MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON.

(1)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. TujuanPenelitian ... 8

D. ManfaatPenelitian ... 8

E. Definisi Operasional………...9

F. Asumsi ….……….………11

G. Hipotesis Penelitian………11

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Model Pembelajaran Experiential Kolb ... 13

B. Pembelajaran Siklus ………...15

C. Penguasaan konsep...19

D. Keterampilan proses sains...21

E. Deskripsi materi hukum Newton...27

BAB III METODE PENELITIAN ... 33


(2)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Subjek Penelitian ... 34

C. Instrumen Penelitian...35

D. Teknik Pengumpulan Data ... 36

E. Prosedur Penelitian... 37

F. Analisis Instrumen Penelitian ... 40

G. Teknik Pengolahan Data ... 45

H. Hasil analisis uji coba instrumen... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian ... 55

B. Analisis Data………..60

C. Tanggapan Siswa terhadap Pembelajaran ……….…65

D. Aktivitas Guru dan Siswa ………..………68

E. Pembahasan………70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN………..82


(3)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Perbedaan model pembelajaran Experiential Kolb dengan model

pembelajaran siklus ……... 18

2.2 Perbandingan jenis keterampilan proses sains... 23

2.3 Aspek keterampilan proses sains yang di amati... 27

2.4 Jenis-jenis gaya ... 29

3.1 Desain penelitian ... 34

3.2 Teknik pengumpulan data... 37

3.3 Interpretasi indeks kesukaran ... 41

3.4 Interpretasi daya pembeda... 42

3.5 Batas signifikansi koefisien korelasi ... 43

3.6 Interpretasi reliabilitas ... 45

3.7 Interpretasi gain skor dinormalisasi... 47

3.8 Interpretasi Indeks Prestasi Kelompok... 49

3.9 Hasil uji coba penguasaan konsep... 52

3.10 Hasil uji coba keterampilan proses sains... 52

3.11 Rekapitulasi tiap aspek kognitif ... 55

3.12 Rekapitulasi tiap indikator keterampilan proses sains…... 54

4.1 Hasil uji normalitas data N-gain penguasaan konsep ... 60

4.2 Hasil uji homogenitasdata N-gain penguasaan konsep ... 61

4.3 Hasil uji hipotesis data gain penguasaan konsep ... 62

4.4 Hasil uji normalitas data N-gain KPS ... 63


(4)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.6 Hasil uji hipotesis data N-gain KPS ... 64

4.7 Rekapitulasi analisis hasil angket siswa keseluruhan pernyataan ... 66

4.8 Rekapitulasi analisis hasil angket siswa tiap pernyataan ... 66


(5)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

2.1 Tahapan Experiential Kolb ... 15

2.2 Tahapan pembelajaran siklus ... 18

2.3 Gambar eksperimen Galileo ... 29

2.4 Gambar benda dikenai gaya konstan... 30

2.5 Gambar gaya aksi-reaksi ... 32

3.1 Alur penelitian ...39

4.1 Diagram batang N gain penguasaan konsep ... 55

4.2 Diagram batang N gain ranah kognitif penguasaan konsep ... 56

4.3 Diagram batang N gain penguasaan konsep berdasarkan label konsep ... 57

4.4 Diagram batang N gain KPS ... 58


(6)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran ... 83

B. Instrumen Penelitian ... 141

C. Hasil Uji Coba Instrumen ... 164

D.Data-Data Hasil Penelitian ... 214

E. Pengolahan Data Hasil Penelitian……….235


(7)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. (Depdiknas, 2006).

Sains dan pembelajaran sains tidak hanya sekedar pengetahuan yang bersifat ilmiah saja, melainkan terdapat dimensi-dimensi ilmiah penting yang menjadi bagian sains. Berdasarkan hasil analisis terhadap berbagai paparan para pakar tentang ruang lingkup IPA sebagaimana dilakukan oleh T.Sarkim (Karso, 2006:9) maka hakikat pendidikan IPA dapat dikategorikan kedalam tiga dimensi yaitu dimensi produk, dimensi proses dan dimensi sikap. Dimensi produk adalah muatan sains (content of science) yang berisi berbagai fakta, konsep, hukum, dan


(8)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2

teori-teori. Dimensi inilah yang menjadi obyek kajian ilmiah manusia. Dimensi kedua sains adalah proses dalam melakukan aktivitas ilmiah dan sikap ilmiah dari aktivis sains. Proses dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains (science proccess skills). Keterampilan proses inilah yang digunakan setiap ilmuwan ketika mengerjakan aktivitas-aktivitas sains. Jadi, mengajarkan keterampilan proses sains pada siswa sama artinya dengan mengajarkan keterampilan yang nantinya akan mereka gunakan dalam kehidupan keseharian mereka.

Dimensi ketiga dari sains merupakan dimensi yang terfokus pada karakteristik sikap dan watak ilmiah. Dimensi ini meliputi keingintahuan seseorang dan besarnya daya imajinasi seseorang, juga antusiasme yang tinggi untuk mengajukan pertanyaan dan memecahkan permasalahan. Sikap lain yang juga harus dimiliki seorang ilmuwan adalah sikap menghargai terhadap metode-metode dan nilai-nilai di dalam sains. Metode-metode-metode sains yang dimaksud di sini meliputi usaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan menggunakan bukti-bukti, kemauan untuk mengakui pentingnya mengecek ulang data yang diperoleh, dan memahami bahwa pengetahuan ilmiah dan teori-teori berubah sepanjang waktu selama informasi-informasi yang lebih banyak dan lebih baik diperoleh.

Sebagai salah satu bidang sains, mata pelajaran Fisika diadakan dalam rangka mengembangkan kemampuan berpikir analitis dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, serta dapat mengembangkan keterampilan dan sikap percaya diri. Fungsi guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator untuk terjadi konstruksi


(9)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3

pengetahuan pada peserta didik. Guru hendaknya tidak menekankan pembelajaran pada penerapan rumus dan teknik menyelesaikan suatu soal evaluasi tetapi memberikan penekanan pada penguasaan konsep yang diajarkan. Meskipun pada kenyataannya pembelajaran di sekolah kadang hanya untuk mempersiapkan siswa berhasil dalam Ujian Nasional, tetapi tentunya tidak hanya itu yang kita inginkan, melainkan siswa-siswa mampu memiliki ilmu pengetahuan dan dapat menerapkannya dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari.

Pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Depdiknas, 2006).

