FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAN MASYARAKAT MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI KOTA TEBING TINGGI.

(1)

FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAN MASYARAKAT

MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI

PADANG KOTA TEBING TINGGI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ROUDHATUL HASANAH PANE

308131091

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2013


(2)

ABSTRAK

Roudhatul Hasanah Pane. 308131091. Faktor Penyebab Kecenderungan Masyarakat Memilih Tempat Tinggal Di Sempadan Sungai Kota Tebing Tinggi. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi; (2) faktor yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

Penelitian ini dilaksanakan di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi Tahun 2013. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang bermukim di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi dengan jumlah 687 KK, dan sampel sebesar 103 KK. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik komunikasi langsung dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik Deskriptif Kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan : (1) faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi yaitu : pada umumnya sebagian besar (88,35%) memilih faktor harga sewa tanah yang murah; sebesar 75,73% memilih faktor dekat atau ikut dengan keluarga; dan sebesar 53,39% memilih faktor dekat dengan sarana kota dan tempat bekerja. (2) faktor yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah harga sewa tanah yang murah (88,35%). Dengan murahnya harga sewa tanah tersebut maka dapat disesuaikan dengan penghasilan mereka yang pada umumnya berpenghasilan rendah. Rendahnya penghasilan ini juga disebabkan dari jenis pekerjaan yang mereka masuki yang pada umumnya pekerjaan di sektor informal. Pekerjaan di sektor informal yang mereka masuki juga tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang mereka miliki, yang pada umumnya berpendidikan rendah.


(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang berjudul : “FAKTOR PENYEBAB KECENDERUNGAN MASYARAKAT MEMILIH TEMPAT TINGGAL DI SEMPADAN SUNGAI PADANG KOTA TEBING TINGGI.”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan dan saran bagi Pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tebing Tinggi khususnya mengenai perumahan dan pemukiman. Serta juga di dalam penulisan skripsi ini begitu banyak tantangan yang dihadapi penulis dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. selaku Rektor UNIMED.

2. Bapak Dr. Restu, M.S. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial UNIMED.

3. Bapak Drs. Lumbantoruan, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Geografi.

4. Ibu Dra. Asnidar, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Pendidikan Geografi.

5. Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing saya dan telah banyak memberikan waktu dan pemikiran dalam menyelesaikan penyusunan dan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Tumiar Sidauruk, M.Si. selaku dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak membimbing selama mengikuti studi di Jurusan Pendidikan Geografi hingga selesai.

7. Bapak Drs. Lumbantoruan, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberi

masukan dan saran kepada penulis.

8. Bapak Drs. Julismin, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberi masukan

dan saran kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Geografi FIS UNIMED yang telah

memberikan ilmu dan arahan kepada saya selama mengikuti perkuliahan.


(4)

11. Teristimewa kedua Orang tua yang penulis sayangi dan hormati ayahanda tersayang Silam Pane dan ibunda tersayang Rodiyah Lubis yang tiada henti-hentinya memberikan kasih sayang, doa, dukungan, serta pengorbanan yang tiada terhingga, terimakasih untuk semuanya, semoga Ayah dan Umi selalu dalam ridho Allah SWT.

12. Adik – adikku tersayang Maya Chairannie Pane, Syakinah Mawaddah Pane,

dan Faqih Azhom Pane yang selalu memberikan dukungan dan semangat. 13. Terkhusus buat kekasihku Akhfirliadi Nugraha Sitorus yang telah menemani

dan memberi support kepada penulis selama ini.

14. Sahabat-Sahabat terbaikku Wiranda, Dewi, Husin, Ika, Putri, Nilva, Sahara, Garnis, dan Ovie yang sudah berjuang bersama-sama selama perkuliahan dan mendapatkan pengalaman, kalian adalah sahabat terbaikku yang tidak bisa aku lupakan.

15. Teman seperjuangan A-Reguler ’08 yang tidak dapat disebutkan satu persatu

atas pengalaman yang kita alami selama perkuliahan.

