PROGRAM BIMBINGAN MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK : Penelitian Quasi Experiment Pada Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun Ajaran 2011-2012.

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACT iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH vi

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah 11

C. Tujuan Penelitian 15

D. Manfaat Penelitian 15

E. Asumsi Penelitian 16

BAB II SELF-EFFICACY KARIR DAN TEKNIK ROLE PLAYING

A. Konsep Self-efficacy 18

B. Karaketiristik Perkembangan Karir SMK 40

C. Self-efficacy Karir 45

D. Konsep Teknik Role Playing 56

E. Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk

Meningkatkan Self-efficacy Karir 67

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian 74


(2)

C. Defenisi Operasional Variabel 76

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 78

E. Pengembangan Program Bimbingan Melalui Teknik

Role Playing 83

F. Teknik Analisa Data 86

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 91

B. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan 110

C. Pembahasan Keefektifan Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Self-efficacy Karir 116

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan 125

B. Rekomendasi 126


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1.1 Klasifikasi self-efficacy 32

1.2 Tahapan Perkembangan Karir 43

1.3 Tugas perkembangan karir Remaja Tahap Eksplorasi 44 3.1. Populasi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Masohi 76

3.2. Pola Skor Opsi Alternatif Respons 79

3.3. Kisi-kisi Instrumen Self-Efficacy karir Peserta Didik 80

3.4. Hasil Reliabilitas Self-Efficacy Karir 83

3.5. Kategori Self-efficacy Karir 87

3.6. Uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok control 88

3.7. Uji homogenitas varian data gain 89

4.1. Profil Umum Self-Efficacy Karir Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012

4.2. Profil Self-efficacy Karir Peserta Didik Setiap Indikator 93 4.3. Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin 94 4.4. Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua 94

4.5. Hasil Penimbangan Pedoman Rasional Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir 96 4.6. Hasil Penimbangan Pedoman Pelaksanaan Program Bimbingan 98

Melalui Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Self-Efficacy Karir

4.7. Hasil Uji t Independen Data Gain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol 107

4.8. Hasil Uni t Independent Per Indikator Per Eksperimeen dan


(4)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

88 4.1 Profil Umum Self-Efficacy Karir Peserta Didik Kelas X SMK

Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012 94

4.2 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin 95 4.3 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Status Sosial

Ekonomi Orang Tua 96

4.4 Profil Self-Efficacy Karir Peserta Didik Berdasarkan Urutan Anak

Dalam keluarga 97

4.5 Profil Self-Efficacy Peserta Didik SMK Negeri 1 Masohi

Per Dimensi 98

4.6 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1

Masohi Pada Dimensi Magnitude 100

4.7 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1

Masohi Pada Dimensi Strength 101

4.8 Profil Indikator Self-efficacy Karir Peserta Didik SMK Negeri 1

Masohi Pada Dimensi Generality 102

4.9 Perbandingan Capaian Skor Indikator Pada kelompok


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan kemampuan dan kecakapan hidup, menghargai informasi serta mampu berkompetensi secara positif. Perubahan dan perkembangan informasi di bidang teknologi, industri, sosial, ekonomi dan budaya terjadi dengan sangat cepat. Kemajuan tersebut akan menimbulkan dampak yang positif dan negatif, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan perilaku manusia dan gaya hidup manusia. Situasi yang diungkapkan di atas akan menimbulkan sebuah pertanyaan yang mendasar, yaitu bagaimanakah upaya orang tua, guru atau pendidik untuk mempersiapkan generasi baru yang dapat berkembang melalui interaksi antara perkembangan pribadi dan perubahan yang terjadi.

Dalam upaya menghasilkan insane Indonesia yang cerdas dan kompetitif, pemerintah khususnya Departemen Pendidikan Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), berupaya agar setiap individu memperoleh kesempatan untuk mendaptkan pendidikan yang bermutu dengan utuh. Hal ini diwujudkan melalui tiga pilar utama pemerintah di bidang pendidikan, yaitu (1) pemerataan dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing, dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas serta pencitraan publik.


(6)

Tiga pilar ini diyakini mampu secara berkesinambungan meningkatkan kualitas sisten pendidikan nasional.

Selanjutya, ketiga pilar utama pemerintah tesebut menjadi referensi pengembangan pendidikan kejuruan yang merupakan pendidikan untuk mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dibidang tertentu dalam bentuk satuan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Hal ini didukung sepenuhnya dengan misi dari pendidikan kejuruan yang dinyatakan dalam Undang–Undang Republik Indonesia No,29 Tahun 2003 pasal 15, yaitu: “Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan pendidikan peserta didik, terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu”.

Misi dari pendidikan kejuruan ini mengimplikasikan akan perlunya suatu bentuk pendidikan yang secara khusus membentuk lulusannya sebagai pribadi yang harus memiliki kualifikasi tertentu sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Secara rinci, pemerintah yang dalam hal ini, adalah Departemen Pendidiakan Nasional (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan), juga telah menjabarkan tujuan dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai berikut: 1. Menyiapkan peserta didik untuk memasuki lapangan pekerjaan serta dapat

mengembangkan sifat profesionalitas.

2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, mampu berkompetisi dan mengembangkan diri.


(7)

3. Menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang mandiri (bekerja untuk dirinya sendiri) dan atau mengisi kebutuhan dunia kerja dan dunia usaha.

4. Menyiapkan tamatan agar menjadi warga Negara yang produktif, adaptif, dan kreatif.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut diatas, dibutuhkan pendidikan kejuruan yang bermutu dan mampu mencetak tenaga produktif menengah yang terampil dan kreatif dalam mengembangkan sikap professional dalam dunia kerja sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional (SKKN).

Pendidikan menengah Kejuruan (Dikmenjur) juga menggambarkan profil lulusan SMK ideal yang merupakan refleksi dari visi, misi dan tujuan SMK. Peserta didik lulusan SMK merupakan peserta didik yang memiliki kulaifikasi sebagai berikut: (1) siap kerja, tamatan SMK telah dibekali ketrampilan dan kemampuan bekerja dibidangnya sehingga mereka memiliki kepercayaan diri yang lebih untuk siap bekerja tanpa perlu diberikan pelatihan tambahan lagi setelah lulus sekolah. Mereka juga dibekali kemampuan untuk berwirahusaha sehingga dapat membuka usaha sendiri jika tidak medapatkan pekerjaan di suatu perushaan/departemen; (2) cerdas, kecerdasan yang dimiliki peserta didik SMK tidak hanya terbatas pada kecerdasan intelektual saja tapi juga harus cerdas secara spiritual, cerdas secara emosional dan sosial serta cerdas secara kinestik; (3) kompetitif, jiwa kompetitif yang dimiliki oleh lulusan SMK adalah jiwa yang memiliki keinginan untuk menjadi agen perubahan dan pantang menyerah. Hal ini


(8)

seyogyanya sudah ditanamkan sejak tahun pertama di SMK. Kemandirian serta kepribadian siswa SMK yang unggul memicu kesiapan mental mereka untuk siap bekerja atau membuka lapangan usaha sendiri.

Satu hal terpenting yang menjadi sorotan seputar permasalahan siswa di SMK adalah kontribusinya dalam angka pengangguran di Negara kita. Meskipun SMK diharapkan bisa menghasilkan lulusan siap kerja, tetapi pada kenyataannya pengangguran terbuka paling banyak justru dari SMK. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Wynandin Imawan mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan secara umum pada Agustus 2011 untuk tingkat pendidikan SMA dan SMK masih tetap menempati posisi tertinggi yakni masing-masing sebesar 10,66 persen dan 10,43 persen. (http://www.tribunnews.com, 13 November 2011).

Jery Uweubun (Kepala Dinas Nakertrans Provinsi Maluku) mengatakan berdasarkan data yang dirilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku ternyata angka pengangguran di Provinsi Maluku hingga akhir bulan Februari 2011 mencapai 53.490 orang. Dijelaskan, dari struktur pendidikan yang paling banyak mengganggur itu lulusan SMA/SMK yang tidak memiliki kemampuan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (http://www.siwalimanews.com, 14 Oktober 2011).

