Interpretasi Makna Waktu pada Masyarakat Jepang dalam Film Toki Wo Kakeru Shoujo (時をかける少女).

(1)

viii Universitas Kristen Maranatha 細田守作 時 少女

時 析

序論

日本 わ 時 金 いう言葉 あ 時 い

う 金 同様 貴重 あ 無駄 使わ い 励

い い いう あ 日本 社会 時 非

常 価値 あ あ

本論文 ア 時 少女 中 日本人 時 いう 概念 理解 時 対 日本社会 解釈 理解 目的

あ 研究 析 当 解釈学的ア チ 使用

ア 中 時 視 キ クタ

行動 考え 表 あ 研究 析 材料 細田 守作 時 少女 使う

本論

人類学者エ ワ ·T·ホ 世界 文化 ク ック タイ M-時間 ク ック タイ P-時間 設定 い

述べ 同 時間 いう 対 異 ア チ 示 う

P-時間 文化 時間 いう概念 M-時間 文化 比


(2)

ix Universitas Kristen Maranatha び い 特性 あ P-時間 文化 人 常 集 団行動 重 活動 い 主 特性 あ

一方 M-時間 文化 時間 一方通行 う あ

金 同様 使い 保存 捨 う

亡 いう特性 持 現実的 捉え い 日本

概念 含 い 述べ ア わ

日本 社会 い 時間 非常 厳密 あ 遅 対 寛容

い 遅い 非常 悪い あ 生産的 何 い

い場合 怠 者 呼 将来 立案あ い 準備 重要 日本 社会 見 い 日本 概念 含

い べ ア わ

計画 準備 前 必要 意味 日本

人 考え 方法 適 あ 時間 重要 あ 時間 浪 費 い いう 表 い

時 対 日本人 考え方 時 少女 一 シ ン 明確 描 い 主人公コン = コ あ 日 臨死体験 時 シ ン あ う 終わ いう瞬間 時間 無駄 い 自 悔 感 以 独 言 言う


(3)

x Universitas Kristen Maranatha

コ : 思う 死

今日 最後

早 起

寝坊 い 遅刻 い

う 揚

男子 い

今日 確 イ 日

コ 生 残 あ 奇跡 目 前 死 逃

故 発生 前 時空 戻 奇妙 件 気

コ 叔 話 説明 求 何故 タイ いう 象 十 理解 い 叔 時空移動 いう 説明 聞い 悟

コ 自 力 気 い 自 タイ

成功 喜 い コ べ 自 体験 叔 楽 話

夢中 い コ い 叔 忠告 え

叔 :

コ :何 ?

叔 : い 扱 い い い

コ : い

う最高 タイ い

日 楽 楽 笑い

(大笑い)

叔 : コ いい目 見 い 悪い目 見 人 い い ?

コ :え??い 叔 : あ

コ :い い ! 何 あ い う


(4)

xi Universitas Kristen Maranatha 記 映 画 伝 え い ヒ ン あ 時 流 変え う 他人 影響 出 い いう い

小 影響 必 あ いう あ コ タイ

良い あ 喜び 感 一方 喜び 他人 悪い目 世界 バ ン 取 い

コ 楽 い時間 過 取 戻 い あ

意識 周 コ 代わ 悪い目 遭遇 人 い

周 起 幸 べ 自 除 気付

コ 悔い 気持 感 始 結論

時 少女 日本人 目 見 時 何 いう

示 ほ 対 日本人 い 時 意識 強調

主人公 コ 非常 時 わ い 極端 言い

方 時 言え 思う わ 過

時間 時計 針 戻 い い いう気持

誰 感 あ 言う コ う コ 実際 時

自 直

残念 時 ン 戻 自 取 直 集


(5)

xii Universitas Kristen Maranatha

良い都合 時 遊び い 時 周 良い関係

悪 う

ア 作成者 ク ック 現代 人 集団的 日

本 社会 方々 あ 時 金 いう わ 心得

い 日本人 時 大 貴重 いう非常 良い

あ 時 人間関係 大 いう 現

代人向 批判 声 伝え ア 作 言う

コ 時 金 重 い 物質社会 生活 い 現 代人 代表 あ 何 犯 時 自然 時 流 罪

い 探 友 近 招 自 犯 後悔

回 友 自 遠 追い い 選択

コ 前 向い 罪 う 後 去 過去 直 え 自 行 結果 避 予想以外 災い 招 ア 物質世界 傾い い 現代人 批判 人間関係 忘 い い 忠告 い


(6)

Universitas Kristen Maranatha

INTERPRETASI MAKNA WAKTU

FILM TOKI WO KAKERU SHOUJO

(

時をかける少女

)

