EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK SYMBOLIC MODELING DALAM MENINGKATKAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA : Studi Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015.

(1)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

ABSTRAK

Siti Mawarisa Milati H., 1000519 (2015). Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Studi Quasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015). Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian dilatarbelakangi oleh pentingnya mengembangkan perilaku prososial pada anak. Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain. Perilaku prososial merupakan bagian dari tugas perkembangan sosial anak dan termasuk dalam keterampilan sosial. Teknik Symbolic Modeling merupakan teknik yang bertujuan untuk mempelajari perilaku baru dengan mengamati model secara simbolik dalam media film, video, cerita dan kisah inspiratif. Proses terapeutik dalam bentuk

symbolic modeling akan membantu atau memengaruhi dan memperkuat perilaku yang

lemah atau memperkuat perilaku yang siap dipelajari dan memperlancar respon. Penelitian ini bertujuan menghasilkan kajian empiris efektivitas teknik symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan metode quasi eksperimen dan desain penelitian Non Equivalen Control Group

Design. Metode pengumpulan data diperoleh melalui angket perilaku prososial. Penelitian

ini menghasilkan: (1) gambaran umum perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015; (2) rancangan program intervensi teknik symbolic modeling yang layak menurut pakar dan praktisi berdasarkan empat aspek perilaku prososial yaitu empati, murah hati, kerjasama dan kasih sayang; dan (3) gambaran keefektivan teknik symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Kata Kunci: Perilaku Prososial, Symbolic Modeling


(2)

ABSTRACT

Siti Mawarisa Milati H., 1000519 (2015). Effectiveness of Counseling Group with

Symbolic Modeling Method to Increase Prosocial Behavior of students grade 4 Primary School at SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru School Year 2014/2015. Department of Counseling and Psychology Education, Faculty of Education, Indonesia University of Education.

This research based on how important to develop prosocial behavior for primary school students. Prosocial behavior is a behavior which gives the positive influence to others and it also part of social learning development of students, in other word is known as social skills. Symbolic modeling method is used to learn a new behavior of students by observe a model in symbolic signs from films, videos and stories. Therapeutic process in the form of symbolic modeling will help the students to increase and develop their behavior from weak become strong in order to can be learned and gave a quick respond. The purpose of this research is getting effectiveness of empiric study from symbolic modeling in order to increase prosocial behavior of grade 4 primary school students. The research apply a quantitative with Quasy Experiment method and designed with Non Equivalent Control Group Design. All data are collected through questionnaires. The results are 1) General representation of prosocial behavior; 2) appropriate and the right method program design of symbolic modeling for students based on four criteria from guide book empathy, generous, team work and affection; and 3) effectiveness of symbolic modeling method to increase prosocial behavior of grade 4 primary school students.


(3)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR………... ii

UCAPAN TERIMA KASIH………. iii

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL………. viii

DAFTAR GAMBAR.……….…... x

DAFTAR GRAFIK..………. xi

DAFTAR LAMPIRAN………. xii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1 Latar Belakang Penelitian………. 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian……… 7

1.3 Tujuan Penelitian……….. 9

1.4 Manfaat Penelitian……… 9

1.5 Struktur Organisasi Skripsi………... 10

BAB II KONSEP TEORI PERILAKU PROSOSIAL DAN TEKNIK SYMBOLIC MODELING……… 11 2.1 Konsep Perilaku Prososial………... 11

2.1.1 Definisi Perilaku Prososial………

2.1.2 Bentuk-bentuk Perilaku Prososial………. 2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Prososial………

2.1.4 Perkembangan Perilaku Prososial……….

2.1.5 Keputusan Perilaku Prososial………

11 14 15 18 21

2.2 Konsep Bimbingan Kelompok………

2.3 Konsep Teknik Symbolic Modeling………..

2.4 Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling sebagai Cara yang Efektif dalam Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa…….

2.5 Penelitian Terdahulu………

2.6 Asumsi Penelitian………

2.7 Kerangka Pemikiran………

2.8 Hipotesis Penelitian………..

23 25

28 31 33 34 34


(4)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN..………

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian………..

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian………..

3.3 Desain Penelitian……….

3.4 Definisi Operasional Variabel (DOV) Penelitian………

3.5 Instrumen Penelitian………

3.6 Pengembangan Instrumen Penelitian………...

3.7 Prosedur Penelitian………..

3.8 Teknik Pengumpulan Data………..

3.9 Analisis Data………

35 35 36 37 37 39 41 45 47 48

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN……….

4.1 Deskripsi Temuan Penelitian………...

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………...

4.3 Keterbatasan Penelitian………...

57 57 102 111

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI………

5.1 Simpulan………..

5.2 Implikasi………..

5.3 Rekomendasi………...

113 113 114 114

DAFTAR PUSTAKA……… 116


(5)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tingkatan Penalaran Moral Prososial……… 20

3.1 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Prososial Siswa Sebelum Uji Coba………... 40

3.2 Kisi-kisi Instrumen Perilaku Prososial Siswa Setelah Uji Coba………... 40

3.3 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban………... 41

3.4 Kriteria Realibilitas………... 44

3.5 Norma Kategori………. 48

3.6 Pengkategorian dan Interpretasi Skor Perilaku Prososial Siswa……….. 49

3.7 Hasil Pengujian Normalitas Data Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 52

3.8 Hasil Pengujian Normalitas Data Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 53

3.9 Hasil Pengujian Homogenitas Data Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 54

3.10 Hasil Pengujian Homogenitas Data Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 55

4.1 Pengkategorian Perilaku Prososial………... 58

4.2 Gambaran Umum Perilaku Prososial Siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015……… 58

4.3 Pengkategorian Aspek Perilaku Prososial………. 59

4.4 Gambaran Perilaku Prososial Siswa Berdasarkan Perolehan Skor Rata-rata Setiap Aspek……….. 60

4.5 Gambaran Perilaku Prososial Siswa (Pre-Test) Berdasarkan Persentase Pencapaian Aspek……… 60

4.6 Gambaran Perilaku Prososial Siswa Kedua Kelompok Berdasarkan Data Pre-Test……… 62 4.7 Gambaran Perilaku Prososial Siswa Kedua Kelompok


(6)

Berdasarkan Data Post-Test………... 64 4.8 Deskripsi Kebutuhan Siswa Berdasarkan Ketercapaian Aspek

dan Indikator Perilaku Prososial……… 70 4.9 Sesi Intervensi Bimbingan Kelompok Dengan Teknik

Symbolic Modeling……… 74

4.10 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Pre-Test Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 94 4.11 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Post-Test Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol……….. 95 4.12 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Post-Test Aspek Empati

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……… 96 4.13 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Post-Test Aspek Murah

Hati Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol………… 97 4.14 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Post-Test Aspek

Kerjasama Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol….. 97 4.15 Hasil Pengujian Mann-Whitney Data Post-Test Aspek Kasih

Sayang Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol……… 98

4.16 Pengkategorian Tingkat Gain……… 99

4.17 Hasil Perhitungan Uji Gain Ternormalisasi pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Aspek

Perilaku Prososial……….. 100

4.18 Perbedaan Skor Perilaku Prososial pada Kelompok Eksperimen Sebelum dan Sesudah Intervensi melalui Teknik

Symbolic Modeling……… 100

4.19 Perbedaan Skor Perilaku Prososial pada Kelompok Kontrol


(7)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Langkah-langkah Pengambilan Keputusan untuk Menolong

pada Keadaan Darurat……….……… 22

2.2 Kerangka Pemikiran………... 34


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 ADMINISTRASI PENELITIAN

Surat Pengangkatan Dosen Pembimbing Surat Ijin Penelitian

Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian Lembar Bimbingan Skripsi

LAMPIRAN 2 KISI-KISI DAN INSTRUMEN PENELITIAN Validasi Judgement Istrumen

Kisi-kisi Instrumen Sebelum Uji Coba Kisi-kisi Instrumen Setelah Uji Coba Angket Perilaku Prososial Siswa LAMPIRAN 3 HASIL PERHITUNGAN STATISTIK

Hasil Uji Validitas Item Hasil Uji Reliabilitas

Profil Perilaku Prososial Siswa Hasil Uji Normalitas

Hasil Uji Homogenitas Hasil Uji Mann Whitney

Perbandingan Pre-Post Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

LAMPIRAN 4 RANCANGAN INTERVENSI

Validasi Judgement Rancangan Intervensi Rancangan Intervensi

Satuan Layanan LAMPIRAN 5 DOKUMENTASI LAMPIRAN 6 RIWAYAT HIDUP


(9)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individu memiliki kebebasan dalam hidupnya. Di sisi lain, manusia juga adalah makhluk sosial yang tidak terlepas dari orang lain dan lingkungan sosialnya. Manusia akan berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan sosial, karena pada dasarnya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain. Manusia tidak dapat hidup sendiri, karena sejatinya manusia membutuhkan pertolongan dari orang lain. Manusia akan memberikan pertolongan satu sama lain untuk membantu meringankan beban sesamanya. Keterampilan sosial yang dimiliki manusia akan terus berkembang jika manusia saling berinteraksi dalam lingkungan sosial. Effendi (2011, hlm. 32) menyatakan bahwa:

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan beberapa alasan, yaitu: manusia tunduk pada aturan dan norma sosial, perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain, manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan potensi manusia akan berkembang bila ia hidup ditengah-tengah manusia.

