Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan (Studi Kasus di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo) JURNAL

(1)

commit to user

ABSTRAK

Agustaf Didit Maryos S250908002, Partisipasi Masyarakat Dalam

Program PNPM Mandiri Perkotaan (Studi Kasus di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo) TESIS, Pembimbing I Prof. Dr. RB.

Soemanto, MA., Pembimbing II Drs. Y. Slamet, MSc., Ph.D., Program Studi Sosiologi, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan merupakan kelanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) dirancang secara berbeda dengan basis atau modal dasar kemandirian masyarakat itu sendiri secara partisipatif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bentuk partisipasi, tingkat partisipasi, dan faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo. Penelitian ini menggunakan strategi studi kasus deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan observasi langsung. Unit analisis adalah Kelompok BKM Amanah dalam program PNPM Mandiri di Desa Bakipandeyan Kabupaten Sukoharjo. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk partisipasi masyarakat dalam program PNPM MP ini sebagian besar responden menginginkan pelaksanaan program diserahkan kepada Pemerintah Desa, BKM, dan Masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam program PNPM Mandiri Perkotaan dilihat dari kehadiran, dalam berdiskusi, hal yang menyangkut fisik, dan dalam hal membayar sumbangan, ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam yaitu kekuasaan disalurkan melalui negoisasi antara pemegang kekuasaan dengan masyarakat dengan memikul tanggung jawab secara bersama-sama. Faktor-Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat pada umumnya usia antara 41-50 tahun. Jenis kelamin lebih banyak didominasi laki-laki. Tingkat pendidikan umumnya adalah SMA. Jenis pekerjaan kebanyakan sebagai wiraswasta. Pendapatan rata-rata sebesar 1 - 2,5 juta per bulan. Sedangkan lama bertempat tinggal umumnya lebih dari 10 tahun.

Kata Kunci : Partisipasi, PNPM MP

A. PENDAHULUAN

Program pengentasan kemiskinan merupakan program penyelesaian rendahnya kesejahteraan masyarakat, penanggulangan kemiskinan, dan pemberdayaan masyarakat yang harus menjadi perhatian utama dalam program-program pembangunan, dan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah.


(2)

commit to user

Tingkat keterlibatan masyarakat mendapatkan poin penting sebagai indikator capaian keberhasilan program (Soetrisno,1995). Tahap dan proses yang dibangun merupakan siklus pembelajaran bagi masyarakat sekaligus strategi pendorong munculnya partisipasi masyarakat dalam program. Kontribusi masyarakat dapat dilihat dari pilihan peran mereka dalam berbagai posisi, baik sebagai relawan masyarakat, terlibat dalam kegiatan siklus ke-BKM-an (anggota Tim Review, Tim Pemetaan Swadaya, Tim Refleksi Kemiskinan, Audit Internal maupun Tim Monev Partisipatif) dan terlibat aktif sebagai anggota/pengurus KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat).

Keberadaan KSM sangat substansial dalam kelembagaan BKM selain sebagai mitra lembaga, sekaligus milik masyarakat. Dalam struktur pengorganisasian masyarakat, posisi KSM merupakan tiang sekaligus pondasi utama berjalannya program PNPM Mandiri Perkotaan yang dimotori oleh BKM. Tumbuh kembangnya KSM sejalan dengan desain dan pendekatan program dalam memfasilitasi kegiatan kepada masyarakat dalam bidang Lingkungan, Sosial dan Ekonomi (Kemenian Pekejaan Umum, 2010). Oleh karenanya, penelitian dalam Tesis ini akan mendalami pemahaman tentang partisipasi masyarakat dalam kegiatan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pada program PNPM Mandiri Perkotaan.