Taufan Prayoga Universitas Kristen Maranatha

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana interpretasi makna waktu seperti yang tercermin dalam film Toki wo Kakeru Shoujo. Penelitian yang berfokus pada satu judul anime Toki wo Kareru Shoujo ini menggunakan percakapan dari para tokoh yang terdapat dari beberapa adegan dalam film yang mampu menggambarkan pemaknaan terhadap waktu yang menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi sastra. Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa masyarakat Jepang modern yang Monokronik sekaligus juga bagian dari masyarakat yang berpegang pada prinsip kolektifisme, ingin menyampaikan bahwa sebagai orang Jepang yang memegang erat peribahasa ‘waktu adalah uang’, menyadari bahwa waktu adalah benda penting nan berharga itu suatu hal yang baik. Namun mereka juga ingin menyampaikan kritik sosial untuk manusia modern bahwa hubungan antar manusia pun adalah hal yang penting untuk dijaga, dan ini terlihat dari bagaimana mereka memahami betapa pentingnya waktu bagi mereka.

Kata kunci: interpretasi waktu, makna waktu, monokronik,polikronik

Abstract: The purpose of this study is to describe how the interpretation of the meaning of time as reflected in the film Toki wo Kakeru Shoujo. The study focused on Toki wo Kareru Shoujo anime is using the conversation from the figures that there are several scenes in the film were able to describe the meaning of the time is in issue in this study. This research uses descriptive analysis method qualitative approach to the study of literature. The results of the research suggested that the modern Japanese society that Monokronik as well as sections of society adhering to the principle of collectivism, would submit that as the Japanese who hold tight to the adage 'time is money', realize that time is important objects nan precious a good thing , But they also want to convey to a modern human social criticism that any human relationship is an important thing to be kept, and this shows how they understand how important time for them.

Keyworwds: interpretation of the time, meaning of time, monochronic, polychronic


(7)

vi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...……….i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS…...……….iii

PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI...iv

KATA PENGANTAR……….………...…………....v

DAFTAR ISI………….………..………...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang Penelitian...1

1.2 Pembatasan Masalah…....………..…...5

1.3 Tujuan Penelitian………...5

1.4 Pendekatan dan Metode Penelitian………...……...…...5

1.5 Organisasi Penulisan...………...……...9

BAB II PERSPEKTIF WAKTU...11

2.1 Definisi waktu………...11

2.2 Konsep Waktu……….………...……....……...14

2.3 Konsep Waktu di Jepang………...19

BAB III ANALISIS MAKNA WAKTU DALAM FILM TOKI WO KAKERU SHOUJO...23

3.1 Interpretasi Waktu Tokoh Makoto……….…...23

3.2 Makna Waktu dari Tokoh-tokoh Lain………..…………...33


(8)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB IV SIMPULAN………...………...45

SINOPSIS...viii DAFTAR PUSTAKA...xiii RIWAYAT HIDUP PENULIS...xv


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Film animasi merupakan bagian dari Pop Culture atau budaya pop Jepang. Budaya populer Jepang tidak hanya mencerminkan sikap dan terfokus pada masa kini tetapi juga menghubungkan ke masa lalu. Perfilman Jepang, masakan, program televisi, manga, dan musik semua dikembangkan dari tradisi seni dan sastra yang lebih tua, dan banyak tema dan gaya presentasi dapat ditelusuri ke bentuk seni tradisional.

Film Animasi Jepang atau yang kemudian dikenal dengan Anime. Kata anime tampil dalam bentuk tulisan terdiri dari tiga karakter katakana yaitu a, ni, me (アニメ) merupakan bahasa serapan dari bahasa Inggris "Animation" dan

diucapkan sebagai "Anime-shon". Anime adalah film atau episode yang memanfaatkan animasi untuk menyampaikan sebuah cerita. Anime didasarkan sebagian besar dari komik animasi atau manga.

Beberapa dekade sejak anime dibuat muncul berbagai genre. Mereka termasuk berbagai jenis dari fiksi ke sci-fi. Keseluruhan genre yang ada memiliki makna sendiri dan menjadi representasi dari masyarakat Jepang Seperti film anime Howl Moving Castle (film) yang dibuat pada tahun 2004, yang memiliki tema anti-perang, dengan menyampaikan pesan melalui film animasi membuatnya lebih berpengaruh pada masyarakat Jepang.


