Faktor-Faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif Pijat Refleksi di Kota Medan.

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLIEN MEMILIH

TERAPI ALTERNATIF PIJAT REFLEKSI

DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

Melina Syafitri Nasution 091121054

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Faktor-Faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif Pijat Refleksi di Kota Medan”.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNs sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu Reni Asmara A., S.Kp, MARS selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini. Begitu juga dengan Ibu Nur Asnah S, S.Kep, Ns, MKep selaku dosen Penguji yang telah banyak memberikan masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.

3. Bapak Ismayadi S.kep, Ns selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan motivasi. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas


(4)

Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara administratif.

4. Buat Koko, pemilik Refleksi Angel terima kasih telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di tempat tersebut, kak Linda, bang Rian, dan kakak-kakak pegawai Refleksi Angel yang banyak membantu dalam proses pengumpulan data. Dan responden yang telah bersedia berpartisipasi penelitian saya

5. Orangtua saya, Ir.H.Syafruddin Nasution dan Alm. Hj.Amelia Dalimunthe, pemberi semangat, dorongan dan doa yang tidak bisa terbalaskan pemberiannya dalam kehidupan saya. Kepada dr. Titik Larasati, SPpd, terima kasih atas doa dan semangatnya. Nenek dan bundeku yang tidak bisa tergantikan terima kasih atas doa dan semangatnya tiap hari, semoga apa yang menjadi doa nenek dan bunde dikabulkan oleh Allah SWT. Rahmi, kakak saya terima kasih atas doa, semangat, nasehat, kasih sayang, materi dan repetan-repetanmu sehingga aku bisa menjadi seperti ini. Aulia, adik yang menjadi semangat untukku. Faris dan Bang Yunus, terima kasih atas doa dan motivasinya. Yayak dan Adun sepupuku yang menjadi orang-orang yang dapat diandalkan. Buat Daeng terima kasih menjadi penyemangatku dengan caranya sendiri.

6. Teristimewa kepada temanku, Gina. Atas semua yang telah engkau berikan kepadaku dan selalu sabar menghadapiku. Buat teman seperjuanganku Sri, Rida, Aisya, Desni, Maya dan teman-teman Ekstensi Keperawatan Stambuk


(5)

2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang tak pernah henti menasehatiku dan memberi motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan baik. Dan untuk Kakanda Hu’aina, Endang, kiki dan Nanda, terima kasih atas pemijaman bukunya, pengalamannya, motivasi yang telah kalian ajarkan kepada saya.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya kepada semua pihak yang telah membantu saya.. Harapan saya semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama keperawatan.

Medan, Januari 2011


(6)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Prakta ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema ... viii

Daftar Gambar ... ix

Abstrak ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Terapi Alternatif ... 6

1.1 Defenisi Terapi Alternatif ... 6

1.2 Jenis dan Cara Pemilihan Terapi Alternatif ... 7

2. Pijat Refleksi ... 11

2.1 Defenisi Refleksi ... 11

2.2 Sejarah Refleksi ... 12

2.3 Fisiologi Pimijatan Refleksi... 14

2.4 Metode Refleksi ... 15

2.5 Hal-hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Pijat Refleksi ... 16

2.6 Hal-hal yang Perlu diperhatikan Dalam Pijat Refleksi . 17 2.7 Titik-titik Refleksi Pada Kaki dan Manfaatnya ... 18

2.8 Teknik-teknik Pemijatan Refleksi ... 24

3. Faktor-faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif ... 29

3.1 Faktor Sosial ... 30

3.2 Faktor Ekonomi ... 30

3.3 Faktor Psikologi ... 31

3.4 Faktor Budaya ... 31

3.5 Faktor Kejenuhan Terhadap Pelayanan Medis ... 32

3.6 Faktor Manfaat dan Keberhasilan Terapi ... 33

3.7 Faktor Pengetahuan ... 33


(7)

BAB 3 KERANGKANG KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep ... 36

2. Defenisi Operasional ... 38

BAB 4 METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian ... 41

2. Populasi dan Sampel ... 41

3. Lokasi Penelitian ... 43

4. Pertimbangan Etik ... 43

5. Instrument Penelitian ... 44

6. Pengumpulan Data... 46

7. Analisa Data ... 47

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 48

2. Pembahasan ... 56

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 67

2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70 LAMPIRAN

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Kuesioner Penelitian

3. Hasil output


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan presentase karakteristik

Responden... 49

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase faktor sosial ... 51

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan presentase faktor Ekonomi... 51

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan presentase faktor Budaya ... 52

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan presentase faktor psikologi ... 53

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan presentase faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis ... 53

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan presentase faktor manfaat dan Keberhasilan ... 54

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan presentase faktor Pengetahuan ... 55

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan presentase persepsi sakit dan penyakit ... 55


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka konsep faktor-faktor yang menyebabkan klien


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Organ tubuh manusia pada telapak kaki ... 19 Gambar 2. Titik tekan atau zona peta wilayah refleksi kaki ... 19 Gambar 3. Titik tekan pada kaki samping dalam, tungkai kaki dan

kaki samping luar ... 20 Gambar 4. Teknik pemijatan refleksi ... 29


(11)

Judul : Faktor-Faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif Pijat Refleksi di Kota Medan

Peneliti : Melina Syafitri Nasution NIM : 091121054

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Pengguna terapi alternatif pijat refleksi semakin diminati, dimana pemilihan terapi alternatif ini didasari oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan medis, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan dan persepsi tentang sakit dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel secara convenience sampling di Refleksi Angel dengan jumlah sampel 102 orang..

Berdasarkan data penelitian tentang karakteristik responden mayoritas pada kelompok usia 20-39 tahun (54%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50%), agama Islam (50%), suku Tionghoa (31%), pekerjaan wiraswasta (49%),

Penghasilan per bulan >Rp.2.000.000 (57%). Keluhan utama mereka untuk terapi alternatif pijat refleksi ada mencari kebugaran (61%). Hasil analisa menunjukkan bahwa alasan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi ditinjau berdasarkan masing-masing faktor adalah faktor pengetahuan dari aspek alternatif ini pijat refleksi tidak sama dengan dukun (100%), faktor budaya dari aspek alternatif ini berasal dari budaya kuno (95%), faktor sosial dari aspek alternatif ini karena yakin dengan pijat refleksi (92%), faktor psikologi dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi merasakan kenyamanan (90%), persepsi tentang sakit dan penyakit dari aspek alternatif ini pijat refleksi yang saling melengkapi dengan medis (90%), faktor manfaat dan keberhasilan dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi penyakit jarang kambung (88%), faktor ekonomi dari aspek alternatif ini dipilih karena biaya yang lebih murah (87%), dan faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis aspek dari alternatif ini sudah sering datang ke dokter (83%). Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar meneliti faktor yang paling berpengaruh

terhadap pemilihan terapi alternatif pijat refleksi dan efektifitas pijat refleksi terhadap salah satu penyakit.


(12)

Judul : Faktor-Faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif Pijat Refleksi di Kota Medan

Peneliti : Melina Syafitri Nasution NIM : 091121054

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2009/2010

ABSTRAK

Pengguna terapi alternatif pijat refleksi semakin diminati, dimana pemilihan terapi alternatif ini didasari oleh beberapa faktor yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan medis, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan dan persepsi tentang sakit dan penyakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel secara convenience sampling di Refleksi Angel dengan jumlah sampel 102 orang..

Berdasarkan data penelitian tentang karakteristik responden mayoritas pada kelompok usia 20-39 tahun (54%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50%), agama Islam (50%), suku Tionghoa (31%), pekerjaan wiraswasta (49%),

Penghasilan per bulan >Rp.2.000.000 (57%). Keluhan utama mereka untuk terapi alternatif pijat refleksi ada mencari kebugaran (61%). Hasil analisa menunjukkan bahwa alasan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi ditinjau berdasarkan masing-masing faktor adalah faktor pengetahuan dari aspek alternatif ini pijat refleksi tidak sama dengan dukun (100%), faktor budaya dari aspek alternatif ini berasal dari budaya kuno (95%), faktor sosial dari aspek alternatif ini karena yakin dengan pijat refleksi (92%), faktor psikologi dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi merasakan kenyamanan (90%), persepsi tentang sakit dan penyakit dari aspek alternatif ini pijat refleksi yang saling melengkapi dengan medis (90%), faktor manfaat dan keberhasilan dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi penyakit jarang kambung (88%), faktor ekonomi dari aspek alternatif ini dipilih karena biaya yang lebih murah (87%), dan faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis aspek dari alternatif ini sudah sering datang ke dokter (83%). Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya agar meneliti faktor yang paling berpengaruh

terhadap pemilihan terapi alternatif pijat refleksi dan efektifitas pijat refleksi terhadap salah satu penyakit.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Di zaman modern ini, banyak kegiatan dan aktivitas kerja yang dilakukan dengan cara duduk atau berdiri, ditambah dengan daya tarik gravitasi telah menyebabkan racun dari sisa-sisa hasil metabolisme yang tertimbun di telapak kaki, kemudian kurangnya akitivitas untuk berolahraga dan konsumsi makanan yang tidak seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh menyebabkan banyak orang merasa letih, lesu, tidak bersemangat dan timbulnya berbagai penyakit seperti stress, depresi, nyeri badan, gangguan penyakit pada organ tubuh manusia dan penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes dan hipertensi (Pamungkas, 2009). Shehata (1998, dalam Hadibroto, 2006) menyatakan bahwa untuk penyembuhan penyakit-penyakit tersebut, banyak alternatif pengobatan yang dapat digunakan oleh klien baik pengobatan medis maupun pengobatan tradisional atau terapi alternatif. Mangoenprasadjo (2005) juga menambahkan terapi alternatif sering dijadikan pelengkap suatu pengobatan untuk penyembuhan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Terapi alternatif merupakan cara pengobatan yang digunakan sebagai pilihan pengobatan konvensional yang menunjukkan perkembangan yang sangat luar biasa, namun juga memberikan keberhasilan penyembuhan bagi masyarakat pengguna jasanya (Turana, 2003). Selain itu, biaya pengobatan yang semakin mahal sekarang ini hampir tidak terjangkau lagi oleh sebagian besar masyarakat


(14)

khususnya pada tingkat ekonomi menengah kebawah dan beragam, kondisi kesehatan yang tidak bisa dipastikan oleh para dokter untuk dapat disembuhkan, serta adanya resiko pengobatan yang justru membuat kondisi penyakit klien memburuk (Hadibroto, 2006).