Menurut Theodorson (1969) bahwa partisipasi dapat diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau kelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Sedang dalam kamus sosiologi disebutkan bahwa, partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang di dalam kelompok sosial untuk mengambil bagian dari kegiatan masyarakatnya, diluar pekerjaan atau profesinya sendiri (Aprilia dkk, 2014). Kemudian Beal (1964) menyatakan bahwa partisipasi, khususnya partisipasi yang tumbuh karena pengaruh atau karena tumbuh adanya rangsangan dari luar, merupakan gejala yang dapat diindikasikan sebagai proses perubahan sosial yang eksogen (exogenous change).


(3)

commit to user

Menurut Oakley (1991) partisipasi dapat diinterpresentasikan ke dalam tiga bentuk yaitu : (a) partisipasi sebagai suatu bentuk kontribusi, berupa keterlibatan dan kontribusi lainnya masyarakat secara sukarela terhadap program pembangunan. (b) partisipasi sebagai organisasi merupakan sarana bagi masyarakat untuk melibatkan diri dalam pembangunan, (c) partisipasi sebagai pemberdayaan adalah upaya mengembangkan ketrampilan dan kemampuan masyarakat guna memutuskan keterlibatannya dalam pembangunan (Remiswal, 2013).

Menurut Sherry Arstein dalam makalahnya yang berjudul ” A Ladder

of Citizen Participationdalam Journal of the American Planning

Association (1969), mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi. Kedelapan tingkatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manipulation, 2. Therapy - Non Participation, 3. Informing4 Consultation

Tokenisme, 5. Placation, 6. Partnership, 7. Delegated Power - Citizen

Power, 8. Citizen Control. (Arnstein, 1969)

B. METODE PENELITIAN

Berdasarkan judul dan rumusan masalah, penelitian yang penulis angkat adalah penelitian dengan menggunakan metode kombinasi kuantitatif kualitatif (Yin, 2002). Menurut Creswell, metode penelitian kombinasi akan berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan dapat memperoleh pemahaman yang paling baik bila dibandingkan dengan satu metode (Sugiyono, 2013: 20).

Pengumpulan data menggunakan dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan observasi langsung. Unit analisis adalah Kelompok BKM Amanah. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sekunder. Teknik pengambilan sampel dengan Purposive Sampling (Slamet, 2011). Analisa data hal ini penulis terbatas pada teknik pengolahan data, seperti pada pengecekan data tabulasi. Dalam hal ini hanya sekedar membaca


(4)

commit to user

tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang tersedia, kemudian melakukan uraian dan penafsiran (Moleong, 2002). Di dalam pemeriksaan keabsahan data, penulis menggunakan teknik secara trianggulasi. Dalam menganalisis data

peneliti menggunakan analisis dokumen dari jurnal yang berjudul ”A Ladder of

Citizen Participation” dalam Journal of the American Planning Association (1969), Sherry Arstein yang mengemukakan delapan tangga atau tingkatan partisipasi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori Sherry Arnstein tentang tingkat partisipasi masyarakat dan teori struktural fungsionalisme dari Talcot Parsons serta didukung beberapa hasil penelitian terdahulu (Raho, 2007).

Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan dapat disimpulkan bahwa sebagian besar masyarakat berpartisipasi dalam bentuk menyumbangkan usulan/ gagasan atau ide sebanyak 16 orang atau 57,1 % dan mereka melakukan kegiatan kerelawanan tersebut dengan ikhlas sepenuh hati untuk membantu masyarakat. Pada umumnya pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini sebagian besar responden menginginkan pelaksanaan diserahkan Pemerintah Desa dengan BKM dan Masyarakat sebanyak 11 orang atau 39,2 %.

Hal ini relevan dengan pernyataan Margono Slamet (1985) bahwa dalam ragam partisipasi masyarakat yang pertama, yaitu ikut memberikan input, menerima imbalan atas input yang diberikan, serta ikut pula memanfaatkan hasil pembangunan. Partisipasi ini dapat dilihat pada keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan proyek-proyek padat karya untuk perbaikan jalan atau saluran pengairan oleh masyarakat setempat.