(10)

2 Universitas Kristen Maranatha Pertumbuhan anime selama puluhan tahun telah sangat penting bagi Jepang karena budaya anime memungkinkan untuk hal umum yang dapat dieksplorasi. Anime telah berkembang sedemikian rupa dalam kebudayaan Jepang, dan menghasilkan produk lain berupa mainan karakter anime, motif pakaian, costplay dan bahkan menjadi karakter video game yang memungkinkan Jepang menyentuh pasar ekonomi yang lebih luas. Hal tersebut membuat anime yang pada dasarnya merupakan bentuk hiburan kini telah bertransformasi menjadi suatu industri yang sangat berkembang dan juga menjadi media untuk memvisualisasikan nilai-nilai budaya Jepang secara imajinatif agar dapat diterima lebih luas.

Pada dasarnya film sebagai hasil dari budaya dapat menjadi objek penelitian yang bisa menggambarkan situasi ataupun pola pikir masyarakat pada saat itu. Tahun 1970-an peneliti berpendapat bahwa film lebih dari sekedar seni, film adalah fenomena linguistik. Para peneliti ini mendasarkan diri pada ajaran-ajaran linguistik ferdinan de Saussure dan konsepsi semiotika Charles Sanders Pierce yang memandang film sebagai bahasa atau setidaknya fenomena menyerupai bahasa yang memungkinkan manusia untuk mengenali partikel-partikel di dalamnya.

Anime yang membuat penulis tertarik dalam hal ini untuk diteliti adalah Toki wo Kakeru Shoujo (時を かける少 女; judul bahasa Inggris: The Girl Who

Leapt Through Time) adalah sebuah anime tahun 2006 yang diproduksi studio animasi Madhouse dan didistribusikan Kadokawa Herald Pictures dengan disutradarai oleh Mamoru Hosoda yang berkat film animasi ini dikatakan sebagai sutradara yang disejajarkan dengan Hayao Miyazaki. Film animasi ini diputar


(11)

3 Universitas Kristen Maranatha pertama kalinya untuk umum di Jepang pada 15 Juli 2006. Novel karya Tsutsui Yasutaka, Toki wo Kakeru Shoujo (1967) menjadi dasar anime ini, namun anime ini bukan sekadar versi layar lebar novel tersebut, melainkan merupakan kelanjutan dari cerita novel dan mengambil setting pada 20 tahun setelah kejadian di buku. Yasutaka sendiri memuji film ini sebagai "generasi kedua yang sebenarnya" dari bukunya.

Film Toki wo kakeru shoujo sendiri memperoleh sambutan yang sangat bagus pada beberapa festival yang diikutinya. Toki wo Kakeru Shoujo merupakan Film Animasi Terbaik dalam kategori ANIMA'T pada Festival Film Internasional Catalunya, Penghargaan Utama Animasi pada Penghargaan Film Mainichi, Film Animasi Terbaik pada Penghargaan Akademi Jepang, Penghargaan Utama dalam Kategori Animasi pada Japan Media Arts Plaza, serta Animasi Terbaik pada Pameran Anime Internasional Tokyo. dan lain sebagainya.

Anime ini menceritakan Makoto Konno, seorang pelajar SMA di Tokyo, mendapat kemampuan untuk melakukan perjalanan waktu saat terlibat dalam sebuah kecelakaan di perlintasan kereta api pada suatu hari. Awalnya merasa terkejut dengan kemampuan barunya tersebut, Makoto kemudian memanfaatkannya agar tidak terlambat ke sekolah dan memperoleh nilai sempurna saat ujian, namun kemudian muncul kejadian-kejadian yang tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan ketika perjalanan waktu itu dilakukan.

Makna yang terkandung dalam Toki wo Kakeru Shoujo (novel) tentu sangat menarik bagi masyarakat Jepang, hal ini terbukti dengan adanya produksi berulang atau remake sejak novelnya muncul di tahun 1967, di Jepang telah


(12)

4 Universitas Kristen Maranatha diproduksi menjadi film serial televisi (1972), dibuat menjadi film (1983), short story, drama (1985), serial televisi (1984); film layar lebar (1987); manga (2004); animasi (2006); film sinema (2010).

Masyarakat Jepang memiliki budaya yang dikenal di seluruh dunia yaitu mengenai konsep waktu. Bagi masyarakat Jepang waktu dipandang begitu tegas. Keterlambatan adalah sebuah hal yang sangat buruk. Ini terdengar sedikit kolot, tapi melakukan hal yang tidak produktif atau tidak berguna masih dipandang sebagai pemalas. Banyak anak-anak yang dimarahi hanya karena bermain-main saja, oleh karena itu menjadi hal yang umum jika masyarakat Jepang bekerja secara berlebihan, menjadi workaholic dan schoolaholic. Bisa dikatakan masyarakat Jepang sangat produktif dan pintar, sebagai contoh mereka dapat menjadi negara penghasil teknologi yang sangat diperhitungkan di dunia namun di sisi lain waktu ini juga meningkatkan kasus bunuh diri yang diakibatkan tingkat stress yang begitu tinggi.

