EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK.

(1)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN

SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi Eksperimen pada Peserta Didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2014-2015)

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

oleh Susilowati NIM 1201341

PROGRAM STUDI

BIMBINGAN DAN KONSELING

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Siswa kelas XII SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung Tahun Ajaran 2014-2015 ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang Membuat Pernyataan


(3)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUSILOWATI

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

(Studi Kuasi EksperimenTerhadap Peserta Didik Kelas XII

SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Pelajaran 2014/ 2015) Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Prof. Dr. A. Juntika Nurihsan, M.Pd NIP 19660601 199103 1 005

Pembimbing II

Dr. Ilfiandra, M.Pd NIP 1972112 4199903 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Konseling Universitas Pendidikan Indonesia


(4)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(5)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Susilowati. (2015). Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Peserta Didik (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun Ajaran 2014-2015. Pembimbing I : Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M.Pd. Pembimbing II: Dr. Ilfiandra, M.Pd. Tesis. Bimbingan dan Konseling. Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh fenomena rendahnya tingkat kesadaran diri individu yang merasa tidak mengenal dirinya, mudah cemas, tidak percaya diri, selalu menyalahkan lingkungan di sekitarnya, kurang bertanggungjawab dan tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan hidupnya. Penelitian ini bertujuan meningkatkan self awareness peserta didik melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif, metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest design non equivalent. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner self awareness berdasarkan teori Thomas Shelley Duval, Paul Silvia dan Neal Lalwani (2001). Partisipan penelitian adalah 30 peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung dengan self awareness kategori rendah yang dibagi kedalam kelompok eksperimen (8 L : 8 P) dan kelompok kontrol (7 L : 7 P). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik non probability sampling. Teknik analisis data menggunakan uji perbandingan 2 rata-rata Wilcoxon dan Man Whitney test. Hasil analisis data menunjukkan terdapat peningkatan skor self awareness assessment setelah diberikan perlakuan bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Karena p value 0,002 < 0,05 (α), maka disimpulkan bimbingan kelompok dengan teknik role playing efektif untuk peningkatan self awareness peserta didik.


(6)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Susilowati. (2015). Effectiveness Group Guidance through Role Playing Techniques to Increase Self Awareness Students (Quasi Experimental Research in Grade XII of SMA Laboratory UPI Bandung Academic Year 2014-2015). Supervisor I: Prof. Dr. H. A. Juntika Nurihsan., M.Pd. Supervisor II: Dr. Ilfiandra, M.Pd. Thesis. Department of Guidance and Counselling. Indonesia University of Education.

This research based on phenomenon an individual who had a lower level of awareness, felt anxious, insecure, always blaming others, less responsible and did not have the commitment to achieve the goals of their life. This study aimed to increase student’s self awareness through group guidance with role playing techniques. This research used a quantitative approach with quasi-experimental method pretest-posttest design non equivalent. Data was collected by self awareness questionnaires based on theory of Thomas Shelley Duval, Paul Silvia dan Neal Lalwani (2001). Study participants were 30 students of 12th grade High School Laboratorium Percontohan UPI Bandung who had indicates lower self awareness categories and divided into experimental group (8 M : 8 F) and control group (7 M : 7 F). The research samples was done by using non probability sampling and used difference between two means Wilcoxon and Man Whitney technique analysis. The result showed that group guidance with role playing technique was effective to increase student’s self-awareness, because p value 0,002 < 0,05 (α).


(7)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK……….. ii

KATA PENGANTAR……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH………. v

DAFTAR ISI……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR TABEL……….. xii

DATAR LAMPIRAN……… xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian………... 1

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian………... 9

1.3 Rumusan Masalah Penelitian……….. 10

1.4 Tujuan Penelitian……… 10

1.5 Manfaat Penelitian……….. 11

1.6 Struktur Organisasi Tesis……… 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling ……….. 13

2.2 Bimbingan Kelompok………. 15

2.2.1 Pengertian Bimbingan Kelompok………. 15

2.2.2 Tujuan Bimbingan Kelompok………... 19

2.2.3 Manfaat Bimbingan Kelompok………. 20

2.2.4 Prosedur dan Langkah Bimbingan Kelompok…….. 21

2.2.5 Teknik Bimbingan Kelompok………... 22

2.3 Teknik Role Playing………... 24

2.3.1 Dasar Teori Role Playing………... 24


(8)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.3.3 Tahapan Pelaksanaan Role Playing……….. 28

2.4 Kajian Teori Self Awareness………. 30

2.4.1 Definisi Self Awareness……….. 30

2.4.2 Dimensi Self Awareness………. 34

2.4.3 Teknik Meningkatkan Self Awareness………. 35

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu……….. 37

2.6 Asumsi Penelitian……… 38

2.7 Kerangka Berpikir Penelitian……….. 39

2.8 Hipotesis Penelitian………. 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian………... 41

3.2 Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian………. 42

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………. 43

3.3.1 Variabel Penelitian……… 43

3.3.2 Definisi Operasional………. 44

3.4 Pengembangan Instrumen Penelitian……….. 46

3.4.1 Penyusunan Instrumen Self Awareness……….. 46

3.4.2 Kisi-Kisi Instrument Self Awareness……… 47

3.4.3 Pedoman Skoring……….. 50

3.5 Uji Coba Instrumen dan Pengumpulan Data ………. 51

3.5.1 Uji Kelayakan Instrumen Self Awareness…………... 51

3.5.2 Uji Validitas Instrument Self Awareness……… 52

3.5.3. Uji Reliabilitas Instrument Self Awareness ………. 3.5.4 Kategori Tingkat Self Awareness……….. 3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. 55 57 57 3.7 Rancangan Intervensi Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing untuk Peningkatan Self Awareness Peserta Didik………. 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Self Awareness Peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI………. 70


(9)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.2 Dinamika Perubahan Self Awareness Peserta Didik……. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………. 4.4 Uji Efektivitas Bimbingan Kelompok Melalui Teknik Role Playing Untuk Peningkatan Self Awareness Peserta

Didik……….

4.5 Keterbatasan Penelitian……….

75 86 95 100

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Simpulan……….. 101

5.2 Rekomendasi………... 102

DAFTAR PUSTAKA………. 104

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(10)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR


(11)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Self Awarenes Sebelum Validitas…. 48 Tabel 3.2 Dimensi Self Awarenes...………... 49 Tabel 3.3 Kategori Skor Self Awarenes ………. 51 Tabel 3.4 Hasil Pengujian Validitas ...……… 53 Tabel 3.5

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas ...………... Kategori Tingkat Self Awareness……….

56 57 Tabel 4.1 Gambaran Umum Self Awareness Peserta didik Kelas XII

SMA Laboratorium Percontohan UPI ……… 70 Tabel 4.2 Gambaran Dimensi Self Awareness ……… 71 Tabel 4.3 Gambaran Self Awareness Kategori Rendah ……….. 73 Tabel 4.4

Tabel 4.5

Hasil Pretest Self Awareness Assesment...……… Hasil Pretest-Posttest Self Awareness Assesment………….

74 96 Tabel 4.6

Tabel 4.7

Uji Efektivitas Self Awareness Peserta Didik SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran

2014-2015...………

Uji Efektivitas Dimensi Self Awareness Peserta Didik SMA Laboratorium Percontohan UPI Tahun Ajaran

2014-2015...………

97


(12)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. SK PEMBIMBING

Lampiran 2. SK JUDGMENT

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian Lampiran 4. Skala Self Awareness

Lampiran 5. SLKBK

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian Lampiran 7. Analisa Data


(13)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK


(14)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Manusia memiliki kapasitas yang unik untuk dapat merenungkan status quo mereka menuju ideal. Kapasitas ini didukung oleh kemampuan dari setiap individu untuk membayangkan masa depan yang lebih baik dari masa lalu, mengevaluasi alternatif perkembangan diri, mengidentifikasi masalah dan keinginan untuk maju menuju ideal yang lebih dikenal dengan istilah self reflection.

Greg C. Ashley (2012, hlm. 3) mengungkapkan proses terhadap self reflection pikiran dan introspeksi dapat membatasi konstruksi kesadaran diri atau self awareness seseorang. Meskipun konseptualisasi kesadaran diri berbeda-beda, namun hal tersebut merupakan kemampuan untuk memusatkan perhatian kedalam diri serta mempelajari diri sendiri seolah-olah melihat kedalam cermin.

Self awareness sebagai konsep diri sangat penting artinya, karena individu dapat memandang diri dan dunianya, yang tidak hanya berpengaruh terhadap perilakunya, tetapi juga tingkat kepuasan yang diperoleh dalam hidupnya. Setiap individu tentu memiliki awareness terhadap dirinya sendiri, tetapi terkadang mereka tidak mengetahui apakah awareness tersebut positif atau negatif.

