-rata berjumlah 6 orang (21,43%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata berjumlah 22 orang (78,57%) dari jumlah keseluruhan siswa.

Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pretes Menjahit Lubang Kancing Passpoile


(4)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

27

Frel

75 – 80 3 10,71 69 – 74 3 10,71 63 - 68 3 10,71 57 – 62 8 28,58 51 – 56 4 14,29

45 – 50 7 25

Jumlah 28 100%

Rata-rata 59,82 GambarHistrogram Distribusi Frekuensi

Nilai Pre test

Hasil menjahit lubang kancing paspoille dapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 97 nilai terendah adalah 63 dan panjang kelas adalah 6. Nilai rata-rata siswa 83,35 yang memperoleh nilai diatas rata-rata berjumlah 27 orang (96,43%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata berjumlah 1 orang (3,57%) dari jumlah keseluruhan siswa. Tabel Distribusi frekuensi untuk data hasil

praktek adalah sebagai berikut:

Nilai Fabs

F rel

98 – 104 0 0 91 – 97 8 28,57 84 – 90 10 35,72 77 – 83 7 25 70 – 76 2 7,14 63 – 69 1 3,57

Jumlah 28 100%

Rata-rata 83,35

GambarHistrogram Distribusi Frekuensi Nilai praktek.

Hasilpost testsiswadapat diketahui bahwa nilai tertinggi adalah 95 nilai terendah adalah 80 dan panjang kelas adalah 2. Nilai rata-rata siswa 86,42 yang memperoleh nilai diatas rata-rata berjumlah 28 orang (100%) dan siswa yang memperoleh nilai di bawah rata-rata berjumlah 0 orang dari jumlah keseluruhan siswa.

Tabel Distribusi frekuensi untuk data hasil post tes adalah sebagai berikut:

Nilai Fabs

F rel

95 - 97 3 10,71

92 - 94 0 0

89 - 91 8 28,57

86 - 88 0 0

83 - 85 11 39,29 80 - 82 6 21,43 jumlah 28 100% Rata-rata 86,42 Gambar Histrogram Distribusi Frekuensi

Nilai postes

Dalam pengamatan ini observer melakukan pengamatan tentang aktivitas 0

5 10

44-50 51-56 57-62 63-68 69-74 75-80

0 5 10 15

0 5 10 15


(5)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

28 mengajar guru yang diaplikasikan dalam

pembelajaran menjahit lubang kancing passpoile dengan model pembelajaran explicit instruction dengan nilai rata-rata . Dengan demikian dapat dinyatakan penerapan model pembelajaran explicit instruction

dapatmeningkatkanhasilbelajarmenjahitlu bangkancingpaspoillepadasiswakelas XI SMK Negeri 1 laguboti.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile, dari pengetahuan awal siswa diperoleh nilai rata-rata 59,82, nilai postes siswa siklus 1 diperoleh nilai rata-rata meningkat menjadi 86,42. Dan hasil belajar menjahit lubang kancing passpoile pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 83,35 dengan ketuntasan klasikal siswa sebesar 96,43 % yaitu 27 siswa dari 28 siswa yang mendapat nilai tuntas, sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 1 siswa (3,57%) sesuai dengan indikator yang ditentukan dinyatakan tuntas jika 70% dari jumlah seluruh siswa mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum ) yang

ditentukan sekolah yaitu nilai ≥ 70. Dari

hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan model pembelajaran explicit instruction pada mata pelajaran menjahit lubang kancing passpoile dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan analisis data penelitian yang diperoleh, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran explicit instruction dapat meningkatkan hasil belajar siswa menjahit lubang kancing passpoile. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian dimana hasil pengetahuan awal siswa (pre test) dengan nilai rata-rata 59,82 kemudian dibandingkan nilai pos test siswa dengan rata-rata 86,42 kemudian nilai hasil belajar siswa menjahit lubang kancing passpoile diperoleh rata-rata 83,35 dengan nilai ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus 1 sebesar 96,43%.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diatas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut.