Sehubungan dengan fenomena tinggi angka pengangguran untuk lulusan SMK merupakan akibat dari tidak maksilmalnya kompetensi yang mereka miliki untuk memasuki pasar kerja. Padahal, dapat dipastikan bahwa seluruh lulusan


(9)

SMK sudah di bekali dengan pengalaman bekerja pada program Pendidikan system Ganda (PSG) dengan tujuan untuk member pengalaman bekerja untuk memasuki dunia kerja. Namun demikian, PSG tidak menjadi satu-satunya tolak ukur kesiapan kerja peserta didik. Dalam mempersiapkan lulusan SMK yang siap kerja, pihak sekolah harus dapat mengembangkan potensi peserta di secara akademik dan psikologis.

Peserta didik SMK tahun pertama atau kelas X telah dihadapkan pada pemilihan jurusan yang akan nantinya mempengaruhi jalur karir yang akan ditempuhnya. Dan jika dilihat dari teori perkembangan karir, peserta didik SMK berada pada tahap eksplorasi (usia 15-24 tahun) yaitu tahap dimana individu memperoleh informasi karir, pilihan karir, memutuskan karir dan siap untuk masuk dunia kerja. Namun pada kenyataan banyak pesertra didik SMK yang masih mengalami kesulitan menentukan bidang pendidikan karir mereka.

Menurut Mamat Supriatna (2009:23) masalah karir yang dirasakan oleh Peserta didik itu, antara lain:

1. Peserta didik kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.

2. Peserta didik tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup. 3. Peserta didik masih bingung untuk memilih pekerjaan.

4. Peserta didik masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat.


(10)

5. Peserta didik merasa cemas untuk mendapatkan pekerjaan setelah tamat sekolah.

6. Peserta didik belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja.

7. Peserta didik belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan karirnya.

Peserta didik dalam usahanya untuk mencapai karir yang diinginkan sering mengalami hambatan, banyak keraguan sebelum mantap pada satu jalur karir. (creed, Patton, Prideaux 2006). Keraguan tersebut termanifestasikan sebagai kesulitan-kesulitan yang dihadapi individu ketika memutuskan karir. Kesulitan-kesulitan ini dapat menjadikan individu menyerahkan tanggung jawab pengambilan keputusan kepada orang lain atau menunda dan menghindar dari tugas mengambil keputusan, yang dapat mengakibatkan pengambilan keputusan tidak optimal (Bandura, 1997).

Kesulitan-kesulitan untuk mengambil keputusan karir akan dapat dihindari manakala peserta didik memiliki sejumlah informasi yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan dunia kariernya. Menurut Bandura (Erna Susianti, 2008) dalam proses pembuatan keputusan mengenai pilihan karir, individu harus mempertimbangkan ketidakpastian akan kemampuannya terhadap bidang yang diminati, kepastian dan prospek karirnya dimasa depan dan identitas diri yang


(11)

dicarinya. Untuk mengatasi ketidakpastian mengenai kemampuan, individu harus memiliki keyakinan terhadap kemampuan diri atau self-efficacy.

Self-efficacy adalah hal penting bagi setiap seorang untuk menghadapi suatu permasalahan yang harus dihadapi. Hal ini diperkuat dengan bukti bahwa self-efficacy sangat mempengaruhi kehidupan kita. Self-efficacy sangat mempengaruhi kepercayaan diri, sedangkan kepercayaan diri adalah satu diantara aspek-aspek kepribadian yang penting dalam kehidupan manusia, yang terbentuk melalui proses belajar dalam interaksinya dengan lingkungan. Kepercayaan diri merupakan aspek kepribadian manusia yang berfungsi penting untuk mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya. Tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak masalah yang akan timbul. (Betz, 2004).

Individu yang memiliki self-efficacy yang rendah merasa tidak memiliki keyakinan bahwa mereka dapat membuat keputusan karir, maka dia berusaha untuk menghindari tugas tersebut. Self-efficacy yang rendah tidak hanya dialami oleh individu yang tidak memiliki kemampuan untuk belajar, tetapi memungkinkan dialami juga oleh individu berbakat. Dengan adanya self-efficacy, individu mempunyai dorongan untuk berusaha mengatasi hambatan, mencari informasi sehingga dapat menentukan keputusan dan mencapai hasil yang diinginkan.

Betz, N.E. (2004) selanjutnya menyatakan dampak ekspektasi self-efficacy pada kinerja dapat berupa situasi seperti kinerja dalam tes untuk menamatkan pendidikan di perguruan tinggi atau tes yang dipersyaratkan untuk dapat diterima


(12)

mengikuti program pelatihan kerja. Misalnya, rendahnya tingkat ekspektasi self-efficacy dapat disertai “negative self-talk” atau respon kecemasan, yang menganggu konsentrasi pada tugas yang sedang dikerjakan dan akibatnya menurunkan kualitas kinerja. Rendahnya self-efficacy sejauh tertentu dapat mengakibatkan individu mempunyai ramalan negatif tentang hasil pekerjaannya dan terbukti.

Berdasarkan penelitian Betz dan Heckett bahwa rendahnya tingkat self-efficacy karir terkait dengan rendahnya kemungkinan mereka mempertimbangkan karir tradisional terkait dengan rendahnya kemungkinan mereka mempertimbangkan karir tradisional, yaitu karir yang tradisional didominasi oleh laki-laki.

Betz dan Hackett juga menemukan bahwa self-efficacy dalam matematika mempengaruhi pilihan karir dalam bidang sains. Jadi, penelitian mereka mendukung teori bandura tentang konseluensi approach/avoidance, baik dalam persepsi tentang pilihan karir atau pendidikan sesungguhnya.

Chung (Patel, 2005:47) mempelajari jenis kelamin dan perbedaan etnik dalam self-efficacy pengambilan keputusan karir pada mahasiswa diperguruan tinggi. Peserta mencakup 165 orang mahasiswa, 70% para wanita dan 30% pria, 42% contoh orang Eropa Amerika, 37% Afrika- Amerika, 12% Asia, 4% orang Amerika Latin, 2% ras campuran, dan 3% ras lain. Hasilnya menunjukan suatu hubungan yang positif antara self-efficacy pengambilan keputusan karir dan komitmen karir.


(13)

Sehubungan dengan itu serangkaian penelitian telah dilakukan, seperti penelitian Tuckman dan Sexton, 1990 (Feldman, 1998); Locke dan Latham, 1990; serta McIntire dan Levine, 1991 (Spector, 1996) yang membuktikan bahwa siswa dengan self-efficacy yang tinggi akan melakukan dengan baik setiap aktivitas di sekolah, sebenarnya dilakukan dengan lebih baik di luar dugaan mereka, dan dievaluasi oleh mereka secara positif. Ini membuktikan bahwa peserta didik dengan self-efficacy yang tinggi dapat berprestasi dengan baik. Dan diharapkan para peserta didik dalam memilih karir akan melakukan hal yang sama, bahwa ia yakin dengan kemampuannya (dalam Sawitri, 2009).

Pendapat di atas dikuatkan dengan hasil penelitian Mulyana (2009) self-efficacy memiliki peranan yang penting dalam pengambilan keputusan karir. Self-efficacy terhadap pengambilan keputusan karir adalah keyakinan individu bahwa ia dapat sukses menilai kemampuan dirinya dengan tepat, mengumpulkan informasi-informasi mengenai karir, menyeleksi tujuan karir, membuat rencana-rencana karir untuk masa depan, dan memecahkan permasalahan karir. Hasil temuan penelitian (Consiglio, 2010) memberikan dukungan positif role playing untuk self-efficacy dan kepuasan kerja, bersama dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya.

Sekolah menengah peserta didik yang mengembangkan kompetensi dalam perencanaan karir dan mendapatkan kepercayaan eksplorasi dalam tugas pengembangan karir seperti pemahaman hubungan antara belajar dan bekerja, memahami bagaimana untuk mendapatkan informasi yang diperlukan untuk


(14)

mencari dan mendapatkan berbagai pekerjaan, dan memahami proses perencanaan karir (Lapan, Gysbers, Multon, & Pike, 1997; O'Brien, Dukstein, Jackso, Tomlinson, & Kamatuka, 1999).

Berdasarkan studi pendahuluan di SMK Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012, dari 114 peserta didk kelas X terdapat 50 peserta didik (43.86%) dengan self-efficacy karirnya berada pada kategori tinggi, 56 peserta didik (56. 14%) berada pada kategori sedang, dan 0 peserta didik (0 %) berada pada kategori rendah. Secara umum peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi sebagaian besar peserta didik memiliki tingkat self-efficacy karir yang sedang. Artinya banyak peserta didik belum mampu mencapai self-efficacy karir yang optimal sehingga perlu dilakukan peningkatan self-efficacy karir.