Individu yang memiliki self awareness positif akan memiliki dorongan mandiri lebih baik dan dapat mengenal serta memahami dirinya sendiri untuk dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi. Dalam hal ini individu dapat menerima dirinya apa adanya dan mampu melakukan introspeksi diri serta lebih mengenal dirinya.

Jika individu tidak memiliki kesadaran diri untuk mengenal dirinya sendiri, maka individu tersebut tentunya tidak memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan keputusannya. Individu yang memiliki self awareness negatif tidak akan memiliki kestabilan dan keutuhan diri, serta tidak dapat mengenal dirinya dengan baik. Damasio (2000, hlm. 24) menyatakan bahwa kesadaran diri didasari oleh keadaan sadar terjaga dan disertai oleh perhatian yang terpusat pada keadaan


(15)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internal dalam diri. Kualitas kesadaran diri merupakan keadaan lebih jelas dan jernihnya pengalaman sadar individu mengenai keadaan disini dan saat ini (here & now) yang secara efektif menyadari ingatan masa lalu dan mengantisipasi masa depan.

Self awareness sangat penting karena ketika memahami diri sendiri dengan baik, maka kita memiliki pengalaman untuk melihat keunikan dalam diri sendiri. Self awareness merupakan langkah yang diyakini dapat mengantarkan individu mendapatkan keberhasilan hidup dengan membuat suatu tujuan atas apa yang diinginkan. Individu yang sedang berada dalam kondisi self awarenes memiliki kemampuan memonitor diri, yakni mampu membaca situasi sosial dalam memahami diri, memahami orang lain dan mengerti harapan orang lain terhadap dirinya. Perilaku yang ditampilkan akan mengenal dan menyadari sepenuhnya nilai dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup, kekuatan serta kelemahan diri serta hubungan antara perasaan dan tingkah laku.

Aspek self awareness dalam kehidupan sehari-hari sangat menpengaruhi individu dalam melakukan aktivitasnya. Penetapan visi kesadaran akan kekuatan dan kelemahan tidak akan berarti bila individu tidak melakukan aksi melalui perasaan (affect), tingkah laku (behavior) dan pemikiran (cognition). Aktivitas yang di lakukan hendaknya mempertimbangkan ketiga hal tersebut sehingga dapat mencapai tujuan individu.

Kemampuan self awareness tersebut tidak hanya menyangkut aspek perkembangan pribadi sosial, tetapi juga menyangkut aspek akademis yang akan mengantarkan manusia sebagai peserta didik pada pencapaian standar akademis yang optimal. Kehidupan peserta didik saat usia remaja cenderung memilih segala sesuatu yang diinginkan secara cepat tanpa harus melewati sebuah proses, sehingga mereka terlihat tidak suka berjuang dan berusaha. Hal ini tidak menjadi suatu tanda bahwa semua remaja tidak produktif dan aktif, karena dalam perkembangannya sebagai seorang remaja, banyak hal yang terlibat untuk menjadikan mereka sebagai individu yang potensial dalam meningkatkan setiap kompetensi yang dimiliki.


(16)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan stress (storm and stress). Remaja memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Apabila keinginan mereka terarah dengan baik, diharapkan seorang peserta didik dapat memiliki motivasi untuk belajar secara mandiri. Hal ini dapat mempengaruhi peserta didik tersebut dalam mewujudkan potensi dirinya menjadi seseorang yang menakjubkan. Pada masa topan badai ini, perubahan yang sering terjadi biasanya disebabkan oleh kemajuan teknologi, pengaruh lingkungan sekitar atau peserta didik merasa tidak menjadi diri sendiri, sehingga peserta didik tidak memiliki self awareness atau kesadaran diri. Salah satu hal yang harus dilakukan para pendidik dalam membentuk pribadi insan kamil adalah dengan menumbuhkan self awareness peserta didik yang merupakan konsep diri dari seseorang.

Peserta didik yang memiliki self awareness atau kesadaran diri akan memberikan perhatian pada diri sendiri, perasaannya, nilai, maksud, dan evaluasi dari orang lain. Self awareness membantu peserta didik untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri dan menyadari bahwa tingkah laku dikendalikan oleh pikiran sendiri.

Berbagai konseptualisasi kesadaran diri telah muncul dari waktu ke waktu dengan formulasi yang baru dan menambahkan nuansa pada versi sebelumnya. Duval dan Wicklund (1972, hlm. 2) menyatakan dalam teori objective self awareness (OSA), bahwa individu secara berkala memusatkan perhatian ke dalam diri dan memulai proses perbandingan untuk menilai diri terhadap standar yang menonjol (misalnya: perilaku atau kemajuan menuju tujuan). Hasil kemungkinan perbandingan seperti itu akan menjadi identifikasi diri/standar gap, yang pada saat tertentu akan menyebabkan dampak negatif (Ickes, Wicklund, & Ferris, 1973, hlm. 1).

Ada beberapa dimensi standar perbandingan yang terlibat pada proses introspeksi dan evaluasi diri, seperti: 1) perilaku kesenangan terhadap masa lalu, sekarang, dan masa depan, 2) kepekaan terhadap perasaan batin, 3) pengakuan terhadap perbuatan positif dan negatif, 4) perilaku introspektif, 5) kecenderungan untuk membayangkan diri sendiri, 6) kesadaran penampilan fisik seseorang dan presentasi, 7) keprihatinan atas penilaian orang lain (Fenigstein, Scheier, dan


(17)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Buss, 1975, hlm. 523).

Self awareness atau kesadaran diri peserta didik pada masa tersebut akan mengalami perubahan yang dramatis, mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain. Peserta didik menganggap orang lain selalu memberikan kritik, sehingga secara tidak langsung mereka selalu melihat situasi di luar diri mereka sendiri. Berdasarkan situasi tersebut, perkembangan peserta didik yang dilalui menuntut kreatifitas dan keragaman berpikir dari peserta didik melalui pendidikan formal, sehingga dapat meningkatkan potensi individu yang merupakan ciri universal manusia sejak lahir. Hanya sedikit individu yang dapat menemukan kembali potensi kreatif sehingga meningkatkan motivasi dan mempunyai nilai melalui self awareness.

Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang termaktub dalam UU No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat (1) yang menyebutkan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Jika kita cermati lebih mendalam apa yang terkandung dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang tujuan pendidikan nasional tersebut, tampak jelas bahwa penampilan perilaku remaja yang tidak memiliki self awareness sangat tidak diharapkan, karena tidak sesuai dengan dengan sosok pribadi manusia Indonesia yang dicita-citakan, yaitu: 1) beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2) berakhlak mulia, 3) memiliki pengetahuan dan keterampilan, 4) memiliki kesehatan jasmani dan rohani, 5) memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri, serta 6) memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Peserta didik tidak hanya ikut dalam proses pembelajaran saja, dengan layanan bimbingan dan konseling sudah sepantasnya peserta didik diarahkan kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional. Untuk membantu mencapai tujuan pendidikan nasional itu salah satu komponen terpenting adalah peserta didik dapat mengoptimalisasikan semua potensi yang dimiliki, terampil secara pribadi dan sosial sehingga menjadi pribadi yang sehat dan bertanggung jawab.


(18)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pemaparan di atas bimbingan dan konseling dipandang sebagai suatu proses perkembangan (developmental process) yang menekankan kepada upaya membantu individu dalam seluruh fase perkembangannya yang menyangkut aspek-aspek vokasional, pendidikan, pribadi dan sosial (Shertzer & Stone,1971, hlm. 76 ; Myrick dalam Kartadinata, 1996, hlm. 99; dan Supriadi, 1997, hlm. 7, Syamsu Yusuf & Juntika Nurihsan, 2008, hlm. 53).

Dalam tahap perkembangannya peserta didik SMA kelas XII merupakan remaja yang memiliki kompetensi secara pribadi dan sosial untuk: 1) menghargai diri sendiri dan orang lain, 2) menata tujuan dari hasil yang ingin dicapai, 3) memiliki pertahanan dan kemampuan untuk dapat menyelamatkan diri (Nandang Rusmana, 2009, hlm. 155).

Self awareness merupakan salah satu cara untuk mengendalikan perilaku yang menyertai emosi tertentu. Emosi merupakan suatu reaksi mental dan psikologis yang muncul secara spontan ketika individu berhadapan dengan suatu kondisi. Sarlito Wirawan (2000, hlm. 30) mengungkapkan bahwa sejatinya pada manusia normal terdapat empat jenis emosi dasar yaitu: senang, sedih, marah dan takut. Keempat emosi ini kemudian berkembang menjadi berbagai emosi seperti terkejut, cemas, malu, jijik, dan sebagainya. Emosi sendiri sebenarnya tidak memiliki muatan “benar” atau ”salah” karena ini merupakan reaksi manusiawi dalam menghadapi sesuatu.

