Pemahaman Nilai-Nilai Multikultural Dalam Pembelajaran Sosiologi Untuk Meningkatkan Toleransi Siswa di SMA Taruna Bakti Bandung.

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang pemahaman siswa tentang nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan toleransi siswa. Untuk mendapatkan data yang akurat dan faktual maka penelitian ini berlangsung atau berlokasi di SMA Taruna Bakti Jl. L.L. R.E. Martadinata No. 52 Bandung. Alasan pemilihan lokasi ini, karena siswa-siswi SMA Taruna Bakti mempunyai latar belakang etnis, agama dan budaya yang beragam sehingga peneliti ingin melihat bagaimana pemahaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di sekolah tersebut.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi beserta dewan guru yang ada di SMA Taruna Bakti Bandung. Jaringan informasi yang diberikan oleh subjek penelitian diberikan dengan teknik purposive sampling. Teknik ini adalah pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Misalnya orang tersebut yang dianggap tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang diteliti.

Untuk penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan saat peneliti memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung. “Dengan cara, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data tersebut peneliti dapat menetapkan lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data yang lebih lengkap”. (Sugiyono,2012, hlm. 302).


(2)

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah : a. Wakasek bidang kesiswaan ( 1 orang)

b. Guru mata pelajaran sosiologi (1 orang) c. Siswa SMA Taruna Bakti (10 siswa)

Penelitian akan melakukan penggalian data sedikit demi sedikit yang lama kelamaan semakin dalam. Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan yang satu dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari informan lain yang dapat menambah dan memperkuat data. Dengan demikian akan diperoleh gambaran lengkap tentang pemahaman nilai-nilai multikultural dalam meningkatkan toleransi siswa.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Perhatian penelitian adalah tentang bagaimana pemahaman nilai-nilai multirukultural yang diajarkan di sekolah dalam materi pembelajaran sosiologi oleh guru terhadap cara siswa bersosialisasi dan menyesuaikan diri dalam lingkungannya, terutama dilihat pada saat mereka melakukan interaksi dengan teman bermain yaitu cara mereka bergaul dan bagaimana memilih teman. Pada anak usia sekolah yang cenderung memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar mereka akan berteman dengan orang yang dapat mengerti dan memahami mereka sehingga mereka akan berteman dengan orang-orang itu saja, hal ini akan melahirkan kelompok-kelompok yang akan menjadi jurang pemisah antara mereka. Keadaan seperti ini akan membuat mereka untuk tidak saling mengenal satu sama lain sehingga mereka kurang peduli terhadap lingkungan dan teman sekitarnya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2012 hlm. 4) penelitian kualitatif adalah ‘prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati’. Selanjutnya, menurut Creswell (2010, hlm. 4) mendefinisikan


(3)

“penelitian kualitatif adalah metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan”.

Penelitian kualitatif adalah suatu cara yang digunakan untuk menggali dan mengekplorasi suatu keadaan atau fenomena sosial yang terjadi di masyarakat. Penelitian yang menggunakan penelitian kualitatif bertujuan untuk memahami objek yang diteliti secara mendalam.

Punch dalam Creswell (2010, hlm. 95-96) menyebutkan ‘dalam penelitian kualitatif peneliti sering menggunakan teori sebagai poin akhir penelitian dengan menjadikan teori sebagai poin akhir penelitian, berarti peneliti menerapkan proses penelitiannya secara induktif yang berlangsung mulai dari data, lalu ke tema umum’.

Bagan 3.1

Logika Pendekatan Induktif

Sumber : Creswell tahun 2010

Peneliti mengungkapkan generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari literatur-literatur dan

pengalaman-pengalaman pribadinya.

Peneliti mencari pola-pola umum, generalisasi-generalisasi atau teori-teori dari tema-tema atau kategori-kategori yang

dibuat.

Peneliti menganalisis data berdasarkan tema-tema dan kategori-kategori.

Peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka pada partisipan dan merekam catatan-catatan lapangan.

Peneliti mengumpulkan informasi (misalnya dari observasi atau wawancara)


(4)

Berdasarkan hal tersebut secara metodologis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini mengenai pemahaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi dilihat dari proses belajarnya ini membutuhkan sejumlah data yang sifatnya aktual dan konseptual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Disamping itu pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini.

2. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data guna menjawab permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, peneliti menggunakan metode studi kasus. Mulyana (2013, hlm. 201) berpendapat bahwa “studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial”.

Selanjutnya Myers (dalam Sarosa, 2012, hlm. 117) menjelaskan bahwa ‘metode studi kasus digunakan untuk meneliti kejadian nyata dimasa kini (komtemporer) dimana peneliti tidak dapat mengendalikannya (tidak seperti dalam eksperimen) dan mungkin saja semua kejadian yang diamati terjadi dalam waktu yang bersamaan’.

Sejalan dengan hal tersebut Lincoln dan Guba ( dalam Mulyana, 2013, hlm. 201) mengemukakan beberapa keuntungan dan keistimewaan studi kasus meliputi hal-hal berikut :

a. Studi kasus merupakan sarana utama bagi penelitian emi, yakni menyajikan pandangan subjek yang diteliti.

b. Studi kasus menyajikan uraian menyeluruh yang mirip dengan apa yang dialami pembaca dalam kehidupan sehari-hari.