Standar kompetensi lulusan mata pelajaran Fisika pada jenjang SMA berdasarkan Kurikulum 2006 salah satunya adalah siswa dapat melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen, mengumpulkan,


(10)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4

mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Keterampilan – keterampilan tersebut dapat disebut juga keterampilan proses sains. Sebagaimana dikemukakan oleh

Indrawati, (1999:28) bahwa “keterampilan proses harus dilatih dan dikembangkan

karena keterampilan proses dapat membantu siswa dalam mengembangkan pikirannya dan memberikan kesempatan pada siswa untuk melakukan

penemuan”.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, observasi proses pembelajaran Fisika pada sekolah yang menjadi tempat penelitian menggunakan model pembelajaran siklus (learning cycle), pada proses pembelajarannya keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar masih kurang. Kegiatan praktikum yang jarang dilakukan karena kurangnya sarana alat-alat praktikum, mengakibatkan proses belajar mengajar lebih terpusat pada guru, sehingga siswa menerima pelajaran secara pasif. Hal ini berpengaruh pada konsep yang telah tertanam tidak akan bertahan lama dan akan mudah hilang. Berdasarkan hasil tes penguasaan konsep hukum Newton pada kelas XI dan XII menunjukan pemahaman siswa terhadap konsep hukum Newton untuk kelas XI 30 % dan kelas XII 25%. Sementara untuk CRI kelas XI 2,31 dan kelas XII 2,41, hasil ini menunjukan bahwa penentuan jawaban lebih signifikan dengan cara kira-kira (guesswork) baik jawaban itu benar atau salah, yang pasti ini disebabkan karena kekurangan pengetahuan mereka.

Seringnya menggunakan metode ceramah atau diskusi serta demonstrasi dibandingkan dengan praktikum, berarti tipe hasil belajar kognitif lebih dominan


(11)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5

jika dibandingkan dengan ranah psikomotor dan afektif. Keterampilan proses yang mencakup ranah psikomotor juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa di sekolah. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Karso, dkk (2006:37) bahwa pemahaman siswa yang didapat melalui keterampilan proses akan lebih bermakna dan dapat mengingat lebih lama, lebih lebih jika mereka mendapat kesempatan mempraktekkan sendiri, melakukan penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik penanganan benda-benda.

Pembelajaran Fisika perlu dirancang sedemikian rupa dengan model-model pembelajaran inovatif sehingga materi yang diberikan dapat dikuasai dengan baik. Selain itu, perbedaan karakteristik gaya belajar siswa haruslah diperhatikan sehingga hal ini memungkinkan guru untuk menggunakan berbagai metode dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dapat dicapai dengan pembelajaran aktif dibandingkan pembelajaran pasif. Pembelajaran aktif disini dimaksudkan bahwa siswa terlibat secara langsung dan aktif dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya mendapatkan informasi secara verbal dan visual saja tetapi mereka dapat berpartisipasi dan melakukan suatu proses untuk mendapatkan informasi tersebut.

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif adalah model pembelajaran Experiential Kolb (Manolas, 2005). Model pembelajaran ini menyajikan empat tahapan yaitu tahap pengalaman kongkrit (concrete experience) bagi siswa sebagai awal pembelajaran. Pada tahap ini siswa secara individu menekankan pada


(12)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6

pembelajaran berpikir terbuka dan kemampuan beradaptasi daripada pendekatan sistematik pada situasi atau masalah. Tahap kedua yaitu pengamatan reflektif (reflective observation). Pada tahap ini siswa mengamati demonstrasi sederhana serta mencoba mengeluarkan pendapat mengapa dan bagaimana hal tersebut terjadi. Tahap ketiga yaitu konsepsi abstrak (abstract conceptualization). Pada tahap ini siswa menjadi mengerti konsep secara umum dengan tahap pertama dan kedua sebagai acuan. Konsepsi abstrak mengharuskan siswa untuk menggunakan logika dan pikiran untuk memahami situasi dan masalah. Kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation). Pada tahap ini siswa menggunakan teori yang mereka dapat selama konsepsi abstrak untuk membuat prediksi pada hal sesungguhnya dan beraksi untuk membuktikan prediksi tersebut. Melalui pembelajaran ini diharapkan dapat membangun konsep yang bermakna dan kepercayaan diri dalam memecahkan masalah dan membuat keputusan-keputusan yang cermat.

Salah satu konsep yang ada dalam materi ajar Fisika di SMA pada kelas X adalah hukum Newton. Konsep hukum Newton merupakan salah satu konsep yang sangat mendasar dalam Fisika dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga banyak pengalaman konkrit yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran dilaksanakan. Pengalaman konkrit yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari tersebut dapat memberikan sebuah dasar bagi proses observasi dan refleksi pada pengalaman baru yang ditemuinya. Observasi dan refleksi ini selanjutnya diasimilasikan dan disaring menjadi konsep abstrak yang menghasilkan berbagai


(13)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7

implikasi baru terhadap aktivitas, sehingga menciptakan berbagai pengalam baru. Hal ini sesuai dengan karakteristik model pembelajaran Experiential Kolb.

Penelitian terhadap model pembelajaran Experiential Kolb dilakukan oleh Manolas (2005) menunjukkan bahwa model pembelajaran Experiential Kolb dapat menstimulasi siswa untuk memilih pembelajaran dan menantang mereka untuk membangun kemampuan dalam mengefektifkan pemikiran dan pemecahan masalah. Untuk itu, peneliti bermaksud menerapkan suatu pembelajaran yang melibatkan siswa untuk mencari pengetahuannya sendiri dan penguasaan konsep melalui model pembelajaran tersebut pada konsep hukum Newton.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul ” Model Pembelajaran Experiential Kolb untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada materi hukum Newton”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka dapat disusun permasalahan penelitian sebagai berikut: Apakah penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains dibandingkan model pembelajaran konvensional pada materi hukum Newton?

Agar penelitian lebih terarah maka rumusan masalah tersebut dijabarkan kedalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:


(14)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8

1. Bagaimanakah peningkatkan penguasaan konsep siswa setelah diterapan model pembelajaran Experiential Kolb dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi hukum Newton?

2. Bagaimanakah peningkatkan keterampilan proses sains siswa setelah diterapan model pembelajaran Experiential Kolb dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional pada materi hukum Newton?

3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran Experiential Kolb dalam pembelajaran hukum Newton?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang diharapkan tercapai dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis perbandingan peningkatan penguasaan konsep antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb dengan model pembelajaran konvensional pada materi hukum Newton?

2. Menganalisis perbandingan peningkatan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model Experiential Kolb dengan model pembelajaran konvensional pada materi hukum Newton? 3. Mengetahui tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran

Experiential Kolb dalam pembelajaran hukum Newton.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi siswa, guru, sekolah maupun institusi pendidikan lainnya.