1. Siswa. Siswa lebih antusias dan banyak bertanya jika dalam kesulitan

2. Guru Guru dapat menggunakan model pembelajaran explicit instruction untuk mempermudah siswa dalam pembeajaran menjahit lubang kancing passpoile.

3. Sekolah Untuk menerapkan model pembelajaran explicit instruction dalam pembelajaran yang membutuhkan kemampuan kognitif dan psikomotor, model pembelajaran explicit instruction guru langsung membimbing siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat menolong siswa. Dalam pembelajaran siswa merasa menyenangkan dan rasa ingin tau semakin tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Jainal. 2013. Model-model Media


(6)

1)

Januarti Sidabutar Mahasiswa Pendidikan Tata Busana FT Unimed 2)

Nurmaya Napitu Dosen Pendidikan Tata Busana FT Unimed

29 Kontekstual (Inovatif). Bandung:

CV Yrama Widya.

Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur

Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta. Ernawati. 2008. Tata Busana Jilid 1.

Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Edo, dkk. Penerapan Model Explicit

Instruction Dalam Memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (Kkm) Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Penelitian tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 11

Cirebon ).

http://cs.upi.edu/uploads/paper_skri psi_dik.

Istarani. 2012. 58 Model Pembelajaran Inovatif. Medan: Media Persada

Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta. Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip

Disain Pembelajaran. Jakarta:

Kencana

Rusman, 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rieneka Cipta.

Sardiman A. M. 2009. Interaksi dan

Motivasi Belajar Mengajar.

Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali pers

Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru edisi revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi

Pembelajaran Berorientasi

Standar Proses Pendidikan.

Jakarta: Kencana.

Sudjana, Nana. 2009. Penilitan Hasil

Proses Belajar Mengajar.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2009. Metoda Statistika.

Bandung: Tarsito

Uno, B Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wancik, Muhammad Hamzah. 1999. Bina

Busana Pelajaran Menjahit

Pakaian Wanita Buku 1. Jakarta: PT Gramedia.

Walinono, Hasan. 1991. Teknik Dasar

Pembuatan Busana. Jakarta:

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

http://aqunaya.blogspot.com/2010/06/bela jar-tata.html.di unggah tanggal 17 juli 2013 pukul 18:20 wib.

http://id.wikipedia.org/wiki/Menjahit, diunggah tanggal 28 juli 2013 pukul 21:01 wib.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN TEAM ACCELERATED INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN MEMBUAT HIASAN BUSANA SISWA SMK

0 23 206

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN EXPLICIT INTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR PEMBUATAN POLA KEMEJA PRIA SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK NEGERI 1 STABAT.

1 7 24

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR MENERAPKAN TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PADA SISWA KELAS XI TPTL SMK NEGERI 2 MEDAN.

1 6 22

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE DAN EXPLICIT INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PERALATAN KANTOR KELAS XI AP SMK NEGERI 1 TAN.

1 11 32

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNINGTERHADAP HASIL BELAJAR MERUBAH POLA BLUS PADA SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK NEGERI 3TEBING TINGGI.

2 7 30

ANALISIS KEMAMPUAN MEMBUAT POLA CELANA PANJANG SISWA KELAS XI TATA BUSANA SMK NEGERI 1 LAGUBOTI.

0 2 24

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR DENGAN PERANGKAT LUNAK SISWA KELAS XI KOMPETENSI KEAHLIAN TGB SMK N 1 BALIGE.

1 4 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AUTOCAD PADA MATA PELAJARAN GAMBAR KONSTRUKSI BANGUNAN PADA PESERTA DIDIK KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 STABAT.

1 10 26

PENERAPAN KOLABORASI MODEL PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI DI SMK SWASTA PRAYATNA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014.

0 1 27

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGAMBAR BUSANA PADA SISWA KELAS X TATA BUSANA (KASUS DI SMK AKP GALANG).

0 1 31