Tinjauan Yuridis Mengenai Penolakan Pasien Miskin Pada Keadaan Gawat Darurat Oleh Rumah Sakit Dihubungkan Dengan Perlindungan Hukum Bagi Pasien (Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentan
v
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN MISKIN
PADA KEADAAN GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT
DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN
(DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT)
Tiara Mawarni
1087001
Kesenjangan yang terjadi antara peraturan perundang-undangan mengenai
kewajiban rumah sakit untuk tidak menolak pasien miskin dan kenyataan di
masyarakat yang masih terjadi penolakan pasien miskin oleh rumah sakit
mendorong penulis melakukan penelitian hukum ini dengan tujuan mengkaji
perlindungan hukum terhadap pasien miskin menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang
Kesehatan) dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang Rumah Sakit), dan mengkaji
tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pasien miskin atas tindakan penolakan
yang dilakukan oleh rumah sakit pada keadaan gawat darurat.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis berupa pendekatan yuridis
normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis. Sedangkan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan
cara analisis kualitatif dengan pola pikir/ logika deduktif.
Perlindungan hukum bagi pasien miskin menurut Undang-Undang
Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit adalah kepastian, kejelasan, dan
jaminan yang berlaku kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat
miskin, yang tertuang dalam aturan-aturan mengenai kewajiban pemerintah dan
rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi dan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-hak pasien miskin sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku. Pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat dapat
melakukan tindakan hukum berupa menggugat rumah sakit tersebut secara
perdata dan/atau menuntut rumah sakit tersebut secara pidana. Tindakan hukum
perdata yang dapat dilakukan terhadap rumah sakit adalah dengan melakukan
gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.
Kata Kunci: Rumah Sakit, Penolakan Pasien Miskin, Keadaan Gawat Darurat,
Perlindungan Hukum.
Universitas Kristen Maranatha
vi
JURIDICAL REVIEW OF DESTITUDE PATIENT REJECTION IN AN
EMERGENCY CONDITION BY HOSPITAL DUE TO LAW
PROTECTION FOR THE PATIENT (REVIEWS OF REGULATION
NUMBER 36 YEAR 2009 REGARDING HEALTH jo. REGULATION
NUMBER 44 YEAR 2009 REGARDING HOSPITAL)
Tiara Mawarni
1087001
The discrepancy that happened between the regulations about hospital’s
liability to not reject the destitude patient and the reality in the society that
hospitals rejected the destitude patient make writer did this law research to
examine law protection for the destitude patient according to Regulaton Number
36 Year 2009 regarding Health (henceforth shorthen by Health Regulation) and
Regulation Number 44 Year 2009 regarding Hospital (henceforth shorthen by
Hospital Regulation), and examine the law act that can do by the destitude patient
concerning the hospital rejection in an emergency condition.
The research method used by writer is normative juridical approach with
research spesification that analitical descriptive identifying. Whereas the data
analyze technique that used in this law research is qualitative analyze with
deductive logic.
Law protection for the destitude patient based on Health Regulation and
Hospital Regulation is a certainty, a clarity, and a guarantee that be valid to all the
social stratum including the destitude society, that poured into the regulations
about the goverment’s liability and hospital as the health facilities treatment to
protect and pay attention to destitude patient’s importances and rights that not
contradicted other valid regulations of health sector. The destitude patient whom
rejected by hospital in an emergency condition can do the law act that is charge
the hosptal by civil code and/or prosecute the hospital by criminal law. Civil law
act that can be done to hospital is remanding default accusation by againts law act.
Keywords: Hospital, Destitude Patient Rejection, Emergency Condition, Law
Protection.
Universitas Kristen Maranatha
x
Daftar Isi
Halaman
Lembar Pernyataan Keaslian...................................................................
i
Lembar Pengesahan Sidang....................................................................
ii
Lembar Pengesahan Pembimbing...........................................................
iii
Lembar Persetujuan Panitia Sidang Ujian...............................................
iv
Abstrak....................................................................................................
v
Kata Pengantar........................................................................................
vii
Daftar Isi..................................................................................................
x
Daftar Lampiran......................................................................................
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian........................................................................
8
D. Kegunaan Penelitian....................................................................
9
E. Kerangka Pemikiran....................................................................
10
F. Metode Penelitian........................................................................
16
G. Sistematika Penulisan..................................................................
19
BAB II RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM
21
A. Rumah Sakit................................................................................
21
1. Pengertian Rumah Sakit........................................................
21
2. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit.........................................
25
3. Hubungan
Hukum
Rumah
Sakit
dengan
Tenaga
Kesehatan..............................................................................
29
4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia........................................
31
Universitas Kristen Maranatha
xi
Halaman
5. Instalasi Gawat Darurat.........................................................
33
B. Perlindungan Hukum..................................................................
37
1. Pengertian Perlindungan Hukum..........................................
37
2. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat................................
40
BAB III KEDUDUKAN PASIEN DAN ISU PENOLAKAN
PASIEN YANG TERJADI DI MASYARAKAT
47
A. Kedudukan Pasien.......................................................................
47
1. Hubungan Pasien dengan Rumah Sakit................................
47
2. Hak dan Kewajiban Pasien....................................................
54
3. Permenkes No. 49 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penanganan
Pengaduan
Masyarakat
Terpadu
di
Lingkungan Kementerian Kesehatan....................................
58
4. Hak Pasien Miskin Sebagai Pemegang Kartu Kesehatan
dari Pemerintah.....................................................................
60
B. Isu Penolakan Pasien yang Terjadi Dalam Masyarakat..............
64
1. Kasus Bayi “DNA” (disamarkan).........................................
65
2. Kasus Bayi “Nl” (disamarkan)..............................................
66
3. Kasus Bayi “Rv” (disamarkan).............................................
68
4. Kasus Nyonya “OBR” (disamarkan)....................................
69
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit..
72
1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan..............................................................................
72
Universitas Kristen Maranatha
xii
Halaman
2. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit......................................................................................
83
B. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Miskin
Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh Rumah Sakit
Pada Keadaan Gawat Darurat.....................................................
95
1. Pasien Miskin yang Ditolak Rumah Sakit Pada Keadaan
Gawat Darurat Dapat Mengajukan Tuntutan Pidana
dan/atau Gugatan Perdata.....................................................
96
2. Tindakan Penolakan Terhadap Pasien Miskin yang
Dilakukan Rumah Sakit pada Keadaan Gawat Darurat
Merupakan
Wanprestasi
dan
Perbuatan
Melawan
Hukum..................................................................................
BAB V PENUTUP
102
114
A. Kesimpulan.................................................................................
114
1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.............................................................
114
2. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien
Miskin Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh
Rumah Sakit Pada Keadaan Gawat Darurat..........................
117
B. Saran............................................................................................
120
Daftar Pustaka.........................................................................................
122
Lampiran.................................................................................................
126
Curriculum Vitae.....................................................................................
127
Universitas Kristen Maranatha
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran I
KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit
Lampiran II PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
Lampiran III Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2012
tentang
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan
Kementerian Kesehatan
Lampiran IV Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Lampiran V Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN
Formulir 2
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK IN D O N E SIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009
TENTANG
STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT ( IGD ) RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa rumah sakit harus memiliki Standar Instalasi Gawat
Darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan
respon cepat dan penanganan yang tepat;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
1.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
3.
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Negara Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
5.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575 / Menkes /Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
6.
Keputusan
Menteri Kesehatan
Nomor
448/Menkes/SK/
Formulir 2
VII/1993 tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di setiap Rumah Sakit;
7.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/
X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di kabupaten/Kota;
8.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
M EMU TU S KAN :
Menetapkan
Kesatu
:
:
Kedua
:
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga
:
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan
sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan penyelenggara
rumah sakit dalam memberikan pelayanan gawat darurat di
rumah sakit.
Keempat
:
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
Standar Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) Rumah Sakit dengan
melibatkan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing- masing.
Kelima
:
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit sepanjang mengatur mengenai
gawat darurat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Keenam
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
Ditetapkan di
Pada tanggal
Jakarta
25 September 2009
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr. dr .SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)
Formulir 2
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK IN D O N E SIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 856/Menkes/SK/IX/2009
Tanggal : 25 September 2009
STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada
tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas
1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara
data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungan
di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien
rujukan.
Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat
dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telaj memberikan peluang daerah untuk
mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya
serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selam ini dilakukan oleh pusat.
Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang kesehatan
khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan
kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat.
Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan
gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan
pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat RS.
B. Prinsip Umum
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan :
l Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat
l Melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
Formulir 2
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan
pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit
diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat
darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang
dipimpin oleh dokter.
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat
daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.
C.- Klasifikasi
Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas A.
2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas B.
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas C.
4. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas D.
D. Target Pencapaian Standar
1. Target pencapaian STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT Rumah Sakit
secara nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.
2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari
target maksimal capaian secara nasional.
3. Rencana pencapaian dan penerapan STANDAR INSTALASI GAWAT
DARURAT Rumah Sakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada
analisis kemampuan dan potensi daerah.
Formulir 2
II.