(5)

c. Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden.

d. Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga keterpercayaan (trust-worthness). e. Studi kasus memberikan “uraian tebal” yang diperlukan bagi

penilaian atas transferabilitas.

f. Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Dengan demikian, maka metode studi kasus adalah suatu metode yang mampu menggambarkan situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang. Dengan menggunakan metode ini maka akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat.

Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka data-data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, videotape, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial.

C. Penjelasan Istilah

1. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah strategi pendidikan yang diaplikasikan pada semua jenis mata pelajaran dengan cara menggunakan perbedaan-perbedaan kultural yang ada pada peserta didik, seperti perbedaan etnis, agama, bahasa, gender, kelas sosial, ras, kemampuan dan umur agar proses belajar menjadi efektif dan mudah.

2. Toleransi

Perwujudan sikap yang mengakui dan menghormati hak-hak asasi manusia tanpa melihat latar belakang dan budaya yang dimiliki sehingga tercipta kedamaian dan kerukunan.

3. Pembelajaran sosiologi


(6)

budaya dalam konteks masyarakat sebagai objek pembelajaran dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami berbagai fenomena dalam masyarakat.

D. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2005, hlm. 59), menyatakan bahwa “dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2005, hlm. 60-61), menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama. Alasannya ialah bahwa segala sesuatu belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya.Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya

Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 61) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian;

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus; 3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen

berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia;

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita;

5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika;

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan


(7)

menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan dan pelakan;

7. Dalam penelitian dengan meggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.

Dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Dalam penelitian ini akan mengembangkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan pedoman dokumentasi.

1. Penggunaan wawancara dalam penelitian kualitatif yaitu untuk menggali informasi secara mendalam dari responden. Wawancara digunakan untuk meneliti hal-hal yang tidak nampak secara mendasar yang dilakukakan selama observasi berlangsung. Sehingga data yang di dapat lebih akurat dan mendukung hasil penelitian. 2. Pengunaan observasi dalam penelitian adalah untuk mengamati

kegiatan secara keseluruhan selama proses penelitian berlangsung. Observasi yaitu mengamati setiap kegiatan yang mendukung pelaksanaan penanaman nilai-nilai multikultural di SMA Taruna Bakti. Observasi juga digunakan untuk mendapatkan gambaran umum tentang kondisi sosial di SMA Taruna Bakti.

3. Penggunaan dokumentasi dalam penelitian ini yaitu untuk mengamati dokumen-dokumen tertulis, foto-foto kegiatan dan data lain yang mendukung proses penelitian yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai multikultural di SMA Taruna Bakti.


(8)

E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Bungin (2008, hlm. 118) dalam melakukan observasi peneliti menggunakan pancaindra untuk mengamati seluruh aktivitas penelitian. mengatakan bahwa :

Observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya ... seseorang yang melakukan pengamatan tidak selamanya menggunakan pancaindra mata saja, tetapi selalu mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang dihasilkan oleh pancaindra lainnya; seperti apa yang ia dengar, apa yang ia cicipi, apa yang ia cium dari penciumannya, bahkan dari apa yang ia rasakan dari sentuhan-sentuhan kulitnya.

Nasution (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 64) menyatakan bahwa Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmu hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron) maupun yang snagat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.

Dalam melakukan penelitian tentang pemahaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi untuk meningkatkan sikap toleransi siswa di SMA Taruna Bakti peneliti melakukan observasi terhadap keadaan di sekolah seperti lingkungan fisik, program-program sekolah, RPP dan model pembelajaran yang digunakan serta dokumen-dokumen sekolah, dan aktivitas yang terjadi di sekolah yang mendukung data dalam penelitian ini.

Observasi ini dilakukan dengan teknik observasi non partisipan, karena dalam pengamatan ini dilakukan dengan peneliti tidak masuk


(9)

kedalam objek pengamatan, akan tetapi tetap memperoleh gambaran mengenai objek yang dituju.

Objek penelitian dalam penelitian kualitiatif yang diobservasi menurut Spradley (dalam Sugiyono, 2010, hlm. 68) dinamakan “situasi sosial, yang terdiri atas tiga komponen yaitu place (tempat), actor (pelaku) dan activities (aktivitas)”.

1. Place, atau tempat dimana interaksi dalam situasi sosial sedang berlangsung

2. Actor, pelaku atau orang-orang yang sedang memainkan peran tertentu

3. Activity atau kegiatan yang dilakukan oleh aktor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung

2. Wawancara

Bungin (2001, hlm. 155) menyebutkan “wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang di wawancarai (interviewee)”. hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Moleong (2012, hlm. 186) bahwa “wawancara adalah Percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu”.

Silverman (dalam Sarosa, 2012, hlm. 45) dalam wawancara peneliti dapat mengajukan pertanyaan mengenai :

a. Fakta ( misalnya mengenai data diri, geografis, demografis); b. Kepercayaan dan perspektif seseorang terhadap suatu fakta; c. Perasaan;

d. Perilaku saat ini dan masa lalu; e. Standar normatif;

f. Mengapa seseorang melakukan tindakan tertentu.