Self-efficacy karir memainkan peranan penting bagi cita-cita karir dan aneka pilihan karir peserta didik. Peningkatan self-efficacy karir merupakan mungkin dapat membantu peserta didik menghadapi resiko dan permasalahan dalam menentukan pilihan untuk memasuki dunia kerja sehingga dibutuhkan program bimbingan yang dapat mengembangkan dan meningkatkan self-efficacy karir.

Program bimbingan melalui role playing dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentangan rangkaian kesatuan yang berunjung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain dengan diarahkan. Teknik role palying ini dilakukan melalui strategi bimbingan kelompok.


(15)

Untuk itulah, mereka seyogyanya dapat dibimbing guna memperoleh pemahaman yang berhubungan dengan self-efficacy karir tentang berbagai kondisi dan karakteristik dirinya, baik tentang bakat, minat, cita-cita, berbagai kekuatan serta kelemahan yang ada dalam dirinya. Dalam hal ini, tentunya tidak cukup hanya sekedar memahami diri. Namun juga harus disertai dengan pemahaman akan kondisi yang ada dilingkungannya, seperti kondisi sosio-kultural, pasar kerja, persyaratan, jenis dan prospek pekerjaan, serta hal-hal lainnya yang bertautan dengan dunia kerja. Sehingga pada gilirannya siswa dapat mengambil keputusan yang terbaik tentang kepastian rencana karier yang akan ditempuhnya kelak.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Self-efficacy berkaitan dengan keyakinan seseorang dalam kemampuan untuk menghasilkan pencapaian tertentu (Bandura, 2006: 307). Tidak dapat dipungkiri, manusia memerlukan penguasaan dalam setiap bidang kehidupannya, termasuk karir. Setiap orang memiliki self-efficacy berbeda, tergantung kepada lingkungan dimana mengelolah self-efficacy serta tingkat pengembangan self-efficacy sesuai dengan kesempatan yang telah mereka dapatkan.

Self-efficacy karir di defenisikan sebagai usaha suatu keyakinan atau anggapan dalam suatu kemampuan untuk mencapai pengalaman karir yang sukses, seperti meilih suatu karir, tampl baik dalam suatu pekerjaan dan tetap bertahan dalam karirnya (Brown, 2002 dalam Patel, 2005: 43).


(16)

Lent (2005:102) memperkenalkan social cognitive career theory sebagai kerangka kerja sosial kognitif untuk memahami minat karier, pilihan karier, dan proses kinerja seseorang. Lent, Brown, dan Hackett (2000) memfokuskan penggunaan variabel-variabel cognitive-person untuk mempengaruhi perkembangan karier, dengan penekanan pada variabel-variabel kontekstual yang mempengaruhi individual. Beberapa variabel-variabel kontekstual dan individual yaitu jenis kelamin, ras, etnis, keturunan genetik, status sosial ekonomi, dan situasi ekonomi (Lent, Brown, dan Hackett, 2000).

Self-efficacy karir rendah dapat menyebabkan orang menunda membuat keputusan karir, dan dapat menunda mereka dari tindak lanjut dengan keputusan setelah telah dibuat (Betz, 1992). Bahkan jika keyakinan self-efficacy karir rendah didasarkan pada penilaian yang realistis dan akurat kemampuan individu atau pengalaman masa lalu, sering menyebabkan kurangnya kesadaran penuh potensinya untuk berhasil mengejar karir yang berbeda (Betz & Hackett, 1981). Di sisi lain, mereka yang self-efficacy karirnya tinggi cenderung memvisualisasikan kesuksesan untuk diri mereka dan mencari dukungan positif dan hasil untuk ambisi karir mereka (Bandura, 1993). Secara umum, semakin tinggi self-efficacy karir, semakin besar tujuan karir dan tantangan orang akan menetapkan untuk diri mereka sendiri, dan semakin kuat komitmen mereka adalah untuk mereka (Bandura, 1993,1997). Akibatnya, keyakinan self-efficacy karir rendah harus ditantang dan


(17)

ditingkatkan, sedangkan self-efficacy karir tinggi harus didukung dan diperkuat.

Dalam mempersiapkan peserta didik SMK setelah lulus sekolah agar bekerja dan berwiraswasta, walaupun tetap memberi kesempatan melanjutkan ke perguruan tinggi, guna membantu peserta didik untuk mempersiapkan diri yang berkenaan dengan kariernya, maka di SMK perlu diadakan pelaksanaan bimbingan.

Bimbingan diperlukan guna memberikan intervensi untuk mengembangkan self-efficacy karir peserta didik. Salah satu bentuk intervensi yang dapat diupayakan ialah melalui pengembangan yang mengacu pada dimensi dari Bandura (1997) yang digambarkan dalam self-efficacy karir apabila merujuk pada magnitude, strength dan generality.

Strategi untuk meningkatkan self-efficacy karir adalah menggunakan teknik bermain peran (role playing). Role Playing dalam penelitian adalah mendramatisasi tingkah laku untuk meningkatkan self-efficacy karir dengan cara memainkan peran tokoh–tokoh khayalan dan berkolaborasi untuk merajut cerita bersama, sehingga berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan atau model. Bimbingan melalui role playing ini dibuat dengan tujuan untuk membantu peserta didik agar mengembangkan self-efficacy karir kearah yang lebih positif dengan memerankan peran yang dapat menumbuhkan keyakinan akan kemampuannya terhadap tugas–tugas karir di SMK. Selain itu melalui program bimbingan dapat mencegah dan


(18)

mengatasi potensi-potensi negatif, seperti peserta didik akan mudah frustasi karena ada tekanan-tekanan dan tuntutan untuk berprestasi atau tidak yakin harus menentukan keputusan karir lebih dini dari biasanya dan diharapkan peserta didik tidak akan menemui kesulitan dalam hal melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi maupun memasuki dunia kerja.

Consiglio (2010) melaporkan bahwa teknik role playing memberikan dukungan positif untuk self-efficacy dan kepuasan kerja, bersama dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya.

Model role playing ini juga sangat efektif untuk memfasilitasi peserta didik. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa: (1) kehidupan nyata dapat dihadirkan dan dianalogikan ke dalam skenario permainan peran, (2) role playing dapat menggambarkan perasaan otentik siswa, baik yang hanya dipikirkan maupun yang diekspresikan, (3) emosi dan ide-ide yang muncul dalam permainan peran dapat digiring menuju sebuah kesadaran, yang selanjutnya akan memberikan arah menuju perubahan, dan (4) proses psikologis yang tidak kasat mata yang terkait dengan sikap, nilai, dan sistem keyakinan dapat digiring menuju sebuah kesadaran melalui pemeranan spontan dan diikuti analisis (Saftel & Saftel, 1967).


(19)

Sesuai dengan batasan masalah yang telah ditetapkan, maka diperoleh beberapa pertanyaan penelitian yang terangkum dalam perumusan masalah berikut ini

a. Bagaimana profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi secara umum dan berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi orang tua

b. Seperti apa rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi?

c. Bagaimana efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini dilakukan adalah menghasilkan program bimbingan melalui teknik role playing yang efektif untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.


(20)

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah menjawab pertanyaan penelitian yang telah dikemukakan pada rumusan masalah, yaitu

a. Memperoleh profil self-efficacy karir peserta didik X SMK Negeri 1 Masohi secara umum dan berdasarkan jenis kelamin, dan status sosial ekonomi orang tua

b. Memperoleh rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi.

c. Memperoleh efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling, terutama tentang pengembangan program bimbingan melalui teknik role playing dalam konteks peningkatan kualitas pendidikan, khususnya dalam bidang self-efficacy karir.

2. Secara praktis, pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMK pada umumnya belum dapat memberikan pengaruh yang signifikan untuk meningkatkan kualitas lulusan SMK, terutama dalam mempersiapkan peserta didiknya menuju dunia kerja. Oleh karena itu hasil akhir dari


(21)

penelitian ini, diharapkan dapat membantu para guru bimbingan dan konseling di lingkungan sekolah, untuk dapat memberikan bantuan layanan bimbingan yang dapat membantu peserta didiknyanya untuk mempersiapkan diri untuk pencapaian karir yang sukses.