JENIS PELAYANAN
Level IV
Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
penanganan :
Permasalahan pd
A, B, C dgn alat-alat
yang lebih lengkap
termasuk ventilator
2. Penilaian disability,
Penggunaan obat,
EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/
R. Resusitasi-ICU
4. Bedah cito
Level III
Level II
Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
1. Diagnosis &
penanganan :
penanganan :
Permasalahan pd
Permasalahan pd
A : Jalan nafas
A, B, C dgn alat-alat
(airway problem),
yang lebih lengkap
B : Pernafasan
termasuk ventilator
(Breathing
2. Penilaian disability,
problem)
Penggunaan obat,
dan
EKG, defibrilasi
C : Sirkulasi
3. Observasi HCU/R.
pembuluh darah
Resusitasi
(Circulation
4. Bedah cito
problem)
2. Penilaian
Disability,
Penggunaan obat,
EKG, defibrilasi
(observasi HCU)
3. Bedah cito
Level I
Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
penanganan
Permasalahan pd
A : Jalan nafas
(airway problem),
B : Pernafasan
(Breathing
problem)
dan
C : Sirkulasi
pembuluh darah
(Circulation
problem)
2. Melakukan
Stabilisasi dan
evakuasi
Formulir 2
III. SUMBER DAYA MANUSIA
Level
Level IV
Level IV
Level IV
Level IV
Kualifikasi
Tenaga
Dokter
Subspesialis
Dokter
Spesialis
l
Semua jenis on
call
4 Besar +
Anestasi on
site
l (dr Spesialis
lain on call)
-
Bedah, Obsgyn,
Anak, Penyakit
Dalam on site
(dokter
spesialis lain
on call)
-
Bedah, Obsgyn
Anak, Penyakit
Dalam on call.
-
l
l
Dokter PPDS
On site 24 jam
On site 24 jam
(RS Pendidikan)
Dokter Umum
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
GELTS, ATLS,
ACLS, dll
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
Jam kerja /
Diluar jam kerja
Jam kerja /
Diluar jam kerja
Jam kerja /
Jam kerja /
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
Perawat Kepala
S1
DIII
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
Emergency
Nursing, BTLS,
BCLS dll
Perawat
(+Pelatihan
Emergency
Nursing)
Non Medis
Bagian
Keuangan
Kamtib (24 jam) On site 24 jam
Pekarya (24 jam)
l
-
-
-
Formulir 2
IV. PERSYARATAN SARANA
A. Persyaratan Fisik Bangunan :
1.
Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana.
2.
Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah
Sakit.
3.
Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu
utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar)
kecuali pada klasifikasi IGD level I dan II.
4.
Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk
lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat
ramp).
5.
Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6.
Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2
ambulans (sesuai dengan beban RS)
7.
Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar
dan tidak ada “cross infection” , dapat menampung korban bencana sesuai
dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol
kegiatan oleh perawat kepala jaga.
8.
Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan
IGD.
9.
Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat)
Formulir 2
B. Persyaratan Sarana
NO
1
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
- Informasi
+
+
+
-
- Tolilet
+
+
+
+
- Telepon Umum
+
+
-
-
- ATM
+
-
-
-
- Kafetaria
+
-
-
-
- Keamanan
+
+
-
-
- Pendaftaran pasien
baru/ rawat
+
+
+
-
- Keuangan
+
+
-
-
- Rekam Medik
+
+
+
+
c. R. Triase
+
+
+
Bisa bergabung
dengan ruangan
lain
d. R. Penyimpanan
Strecher
+
+
+
-
e. R. Informasi dan
Komunikasi
+
+
+/-
-
+
+
+
+
- Bedah
+
+
+
- Non Bedah / Medical
+
+
+
Bisa Bergabung
- Anak
+
- Kebidanan
+
+/-
KET
RUANG PENERIMAAN
a. R. Tunggu ( Public Area )
b. R. Administrasi
2
Tergantung IT
Sistem
RUANG TINDAKAN
a. R. Resusitasi
b. R. Tindakan
3
Bisa Bergabung
c. R. Dekontaminasi
+
+/-
+/-
RUANG OPERASI
+
+
+/-
Bagi IGD yang
berada dekat
industri harus
memiliki ruang
ini.
Bisa bergabung
atau terpisah dan
dapat diakses 24
Jam
Formulir 2
NO
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
+
+
+
Bisa bergabung
dengan ruangan
lain
. Umum
+
+
+
-
. Cardiac / Jantung
+
+
-
-
. Pediatric/ Anak
+
+/-
-
-
. Neonatus
+
+/-
-
-
b. R. Luka Bakar
+
+/-
-
-
c. R. Hemodialisis
+
+/-
-
-
d. R. Isolasi
+
+/-
-
-
KELAS/ RUANG
4
RUANG OBSERVASI
5
RUANG KHUSUS
KET
a. R. Intermediate/ HCU
Bisa bergabung
atau terpisah dan
dapat diakses 24
jam
Formulir 2
V.
NO
FASILITAS / PRASARANA MEDIS
Fasilitas dan penunjang yang harus tersedia selain ditentukan oleh level IGD
rumah sakit, juga oleh jumlah kasus yang ditangani.
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
A. RUANG TRIASE
z
Kit Pemeriksaan
Sederhana
+
+
+
+
Minimal 2
z
Brankar
Penerimaan Pasien
+
+
+
+
Rasio ( Cross
Sectionsal )
z
Pembuatan rekam
medik khusus
z
Label (pada saat
korban massal )
( Perlu dibuatkan
form )
+
+
+
+
+
+
+
B. RUANG TINDAKAN
1
Ruang Resusitasi
z
Nasopharingeal tube
+
Minimal 1 setiap no
z
Oropharingeal tube
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Laringoscope set
Anak
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Laringoscope set
Dewasa
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Nasotrakheal tube
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Orotracheal
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Suction
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Tracheostomi set
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Bag Valve Mask
(Dewasa / Anak)
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Kanul Oksigen
+
+
+
+
Sesuai jumlah TT
z
Oksigen Mask
(Dewasa / Anak)
+
+
+
+
Minimal 1
z
Chest Tube
+
+
+
+
Minimal 1
z
Crico/ Trakheostomi
+
+
+
+
Minimal 1
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
z
Ventilator
Transport
+
+
+/-
-
Minimal 1
z
Vital Sign Monitor
+
+
+/-
-
Sesuai Jumlah TT
z
Infusion pump
+
+
+/-
-
z
Syringe pump
+
+
+/-
-
z
ECG
+
+
+
+
Minimal 1
z
Vena Section
+
+
+
+
Minimal 1
z
Defibrilator
+
+
+
+
Minimal 1
z
Gluko stick
+
+
+
+
Minimal 1
z
Stetoskop
+
+
+
+
Minimal 1
z
Termometer
+
+
+
+
Minimal 1
z
Nebulizer
+
+
+
+
Minimal 1
z
Oksigen Medis /
Concentrators
+
+
+
+
Rasio 1 : 1 TT di
IGD
z
Warmer
+
+
+/-
+
Minimal 1
2 s/d 3 tiap TT
Imobilization Set
z
Neck Collar
+
+
+
+
Minimal 1
z
Splint
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Long Spine Board
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Scoop Strecher
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Kendrik Extrication
Device ( KED )
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Urine Bag
+
+
+
+
Minimal 1 set/ TT
z
NGT
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Wound Toilet Set
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Cairan Infus Koloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Kristaloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Dextrose
+
+
+
+
z
Adrenalin
+
+
+
+
z
Sulfat Atropin
+
+
+
+
z
Kortikosteroid
+
+
+
+
OBAT – OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI
Selalu Tersedia
dalam jumlah
yang cukup di
IGD tanpa
harus
diresepkan
Formulir 2
NO
2
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Dextrose 50 %
+
+
+
+
z
Aminophilin
+
+
+
+
z
ATS , TT
+
+
+
+
z
Trombolitik
+
+
+
+
z
Amiodaron
(inotropik)
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarung tangan ,
kacamata google
+
+
+
+
z
Manitol
+
+
+
+
z
Furosemid
+
+
+
+
Ruang Tindakan Bedah
ALAT MEDIS
z
Meja Operasi /
Tempat tidur
tindakan
Minimal 3
Minimal 3
Minimal 1
Minimal 1
z
Dressing set
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
z
Infusion set
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
z
Vena Section set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal
1
-
z
Torakosintetis set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Metal kauter
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Tiang Infus
Minimal 6
Minimal 6
Minimal 2
Minimal 2
z
Lampu Operasi
Minimal 3
Minimal 3
Minimal 1
Minimal 1
z
Thermometer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Stetoskop
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Sterilisator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bidai
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Splint
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
Selalu Tersedia
dalam jumlah yang
cukup di IGD tanpa
harus di resepkan
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI
3
z
Analgetik
+
+
+
+
z
Antiseptik
+
+
+
+
z
Cairan kristaloid
+
+
+
+
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Wound dressing
+
+
+
+
z
Alat-alat anti septic
+
+
+
+
z
ATS
+
+
+
+
z
Anti Bisa Ular
+
+
+
+
z
Anti Rabies
+
+
+
+
z
Benang jarum
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarun tangan,
kacamata google
+
+
+
+
Minimal 1
Minimal 1
Ruang Tindakan Medik
PERALATAN MEDIS
z
Kumbah Lambung
Set
Minimal 1
Minimal 1
z
EKG
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Kursi Periksa
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Irigator Pemeriksaan
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Nebulizer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Oksigen Medis
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
NGT
Minimal 1
z
Syringe Pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 1
Minimal 2
-
z
Infusion Pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Jarum Spinal
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Lampu Kepala
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bronchoscopy
Minimal 1
-
-
-
Selalu tersedia
dalam jumlah yang
cukup di Ruang
Tindakan Bedah
tanpa harus
diresepkan
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Opthalmoscope
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Otoscope set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Slit Lamp
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
z
Cairan Infus Koloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Kristaloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Dextrose
+
+
+
+
z
Adrenalin
+
+
+
+
z
Sulfas Atropin
+
+
+
+
z
Kortikosteroid
+
+
+
+
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Aminophilin / ß 2
bloker
+
+
+
+
z
Pethidin
+
+
+
+
z
Morfin
+
+
+
+
z
Anti convulsion
+
+
+
+
z
Dopamin
+
+
+
+
z
Dobutamin
+
+
+
+
z
ATS
+
+
+
+
z
Trombolitik
+
+
+
+
z
Amiodaron
(inotropik)
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarung tgn,
kacamata google
+
+
+
+
z
Manitol
+
+
+
+
z
Furosemid
+
+
+
+
Selalu tersedia
dalam jumlah yang
cukup di IGD tanpa
harus di resepkan
Formulir 2
NO
4
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
Ruang Tindakan Bayi & Anak
PERALATAN MEDIS
z
Inkubator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Oksigen
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
OBAT- OABATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
5
z
Stesolid
+
+
+
+
z
Mikro drips set
+
+
+
+
z
Intra Osseus set
+
+
+
+
Ruang Tindakan Kebidanan
PERALATAN MEDIS
z
Kuret Set
Minimal 1
Minimal1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Partus Set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction bayi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Meja Ginekologi
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Meja Partus
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Vacuum set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Forcep set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
CTG
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Resusitasi set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Doppler
