STUDI EKOLOGI BERINGIN (FICUS SPP.) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA.

(1)

STUDI EKOLOGI BERINGIN (Ficus spp.) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN

LANGKAT, SUMATERA UTARA

Oleh :

Darsimah Br Siahaan NIM 4101420001 Program Studi Biologi

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

Judul Skripsi Studi Ekologi Beringin (Ficus spp.) Di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung, Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

Nama Mahasiswa : Darsimah Br Siahaan

NIM : 4101420001

Program Studi : Biologi Jurusan : Biologi

Menyetujui: Dosen Pembimbing Skripsi

FMIPA Unimed Dekan,

Drs. Puji Prastowo, M. Si. NIP. 19710913 2005011 002

Mengetahui :

Jurusan Biologi Ketua,

Drs. H. Tri Harsono, M. Si NIP. 19651231990031 018


(3)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan berkahNYa yang memberikan kesehatan dan curahan nikmat kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuia dengan waktu yang direncanakan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2013 ialah “Studi Ekologi Beringin (Ficus spp.) Di Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara”.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan kesempatan bagi penulis dalam memperoleh semua pembelajaran dan pengalaman serta atas semua curahan perhatian, waktu, ide, dan arahan selama ini, kepada bapak Drs. Zulkifli Simatupang, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa mendidik dan memotivasi penulis. Ucapan terima kasih juga disampaikan bapak Dr.rer.nat.Binari Manurung, M.Si, Drs. Nusyirwan, M.Si, Drs. Tri Harsono, M.Si selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC) bapak Panut Hadisiswoyo S.S, M.A, M.Sc selaku Founding Director dan Mr. Gary sebagai Donatur yang telah memberikan bantuan dana penelitian serta kepada kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bapak Drs. Andi Basrul yang telah memberi izin penulis untuk melaksanakan penelitian.

Ucapan terima kasih saya terkhusus kepada Ayah ,Ibu, abangku tersayang dan adik-adikku tercinta yang senantiasa memberikan dorongan semangat, doa, dan pengorbanan baik moral maupun material kepada penulis.

Ucapan terima kasih kepada staf OIC dilapangan bang Ari, bang Ay, bang Komar, bang Rio, bang Satria, Pak de dan abang lainnya yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian, dan juga kepada seluruh staf yang berada di kantor yang tidak penulis sebutkan satu persatu, ucapan terima kasih kepada Bapak Hasan Basri (wak Baron) selaku ketua KETAPEL (Kelompok Tani Pembela Leuser) juga kepada mas Yogi, mbak Gita dan abang dan kakak lainnya


(4)

vi

yang berada di BBTNGL. Ucapan terimakasih kepada laboran bang Agus bang Domo yang juga turut membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini.

Ucapan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan nondik 2010 terkhusus kepada Dmund, Habib, Irnis, atas canda dan kekompakan yang diberikan, kepada sahabat-sahabat penulis Ananda, Anggita, Astrid, Chairani, Elvina, Ebi, Juli dll yang telah memberi waktu – waktu yang berarti kepada penulis terkhusus kepada sohib terbaik penulis Sitti Kardina, dan spesial terbungkus rapi untuk sahabat penulis Indah Widiani yang telah banyak berkorban baik itu selama penelitian maupun diluar penelitian. Kepada kakak, teman-teman, dan adek yang berada di Alkhansa 3 yang senantiasa memberikan keceriaan, saudara/i yang sama-sama bergerak di UKM Islam Ar-Rahman, teman –teman dan adik-adik yang berada di FOSTIBI (forum Studi Islam Biologi), sahabat- sahabat yang berada di KIMBI (Komunitas Ilmuwan Muda Biologi) yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan kepada penulis. Kepada murabbi dan teman – teman satu halaqah yang sering memberikan nasehat kepada penulis, dan juga kepada adek-adek kelompok mentoring penulis (Dewi, Diana, Isma, Lani, Emi dll). Kepada adek-adek Biologi nondik A dan B 2012 terkhusus kepada Marwan yang telah membantu penulis dalam melaksankan penelitian.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa mendatang. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan kepada seluruh pembaca.

Medan, Maret 2014


(5)

iii

STUDI EKOLOGI BERINGIN (Ficus spp.) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG

KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

Darsimah Br Siahaan (NIM 4101420001)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis- jenis beringin (Ficus spp.), mengkaji kerapatan jenis, dominansi spesies dan pola sebaran serta membandingkan keberadaan Ficus spp. yang hadir pada dua kawasan hutan di Resort Sei Betung. Penelitian ini bertempat di Resort Sei Betung kecamatan Besitang, pengambilan data dilakukan selama 1 bulan tepatnya pada bulan Januari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan cara analisis vegetasi dengan metode jalur berpetak (plot), kemudian pengamatan secara langsung dilapangan agar mendapatkan data morfologi jenis beringin (Ficus spp.) untuk diidentifikasi.