Dalam hal ini juga relevan dengan pernyataan Takumansang (2013) disarankan agar untuk meningkatkan partisipasi masyarakat miskin pada PNPM Mandiri Perkotaan diperlukan peran stakeholder yang terkait terutama mengajak masyarakat untuk menghadiri pertemuan-pertemuan yang diadakan.


(5)

commit to user

Hal ini akan membuat masyarakat lebih paham akan tujuan dan sasaran program.

Berikut hasil dari tingkat partisipasi masyarakat:

a. Kehadiran dalam pertemuan mempunyai skor 152 sehingga mendapatkan kategori Partnership atau tangga keenam.

b. Kegiatan dalam berdiskusi memperoleh skor 168 yang kemudian dikategorikan dalam Partnership atau tangga keenam.

c. Kegiatan yang menyangkut fisik mendapatkan skor yang cukup tinggi yaitu 176 sehingga berbeda kategorina yaitu Delegated Power atau tangga ketujuh.

d. Dalam hal membayar sumbangan memiliki skor 172, dengan demikian sama dengan tingkat kehadiran dan berdiskusi yaitu masuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam. Sesudah semua variable diketahui skornya, maka jumlah keseluruhan skor partisipasi masyarakat adalah 668.

Secara keseluruhan dalam melaksanakan program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya Arnstein. Pada tingkat ini, kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, namun masyarakat belum mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya, serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat karena masih didukung oleh pemerintah dan relawan. Namun demikian masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat yaitu adalah usianya didominasi antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia produktif. Dilihat dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu


(6)

commit to user

60,7%. Sedangkan dari segi pendidikan rata-rata responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 57,1%. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Penghasilan yang didapat tiap bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Faktor yang terakhir adalah lamanya tinggal. Mereka pada umumnya sudah menetap dan tinggal di daerah Bakipandeyan lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 92,8%.

Hasil penelitian ini relevan dengan teori dari Slamet (1993) yaitu bahwa:

a. Dilihat dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu 60,7% maka partisipasi yang diberikan oleh seorang pria akan berbeda dengan partisipasi yang diberikan oleh seorang wanita.

b. Usia sebagian besar dari responden didominasi antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia produktif. Dalam masyarakat terdapat perbedaan kedudukan dan derajat atas dasar senioritas. Dalam hal ini peran golongan muda sudah banyak berpartisipasi.

c. Dari segi pendidikan rata-rata responden berpendidikan SMA yaitu sebesar 57,1%. Tingkat Pendidikan Faktor pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang lebih mudah berkomunikasi dengan orang luar dan cepat tanggap terhadap inovasi.

d. Penghasilan yang didapat tiap bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Tingkat pendapatan ini mempengaruhi kemampuan finansial masyarakat untuk berinvestasi. Dalam hal ini masyarakat lebih banyak menyumbang ide, gagasan atau saran.

e. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Jenis pekerjaan seseorang akan menentukan tingkat penghasilan dan mempengaruhi waktu luang seseorang yang dapat digunakan dalam berpartisipasi, misalnya menghadiri pertemuan-pertemuan.


(7)

commit to user

Tahapan partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah:

a. Tahap Perencanaan Partisipatif

1) Dari profil dan data kependudukan masyarakat Bakipandeyan ini cukup beragam dan masih cukup banyak dari keluarga miskin. 2) Secara umum cakupan wilayah yang dibawahi BKM Amanah adalah

keseluruhan dari desa Bakipandeyan. Dari RT 01/RWI sampai dengan RT 03/RWVI .