(15)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9

1. Bagi siswa, melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat meningkatkan penguasaan konsep, dan keterampilan proses sains pada materi hukum Newton.

2. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat memotivasi guru untuk melakukan model pembelajaran yang sejenis untuk materi pelajaran lainnya.

3. Bagi sekolah dan institusi pendidikan lainnya, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan informasi dan kajian dalam pengembangan pembelajaran IPA khususnya Fisika, dan sebagai bahan masukan bagi para peneliti lainnya.

E.Definisi Operasional

Supaya tidak terjadi perbedaan persepsi mengenai definisi operasional variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, definisi operasional variabel penelitian yang dimaksud dijelaskan sebagai berikut :

1. Model pembelajaran Experiential Kolb didefinisikan sebagai model pembelajaran yang menyajikan situasi pembelajaran dalam bentuk suatu siklus dengan mengadakan pengalaman kongkrit (concrete experience) bagi siswa sebagai awal pembelajaran diteruskan dengan pengamatan reflektif (reflective observation) dan masuk pada tahap konsepsi abstrak (abstract conceptualization) kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation) (Kolb, 1984). Keterlaksanaan model pembelajaran ini dalam pembelajaran konsep hukum Newton dipantau melalui kegiatan observasi.


(16)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10

2. Model pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah model pembelajaran siklus dengan tiga fase, yaitu fase eksplorasi (pengggalian konsep), pengenalan konsep, dan elaborasi (aplikasi konsep). Secara umum langkah-langkah pembelajaran siklus menurut Susiwi (2007), meliputi 1) menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal, untuk membawa siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki (fase eksplorasi), 2) mendiskusikan konsep-konsep yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki (fase pengenalan konsep), dan 3) menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk penyelidikan lebih lanjut (fase aplikasi konsep/elaborasi).

3. Penguasaan konsep pada materi hukum Newton didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami suatu abstraksi yang menggambarkan karakteristik konsep hukum Newton secara ilmiah, baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari yang dapat dilihat dari tes awal dan tes akhir. Indikator penguasaan konsep pada penelitian ini didasarkan pada tingkatan domain kognitif Bloom yang dibatasi pada tingkatan domain pemahaman (C2), penerapan (C3) dan analisis (C4). Penguasaan konsep diukur dengan menggunakan tes penguasaan konsep dalam bentuk pilihan ganda. 4. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori-teori sains baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik maupun keterampilan sosial (Rustaman:2005).


(17)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11

Keterampilan proses sains ini mencakup: meramalkan (prediksi), merencanakan percobaan, melakukan pengamatan (observasi), berhipotesis, menafsirkan pengamatan (interpretasi), menerapkan konsep atau prinsip (aplikasi), dan mengkomunikasikan. Dalam penelitian ini keterampilan proses sains siswa diukur sebelum dan setelah pembelajaran dengan menggunakan tes keterampilan proses sains berupa tes tertulis berbentuk pilihan ganda yang mencakup indikator-indikator keterampilan proses sains.

5. Konsep hukum Newton pada penelitian ini meliputi hukum I Newton, hukum II Newton dan hukum III Newton.

F. Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Experiential Kolb merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk belajar menyelesaikan suatu permasalahan secara aktif melalui percobaan. Permasalahan yang dikemukakan dalam pembelajaran biasanya merupakan permasalahan nyata yang dapat memberikan pengalaman tersendiri bagi peserta didik. Hal ini memudahkan siswa menguasai konsep yang diajarkan dan melatih kemampuannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

G.Hipotesis


(18)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12

1. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep dibandingkan model pembelajaran konvensional.

( Ha1) ; Ha1 ( µx1> µy1 ; α = 0,05 )

µx1 = Rata-rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb.

µy1 = Rata-rata penguasaan konsep siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional

2. Penerapan Model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains dibandingkan model pembelajaran konvensional.

( Ha2) ; Ha2 ( µx2> µy2 ; α = 0,05 )

µx2 = Rata-rata keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb.

µy2 = Rata-rata keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.


(19)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 33

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini akan mengkaji metode dan langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam melaksanakan penelitian. Fokus permasalahan yang akan dikaji pada bab ini adalah metode penelitian, prosedur penelitian, populasi dan sampel, intrumen dan analisis instrumen serta teknik dan analisis pengolahan data.

A. Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen (eksperimen semu) dan deskriptif. Metode eksperimen semu digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran Experiential Kolb dan yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional. Metode deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran tentang tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Experiential Kolb yang diterapkan.

Desain eksperimen yang digunakan adalah “pretest-posttest control group

design” (Sukmadinata, 2009:208) dimana penentuan kelas kontrol dilakukan secara acak perkelas. Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran Experiential Kolb pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol. Secara bagan, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam tabel 3.1.


(20)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 34

Tabel 3.1 Desain penelitian

Kelas (Pre-test) Perlakuan (Post-test)

Eksperimen O1 O2 X O3O4

Kontrol O1 O2 Y O3O4

(Sukmadinata, 2009: 208) Keterangan :

O1 : Pemberian tes awal (Pre-test) Penguasaan Konsep O2 : Pemberian tes awal (Pre-test) Keterampilan Proses Sains O3 : Pemberian tes akhir (Post-test) Penguasaan Konsep O4 : Pemberian tes akhir (Post-test) Keterampilan Proses Sains X : Penerapan Model Pembelajaran Experiential Kolb

Y : Penerapan model pembelajaran konvensional

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X Semester genap di salah satu SMA Negeri yang berada di kabupaten Bekasi Provinsi Jawa Barat pada tahun pelajaran 2011/2012. Kelas X terdiri dari sembilan kelas yang masing-masing kelas terdiri atas ± 40 orang siswa. Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara cluster random sampling. Sebagai sampel penelitian dipilih dua kelas secara acak dari sembilan kelas yang memiliki kemampuan yang setara tanpa mengacak siswa tiap kelasnya. Pengelompokkan sampel terdiri dari satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol.