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Suction Bayi baru
lahir
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Tersedia dalam
jumlah yang cukup
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Laennec
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Uterotonika
+
+
+
+
z
Prostaglandin
+
+
+
+
KET
OBAT -OBATAN
6
Tersedia dalam
jumlah yang cukup
Ruang Operasi ( R. Persiapan dan Kamar Operasi
a. RUANG PERSIAPAN
z
Ruang ganti
z
Brankar
+
+
+/-
-
z
Oksigen
+
+
+/-
-
z
Suction
+
+
+/-
-
z
Linen
+
+
+/-
-
Tindakan / operasi
yang dilakukan
terutama untuk
keadaan Cito,
bukan elektif
b. KAMAR OPERASI
z
Meja Operasi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Mesin Anastesi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Alat regional
Anestesi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Lampu ( Mobile /
statis )
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Pulse Oximeter
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Vital Sign Monitor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Meja Instrumen
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
C-arm
Minimal 1
Minimal 1
-
-
Tindakan yang
dilakukan terutama
untuk keadaan
Cito, bukan elektif
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Bedah dasar
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set laparatomi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Apendiktomi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set sectiosesaria
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Bedah anak
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Vascular
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Torakosintetis set
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Neurosurgery
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set orthopedic
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set urologi
Emergency
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Bedah Plastik
Emergency
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Laparoscopy
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Endoscopy surgery
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Laringoscope
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bag Valve Mask
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Defibrilator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
c. RUANG RECOVERY
z
Infusion pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Syringe pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Bed Side Monitor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
Tindakan yang
dilakukan terutama
untuk keadaan
Cito, bukan elektif
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Infusion set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Oxygen Line
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
KET
C. RUANG PENUNJANG MEDIS
1. Ruang Radiology
z
Mobile X-ray
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
+/-
z
Mobile USG
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Apron Timbal
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
CT Scan
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
MRI
Tersedia 1
-
-
-
z
Automatic Film
Processor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
Bisa bergabung/
tersendiri dan dapat
diakses 24 jam
2. Ruang Laboratorium
a. Lab. Standar
z
Lab. Rutin
+
+
+
+
z
Elektrolit
+
+
+
+
z
Kimia Darah
+
+
+
+
z
Analisa Gas Darah
+
+
+/-
-
z
CKMB ( Jantung )
+
+/-
-
-
Bisa bergabung /
tersendiri dan dapat
diakses 24 jam
b. Lab. Khusus
3. Bank Darah ( BDRS )
z
BMHP ( Bahan
Medis Habis Pakai )
+
+ Bisa bergabung
Dapat Diakses 24
jam
+
+
+
+
4. Ruang Sterilisasi
z
Basah
+
+
+
+
Minimal 1
z
Autoclave
+
+
+
+
Minimal 1
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
5. Gas Medis : N2O
z
Tabung Gas
+
+
+
+
z
Sentral
+
+
+/-
+/-
D. RUANG PENUNJANG NON MEDIS
1. Alat Komunikasi Internal
z
Fix
+
+
+
+
z
Mobile
+
+/-
+/-
+/-
z
Radio Medik
+
+
+/-
+/-
2. Alat Komunikasi Eksternal
z
Fix
+
+
+
+
z
Mobile
+
+/-
+/-
+/-
z
Radio Medik
+
+
+
+
3. Alat Rumah Tangga
Tersedia
z
Komputer
+
+
+/-
-
z
Mesin Ketik
+
+
+
+/-
z
Alat Kantor
+
+
+
+
z
Meubelair
+
+
+
+
z
Papan Tulis
+
+
+
+
gai l:
adpakTaanngd
DitePta
Pada tanggal :
,
5
Jaka:r2ta
25 September 2009
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr.dr. SITI FADILAH SUPARI,Sp.JP (K)
Dr. dr .SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)
KET
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 49 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa pengaduan masyarakat merupakan salah
satu bentuk peran serta masyarakat dalam
pengawasan pelaksanaan pelayanan publik,
sehingga perlu mendapatkan tanggapan dengan
cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan Kementerian Kesehatan;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4150);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-24. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999
tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3866);
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor Per/ 05/ M. PAN/ 4/ 2009 tentang
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan
Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah;
6. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144 / Menke s / Per/ VIII / 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
134 / Menke s / SK/ III/ 2012 tentang Tim Penanganan
Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN.
Pasal 1
(1) Pengaduan masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan
dikelompokkan dalam:
a. Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan; dan
b. Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan.
(2) Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan pengaduan masyarakat yang isinya
mengandung informasi atau adanya indikasi terjadinya penyimpangan
atau penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur
Kementerian Kesehatan sehingga mengakibatkan kerugian masyarakat
atau negara.
(3) Pengaduan...
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-3(3) Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pengaduan masyarakat
yang isinya mengandung informasi berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif, dan lain sebagainya, sehingga bermanfaat bagi perbaikan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri
atas orang perorangan, organisasi masyarakat, partai politik, institusi,
kementerian/lembaga pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pasal 2
(1) Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat
disampaikan secara langsung melalui tatap muka, atau secara
tertulis/surat, media elektronik, dan media cetak kepada pimpinan atau
pejabat Kerrienterian Kesehatan.
(2) Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan dapat disampaikan secara
langsung oleh masyarakat kepada Sekretariat Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan.
(3 ) Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan dapat disampaikan
secara langsung oleh masyarakat kepada sekretariat unit utama di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
(4) Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah harus ditanggapi dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan
diterima.
Pasal 3
Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan ditangani
oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan
kewenangan masing-masing.
Pasal 4
(1) Penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan .
(2) Penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pencatatan, penelaahan, penanganan lebih lanjut,
pelaporan, dan pengarsipan.
(3) Penanganan...
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-4(3) Penanganan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa tanggapan secara langsung melalui klarifikasi atau memberi
jawaban, dan penyaluran/ penerusan kepada unit terkait yang
berwenang menangani.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan pengaduan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Setiap pimpinan unit Eselon I dan Eselon II Kementerian Kesehatan
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 November 2012
ME
w.
fl
Pi
I KESEHATAN
IN NESIA,
/
•
\1 j
IMBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1216
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-5LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 49 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN
MASYARAKAT TERPADU DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KESEHATAN
PED OMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggara
negara pada dasarnya merupakan kontrol sosial dalam rangka
mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Salah satu bentuk pengawasan masyarakat yang perlu
ditangani/dikelola secara efektif dan efisien adalah pengawasan dalam
bentuk pengaduan masyarakat. Agar pengawasan masyarakat dapat
berfungsi efektif sebagai koritrol sosial dalam penyelenggaraan
pemerintah maka pengaduan masyarakat perlu ditangani secara cepat,
tepat, efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan program di bidang
kesehatan termasuk pengawasan terhadap program unggulan
Kementerian Kesehatan Tahun 2012, antara lain Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal),
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan perijinan alat kesehatan,
yang merupakan prioritas untuk ditangani segera.
Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu
dibutuhkan bagi setiap instansi pemerintah dalam penanganan
pengaduan masyarakat. Dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/4/2009 tentang
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi
Pemerintah dinyatakan bahwa setiap instansi pemerintah pusat dan
daerah dapat menindaklanjuti pedoman tersebut dengan aturan yang
lebih teknis.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-6Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerj a Kementerian
Kesehatan, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan, sehingga
dalam rangka melaksanakan fungsi tersebut perlu suatu pedoman
penanganan pengaduan masyarakat yang juga merupakan bentuk
pengawasan. Selain itu untuk penanganan pengaduan masyarakat
secara terkoordinasi di lingkungan Kementerian Kesehatan telah
dibentuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
134/ Menkes/ SK/III/2012 tentang Tim Penanganan Pengaduan
Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun Pedoman Pelaksanaan
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan, sebagai acuan pelaksanaan di dalam penanganan pengaduan
masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu dimaksudkan
sebagai:
a. acuan bagi Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan
masyarakat; dan
b. acuan dalam melakukan koordinasi antar unit kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan
masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat
Terpadu ini adalah:
a. terwujudnya penanganan pengaduan masyarakat terpadu yang
cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. terwujudnya koordinasi penanganan pengaduan masyarakat
terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan sehingga
menghindari terjadinya tumpang tindih dalam penanganan
pengaduan masyarakat; dan
c. terlaporkannya penanganan pengaduan masyarakat kepada pihakpihak terkait secara terpadu.