Berdasarkan analisis data diperoleh 10 jenis Ficus spp.di hutan primer dengan indeks dominansi rendah (0,1) dan 4 jenis Ficus spp. di hutan sekunder dengan indeks dominansi tinggi (1,05) dan spesies yang mendominasi adalah Ficus fistulosa Reinw (0,8). Keanekaragaman Ficus spp. di hutan primer (H’= 2,3) dengan kategori sedang, sedangkan di hutan sekunder (H’ = 0,4) dengan kategori rendah, kerapatan Ficus spp. di hutan primer (15,6 individu/Ha), di hutan sekunder (67,15 individu/Ha) dengan kerapatan jenis tertinggi terdapat pada Ficus fistulosa Reinw (60,9 individu/Ha). Pola sebaran Ficus spp. di hutan primer seluruhnya acak, sedangkan di hutan sekunder terdiri dari mengelompok (Ficus fistulosa Reinw), seragam (Ficus hispida Linn), acak (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume) dan indeks kesamaan dari kedua kawasan hutan adalah rendah (28,5%) dan adanya perbedaan keanekaragaman yang signifikan (t hitung 27 dan t tabel 1,681).


(6)

iv

ECOLOGICAL STUDY OF FIG (Ficus spp.) IN GUNUNG LEUSER NATIONAL PARK RESORT SEI BETUNG BESITANG SUBDISTRICT

LANGKAT DISTRICT, NORTH SUMATERA

Darsimah Br Siahaan (NIM 4101420001)

ABSTRACT

The aims of this research are to know the species of Figs (Ficus spp.), species density, spesies dominance and distribution pattern and also to compare the presence of Ficus spp. at two forest locations at Resort Sei Betung. This research was located at Resort Sei Betung Besitang subdistrict. The reserach was done during one month, in January 2014. Data was collected by vegetation analysis with plot method and to identify the species morphologies of figs (Ficus spp.), observe the field directly was taken.

Based on data analysis, it is show that ten species of Ficus spp. in primary forest with low dominance index (0.1) and four species of Ficus spp. in secondary forest with high dominance index (1.05). Species which is dominanate was Ficus fistulosa Reinw (0.8). The diversity of Ficus spp. in primar forest (H’= 2.3) was in the middle category, and in the secondary forest (H’ = 0.4) was low. The density of Ficus spp. in primary forest (15,6 individu/Ha), in secondary forest (67.15 individu/Ha) with the highest species density was Ficus fistulosa Reinw (60.9 individu/Ha). The distribution pattern of Ficus spp. in primary forest, all was random, while in secondary forest consist of clumped (Ficus fistulosa Reinw), nearly uniform (Ficus hispida Linn), and random (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume). The similarity index both forest location was low (28.5%) and the differentiation of biodeversity was significant (t count 27 dan t tabel 1.681).


(7)

x

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1. Faktor Fisiko-Kimia Hutan Primer dan Hutan Sekunder 35 Tabel 4.2. Jenis – jenis beringin (Ficus spp.) di Hutan Primer dan

Hutan Sekunder

35

Tabel 4.3. Ciri spesifik jenis – jenis Beringin (Ficus spp.) 36 Tabel 4.4. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Primer dan Hutan

Sekunder

37 Tabel 4.5. Dominansi Jenis –Jenis (Ficus spp.) di Hutan Primer dan

Hutan Sekunder

38 Tabel 4.6. Pola Sebaran Jenis-Jenis Beringin (Ficus spp.) di Hutan

Primer dan Hutan Sekunder

39

Tabel 4.7. Indeks Keanekaragaman, Indeks Dominansi dan Indeks Kesamaan di Hutan Primer dan Hutan sekunder


(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1. Morfologi bunga jantan dari 4 (empat) spesies Ficus 11 Gambar 2.2. Morfologi bunga betina dari 4 (empat) spesies Ficus 12 Gambar 2.3. Morfologi bunga gal dari 4 (empat) spesies Ficus 13 Gambar 2.4. Ilustrasi bagian – bagian dan karakter Ficus 16 Gambar 2.5. Penyerbukan Ficus dengan bantuan serangga 19 Gambar 2.6. Ficus drupacea Thunb. 21 Gambar 2.7. Ficus sagittata Koen. ex Vahl 22

Gambar 2.8. Ficus deltoidea Jack 23

Gambar 2.9. Ficus racemosa Linn 24

Gambar 3.1. Peta Taman Nasional Gunung Leuser dan lokasi penelitian 26 Gambar 3.2. Desain penentuan line transek sebaga titik pengamatan 28 Gambar 3.3. Desain penentuan plot pengamatan 29 Gambar 3.4. Skema tahapan – tahapan dalam penelitian 29

Gambar 1. Ficus annulata Blume 50

Gambar 2. Ficus benjamina Linn 51

Gambar 3. Ficus fistulosa Rein 53

Gambar 4. Ficus globosa Blume 54

Gambar 5. Ficus heteropleura Blume 55

Gambar 6. Ficus hispida Linn 56

Gambar 7. Ficus punctata Thunb 58

Gambar 8. Ficus recurva Blume 59

Gambar 9. Ficus sumatrana Miq 60

Gambar 10. Ficus sundaica Blume 61

Gambar 11. Ficus villosa Blume 62


(9)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran1. Faktor fisiko-kimia hutan primer dan hutan

sekunder

49 Lampiran 2. Data jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan primer 49 Lampiran 3. Data jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan

sekunder

Lampiran 4. Deskripsi jenis-jenis beringin (Ficus spp.) di Resort Sei Betung

50

Lampiran 5. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Primer 64 Lampiran 6. Kerapatan Ficus spp. di Hutan Sekunder 64 Lampiran 7. Indeks keanekaragaman dan dominansi jenis –jenis

beringin (Ficus spp.) di hutan primer

64 Lampiran 8. Indeks keanekaragaman dan dominansi jenis –jenis

beringin (Ficus spp.) di hutan sekunder

65 Lampiran 9. Pola sebaran jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan

primer

65 Lampiran 10. Pola sebaran jenis –jenis beringin (Ficus spp.) di hutan

sekunder

65 Lampiran11. Indeks Kesamaan jenis –jenis beringin (Ficus spp.)

antara hutan primer dan hutan sekunder

66

Lampiran12. Uji t Hutcheson 66

Lampiran 13. Kunci Determinasi Beringin (Ficus spp.) 68 Lampiran 14. Dokumentasi Kegiatan dan perlengkapan penelitian 83


