STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATEN KARO SERTA PENERAPAN HASILNYA DALAM MENYUSUN BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP.

(1)

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA

RAKYAT DI KABUPATEN KARO SERTA PENERAPAN HASILNYA

DALAM MENYUSUN BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Oleh

DAMERIA BR GINTING

NIM 1204843

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan Pembelajaran Sastra di SMP” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas dasar pernyataan ini saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari phak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2014 Yang membuat pernyataan

Dameria Br. Ginting NIM 1204843


(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

PEMBIMBING I

Prof. Dr. Yus Rusyana

PEMBIMBING II

Dr. Sumiyadi, M.Hum NIP 1966032019910331004

Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

Prof. Dr. Sumiyadi,M, Hum NIP 1966032019910331004


(4)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian ini berjudul “ Stuktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya gagasan mengenai pentingnya penggalian nilai budaya masyarakat Karo yang tercermin dalam legenda untuk kemudian disosialisasikan dalam bentuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah menengah pertama. Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) mengetahui struktur ( alur, tokoh, latar, tema,dan amanat) cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo; 2) Mengetahui fungsi utama cerita rakyat Batak karo bagi masyarakat dan siswa SMP; 3) Menemukan dan mendeskripsikan keberlakuan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Batak Karo dalam kehidupan masyarakat Batak karo saat ini; 4) Menemukan desain bahan ajar yang dapat diberikan dari hasil analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak karo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai folklor, cerita rakyat, nilai budaya, dan teori yang mengkaji struktur legenda. Analisis dilakukan dengan memilah-milah struktur cerita rakyat sesuai dengan teori struktural Levi Strauss yang menyebutkan bahwa mytheme adalah unit-unit yang terkecil dari sebuah cerita. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian berdasarkan teori fungsi yang disampaikan oleh William R. Bascom berdasarkan apa yang ada dalam cerita tersebut dan untuk melegitimasi teori fungsi tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan deskriptif analitis. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian legenda terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling yang berasal dari Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil perekaman terhadap informan yang dianggap betul-betul mengetahui cerita tersebut. Dari hasil analisis terhadap struktur, peneliti menemukan adanya unsure-unsur cerita yang menguatkan pendapat mengenai pengelompokan cerita rakyat, bahwa cerita ini termasuk pada genre legenda penamaan sebuah tempat. Dari analisis konteks penuturan, peneliti menemukan adanya ciri kelisanan cerita-cerita tersebut. Berkenaan dengan fungsi cerita, peneliti menemukan adanya keyakinan penutur dan masyarakat setempat bahwa cerita tersebut dapat diambil hikmah untuk dijadikan “cermin” dalam menjalani kehidupan. Adapun nilai budaya yang ditemukan dalam cerita ini merupakan cerminan perilaku dan pola hidup masyarakat pada zamannya, seperti kepercayaan kepada Tuhan, gotong-royong dan lainnya. Hasil analisis srtuktur, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam legenda terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling, peneliti memanfaatkan menjadi sebuah bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah pertama yang berupa modul pembelajaran.

Kata Kunci: Struktur, Fungsi, Nilai Budaya, Cerita Rakyat Karo, Bahan pembelajaran.


(5)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP


(6)

v

KATA PENGANTAR ………... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ………... iv

DAFTAR ISI ……….. v

DAFTAR TABEL ………... x

DAFTAR GAMBAR ………... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ...1

1.2 Identifikas dan Rumusan Masalah Penelitian ………... 7

1.2.1 Identifikasi……….…. 7

1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian………... 8

1.3 Tujuan Pelaksanaan Penelitian………. 9

1.4 Manfaat Penelitian……….. 10

BAB 2 KERANGKA TEORI DALAM MENGKAJI CERITA RAKYAT DI KABUPATEN KARO 2.1 Folklor ..……….... 11

2.1.1 Pengertian Folklor ……… 11

2.1.2 Ciri-ciri Folklor ……… 13

2.1.3 Bentuk Folklor ………. 13

2.1.4 Fungsi Folklor ……….. 14

2.2 Tradisi Lisan ………. 14

2.3 Sastra Lisan ………... 15

2.4 Cerita Rakyat ……….………… 15

2.4.1 Pengertian Cerita Rakyat ……….. 15

2.4.2 Genre Cerita Rakyat ………... 16

2.4.3 Struktur Cerita Rakyat ……….. 16

2.4.4 Fungsi Cerita Rakyat ……… 20


(7)

vi

2.5 Nilai Budaya yang terdapat dalam Cerita ………... 22

2.6 Teori Struktur Claude Levi-Strauss ……… 23

2.7 Bahan Ajar pada Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia …... 25

2.7.1 Pengertian ………...….. 25

2.7.2 Fungsi Bahan Ajar ………. 26

2.7.2.1 Fungsi Bahan Ajar bagi Pendidik ……….. 27

2.7.2.2 Fungsi Bahan Ajar bagi Peserta Didik ……….. 27

2.7.3 Manfaat Bahan Ajar ………..……… 27

2.7.4 Ciri-Ciri Bahan Ajar ………. 28

2.7.5 Keuntungan Guru Menulis Bahan Ajar ………..……….. 29

2.7.6 Syarat Penulisan Bahan Ajar ………. 30

2.7.7 Prinsip dan Langkah Pemilihan Bahan Ajar ………. 30

2.7.8 Kriteria Pemilihan Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMP ………. 31

2.7.9 Bentuk Bahan Ajar ………... 31

2.7.10 Pemanfaatan Cerita Rakyat dalam Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP ………. 31

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian ……… 33

3.2 Metode Penelitian ……… 35

3.3 Definisi Operasional ………..36

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian ………..38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………... 38

3.6 Teknik Anlisis Data ……….. 40

3.6.1 Analisis Struktur Legenda ………... 41

3.6.2 Analisis Konteks Penuturan ……… 41

3.6.3 Analisis Nilai Budaya yang terdapat dalam Legenda ………. 41

3.6.4 Pemanfaatan Cerita sebagai Bahan Pembelajaran sastra ……… 42

3.6.5 Parameter Analisis Data ……….. 42

3.7 Instrumen Penelitian ……… 43


(8)

vii

3.7.3.2 Langkah-langkah ……….. 46

3.7.3.3 Bentuk Instrumen ………... 46

3.7.4 Instrumen Analisis Konteks dan Fungsi ………... 46

3.7.4.1 KajianTeoritis ……… 46

3.7.4.2 Langkah-langkah ……….. 48

3.7.5 Instrumen Analisis Nilai Budaya ……….. 48

3.7.5.1 KajianTeoritis ……… 48

3.7.5.2 Langkah-langkah ………... 48

3.7.5.3 Bentuk Instrumen ……….. 49

3.8 Alur Penelitian ……….. 50

BAB 4 ANALISIS LEGENDA DI KABUPATEN KARO 4.1 Deskripsi Wilayah yang menjadi Sumber Data ………... 51

4.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Karo ………... 51

4.1.2 Kondisi Penduduk di Kabupaten Karo ……….. 57

4.1.3 Masyarakat Karo ………... 57

4.1.4 Mengenal Suku Karo ……….59

4.1.5 Kegiatan Budaya Karo ……….. 62

4.1.6 Perekonomian Wilayah Kabupaten Karo ………... 63

4.1.7 Bencana Alam Wilayah Kabupaten Karo ………. 65

4.2 Analisis Legenda di Kabupaten Karo ………69

4.2.1 Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ………..69

4.2.1.1 Teks Legenda Danau Lau Kawar ………...69

4.2.1.2 Analisis Struktur Legenda Danau Lau Kawar ………...77

4.2.1.3 Konteks Penuturan Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ………..94

4.1.2.4 Fungsi Cerita Danau Lau Kawar ………...96

4.2.1.5 Nilai Budaya yang terkandung dalam Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ………...………...… 98


(9)

viii

4.2.2.1 Teks Legenda Bukit Gundaling ……… 101

4.2.2.2 Analisis Struktur Legenda Bukit Gundaling ………... 106

4.2.2.3 Konteks Penuturan Legenda Bukit Gundaling ……… 124

4.2.2.4 Fungsi Cerita Bukit Gundaling ……… 125

4.2.2.5 Nilai Budaya yang terkandung dalam Legenda Bukit Gundaling ……….. 127

4.3 Pembahasan Hasil Analisis ……….. 129

BAB 5 PEMANFAATAN HASIL ANALIS LEGENDA SEBAGAI BAHAN AJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

5.1 Pengantar ………. 137

5.2 Penyususnan RPP Legenda Danau Lau Kawar ……….……….. 139

5.3 Modul Pembelajaran Legenda Danau Lau Kawar ……….. 144

5.4 Evaluasi Pembelajaran Legenda Danau Lau Kawar …….……….. 154

5.5 Kunci Jawaban Dan Scor Legenda Danau Lau Kawar ……….……….. 154

5.6 Penyusunan RPP Legenda Bukit Gundaling ……… 155

5.7 Modul Pembelajaran Legenda Bukit Gundaling ……… ……… 161

5.8 Evaluasi Pembelajaran Legenda Bukit Gundaling ……… 169

5.9 Kunci Jawaban dan Skor Legenda Bukit Gundaling ……… 170

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan……….. 172

6.2 Saran………. 173


(10)