3) Program PNPM MP sudah sering disosialisasikan terhadap masyarakat, baik BLM maupun Tridaya (ekonomi, lingkungan, sosial) di tingkat desa-desa. Kemudian dilanjutkan tinjauan partisipasi pada masyarakat, terus kami mengadakan Pemilu BKM guna mencari relawan yang mau berpartisipasi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat ini, selanjutnya mengadakan refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya, refleksi 3 tahun, dan melaksanakan RWT setiap tahunnya.

b. Tahap Pelaksanaan Partisipatif

1) Dilihat dari unsur masyarakat sudah cukup variatif yaitu adanya perwakilan dari Ketua RW, Ketua RT, Pemdes, PKK, Pengurus RT, Relawan, Tokoh masyarakat, Tokoh Agama, BPD, Aktifis Pemuda. Sedangkan dari unsur pekerjaannya, pengurus BKM berasal dari Swasta, Wiraswasta, Guru, PNS, Pensiunan, Pemdes.

Masyarakat mengharapkan ada wakil dari Pemdes, karena bisa mensinkronkan jadwal atau agenda kegiatan dengan yang ada di lapangan dan melanjutkan program yang sudah ada.

2) Di Desa Bakipandeyan sudah menyelesaikan program-program dengan baik, bahkan di tahun 2014 ini dana sudah terserap 80 % tinggal sisanya tergantung masyarakat kapan akan memulai kegiatannya, dan masih ada sebagian yang belum terlaksana


(8)

commit to user

karena tergantung pencairan dana. Bulan Januari – Desember 2014 sudah mengajukan lebih dari 25 proposal sedangkan realisasinya sudah mencapai 90 %.

c. Tahap Evaluasi Partisipatif

1) BKM sudah mengadakan review partisipatif terhadap program-program yang dijalankan untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas. Pemeriksaan atau monitoring dan evaluasi dari pihak yang ditunjuk, biasanya dari tingkat Kabupaten atau Kecamatan. Mereka meninjau sejauh mana pelaksanaan program ini berjalan. Selain itu secara berkala pihak fasilitator maupun konsultan juga memeriksa rutin UPK BKM ini.

2) Dalam BKM ini kendalanya masih sulit mengikuti aturan-aturan yang ada secara rinci dan disiplin, terkadang kesulitan dalam pembuatan proposal, belum adanya kaderisasi, kerjasama dan pengertian dari masyarakat yang dapat bantuan dari program BKM kurang. Kendala lainnya karena masing-masing personel BKM mempunyai kesibukan yang luar biasa karena latar belakang pekerjaan dan unsur masyarakat yang disandangnya, sehingga cukup mempengaruhi kinerja BKM .

d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP

1) KSM Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, bantuan rehab rumah atau RTLH, dan bantuan pembangunan jamban keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM Sosial mendapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir, pelatihan pembuatan sangkar burung, pendidikan dan pelatihan menjahit. KSM Ekonomi menerima manfaat berupa pinjaman ekonomi secara bergulir unuk tambahan modal usaha


(9)

commit to user

2) KSM lingkungan, sosial dan ekonomi sarannya adalah mengharapkan agar program PNPM MP ini berjalan terus karena sangat berguna bagi masyarakat.

Program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Bakipandeyan ini menurut peneliti dalam Talcot Parsons demi keberlangsungan hidup masyarakat sudah menjalankan 4 fungsi yang disebut AGIL yakni:

aAdaptasi (adaptation): Dalam hal ini masyarakat Bakipandeyan sudah dapat menyesuaikan Program PNPM Mandiri Perkoatan ini dengan baik terbukti sudah berjalan dari tahun 2007 yang bernama P2KP sampai sekarang.

b Pencapai tujuan (goal attainment): Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

c Integrasi (integration): Hal itu terbukti dari pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini pada umumnya pelaksanaan dijalankan oleh Pemerintah Desa dengan BKM dan Masyarakat serta stakeholder lainnya yang ikut terlibat di dalamnya.

d Latensi (latency). Dalam hal ini latensi sudah terbentuk dilihat dari dilihat dari semangat kerelawanan dan partisipasi anggota BKM yang sudah memberikan dukungan, semangat baik secara personal atau kelembagaan. Dan latensi dapat terbentuk karena manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat.

