Analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya pada wacana Undang-Undang Tentang Pendidikan Tahun 2013.
ABSTRAK
Haryanto, Galih Puji. Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta
Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan Tahun 2013: Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, 2015.
Ada dua tujuan dalam kajian ini. Pertama, mendeskripsikan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan. Kedua, mendeskripsikan struktur dan pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu membaca, mencatat, dan mengelompokkan data sesuai dengan rumusan masalah. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, tahap pertama, membuat tabel sesuai dengan rumusan masalah kemudian mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya berdasarkan teori. Tahap kedua triangulasi, data yang sudah terkumpul dan dianalisis dikonsultasikan kepada ahli. Tahap yang ketiga adalah penyajian data, dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penelitian.
Analisis dalam penelitian ini menemukan kalimat berstruktur S-P-K, P-K-Pelengkap, K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4, P; P-O., K, (S)-P-O-Ket dan K, S-P-Konj.-P-K.
Struktur paragrafnya terdiri dari kalimat topik dan kalimat pengembang. Pola pengembangan paragrafnya meliputi pola pengembangan dengan definisi dan pemerincian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perancang perundang-undangan dalam merumuskan peraturan perundang-undangan nantinya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khazanah bahasa hukum.
(2)
ABSTRACT
Haryanto, Galih Puji. Sentences and Paragraphs Structure Analysis, and Its
Development in Act Passage about Education in 2013. Yogyakarta: Indonesia Language Education and Indonesia Language Literature, Sanata Dharma University, 2015.
There are two purposes in this study. The first purpose is to describe the sentences structure in act passage about education. The second purpose is to describe the structure and the development pattern of the paragraphs which written in the act passage about education.
This study is a qualitative descriptive study. The data collection was done through three steps, such as reading, taking notes and grouping the data based on the problem limitation. The data analysis was done by three phases. The first phase is making the table based on the problem limitation then looking for the sentences and paragraphs structure and also its development pattern based on the theory. The second phase is data triangulation. In this phase, all data that have been gathered and analyzed were consulted to experts. The last phase is data serving. It was done by describing the study result.
From the data analysis, the writer found some sentences with various structures such as S-V- Adv.; V-Adv.-C; Adv.-S-V-O; V-O1-O2-O3-O4; V; V-O;
Adv.-S-V-O-Adv., and Adv.-S-V-Conj.-V-Adv. The writer also found that the paragraphs structure consists of main sentences and supporting sentences. The pattern of paragraphs development includes the definition and the explanation.
The writer hopes that the result of this study may give some suggestions to the acts creator in formulating the acts later on. Not only that, the writer hopes that this study may give more knowledge in acts text.
(3)
ANALISIS STRUKTUR KALIMAT DAN
STRUKTUR PARAGRAF SERTA POLA PENGEMBANGANNYA
PADA WACANA UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Disusun Oleh: Galih Puji Haryanto
081224018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(4)
ANALISIS STRUKTUR KALIMAT DAN
STRUKTUR PARAGRAF SERTA POLA PENGEMBANGANNYA
PADA WACANA UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN
TAHUN 2013
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
HALAMAN J
Disusun Oleh: Galih Puji Haryanto
081224018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2015
(5)
(6)
(7)
HALAMAN MOTTO
“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia”
(Nidji, OST Laskar Pelangi)
“Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar
nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang.”
(Mat 12: 20)
“Engkau seperti engkau sekarang karena keinginanmu. Jika engkau ingin benar-benar berbeda, engkau harus berada dalam proses untuk mengubahnya, sekarang.”
(Fred Smith)
“Belajarlah, tapi selalu belajar dengan didampingi orang lain. Jangan sendirian dalam pencarianmu karna jika kau mengambil langkah yang salah, kau tak akan punya siapa pun untuk membantumu menjadi benar kembali.” (Paulo Coelho)
(8)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:Tuhan Yesus Kristus sang Emmanuel Simbah Kakung dan Simbah Putri di surga
Bapak dan Ibu yang sudah mencurahkan kasih dan cinta tanpa syarat Maria Oktaviarini atas kepercayaan, dukungan dan cinta
(9)
(10)
(11)
ABSTRAK
Haryanto, Galih Puji. Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang tentang Pendidikan Tahun 2013: Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, 2015.