E. Asumsi Penelitian

Asumsi yang melatarbelakangi pentingnya program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik SMK adalah sebagai berikut:

1. Tingginya angka pengangguran pada tingkat SMK diduga sebagai akibat rendahnya tingkat pencapaian kompetensi peserta didik lulusan SMK. (http://www.siwalimanews.com, 14 Oktober 2011).

2. Permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik SMK, pada umumnya menunjukan gejala yang sama yaitu mengalami hambatan dalam self-efficacy pengambilan keputusan karir. Oleh karena itu, intervensi yang tepat melalui bimbingan karir. ( Mulyana, 2009).

3. Self-efficacykarir memainkan peran penting dalam aspirasi karir dan pilihan karir remaja (Bandura, Barbaranelli, Vittorio Caprara, & Pastorelli, 2001; Rotberg, Brown, & Ware, 1987; Turner & Lapan, 2002).

4. Self-efficacy karir rendah dapat menyebabkan orang menunda membuat keputusan karir, dan dapat menunda mereka dari tindak lanjut dengan keputusan setela dibuat mereka (Betz, 1992). Bahkan jika keyakinan


(22)

self-efficacy karir rendah didasarkan pada penilaian yang realistis dan akurat kemampuan individu atau pengalaman masa lalu, sering menyebabkan kurangnya kesadaran penuh potensinya untuk berhasil mengejar karir yang berbeda (Betz & Hackett, 1981).

5. Apabila permasalahan self-efficacy karir tidak segera diatasi secara tepat, akan menghambat masa depan karir (Warsito, H., 2010).

6. Bermain merupakan aktivitas untuk mendapatkan kegembiraan atau kesenangan tanpa memikirkan hasil akhir, dan dilakukan tanpa paksaan dari luar atau dilakukan dengan senang hati. (Hurlock, 2002).

7. Melalui teknik role playing, peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. (Mulyasa, 2004).

8. Role playing memberikan dukungan positif untuk self-efficacy dan kepuasan kerja, bersama dengan tuntutan pekerjaan dan sumber daya (Consiglio, 2010).


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Alasan pengambilan pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan penelitian adalah memungkinkan dilakukannya pencataian data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsiran dengan menggunakan perhitungan statistik, yang kemudian penafsirannya digunakan untuk mengungkap self-efficacy karir siswa.

Sementara itu untuk melihat efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing digunakan metode Quasi-Eksperimentals: Nonequivalent Control Group Designs Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok control tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2010: 79). Hal ini disebabkan penelitian ini kurang memenuhi syarat sebagai penelitian eksperimental namun mengandung beberapa ciri eksperimental dalam jumlah yang kecil. Peneliti bermaksud untuk mendapatkan gambaran mengenai fenomena yang terjadi sebelum dan sesudah mendapat perlakuan (treatment). Dalam penelitian ini ingin dilihat bagaimana self-efficacy karir sebelum dan sesudah mendapatkan program bimbingan melalui teknik role playing. Skema disain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

O1 O3

X -

O2 O4


(24)

Keterangan:

O1 dan O3 : Pengukuran sebelum treatment (pengukuran awal), pengukuran tentang self efficacy karir sebelum mendapatkan program bimbingan melalui teknik role playing

O2 : Pengukuran sesudah treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang self efficacy karir sesudah mendapatkan program bimbingan melalui teknik role playing

O4 : Pengukuran tidak diberikan treatment (pengukuran dilakukan kembali), pengukuran tentang self-efficacy karir tidak menggunakan treatment

X : Treatment (perlakuan), pemberian program bimbingan melalui teknik role playing

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Sugiyono (2008: 117) mengartikan populasi sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1Masohi dengan populasi adalah peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi tahun ajaran 2011-2012.

Populasi berjumlah 114 orang yang terdiri dari 4 jurusan dan terbagi 5 kelas. Untuk selengkapnya dapat dilihat melalui tabel 3.1 di bawah ini.


(25)

Tabel 3.1

Populasi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Masohi

No Kelas Populasi Jumlah

L P

1. Administrasi perkantoran

17 9 26

2. Akuntasi a 7 18 25

3. Akuntasi b 13 10 23

4. Tata niaga 8 14 22

5. Usaha jasa parawisata 8 10 18

Jumlah 54 61 114

Pengambilan sampel dalam penelitian yaitu sejumlah 30 pesera didik, pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan) yaitu pengambilan sampel bertujuan untuk memperoleh hasil self-efficacy karir yang sedang.

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Program bimbingan Melalui Teknik Role Playing

Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing dalah serangkaian kegiatan pemberian bantuan terencana secara sistematis, terarah dan terpadu dengan mendramatisir tingkah laku yang mengarahkan pada pencapaian karir untuk meningkatkan self-efficacy karir, yang didalamnya terdapat kegiatan selama 9 kali pertemuan tentang bimbingan melalui teknik role playing untuk peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi. Sistematika pengembangan program itu sendiri mencakup:


(26)

a. Pedoman Rasional antara lain: (1) rasional; (2) asumsi; (3) tujuan program; (4) sasaran program; (5) peran dan tugas konselor; (6) struktur dan tahapan pelaksanaan program; (7) evaluasi dan indikator keberhasilan. b. Pedoman Pelaksanaan antara lain: (1) deskripsi; (2) tujuan pelaksanaan; (3) norma kelompok role playing; (4) komposisi kelompok role playing; (5) syarat dan aturan role playing; (6) Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK).

2. Self efficacy karir

Self–efficacy karir Adalah keyakinan peserta didik terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk mengorganisasikan dan bisa menampilkan perilaku perfoma yang efektif sehingga bisa menyelesaikan tugas tertentu dengan baik. Peserta didik dapat sukses menilai kemampuan dirinya dengan tepat, mengumpulkan informasi-informasi mengenai karir, menyeleksi tujuan karir, membuat rencana-rencana karir untuk masa depan, dan memecahkan permasalahan karir. Berdasarkan sifat-sifat keyakinan akan kemampuan diri menjadi tiga dimensi yang perlu diperhatikan apabila hendak mengukur keyakinan diri seseorang, yaitu Secara operasinal: (a) dimensi level (strength) merupakan dimensi yang berhubungan dengan tingkat kesulitan masalah atau tugas yang dapat diatasi oleh peserta didik sebagai hasil persepsi tentang kompetensi dirinya antara lain: peserta didik optimis terhadap pendidikan dan pekerjaan, menilai minat dan bakatnya untuk pencapaian


(27)

karirnya, peserta didik mampu mengembangkan ketrampilan karir, peserta didik mampu merencanakan penyelesaian tugas–tugas perkembangan karir, peserta didik mampu mengambil keputusan karir; (b) dimensi kekuatan

(strength) merupakan dimensi yang berhubungan dengan tingkat kekuatan atau

kelemahan keyakinan tentang kompetensi yang dipersepsinya antara lain: peserta didik mampu meningkatkankan usaha dengan tekun, peserta didik mampu berkomitmen terhadap pencapaian karir; (c) dimensi generalisasi

(generality) merupakan dimensi yang berhubungan dengan luas bidang

perilaku atau tingkat pencapaian keberhasilan seseorang dalam mengatasi atau menyelesaikan masalah atau tugas-tugasnya dalam kondisi tertentu antara lain: peserta didik mampu menyikapi situasi yang berbeda secara positif, peserta didik berpedoman pada pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Instrumen

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah untuk mengungkapkan self-efficacy karir peserta didik dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian serta dimensi-dimensi self-efficacy karir yang di dalarnnya terkandung indikator untuk kemudian dijabarkan dalam bentuk pernyataan. Dalam pengembangannya, instrumen pengungkap self-efficacy karir peserta didik SMK berlandaskan pada dimensi-dimensi self-efficacy dari


(28)

Bandura (2006: 307-319), yaitu Guide for Constructing Self-Efficacy Scales dan memodifikasi dari Dadang Sudrajat (2008) berdasarkan tiga dimensi magnitude /level, strength/ kekuatan dan generalisasy/ generalisasi

Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah skala psikologi yang diaplikasikan dengan format rating scales (skala penilaian) dengan alternatif respon pernyataan subyek skala 5 (lima). Kelima alternatif respons tersebut diurutkan dari kemungkinan kesesuaian tertinggi sampai dengan kemungkinan kesesuaian terendah, yaitu: (1) Sangat Yakin/SY; (2) Yakin/Y; (3) Cukup Yakin/CY; (4) Tidak Yakin/TY; (5) Sangat Tidak Yakin/STY Secara sederhana, tiap opsi alternatif respons mengandung arti dan nilai skor seperti yang tertera pada tabel berikut:

Tabel 3.2

Pola Skor Opsi Alternatif Respons

Model Summated Ratings (Likert) Pada Instrumen Penelitian Pernyataan Skor Lima Opsi Alternatif Respons

SY Y CY TY STY

Favorabel (+) 5 4 3 2 1

Dalam metode interval, jarak interval dan kategori yang satu ke kategori berikutnya adalah sama. Hal ini tidak semata-mata untuk menjelaskan pernyataan sesuai atau tidak sesuai kepada isi pernyataan pada kontinum psikologis dan nilai skala yang yang diniginkan dan nilai skala yang diperoleh adalah independen.