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hutan merupakan ekosistem alamiah yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Hutan di Indonesia dibedakan menjadi 5 jenis yaitu : hutan bakau, hutan rawa, hutan sabana, hutan musim, dan hutan hujan tropis Sudewa (2011). Hutan hujan tropis Indonesia dikenal sebagai hutan yang paling kaya akan jenis tumbuhan dan mempunyai ekosistem yang paling kompleks di dunia Whitmore, dalam Sidiyasa (2006).

Keberadaan hutan sangat berpengaruh bagi keberlangsungan hidup hewan dan satwa liar yang ada didalamnya , hutan dapat berperan sebagai tempat tinggal, sumber pakan serta untuk aktivitas hariannya. Hal ini didukung oleh pendapat Widianto dkk (2003) yang menyatakan salah satu fungsi hutan adalah sebagai habitat penting bagi beraneka ragam fauna dan flora, konversi hutan menjadi bentuk- bentuk lahan lainnya akan menurunkan populasi fauna dan flora yang sensitif sehingga tingkat keanekaragaman hayati atau biodiversitas berkurang.

Beringin (Ficus spp., Moraceae) merupakan spesies yang memiliki nilai ekologi yang sangat tinggi peranannya pada kawasan hutan di Indonesia Laman dalam Laman dan Weiblen (1998) . Ficus spp. umumnya disebut juga ‘pohon ara’ yang merupakan kunci spesies pada hutan hujan tropis, terdiri dari 750 spesies dengan berbagai bentuk pertumbuhan yaitu : semak, pohon, pemanjat,epipit, hemiepipit dan pencekik (strangler) Corner dan Berg dalam Shanahan, 2000. Sistem perbungaan Ficus spp. adalah bunga periuk dimana ujung ibu tangkai menebal berdaging, membentuk badan yang menyerupai periuk, sehingga bunga – bunga semestinya terletak padanya lalu terdapat didalam periuk tadi dan sama sekali tak tampak dari luar. Buah Ficus spp. merupakan buah semu majemuk yang terjadi dari dasar bunga bersama yang berbentuk seperti periuk atau bulat dengan buah – buah yang sesungguhnya disebelah dalam Tjitrosoepomo (2001). Sistem


(11)

2

reproduksi Ficus spp. dengan bantuan serangga dari ordo hymenoptera, famili Agaonidea biasa disebut tawon ara.

Beringin (Ficus spp.) berfungsi sebagai penjaga erosi tanah dan penyimpanan cadangan air. Pada pohon beringin terjadi interaksi biotik yang sangat kompleks. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antar sesama spesies yang ada disitu. Sehingga oleh beberapa ahli ekologi, pohon beringin dijadikan salah satu indikator bahwa hutan yang bevegetasikan tanaman dari jenis Ficus spp. adalah hutan dalam kondisi kilamaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks Faris, 2013.

Ficus spp. merupakan bagian dari tanaman hutan yang berperan penting bagi kehidupan satwa liar, hal ini didukung oleh Corner dan Berg dalam Chaudhary et al (2012) yang menyatakan bahwa beringin (Ficus spp.) merupakan sumber pakan bagi beberapa jenis burung, serangga, reptil, aves dan mamalia. Lebih lanjut, Zuraida (2004) menyatakan bahwa Ficus spp. merupakan sumber pakan alami bagi orangutan karena dapat berbuah sepanjang tahun.

Orangutan (Pongo sp.) merupakan salah satu satwa liar dari kelas Mamalia yang sangat dilindungi karena penurunan populasi dari waktu kewaktu. Sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengategorikan orangutan (Pongo sp.) termasuk critically endangered atau sudah sangat terancam punah. Berbagai faktor penyebab penurunan populasi orangutan (Pongo sp.) salah satunya adalah ketersediaan sumber pakan.

Hasil penelitian Zuhra (2009) menyatakan bahwa jenis tumbuhan yang sering dikonsumsi orangutan adalah Ficus benjamina. Selain sumber pakan Ficus spp. juga berperan dalam keberlangsungan aktivitas harian orangutan, yaitu sebagai fasilitas untuk pergerakannya. Ficus spp. yang berperan dalam mendukung aktivitas harian orangutan adalah liana (climber) sebagai sarana pendukung sewaktu lokomosi pindah tempat dari satu pohon ke pohon yang lain. Adanya tumbuhan liana yang bersambungan dari satu pohon ke pohon lain sangat membantu orangutan jika berpindah tempat, terutama jika jarak antara tajuk pohonnya agak jauh. Adanya liana yang menopang atau bergantung di batang pohon yang tinggi dan besar sangat memudahkan orangutan untuk memanjat ke


(12)

3

pohon yang diameter batangnya cukup besar Mitra (2009). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Manullang dalam Mitra (2009) di hutan ketambe, Sumatera, orangutan menggunakan liana sebanyak 13,55% dan sebanyak 6,78% adalah Ficus spp..