Hal ini yang membuat self awareness menjadi penting dalam menjadikan peserta didik mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan hidupnya. Berdasarkan kompetensi yang dimilikinya, diharapkan peserta didik SMA kelas XII bisa memahami keadaan internal dirinya. Proses kesadaran diri tersebut berupa refleksi yang dilakukan secara sadar untuk memikirkan hal-hal yang diinginkan bersamaan dengan emosi-emosi mengenai pengalaman tersebut.

Diharapkan peserta didik yang memiliki self awareness tinggi mengetahui dirinya secara lebih baik, memahami emosi-emosinya dan mampu mengetahui perasaan emosinya pada suatu moment tertentu. Individu yang memiliki self awareness akan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi yang dialaminya serta memiliki pemonitoran yang baik, artinya mampu membaca


(19)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

situasi sosial dalam rangka memahami orang lain terhadap dirinya (Rohman, 2006, hlm. 27).

Fenomena yang terjadi di sekolah saat ini, peserta didik tidak dapat mengontrol emosinya atau sering bersikap agresif, kasar terhadap orang lain, bertengkar, keras kepala dan suasana hatinya sering berubah-ubah, sering mengolok-olok, bertemperamen tinggi dan juga melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah. Selain itu peserta didik yang memasuki fase remaja di sekolah banyak yang merasa cemas dan depresi, hal tersebut terlihat pada perilaku peserta didik yang sering merasa takut, gugup, sedih dan merasa tidak dicintai oleh lingkungan sekitar.

Hal ini terjadi karena secara esensial ada 2 macam kemampuan dalam kehidupan seorang individu, yaitu: kemampuan berpikir (thinking skill) dan kemampuan bersosialisasi (social skill). Menurut WHO (NCERT, 2005, hlm. 1), self awareness merupakan bagian pertama dari 10 core Life Skills yang diikuti oleh emphaty, critical thinking, creative thinking, decision making, problem solving, effective communication, interpersonal relationship, coping with stress and dealing with emotion.

Dalam perkembangannya, peserta didik akan lebih lama berada di sekolah yang merupakan tempat pendidikan untuk dapat mengembangkan diri melalui layanan bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling memiliki empat jenis layanan, yaitu: 1) layanan dasar bimbingan, 2) layanan responsif, 3) layanan perencanaan individual, 4) dukungan sistem. Semua layanan ini merupakan kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada individu pada umumnya, dan peserta didik pada khususnya di sekolah dalam rangka membantu peserta didik mengembangkan potensinya secara optimal. Layanan bimbingan konseling merupakan layanan yang dianggap tepat untuk memberikan kontribusi pada peserta didik untuk meningkatkan self awareness peserta didik akan pentingnya moral yang baik.

Upaya menangkal dan mencegah perilaku yang tidak diharapkan ini merupakan wilayah bimbingan dan konseling yang harus dilakukan secara proaktif dan berbasis data mengenai perkembangan peserta didik beserta faktor


(20)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang mempengaruhinya. Hal ini harus dilakukan mengingat bimbingan dan konseling wajib membantu mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standard kompetensi kemandirian.

Bimbingan dan konseling pribadi-sosial menurut Yusuf dan Nurihsan (2005, hlm. 11) merupakan layanan yang mengarah pada pencapaian pribadi serta ragam permasalahan yang dialami individu. Bimbingan dan konseling merupakan usaha membantu peserta didik agar dapat memahami dirinya, baik potensi maupun kelemahan-kelemahannya. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2011, hlm. 14), tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan aspek pribadi-sosial peserta didik, sebagai berikut: 1) memiliki sikap positif atau respek terhadap diri sendiri dan orang lain, 2) bersikap respek terhadap orang lain, menghormati atau menghargai orang lain, tidak melecehkan martabat atau harga dirinya, 3) memiliki kemampuan berinteraksi sosial, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan, atau silaturahmi dengan sesama manusia.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI, melalui observasi, wawancara dan need assessment diperoleh kesimpulan sementara bahwa peserta didik kurang mampu mengenal dirinya sendiri, sehingga apapun yang dilakukan saat ini lebih mengarah kepada situasi diluar kendali mereka. Hal ini terlihat pada saat memberikan bimbingan klasikal dan kelompok, peserta didik belum menyadari potensi diri sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya serta mengalami kendala dalam hubungan dengan teman sebaya.

Wawancara dengan Guru BK kelas XII dan membaca hasil psikotes pada saat peserta didik memasuki SMA Laboratorium Percontohan UPI juga dilakukan oleh peneliti. Dari proses tersebut terdapat 16 peserta didik kelas XII, belum mengenal apa sebenarnya yang diinginkan dengan rasa tanggung jawab melalui tingkat kesadaran diri yang tinggi dan peserta didik juga memiliki keterbatasan interaksi antara kelompok teman sebaya.

Berdasarkan situasi di atas, maka teknik bimbingan yang dapat dilakukan untuk peningkatan self awareness peserta didik adalah perkembangan melalui visi bimbingan dan konseling yang edukatif, pengembangan dan outreach. Edukatif


(21)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menitik beratkan pada pencegahan dan pengembangan, bukan pada korektif atau teurapetik. Pengembangan bertujuan untuk perkembangan optimal individu melalui rekayasa lingkungan yang berkembang. Outreach, tidak hanya membantu individu yang bermasalah, tetapi meliputi ragam dimensi yang cukup besar. Teknik yang dapat digunakan dalam pendekatan perkembangan ini adalah pembelajaran, pertukaran informasi, bermain peran, tutorial dan konseling. (Muro and Kottman, 1995, hlm. 5 dalam Yusuf dan Nurihsan).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka bantuan yang dapat dilakukan untuk peningkatan self awareness peserta didik adalah layanan bimbingan konseling melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Konsep dasar bimbingan kelompok dikatakan sebagai inti kegiatan secara keseluruhan dan biasanya bersifat kelompok. Tekniknya dilakukan secara berkelompok terhadap sejumlah individu untuk menerima bimbingan yang dimaksudkan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri, serta pengembangan diri. Bimbingan kelompok dilaksanakan jika masalah yang dihadapi peserta didik mempunyai kesamaan atau saling mempunyai hubungan serta mereka bersedia dilayani secara kelompok (Hartinah, 2000, hlm. 5).

Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui teknik sosiodrama, psikodrama, informasi, diskusi dan role playing. Role playing merupakan permainan gerak yang terdapat suatu tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, dalam Mudairin, 2003, hlm. 2). Teknik role playing menjadi pilihan peneliti dalam melakukan intervensi karena merupakan suatu alat belajar untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya (Romlah, 2001, hlm. 34). Role playing dapat menjalankan situasi yang diperankan sesuai dengan kehidupan yang sebenarnya dan sesuai dengan apa yang dialami oleh peserta didik.

Menurut Jeremy Harmer yang dikutip Budden, penggunaan role playing dalam kegiatan pembelajaran dapat membawa dampak yang sangat positif bagi


(22)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

peserta didik, yaitu: 1) meningkatkan motivasi, 2) belajar untuk mengungkapkan diri, 3) memberi kesempatan yang luas untuk berbicara. Sehingga pada kenyataannya, role playing ini dapat meningkatkan kemampuan self awareness dalam berkomunikasi, inisiatif dan bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah.

Teknik role playing di dalam peningkatan self awarenesss bertujuan untuk mencapai nilai pribadi sosial peserta didik dan nilai terhadap diri sendiri yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan potensi diri. Teknik role playing ini juga sangat efektif untuk memfasilitasi peserta didik dalam mempelajari perilaku sosial dan nilai-nilai dalam proses peningkatan self awareness.

1.2. Identifikasi Masalah Penelitian

Kurangnya kemampuan peserta didik dalam kesadaran diri, terlihat dengan jelas saat mereka menjalani kegiatan sehari-hari seperti: datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak menyelesaikan tugas sekolah, tidak mentaati aturan sekolah dan sulit menetapkan tujuan untuk menentukan pilihan program studi, fakultas, maupun menentukan perguruan tinggi tempat mereka melanjutkan pendidikannya dan dalam hubungan antar teman sebaya.