(29)

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Pengungkap Self-Efficacy Karir Peserta Didik

No Dimensi Indikator/Faktor Jml

Item

No Item 1. Magnitude/ Level a. Optimis terhadap

pendidikan dan pekerjaan

15 1,2,3,4,10,11, 21, 23,32,39, 48,58,68,69,71 b. Mampu menilai minat

untuk pencapaian karir

7 5,6,12,13,22,4 9,59

c. Mampu mengembangkan ketrampilan karir

13 7,8,14,15,24, 25,33,40,41, 50,60,70,72 d. Mampu merencanakan

penyelesaian tugas-tugas perkembangan karir

7 9,16, 26, 34, 42, 51, 61 e. Mampu mengambil

keputusan karir

6 17,27, 35, 43, 52, 63 2. Strength/

Kekuatan

2.1.Mampu meningkatkan usaha dengan tekun

7 18, 36, 44, 47, 53, 62, 64 2.2.Mampu berkomitmen

terhadap pencapaian karir

5 19, 29, 37, 45, 54,

3. Generality/ Generalisasi

3.1.Mampu menyikapi situasi yang berbeda dengan cara yang positif

8 20, 28, 30, 31,38, 55, 65, 66

3.2.Bepedoman pada

pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan

4 46, 56, 57 67

Jumlah 72 72

2. Penimbangan (Judgment) Instrumen.

Penimbangan terhadap konstruk, materi/isi, dan redaksional dilakukan agar diperoleh instrumen yang layak dipakai. Dari tiga dimensi self-efficacy karir yang meliputi 9 indikator, dikembangkan sebanyak 78 pernyataan. Instrumen penelitian dikembangkan oleh empat orang penimbang untuk dikaji secara


(30)

rasional dari segi konstruk, isi, dan redaksi pernyataan, serta ditelaah kesesuaian setiap butir pernyataan dengan dimensi-dimensi dan indikator yang akan diungkap. Penimbang instrumen terdiri dari Dr. Ipah Sarifah, Dr. Mubiar Agustin M.Pd, Nurhudaya, M.Pd, Dadang Sudrajat, M.Pd. Keempatnya merupakan pakar/ dosen yang ahli dalam bidang instrumen dan bimbingan konseling.

Setelah setiap penimbang memberikan pertimbangan, diperoleh 72 yang layak dari 78 butir pernyataan yang disusun. Terhadap pernyataan yang menurut penimbang perlu perbaikan secara konstruk dan kebahasaan, dilakukan revisi seperlunya. Langkah berikutnya sebelum dilakukan uji coba instrumen, di hadirkan peserta didik SMK kelas X yang tidak menjadi sampel penelitian, sebanyak sepuluh orang untuk melakukan uji keterbacaan terhadap setiap butir pernyataan dalam instrumen. Uji keterbacaan dilakukan untuk mengetahui tingkat keterbacaan dari tiap item pernyataan. Setelah uji keterbacaan maka untuk pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami kemudian direvisi sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimengerti oleh peserta didik SMK kelas X sehingga instrumen layak untuk diuji-cobakan.

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen.

Validitas menurut Sugiyono (2008:173) adalah instrumen dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini uji validitas dilakuakn adalah uji validitas konstruk dan validitas isi.


(31)

Uji validitas dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan tingkat kesahihan instrumen yang akan digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat memberikan gambaran data secara benar sesuai dengan kenyataan atau keadaan sesungguhnya. Dari hasil uji coba angket diperoleh sebuah angket yang memenuhi syarat dan digunakan sebagai alat pengumpul data.

Sebelum inventori diberikan kepada subyek penelitian maka perlu dilakukan uji coba. Uji coba inventori diberikan disekolah yang berbeda dari lokasi penelitian.

Langkah uji validitas butir pernyataan (item) dilakukan dengan menggunakan teknik item-total product moment. Dalam penghitungan validitas butir pernyataan menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Dari hasil analisis didapat nilai skor item dengan skor total. Nilai ini kemudian kita bandingkan dengan nilai r tabel. r tabel dengan uji 2 sisi dan n 70, maka di dapat r tabel sebesar 0. 235 . Dalam penelitian ini item dinyatakan valid jika memiliki kooefisien validitas signifikan pada total aspek maupun total perangkat instrument, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil 0.05 (p-value <0.05), sehingga yang diperoleh hasil bahwa seluruh butir pernyataan (72) valid (terlampir).

Setelah diuji validitas setiap item selanjutnya instrumen tersebut di uji tingkat reliabilitasnya. Reliabilitas berhubungan dengan masalah ketetapan atau


(32)

kosistensi instrument. Reliabilitas berarti bahwa suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrument telah teruji ketetapannya. Instrumen yang dipercaya atau reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam pengujian reliabilitas instrumen digunakan rumus Crombach’s Alpha (α), dan data proses pengujian reliabilitas menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows (terlampir). Dalam penelitian ini, kooefisien reliabilitas dianggap signifikan pada total aspek maupun total perangkat intrumen, dengan nilai probabilitas (p-value) lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05). Adapun hasil reliabilitas self-efficacy karir peserta didik, dapat dilihat pada Tabel 3.4. sebagai berikut

Tabel 3.4

Hasil Reliabilitas self-efficacy karir

Cronbach's Alpha N of Items

.964 72

E. Pengembangan Program Melalui Teknik Role Playing 1. Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan dilaksanakan dengan melakukan wawancara kepada guru BK, Kepala sekolah, peserta didik di SMK Negeri 1 Masohi untuk mengetahui self-efficacy karir peserta didik, selain wawancara pada guru BK tentang self-efficacy karir, peneliti juga melalukan pendataan peserta didik kelas


(33)

X, berdasarkan jurusan, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan urutan anak dalam keluarga, kemudian instrumen pengungkapan self-efficacy karir yang telah di validasi dilakukan uji empirik untuk melihat profil dan perencanaan desain program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.

2. Perencanaan

Setelah masalah self-efficacy karir dapat ditunjukkan secara faktual dan update, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanan program bimbingan melalui role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir.

3. Desain Program

Desain program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir dibagi ke dalam dua bagian, yaitu: pedoman teoritik dan pedoman pelaksanaan.

Pedoman Teoritik program bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self- efficacy karir peserta didik kelas X disusun secara sistematis sebagai berikut: (a) rasional; (b) asumsi; (c) tujuan program; (d) sasaran program; (e) kompetensi konselor; (f) struktur dan tahapan pelaksanaan program; (g) evaluasi dan indikator keberhasilan.


(34)

Pedoman Pelaksanaan program bimbingan teknik role playing untuk meningkatkan self- efficacy karir peserta didik kelas X dibuat dalam bentuk Satuan Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling (SKLBK). Pedoman pelaksanaan merupakan panduan teknis bagi konselor dalam melaksanakan intervensi. Pedoman pelaksanaan disusun berdasarkan: (a) deskripsi; (b) tujuan; (c) norma kelompok; (d) komposisi kelompok; (e) syarat dan aturan role playing; (f) SKLBK.

4. Penimbang (Judgment) Validasi Program Hipotetik

Validasi program dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang dudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang

Penimbang (judgment) validitas program dilakukan oleh pakar atau ahli antara lain: (a) Dr. Mamat Supriatna, M.Pd; (b) Dr Mubiar Agustin, M.Pd; (c)Dr. Ipah Saripah, M.Pd. Ketiganya nya merupakan pakar/ dosen yang ahli dalam bidang bimbingan konseling. Kemudian penimbang praktisi dilakukan oleh (a) Dra. Christina dan (b) Dra. Hj. Neneng Tintin. Keduanya merupakan praktisi dilapangan atau guru Bimbingan dan Konseling di SMK yang telah bertugas lebih dari 10 tahun.