Pada saat ini, pengguna terapi alternatif mulai diminati, hal ini diketahui dari data yang menyebutkan bahwa di Amerika, klien yang menggunakan terapi alternatif di Negara Eropa penggunaannya bervariasi dari 23% di Denmark, 49% di Prancis dan di Negara Asia sendiri khususnya di Taiwan 90% klien mendapatkan terapi konvensional yang dikombinasikan dengan pengobatan tradisional Cina dan di Australia sekitar 48,5% masyarakatnya menggunakan terapi alternatif (Taruna, 2003). Sedangkan di Indonesia, menurut Susenas (2001), sebanyak 31,7% masyarakat Indonesia menggunakan obat tradisional dan 9,8% mencari terapi alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan mereka (Depkes, 2004).

Dari data diatas ada berbagai jenis terapi alternatif tersebut, menurut Charthy (1994, dalam Taruna, 2003) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis terapi alternatif yaitu : akupresue, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi, refleksiologi, pemijatan, dan pengobatan Cina. Diantara terapi tersebut terapi refleksi adalah salah satu pilihan klien atau masayarakat, dimana terapi refleksi merupakan pemberian energi yang dimasukan kedalam tubuh untuk memperlancar peredaran darah, melenturkan otot-otot, meningkatkan daya tahan


(15)

tubuh, stres, nyeri, dan ketegangan bisa dihilangkan, kekuatan dan kelenturan pikiran, tubuh, dan emosi bisa ditingkatkan, tidur bisa lebih berkualitas, restrukturisasi tulang, otot, dan organ dapat dibantu, cedera baru dan lama bisa disembuhkan, konsentrasi dan ingatan dapat ditingkatkan, bahkan, rasa percaya diri dan harmoni bisa disegarkan (Harapan, 2009). Selanjutnya Pamungkas (2009), juga menambahkan bahwa terapi refleksi ini bisa menyembuhkan hampir semua penyakit, tetapi tujuan utama dari terapi refleksi ini untuk kebugaran dan secara tidak langung dapat mencegah penyakit.

Terapi refleksi merupakan salah satu terapi alternatif yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas sejak lama, beberapa ratus tahun lalu bangsa Mesir mengenalnya dengan menggunakan batu untuk memijat, pijatan itu lalu disempurnakan oleh orang-orang Cina (Pamungkas, 2009). Namun, di negeri tirai bambu ini pijat tersebut semakin lama mengarah ke akupuntur, dan di Amerika pijatan Mesir ini menjadi pijat refleksi yang dikenal sekarang (Marsalina, 2008). Menurut Harapan (2009), pemijatan ini ditemukan dan diperkenalkan kepada dunia kedokteran oleh William Fitzgerald pada tahuan 1920-an, sementara di Indonesia dikembangkan oleh Hedi Masafret melalui bukunya “Good Health for

The Future”. Pengobatan terapi refleksologi ini hanya terdaftar di Dinas

Kesehatan (Yuwono, 2009).

Berdasarkan studi literatur, ada beberapa faktor atau alasan penyebab seorang klien memilih terapi alternatif, diantaranya : (1). Faktor sosial masyarakat, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya yang diadopsi klien kebanyakan, (4). Faktor psikologi, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan


(16)

medis yang tidak memberikan kesembuhan, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan terapi, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan kondisi penyakit yang di derita (Mubarak, 2009; Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Varghese, 2004).

Faktor-faktor pemilihan terapi alternatif yang telah diuraikan secara umum di atas akan diteliti sebagai faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi. Hasil studi pendahuluan peneliti terhadap data pengunjung klien pijat refleksi di beberapa tempat praktik pijat refleksi pada tahun 2009 sebanyak 4.704 orang, data terakhir sampai dengan bulan februari 2010 tercatat 138 orang. Berdasarkan data tersebut pengunjung untuk terapi pijat refleksi ini 80% adalah laki-laki dan 20% adalah wanita. Dari data pengunjung tersebut dapat terlihat bahwa minat masyarakat terhadap pengobatan alternatif terapi pijat refleksi semakin meningkat. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.

2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di Kota Medan.

3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan pertanyaan dalam penelitian ini yaitu, faktor-faktor apa saja penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di Kota Medan.


(17)

4. Manfaat Penelitian

4.1 Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi awal dalam penelitian keperawatan terkait dengan terapi alternatif pijat refleksi.

4.2 Bagi Pendidikan Keperawatan

Penelitian ini diharapkan menjadi informasi tambahan dan pengetahuan peserta didik keperawatan tentang materi pada kuliah keperawatan yang menggunakan terapi alternatif pijat refleksi.

4.3 Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini merupakan masukan kepada perawat yang bekerja di berbagai tatanan sistem pelayanan keperawatan kesehatan agar dapat memberikan pelayanan secara holistik sesuai dengan kebutuhan klien melalui pemanfaatan terapi alternatif pijat refleksi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Terapi Alternatif

1.1 Defenisi Terapi Alternatif

Terapi alternatif adalah setiap bentuk praktik pengobatan yang berada di luar bidang dan praktik pengobatan kedokteran modern (Hadibroto, 2006). Mursito (2003) menyatakan bahwa terapi alternatif digunakan diluar cara modern yang biasa dilakukan di rumah sakit, puskesmas dan balai pengobatan lainnya. Sedangkan menurut Mangoenprasadjo (2005), terapi alternatif merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standar) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern. Terapi alternatif menggunakan secara luas falsafah penyembuhan, pendekatan, dan berbagai jenis dan teknik terapi (Hadibroto, 2006).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terapi alternatif adalah praktik pengobatan, dan pelayanan kesehatan di luar praktik kedokteran yang mencakup luas falsafah penyembuhan, pendekatan dan berbagai jenis dan teknik terapi.


(19)

1.2 Jenis dan Pemilihan Tepat Terapi Alternatif

Menurut Charthy (1994 dalam Taruna, 2003) menyebutkan beberapa jenis terapi alternatif yaitu : akupresue, akupuntur, teknik alexander, kinesiology, aromaterapi, autogenic therapy, chiropractice, terapi warna, homeopati, osteopati, hipnoterapi, iridology, naturopathy, terapi nutrisi, terapi polaritas, psikoterapi, refleksiologi, pemijatan, dan pengobata.Cina.

Dalam ensiklopedia terapi alternatif, Shealy (1998) menyebutkan jenis terapi ini dibagi dalam 3 kelompok besar yaitu: pertama, terapi energi yang meliputi akupuntur, akupresur, shiatsu, do-in, shaoilin, qiqong. T’ai chi ch’uan, yoga, meditasi, terapi polaritas, refleksiologi, metamorphic technique, reiki, metode bowen, ayurveda, terapi tumpangan tangan. Kedua, terapi fisik yang meliputi masase, aromaterapi, osteopati, chiropractic, kinesiology, rolfing,

hellwork, feldenkrais methode, teknik alexander, trager work, zero balancing, teknik relaksasi, hidroterapi, flotation therapy, metode bates. Ketiga, terapi

pikiran dan spiritual yang meliputi psikoterapi, psikoanalitik, terapi kognitif, terapi humanistik, terapi keluarga, terapi kelompok, terapi autogenik, biofeedback, visualisasi, hipnoterapi, dreamwork, terapi cahaya, biorhythms, terapi warna. Sedangkan menurut Hadibroto (2006), untuk memudahkan pemahaman mengenai cara-cara terapi alternatif yang beragam, NCCAM (National Centre for

Complementary and Alternatif Medicine), yang menjadi sub-bagian dari NIH (National Institutes of Health), Bethesda, Maryland USA mengelompokkan terapi


(20)

1. Alternative Medical Systems

Alternative medical systems ini adalah pengganti dengan sistem

pengobatan lengkap (healing systems) yang tidak diberikan oleh dokter biasanya. Sistem ini berkembang sebelum ditemukan metode pengobatan konvensional. Misalnya : pengobatan ala oriental (Oriental medicine), Ayurveda dan Naturopati.

2. Mind-Body Interventions (Intervensi pikiran-tubuh)

Memperkuat fungsi dan reaksi tubuh dengan pendayagunaan kekuatan pikiran, misalnya : meditasi, hipnotis, berdoa dan mental healing.

3. Biological-based Therapy

Menggunakan bahan alami, misalnya herbal product (China, Barat dan obat tradisional lainnya), diet khusus dan orthomolrcular remedies.

4. Manipulative and Body-based methods

Merangsang atau menggerakan anggota tubuh untuk mengembalikan fungsinya yang normal, misalnya chiropractic, osteopathic manipulation, dan pijat

(massage). Juga termasuk gerak dan latihan pernafasan seperti yoga, Alexander

technique, pilates, teknik buteyko, eucapanic breathing.

5. Energy Therapy

Mendayagunakan sumber energi untuk memperbaiki fungsi sistem tubuh yang menggunakan tenaga yang berasal dari dalam atau luar tubuh untuk mengobati penyakit, yaitu : biofield therapies (misalnya acupuncture, acupressure, qi gong,

reiki, refleksilogi, therapeutic touch) dan bioelectromagnetic-based therapies


(21)

Menurut penelitian Supradi (1996), seseorang yang sakit akan mengambil keputusan untuk berobat dengan mempertimbangkan 3 hal, yakni : (a). alternatif apa saja yang dilihat masyarakat agar mampu menyelesaikan masalahnya, (b). kriteria apa yang dipakai untuk memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ada, dan (c). bagaimana proses pengambilan keputusan untuk memilih pengobatan alternatif tersebut. Cyberindo (CBN, 2004) menambahkan, perlu adanya cara memilih terapi alternatif yang tepat dan manfaatnya dengan cerdas.

Menurut Hadibroto (2006), sebelum menggunakan terapi alternatif terlebih dahulu harus mempelajari manfaat dan kerugiannya dan jangan mudah percaya oleh iklan atau promosi dari penyedia jasa, terapi alternatif sering melebih-lebihkan kehebatan produk kesehatan mereka. Badan Pengawas Obat dan Makanan atau FDA (food and drug administration) memperingatkan untuk berhati-hati dengan pernyataan iklan yang berlebihan, seperti :

1. Kata-kata yang menantang (red flag word)

Misalnya kata-kata : jaminan memuaskan (satisfaction guaranteed), keajaiban pengobatan (miracle cure), atau penemuan baru (new discovery).