Pada dasarnya, anak sebagai individu yang berkembang memiliki potensi dan kemampuan untuk berhubungan sosial dengan lingkungannya sejak lahir dan terus berkembang sesuai dengan fase-fase perkembangannya. Fase anak disebut juga sebagai masa usia sekolah dasar. Masa perkembangan sosial anak usia sekolah dasar ditandai dengan adanya perluasan hubungan, tidak hanya hubungan dengan keluarga, namun juga hubungan baru dengan teman sebayanya (peer

group) atau teman sekelasnya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya

bertambah luas (Yusuf, 2011, hlm. 180). Perkembangan sosial anak sekolah dasar tidak hanya menjalin hubungan dalam satu lingkup lingkungan keluarga saja, namun juga di lingkungan barunya setelah memasuki dunia sekolah yaitu lingkungan sekolah, lingkungan kelas dan lingkungan organisasi sekolah.


(10)

Menurut Yusuf (2011, hlm. 180), pada masa usia sekolah dasar, anak mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuaikan diri, yaitu dengan merubah sikap egosentrisnya (mementingkan diri sendiri) kepada sikap yang kooperatif (bekerjasama) dan sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Adanya perluasan hubungan yang dilakukan oleh anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya merupakan proses sosialisasi. Proses sosialisasi anak terdiri dari tiga tahapan, yaitu anak belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial, anak memainkan peran sosial yang dapat diterima dan anak mengembangkan sikap sosial (Hurlock, 1978, hlm. 250). Perilaku sosial anak diperoleh melalui

modeling dari orangtua, keluarga, saudara, guru, teman sebaya dan orang lain di

lingkungan sekitarnya. Perilaku sosial anak tidak terlepas dari tugas perkembangan sosialnya. Tugas perkembangan merupakan sosial expectations yaitu harapan-harapan dari sosial masyarakat (Hurlock, 1980, hlm. 9).

Menurut Havighurst (dalam Yusuf, 2009, hlm. 69), tugas perkembangan anak pada masa sekolah yang berhubungan dengan kehidupan sosialnya adalah

“belajar bergaul dengan teman sebaya dan mengembangkan sikap yang positif terhadap kelompok sosial”. Anak belajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan suasana baru juga teman-teman sebayanya dengan menampilkan perilaku-perilaku sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan sosialnya. Anak juga belajar untuk mengembangkan sikap sosial positif, misalnya belajar mengembangkan sikap tolong-menolong, tenggang rasa, mau bekerjasama dengan orang lain, toleransi terhadap orang lain dan menghargai hak orang lain (Yusuf, 2011, hlm. 69-71). Keterampilan sosial yang dimiliki anak akan memudahkan anak untuk membangun hubungan yang positif dengan orang lain dan diterima secara sosial.

Perilaku prososial merupakan bagian dari tugas perkembangan sosial anak, juga termasuk ke dalam keterampilan sosial. Baron dan Byrne (dalam Nashori, 2008, hlm. 38) mengungkapkan, “perilaku prososial dapat didefinisikan sebagai perilaku yang memiliki konsekuensi positif pada orang lain”. Lebih jauh lagi, Eisenberg (1982, hlm. 233) menyatakan tingkatan penalaran moral prososial anak pada rentang usia 9-12 tahun, berada pada tingkat approval-oriented dan emphatic


(11)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

Pada tingkat approval-oriented, anak lebih mampu untuk menampilkan tindakan-tindakan altruistik yang dipandang oleh orang lain sebagai hal yang bagus atau tindakan yang terpuji, perilaku yang dianggap tepat adalah perilaku baik atau perilaku yang dapat diterima secara sosial. Adapun pada tingkat

emphatic of tradisitional, anak mulai menunjukkan respon simpatik, merasa

bersalah atas kegagalan memberi respon, dan merasa nyaman apabila telah melakukan sesuatu yang benar, mulai mengambil rujukan-rujukan mengenai prinsip-prinsip kewajiban dan nilai-nilai yang abstrak walaupun masih rancu (Eisenberg, 1982, hlm. 233).

Agar perilaku prososial pada anak berkembang dengan optimal, maka perilaku prososial harus dikembangkan pada anak sedini mungkin. Peduli terhadap terbentuknya perilaku prososial pada anak tidak hanya merupakan tugas dari orangtua ataupun keluarga, namun juga tugas semua orang dewasa yang berada dalam lingkungan sosial anak termasuk pihak-pihak yang berada di sekolah. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan anak tidak hanya bertanggung jawab dalam membentuk siswa yang terampil dalam hal akademik saja, namun memiliki peranan juga untuk membentuk pribadi dan karakter siswa yang baik dan positif.

Pada usia Sekolah Dasar, kegiatan belajar mengajar mengarah pada suatu sistem pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan seluruh potensi dan keterampilan siswa. Sebagaimana dalam UUSPN RI No. 20 / 2003 yang menyatakan bahwa “pendidikan dasar diselenggarakan untuk pengembangan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat”. Adapun fungsi bimbingan di Sekolah Dasar tercantum pada PP No. 28 Tahun 1990 Bab X Pasal 25 ayat 1 (dalam Khoeruman, 2013, hlm. 6), yaitu “bimbingan di Sekolah Dasar merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. Sesuai dengan peranan dan fungsi bimbingan di Sekolah Dasar, maka bimbingan dapat digunakan untuk memfasilitasi siswa Sekolah Dasar dalam mencapai perkembangan yang optimal, termasuk perkembangan perilaku prososialnya.


(12)

Perkembangan perilaku prososial yang optimal pada anak dipengaruhi oleh kepedulian orang dewasa yang berada dalam lingkungan sosial anak. Perkembangan perilaku prososial yang optimal pada diri anak, akan menjadi dasar bagi anak untuk menampilkan perilaku prososial sejalan dengan pertambahan usia dan perkembangannya.

Pada kenyataannya, di era globalisasi sekarang terjadi fenomena-fenomena baru mengenai perilaku anak. Berikut ini data-data tentang berbagai perilaku anak yang mengarah kepada kemerosotan nilai-nilai sosial dan agama yang memunculkan perilaku negatif dan perilaku antisosial. Sepanjang tahun 2011, Komisi Nasional Perlindungan Anak mencatat ditemukan 339 kasus tawuran. Kasus tawuran antar pelajar di Jabodetabek meningkat jika dibandingkan pada tahun 2010 yaitu terdapat 128 kasus (Sirait, 2011).

Data mengenai jumlah tawuran pelajar memperlihatkan kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi 139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan kematian. (Sirait, 2011). Selain perilaku tawuran, sepanjang tahun 2011 KomNas Anak menerima 1.851 pengaduan anak yang berhadapan dengan hukum (anak sebagai pelaku) yang diajukan ke pengadilan. Angka ini meningkat dibanding pengaduan pada tahun 2010, yakni 730 kasus. Hampir 52 % dari angka tersebut adalah kasus pencurian diikuti dengan kasus kekerasan, perkosaan, narkoba, perjudian, serta penganiayaan dan hampir 89,8 % kasus anak yang berhadapan dengan hukum berakhir pada pemidanaan atau diputus pidana (Sirait, 2011).

Perilaku-perilaku anak yang tampil dalam fenomena-fenomena di atas, menampilkan perilaku antisosial. Santrock (Carlie, 2006), menyatakan bahwa kebalikan dari perilaku prososial adalah perilaku antisosial seperti berbohong, menipu dan mencuri. Perilaku antisosial merupakan perilaku yang bertentangan dengan norma masyarakat (baik secara formal = hukum atau perundang-undangan, maupun informal = adat istiadat), dan norma agama (Yusuf, 2008, hlm. 55). Adapun karakteristik kepribadian antisosial menurut Asosiasi Psikiatrik Amerika (Yusuf, 2008, hlm. 55) yaitu:

(1) Karakteristik individu yang tingkah lakunya melahirkan konflik dengan masyarakat; (2) tidak taat terhadap nilai-nilai individual, kelompok, maupun masyarakat; mementingkan diri sendiri (selfish =


(13)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

egois); (3) tidak mengenal kasihan (callous); (4) tidak bertanggung jawab (irresponsible); (5) mengikuti hawa nafsu atau instink (impulsive); (6) tidak memiliki perasaan berdosa; dan (7) tidak dapat belajar dari pengalaman dan hukuman.

Eliason & Jenkins et.al (dalam Saripah, 2006, hlm. 2) mengemukakan kebalikan dari perilaku prososial dapat berupa perilaku agresif ataupun perilaku pasif. Perilaku pasif yaitu perilaku yang ditandai dengan menarik diri dari hubungan positif dengan orang lain. Adapun perilaku agresif tampak dari sikapnya yaitu suka bermusuhan, menyerang, mengganggu, bersaing dan mengancam lingkungan (Darwis, 2006, hlm. 45). Adapun gejala-gejala perilaku sikap agresif menurut Surya (dalam Yusuf, 2008, hlm. 39) sebagai berikut.