Teknik wawancara memungkinkan meningkatnya fleksibilitas dari pada angket, dan oleh sebab itu berguna untuk persoalan-persoalan yang sedang dijajagi daripada yang secara jelas dibatasi dari mula.Wawancara


(10)

digunakan sebagai teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti untuk melakukan studi pendahuluan terhadap permasalahan sebagai langkah awal dalam penelitian. Wawancara juga dilakukan untuk mengetahui hal-hal seperti ide-ide, pendapat, informasi, data, maupun wawasan yang lebih mendalam dari responden terkait permasalahan yang dihadapi, kita bisa mengungkap kebenaran adanya masalah dimulai dari berkomunikasi dengan beberapa siswa dan guru yang ada di sekolah.

3. Studi Dokumentasi

“Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, foto, akte, dsb”. (Danial, 2009 hlm. 79).

Dalam mengumpulkan data guna keperluan penelitian peneliti dapat melakukan studi domentasi seperti meneliti dokumen siswa yang di dalamnya memuat data-data siswa yang dibutuhkan gunakan mendapatkan data yang lebih akurat seperti biodata siswa yang berisikan latar belakang siswa sehingga didapatkan informasi berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti.

Studi dokumentasi ini dilakukan untuk mendapatkan dokumen sebagai berikut :

a. Profil sekolah b. Data siswa

c. Dokumen kurikulum sekolah

d. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sosiologi

4. Catatan Lapangan (Field Note)

Peneliti melakukan penelitian dengan cara membuat catatan singkat pengamatan tentang segala peristiwa yang dilihat dan didengar selama penelitian berlangsung sebelum ditulis kembali kedalam catatan yang lebih lengkap. Hal ini merujuk pendapat Bogdan dan Biklen (dalam


(11)

J. Moleong, 2012, hlm. 209) yang mengemukakan bahwa : ‘Catatan (field note) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat dan dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif’. Catatan lapangan dapat memuat observasi, perasaan, reaksi, penafsiran, refleksi dan penjelasan.

F. Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data

Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data hasil penelitian berupa hasil observasi dan hasil wawancara maka diperlukan penyusunan alat untuk mengumpulkan data. Penyusunan alat dan pengumpulan data dilakukan sebelum peneliti terjun langsung ke lapangan. Salah satu tujuan penyusunan alat dan pengumpulan data adalah untuk membantu peneliti dalam mengumpulkan data yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian ini. Penyusunan alat dan pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Penyusunan Kisi-Kisi Penelitian

Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil data maka peneliti menyusun kisi-kisi penelitian. Kisi-kisi penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah dalam alat pengumpulan data sehingga data yang di peroleh benar-benar data yang valid.

2. Penyusunan Alat Pengumpul Data

Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai alat pengumpul data adalah observasi dan wawancara yang dilakukan di SMA Taruna Bakti Bandung.

3. Penyusunan Pedoman Wawancara

Sebelum melakukan wawancara kepada responden perlu kiranya disusun pedoman wawancara. Penyusunan pedoman wawancara untuk memandu dan memudahkan ketika proses wawancara berlangsung.


(12)

Pedoman wawancara berupa penjabaran pertanyaan yang di ajukan kepada pihak-pihak yang dianggap dapat mewakili dalam penelitian ini.

4. Penyusunan Pedoman Observasi

Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti melakukan penelitian dan pengamatan hal ini dilakukan agar penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian yang telah di tetapkan.

G. Pengolahan dan Analisis Data

Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2008, hlm. 246), mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification”.

1. Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data adalah proses analisis yang dilakukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan hasil penelitian dengan menfokuskan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti, dengan kata lain reduksi data bertujuan untuk memperoleh pemahaman-pemahaman terhadap data yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum mengklasifikasikan sesuai masalah dan aspek-aspek permasalahan yang diteliti. Setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan, data yang diperoleh kemudian disalin kedalam bentuk pertanyaan jawaban kemudian dilakukan reduksi data dengan mengelompokkan data yang mendukung hasil penelitian sehingga diperoleh gambaran tentang pemahaman nilai-nilai multikultural di SMA Taruna Bakti Bandung.

2. Data Display (penyajian data)

Penyajian data (data display) adalah sekumpulan informasi tersusun yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan


(13)

mencari pola hubungannya.

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas dan terperinci namun menyeluruh akan memudahkan dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Penyajian data selanjutnya disajikan dalam bentuk uraian atau laporan sesuai dengan data hasil penelitian yang diperoleh.

3. Conclusion Drawing Verification

Conclusion drawing verification merupakan upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dengan mengacu kepada tujuan penelitian.

Demikian prosedur yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan penelitian ini. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatau penelitian yaitu derajat kepercayaan, maksudnya data yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.