Anime Toki wo Kakeru Shoujo, menggambarkan pandangan terkait waktu, menunjukan serta mengisyaratkan bermacam pemaknaan melalui kejadian yang dialami para tokoh. Rasa cemas, gembira dan keinginan melakukan perubahan sangat kental terasa. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Toki wo Kakeru Shoujo yang merupakan bagian dari masyarakat Jepang, dalam hal ini dikaitkan dengan kejadian dan pandangan tokoh utama Makoto dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.


(13)

5 Universitas Kristen Maranatha 1.2 Pembatasan Masalah

Penulisan skripsi ini membatasi kajian mengenai interpetasi makna waktu yang tercermin dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan bagaimana interpretasi konsep waktu seperti yang tercermin dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.

1.4 Pendekatan dan Metode Penelitian

Metode memiliki kesamaan pengertian dengan prosedur, tata cara, alat, dan teknik, atau dapat pula dikatakan sebagai suatu aturan yang dibuat supaya mendapatkan hasil yang sistematis dan logis. Metode dapat dikatakan suatu kerangka berpikir yang tersusun dengan suatu maksud dan tujuan.

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif kualitatif dengan pendekatan filsafat. Penelitian kualitatif secara luas menggunakan pendekatan interpretif dan kritis pada masalah-masalah sosial, penelitian kualitatif lebih memfokuskan dirinya pada makna subjektif, pendefinisian, metafora, dan deskripsi pada kasus-kasus yang spesifik. Penelitian yang berfokus pada interpretasi makna waktu dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian deskriptif adalah penelitian untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif yaitu mengumpulkan


(14)

6 Universitas Kristen Maranatha data berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pendukung terhadap objek penelitian, kemudian menganalisa faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya (Arikunto, 2010: 151).

Dalam penelitian ini desain metode yang digunakan adalah analisis kualitatif yaitu merangkum sejumlah data besar yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Data yang dimaksud adalah kutipan-kutipan percakapan yang berasal dari anime Tiko wo Kakeru Shoujo.

Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sedangkan studi sastra adalah cabang ilmu pengetahuan. Ruang lingkup sastra (literature) adalah kreativitas penciptaan, sedangkan ruang lingkup studi sastra (literary study) adalah ilmu dengan sastra sebagai objeknya. metode penelitian sastra yang pada awalnya hanya digunakan untuk menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan text atau bahasa, sekarang telah diterapkan untuk dapat mengkaji non-fiksi, fiksi popular, film, dokumen sejarah, hukum, periklanan dan yang terkait di bidang studi budaya. Sastra, dengan demikian, berfokus pada kreativitas, sedangkan studi sastra berfokus pada ilmu. Pertanggungjawaban sastra adalah estetika, sedangkan pertanggungjawaban studi sastra adalah logika ilmiah.

Cara ilmiah untuk mendekati karya seni sastra adalah dengan menerapkan metode-metode yang dikembangkan oleh ilmu-ilmu alam pada studi sastra. Misalnya, sikap-sikap ilmiah seperti objektivitas, kepastian, dan sikap tidak terlibat. Usaha lain adalah meniru metode ilmu-ilmu alam melalui studi sumber, asal, dan penyebab (metode genetik). Secara lebih ketat, kausalitas ilmiah


(15)

7 Universitas Kristen Maranatha semacam ini dipakai untuk menjelaskan fenomena sastra dengan mengacu pada kondisi ekonomi, sosial, dan politik sebagai faktior-faktor penyebab.

Ada dua hal yang dapat membedakan sastra dan studi sastra. Pertama adalah mengikuti metode-metode ilmiah atau ilmu sejarah, dengan sekadar mengumpulkan fakta-fakta atau menyusun hukum-hukum sejarah yang sangat umum. Cara kedua adalah menekankan subjektivitas dan individualitas, serta keunikan karya sastra. Tetapi cara yang kedua ini diterapkan secara ekstrim. intuisi pribadi dapat mengarah pada apresiasi yang bersifat emosional saja, suatu

subjektivitas total. Penekanan pada “individualitas” dan “keunikan” karya sastra

walaupun merupakan reaksi sehat terhadap kecenderungan main generalisasi dapat membuat orang lupa bahwa tak ada satu karya sastra pun yang seratus

persen “unik”.