Selalu membenarkan diri sendiri; mau berkuasa dalam setiap situasi; mau memiliki segalanya; bersikap senang mengganggu orang lain; menggertak, baik dengan ucapan atau perbuatan; menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka; menunjukkan sikap menyerang dan merusak; keras kepala; bersikap balas dendam; memperkosa hak orang lain; bertindak serampangan (impulsif); dan pemarah.

Kecenderungan rendahnya perilaku prososial tidak hanya ditemukan pada remaja, namun ditemukan juga pada anak usia sekolah dasar. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap siswa di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2014 melalui wawancara dan observasi, ditemukan fenomena perilaku antisosial yang muncul dalam keseharian siswa di sekolah seperti, mengejek kekurangan teman, memukul, menendang teman, merebut barang teman, mengeluarkan kata-kata kasar dan kotor, marah-marah dan bentuk perilaku agresif lainnya. Terdapat juga anak yang tidak mau berbagi dengan teman yang membutuhkan seperti tidak mau meminjamkan alat tulis kepada temannya ataupun tidak mau berbagi makanannya. Apabila perilaku anak yang tidak sehat dan tidak sesuai dengan nilai-nilai akhlak mulia ini terus berlangsung, tentunya akan mengganggu tugas-tugas perkembangan anak, baik secara individual maupun sosialnya.

Sebagai upaya tindak lanjut dari berbagai fenomena yang ditemukan, diperlukan upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan perilaku prososial anak sejak dini. Kartadinata (dalam Yusuf & Nurihsan, 2005, hlm. 7) menjelaskan bimbingan merupakan upaya yang diberikan untuk membantu individu dalam


(14)

mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling sebagai bagian integral dari sekolah memiliki peranan yang sangat penting dalam memfasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal serta membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, baik yang berkaitan dengan masalah pribadi, sosial, akademik, maupun karir. Perilaku prososial merupakan tugas perkembangan anak, maka bimbingan dan konseling juga mempunyai andil dalam membantu mengembangkan perilaku prososial pada peserta didik di sekolah.

Sejauh ini, beberapa upaya bimbingan telah dilakukan untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2009) terhadap siswa SMPN 9 Cimahi, berimplikasi pada disusunnya sebuah program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Pada tahun 2012, Purba (2012) juga melakukan penelitian terhadap siswa kelas VII di SMPN 15 Bandung, yang hasil penelitiannya sama dengan Anggraeni (2009) yaitu berimplikasi pada disusunnya program bimbingan pribadi-sosial untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan perilaku prososial dilakukan oleh Giri (2011) terhadap siswa kelas X SMA Laboratorium (Percontohan) UPI Bandung dengan menggunakan bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya peningkatan perilaku prososial siswa setelah mengikuti bimbingan kelompok melalui teknik permainan. Pada tahun 2013, Rahimsyah (2013) melakukan penelitian untuk mengembangkan perilaku prososial siswa kelas V SD Laboratorium UPI Bandung yang berimplikasi pada dibuatnya program bimbingan pribadi sosial melalui teknik role playing.

Adapun posisi penelitian berada pada ranah pribadi dan sosial, karena perilaku prososial merupakan aspek positif dari perkembangan moral yang melibatkan kemampuan pribadi dan sosial. Dengan demikian, layanan yang sesuai untuk meningkatkan perilaku prososial adalah layanan bimbingan pribadi dan sosial. Bimbingan pribadi dan sosial membantu siswa agar dapat memahami dirinya, mengembangkan sikap positif, membuat pilihan kegiatan yang sehat, menghargai orang lain, memiliki rasa tanggung jawab, mengembangkan keterampilan hubungan sosial, dapat menyelesaikan masalah dan membuat


(15)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

keputusan dengan baik. Strategi layanan yang digunakan adalah melalui bimbingan kelompok, karena siswa yang diberi perlakuan adalah siswa yang memiliki perilaku prososial yang rendah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, maka posisi penelitian ini terhadap penelitian-penelitian terdahulu adalah memperluas wacana tentang penggunaan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial.

Teknik modeling adalah teknik yang bertujuan untuk mempelajari perilaku baru dengan mengamati model dan mempelajari keterampilannya (Hutomono, 2011). Teknik modeling juga diperuntukkan bagi konseli yang telah memiliki pengetahuan tentang penampilan perilaku tetapi belum dapat menampilkannya. Proses terapeutik dalam bentuk modeling akan membantu atau memengaruhi serta memperkuat perilaku yang lemah atau memperkuat perilaku yang siap dipelajari dan memperlancar respon. Berdasarkan keuntungan menggunakan teknik

modeling tersebut, teknik symbolic modeling sebagai salah satu dari bentuk teknik modeling diasumsikan sesuai digunakan untuk meningkatkan perilaku prososial

siswa.

Adapun perbedaan lainnya antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian terdahulu yaitu sasaran penelitian-penelitiannya pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Hal tersebut sebagai upaya bimbingan untuk mengembangkan perilaku prososial dari masa anak usia Sekolah Dasar. Sebagai upaya memfasilitasi perkembangan pribadi sosial siswa di Sekolah Dasar, perlu adanya layanan bimbingan pribadi sosial secara khusus untuk meningkatkan perilaku prososial siswa. Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan, maka dianggap perlu untuk dilakukan penelitian yang difokuskan pada penerapan layanan bimbingan kelompok melalui teknik symbolic modeling untuk meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas IV di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Schroeder dkk. (dalam Gross, 2013, hlm. 165) mengemukakan bahwa

“perilaku prososial merupakan perilaku yang dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain, seperti menolong, menenangkan, berbagi, bekerja sama, menentramkan, membela, beramal dan menunjukkan kepedulian”. Bentuk-bentuk


(16)

perilaku prososial menurut Beaty (1994, hlm. 137) yaitu: (1) empati; (2) murah hati; (3) kerjasama; dan (4) kasih sayang.

Menurut Papalia (2008, hlm. 487), perilaku prososial merupakan tanda-tanda penyesuaian yang positif. Perilaku prososial tidak tumbuh pada individu sejak lahir, namun diperoleh melalui proses, seperti dari melihat dan mencontoh perilaku orang-orang di sekitarnya. Anak-anak mencontoh perilaku orang-orang dewasa seperti perilaku orangtua, anggota keluarga, orang-orang dewasa yang berada disekitar lingkungan tempat tinggalnya, juga gurunya. Selain mencontoh perilaku orang dewasa, anak-anak juga melihat dan mencontoh perilaku teman-teman sebayanya ataupun teman-teman-teman-teman sekolahnya.

Menurunnya perilaku prososial pada anak mungkin disebabkan dari lingkungan sosial, perilaku belajar dan sifat yang diwarisi (Eisenberg & Paul, 1989, hlm. 8). Anak-anak yang tidak memiliki keterampilan perilaku prososial maka akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain. Hoffmann (dalam Lindenberg dkk., 2006, hlm. 4) mempertegasnya

dengan menyatakan bahwa „kegagalan dalam berperilaku prososial adalah

kegagalan juga dalam aspek sosialisasi atau aspek pembentukkan kepribadian, atau bahkan kegagalan dalam keduanya‟. Agar tidak terjadi hal tersebut, maka diperlukan upaya bimbingan dan konseling untuk meningkatkan perilaku prososial siswa.

Adapun upaya bimbingan dan konseling untuk meningkatkan perilaku prososial siswa dapat dilakukan dengan layanan bimbingan pribadi sosial melalui strategi bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling. Hal ini sejalan dengan pernyataan Bandura (dalam Santrock, 2003, hlm. 53) yang menyatakan bahwa melalui belajar observasi (juga disebut modeling atau imitasi), seseorang secara kognitif mempresentasikan perilaku orang lain dan kemudian mungkin mengambil perilaku tersebut.

Berdasarkan identifikasi masalah mengenai perilaku prososial siswa dan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling sebagai upaya untuk mengatasinya, yang menjadi pertanyaan penelitian utama pada penelitian ini

adalah: “apakah layanan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling


(17)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015?”. Adapun secara lebih rinci, pertanyaan penelitian dirumuskan ke dalam beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Seperti apa gambaran umum perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah intervensi?

2. Bagaimana rancangan program intervensi bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling yang layak menurut pakar dan praktisi berdasarkan profil perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015?

3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor perilaku prososial pada siswa kelompok eksperimen yang telah diberi perlakuan dan pada siswa kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian secara umum bertujuan untuk menguji efektivitas teknik

symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas IV SD

Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Sesuai dengan permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan khusus yang ingin dicapai yaitu untuk memperoleh.

1. Gambaran umum perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015 sebelum dan sesudah intervensi. 2. Rancangan program intervensi bimbingan kelompok dengan teknik

symbolic modeling yang layak menurut pakar dan praktisi berdasarkan

profil perilaku prososial siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015.

3. Gambaran keefektivan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic

modeling dalam rangka meningkatkan perilaku prososial siswa. 1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia bimbingan dan konseling baik secara teoretis maupun praktis.


(18)

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian diharapkan dapat menambah wawasan serta keilmuan dalam mengaplikasikan teori dan teknik bimbingan dan konseling dalam meningkatkan perilaku prososial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Konselor/ Guru Bimbingan dan Konseling

Diharapkan dapat menggunakan dan mengaplikasikan hasil penelitian dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk meningkatkan perilaku prososial.

2) Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian-penelitian mengenai perilaku prososial pada anak usia Sekolah Dasar.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

Sistematika penulisan skripsi disusun menjadi lima bab, sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian pustaka, meliputi konsep perilaku prososial, konsep bimbingan kelompok, konsep teknik symbolic modeling, penelitian terdahulu yang relevan, asumsi penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian.

Bab III Metode penelitian, meliputi lokasi dan subjek penelitian, pendekatan penelitian, desain penelitian, definisi operasional variabel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, prosedur penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV Temuan dan pembahasan, meliputi temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, pembahasan hasil temuan penelitian serta keterbatasan penelitian.

Bab V Simpulan, implikasi dan rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian (simpulan), implikasi penelitian, rekomendasi.


(19)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan atas terdapatnya fenomena tentang perilaku prososial siswa yang masih memerlukan pengembangan. Selain itu, di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru belum tersedia layanan bimbingan dan konseling yang secara khusus difokuskan untuk mengembangkan perilaku prososial siswa.

Populasi penelitian adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012, hlm. 119). Populasi pada dasarnya dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu populasi target dan populasi terjangkau. Adapun populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru, sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 140 siswa.

Pemilihan populasi penelitian didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut.

1) Siswa kelas IV secara umum berada pada rentang usia 9 - 10 tahun, yang sejalan dengan tingkat perkembangan prososial yaitu berada pada tingkat

approval-oriented dan emphatic of tradisitional yang merupakan tingkat

awal anak menyadari bahwa perilaku yang dianggap tepat adalah perilaku baik atau perilaku yang dapat diterima secara sosial serta anak sudah mulai menunjukkan respon simpatiknya.

2) Siswa kelas IV berada pada fase masa kanak-kanak akhir yang perlu memiliki kemampuan sosial untuk dapat diterima oleh teman sebayanya. 3) Siswa kelas IV merupakan siswa kelas tinggi awal, dimana siswa mulai

dapat mengambil dan menerima rujukan-rujukan mengenai prinsip-prinsip kewajiban dan norma-norma yang ada.


(20)

Pada penelitian ini tidak semua siswa yang termasuk ke dalam populasi terjangkau mendapatkan perlakuan, namun yang mendapatkan perlakuan hanya diberikan kepada sebagian siswa yang menjadi sampel penelitian. Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012, hlm. 120). Adapun teknik pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan nonrandom assignment, teknik nonprobability melalui purposive sampling. Teknik pengambilan sampel nonprobability melalui

purposive sampling dipilih karena penentuan sampel didasarkan atas

pertimbangan tertentu. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah 28 siswa yang dibagi ke dalam dua kelompok, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek penelitiannya yaitu siswa kelas IV-C (14 siswa) dan siswa kelas IV-G (14 siswa). Siswa kelas IV-C menjadi kelompok eksperimen, sedangkan siswa kelas IV-G menjadi kelompok kontrol.

3.2 Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data diperoleh dengan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan dimaksudkan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2012, hlm. 11). Pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data numerical yang diolah dengan metode statistik. Melalui pendekatan kuantitatif memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka, sehingga memudahkan analisis dan penafsiran data dengan menggunakan pendekatan statistik. Dalam hal ini, pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh data numerical berupa gambaran perilaku prososial siswa Kelas IV di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru dan keefektifan teknik

symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas IV SD

Laboratorium UPI Kampus Cibiru.

Pada penelitian diperlukan metode untuk memecahkan masalah. Metode dapat dipahami sebagai cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki suatu masalah tertentu dengan maksud mendapatkan informasi untuk digunakan sebagai solusi atas masalah penelitian (Silalahi, 2010, hlm. 12).


(21)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen yaitu quasi-experimental design. Pada penelitian dengan menggunakan metode penelitian quasi-experimental design ini terdapat kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2012, hlm. 116).

3.3 Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian adalah nonequivalent

control group design. Ciri utama dari nonequivalent control group design adalah

terdapat dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2012, hlm. 118). Desain eksperimen

nonequivalent control group design digunakan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh teknik symbolic modeling dapat meningkatkan perilaku prososial siswa. Adapun desain eksperimen nonequivalent control group design yaitu digambarkan sebagai berikut.

1.4.

Keterangan:

X : Perlakuan (treatment).

O1 : Nilai pre-test kelompok eksperimen.

O2 : Nilai post-test kelompok eksperimen sesudah diberi perlakuan.

O3 : Nilai pre-ttest kelompok kontrol.

O4 : Nilai post-test kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan.

(Sugiyono, 2012, hlm. 118)

3.4 Definisi Operasional Variabel (DOV) Penelitian 3.4.1 Perilaku Prososial

Perilaku prososial dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai bentuk perilaku positif siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang dapat memberikan keuntungan dan manfaat kepada temannya tanpa mengharapkan imbalan yang meliputi perilaku empati, murah hati, kerjasama dan

O

1

x

O

2

………


(22)

kasih sayang. Adapun penjelasan perilaku secara lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut.

1) Empati yaitu aktivitas memahami apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan orang lain serta apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh dirinya terhadap kondisi yang dialami orang lain tanpa kehilangan kontrol dirinya.

2) Murah hati yaitu aktivitas berbagi dan memberi sesuatu yang dimiliki pada orang lain serta menolong orang lain.

3) Kerjasama yaitu aktivitas bekerja bersama-sama dengan orang lain secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok.

4) Kasih sayang yaitu aktivitas yang dilakukan untuk mengungkapkan perasaan sayang terhadap orang lain yang diwujudkan dengan perilaku dan pertimbangan akal yang menimbulkan tanggung jawab.

3.4.2 Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling

Bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling dalam penelitian ini secara operasional didefinisikan sebagai layanan bantuan dalam setting kelompok melalui kegiatan mengamati model secara simbolik (seperti media video dan film) yang diberikan oleh peneliti kepada siswa Kelas IV di SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru yang perilaku prososialnya rendah dengan tujuan agar siswa tersebut dapat belajar dan meniru perilaku prososial model yang dicontohkan. Pada pelaksanaannya siswa sebagai anggota kelompok bersama-sama membahas topik-topik mengenai perilaku prososial yang dicontohkan melalui model yang ditayangkan. Seluruh siswa anggota kelompok dapat saling bertukar informasi, persepsi, pendapat, memberikan saran dan belajar bersama.

Bandura (dalam Aries, 2011, hlm. 1) mengemukan bahwa proses modeling terdiri dari empat proses yaitu proses atensional, proses retensi, proses reproduksi dan proses motivasional. Pada pelaksanaannya proses symbolic modeling dalam penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut.

1) Proses Atensional (proses anggota kelompok dalam memperhatikan perilaku prososial yang disaksikan melalui penayangan video atau film).

2) Proses Retensi (proses penyimpanan informasi mengenai perilaku prososial model dalam video atau film yang telah diamati).


(23)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

3) Proses Reproduksi (proses penyalinan perilaku prososial yang telah diamati dan disimpan dalam ingatan ke dalam perilaku aktual).

4) Proses Motivasional (proses pemberian penguatan anggota kelompok agar lebih termotivasi untuk mencontoh perilaku prososial model yang patut untuk dicontoh dan meninggalkan perilaku model yang tidak patut dicontoh).

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Jenis Instrumen

Penelitian ini menggunakan jenis instrumen berupa angket, yaitu angket tentang perilaku prososial. Pada angket terdapat sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk mengungkapkan karakteristik dan gambaran perilaku prososial siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Angket yang dibuat merupakan angket tertutup yang sudah disediakan jawabannya. Responden hanya perlu menjawab pernyataan dengan cara memilih alternatif respon jawaban yang telah disediakan. Angket perilaku prososial yang dibuat menggunakan model skala Guttman, yaitu merupakan skala yang di dalamnya terdapat dua alternatif pilihan jawaban yang terdiri dari jawaban “Ya dan “Tidak” (Sugiyono, 2012, hlm. 140). Skala Guttman dipilih untuk digunakan dalam penelitian agar mendapatkan jawaban yang tegas dari responden.

3.5.2 Kisi-kisi Instrumen

Proses pengembangan instrumen diawali dengan terlebih dahulu menentukan definisi operasional variabel dari perilaku prososial. Variabel perilaku prososial kemudian dirumuskan menjadi indikator-indikator. Indikator-indikator yang telah dirumuskan, dikembangkan menjadi bentuk kisi-kisi instrumen. Adapun kisi-kisi instrumen dikembangkan berdasarkan aspek-aspek perilaku prososial dari Beaty (1994, hlm. 137) yaitu mencakup: (1) empati; (2) murah hati; (3) kerjasama; dan (4) kasih sayang. Setelah dibuat kisi-kisi intrumen, selanjutnya yaitu mengembangkan kisi-kisi instrument menjadi item pernyataan. Pernyataan dibuat berdasarkan indikator dari variabel perilaku prososial dengan bentuk pernyataan positif dan negatif. Kisi-kisi instrumen perilaku prososial sebelum uji coba tersaji pada tabel 3.1 sebagai berikut.