H. Pengujian Keabsahan Data

sugiyono (2010, hlm. 117-131) menjelaskan untuk mencari keabsahan hasil penelitian menggunakan pengujian validitas dan reabilitas penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh Sugiyono. Yakni uji credibility (validitas internal), dependability, dan confirmability (obyektivitas). Untuk penjelasan dari masing-masing pengujian tersebut akan dijabarkan dibawah ini :

1. Pengujian Kredibilitas

Pengujian kredibilitas penelitian ini dengan menggunakan pendekatan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan menggunakan member chek. Tujuan perpanjangan


(14)

pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi dan member chek adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data berarti data tersebut valid. Sehingga semakin kredibel/dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaan tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

a. Perpanjangan pengamatan

Data yang diperoleh selama penelitian akan dikonfirmasi kembali dengan cara peneliti mendatangi tempat penelitian dan melakukan wawancara dengan orang yang dulu pernah di wawancarai atau dengan responden yang baru, hal ini dimaksudkan agar data yang telah diperoleh dapat dipastikan kebenarannya. Dengan perpanjangan pengamatan hubungan yang terjalin antara peneliti dan respon sudah tidak ada jarak sehingga apabila peneliti melakukan wawancara kembali data yang di peroleh sudah tidak ada lagi keraguan artinya data yang diperoleh sudah benar. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga memperoleh data yang dapat dipastikan kebenarannya.

b. Meningkatkan ketekunan

Dalam penelitian kualitatif, meningkatkan ketekunan sangatlah penting. Hal ini dikarenakan bahwa data yang diperoleh selama penelitian harus di cek dan dicermati kembali. Meningkatkan ketekunan diibaratkan kita memeriksa kembali


(15)

tugas yang sudah selesai di kerjakan. Apakah masih ada salah kata atau ada yang harus di evaluasi kembali.

Sebagai bekal untuk meningkatkan ketekunan adalah dengan membaca banyak referensi buku maupun hasil penelitian ataupun dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang kita teliti. Dengan banyak membaca referensi maka, wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam sehingga dapat digunakan untuk mengecek kembali data yang sudah ditemukan.

c. Triangulasi

Tringualasi adalah pengecekan data dengan berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai teknik. Tringulasi data yaitu menguji kredibilitas data dengan melakukan pengecekan kembali. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan teknik wawancara, lalu dicek kembali dengan teknik observasi dan studi dokumentasi. Bila data yang diperoleh berbeda setelah melakukan pengecekan kembali, peneliti harus mendiskusikannya dengan sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar dengan sudut pandang yang berbeda-beda.

d. Menggunakan member check

Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui sejauh mana data yang diberikan sesuai dengan informasi yang diberikan oleh pemberi data, apabila data yang diberikan disepakati oleh seluruh pemberi data maka, data yang diperoleh sudah valid atau benar. Apabila data yang diberikan berbeda tafsir dengan yang ditemukan


(16)

dilapangan selama penelitian berlangsung maka peneliti mendiskusikan dengan pemberi data, jika ditemukan hasil yang jauh berbeda, maka peneliti harus merubah temuannya sesuai dengan data yang ditemukan dilapangan.

Pelaksanaan member check dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai, atau setelah peneliti mendapatkan kesimpulan. Caranya adalah peneliti datang kembali ke pemberi data dan melakukan diskusi tentang temuan yang berbeda, setelah melakukan diskusi makan akan disepakati bahwa data yang diperoleh dapat ditambah, dikurangan atau ditolak oleh pemberi data. Setelah disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangi, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.

2. Pengujian Dependability

Pengujian depenbility dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independent, atau pembimbinguntuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah atau fokus penelitian, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh peneliti.

3. Pengujian Confirmability

Pengujian confirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji confirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang di lakukan, maka peneliti tersebut telah memenuhi standar confirmability.


(17)

I. Tahap- Tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian merupakan serangkaian proses yang dilakukan oleh peneliti dari awal sampai melakukan penelitian. Tahap- tahap tersebut sebagai berikut :

1. Tahap Pra- Penelitian

Pada tahap ini, setelah menentukan judul, menentukan fokus masalah, merumuskan masalah dan membuat proposal, peneliti melakukan :

a. Studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran mengenai pembelajaran berbasis multikultural pada subjek penelitian. b. Menentukan lokasi penelitian.

c. Membuat kerangka berfikir dan mulai menyusun skripsi BAB I sampai BAB III.

d. Membuat instrumen penelitian.

e. Membuat surat izin penelitian kepada Jurusan Pendidikan Sosiologi yang kemudian diteruskan kepada bidang akademik FPIPS UPI. Selanjutnya mengajukan permohonan izin penelitian kepada Direktorat Akademik UPI.

2. Tahap Penelitian

Setelah tahap pra- penelitian selesai, peneliti melanjutkan penelitian ke proses penelitian untuk mendapatkan data dari subjek yang akan diteliti. Langkah- langkah yang di lakukan adalah :

a. Menghubungi pihak Humas SMA Taruna Bakti Bandung untuk meminta Izin penelitian.

b. Menghubungi guru mata pelajaran sosiologi untuk meminta izin. c. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada Kepala Sekolah

SMA Taruna Bakti Bandung.

d. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada wakasek bidang kurikulum SMA Taruna Bakti Bandung.