Ketidakmampuan tersebut ditunjukkan dengan sikap yang biasa karena peserta didik tidak menyadari bahwa hal tersebut harus dihindari. Peserta didik juga mengalami rasa ketakutan dan selalu menyalahkan orang lain ketika tidak bisa menyelesaikan tugas dan kewajibannya pada saat proses belajar mengajar, misalnya: tidak bisa menyelesaikan soal matematika maka peserta didik akan langsung menyalahkan guru mata pelajaran, tanpa melihat kedalam diri sendiri apakah peserta didik telah belajar dengan baik.

Melihat adanya situasi tersebut, maka timbul pandangan dengan menggunakan orang lain sebagai kriteria untuk menilai konsep diri kita, hal ini terjadi pada saat kita berinteraksi. Setiap orang akan memiliki pandangan sendiri tentang kita. Hal ini akan membantu melihat dari sudut pandang orang lain mengenai diri kita dan akan membantu menambah kesadaran tentang diri sendiri.


(23)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perasaan peserta didik menjadi suatu sumber energi dalam belajar, disamping motivasi belajar. Peserta didik yang kecerdasan emosinya baik, akan merasa senang, bergairah dan semangat dalam belajar, disamping motivasi belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Kesadaran peserta didik untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran harus ditingkatkan untuk mencapai tujuan dari peserta didik sendiri dalam meningkatkan kompetensinya. Peserta didik juga diharapkan dapat belajar dari setiap pengalaman yang dilalui dengan melakukan introspeksi diri.

Fokus penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara kesadaran diri dengan kompetensi peserta didik didalam melaksanakan proses belajar disekolah untuk meningkatkan potensi peserta didik melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. Peserta didik SMA kelas XII diharapkan dapat bertanggungjawab atas tujuan dan masa depan mereka saat memutuskan pilihan hidupnya setelah lulus SMA melalui kesadaran diri yang dilakukan sehari-hari.

1.3. Rumusan Masalah Penelitian

Dengan menetapkan fokus penelitian pada upaya peneliti untuk memberikan bimbingan kelompok melalui teknik role playing dalam peningkatan self awareness peserta didik, maka pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seperti apakah kecenderungan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebelum mendapatkan bimbingan kelompok melalui teknik role playing.

2. Seperti apakah kecenderungan peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sesudah mendapatkan bimbingan kelompok melalui teknik role playing.

3. Apakah bimbingan kelompok melalui teknik role playing efektif untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.


(24)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian bertujuan menghasilkan rumusan layanan bimbingan kelompok dengan teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah mengkaji dan memperoleh gambaran empirik tentang:

1. Profil self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebelum mendapatkan bantuan melalui bimbingan kelompok.

2. Dinamika self awareness terhadap perkembangan peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan melalui bimbingan kelompok.

3. Efektivitas bimbingan kelompok dengan menggunakan teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

1.5. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis :

1. Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu BK, khususnya yang berkaitan dengan teknik bimbingan kelompok dan dinamika perkembangan self awareness peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

2. Memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu BK khususnya yang berkaitan dengan teknik bimbingan kelompok.

3. Memberikan bukti empirik tentang adanya dinamika self awareness terhadap peserta didik Kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

Manfaat Praktis :

1. Peserta didik dapat memahami dinamika self awareness beserta strategi pengembangannya melalui bimbingan kelompok dengan teknik role playing. 2. Sebagai alternatif bagi Guru BK, untuk dapat meningkatkan keahlian mereka

dalam memberikan bantuan bimbingan terhadap peserta didik melalui bimbingan kelompok untuk peningkatan self awareness.


(25)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kepala Sekolah dapat memfasilitasi terlaksananya bimbingan kelompok melalui teknik role playing sehingga dapat terjadi peningkatan self awareness peserta didik.

1.6. Struktur Organisasi Tesis

Penelitian ditulis dalam lima bab, dengan struktur organisasi pada halaman berikutnya.

1. Bab I Pendahuluan mencakup uraian dari latar belakang penelitian; identifikasi masalah penelitian; rumusan masalah penelitian; tujuan penelitian; manfaat penelitian; dan struktur organisasi tesis.

2. Bab II Kajian Pustaka mencakup uraian konsep atau teori utama dan teori-teori turunannya dalam bidang yang dikaji; hasil penelitian terdahulu dan hasil temuannya; asumsi penelitian; kerangka berpikir dan hipotesis.

3. Bab III Metode Penelitian mencakup pembahasan secara berurutan tentang pendekatan penelitian; metode penelitian; desain penelitian; lokasi dan subjek penelitian; definisi operasional tentang variabel-variabel penelitian; instrumen penelitian; teknik pengumpulan data dan analisisnya.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan mendiskusikan temuan penelitian dengan menggunakan dasar teoritik yang telah dibahas dalam Bab II dan berisi uraian tentang dua hal utama yaitu; hasil pengolahan atau analisis data dalam bentuk temuan penelitian; dan pembahasan atau analisis temuan penelitian.

5. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi mencakup penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian yang disajikan dalam bentuk kesimpulan; dan rekomendasi yang ditujukan kepada pihak sekolah; dosen pengampu mata kuliah; dan kepada peneliti selanjutnya.


(26)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK


(27)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Desain Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan pada data berupa angka-angka (numerical) yang pengolahan datanya dilakukan dengan metode statistik. Pada konteks penelitian ini, pendekatan kuantitatif ditujukan untuk mengetahui perbedaan perubahan antara sebelum dan sesudah dilakukan tindakan (treatment). Tujuan akhir dari penelitian ini adalah melihat keefektifan bimbingan kelompok melalui teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik. Kerangka isi dan komponen program disusun berdasarkan kajian teoritis tentang konsep self awareness, layanan bimbingan kelompok, kajian penelitian terdahulu yang relevan, analisis permasalahan self awareness dan kajian empiris tentang kondisi aktual bimbingan kelompok yang berkaitan dengan perilaku self awareness peserta didik di tempat penelitian. Guna menguji efektivitas bimbingan kelompok melalui teknik role playing untuk peningkatan self awareness peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2014-2015, maka peneliti menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Penelitian eksperimen kuasi merupakan penelitian percobaan yang membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok diberi perlakuan tertentu (eksperimen) dan satu kelompok dikendalikan pada suatu keadaan (kontrol) sebagai pembanding. Subjek penelitian (peserta didik) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu kelas), sehingga tidak memungkinkan diadakan pengambilan subjek penelitian secara acak dari populasi yang.

Melalui pretest yang dilakukan dan juga instrument yang telah diadaptasi maka peneliti mendapatkan profil self awareness peserta didik. Kemudian dilakukan intervensi terhadap peserta didik yang memiliki self awareness yang rendah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas program bimbingan kelompok melalui teknik role playing yang dilakukan untuk peningkatan


(28)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

self awareness peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2014-2015.

Desain yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pre and posttest design non equivalent yang memiliki ciri-ciri: 1) ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, 2) subjek penelitian diambil tidak secara acak dari populasi, tetapi diambil dari seluruh subjek yang telah dibentuk secara alami dalam suatu kelompok. Sampel penelitian menggunakan seluruh subjek dalam suatu kelompok (intac group) untuk diberi perlakuan (treatment). Dua kelompok yang ada diberi pretest, kemudian pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (treatment) berupa teknik role playing dan terakhir diberikan posttest kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Desain Penelitian Kuasi Eksperimen

Pretest Treatment Posttest

Kelompok AO _____AO1_________X__________AO2_________ ___________________________________________

Kelompok BO _______BO1________O__________ BO2_________ Gambar 3.1

(Creswell, 2008 page 314) Keterangan :

AO : Kelompok Eksperimen BO : Kelompok Kontrol

AO1, BO1 : pretest (sebelum perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

AO2, BO2 : posttest (setelah perlakuan) pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

X : Teknik role playing O : No treatment

3.2. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Laboratorium Percontohan UPI yang berlokasi di Jl. Dr. Setiabudi no. 229 Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Pada tahun pelajaran 2014-2015 di sekolah ini terdapat 6 kelas untuk


(29)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelas XII IPA dan IPS. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XII IPS-2 yang berjumlah 30 orang peserta didik. Asumsi pemilihan peserta didik kelas XII adalah: 1) Peserta didik kelas XII berada dalam rentang usia remaja, yaitu berkisar antara 17-18 tahun yang merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik secara biologis, kognitif, maupun sosio emosional, 2) Peserta didik kelas XII berada pada kategori “remaja” berada pada proses pencarian jati diri, terkadang remaja tidak mengenal dirinya sendiri dan apa yang diinginkanya, sehingga mereka berada pada kategori self awareness yang rendah.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik non-probability sampling dimana setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Secara spesifik teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini adalah purposive sampling, dimana pengambilan sampel dilakukan atas pertimbangan tertentu.