C. Ruang Lingkup
Pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang ditangani meliputi:
1. hambatan dalam pelayanan masyarakat;
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-73. korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
4. pelanggaran disiplin pegawai.
D. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
2. Pengaduan masyarakat adalah bentuk pengawasan masyarakat yang
disampaikan oleh masyarakat kepada Kementerian Kesehatan, berupa
sumbangan pemikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang
bersifat membangun.
3. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
4. Pimpinan instansi adalah pejabat pembina kepegawaian pada
Kementerian Kesehatan.
5. Konfirmasi adalah proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan
mengenai keberadaan terlapor yang teridentifikasi, baik bersifat
perorangan, kelompok maupun institusional, apabila memungkinkan
termasuk masalah yang dilaporkan/diadukan.
6. Klarifikasi adalah proses penjernihan masalah atau kegiatan yang
memberikan
penj elasan/ data/ dokumen/ bukti-bukti
mengenai
permasalahan yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada
sumber pengaduan dan instansi terkait.
7. Audit adalah proses identifikasi masalah,analisis dan evaluasi bukti
yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional
berdasarkan standar yang berlaku, untuk menilai kebenaran atas
pengaduan masyarakat.
8. Pelapor adalah individu atau kelompok masyarakat yang
menyampaikan pengaduan kepada kementerian kesehatan.
9. Terlapor adalah aparatur negara atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyimpangan atau pelanggaran.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-8BAB II
PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
Pengaduan masyarakat yang diterima Kemenkes ditangani oleh Tim
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan (Tim Dumasdu) yang ada pada masing-masing Unit Eselon I.
Pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu dilakukan berdasarkan
kewenangan dan kriteria, bahwa pengaduan berindikasi penyimpangan
yang merugikan masyarakat/negara ditangani oleh Tim Dumasdu pada
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, sedangkan indikasi
pengaduan di luar itu maupun yang berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif, yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan masyarakat menjadi fokus penanganan oleh Tim Dumasdu
pada unit eselon I yang lain.
Pengaduan yang jelas alamatnya, segera dijawab secara tertulis dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima,
dan diselesaikan dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja
sejak pengaduan tersebut diterima oleh Kementerian Kesehatan.
Penanganan pengaduan masyarakat meliputi kegiatan penerimaan,
pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi atau penelitian,
pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.
A. Pencatatan Pengaduan
Pencatatan pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu dilakukan sebagai
berikut :
1. Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim Dumasdu pada
Unit Eselon I berasal dari organisasi masyarakat, partai politik,
perorangan atau penerusan pengaduan oleh Kementerian/ Lembaga/
Komisi Negara dalam bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam
agenda surat masuk secara manual atau menggunakan aplikasi sesuai
dengan prosedur pengadministrasian/ tata persuratan yang berlaku.
Pengaduan yang disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam
formulir yang disediakan.
2. Pencatatan dumas tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi
tentang nomor dan tanggal surat pengaduan, tanggal diterima,
identitas pengadu, identitas terlapor, dan inti pengaduan.
3. Pengaduan yang alamatnya jelas, segera dijawab secara tertulis dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat pengaduan
diterima, dengan tembusan disampaikan kepada Sekretariat Tim
Dumasdu pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
B. Penelaahan
1. Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah guna
mengidentifikasi permasalahannya, kejelasan informasi, kadar
pengawasan serta langkah-langkah penanganan selanjutnya.
2. Penelaahan minimal yang dilakukan sebagai berikut :
a. Merumuskan inti masalah yang diadukan.
b. Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang
relevan.
c. Meneliti dokumen dan/ atau informasi yang diterima.
d. Menentukan apakah pengaduan yang diterima berkadar
pengawasan atau tidak berkadar pengawasan.
b. Melengkapi data/ informasi yang diperlukan.
c. Melakukan analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang relevan.
d. Menetapkan hasil penelahaan dan penanganan selanjutnya.
3. Hasil penelahaan pengaduan dan rekomendasi:
a. Pengaduan berkadar pengawasan yang berindikasi penyimpangan
yang merugikan masyarakat atau keuangan negara dengan
substansi pengaduan logis dan memadai, yang identitas
pelapornya jelas atau tidak jelas serta didukung dengan buktibukti, direkomendasikan untuk dilakukan audit dengan tujuan
tertentu/ audit investigasi.
b. Pengaduan berkadar pengawasan yang substansi pengaduannya
tidak memadai dengan identitas pelapo
TINJAUAN YURIDIS MENGENAI PENOLAKAN PASIEN MISKIN
PADA KEADAAN GAWAT DARURAT OLEH RUMAH SAKIT
DIHUBUNGKAN DENGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN
(DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009
TENTANG KESEHATAN jo. UNDANG-UNDANG NOMOR 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT)
Tiara Mawarni
1087001
Kesenjangan yang terjadi antara peraturan perundang-undangan mengenai
kewajiban rumah sakit untuk tidak menolak pasien miskin dan kenyataan di
masyarakat yang masih terjadi penolakan pasien miskin oleh rumah sakit
mendorong penulis melakukan penelitian hukum ini dengan tujuan mengkaji
perlindungan hukum terhadap pasien miskin menurut Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang
Kesehatan) dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
(selanjutnya disingkat menjadi Undang-Undang Rumah Sakit), dan mengkaji
tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh pasien miskin atas tindakan penolakan
yang dilakukan oleh rumah sakit pada keadaan gawat darurat.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis berupa pendekatan yuridis
normatif dengan spesifikasi penelitian bersifat deskriptif analitis. Sedangkan
teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan
cara analisis kualitatif dengan pola pikir/ logika deduktif.
Perlindungan hukum bagi pasien miskin menurut Undang-Undang
Kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit adalah kepastian, kejelasan, dan
jaminan yang berlaku kepada seluruh lapisan masyarakat termasuk masyarakat
miskin, yang tertuang dalam aturan-aturan mengenai kewajiban pemerintah dan
rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan untuk melindungi dan
memperhatikan kepentingan-kepentingan dan hak-hak pasien miskin sepanjang
tidak bertentangan dengan undang-undang di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku. Pasien miskin yang ditolak rumah sakit pada keadaan gawat darurat dapat
melakukan tindakan hukum berupa menggugat rumah sakit tersebut secara
perdata dan/atau menuntut rumah sakit tersebut secara pidana. Tindakan hukum
perdata yang dapat dilakukan terhadap rumah sakit adalah dengan melakukan
gugatan wanprestasi dan perbuatan melawan hukum.
Kata Kunci: Rumah Sakit, Penolakan Pasien Miskin, Keadaan Gawat Darurat,
Perlindungan Hukum.
Universitas Kristen Maranatha
vi
JURIDICAL REVIEW OF DESTITUDE PATIENT REJECTION IN AN
EMERGENCY CONDITION BY HOSPITAL DUE TO LAW
PROTECTION FOR THE PATIENT (REVIEWS OF REGULATION
NUMBER 36 YEAR 2009 REGARDING HEALTH jo. REGULATION
NUMBER 44 YEAR 2009 REGARDING HOSPITAL)
Tiara Mawarni
1087001
The discrepancy that happened between the regulations about hospital’s
liability to not reject the destitude patient and the reality in the society that
hospitals rejected the destitude patient make writer did this law research to
examine law protection for the destitude patient according to Regulaton Number
36 Year 2009 regarding Health (henceforth shorthen by Health Regulation) and
Regulation Number 44 Year 2009 regarding Hospital (henceforth shorthen by
Hospital Regulation), and examine the law act that can do by the destitude patient
concerning the hospital rejection in an emergency condition.
The research method used by writer is normative juridical approach with
research spesification that analitical descriptive identifying. Whereas the data
analyze technique that used in this law research is qualitative analyze with
deductive logic.
Law protection for the destitude patient based on Health Regulation and
Hospital Regulation is a certainty, a clarity, and a guarantee that be valid to all the
social stratum including the destitude society, that poured into the regulations
about the goverment’s liability and hospital as the health facilities treatment to
protect and pay attention to destitude patient’s importances and rights that not
contradicted other valid regulations of health sector. The destitude patient whom
rejected by hospital in an emergency condition can do the law act that is charge
the hosptal by civil code and/or prosecute the hospital by criminal law. Civil law
act that can be done to hospital is remanding default accusation by againts law act.
Keywords: Hospital, Destitude Patient Rejection, Emergency Condition, Law
Protection.
Universitas Kristen Maranatha
x
Daftar Isi
Halaman
Lembar Pernyataan Keaslian...................................................................
i
Lembar Pengesahan Sidang....................................................................
ii
Lembar Pengesahan Pembimbing...........................................................
iii
Lembar Persetujuan Panitia Sidang Ujian...............................................
iv
Abstrak....................................................................................................
v
Kata Pengantar........................................................................................
vii
Daftar Isi..................................................................................................
x
Daftar Lampiran......................................................................................
xiii
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................