(18)

e. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran sosiologi SMA Taruna Bakti Bandung.

f. Menghubungi dan melakukan wawancara kepada siswa SMA Taruna Bakti Bandung.

g. Melakukan observasi pembelajaran sosiologi di SMA Taruna Bakti Bandung.

h. Melakukan dan meminta dokumentasi juga membuat catatan yang diperlukan untuk menunjang data penelitian dan meminjam dokumen tertulis sekeolah seperti RPP pembelajaran Sosiologi dan dokumen data siswa serta profil sekolah SMA Taruna Bakti Bandung.

J. Isu Etik

Penelitian yang dilakukan di SMA Taruna Bakti yang berjudul “Pemahaman Nilai-Nilai Multikultural dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Toleransi Siswa di SMA Taruna Bakti Bandung”. Tujuan penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman siswa tentang nilai-nilai multikultural untuk meningkat sikap toleransi siswa. Visi dan Misi SMA Taruna Bakti merupakan sekolah pembauran, karena memiliki latarbelakang siswa yang berasal dari suku, agama, dan adat istiadat yang berbeda. Pentingnya penanaman nilai-nilai multikultural untuk meningkatkan toleransi siswa agar tidak terjadi kesalapahaman yang dapat memicu lahirnya konflik sosial antar agama, suku dan budaya. Penelitian ini tidak bermaksud untuk merugikan pihak manapun, baik pihak sekolah maupun pihak universitas.


(19)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan

Setelah penulis menyampaikan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul “Pemahaman Nilai-nilai Multikultural dalam Pembelajaran Sosiologi untuk Meningkatkan Toleransi Siswa Di SMA Taruna Bakti Bandung”, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Muatan nilai-nilai multikultural yang terkandung dalam materi pembelajaran sosiologi di SMA Taruna Bakti Bandung adalah sikap saling menghargai, saling menghormati, toleransi, sikap adil dan tidak diskriminasi. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran guru terlebih dahulu membuat dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mencerminkan penanaman nilai-nilai multikultural. Salah satu model pembelajaran yang mendukung penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi adalah dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi agar siswa dapat menghargai setiap perbedaan yang ada dalam masyarakat pada umumnya, mengingat bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang kaya.

2. Implementasi materi mata pelajaran sosiologi terkait nilai-nilai multikultural di SMA Taruna Bakti Bandung, dapat dilihat dari penyampaian materi pembelajaran oleh guru yaitu dengan mengaitkannya dengan kehidupan yang terjadi di masyarakat seperti materi permasalahan sosial, guru mengaitkannya dengan masalah kemiskinan yang terjadi di masyarakat dengan metode ini, tidak hanya meningkatkan pengetahuan siswa tetapi meningkatkan kemampuan siswa dalam mengatasi permasalahan tersebut dan mereka dapat mengimplementasikannya kedalam kehidupan nyata. Implementasikan materi mata pelajaran


(20)

sosiologi terkait nilai-nilai multikultural, dapat terlihat dari bagaimana sikap dan tingkah laku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, salah satu cara yang dilakukan agar proses pembelajaran tidak monoton adalah dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang menarik, guru tidak hanya terus menerus ceramah di depan kelas tetapi mengajak siswa untuk berpikir kritis, sehingga metode dan media yang digunakan sudah mulai bervariasi, diantaranya penggunaan LCD untuk menayangkan video-video, gambar dll, dan disajikan dengan metode presentasi. Dengan presentasi siswa dilatih untuk dapat berbicara didepan orang banyak, bagaimana mereka dapat menerima kritikan dan menghargai setiap aspirasi yang disampaikan oleh temannya.

3. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi dapat meningkatkan sikap toleransi siswa, meskipun perubahan sikap yang ditunjukkan tidak begitu berarti karena sikap dan watak yang ada dalam diri siswa lebih besar dipengaruhi oleh interaksi yang dihadapinya dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan sikap yang terjadi karena adanya rangsangan dan stimulus yang diberikan, rangsangan ini mengandung harapan bagi siswa, biasanya harapan ini agar mereka bisa lebih baik kedepannya. Setelah guru memberikan rangsangan atau stimulus tentang sikap toleransi, siswa berpikir manfaat dari sikap toleransi tersebut dan menyadari bahwa sikap intoleransi yang mereka lakukan terhadap orang lain dapat menyakiti dan melukai perasaan orang tersebut, bahkan sikap intoleransi ini dapat berujung konflik. Pada saat proses pembelajaran berlangsung suasana saling menghargai dan menghormati sudah terasa meskipun belum terlalu kondusif, saat presentasi siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih teman kelompoknya. Dalam menentukan teman kelompok, semua siswa dapat berkelompok dengan siapa saja tanpa menghiraukan latarbelakang yang mereka miliki, asalkan orang yang mereka ajak untuk berkelompok dapat bekerjasama dan aktif dalam kelompok. Tetapi siswa