Setelah diperoleh sampel yang memenuhi kriteria, maka sampel tersebut dibagi kedalam dua kelompok penelitian yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan sampel adalah peserta didik yang teridentifikasi memiliki kesadaran diri yang rendah. Dari data pretest yang dilakukan pada populasi teridentifikasi 73 peserta didik termasuk dalam kategori sedang dan 19 peserta didik termasuk dalam kategori rendah. Dalam menentukan jumlah sampel penelitian yang mengacu pada Cresweel (2008), estimasi jumlah penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh subjek dalam suatu kelompok (intac grup) untuk diberi perlakuan (treatment). Pada situasi ini peneliti mengambil sampel kelas XII IPS 2 yang berjumlah 30 orang, sehingga jumlah sampel kelompok eksperimen 16 orang dan kelompok kontrol 14 orang.

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.3.1. Variabel Penelitian


(30)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini memuat dua variabel, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah self awareness, sedangkan variabel bebas adalah bimbingan kelompok melalui teknik role playing.

3.3.2 Definisi Operasional a. Self Awareness

Pengembangan penelitian mengenai self awareness dimulai diakhir tahun 1960 dan awal tahun 1970, psikologi sosial mempelajari mengenai self focused yang menggambarkan sifat diri dan harga diri. Duval and Wicklund (1972), dalam A theory of objective self awareness (OSA), mengatakan bahwa pemahaman diri bisa dilakukan melalui evaluasi diri. Memahami diri dalam hal ini adalah melalui, pikiran, perasaan dan tingkah laku melalui suatu proses yang melihat kedalam diri dan standard kebenaran yang ada (Duval & Silvia, 2001, hlm. 4). Selain itu kesadaran diri (self awareness) didefinisikan sebagai suatu kecerdasan emosional didalam diri seorang individu (Goleman, 1995 dan 1998; Boyatzis, 1999). Self Awareness merupakan kemampuan untuk menyadari dan memahami emosi, perasaan, pikiran tentang suasana hati dan dorongan hati yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu serta menyadari pengaruh perasaannya dalam berinteraksi dengan orang lain. Kesadaran diri dapat mengetahui apa yang dirasakan seseorang pada suatu saat, dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri dan memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri, dan kepercayaan diri yang kuat.

Menurut Brigham (dalam Sosiawan, 2009) self awareness merupakan keadaan pada manusia ketika mengarahkan perhatiannya ke dalam untuk memfokuskan pada diri sendiri atau derajat perhatian yang diarahkan ke dalam untuk memusatkan perhatian pada aspek diri. Self awareness dapat berfokus pada dua situasi, yaitu :


(31)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Secara pribadi dimana individu fokus pada aspek yang relatif terjadi pada diri sendiri seperti mood, persepsi dan perasaan. Individu yang memiliki self awareness jenis ini dominan akan lebih cepat memproses informasi yang mengacu pada dirinya dan memiliki gambaran tentang diri sendiri yang lebih konsisten dikenal dengan private self awareness.

2. Secara umum dimana individu fokus pada aspek tentang diri yang tampak atau terlihat pada orang lain seperti penampilan dan tindakan sosial. Individu yang memiliki self awareness seperti ini akan cenderung menaruh perhatian pada identitas sosialnya dan reaksi orang lain pada dirinya, sehingga disebut dengan public self awareness.

Secara operasional definisi self awareness dalam penelitian ini adalah komponen kecerdasan emosional yang pertama dan mempunyai satu pemahaman emosi kekuatan, kelemahan, kebutuhan dan pendorong diri sendiri yang dilakukan dengan kesadaran diri. Self awareness individu yang tinggi bukan berarti mencerminkan individu tersebut sangat kritis atau tidak realistis, namun mereka cenderung lebih jujur dengan diri mereka sendiri. Individu dengan kesadaran diri yang tinggi akan mengetahui bagaimana perasaan mereka mempengaruhi diri sendiri, orang lain dan kinerja mereka. Dengan demikian bila orang sadar diri, maka individu tersebut mengetahui bahwa dirinya bisa mengatasi perasaannya sendiri dan akan mengalihkan rasa frustasi dan emosi pada hal yang lebih membangun.

b. Bimbingan Kelompok melalui Teknik Role Playing

Bimbingan kelompok merupakan teknik bimbingan yang menggunakan kelompok dalam upaya memberikan bantuan kepada individu (Surya dan Natawidjaja, 1986, hlm. 103). Teknik kelompok yang dimaksud disini adalah penggunaan situasi interaksi sosial-psikologis yang terjadi dalam kelompok untuk


(32)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keperluan pencapaian tujuan bimbingan. Sejalan dengan pendapat sebelumya, Rusmana (2009, hlm. 13) mendefinisikan bimbingan kelompok sebagai berikut.

Bimbingan kelompok sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui suasana kelompok yang memungkinkan setiap anggota untuk belajar berpartisipasi aktif dan berbagi pengalaman dalam upaya pengembangan wawasan, sikap dan atau keterampilan yang diperlukan dalam upaya mencegah timbulnya masalah atau dalam upaya pengembangan diri. Sementara itu teknik role playing adalah suatu alat belajar untuk meningkatkan keterampilan dan pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sebenarnya (Romlah, 2001, hlm. 34). Role playing digunakan untuk membantu individu dalam meningkatkan pemahaman yang lebih baik terhadap diri mereka sendiri, orang lain, atau untuk latihan perilaku (Brown, 1994, hlm. 58).

Teknik role playing yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebuah kegiatan yang memainkan suatu peran yang dipimpin oleh pemandu (fasilitator) yang bertujuan untuk menciptakan spontanitas dan kreativitas untuk menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat peserta didik kelas XII SMA Laboratorium Percontohan UPI Bandung Tahun ajaran 2014-2015. Hal ini dilakukan agar peserta didik mengekspresikan dirinya dengan melakukan eksplorasi atas wawasan mengenai dirinya sendiri serta mengembangkan kemampuan mengenal diri sendiri melalui tahapan bermain peran seperti yang sudah dijelaskan dalam Bab 2.

3. 4. Pengembangan Instrumen Penelitian 3.4.1. Penyusunan Instrumen Self Awareness

Pengembangan instrumen pada penelitian ini mengadaptasi instrument penelitian tentang indikator self awareness dengan melakukan translation. Didalam pengembangan angket ini disampaikan bahwa self awareness, adalah kemampuan seseorang yang ada didalam hati untuk dapat menguasai dirinya. Angket tersebut dikembangkan atas dasar perspektif kajian Important Areas of


(33)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Self Awareness dari Allan & Waclawski (1999); Atwater & Yammarino (1992); Goleman (1998b); Judge et al, (2003); Parker & Kram (1993); Sosik & Megerian (1999); Cools & Van den Broeck (2007). Ada 5 area penting didalam self awareness yang dapat membangun kesuksesan seorang individu didalam meningkatkan potensi dirinya:

1. Kecerdasan Emosi (Emotional Intelligence): Mengidentifikasi kesadaran emosi dan cara mengontrolnya; kemampuan untuk dapat mengatur diri sendiri dan hubungan dengan orang lain.

2. Nilai-nilai Pribadi (Personal Values): Mengidentifikasi standar pribadi dan penilaian moral; dinamika terhadap perilaku seseorang yang merupakan kesatuan dari sikap, orientasi dan tingkah laku dalam pribadi orang tersebut misalnya: baik-buruk, berguna-tidak berguna, diinginkan-tidak diinginkan, benar-salah, bermoral-tidak bermoral.

3. Gaya Kognitif (Cognitive Style): Mengidentifikasi perolehan informasi dan melakukan evaluasi; mengacu pada perilaku individu dalam mengumpulkan dan memproses informasi. Bentuk proses yang terjadi biasanya melalui interpretasi, menghakimi atau melakukan respon terhadap informasi tersebut.

4. Orientasi terhadap perubahan (Orientation Toward Change): Mengidentifikasi penyesuaian dan tanggung jawab; fokus pada metode yang digunakan individu untuk mengatasi perubahan dalam lingkungan mereka.

5. Evaluasi Diri (Core Self Evaluation): Mengidentifikasi atribut kepribadian yang mendasar seperti: self esteem, self efficacy, self control dan kestabilan emosi yang berpengaruh terhadap kebahagiaan


(34)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

individu tersebut; membangun aspek penting dari kepribadian untuk dapat dikembangkan.