16. Teman –teman PPLT UNIMED 2011 SMK Swasta YPD Tebing Tinggi.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis serta khususnya Jurusan Pendidikan Geografi fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Medan, Juni 2013 Penulis

Roudhatul Hasanah Pane NIM. 308131091


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii DAFTAR ISI ... iv DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Kerangka Teoritis ... 9

B. Penelitian Relevan ……….. 28

C. Kerangka Berpikir ... 30


(6)

A. Lokasi Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel ... 33

C. Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional ……….. 34

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ... 35

A. Sejarah Singkat Kota Tebing Tinggi ... 35

B. Kondisi Fisik Wilayah Penelitian ... 36

C. Kondisi Non Fisik Wilayah Penelitian ... 42

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

DAFTAR PUSTAKA... 75


(7)

DAFTAR TABEL

No. Uraian

Hal

1. Perhitungan Jumlah KK Untuk Sampel Penelitian ……….. 32 2. Luas Wilayah Menurut Kelurahan Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012…….. 38 3. Bentuk Penggunaan Lahan Kota Tebing Tinggi Tahun 2012 ……….. 41 4. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kota Tebing Tinggi Tahun

2012……….. 43

1. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kota Tebing Tinggi Tahun

2012……….. 43 6. Komposisi Penduduk Menurut Umur Di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012…. 44 7. Jumlah Penduduk Kelompok Umur Muda, Umur produktif, dan Umur Tua Tahun 2012………. 45 8.Angka Ketergantungan Muda, Tua, dan Total Tahun 2012……… 45 9. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Kota Tebing Tinggi

Tahun 2012……… 46 10. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012... 47 11. Komposisi Penduduk Menurut Agama Tahun 2012………... 47 12. Panjang Jalan di Kota Tebing Tinggi Menurut Status Jalan di Kota Tebing

Tinggi Tahun 2012………... 48 13. Fasilitas Peribadatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012……… 49 14. Sarana Kesehatan di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012……… 49 15. Jumlah sekolah, Jumlah guru, dan Jumlah murid di Kota Tebing Tinggi Tahun 2012………... 50


(8)

16. Umur Responden……….. 51

17. Suku Responden………... 52

18. Agama Responden………... 53

19. Daerah Asal Responden………... 53

20. Tingkat Pendidikan Formal Responden………... 54

21. Jenis Pekerjaan Pokok Responden………... 55

22. Penghasilan dan Pendapatan Responden………. 56

23. Kondisi Bahan Bangunan Rumah Responden………. 57

24. Ukuran Luas Lantai Rumah Responden………... 58

25. Jumlah Penghuni Yang Tinggal Di Rumah………. 59

26. Sarana Air Untuk Mandi dan Cuci………... 60

27. Kondisi WC Responden………... 60

28. Tempat Pembuangan Sampah Responden………... 61

29. Alasan Responden Memilih lokasi………... 62

30. Persentase Alasan Responden Memilih Lokasi………... 63

31. Lama Menetap Responden………...………... 64

32. Jarak Tempuh Responden ke Tempat Bekerja………. 65

33. Waktu Tempuh Responden ke Tempat Bekerja………... 65

34. Keinginan Untuk Tetap Tinggal atau Meninggalkan Pemukiman Sempadan Sungai………. 67

35. Persentase Alasan Responden yang Berkeinginan Untuk Tetap Tinggal atau Meninggalkan Pemukiman Sempadan Sungai……….... 68


(9)

DAFTAR GAMBAR

No. Uraian Hal

1. Kerangka Berpikir Penelitian………. 30

2. Peta Administrasi Kota Tebing Tinggi……….. 50

3. Peta Sebaran Pemukiman Sempadan Sungai Padang Kota Tebing

Tinggi…... 51

4. Kondisi Perumahan di Sekitar Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi

Tahun 2012...………... 58

5. Ukuran Luas Rumah Di Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi Tahun 2012... 59

6. Tumpukan Sampah Yang Berada di Sungai Mengakibatkan Banjir Di


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Uraian Hal

1. Daftar Wawancara...………... 79

2. Daftar Pengamatan/Observasi……….……… 83

3. Alasan Responden Memilih Lokasi di Sempadan Sungai Padang Kota

Tebing Tinggi………... 85

4. Alasan Responden Untuk Tetap Tinggal atau Meninggalkan Pemukiman

di Sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi ………... 88


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah di Indonesia, khususnya di perkotaan. Di perkotaan sebagian besar penduduk yang berpenghasilan rendah tinggal di perkampungan yang berada di balik gedung pertokoan dan perkantoran dalam petak-petak kecil, saling berhimpitan, tidak sehat dan tidak jarang dalam satu rumah tinggal lebih dari satu keluarga. Tidak hanya itu, mereka juga tinggal berkelompok membentuk pemukiman yang seringkali ditemukan di sempadan rel kereta api, di sempadan sungai, di bawah jembatan tol, dan di atas tanah yang ditelantarkan (Putra dan Yana, 2007).