ix

3.3 Bentuk Instrumen Dalam Analisis Unsur-Unsur Legenda ……….. 45

3.4 Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik ………... 46

3.5 Bentuk Instrumen dalam Analisis Nilai Budaya………. 49

4.1 Distribusi Tokoh dalam Legenda terjadinya Danau Lau Kawar……….... 88

4.2 Distribusi Nilai Budaya yang terkandung dalam Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ……… 100

4.3 Distribusi Tokoh Legenda Bukit Gundaling ………. 117

4.4 Distribusi Nilai Budaya yang terkandung dalam Legenda Bukit Gundaling …...129

4.5 Makna Hubungan Peristiwa Legenda di Kabupaten Karo ……… 130

4.6 Tema dan Amanat dalam Legenda di kabupaten Karo ………. 132

4.7 Fungsi Legenda di Kabupaten Karo ………. 135

4.8 Nilai Budaya legenda di Kabupaten Karo ……… 136

5.1 Karakteristik Tokoh Cerita Rakyat ……….. 141

5.2 Pedoman Penilaian Legenda Danau Lau Kawar ……….. 142

5.3 Tokoh Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ……… 150

5.4 Analisis Nilai Budaya Danau Lau Kawar ………. 152

5.5 Kunci Jawaban dan Skor ………... 153

5.6 Karakteristik Tokoh Cerita Rakyat Legenda Bukit Gundaling ………. 157

5.7 Pedoman Penilaian Legenda Bukit Gundaling ……….. 158

5.8 Tokoh Legenda Bukit Gundaling ……….. 165

5.9 Analisis Nilai Budaya Bukit Gundaling ……… 167


(11)

x

DAFTAR GAMBAR

3.1 Gambar Alur Penelitian ……….. 50

4.2 Gambar Hubungan Peristiwa Legenda terjadinya Danau Lau Kawar ……….. 80 4.2 Gambar Hubungan antar Peristiwa Legenda Bukit Gundaling ……….... 110 4.3 Bagan Konteks Penuturan Legenda di Kabupaten Karo ………. 134


(12)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah gagasan dan nilai- nilai, seperti etika dan norma-norma yang mempengaruhi tingkah laku warga sebuah masyarakat lainnya. Budaya menunjukkan suku bangsa, karena seperti diketahui Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa memiliki sendiri budaya serta adat kebiasaannya sebagai jati diri dari masing-masing suku bangsa tersebut.

Kebudayaan dalam arti luas adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang diperoleh melalui belajar. Istilah kebudayaan digunakan untuk menunjukkan hasil fisik karya manusia, meskipun hasil fisik karya manusia sebenarnya tidak lepas dari pengaruh pola berpikir (gagasan) dan pola perilaku (tindakan) manusia (Nuraeni, A. 2013:16).

Sehubungan dengan bermacam-macam budaya dan adat kebiasaan, maka dalam upaya membangun masyarakat diperlukan pengembangan kebudayaan nasional yang fungsinya sebagai kerangka acuan yang dapat memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Kebudayaan nasional bersumber pada puncak-puncak kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah di seluruh Indonesia, yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang di wariskan secara turun-temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya di ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga menjadi kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain.

Dalam mengembangkan budaya nasional itu, perlu diperhatikan akar budaya bangsa sebagai jati diri yang membedakan dengan


(13)

kebudayaan-2

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

kebudayaan suku bangsa lain. Demikian pula di bidang sastra, Indonesia sangat kaya dengan karya sastra. Melalui karya sastra dapat diketahui eksistensi kehidupan suatu masyarakat di suatu tempat meskipun hanya pada sisi-sisi tertentu. Karya sastra mengandung unsur keindahan yang dapat menimbulkan perasaan senang, nikmat, terharu, menarik perhatian, dan menyegarkan penikmatnya. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Noor (2011: 17) bahwa indah dan baik ini menjadi fungsi sastra yang terkenal dengan istilah “dulce et utile” yang artinya “indah dan baik “. Kedua istilah ini mempunyai kaitan arti yang erat untuk memahami makna sastra secara keseluruhan.

Pengalaman jiwa yang terdapat dalam karya sastra akan dapat memperkaya kehidupan batin pembaca, sehingga pembaca dapat mengoreksi diri untuk mencapai keadaan yang lebih sempurna. Di samping itu, pengungkapan karya sastra umumnya lebih estetis dan artistik bila dibandingkan dengan karya yang lain. Hal ini, akan menjadikan karya sastra lebih mempesona dan dapat membuat pembaca tidak segera bosan untuk menikmatinya, bahkan semakin tertarik menyelami maksud yang terkandung didalamnya.

Semua karya sastra (fiksi) ada kemiripan dengan sesuatu dalam hidup karena bahannya memang diambil dari pengalaman hidup. Pengalaman itu, menurut Sudjiman (1988: 12-13 ), dapat berupa pengalaman langsung yaitu yang dialami langsung oleh pengarang dan pengalaman tak langsung, berupa pengalaman orang lain yang secara tak langsung sampai kepada pengarang, misalnya karena sipengarang banyak membaca. Noor (2001: 27) mengatakan bahwa karya sastra adalah merupakan salah satu cerminan nilai-nilai budaya dan tidak terlepas dari sosial budaya serta kehidupan masyarakat yang digambarkannya. Berkaitan dengan itu, Teeuw (1988: 15) mengatakan bahwa ciri umum sastra prosa, dalam hal ini sastra Indonesia periode 1955-1965, bersifat realistis, yang berakar pada realitas Indonesia pada masa itu dengan segala keragaman negeri yang sangat luas.


(14)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Peneliti menyimpulkan melalui pendapat di atas bahwa karya sastra merupakan pengalaman hidup baik yang dialami langsung oleh pengarang atau pun pengalaman orang lain yang mencerminkan nilai-nilai budaya yang digambarkan dalam kehidupan masyarakat yang berakar pada segala keragaman.

Cerita rakyat merupakan salah satu dari karya sastra. Pengertian cerita rakyat adalah salah satu bentuk foklor lisan (Bunanta 1998:21) Cerita rakyat merupakan tradisi lisan yang secara turun temurun diwariskan dalam kehidupan masyarakat. Cerita rakyat biasanya berbentuk tuturan yang berfungsi sebagai media pengungkapan perilaku tentang nilai-nilai kehidupan yang melekat di dalam kehidupan masyarakat. Bentuk-bentuk foklor banyak dijumpai di Indonesia. Hal ini, turut memperkaya khazanah kesusasteraan Indonesia. Salah satu di antaranya adalah sastra Batak Karo yang dijumpai di Sumatera Utara, khususnya cerita rakyat dari masyarakat Batak Karo yang umumnya bermukim di Kabupaten Karo. Cerita rakyat Batak Karo ini sangat banyak jumlahnya, baik yang diungkapkan dalam bentuk lisan maupun yang telah diungkapkan dalam bentuk tulisan. Secara umum cerita rakyat ini masih diungkapkan dalam bahasa Batak Karo. Hal ini mengingat bahwa secara geografis bahasa Batak Karo masih dipergunakan sebagai sarana komunikasi oleh suku Batak Karo yang tinggal di daerah asal maupun perantauan.

Dalam upaya memperkaya khazanah kesusasteraan Indonesia, Robson mengatakan bahwa sastra daerah termasuk sastra klasik Indonesia yang sampai sekarang masih terlantar. Hal ini menunjukkan minat bangsa Indonesia sendiri masih kurang untuk melakukan penelitian terhadap sastra daerah tersebut. Apabila keadaan seperti itu dibiarkan berlarut-larut, bukan tidak mungkin pada suatu saat tidak ada lagi orang yang menaruh minat terhadap sastra daerah itu. Salah satu diantara sekian banyak jalan yang dapat ditempuh untuk meningkatkan dan menumbuhkan minat terhadap sastra daerah adalah melalui pengajaran di sekolah. Memahami sebuah isi cerita rakyat, bukanlah hal yang mudah, sehingga saat ini karena sudah banyak cerita sinetron yang ada di televisi , masyarakat


(15)

4

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Batak Karo khususnya orang tua, sudah malas menceritakan atau mendongeng kepada anaknya sebelum tidur, sehingga orang tua masyarakat Karo tersebut nyaris melupakan cerita rakyat Batak Karo. Bahkan anak- anaknya sama sekali tidak pernah mendengar cerita rakyat Batak Karo. Pada zaman dahulu, orang tua masyarakat Karo sudah menjadi tradisinya untuk bercerita atau mendongengkan cerita rakyat karo kepada anaknya. Apalagi kondisi siswa sekarang ini jauh berbeda dari siswa zaman dulu karena Sekarang ini ,siswa lebih tertarik pada hal-hal yang sifatnya instan. Siswa lebih suka membaca komik daripada membaca buku-buku yang membutuhkan telaah untuk memahaminya. Bahkan pada masa sekarang siswa lebih sering menggunakan internet untuk bermain game, face book, dan lain-lain. Sehingga untuk membaca cerita rakyat, siswa tidak berminat lagi. Apabila di sekolah, guru tidak pandai memilih bahan ajar sastra dan memilih metode yang tepat dan sesuai, dalam membaca cerita rakyat bisa-bisa ditinggal tidur oleh siswanya. Karena alasan inilah maka peneliti merasa tertarik untuk mengkaji fungsi, nilai budaya cerita rakyat Batak Karo sehingga siswa saat ini dapat mendengar dan mengkaji cerita rakyat Batak Karo di sekolah dari guru dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra yang menarik dan menyenangkan.