1
B. Identifikasi Masalah....................................................................
8
C. Tujuan Penelitian........................................................................
8
D. Kegunaan Penelitian....................................................................
9
E. Kerangka Pemikiran....................................................................
10
F. Metode Penelitian........................................................................
16
G. Sistematika Penulisan..................................................................
19
BAB II RUMAH SAKIT DAN PERLINDUNGAN HUKUM
21
A. Rumah Sakit................................................................................
21
1. Pengertian Rumah Sakit........................................................
21
2. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit.........................................
25
3. Hubungan
Hukum
Rumah
Sakit
dengan
Tenaga
Kesehatan..............................................................................
29
4. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia........................................
31
Universitas Kristen Maranatha
xi
Halaman
5. Instalasi Gawat Darurat.........................................................
33
B. Perlindungan Hukum..................................................................
37
1. Pengertian Perlindungan Hukum..........................................
37
2. Perlindungan Hukum Bagi Masyarakat................................
40
BAB III KEDUDUKAN PASIEN DAN ISU PENOLAKAN
PASIEN YANG TERJADI DI MASYARAKAT
47
A. Kedudukan Pasien.......................................................................
47
1. Hubungan Pasien dengan Rumah Sakit................................
47
2. Hak dan Kewajiban Pasien....................................................
54
3. Permenkes No. 49 Tahun 2012 tentang Pedoman
Penanganan
Pengaduan
Masyarakat
Terpadu
di
Lingkungan Kementerian Kesehatan....................................
58
4. Hak Pasien Miskin Sebagai Pemegang Kartu Kesehatan
dari Pemerintah.....................................................................
60
B. Isu Penolakan Pasien yang Terjadi Dalam Masyarakat..............
64
1. Kasus Bayi “DNA” (disamarkan).........................................
65
2. Kasus Bayi “Nl” (disamarkan)..............................................
66
3. Kasus Bayi “Rv” (disamarkan).............................................
68
4. Kasus Nyonya “OBR” (disamarkan)....................................
69
72
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit..
72
1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan..............................................................................
72
Universitas Kristen Maranatha
xii
Halaman
2. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit......................................................................................
83
B. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Miskin
Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh Rumah Sakit
Pada Keadaan Gawat Darurat.....................................................
95
1. Pasien Miskin yang Ditolak Rumah Sakit Pada Keadaan
Gawat Darurat Dapat Mengajukan Tuntutan Pidana
dan/atau Gugatan Perdata.....................................................
96
2. Tindakan Penolakan Terhadap Pasien Miskin yang
Dilakukan Rumah Sakit pada Keadaan Gawat Darurat
Merupakan
Wanprestasi
dan
Perbuatan
Melawan
Hukum..................................................................................
BAB V PENUTUP
102
114
A. Kesimpulan.................................................................................
114
1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut
Undang-Undang
Nomor
36
Tahun
2009
tentang
Kesehatan jo. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit.............................................................
114
2. Tindakan Hukum yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien
Miskin Atas Tindakan Penolakan yang Dilakukan Oleh
Rumah Sakit Pada Keadaan Gawat Darurat..........................
117
B. Saran............................................................................................
120
Daftar Pustaka.........................................................................................
122
Lampiran.................................................................................................
126
Curriculum Vitae.....................................................................................
127
Universitas Kristen Maranatha
xiii
Daftar Lampiran
Lampiran I
KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat Rumah Sakit
Lampiran II PERMENKES Nomor 290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran
Lampiran III Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 49 tahun 2012
tentang
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan
Kementerian Kesehatan
Lampiran IV Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Lampiran V Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Universitas Kristen Maranatha
LAMPIRAN
Formulir 2
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK IN D O N E SIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 856/Menkes/SK/IX/2009
TENTANG
STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT ( IGD ) RUMAH SAKIT
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
Mengingat
:
:
a.
bahwa rumah sakit harus memiliki Standar Instalasi Gawat
Darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan
respon cepat dan penanganan yang tepat;
b.
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu menetapkan Keputusan Menteri Kesehatan
tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit.
1.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);
2.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
3.
Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang - Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan
Negara Nomor 4548);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3637);
5.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575 / Menkes /Per/XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
6.
Keputusan
Menteri Kesehatan
Nomor
448/Menkes/SK/
Formulir 2
VII/1993 tentang Pembentukan Tim Kesehatan Penanggulangan Korban Bencana di setiap Rumah Sakit;
7.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/
X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan
di kabupaten/Kota;
8.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
M EMU TU S KAN :
Menetapkan
Kesatu
:
:
Kedua
:
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum
dalam lampiran keputusan ini.
Ketiga
:
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua agar digunakan
sebagai acuan bagi tenaga kesehatan dan penyelenggara
rumah sakit dalam memberikan pelayanan gawat darurat di
rumah sakit.
Keempat
:
Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan
Standar Instalasi Gawat Darurat ( IGD ) Rumah Sakit dengan
melibatkan organisasi profesi terkait sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing- masing.
Kelima
:
Dengan ditetapkannya Keputusan Menteri ini, maka Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang
Standar Pelayanan Rumah Sakit sepanjang mengatur mengenai
gawat darurat dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Keenam
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
Ditetapkan di
Pada tanggal
Jakarta
25 September 2009
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr. dr .SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)
Formulir 2
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK IN D O N E SIA
Lampiran
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 856/Menkes/SK/IX/2009
Tanggal : 25 September 2009
STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD) RUMAH SAKIT
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Depkes, pada
tahun 2007 jumlah rumah sakit di Indonesia sebanyak 1.319 yang terdiri atas
1.033 RSU dengan jumlah kunjungan ke RSU sebanyak 33.094.000, sementara
data kunjungan ke IGD sebanyak 4.402.205 (13,3 % dari total seluruh kunjungan
di RSU), dari jumlah seluruh kunjungan IGD terdapat 12,0 % berasal dari pasien
rujukan.
Pasien yang masuk ke IGD rumah sakit tentunya butuh pertolongan yang
cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam memberikan pelayanan
gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga dapat
menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat
dan penanganan yang tepat.
Semua itu dapat dicapai antara lain dengan meningkatkan sarana, prasarana,
sumberdaya manusia dan manajemen Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
sesuai dengan standar.
Disisi lain, desentralisasi dan otonomi telaj memberikan peluang daerah untuk
mengembangkan daerahnya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya
serta siap mengambil alih tanggung jawab yang selam ini dilakukan oleh pusat.
Untuk itu daerah harus dapat menyusun perencanaan di bidang kesehatan
khususnya pelayanan gawat darurat yang baik dan terarah agar mutu pelayanan
kesehatan tidak menurun, sebaliknya meningkat dengan pesat.
Oleh karenanya Depkes perlu membuat standar yang baku dalam pelayanan
gawat darurat yang dapat menjadi acuan bagi daerah dalam mengembangkan
pelayanan gawat darurat khususnya di Instalasi Gawat Darurat RS.
B. Prinsip Umum
1. Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki
kemampuan :
l Melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat
l Melakukan resusitasi dan stabilitasi (life saving).
Formulir 2
2. Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan
pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.
3. Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit
diseragamkan menjadi INSTALASI GAWAT DARURAT (IGD).
4. Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus
gawat darurat.
5. Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah
sampai di IGD.
6. Organisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) didasarkan pada organisasi
multidisiplin, multiprofesi dan terintegrasi, dengan struktur organisasi
fungsional yang terdiri dari unsur pimpinan dan unsur pelaksana, yang
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan terhadap pasien gawat
darurat di Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan wewenang penuh yang
dipimpin oleh dokter.
7. Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat
daruratnya minimal sesuai dengan klasifikasi berikut.
C.- Klasifikasi
Klasifikasi pelayanan Instalasi Gawat Darurat terdiri dari :
1. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level IV sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas A.
2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas B.
3. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level II sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas C.
4. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level I sebagai standar minimal untuk
Rumah Sakit Kelas D.
D. Target Pencapaian Standar
1. Target pencapaian STANDAR INSTALASI GAWAT DARURAT Rumah Sakit
secara nasional adalah maksimal 5 tahun dari tanggal penetapan SK.
2. Setiap Rumah Sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari
target maksimal capaian secara nasional.
3. Rencana pencapaian dan penerapan STANDAR INSTALASI GAWAT
DARURAT Rumah Sakit dilaksanakan secara bertahap berdasarkan pada
analisis kemampuan dan potensi daerah.
Formulir 2
II.