Untuk mengatasi permasalahan ini sangat dibutuhkan peran serta pemerintah termasuk dalam pemenuhan perumahan bagi penduduk miskin di perkotaan agar pemukiman kumuh dan liar tidak semakin meluas.

Suatu kota dikatakan telah mengalami perkembangan yang berarti, jika kondisi bangunan-bangunan yang ada baik permukiman maupun sarana-sarana pendidikan, kesehatan, kantor berada dalam kondisi yang baik. Namun, jika kondisi ini diikuti dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi sebagai akibat dari penduduk alami maupun penduduk migrasi, maka akan dapat menimbulkan permasalahan di perkotaan yaitu kota belum siap memberi mereka tempat tinggal maupun pekerjaan yang layak seperti yang mereka harapkan.

Pesatnya perkembangan perkotaan akan menyebabkan meningkatnya permintaan lahan di kota. Masalah yang timbul kemudian berkembang ke arah


(12)

kebutuhan penduduk akan tempat tinggal atau perumahan. Tingkat pendapatan penduduk yang berbeda akan menyebabkan perbedaan daya belinya terhadap suatu tempat tinggal (rumah). Bagi penduduk kota yang bekerja di sektor-sektor ekonomi berpendapatan rendah, kebutuhan tempat tinggal ini merupakan masalah yang berat. Penyediaan perumahan merupakan salah satu hal yang harus dihadapi wilayah perkotaan, seiring dengan perkembangan kota yang berlangsung cepat.

Permasalahan pemukiman seringkali terjadi di wilayah perkotaan. Hal tersebut akan mendorong masyarakat miskin di perkotaan mencari alternatif lain dengan mencari tanah-tanah yang murah. Misalnya, dengan mendirikan bangunan di atas tanah milik orang lain tanpa seizin pemiliknya, atau dengan mencari tanah lain yang dapat dijangkau harganya, kemudian di atas tanah tersebut didirikan rumah-rumah yang tak memenuhi standar kesehatan sebagai perumah-rumahan yang layak. Lama-kelamaan daerah tersebut akan mengalami pertambahan pemukiman yang akhirnya membentuk suatu areal permukiman kumuh (slum’s). Keadaan lingkungan fisik yang

semakin merosot inilah akhirnya menjadi ciri-ciri kampung kota yang sangat berbeda dengan kampung desa, sehingga diberi julukan sebagai daerah slum’s yang dapat

diartikan sebagai daerah yang ilegal atau tidak resmi status hukumnya, serta kondisinya sudah sangat merosot (Sadyohutomo, 2009).

Selain itu, faktor dekat dengan tempat bekerja dan mudah memperoleh sarana transportasi juga ikut menentukan dimana seseorang akan bertempat tinggal. Kemungkinan besar mereka tetap mempertahankan tinggal di wilayah yang kondisi daerahnya tidak sesuai untuk didirikan perumahan sebagai tempat tinggal, sebab menurut sudut pandang mereka dari segi lokasi tempat tinggalnya merupakan daerah pemukiman yang dekat dengan tempat bekerja sehingga tidak menambah biaya untuk transportasi, serta tidak memakan waktu yang cukup lama untuk sampai ke


(13)

tempat bekerja. Selain itu mudah untuk memperoleh sarana dan prasarana yang ada di kota.

Sebagian besar permukiman kumuh merupakan tempat tinggal penduduk miskin di pusat kota. Pemukiman padat yang tidak teratur di pinggiran kota ini, umumnya penghuninya adalah para migran yang menghuni pemukiman ilegal, yaitu pemukiman yang didirikan pada tanah yang bukan miliknya, seperti lahan-lahan kosong milik Negara, sempadan sungai, dan lain-lain tanpa seizin pemegang hak tanah. Pemukiman yang seperti ini disebut sebagai pemukiman liar atau squatter

(Sadyohutomo, 2009).