2. Semboyan pengobatan yang menyesatkan (pseudo-medical jargon) Banyak istilah-istilah yang terdengar meyakinkan, tetapi tidak didukung dengan pembuktian medis yang dapat dipercaya, misalnya, kata-kata meremajakan, membersihkan (purify), penetral racun (detoxify), membangkitkan tenaga baru (energiza), yang tidak begitu jelas apa maksud dengan semua itu.


(22)

3. Menyembuhkan segalanya (cure-alls)

Jangan percaya bila ada produk atau cara penyembuhan yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit hanya dengan satu cara. Pada dasarnya manusia itu unik, sehingga ada obat yang cocok bagi seseorang, tetapi tidak cocok untuk orang lain. Walaupun gejala penyakitnya sama, tetapi penyebabnya bisa saja berbeda.

4. Fakta anekdot (anecdotal evidence)

Pernyataan yang tidak mengandung data ilmiah tetapi cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan, misalnya khasiat susu kuda liar yang dipercaya ampuh menyembuhkan penyakit tertentu.

Berdasarkan uraian diatas, banyaknya terapi alternatif membuat pasien bingung untuk memilihnya. Namun dari kriteria yang ada, terapi alternatif pijat refleksi adalah pilihan yang cocok. Hal ini dilihat dari masuknya terapi pijat refleksi ke dalam terapi energi. Menurut Pamungkas (2009) bahwa pemijatan refleksi merupakan pemberian energi yang dimasukan ke dalam tubuh untuk memperlancar peredaran darah, sehingga dapat terhindar dari penyakit dan dapat mengobati penyakit. Terapi alternatif pijat refleksi ini langsung memberikan sentuhan penekanan pijat pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai pada zona terapi yang berfungsi untuk menerangkan suatu batas dan letak reflek-reflek yang berhubungan langsung dengan organ tubuh manusia.

Hadibroto (2006) juga mengatakan, para peneliti menemukan adanya aliran energi di dalam tubuh yang berhubungan dengan zat kimia yang berfungsi sebagai penghantar rangsangan untuk mengontrol pusat-pusat yang


(23)

mempengaruhi organ tubuh manusia. Oxenford (1998) menambahkan, ketika sebuah rangsangan berjalan di sepanjang garis, rangsangan itu juga akan merangsang segala sesuatu yang berada di garis saluran tersebut. Organ-organ dan bagian-bagian tubuh manusia yang berfungsi dengan baik akan membiarkan energi mengalir dengan bebas melaluinya, dengan hampir tidak mengubahnya. Tetapi, ketika rangsangan bertemu dengan area tubuh yang rusak maka efek dari penambahan aliran energi akan merangsang bagian tersebut untuk menyembuhkan diri sendiri.

Selain itu, pijat refleksi mudah untuk dilakukan karena tidak harus dilakukan oleh terapis namun dapat dilakukan sendiri dimanapun dan kapanpun jika sudah tahu titik-titik saraf mana yang akan disentuh untuk mengobati penyakitnya. Biaya yang dikeluarkan juga relatif murah dan terjangkau serta manfaat yang dirasakan setelah pijat refleksi juga langsung terasa oleh klien.

2. Pijat Refleksi

2.1 Defenisi Refleksi

Menurut Soewito (1995), Refleksologi adalah ilmu yang mempelajari tentang titik-titik tekan tertentu pada kaki dan tangan manusia, untuk suatu penyembuhan. Hadibroto (2006) menambahkan bahwa refleksologi adalah cara pengobatan dengan merangsang berbagai daerah refleks (zona) di kaki, tangan, dan telinga yang ada hubungannya dengan berbagai organ tubuh.

Selain itu, Pamungkas (2009) juga mendefenisikan bahwa pijat refleksologi adalah jenis pengobatan yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan


(24)

tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai zona terapi. Zona terapi adalah wilayah/daerah yang dibentuk oleh garis khayal (abstrak) yang berfungsi untuk menerangkan suatu batas dan reflek-reflek yang berhubungan langung dengan organ-organ tubuh. Sedangkan menurut Nirmala (2004), pijat refleksi temasuk suatu terapi pelengkap atau alternatif berupa pemijatan daerah atau titik refleks pada telapak kaki atau tangan.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pijat refleksi merupakan salah satu pengobatan pelengkap alternatif yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan tubuh sendiri, dimana memberikan suatu sentuhan pijatan atau rangsangan pada telapak kaki atau tangan yang dapat menyembuhkan penyakit serta memberikan kebugaran pada tubuh.

2.2 Sejarah Refleksi

Bukti yang paling nyata dari sudah adanya praktik refleksologi pada kebudayaan kuno adalah ditemukan lukisan praktik refleksologi tangan dan kaki pada lukisan dinding di makam Ankhmahor (bangsawan tertinggi di bawah Firaun) di Saqqara, yang dikenal juga sebagai makam tabib. Lukisan dinding Mesir ini diperkirakan berasal dari tahun 2330 SM. Sebelum penemuan ini, anggapan umum mengenai refleksologi adalah bahwa sistem pengobataan ini berasal dan selalu dihubungkan dengan praktik penyembuhan oriental kuno seperti Shiatsu dan Akupunktur. Padahal di bagian dunia yang lain, suku Indian dari Amerika Utara juga diyakini sejak zaman purba telah mengetahui cara


(25)

memanipulasi dan menstimulasi kaki orang sakit sebagai bagian dari praktik penyembuhan mereka. Dari semakin banyaknya informasi yang terkumpul akhirnya menyimpulkan, bahwa berbagai ragam praktik modern refleksologi telah ada di semua kultur pengobatan kuno (Hadibroto, 2006).

Dalam peradaban Barat, salah satu buku yang paling awal yang berisikan tulisan mengenai refleksologi diterbitkan pada tahun 1582 oleh dua dokter Eropa yang paling menonjol pada zamannya, yakni Adamus dan A tatis. Selanjutnya adalah William H. Fritzgerald yang mengembangkan dan mempromosikan praktik refleksologi (Hadibroto, 2006).

Pada tahun 1913, Fritzgerald menemukan bahwa tekanan yang diaplikasikan pada titik-titik tertentu di tubuh bisa mengusir rasa nyeri dan memperbaiki fungsi dari organ-organ tubuh manusia tertentu. Berdasarkan risetnya Friztgerald mengembangkan suatu sistim baru yang terdiri dari sepuluh zona dan menjangkau mulai ubun-ubun hingga ujung jari kaki. Bersama Edwin Bowers C, menulis buku berjudul Zone Therapy yang kemudian dikenal sebagai refleksologi pada awal tahun 1960-an (Hadibroto, 2006).

Pada tahun 1961, atas desakan ikatan profesi fisioterapis, nama zone

therapy diubah menjadi reflexology (refleksologi). Nama-nama lain untuk

refleksologi yang popular di Amerika adalah Pressure Point Massage,

Compression Massage, Pointed Pressure Massage dan Vita-Flex. Sedangkan di

Eropa dan bagian dunia lain tetap banyak dipakai istilah zone therapy, di samping

Reflex Zone Therapy dan Reflexotherapy (Hadibroto, 2006)


(26)

2.3 Fisiologi Pemijatan Refleksi

Pamungkas (2009) menyatakan bahwa terapi pijat refleksi adalah cara pengobatan yang memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai pada zona terapi. Pada zona-zona ini, ada suatu batas atau letak reflek-reflek yang berhubungan dengan organ tubuh manusia, dimana setiap organ atau bagian tubuh terletak dalam jalur yang sama berdasarkan fungsi system saraf. Soewito (1995) menambahkan pada telapak kaki terdapat gambaran tubuh, dimana kaki kanan mewakili tubuh bagian kanan dan kaki kiri mewakili tubuh bagian kiri. Potter & Perry (1997) menegaskan bahwa pemberian sentuhan terapeutik dengan menggunakan tangan akan memberikan aliran energi yang menciptakan tubuh menjadi relaksasi, nyaman, nyeri berkurang, aktif dan membantu tubuh untuk segar kembali.

Apabila titik tekan dipijat atau disentuh dan diberi aliran energi maka system cerebral akan menekan besarnya sinyal nyeri yang masuk kedalam sistem saraf yaitu dengan mengaktifkan sistem nyeri yang disebut analgesia (Guyton & Hall, 2007). Ketika pemijatan menimbulkan sinyal nyeri, maka tubuh akan mengeluarkan morfin yang disekresikan oleh sistem serebral sehingga menghilangkan nyeri dan menimbulkan perasaan yang nyaman (euphoria). Reaksi pijat refleksi terhadap tubuh tersebut akan mengeluarkan neurotransmitter yang terlibat dalam sistem analgesia khususnya enkafalin dan endorphin yang berperan menghambat impuls nyeri dengan memblok transmisi impuls ini di dalam system serebral dan medulla spinalis (Guyton & Hall, 2007; Potter & Perry, 1997).


(27)

Rasa sakit yang dirasakan oleh tubuh di atur oleh dua sistem serabut saraf yaitu serabut A-Delta bermielin dan cepat dan serabut C tidak bermeilin berukuran sangat kecil dan lambat mengolah sinyal sebelum dikirim ke sistem saraf pusat atau sistem serebral. Rangsangan yang masuk ke sistem saraf serabut A-Delta mempunyai efek menghambat rasa sakit yang menuju ke serabut saraf C, serabut saraf C bekerja untuk melawan hambatan. Sementara itu, signal dari otak juga mempengaruhi intensitas rasa sakit yang dihasilkan. Seseorang yang merasa sakit bila rangsangannya yang datang melebihi ambang rasa sakitnya, secara reflek orang akan mengusap bagian yang cedera atau organ tubuh manusia yang berkaitan dengan daerah titik tekan tersebut. Usaha tubuh untuk merangsang serabut saraf A-Delta menghambat jalannya sinyal rasa sakit yang menuju ke serabut C menuju ke otak, dampaknya rasa sakit yang diterima otak bisa berkurang bahkan tidak terasa sama sekali (Guyton & Hall, 2007)

.

2.4 Metode Refleksi

Menurut Pamungkas (2009), metode pijat refleksi yang berkembang di tanah air berasal dari dua sumber, yaitu metode dari Taiwan dan metode yang diperkenalkan oleh Benjamin Gramm. Pada metode yang berasal dari Taiwan ini dilakukan pemijatan dengan menekan buku jari telunjuk yang ditekuk pada zona refleksi. Sedangkan metode kedua adalah metode yang diperkenalkan oleh Benjamin Gramm, dimana metode ini mempergunakan alat bantu berupa stik kecil untuk menekan zona refleksi.