Ada dua tujuan dalam kajian ini. Pertama, mendeskripsikan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan. Kedua, mendeskripsikan struktur dan pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan.
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu membaca, mencatat, dan mengelompokkan data sesuai dengan rumusan masalah. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, tahap pertama, membuat tabel sesuai dengan rumusan masalah kemudian mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya berdasarkan teori. Tahap kedua triangulasi, data yang sudah terkumpul dan dianalisis dikonsultasikan kepada ahli. Tahap yang ketiga adalah penyajian data, dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penelitian.
Analisis dalam penelitian ini menemukan kalimat berstruktur S-P-K, P-K-Pelengkap, K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4, P; P-O., K, (S)-P-O-Ket dan K,
S-P-Konj.-P-K. Struktur paragrafnya terdiri dari kalimat topik dan kalimat pengembang. Pola pengembangan paragrafnya meliputi pola pengembangan dengan definisi dan pemerincian.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perancang undangan dalam merumuskan peraturan perundang-undangan nantinya. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khazanah bahasa hukum.
(12)
ABSTRACT
Haryanto, Galih Puji. Sentences and Paragraphs Structure Analysis, and Its Development in Act Passage about Education in 2013. Yogyakarta: Indonesia Language Education and Indonesia Language Literature, Sanata Dharma University, 2015.
There are two purposes in this study. The first purpose is to describe the sentences structure in act passage about education. The second purpose is to describe the structure and the development pattern of the paragraphs which written in the act passage about education.
This study is a qualitative descriptive study. The data collection was done through three steps, such as reading, taking notes and grouping the data based on the problem limitation. The data analysis was done by three phases. The first phase is making the table based on the problem limitation then looking for the sentences and paragraphs structure and also its development pattern based on the theory. The second phase is data triangulation. In this phase, all data that have been gathered and analyzed were consulted to experts. The last phase is data serving. It was done by describing the study result.
From the data analysis, the writer found some sentences with various structures such as S-V- Adv.; V-Adv.-C; Adv.-S-V-O; V-O1-O2-O3-O4; V; V-O;
Adv.-S-V-O-Adv., and Adv.-S-V-Conj.-V-Adv. The writer also found that the paragraphs structure consists of main sentences and supporting sentences. The pattern of paragraphs development includes the definition and the explanation.
The writer hopes that the result of this study may give some suggestions to the acts creator in formulating the acts later on. Not only that, the writer hopes that this study may give more knowledge in acts text.
(13)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga dengan berkat dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul: Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola
Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang Tentang Pendidikan Tahun 2013 ini dengan baik.
Sebagaimana disyaratkan dalam Kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD) Yogyakarta, penyelesaian skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Kelancaran dan keberhasilan proses pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai puhak. Oleh sebab itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pneidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing I yang dengan
kesabaran dan ketelitian telah mendampingi, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan dan kritikan yang sangat berharga bagi penulis dari proses awal hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
4. Dr. Y. Karmin, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang dengan
sabar telah mendampingi, memotivasi, serta mengarahkan dan memberikan koreksi yang berharga pada penulis.
(14)
5. Segenap dosen Program Studi PBSI yang dengan penuh dedikasi mendidik, membimbing, memberikan dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan maupun penyelesaian skripsi ini.
6. R. Marsidiq, selaku karyawan di sekretariat Prodi PBSI, yang dengan
dedikasi tinggi dan kesabaran membimbing, memberikan dukungan bantuan dan arahan yang sangat bermanfaat untuk penulis.
7. Simbah Kakung dan Simbah Putri tercinta yang telah menjadi sumber
semangat saya selama proses studi dan pengerjaan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu, yang telah mendukung saya, baik secara moral
maupun spiritual dalam setiap proses belajar dan kehidupan saya.
9. Romo F. X. Endra Wijayanta yang telah memberikan semangat dan
motivasi dengan cara beliau yang unik.