Adapun manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lewat KSM Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, mendapat bantuan rehab rumah atau RTLH, dan ada yang mendapat bantuan pembangunan jamban keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM Sosial dapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir, pelatihan pembuatan sangkar burung, pendidikan dan pelatihan menjahit, namun kurang maksimal.


(10)

commit to user

KSM Ekonomi secara umum menerima manfaat berupa pinjaman ekonomi secara bergulir unuk tambahan modal usaha.

Dengan melihat manfaat yang sudah dirasakan pastinya akan menjadi latensi bagi masyarakat dan memberikan perubahan sosial yang berarti. Sehingga golongan masyarakat yang semula tidak berdaya tersebut dapat menjadi masyarakat yang berdaya atau madani karena terus berkembang menyesuaikan pembangunan masyarakat sekitarnya.

D. PENUTUP

Kesimpulan

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM MP di Desa Bakipandeyan pada umumnya berupa menyumbangkan usulan/ gagasan atau ide.

2. Di dalam pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini sebagian besar masyarakat menginginkan pelaksanaannnya diserahkan Pemerintah Desa, BKM, dan Masyarakat.

3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam PNPM MP dapat diketahui dari kehadiran dalam pertemuan, kegiatan dalam berdiskusi, kegiatan yang menyangkut fisik, dalam hal membayar sumbangan. Jumlah keseluruhan skor adalah 668. Sehingga dalam program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya Arnstein. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam PNPM MP

secara umum yaitu, sebagian besar dari masyarakat itu usianya didominasi antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia produktif. Dilihat dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu 60,7%. Sedangkan dari segi pendidikan rata-rata masyarakat berpendidikan SMA yaitu sebesar 57,1%. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Penghasilan yang didapat tiap bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Faktor yang terakhir adalah lamanya tinggal. Mereka pada umumnya sudah menetap dan tinggal di daerah Bakipandeyan lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 92,8%.


(11)

commit to user

4. Tahapan partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah: a. Tahap Perencanaan Partisipatif

b. Tahap Pelaksanaan Partisipatif c. Tahap Evaluasi Partisipatif

d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP

Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo semua program sudah berjalan dengan baik.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini menggunakan analisa tingkatan delapan tangga Shery Arsntein yang ternyata dapat digunakan dengan baik untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program PNPM Mandiri Perkotaan ini.

2. Implikasi Metodologis

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantiatif dan kualitatif dengan purposive sampling ini yang dapat membawa implikasi bisa digunakan dalam metode penelitian sejenis lainnya sehingga mendapakan data yang saling melengkapi.

3. Implikasi Praktis

Secara paktis penelitian ini dapat mengetahui bentuk, tingkat, dan faktor partisipasi masyarakat, serta tahapan partisipasi dengan baik secara keseluruhan.

Saran-saran

1. Pelaksana Program

Dalam melaksanakan program PNPM MP masyarakat mengharapkan adanya peran yang lebih dari pemerintah desa, selain yang dilakukan oleh BKM dan masyarakat itu sendiri.


(12)

commit to user 2. Masyarakat

a. Diharapkan masyarakat nantinya dapat berpartisipasi secara mandiri tanpa tergantung pada program pemerintah.

b. Tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam melaksanakan program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya Arnstein. Sehingga perlu ditingkatkan partisipasi masyarakat dalam memantau setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasinya agar mampu masuk dalam kategori citizen control.

3. Pemerintah

a. Diharapkan pemerintah tetap melanjutkan program yang seperti ini karena masyarakat merasakan langsung dampak maupun manfaat yang dirasakannya.

b. BKM perlu adanya kaderisasi sehingga pemerintah perlu mendorong adanya kaderisasi pengurus maupun anggotanya.

c. Pemerintah diharapkan dapat mensinkronisasi perencanaan dan sumber daya waktu dari pembuat kebijakan pusat PNPM MP dengan masyarakat sehingga semua yang berada di lapangan dapat menjalankannya dengan baik.