(28)

Penekanan pada saat awal dilakukan dengan lembut, kemudian secara bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa sensasi yang ringan, tetapi tidak sakit. Pada individu seperti bayi, maupun orang tua maka tekanan dapat dibuat lebih lembut. Penekanan dapat dilakukan 30 detik sampai 2 menit (Harapan, 2009). Nirmala (2004) mengatakan, jika menggunakan alat bantu stik maka titik yang dipijat lebih terasa sakit, pijatan yang dilakukan bisa lebih kuat, tepat sasaran, dan tidak melelahkan. Apabila dengan menggunakan tangan, saat memijat akan terasa ada semacam butiran-butiran pasir bila organ yang dipijat ada gangguan. Kalau pasir tersebut tidak terasa lagi saat dipijat, maka tubuh sudah mulai membaik. Kedua metode tersebut telah berkembang di Eropa dan Amerika, dimana keduanya sama-sama bermanfaat untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit.

2.5 Hal-Hal yang Perlu diperhatikan Sebelum Pijat Refleksi

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum pijat refleksi menurut Nirmala (2004) dan Pamungkas (2009), yakni sebelum pemijatan, kaki terlebih dahulu direndam air hangat yang diberi minyak essensial sejenis garam tapi wangi. Gunanya untuk menghilangkan kotoran dan kuman yang ada di kaki, Setelah itu, kaki dikeringkan kemudian memakai minyak khusus untuk pemijatan supaya kulit tidak lecet ketika dipijat. Pemijatan sebaiknya dilakukan dua hari sekali atau tiga kali dalam seminggu dan pimijatan tidak dianjurkan untuk dilakukan setiap hari atau setiap saat karena akan merusak saraf refleks. Setiap titik refleksi biasanya dipijat 5 menit, jika terasa sakit sekali boleh dipijat 10


(29)

menit. Jika pemijatan terlalu keras dan klien merasa kesakitan, maka tekanan pijatan dikurangi dan memindahkan pijat ke bagian lainnya. Jangan memijat pada waktu klien menderita penyakit menular dan ada bagian tubuh yang luka ataupun bengkak.

Sesudah pemijatan maka akan menimbulkan reaksi yakni pada klien yang sakit ginjal, kadang-kadang akan mengeluarkan urine berwarna coklat atau merah dan hal ini merupakan gejala yang normal, terasa sakit pinggang setelah pemijatan selama hari ketiga dan keempatnya dan ini merupakan tanda bahwa peredaran darah sudah mulai kembali normal. Selain itu, reaksi yang ditimbulkan adalah suhu badan naik, ini merupakan reaksi yang nomal sebagai reaksi kelenjar refleksi. Kemudian timbul adanya luka/ulkus di paha, ini merupakan bahwa kotoran yang ada di dalam darah tidak dibuang secara normal sehingga dibuang melalui luka/ulkus. Timbul adanya vena yang menonjol, ini merupakan sirkulasi darah kembali normal. Tumit kaki bengkak, ini merupakan bahwa ada kelenjarnya yang masih terhambat. Dan apabila ada salah satu bagian tubuh yang sakit, ini disebabkan karena ada peredaran darah tersebut berhasil kembali berjalan dengan normal.

2.6 Hal-hal yang Perlu diperhatikan Dalam Pijat Refleksi

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pijat refleksi menurut Nirmala (2004) dan Pamungkas (2009) adalah seseorang yang hanya sekali atau dua kali pijat belum tentu dapat sembuh dari penyakitnya, namun diperlukan waktu yang cukup. Biasanya sakit dapat berangsur-angsur sembuh atau berkurang dengan


(30)

rajin dipijat. Untuk penyakit yang berat biasanya diperlukan 20-30 kali pijat atau sepuluh minggu.Bagi klien yang menderita penyakit jantung, diabetes melitus, lever dan kanker, pemijatan atau pemberian tekanan tidak boleh kuat. Tiap refleksi hanya boleh dipijat selama 2 menit. Pemijatan tidak boleh dilakukan apabila klien dalam keadaan sehabis makan. Setelah selesai pemijatan dianjurkan untuk minum air putih, agar kotoran dalam tubuh mudah terbuang bersama urine. Bagi penderita penyakit ginjal kronis tidak dianjurkan minum lebih dari 1 gelas. Tidak dianjurkan melakukan pemijatan jika dalam kondisi badan kurang baik karena akan mengeluarkan tenaga keras. Dan yang terakhir tidak dianjurkan pemijatan pada ibu hamil, karena akan terjadi peningkatan hormon dan badan terlihat bengkak dan terasa sakit apabila ditekan begitu juga tidak dianjurkan pada penderita rheumatoid arthtritis.

2.7 Titik-Titik Refleksi Pada Kaki dan Manfaatnya

Gambaran tubuh dengan segala isinya dapat ditemukan pada telapak kaki, dan ini disebut titik tekan, titik tekan ini yang akan dimanfaatkan untuk suatu penyembuhan. Bila titik-titik tekan tertentu ditekan, maka akan menimbulkan suatu aliran energi yang mengalir sepanjang jalur zone pada zone yang ditekan tersebut (Soewito, 1995)


(31)

Berikut gambar organ tubuh manusia yang di temukan pada telapak kaki sebagai berikut :

Gambar 1. Organ Tubuh Manusia pada Telapak Kaki

Berikut gambar titik tekan atau zona peta wilayah refleks di kaki adalah sebagai berikut :

Telapak Kaki kanan Telapak Kaki kiri


(32)

Kaki samping dalam Tungkai kaki Kaki samping luar

Gambar 3. Titik Tekan pada Kaki Samping Dalam, Tungkai Kaki dan Kaki Samping Luar

Sumber : Pamungkas, Refalino. (2009). Jari Refleksi Pijat Refleksi Dengan Jari. Yogyakarta : Lafal Indonesia

Keterangan gambar pada sistem tubuh adalah : 2.7.1 Sistem persarafan pusat

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 1. otak (brain)

2. dahi

3. otak kecil (cerebellum) 4. N. V (trigeminus) b. Pada kaki samping luar

5. N. V (trigeminus) 2.7.2 Penglihatan


(33)

2.7.3 Pendengaran

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 9. telinga (ear)

2.7.4 Sistem pernafasan

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 7. hidung (nose)

11.otot trapezius

14. paru-paru dan bronkus (lung/broncos)

b. Pada kaki samping dalam & luar dan tungkai kaki 6. hidung (nose)

10. bahu (shoulder) 43. rongga dada (chest) 44. diafragma

48. esophagus 61. iga

2.7.5 Sistem kardiovaskuler

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 29.jantung

2.7.6 Sistem pencernaan

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 16. lambung

17. duodenum 18. pankreas


(34)

19. serabut saraf lambung 23. yeyenum

24. colon transverses 25. apendiks

26. colon desendens 27. rectum

28. anus 29. limfa 2.7.7 Sistem perkemihan

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 21. ginjal

22. ureter 23. bladder 51. uretra

2.7.8 Sistem muskuluskletal

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 28. lutut (knee)

b. Pada kaki samping dalam & luar dan tungkai kaki 35. lutut (knee)

38. sendi panggul

46. rahang atas/gigi/graham (upper jaw/teeth/gums) 47. rahang bawah/gigi/graham (lower jaw/teeth/gums) 49. kunci paha (groin)


(35)

54. tulang punggung (spine) 55. tulang pinggang (lumbar spine) 56. tulang kemaluan

57. tulang ekor (coccyx) 58. pinggul (hip)

2.7.9 Sistem reproduksi

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 29. kelenjer reproduksi (indung telur/testis) 31. kelenjer reproduksi (indung telur/testis) b. Pada kaki samping dalam & luar dan tungkai kaki

49. rahim (uterus) dan kelenjer prostat 50. penis dan vagina

2.7.10 Sistem endokrin

a. Pada telapak kaki kanan dan telapak kaki kiri 7. leher

12. tiroid 13. paratiroid 19. adrenal

36. kelenjer reproduksi

53. tulang leher (cervical spine) 2.7.11 Sistem kelenjer limfe

a. Pada kaki samping dalam & luar dan tungkai kaki 39. kelenjer getah bening (bagian atas tubuh)


(36)

40. kelenjer getah bening (bagian perut) 41. kelenjer getah bening (bagian dada) 45. amandel

Adapun manfaat pijat refleksi itu sendiri menurut Pamungkas (2009) yaitu: Melancarkan sirkulasi darah di dalam seluruh tubuh, menjaga kesehatan agar tetap prima, membantu mengurangi rasa sakit dan kelelahan, merangsang produksi endorphin yang berfungsi untuk relaksasi tubuh, mengurangi beban yang ditimbulkan akibat stress, membuang toksin, memperkuat fungsi sistem limfatik yang menghilangkan racun dan zat bahaya lain dari tubuh, memperbaiki keseimbangan kimiawi tubuh dan meningkatkan imunitas, memperbaiki keseimbangan potensi elektrikal dari berbagai bagian tubuh dengan memperbaiki kondisi zona yang berhubungan, menyehatkan dan menyeimbangkan kerja organ-organ tubuh manusia.

2.8 Teknik-Teknik Pemijatan Refleksi

Adapun teknik-teknik pemijatan refleksi menurut Oxenford (1998) adalah sebagai berikut :

a. Gerakan mengelus (Effleu-rage)

1) Geserkan tangan secara beruntun ke arah bawah dari puncak kaki (bagian punggng kaki), yaitu dari puncak siku kaki (mata kaki) ke ujung-ujung jari kaki

2) Geserkan ujung-ujung jari mengelilingi tulang siku kaki (mata kaki), gerakan ini akan sekaligus melembutkan kulit dan jaringan


(37)

3) Geserkan jari-jari kebawah di sisi-sisi kaki dari puncak siku kaki (mata kaki) ke arah jari, satu tangan pada masing-masing sisi ini akan terasa seperti air mengalir pada kaki

4) Pegang kaki, gunakan telapak dan jari-jari tangan satu lagi untuk memijat berputar-putar dibagian punggung kaki yang terletak antara jari kelingking dan mata kaki

b. Gerakan menyebar

1) Pegang kaki dengan kedua tangan dimana jempol tangan saling bertemu di punggung kaki dan jari-jari lain menggenggam kaki. Tariklah jempol dari tengah kearah sampng. Ulangi gerakan ini secara menyeluruh sampai ke jari kaki

2) Pegang kaki dengan kedua tangan diman jempol tangan saling bertemu ditelapak kaki dan jari-jar lain menggenggam kaki. Tarik jempol dari tengah kearah samping. Ulangi gerakan ini secara menyeluruh sampai ke jari kaki.

c. Siku kaki

1)Rotasi siku kaki

Pengang tumit dengan telapak tangan, tangan yang satu lagi diletakan dijari-jari kaki dengan menggunakan empat jari tangan kemudian jempol tangan diletakan di samping jempol kaki. Putarlah kaki searah jarum jam. Lakukan beberapa putaran, kemudian ulangi dengan arah sebaiknya.