Dikatakan pemukiman liar karena pada umumnya terdiri dari rumah-rumah yang didirikan di atas sebidang tanah, yang tidak memiliki izin resmi, sedangkan pemukiman kumuh pada umumnya ditandai dengan hunian yang tidak berstruktur, tidak berpola, tidak tersedianya fasilitas umum, tidak tersedianya prasarana dan sarana pemukiman dengan baik seperti got, sarana air bersih, MCK, bangunan yang tidak layak (Sadyohutomo, 2009).

Masyarakat yang berpenghasilan rendah pada umumnya mencari tanah-tanah murah untuk bertempat tinggal demi bertahan hidup di wilayah perkotaan, termasuk di sempadan sungai. Umumnya masyarakat yang tinggal di daerah ini memiliki keeratan hubungan sosial yang cukup tinggi dan rasa kebersamaan diantara mereka timbul karena adanya rasa senasib antara satu warga dengan warga lainnya. Jadi bukan hanya karena faktor pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan saja yang menjadi faktor mereka lebih cenderung memilih tempat tinggal di sempadan sungai, termasuk juga rasa aman, sejahtera, dan adanya kesamaan atau rasa senasib bagi anggota masyarakatnya. Selain itu karakteristik masyarakat yang tinggal di sempadan sungai dapat dilihat dari beberapa hal yaitu : (1) Perumahannya tidak tertata dengan baik;


(14)

(2) Ketersediaan sarana dan prasarana yang tidak memadai; (3) Sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor informal; (4) Tingkat pendapatan rendah; (5) Tingkat pendidikan rendah (Surtiani : 2006)

Kota Tebing Tinggi adalah salah satu kota dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayahnya 38,438 km2 yang terbagi atas 5 kecamatan yang dilalui oleh aliran Sungai Padang. Berdasarkan data dari BMKG (2009) tercatat bahwa kejadian banjir yang cukup besar terjadi pada bulan November tahun 2003, yang menggenangi 10 kelurahan di Kota Tebing Tinggi hingga ketinggian 120 cm. Banjir yang terjadi pada Oktober tahun 2008 merendam ratusan rumah warga di Kota Tebing Tinggi. Data dari Pemko Tebing Tinggi (2011) juga menyebutkan jumlah rumah penduduk yang terkena musibah banjir pada tahun 2011 adalah sebanyak 117 KK di Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu sebanyak 1.863 KK, Kecamatan Tebing Tinggi Kota 1063 KK dan Kecamatan Bajenis 33 KK. Jumlah keseluruhan terkena musibah banjir kiriman sebanyak 12.876 jiwa.

Data tersebut menunjukkan bahwa banjir selalu datang melanda kota Tebing Tinggi dan tentunya akan membahayakan kesehatan masyarakat/warga. Namun uniknya, walaupun demikian masyarakat atau warga yang bermukim di kawasan sempadan sungai Padang tetap bertahan dan lebih memilih tempat tinggal di wilayah tersebut sehingga hal inilah yang menjadi dasar utama penelitian ini dilakukan. Di wilayah ini, warga masyarakat tidak hanya mendirikan rumah di wilayah yang khusus untuk perumahan, tetapi mereka juga mendirikan rumah untuk tempat tinggal di kawasan sempadan sungai dengan jarak yang sangat dekat dengan sungai, padahal untuk sungai yang berada di lokasi pemukiman, daerah yang diperbolehkan untuk membangun perumahan adalah lokasi yang berjarak antar 10-15 meter dari sempadan sungai. Kawasan sempadan sungai bukan untuk pemukiman tetapi


(15)

merupakan lahan potensial sebagai jalur hijau demi menjaga kelangsungan ekosistem di dalamnya (LPP Mangrove, 1997). Dilihat dari penjelasan di atas, maka masyarakat yang mendirikan perumahan di kawasan sempadan sungai termasuk pemukim liar. Secara hukum, mereka tidak memiliki izin resmi dan melanggar aturan yang telah ditetapkan karena telah membangun rumah di kawasan jalur hijau yang memang bukan untuk kawasan pemukiman.