Diangkatnya masalah “Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya dalam Cerita Rakyat di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP” secara umum bagi masyarakat Batak Karo merupakan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi membaca dan menggali budaya cerita rakyat Batak Karo dan secara khusus untuk siswa SMP suatu upaya meningkatkan motivasi mengkaji sastra pada diri siswa, khususnya dalam bidang cerita rakyat. Dengan demikian, diharapkan guru bisa memilih alternatif bahan ajar apresiasi sastra yang tidak membosankan siswa.

Agar tujuan itu dapat tercapai perlu kiranya diadakan pengkajian terhadap cerita rakyat sebagai salah satu dari kekayaan milik bangsa, sehingga nantinya cerita rakyat tersebut memiliki kelayakan untuk dijadikan bahan ajar sastra khususnya di tingkat sekolah menengah pertama. Kajian semestinya dilakukan


(16)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

dari berbagai segi dan pendekatan agar pengkajian terhadap cerita rakyat dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi siswa SMP.

Menurut (Oemarjati, 1992), seperti berikut ini. “Pengajaran sastra pada dasarnya mengemban misi efektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanam, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual, maupun sosial.” Menurut Rusyiana (1984:322), “kemampuan mengalami pengalaman pengarang yang tertuang di dalam karyanya dapat menimbulkan rasa nikmat pada pembaca.” Selanjutnya dikatakan, “Kenikmatan itu timbul karena: (1) merasa berhasil dalam menerima pengalaman orang lain; (2) bertambah pengalaman sehingga dapat menghadapi kehidupan lebih baik; (3) menikmati sesuatu demi sesuatu itu sendiri, yaitu kenikmatan estetis.

Dari kedua pendapat di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa melalui pengajaran sastra dapat memperkaya pengalaman siswa dengan tujuan dapat menumbuhkan kepekaan terhadap masalah sehingga pengalaman yang tertuang di dalam karya sastra dapat menimbulkan rasa nikmat kepada pembaca.

Analisis fungsi dan nilai budaya merupakan salah satu hal penting dalam pembelajaran sastra. Dikatakan penting, karena dengan adanya analisis fungsi dari sebuah karya sastra, contohnya cerita rakyat akan memberikan pemahaman yang lebih mendalam bagi siswa mengenal makna sebuah cerita rakyat tersebut. Disamping itu, juga dapat memperkaya pengetahuan siswa tentang nilai-nilai, salah satunya nilai budaya. Cerita rakyat yang merupakan cerminan kehidupan, maka siswa dapat mengambil pelajaran atau hikmah dan belajar tentang hidup yang sebenarnya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai dasar pegangan untuk memilih objek bahan pembelajaran yang berkaitan dengan pembinaan apresiasi siswa. Prinsip dasar dalam pemilihan bahan pembelajaran harus sesuai dengan


(17)

6

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

kemampuan siswa pada suatu tahap pengajaran tertentu. Kemampuan siswa berke mbang sesuai dengan tahap perkembangan jiwanya. Oleh karena itu, karya sastra yang disajikan hendaknya diklasifikasikan berdasarkan derajat kesukaran di samping kriteria kriteria lainnya. Tanpa adanya kesesuaian antara siswa dengan bahan yang diajarkan, pelajaran yang disampaikan tidak akan berjalan optimal.

Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya. Yosiabdiantindaon. Blogspot. Com / 2012 /04 / Prinsip-prinsip dalam memilih bahan. Html [Februari 04, 2014]

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan analisis struktur, konteks penuturan, dan fungsi sosial yang terkandung dalam cerita rakyat pernah dilakukan oleh Andriana, A. tahun 2010 sebagai sebuah Skripsi di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian yang dilakukan Andriana A. ini pada cerita Curug Santri dengan judul “Curug Santri di Kabupaten Karawang: Analisis struktur, konteks penuturan, dan fungsi sosial. Andriana, A. memposisikan cerita Curug Santri ini ke dalam genre sastra lisan, tepatnya legenda.

Legenda Curug Santri ini mengisahkan tentang lima orang santri yang mendapat perintah untuk pergi mencari sumber air ke gunung. Kelima santri ini


(18)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

kemudian mendapatkan sebuah Curug yang kemudian aliran air tersebut diarahkan ke pondok pesantren untuk kebutuhan sehari-hari.

Penelitian terhadap cerita Curug Santri ini menyimpulkan bahwa dari analisis yang telah dilakukan, terdapat pesan simbolik, yaitu seseorang harus melaksanakan amanat yang telah diberikan dengan sebaik-baiknya. Penelitian yang dilakukan oleh Andriana, A. ini tidak dilakukan untuk menggali nilai budaya, namun menggali fungsi sosialnya sehingga menitikberatkan pada analisis terhadap informasi yang diberikan informan, sementara pengemukaan mengenai fungsi sosial berdasarkan teks akan mengaburkan penelitian karena hanya berdasarkan pada asumsi peneliti sendiri.

Penelitan yang sejenis pula pernah dilakukan oleh Ucu tahun 2013 sebagai Tesis di Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian yang dilakukan oleh Ucu pada cerita Curug Sawer, Curug Batu Layang, Curug Cimahi, Curug Penganten, Curug Malela, dan Curug Maribaya dengan judul Tesis Legenda di Kabupaten Bandung Barat: Struktur, Nilai Budaya, Konteks Penuturan, dan Fungsi serta pemanfaatannya sebagai Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMA Kelas X dilakukan Ucu sebagai sebuah proses kajian dan pendokumentasian sebuah cerita rakyat yang hidup di dalam masyarakat Bandung Barat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa analisis struktur dan nilai budaya yang terkandung di dalam cerita rakyat menunjukkan hasil yang signifikan dalam memotivasi siswa untuk mengapresiasi karya sastra sedangkan penelitian terdahulu berkaitan dengan “Analisis Struktur, Fungsi, dan Nilai Budaya Dalam Cerita Rakyat Di Kabupaten Karo serta Penerapan Hasilnya dalam Menyusun Bahan Pembelajaran Sastra di SMP “ sepengetahuan peneliti, belum pernah dilakukan. Atas dasar itulah, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian terhadap cerita rakyat tersebut agar tidak dilupakan masyarakat Karo dan ingin menjadikannya sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra di sekolah menengah pertama.


(19)

8

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi

Legenda yang peneliti kaji dalam penelitian ini adalah legenda Terjadinya Danau Lau kawar dan Bukit Gundaling yang berada di desa kawar kecamatan Simpang Empat dan di Berastagi Kecamatan Berastagi. Perlu diketahui bahwa legenda pada dasarnya merupakan sastra lisan yang biasanya dituturkan secara lisan yang beredar di masyarakat. Legenda biasanya hidup dalam tradisi suatu masyarakat. Dengan keberadaan tersebut, maka peneliti melakukan upaya perekaman terhadap penutur cerita untuk kemudian peneliti analisis.

Analisis terhadap legenda ini dilakukan pada struktur cerita, konteks penuturan, fungsi cerita, dan nilai budayanya. Analisis terhadap struktur cerita dilakukan pada alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Analisis terhadap konteks penuturan dilakukan terhadap keberadaan penutur, kesempatan bercerita, tujuan bercerita, dan hubungan cerita dengan masyarakatnya. Analisis terhadap fungsi cerita dilakukan muatan cerita serta pendapat penutur mengenai fungsi cerita tersebut. Adapun analisis terhadap nilai budaya dilakukan berdasarkan pendapat Koentjoroningrat (2009: 154) yang membagi nilai budaya tersebut berdasarkan lima pokok permasalahan manusia dalam hidup, yaitu 1) masalah mengenai hakikat manusia, 2) masalah mengenai hakikat dari karya manusia, 3) masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, 4) masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitar, dan 5) masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya.

Berkaitan dengan hakikat legenda sebagai sastra lisan dan upaya pengumpulan data yang dilakukan peneliti, berdasarkan kondisi geografis kabupaten karo, kabupaten karo terdiri dari 18 kecamatan. Dari 18 Kecamatan tersebut adalah kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi. Legenda lau kawar dan Legenda Bukit Gundaling terdapat di desa kawar kecamatan Simpang Empat dan di Berastagi Kecamatan Berastagi.


(20)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

1) Informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Karo yang kemudian telah peneliti telusuri.

2) Waktu yang dimiliki peneliti dalam melakukan penelitian ini cukup singkat.

3) Peneliti melakukan pengkajian pada

a. analisis struktur, konteks penuturan dan fungsi cerita, b. analisis nilai-nilai budaya, dan

c. pemanfaatan cerita tersebut sebagai bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP.

1.2.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, masalah difokuskan pada perlunya diadakan penelitian terhadap cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo sebagai upaya penyelamatan, pewarisan, dan pelestarian dengan cara mengubahnya dari bentuk lisan ke bentuk tulisan. Dengan demikian cerita rakyat Batak Karo akan terhindar dari kepunahan. Penelitian terhadap cerita rakyat Batak Karo dapat dilakukan dari berbagai aspek dan kepentingan. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini dibatasi pada struktur dan nilai budaya yang terkandung didalam cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Untuk lebih jelasnya, masalah yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur (alur, tokoh, latar, tema, dan amanat) cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo?

2. Apa fungsi utama cerita rakyat Batak Karo bagi masyarakat dan bagi siswa SMP?

3. Nilai-nilai budaya apa sajakah yang terdapat di dalam cerita rakyat Batak Karo yang masih berlaku dalam kehidupan masyarakat Batak Karo sekarang ini?


(21)

10

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

4. Bagaimana pemanfaatan legenda yang terdapat di Kabupaten Karo, sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP?

1.3 Tujuan Pelaksanaan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. Berdasarkan hal di atas, secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal berikut:

1. Mengetahui struktur (alur, tokoh, latar, tema, dan amanat) cerita rakyat Batak Karo di Kabupaten Karo.

2. Mengetahui fungsi utama cerita rakyat Batak Karo bagi masyarakat dan siswa SMP.

3. Menemukan dan mendeskripsikan keberlakuan nilai-nilai budaya yang terdapat di dalam cerita rakyat Batak Karo dalam kehidupan masyarakat Batak Karo saat ini.

4. Menemukan desain bahan ajar yang dapat diberikan dari hasil analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat secara teoritis adalah sebagai berikut:

a) Penelitian ini sebagai masukan untuk menambah wawasan dalam pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur, funsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo.

b) Penelitian ini memberikan wawasan tentang contoh rencana pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo.


(22)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

c) Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber yang diperlukan dalam kajian ilmiah terhadap analisis struktur, fungsi, dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo.

d) Penelitian ini dapat sebagai bahan rujukan dalam penelitian lain, baik dalam ilmu foklor maupun pembelajaran sastra.

2. Manfaat secara praktis adalah sebagai berikut:

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat Batak Karo.

b) Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran sastra khususnya dalam analisis struktur dan nilai budaya dalam cerita rakyat Batak Karo. c) Hasil penelitian ini dapat memberikan bahan masukan bagi pihak yang

berkepentingan dalam rangka pemeliharaan dan pembinaan budaya nusantara sebagai sumber budaya nasional.

d) Hasil penelitian ini dapat menumbuhkan minat sekaligus mewujudkan kreatifitas apresiasi karya sastra daerah bagi yang ingin mendalaminya.


(23)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Hal ini dikatakan demikian karena objek penelitian yang akan diteliti merupakan objek yang memerlukan studi lapangan sehingga berkaitan dengan investigasi dan berinteraksi langsung dengan narasumber sebagai upaya peneliti untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai cerita legenda terjadinya Danau lau kawar dan Bukit Gundaling di wilayah Kabupaten Karo.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2008: 9).

Beberapa Karakteristik penelitian kualitatif yang menonjol, diantaranya: a. Permasalahan Masa Kini

Pada umumnya penelitian kualitatif mengarahkan kegiatannya pada masalah kekinian. Subjek peristiwa yang diteliti bukan masa lampau seperti dalam penelitian sejarah. Dengan demikian penelitian kualitatif bersifat empirik dengan sasaran penelitiannya yang berupa beragam permasalahan yang terjadi di masa kini.

b. Natural Setting

Topik penelitian kualitatif diarahkan pada kondisi asli apa adanya, sesuai dengan di mana, dan kapan subjek penelitian berada. Dengan demikian sasaran penelitian berada dalam posisi kondisi asli seperti apa adanya secara alami tanpa rekayasa penelitian.


(24)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Penelitian Kualitatif memandang berbagai masalah selalu berada dalam kesatuannya tidak terlepas dari kondisi yang lain yang menyatu dalam suatu

konteks. Berbagai variable yang dikaji tidak bisa dipahami secara terpisah dari posisi keterkaitanya dalam suatu konteks keseluruhan.

d. Memusatkan pada deskripsi.

Penelitian kualitatif memusatkan pada kegiatan ontologis, sehingga data yang dikumpulkan terutama berupa kata kata, kalimat atau gambar memiliki makna yang lebih nyata daripada sekedar angka atau frekuensi.

e. Analisis induktif.

Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif. Data yang

dikumpulkan bukan dimaksudkan untuk mendukung atau menolak hipotesis penelitian, tetapi abstraksi disusun sebagai kekhususan yang telah terkumpul dan dikelompokkan melalui proses pengumpulan data yang dilakukan secara teliti.

f. Desain penelitian lentur dan terbuka.

Dalam penelitian kualitatif, desain disusun secara lentur dan terbuka disesuaikan dengan kondisi sebenarnya yang dijumpai di lapangan. Penelitian tidak menerima desain yang ditentukan secara apriori karena tidak tepat dalam menghadapi realitas dari berbagai masalah yang sebelumnya tidak diketahui. g. Peneliti sebagai alat utama penelitian.

Berbagai alat pengumpulan data dapat dimanfaatkan sebagai peralatan penunjang dalam penelitian kualitatif, namun demikian, alat penelitian utamanya tetaplah peneliti sendiri.

h. Purposive Sampling.

Mengingat bahwa penelitian kualitatif tidak ada tujuan untuk melakukan generalisasi, maka penarikan sampel dilakukan dengan teknik cuplikan yang bersifat purposive.


(25)

35

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Peneliti memusatkan dirinya pada participant perspektive. Dengan demikian dapat dihindari perumusan makna mengenai sesuatu di dalam konteksnya yang berdasarkan pandangan hanya dari penelitinya sendiri.

j. Bentuk laporan dengan model studi kasus.

Laporan penelitian kualitatif cenderung untuk menggunakan model laporan studi kasus, karena lebih sesuai bagi penyajian realitas multi perspektif dengan kekayaan deskripsinya. (Nj-darus.blogspot.com/2013/karakteristik penelitian kualitatif.html [ januari 08, 2014 ])

3.2 Metode Penelitian

Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan, sifat objek, sifat ilmu atau teori yang mendukungnya . Metode penelitian, pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:2).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan seobjektif mungkin terhadap hal-hal yang menjadi pusat pikiran dan mendukung objek penelitian, berdasarkan pada data yang ada dalam karya sastra tersebut. Menurut Ratna (2008: 39), metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan dengan cara menganalisis dan menguraikan data untuk menggambarkan keadaan objek yang diteliti yang menjadi pusat perhatian penelitian. Penelitian ini tidak berhenti pada pengumpulan data saja tetapi jauh dari itu. Data yang akan terkumpul akan diseleksi, dikelompokkan, dianalisis, diinterpretasi, dan disimpulkan (Surakhmad, W. 1980:139).

Analisis struktur dilakukan dengan mendeskripsikan fakta cerita mengenai alur, tokoh, latar, tema, dan amanat. Setelah itu peneliti menganalisis konteks penuturan, fungsi, dan nilai budaya yang terkandung dalam cerita legenda


(26)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

terjadinya Danau Lau kawar dan Bukit Gundaling. Hasil dari analisis tersebut, peneliti menyusun pemanfaatannya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMP. Peneliti menyusun rancangan sebagai berikut,

a. Peneliti mencari informasi awal mengenai cerita rakyat yang terdapat di Kabupaten Karo melalui internet

b. Peneliti mendatangi Dinas Kesbang untuk mendapatkan izin meneliti ke desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat

c. Peneliti mendatangi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata untuk mendapatkan himpunan buku legenda karo

d. Peneliti melakukan wawancara kepada informan yang mengetahui cerita rakyat di wilayah tersebut untuk mendapatkan cerita dan adat kebiasaan yang menjadi budaya masyarakat setempat

e. Peneliti mengubah cerita yang menjadi data awal sebagai bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan

f. Peneliti menerjemahkan cerita yang menggunakan bahasa daerah karo kedalam bahasa Indonesia

g. Peneliti melakukan analisis struktur, fungsi, konteks penuturan dan nilai budaya berdasarkan teks cerita yang telah didapat

h. Peneliti merancang pemanfaatan cerita tersebut untuk dijadikan pembelajaran sastra di SMP.

3.3 Definisi Operasional

Peneliti menjelaskan beberapa istilah yang terkait dalam penelitian ini, diantaranya

a. Legenda di Kabupaten Karo

Cerita rakyat yang dituturkan secara lisan yang beredar di masyarakat wilayah Kabupaten Karo. Cerita dalam hal ini adalah legenda terjadinya Lau Kawar dan Bukit Gundaling yang berada di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Simpang Empat dan Kecamatan Berastagi.


(27)

37

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

b.Struktur

Struktur merupakan hubungan antar unsur-unsur yang membentuk sebuah cerita dan mempunyai kaitan antara satu dengan yang lainnya. Unsur-unsur pembentuk cerita tersebut adalah tema, alur, latar, tokoh, dan amanat.

c. Nilai Budaya

Nilai budaya berada dalam benak manusia itu sendiri dan diharapkan dapat memberikan arahan dalam hidup. Dalam tataran legenda, nilai budaya tercermin dalam perilaku tokoh cerita.

Nilai budaya yang dimiliki satu masyarakat dapat terdiri dari beberapa kategori nilai, yaitu nilai pengetahuan, nilai religi, nilai sosial, nilai seni, dan nilai ekonomi. Dalam kategori nilai sosial ada sejumlah nilai, misalnya nilai tertib, setia kawan, harga diri, tolong-menolong, rukun, kompetitif, disiplin, dan sebagainya. Nilai disiplin juga merupakan unsur nilai religi, di samping takwa, iman, yang menjadi unsur nilai seni di samping indah, melankolis, halus, riang, dinamis, kreatif, dan lain-lain. Dengan kata lain, sebuah atau beberapa nilai tersebar sebagai unsur dalam kategori nilai-nilai: pengetahuan, religi, sosial, seni, dan ekonomi. Keseluruhan nilai-nilai itu terkait satu dengan yang lain, sehingga merupakan satu sistem nilai budaya (cultural value system).

d.Konteks Penuturan

Konteks penuturan adalah pembicaraan mengenai sebuah peristiwa komunikasi secara khusus yang ditandai dengan adanya interaksi di antara unsur-unsur pendukungnya secara khusus pula. Artinya ada hubungan antara penutur, kesempatan bertutur, tujuan bertutur, dan hubungannya dengan lingkungan serta masyarakat pendukungnya.

e.Fungsi

Fungsi merupakan upaya memperoleh manfaat dari sebuah cerita yang mempunyai kaitan dengan nilai budaya yang muncul dalam cerita tersebut. Fungsi cerita ditentukan berdasarkan penutur dan nilai-nilai yang muncul dalam cerita. f.Bahan Pembelajaran Sastra di SMP


(28)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Upaya penggunaan hasil analisis legenda yang ada di Kabupaten Karo sebagai bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang berfungsi untuk pengembangan potensi keterampilan, rasa cinta, dan penghargaan para siswa SMP terhadap karya sastra Indonesia sebagai warisan leluhur yang memiliki nilai yang luhur sehingga dapat menjadi pengalaman yang menarik bagi siswa.

3.4 Data dan Sumber Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah cerita rakyat yang merupakan legenda terjadinya Danau Lau kawar dan Bukit Gundaling. Cerita yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti adalah cerita rakyat Terjadinya Danau Lau kawar dan Bukit Gundaling. Cerita tersebut merupakan data primer dalam penelitian ini.

Sumber data penelitian ini adalah cerita Rakyat Batak Karo, baik naskah lisan maupun naskah tulisan. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2000:112), sumber data utama dalam penelitian alamiah adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Selanjutnya Moleong membagi jenis data menjadi tiga bagian, yaitu kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.

Sumber data dalam penelitian ini adalah informan yang dapat menuturkan legenda terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling Berdasarkan penemuan di lapangan, informan yang peneliti temui yang dapat menuturkan cerita rakyat tersebut adalah Bapak Pertua Tomas sitepu yang merupakan seorang tokoh agama dalam gereja yang berasal dari Desa Gamber Kecamatan Simpang Empat, Bapak Kurnia Sitepu yang merupakan seorang tokoh adat yang berasal dari Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat, Dahliana br ginting yang merupakan pensiunan guru yang tinggal di Desa Tiga Serangkai Kecamatan


(29)

39

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Simpang Empat, Diaken Rencana ginting yang merupakan pengerja di gereja tinggal di Desa Kuta tengah Kecamatan Simpang Empat, Paten Milala yang merupakan tokoh masyarakat yang tinggal di Desa Berastepu.

Penentuan informan ini dilakukan setelah peneliti berkomunikasi dengan Kepala Desa dan penduduk setempat karena kebetulan saya juga mengajar di sekitar desa tersebut. Mereka menyarankan agar menemui orang-orang yang telah disebutkan diatas karena mereka dianggap dan dinilai lebih mengetahui mengenai cerita terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang tergolong pula ke dalam ilmu folklor. Namun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan penelitian, khususnya untuk mengetahui latar belakang budaya dan hal-hal yang berhubungan dengan suku Batak Karo, dilakukan studi kepustakaan.Hal ini sejalan dengan pendapat James D. (1994: 13), yang mengatakan bahwa pengumpulan atau inventarisasi folklor dapat dilakukan dengan dua macam, yakni: 1) pengumpulan semua judul karangan (buku dan artikel) yang pernah ditulis orang mengenai folklor Indonesia, untuk kemudian diterbitkan berupa buku bibliografi folklor Indonesia (baik yang beranotasi maupun tidak); 2) pengumpulan bahan-bahan folklor langsung dari tutur kata orang-orang anggota kelompok yang empunya folklor dan hasilnya kemudian diterbitkan atau diarsipkan. Metode pengumpulan pertama adalah penelitian di perpustakaan (library research) sedangkan metode pengumpulan dengan cara yang kedua disebut penelitian ditempat ( field research).

Tahap prapenelitian dilakukan untuk menentukan bentuk folklor mana yang akan diteliti, bagaimana cara memperoleh pengetahuan itu, apakah cukup dengan wawancara saja, atau perlu menggunakan alat perekam. Sesuai dengan hal ini, maka penelitian ini dilakukan khusus pada cerita prosa rakyat. Dari sekian banyak cerita prosa rakyat Batak Karo yang ada, peneliti hanya memilih dua cerita


(30)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

yang dianggap dapat mewakili keseluruhan cerita yang ada. Hal ini disesuaikan dengan pembagian cerita prosa rakyat menurut Bascom (1965b:4),

yang dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu: 1) mite (myth); 2) legenda (legend); dan 3) dongeng (folktale).

Tahap penelitian di tempat dilakukan untuk mengetahui siapa pewaris aktif cerita prosa rakyat itu, agar peneliti dapat menjalin hubungan yang harmonis untuk saling mempercayai. Dengan demikian, informan tidak merasa enggan untuk memberikan semua keterangan atau informasi yang dibutuhkan peneliti. Dalam pelaksanaan penelitian di tempat ini, peneliti memperoleh bahan melalui teknik wawancara yang disertai dengan pencatatan dan perekaman melalui tape recorder dan melakukan pemotretan dilokasi cerita. Wawancara dilakukan secara terarah maupun tidak terarah.

Semua hasil wawancara dicatat dengan keterangan lengkap pribadi informan. Peneliti meminta bagaimana tanggapan informan tentang nilai-nilai budaya yang terdapat dalam cerita prosa rakyat tersebut. Hal ini dilakukan dengan mengikuti pedoman wawancara dan mengedarkan angket yang telah disediakan sebagai instrumen penelitian.

Untuk tahap pembuatan naskah, semua bahan yang dikumpulkan diketik sesuai dengan bahasa aslinya untuk dianalisis.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data bertujuan untuk mengungkapkan proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam kategori dan satuan uraian, sehingga dapat ditemukan pokok yang dipermasalahkan dan pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan yang dilengkapi dengan data-data pendukung.

Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teknik analisis konteks yaitu teknik yang dipakai untuk mendeskripsikan cerita prosa rakyat tradisional berdasarkan cara-cara yang ditempuh dalam metode pengumpulan folklor untuk mengarsipkan.


(31)

41

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Langkah langkah yang dilakukan dalam penganalisisan dan penginterpreta sikan data adalah sebagai berikut;

a. Mendeskripsikan wujud struktur,fungsi,dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat tersebut

b. Mengelompokkan data berdasarkan masalah penelitian, yaitu berdasarkan struktur, alur (plot), tokoh, latar (setting),tema,dan amanat), nilai budaya yang terdapat dalam karya sastra dalam cerita rakyat tersebut

c. Menganalisis struktur,fungsi,dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat

d. Mendeskripsikan struktur,fungsi,dan nilai budaya yang terdapat dalam cerita rakyat

e. Membuat simpulan tentang hasil analisis terhadap karya sastra (cerita rakyat).

3.6.1 Analisis Struktur Legenda

Analisis struktur dalam penelitian ini, peneliti lakukan pada analisis tema, latar, tokoh, dan amanat. Sementara analisis alur peneliti lakukan dengan menggunakan teori struktural Levi-Strauss dengan memisahkan cerita menjadi Mytheme atau satuan peristiwa yang terkecil yang berformat pelaku melakukan suatu peristiwa. Setelah itu peneliti dapat menemukan berbagai mytheme.

3.6.2 Analisis Konteks Penuturan

Analisis Konteks Penuturan, secara teknis di lapangan akan ditemukan apakah ada konteks penuturan yang berkaitan dengan penuturan cerita, misalnya penuturnya siapa, umurnya, tempat tinggalnya dimana, serta posisinya sebagai apa yang berkaitan syarat tertentu.


(32)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

3.6.3 Analisis Nilai Budaya yang terdapat dalam Legenda

Analisis nilai budaya dilakukan setelah peneliti menganalisis struktur, konteks penuturan. Sistem nilai budaya yang merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Hal itu disebabkan karena nilai-nilai budaya itu merupakan konsep-konsep mengenai apa yang besar dari warga suatu masyarakat mengenai apa yang mereka anggap bernilai, berharga, dan penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan para warga masyarakat tadi (Koentjaraningrat, 1990:190). Sebuah nilai budaya memanglah bukan sesuatu yang konkret. Jadi konsep mengenai nilai budaya itu berada dalam benak manusia itu sendiri dan diharapkan dapat memberi arahan dalam hidup.

Dalam masyarakat terdapat nilai budaya tertentu, dimana antara nilai budaya yang satu dengan yang lain berkaitan membentuk suatu system. Kumpulan mengenai suatu budaya yang hidup dalam masyarakat merupakan pedoman dari konsep ideal dalam kebudayaan sehingga pendorong terhadap arah kehidupan warga masyarakat terhadap objek tertentu.

Dalam menganalisis nilai budaya, peneliti bertumpu pada lima pokok masalah dalam kehidupan manusia, seperti yang dikemukakan oleh Kluckhohn (dalam Koentjoroningrat, 1985: 28), yaitu

a. Masalah mengenai hakikat hidup manusia b. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia

c. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu

d. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan

e. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. Analisis nilai-nilai budaya peneliti lakukan berdasarkan satuan cerita atau Mytheme. Telah peneliti pilah, sehingga tidak menutup kemungkinan setiap mytheme, akan ada nilai budaya yang terbentuk.


(33)

43

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

3.6.4 Pemanfaatan Cerita sebagai Bahan Pembelajaran Sastra

Setelah peneliti menganalisis struktur, konteks, dan nilai budaya yang terkandung dalam legenda, peneliti ingin menyusun hasil analisis tersebut menjadi bahan pembelajaran sastra berupa Modul Pembelajaran Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap bahan yang ajar yang dibuat dengan menentukan KKM dan melihatnya apakah dapat dicapai KKM yang sudah ditentukan. Maka peneliti melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

3.6.5 Parameter Analisis Data

Tabel 3.1 Parameter Analisis Data

No. Variabel Unsur-unsur Aspek yang dianalisis 1 2 3 4

1. Struktur Legenda

Alur a. Menentukan peristiwa terkecil (mytheme). Dari pola itu, dapat terlihat nilai budaya dalam cerita

b. Makna hubungan dalam peristiwa.

Tokoh a. Nama tokoh

b. Fisik tokoh

c. Karakter tokoh berdasarkan perilaku dalam cerita

Latar a. Latar tempat

b. Latar waktu c. Latar suasana

Tema Makna cerita atau gagasan utama cerita atau makna hasil pengalaman hidup manusia tercermin dalam tokoh

Amanat Pesan yang terkandung dalam cerita 2. Konteks

Penuturan

Penutur Nama penutur, profesi, umur, alamat. Kesempatan

bercerita

Waktu dan tempat cerita tersebut diceritakan


(34)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

diceritakan berdasarkan pendapat penutur dan isi cerita (tema dan amanat)

Hubungan cerita dengan

lingkungan

Hubungan cerita dengan masyarakat dan tempat yang diceritakan dalam legenda 3. Fungsi Cerita Berdasarkan

Penutur

Manfaat cerita sesuai dengan pendapat penutur cerita

Berdasarkan isi cerita

Manfaat cerita sesuai dengan tema dan amanat yang muncul dalam cerita

4. Nilai Budaya Hubungan dengan Tuhan

Hubungan Vertikal antara manusia dengan Tuhannya

Hubungan dengan sesama manusia

Hubungan horizontal antara sesama manusia

Hubungan dengan alam

Perilaku tokoh dalam memanfaatkan alam untuk kehidupannya

Hubungan dengan waktu

Perilaku tokoh dalam memanfaatkan waktu kehidupannya

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau mendapatkan data (Sudaryanto, 1988:9), Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri, karena peneliti berperan sebagai pengamat penuh. Hal ini diperkuat oleh pendapat Moleong (2000:419), dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, dan akhirnya sebagai pelapor hasil penelitian.

Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti sendiri. Tetapi setelah masalahnya jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrument.


(35)

45

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan instrument pedoman wawancara berisi hal-hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan wawancara termasuk daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada responden

3.7.1 Kisi-kisi Instrumen Pengumpulan Data Tabel 3.2

Kisi kisi Instrument Pengumpulan Data

Legenda terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling di Kabupaten Karo

No Rumusan Masalah Indikator Butir Instrumen 1 2 3 4 1 Bagaimana struktur

legenda di Kabupaten Karo?

Menjelaskan tentang tokoh, latar, tema, dan amanat

1. Apakah anda mengetahui legenda terjadinya Lau Kawar dan Bukit Gundaling di daerah ini?

2. Siapakah yang diceritakan dalam legenda tersebut?

3. Kapan legenda tersebut terjadi? 4. Legenda ini menceritakan

tentang apa?

5. Apakah amanat yang terkandung dalam cerita tersebut?

2 Bagaimana konteks penuturan, fungsi cerita, dan nilai budaya terkandung dalam legenda

Menjelaskan fungsi cerita, bentuk penuturan, dan nilai budaya yang terkandung dalam legenda

6. Dengan cara apa anda mengetahui legenda tersebut? 7. Apakah ada hubungan

kekeluargaan anda dengan informan?

8. Apakah anda masih bersedia menuturkan cerita legenda terjadinya Lau Kawar dan Bukit Gundaling kepada banyak orang

9. Jika ya, pada kesempaten seperti apakah anda menuturkan cerita itu?

10. Apakah memerlukan tempat dan waktu khusus untuk menceritakannya?

11. Apakah fungsi cerita ini untuk masyarakat?


(36)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

tercermin dalam cerita ini? 13. Apakah ada pengaruhnya cerita

terjadinya Lau Kawar dan Bukit Gundaling untuk masyarakat.

3 Bagaimana pemanfaatannya sebagai bahan ajar

Menjelaskan pemanfaatan cerita rakyat sebagai bahan ajar

14. Bagaimanakah pendapat anda tentang pentingnya legenda ini untuk dilestarikan?

15. Menurut Pendapat anda apakah cerita ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar?

3.7.2 Bentuk Instrumen

Tabel 3.3

Bentuk Instrumen dalam Analisis Unsur-unsur Legenda

No. Jenis Analisis Deskripsi Kutipan Cerita 1 2 3 4 1. Alur

2. Tokoh 3. Latar

a. Latar Tempat b. Latar Waktu c. Latar Suasana 4. Tema dan Amanat

a. Tema b. Amanat

Analisis digunakan dengan menggunakan teori Claude Levi- Strauss

3.7.3. Instrumen Analisis Alur berdasarkan Teori Claude Levi-Strauss 3.7.3.1Kajian Teoritis

Kajian struktural yang digunakan adalah analisis struktural Levi-Strauss. Alasan peneliti memilih kajian struktural model Levi-Strauss adalah karena secara teknis analisis cerita harus dipisahkan menjadi bagian peristiwa yang terkecil (mytheme), yang juga berupa kalimat atau rangkaian kata-kata dalam cerita tersebut, sehingga peneliti yakin bahwa analisis model Levi-Strauss dapat menggali aspek-aspek nilai budaya, fungsi, dan konteks penuturan dalam kehidupan masyarakat karo.


(37)

47

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

3.7.3.2Langkah-langkah

Langkah-langkah kajian struktural yakni,

a. Apabila cerita terlalu panjang dibagi menjadi beberapa episode

b. Setiap episode dipisahkan menjadi peristiwa-peristiwa atau disebut miteme

c. Mencari hubungan unsur antara satu peristiwa dengan peristiwa yang lain d. Mencari hubungan unsur antara satu episode dengan episode yang lain e. Peristiwa-peristiwa itu kemudian dituangkan dalam skema yang

menggambarkan hubungan antar unsur secara sintagmatik dan paradigmatik.

3.7.3.3Bentuk Instrumen

Tabel 3.4

Bagan Analisis Hubungan Sintagmatik dan Paradigmatik Hubungan Sintagmatik

Peristiwa 1

Peristiwa 2

Peristiwa 3

Peristiwa 4

Peristiwa 5 Relasi antar

unsur

Relasi antar unsur

Relasi antar unsur

Relasi antar unsur

Relasi antar unsur

3.7.4 Instrumen Analisis Konteks dan Fungsi 3.7.4.1 Kajian Teoritis

Konteks Penuturan adalah lingkungan atau tempat peristiwa percakapan berlangsung, Malinowski (Badrun, 2003:38). Melalui pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa konteks penuturan dapat diartikan sebagai lingkungan penceritaan. Lingkungan penceritaan ini mencakup penutur, kesempatan bercerita, tujuan bercerita, dan hubungan cerita dengan masyarakatnya.


(38)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

1. Penutur

Penutur cerita adalah orang-orang yang menuturkan cerita baik laki-laki atau Perempuan yang mengetahui isi cerita. Masyarakat pendukung tradisi lisan dapat dibagi menjadi dua yaitu, pendukung aktif adalah kuncen, orang yang biasa memimpin upacara kenduri, dan orang-orang yang dituakan atau dihormati oleh masyarakat dan pendukung pasif adalah kelompok masyarakat dari kalangan biasa yang merupakan masyarakat kolektif pendukung dan pemilik dari cerita tersebut (Rusyana, 1981 : 45).

2. Kesempatan Bercerita

Kesempatan bercerita memiliki waktu-waktu dan norma tertentu. Rusyana (1978:10) membagi kesempatan berbicara dalam beberapa kesempatan, yaitu

a. Pada waktu mengobrol antara dua orang atau lebih

b. Pada waktu berkumpul misalnya hari lebaran, melayat orang meninggal, rapat desa, dan pada waktu kedatangan tamu pembesar

c. Pada waktu sedang bekerja atau dalam perjalanan

d. Pada waktu ada orang menanyakan asal-usul benda, nama tempat, dan sejarah.

3. Tujuan Bercerita

Tujuan bercerita umumnya ingin menyebarkan atau memperkenalkan cerita tersebut agar tetap hidup di lingkungan masyarakat pemiliknya, baik dari masyarakat lampau, kini, dan masyarakat yang akan datang. Rusyana (1978:7) menyatakan bahwa tujuan bercerita adalah:

a. Agar orang mengetahui dan menghargai jasa orang yang telah melakukan perbuatan yang bermanfaat bagi umum

b. Agar anak-cucu mengetahui asal-usul nenek moyangnya

c. Agar orang mengetahui hubungan kekerabatan, walaupun telah terpisah karena mengembara ke tempat lain, hubungan itu tidak terputus

d. Agar orang mengetahui bagaimana asal mula sebuah tempat dibangun dengan penuh kesukaran


(39)

49

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

e. Agar orang mengetahui keadaan kampung halamannya, baik keadaan alamnya maupun adat kebiasaannya

f. Agar orang mengetahui benda-benda pusaka di suatu tempat

g. Agar orang mengambil pengalaman dari perbuatan orang terdahulu sehingga dapat bertindak dengan selamat

h. Agar orang terhibur.

3.7.4.2Langkah-Langkah

Dalam menganalisis konteks penuturan dan fungsi, peneliti mengidentifika sikannya dari masing-masing cerita, kemudian memasukkannya ke dalam instrument dan dideskripsikan.

3.7.5 Instrumen Analisis Nilai Budaya 3.7.5.1 Kajian Teoritis

Kluckhohn (dalam Koentjoroningrat, 1985: 28) menyatakan bahwa semua sistem nilai. Nilai budaya dalam semua kebudayaan adalah berkaitan dengan lima pokok masalah dalam kehidupan manusia yaitu:

1. Masalah mengenai hakikat hidup manusia 2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia

3. Masalah mengenai hakikat dari kedudukan manusia dalam ruang dan waktu

4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, dan

5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya.

3.7.5.2 Langkah-Langkah

Langkah-langkah menganalisis nilai budaya sesuai dengan lima pokok yang diutarakan oleh Kluckhon, kemudian peneliti mendeskripsikannya ke dalam tabel instrument.


(40)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

3.7.5.3 Bentuk Instrumen

Tabel 3.5

Bentuk Instrumen dalam Analisis Nilai Budaya

No.

Nilai Budaya Deskripsi Nilai Budaya 1 2 3

1. Hakikat hidup manusia (hubungan manusia dengan penciptanya)

2. Hakikat hubungan manusia dengan sesamanya (hubungan manusia dengan sesama makhluk)

3. Hakikat karya manusia (hubungan manusia dengan karyanya)

4. Hakikat hubungan manusia dengan alam sekitar (hubungan manusia dengan alam sekitar)

5. Hakikat kedudukan manusia dalam ruang waktu (hubungan manusia dengan waktu)


(41)

51

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

3.8 Alur Penelitian

Alur penelitian dapat tergambar pada skema berikut ini. Nilai Budaya Masyarakat

Karo yang mulai dilupakan

Tercermin dalam Cerita Rakyat

Rumusan Masalah

1. Struktur Legenda

2. Konteks Penuturan, Fungsi, dan Nilai Budaya

3. Pemanfaatannya Sebagai Bahan Ajar

Teori: Folklor, Tradisi Lisan, Sastra Lisan, Cerita Rakyat, Struktur, Nilai budaya, dan bahan ajar

Metode Penelitian: Pendekatan Kualitatif dan Metode Deskriptif

Instrumen Penelitian

Bentuk Struktur, Konteks Penuturan, Fungsi, dan Nilai Budaya

Bahan Ajar

Kompetensi Dasar Standar Kompetensi


(42)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP


(43)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

BAB 5

PEMANFAATAN HASIL ANALISIS LEGENDA SEBAGAI

BAHAN AJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA DAN

SASTRA INDONESIA

5.1 Pengantar

Pada sub bab ini peneliti memanfaatkan hasil analisis terhadap legenda terjadinya Danau Lau Kawar dan Bukit Gundaling yang telah dilakukan diatas sebagai bahan ajar pada mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Menengah Pertama.

Standar isi struktur kurikulum SMP mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa pelajaran Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib bagi seluruh peserta didik. Kaitan dengan penelitian ini adalah pada aspek keterampilan mendengarkan, yaitu SK (Standar Kompetensi) memahami cerita rakyat yang dituturkan dan KD (Kompetensi Dasar) menemukakan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan melalui rekaman. Hal ini menunjukkan adanya kegiatan apresiasi sastra dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan demikian, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar tersebut dipandang cocok untuk dijadikan sarana pemanfaatan hasil analisis data dalam pembelajaran sastra di Sekolah Menengah Pertama.

Peneliti menggunakan modul pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pemanfaatan hasil analisis legenda sebagai bahan ajar.

Modul pembelajaran merupakan paket belajar mandiri yang meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan dan dirancang secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar.

Suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu

yang disusun secara sistematis, operasional, dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru


(44)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Tujuan membuat modul pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara optimal.

Karakteristik modul pembelajaran adalah

a. Setiap modul harus memberikan informasi dan memberikan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh seorang peserta didik bagaimana melakukannya, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.

b. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.

c. Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif.

d. Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan kapan mengakhiri suatu modul, dan tidak menimbulkan pertanyaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

e. Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.

Komponen modul pembelajaran adalah a.Lembar kegiatan peserta didik

b.Lembar kerja c.Kunci lembar kerja d.Lembar soal e.Lembar jawaban f.Kunci jawaban


(45)

139

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

5.2 Penyusunan RPP Legenda Danau Lau Kawar

Nama Sekolah : SMP Negeri I SimpangEmpat Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra :Indonesia Kelas/ Semester : 1X /2

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit Standard Kompetensi : Mendengarkan

13. Memahami cerita rakyat yang dituturkan melalui kegiatan mendengarkan pembacaan cerita rakyat

Kompetensi Dasar :

13.1 Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.

13.2 Menjelaskan alur peristiwa cerita rakyat. Tujuan Pembelajaran :

Setelah membaca, siswa mampu meningkatkan pemahaman mendengarkan cerita rakyat:

1. Siswa mampu menjelaskan tokoh cerita rakyat dan karakteristiknya 2. Siswa mampu menjelaskan nilai budaya yang tercermin dari cerita rakyat 3. Siswa dapat menuliskan kembali isi cerita rakyat

I. Materi ajar : Cerita Rakyat dan Legenda

II. KKM : 70

III. Kegiatan Pembelajaran:

a. Pendekatan : Pendekatan keterampilan menganalisis b. Metode : Tanya jawab dan inkuiri


(46)

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

a. Media : Buku cerita


(47)

141

Ginting Br Dameria, 2014

Struktur,fungsi,nilai budaya dalam cerita rakyat di Kabupaten Karo serta penerapan hasilnya dalam menyusun bahan pembelajaran sstra di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

A. Tujuan atau Kegiatan Awal 1. Deskripsi

Guru mengucapkan salam kepada siswa dan mengapa kemudian meminta siswa berdoa sebelum memulai pembelajaran dengan dipimpin ketua kelas, selain itu mengecek kehadiran siswa.

2. Relevansi

Sebelum menceritakan cerita rakyat, guru menyiapkan kumpulan cerita rakyat Karo.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran, KD yang harus dicapai siswa dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

B. Penyajian/kegiatan inti Eksplorasi

a. Guru melakukan apersepsi dengan menggali pengetahuan awal siswa mengenai cerita rakyat

b. Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang manfaat cerita rakyat dipelajari

c. Guru menggali pengetahuan awal siswa tentang nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerita rakyat.

Elaborasi

a. Siswa menemukan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat b. Siswa menemukan watak tokoh dalam cerita rakyat c. Siswa menemukan nilai budaya dalam cerita rakyat.

d. Siswa menulis kembali hasil kerjanya di buku catataanya masing-masing. e. Siswa mengambil hikmah dari cerita rakyat yang telah dibahas.

Konfirmasi

a. Siswa diberikan umpan balik berupa pertanyaan untuk mengetahui pemahaman siswa

b. Guru memberikan penguatan terhadap siswa bahwa nilai budaya yang positif dapat kita contoh dalam kehidupan sekarang


(1)

175


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrosyid. Wordpress. Com / 2009/ 07/ 29. Unsur-unsur instrinsik dalam

prosa. [Februari 05, 2014].

Ahimsa-Putra, H. S. (2013). Strukturalisme levi-strauss, mitos dan karya sastra. Yogyakarta: KEPEL PRESS.

Aminuddin. (1995). Pengantar apresisai karya sastra. Bandung: Sinar Baru. Andriana, A. (2010). Curug santri di kabupaten karawang: analisis struktur,

konteks penuturan, dan fungsi sosial skripsi di FPBS UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Arikunto, S. (1998). Produser penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Badrun, A. (2003). “Patu mbojo: Struktur, konteks pertunjukan, proses

penciptaan, dan fungsi” Disertasi pada program pasca sarjana FIPB Universitas Indonesia Jakarta: tidak diterbitkan.

Bascom, W.R. (1965a). “Four function for folklore. in Alan Dundes, (Ed). The studi of folklore”. Englewood (Liffts, N.): Prentice Hall Inc.

Bascom, W. (1985) “The forms of folkore: prose narrative”. Journal of American Folkore.Vol. 78.No. 307.

Brunvand, J. H. (1968). The study of american folklore: an introduction. New York: W.W. Norton & Co. Ltd.

Bunanta, M. (1998).Problematika penulisan cerita rakyat untuk anak di

indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain, Jakarta: Grafiti Press.

Danandjaja, J. (1997). “Kegunaan folklor sebagai sumber sejarah lokal desa- desa di indonesia”, dalam Sutrisno, dkk. (Eds.). (1991). Bahasa, Sastra, Budaya Budaya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(3)

176

Danandjaja, J. (2002). Folklor indonesia, ilmu gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Diknas. (2004). Pedoman umum pengembangan bahan ajar. Jakarta: Ditjen Dikdasmenum.

Djamaris, E. (1984). Menggali khazanah sastra melayu klasik. Jakarta: Depdikbud.

Dorson, R. M. (1972). Folklor & folklife: An Introduction. Chicago: The University of Chicago Press.

Dundes, A. (Eds). (1965). The studi of folklore. Englewood Cliffs, N. J.: Prentice- Hall. Inc.

Galla, A. (2001). Guidebook for the participation of young people in haritage

conservation. Brisbane: Hall and Jones Advertising.

Hutomo, S. S. (1991). Mutiara yang terlupakan: pengantar studi sastra lisan. Surabaya: HISKI Komisariat Jawa Timur

James, D. (1994). Folklor Indonesia: ilmu gossip, dongeng, dan lain lain. Jakarta: Graffiti.

Johnson, L.A. 2008. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta: Indeks.

Koentjaraningrat, (1981).Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Koencaraningrat, D.K.E. (1985). Aspek manusia dalam penelitian masyarakat. Jakarta: Kerjasama Yayasan Obor Indonesia dengan PT. Gramedia.

Koentjaraningrat. (2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta. Leach, M. & Jerome, F. (1949). Dictionary of folklore, mythology, and legend.

New York: Funk & Wagnall’s Company.

Majid, A. (2007). Perencanaan pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moleong, L. J. (2000). Metodologi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja


(4)

Nj. Darus. Blogspot.Com/ 2013/ Karakteristik penelitian kualitatif Html [Januari 08, 2014].

Noor, R. M. (2011). Pendidikan karakter berbasis sastra: solusi pendidikan moral

yang efektif. Yogyakarta: Ar. Ruzz Media.

Nuraeni,H.G. dan Alpan, M. (2013). Studi budaya di indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nurgiyantoro, B. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Yogyakarta University Press.

Nurgiyantoro. (2002). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta : UGM Press.

Oemarjati, B.S.(1992). Dengan sastra mencerdaskan siswa: memperkaya

pengalaman dan pengetahuan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Pannen, P.(2001). Penulisan bahan ajar. Jakarta: Depdiknas. Pemda Kabupaten Karo dalam Angka. (2012).

Pradopo, R. D. (2009). Beberapa teori sastra, metode kritik, dan penerapannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Prastowo, A. 2011. Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta: Diva Press.

Propp, V. (1987). Morfologi cerita rakyat. (Terjemahan Noriah Taslim). Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Rafiek, M. (2012). Teori sastra : kajian teori dan praktik. Bandung : PT Refika Aditama.

Rahmanto, B. (1988). Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Ranjabar, J. (2006). Sistem sosial budaya indonesia (suatu pengantar). Bandung: Penerbit Ghalia Indonesia.

Ratna. N.K. (2008). Penelitian sastra: teori, metode, dan teknik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Robson, A.D. (1988). Pengkajian sastra-sastra tradisional indonesia. Jakarta: P3B


(5)

178

Rosidi, A. (1990). Sastra indonesia dan sastra daerah.makalah dalam rangka

kongres bahasa indonesia V. Penyunting S. R. H. Sitanggang, dkk.

Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Rusyana, Y. dan Ami R. (1978). Sastra lisan sunda: cerita karuhun, kojajaden,

dan dedemit. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan bahasa.

Depdikbud.

Rusyana, Y. (1981). Cerita rakyat nusantara. himpunan makalah tentang cerita

rakyat. Bandung: FKSS

Rusyana, Y. (1981). Sastra lisan nusantara. Bandung: CV. Diponegora. Rusyana, Y.(1984). Metode pengajaran sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Saini, K. M. dan Jakob, S. (1989). Protes sosial dalam sastra. Bandung: Angkasa. Sarumpaet, R.K.T. (2003). Sastra masuk sekolah. Magelang: Indonesia Tera. Sedyawati, E. (1996). Kedudukan tradisi lisan dalam ilmu sosial dan

ilmu-ilmu budaya. Warta ATL.

Sitepu. D. (2007). Himpunan buku legenda karo. Berastagi: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Karo.

Sitepu. R. Dkk. (2010). Bahasa dan budaya daerah karo. Kabanjahe: Sitepu Rg. Sudaryanto. (1988). Metode linguistik bagian kedua metode dan aneka teknik

pengumpulan data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sudjiman, P. (1988). Memahami cerita rekaan. Jakarta; Pustaka Jaya.

Sugiharto, A. dan Widyawati. (2007). Makalah pada jurusan bahasa dan sastra

indonesia. Semarang: Universitas Diponegoro.

Sugiyono. (2008). Metode penelitian kualitataif, kualitatif dan r & d. Bandung: CV. ALFABETA.

Sumantri, E. dan Sofyan S. (2006). Konsep dasar pendidikan nilai. Bandung: Pribumi Mekar.

Surakhmad, W. (1980). Metodologi pengajaran nasional. Bandung: Jemmars. Surakhmad, W. (1994). Pengantar penelitian ilmiah: dasar, metoda, teknik.


(6)

Sutjipta, N & S. 2006. Membuat bahan Ajar. Denpasar: LP3 UNUD. Teeuw, A. (1980). Tergantung pada kata. Jakarta: Pustaka Jaya. Teeuw, A. (1988). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Ucu. (2013). Legenda di kabupaten bandung barat: struktur, nilai budaya,

konteks penuturan, dan fungsi serta pemanfaatannya sebagai bahan ajar apresiasi sastra di SMA kelas X. Bandung: UPI.

Wellek, R. & Warren, A. (1993). Teori kesusastraan. Diindonesiakan oleh Melani Budinatsa. Jakarta: Gramedia.

Yosiabdiantindaon. Blogspot. Com /2012/ 04/. Pinsip-prinsip dalam memilih


Dokumen yang terkait

STRUKTUR, FUNGSI, DAN NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT KABUPATEN BANGKA SERTA PEMANFAATANNYA UNTUK MENYUSUN BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMA.

1 35 17

KAJIAN STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN NILAI –NILAI DALAM NYANYIAN RAKYAT SUBANG SERTA PEMANFAATAN HASILNYA BAGI PROGRAM EKSTRAKURIKULER DI SMK DARUL MA’ARIF PAMANUKAN.

2 9 24

KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK KOLECER DAN HARI RAYA HANTU DAN PEMANFAATAN HASIL UNTUK MENYUSUN BAHAN AJAR DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP.

2 11 79

NALISIS STRUKTUR DAN NILAI BUDAYA DALAM CERITA RAKYAT MASYARAKAT WAKORUMBA SELATAN DI SULAWESI TENGGARA SERTA MODEL PELESTARIANNYA.

2 59 46

Kata kunci: Nilai Budaya, Cerita Rakyat, Suku Tolaki, dan Sosiologi Sastra Pendahuluan - NILAI-NILAI BUDAYA DALAM TIGA CERITA RAKYAT TOLAKI (PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA)

0 1 17

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT KALANTIKA SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN AJAR DI SMP

0 0 16

WUJUD BUDAYA DAN NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM CERITA RAKYAT KABUPATEN PACITAN SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP (Kajian Antropologi Sastra) - UNS Institutional Repository

0 0 18

KAJIAN STRUKTURAL CERITA DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATEN KEBUMEN DAN RELEVANSINYA DENGAN MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

0 2 18

1. Hakikat Folklor - KAJIAN STRUKTUR DAN NILAI EDUKATIF DALAM CERITA RAKYAT DI KABUPATEN TASIKMALAYA SERTA RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP KELAS VII SEMESTER 2 - repository perpustakaan

0 5 57

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM CERITA RAKYAT BALANG KESIMBAR DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMP

0 7 99