(38)

2) Peregangan siku kaki

Pegang kaki dengan cara yang sama seperti posisi rotasi sik kaki. Regangkan kaki kearah bawah sedemikian rupa sehingga jari-jari kaki menunjukkan kearah bawah, sejauh mungkin selama masih terasa nyaman. Selanjutnya, dorong kaki kembali kearah tungkai sehingga jari-jari kaki menunjuk kearah atas, sejauh mungkin selama masih terasa nyaman.

d. Gerakan meremas/Mengaduk adonanroti

Peganglah kuat-kuat satu kaki dengan satu tangan, pijatlah telapaknya dengan tangan lainya. Tangan yang memijat berada dalam posisi mengepal, gunakan bagian depan (bagian bawah dari jari-jari, bukan bagian tulang yang menonjol) dari kepalan tangan untuk memijat seluruh telapak kaki, dengan gerakan seakan-akan meremas/mengaduk adonan roti. Ini merupakan gerakan yang lambat, dalam dan berirama. Terutama berguna ketika mengerjakan tumit yang keras, disini boleh menggunakan bagian tulang yang menonjol dari sendi kedua jari-jari untuk mengendurkan jauh ke dalam jaringan tumit, dimana terletak refleks skiatik dan refleks pinggul.

e. Gerakan-gerakan stimulasi (Perangsangan)

1) Gerakan naik turun dan dari sisi ke sisi

Pegang kaki di antara kedua tangan, gerakan tangan-tangan dengan keras keatas dan bawah pada sisi-sisi kaki, dari tumit ke jari-jari kaki


(39)

sebaliknya. Dalam posisi yang sama, sekarang gulungkan kaki diantara tangan-tangan sehingga berguling dari sisi ke sisi

2) Melonggarkan siku kaki

Setelah melakukan gerakan diatas, kerjakan bagian belakang dari n tulang siku kaki dengan sisi-sisi tangan, dengan telapak menghadap keatas. Berikan rangsangan dan pengenduran pada sisi-sisi tumit. Ini juga merupakan gerakan yang cepat. Jangan menabrak bagian mata kaki f. Rotasi jari-jari kaki

Pegang/dukung kaki dengan kuat dengan satu tangan yang memegangi kaki pada bagian tumit dalam posisi standar. Tangan lain digunakan untuk menggenggam jari-jari dengan kuat, tetapi tidak menekannya terlalu keras. Putarlah jari-jari kaki, tindakan ini akan melonggarkan jari-jari kaki dan meningkatkan kelenturan sekaligus mengendurkan otot-otot leher jari kaki. g. Putaran spinal

Letakkan tangan dibagian punggung kaki secara berdampingan dengan jari-jari telunjuk saling bersentuhan dan jempol-jempol tangan berada dibawah telapak kaki. Dengan perlahan lakukan gerakan maju mundur dibagiann punggung kaki dan sekeliling bagian dalam telapak kaki. Selanjutnya pindahkan kedua tangan sedikit lebih depan (ke arah jari-jari kaki) dan ulangi seluruh gerakan


(40)

h. Diafragma

1) Pegang kaki, kemudian letakkan tangan untuk memijat dengan jempol berada pada alas bagian bola kaki dan jari-jari tangan terletak pada punggung kaki. Tekan ke arah bawah dimana jempol geserkan ke samping dan ulangi penekanan. Gerakan ini seperti mengangkat dan menurunkan botol bir dengan sebuah pegangan besar

2) Dapat juga mengendurkan diafragma dengan memegangi kaki dengan cara yang sama dan mengerjakan bagian diafragma dengan memutar jempol jari tangan pemijat dengan kuat.

i. Pleksus solar

Pleksus solar terletak di garis diafragma yaitu, letakkan tangan pada punggung kaki (jempol tangan dibagian telapak kaki) dan menekan perlahan-perlahan bagian tengah bantalan ditelapak kaki, refleks pleksus solar terletak di cekungan tengah-tengah bantalan. Pleksus solar adalah tempat bersilangnya saraf-saraf bagian perut. Tempat ini merupakan pusat utama untuk mengumpulkan stress dan semua perasaan gugup lainnya.


(41)

Berikut gambar beberapa teknik pemijatan refleksi adalah sebagai berikut :

Gambar 4. Teknik Pemijatan Refleksi

Sumber : Oxenford. (1998). Penyembuhan Dengan Refleksologi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

3. Faktor-faktor Penyebab Klien Memilih Terapi Alternatif

Pengobatan dalam masyarakat sebagai perilaku kesehatan masyarakat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan (Notoatmodjo, 2007). Terapi alternatif semakin beragam disamping pelayanan medis yang semakin meningkat mutu dan kecanggihan teknologinya.

Ada beberapa faktor atau alasan penyebab seorang klien memilih terapi alternatif, diantaranya : (1). Faktor sosial masyarakat, (2). Faktor ekonomi, (3). Faktor budaya yang diadopsi klien kebanyakan, (4). Faktor psikologi, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis yang tidak memberikan kesembuhan, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan terapi, (7). Faktor pengetahuan, (8). Persepsi tentang sakit dan kondisi penyakit yang di derita (Mubarak, 2009; Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Varghese, 2004).


(42)

3.1 Faktor Sosial Masyarakat

Proses sosial menurut Mubarak (2009) merupakan cara-cara berhubungan orang-perorangan dan kelompok-kelompok sosial yang saling bertemu. Varghese (2004) menyebutkan bahwa pengaruh sosial memang sangat kompleks salah satunya adalah pengaruh orang lain atau sugesti teman yang memiliki alas an memilihan terapi alternatif. Menurut Deucth dan Gerard (1955, dalam Maramis, 2006) hal ini disebabkan karena pengaruh informasional yaitu pengaruh agar informasi yang diperoleh dari orang lain diterima sebagai fakta, sehingga dengan pengaruh tersebut dapat mempengaruhi prilaku orang-orang yang berada disekitarnya. Hal ini dapat dilihat pada fenomena sosial di sebagian masyarakat bahwa prilaku mencari dan memelihara kesehatan pada pengobatan alternatif tersebut sudah mendapatkan pembenaran bahkan saling merekomendasikan klien yang sakit pada pengobatan alternatif (foster & Anderson, 1986).

3.2 Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi mepengaruhi masyarakat dalam mempertahankan kondisi kesehatannya yang baik (Mubarak, 2009). Varghese (2004) menyatakan terapi alternatif dipilih karena alasannya murah dalam mempertahankan derajat kesehatan. Marsalina (2008) menambahkan bahwa pergi ke terapi alternatif biayanya sangat terjangkau bahkan ada yang membuat gratis maka, masyarakat dapat menikmati fasilitas kesehatan tersebut. Faktor ini diperkuat dengan persepsi masyarakat bahwa terapi alternatif sedikit membutuhkan tenaga, biaya, dan waktu (Foster & Anderson, 1986).


(43)

3.3 Faktor Budaya yang Diadopsi Klien Kebanyakan

Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan dirinya terhadap kebutuhan dasarnya, dimana kebudayaan merupakan keseleruhan yang kompleks yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, tingkah laku, kebiasaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat (Mubarak, 2009). Salah satu alasan mengapa klien memilih tempat terapi alternatif karena pengobatan di tempat ini memiliki seseorang yang mampu mempercepat kesembuhan penyakitnya (Foster & Anderson, 1986).

3.4 Faktor Psikologi

Manusia merupakan makhluk bio-psiko-kultural-spiritual, dan unsur-unsur ini saling mempengaruhi. Oleh karena itu dibutuhkan pendekatan yang holistic dalam menghadapi individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan (Maramis, 2006). Termasuk diantaranya melalui pendekatan psikologis yaitu segala sesuatu berkenaan dengan proses mental baik normal maupun abnormal dan pengaruhnya pada prilaku (Depdiknas, 2005). Kebutuhan akan hal ini tersebut menurut Kessler & Ress L dalam Turana (2003) dapat dipenuhi oleh terapi alternatif sehingga pasien lebih mengontrol penyakitnya. Dalam hal ini, klien memperoleh kenyamanan pada saat berobat. Selain juga tidak menggunakan peralatan-peralatan yang menyakitkan (Zulkifli, 1999). Sedangkan Nirmala (2004) menambahkan, klien tidak ada keluhan atau rasa sakit selama pengobatan dan merasa diberi efek penyegaran dan relaksasi.


(44)

3.5 Faktor Kejenuhan terhadap Pelayanan Medis yang Tidak Memberikan Kesembuhan

Proses terapi alternatif yang terlalu lama daripada pelayanan medis meyebabkan si penderita bosan menerima peran sebagai pasien, dan ingin segera mengakhirinya, oleh karena itu dia berusaha mencari alternatif terapi lain yang mempercepat penyembuhannya atau hanya memperingan rasa sakitnya (Foster & Anderson, 1986).

Menurut Turana (2003) dari sudut pandang klien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Pengguna dari terapi alternatif ini biasanya pula mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Kedokteran modern belum mampu secara meyakinkan menangani masalah penyakit degeneratif seperti masalah penuaan, kanker, diabetes, hipertensi. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kepercayaan masyarakat dan minat pencari pertolongan ke terapi alternatif. Harapan (2009) menambahkan, seseorang yang sudah didiagnosa seorang dokter menderita penyakit yang parah dan dikatakan akan bertahan dua tahun lagi, maka seseorang itu mencari pengobatan lain untuk bertahan hidup dan mengatasi penyakitnya dengan menggunakan terapi alternatif.