Keadaan ini sudah terjadi cukup lama dan pertama kali adanya pemukiman di sempadan sungai Padang kota Tebing Tinggi pada tahun 1864. Dari sinilah dimulainya ada pemukiman di tepi sungai Padang yang dahulu disebut “Kampong Tebing Tinggi Lama” dan berkembang menjadi tempat pemukiman sebagai asal usul kota Tebing Tinggi. Mereka mulai membangun rumah-rumah di daerah sempadan sungai sehingga semakin lama semakin meluas dan kemudian muncullah pemukiman kumuh dan liar di sempadan sungai Padang kota Tebing Tinggi hingga sekarang.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi. Faktor-faktor tersebut adalah tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dekat dengan tempat bekerja, mudah memperoleh sarana transportasi, keeratan hubungan sosial (sistem kekerabatan), harga tanah, murahnya harga sewa tanah.

C. Pembatasan Masalah

Agar tidak terlalu meluasnya masalah yang akan dibahas pada penelitian ini, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Faktor


(16)

penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi; (2) Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai

Padang Kota Tebing Tinggi? (2) Manakah yang paling dominan dari faktor-faktor

penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor penyebab

kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota

Tebing Tinggi; (2) Untuk mengetahui yang paling dominan dari faktor-faktor

penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

F. Manfaat Penelitian


(17)

1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tebing Tinggi khususnya mengenai perumahan dan pemukiman.

2. Dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas kepada penulis dan

semua masyarakat mengenai masalah perumahan dan pemukiman di wilayah perkotaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi penulis tentang pemahaman mengenai perumahan


(18)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah diuraikan penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di

sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah : harga sewa tanah yang murah (88,35%); dekat atau ikut dengan keluarga (75,73%); dekat dengan sarana kota dan tempat bekerja (53,39%).

2. Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di

sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah harga sewa tanah yang murah. Dengan murahnya harga sewa tanah tersebut maka dapat disesuaikan dengan penghasilan mereka yang pada umumnya berpenghasilan rendah. Rendahnya penghasilan ini juga disebabkan dari jenis pekerjaan yang mereka masuki yang pada umumnya pekerjaan di sektor informal. Pekerjaan di sektor informal yang mereka masuki juga tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang mereka miliki, yang pada umumnya berpendidikan rendah.

B. Saran

1. Menegakkan aturan yang tegas kepada masyarakat sehingga daerah tersebut

tidak lagi diperuntukkan sebagai tempat pemukiman dan membuat tanggul atau benteng yang dapat menjadi batas pemisah yang jelas antara sungai dengan daerah yang layak untuk pemukiman. Benteng atau tanggul diharapkan dapat menghindari banjir yang meluap ke pemukiman penduduk jika terjadi naiknya


(19)

2. Memindahkan para pemukim yang telah bermukim di sepanjang sempadan sungai dengan menyediakan tempat pemukiman yang layak misalnya seperti membangun rumah susun. Dan juga memperhatikan sumber kehidupan mereka dengan membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan mereka sebelumnya.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012. Kota Tebing Tinggi Dalam Angka. Tebing Tinggi : BPS Daldjoeni. 1999. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni

Fanggidae, Abraham. 1993. Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Puspa Swara.

Gilbert, Alan dan Josen Gugler. 2007. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : TiaraWacana.

Hariyanto, Asep. 2010. “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat

(Contoh Pangkalpinang)”. Dalam Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota,

Vol.2 No.1 Hal 5-7. Bandung : Jurusan Teknik Plannologi FT – UNISBA.

Kartika, Maya. 2002. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih Tempat Tinggal di Sempadan Sungai (Suatu Studi Di Kelurahan Sei Mati

Kecamatan Medan Maimun Kota Medan). Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan

Geografi FIS – UNIMED.

LPP Mangrove. 1997. Rehabilitasi Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau di Indonesia. Jakarta : LPP Mangrove.