(21)

cenderung bergabung dengan orang yang sudah dekat dengan mereka, alasanya mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing sehingga tidak perlu melakukan penyesuaian kembali. Interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sudah sangat baik, pada saat jam istirahat mereka saling berbaur, tidak hanya dengan teman sekelasnya tetapi juga dengan teman-teman dari kelas lain sehingga tidak terlihat ada jarak yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, ras, suku dan budaya. 4. Hambatan dalam penanaman nilai-nilai multikultural adalah tidak adanya

kurikulum khusus mengenai pendidikan multikultural di sekolah, sehingga tidak ada wadah yang menaungi penanaman nilai-nilai multikulral di sekolah, untuk mengatasi hal ini guru berusaha menyisipkan nilai-nilai multikultural kedalam materi belajar, meskipun tanpa disadari bahwa mereka sedang menanamkan nilai-nilai multikultural. Hambatan lain yang dihadapi adalah kondisi siswa dan keterbatasan ilmu pengetahuan, seringkali menjadi perdebatan yang didasarkan oleh emosi pada saat presentasi. Faktor pendukung penanaman nilai-nilai multikultural adalah terjadinya keseimbangan dan kerjasama antara sarana dan prasarana, kurikulum, kemampuan guru dan siswa, seluruh aspek ini sudah terintegrasi dengan baik. Disamping itu ada beberapa program sekolah yang mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah yaitu, dengan mengadakan acara keagamaan seperti pesantren kilat ramadhan, Natal, kerja bakti dan memberikan bantuan sosial ke panti asuhan. Seluruh siswa dapat bekerjasama tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

B. Impikasi dan Rekomendasi

Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai upaya konstruktif demi penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun saran penulis yaitu :


(22)

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bandung, diharapkan mengintruksi kepada seluruh sekolah untuk melaksanakan pembelajaran berbasis multikultural di sekolah, dari tingkat SD, SMP dan SMA. Dalam pelaksanaannya peran pemerintah sebagai pengawas jalannya program pendidikan multikultural, mengingat nilai-nilai pendidikan multikultural sangat perlu di tanamkan kepada siswa-siswi agar mereka menghargai dan menghormati setiap perbedaan kebudayaan yang ada di masyarakat.

2. SMA Taruna Bakti

Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural sekolah hendaknya dapat berperan aktif untuk membuat program-program sekolah yang menunjang penanaman nilai-nilai multikultural, SMA Taruna Bakti adalah sekolah pelopor “Pembauran” untuk mewujukan cita-cita tersebut perlu diadakannya program pendidikan multikultural yang lebih kondusif, teratur dan terarah sehingga diperlukan koordinasi yang baik dengan seluruh administrasi sekolah baik pihak kurikulum, staf guru dan siswa. Untuk mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah, pihak sekolah disarankan untuk membuat slogan-slogan yang berisikan nilai-nilai multikultural disetiap ruang terbuka yang dapat dilihat oleh siswa, hal ini akan memicu semangat siswa untuk menerapkan nilai-nilai multikultural dalam diri mereka.

3. Pendidikan Sosiologi

Sebagai calon pendidik, guru sosiologi hendaknya dapat mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural kepada siswa, dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga suasana belajar tidak monoton dan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.


(23)

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berniat untuk meneliti objek yang sama mengenai pemahaman nilai-nilai multikultural hendaknya meluaskan objek kajian tidak hanya pada satu nilai saja yaitu toleransi tetapi lebih diperluas mengingat tidak hanya sikap toleransi yang harus ditanamkan kepada siswa tetapi sikap saling menghargai, saling menghormati, adil dan tidak diskriminasi.


(24)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Aloliliweri. (2011). Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Putaka Pelajar.

Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. Creswell, J.W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Danial, Endang.(2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Hayat, B. (2013). Mengelolah Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Pustaka Mandiri.

Mahfud, C. (2011). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mar’at.(1981). Sikap Manusia Perubahannya Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Masduqi, I. (2011). Berislam secara toleran.Bandung : Mizan.

Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Munawir, Imam. (1984). Sikap Islam terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas. Surabaya : PT Bina Ilmu

Moleong, J.X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Naim, Ngainun & Sauqi, Ahmad. (2011). Pendidikan Multikultural : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.


(25)

Setiadi, Elly M & Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. (2011). Jakarta: Kencana. Soekanto, Soejono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Soyonomukti, N. (2010). Teori-teori Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suryana, T. (2011). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama. Ta’lim, 127-136.

Suwarno, W. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Ar-Russ Media Group.

Wahyudin, U. (2014). Islamic Education And Moral Values 2. Bandung : Facil zubaedi. (2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat : Upaya Menawarkan Solusi

terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Tesis dan Skripsi :

Anggraini, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Pendidikan Multikultural dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Di SMA Aloysius Bandung). Tesis magister pada prodi PKn SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Lestari, G. (2013). Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme Pengaruhnya Terhadap Radikalisme Atas Nama Agama (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Murtadlo, S. (2013). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Taruna Bakti Bandung (Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung). Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudin, I. (2014). Implementasi Pendidikan Multikultural Untuk

Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan (CIVIC SKILL).Studi Deksriptif di SMP Yos Sudarso Kabupaten Purwakarta. Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

sosiologi terkait nilai-nilai multikultural, dapat terlihat dari bagaimana sikap dan tingkah laku siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, salah satu cara yang dilakukan agar proses pembelajaran tidak monoton adalah dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang menarik, guru tidak hanya terus menerus ceramah di depan kelas tetapi mengajak siswa untuk berpikir kritis, sehingga metode dan media yang digunakan sudah mulai bervariasi, diantaranya penggunaan LCD untuk menayangkan video-video, gambar dll, dan disajikan dengan metode presentasi. Dengan presentasi siswa dilatih untuk dapat berbicara didepan orang banyak, bagaimana mereka dapat menerima kritikan dan menghargai setiap aspirasi yang disampaikan oleh temannya.