10. Maria Oktaviarini, S.Pd yang sudah dengan sabar dan penuh kasih memberikan semangat pada penulis
11. Sisilia Triana Dewi, S.S. Fidelis Permanasari, S.Pd, Saverin Punkas, S.S Judith Ester Yanti S.Pd, Margareta Yessie K, S.E., Matius Rohadi, S.Pd., Benedictus Heru S. S.Pd, Nikolaus Yudhi K. S.T, dan Theodorus Jerry M, S.S. untuk setiap dukungan, cinta, dan juga semangat yang selalu menjadi semangat penulis.
12. Teman-teman di YSC Salam, Elisabeth Prita R. S.Pd. Akt., Ari K., Y.
Vindy Asmoro, Aloysia Nindya P., Ditia Indrawan, Angelina Christofania Elizabeth, Maria Yuanita, S.Pd Florentius Kristian A., Vinsensia Enggar, Chatarina Windar, S.Pd., R.B. Sulistiyono, Paulus Heri S. S.Pd, Anastasia Jesika P.L. dan Karisma Eka Jaya, S.S yang berproses bersama sebagai keluarga, komunitas, dan juga sahabat.
13. Teman-teman Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah angkatan
2008 yang telah berproses bersama selama ± 5 tahun.
14. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terima kasih
atas bimbingan, dukungan, dan bantuannya.
15. Universitas Sanata Dharma yang memberikanku tempat, ruang dan
(15)
(16)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN... ii
HALAMAN PENGESAHAN... iii
HALAMAN MOTTO... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... vii
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii
ABSTRAK... viii
ABSTRACT... ix
KATA PENGANTAR... x
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR BAGAN... xv
DAFTAR LAMPIRAN... xvi
BAB I... 1
A. Latar Belakang Masalah………...……1
B. Rumusan Masalah………....3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
E. Batasan Istilah ... 4
F. Sistematika Penyajian ... 5
BAB II... 7
A. Penelitian yang Relevan... 7
B. Kalimat... 7
1. Bagian-Bagian Kalimat... 8
2. Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat... 10
3. Struktur Kalimat Dasar ... 11
C. Paragraf ... 15
1. Komponen Paragraf ... 17
(17)
3. Pola Pengembangan Paragraf... 24
D. Variasi Bahasa ... 26
1. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakaian ... 27
2. Variasi Bahasa Berdasarkan Keformalan ... 28
E. Bahasa Hukum Indonesia... 29
1. Kalimat dalam Bahasa Hukum Indonesia ... 30
2. Paragraf dalam Bahasa Hukum... 31
F. Kerangka Berpikir... 33
BAB III... 36
A. Jenis Penelitian... 36
B. Sumber Data... 37
C. Teknik Pengumpulan Data... 37
D. Instumen Penelitian... 37
E. Teknik Analisis Data... 39
BAB IV... 40
A. Deskripsi Data... 40
B. Analisis Data ... 41
C. Pembahasan... 48
BAB V... 62
A. Kesimpulan ... 62
B. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA... 64
LAMPIRAN 5 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN TAHUN 2013 TENTANG KURIKULUM 2013... 66
LAMPIRAN HASIL ANALISIS STRUKTUR KALIMAT... 81
LAMPIRAN HASIL ANALISIS PARAGRAF SERTA POLA PENGEMBANGANNYA... 104
(18)
DAFTAR BAGAN
(19)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG KURIKULUM 2013………... 66
LAMPIRAN 2 DATA ANALISIS KALIMAT ... ..81 LAMPIRAN 3 DATA ANALISIS PARAGRAF... .104
(20)
BAB I
PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Bahasa yang digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah bahasa hukum Indonesia. Bahasa hukum Indonesia adalah bagian dari bahasa Indonesia sehingga dalam penulisannya tetap tunduk pada kaidah-kaidah penulisan yang berlaku dalam bahasa Indonesia.