3.4.2. Kisi-kisi Instrumen Self Awareness

Kuesioner ini terdiri dari 5 dimensi self awareness. Setiap bagian ada pernyataan dan pertanyaan untuk mengukur tingkatan self awareness dari peserta didik SMA yang masing-masing terdiri dari: kecerdasan emosi 12 item, nilai pribadi 36 item, gaya kognitif 18 item, orientasi terhadap perubahan 29+16 item, evaluasi diri 12 item, seperti yang terlihat dalam tabel dibawah:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Self Awareness Sebelum Validitas

No Dimensi Aspek Item Model

Jawaban ∑ 1 Kecerdasan

Emosi

1. Kesadaran emosi 2. Pengontrolan

terhadap Emosi (Keseimbangan) 3. Diagnosa terhadap

Emosi (Empati) 4. Tanggapan

terhadap Emosi

1, 5, 9 2, 6, 10

3, 7, 11 4, 8, 12

Pilihan Ganda 3 3 3 3 2 Nilai-Nilai

Pribadi

1. Mengidentifikasi standar pribadi 2. Pertimbangan

moral

4, 5, 7, 9, 11, 12

1, 2, 3, 6, 8, 10

Indeks 6

6 1. Mengidentifikasi

standard pribadi 2. Pertimbangan

moral

1, 6, 11, 9, 10 2, 3, 4, 5, 7, 8, 12 5 7 1. Mengidentifikasi standard pribadi 2. Pertimbangan moral

1, 2, 3, 5, 11 4, 6, 7, 8, 9, 10, 12

5 7

3 Gaya Kognitif

1. Pengetahuan 2. Perencanaan 3. Kreatifitas

5, 8 11, 14 1, 3, 6, 9, 12, 15, 17

2, 4, 7, 10, 13, 16, 18 Skala Likert 4 7 7


(35)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4 Orientasi terhadap Perubahan

1. Mengidentifikasi kemampuan beradaptasi

2. Bertanggung jawab

4, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 18, 20, 22, 24, 25, 27, 29

1, 2, 3, 5, 6, 7, 10, 15, 16, 17, 19, 21, 23, 26, 28

Dikotomi 14

15

1. Mengidentifikasi kemampuan beradaptasi

2. Bertanggung jawab

2, 4, 7, 8, 9, 11, 13,

1, 3, 5, 6, 10, 12, 14, 15, 16

Skala Likert

7

9 5 Evaluasi

Diri

1. Self Esteem 2. Self Efficacy 3. Kestabilan Emosi 4. Locus of control

2, 4 1, 3, 6, 8 10, 12 5, 7, 9, 11

Skala Likert 2 4 2 4 Kisi-kisi instrumen merupakan important areas of self awareness dan menjadi

bagian yang sangat penting dari peningkatan self awareness individu yang diadaptasi oleh penulis seperti disebutkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.2

Dimensi Self Awareness

No Dimensi Aspek Penjabaran

1 Kecerdasan Emosi

1. Kesadaran emosi 2. Pengontrolan

terhadap Emosi (Keseimbangan) 3. Diagnosa terhadap

Emosi (Empati) 4. Tanggapan

terhadap Emosi

1. Kemampuan untuk

mendiagnosa dan mengenali emosi diri.

2. Kemampuan untuk mengontrol emosi diri.

3. Kemampuan untuk mengenali emosi sendiri pada saat berinteraksi dengan orang lain. 4. Kemampuan untuk dapat

merespon tanda emosi diri dengan tepat.

2 Nilai-Nilai Pribadi

1. Mengidentifikasi standar pribadi 2. Pertimbangan

moral

Standar pribadi dan penilaian moral yang dilakukan merupakan dinamika terhadap perilaku seseorang yang merupakan kesatuan dari sikap, orientasi dan tingkah laku dalam pribadi orang tersebut misalnya: baik-buruk, berguna-tidak berguna, diinginkan-berguna-tidak 1. Mengidentifikasi

standard pribadi 2. Pertimbangan


(36)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Mengidentifikasi standard pribadi 2. Pertimbangan

moral

diinginkan, benar-salah, bermoral-tidak bermoral.

3 Gaya Kognitif

1. Pengetahuan 2. Perencanaan 3. Kreatifitas

Gaya kognitif didasari oleh peningkatan individu dalam melihat, menafsirkan dan merespon informasi dengan cara tertentu. Gaya kognitif didasari oleh 2 dimensi :

1.Cara kita memperoleh informasi 1. 2.Cara kita mengevaluasi dan

bertindak atas informasi tersebut 4 Orientasi

terhadap Perubahan

1. Mengidentifikasi kemampuan beradaptasi

2. Bertanggung jawab

Ada 2 Dimensi didalam Orientasi terhadap perubahan :

1. Tolerance of Ambiguity, akan melihat kemampuan individu untuk dapat mengatasi situasi yang tidak pasti dan terkadang sulit untuk mengambil suatu keputusan.

2. Locus of Control, sikap individu untuk dapat mengembangkan dirinya sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. 1. Mengidentifikasi

kemampuan beradaptasi

2. Bertanggung jawab

5 Evaluasi Diri

1. Self Esteem 2. Self Efficacy 3. Kestabilan Emosi 4. Locus of control

(internal)

Peningkatan terhadap individu yang melakukan evaluasi diri akan terlihat dengan adanya:

1. 1. Perbedaan kepribadian.

2. 2. Kepuasan terhadap peningkatan 3. hasil kerja.

4. 3. Kepuasan terhadap peningkatan 5. prestasi.

4.Kebahagiaan hidup, bermanfaat, mampu,

stabil dan bisa mengontrol dirinya

dalam bersosialisasi.

3.4.3.Pedoman Skoring

Skala yang dipergunakan dalam kuesioner self awareness ini mengacu pada skala likert, pilihan ganda, skor dikotomi dan stage development. Kuesioner


(37)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ini merupakan alat untuk memperoleh kategori rendah, sedang dan tingginya self awareness peserta didik. Pengelompokkan data untuk profil self awareness peserta didik SMA kelas XII berdasarkan tiga kategori yaitu tinggi, sedang, rendah. Berdasarkan hasil adaptasi yang dilakukan oleh peneliti, tabel dibawah ini adalah kategori yang ada untuk self awareness assessment:

Tabel 3.3

Kategori Skor Self Awareness Assessment

Rentang Skor Kategori Kualifikasi

> 60 Top quartile Peserta didik menyadari dan

memahami emosi yang terjadi pada dirinya. Mereka mengetahui batas-batas norma yang perlu dijaga dan berpikir untuk mengelola emosi yang dirasakan agar perilakunya masih berada dalam ambang batas tersebut.

56-59 Second quartile Peserta didik tersebut

menyadari emosi apa yang mereka rasakan namun cenderung menerima begitu saja emosi yang sedang terjadi dan tidak memahami emosi tersebut lebih jauh. Pada akhirnya mereka tidak berusaha untuk beradaptasi dengan emosi yang muncul.

51-55 Third quartile Peserta didik pada kategori

rendah memiliki

karakteristik self awareness yang selalu tenggelam


(38)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam emosinya dan tidak mampu keluar dari situasi ini, mereka tidak

memahami emosinya

sendiri sehingga bisa mudah larut terbawa emosi.

3. 5. Uji Coba Instrumen dan Pengumpulan Data 3.5.1. Uji Kelayakan Instrumen Self Awareness

Untuk melihat validitas isi instrument penelitian ini, maka dilakukan judgment oleh bapak Dr. Nur Hudayah, M.Pd. ahli yang diminta untuk memvalidasi materi (content), konstruk (construct) dan redaksi instrument penelitian yang diadaptasi oleh peneliti untuk mengukur tingkat self awareness peserta didik kelas XII SMA.

Hasil uji validasi ini berupa penilaian pada setiap item instrument yang dikelompokkan dalam kualifikasi memadai atau tidak memadai. Sebelum melakukan uji validitas terlebih dahulu dilakukan uji keterbacaan pada peserta didik kelas XII yang tidak menjadi sampel penelitian.

Uji keterbacaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Berdasarkan hasil diskusi, peneliti melakukan beberapa perubahan dalam penyusunan kalimat agar mudah dimengerti dan dipahami, cukup akurat dan memiliki tata bahasa yang baik dan terbebas dari kesalahan-kesalahan teknis lainnya (Crocker & Algina, 1986).

3.5.2.Uji Validitas Instrumen Self Awareness

Hal pertama yang dilakukan sebelum melakukan penelitian yaitu menguji validitas kuesioner yang digunakan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden, yang masuk ke dalam sampel, kemudian dilakukan pengujian terhadap kuesioner untuk mengukur tingkat kebaikan kuesioner.