(24)

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Prososial Siswa Sebelum Uji Coba

No Aspek Indikator Nomor Pernyataan Σ

(+) (-)

1. Empati a.Mampu menerima sudut pandang orang lain.

1, 2, 3 4 4

b.Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

5, 6, 7, 8, 9 10, 11 7 c.Menunjukkan kepedulian kepada orang

lain.

12, 13, 14

15 4

d.Memberikan perhatian kepada orang lain. 16, 17, 18, 19 20 5 2. Murah

Hati

a.Menunjukkan perilaku suka (mudah)

memberi dan berbagi kepada orang lain. 21, 22, 23, 24 - 4 b.Menunjukkan perilaku suka menolong

orang lain. 25, 26, 27, 28 - 4

3. Kerja Sama

a.Menunjukkan sikap kesediaan untuk bekerja secara berkelompok.

29, 30, 31, 32 33 5 b.Mengungkapkan harapan yang positif. 34, 35, 36 37 4

c.Menghargai masukan. 38, 39 40, 41 4

d.Memberikan dorongan kepada anggota

kelompok. 42, 43, 44 45, 46 5

4. Kasih Sayang

a.Menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai-nilai persaudaraan terhadap orang lain.

47, 48, 49, 50 - 4

b.Menunjukkan perilaku yang anti terhadap kekerasan.

51, 52 53, 54, 55 5

JUMLAH 41 14 55

Adapun kisi-kisi instrumen perilaku prososial setelah uji coba yaitu tersaji pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Perilaku Prososial Siswa Setelah Uji Coba

No Aspek Indikator Nomor Pernyataan Σ

(+) (-)

1. Empati a.Mampu menerima sudut pandang orang lain.

1, 8 - 2

b.Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

2, 13 6 3

c.Menunjukkan kepedulian kepada orang lain.

3, 5, 9

12 4

d.Memberikan perhatian kepada orang lain. 4, 7, 10, 11 14 5 2. Murah

Hati

a.Menunjukkan perilaku suka (mudah) 40ember dan berbagi kepada orang lain.

15, 17, 19, 20 - 4

b.Menunjukkan perilaku suka menolong orang lain.

16, 18, 21 - 3

3. Kerja Sama

a.Menunjukkan sikap kesediaan untuk bekerja secara berkelompok.


(25)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

b.Mengungkapkan harapan yang positif. 23, 26, 32 - 3

c.Menghargai masukan. 24, 28 27, 30 4

d.Memberikan dorongan kepada anggota kelompok.

29, 34 33 3

4. Kasih Sayang

a.Menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai-nilai persaudaraan terhadap orang lain.

35, 38, 40, 41 - 4

b.Menunjukkan perilaku yang anti terhadap kekerasan.

36, 39 37 3

JUMLAH 34 7 41

3.5.3 Pedoman Skoring

Instrumen perilaku prososial siswa yang dibuat menggunakan skala Guttman dengan dua alternatif pilihan jawaban yang terdiri dari jawaban “Ya” dan “Tidak”. Kategori pemberian skor alternatif jawaban yaitu dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut.

Tabel 3.3

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban Pernyataan Skor Alternatif Jawaban

Ya Tidak

Positif (+) 1 0

Negatif (-) 0 1

Pada instrumen atau alat ukur, setiap item diasumsikan memiliki nilai 0 dan 1 dengan bobot tertentu sebagai berikut.

1) Untuk pilihan jawaban “Ya” memiliki skor 1 pada pernyataan positif dan skor 0 pada pernyataan negatif.

2) Untuk pilihan jawaban “Tidak” memiliki skor 0 pada pernyataan positif dan skor 1 pada pernyataan negatif.

3.6 Pengembangan Instrumen Penelitian 3.6.1 Uji Kelayakan Instrumen Penelitian

Instrumen perilaku prososial yang telah disusun, kemudian dilakukan uji kelayakan melalui penimbangan (judgement) instrumen untuk mengetahui tingkat kelayakan dari segi konstruk, isi dan bahasa. Penimbangan instrumen perilaku prososial dilakukan oleh tiga orang pakar yang sekaligus merupakan dosen dari jurusan PPB FIP UPI, yaitu Prof. Dr. Juntika Nurihsan, M.Pd., Nandang Budiman, S.Pd. M.Si., dan Dra. SA. Lily Nurillah, M.Pd.


(26)

Penilaian oleh tiga pakar dilakukan dengan memberikan penilaian pada setiap pernyataan atau item instrumen dengan dua kualifikasi yaitu “Memadai” (M) dan “Tidak Memadai” (TM). Item yang diberi nilai “Memadai” (M), menunjukan bahwa item tersebut dapat digunakan, sedangkan item yang diberi nilai “Tidak Memadai” (TM) menunjukkan adanya dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau item tersebut masih dapat digunakan sesuai dengan revisi.

Adapun hasil uji kelayakan instrumen perilaku prososial menunjukkan bahwa sebagian besar item layak dan dapat digunakan dengan syarat dilakukan perbaikan untuk konstruk, isi dan bahasa yang kurang tepat berdasarkan saran dan pertimbangan dari ketiga pakar. Dari total jumlah 56 item pernyataan terdapat satu item yang tidak digunakan yaitu nomor item 25 karena dianggap memiliki kesamaan makna dengan item 21.

3.6.2 Uji Keterbacaan Instrumen Penelitian

Uji keterbacaan instrumen dilakukan untuk mengukur sejauh mana keterbacaan instrumen oleh responden, dengan kata lain agar dapat diketahui apakah semua item atau butir pernyataan dapat dipahami oleh responden atau ada yang belum dapat dipahami sehingga dapat dilakukan perbaikan disesuaikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh responden. Uji keterbacaan instrumen perilaku prososial dilakukan kepada 5 orang siswa kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015 yang dipilih secara acak. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, sebagian besar item dapat dipahami dengan baik, namun ada beberapa kata yang tidak dipahami sehingga dilakukan perbaikan dengan bahasa yang dapat dipahami oleh siswa.

3.6.3 Uji Validitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2012, hlm. 168). Jika instrumen yang digunakan sudah valid, maka diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid. Oleh karena itu, uji validitas instrumen perilaku prososial diperlukan agar hasil penelitian menjadi valid. Uji validitas dilakukan terhadap


(27)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

sejumlah siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015.

Karena pilihan jawaban dari instrumen perilaku prososial bersifat dikhotomus yaitu (“Ya” dan “Tidak”), dan perilaku prososial sendiri diasumsikan berskala interval (“Tinggi”, “Sedang”, dan “Rendah”), maka digunakan teknik korelasi product moment sebagai salah satu bentuk korelasi biserial titik. Adapun rumusnya sebagai berikut.

Dimana :

= koefisien korelasi biserial titik

̅ = rata – rata kelompok p (kelompok kesatu)

̅ = rata – rata seluruh subjek

= simpangan baku untuk seluruh subjek

p = proporsi subjek kelompok kesatu

q = proporsi subjek kelompok kedua

(Furqon, 2009, hlm. 108)

Setelah ditemukan koefisien korelasi biserial titik, maka selanjutnya dicari t hitung dan t tabel. Untuk mengetahui apakah perbedaan itu signifikan atau tidak, maka nilai t hitung tersebut perlu dibandingkan dengan nilai t tabel. Kemudian, apabila t hitung lebih besar dari t tabel, maka perbedaan itu signifikan, sehingga item instrumen dinyatakan valid (Sugiyono, 2012, hlm. 176).

Berdasarkan hasil uji validitas empiris instrumen perilaku prososial siswa dengan tingkat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa dari 55 item dalam instrumen perilaku prososial terdapat 41 item yang dinyatakan valid, sedangkan 14 item lainnya dinyatakan tidak valid. Adapun hasil perhitungan dari uji validitas instrumen perilaku prososial terlampir.


(28)

3.6.4 Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Realibilitas instrumen menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena ketetapan atau konsisten hasil pengukurannya. Suatu instrumen dikatakan memiliki tingkat reliabilitas yang baik apabila instrumen tersebut teruji keterandalannya, meskipun beberapa kali digunakan untuk mengukur sesuatu akan tetapi hasilnya akan tetap sama atau relatif sama.

Pengujian realibilitas instrumen dilakukan dengan cara internal

consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja,

kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik belah dua dari Kuder Richardson (Sugiyono, 2011, hlm. 179-180). Adapun rumusnya sebagai berikut.

Rumus KR. 20 (Kuder Richardson)

{ ∑ }

Dimana :

k = jumlah item dalam instrumen

= proporsi banyaknya subjek yang menjawab pada item 1 = 1 -

= varians total

(Sugiyono, 2012, hlm. 180)

Sebagai tolak ukur untuk menginterpretasikan hasil koefisien korelasi, maka digunakan kriteria yang disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.4 Kriteria Realibilitas

Koefisien Korelasi Kriteria Realibilitas

0,81 r 1,00 Sangat Tinggi

0,61 r 0,80 Tinggi

0,41 r 0,60 Cukup

0,21 r 0,40 Rendah

0,00 r 0,20 Sangat Rendah


(29)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

Hasil uji reliabilitas pada instrumen perilaku prososial yang sudah valid (41 item) menunjukan tingkat reliabilitas instrumen sebesar 0,795 yang termasuk pada kriteria reliabilitas “Tinggi”. Artinya, instrumen perilaku prososial pada penelitian ini dapat digunakan sebagai alat pengumpul data perilaku prososial siswa yang dapat dipercaya. Adapun hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen perilaku prososial terlampir.