(21)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 35

C. Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti telah menyusun dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian, yaitu; (1) tes penguasaan konsep, (2) tes keterampilan proses sains, dan (3) angket respon siswa terhadap model pembelajaran Experiential Kolb (4) lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran Experiential Kolb. Berikut ini uraian secara rinci masing-masing instrumen :

1. Tes penguasaan konsep

Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa terhadap konsep hukum Newton, item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Indikator tes untuk melihat keterampilan proses sains siswa dibatasi pada empat domain kognitif Bloom yaitu pemahaman (C2) , penerapan (C3) dan analisis (C4)

2. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini digunakan untuk mengukur keterampilan proses sains siswa terhadap konsep hukum Newton, item soal yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban yang dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest). Indikator tes untuk melihat keterampilan proses sains siswa dibatasi pada aspek keterampilan meramalkan (prediksi), merencanakan percobaan, melakukan pengamatan (observasi), menafsirkan pengamatan (interpretasi), berhipotesis, menerapkan konsep atau prinsip (aplikasi), dan mengkomunikasikan.


(22)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 36

3. Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran Experiential Kolb Angket digunakan untuk memperoleh informasi mengenai pandangan siswa terhadap mata pelajaran fisika dan tanggapan siswa terhadap model pembelajaran Experiential Kolb. Tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran Experiential Kolb terbagi ke dalam substansi pertanyaan ketertarikan siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran Experiential Kolb dan manfaat pelaksanaan pembelajaran Experiential Kolb. Sifat pernyataan yang terdapat dalam angket berupa penyataan positif dan pernyataan negatif.

4. Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Experiential Kolb Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model pembelajaran Experiential Kolb sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran dan langkah-langkah dalam lembar kerja siswa.

D.Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan tiga macam cara pengumpulan data yaitu melalui tes, dan observasi. Dalam pengumpulan data ini terlebih dahulu menentukan sumber data, kemudian jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan. Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.2.


(23)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 37

Tabel 3.2.

Teknik Pengumpulan Data

No Sumber Data Jenis Data Teknik Pengumpulan Instrumen

1. Siswa Keterampilan proses

sains siswa sebelum dan sesudah

mendapat perlakuan.

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan

keterampilan proses sains.

2. Siswa Penguasaan konsep

siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan

Pretest dan Posttest Butir soal pilihan ganda yang memuat kemampuan

penguasaan konsep siswa.

3. Siswa Respos siswa

terhadap model pembelajaran Experiential Kolb

Angket Kumpulan pertanyaan

tertulis yang harus

dijawab untuk

mengetahui respon

siswa terhadap

pembelajaran 4. Guru dan Siswa Keterlaksanaan

model pembelajaran Experiential Kolb

Observasi Pedoman observasi

aktivitas guru dan

siswa selama

pembelajaran sesuai dengan RPP dan LKS yang dikembangkan.

E. Prosedur penelitian a. Tahap Perencanaan

1) Melakukakan studi lapangan dan literatur untuk mencari masalah dan kemungkinan solusi.

2) Melakukan studi literatur lebih mendalam tentang model pembelajaran Experiential Kolb, penguasaan konsep, dan keterampilan proses sains.

3) Menyusun perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian. 4) Melakukan uji coba instrumen tes


(24)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 38

5) Mengolah data hasil uji coba dan menentukan soal yang akan digunakan dalam pengambilan data

b. Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan pretest untuk mengukur kemampuan awal siswa dalam penguasaan konsep dan keterampilan proses sains baik itu dikelompok kontrol maupun eksperimen.

2) Melakukan pembelajaran materi ajar hukum Newton. Saat pembelajaran, kelompok kontrol mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran konvensional, sedangkan kelompok eksperimen mendapat perlakuan model pembelajaran Experiential Kolb.

3) Melakukan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Posttest dilakukan untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan proses sains setelah dilakukan perlakuan.

4) Memberikan angket pada siswa berkaitan pendapat mereka tentang penggunaan model pembelajaran Experiential Kolb.

c. Tahap Akhir

1) Memberikan kesimpulan berdasarakan hasil pengolahan data 2) Saran-saran terhadap aspek-aspek penelitian yang kurang memadai.

Alur penelitian merupakan tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam melakukan penelitian. Hal ini disusun agar penelitian lebih terarah dan terencana. Berikut adalah alur penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian kali ini.


(25)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 39

Gambar 3.1 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Validasi, Uji Coba, Revisi

Tes Awal (Penguasaan konsep dan KPS) (pretest)

Pembelajaran experiential Kolb pada kelas eksperimen

(Observasi guru dan siswa) Pembelajaran

konvensional pada kelas kontrol

Tes Akhir (Penguasaan konsep dan KPS)

Angket Siswa

Pengolahan dan Analisis

Data

1. Penyusunan Instrumen Tes : a. penguasaan konsep b. keterampilan proses sains 2. Angket Siswa

3. Pedoman Observasi Guru dan Siswa

Studi Literatur: Model pembelajaran experiential Kolb, model konvensional, penguasan konsep dan keterampilan prose sains siswa

Penyusunan Rencana Pembelajaran Model pembelajaran experiential Kolb materi Hukum Newton

Perumusan Masalah


(26)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 40

F. Analisis Instrumen Penelitian

Analisis instrumen penelitian dilakukan untuk mengetahui kelayakan perangkat tes prestasi belajar. Analisis yang dilakukan meliputi analisis uji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda dan reliabilitas instrumen. Proses pengujian dilakukan dengan menggunakan software Anates Versi 4 dan manual.

1. Taraf Kesukaran (Index Difficulty)

Taraf kesukaran suatu butir soal ialah perbandingan jumlah jawaban yang benar dari testee untuk suatu item dengan jumlah peserta testee (Arikunto, 2008:207). Taraf kesukaran dihitung dengan rumus:

JS B P

Keterangan :

P : Taraf Kesukaran

B : Banyaknya siswa yang menjawab benar JS : Jumlah Siswa / Testee

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya, soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (Difficulty Index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukkan bahwa soal tersebut


(27)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 41

terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Kriteria indeks kesukaran suatu tes ditunjukkan pada tabel 3.3.

Tabel 3.3

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

X < 0,3 Sukar

0,3 X < 0,7 Sedang

X 0,7 Mudah

(Suharsimi Arikunto, 2008: 207) 2. Daya Pembeda (Discriminating Power)

Arikunto (2001: 211) menyatakan bahwa, “Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower group).