Dalam studi sastra yang paling banyak dibahas adalah latar (setting), lingkungan (environment) dan hal-hal yang bersifat eksternal. Metode ekstrinsik ini tidak terbatas pada studi tentang sastra lama. Tetapi juga dapat di terapkan pada kesusastraan modern. Kadang-kadang hal ekstrinsik hanya mengaitkan sastra dengan konteks sosialnya atau dengan perkembangan sebelumnya saja.

Sastra sering dilihat sebagai suatu bentuk filsafat, atau sebagai pemikiran yang terbungkus dalam bentuk khusus. Sehingga sastra dianalisis untuk mengungkapkan pemikiran-pemikiran hebat. Rudolf Ungel (dengan memakai pemikiran-pemikiran dilthey) ia menyatakan bahawa sastra bukanlah filsafat yang diterjemahkan dalam bentuk pencitraan dan sajak, melainkan expresi suatu sikap yang umum terhadap kehidupan.


(16)

8 Universitas Kristen Maranatha Filsafat dari segi semantik berasal dari bahasa Yunani “Philosophia” yang berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Philo sendiri berarti cinta dan Sophia yang berarti kebenaran.

Menurut Harold H. Titus, dalam arti sempit filasafat diartikan sebagai sains yang berkaitan dengan metodologi, dan dalam arti luas filsafat mencoba mengintegrasikan pengetahuan manusia yang berbeda-beda dan menjadikan suatu pandangan yang komprehensif tentang alam semesta, hidup, dan makna hidup. Jadi, filsafat memiliki karakteristik spekulatif, radikal, sistematis, komprehensif, dan universal.

Lebih lanjut Harold H.titus mendefinisikan, (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

Tujuan, fungsi, dan manfaat filsafat menurut Harold H. Titus adalah suatu usaha memahami alam semesta, maknanya dan nilainya. Apabila tujuan ilmu adalah kontrol, dan tujuan seni adalah kreativitas, kesempurnaan, bentuk keindahan komunikasi dan ekspresi, maka tujuan filsafat adalah pengertian (understanding) dan kebijaksanaan (wisdom)


(17)

9 Universitas Kristen Maranatha Penjelasan merupakan analisis struktur yang dilakukan terhadap karya dengan melihat hubungannya pada dunia yang ada di dalam teks. Kata-kata yang memiliki berbagai bentuk makna, yang sifatnya tidak langsung dan kias, demikian dapat dipahami dengan simbol-simbol tersebut. Simbol dan interpretasi konsep yang mempunyai pluraritas makna yang terkandung di dalam simbol atau kata-kata di dalam bahasa. Setiap interpretasi adalah upaya untuk membongkar makna yang terselubung.

Dengan memandang film sebagai sebuah teks dan bahasa menjadi sumber dalam penelitian, maka dari itu studi sastra dengan pendekatan filsafat dianggap paling sesuai untuk dapat membantu peneliti dalam mengkaji interpretasi waktu di masyarakat Jepang dalam anime Toki wo kakeru Shoujo.

1.5 Organisasi Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi menjadi empat bab dan di dalam setiap bab-nya terdapat sub-bab. Bab I merupakan pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah mengungkapkan alasan pengambilan penelitian, pembatasan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian yang merupakan kerangka dalam penulisan, dan terakhir adalah organisiasi penulisan, yang merinci secara garis besar isi dari skripsi ini. Bab II merupakan landasan teori yang membahas mengenai pengertian dan perspektif waktu, perkembangan konsep waktu di masyarakat Jepang, dan teori waktu menurut ahli. Bab III merupakan analisis film Toki wo Kakeru Shoujo yang mengemukakan analisis dialog dan kondisi situasi yang mencerminkan konsep waktu, penulisan disusun mengikuti alur cerita


(18)

10 Universitas Kristen Maranatha ketika perjalanan waktu terjadi. Kemudian bab IV merupakan kesimpulan dari analisis konsep waktu dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.


(19)

45 Universitas Kristen Maranatha BAB IV

SIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari apa yang penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, lompatan waktu bagi seseorang yang tidak mengetahui fungsi sebenarnya hanya dilakukan dengan alasan untuk bersenang-senang, mengubah sesuatu kejadian yang dianggap merugikan menghindari sesuatu. Kemudian lompatan waktu juga dilakukan ketika ingin memperbaiki sesuatu kejadian atau meralat kata-kata yang dianggap keliru. Sedangkan ketika lompatan waktu yang dilakukan oleh seseorang yang mengetahui fungsinya, digunakan untuk melakukan hal-hal yang penting dan mengubah sesuatu yang essensial seperti untuk melihat sesuatu yang telah hilang dimasanya (masa depan), kemudian untuk mengubah kejadian seperti kesedihan (kematian).