Resort Sei Betung merupakan bagian dari kawasan Taman Nasional Gunung Leuser yang berada di Desa Halaban Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Resort Sei Betung memiliki 2 tipe hutan yang berbeda yaitu hutan primer dengan luas 3000 Ha, hutan sekunder dengan luas 500 Ha. Hutan primer (primary forest) adalah hutan yang telah mencapai umur lanjut dan ciri struktural tertentu yang sesuai dengan kematangannya; serta dengan demikian memiliki sifat-sifat ekologis yang unik. Pada umumnya hutan primer berisi pohon-pohon besar berumur panjang, berseling dengan batang-batang pohon mati yang masih tegak, tunggul, serta kayu rebah. Robohnya kayu-kayu tersebut biasa membentuk celah atau rumpang tegakan, yang memungkinkan masuknya cahayamatahari ke lantai hutan, dan merangsang pertumbuhan vegetasi lapisan bawah Anonim (2013).

Rona lingkungan hutan primer yaitu hutan yang heterogen dimana keanekaragaman hayatinya masih tinggi, hutan alami didominasi oleh Meranti (Shorea sp), Bulung ayam (Hopea blangeran), Kruing (Dipterocarpus sp), Munel (Drypetes langifolia), Medang (Litsea sp) dll. Pohon-pohon besar dan tinggi sangat mudah ditemui.Begitu juga dengan satwa liar seperti, Gajah(Elephas maximus),Siamang (Hylobates syndactilus), Kera (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestriana) dan Kedih (Presbytis thomasi), Beruang (Helarctos malayanus), Rusa (Cervus unicolor)dan tentu saja Orangutan Sumatera(Pongo pygmaeus abelii). Topografi hutan ini memiliki permukaan tanah yang bergelombang, landai, dan bukit – bukit yang terjal dll.

Hutan sekunder adalah hutan dengan vegetasi berkayu yang berkembang/tumbuh diatas lahan yang ditinggalkan sebelumnya setelah vegetasi aslinya dirusak akibat kegiatan manusia. Hutan-hutan sekunder berkembang dari benih pohon-pohon pionir, coppice dari sisa-sisa (tunggul) pohon, atau melalui regenerasi jenis-jenis pohon klimaks, selama proses tersebut tidak


(13)

4

digangguIrwanto (2006). Hutan sekunder ditandai dengan lapisan tajuk yang terputus-putus dan tajuk tegakannya menutupi 10% dari lahan yang ada Anonim (2012).

Rona lingkungan hutan sekundertermasuk hutan heterogen, namun keanekaragaman hayatinya lebih rendah dari hutan primer, karena hutan sekunder didominasi oleh tanaman pionir, yaitu cerme (Phylanthus sp), marak (Macaranga spp.), kandri (Breynia oblongifolia)untuk pohon – pohon besar masih jarang ditemukan, tumbuhan bawah yang mendominasi yaitu paku resam (Glichenia linearis). Sedangkan kawasan yang terdegradasi didominasi oleh Alang-alang (Imperata cylindrica), Senggani (Melastoma malabathricum),Girdenia hirta,Graminae, Cyperaceae, Marak (Macarangaspp,) dan tanaman Kelapa sawit illegal, namun keragaman faunanya masih masih bagus terutama aneka jenis Burung, Athropoda, Babi Hutan (Sus scrofa), Kijang, Rusa (Cervus unicolor), Landak raya (Hystrix brachyura), dan beberapa jenis monyet masih sering terlihat. Topografi hutan ini memiliki permukan tanah landai, bergelombang, dan kebanyakan bukit-bukit rendah, namun ada juga yang terjal. Terdapat banyak aliran-aliran air. Hutan Sei Betung memiliki nilai penting selain memiliki keanekaragaman hayati yang masih tinggi , hutan Sei Betung juga menjadi salah satu lokasi yang merupakan habitat dari orangutan sumatera (Pongo abelii) sehingga kelestarian hutan ini akan sangat berpengaruh terhadap keberadaan orangutan sumatera yang terancam punah.

Kondisi hutan yang bervariasi dan berada disekitar perkebunan kelapa sawit akan mempengaruhi ekosistem yang berada didalamnya, untuk mengetahui semua itu dibutuhkan informasi yang lengkap yang berhubungan dengan komposisi hutan tersebut. Terlebih hutan yang menjadi lokasi pelepasan orangutan liar, mengundang perhatian untuk melakukan berbagai penelitian yang dapat mendukung pelestarian hutan dan orangutan, penelitian yang telah dilakukan terkait karakteristik pohon tempat bersarang orangutan, jenis – jenis tumbuhan sebagai sumber pakan orangutan, estimasi jumlah populasi, dimana semua informasi tersebut dibutuhkan untuk menjadi pertimbangan selanjutnya apakah lokasi tersebut cocok untuk menjadi habitat orangutan liar, namun informasi


(14)

5

mengenai beringin (Ficus spp.) belum ada yang merupakan sumber pakan alami sepanjang tahun sehingga dibutuhkan Studi Ekologi Beringin(Ficus spp.) di Resort Sei Betung untuk menunjang pelestarian hutan dan konservasi orangutan.