Pada penulisannya, bahasa hukum dan perundang-undangan masih ditemukan hal-hal yang menyimpang dari kaidah penulisan dalam bahasa Indonesia. Sasangka (2014) dan Lumintaintang (2011) menemukan ayat yang kalimatnya tidak memiliki subjek, sedangkan menurut TBBBI (2010: 321), kalimat minimal terdiri atas unsur predikat dan unsur subjek. Kedua unsur kalimat tersebut merupakan unsur yang kehadirannya selalu wajib. Berikut dipaparkan contoh kesalahannya.
“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembar Negara Republik Indonesia
(kalimat penutup pada Peraturan Menteri Pendidikan dan KebudayaanNomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah).”
Struktur kalimat di atas belum memenuhi kaidah bahasa perundang-undangan yang mengacu kaidah bahasa tulis baku. Dilihat dari jumlah klausanya, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan urutan, klausa bawahan diikuti klausa utama. Struktur tersebut tidak gramatikal karena tidak
(21)
hadirnya unsur subjek pada klausa utama dan klausa bawahannya mengandung subjek, yaitu setiap orang.
Menurut Hilman (2010: 3), bahasa hukum adalah bahasa aturan dan peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan, serta mempertahankan kepentinganumum dan kepentingan pribadi di dalam masyarakat. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat memahami dan mengerti aturan perundang-undangan.
Masalah yang terjadi pada masyarakat adalah apa yang disampaikan dalam tulisan tidak selalu diterima sama atau dengan baik oleh setiap orang. Ada yang menangkap hanya sedikit dari apa yang disampaikan, ada yang sama sekali tidak mampu menerima, serta ada pula yang menangkap tulisan itu dengan mudah untuk dapat dimengerti (Modul LAN, 2010:4).
Menurut Widiarto (2009), kesulitan masyarakat untuk memahami peraturan perundang-undangan disebabkan oleh kurang memadainya kapasitas dari perancang perundang-undangan. Di samping itu, kesulitan memahami perundang-undangan disebabkan karena struktur kalimat dalam peraturan perundang-undangan belum sepenuhnya mengikuti kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia seperti yang sudah ditemukan melalui contoh di atas.
Setelah memaparkan permasalahan di atas, penelitian ini akan meneliti struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya pada peraturan perundang-undangan. Penelitian ini secara khusus akan membahas lima Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang pelaksanaan kurikulum 2013.
(22)
B. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur kalimat yang digunakan dalam peraturan
perundang-undangan tentang pendidikan?
2. Bagaimana struktur dan pola pengembangan paragraf yang digunakan
dalam peraturan perundang-undangan tentang pendidikan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Memaparkan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana
perundang-undangan tentang pendidikan.
2. Mendeskripsikan struktur dan pola pengembangan paragraf yang
digunakan wacana perundang-undangan tentang pendidikan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perancang undangan dalam merumuskan wacana perundang-undangan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah khazanah bahasa hukum.
Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa Sanata Dharma khususnya Program Studi Bahasa dan Sastra
(23)
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang pengertiannya perlu dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalajan pengertian atau kesalahan penafsiran. Istilah-istilah yang dibatasi pengertiannya adalah sebagai berikut.
1. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) (Alwi, dkk., 2003:311). Pada penelitian ini ayat termasuk dalam kalimat karena ayat memenuhi syarat dari terbentuknya kalimat yang meliputi, pada tulisan berhuruf latin diawali dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.), merupakan satu gagasan yang utuh, dan pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut , disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan.
2. Paragraf
Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf (Tarigan, 1987: 11). Pasal pada penelitian ini termasuk dalam paragraf, karena ayat memenuhi tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan. Pasal dalam peraturan menteri tersebut memiliki gagasan utam yang dikembangkan lagi pada kalimat pengembang sesudahnya. Syarat yang kedua adalah koherensi. Pasal
(24)
dalam penelitian ini memiliki hubungan antar pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.
3. Variasi bahasa
Variasi bahasa adalah fenomena bahasa berkaitan dengan latar belakang
pembicaraan (situasi pembicara), pelaku bicara, dan topik pembicaraan (Fishman ed, 1968).