Validitas menunjukkan sejauh mana relevansi pertanyaan terhadap apa yang ditanyakan atau apa yang ingin diukur dalam penelitian dan merupakan


(39)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tingkat penafsiran kesesuaian hasil antara instrumen dengan tujuan yang diinginkan oleh suatu instrumen (Creswell, 2012, hlm. 159). Tingkat validitas kuesioner diukur berdasarkan koefisien validitas yang dalam hal ini menggunakan koefisien korelasi item-total yang terkoreksi. Uji Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Paling tidak yang dapat kita lakukan dalam menetapkan validitas suatu instrument pengukuran adalah menghasilkan derajat yang tinggi dari kedekatan data yang diperoleh dengan apa yang kita yakini dalam pengukuran.

Pengujian validitas item pada instrumen self awareness ini menggunakan uji validitas nominal dan ordinal, karena indikator yang terdapat dalam 5 dimensi menggunakan rumus yang berbeda untuk menguji pertanyaan yang diajukan kepada responden melalui software program SPSS versi 20. Oleh karena itu korelasi yang digunakan seperti tersaji dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.4

Hasil Pengujian Validitas

Variabel Item

Valid Uji Validitas Jumla h Item Non Valid Jumla h Kesadaran Diri 1,2,3,4,5,6,7,8,10,1

1

Pearson 10 9 1

Emotional Inteligence 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ,11,12

Pearson 12 - -

Personal Values (DIT)

Penjara, Dokter dan Surat Kabar

Pearson 36 - -

Cognitive Style Indicator 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ,11,

12,13,14,15,16,17, 18

Pearson 18 - -

Locus Of Control 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 ,12,13,14,15,16,17, 18, 20, 21, 22, 23

Point Biserial

20 6, 19, 21

3

Tolerance of Ambiguity Scale

1,3,4,6,7,8,9,10,11, 12,13,14,15

Pearson 14 2,5 2

Core Self-Evaluation Scale

2,4,6,7,8,9,10,12 Pearson 8 1,3,5, 11


(40)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Uji validitas yang dilakukan untuk mengukur item pertanyaaan dalam bentuk ordinal dan skor dilakukan melalui teknik korelasi pearson yang menyatakan bahwa pertanyaan penelitian dapat dikatakan valid jika nilai koefisien validitasnya ≥ 0,3. Berdasarkan tabel 3.4 diatas, ada 1 item untuk kesadaran diri yang tidak valid karena validitasnya 0,28 sehingga kurang dari 0,3 sementara untuk cognitive style indicator semua item valid karena ≥ 0,3.Untuk Emotional Inteligence semua item valid, 2 item untuk tolerance of ambiguity dan 4 item untuk core self evaluation tidak valid karena karena ≤0,3.

Uji validitas untuk dimensi Locus of Control yang merupakan skor dikotomi dilakukan melalui program excel dengan menggunakan korelasi point biserial (rpbis). Ditemukan 3 item yang masing-masing nilai korelasi point biserial < 0,19, hal ini menunjukkan bahwa item tersebut harus dibuang. Kriteria baik tidaknya butir soal menurut Ebel dan Frisbie (dalam Salirawati 1991, hlm. 232) dalam Essentials of Educational Measurement adalah bila korelasi point biserial: >0.40=butir soal sangat baik; 0.30 - 0.39=soal baik, tetapi perlu perbaikan; 0.20 - 0.29=soal dengan beberapa catatan, biasanya diperlukan perbaikan; < 0. 19=soal jelek, dibuang, atau diperbaiki melalui revisi. Adapun tingkat kesukaran butir soal memiliki skala 0 - 1. Semakin mendekati 1 soal tergolong mudah dan mendekati 0 soal tergolong sukar.

Untuk mengungkap data personal values perkembangan moral yang merupakan salah satu dimensi self awareness digunakan kuesioner dalam bentuk tes situasi yang diadaptasi dari DIT model Rest (1974). Bentuk DIT yang digunakan dalam studi ini ialah versi pendek yang terdiri atas tiga ceritera. Ketiga ceritera yang dipilih sesuai dengan rekomendasi Rest (1974) yaitu ceritera narapidana, dokter dan buletin. Teknik Penyekoran DIT ini mengikuti langkah-langkah sebagai berikut (Kartadinata, 1988, hlm. 145-148).

Pertama, penelaahan konsistensi jawaban dengan cara membandingkan timbangan subjek terhadap keduabelas isu yang ditimbang dengan peringkat empat isu terpenting yang dipilihnya. Jawaban subjek dikatakan konsisten jika peringkat pertama isu terpenting menduduki rating tertinggi dalam pertimbangan


(41)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diberikan. Demikian pula untuk peringkat isu terpenting ke 2, 3 dan 4 dilihat konsistensinya dengan rating pertimbangan terhadap isu tersebut. Menurut Rest (1974) penelaahan konsistensi bisa diprioritaskan kepada peringkat isu terpenting pertama dan kedua. Jika subjek menunjukkan ketidakkonsistenan jawaban sama dengan atau lebih dari delapan (dari seluruh ceritera), maka seluruh protokol jawaban subjek tidak diolah. Berdasarkan penemuan empirik pada saat uji coba, toleransi ketidakkonsistenan jawaban subjek ditetapkan sama dengan atau lebih dari enam.

Kedua, penyekoran DIT untuk setiap subjek dengan menggunakan format sebagai berikut:

Ceritera Tahap

2 3 4 5 6 P

Narapidana Dokter Buletin Jumlah

Untuk keperluan penyekoran hanya diperhatikan empat isu terpenting yang dipertimbangkan subjek. Selanjutnya mengidentifikasikan kedalam tingkat perkembangan mana keempat isu terpenting itu bisa dikategorikan. Mengacu pada panduan itu, kemudian memberi skor terhadap empat isu terpenting yang dipilih dengan bobot 4 untuk terpenting pertama, 3 untuk terpenting kedua, 2 untuk terpenting ketiga, dan 1 untuk terpenting keempat. Skor tersebut ditulis pada lembar penyekoran sesuai dengan tahap perkembangan yang ditunjukkan oleh isu terpilih. Kemudian menjumlahkan skor pada setiap kolom untuk memperoleh skor tahap perkembangan. Skor P diperoleh dengan menjumlahkan skor tahap 5 dan 6 baik untuk setiap ceritera maupun keseluruhan. Skor P ini bisa ditafsirkan sebagai skor pertimbangan moral subjek dalam mengambil keputusan. Setelah diperoleh jumlah pada setiap tingkatan, selanjutnya adalah menghitung skor indeks yang diperoleh dari rasio skor nyata dengan skor ideal. Skor ideal diperoleh dari k x 4, dimana k adalah banyak isu yang termasuk ke dalam tingkat tertentu sebagaimana disajikan dalam panduan penyekoran, sedangkan angka 4 adalah skor maksimal ideal untuk setiap isu.


(1)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

103

3. Bagi Peneliti Selanjutnya.

a. Dapat mengembangkan tema penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian self awareness dan memperdalam penelitian terhadap 5 dimensi yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan self awareness yaitu aspek emotional inteligence personal value, cognitive style, tolerance of ambiguity, locus of control dan core self evaluation. b. Penggunaan alat pengumpulan data berupa kuesioner harus dilengkapi dengan data kualitatif berupa observasi dan wawancara secara detail sehingga dapat menjadi bagian untuk melakukan bimbingan. Peneliti selanjutnya diharapkan melakukan observasi, wawancara dengan orang tua dan guru untuk mendapatkan data yang lebih akurat, melalui model portofolio perubahan dinamika self awareness peserta didik. c. Desain penelitian dilakukan melalui single subject karena profil dan

dimensi yang merupakan bagian dari self awareness sangat personal dan rumit.


(2)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Alwisol. (2009). Psikologi kepribadian. (edisi revisi). Malang: UMM Press.

Anderson, M. L. & Perlis, D.R. The roots of self-awareness. University of Maryland, College Park.

Ashley, G.C & Palmon, R.R. (2012). Self awareness and the evolution of leaders: the need for a better measure of self awareness. Article 1. Institute of Behavioral and Applied Management, 1-16.

Baylor University.s Community mentoring for adolescent development. Concept of Self Awareness.

Bennet, M.E. (1955) Guidance in group. London: Mcgraw-Hill Book Company.

Bhattacharjee, S. & Ghosh, S. (2013). Usefulness of role-playing teaching in construction education: A systematic review. Journal: 49th ASC Annual International Conference Proceedings. Copyright 2013 by the Associated Schools of Construction.

Brown, Kate M. (1994). Using role playing to integrate ethics into business curriculum. online: http://proquest.umi.com/pqdweb. 3 Januari 2011.

Creswell, J.W. (2008). Educational research: planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. Sage publications.

Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction to classical and modern test theory. Harcourt Brace Jovanovich College Publishers: Philadelphia.