1.2. Ruang Lingkup Penelitian

Orangutan (Pongo sp.) merupakan satwa yang sangat dilindungi karena keberadaannya yang terus menerus berkurang, sehingga IUCN (International Union for Conservation of Nature) mengategorikan orangutan (Pongo sp.) termasuk critically endangered atau sudah sangat terancam punah. Banyak faktor yang menyebabkan menurunnya tingkat populasi orangutan (Pongo sp.), yang paling utama adalah keberadaan hutan, yang berperan sebagai habitat asli orangutan. Kondisi hutan yang terus mengalami perubahan dari hutan hujan dikonversi menjadi perkebunan menyebabkan gangguan populasi orangutan (Pongo sp.). Hutan berperan dalam memenuhi kebutuhan orangutan diantaranya sumber pakan, tempat tinggal, besosialisasi, reproduksi dan aktivitas pergerakan lainnya. Yang berpengaruh besar dalam menjaga keberadaan orangutan (Pongo sp.) adalah ketersediaan sumber pakan.

Ficus spp. merupakan bagian dari tanaman hutan yang berperan penting bagi kehidupan orangutan sebagai sumber pakan alami karena dapat berbuah sepanjang tahun. Yang menjadi ruang lingkup penelitian ini meliputi identifikasi jenis Ficus spp. yang berada di hutan primer dan hutan sekunder Resort Sei Betung, selanjutnya mengkaji ekologinya mulai darikerapatan, dominansi, keanekaragaman, dan pola sebaran Ficus spp.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari masalah yang terlalu luas dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada :

a. Jenis tumbuhan yang diteliti adalah jenis – jenis beringin (Ficus spp.)

b. Kawasan TNGL yang diteliti dibatasi pada kawasan TNGL Resort Sei Betung c. Penelitian dilakukan dikawasan hutan primer dan sekunder


(15)

6

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Bagaimanakah kerapatan jenis-jenis beringin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

b. Bagaimanakah kerapatanjenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

c. Bagaimanakah keanekaragaman beringin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

d. Bagaimanakah keanekaragaman beringin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

e. Bagaimanakah dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

f. Bagaimanakah dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

g. Bagaimanakah pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

h. Bagaimanakah pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) di hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

i. Bagaimanakah indeks kesamaan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) antara hutan primer dan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kerapatan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primerTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

b. Mengetahui kerapatan jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunderTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

c. Mengetahui keanekaragaman beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung


(16)

7

d. Mengetahui keanekaragaman beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

e. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primerTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

f. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunderTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

g. Mengetahui pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

h. Mengetahui pola sebaran jenis – jenis beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

i. Mengetahui indeks kesamaan jenis – jenis beringin (Ficus spp.)antara hutan primer dan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain : a. Sebagai referensi untuk peneletian lanjutan mengenai beringin (Ficus spp. ) b. Bagi Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dapat

memberikan informasi tentang jenis-jenis beringin (Ficus spp). dan ekologinya yang berguna dalam pelestarian jenis beringin (Ficus spp.)

c. Bagi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan beringin (Ficus spp.) sebagai bahan pertimbangan terkait lokasi yang dijadikan sebagai habitat orangutan sumatera (Pongo abelii)

d. Menambah pengetahuan mengenai tumbuhan hutan secara umum dan beringin (Ficus spp.) secara khusus


(17)

8

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindarkan perbedaan persepsi dari istilah – istilah yang digunakan berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian :

a. Tumbuhan beringin (Ficus spp.) merupakan anggota famili dari Moraceae dapat berupa pohon, pemanjat, perdu dan jarang semak sangat kerap dengan getah. Mempunyai satu daun penumpu yang menggulung, sistem perbungaan bunga periuk yang dasar bunganya mengalami penebalan

b. Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya

c. Taman Nasional Gunung Leuser adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar, merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika, dataran rendah sampai pegunungan


(18)

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1. Di hutan primer didapat 10 jenis Ficus spp. dan di hutan sekunder didapat 4 jenis Ficus spp.

2. Keanekaragaman Ficus spp. di hutan primer (H’= 2,3) dengan kategori sedang, sedangkan di hutan sekunder (H’ = 0,4) dengan kategori rendah

3. Kerapatan Ficus spp. di hutan primer (15,6 individu/Ha), di hutan sekunder (67,15 individu/Ha) dengan kerapatan jenis tertinggi terdapat pada Ficus fistulosa Reinw (60,9 individu/Ha)

4. Dominansi seluruh Ficus spp. di hutan primer rendah (0,1) sedangkan di hutan sekunder tinggi (1,05) dan dominansi spesies tertinggi pada Ficus fistulosa Reinw (0,8)

5. Pola sebaran Ficus spp. di hutan primer seluruhnya acak, sedangkan di hutan sekunder terdiri dari mengelompok (Ficus fistulosa Reinw), seragam (Ficus hispida Linn),acak (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume)

6. Indeks kesamaan dari kedua kawasan hutan tergolong rendah (28,5%), perbedaan kedua hutan signifikan (berarti)

1.2.SARAN

Terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh, beberapa saran yang diajukan: 1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai interaksi Ficus spp. dengan jenis

tumbuhan lainnya

2. Perlu adanya penelitian yang mengkaji jenis – jenis Ficus spp. yang menjadi sumber pakan satwa liar yang berada di Resort Sei Betung

3. Perlunya upaya penyisipan penanaman jenis – jenis Ficus spp.yang berpotensi sebagai sumber pakan pada kawasan hutan yang masih terbuka agar dapat meningkatkan keanekaragaman jenis, jumlah individu dan dapat menjaga kestabilan populasi