(35)

Setelah desain program, divalidasi melalui diskusi dengan pakar atau para ahli dan praktisi, maka akan dapat diketahui kekurangannya. Kekurangan program tersebut peneliti selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara memperbaiki program.

6. Pengujian Empiris Program

Pengujian empiris program dilakukan dengan metode Quasi-Eksperimentals: Nonequivalent Control Group Designs. Desain hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (random).

7. Revisi

Revisi program ini dilakukan, apabila dalam pemakaian kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelemahan.

8. Finalisasi

Program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir yang telah dilakukan uji coba dinyatakan efektif atau signinifikan.

F. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dirumuskan tiga pertanyaan. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan dijawab dengan cara sebagai berikut:


(36)

1. Pertanyaan pertama mengenai profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi berdasarkan jenis kelamin dan status sosial ekonomi akan di jawab melalui patokan skor ideal sehingga menghasilkan 3 kategori yaitu: rendah, sedang dan tinggi (Saifudin, 2000). Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrument penelitian self-efficacy karir tersebut dilakukan sebagai berikut:

a. Menentukan skor maksimal ideal (SMI) yaitu skor maksimal x jumlah item

b. Menentukan rata-rata/mean ideal (MI) yaitu SMI : 2 c. Menentukan standar deviasi ideal yaitu MI : 3

Dengan menggunakan rumus diatas, dapat dikelompokkan dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, pengelompokkan data untuk profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi berdasarkan jenis kelamin, dan status sosial ekonomi sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kategori Self-efficacy Karir

Rantang Skor Kategori

264 - 360 Tinggi

168 – 263 Sedang

72 – 167 Rendah

2. Pertanyaan kedua tentang rumusan program hipotetik bimbingan melalui teknik role playing untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi dirancang setelah penyebaran pre-test sampel yang kategori


(37)

self-3. Pertanyaan ketiga mengenai perubahan gambaran efektivitas tentang proses pelaksanaan teknik role playing yang diberikan peserta didik kelas X di SMK Negeri 1 Masohi untuk meningkatkan self-efficacy karir.

Data penelitian yang diperoleh dari tahap uji lapangan dianalisis dengan prosedur kuantitatif untuk mengukur efektivitas model yang dikembangkan. Pengujian efektivitas model menggunakan desain quasi eksperimen dalam bentuk non-equivalent control group pretest-postest design. Bentuk analisis yang dilakukan adalah membandingkan hasil pretes dan postes self-efficacy karir peserta didik pada kelompok eksperimen kontrol. Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dilakukan pemilihan sampel secara random.

Pengujian efektivitas program bimbingan melalui teknik role playing menggunakan teknik uji perbedaan dua kelompok berpasangan dari data rata-rata skor gains, yaitu:

H0 : µ ekperimen = µ kontrol H1 : µ ekperimen> µ kontrol a. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data tersebut memiliki normal atau tidak atau menguji normalitas data gains kedua kelompok. Pengujian


(38)

normalitas data gains dilkukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0,05) dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0.

Hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan sesudah pemberian intervensi, tampak pada Tabel 3.6 sebagai berikut.

Tabel 3.6

Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol Tahap Kelompok Z Nilai p Keterangan

Pre-Tes

Eksperimen 0.192 0,140 Normal Kontrol 0.132 0,200 Normal Pos-Tes

Layanan 0,157 0,200 Normal Kontrol 0,108 0,200 Normal

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa semua data self-efficacy karir peserta didik baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol berdistribusi normal karena mempunyai nilai p > 0,05.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen), maka bisa dikatakan bahwa sampel-sampel dari kedua kelompok tersebut berasal dari populasi yang sama/seragam. Menguji homogenitas varians data gains kedua kelompok (p>0,05) dengan bantuan SPSS 16.0.

Tabel 3.7


(39)

Statistic

Eksperimen 5.332 1 28 0.29 Homogen

Kontrol 4.25 1 28 0.49 Homogen

Tabel 3.7. menunjukan varians data gain homogen karena memiliki nilai p(sig) > 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa varians data kedua sampel pada kelompok eksperimen dan kontrol homogen dapat dilanjutkan. b. Pengujian efektivitas

Pengujian efektivitas tersebut diuji dengan metode independent sample t-test dari data gain menggunakan bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 for Windows. Dasar pengambilan keputusanya dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) <α (0,005) maka H0 ditolak.

Uji perbedaan (efektivitas) model menggunakan uji t independent (Independent sample t-test) dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Hipotesis

H0 : µ ekperimen = µ kontrol

Kedua rata-rata gain populasi adalah identik (rata-rata gain populasi kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen adalah tidak berbeda secara nyata)

H1 : µ ekperimen > µ control

Kedua rata-rata gain populasi adalah tidak identik (rata-rata gain populasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah berbeda secara nyata)


(40)

2. Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilai t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α=0.05.

Berdasarkan nilai t hitung:

Terima H0 jika – t 1-1/2 α < t hitung t 1-1/2 α, dimana t 1-1/2 diperoleh daridaftar tabel t dengan dk = (n1+n2-1) dan peluang 1 -1/2 α. Untuk harga-harga t lainnya H0 ditolak.

Berdasarkan angka probabilitas (nilai p) a. Jika nilai p < 0, 05, maka H0 di tolak b. Jika nilai p > 0, 05, maka H0 diterima


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi Tahun Ajaran 2011/2012 secara umum belum cukup memiliki kecenderungan untuk meyakini kemampuan dirinya dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karir yang berhubungan dengan self-efficacy karir, baik dari dimensi level, strength, dan generality. Dengan demikian peserta didik memerlukan layanan yang bersifat responsif untuk menangani hal tersebut.

Hasil validasi rasional pakar bimbingan dan konseling terhadap rumusan program bimbingan melalui teknik role playing dinilai layak sebagai suatu kerangka kerja layanan untuk meningkatkan self-efficacy karir peserta didik kelas X dengan merumuskan program terdiri dari dua bagian, yaitu: pedoman teoritik dan pedoman pelaksanaan. Pedoman Teoritik antara lain: (a) rasional; (b) asumsi; (c) tujuan program; (d) sasaran program; (e) peran dan tugas konselor; (f) struktur dan tahapan pelaksanaan program; (g) evaluasi dan indikator keberhasilan. Pedoman Pelaksanaan disusun berdasarkan: a) deskripsi; b) tujuan; c) norma kelompok; d) komposisi kelompok; e) syarat dan aturan role playing; f) SKLBK. Pedoman pelaksanaan merupakan panduan teknis bagi konselor dalam melaksanakan intervensi.


(42)

Program bimbingan melalui teknik role playing yang diberikan kepada peserta didik efektif untuk membantu meningkatkan ketiga dimensi self-efficacy karir pada kelompok eksperimen, kecuali pada satu indikator berpedoman pada pengalaman hidup sebagai suatu langkah untuk mencapai keberhasilan sehingga indikator yang tidak efektif tersebut sama efektifnya dengan program lain yang diterima pada kelompok kontrol.

B. Rekomendasi

Beberapa rekomendasi yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ditujukan kepada pihak-pihak, yaitu (1) Pihak kepala sekolah; (2) guru pembimbing; dan (3) penelitian selanjutnya.

1. Pihak kepala sekolah

Kepala sekolah sebagai penangung jawab kegiatan pendidikan di sekolah secara menyeluruh, khususnya pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas kepala sekolah adalah mengkordinasi segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan berlangsung disekolah, sehingga pelayanan pengajaran, latihan, dan bimbingan dan konseling merupakan suatu kesatuan yang terpadu, harmonis dan dinamis. Program bimbingan dan konseling sekolah termasuk juga dalam penelitian ini yaitu program bimbingan melalui teknik role playing ini hendaknya menjadi acuan dan pedoman untuk membantu meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.


(43)

Dengan profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi yang telah dijelaskan pada pembahasan program bimbingan melalui teknik role playing, dikatakan bahwa sangat penting sekali bagi pihak guru BK untuk memberikan layanan bimbingan melalui teknik role playing berupa layanan responsif melalui bimbingan kelompok dan digunakan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.

Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat memadukan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dengan tujuan dapat menciptakan bimbingan yang menyenangkan

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a) Mengadakan penelitian mengenai self-efficacy karir melalui pendekatan dan teknik lain, seperti action research, Research and Development, dan Eksperimen murni.

b) Program yang telah dirumuskan peneliti telah dilakukan dengan uji efektivitas secara kuasi eksperimen dan akan menjadi lebih bermanfaat apabila peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai program bimbingan berdasarkan profil self-efficacy karir peserta didik SMK kelas X dikaji dengan menggunakan desain ekpsperimen murni.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, SL, & Betz, NE (2001). Sources of social self-efficacy expectations: their measurement and relation to career development. Journal of Vocational Behavior, 58, 98-117

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S (2002). Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pusat Statistik Maluku. (2011). Pengangguran Terbuka Menurut

Pendidikan Tertinggi di Maluku Yang Ditamatkan 2004-2011. [Online]. Tersedia: http://maluku.bps.go.id/file/ produk199.pdf. (03 Juli 2011). Bandura, A. (2009). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge

University Press.

Bandura, A. (2006). Guide for Contructing Self-Efficacy Scales. USA: Age Publising.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise of control. New York. Freeman and Company. [Online].Tersedia: http://www.emory.edu/ EDUCATION/ mfp/BanGrowingPri.pdf. (04 Juli 2011).

Bandura, A. (1993). Perceived self-efficacy in cognitive development and functioning.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.New York, NJ: Prentice Hall.

Betz, N.E. (2004). Basic Confidence predictors of career decision making self efficacy. The Career Development Quarterly. 52 (4), 354-362.

Betz, NE (1992). Counseling uses of career self-efficacy theory. Career Development Quarterly, 41, 22-27.

Betz, NE (1994). Self-concept theory in career development and counseling. Career Development Quarterly, 43, 32-43.

Betz, NE, & Hackett, G. (1981). The relationship of career-related self-efficacy expectations to perceived career options in college women and men.


(45)

Borg, W.R. & Gall, M.D. (2003). Educational Research: An Introduction. 7th ed. London: Longman, Inc.

Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Terjemahan). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi ketiga cetakan ke tujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brown & Associates (2002) Career Chice And Development. 4th ed. San Fransisco: Jossey Bass.

Brown & Lent R (2005). Career Development And Counseling. Canada: John Wiley & Sons, Inc

Bruce,Joyce et al (2009). Model of Teaching. (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Consiglio. (2010). Self-efficacy, Job Satifaction and Absenteeism. A Multilevel Study on Call Center Handler. Departement of Psychology, University of Roma Sapienza.

Creed, Peter and Patton, Wendy and Prideaux, Lee-Ann (2006) Causal Relationship Between Career Indecision and Career Decision-Making Self-Efficacy: A Longitudinal Cross-Lagged Analysis. Journal of Career Development 33(1):pp. 47-65.

Creed, I., & Saka, N. (2001). High School Students’ Career-related Decision-making Difficulties. Journal Of Counseling and Development, 79(3), 331-340.

Chung., B. (2002) Career Decision-Making Self-Efficacy and Career Commitment: Gender and Ethnic Differences Among College Students. Journal of Career Development 28(4), 277-284.

Gysbers, N., C. and Henderson, P. (2006). Developing & Managing: Your School Guidance and Counseling Program Fourth Edition. Alexandria: American Counseling Association.

Gysbers, N., C.; Heppner, M., J.; and Johnston, J., A. (2003). Career Counseling: Process, Issues, and Techniques, Second Edition. New York: Pearson Education, Inc.


(46)

Herr,El. & Crammer, S.H.(1984). Career Guidance and Counseling Through The Life Span. Sistematic. Approaches. Boston. Little, Brown & Company. Imawan Wynandin. (2011). Lulusan SMA-SMK Dominasi Tingkat Pengangguran

Terbuka. Tribunnews. [Online]. Tersedia: http://www.tribunnews.com /2011/11/07/lulusan-sma-smk-dominasi-tingkat-pengangguran-terbuka [13 November 2011].

Kunandar. (2007). Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lent, R., W., Brown, S.D., and Hackett, G. 2000. Contextual Supports and Barriers to Career Choice: A Social Cognitive Analysis. Journal of Counseling Psychology, 47, 36-49.

Santoso, S. (2001). Buku Latihan Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Kompotindo.

Shaftel & Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values Desion-Making in The Social Studies. New Jersey. Prentice Hall. Inc.

Supriatna M. (………) Bimbingan Karir Di SMK. [Online]. Tersedia: http://www

file.upi.edu/Direktori/.../BIMBINGAN_KARIER_DI_SMK.pdf [ 08 Agustus 2011)

Susetyo, B. (2010) Statistik Untuk Analisis Data Penelitian–Dilengkapi Cara Penghitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: Refika Aditama

Schultz, D., Schultz, S. E. (1994). Theories of personality. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Mardiah , H. (2010). Profil Self-efficacy Karir siswa kelas VIII. Skripsi. Bandung FIB UPI: Tidak di Terbitkan.

Marliyah, dkk. (2004). Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitac 1(1), 59-78.

Mau. (2000). Cultural Differences in Career Decision-Making Styles and Self-Efficacy. Journal of Vocational Behavior 57, 365–378.


(47)

Mulyana,O.P. (2009). Peningkatan Efikasi Diri Terhadap Pengambilan Keputusan Karir Melalui Pelatihan Perencanaan Karir. Tesis. Yogyakarta. UGM: tidak diterbitkan.

Patel. S.G., (2005). Career Self-Efficacy Of Vietnamese Adolescents: The Role Of Individual,Microsystem, Exosystem, And Macrosystem Variables.Thesis submitted to the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park, in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts.

Sawitri, D.R. (2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir Pada mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), Desember 2009.

Situs Resmi Pendidikan Menengah dan Kejuruan. (2006). Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan. Tersedia: http://www.dikmenjur.go.id /v06 /?d=pages&h=14. [03 Juli 2011].

Stipek, D. (1997). Motivation and Instruction. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of Educational Psychology. NY: Simon & Shuster-Macmillan.

Sudrajat, Dadang. (2005). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor Sekolah. Tesis. Pascasarjana UPI: Tidak di publikasikan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta

.

Syamsu Yusuf L.N. (2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Rizqi.

Tang, M., and Russ, K. (2007). Understanding and Facilitating Career Development of People of Appalachian Culture: an Integrated Approach. Career Development Quarterly. http://thefreelibrary.com/understand, [06 Agustus 2011).

Tarsidi. Didi. (2007). Aplikasi Teori Self Efficacy Pada Perkembangan Karir Dan Konseling Karir. Tersedia: http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/aplikasi-teori-self-efficacy-pada.html [30 Juni 2011).


(48)

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uweunubun Jery. (2011). 53.490 Penduduk Maluku Mengganggur. Siwalimanews [Online]. Tersedia: http://www.siwalimanews.com/post/53.490 penduduk maluku pengangguran [14 Oktober 2011).

Warsito. Hadi. (2004). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Penyesuaian Akademik Dan Prestasi Akademik, Jurnal Psikologi 14 (2) september 2004.


(1)

Dengan profil self-efficacy karir peserta didik kelas X SMK Negeri 1 Masohi yang telah dijelaskan pada pembahasan program bimbingan melalui teknik role playing, dikatakan bahwa sangat penting sekali bagi pihak guru BK untuk

memberikan layanan bimbingan melalui teknik role playing berupa layanan responsif melalui bimbingan kelompok dan digunakan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan self-efficacy karir peserta didik.

Oleh karena itu guru bimbingan dan konseling diharapkan dapat memadukan bimbingan kelompok dengan teknik role playing dengan tujuan dapat menciptakan bimbingan yang menyenangkan

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk :

a) Mengadakan penelitian mengenai self-efficacy karir melalui pendekatan dan teknik lain, seperti action research, Research and Development, dan Eksperimen murni.

b) Program yang telah dirumuskan peneliti telah dilakukan dengan uji efektivitas secara kuasi eksperimen dan akan menjadi lebih bermanfaat apabila peneliti selanjutnya yang akan mengkaji mengenai program bimbingan berdasarkan profil self-efficacy karir peserta didik SMK kelas X dikaji dengan menggunakan desain ekpsperimen murni.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, SL, & Betz, NE (2001). Sources of social self-efficacy expectations: their measurement and relation to career development. Journal of Vocational Behavior, 58, 98-117

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, S (2002). Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Badan Pusat Statistik Maluku. (2011). Pengangguran Terbuka Menurut

Pendidikan Tertinggi di Maluku Yang Ditamatkan 2004-2011. [Online]. Tersedia: http://maluku.bps.go.id/file/ produk199.pdf. (03 Juli 2011). Bandura, A. (2009). Self-efficacy in Changing Societies. New York: Cambridge

University Press.