3.7 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yang meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Ketiga tahapan dalam prosedur penelitian secara lebih jelas dipaparkan sebagai berikut.

3.7.1 Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam penelitian yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut.

1) Membuat proposal penelitian dan mempresentasikannya dalam seminar proposal dihadapan dosen mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling dan mahasiswa di kelas.

2) Menyerahkan proposal penelitian yang telah disahkan oleh kedua dosen mata kuliah metode riset bimbingan dan konseling kepada Ketua Dewan Skripsi, calon dosen pembimbing serta Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan.

3) Mengajukan permohonan Surat Keputusan (SK) pengangkatan dosen pembimbing skripsi ke fakultas.

4) Mengajukan surat permohonan izin untuk melakukan penelitian dari Universitas untuk disampaikan kepada SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru.

3.7.2 Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut. 1) Melakukan studi pendahuluan ke SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru untuk


(30)

2) Membuat instrumen penelitian berupa angket perilaku prososial yang ditimbang terlebih dahulu oleh tiga orang pakar yaitu pakar bimbingan pribadi sosial, pakar perkembangan anak dan pakar statistika.

3) Melakukan pre-test untuk mengetahui gambaran awal perilaku prososial siswa.

4) Menentukan kelompok eksperimen (kelompok siswa yang diberi perlakuan) dan kelompok kontrol (kelompok siswa yang tidak diberi perlakuan).

5) Menyusun rancangan intervensi bimbingan kelompok dengan teknik symbolic

modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa yang kemudian

ditimbang oleh dua pakar yaitu satu pakar bimbingan dan konseling dari jurusan dan satu praktisi bimbingan dan konseling di sekolah.

6) Melaksanakan rancangan intervensi bimbingan kelompok dengan teknik

symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa kepada

kelompok eksperimen.

7) Melakukan post-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 8) Membandingkan perubahan perilaku prososial siswa kelompok eksperimen,

pada sebelum dan setelah diberi perlakuan (treatment).

9) Membandingkan perilaku prososial siswa kelompok eksperimen (kelompok siswa yang diberi perlakuan) dengan kelompok kontrol (kelompok siswa yang tidak diberi perlakuan) untuk menguji efektvitas dari perlakuan yang dilakukan.

3.7.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir, penelitian disempurnakan melalui langkah-langkah sebagai berikut.

1) Hasil penelitian disusun menjadi laporan akhir penelitian pelaksanaan penelitian bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa.

2) Penelitian diujikan saat ujian sidang sarjana.

3) Hasil ujian sidang sarjana dijadikan masukan untuk menyempurnakan penelitian.


(31)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

3.8 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui penyebaran angket perilaku prososial yang disusun. Angket disebar kepada responden yaitu seluruh populasi siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam pengumpulan data melalui penyebaran angket kepada siswa yaitu sebagai berikut. 1) Peneliti mempersiapkan kelengkapan instrumen yang berupa angket tentang

perilaku prososial sebelum masuk ruangan tes.

2) Ketika masuk ruangan tes, peneliti kemudian mempersiapkan siswa untuk mengikuti tes dengan:

a) mengatur tempat duduk siswa;

b) memberitahukan kepada siswa tentang kegiatan pengisian angket perilaku prososial, tujuan juga kegunaannya;

c) memotivasi siswa untuk mengerjakan atau mengisi angket dengan konsentrasi dan jujur (mengerjakan sendiri tanpa melihat pekerjaan teman).

3) Peneliti membagikan lembar angket perilaku prososial kepada siswa dan membimbing siswa untuk mengisi identitasnya yang meliputi nomor absen, nama lengkap dan kelas.

4) Peneliti membacakan dan menerangkan petunjuk pengerjaan angket dan mempersilahkan siswa untuk bertanya apabila ada yang ingin ditanyakan sebelum pengerjaan angket perilaku prososial dimulai.

5) Peneliti mempersilahkan siswa untuk mengisi angket perilaku prososial. 6) Peneliti mengumpulkan kembali angket perilaku prososial yang telah selesai

diisi oleh siswa.

7) Peneliti memeriksa kelengkapan identitas siswa (meliputi nomor absen, nama lengkap dan kelas) dan kelengkapan jawaban (semua nomor harus terisi). 8) Peneliti memberitahukan kepada siswa bahwa kegiatan tes telah selesai dan

mengucapkan terimakasih atas kerjasama dan partisipasinya dalam kegiatan yang telah dilakukan.


(32)

3.9 Analisis Data 3.9.1 Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan sebagai pemeriksaan terhadap data yang telah diperoleh yang bertujuan untuk menyeleksi data yang layak untuk diolah dan data yang tidak layak untuk diolah. Adapun tahapan dalam verifikasi data yaitu sebagai berikut.

1) Memeriksa jumlah instrumen yang telah terkumpul, jumlahnya harus sesuai dengan jumlah instrumen yang disebar kepada sampel penelitian.

2) Melakukan pemberian nomor urut pada setiap instrumen yang terkumpul untuk menghindari kesalahan ketika melakukan rekapitulasi data.

3) Melakukan tabulasi data yaitu merekap data yang diperoleh dari responden (siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015) dengan melakukan penyekoran sesuai dengan tahapan penyekoran yang telah ditetapkan.

3.9.2 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Pertanyaan utama pada penelitian adalah mengenai keefektifan teknik symbolic

modeling dalam meningkatkan perilaku prososial siswa Kelas IV SD

Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Pada penelitian dirumuskan tiga pertanyaan penelitian yang dijawab dengan cara sebagai berikut. 1) Pertanyaan pertama mengenai gambaran umum perilaku prososial siswa

dijawab dengan persentase pengolahan data hasil pre-test. Data hasil pre-test kemudian dikelompokkan kepada tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Norma kategori yang digunakan sebagai acuan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.5 Norma Kategori

Kategori Rentang Skor

Tinggi X > (μ + 1,0. σ)

Sedang (μ – 1,0. σ) < X < (μ + 1,0. σ) Rendah X < (μ – 1,0. σ)


(33)

Siti Mawarisa Milati H., 2015 Dimana:

X : Skor total subjek : Rata-rata ideal : Standar deviasi ideal

(Azwar, 2003, hlm. 109)

Adapun hasil pengkategorian perilaku prososial siswa dan interpretasinya disajikan pada tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6

Pengkategorian dan Interpretasi Skor Perilaku Prososial Siswa

Kategori Skor Interpretasi

Tinggi X > 27,3

Rentang skor: (27,3 - 41)

Siswa sudah mampu menampilkan dan

melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: empati (mampu menerima sudut pandang orang lain, memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain, menunjukkan kepedulian kepada orang lain, dan memberikan perhatian kepada orang lain); murah hati (menunjukkan perilaku suka (mudah) member dan berbagi kepada orang lain dan menunjukkan perilaku suka menolong orang lain); kerja sama (menunjukkan sikap kesediaan

untuk bekerja secara berkelompok,

mengungkapkan harapan yang positif, menghargai masukan dan memberikan dorongan kepada anggota kelompok); dan kasih sayang (menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai-nilai persaudaraan terhadap orang lain dan menunjukkan perilaku yang anti terhadap kekerasan).

Sedang 13,7 < X < 27,3

Rentang skor: (13,7 – 27,2)

Siswa cukup mampu menampilkan dan

melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: empati (mampu menerima sudut pandang orang lain, memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain, menunjukkan kepedulian kepada orang lain, dan memberikan perhatian kepada orang lain); murah hati (menunjukkan perilaku suka (mudah) member dan berbagi kepada orang lain dan menunjukkan perilaku suka menolong orang lain); kerja sama (menunjukkan sikap kesediaan

untuk bekerja secara berkelompok,

mengungkapkan harapan yang positif, menghargai masukan dan memberikan dorongan kepada anggota kelompok); dan kasih sayang


(34)

(menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai-nilai persaudaraan terhadap orang lain dan menunjukkan perilaku yang anti terhadap kekerasan).

Rendah X < 13,7

Rentang skor: (0 – 13,6)

Siswa belum mampu menampilkan dan

melakukan perilaku prososial dalam kehidupan sehari-harinya, yang meliputi: empati (mampu menerima sudut pandang orang lain, memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain, menunjukkan kepedulian kepada orang lain, dan memberikan perhatian kepada orang lain); murah hati (menunjukkan perilaku suka (mudah) member dan berbagi kepada orang lain dan menunjukkan perilaku suka menolong orang lain); kerja sama (menunjukkan sikap kesediaan

untuk bekerja secara berkelompok,

mengungkapkan harapan yang positif, menghargai masukan dan memberikan dorongan kepada anggota kelompok); dan kasih sayang (menunjukkan hubungan yang erat dengan nilai-nilai persaudaraan terhadap orang lain dan menunjukkan perilaku yang anti terhadap kekerasan).