JENIS PELAYANAN
Level IV
Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
penanganan :
Permasalahan pd
A, B, C dgn alat-alat
yang lebih lengkap
termasuk ventilator
2. Penilaian disability,
Penggunaan obat,
EKG, defibrilasi
3. Observasi HCU/
R. Resusitasi-ICU
4. Bedah cito
Level III
Level II
Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
1. Diagnosis &
penanganan :
penanganan :
Permasalahan pd
Permasalahan pd
A : Jalan nafas
A, B, C dgn alat-alat
(airway problem),
yang lebih lengkap
B : Pernafasan
termasuk ventilator
(Breathing
2. Penilaian disability,
problem)
Penggunaan obat,
dan
EKG, defibrilasi
C : Sirkulasi
3. Observasi HCU/R.
pembuluh darah
Resusitasi
(Circulation
4. Bedah cito
problem)
2. Penilaian
Disability,
Penggunaan obat,
EKG, defibrilasi
(observasi HCU)
3. Bedah cito
Level I
Memberikan pelayanan
sebagai berikut:
1. Diagnosis &
penanganan
Permasalahan pd
A : Jalan nafas
(airway problem),
B : Pernafasan
(Breathing
problem)
dan
C : Sirkulasi
pembuluh darah
(Circulation
problem)
2. Melakukan
Stabilisasi dan
evakuasi
Formulir 2
III. SUMBER DAYA MANUSIA
Level
Level IV
Level IV
Level IV
Level IV
Kualifikasi
Tenaga
Dokter
Subspesialis
Dokter
Spesialis
l
Semua jenis on
call
4 Besar +
Anestasi on
site
l (dr Spesialis
lain on call)
-
Bedah, Obsgyn,
Anak, Penyakit
Dalam on site
(dokter
spesialis lain
on call)
-
Bedah, Obsgyn
Anak, Penyakit
Dalam on call.
-
l
l
Dokter PPDS
On site 24 jam
On site 24 jam
(RS Pendidikan)
Dokter Umum
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
GELTS, ATLS,
ACLS, dll
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
Jam kerja /
Diluar jam kerja
Jam kerja /
Diluar jam kerja
Jam kerja /
Jam kerja /
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
On site 24 jam
Perawat Kepala
S1
DIII
(+Pelatihan
Kegawat
Daruratan)
Emergency
Nursing, BTLS,
BCLS dll
Perawat
(+Pelatihan
Emergency
Nursing)
Non Medis
Bagian
Keuangan
Kamtib (24 jam) On site 24 jam
Pekarya (24 jam)
l
-
-
-
Formulir 2
IV. PERSYARATAN SARANA
A. Persyaratan Fisik Bangunan :
1.
Luas bangunan IGD disesuaikan dengan beban kerja RS dengan
memperhitungkan kemungkinan penanganan korban massal / bencana.
2.
Lokasi gedung harus berada dibagian depan RS, mudah dijangkau oleh
masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar Rumah
Sakit.
3.
Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu
utama (alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar)
kecuali pada klasifikasi IGD level I dan II.
4.
Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai di
depan pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan: untuk
lantai IGD yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus membuat
ramp).
5.
Pintu IGD harus dapat dilalui oleh brankar.
6.
Memiliki area khusus parkir ambulans yang bisa menampung lebih dari 2
ambulans (sesuai dengan beban RS)
7.
Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar
dan tidak ada “cross infection” , dapat menampung korban bencana sesuai
dengan kemampuan RS, mudah dibersihkan dan memudahkan kontrol
kegiatan oleh perawat kepala jaga.
8.
Area dekontaminasi ditempatkan di depan/diluar IGD atau terpisah dengan
IGD.
9.
Ruang triase harus dapat memuat minimal 2 (dua) brankar.
10. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien.
11. Apotik 24 jam tersedia dekat IGD.
12. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat)
Formulir 2
B. Persyaratan Sarana
NO
1
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
- Informasi
+
+
+
-
- Tolilet
+
+
+
+
- Telepon Umum
+
+
-
-
- ATM
+
-
-
-
- Kafetaria
+
-
-
-
- Keamanan
+
+
-
-
- Pendaftaran pasien
baru/ rawat
+
+
+
-
- Keuangan
+
+
-
-
- Rekam Medik
+
+
+
+
c. R. Triase
+
+
+
Bisa bergabung
dengan ruangan
lain
d. R. Penyimpanan
Strecher
+
+
+
-
e. R. Informasi dan
Komunikasi
+
+
+/-
-
+
+
+
+
- Bedah
+
+
+
- Non Bedah / Medical
+
+
+
Bisa Bergabung
- Anak
+
- Kebidanan
+
+/-
KET
RUANG PENERIMAAN
a. R. Tunggu ( Public Area )
b. R. Administrasi
2
Tergantung IT
Sistem
RUANG TINDAKAN
a. R. Resusitasi
b. R. Tindakan
3
Bisa Bergabung
c. R. Dekontaminasi
+
+/-
+/-
RUANG OPERASI
+
+
+/-
Bagi IGD yang
berada dekat
industri harus
memiliki ruang
ini.
Bisa bergabung
atau terpisah dan
dapat diakses 24
Jam
Formulir 2
NO
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
+
+
+
Bisa bergabung
dengan ruangan
lain
. Umum
+
+
+
-
. Cardiac / Jantung
+
+
-
-
. Pediatric/ Anak
+
+/-
-
-
. Neonatus
+
+/-
-
-
b. R. Luka Bakar
+
+/-
-
-
c. R. Hemodialisis
+
+/-
-
-
d. R. Isolasi
+
+/-
-
-
KELAS/ RUANG
4
RUANG OBSERVASI
5
RUANG KHUSUS
KET
a. R. Intermediate/ HCU
Bisa bergabung
atau terpisah dan
dapat diakses 24
jam
Formulir 2
V.
NO
FASILITAS / PRASARANA MEDIS
Fasilitas dan penunjang yang harus tersedia selain ditentukan oleh level IGD
rumah sakit, juga oleh jumlah kasus yang ditangani.
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
A. RUANG TRIASE
z
Kit Pemeriksaan
Sederhana
+
+
+
+
Minimal 2
z
Brankar
Penerimaan Pasien
+
+
+
+
Rasio ( Cross
Sectionsal )
z
Pembuatan rekam
medik khusus
z
Label (pada saat
korban massal )
( Perlu dibuatkan
form )
+
+
+
+
+
+
+
B. RUANG TINDAKAN
1
Ruang Resusitasi
z
Nasopharingeal tube
+
Minimal 1 setiap no
z
Oropharingeal tube
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Laringoscope set
Anak
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Laringoscope set
Dewasa
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Nasotrakheal tube
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Orotracheal
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Suction
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Tracheostomi set
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Bag Valve Mask
(Dewasa / Anak)
+
+
+
+
Minimal 1 setiap no
z
Kanul Oksigen
+
+
+
+
Sesuai jumlah TT
z
Oksigen Mask
(Dewasa / Anak)
+
+
+
+
Minimal 1
z
Chest Tube
+
+
+
+
Minimal 1
z
Crico/ Trakheostomi
+
+
+
+
Minimal 1
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
z
Ventilator
Transport
+
+
+/-
-
Minimal 1
z
Vital Sign Monitor
+
+
+/-
-
Sesuai Jumlah TT
z
Infusion pump
+
+
+/-
-
z
Syringe pump
+
+
+/-
-
z
ECG
+
+
+
+
Minimal 1
z
Vena Section
+
+
+
+
Minimal 1
z
Defibrilator
+
+
+
+
Minimal 1
z
Gluko stick
+
+
+
+
Minimal 1
z
Stetoskop
+
+
+
+
Minimal 1
z
Termometer
+
+
+
+
Minimal 1
z
Nebulizer
+
+
+
+
Minimal 1
z
Oksigen Medis /
Concentrators
+
+
+
+
Rasio 1 : 1 TT di
IGD
z
Warmer
+
+
+/-
+
Minimal 1
2 s/d 3 tiap TT
Imobilization Set
z
Neck Collar
+
+
+
+
Minimal 1
z
Splint
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Long Spine Board
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Scoop Strecher
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Kendrik Extrication
Device ( KED )
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Urine Bag
+
+
+
+
Minimal 1 set/ TT
z
NGT
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Wound Toilet Set
+
+
+
+
Minimal 1 set
z
Cairan Infus Koloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Kristaloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Dextrose
+
+
+
+
z
Adrenalin
+
+
+
+
z
Sulfat Atropin
+
+
+
+
z
Kortikosteroid
+
+
+
+
OBAT – OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI
Selalu Tersedia
dalam jumlah
yang cukup di
IGD tanpa
harus
diresepkan
Formulir 2
NO
2
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Dextrose 50 %
+
+
+
+
z
Aminophilin
+
+
+
+
z
ATS , TT
+
+
+
+
z
Trombolitik
+
+
+
+
z
Amiodaron
(inotropik)
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarung tangan ,
kacamata google
+
+
+
+
z
Manitol
+
+
+
+
z
Furosemid
+
+
+
+
Ruang Tindakan Bedah
ALAT MEDIS
z
Meja Operasi /
Tempat tidur
tindakan
Minimal 3
Minimal 3
Minimal 1
Minimal 1
z
Dressing set
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
z
Infusion set
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
Minimal 10
z
Vena Section set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal
1
-
z
Torakosintetis set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Metal kauter
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Tiang Infus
Minimal 6
Minimal 6
Minimal 2
Minimal 2
z
Lampu Operasi
Minimal 3
Minimal 3
Minimal 1
Minimal 1
z
Thermometer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Stetoskop
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Sterilisator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bidai
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Splint
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
Selalu Tersedia
dalam jumlah yang
cukup di IGD tanpa
harus di resepkan
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
OBAT-OBATAN DAN ALAT HABIS PAKAI
3
z
Analgetik
+
+
+
+
z
Antiseptik
+
+
+
+
z
Cairan kristaloid
+
+
+
+
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Wound dressing
+
+
+
+
z
Alat-alat anti septic
+
+
+
+
z
ATS
+
+
+
+
z
Anti Bisa Ular
+
+
+
+
z
Anti Rabies
+
+
+
+
z
Benang jarum
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarun tangan,
kacamata google
+
+
+
+
Minimal 1
Minimal 1
Ruang Tindakan Medik
PERALATAN MEDIS
z
Kumbah Lambung
Set
Minimal 1
Minimal 1
z
EKG
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Kursi Periksa
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Irigator Pemeriksaan
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Nebulizer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Oksigen Medis
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
NGT
Minimal 1
z
Syringe Pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 1
Minimal 2
-
z
Infusion Pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Jarum Spinal
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Lampu Kepala
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bronchoscopy
Minimal 1
-
-
-
Selalu tersedia
dalam jumlah yang
cukup di Ruang
Tindakan Bedah
tanpa harus
diresepkan
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Opthalmoscope
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Otoscope set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Slit Lamp
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