4. Penelitian selanjutnya

Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengkaji topik ini dengan teori dan metode yang berbeda karena banyak aspek-aspek yang menarik untuk diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia Theresia, Krisna S. Andini, Prima G.P. Nugraha, dan Mardikanto T. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: CV. Alfabeta. Arnstein, Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the


(13)

commit to user

Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan ( Perencanaan, Pelaksanaan, dan Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Bersama Membangun Kemandirian. Jakarta: Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Margono, S. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Pedesaan. Jakarta: Dikjen Dikti

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rusda Karya.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern (Teori Fungsionalisme Stuktural). Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Slamet, Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Slamet, Y. 2011. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Bandung:

Alfabeta.

Takumansang, Sonny M. 2013. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Teling Bawah Kecamatan Wenang Manado. Manado: Sam Ratulangi University

Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. (Penerjemah M. Djauzi Mudzakir) Jakarta: Raja Grafindo Pesada.


(1)

karena tergantung pencairan dana. Bulan Januari – Desember 2014 sudah mengajukan lebih dari 25 proposal sedangkan realisasinya sudah mencapai 90 %.

c. Tahap Evaluasi Partisipatif

1) BKM sudah mengadakan review partisipatif terhadap program-program yang dijalankan untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas. Pemeriksaan atau monitoring dan evaluasi dari pihak yang ditunjuk, biasanya dari tingkat Kabupaten atau Kecamatan. Mereka meninjau sejauh mana pelaksanaan program ini berjalan. Selain itu secara berkala pihak fasilitator maupun konsultan juga memeriksa rutin UPK BKM ini.

2) Dalam BKM ini kendalanya masih sulit mengikuti aturan-aturan yang ada secara rinci dan disiplin, terkadang kesulitan dalam pembuatan proposal, belum adanya kaderisasi, kerjasama dan pengertian dari masyarakat yang dapat bantuan dari program BKM kurang. Kendala lainnya karena masing-masing personel BKM mempunyai kesibukan yang luar biasa karena latar belakang pekerjaan dan unsur masyarakat yang disandangnya, sehingga cukup mempengaruhi kinerja BKM .

d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP

1) KSM Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, bantuan rehab rumah atau RTLH, dan bantuan pembangunan jamban keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM Sosial mendapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir, pelatihan pembuatan sangkar burung, pendidikan dan pelatihan menjahit. KSM Ekonomi menerima manfaat berupa pinjaman ekonomi secara bergulir unuk tambahan modal usaha


(2)

commit to user

2) KSM lingkungan, sosial dan ekonomi sarannya adalah mengharapkan agar program PNPM MP ini berjalan terus karena sangat berguna bagi masyarakat.

Program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Bakipandeyan ini menurut peneliti dalam Talcot Parsons demi keberlangsungan hidup masyarakat sudah menjalankan 4 fungsi yang disebut AGIL yakni:

aAdaptasi (adaptation): Dalam hal ini masyarakat Bakipandeyan sudah dapat menyesuaikan Program PNPM Mandiri Perkoatan ini dengan baik terbukti sudah berjalan dari tahun 2007 yang bernama P2KP sampai sekarang.

b Pencapai tujuan (goal attainment): Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

c Integrasi (integration): Hal itu terbukti dari pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini pada umumnya pelaksanaan dijalankan oleh Pemerintah Desa dengan BKM dan Masyarakat serta stakeholder lainnya yang ikut terlibat di dalamnya.

d Latensi (latency). Dalam hal ini latensi sudah terbentuk dilihat dari dilihat dari semangat kerelawanan dan partisipasi anggota BKM yang sudah memberikan dukungan, semangat baik secara personal atau kelembagaan. Dan latensi dapat terbentuk karena manfaat yang sudah dirasakan oleh masyarakat.