4. Undang-undang
Undang-undang adalah ketentuan dan peraturan Negara yang dibuat oleh
pemerintah (menteri, badan eksekutif, dan sebagainya), disahkan oleh parlemen (Dewan Perwakilan Rakyat, badan legislatif, dan sebagainya), ditandatangani oleh kepala negara (presiden, kepala pemerintah, raja), dan mempunyai kekuatan yang mengikat (KBBI ed 4, 2010).
F. Sistematika Penyajian
Penelitian ini dituangkan dalam laporan penelitian dengan sistematika yang terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang memuat penelitian-penelitian lain sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu landasan teori tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa, dan bahasa Indonesia bidang hukum dan perundang-undangan.
Bab III merupakan bab tentang metode penelitian yang berisi cara dan prosedur yang akan ditempuh peneliti. Bagian ini meliputi jenis penelitian,
(25)
sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, dan teknik analisis data.
Bab IV merupakan bab yang berisi pembahasan. Bab ini memuat deskripsi data, hasil analisis, dan pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini. Bab V merupakan bab penutup yang terdiri dari subbab kesimpulan terhadap analisis data dan subbab saran bagi perancan perundang-undangan dan penelitian selanjutnya.
(26)
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab II ini diuraikan dengan ringkas penelitian terdahulu yang relevan, pembahasan tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa dan bahasa perundang-undangan di Indonesia.
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian sejenis sebelumnya pernah dilakukan oleh Melody Violine pada
Desember 2008 dalam bentuk skripsi. Judul yang ia ambil adalah Bahasa Hukum
Indonesia dalam Berita Acara Pemeriksaan, Sebuah Tinjauan Keefektifan Kalimat. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Melody Violine (2008) adalah ketidakefektifan bahasa hukum. Hasil temuannya antara lain, ditemukan banyak kalimat yang tidak efektif secara gramatikal, dari segi kepaduan posisi kata tidak sesuai sehingga kesulitan untuk memahami, hampir semua paragraf dalam BAP terdiri dari satu kalimat saja. Relevansi penelitian yang dilakukan adalah objek yang dibahas dalam penelitian Melody Violine (2008) adalah bahasa hukum yang tertuang lewat BAP.
B. Kalimat
Menurut Alwi dkk. (TBBI Edisi ke-3 2010:317), kalimat adalah: “Satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Menurut Rahardi (2010: 4), sekurang-kurangnya kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua buah unsur pokok, yakni subjek dan predikat. Dalam konstruksi
(27)
yang lengkap, kedua unsur pokok itu dapat dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau pelengkap, dan keterangan.
Menurut Ramlan (2005: 21), kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada akhir naik atau turun. Jadi, kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut disela jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan maupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan latin kalimat, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Sementara itu, di dalamnya disertakan pula tanda baca seperti koma (,), tanda pisah (-), dan tanda titik (TBBBI, 2010: 317).
1. Bagian-Bagian Kalimat
Menurut Alwi, dkk (2010: 318), dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat dirumuskan sebagai konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kta atau lebih. Sementara itu kedudukan antara kata dan kata, aatau kelompok kata dan kelompok kata yang lain berbeda-beda pula. Ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan dengan menghasilkan bentuk yang tetap berupa kalimat dan ada pula yang tidak.
Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan frasa. Menurut Alwi, dkk (2010: 318), klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih yang mengandung predikasi. Menurut Ramlan
(28)
(2005: 23), klausa terdiri dari S P (O) (P) (PEL) (KET) tanda kurung menandakan apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka. Sedangkan frasa, menurut Alwi, dkk (2010:318), satuan sintaksis yang terdiri dua kata atau lebih yang tidak mengandung predikasi.
Kalimat pada dasarnya terdiri dari unsur predikat dan unsur subjek. Kedua unsur tersebut merupakan unsur yang bersifat wajib. Di samping kedua unsur tersebut, kadang-kadang, ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pula
yang tidak (TBBBI, 2010: 321). Misalnya “Barangkali mereka menghadiri
pertemuan itu kemarin sore.”
Pembedaan unsur kalimat atas yang wajib dan tak wajib tidak berkaitan langsung dengan bentuk dan fungsi konstituen kalimat. Pada umumnya, konstituen yang berfungsi sebagai keterangan, seperti barangkali dan kemarin sore pada contoh diatas dapat dihilangkan. Namun pada kalimat tertentu konstituen yang berfungsi sebagai keterangan wajib hadir (TBBBI, 2010:322).