Menno S. dan Mustamin Alwi. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Putra, I Dewa Gede Agung Diasana dan Anak Agung Gede Yana. 2007. “Pemenuhan Atas Perumahan Salah Satu Upaya Penanggulangan

Kemiskinan”. Dalam Jurnal Pemukiman Natah, Vol.5 No.2 Hal 3-5. Bali :

Jurusan Teknik Arsitektur FT – Universitas Udayana.

Reksohadiprojo S, Soekanto dan A.R. Karseno. 2001. Ekonomi perkotaan.

Yogyakarta : BPEE.

Rianti, Liza. 2007. Agihan Permukiman Kumuh Sepanjang Bantaran Sungai Deli (Studi Kasus Di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun).

Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Ruhimat, Mamat (dkk). 2000. Panduan Menguasai Geografi 2. Bandung : Ganeca Excact.

Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah (Realita dan Tantangan). Bandung : Bumi Aksara.

Sajogyo. 1987. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : UGM.


(21)

Siagian, P. Sondang. 1990. Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia.

Silitonga, Naomi. 2002. Studi Tentang Penyebaran Dan Dampak Pemukiman Kumuh

Di Sepanjang Bantaran Sungai Deli Kota Medan. Skripsi. Medan : Jurusan

Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Soekanto, Soejono. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Soemarmoto. 1987. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pengembangan.

Bandung : Djambatan.

Soeroto. 1984. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Bina Cipta.

Sugiharto. 2008. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan : USU Press.

Suharini, Erni. 2007. “Menemukenali Agihan Permukiman Kumuh di

Perkotaan Melalui Interpretasi Citra Penginderaan Jauh”. Dalam Jurnal

Geografi, Volume 4 No. 2 Hal 7-9. Semarang : Jurusan Geografi FIS - UNNES.

Sumarno, Alim. 2011. “Globalisasi Pendidikan”,

http://www.google.com/webhp/jurnalpendidikan/globalisasi-pendidikan.htm (diakses hari Senin, tanggal 16 April 2012).

Surtiani, Eny Endang. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya

Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus :

PKawasan Pancuran, Kota Salatiga). Tesis. Semarang : Jurusan Teknik

Arsitektur FT – Universitas Diponegoro.


(1)

penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi; (2) Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Faktor-faktor apa sajakah yang menjadi penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi? (2) Manakah yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi; (2) Untuk mengetahui yang paling dominan dari faktor-faktor penyebab masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi.

F. Manfaat Penelitian


(2)

1. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan terhadap pemerintah Kota Tebing Tinggi dalam mengatur Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tebing Tinggi khususnya mengenai perumahan dan pemukiman.

2. Dapat memberikan gambaran dan informasi yang jelas kepada penulis dan semua masyarakat mengenai masalah perumahan dan pemukiman di wilayah perkotaan.

3. Sebagai bahan masukan bagi penulis tentang pemahaman mengenai perumahan dan pemukiman.


(3)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah diuraikan penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Faktor penyebab kecenderungan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah : harga sewa tanah yang murah (88,35%); dekat atau ikut dengan keluarga (75,73%); dekat dengan sarana kota dan tempat bekerja (53,39%).

2. Faktor dominan yang menyebabkan masyarakat memilih tempat tinggal di sempadan Sungai Padang Kota Tebing Tinggi adalah harga sewa tanah yang murah. Dengan murahnya harga sewa tanah tersebut maka dapat disesuaikan dengan penghasilan mereka yang pada umumnya berpenghasilan rendah. Rendahnya penghasilan ini juga disebabkan dari jenis pekerjaan yang mereka masuki yang pada umumnya pekerjaan di sektor informal. Pekerjaan di sektor informal yang mereka masuki juga tidak terlepas dari tingkat pendidikan yang mereka miliki, yang pada umumnya berpendidikan rendah.