(19)

46

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Ficus ,en.wikipedia.org/wiki/Ficus(Diakses tanggal 15 Nopember 2013) Anonim, (2010) , Ficus spdeltoidea,http://fr.wikipedia.org/wiki/Ficus_deltoidea,

(Diakses tanggal 6 Februari 2014)

Anonim, (2013), http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer(Diakses tanggal 28 Maret 2014)

Berg, C.C,dan E.J.H. Corner, (2005), Moraceae - Ficus, Flora Malesiana Series I,17: 1-70

Butler, R., (2012), Hutan Hujan Tropis, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Medan

Chaudary, LB, . (2012) . Synopsis of the Genus Ficus L.(Moraceae) in India. Taiwania 57 (2)

Cook, JM dan Segar,S., (2010) , Speciation in Fig Wasps,Ecological entomologi, 35 (1) : 54-66

Faris, AZ., (2013), Ekologi Beringin Ficus benjamina yang Berarti Ilmu Kehidupan,http://hatinyatanamanhias.blogspot.com/2013_07_29_archive.ht ml (Diakses tanggal 10 Nopember 2013)

Irwanto, (2006), Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder.http://www.indonesiaforest.net/hutan_sekunder.pdf (Diakses tanggal 28 Maret 2014)

Kebler,P., (2000) ,Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia, MOPEC-Tropenbos- Kalimantan Project

Kurniawan, A dan Perikesit., (2008), Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan diCagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat,

Biodiversitas9(4): 275-279

Laman dan Weiblen., (1998), Fig of Gunung Palung National Park (West Kalimantan, Indonesia),Tropical Biodiversity5 (3): 245 – 297

Manurung, B., Rosita, T dan Zulkifli, S., (2012) ,Panduan Teori Ekologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan

Mitra,S., (2009), Peran Liana dalam Kehidupan Orangutan,Vis Vitalis, 02 (1), Fakultas Biologi Universitas Nasional Jakarta


(20)

47

Mustaqim, (2009), Analisis Vegetasi Tumbuhan Sebagai Acuan Program Rehabilitasi Kawasan Taman Nasional Gununga Leuser Resort Sei Betung, Laporan survei, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOL-OIC)

Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus drupacea,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urost

igma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6

Februari 2014)

Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus racemosa http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Sycomorus/Section_Sycomorus/Su bsection_Sycomorus/Ficus_racemosa.htm(Diakses tanggal 6 Februari 2014) Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus

sagittata,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urosti

gma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6

Februari 2014)

Odum, P. E., 1993, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Prastowo,P., (2011), Panduan Teori Ekologi Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan

Putra,C.A.S., Solichin, M., Heriyanto, Charles S., (2011), Pohon – Pohon Hutan Alam Rawa Gambut Merang, Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation-GIZ, Palembang

Shanahan, JM., (2000), Ficus Seed Dispersal Guild : Ecology, Evolution and Conservation Implication.,Thesis,The University of Leed Centre for Biodiversity and Conservation School of Biology

Sastrapadja,S., dan Afriastini,J.J., (1984), Kerabat Beringin, Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor

Sidiyasa,K., (2006) ,Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur (Potensi dan Identifikasi Langkah – Langkah Perlindungan dalam Rangka Pengelolaannya Secara Lestari), Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor

Soepadmo, E., L.G.,Saw,(2000), Tree Flora of Sabah and Sarawak Volume Three, Government of Malysia and Overseas Development Administration,U.K


(21)

48

Sudewa,A., (2011) .5 Jenis Hutan di Indonesia, http://arisudev.wordpress.com/2011/07 13/5-jenis -hutan-yang-ada-di-indonesia/ (Diakses tanggal 7 Nopember 2013)

Suwarno,E., (2006),Studi Keanekaragaman Jenis Beringin (Ficus spp.) di Cagar Alam Telaga Warna, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.,Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Syatiriah,H., (2012), Profil Bunga Ficus (Moraceae) Dioeceus dan Stabilitas Mutualisme Antara Ficus hispida dan Ficus septica dengan Tawon Penyerbuk (Agaoninae, Agaonidae) Kampus Universitas, Depok., Tesis, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok

Tjitrsoepomo, G., (2001), Morfologi Tumbuhan,Gadjha Mada University Press : Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G., (2010), Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjha Mada University Press : Yogyakarta

Widianto, Hairiah, K, Suharjito, J, Sardjono, A.M, (20 , Fungsi Dan Peran Agroforestri, World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor

Zuhra, R., Perwitasari, D., Farajallah., Iskandar, E., (2009), Aktivitas Makan Orangutan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta, Jurnal Primatologi Indonesia6(2)

Zuraida, (2004),Kuantitas dan Kualitas Nutrisi Pakan Orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan,Wanariset Samboja-Kalimantan TimurBuletin Plasma Nutfah 12(1)


(1)

d. Mengetahui keanekaragaman beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

e. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primerTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

f. Mengetahui dominansi jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunderTaman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

g. Mengetahui pola sebaran jenis-jenisberingin (Ficus spp.) dikawasan hutan primer Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

h. Mengetahui pola sebaran jenis – jenis beringin (Ficus spp.) dikawasan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung

i. Mengetahui indeks kesamaan jenis – jenis beringin (Ficus spp.)antara hutan primer dan hutan sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung?