Curran, Katherine M. et all. Use of self as an instrument of change. Article-The 1995 ODN National Conference, Nov. 17, 1995, Seattle Washington.

Damasio, A. (2000). The feeling of what happens: body and emotion in the making of consciousness. New York: hardcourt brace and co.

Depdiknas. (2007). Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta: Abkin.

Devito, J.A. (2006). The interpersonal communication book. Books a la carte edition (13th edition).

Duval, T.S., Silvia,P. & Lalwani, N. (2001). Self awareness & causal attribution a dual System Theory. Springer Science + Busniness Media New York.ed.


(3)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

105

Feist J. & G.J. (1998). Theories of personality, Fourth Edition. Boston: Mcgraw-Hill Companies Inc.

Fenigstein, A. et all. (1975). Public and private self consciousness:Assessment and theory. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 20, 522-527.

Fitriyah, A. (2007), Pengaruh meditasi dzikir terhadap self awareness (Studi eksperimen di yayasan panti sosial asuhan anak darul hadlonah Semarang). (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Jurusan Tasawuf Psikoterapi, Fakultas Ushuluddin.

Fitriyani, W. (2011). Efektivitas program bimbingan kelompok dengan menggunakan metode simulasi untuk meningkatkan pemahaman perilaku sosial. (Tesis). (Tidak diterbitkan). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Furqon. (2011). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Goleman, D. (1995). Emotional Inteligence. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Umum.

Ghufron, N & Risnawati, R. (2011). Teori Psikologi. Penerbit: Ar ruzz media. Hartinah, S. (2009). Konsep dasar bimbingan kelompok. Bandung: Refika Aditama. Hurlock, E.B. (1981). Developmental psychology, a life-span approach. New Delhi:

Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd.

https://creasoft.wordpress.com/2008/04/15/remaja-pubertas/.

Jordan, T. (2001). Self-awareness, meta-awareness and the witness self. unpublished paper, available at http://www.perspectus.se/tjordan.

Kartini, T. (2007). Penggunaan metode role playing untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial di kelas V SDN Cileunyi I kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan Dasar No. 8.

Kusumawati, R. (2013). Keefektifan penerapan attention through music (ATM) untuk mengembangkan kesadaran diri (self awareness) anak dengan hambatan emosi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Lori, J. dkk. (2002). Role playing as a teaching strategy. Strategies for application and presentation staff development and presentation.

Mantzios, M. dkk. (2013). Psychometric properties of the greek versions of the

self-compassion and mindful attention and awareness scales. Springer


(4)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Morin, A. (2008). Self-awareness deficits following loss of inner speech: Dr. Jill Bolte

Taylor’s case study. Article in Press Consciousness and Cognition.

Mudairin, (2009). Role playing: suatu alternatif pembelajaran yang efektif dan menyenangkan dalam meningkatkan keterampilan murid. Diakses dari

http://www.infodiknas.com.

Mulyasa, E. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi: konsep, karakteristik dan

implementasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

MSW, Hans Oh. & Solomon, Phyllis. (2013). Role-playing as a tool for hiring, training, and supervising peer providers. The Journal of Behavioral Health Services &

Research.

Nasby, W. (1989). Private self-consciousness, self awareness, and the reliability of self reports. Journal of personality and social psychology 56:950-7.

Natawidjaja, R. (1988). Pendekatan-pendekatan dalam penyuluhan kelompok. Bandung: Diponegoro.

Nurdin, A. S (2015). Pengaruh perkembangan moral dan ego terhadap status identitas vokasional. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Nurihsan, J. (2006). Strategi layanan bimbingan dan konseling. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan, J. (2011). Bimbingan dan konseling dalam berbagai latar kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Nurihsan, J. & Agustin, M. (2013). Dinamika Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Refika Aditama.

O Rourke, J. (2009). Understanding self awareness. A Heuristic study of the

relationship with self and others. Physchological research.

Poorman, P. B. (2002. Biography and role-playing: fostering empathy in abnormal psychology. Teaching of Psychology, 29 (1), 32-36.

Prayitno, A, E. (2004). Dasar-dasar bimbingan dan konseling. Cetakan ke-2, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Prayitno, A, E. (2008). Jenis-jenis layanan dalam bimbingan konseling. Konseling Indonesia. (online). Diakses dari http://konselingindonesia.com/Tangkisilan.


(5)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

107

Prianto, R. (2006). Peranan minat dalam pendidikan. Jogjakarta: Percetakan Jalasutra. Restiningtyas, H. (2012). Program intervensi individual self awareness dan self

knowledge untuk meningkatkan konsep diri siswa tunadaksa underachievement. (Tesis). Universitas Indonesia. Fakultas Psikologi.

Rifqi, A. (2013). Program bimbingan dan konseling dengan menggunakan teknik role playing untuk meningkatkan karakter kepemimpinan siswa. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Rest, J. R. (1973). The hierarchical nature of moral judgment: A study of patterns of comprehension and preference of moral stages. Journal of Personality, 41, 86-109. doi: 10.1111/j.1467-6494.1973.tb00662.x

Rochat, P. (2003). Five levels of self-awareness as they unfold early in life. Department of Psychology, Emory University, 532 North Kilgo Circle, Atlanta, Ga 30322, USA.

Rodriguez, C. (2013). “Good” Verses “Right:” Awareness of self in counselor training. Honoré France, Department of Educational Psychology, Indigenous Education. University of Victoria.

Rodrigue, F. & Oziev, G. (2013). Developing self awareness among students an islamic perspective. European Scientific Journal December 2013 /SPECIAL/ edition vol.1 ISSN: 1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431.

Romlah, T. (2001). Teori dan praktek bimbingan kelompok. Jakarta: P2LPTK.

Rusmana, N. (2009). Bimbingan dan konseling kelompok di sekolah (metode, teknik, dan aplikasi). Bandung: Rizqi Pres.

Salamah, S.N. (2012). Efektifitas layanan bimbingan kelompok (group guidance) dalam meningkatkan self awareness siswa kelas X di SMK PGRI 1 Surabaya. (Skripsi). Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya: Fakultas Dakwah.

Santrock, J.W. (2007). Adolescence: perkembangan remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Alih bahasa oleh: Shinto B.A dan S. Saragih.

Schmid, H.B (2013). Plural self awareness. Springer Science+Business Media

Dordrecht.

Shaftel & Shaftel. (1967). Role playing for social values: decision-making in the social studies. Prentice Hall-Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.


(6)

Susilowati, 2015

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Silvia, P.J. & Duval, T. S. (2001). Objective self-awareness theory: recent progress and enduring problems. Personality and social psychology review, 5, 230-241.

Sugiyono. (2011). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Bandung: Alfabeta. Suherman, Uman.(2013a). Manajemen bimbingan dan konseling. Bandung: Rizki

Press.

Suherman, Uman.(2013b). Bimbingan dan konseling karir: sepanjang rentang kehidupan. Bandung: Rizki Press.

Supratiknya. (1995). Komunikasi antarpribadi tinjauan psikologis. Yogyakarta: Kanisius (anggota IKAPI).

Supriyono, W. (2000). Psikologi belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Wibowo, Mungin Eddy. (2005). Konseling kelompok perkembangan. Semarang UNNES Press.

Winkel, W. S. & Hastuti, S. (2006). Bimbingan dan konseling di institusi pendidikan (edisi revisi, cetakan kelima). Yogyakarta: Universitas Sanatha Dharma.

Wirawan, S. (2000). Psikologi remaja. Raja Grafindo.

Yusuf, S. & Nurihsan, J. (2009). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Kerjasama Program Pasca Sarjana UPI dengan PT. Remaja Rosdakarya.

Zambonelli, F. dkk. On self-adaptation, self-expression, and self-awareness autonomic service component ensembles. Universita’ di Modena e Reggio Emilia, Italy.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EMPATI PESERTA DIDIK : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas IV SDN Pindad Tahun Ajaran 2013-2014.

0 6 50

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI UNTUK PENINGKATAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK.

0 8 92

PROGRAM BIMBINGAN MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Quasi Experiment Pada Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun Ajaran 2011-2012.

0 1 48

BIMBINGAN MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK SELF AFFIRMATION.

1 6 43

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENANGANI PERILAKU BULLYING : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung.

1 7 44

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK - repository UPI T BP 1201341 Title

0 0 4

EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGEMBANGKAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PESERTA DIDIK - repository UPI S PPB 1105133 Title

0 0 3

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK - repository UPI T BP 1201525 Title

0 0 3

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

0 0 23

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PADA PESERTA DIDIK SMP PERINTIS 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2018/2019 - Raden Intan Repository

0 0 99