Adapun manfaat yang dirasakan oleh masyarakat lewat KSM Lingkungan mendapat bantuan pemasangan listrik, mendapat bantuan rehab rumah atau RTLH, dan ada yang mendapat bantuan pembangunan jamban keluarga, pengecoran jalan, pembuatan selokan dan lain-lain. KSM Sosial dapat pelatihan menjahit, bantuan gerobak bergulir, pelatihan pembuatan sangkar burung, pendidikan dan pelatihan menjahit, namun kurang maksimal.


(3)

KSM Ekonomi secara umum menerima manfaat berupa pinjaman ekonomi secara bergulir unuk tambahan modal usaha.

Dengan melihat manfaat yang sudah dirasakan pastinya akan menjadi latensi bagi masyarakat dan memberikan perubahan sosial yang berarti. Sehingga golongan masyarakat yang semula tidak berdaya tersebut dapat menjadi masyarakat yang berdaya atau madani karena terus berkembang menyesuaikan pembangunan masyarakat sekitarnya.

D. PENUTUP Kesimpulan

1. Bentuk partisipasi masyarakat dalam PNPM MP di Desa Bakipandeyan pada umumnya berupa menyumbangkan usulan/ gagasan atau ide.

2. Di dalam pelaksanaan kegiatan program PNPM MP ini sebagian besar masyarakat menginginkan pelaksanaannnya diserahkan Pemerintah Desa, BKM, dan Masyarakat.

3. Tingkat partisipasi masyarakat dalam PNPM MP dapat diketahui dari kehadiran dalam pertemuan, kegiatan dalam berdiskusi, kegiatan yang menyangkut fisik, dalam hal membayar sumbangan. Jumlah keseluruhan skor adalah 668. Sehingga dalam program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga keenam dalam tipologinya Arnstein. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam PNPM MP

secara umum yaitu, sebagian besar dari masyarakat itu usianya didominasi antara 30-50 tahun, yang artinya adalah masih dalam usia produktif. Dilihat dari jenis kelaminnya sebagian besar adalah laki-laki yaitu 60,7%. Sedangkan dari segi pendidikan rata-rata masyarakat berpendidikan SMA yaitu sebesar 57,1%. Dari jenis pekerjaannya, mereka pada umumnya adalah wiraswasta yaitu sebanyak 46,4%. Penghasilan yang didapat tiap bulannya rata-rata responden adalah 1-2,5 juta per bulan, yaitu sekitar 64,2%. Faktor yang terakhir adalah lamanya tinggal. Mereka pada umumnya sudah menetap dan tinggal di daerah Bakipandeyan lebih dari 10 tahun yaitu


(4)

commit to user

4. Tahapan partisipasi masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo adalah: a. Tahap Perencanaan Partisipatif

b. Tahap Pelaksanaan Partisipatif c. Tahap Evaluasi Partisipatif

d. Dalam Pemanfaaan Program PNPM MP

Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo semua program sudah berjalan dengan baik.

B. Implikasi

1. Implikasi Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini menggunakan analisa tingkatan delapan tangga Shery Arsntein yang ternyata dapat digunakan dengan baik untuk mengukur tingkat partisipasi masyarakat dalam melaksanakan program PNPM Mandiri Perkotaan ini.

2. Implikasi Metodologis

Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantiatif dan kualitatif dengan purposive sampling ini yang dapat membawa implikasi bisa digunakan dalam metode penelitian sejenis lainnya sehingga mendapakan data yang saling melengkapi.

3. Implikasi Praktis

Secara paktis penelitian ini dapat mengetahui bentuk, tingkat, dan faktor partisipasi masyarakat, serta tahapan partisipasi dengan baik secara keseluruhan.

Saran-saran

1. Pelaksana Program

Dalam melaksanakan program PNPM MP masyarakat mengharapkan adanya peran yang lebih dari pemerintah desa, selain yang dilakukan oleh BKM dan masyarakat itu sendiri.