Untuk menentukan daya pembeda, seluruh siswa diranking dari nilai tertinggi hingga terendah. Kemudian, diambil 50% skor teratas sebagai kelompok atas (JA) dan 50% skor terbawah sebagai kelompok bawah (JB).Daya pembeda

butir soal dihitung dengan menggunakan rumus:

B B A A

J B J B DP 

(Suharsimi Arikunto, 2008: 213) Keterangan :

DP : Daya Pembeda

BA : Jumlah kelompok atas yang menjawab benar

JA : Jumlah testee kelompok atas

BB : Jumlah kelompok bawah yang menjawab benar


(28)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 42

JB : Jumlah testee kelompok bawah

Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Tiga titik pada daya pembeda, yaitu:

-1.00 0.00 1.00

daya pembeda daya pembeda daya pembeda

negatif rendah tinggi

Tanda negatif pada indeks diskriminasi digunakan jika suatu soal “terbalik” menunjukkan kualitas peserta didik. Yaitu, peserta didik yang pandai (menguasai materi yang ditanyakan) disebut kurang pandai, sedangkan peserta didik yang kurang pandai (belum menguasai materi yang ditanyakan) disebut pandai. Semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang. Interpretasi daya pembeda untuk nilai D positif ditunjukkan pada tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Interpretasi Daya Pembeda

Daya pembeda Klasifikasi

0,70  D < 1,00 Baik sekali (excellent) 0,41  D < 0,70 Baik (good) 0,20  D < 0,40 Cukup (satisfactory) 0,00  D < 0,20 Jelek (poor)

(Suharsimi Arikunto, 2008 :213) 3. Validitas

Validitas tes merupakan ukuran yang menyatakan kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2001: 65). Uji validitas tes yang digunakan adalah uji validitas isi (Content Validity) dan uji validitas yang dihubungkan dengan kriteria (Criteria Related Validity). Untuk mengetahui uji validitas isi tes, dilakukan judgement terhadap butir-butir soal yang dilakukan oleh dua orang dosen Fisika.


(29)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 43

Sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai dukungan yang besar terhadap skor total. Skor pada item menyebabkan skor total menjadi tinggi atau rendah. Dengan kata lain, sebuah item memiliki validitas yang tinggi jika skor pada item mempunyai kesejajaran dengan skor total. Kesejajaran ini dapat diartikan dengan korelasi. Dengan demikian, untuk mengetahui validitas yang dihubungkan dengan kriteria digunakan uji statistik, yakni teknik korelasi Pearson

Product Moment, yaitu :

  

 

 

2

2 2

2 X N Y Y

X N

Y X XY

N

rxy

(Suharsimi Arikunto, 2008: 72) Keterangan:

xy

r : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

N : Jumlah siswa uji coba (testee) X : Skor tiap item

Y : Skor total tiap butir soal

Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai r product moment seperti di tunjukkan pada tabel 3.5.

Tabel 3.5

Batas signifikansi koefisien korelasi sebagaai berikut:

Df (N-2 P=0,05 P=0,01

10 0,576 0,708

15 0,482 0,606

20 0,423 0,549

25 0,381 0,496

30 0,349 0,449

40 0,304 0,393


(30)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 44

4. Reliabilitas

Reliabilitas tes merupakan ukuran yang menyatakan konsistensi alat ukur yang digunakan. Arikunto (2001: 154) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu (tes). Suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.

Reliabilitas menunjukkan keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama. Untuk mengetahui keajegan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil. Untuk mengetahui keajegan, maka teknik yang digunakan ialah dengan melihat koefisien korelasi dari tes tersebut.

Teknik yang digunakan untuk menentukan reliabilitas tes dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode belah dua (split-half method) atas-bawah karena instrumen yang digunakan berupa soal pilihan ganda. Rumus pembelahan atas-bawah tersebut adalah sebagai berikut.

) 1 ( 2 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r r r  

(Suharsimi Arikunto, 2008 : 93) Keterangan:

11

r

: Reliabilitas instrumen r

2 1 2

1 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Jika jumlah soal dalam tes adalah ganjil, maka rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes adalah rumus yang ditemukan oleh Kuder dan Richardson yaitu rumus K-R. 20 sebagai berikut.


(31)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 45

           

2

2 11 1 S pq S n n r

Keterangan:

r

11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

q

1

p

n = banyaknya item

S = standar deviasi dari item

Untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh adalah dengan melihat tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,81  r  1,00 sangat tinggi

0,61  r  0,80 Tinggi

0,41  r  0,60 Cukup

0,21  r  0,40 Rendah

0,00  r  0,20 sangat rendah

(Suharsimi Arikunto, 2008: 75) G. Teknik Pengolahan Data

Data dari hasil pretes dan posttest dianalisis dengan langkah-langkah: 1. Pemberian Skor

Skor untuk soal pilihan ganda ditentukan berdasarkan metode Rights Only, yaitu jawaban benar di beri skor satu dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar. Pemberian skor dihitung dengan menggunakan rumus :


(32)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 46

S = ∑ R

dengan :

S = Skor siswa,

R = Jawaban siswa yang benar 2. Uji Homogenitas pre test

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kelompok experimen dan kelompok kontrol ini memiliki kesamaan varians atau tidak.

3. Menghitung skor gain dinormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains yang dikembangkan melalui model pembelajaran Experiential Kolb dihitung berdasarkan skor gain yang dinormalisasi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan N-gain masing-masing siswa. Untuk memperoleh skor gain yang dinormalisasi digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (1998) seperti persamaan 3.7.

<g> = �− � �− �

Keterangan :

<g> = gain dinormalisasi SI = skor ideal Tf = skor posttest Ti = skor pretest

Besar gain yang dinormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan kriteria efektivitas pembelajaran fisika dengan kriteria pada tabel 3.7.

(3.6)


(33)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 47

Tabel 3.7

Interpretasi gain skor dinormalisasi Nilai gain ternormalisasi <g> Kriteria

 0,7 Tinggi

0,3 ≤ (<g>) < 0,7 Sedang

< 0,3 Rendah

4. Pengujian terhadap Hipotesis

Pada umumnya pengujian terhadap hipotesis dapat dilakukan dengan uji parametrik dan non-parametrik.

Uji parametrik dapat dilakukan jika asumsi-asumsi penelitian parametrik dipenuhi, antara lain jika data dalam pengujian hipotesis ini, data yang dimaksud ialah gain ternormalisasi yang dicapai kedua kelas bersifat normal dan memiliki varians yang homogen. Jika asumsi-asumsi penelitian parametrik tersebut tidak terpenuhi, maka pengujian terhadap hipotesis harus dilakukan dengan uji non-parametrik.Oleh karena itu, untuk mengetahui pengujian statistik mana yang tepat, sebelumnya perlu diketahui normalitas dan homogenitas dari gain kedua kelas. a. Uji Nomalitas N-gain

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Kolmogorov-smirnov dengan taraf signifikansi (α)=0,05. Apabila nilai sig>α maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa data tersebut berdistribusi normal, dengan α = 0,05.

b. Uji Homogenitas N-gain

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah data-data nilai yang didapat dari kedua kelompok ini memiliki kesamaan varians atau tidak. Apabila nilai dari


(34)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 48

sig>α maka Hi diterima, atau Ho ditolak dengan kata lain bahwa varians untuk kedua data tersebut adalah homogen.

Uji statistik parametrikakan dilakukan jika gain kedua kelompok terdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t dengan sampel kecil (n<30) pada tingkat signifikansi 0,05 dengan tes satu ekor, rumus yang digunakan ialah :

2 1 2 1 M M SE M M t   

(Sudijono, 2011 : 347) dengan

M

1 adalah rata-rata skor N-gain kelas eksperimen ,

M

2 adalah rata-rata skor N-gain kelas kontrol,SEM1-M2 adalah standard error N-gain kelas eksperimen dan N-gain kelas kontrol. Hipotesis yang diajukan diterima jika thitung>ttabel.

Jika distribusi datanya normal dan tidak homogen, maka dilakukan uji t’. Langkah-langkah yang dilakukan untuk uji t’ adalah sebagai berikut:

a) Menghitung nilai t’ dengan rumus:

           2 2 2 1 2 1 2 1 ' n s n s x x t

dengan

x

1= rata-rata skor posttest;

x

2= rata-rata skor pretest; n1 = jumlah siswa pada saat posttest; n2 = jumlah siswa pada saat pretest; s12 = variansi rata-rata skor posttest; s22 = variansi rata-rata skor pretest.

b) Mengkonsultasikan harga t’hit dengan t’tbl. H0 diterima jika

2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 ' w w t w t w t w w t w t w        (3.8) (3.9)


(35)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 49

dengan: 1 2 1 1 n s w  ;

2 2 2 2 n s

w  ; t1 = t(1-1/2),(n1-1); t2 = t(1-1/2),(n2-1)

Jika distribusi datanya tidak normal, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik non-parametrik. Uji statistik non-parametrik yang akan digunakan jika asumsi parametrik tidak terpenuhi adalah uji Mann-Whitney U.Pengambilan keputusannya yaitu apabila nilai dari sig<½ α, dengan α=0,05, maka Hiditerima. 5. Observasi KPS

Lembar observasi digunakan untuk menilai kegiatan siswa selama praktikum berlangsung dimana penilaiannya menggunakan persentase. Dari hasil persentase yang diperoleh memiliki kriteria tertentu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menghitung IPK adalah sebagai berikut:

1. Menghitung rata-rata (mean) skor Keterampilan Proses Sains 2. Menentukan Skor Maksimal Ideal (SMI)

3. Menghitung besarnya IPK dengan rumus 100

Mean IPK x

SMI

Untuk mengetahui kategori tafsiran Indek Prestasi Kelompok pada keterampilan proses sains adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Prestasi Kelompok No Kategori Prestasi Kelas Interpretasi

1. 0,00-30,00 Sangat kurang terampil

2. 31,00-54,00 Kurang terampil

3. 55,00-74,00 Cukup terampil

4. 75,00-89,00 Terampil

5. 90,00-100,00 Sangat terampil

(Luhut P. Panggabean,1989:32)


(36)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 50

6. Menghitung Persentase Angket Siswa.

Angket ini menggunakan skala Likert, setiap siswa diminta untuk menjawab suatu pertanyaan dengan jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk pertanyaan positif maka dikaitkan dengan nilai SS = 4, S= 3, TS = 2 dan STS = 1, dan sebaliknya (Sujana, 1989). Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 14 pernyataan. Dengan demikian skor maksimal yang dapat dicapai oleh siswa adalah 56 dan minimal 14. Skor antara 42 (diperoleh dari nilai S x jumlah pernyataan) sampai 56 (diperoleh dari nilai SS x jumlah pernyataan) dinyatakan positif dan skor antara 14 (diperoleh dari nilai STS x jumlah pernyataan) sampai 28 (diperoleh dari nilai TS x jumlah pernyataan) dinyatakan negatif. Skor dari setiap pernyataan untuk seluruh siswa dirata-ratakan dan dinyatakan dalam bentuk persentase capaian dengan menggunakan persamaan:

%S = �

100%

dimana: = skor rata-rata Sm = skor maksimum

Dalam penelitian ini, penulis hanya ingin mengetahui persentase sikap siswa (positif dan negatif) terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran Experiential Kolb pada materi hukum Newton.

7. Menghitung Presentase Keterlaksanaan Pembelajaran.

Observasi atau pengamatan bertujuan untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai proses pembelajaran di kelas. Semua kejadian penting di kelas (3.11)


(37)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 51

diamati, dicatat, dan dijadikan bahan refleksi. Instrumen pengamatan disusun dalam bentuk lembar observasi yang meliputi serangkaian aktivitas yang dilakukan siswadan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Hasil dari observasi dikumpulkan, disusun dan dikelompokkan. Informasi yang diperoleh diinterprestasikan dan kemudian disimpulkan. Skala penilaian yang digunakan menggunakan kriteria ya atau tidak.

H. Hasil Analisis Ujicoba Instrumen

Uji coba tes dilakukan pada siswa SMA kelas X di salah satu sekolah di Bekasi. Soal tes penguasaan konsep yang di ujicobakan berjumlah 23 butir soal dalam bentuk pilihan ganda dan soal tes keterampilan proses sains berjumlah 24 butir soal dalam bentuk pilihan ganda. Analisis instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates V4 untuk menguji validitas soal, realibilitas tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda soal.

Berdasarkan hasil perhitungan validitas butir soal penguasaan konsep yang berjumlah 23 butir soal dengan bentuk pilihan ganda diperoleh reliabilitas tes penguasaan konsep 0,81 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi . Sedangkan hasil analisis validitas butir soal keterampilan proses sains berjumlah 24 butir soal yang berbentuk pilihan ganda diperoleh reliabilitas 0,91 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi.

Data hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dapat dilihat pada tabel 3.9 dan tabel 3.10.


(38)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 52

Tabel 3.9 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal penguasaan konsep

No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih Soal No

1 0.505 Cukup Sangat

Signifikan

Sukar 75.0 √ 1

2 0.272 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 12.5 - -

3 0.472 Cukup Signifikan Sukar 37.5 √ 2

4 0.116 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

Sedang 37.5 - -

5 0.455 Cukup Signifikan Sedang 50.0 √ 3

6 0.427 Cukup Signifikan Sedang 50.0 √ 4

7 0.438 Cukup Signifikan Sedang 25.0 √ 5

8 0.329 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 25.0 - -

9 0.419 Cukup Signifikan Sedang 75.0 √ 6

10 0.230 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 25.0 - -

11 0.537 Cukup Sangat

Signifikan

Sukar 25.0 √ 7

12 0.430 Cukup Signifikan Sukar 37.5 √ 8

13 0.520 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 62.5 √ 9

14 0.349 Rendah Tidak

Signifikan

Sukar 25.0 - -

15 0.276 Rendah Tidak

Signifikan

Sukar 0.0 - -

16 0.360 Rendah Tidak

Signifikan

Sangat Sukar

12.5 - -

17 0.340 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 50.0 √ 10

18 0.564 Cukup Sangat

Signifikan

Sukar 62.5 √ 11

19 0.230 Rendah Tidak

Signifikan

Sangat Sukar

12.5 - -

20 0.505 Cukup Sangat

Signifikan

Sangat Sukar

25.0 √ 12

21 0.402 Cukup Signifikan Sedang 50.0 √ 13

22 0.639 Tinggi Sangat

Signifikan

Sangat Sukar

37.5 √ 14

23 0.496 Cukup Signifikan Sedang 62.5 √ 15

Tabel 3.10 Hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran soal keterampilan proses sains

No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih Soal No

1 0.347 Rendah Signifikan Sukar 12.5 √ 1

2 0.452 Cukup Signifikan Sedang 62.5 √ 2

3 0.326 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 50.0 -

4 0.627 Tinggi Sangat

Signifikan


(39)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 53

No.

Soal Validitas Keterangan Signifikansi

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Soal yang dipilih Soal No

5 0.738 Tinggi Sangat

Signifikan

Sukar 75.0 √ 5

6 0.456 Cukup Signifikan Sukar 37.5 √ 8

7 0.141 Sangat

Rendah

Tidak Signifikan

Sedang 37.5 - -

8 0.405 Cukup Signifikan Sedang 50.0 √ 3

9 0.620 Tinggi Sangat

Signifikan

Sukar 50.0 √ 10

10 0.513 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 75.0 - -

11 0.376 Rendah Tidak

Signifikan

Mudah 50.0 - -

12 0.572 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 62.5 √ 4

13 0.352 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 50.0 - -

14 0.341 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 62.5 - -

15 0.564 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 62.5 √ 6

16 0.367 Rendah Tidak

Signifikan

Sedang 12.5 - -

17 0.341 Rendah Tidak

Signifikan

Sangat Mudah

25.0 - -

18 0.293 Rendah Tidak

Signifikan

Sangat Sukar

12.5 - -

19 0.500 Cukup Sangat

Signifikan

Sukar 37.5 √ 9

20 0.522 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 62.5 √ 11

21 0.522 Cukup Sangat

Signifikan

Sedang 37.5 √ 12

22 0.563 Cukup Sangat

Signifikan

Sukar 37.5 √ 13

23 0.735 Tinggi Sangat

Signifikan

Sukar 87.5 √ 14

24 0.427 Cukup Signifikan Sedang 62.5 √ 15

Berdasarkan hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran telah dipilih 15 soal penguasaan konsep antara lain soal nomor 1, 3, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 17, 18, 20, 21, 22, dan 23. Sedangkan soal keterampilan proses sains yang dipilih berjumlah 15 soal antara nomor 1, 2, 4, 5, 6, 8, 9, 12, 15, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Rekapitulasi tiap aspek kognitif dan indikator KPS ditunjukkan pada tabel 3.11 dan 3.12.


(40)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 54

Tabel 3.11 Rekapitulasi tiap aspek kognitif

Aspek Konitif Soal Uji Coba Soal yang dipakai Keterangan

C2 1,2,3,6,8,9,10,11,12,15,17,18,19,21 1,3,6,9,11,12,17,18,21 9 soal

C3 5,14,16,20,23 5,20,23 3 soal

C4 4,7,13,22 7,13,22 3 soal

Tabel 3.11

Rekapitulasi tiap indikator KPS

Indikator KPS Soal Uji Coba Soal yang dipakai Keterangan

Menerapkan 1,2,3,4,10 1,2,4 3 soal

Memprediksi 5,7,14,15 5,15 2 soal

Merancang Percobaan 6,21 6,21 2 soal

Berkomunikasi 8,19 8,19 2 soal

Menginterpretasi Data 9,16,18,23,17 9,23 2 soal

Berhipotesis 11,12,13,20 12,20 2 soal

Mengobservasi 22,24 22,24 2 soal

Adapun pengolahan data hasil uji validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran terdapat pada lampiran C halaman 198.


(41)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Experiential Kolb untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada materi hukum Newton dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan model konvensional.

2. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model konvensional.

3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran Experiential Kolb pada materi hukum Newton.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran eksperiential Kolb untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi hukum Newton maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:


(42)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 78

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb untuk pokok bahasan yang berbeda.

2. Model pembelajaran Experiential Kolb merupakan model pembelajaran yang sangat jarang dilakukan guru sehingga pada pertemuan awal pembelajaran sebaiknya guru menjelaskan langkah-langkah kegiatannya secara keseluruhan agar siswa merasa terbiasa dengan model pembelajaran ini.

3. Jumlah instrumen yang digunakan untuk mengukur tiap aspek penguasaan konsep dan indikator keterampilan proses sains diusahakan jumlahnya lebih merata sehingga bisa lebih menjaring kemampuan siswa untuk masing-masing aspek yang diteliti.


(43)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...


(44)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 79

Daftar Pustaka

Andrson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran da Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, Donald. (2007). Learning Domains or Bloom’s Taxonomy [Online].Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/learning/learning.html [11 Desember 2011]

Curtis, K. (1997). “David Kolb, The Theory of Experiential Learning and ESL”. The Internet TESL Journa. 3,(9).

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajar di Sekolah Dasar Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (suatu studi iluminatif tentang proses belajar mengajar sains di kelas 4, 5, dan 6 sekolaah dasar, Disertasi FPS IKIP, Bandung.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Driver. R. (1988).“changing conceptions”. Journal research in education 161-196.

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke

Praktis. Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

James, N. (2002). Experiential Learning Cycle. [Online].Tersedia:

http://www.ELC.ac.uk [11 Desember 2011]

Karli, H. & Yuliariatiningsih, M.S. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Model-model Pembelajaran. __________


(45)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 80

Luickman, C. (1996). “Defining Experiential Education”. The Journal of Experiential Education. 19,(1), 6-7.