3. Penanaman nilai-nilai multikultural dalam pembelajaran sosiologi dapat meningkatkan sikap toleransi siswa, meskipun perubahan sikap yang ditunjukkan tidak begitu berarti karena sikap dan watak yang ada dalam diri siswa lebih besar dipengaruhi oleh interaksi yang dihadapinya dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan sikap yang terjadi karena adanya rangsangan dan stimulus yang diberikan, rangsangan ini mengandung harapan bagi siswa, biasanya harapan ini agar mereka bisa lebih baik kedepannya. Setelah guru memberikan rangsangan atau stimulus tentang sikap toleransi, siswa berpikir manfaat dari sikap toleransi tersebut dan menyadari bahwa sikap intoleransi yang mereka lakukan terhadap orang lain dapat menyakiti dan melukai perasaan orang tersebut, bahkan sikap intoleransi ini dapat berujung konflik. Pada saat proses pembelajaran berlangsung suasana saling menghargai dan menghormati sudah terasa meskipun belum terlalu kondusif, saat presentasi siswa dibagi kedalam beberapa kelompok, guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih teman kelompoknya. Dalam menentukan teman kelompok, semua siswa dapat berkelompok dengan siapa saja tanpa menghiraukan latarbelakang yang mereka miliki, asalkan orang yang mereka ajak untuk


(2)

cenderung bergabung dengan orang yang sudah dekat dengan mereka, alasanya mereka sudah saling mengenal karakter masing-masing sehingga tidak perlu melakukan penyesuaian kembali. Interaksi yang terjalin antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sudah sangat baik, pada saat jam istirahat mereka saling berbaur, tidak hanya dengan teman sekelasnya tetapi juga dengan teman-teman dari kelas lain sehingga tidak terlihat ada jarak yang dilatarbelakangi oleh perbedaan agama, ras, suku dan budaya. 4. Hambatan dalam penanaman nilai-nilai multikultural adalah tidak adanya

kurikulum khusus mengenai pendidikan multikultural di sekolah, sehingga tidak ada wadah yang menaungi penanaman nilai-nilai multikulral di sekolah, untuk mengatasi hal ini guru berusaha menyisipkan nilai-nilai multikultural kedalam materi belajar, meskipun tanpa disadari bahwa mereka sedang menanamkan nilai-nilai multikultural. Hambatan lain yang dihadapi adalah kondisi siswa dan keterbatasan ilmu pengetahuan, seringkali menjadi perdebatan yang didasarkan oleh emosi pada saat presentasi. Faktor pendukung penanaman nilai-nilai multikultural adalah terjadinya keseimbangan dan kerjasama antara sarana dan prasarana, kurikulum, kemampuan guru dan siswa, seluruh aspek ini sudah terintegrasi dengan baik. Disamping itu ada beberapa program sekolah yang mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah yaitu, dengan mengadakan acara keagamaan seperti pesantren kilat ramadhan, Natal, kerja bakti dan memberikan bantuan sosial ke panti asuhan. Seluruh siswa dapat bekerjasama tanpa membeda-bedakan satu sama lain.

B. Impikasi dan Rekomendasi

Dengan melihat hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai upaya konstruktif demi penelitian yang akan dilakukan selanjutnya. Adapun saran penulis yaitu :


(3)

Pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan Kota Bandung, diharapkan mengintruksi kepada seluruh sekolah untuk melaksanakan pembelajaran berbasis multikultural di sekolah, dari tingkat SD, SMP dan SMA. Dalam pelaksanaannya peran pemerintah sebagai pengawas jalannya program pendidikan multikultural, mengingat nilai-nilai pendidikan multikultural sangat perlu di tanamkan kepada siswa-siswi agar mereka menghargai dan menghormati setiap perbedaan kebudayaan yang ada di masyarakat.

2. SMA Taruna Bakti

Dalam menanamkan nilai-nilai multikultural sekolah hendaknya dapat berperan aktif untuk membuat program-program sekolah yang menunjang penanaman nilai-nilai multikultural, SMA Taruna Bakti adalah

sekolah pelopor “Pembauran” untuk mewujukan cita-cita tersebut perlu diadakannya program pendidikan multikultural yang lebih kondusif, teratur dan terarah sehingga diperlukan koordinasi yang baik dengan seluruh administrasi sekolah baik pihak kurikulum, staf guru dan siswa. Untuk mendukung penanaman nilai-nilai multikultural di sekolah, pihak sekolah disarankan untuk membuat slogan-slogan yang berisikan nilai-nilai multikultural disetiap ruang terbuka yang dapat dilihat oleh siswa, hal ini akan memicu semangat siswa untuk menerapkan nilai-nilai multikultural dalam diri mereka.