2) Pertanyaan penelitian kedua yaitu mengenai rancangan program intervensi bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling yang layak menurut pakar dan praktisi dalam meningkatkan perilaku prososial siswa. Rancangan program intervensi disusun berdasarkan hasil pengolahan data pre-test siswa Kelas IV SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru Tahun Ajaran 2014/2015. Setelah disusun, rancangan program intervensi kemudian diujikan oleh pakar dan praktisi bimbingan dan konseling untuk menguji kelayakan program yang sudah dibuat agar dapat digunakan dalam pelaksanaan intervensi.

3) Pertanyaan penelitian ketiga yaitu mengenai apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor perilaku prososial pada siswa kelompok eksperimen yang telah mendapatkan perlakuan dengan siswa kelompok kontrol yang tidak mendapatkan perlakuan. Rumusan pertanyaan penelitian yang ketiga ini akan menjawab pertanyaan utama pada penelitian, yaitu tentang keefektifan bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling yang dirumuskan ke dalam hipotesis “bimbingan kelompok dengan teknik symbolic modeling


(35)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

keefektifan intervensi dapat dilakukan melalui tahapan pengolahan dan analisis data dengan metode kuantitatif. Sebelum data diuji statistik, dilakukan konversi skor terlebih dahulu ke dalam skor baku (z-score) dengan rumus sebagai berikut.

Z = Xi – Xbar = xi s s

Dimana:

Z : skor baku (z-score)

Xi : skor aktual Xbar : rata-rata skor xi : deviasi skor X

s : simpangan baku

(Furqon, 2009, hlm. 67) Setelah skor dikonversi ke dalam skor baku (z-score), selanjutnya dilakukan tahapan-tahapan uji statistik dalam proses pengujian efektivitas intervensi sebagai berikut.

a) Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji sampel berasal dari populasi yang normal atau tidak (Susetyo, 2010, hlm. 144). Selain itu, uji normalitas juga dilakukan untuk mengetahui apakah sampel penelitian telah dapat mewakili populasi atau tidak. Data yang diuji adalah data pre-test dan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows dengan uji statistika Kolmogorov-Smirnov menggunakan taraf signifikasi 5%.

Uji normalitas dilakukan pada data pre-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Adapun hipotesis pada pengujian normalitas data

pre-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu:

H0 : Data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol


(36)

Dengan kriteria pengujian normalitas sebagai berikut. Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis pengujian normalitas data pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 3.7

Hasil Pengujian Normalitas Data Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Nilai Pre-test Eksperimen .389 14 .000 .628 14 .000

Pre-test Kontrol .375 14 .000 .649 14 .000

Dari Tabel 3.7 diketahui bahwa nilai signifikasi skor pre-test dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol memiliki nilai signifikasi yang sama yaitu sebesar 0,000 dimana nilai 0,000 < 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak, dengan kata lain data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Pada data post-test juga dilakukan pengujian normalitas. Adapun hipotesis pada pengujian normalitas data post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu:

H0 : Data post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1 : Data post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Dengan kriteria pengujian normalitas sebagai berikut. Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis pengujian normalitas data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(37)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

Tabel 3.8

Hasil Pengujian Normalitas Data Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Kelompok

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

Nilai Post-test Eksperimen .166 14 .200* .936 14 .370

Post-test Kontrol .152 14 .200* .948 14 .527

Dari Tabel 3.8 diketahui bahwa nilai signifikasi skor post-test kelompok eksperimen dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan jika menggunakan Shapiro-Wilk diperoleh skor sebesar 0,370. Adapun nilai signifikasi skor post-test kelompok kontrol dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,200 dan jika menggunakan Shapiro-Wilk

diperoleh skor sebesar 0,527. Karena semua nilai signifikasi > 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa H0 diterima, dengan kata lain data post-test pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui homogen atau tidaknya variansi kedua populasi, dengan kata lain uji homogenitas dilakukan untuk memeriksa apakah kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) berasal dari populasi dengan karakteristik yang sama atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software

SPSS 16.0 for windows dengan uji statistika Levene’s test menggunakan taraf signifikasi 5%.

Uji homogenitas dilakukan pada data pre-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Adapun hipotesis pada pengujian homogenitas data

pre-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu:

H0 : Data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

homogen

H1 : Data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak


(38)

Dengan kriteria pengujian homogenitas sebagai berikut. Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis pengujian homogenitas data pre-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Tabel 3.9

Hasil Pengujian Homogenitas Data Pre-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Nilai Based on Mean .191 1 26 .666

Based on Median .052 1 26 .822

Based on Median and with

adjusted df .052 1 25.733 .822

Based on trimmed mean .223 1 26 .641

Pada Tabel 3.9 dapat diketahui hasil pengujian homogenitas menggunakan

Levene’s Test diperoleh nilai signifikasi pre-test kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol untuk based on mean sebesar 0,666. Nilai signifikasi data

pre-test kedua kelompok yaitu 0,666 > 0,05, artinya H0 diterima, dengan kata

lain data pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.

Pada data post-test juga dilakukan pengujian homogenitas. Adapun hipotesis pada pengujian homogenitas data post-test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu:

H0 : Data post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

homogen

H1 : Data post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

tidak homogen

Dengan kriteria pengujian homogenitas sebagai berikut. Jika probabilitas (sig) > 0,05 maka H0 diterima

Jika probabilitas (sig) < 0,05 maka H0 ditolak

Berikut ini adalah hasil yang diperoleh dari analisis pengujian homogenitas data post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.


(39)

Siti Mawarisa Milati H., 2015

Tabel 3.10

Hasil Pengujian Homogenitas Data Post-Test Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Levene Statistic df1 df2 Sig.

Nilai Based on Mean .090 1 26 .766

Based on Median .021 1 26 .886

Based on Median and with

adjusted df .021 1 25.975 .886

Based on trimmed mean .077 1 26 .783

Pada Tabel 3.10 dapat diketahui hasil pengujian homogenitas menggunakan Levene’s Test diperoleh nilai signifikasi post-test kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol untuk based on mean sebesar 0,766. Nilai 0,766 > 0,05 yang artinya H0 diterima, dengan kata lain data post-test pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen.

c) Uji Mann Whitney

Uji Mann Whitney digunakan untuk melihat perbedaan rata-rata antara

pre-test dan post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Uji Mann Whitney digunakan karena sampel dalam penelitian kurang dari 30 orang

sampel. Adapun rumus yang digunakan dalam pengujian Mann Whitney untuk sampel kecil dimana n1 atau n2 < 20 adalah sebagai berikut.

U1 = n1.n2 - U2 atau U2 = n1.n2 – U1 Adapun untuk mencari nilai U1 dan U2 adalah sebagai berikut. U1 = n1 . n2 + n2(n2 + 1) –Σ R2

2 Ekuivalen dengan:

U2 = n1 . n2 + n1(n1 + 1) –Σ R1

2 Keterangan:

U1 : Statistik uji U1 U2 : Statistik uji U2 R1 : Jumlah rank sampel 1 R2 : Jumlah rank sampel 2


(40)

n2 : Banyaknya anggota sampel 2

(Susetyo, 2010, hlm. 236)

Setelah mendapatkan nilai statistik uji U1 dan U2, kemudian dipilih nilai terkecil dari kedua nilai tersebut. Nilai terkecil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel Mann Whitney. Adapun hasil dari uji Mann

Whitney terdapat pada bab 4 yang menjelaskan tentang temuan penelitian.

d) Uji Gain

Uji gain ternormalisasi dilakukan untuk mengetahui kategori peningkatan skor rata-rata perilaku prososial siswa pada kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut.

(g) = skor post-test – skor pre-test

skor ideal – skor pre-test


(1)

115

5.3.1 Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka rekomendasi yang dapat diberikan kepada peneliti selanjutnya yaitu sebagai berikut.

1) Menggunakan jenis layanan bimbingan kelompok dalam kelompok kecil (6-7 orang), agar konseli lebih dapat terkontrol dan untuk lebih mengefektifkan pemberian layanan teknik symbolic modeling kepada siswa.

2) Mengembangkan penelitian baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dengan sama-sama diberi intervensi atau perlakuan dan dapat juga menggunakan metode penelitian true-eksperimen guna memperoleh hasil data penelitian yang lebih refresentatif dan akurat. 3) Memfokuskan penelitian pada siswa yang benar-benar memiliki

kecenderungan perilaku prososialnya pada kategori rendah.

4) Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan perilaku prososial siswa belum sepenuhnya dapat ditingkatkan secara signifikan menggunakan teknik symbolic modeling, peneliti selanjutnya dapat menggabungkan dua teknik modeling (live modeling dan symbolic modeling) agar lebih efektif dalam meningkatkan perilaku prososial siswa. Selain itu, peneliti juga dapat menggunakan teknik role playing (bermain peran) atau simulasi drama, agar siswa dapat lebih mengaplikasikan dalam kehidupan kesehariannya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan

Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta:

Depdiknas.

Adawiyah, Robiatul. (2012). “Pengembangan Model Konseling Behaviour

dengan Teknik Modeling untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 4 Wanasari Brebes”. Jurnal Bimbingan Konnseling UNNES. 1, (1), 22-26.