Makna waktu dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, waktu dipandang sebagai sesuatu yang tidak menunggu siapapun atau dengan kata lain waktu akan terus berjalan. Waktu dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah, seperti ketika waktu diubah maka akibat yang terjadi dalam hal ini efek yang ditimbulkan adalah hal buruk. Juga ketika seseorang melakukan time leapt untuk mengubah suatu kejadian maka akan ada yang menggantikan kejadian tersebut. Ini berarti bahwa waktu terus berjalan dan kejadian di dalamnya tidak akan berubah meskipun subjeknya berubah.


(20)

46 Universitas Kristen Maranatha Hal lain terkait waktu yang tercermin dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo bahwa setiap hal yang terjadi terhadap seseorang memiliki efek yang berbeda terhadap orang lain yang berada pada posisi ketika waktu tersebut digantikan. Dan seringkali berakibat lebih buruk. Jadi dengan kata lain setiap hal atau kejadian yang terjadi baik itu baik atau buruk diperuntukan hanya untuk seorang pada waktu itu.

Makoto adalah perwujudan/perwakilan dari manusia modern yang hidup

di dunia materialistis yang fokusnya pada ‘waktu’ dan ‘uang’, dan saat dia

melakukan satu kesalahan ia lebih memilih menyesalinya dan mendorong jauh orang disekitarnya. Anime ini mengkritik manusia modern yang cenderung materialistis, dan mengingatkan bahwa menaruh prioritas untuk menjaga hubungan antar sesama akan membawa hasil yang yang baik.

Pembuat anime ini yang merupakan bagian dari masyarakat Jepang modern yang Monokronik sekaligus juga bagian dari masyarakat yang berpegang pada prinsip kolektifisme, ingin menyampaikan bahwa sebagai orang Jepang yang

memegang erat peribahasa ‘waktu adalah uang’, menyadari bahwa waktu adalah

benda penting nan berharga itu suatu hal yang baik. Namun mereka juga ingin menyampaikan kritik sosial untuk manusia modern bahwa hubungan antar manusia pun adalah hal yang penting untuk dijaga, dan ini terlihat dari bagaimana mereka memahami betapa pentingnya waktu bagi mereka.


(21)

47 Universitas Kristen Maranatha Waktu pula dipandang sebagai sesuatu yang berharga, dalam hal ini menunjukan rasa syukur dengan berusaha sebaik-baiknya adalah hal yang seharusnya dilakukan, seperti halnya waktu dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, waktu sekarang dan segala sesuatu yang dimiliki saat ini mungkin tidak akan ada lagi dan waktu pun tidak bisa diputar kembali.


(22)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Alston, John P. and Takei, Isao. (2005). Japanese Business Culture and Practice. I Universe.

Bramble, P Sean. (2004). Culture Shock : A Survival Guide to Customs and Etiquette. Marshall Cavendish International.

Davies, Roger J, Osamu Ikeno. (2002). The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing, North Clarendon

Doi, Takeo. (1986). The Anatomy of Self: The Individual Versus Society. Oxford University Press, United State.

Hendry, Joy. (2003). Understanding Japanese Society. Routledge,Fallston.

Isozaki, Arata. MA.(2009) Space - time in Japan, Cooper Hewit Museum

J. Foley, Hugh, & W. Matlin, Margaret. (2006). Sensation & Perception: Time Perception. Oktober 2013. http://www.skidmore.edu/~hfoley/Time.htm

Kodansha.(1993). Japan an Illustrated Encyclopedia. 7th ed. Kodansha, Tokyo

Lebra, Takie Sugiyama. (2004). The Japanese Self in Cultural Logic.University of Hawaii Press, New York.

Markosian, Ned. (25 Novermber 2002). Time. 7 Oktober 2013. http://plato.stanford.edu/entries/time/

Marukhnyak, Olena. (2 Januari 2010). Perception of Time in Different Cultures: The Perception of Time. 7 Oktober 2013.

http://www.scribd.com/doc/24699041/Perception-of-Time-in-Different- Cultures


(23)

xiv Universitas Kristen Maranatha Mente, Boye Lafayette de.(2003). Kata : The Key to Understanding and Dealing With the Japanese. Tuttle Publishing, North Clarendon

Minoru, Nishio.(1986). Kokugo Jiten. Iwanami Shoolen, Tokyo. Moore, Charles A. ed 1967. The Japanese mind: essentials of Japanese philosophy and culture.University of Hawaii Press

Nakane, Chie.(1972). Japanese Society. University of California Press, London.