(5)

2. Masyarakat

a. Diharapkan masyarakat nantinya dapat berpartisipasi secara mandiri tanpa tergantung pada program pemerintah.

b. Tingkat partisipasi masyarakat secara keseluruhan dalam melaksanakan program PNPM MP ini termasuk dalam kategori Partnership atau tangga

keenam dalam tipologinya Arnstein. Sehingga perlu ditingkatkan

partisipasi masyarakat dalam memantau setiap tahapan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasinya agar mampu masuk dalam kategori

citizen control.

3. Pemerintah

a. Diharapkan pemerintah tetap melanjutkan program yang seperti ini karena masyarakat merasakan langsung dampak maupun manfaat yang dirasakannya.

b. BKM perlu adanya kaderisasi sehingga pemerintah perlu mendorong adanya kaderisasi pengurus maupun anggotanya.

c. Pemerintah diharapkan dapat mensinkronisasi perencanaan dan sumber daya waktu dari pembuat kebijakan pusat PNPM MP dengan masyarakat sehingga semua yang berada di lapangan dapat menjalankannya dengan baik.

4. Penelitian selanjutnya

Diharapkan peneliti berikutnya dapat mengkaji topik ini dengan teori dan metode yang berbeda karena banyak aspek-aspek yang menarik untuk diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia Theresia, Krisna S. Andini, Prima G.P. Nugraha, dan Mardikanto T. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Bandung: CV. Alfabeta. Arnstein, Sherry. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the


(6)

commit to user

Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan ( Perencanaan, Pelaksanaan, dan

Evaluasi Riset Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Kementerian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri

Perkotaan. Bersama Membangun Kemandirian. Jakarta: Direktorat

Jenderal Cipta Karya.

Margono, S. 1985. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Pedesaan. Jakarta: Dikjen Dikti

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. PT Remaja Rusda Karya.

Raho, Bernard. 2007. Teori Sosiologi Modern (Teori Fungsionalisme Stuktural). Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Remiswal. 2013. Menggugah Partisipasi Gender di Lingkungan Komunitas

Lokal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Slamet, Y. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Slamet, Y. 2011. Metode Penelitian Sosial. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Yogyakarta: Kanisius Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods).Bandung:

Alfabeta.

Takumansang, Sonny M. 2013. Kajian Partisipasi Masyarakat Dalam Kegiatan

PNPM Mandiri Perkotaan di Kelurahan Teling Bawah Kecamatan Wenang Manado. Manado: Sam Ratulangi University

Yin, Robert K. 2002. Studi Kasus Desain dan Metode. (Penerjemah M. Djauzi Mudzakir) Jakarta: Raja Grafindo Pesada.


Dokumen yang terkait

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan (studi kasus : Pinjaman Bergulir di Kelurahan Bantan Kecamatan Tembung)

4 79 75

Pengaruh Tingkat Pendidikan Terhadap Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Secara Langsung 2005 di Kabupaten Karo (Studi Kasus Pada Masyarakat Desa Batukarang Kecamatan Payung).

19 180 90

Pengaruh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri Pedesaan terhadap Pembangunan Desa di desa Suka Damai.

12 108 132

Partisipasi Masyarakat Melalui Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)( Studi kasus: Desa Pertampilen Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang )

6 66 117

Persepsi dan Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (Studi Kasus di Desa Securai Selatan, Kecamatan Babalan dan Desa Bintang Maria, Kecamatan Panombean Pane, Kabupaten Simalungun)

5 61 83

Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Nasional (PNPM) Mandiri Perdesaan (Studi Deskriftif di Kelurahan Aek Simotung, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara)

0 62 148

Partisipasi Masyarakat Dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP)Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

4 84 264

Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MP) (Studi Kasus di Desa Sitio II Kecamatan Lintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutan)

0 46 125

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PNPM MANDIRI PERKOTAAN (Studi Kasus Di Desa Bakipandeyan Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo).

0 1 15