Anggraeni, Dian. (2009). Program Layanan Bimbingan Pribadi-Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa (Pengembangan Program Bimbingan Pribadi-Sosial Siswa SMPN 9 Cimahi Tahun Ajaran 2008/2009). Tesis Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Anthonysamy dan Gembeck. (2007). Peer Status and Behaviors of Maltreated

Children and Their Classmates in the Early Years of School. Journal Child

Abuse & Neglect. 31, 971-991.

Aries, M. (2011). Teori Belajar Sosial Bandura. [Online]. Tersedia:

file.upi.edu/.../Teori_Belajar_Sosial_Bandurax.pdf. [30 Oktober 2013].

Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asih, Gusti Yuli dan Pratiwi, Margaretha Maria S. (2010). Perilaku Prososial

Ditinjau dari Empati dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Universitas

Muria Kudus. 1, (1), 33-41.

Azwar, S. (2003). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bandura, A. (1997). Self-efficacy The Exercise of Control. New York: W.H

Freeman and Company.

Baron, Robert A dan Byrne, Donn. (2005). Psikologi Sosial. Edisi Kesepuluh, Jilid 2. Terj. Ratna Djuwita et al. Jakarta: Erlangga.

Barry, C. M., Walker, L. M. P., Medsen, S. D., & Nelson, L. J. (2007). The Impact

of Maternal Relationship Quality on Emerging Adults’ Prosocial Tendencies: Indirect Effects Via Regulation of Prosocial Values. Spinger

Science and Business Media. 40, (1), 581-591.

Beaty, J.J. (1994). Observing Development of the Young Child 3rd Edition. New

Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Carlie, K. (2006). The Effects of Empathy on Prosocial Behavior Among Middle

School Children. [Online]. Tersedia:


(3)

117

Cormier, W.H. dan Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategis for Helpers

Fundamental Skills and Cognitive Behavioral Interventions,@nd,ed. Monterey. California: Brooks Cole Publishing Company.

Darwis, A. (2006). Perilaku Menyimpang Murid SD. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya. Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Dewinuraida, H. (2010). Kontribusi Pola Asuh Orangtua yang dirasakan Anak

terhadap Perilaku Prososial Anak. Skripsi Jurusan Psikologi Pendidikan

dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2011). Pendidikan Lingkungan Sosial

Budaya. Bandung: CV. Maulana Media Grafika.

Eisenberg, N. (1982). The Development of Prosocial Behavior. New York: Academic Press Inc.

Eisenberg, Nancy. (1986). Prosocial Development. Journal SAGE Publication. Eisenberg, N dan Paul H. M. (1989). The Roots of Prosocial Behavior in

Children. New York: Cambridge University Press.

Elie. (2010). Teori Pembelajaran Sosial Albert Bandura. [Online]. Tersedia: http://sudutpsikologi.blogspot.com/2010/08/teori-pembelajaran-sosial-albert.html. [31 Oktober 2013].

Findlay, et.al. (2006). Links Between Empathy, Social Behavior, and Social

Understanding In Early Childhood. Early Childhood Research

Quarterly-21, 347-359.

Furqon. (2009). Statistika Terapan untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Giri, Putu Agus Semara Putra. (2011). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui

Teknik Permainan Untuk Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Tesis

Jurusan PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Gross, Richard. (2013). Psychology The Science of Mind and Behavior. Edisi Keenam, Buku Kedua. Terj. Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyantini Soejipto. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Hake. (1999). Analizing Change/Gain Scores. [Online]. Tersedia: http://www.physics,indiana.edu/sdi/AnalizingChange-Gain.pdf. [20 Januari 2015].


(4)

Hastings, et.al. (2007). The Socialization of Prosocial Development. New York: The Guilford Press.

Hurlock, E. B. (1978). Developmental Child. New York: McGraw Hill. Inc. Hurlock, E. B. (1980). Developmental Psichology: A Life Span Approach (Fifth

ed.). Alih bahasa (1997). Istiwidayanti dan Soedjarwo. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.

Jakarta: Erlangga.

Hutomono, Shodiq. (2011). “Observasional Learning: Metode Psikologis Yang

dilupakan dalam Psikologis Olahraga”. Jurnal Ilmiah SPIRIT. 11, (2), 25-35.

Khoeruman, Farah Pangestu. (2013). Meningkatkan Keterampilan Berbahasa

Indonesia Melalui Pembelajaran Berbasis Bimbingan Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas Satu. Tesis PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Koeswara, E. (1986). Motivasi: Teori dan Penelitiannya. Bandung: Angkasa. Lindenberg, et. al. (2011). Solidarity and Prosocial Behavior. USA: Springer

Science Business Media, Inc.

Marion, M. (1991). Guidance of Young Children 3rd Edition. New York:

Macmillan Publishing Co.

Marssy, R. (2007). Antara televisi, anak, dan keluarga (Sebuah Analisis). [Online]. Tersedia: http//radmarssy.wordpress.com/2007/05/04/antara-televisi-anak-dan-keluarga-sebuah-analisis/. [31 Oktober 2013].

McQuail, Denis. (2011). Teori Komunikasi Massa McQuail (McQuail’s Mass

Communication Theory). Jakarta: Salemba Humanika.

Nashori, Fuad. (2008). Psikologi Sosial Islami. Bandung: Refika Aditama.

Nu’man, dkk. (2004). Hubungan antara Perilaku Prososial Dengan

Kebermaknaan Hidup Pada Remaja.

Nurihsan, Achmad Juntika. (2007). Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai

Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Papalia, et.al. (2008). Human Development (Psikologi Perkembangan) Edisi Kesembilan dialihbahasakan oleh A.K. Anwar. Jakarta: Kencana.

Prentice, N. M. (1972). The Influence of Live and Symbolic Modeling on

Promoting Moral Judgement of Adolescent Delinquents. Journal of

Abnormal Psychology 80, (2), 157-161.

Purba, Maya R. Br. (2012). Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk

Meningkatkan Perilaku Prososial Siswa. Skripsi Sarjana PPB UPI


(5)

119

Purnamasari, dkk. (2004). Perbedaan Intensi Prososial Siswa SMUN dan MAN di

Yogyakarka. Indonesian Psychologycal Journal. 1, (1), 32-42.

Rahimsyah, Anandha Putri. (2013). Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial

melalui Teknik Role Playing untuk Mengembangkan Perilaku Prososial Peserta Didik. Skripsi Sarjana PPB UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Raven, Betram H. (1983). Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Inc. Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah

(Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung: Rizqi Press.

Santrock, John W. (2003). Adolescene Perkembangan Remaja. Edisi Keenam. Terj. Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih. Jakarta: Erlangga.

Santrock, John W. (2007). Child Development. Eleventh Edition. America: McGraw-Hill.

Saripah, I. (2006). Program Bimbingan untuk Mengembangkan Perilaku

Prososial Anak (Dikembangkan berdasarkan studi terhadap Bimbingan para Pengasuh dan Kemampuan Perilaku Prososial Anak di TPA Babakan Sukaratu, PTPN VIII Malabar, Pangalengan, Kabupaten Bandung). Tesis

PPS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Setari, Rani Dewinta. (2005). Abstraksi: Dampak Sinetron Remaja Terhadap

Perilaku Modeling Berpakaian Remaja. [Online]. Tersedia: http://library.gunadarma.ac.id/10500631-skripsi_fpsi.pdf. [20 Juni 2014] Silalahi, Ulber. (2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Sirait, Arist Merdeka dan Ridwan, Samsul. (2011). Catatan Akhir Tahun 2011

Komisi Nasional Perlindungan Anak. [Online]. Tersedia: http://komnaspa.wordpress.com/2011/12/21/catatan-akhir-tahun-2011-komisi-nasional-perlindungan-anak/. [07 November 2013].

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konseling Behavioral. [Online]. Tersedia: http://leoriset.blogspot.com/2008/23/konseling-behavioral.html. [31 Oktober 2013].

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi

(Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Tarsidi, Didi. (2008). Teori Kognitif Sosial Albert Bandura. [Online]. Tersedia: file.upi.edu/.../Teori_Kognitif_Sosial.x.pdf. [30 Oktober 2013].

Triardhila, Widhadirane. (2007). Perilaku Prososial Anak TK A Lab. UM Kota


(6)

Watson, David L. (1984). Social Psychology. USA: Scott, Foresman.and Company.

Wilson, B. J. (2008). Media and Children’s Aggression, Fear, and Altruism. Journal Children and Electronic Media. 18, (1), 87-118.

Winarto, Joko. (2011). Teori Belajar Sosial Albert Bandura. Kompasiana [Online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html. [31 Oktober 2013].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

UUSPN RI. (2003). Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Bandung: Fokus Media.

Yusiana, Regista. (2002). Hubungan antara Persepsi terhadap Peran Kelompok

Teman Sebaya dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa Pindahan Kelas 3 di SMUN 2 Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi Universitas Islam

Bandung: Tidak diterbitkan.

Yusuf, Syamsu. dan Nurihsan, A. Juntika (2005). Strategi Layanan Bimbingan

dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, Syamsu. (2008). Mental Hygiene. Bandung: Maestro.

Yusuf, Syamsu. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

Yusuf, Syamsu. (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya.