KAJIAN STRUKTUR, KONTEKS, FUNGSI, DAN NILAI –NILAI DALAM NYANYIAN RAKYAT SUBANG SERTA PEMANFAATAN HASILNYA BAGI PROGRAM EKSTRAKURIKULER DI SMK DARUL MA’ARIF PAMANUKAN.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Kajian Struktur, Konteks, Fungsi, dan Nilai-nilai dalam Nyanyian Rakyat Subang serta Pemanfaatan Hasilnya bagi Program

Ekstrakurikuler Di SMK Darul Ma’arif Pamanukan”. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh keberadaan nyanyian rakyat yang langka dan

memungkinkan akan punah. Padahal, nyanyian rakyat Subang itu sendiri mempunyai banyak manfaat dan nilai-nilai yang dapat dipelajari dan dipahami.

Penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan struktur pembangun nyanyian rakyat di Subang; 2) mendeskripsikan konteks penuturan nyanyian rakyat pada masyarakat Subang; 3) mendeskripsikan fungsi nyanyian rakyat pada masyarakat Subang; 4) mendeskripsikan nilai-nilai yang terdapat dalam Nyayian Rakyat Subang; 5) mendeskripsikan upaya pelestarian nyanyian rakyat Subang dalam bentuk program ekstrakurikuler.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriftif. Metode tersebut dimaksudkan untuk memahami fenomena serta mendeskripsikan mengenai data yang dikumpulkan secara alamiah tentang nyanyian rakyat Subang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi, wawancara, serta studi dokumen. Intrumen yang digunakan adalah peneliti itu sendiri diantaranya 1) pedoman wawancara 2) catatan lapangan; 3) alat perekam. Sumber data yang digunakan yaitu teks dan konteks nyanyian rakyat Subang.

Hasil penelitian menujukan bahwa, struktur teks nyanyian rakyat Subang sebagian besar memiliki struktur yang tidak lengkap dalam setiap kalimatnya, yang merupakan kalimat tunggal dan kalimat majemuk; formula bunyi terdiri dari pengulangan bunyi vokal dan aliterasi dengan irama antar baris yang monoton; gaya bahasanya menggunakan larik nyanyian bermakna denotasi dan konotasi dengan beberapa majas (metafora, repetisi, dan personifikasi).

Konteks nyanyian Subang dapat dinyanyikan oleh siapapun, waktu dan tempat dituturkan nyanyian rakyat tersebut, sesuai dengan jenis nyanyiannya. Proses penciptaan nyanyian pada situasi spontan dan terstruktur, serta pewarisannya secara vertikal dan horizontal. Fungsi nyanyian rakyat Subang antara lain, fungsi hiburan, sebagai alat pendidikan, sebagai alat permohonan, sebagai alat menasihati, sebagai alat filosofis, fungsi sosial, sebagai alat untuk mencintai alam sekitar, dan sebagai alat pelestarian kebudayaan masyarakat. Nilai-nilai yang terkandung yakni, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai moral. Upaya pelestariannya yaitu dengan cara memanfaatkan nyanyian rakyat untuk program ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Kejuruan.


(2)

ABSTRACT

The research is titled “A Study of the Structure, Context, Function, and Values of Subang Folk Songs and Their Uses through an Extracurricular Program in SMK1Darul Ma’arif Pamanukan.” It is prompted by the fact that folk songs are endangered and on the verge of extinction. Meanwhile, in fact, Subang folk songs provide various benefits and values to be learned and comprehended.

Thus, the research aims to 1) describe the structure building folk songs in Subang; 2) describe the narrative context of folk songs in Subang communities; 3) describe the function of folk songs in Subang communities; 4) describe the values contained in Subang folk songs; 5) describe the efforts of sustaining Subang folk songs in the form of extracurricular program.

The research adopted qualitative design with descriptive-analytical method. The method was intended to comprehend the phenomenon under research as well as describing the data collected naturally pertaining to Subang folk songs. The data were collected by means of observation, interview, and documentary analysis. The instrument used consisted of the researcher aided by 1) interview guidelines; 2) field notes; 3) recording equipment. Data sources were taken from the texts and contexts of Subang folk songs.

Research results reveal that structurally the texts of Subang folk songs are composed of incomplete/unfinished sentence, just one sentence and complex sentence; the sound formulas consist of repetition of vowels and alliteration with monotonous rhymes across lines; the style of the language adopts song lyrics with denotative and connotative meanings employing several tropes (metaphors, repetition, and personification).

Contextually, Subang folk songs can be sung by anyone, and the time and place for the narration of the folk songs are suited to the song types. Process creation folk songs at situation off the cuff and structure and also endowment its in vertical and horizontal. Subang folk songs serve the functions of entertainment, means of education, means of supplication, means of mutual advising, philosophical means, social means, and means of environmental concern as well as preservation of the community culture. The values contained in the songs are religious, educative, social, cultural, aesthetic, and moral values. Finally, one the efforts of sustaining the songs is by taking advantage of the folk songs for an extracurricular program in a vocational high school.


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………...i

LEMBAR PENGESAHAN………...ii

LEMBAR PERNYATAAN...iii

KATA PENGANTAR...iv

UCAPAN TERIMA KASIH………...v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN………...viii

ABSTRAK ………...ix

DAFTAR ISI………xi

DAFTAR SINGKATAN………...xv

DAFTAR GAMBAR………xvi

DAFTAR TABEL………...xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Penelitian...1

1.2Identifikasi Masalah……….……….6

1.3Rumusan Masalah Penelitian...6

1.4Tujuan Penelitian...7

1.5Manfaat Penelitian...7

1.6Stuktur Penelitian ...8

BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1Nyanyian Rakyat Subang sebagai Bagian dari Sastra Lisan...9

2.1.1 Jenis-jenis Nyanyian Rakyat ………...11

2.1.2 Fungsi Nyanyian Rakyat ...14

2.2Struktur Teks………...15

2.2.1 Formula Formulaik...16

2.2.2 Formula Sintaksis...17


(4)

2.2.3.1Asonansi dan Aliterasi……...20

2.2.3.2Rima………...20

2.2.3.3Irama...21

2.3Gaya Bahasa...22

2.3.1 Pilihan Kata (Diksi)...22

2.3.2 Paralelisme...23

2.3.3 Majas...23

2.4Konteks Penuturan...26

2.5Proses Penciptaan……….………...27

2.6Fungsi………...………...28

2.7Nilai dan Klasifikasi Nilai...30

2.7.1 Hakikat Nilai……….……….30

2.7.2 Klasifikasi Nilai-nilai……….……...32

2.8Upaya Pelestarian Nyanyian sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler di SMK ...37

2.8.1 Pengertian Ekstrakurikuler………37

2.8.2 Tujuan Ekstrakurikuler………..39

2.8.3 Jenis Kegiatan Ekstrakurikuler………..40

2.9Penelitian yang Relevan……….42

2.10 Posisi Teoretis Peneliti....………..…...……44

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1Desain Penelitian...46

3.2Partisipan dan Tempat Penelitian...47

3.3Pengumpulan Data……….……..49

3.3.1 Observasi….………...51

3.3.2 Wawancara…….………....51

3.3.3 Studi Dokumen……….…….………54

3.3.4 Teknik Analisis Data……….……….………56

3.4Isu Etik………57


(5)

BAB 4 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

4.1Letak Geografis dan Deskripsi Nyanyian Rakyat Subang……….……59

4.1.1 Letak Geografis.. ………..59

4.1.2 Deskripsi Nyanyian Rakyat Subang………..60

4.1.3 Teks Nyanyian Rakyat Subang...………...60

4.2Analisis Teks Nyanyian Rakyat “Bedug jeung Layung (NBL)”………65

4.2.1 Aspek Sintaksis………...66

4.2.2 Aspek Bunyi ………..…...70

4.2.3 Gaya Bahasa …………...76

4.3Analisis Teks Nyanyian “Paré”...78

4.3.1 Aspek Sintaksis ...79

4.3.2 Aspek Bunyi ...84

4.3.3 Gaya Bahasa ...90

4.4Analisis Teks Nyanyian “Tangkal Buah”...92

4.4.1 Aspek Sintaksis ...92

4.4.2 Aspek Bunyi …………...96

4.4.3 Gaya Bahasa …………...102

4.5Hasil Analisis Teks Nyanyian “Sampurasun”...103

4.5.1 Aspek Sintaksis ...104

4.5.2 Aspek Bunyi ...110

4.5.3 Gaya Bahasa ...116

4.6Analisis Konteks Penuturan ...118

4.7Analisis Proses Penciptaan………...132

4.8Analisis Fungsi ...133

4.9Analisis Nilai-nilai………...……….141

4.10 Rangkuman Hasil Analisis………..151 4.10.1 Rangkuman Hasil Analisis Struktur……….151

4.10.2 Rangkuman Hasil Analisis Konteks Penuturan………160

4.10.3 Rangkuman Hasil Analisis Proses Penciptaan………..161

4.10.4 Rangkuman Hasil Analisis Fungsi………162


(6)

4.11 Pembahasan Hasil Analisis...164

4.11.1 Pembahasan Hasil Analisis Struktur……….………...164

4.11.2 Pembahasan Hasil Analisis Konteks...176

4.11.3 Pembahasan Hasil Analisis Proses Penciptaan………177

4.11.4 Pembahasan Hasil Analisis Fungsi...178

4.11.5 Pembahasan Hasil Analisis Nilai-nilai………181

BAB 5. PEMANFAATAN NYANYIAN RAKYAT UNTUK PROGRAM EKSTRAKURIKULER DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN…….….186

5.1Program Ekstrakurikuler Di Sekolah Menengah Kejuruan……….186

5.1.1 Latar Belakang………186

5.1.2 Landasan Hukum………188

5.1.3 Pelaksanaan Ekstrakurikuler………...188

5.1.4 Tujuan Kegiatan Ekstrakurikuler………189

5.1.5 Rancangan Program Kerja Ekstrakurikuler di SMK………...190

5.2 Penutup………...200

BAB 6 SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 6.1Simpulan...201

6.1.1 Struktur Teks Nyanyian Rakyat Subang………...201

6.1.2 Konteks Penuturan…..……….………...202

6.1.3 Proses Penuturan………..203

6.1.4 Fungsi Nyanyian Rakyat Subang……….203

6.1.5 Nilai-Nilai Nyanyian Rakyat Subang...204

6.1.6 Pemanfaatannya untuk Program Ekstrakurikuler…….……….……204

6.2Implikasi dan Rekomendaasi………...205

DAFTAR PUSTAKA………..206

LAMPIRAN………210


(7)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum, metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi gambaran penelitian. Sekaitan dengan metodologi penelitian sastra, Endraswara (2013, hlm. 8) mengemukakan bahwa metode penelitian sastra adalah cara yang dipilih oleh peneliti dengan mempertimbangkan bentuk, isi, dan sifat sastra sebagai subjek kajian. Berdasarkan hal itu, pembahasan pada bab 3 mencakup: desain penelitian, partisipan dan tempat penelitian, teknik pengumpulan data, analisi data, isu etik, dan alur penelitian yang berkaitan dengan penelitian.

3.1Desain Penelitian

Desain dari penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Format desain penelitian kualitatif secara teoretis berbeda dengan format penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menafsirkan fenomena yang terjadi dengan menggunakan latar belakang ilmiah dalam bentuk kata-kata dan bahasa melalui berbagai metode ilmiah. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Hal itu sesuai dengan beberapa pendapat tentang penelitian kualitatif. Moleong (2014, hlm. 5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Sejalan dengan yang dikemukakan Moleong, Sugiyono (2013, hlm. 15) berpendapat bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci. Dengan demikian, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang memahami fenomena dalam berbagai hal yang terkait dengan fenomena tersebut, yang digunakan untuk meneliti objek yang


(8)

47

ilmian dalam bentuk kata-kata dan bahasa. Selanjutnya, dalam penelitian ini akan mendeskripsikan mengenai data yang dikumpulkan secara alamiah mengenai nyanyian rakyat Subang.

3.2Partisipan dan Tempat Penelitian

Sasaran penelitian tak tergantung pada judul dan topik penelitian, tetapi secara konkret tergambarkan dalam rumusan masalah penelitian. Sedangkan informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian. Partisipan atau informan dalam penelitian ini adalah sebagian masyarakat kecamatan Pamanukan dan kecamatan Purwadadi. Jumlah yang terlibat adalah 5 orang. Mereka berstatus sebagai tokoh budaya, masyarakat biasa, tokoh agama, dan beberapa guru. Partisipan ini dipilih atas dasar pertimbangan bahwa merekalah memungkinkan mengetahui informasi lebih dalam tentang nyanyian rakyat yang ada di masyarakat, serta dapat membantu mengungkap teks dan memahami isi nyanyian tersebut. Selanjutnya, keterlibatan guru sebagai partisipan dimaksudkan agar peneliti mengetahui informasi tentang keberadaan nyanyian rakyat dalam dunia pendidikan, dan kebermanfaatan untuk dunia pendidikan.

Seperti yang telah disinggung di atas, bahwa penelitian ini dilakukan di desa Mulyasari kecamatan Pamanukan dan desa Pagon kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Letak geografis kecamatan Pamanukan dalam Kabupaten Subang yakni berada di wilayah utara, namun kecamatan Purwadadi berada di barat daya. Alasan memilih tempat penelitian tersebut, karena kedua wilayah memiliki kultur yang sama, salah satunya nyanyian rakyat yang terdapat di daerah masing-masing. Walaupun, nyanyian-nyanyian ini terdapat di kedua daerah tersebut, namun masyarakat sekitar sudah merasa asing dengan nyanyian yang akan diteliti. Sehingga perlu adanya upaya pelestarian agar dapat eksis kembali seperti zaman dahulu. Bahkan nyanyian-nyanyian itu pada tahun 60an sempat dipentaskan mengisi hiburan kesenian. Berikut ini merupakan peta wilayah Subang.


(9)

Gambar 3.1 Peta Kab. Subang

Selain peta kab. Subang yang telah kita lihat di atas, berikut ini peta Pamanukan dan Purwadadi.

Gambar 3.2


(10)

49

Gambar 3.3

Peta Kecamatan Purwadadi

3.3Pengumpulan Data

Data peneltian ini berupa kata, kalimat, dan bait yang menunjukan rima, irama serta ragam bunyi yang terdapat di dalam nyanyian rakyat Kabupaten Subang. Nyanyian rakyat tersebut merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang ada di Subang. Data terdiri atas sumber data lisan dan tulisan yang mengacu pada unsur-unsur nilai. Data lisan diperoleh dari informan yang mendendangkan nyanyian rakyat, sedangkan sumber data tulis berupa hasil transkripsi data lisan informan yang dilakukan oleh peneliti. Sedangkan sumber data penelitian ini di antaranya, Bedug jeung Layung, Paré, Tangkal Buah, dan Sampurasun. Akan tetapi, sebelum menentukan jenis nyanyian rakyat yang akan diteliti, peneliti mencari kebenaran fakta tentang nyanyian-nyanyian tersebut ke masyarakat yang dianggap kompeten.

Metode yang biasa dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif adalah observasi, wawancara, dan pemanfaatan dokumen. Kegiatan pengumpulan data ini disebut juga dengan kegiatan lapangan. Selain mempunyai ciri kegiatan yang khusus, penelitian kualitatif juga memiliki teknik analisis data yang berbeda dengan penelitian lain.

Pengumpulan data sastra lisan dapat diawali dengan langkah perekaman. Perekaman sejauh mungkin harus dilaksanakan dalam konteks sastra lisan asli. Maksudnya, sastra lisan tersebut sedang dituturkan, peneliti merekam secara


(11)

langsung. (Endraswara, 2013, hlm. 152). Rekaman sastra lisan dapat menggunakan foto, handphone, dan VCD. Hasil rekaman masih perlu ditambah dengan pengumpulan data lain berupa wawancara dan pengamatan. Melakukan cara mengobservasi atau mengamati ke lapangan untuk memperoleh informasi dari informan. Untuk mengetahui nyanyian rakyat apa saja yang sampai saat ini masih bertahan di Kabupaten Subang, serta untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan kepentingan penelitian. Selanjutnya, dilakukan wawancara dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan sesuai dengan kepentingan penelitian. Peneliti juga harus merekam apa yang diucapkan oleh informan. Mencatat semua informasi yang telah didapatkan dari hasil wawancara dan rekaman.

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri atau anggota tim peneliti (Sugiyono, 2013, hlm. 400). Hal ini sesuai dengan pendapat Moleong (2014, hlm. 168) bahwa kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif merupakan perencana, pelaksana pengumpul data, analisis data, dan pada akhirnya ian menjadi pelapor hasil peneliannya. Intrumen penelitian yang dimaksudkan sebagai alat pengumpul data. Oleh karena itu, peneliti sebagai kunci penelitian kualitatif yang tentunya ditunjang oleh alat-alat pendukung penelitian kualitatif. Untuk pengumpulan data digunakan instrumen atau alat berupa foto, handphone, VCD, serta alat tulis lainnya. Lebih jelasnya berikut merupakan rincian alat dukung instrument utama, diantaranya 1) pedoman wawancara (interview guide), yaitu pertanyaan yang mengkhususkan pada hal yang akan diteliti, sehingga dapat di uraikan lebih dalam, dan menjadi pegangan di lapangan untuk mengumpulkan data; 2) catatan lapangan (fieled notes) yang berfungsi untuk mencatat sesuatu yang didengar, dilihat, dan dipikirkan dalam kaitannya dengan pengumpulan data di lapangan; 3) Alat perekam (recorder) yang digunakan untuk alat bantu merekam hasil wawancara;

Seperti yang telah dikemukan di atas bahwasannya salah satu instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara. Peneliti membuat dua pedoman wawancara berdasarkan tujuan yang berbeda. Pedoman wawancara yang pertama untuk penyaji nyanyian rakyat Subang, dan penggiat Seni dan Sastra, serta Budayawan. Kemudian yang kedua dibuat untuk pendidik. Berikut ini


(12)

51

pedoman wawancara yang peneliti buat untuk dijadikan pegangan dalam mendapatkan data tentang yang diteliti.

3.3.1 Observasi

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi ke lapangan untuk memperoleh informasi dari informan. Untuk mengetahui nyanyian rakyat apa saja yang sampai saat ini masih bertahan di Kabupaten Subang, serta untuk mendapatkan informasi yang terkait dengan kepentingan penelitian. Yang dilakukan waktu pengamatan adalah mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir, dan alat mekanik (Djojosuroto dan Sumiyati, 2010, hlm. 46). Akan tetapi, sebelum kerja lapangan dilakukan penelitian kepustakaan, mengumpulkan informasi mengenai objek yang akan diteliti, membaca penelitian yang sudah ada, memahami tentang yang akan diteliti serta nilai dalam masyarakat.

3.3.2 Wawancara

Wawancara mendalam merupakan suatu cara untuk memperoleh keterangan secara lisan, yakni berinteraksi dengan seorang informan sesuai dengan permasalahan penelitian, kemudian dilakukan pencatatan secara sistematik. Wawancara terbagi menjadi dua, yakni wawancara terarah dan wawancara tidak terarah. Wawancara yang terarah dilakukan dengan mempersiapkan fokus pertanyaan. Cara semacam ini mempermudah peneliti meskipun kadang-kadang menjadi sebuah belenggu (Endraswasra, 2013, hlm. 153). Sedangkan wawancara tidak terarah, biasanya lebih natural dan dapat dilakukan di mana saja.

Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan dalam rangka menggali, memahami, dan mengkaji nyanyian rakyat Subang. Peneliti mempunyai beberapa alasan pokok yang melatarbelakangi untuk melakukan wawancara mendalam pada saat mengumpulkan data. Pertama, wawancara mendalam memungkinkan peneliti untuk menggali fenomena keberadaan nyanyian rakyat, serta hal-hal yang berkaitan dengan tema yang diteliti. Kedua, dengan wawancara


(13)

mendalam peneliti dapat menanyakan kepada informan hal-hal yang bersifat lintas waktu yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan harapan masa mendatang. Ketiga, melihat keberadaan nyanyian dalam dunia pendidikan. Sekaitan dengan hal itu, peneliti membuat instrumen wawancara mendalam mengunakan pedoman wawancara (interview guide). Menurut Patilima (2007, hlm. 70) format transkrip wawancara dianjurkan mengikuti kaidah yang ada di Nvivo, yaitu, tanggal wawancara, nama informan, pertanyaan, dan jawaban informan.

Tabel 3.1 Pedoman Wawancara untuk Penggiat Seni, Sastra, Budayawan

PEDOMAN WAWANCARA

 Untuk penyaji nyanyian rakyat Subang

 Untuk penggiat Seni dan Sastra, serta Budayawan

Identitas informan

1) Nama lengkap : _____________________________________

2) Umur : _____________________________________

3) Jenis kelamin : _____________________________________

4) Pendidikan terakhir : _____________________________________

5) Pekerjaan : _____________________________________

Pertanyaan :

1) Apakah Bapak/Ibu/Saudara mempunyai pengalaman menyanyikan

nyanyian rakyat Subang? Jelaskan!

2) Usia berapa saja yang dianggap bisa menjadi penutur dalam nyanyian rakyat Subang?

3) Kapankah nyanyian rakyat tersebut dilantunkan?

4) Bagaimana latar/tempat yang digunakan oleh penutur dalam melantunkan


(14)

53

5) Apakah yang melatarbelakangi nyanyian rakyat Subang tercipta dan berkembang di masyarakat?

6) Adakah seseorang yang menciptakan nyanyian rakyat tersebut? Jelaskan! 7) Apakah nyanyian rakyat itu memiliki fungsi bagi perkembangan

anak-anak?

8) Jika ada, fungsi apa saja yang terdapat dalam nyanyian rakyat tersebut? 9) Adakah nilai-nilai yang terkandung di dalam nyanyian rakyat tersbut? 10)Jika ada, nilai-nilai apa yang terkandung dalam nyanyian rakyat itu?

Jelasakan!

11)Menurut Bapak/Ibu/Saudara, bagaimanakah keberadaan nyanyian rakyat Subang sekarang ini?

12)Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah perlu adanya upaya pelestarian guna

tetap bertahannya nyanyian rakyat Subang?

13)Siapa yang paling bertanggung jawab dalam melestarikan nyanyian tersebut?

14)Apa saja bentuk atau model pelestarian yang dilakukan pemerintah untuk mempertahankan nyanyian rakyat Subang?

15)Seberapa besar peran pemerintah dalam melestarikan nyanyian ini? Serta bagaimana hasil upayanya?

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara untuk Pendidik PEDOMAN WAWANCARA

 Untuk pendidik

Data Informan

1) Nama lengkap : _____________________________________

2) Umur : _____________________________________

3) Jenis kelamin : _____________________________________

4) Pendidikan terakhir : _____________________________________


(15)

Pertanyaan

1) Apa yang Bapak/Ibu ketahui tentang nyanyian rakyat Subang pada

masyarakat pantura?

2) Dapatkah nyanyian rakyat ini dimasukan dalam progam pendidikan di sekolah?

3) Apakah nyanyian rakyat mendapat tempat dalam kurikulum sekarang ini?

4) Menurut Bapak/Ibu, bagaimana keberadaan nyanyian rakyat pada saat ini? 5) Menurut Bapak/Ibu, perlukah upaya pelestarian untuk keberlangsungan

nyanyian rakyat Subang?

6) Menurut Bapak/Ibu, apakah program ekstrakuler dapat dijadikan alternatif agar nyanyian rakyat ini bisa tetap bertahan?

7) Apa alasannya Bapak/Ibu menyetujui/tidak menyetujui bahwa program ektrakulikuler sebagai alternatif upaya pelestarian nyanyian rakyat Subang?

3.3.3 Studi Dokumen

Menurut Moleong (2014, hlm. 216) dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan penyidik. Sedangkan menurut Sugiyono (2013, hlm. 329) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang dapat berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Pembahasan dokumen di sini diarahkan pada dokumen dala arti peneliti menemukan record, tentu saja perlu dimanfaatkan. Dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untukk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Dokumen dapat dikategorikan sebagai dokumen pribadi, dokumen resmi, dan dokumen budaya popular. Dokumen yang ditulis sendiri oleh peneliti dapat berupa autobiografi, surat pribadi, buku harian, memo, catatan rapat, surat kabar, dokumen kebijakan, proposal, kode etik, pernyataan filosofi, buku tahunan, pernyataan pers, buku kliping, surat kepada editor, artikel surat kabar, file pribadi,


(16)

55

catatan kasus siswa, dan folder yang dimasukan ke dalam data (Emzir, 2011, hlm. 75-76).

Pada penelitian ini, dokumen yang dimaksud, diantaranya adalah video rekaman nyanyian dari narasumber, foto sebagai bukti adanya kegiatan wawancara, serta catatan kecil dari hasil wawancara dengan informan, karya-karya ilmiah berkenaan dengan analisis sastra dengan pendekatan struktural, analisis konteks, fungsi, dan analisis nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra, serta karya dokumen mengenai pembuatan program kegiatan ekstrakurikuler.

Tabel 3.3. Pedoman Analisis Data

No. Aspek Indikator Tujuan Teori

1. Analisis Struktur teks nyanyian rakyat Subang Struktur linguistik nyanyian rakyat Subang yang meliputi formula sintaksis, bunyi, dan gaya bahasa.

Untuk mengetahui unsur pembangun masing-masing nyanyian rakyat Subang Luxembrug (1992) Alwi (2003) Keraf (1998)

2. Konteks

nyanyian rakyat Subang Konteks situasi Konteks budaya Untuk mengetahui unsur-unsur selain teks nyanyian rakyat Subang, akan tetapi masih berkenaan dengan teks nyanyian rakyat Subang.

Badrun (2003)

3. Proses

penciptaan

Penciptaan dan pewarisan

Untuk mengetahui proses penciptaan nyanyian rakyat

Badrun (2003)

3. Analisis fungsi nyanyian rakyat. Fungsi nyanyian rakyat Subang berdasarkan analisis struktur teks, dan konteks.

Untuk mengetahui fungsi nyanyian rakyat Subang.


(17)

4. Analisis nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang

Hal-hal di dalam kaya sastra yang dijadikan rujukan untuk menentukan pilihan dalam bertindak. Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang.

Mulyana (2011)

3.3.4 Teknik Analisis Data

Semua teknis analisis data kualitatif berkaitan erat dengan metode pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara ataupun focus group discussion. Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan teknik analisis deskripsi dan analisis isi. Teknik analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh di lapangan. Selanjutnya, data tersebut dianalisis dan ditafsirkan, sehingga pembaca dapat memahaminya. Sedangkan, teknik analisis isi digunakan untuk menentukan makna isi cerita yang terdapat dalam objek penelitian. Sesuai dengan pendapat Guba dan Lincoln (Moleong, 2014, hlm. 220) bahwa analisis isi yaitu teknik apapun yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui usaha menemukan karakteristik pesan, yang dilakukan secara objektif dan sistematis. Adapun langkah-langkah analisis dan interpretasi data, sebagai berikut.

1) Nyanyian rakyat ditrasnkrip dengan cara menyimaak yang tuturkan pada rekaman video, secara berulang-ulang.

2) Teks nyanyian rakyat yang sudah ditrasnkip dan diterjemahkan dari video selanjutnya dikonfirmasikan kepada penutur nyanyian.

3) Menentukan aspek-aspek struktur.

4) Mendeskripsikan struktur, konteks, dan fungsi.

5) Mengelompokan data berdasarkan kategori struktur, konteks, fungsi, 6) Menganalisis nilai-nilai yang terdapat dalam nyanyian rakyat.

7) Menginterprestasi data sesuai teori.

8) Membuat media pemanfaatan.


(18)

57

3.4Isu Etik

Nyanyian rakyat Subang merupakan objek yang akan diteliti. Kepedulian peneliti terhadap keberadaan nyanyanyian rakyat di daerah yang menjadi salah satu faktor penelelitian ini perlu dilakukan. Ada empat nyanyian rakyat yang dapat dimunculkan kepermukaan. Diantaranya, Bedug jeung Layung, Paré, Tangkal Buah, dan Sampurasun. Teks nyanyian ini secara tertulis sudah tidak ada lagi. Keberadaannya hanya melalui dari mulut ke mulut. Selain itu, para penutur umumnya dari kalangan orang tua.

Nyanyian-nyanyian rakyat tersebut ada, namun sangat jarang terdengar dituturkan. Perkembangan zaman membuat nyanyian yang hidup di masyarakatnya menjadi kurang diminati lagi. Kecenderungan yang demikian membuat peneliti akan mampu mengungkap hal-hal yang berkaitan dengan objek yang akan diteliti.

Respon dan dukungan dari tokoh masyarakat, seni, dan budaya sangat positif ketika peneliti mencari tahu keberlangsungan nyanyian rakyat Subang ini. Harapan besar untuk tetap lestarinya sastra lisan ini tersurat dari masyarakat yang pernah merasakan kentalnya hidup dengan keadaerahan. Hal tersebut berdampak terhadap diberikannya kemudahan dalam proses pengambilan data. Izin untuk melakukan penelitian pun tidak mengalami hambatan yang berarti. Tidak ada syarat apapun yang harus dipenuhi jika peneliti melakukan penelitian.

Teks nyanyian-nyanyian yang akan dianalis diperoleh dari masyarakat yang pernah mendengar dan menuturkannya. Tentunya masyarakat yang dianggap kredibel dari proses beberapa perimbangan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas hasil penelitian. Masyarakat beranggapan bahwa nyanyian rakyat mempunyai pelajaran yang sangat berharga, sehingga dapat dijadikan alat untuk membantu dalam mewujudkan masyarakat yang berpendidikan, dan berakhlak. Dengan demikian, penelitian akan sangat bermanfaat, sehingga data yang diperoleh merupakan data yang harus dikaji lebih dalam, serta bermanfaat bagi dunia pendidikan, dan mampu menjawab pertanyaan dan tidak memberikan informasi yang tidak diinginkannya.


(19)

3.5Alur Penelitian

Nyanyian rakyat Subang

Analisis Data

Struktur Teks Konteks Proses Penciptaan

Fungsi dan Nilai-nilai

Upaya Pemanfaatan


(20)

201

BAB 6

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Pada bab 6 ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumny serta saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun pembagiannya sebagai berikut, 1) simpulan; 2) implikasi dan rekomendasi.

6.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

6.1.1 Struktur Teks Nyanyian Rakyat Subang

Nyanyuian yang diteliti umumnya memiliki struktur kalimat yang tidak lengkap. Sebagian besar berbentuk frasa dan klausa. Terdapat pula struktur yang berpola kalimat inversi. Hal ini dikarenakan oleh struktur bahasa yang digunakan dalam sastra lisan berbeda dengan bahasa tulisan. Selanjutnya, nyanyian-nyanyian tersebut memiliki peran dan kategori dalam sintaksis yang beraneka ragam. Selain itu, pergantian larik ke larik ataupun bait ke bait lebih menekankan kohesi antar larik, serta permainan bunyi daripada struktur sintaksinya. Penekanan hubungan antar larik atau bait tersebut agar memudahkan pendengar memahami pesan yang terdapat dalam nyanyian rakyat yang telah diteliti, sehingga struktur sintaksis tidak diperhatian.

Jumlah larik satu bait nyanyian-nyanyian rakyat yang diteliti bervariasi. Pun dengan jumlah bait dalam nyanyian. Dua diantaranya tiap bait berjumlah empat larik. Nyanyian yang dimaksud yakni, Tangkal Buah dan Paré, sedangkan dua nyanyian lagi, yakni Bedug jeung Layung dan Sampurasun memiliki jumlah yang tidak sama. Di samping itu, dalam jumlah bait umumnya menggunakan untaian yang sama. Dengan demikian, formula sintaksis nyanyian rakyat tersebut merupakan gabungan dari beberapa bait yang membentuk ide pikiran yang lengkap.


(21)

Pengulangan bunyi, terdiri dari pengulangan bunyi vokal (asonansi) dan pengulangan bunyi konsonan (aliterasi) yang mempengaruhi keindahan nyanyian. Sebagian besar larik yang terdapat dalam nyanyian rakyat mempunyai pengulangan vokal, sedangkan untuk pengulangan konsonan hanya beberapa larik saja. Asonansi yang sering muncul adalah vokal /a/, sedangkan aliterasi cukup berimbang.

Nyanyian rakyat Subang memiliki rima terdapat bentuk intern pola bunyi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Hal itu dapat menciptakan tatanan bunyi yang artistik, sehingga pada saat dinyanyikan terasa indah, dan dapat pula sebagai pengikat ide-ide dalam suatu bait. Walaupun demikian, irama yang terdapat dalam nyanyian tersebut bersifat monoton. Irama dengan nada-nada pendek mendominasi nyanyian. Karena itulah nyanyian mempunyai tempo yang cenderung cepat.

Pemilihan kata dalam larik nyanyian bermakna denotasi dan konotasi, yang memiliki keterkaitan maksud antar larik. Kata-kata yang muncul dalam nyanyian selaras dengan kehidupan masyarakat sekitar. Selain itu, larik-larik nyanyian mengandung majas. Majas yang terkadung dalam nyanyian rakyat yakni, majas metafora, majas repetisi, dan majas personifikasi.

6.1.2 Konteks Penuturan

Konteks penuturan nyanyian rakyat Subang mempengaruhi pemahaman terhadap maksud nyanyian. Baik konteks situasi, maupun konteks budaya keterkaitan dengan isi nyanyian tersebut. Berdasarkan konteks situasi, bahwa nyanyian rakyat Subang dapat dinyanyikan oleh siapapun, tidak memandang batas usia dan jenis kelamin. Selain itu, tidak ada kekhususan status sosial dan strata pendidikan. Waktu dan tempat dituturkan nyanyian rakyat tersebut, sesuai dengan jenis nyanyiannya. Maksudnya, setiap nyanyian mempunyai durasi waktu dan mempunyai tempat tuturan masing-masing.

Nyanyian ini dapat dinyanyikan tanpa alat musik tradisional ataupun modern. Alat musik hanya dijadikan iringan yang tidak harus disertakan, atau tidak ada keharusan untuk menuturknnya dengan musik. Musik hanya salah satu faktor pendukung agar lebih menarik. Intinya, nyanyian ini tidak memerlukan


(22)

203

materil dalam menuturkannya, apabila mau menuturkannya cukup dari mulut ke telinga saja.

Untuk nyanyaian-nyanyian ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Bahasa Sundanya pun menggunakan bahasa Sunda Loma. Nyanyian-nyanyian rakyat Subang mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk menghibur dan memperkenalkan budaya. Tujuan lain yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang yaitu, untuk menujukan kecirikhasan daerah yang bersangkutan.

6.1.3 Proses Penciptaan

Proses penciptaan nyanyian rakyat terjadi dari mulut kemulut antara penutur dengan audience. Proses penciptaan nyanyian terjadi dua kemungkinan, yakni, dilakukan secara spontan dan secara terstruktur. Penciptaan spontan, artinya proses penciptaan secara mendadak menuturkan teks yang diingat. Sedangkan, secara terstruktur artinya, proses penciprtaan dengan cara direncanakan dan ada waktu persiapan sebelum menuturkan. Teks yang akan dituturkan ditulis dahulu.

Pewarisan nyanyian bersifat vertikal dan horizontal. Penyebaran yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anak, guru kepada murid, atau dari kakek ke cucu. Peranan orang tua, guru, dan kakek menjadi kunci utama dalam pewarisan nyanyian. Selain itu, dapat pula secara horizontal, yakni dilakukan oleh teman sebaya. Cara pemindahannya dari mulut ke mulut dengan bahasa kedaerahan Proses penciptaan nyanyian ini dapat dituturkan oleh siapapun tidak melihat golongan, status sosial, ataupun strata pendidikan. Siapapun dapat menuturkannya.

6.1.4 Fungsi Nyanyian Rakyat Subang

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada kenyataannya nyanyian-nyanyian tersebut memiliki beberapa fungsi. Fungsi yang dimaksud yakni sebagai fungsi hiburan, sebagai alat pendidikan, sebagai alat permohonan, sebagai alat menasihati, sebagai alat filosofis, fungsi sosial, sebagai alat untuk mencintai alam sekitar, dan sebagai alat pelestarian kebudayaan masyarakat Subang khususnya masyarakat Pamanukan dan Purwadadi.


(23)

6.1.5 Nilai-Nilai Nyanyian Rakyat Subang

Nyanyian rakyat sarat dengan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hasil analisis nilai-nilai dalam nyanyian rakyat ditemukan beberapa nilai-nilai. Nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian Subang diantaranya, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai moral. Nilai agama terdapat dalam nyanyian Bedug jeung Layung dan Sampurasun. Sedangkan, nilai-nilai yang lainnya (pendidikan, sosial, budaya, estetika, dan moral) terdapat dalam semua nyanyian. Nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang mencerminkan nilai-nilai leluhur yang ingin terus dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat pemilik dan penikmat nyanyian tersebut, khususnya masyarakat Pamanukan dan Purwadadi.

6.1.6 Pemanfaatanya untuk Program Ekstrakurikuler

Hasil analisis nyanyian-nyanyian Subang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk program ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Kejuruan. Hal ini atas dasar ektrakulikuler tidak terlepas dari pendidikan di sekolah. Keterbatasan jam pelajaran tentang Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, membuat program ekstrakurikuler dijadikan alternatif untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, sebagai bentuk nyata mempertahankan keberdaan sastra lisan di daerah. Oleh karena itu, nyanyian tersebut dimanaafkan secara konkret dalam dunia pendidikan dalam menyusun Rencana Program Kerja Ekstrakurikuler kesenian dan Sanggar Bahasa. Selain itu, hasil analisis nyanyian-nyanyian tersebut dapat dimanfaatkan untuk ice breaking kegiatan belajar mengajar.

6.2Implikasi dan Rekomendasi

Adanya penelitian ilmiah tentang sastra lisan merupakan suatu cara yang tepat untuk mempertahankan dan melestarikan budaya Nusantara. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang peneliti harapkan untuk keberlangsungan penelitian yang lebih variatif, sekaligus sebuah rekomendasi untuk berbagai kalangan. Melihat dari kepedulian kaum intelek yang meneliti sastra lisan, maka perlu adanya


(24)

205

apresiasi kepada para peneliti sastra lisan tersebut. Selanjutnya, kepada para peneliti agar dapat mengembangkan lagi penelitian yang sudah ada menjadi penelitian yang lebih baru dengan cara meneliti sesuatu yang belum diteliti dari hasil penelitian. Selain itu, dapat pula meneliti jenis sastra lisan yang baru ditemukan sehingga dapat menambah khazanah budaya Nusantara.

Penelitian ini diharapkan berimplikasi kepada masyarakat sekitar dan para pelajar dalam meningkatkan animo untuk mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan nusantara dan melestarikan nyanyian daerahnya yang memuat banyak pelajaran serta amanat-amanat nenek moyang di dalamnya, sehingga tidak hilang ditelan zaman. Khusus kepada peserta didik yang notabene manusia berpendidikan harus mempunyai keinginan untuk mengenal, mempelajari, dan memahami kebudayaan setempat, sehingga dapat menjadi generasi intelektual yang dapat menerima, mempertahankan, dan melestarikan warisan budaya.

Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi dalam pendidikan formal. Disarankan kepada para pendidik untuk menggunakan kebudayaan lokal sebagai sela pemebelajaran, khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ataupun Daerah, untuk memanfaatkan hasil analisis nyanyian rakyat. Penerapan dalam pembelajaranya disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik.

Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi kepada pemerintah terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayan ataupun Dinas Budaya dan Pariwisata untuk lebih memperhatikan kebudayaan setempat yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Semoga dapat membuat kebijakan-kebijakan konkret bukan lagi sebuah wacana guna lestarinya nyanyian rakyat di masa yang akan datang. Selain itu, tidak lupa dukungan moril maupun materil untuk keberlangsungan penelitian atau upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat peduli sastra lisan.


(1)

3.5Alur Penelitian

Nyanyian rakyat Subang

Analisis Data

Struktur Teks Konteks Proses Penciptaan

Fungsi dan Nilai-nilai

Upaya Pemanfaatan


(2)

BAB 6

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

Pada bab 6 ini akan diuraikan mengenai simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumny serta saran untuk penelitian selanjutnya. Adapun pembagiannya sebagai berikut, 1) simpulan; 2) implikasi dan rekomendasi.

6.1Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

6.1.1 Struktur Teks Nyanyian Rakyat Subang

Nyanyuian yang diteliti umumnya memiliki struktur kalimat yang tidak lengkap. Sebagian besar berbentuk frasa dan klausa. Terdapat pula struktur yang berpola kalimat inversi. Hal ini dikarenakan oleh struktur bahasa yang digunakan dalam sastra lisan berbeda dengan bahasa tulisan. Selanjutnya, nyanyian-nyanyian tersebut memiliki peran dan kategori dalam sintaksis yang beraneka ragam. Selain itu, pergantian larik ke larik ataupun bait ke bait lebih menekankan kohesi antar larik, serta permainan bunyi daripada struktur sintaksinya. Penekanan hubungan antar larik atau bait tersebut agar memudahkan pendengar memahami pesan yang terdapat dalam nyanyian rakyat yang telah diteliti, sehingga struktur sintaksis tidak diperhatian.

Jumlah larik satu bait nyanyian-nyanyian rakyat yang diteliti bervariasi. Pun dengan jumlah bait dalam nyanyian. Dua diantaranya tiap bait berjumlah empat larik. Nyanyian yang dimaksud yakni, Tangkal Buah dan Paré, sedangkan dua nyanyian lagi, yakni Bedug jeung Layung dan Sampurasun memiliki jumlah yang tidak sama. Di samping itu, dalam jumlah bait umumnya menggunakan untaian yang sama. Dengan demikian, formula sintaksis nyanyian rakyat tersebut merupakan gabungan dari beberapa bait yang membentuk ide pikiran yang lengkap.


(3)

Pengulangan bunyi, terdiri dari pengulangan bunyi vokal (asonansi) dan pengulangan bunyi konsonan (aliterasi) yang mempengaruhi keindahan nyanyian. Sebagian besar larik yang terdapat dalam nyanyian rakyat mempunyai pengulangan vokal, sedangkan untuk pengulangan konsonan hanya beberapa larik saja. Asonansi yang sering muncul adalah vokal /a/, sedangkan aliterasi cukup berimbang.

Nyanyian rakyat Subang memiliki rima terdapat bentuk intern pola bunyi, repetisi bunyi, dan persamaan bunyi. Hal itu dapat menciptakan tatanan bunyi yang artistik, sehingga pada saat dinyanyikan terasa indah, dan dapat pula sebagai pengikat ide-ide dalam suatu bait. Walaupun demikian, irama yang terdapat dalam nyanyian tersebut bersifat monoton. Irama dengan nada-nada pendek mendominasi nyanyian. Karena itulah nyanyian mempunyai tempo yang cenderung cepat.

Pemilihan kata dalam larik nyanyian bermakna denotasi dan konotasi, yang memiliki keterkaitan maksud antar larik. Kata-kata yang muncul dalam nyanyian selaras dengan kehidupan masyarakat sekitar. Selain itu, larik-larik nyanyian mengandung majas. Majas yang terkadung dalam nyanyian rakyat yakni, majas metafora, majas repetisi, dan majas personifikasi.

6.1.2 Konteks Penuturan

Konteks penuturan nyanyian rakyat Subang mempengaruhi pemahaman terhadap maksud nyanyian. Baik konteks situasi, maupun konteks budaya keterkaitan dengan isi nyanyian tersebut. Berdasarkan konteks situasi, bahwa nyanyian rakyat Subang dapat dinyanyikan oleh siapapun, tidak memandang batas usia dan jenis kelamin. Selain itu, tidak ada kekhususan status sosial dan strata pendidikan. Waktu dan tempat dituturkan nyanyian rakyat tersebut, sesuai dengan jenis nyanyiannya. Maksudnya, setiap nyanyian mempunyai durasi waktu dan mempunyai tempat tuturan masing-masing.

Nyanyian ini dapat dinyanyikan tanpa alat musik tradisional ataupun modern. Alat musik hanya dijadikan iringan yang tidak harus disertakan, atau tidak ada keharusan untuk menuturknnya dengan musik. Musik hanya salah satu faktor pendukung agar lebih menarik. Intinya, nyanyian ini tidak memerlukan


(4)

materil dalam menuturkannya, apabila mau menuturkannya cukup dari mulut ke telinga saja.