Menurut Ramlan (2005: 23), berdasarkan unsurnya kalimat terdiri kalimat berklausa dan kalimat tak berklausa. Dalam tulisan ini klausa dijelaskan sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat disertai objek, pelengkap dan keterangan. Dengan ringkas, klausa adalah S P (O) (PEL (KET). Tanda kurung menandakan bahwa apa yang terletak dalam kurung bersifat manasuka. Kalimat tak berklausa ialah kalimat yang di samping unsur intonasi tidak terdiri dari klausa. Misalnya.
(29)
(2) Selamat malam ! (3) Siapa?
Judul suatu karangan merupakan sebuah kalimat karena selalu diakhiri dengan jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik.Jika terdiri dari S P (O) (PEL) (KET) kalimat judul itu termasuk golongan kalimat berklausa. Misalnya:
(4) Tiga Nama Disebut-Sebut Sebagai Calon Walikodya Yogya.
(5) Perjudian Dan HO Sudah Tidak Ada Lagi
(6) Seratus Orang Tokoh Islam Akan Menerima Penjelasan
Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, maka kalimat judul itu termasuk golongan kalimat tak berklausa yang semuanya berujud satuan frase. Misalnya:
(7) Tantangan Pembangunan Ekonomi Indonesia.
(8) Dua Bidang Terlemah Dalam Pelaksanaan Transmigrasi.
(9) Seorang Pendeta dari Gunung Wilis.
(10) Polandia dan Doktrin Brezhnev.
2. Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat
Menurut Abdul Chaer (2011: 327-328), kalimat yang lengkap berarti di dalam kalimat itu terdapat unsur atau bagian yang menjadi topik pembicaraan, yang lazim disebut dengan istilah subjek (S). Yang biasa mengganti subjek adalah kata benda atau frase benda.
(30)
Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek yang lazim disebut dengan istilah predikat (P). yang biasa menjadi predikat adalah kata kerja, tetapi dapat juga frase kerja, kata sifat dan frase sifat
Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim disebut dengan istilah objek (O). Yang biasa menjadi objek adalah kata benda, tetapi dapat juga frase benda
Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap predikat dan subjek disebut dengan istilah keterangan (K). misalnya, frase di perpustakaandalam kalimat “Adik membaca buku di perpustakaan”.
Unsur keterangan dapat memberi penjelasan tentang tempat seperti contoh di atas, tetapi dapat juga memberi berbagai penjelasan lain seperti waktu, sebab akibat, syarat, alat, dan sebagainya. Unsur subjek dan predikat merupakan unsur yang harus selalu ada dalam setiap kalimat.Unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada tidaknya objek dalam kalimat tergantung pada jenis kata yang menjadi predikat, kalau predikatnya kata kerja transitif maka akan diikuti oleh objek, akan tetapi kalau predikatnya bukan kata kerja transitif maka objek tidak akan ada.
3. Struktur Kalimat Dasar
Menurut Alwi, dkk (2010: 326), kalimat dasar ialah kalimat yang terdiri dari satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya menurut urutan paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau pengingkaran. Dalam
(31)
pemerian kalimat, perlu dibedakan kategori sintaksis, funsi sintaksis dan peran semantis unsur-unsur kalimat.
Setiap bentuk kata, atau frasa, yang menjadi konstituen kalimat termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-masing memiliki peran semantis tertentu pula. Hubungan antara bentuk, kategori, dan peran itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan bagan berikut
Bentuk Ibu saya tidak membeli baju baru untuk kami minggu lalu
ka
te
gor
i Kata N Pron Adv V N Adj Prep N N v
Frasa FN FV FN FPrep FN
Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu Bagan 2.1: hubungan bentuk, kategori, fungsi, dan peran unsure kalimat (TBBBI, 2010: 327)
Pada bagan 2.1 di atas tampak lima fungsi sintaksis yang digunakan untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak, ada konstituen pengisi subjek dan predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen pengisi predikat (Alwi, dkk 2010: 328).