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain : a. Sebagai referensi untuk peneletian lanjutan mengenai beringin (Ficus spp. ) b. Bagi Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) dapat

memberikan informasi tentang jenis-jenis beringin (Ficus spp). dan ekologinya yang berguna dalam pelestarian jenis beringin (Ficus spp.)

c. Bagi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari – Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) diharapkan dapat memberikan informasi tentang keberadaan beringin (Ficus spp.) sebagai bahan pertimbangan terkait lokasi yang dijadikan sebagai habitat orangutan sumatera (Pongo abelii)

d. Menambah pengetahuan mengenai tumbuhan hutan secara umum dan beringin (Ficus spp.) secara khusus


(2)

1.7 Defenisi Operasional

Untuk menghindarkan perbedaan persepsi dari istilah – istilah yang digunakan berikut ini adalah defenisi operasional yang dipakai dalam penelitian :

a. Tumbuhan beringin (Ficus spp.) merupakan anggota famili dari Moraceae dapat berupa pohon, pemanjat, perdu dan jarang semak sangat kerap dengan getah. Mempunyai satu daun penumpu yang menggulung, sistem perbungaan bunga periuk yang dasar bunganya mengalami penebalan

b. Ekologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan makluk hidup dan lingkungannya

c. Taman Nasional Gunung Leuser adalah salah satu Kawasan Pelestarian Alam di Indonesia seluas 1.094.692 Hektar, merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika, dataran rendah sampai pegunungan


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1.KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh beberapa kesimpulan yaitu :

1. Di hutan primer didapat 10 jenis Ficus spp. dan di hutan sekunder didapat 4 jenis Ficus spp.

2. Keanekaragaman Ficus spp. di hutan primer (H’= 2,3) dengan kategori sedang, sedangkan di hutan sekunder (H’ = 0,4) dengan kategori rendah

3. Kerapatan Ficus spp. di hutan primer (15,6 individu/Ha), di hutan sekunder (67,15 individu/Ha) dengan kerapatan jenis tertinggi terdapat pada Ficus fistulosa Reinw (60,9 individu/Ha)

4. Dominansi seluruh Ficus spp. di hutan primer rendah (0,1) sedangkan di hutan sekunder tinggi (1,05) dan dominansi spesies tertinggi pada Ficus fistulosa Reinw (0,8)

5. Pola sebaran Ficus spp. di hutan primer seluruhnya acak, sedangkan di hutan sekunder terdiri dari mengelompok (Ficus fistulosa Reinw), seragam (Ficus hispida Linn),acak (Ficus benjamina Linn, Ficus heteropleura Blume)

6. Indeks kesamaan dari kedua kawasan hutan tergolong rendah (28,5%), perbedaan kedua hutan signifikan (berarti)

1.2.SARAN

Terkait dengan hasil penelitian yang diperoleh, beberapa saran yang diajukan: 1. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai interaksi Ficus spp. dengan jenis

tumbuhan lainnya

2. Perlu adanya penelitian yang mengkaji jenis – jenis Ficus spp. yang menjadi sumber pakan satwa liar yang berada di Resort Sei Betung

3. Perlunya upaya penyisipan penanaman jenis – jenis Ficus spp.yang berpotensi sebagai sumber pakan pada kawasan hutan yang masih terbuka agar dapat meningkatkan keanekaragaman jenis, jumlah individu dan dapat menjaga kestabilan populasi


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Ficus ,en.wikipedia.org/wiki/Ficus(Diakses tanggal 15 Nopember 2013)

Anonim, (2010) , Ficus spdeltoidea,http://fr.wikipedia.org/wiki/Ficus_deltoidea, (Diakses tanggal 6 Februari 2014)

Anonim, (2013), http://id.wikipedia.org/wiki/Hutan_primer(Diakses tanggal 28 Maret 2014)

Berg, C.C,dan E.J.H. Corner, (2005), Moraceae - Ficus, Flora Malesiana Series I,17: 1-70

Butler, R., (2012), Hutan Hujan Tropis, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Medan

Chaudary, LB, . (2012) . Synopsis of the Genus Ficus L.(Moraceae) in India. Taiwania 57 (2)

Cook, JM dan Segar,S., (2010) , Speciation in Fig Wasps,Ecological entomologi, 35 (1) : 54-66

Faris, AZ., (2013), Ekologi Beringin Ficus benjamina yang Berarti Ilmu Kehidupan,http://hatinyatanamanhias.blogspot.com/2013_07_29_archive.ht ml (Diakses tanggal 10 Nopember 2013)

Irwanto, (2006), Dinamika dan Pertumbuhan Hutan Sekunder.http://www.indonesiaforest.net/hutan_sekunder.pdf (Diakses tanggal 28 Maret 2014)

Kebler,P., (2000) ,Secondary Forest Trees of Kalimantan, Indonesia, MOPEC-Tropenbos- Kalimantan Project

Kurniawan, A dan Perikesit., (2008), Persebaran Jenis Pohon di Sepanjang Faktor Lingkungan diCagar Alam Pananjung Pangandaran, Jawa Barat,

Biodiversitas9(4): 275-279

Laman dan Weiblen., (1998), Fig of Gunung Palung National Park (West Kalimantan, Indonesia),Tropical Biodiversity5 (3): 245 – 297

Manurung, B., Rosita, T dan Zulkifli, S., (2012) ,Panduan Teori Ekologi Tumbuhan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan Mitra,S., (2009), Peran Liana dalam Kehidupan Orangutan,Vis Vitalis, 02 (1),


(5)