3. Pendidikan Sosiologi

Sebagai calon pendidik, guru sosiologi hendaknya dapat mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural kepada siswa, dengan menggunakan metode dan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif sehingga suasana belajar tidak monoton dan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.


(4)

4. Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang berniat untuk meneliti objek yang sama mengenai pemahaman nilai-nilai multikultural hendaknya meluaskan objek kajian tidak hanya pada satu nilai saja yaitu toleransi tetapi lebih diperluas mengingat tidak hanya sikap toleransi yang harus ditanamkan kepada siswa tetapi sikap saling menghargai, saling menghormati, adil dan tidak diskriminasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA Buku :

Aloliliweri. (2011). Gatra-gatra Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

Azwar, S. (1995). Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Putaka Pelajar.

Bungin, Burhan. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. (2008). Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup. Creswell, J.W. (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Danial, Endang.(2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan.

Gerungan, W. (2009). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama.

Hasbullah. (2008). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Hayat, B. (2013). Mengelolah Kemajemukan Umat Beragama. Jakarta: PT. Saadah Pustaka Mandiri.

Mahfud, C. (2011). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mar’at.(1981). Sikap Manusia Perubahannya Serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Masduqi, I. (2011). Berislam secara toleran.Bandung : Mizan.

Mulyana, Deddy. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif : Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Munawir, Imam. (1984). Sikap Islam terhadap Kekerasan, Damai, Toleransi dan Solidaritas. Surabaya : PT Bina Ilmu

Moleong, J.X. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Naim, Ngainun & Sauqi, Ahmad. (2011). Pendidikan Multikultural : Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : Ar-ruzz Media.


(6)

Setiadi, Elly M & Kolip Usman. Pengantar Sosiologi. (2011). Jakarta: Kencana. Soekanto, Soejono. (2007). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo

Persada.

Soyonomukti, N. (2010). Teori-teori Pendidikan. Jogjakarta : Ar-ruzz Media. Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suryana, T. (2011). Konsep dan aktualisasi kerukunan antar umat beragama. Ta’lim, 127-136.

Suwarno, W. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.Yogyakarta: Ar-Russ Media Group.

Wahyudin, U. (2014). Islamic Education And Moral Values 2. Bandung : Facil zubaedi. (2005. Pendidikan Berbasis Masyarakat : Upaya Menawarkan Solusi

terhadap Berbagai Problem Sosial. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Tesis dan Skripsi :

Anggraini, L. (2009). Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan Berbasis Pendidikan Multikultural dalam Memupuk Nasionalisme Siswa (Studi Kasus Di SMA Aloysius Bandung). Tesis magister pada prodi PKn SPS UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

Lestari, G. (2013). Persepsi Mahasiswa tentang Multikulturalisme Pengaruhnya Terhadap Radikalisme Atas Nama Agama (Studi Deskriptif dalam Konteks Pendidikan Kewarganegaraan di Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Murtadlo, S. (2013). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam

Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Taruna Bakti Bandung (Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung). Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudin, I. (2014). Implementasi Pendidikan Multikultural Untuk

Mengembangkan Keterampilan Kewarganegaraan (CIVIC SKILL).Studi Deksriptif di SMP Yos Sudarso Kabupaten Purwakarta. Skripsi, Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DENGAN MENERAPKAN NILAI NILAI KARAKTER KONSERVASI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN KERJA ILMIAH SISWA SMA

2 14 199

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROYEK DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI TERHADAP PENANAMAN NILAI-NILAI TOLERANSI PADA KONSEP KELOMPOK SOSIAL DI MASYARAKAT : Penelitian Kuasi Eksperimen di Kelas XI IIS SMA Negeri 9 Bandung.

0 0 39

INTERNALISASI NILAI TAUHID PADA PEMBELAJARAN KIMIA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA SMA DALAM MEMAHAMI NILAI-NILAI AGAMA DAN KIMIA.

5 26 39

PEMANFAATAN NILAI TOLERANSI DALAM BABAD CIREBON UNTUK MENINGKATKAN KOHESI SOSIAL SISWA : PenelitianTindakanKelasPadaSiswaKelas XI IPS 1 Di SMA Negeri 1 JatibarangIndramayu.

0 19 53

PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM MENGEMBANGKAN NILAI-NILAI NASIONALISME SISWA ETNIK TIONGHOA : Penelitian Studi Kasus di SMA Santa Angela Kota Bandung.

3 12 72

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMA TARUNA BAKTI :Studi Deskriptif di SMA Taruna Bakti Bandung.

1 16 37

PENGUATAN NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 2 Karanganyar)

0 0 13

NILAI MULTIKULTURAL DALAM PENGEMBANGAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAFSIR

0 0 20

Internalisasi Nilai-Nilai Budaya Toleransi dalam Pembelajaran Sejarah (Studi Kasus SMA Negeri 1 Banda Aceh)

0 0 13

INTEGRASI NILAI-NILAI MULTIKULTURAL DALAM PEMBELAJARAN PPKn UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER DI SMPN 1 KURIPAN

0 0 16