Oosterling, radopi Douwe Tiemersma, Henk BV. (1996). Time and Temporality in Intercultural Perspective. Amsterdam: Atalanta GA

Semi Atar.(1993). Metode penelitian Sastra. Bandung : Angkasa

Sugiura, Yoichi. and Gillespie, John K. (2004). Nihongo wo Eeigo de Shokaisuru Jiten. Natsume, Tokyo.

Soepardjo, Djojok. dan Setiawan, Wawan. (1999). “Komunikasi Hubungan Personal Orang Jepang”. Budaya Jepang Masa Kini (Kumpulan Artikel). CV Bintang, Surabaya.

Whybrow, Peter C. 2006.M.D. American Mania: When More is Not Enough. New York: W.W. Norton.

Zimbardo, Phillip and John Boyd.(2008). The Time Paradox. New York: Free Press.


(1)

10 Universitas Kristen Maranatha ketika perjalanan waktu terjadi. Kemudian bab IV merupakan kesimpulan dari analisis konsep waktu dalam film Toki wo Kakeru Shoujo.


(2)

45 Universitas Kristen Maranatha BAB IV

SIMPULAN

Sebagai kesimpulan dari apa yang penulis uraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut.

Dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, lompatan waktu bagi seseorang yang tidak mengetahui fungsi sebenarnya hanya dilakukan dengan alasan untuk bersenang-senang, mengubah sesuatu kejadian yang dianggap merugikan menghindari sesuatu. Kemudian lompatan waktu juga dilakukan ketika ingin memperbaiki sesuatu kejadian atau meralat kata-kata yang dianggap keliru. Sedangkan ketika lompatan waktu yang dilakukan oleh seseorang yang mengetahui fungsinya, digunakan untuk melakukan hal-hal yang penting dan mengubah sesuatu yang essensial seperti untuk melihat sesuatu yang telah hilang dimasanya (masa depan), kemudian untuk mengubah kejadian seperti kesedihan (kematian).

Makna waktu dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, waktu dipandang sebagai sesuatu yang tidak menunggu siapapun atau dengan kata lain waktu akan terus berjalan. Waktu dipandang sebagai sesuatu yang tidak bisa diubah, seperti ketika waktu diubah maka akibat yang terjadi dalam hal ini efek yang ditimbulkan adalah hal buruk. Juga ketika seseorang melakukan time leapt untuk mengubah suatu kejadian maka akan ada yang menggantikan kejadian tersebut. Ini berarti bahwa waktu terus berjalan dan kejadian di dalamnya tidak akan berubah meskipun subjeknya berubah.


(3)

46 Universitas Kristen Maranatha Hal lain terkait waktu yang tercermin dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo bahwa setiap hal yang terjadi terhadap seseorang memiliki efek yang berbeda terhadap orang lain yang berada pada posisi ketika waktu tersebut digantikan. Dan seringkali berakibat lebih buruk. Jadi dengan kata lain setiap hal atau kejadian yang terjadi baik itu baik atau buruk diperuntukan hanya untuk seorang pada waktu itu.

Makoto adalah perwujudan/perwakilan dari manusia modern yang hidup di dunia materialistis yang fokusnya pada ‘waktu’ dan ‘uang’, dan saat dia melakukan satu kesalahan ia lebih memilih menyesalinya dan mendorong jauh orang disekitarnya. Anime ini mengkritik manusia modern yang cenderung materialistis, dan mengingatkan bahwa menaruh prioritas untuk menjaga hubungan antar sesama akan membawa hasil yang yang baik.

Pembuat anime ini yang merupakan bagian dari masyarakat Jepang modern yang Monokronik sekaligus juga bagian dari masyarakat yang berpegang pada prinsip kolektifisme, ingin menyampaikan bahwa sebagai orang Jepang yang memegang erat peribahasa ‘waktu adalah uang’, menyadari bahwa waktu adalah benda penting nan berharga itu suatu hal yang baik. Namun mereka juga ingin menyampaikan kritik sosial untuk manusia modern bahwa hubungan antar manusia pun adalah hal yang penting untuk dijaga, dan ini terlihat dari bagaimana mereka memahami betapa pentingnya waktu bagi mereka.


(4)

47 Universitas Kristen Maranatha Waktu pula dipandang sebagai sesuatu yang berharga, dalam hal ini menunjukan rasa syukur dengan berusaha sebaik-baiknya adalah hal yang seharusnya dilakukan, seperti halnya waktu dalam film animasi Toki wo Kakeru Shoujo, waktu sekarang dan segala sesuatu yang dimiliki saat ini mungkin tidak akan ada lagi dan waktu pun tidak bisa diputar kembali.