Mustaqim, (2009), Analisis Vegetasi Tumbuhan Sebagai Acuan Program Rehabilitasi Kawasan Taman Nasional Gununga Leuser Resort Sei Betung, Laporan survei, Yayasan Orangutan Sumatera Lestari-Orangutan Information Center (YOL-OIC)

Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus

drupacea,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urost igma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6 Februari 2014)

Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus racemosa http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Sycomorus/Section_Sycomorus/Su bsection_Sycomorus/Ficus_racemosa.htm(Diakses tanggal 6 Februari 2014)

Noort, S dan Rasplus, J., (2008), Ficus

sagittata,http://www.figweb.org/Ficus/Subgenus_Urostigma/Section_Urosti gma/Subsection_Conosycea/Ficus_drupacea.htm(Diakses tanggal 6 Februari 2014)

Odum, P. E., 1993, Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Prastowo,P., (2011), Panduan Teori Ekologi Hewan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Medan

Putra,C.A.S., Solichin, M., Heriyanto, Charles S., (2011), Pohon – Pohon Hutan Alam Rawa Gambut Merang, Merang REDD Pilot Project, German International Cooperation-GIZ, Palembang

Shanahan, JM., (2000), Ficus Seed Dispersal Guild : Ecology, Evolution and Conservation Implication.,Thesis,The University of Leed Centre for Biodiversity and Conservation School of Biology

Sastrapadja,S., dan Afriastini,J.J., (1984), Kerabat Beringin, Lembaga Biologi Nasional-LIPI, Bogor

Sidiyasa,K., (2006) ,Hutan Desa Setulang dan Sengayan Malinau, Kalimantan Timur (Potensi dan Identifikasi Langkah – Langkah Perlindungan dalam Rangka Pengelolaannya Secara Lestari), Center for International Forestry Research (CIFOR), Bogor

Soepadmo, E., L.G.,Saw,(2000), Tree Flora of Sabah and Sarawak Volume Three, Government of Malysia and Overseas Development Administration,U.K


(6)

Sudewa,A., (2011) .5 Jenis Hutan di Indonesia, http://arisudev.wordpress.com/2011/07 13/5-jenis -hutan-yang-ada-di-indonesia/ (Diakses tanggal 7 Nopember 2013)

Suwarno,E., (2006),Studi Keanekaragaman Jenis Beringin (Ficus spp.) di Cagar Alam Telaga Warna, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.,Skripsi, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor

Syatiriah,H., (2012), Profil Bunga Ficus (Moraceae) Dioeceus dan Stabilitas Mutualisme Antara Ficus hispida dan Ficus septica dengan Tawon Penyerbuk (Agaoninae, Agaonidae) Kampus Universitas, Depok., Tesis, Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok

Tjitrsoepomo, G., (2001), Morfologi Tumbuhan,Gadjha Mada University Press : Yogyakarta

Tjitrosoepomo, G., (2010), Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta), Gadjha Mada University Press : Yogyakarta

Widianto, Hairiah, K, Suharjito, J, Sardjono, A.M, (20 , Fungsi Dan Peran Agroforestri, World Agroforestry Centre (ICRAF), Bogor

Zuhra, R., Perwitasari, D., Farajallah., Iskandar, E., (2009), Aktivitas Makan Orangutan (Pongo pygmaeus) di Pusat Primata Schmutzer, Jakarta, Jurnal Primatologi Indonesia6(2)

Zuraida, (2004),Kuantitas dan Kualitas Nutrisi Pakan Orangutan di Pusat Reintroduksi Orangutan,Wanariset Samboja-Kalimantan TimurBuletin Plasma Nutfah 12(1)


Dokumen yang terkait

Analisis Asosiasi Daun Sang (Johannesteijsmannia Altifrons) Dengan Jenis-Jenis Palem Di Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

3 84 62

Analisis Sifat Fisika, Kimia, Dan Biologi Tanah Pada Daerah Buffer Zone Dan Resort Sei Betung Di Taman Nasional Gunung Leuser Kecamatan Besitang

5 59 43

Identifikasi Jenis Liana Sebagai Pakan Orangutan Sumatera ( Pongo abelii ) di Hutan Sekunder Taman Nasional Gunung Leuser Resort Sei Betung Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

2 25 68

KAJIAN EKOLOGI TUMBUHAN LIANA DI HUTAN PRIMER TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA.

0 2 22

ANALISIS PAKAN ORANGUTAN (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG BESITANG SUMATERA UTARA.

0 84 21

ANALISIS PAKAN ORANGUTAN (Pongo abelii) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER RESORT SEI BETUNG BESITANG SUMATERA UTARA.

3 48 21

EKOLOGI ARTHROPODA PADA BEKAS SARANG ORANGUTAN SUMATERA (PONGO ABELII) DI TAMAN NASIONAL GUNUNGLEUSER RESORT SEI BETUNG KECAMATAN BESITANG KABUPATEN LANGKAT,SUMATERA UTARA.

0 3 19

Sifat Kimia Tanah pada Areal Restorasi Resort Sei Betung Taman Nasional Gunung Leuser

0 0 11

Analisis Asosiasi Daun Sang (Johannesteijsmannia Altifrons) Dengan Jenis-Jenis Palem Di Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

0 0 9

Analisis Asosiasi Daun Sang (Johannesteijsmannia Altifrons) Dengan Jenis-Jenis Palem Di Resort Sei Betung, Taman Nasional Gunung Leuser, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara

0 1 10