3.6 Faktor Manfaat dan Keberhasilan Terapi

Varghese (2004) menyatakan keefektifan dari terapi alternatif menjadi alasan yang sangat berpengaruh terhadap pemilihan terapi alternatif. Suatu hal dikatakan berhasil apabila mendatangkan hasil atau perubahan ke arah yang diharapkan (Depdiknas, 2005). Pernyataan ini juga di dukung oleh Turana (2003)


(45)

adanya beberapa manfaat umum dari terapi alternatif baik secara psikologis dan sosial yang dapat terpengaruh akibat ketidakpastian penyakit, biaya yang rendah dan menyenangkan, penguatan dan keterlibatan langsung klien dalam penanganan penyakitnya.

Harapan (2009) berpendapat penggunaan terapi alternatif ini bisa langsung dirasakan manfaat dan keberhasilannya dalam mengatasi berbagai penyakit. Pamungkas (2009) menambahkan penggunaan terapi alternatif ini selain bisa menyembuhkan bisa juga untuk kebugaran dan secara tidak langsung dapat mencegah penyakit.

3.7 Faktor Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata, telinga atau kognitif yang merupakan hal yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang yang didapat secara formal dan informal. Pengetahuan formal diperoleh dari pendidikan sekolah sedangkan pengetahuan informal diperoleh dari media informasi yaitu media cetak seperti buku-buku, majalah, surat kabar, juga media elektronika seperti televisi, radio dan internet (Purwanto, 1996).

Pengetahuan formal terkait dengan tingkat pendidikan. Tingkat pendidikan yang berbeda mempunyai kecenderungan yang tidak sama dalam mengerti dan


(46)

bereaksi terhadap kesehatan mereka, hal ini yang juga dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan terhadap pengobatan (Notoatmodjo, 2003). Tingkat pendidikan yang masih rendah serta kurangnya informasi kesehatan yang diterima menyebabkan sebagian besar masyarakat kurang menyadari akan pentingnya kesehatan. Keadaan seperti ini membuat masyarakat berpedoman bahwa sehat adalah kondisi fisik/biologisnya masih mampu melakukan aktivitas dan gerakan yang normal seperti biasanya berarti dalam kondisi sehat, sedangkan konsep sakit adalah jika kondisi tubuh sudah tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari (Foster & Anderson, 1986).

Menurut Turana (2003), bahwa sudut pandang klien bukan suatu hal yang penting mengenai dasar ilmiah. Penggunaan terapi alternatif ini biasanya pula sudah mencoba pengobatan konvensional yang tidak menyembuhkan penyakitnya. Hal ini membuat pasien tidak percaya akan pelayanan medis, dan penggunaan terapi alternatif ini mendengar keberhasilan penyembuhan alternatif dari orang-orang disekitar lingkungan yang sudah mengalami kesembuhan melalui pengobatan alternatif tersebut.

3.8 Persepsi Tentang Sakit dan Kondisi Penyakit yang Diderita

Pesepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda, meskipun mengamati terhadap objek yang sama (Notoatmodjo, 2007). Menurut Mubarak (2009) persepsi terhadap penyebab penyakit akan menentukan cara pengobatannya, dimana penyebab penyakit dikatagorikan 2 golongan yaitu pertama personalitik karena


(47)

penyakit timbul karena perbuatan orang lain atau berbau mistik, sedangkan kedua yaitu naturalistik karena penyakit disebabkan faktor makanan,debu dan alam.

Foster & Anderson (1986) berpendapat Tidak ada satu perilaku kesehatan individu yang sama dalam mencari alternatif penyembuhan, karena memang setiap individu memiliki karakteristik perilaku sendiri-sendiri. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsikan penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Becker (1979 dalam Notoatmodjo 2007) mengklasifikasikan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan yaitu: perilaku sehat dan perilaku sakit. Perilaku sehat (health behavior) merupakan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Sedangkan perilaku sakit (the sick role behavior) merupakan segala tindakan atau kegiatan yang dilakukan individu yang merasa sakit, untuk merasakan dan mengenal keadaan kesehatannya atau rasa sakit.


(48)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Terapi pijat refleksi adalah terapi alternatif yang mengadopsi kekuatan dan ketahanan tubuh sendiri, dengan cara memberikan sentuhan pijatan pada lokasi dan tempat yang sudah dipetakan sesuai zona terapi (Pamungkas, 2009). Terapi pijat refleksi bermanfaat melancarkan sirkulasi darah, menjaga kesehatan agar tetap prima, mengurangi rasa sakit dan kelelahan, merangsang produksi endorphin yang berfungsi untuk relaksasi tubuh, mengurangi stress, membuang toksin, memperkuat fungsi sistem limfatik yang menghilangkan racun dan zat bahaya lain dari tubuh, meningkatkan imunitas dan menyeimbangkan kerja organ-organ tubuh manusia (Harapan, 2009).

Terapi pijat refleksi ini tidak semua dapat dipersepsikan secara positif oleh masyarakat, tetapi ada beberapa fakto-faktor Penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi yaitu : (1). Faktor sosial masyarakat merupakan pengaruh sugesti yang diterima seseorang, (2). Faktor ekonomi berdasarkan pengeluaran biaya yang murah, (3). Faktor budaya yang diadopsi klien kebanyakan yang diukur dari nilai-nilai atau kebiasaan prilaku, (4). Faktor psikologi merupakan ungkapan klien terhadap rasa nyaman, (5). Faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis yang tidak memberikan kesembuhan merupakan ungkapan rasa ketidakpuasan klien terhadap pelayanan medis, (6). Faktor manfaat dan keberhasilan terapi dapat dinilai/diidentifikasi dari hasil terapi alternatif yang


(49)

dirasakan oleh klien, (7). Faktor pengetahuan, berdasarkan kepedulian masyarakat peduli informasi kesehatan (8). Persepsi tentang sakit dan kondisi penyakit yang senantiasa mengganggu aktivitas sehari-hari (Mubarak, 2009; Foster & Anderson, 1986; Turana, 2003; Varghese, 2004).

Skema 1. Kerangka Konsep faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif dapat digambarkan sebagai berikut :

Faktor-faktor yang

menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi: • Faktor sosial

• Faktor ekonomi • Faktor budaya • Faktor psikologis

• Faktor kejenuhan terhadap pelayanan

• Faktor manfaat dan keberhasilan terapi • Faktor Pengetahuan • Persepsi tentang sakit dan

kondisi penyakit yang di derita

Terapi Alternatif Pijat Refleksi


(50)

2. Defenisi Operasional

Definisi operasional faktor-faktor Penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi, yaitu: faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan medis, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan, dan persepsi terhadap sakit dan penyakit. Adapun definisi operasional sebagai berikut :

Faktor Sosial. Faktor sosial merupakan pengaruh informasi yang diterima seseorang dari sugesti orang-orang terdekat, yang memberikan pembenaran terhadap kegunaan/manfaat pijat refleksi

Faktor Ekonomi. Faktor ekonomi adalah pemilihan terapi alternatif pijat refleksi berdasarkan kepada penilaian responden terhadap pengeluaran biaya terapi yang lebih murah, dengan waktu reaksi penyembuhan yang cepat, dan tenaga yang dikeluarkan sedikit serta tidak ada usaha yang dikeluarkan sebelum dan setelah pengobatan

Faktor Budaya. Faktor budaya diukur dari nilai-nilai atau kebiasaan prilaku suku cina dari etnis tionghoa, atau nilai-nilai kepercayaan lainnya yang dapat menyembuhkan penyakit


(51)

Faktor Psikologi. Faktor psikologi merupakan ungkapan responden terhadap rasa nyaman ketika dipijat, perasaan menjadi rileks dan rasa aman dengan penggunaan peralatan yang menyakitkan dan menakutkan

Faktor Kejenuhan Terhadap Pelayanan Medis. Faktor kejenuhan merupakan ungkapan rasa ketidakpuasan responden terhadap pelayanan medis yang tidak memberikan kepuasan terhadap kesembuhan berkaitan dengan pemeriksaan klinis ataupun pengobatan penyakit yang diderita klien

Faktor Manfaat dan Keberhasilan. Faktor manfaat dan keberhasilan terapi dinilai/diidentifikasi dari hasil terapi alternatif yang dirasakan oleh responden, dengan berkurangnya gejala dan penyakit yang diderita, pada waktu yang relatif lebih cepat didasarkan pada laporan subjektif responden

Faktor Pengetahuan. Tingkat pendidikan mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam kepedulian terhadap informasi kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatannya.

Persepsi Sakit dan Penyakit. Sakit yang dirasakan oleh responden berdasarkan persepsi tentang sakit kemampuan ungkapan responden tentang penyakit yang diderita senantiasa mengganggu aktivitas sehari-hari, mencari terapi alternatif lain, atau terapi pijat refleksi


(52)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini yang digunakan adalah deskriptif, bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.

2. Populasi dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dari penelitian ini adalah klien yang datang untuk mendapatkan terapi alternatif pijat refleksi di praktik Angel Refleksi Kaki Medan. Berdasakan data pengunjung klien di praktik Angel Refleksi Kaki Medan jumlah klien setiap bulannya diperkirakan mencapai 138 orang (Data kunjungan, 2009).

2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006). Penentuan jumlah sampel yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah berdasarkan Nursalam (2003), yaitu untuk sampel <1000, maka penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan menggunakan rumus, sebagai berikut :


(53)

n = N

1+N (d)2

n = 138

1+138 (0,05)

n = 102

2

keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Tingkat signifikansi (p=0,05)

Maka jumlah sampel yang diperoleh adalah 102 orang, semakin banyak sampel, maka hasil penelitian akan lebih representatif.

Dalam penelitian ini digunakan teknik convenience sampling yaitu cara pengambilan sampel saat calon responden berada di tempat ketika proses pengambilan data dilakukan, dan sampel tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah klien berusia 17-45 tahun, bersedia menjadi respoden dan dapat berbahasa Indonesia.


(54)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di praktik Angel Refleksi Kaki Medan dengan pertimbangan bahwa tempat praktik tersebut memiliki izin pendirian dari Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, jumlah populasi yang memadai dan dapat mewakili sampel penelitian. Selain itu, penelitian tentang faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di praktik tersebut juga belum pernah dilakukan. Dan pertimbangan lokasi yang mudah dijangkau dalam proses penelitian mengingat bahwa penelitian ini dilakukan pada masa studi.