B. Saran

1. Menegakkan aturan yang tegas kepada masyarakat sehingga daerah tersebut tidak lagi diperuntukkan sebagai tempat pemukiman dan membuat tanggul atau benteng yang dapat menjadi batas pemisah yang jelas antara sungai dengan daerah yang layak untuk pemukiman. Benteng atau tanggul diharapkan dapat menghindari banjir yang meluap ke pemukiman penduduk jika terjadi naiknya


(4)

2. Memindahkan para pemukim yang telah bermukim di sepanjang sempadan sungai dengan menyediakan tempat pemukiman yang layak misalnya seperti membangun rumah susun. Dan juga memperhatikan sumber kehidupan mereka dengan membuka lapangan pekerjaan yang sesuai dengan jenis pekerjaan mereka sebelumnya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012. Kota Tebing Tinggi Dalam Angka. Tebing Tinggi : BPS Daldjoeni. 1999. Geografi Kota dan Desa. Bandung : Alumni

Fanggidae, Abraham. 1993. Memahami Masalah Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Puspa Swara.

Gilbert, Alan dan Josen Gugler. 2007. Urbanisasi dan Kemiskinan di Dunia Ketiga. Yogyakarta : TiaraWacana.

Hariyanto, Asep. 2010. “Strategi Penanganan Kawasan Kumuh Sebagai Upaya Menciptakan Lingkungan Perumahan dan Permukiman yang Sehat (Contoh Pangkalpinang)”. Dalam Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.2 No.1 Hal 5-7. Bandung : Jurusan Teknik Plannologi FT – UNISBA. Kartika, Maya. 2002. Latar Belakang Yang Mempengaruhi Masyarakat Memilih

Tempat Tinggal di Sempadan Sungai (Suatu Studi Di Kelurahan Sei Mati Kecamatan Medan Maimun Kota Medan). Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

LPP Mangrove. 1997. Rehabilitasi Hutan Mangrove Pada Jalur Hijau di Indonesia. Jakarta : LPP Mangrove.

Menno S. dan Mustamin Alwi. 1994. Antropologi Perkotaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Putra, I Dewa Gede Agung Diasana dan Anak Agung Gede Yana. 2007. “Pemenuhan Atas Perumahan Salah Satu Upaya Penanggulangan Kemiskinan”. Dalam Jurnal Pemukiman Natah, Vol.5 No.2 Hal 3-5. Bali : Jurusan Teknik Arsitektur FT – Universitas Udayana.

Reksohadiprojo S, Soekanto dan A.R. Karseno. 2001. Ekonomi perkotaan. Yogyakarta : BPEE.

Rianti, Liza. 2007. Agihan Permukiman Kumuh Sepanjang Bantaran Sungai Deli (Studi Kasus Di Kelurahan Kampung Baru, Kecamatan Medan Maimun). Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Ruhimat, Mamat (dkk). 2000. Panduan Menguasai Geografi 2. Bandung : Ganeca Excact.

Sadyohutomo, Mulyono. 2009. Manajemen Kota dan Wilayah (Realita dan Tantangan). Bandung : Bumi Aksara.

Sajogyo. 1987. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta : UGM.


(6)

Siagian, P. Sondang. 1990. Manajemen dan Sumber Daya Manusia. Jakarta : Gramedia.

Silitonga, Naomi. 2002. Studi Tentang Penyebaran Dan Dampak Pemukiman Kumuh Di Sepanjang Bantaran Sungai Deli Kota Medan. Skripsi. Medan : Jurusan Pendidikan Geografi FIS – UNIMED.

Soekanto, Soejono. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Press.

Soemarmoto. 1987. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pengembangan. Bandung : Djambatan.

Soeroto. 1984. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Bina Cipta.

Sugiharto. 2008. Pembangunan dan Pengembangan Wilayah. Medan : USU Press. Suharini, Erni. 2007. “Menemukenali Agihan Permukiman Kumuh di

Perkotaan Melalui Interpretasi Citra Penginderaan Jauh”. Dalam Jurnal Geografi, Volume 4 No. 2 Hal 7-9. Semarang : Jurusan Geografi FIS - UNNES.

Sumarno, Alim. 2011. “Globalisasi Pendidikan”,

http://www.google.com/webhp/jurnalpendidikan/globalisasi-pendidikan.htm (diakses hari Senin, tanggal 16 April 2012).

Surtiani, Eny Endang. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terciptanya

Kawasan Permukiman Kumuh Di Kawasan Pusat Kota (Studi Kasus : PKawasan Pancuran, Kota Salatiga). Tesis. Semarang : Jurusan Teknik Arsitektur FT – Universitas Diponegoro.