OBAT – OBATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
z
Cairan Infus Koloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Kristaloid
+
+
+
+
z
Cairan Infus
Dextrose
+
+
+
+
z
Adrenalin
+
+
+
+
z
Sulfas Atropin
+
+
+
+
z
Kortikosteroid
+
+
+
+
z
Lidokain
+
+
+
+
z
Aminophilin / ß 2
bloker
+
+
+
+
z
Pethidin
+
+
+
+
z
Morfin
+
+
+
+
z
Anti convulsion
+
+
+
+
z
Dopamin
+
+
+
+
z
Dobutamin
+
+
+
+
z
ATS
+
+
+
+
z
Trombolitik
+
+
+
+
z
Amiodaron
(inotropik)
+
+
+
+
z
APD : masker,
sarung tgn,
kacamata google
+
+
+
+
z
Manitol
+
+
+
+
z
Furosemid
+
+
+
+
Selalu tersedia
dalam jumlah yang
cukup di IGD tanpa
harus di resepkan
Formulir 2
NO
4
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
KET
Ruang Tindakan Bayi & Anak
PERALATAN MEDIS
z
Inkubator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Oksigen
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
OBAT- OABATAN DAN BAHAN MEDIS HABIS PAKAI
5
z
Stesolid
+
+
+
+
z
Mikro drips set
+
+
+
+
z
Intra Osseus set
+
+
+
+
Ruang Tindakan Kebidanan
PERALATAN MEDIS
z
Kuret Set
Minimal 1
Minimal1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Partus Set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Suction bayi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Meja Ginekologi
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Meja Partus
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Vacuum set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Forcep set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
CTG
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Resusitasi set
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Doppler
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Suction Bayi baru
lahir
Minimal 1
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Tersedia dalam
jumlah yang cukup
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Laennec
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Tempat Tidur
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1 /
bergabung
Minimal 1/
bergabung
Minimal 1/
bergabung
z
Uterotonika
+
+
+
+
z
Prostaglandin
+
+
+
+
KET
OBAT -OBATAN
6
Tersedia dalam
jumlah yang cukup
Ruang Operasi ( R. Persiapan dan Kamar Operasi
a. RUANG PERSIAPAN
z
Ruang ganti
z
Brankar
+
+
+/-
-
z
Oksigen
+
+
+/-
-
z
Suction
+
+
+/-
-
z
Linen
+
+
+/-
-
Tindakan / operasi
yang dilakukan
terutama untuk
keadaan Cito,
bukan elektif
b. KAMAR OPERASI
z
Meja Operasi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Mesin Anastesi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Alat regional
Anestesi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Lampu ( Mobile /
statis )
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Pulse Oximeter
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Vital Sign Monitor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Meja Instrumen
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
C-arm
Minimal 1
Minimal 1
-
-
Tindakan yang
dilakukan terutama
untuk keadaan
Cito, bukan elektif
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Bedah dasar
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set laparatomi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Apendiktomi
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set sectiosesaria
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Set Bedah anak
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Vascular
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Torakosintetis set
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Neurosurgery
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set orthopedic
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set urologi
Emergency
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Bedah Plastik
Emergency
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Set Laparoscopy
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Endoscopy surgery
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Laringoscope
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Bag Valve Mask
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
z
Defibrilator
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
KET
c. RUANG RECOVERY
z
Infusion pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Syringe pump
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
Bed Side Monitor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Suction
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Tiang Infus
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
Tindakan yang
dilakukan terutama
untuk keadaan
Cito, bukan elektif
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
z
Infusion set
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Oxygen Line
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
KET
C. RUANG PENUNJANG MEDIS
1. Ruang Radiology
z
Mobile X-ray
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
+/-
z
Mobile USG
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
Apron Timbal
Minimal 2
Minimal 2
Minimal 2
-
z
CT Scan
Minimal 1
Minimal 1
-
-
z
MRI
Tersedia 1
-
-
-
z
Automatic Film
Processor
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
z
Film Viewer
Minimal 1
Minimal 1
Minimal 1
-
Bisa bergabung/
tersendiri dan dapat
diakses 24 jam
2. Ruang Laboratorium
a. Lab. Standar
z
Lab. Rutin
+
+
+
+
z
Elektrolit
+
+
+
+
z
Kimia Darah
+
+
+
+
z
Analisa Gas Darah
+
+
+/-
-
z
CKMB ( Jantung )
+
+/-
-
-
Bisa bergabung /
tersendiri dan dapat
diakses 24 jam
b. Lab. Khusus
3. Bank Darah ( BDRS )
z
BMHP ( Bahan
Medis Habis Pakai )
+
+ Bisa bergabung
Dapat Diakses 24
jam
+
+
+
+
4. Ruang Sterilisasi
z
Basah
+
+
+
+
Minimal 1
z
Autoclave
+
+
+
+
Minimal 1
Formulir 2
NO
KELAS/ RUANG
LEVEL
IV
LEVEL
III
LEVEL
II
LEVEL
I
5. Gas Medis : N2O
z
Tabung Gas
+
+
+
+
z
Sentral
+
+
+/-
+/-
D. RUANG PENUNJANG NON MEDIS
1. Alat Komunikasi Internal
z
Fix
+
+
+
+
z
Mobile
+
+/-
+/-
+/-
z
Radio Medik
+
+
+/-
+/-
2. Alat Komunikasi Eksternal
z
Fix
+
+
+
+
z
Mobile
+
+/-
+/-
+/-
z
Radio Medik
+
+
+
+
3. Alat Rumah Tangga
Tersedia
z
Komputer
+
+
+/-
-
z
Mesin Ketik
+
+
+
+/-
z
Alat Kantor
+
+
+
+
z
Meubelair
+
+
+
+
z
Papan Tulis
+
+
+
+
gai l:
adpakTaanngd
DitePta
Pada tanggal :
,
5
Jaka:r2ta
25 September 2009
MENTERI KESEHATAN RI,
Dr.dr. SITI FADILAH SUPARI,Sp.JP (K)
Dr. dr .SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)
KET
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 49 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a. bahwa pengaduan masyarakat merupakan salah
satu bentuk peran serta masyarakat dalam
pengawasan pelaksanaan pelayanan publik,
sehingga perlu mendapatkan tanggapan dengan
cepat, tepat, dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Kesehatan tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
Lingkungan Kementerian Kesehatan;
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3851);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4150);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-24. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1999
tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta
Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3866);
5. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor Per/ 05/ M. PAN/ 4/ 2009 tentang
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan
Masyarakat Bagi Instansi Pemerintah;
6. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1144 / Menke s / Per/ VIII / 2010 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 585);
7. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
134 / Menke s / SK/ III/ 2012 tentang Tim Penanganan
Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT
TERPADU DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN.
Pasal 1
(1) Pengaduan masyarakat di Lingkungan Kementerian Kesehatan
dikelompokkan dalam:
a. Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan; dan
b. Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan.
(2) Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a merupakan pengaduan masyarakat yang isinya
mengandung informasi atau adanya indikasi terjadinya penyimpangan
atau penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh aparatur
Kementerian Kesehatan sehingga mengakibatkan kerugian masyarakat
atau negara.
(3) Pengaduan...
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-3(3) Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan pengaduan masyarakat
yang isinya mengandung informasi berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif, dan lain sebagainya, sehingga bermanfaat bagi perbaikan
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.
(4) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) terdiri
atas orang perorangan, organisasi masyarakat, partai politik, institusi,
kementerian/lembaga pemerintah, dan pemerintah daerah.
Pasal 2
(1) Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan dapat
disampaikan secara langsung melalui tatap muka, atau secara
tertulis/surat, media elektronik, dan media cetak kepada pimpinan atau
pejabat Kerrienterian Kesehatan.
(2) Pengaduan masyarakat berkadar pengawasan dapat disampaikan secara
langsung oleh masyarakat kepada Sekretariat Inspektorat Jenderal
Kementerian Kesehatan.
(3 ) Pengaduan masyarakat tidak berkadar pengawasan dapat disampaikan
secara langsung oleh masyarakat kepada sekretariat unit utama di
lingkungan Kementerian Kesehatan.
(4) Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah harus ditanggapi dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan
diterima.
Pasal 3
Pengaduan masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan ditangani
oleh Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan yang dibentuk oleh Menteri berdasarkan
kewenangan masing-masing.
Pasal 4
(1) Penanganan pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan harus dilakukan secara cepat, tepat, dan dapat
dipertanggungjawabkan .
(2) Penanganan pengaduan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) meliputi pencatatan, penelaahan, penanganan lebih lanjut,
pelaporan, dan pengarsipan.