Adapun waktu penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Januari tahun 2010.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan persetujuan Pimpinan tempat praktik Angel Refleksi Kaki Medan. Dalam penelitian ini juga mempertimbangan aspek etik, yaitu memberi penjelasan kepada responden penelitian tentang tujuan penelitian ini dan prosedur pelaksanaan penelitian. Calon responden yang bersedia menjadi subjek penelitian akan diminta kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon reponden berhak menolak dan mengundukan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko baik secara fisik maupun secara psikologis bagi individu yang menjadi responden dan kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga dengan cara tidak


(55)

menuliskan nama responden pada instrument penelitian (menggunakan kode responden). Data-data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

5. Instrumen Penelitian 5.1 Kuesioner Penelitian

Untuk mendapatkan informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka. Kuesioner terdiri dari 2 bagian yaitu karakteristik responden dan kuesioner faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.

Kuesioner tentang karakteristik responden meliputi : usia, pendidikan, agama, suku, pekerjaan, penghasilan, keluhan/penyakit yang dialami. Kuesioner tentang faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi terdiri dari faktor sosial (pertanyaan no. 1-4), faktor ekonomi (pertanyaan no. 5-8), faktor budaya (pertanyaan no. 9-12), faktor psikologis (pertanyaan no. 13-16), faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis (pertanyaan no. 17-20), faktor manfaat dan keberhasilan terapi (pertanyaan no. 21-24), faktor pengetahuan (pertanyaan no. 25-28), Persepsi tentang sakit dan penyakit (pertanyaan no. 29-32). Bentuk pertanyaan dengan jawaban ya dan tidak (dikotomi), apabila responden menjawab ya maka nilai yang diberikan adalah 1 dan jika responden menjawab tidak maka diberi nilai 0 (Nursalam, 2003). Untuk pernyataan positif (pertanyaan no. 1,2,4,5,6,8,9,10,12,13,16,17,18,19,21,22,24,25,27,29,30,32) dan


(56)

untuk pernyataan negatif (pertanyaan no. 3,7,11,14,15,20,23,26,28,31). Kuesioner karakteristik dan kuesioner faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi tidak dianalisis, hanya untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi dan presentasi.

5.2 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep penelitian, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas instrument. Untuk mengidentifikasi instrumen ini sudah mewakili atau tidak. Uji validitas yang telah dilakukan pada peneliti ini adalah uji validitas isi. Pada penelitian ini, peneliti telah menunjukan kuesioner yang telah disusun kepada dosen keperawatan komunitas. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar derajat atau keampuhan alat ukur secara konsistensi sasaran yang akan di ukur (Polit & Hungler, 1995). Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas dengan uji KR 21. Instrument diujikan pada 10 responden yang sesuai dengan kriteria di luar dari sampel di praktik pijat refleksi yang berbeda yaitu di Mitra Refleksologi dengan hasil uji reliabilitas sebesar 0,858. Dengan demikian instrument ini layak untuk digunakan.

6. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan berpedoman pada kuesioner. Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin pelaksanaan penelitian dari institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan dan


(57)

izin dari pemimpin Refleksologi Medan. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data. Pada saat pengumpulan data peneliti mencari responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya dan setelah mendapatkan calon responden, selanjutnya peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner dan bila responden yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani informed

consent, dan bila tidak bersedia menandatangani informed consent maka sapat

disampaikan dengan lisan.

Pada saat pengisian kuesioner sebagian rersponden mengisi sendiri kuesioner dan responden yang lain menjawab pertanyaan kuesioner yang dibacakan oleh peneliti. Waktu pelaksanaan pengisian kuesioner diperlukan 25 menit. Banyaknya responden yang tidak bisa mengisi sendiri kuesioner dikarenakan situasi dan kondisi tempat penelitian (praktik refleksi) karena alasan, mau cepat pulang, tidak ingin diganggu kenyamanannya, mau cepat langsung diterapi dan sebagian kuesioner diberikan ketika pasien sedang terapi pijat refleksi.

Setelah selesai pengisian peneliti kemudian memeriksa kelengkapan data, jika ada data yang kurang langsung dapat dilengkapi. Setelah semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, maka selanjutnya peneliti menganalisa data.


(58)

7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka peneliti melakukan analisa data dengan langkah-langkah yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk (editing). Memberikan kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data (coding). Dan mempermudah analisa data, pengolahan dan pengambilan kesimpulan melakukan tabulasi (tabulating). Setelah data terkumpul, maka analisa data dilakukan melalui pengolahan dan secara komputerisasi.

Dari pengolahan data statistik deskriptif, data demografi akan disajikan bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi untuk melihat faktor-faktor klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.


(59)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

1. Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian mengenai faktor-faktor penyebab klien memilih terapi altenatif pijat refleksi di kota Medan yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 5 sampai dengan 9 Juli 2010 di Angel Refleksi Kaki Medan dengan jumlah responden sebanyak 102 orang. Penyajian hasil analisa data dalam penelitian ini meliputi data karakteristik responden dan faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi.

1.1 Karakteristik Responden

Hasil penelitian berdasarkan data karakteristik responden yang akan dipaparkan mencakup usia, pendidikan terakhir, agama, suku, pekerjaan, penghasilan perbulan dan keluhan utama. Dari data yang diperoleh (tabel 1.) menunjukkan mayoritas responden berumur berada pada kelompok usia 20-39 tahun (54%), pendidikan terakhir perguruan tinggi (50%), agama islam (50%), suku Tionghoa (31%), pekerjaan wiraswasta (49%), Penghasilan per bulan > Rp.2.000.000 (57%), dan keluhan utama mereka pergi ke terapi alternatif pijat refleksi untuk mencari kebugaran (61%).


(60)

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase berdasarkan data karakteristik responden (n=102)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Usia

20-39 tahun 55 54

40-59 tahun 45 41

>60 tahun 2 2

Pendidikan

Perguruan Tinggi 51 50

SMA 44 43

SMP 6 6

SD 1 1

Agama

Islam 51 50

Budha 33 32

Kristen 18 18

Suku

Tionghoa 32 31

Batak 29 28

Jawa 26 26

Padang 8 8

Melayu 7 7

Pekerjaan

Wiraswasta 50 49

Karyawan swasta 37 36

PNS/TNI/POLRI 13 13

Tani/buruh 2 2

Penghasilan

>Rp.2.000.000 58 57

Rp.1.000.000 - Rp. 1.500.000 16 16 >Rp.1.500.000 - Rp. 2.000.000 14 14


(61)

Tabel 1. (Lanjutan)

Karakteristik Responden Frekuensi Persentase Keluhan

Mencari Kebugaran 65 63

Sakit kepala 12 12

Sakit Pinggang 7 7

Demam 6 6

Menurunkan kolestrol 5 5

Nyeri lambung 4 4

Sakit Mata 1 1

Hipertensi 1 1

Ginjal 1 1

1.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Klien Memilih Terapi Alternatif Pijat Refleksi

Hasil penelitian ini menjelaskan persentasi gambaran tentang faktor-faktor yang menyebabkan klien memilih terapi alternatif pijat refleksi meliput i faktor sosial, ekonomi, budaya, psikologis, kejenuhan terhadap pelayanan medis, manfaat dan keberhasilan, pengetahuan, dan persepsi masyarakat tentang sakit dan penyakit.

1) Faktor Sosial

Hasil penelitian didapat bahwa faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi untuk faktor sosial umumnya mereka datang untuk mendapatkan terapi karena merasa yakin dengan pijat refleksi dan karena mendapat informasi tentang terapi alternatif pijat refleksi dari keluarga, saudara dan teman (orang-orang terdekat) sehingga mereka tertarik untuk mencoba terapi pijat refleksi sebanyak 92%.


(62)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan faktor sosial (n=102)

Faktor Sosial Ya Tidak f (%) f (%) Informasi orang terdekat 92 (90) 10 (10) Tertarik untuk mencoba 64 (63) 38 (37) Datang untuk pijat refleksi 73 (72) 29 (28) Yakin dengan pijat refleksi 94 (92) 8 (8)

2) Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi untuk faktor ekonomi umumnya mereka menyatakan bahwa terapi alternatif pijat refleksi karena biaya yang murah dan reaksi yang dirasakan setelah pijat refleksi cepat adalah 87% .

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan fakto ekonomi (n=102)

Faktor Ekonomi Ya Tidak

f (%) f (%)

Pijat refleksi biaya yang murah 89 (87) 13 (13) Reaksi yang dirasakan cepat 89 (87) 13 (13) Biaya cukup besar daripada medis 14 (14) 88 (86) Tidak ada pantangan 80 (78) 22 (22)


(63)

3) Faktor Budaya

Dari hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 5 bahwa faktor yang penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi dari aspek budaya mereka menyatakan bahwa terapi alternatif pijat refleksi ini dipilih karena merupakan kebudayaan kuno yang berasal dari cina yang sudah diakui orang kebanyakan sehingga mereka percaya dapat menyembuhkan keluhan yang diderita mereka adalah 95%.

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor budaya (n=102)

Faktor Budaya Ya Tidak f (%) f (%) Budaya kuno 97 (95) 5 (5) Menyembuhkan keluhan 96 (94) 6 (6) Bisa semua kalangan suku 86 (84) 16 (16) Memelihara warisan 85 (83) 17 (17)

4) Faktor Psikologi

Penelitian ini menunjukan bahwa faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi dari aspek psikologi yaitu mereka menyatakan bahwa ketika melakukan terapi alternatif pijat refleksi mereka merasakan kenyamanan saat diterapi dan tidak merasakan keluhan ataupun rasa sakit selama terapi alternatif pijat refleksi sebesar 90%.