Untuk nyanyaian-nyanyian ini bahasa yang digunakan adalah bahasa Sunda. Bahasa Sundanya pun menggunakan bahasa Sunda Loma. Nyanyian-nyanyian rakyat Subang mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk menghibur dan memperkenalkan budaya. Tujuan lain yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang yaitu, untuk menujukan kecirikhasan daerah yang bersangkutan.

6.1.3 Proses Penciptaan

Proses penciptaan nyanyian rakyat terjadi dari mulut kemulut antara penutur dengan audience. Proses penciptaan nyanyian terjadi dua kemungkinan, yakni, dilakukan secara spontan dan secara terstruktur. Penciptaan spontan, artinya proses penciptaan secara mendadak menuturkan teks yang diingat. Sedangkan, secara terstruktur artinya, proses penciprtaan dengan cara direncanakan dan ada waktu persiapan sebelum menuturkan. Teks yang akan dituturkan ditulis dahulu.

Pewarisan nyanyian bersifat vertikal dan horizontal. Penyebaran yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anak, guru kepada murid, atau dari kakek ke cucu. Peranan orang tua, guru, dan kakek menjadi kunci utama dalam pewarisan nyanyian. Selain itu, dapat pula secara horizontal, yakni dilakukan oleh teman sebaya. Cara pemindahannya dari mulut ke mulut dengan bahasa kedaerahan Proses penciptaan nyanyian ini dapat dituturkan oleh siapapun tidak melihat golongan, status sosial, ataupun strata pendidikan. Siapapun dapat menuturkannya.

6.1.4 Fungsi Nyanyian Rakyat Subang

Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa pada kenyataannya nyanyian-nyanyian tersebut memiliki beberapa fungsi. Fungsi yang dimaksud yakni sebagai fungsi hiburan, sebagai alat pendidikan, sebagai alat permohonan, sebagai alat menasihati, sebagai alat filosofis, fungsi sosial, sebagai alat untuk mencintai alam sekitar, dan sebagai alat pelestarian kebudayaan masyarakat Subang khususnya masyarakat Pamanukan dan Purwadadi.


(5)

6.1.5 Nilai-Nilai Nyanyian Rakyat Subang

Nyanyian rakyat sarat dengan nilai-nilai yang bermanfaat untuk kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan hasil analisis nilai-nilai dalam nyanyian rakyat ditemukan beberapa nilai-nilai. Nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian Subang diantaranya, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai budaya, nilai estetika, dan nilai moral. Nilai agama terdapat dalam nyanyian Bedug jeung

Layung dan Sampurasun. Sedangkan, nilai-nilai yang lainnya (pendidikan, sosial,

budaya, estetika, dan moral) terdapat dalam semua nyanyian. Nilai-nilai yang terkandung dalam nyanyian rakyat Subang mencerminkan nilai-nilai leluhur yang ingin terus dipahami dan diimplementasikan oleh masyarakat pemilik dan penikmat nyanyian tersebut, khususnya masyarakat Pamanukan dan Purwadadi.

6.1.6 Pemanfaatanya untuk Program Ekstrakurikuler

Hasil analisis nyanyian-nyanyian Subang dapat digunakan dan dimanfaatkan untuk program ekstrakurikuler di Sekolah Menengah Kejuruan. Hal ini atas dasar ektrakulikuler tidak terlepas dari pendidikan di sekolah. Keterbatasan jam pelajaran tentang Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah, membuat program ekstrakurikuler dijadikan alternatif untuk membantu tercapainya tujuan pendidikan. Selain itu, sebagai bentuk nyata mempertahankan keberdaan sastra lisan di daerah. Oleh karena itu, nyanyian tersebut dimanaafkan secara konkret dalam dunia pendidikan dalam menyusun Rencana Program Kerja Ekstrakurikuler kesenian dan Sanggar Bahasa. Selain itu, hasil analisis nyanyian-nyanyian tersebut dapat dimanfaatkan untuk ice breaking kegiatan belajar mengajar.

6.2Implikasi dan Rekomendasi

Adanya penelitian ilmiah tentang sastra lisan merupakan suatu cara yang tepat untuk mempertahankan dan melestarikan budaya Nusantara. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang peneliti harapkan untuk keberlangsungan penelitian yang lebih variatif, sekaligus sebuah rekomendasi untuk berbagai kalangan. Melihat dari kepedulian kaum intelek yang meneliti sastra lisan, maka perlu adanya


(6)

apresiasi kepada para peneliti sastra lisan tersebut. Selanjutnya, kepada para peneliti agar dapat mengembangkan lagi penelitian yang sudah ada menjadi penelitian yang lebih baru dengan cara meneliti sesuatu yang belum diteliti dari hasil penelitian. Selain itu, dapat pula meneliti jenis sastra lisan yang baru ditemukan sehingga dapat menambah khazanah budaya Nusantara.

Penelitian ini diharapkan berimplikasi kepada masyarakat sekitar dan para pelajar dalam meningkatkan animo untuk mempelajari nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan nusantara dan melestarikan nyanyian daerahnya yang memuat banyak pelajaran serta amanat-amanat nenek moyang di dalamnya, sehingga tidak hilang ditelan zaman. Khusus kepada peserta didik yang notabene manusia berpendidikan harus mempunyai keinginan untuk mengenal, mempelajari, dan memahami kebudayaan setempat, sehingga dapat menjadi generasi intelektual yang dapat menerima, mempertahankan, dan melestarikan warisan budaya.

Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi dalam pendidikan formal. Disarankan kepada para pendidik untuk menggunakan kebudayaan lokal sebagai sela pemebelajaran, khususnya guru mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ataupun Daerah, untuk memanfaatkan hasil analisis nyanyian rakyat. Penerapan dalam pembelajaranya disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik.

Penelitian ini diharapkan dapat berimplikasi kepada pemerintah terutama Dinas Pendidikan dan Kebudayan ataupun Dinas Budaya dan Pariwisata untuk lebih memperhatikan kebudayaan setempat yang penuh dengan nilai-nilai kehidupan. Semoga dapat membuat kebijakan-kebijakan konkret bukan lagi sebuah wacana guna lestarinya nyanyian rakyat di masa yang akan datang. Selain itu, tidak lupa dukungan moril maupun materil untuk keberlangsungan penelitian atau upaya pelestarian yang dilakukan oleh masyarakat peduli sastra lisan.