Bandura, A. (2006). Guide for Contructing Self-Efficacy Scales. USA: Age Publising.

Bandura, A. (1997). Self-efficacy. The exercise of control. New York. Freeman and Company. [Online].Tersedia: http://www.emory.edu/ EDUCATION/

mfp/BanGrowingPri.pdf. (04 Juli 2011).

Bandura, A. (1993). Perceived self-efficacy in cognitive development and functioning.

Bandura, A. (1986). Social Foundation of Thought and Action: A Social Cognitive Theory.New York, NJ: Prentice Hall.

Betz, N.E. (2004). Basic Confidence predictors of career decision making self efficacy. The Career Development Quarterly. 52 (4), 354-362.

Betz, NE (1992). Counseling uses of career self-efficacy theory. Career Development Quarterly, 41, 22-27.

Betz, NE (1994). Self-concept theory in career development and counseling. Career Development Quarterly, 43, 32-43.


(3)

Borg, W.R. & Gall, M.D. (2003). Educational Research: An Introduction. 7th ed. London: Longman, Inc.

Brannen, J. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (Terjemahan). Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi ketiga cetakan ke tujuh). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Brown & Associates (2002) Career Chice And Development. 4th ed. San Fransisco: Jossey Bass.

Brown & Lent R (2005). Career Development And Counseling. Canada: John Wiley & Sons, Inc

Bruce,Joyce et al (2009). Model of Teaching. (Model-Model Pengajaran). Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Consiglio. (2010). Self-efficacy, Job Satifaction and Absenteeism. A Multilevel Study on Call Center Handler. Departement of Psychology, University of Roma Sapienza.

Creed, Peter and Patton, Wendy and Prideaux, Lee-Ann (2006) Causal Relationship Between Career Indecision and Career Decision-Making Self-Efficacy: A Longitudinal Cross-Lagged Analysis. Journal of Career Development 33(1):pp. 47-65.

Creed, I., & Saka, N. (2001). High School Students’ Career-related Decision-making Difficulties. Journal Of Counseling and Development, 79(3), 331-340.

Chung., B. (2002) Career Decision-Making Self-Efficacy and Career Commitment: Gender and Ethnic Differences Among College Students. Journal of Career Development 28(4), 277-284.

Gysbers, N., C. and Henderson, P. (2006). Developing & Managing: Your School Guidance and Counseling Program Fourth Edition. Alexandria: American Counseling Association.

Gysbers, N., C.; Heppner, M., J.; and Johnston, J., A. (2003). Career Counseling: Process, Issues, and Techniques, Second Edition. New York: Pearson Education, Inc.


(4)

Herr,El. & Crammer, S.H.(1984). Career Guidance and Counseling Through The Life Span. Sistematic. Approaches. Boston. Little, Brown & Company.

Imawan Wynandin. (2011). Lulusan SMA-SMK Dominasi Tingkat Pengangguran Terbuka. Tribunnews. [Online]. Tersedia: http://www.tribunnews.com /2011/11/07/lulusan-sma-smk-dominasi-tingkat-pengangguran-terbuka [13 November 2011].

Kunandar. (2007). Guru Profesional, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Lent, R., W., Brown, S.D., and Hackett, G. 2000. Contextual Supports and Barriers to Career Choice: A Social Cognitive Analysis. Journal of Counseling Psychology, 47, 36-49.

Santoso, S. (2001). Buku Latihan Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Kompotindo.

Shaftel & Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values Desion-Making in The Social Studies. New Jersey. Prentice Hall. Inc.

Supriatna M. (………) Bimbingan Karir Di SMK. [Online]. Tersedia: http://www

file.upi.edu/Direktori/.../BIMBINGAN_KARIER_DI_SMK.pdf [ 08 Agustus 2011)

Susetyo, B. (2010) Statistik Untuk Analisis Data Penelitian–Dilengkapi Cara Penghitungan dengan SPSS dan MS Office Excel. Bandung: Refika Aditama

Schultz, D., Schultz, S. E. (1994). Theories of personality. Pacific Grove, CA: Brooks/Cole Publishing Company.

Mardiah , H. (2010). Profil Self-efficacy Karir siswa kelas VIII. Skripsi. Bandung FIB UPI: Tidak di Terbitkan.

Marliyah, dkk. (2004). Persepsi Terhadap Dukungan Orang Tua dan Pembuatan Keputusan Karir Remaja. Jurnal Provitac 1(1), 59-78.

Mau. (2000). Cultural Differences in Career Decision-Making Styles and Self-Efficacy. Journal of Vocational Behavior 57, 365–378.


(5)

Mulyana,O.P. (2009). Peningkatan Efikasi Diri Terhadap Pengambilan Keputusan Karir Melalui Pelatihan Perencanaan Karir. Tesis. Yogyakarta. UGM: tidak diterbitkan.

Patel. S.G., (2005). Career Self-Efficacy Of Vietnamese Adolescents: The Role Of Individual,Microsystem, Exosystem, And Macrosystem Variables.Thesis submitted to the Faculty of the Graduate School of the University of Maryland, College Park, in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Arts.

Sawitri, D.R. (2009). Pengaruh Status Identitas dan Efikasi Diri Keputusan Karir Terhadap Keraguan Mengambil Keputusan Karir Pada mahasiswa Tahun Pertama di Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Undip, 5(2), Desember 2009.

Situs Resmi Pendidikan Menengah dan Kejuruan. (2006). Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Kejuruan. Tersedia: http://www.dikmenjur.go.id /v06 /?d=pages&h=14. [03 Juli 2011].

Stipek, D. (1997). Motivation and Instruction. In D. C. Berliner & R. C. Calfee (Eds.), Handbook of Educational Psychology. NY: Simon & Shuster-Macmillan.

Sudrajat, Dadang. (2005). Program Pengembangan Self-Efficacy Bagi Konselor Sekolah. Tesis. Pascasarjana UPI: Tidak di publikasikan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, Dewa Ketut. (2008). Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta. Rineka Cipta

.

Syamsu Yusuf L.N. (2009) Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bandung. Rizqi.

Tang, M., and Russ, K. (2007). Understanding and Facilitating Career Development of People of Appalachian Culture: an Integrated Approach. Career Development Quarterly. http://thefreelibrary.com/understand, [06 Agustus 2011).

Tarsidi. Didi. (2007). Aplikasi Teori Self Efficacy Pada Perkembangan Karir Dan Konseling Karir. Tersedia: http://d-tarsidi.blogspot.com/2007/10/aplikasi-teori-self-efficacy-pada.html [30 Juni 2011).


(6)

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uweunubun Jery. (2011). 53.490 Penduduk Maluku Mengganggur. Siwalimanews [Online]. Tersedia: http://www.siwalimanews.com/post/53.490 penduduk maluku pengangguran [14 Oktober 2011).

Warsito. Hadi. (2004). Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Penyesuaian Akademik Dan Prestasi Akademik, Jurnal Psikologi 14 (2) september 2004.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK.

16 41 64

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN EMPATI PESERTA DIDIK : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas IV SDN Pindad Tahun Ajaran 2013-2014.

0 6 50

PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN ACADEMIC SELF-EFFICACY PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 50

PROGRAM BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR PESERTA DIDIK SMK : Studi Pra Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMKN 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 46

PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERBASIS PERKEMBANGAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI KARIR PESERTA DIDIK: Penelitian Eksperimen Murni Terhadap Peserta Didik Kelas X SMK Negeri 2 Subang Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 58

PROGRAM BIMBINGAN AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN ACADEMIC SELF-EFFICACY PESERTA DIDIK : Studi Deskriptif Terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

0 3 44

BIMBINGAN MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK SELF AFFIRMATION : Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Lab-School UPI Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

1 2 37

PROFIL SELF-EFFICACY KARIR PESERTA DIDIK MAN 2 KOTA BANDUNG :Studi Deskriptif Ke Arah Pengembangan Program Bimbingan Karir Kelas XI Tahun Ajaran 2011/2012).

0 0 41

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK - repository UPI T BP 1201525 Title

0 0 3

EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK PENINGKATAN SELF AWARENESS PESERTA DIDIK

0 0 23