(64)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor psikologi (n=102)

Faktor psikologi Ya Tidak

f (%) f (%)

Merasakan kenyamanan 92 (90) 10 (10)

Terapis mengerti kebutuhan klien 76 (75) 26 (25)

Menggunakan tangan 31 (30) 71 (70)

Tidak merasakan keluhan selama terapi 85 (83) 17 (17)

5) Faktor Kejenuhan Terhadap Pelayanan Medis

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis merupakan alasan responden untuk memilih terapi ini bahwa mereka sudah sering berobat ke dokter sebelum mencoba terapi alternatif pijat refleksi namun mereka merasa jenuh dan mereka tidak puas dengan terapis komunikasi dari pelayanan kesehatan medis sebesar 83%.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis

(n=102)

Faktor kejenuhan pelayanan medis Ya Tidak

f(%) f(%)

Terapis komunikatif 75 (74) 27 (26)

Mencoba alternatif lain 82 (80) 20 (20)

Sudah sering berobat ke dokter 85 (83) 17 (17)


(65)

6) Faktor Manfaat dan Keberhasilan

Dari hasil penelitian diperoleh data untuk faktor manfaat dan keberhasilan, bahwa mereka merasakan penyakit jarang kambuh, berkurangnya gejala penyakit setelah mendapat terapi alternatif pijat refleksi dan hasilnya menujukkan ke arah kesehatan yang lebih baik umumnya 88%.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor manfaat dan keberhasilan (n=102)

Faktor manfaat dan keberhasilan Ya Tidak

f (%) f (%)

Hasil yang lebih baik dari medis 66 (65) 36 (35) Gejala penyakit berkurang 86 (84) 16 (16) Waktu pelaksanaan lebih lama 62 (61) 40 (39) Penyakit jarang kambuh 90 (88) 12 (12)

7) Faktor Pengetahuan

Hasil penelitian ini didapat berdasarkan faktor pengetahuan tentang terapi alternatif pijat refleksi mereka menyatakan terapi pijat refleksi bukan merupakan pengobatan yang bersifat perdukunan, sehingga mereka yakin untuk memilih terapi alternatif pijat refleksi ini sebesar 100%.


(66)

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan faktor pengetahuan (n=102)

Faktor pengetahuan Ya Tidak

f (%) f (%)

Mengetahui kondisi penyakit 81 (79) 21 (21) Tidak tahu manfaat refleksi 25 (25) 77 (75) Yakin akan pijat refleksi 90 (88) 12 (12) Pijat refleksi tidak sama dengan dukun 102 (100)

8) Persepsi Tentang Sakit dan Penyakit

Hasil penelitian ini menggambarkan tentang persepsi sakit dan penyakit, mereka menyatakan bahwa terapi alternatif pijat refleksi dan medis merupakan terapi yang saling melengkapi untuk kesehatan dan mereka pernah menjalani terapi alternatif lain selain terapi pijat refleksi sebanyak 90%.

Table 9. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi sakit dan penyakit (n=102)

Persepsi tentang sakit dan penyakit Ya Tidak f (%) f (%) Penyakit mengganggu aktivitas 32 (31) 70 (69) Pernah menjalani alternatif lain 71 (70) 31 (30) Terapi alternatif lebih efektif 22 (22) 80 (78) Pijat refleksi yang saling melengkapi 92 (90) 10 (10)


(67)

2. Pembahasan

Dalam bab ini diuraikan pembahasan tentang faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di kota Medan. Mayoritas faktor-faktor penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi adalah faktor pengetahuan dari aspek alternatif ini pijat refleksi tidak sama dengan dukun (100%), faktor budaya dari aspek alternatif ini berasal dari budaya kuno (95%), faktor sosial dari aspek alternatif ini karena yakin dengan pijat refleksi (92%), faktor psikologi dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi merasakan kenyamanan (90%), persepsi tentang sakit dan penyakit dari aspek alternatif ini pijat refleksi yang saling melengkapi dengan medis (90%), faktor manfaat dan keberhasilan dari aspek alternatif ini setelah pijat refleksi penyakit jarang kambung (88%), faktor ekonomi dari aspek alternatif ini dipilih karena biaya yang lebih murah (87%), dan faktor kejenuhan terhadap pelayanan medis aspek dari alternatif ini sudah sering datang ke dokter (83%)

2.1 Faktor Sosial

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dari aspek faktor sosial penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di Kota Medan sebesar (92%) adalah umumnya bahwa klien menyatakan yakin dengan terapi alternatif pijat refleksi dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya dan klien mendapat informasi tentang terapi alternatif pijat refleksi ini dari keluarga dan orang-orang terdekat. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan Deucth dan Gerard (1955, dalam Maramis (2006) dikarenakan setelah mereka memperoleh informasi


(68)

keefektifannya berasal dari orang-orang terdekat seperti keluarga, teman dan kerabat yang sebelumnya pernah merasakan manfaat terapi pijat refleksi. Pengalaman sensorik serta laporan orang-orang disekitar membuat klien semakin yakin dengan terapi pijat refleksi dan mendorong klien tertarik dan termotivasi untuk memilih terapi ini.

Verghese (2004) juga menjelaskan bahwa faktor sosial berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam menentukan dan memilih pengobatan yang akan dijalani atau sekedar untuk melakukan perawatan kesehatan termasuk terapi alternatif pijat refleksi. Secara umum dikatakan terjadi pengaruh sosial bila satu orang atau sebuah kelompok menyebabkan perubahan prilaku orang. Baik prilaku yang kelihatan ataupun pendapat, sikap, dan perasaan yang tidak terlihat (Maramis, 2006). Hal ini keyakinan tersebut muncul karena adanya pengaruh sosial dengan adanya perubahan pendapat dari pengaruh informasional menjadi pengaruh internalisasi berupa keyakinan dalam diri pribadi klien terapi pijat refleksi.

2.2 Faktor Ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa dari aspek faktor ekonomi penyebab klien memilih terapi alternatif pijat refleksi di kota Medan sebesar (87%), hal ini menunjukan tentang pendapat responden yang menyatakan bahwa klien datang ke pengobatan terapi alternatif refleksi ini karena biayanya yang murah dan waktu reaksi dari terapi alternatif pijat refleksi yang dirasakan cepat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Verghese (2004)


(69)

menyatakan terapi alternatif dipilih karena alasannya bahwa biaya pengobatan alternatif ini murah dalam mempertahankan derajat kesehatan. Didukung oleh pernyataan Notoadmojo (2003) bahwa tentang ekonomi berperan dalam menyokong hidup individu secara finansial. Pada penelitian ini faktor ekonomi yang memberikan gambaran tentang kesesuaian antara pekerjaan dan pengahasilan dengan pandangan responden terhadap nilai ekonomis terapi pijat refleksi. Dari hasil penelitian diketahui pekerjaan dan penghasilan responden bervariasi. Pekerjaan terbanyak adalah karyawan swasta dan penghasilan terbanyak adalah >Rp.2.000.000. Hal ini tentu berbeda dengan pendapat Foster dan Anderson (1986), yang menyatakan bahwa sebagian status ekonomi masyarakat masih rendah, membuat mereka lebih menyukai pengobatan yang tidak membutuhkan biaya yang terlalu tinggi.

Dari data karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa masyarakat yang memilih pengobatan alternatif terapi berasal dari bermacam-macam tingkatan keuangan dan profesi. Hanya saja kecenderungan masyarakat jika proses penyembuhan suatu jenis pengobatan lebih cepat dari jenis pengobatan yang lain dan ada kecenderungan biaya total juga lebih rendah maka hal tersebut akan menjadi pilihan pengobatan terhadap penyakit yang diderita mereka (Walcott, 2004).


(1)

Faktor Pengetahuan

Mengetahui kondisi penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 21 20.6 20.6 20.6

1 81 79.4 79.4 100.0

Total 102 100.0 100.0

Tahu manfaat pijat refleksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 25 24.5 24.5 24.5

1 77 75.5 75.5 100.0

Total 102 100.0 100.0

Yakin akan pijat refleksi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 12 11.8 11.8 11.8

1 90 88.2 88.2 100.0

Total 102 100.0 100.0

Pijat refleksi tidak sama dengan dukun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(2)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 70 68.6 68.6 68.6

1 32 31.4 31.4 100.0

Total 102 100.0 100.0

Persepsi Sakit Dan Penyakit

Pernah menjalani terapi alternatif lain

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 31 30.4 30.4 30.4

1 71 69.6 69.6 100.0

Total 102 100.0 100.0

Terapi alternative labihefektif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 22 21.6 21.6 21.6

1 80 78.4 78.4 100.0

Total 102 100.0 100.0

Pijat refleksi dan medis saling melengkapi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0 10 9.8 9.8 9.8

1 92 90.2 90.2 100.0


(3)

Data Karakteristik Responden Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 20-39 55 53.9 53.9 53.9

40-59 45 44.1 44.1 98.0

>60 2 2.0 2.0 100.0

Total 102 100.0 100.0

Pendidikan_Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid SD 1 1.0 1.0 1.0

SMP 6 5.9 5.9 6.9

SMA 44 43.1 43.1 50.0

PT 51 50.0 50.0 100.0

Total 102 100.0 100.0

Agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Islam 51 50.0 50.0 50.0

Kristen 18 17.6 17.6 67.6

Budha 33 32.4 32.4 100.0


(4)

Suku_Bangsa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Batak 29 28.4 28.4 28.4

Jawa 26 25.5 25.5 53.9

Melayu 7 6.9 6.9 60.8

Padang 8 7.8 7.8 68.6

Tionghoa 32 31.4 31.4 100.0

Total 102 100.0 100.0

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid PNS/TNI/POLRI 13 12.7 12.7 12.7

Karyawan Swasta 37 36.3 36.3 49.0

Wiraswasta 50 49.0 49.0 98.0

Tani/Buruh 2 2.0 2.0 100.0

Total 102 100.0 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < Rp. 1.000.000 14 13.7 13.7 13.7

Rp. 1.000.000 s/d Rp. 1.500.000

16 15.7 15.7 29.4

Rp. 1.500.000 s/d Rp. 2.000.000

14 13.7 13.7 43.1

> Rp. 2.000.000 58 56.9 56.9 100.0

Total 102 100.0 100.0

Keluhan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mencari Kebugaran 65 63.7 63.7 63.7

Demam 6 5.9 5.9 69.6

Sakit Kepala 12 11.8 11.8 81.4

Sakit Mata 1 1.0 1.0 82.4

Sakit Maag/Gastritis 4 3.9 3.9 86.3

Sakit Pinggang 7 6.9 6.9 93.1

Menurunkan Kolestrol

5 4.9 4.9 98.0

Hipertensi 1 1.0 1.0 99.0

Ginjal 1 1.0 1.0 100.0


(6)

Lampiran 4

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Melina Syafitri Nst

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/02 Juni 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Jermal IV No. 22 Medan

Pendidikan :

1. SD Percobaan Negeri Medan (1994-2000) 2. SLTP Bhayangkari 1 Medan (2000-2003)

3. SMAN 8 Medan (2003-2006)

4. D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009) 5. Ekstensi Keperawatan USU Medan (2009-2011)