(5)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Alston, John P. and Takei, Isao. (2005). Japanese Business Culture and Practice. I Universe.

Bramble, P Sean. (2004). Culture Shock : A Survival Guide to Customs and Etiquette. Marshall Cavendish International.

Davies, Roger J, Osamu Ikeno. (2002). The Japanese Mind: Understanding Contemporary Japanese Culture. Tuttle Publishing, North Clarendon

Doi, Takeo. (1986). The Anatomy of Self: The Individual Versus Society. Oxford University Press, United State.

Hendry, Joy. (2003). Understanding Japanese Society. Routledge,Fallston.

Isozaki, Arata. MA.(2009) Space - time in Japan, Cooper Hewit Museum

J. Foley, Hugh, & W. Matlin, Margaret. (2006). Sensation & Perception: Time Perception. Oktober 2013. http://www.skidmore.edu/~hfoley/Time.htm

Kodansha.(1993). Japan an Illustrated Encyclopedia. 7th ed. Kodansha, Tokyo

Lebra, Takie Sugiyama. (2004). The Japanese Self in Cultural Logic.University of Hawaii Press, New York.

Markosian, Ned. (25 Novermber 2002). Time. 7 Oktober 2013. http://plato.stanford.edu/entries/time/

Marukhnyak, Olena. (2 Januari 2010). Perception of Time in Different Cultures: The Perception of Time. 7 Oktober 2013.

http://www.scribd.com/doc/24699041/Perception-of-Time-in-Different- Cultures


(6)

xiv Universitas Kristen Maranatha Mente, Boye Lafayette de.(2003). Kata : The Key to Understanding and Dealing With the Japanese. Tuttle Publishing, North Clarendon

Minoru, Nishio.(1986). Kokugo Jiten. Iwanami Shoolen, Tokyo. Moore, Charles A. ed 1967. The Japanese mind: essentials of Japanese philosophy and culture.University of Hawaii Press

Nakane, Chie.(1972). Japanese Society. University of California Press, London.

Oosterling, radopi Douwe Tiemersma, Henk BV. (1996). Time and Temporality in Intercultural Perspective. Amsterdam: Atalanta GA

Semi Atar.(1993). Metode penelitian Sastra. Bandung : Angkasa

Sugiura, Yoichi. and Gillespie, John K. (2004). Nihongo wo Eeigo de Shokaisuru Jiten. Natsume, Tokyo.

Soepardjo, Djojok. dan Setiawan, Wawan. (1999). “Komunikasi Hubungan Personal Orang Jepang”. Budaya Jepang Masa Kini (Kumpulan Artikel). CV Bintang, Surabaya.

Whybrow, Peter C. 2006.M.D. American Mania: When More is Not Enough. New York: W.W. Norton.

Zimbardo, Phillip and John Boyd.(2008). The Time Paradox. New York: Free Press.


Dokumen yang terkait

Analisis Penggunaan とき/ 時 (TOKI) dan å ´åˆ (BAAI)Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

0 12 23

Analisis Penggunaan 助動詞 でしょう dan かもしれません Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Sintaksis dan Semantik).

0 1 27

Meiyo Yang 『名誉』Tercermin Dalam Film 'Bushi No Ichibun'『武士の一分』.

0 1 28

Analisis Verba 習 なら う, 学 まな ぶ, 勉強 べんきょう する Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Kajian Semantik).

0 3 74

Analisis Konflik, Perang dan Perdamaian Dalam Anime Gundam Seed (機動戦士ガンダムSEED).

0 3 20

Analisis Komparatif Robot-Robot Dalam Film (絶対彼氏)Zettai Kareshi dan (ちょびっツ)Chobits Terhadap Film 'Bicentennial Man dan I, Robot'.

0 0 22

Analisis コード切り替え dan コード混合 Dalam Film Serial 'Heroes' (Kajian Sosiolinguistik).

0 0 50

Kakaadenka (嚊天下)Dalam Drama At Home Dad (アット・ホーム・ダッド).

0 1 26

Sosok Guru Yang Tercermin Dalam Film ãƒ¤ãƒ³ã‚­ãƒ¼æ¯æ ¡ã«å¸°ã‚‹ 'Yankii Boukou ni Kaeru).

0 0 38

Peranan Ninja Dalam Film Azumi dan Azumi 2 - 'Death Or Love' 『あずみ』と『あずみ2“Death or Loveâ€œã€ã®æ˜ ç”»ã®å¿è€ ã®å½¹å‰².

1 8 43