Manolas, E.I. (2005). “Kolb’s Experiential Learning Model: Enlivening Physics Courses inPrimary Education. The Internet TESL Journal. 3,(9)

Mellor, A. 1991. Experiential Learning Through Integrated Project Work: An Example from oil Science. Journal of Deography in Higher Education 15(2): 135-149.

Nentwig,P.et al. (2002). Sciencetific Literacy:From Theory to Practice. Research in Science Education Journal, Vol. II, pp 61-70

Nur, Mohammad, dan Prima Retno Wikandari.(2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA Press.

Nurhayati, L. (2010). Model Pembelajaran experiential Kolb untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Konsep Kalor. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Panggabean, Luhut P. (1996). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Poerwadarminta, (1985), Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Rustaman, N dan Rustaman, A. (1997). Pokok-Pokok Pengajaran Biologi dan

Kurikulum 1994. Jakarta: Pusbuk Depdikbud.

Rustaman, N. dkk. (2005). Pokok-Pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Malang: UM Press.

Rustaman, N. dkk. (2006). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Ciamis: IAID. Semiawan, C. dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Grasindo. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugono, D. dkk. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Sujiona, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan


(46)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81

Susiwi, S. (2007). Siklus Belajar: Makalah Belajar dan Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Tipler. P. A (1998). Fisika untuk sains dan teknik. (alih bahasa : lea prasetio dan rahmat w). Jakarta : Erlangga


(1)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 77

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dan analisis hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran Experiential Kolb untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada materi hukum Newton dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan penguasaan konsep siswa dibandingkan dengan model konvensional.

2. Penerapan model pembelajaran Experiential Kolb secara signifikan dapat lebih meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan model konvensional.

3. Siswa memberikan tanggapan positif terhadap penerapan model pembelajaran Experiential Kolb pada materi hukum Newton.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan model pembelajaran eksperiential Kolb untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada materi hukum Newton maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:


(2)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 78

1. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb untuk pokok bahasan yang berbeda.

2. Model pembelajaran Experiential Kolb merupakan model pembelajaran yang sangat jarang dilakukan guru sehingga pada pertemuan awal pembelajaran sebaiknya guru menjelaskan langkah-langkah kegiatannya secara keseluruhan agar siswa merasa terbiasa dengan model pembelajaran ini.

3. Jumlah instrumen yang digunakan untuk mengukur tiap aspek penguasaan konsep dan indikator keterampilan proses sains diusahakan jumlahnya lebih merata sehingga bisa lebih menjaring kemampuan siswa untuk masing-masing aspek yang diteliti.


(3)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...


(4)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 79

Daftar Pustaka

Andrson, L.W., & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran da Assesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2001). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Clark, Donald. (2007). Learning Domains or Bloom’s Taxonomy [Online].Tersedia: http://www.nwlink.com/~donclark/learning/learning.html [11 Desember 2011]

Curtis, K. (1997). “David Kolb, The Theory of Experiential Learning and ESL”. The Internet TESL Journa. 3,(9).

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R.W. (1985). Kesiapan Guru Mengajar di Sekolah Dasar Ditinjau dari Segi Pengembangan Keterampilan Proses Sains (suatu studi iluminatif tentang proses belajar mengajar sains di kelas 4, 5, dan 6 sekolaah dasar, Disertasi FPS IKIP, Bandung.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Driver. R. (1988).“changing conceptions”. Journal research in education 161-196.

Hake, R.R. (1998). Analyzing Change/Gain Scores. Indiana: Indiana University Indrawati. (1999). Keterampilan Proses Sains: Tinjauan Kritis dari Teori ke

Praktis. Bandung: Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah.

James, N. (2002). Experiential Learning Cycle. [Online].Tersedia: http://www.ELC.ac.uk [11 Desember 2011]

Karli, H. & Yuliariatiningsih, M.S. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Model-model Pembelajaran. __________


(5)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 80

Luickman, C. (1996). “Defining Experiential Education”. The Journal of Experiential Education. 19,(1), 6-7.

Manolas, E.I. (2005). “Kolb’s Experiential Learning Model: Enlivening Physics Courses inPrimary Education. The Internet TESL Journal. 3,(9)

Mellor, A. 1991. Experiential Learning Through Integrated Project Work: An Example from oil Science. Journal of Deography in Higher Education 15(2): 135-149.

Nentwig,P.et al. (2002). Sciencetific Literacy:From Theory to Practice. Research in Science Education Journal, Vol. II, pp 61-70

Nur, Mohammad, dan Prima Retno Wikandari.(2000). Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: UNESA Press.

Nurhayati, L. (2010). Model Pembelajaran experiential Kolb untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP pada Konsep Kalor. Disertasi SPs UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.

Panggabean, Luhut P. (1996). Statistika Dasar. Bandung: Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI.

Poerwadarminta, (1985), Kamus Umum Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka. Rustaman, N dan Rustaman, A. (1997). Pokok-Pokok Pengajaran Biologi dan

Kurikulum 1994. Jakarta: Pusbuk Depdikbud.

Rustaman, N. dkk. (2005). Pokok-Pokok Pengajaran Biologi dan Kurikulum 1994. Malang: UM Press.

Rustaman, N. dkk. (2006). Pembelajaran IPA di sekolah dasar. Ciamis: IAID. Semiawan, C. dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana

Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Jakarta: PT. Grasindo. Sudjana. 1996. Metode Statistika. Tarsito: Bandung.

Sugono, D. dkk. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa. Sujiona, A. (2011). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Sukmadinata, N.S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PPS UPI dan


(6)

Usep Nuh, 2012

Model Pembelajaran Experimental...

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81

Susiwi, S. (2007). Siklus Belajar: Makalah Belajar dan Pembelajaran Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

Tipler. P. A (1998). Fisika untuk sains dan teknik. (alih bahasa : lea prasetio dan rahmat w). Jakarta : Erlangga


Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA TOPIK TEKANAN.

0 2 50

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMA.

0 3 45

PENERAPAN MODEL INKUIRI ABDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN LITERASI SAINS SISWA SMA PADA MATERI HUKUM NEWTON.

3 8 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL KOLB MENGGUNAKAN METODE PRAKTIKUM SECARA INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA MATERI FLUIDA STATIS.

7 32 47

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA SMP PADA MATERI PESAWAT SEDERHANA.

0 5 48

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL KOLB PADA PEMBELAJARAN FISIKA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR RANAH KOGNITIF DAN MELIHAT PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

0 0 36

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN’S LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM NEWTON SISWA.

1 3 65

MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SERTA IDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA SETELAH PEMBELAJARAN.

0 6 54

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUST-IN-TIME TEACHING (JITT) UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP PADA MATERI HUKUM NEWTON.

16 27 39