(3) Penanganan...
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-4(3) Penanganan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa tanggapan secara langsung melalui klarifikasi atau memberi
jawaban, dan penyaluran/ penerusan kepada unit terkait yang
berwenang menangani.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan pengaduan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) tercantum dalam
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di Lingkungan
Kementerian Kesehatan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Setiap pimpinan unit Eselon I dan Eselon II Kementerian Kesehatan
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan
Menteri ini.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 14 November 2012
ME
w.
fl
Pi
I KESEHATAN
IN NESIA,
/
•
\1 j
IMBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Desember 2012
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 NOMOR 1216
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-5LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 49 TAHUN 2012
TENTANG
PEDOMAN PENANGANAN PENGADUAN
MASYARAKAT TERPADU DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN
KESEHATAN
PED OMAN PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat terhadap penyelenggara
negara pada dasarnya merupakan kontrol sosial dalam rangka
mewujudkan pemerintah yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme. Salah satu bentuk pengawasan masyarakat yang perlu
ditangani/dikelola secara efektif dan efisien adalah pengawasan dalam
bentuk pengaduan masyarakat. Agar pengawasan masyarakat dapat
berfungsi efektif sebagai koritrol sosial dalam penyelenggaraan
pemerintah maka pengaduan masyarakat perlu ditangani secara cepat,
tepat, efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pengaduan masyarakat terkait pelaksanaan program di bidang
kesehatan termasuk pengawasan terhadap program unggulan
Kementerian Kesehatan Tahun 2012, antara lain Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Persalinan (Jampersal),
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dan perijinan alat kesehatan,
yang merupakan prioritas untuk ditangani segera.
Pedoman Pelaksanaan Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu
dibutuhkan bagi setiap instansi pemerintah dalam penanganan
pengaduan masyarakat. Dalam Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/05/M.PAN/4/2009 tentang
Pedoman Umum Penanganan Pengaduan Masyarakat Bagi Instansi
Pemerintah dinyatakan bahwa setiap instansi pemerintah pusat dan
daerah dapat menindaklanjuti pedoman tersebut dengan aturan yang
lebih teknis.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-6Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/
Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerj a Kementerian
Kesehatan, Inspektorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan
pengawasan intern di lingkungan Kementerian Kesehatan, sehingga
dalam rangka melaksanakan fungsi tersebut perlu suatu pedoman
penanganan pengaduan masyarakat yang juga merupakan bentuk
pengawasan. Selain itu untuk penanganan pengaduan masyarakat
secara terkoordinasi di lingkungan Kementerian Kesehatan telah
dibentuk Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
134/ Menkes/ SK/III/2012 tentang Tim Penanganan Pengaduan
Masyarakat Terpadu di Lingkungan Kementerian Kesehatan.
Berdasarkan hal tersebut, perlu disusun Pedoman Pelaksanaan
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan, sebagai acuan pelaksanaan di dalam penanganan pengaduan
masyarakat di lingkungan Kementerian Kesehatan.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud
Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu dimaksudkan
sebagai:
a. acuan bagi Tim Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di
lingkungan Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan
masyarakat; dan
b. acuan dalam melakukan koordinasi antar unit kerja di lingkungan
Kementerian Kesehatan dalam penanganan pengaduan
masyarakat.
2. Tujuan
Tujuan disusunnya Pedoman Penanganan Pengaduan Masyarakat
Terpadu ini adalah:
a. terwujudnya penanganan pengaduan masyarakat terpadu yang
cepat, tepat dan dapat dipertanggungjawabkan;
b. terwujudnya koordinasi penanganan pengaduan masyarakat
terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan sehingga
menghindari terjadinya tumpang tindih dalam penanganan
pengaduan masyarakat; dan
c. terlaporkannya penanganan pengaduan masyarakat kepada pihakpihak terkait secara terpadu.
C. Ruang Lingkup
Pengaduan masyarakat terpadu di lingkungan Kementerian Kesehatan
yang ditangani meliputi:
1. hambatan dalam pelayanan masyarakat;
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-73. korupsi, kolusi dan nepotisme; dan
4. pelanggaran disiplin pegawai.
D. Pengertian
Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan :
1. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang kesehatan.
2. Pengaduan masyarakat adalah bentuk pengawasan masyarakat yang
disampaikan oleh masyarakat kepada Kementerian Kesehatan, berupa
sumbangan pemikiran, saran, gagasan atau keluhan/pengaduan yang
bersifat membangun.
3. Pengawasan masyarakat adalah pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan.
4. Pimpinan instansi adalah pejabat pembina kepegawaian pada
Kementerian Kesehatan.
5. Konfirmasi adalah proses kegiatan untuk mendapatkan penegasan
mengenai keberadaan terlapor yang teridentifikasi, baik bersifat
perorangan, kelompok maupun institusional, apabila memungkinkan
termasuk masalah yang dilaporkan/diadukan.
6. Klarifikasi adalah proses penjernihan masalah atau kegiatan yang
memberikan
penj elasan/ data/ dokumen/ bukti-bukti
mengenai
permasalahan yang diadukan pada proporsi yang sebenarnya kepada
sumber pengaduan dan instansi terkait.
7. Audit adalah proses identifikasi masalah,analisis dan evaluasi bukti
yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional
berdasarkan standar yang berlaku, untuk menilai kebenaran atas
pengaduan masyarakat.
8. Pelapor adalah individu atau kelompok masyarakat yang
menyampaikan pengaduan kepada kementerian kesehatan.
9. Terlapor adalah aparatur negara atau kelompok masyarakat yang
melakukan penyimpangan atau pelanggaran.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-8BAB II
PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT TERPADU
Pengaduan masyarakat yang diterima Kemenkes ditangani oleh Tim
Penanganan Pengaduan Masyarakat Terpadu di lingkungan Kementerian
Kesehatan (Tim Dumasdu) yang ada pada masing-masing Unit Eselon I.
Pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu dilakukan berdasarkan
kewenangan dan kriteria, bahwa pengaduan berindikasi penyimpangan
yang merugikan masyarakat/negara ditangani oleh Tim Dumasdu pada
Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan, sedangkan indikasi
pengaduan di luar itu maupun yang berupa sumbang saran, kritik yang
konstruktif, yang bermanfaat bagi perbaikan penyelenggaraan pemerintahan
dan pelayanan masyarakat menjadi fokus penanganan oleh Tim Dumasdu
pada unit eselon I yang lain.
Pengaduan yang jelas alamatnya, segera dijawab secara tertulis dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak pengaduan diterima,
dan diselesaikan dalam waktu paling lambat 90 (sembilan puluh) hari kerja
sejak pengaduan tersebut diterima oleh Kementerian Kesehatan.
Penanganan pengaduan masyarakat meliputi kegiatan penerimaan,
pencatatan, penelaahan, penyaluran, konfirmasi, klarifikasi atau penelitian,
pemeriksaan, pelaporan, tindak lanjut, dan pengarsipan.
A. Pencatatan Pengaduan
Pencatatan pengaduan masyarakat oleh Tim Dumasdu dilakukan sebagai
berikut :
1. Pengaduan masyarakat (dumas) yang diterima oleh Tim Dumasdu pada
Unit Eselon I berasal dari organisasi masyarakat, partai politik,
perorangan atau penerusan pengaduan oleh Kementerian/ Lembaga/
Komisi Negara dalam bentuk surat, fax, atau email, dicatat dalam
agenda surat masuk secara manual atau menggunakan aplikasi sesuai
dengan prosedur pengadministrasian/ tata persuratan yang berlaku.
Pengaduan yang disampaikan secara lisan agar dituangkan ke dalam
formulir yang disediakan.
2. Pencatatan dumas tersebut sekurang-kurangnya memuat informasi
tentang nomor dan tanggal surat pengaduan, tanggal diterima,
identitas pengadu, identitas terlapor, dan inti pengaduan.
3. Pengaduan yang alamatnya jelas, segera dijawab secara tertulis dalam
waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak surat pengaduan
diterima, dengan tembusan disampaikan kepada Sekretariat Tim
Dumasdu pada Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
-9-
B. Penelaahan
1. Pengaduan yang telah dicatat kemudian ditelaah guna
mengidentifikasi permasalahannya, kejelasan informasi, kadar
pengawasan serta langkah-langkah penanganan selanjutnya.
2. Penelaahan minimal yang dilakukan sebagai berikut :
a. Merumuskan inti masalah yang diadukan.
b. Menghubungkan materi pengaduan dengan peraturan yang
relevan.
c. Meneliti dokumen dan/ atau informasi yang diterima.
d. Menentukan apakah pengaduan yang diterima berkadar
pengawasan atau tidak berkadar pengawasan.
b. Melengkapi data/ informasi yang diperlukan.
c. Melakukan analisis berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang relevan.
d. Menetapkan hasil penelahaan dan penanganan selanjutnya.
3. Hasil penelahaan pengaduan dan rekomendasi:
a. Pengaduan berkadar pengawasan yang berindikasi penyimpangan
yang merugikan masyarakat atau keuangan negara dengan
substansi pengaduan logis dan memadai, yang identitas
pelapornya jelas atau tidak jelas serta didukung dengan buktibukti, direkomendasikan untuk dilakukan audit dengan tujuan
tertentu/ audit investigasi.
b. Pengaduan berkadar pengawasan yang substansi pengaduannya
tidak memadai dengan identitas pelapo