Contoh : (15) a. Dia (S) tidur (P) di kamar depan (KET) .
b. Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang
(Ket).
c. Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus (Ket).
d. buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket) kemarin (Ket).
(32)
f. Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin
(Ket).
Pada contoh di atas konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa mengakibatkan kejanggalan kalimat, artinya bahwa makna kalimat tetap dapat dipahami. Dari contoh itu hanya kalimat (f) yang memiliki konstituen pengisi kelima fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pada umumnya banyak dari kalimat-kalimat yang urutan unsurnya berbeda dengan urutan kelima fungsi sintaksis tersebut, terutama yang menyangkut letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat, baik di awal, tengah, maupun akhir kalimat.
Contoh: (16) a. Dita kemarin membeli buku. b. kemarin Dita membeli buku c. Dita membeli buku kemarin.
Selain itu, ada banyak kalimat yang letak predikatnya mendahului subjek kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat diubah susunannya sehingga berpola S-P. Contoh : Tidak banyak (P) manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian (S) dapat diubah menjadi Manusia hidup dalam kesendirian (S) tidak banyak (P). pola umum kalimat dasal dalam bahasa Indonesia adalah S + P + (O) + (PEL) + (KET). Tanda kurung menyatakan ketiga unsur tersebut tidak selalu harus hadir dalam kalimat dan jumlah keterangan dapat lebih dari satu (Alwi, dkk, 2010: 329).
(33)
Dari pola umum kalimat dasar tersebut dapat diturunkan pola dasar kalimat. Menurut Alwi, dkk (2010: 329), ada enam pola dasar kalimat. Keenam pola dasar kalimat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
a. Pola dasar S – P (subjek – predikat)
b. Pola dasar S – P – O (subjek –predikat – objek) c. Pola dasar S – P – Pel (subjek – predikat – pelengkap) d. Pola dasar S –P – Ket (subjek – predikat – keterangan)
e. Pola dasar S – P – O – Ket (subjek – predikat – objek – keterangan) f. Pola dasar S – P – O – Pel (subjek – predikat – objek - pelengkap) Pola dasar kalimat dalam hal ini adalah model atau bentuk kalimat yang mendasari terbentuknya kalimat yang lebih luas (Mustakim, 1994: 75). Perluasan pola kalimat dimaksudkan agar informasi yang akan disampaikan dalam kalimat menjadi lebih jelas dan memiliki struktur yang jelas. Contoh.
(17.a) Pada kesempatan itu bupati menyerahkan sejumlah penghargaan
kepada warga masyarakat yang telah berjasa kepada daerahnya.
(18.a) Menurut rencana, pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas
Kesehatan itu akan diperpanjang sampai minggu depan
Jika dilihat dari jumlah kosa kata, kalimat (17.a) dan (18.a) cukup panjang. Walaupun demikian, pola dasar dari kalimat tersebut cukup singkat, yaitu
(17.b) Bupati / menyerahkan / penghargaan.
S P O
(18.b) Pertemuan itu/ akan diperpanjang.
(34)
Pola dasar tersebut, yaitu S-P-O pada (17.b) dan S-P pada (18.b), oleh pemakah bahasa kemudian diperpanjang atau diperluas dengan keterangan-keterangan tertentu sehingga menjadi kalimat (17.a) dan (18.b). perluasan itu timbul karena keperluan informasi yang disampaikan belum lengkap. Karna itu ditambahkan unsur yang dapat memperjelas. Suatu kalimat yang cukup panjang merupakan perluasan dari pola dasar kalimat akan tetap memiliki struktur dan maknsa yang jelas jika didasarkan pada pola tertentu.
Contoh dari perluasan pola dasar tersebut merupakan sebagian dari perluasan yang dapat dilakukan terhadap pola-pola dasar. Masih banyak cara-cara lain untuk memperluas kalimat dari pola dasarnya. Dengan mengetahui pola dasar, diharapkan pemakai bahasa mampu untuk memahami dan dapat memperluas kalimat secara sistematis dan logis sehingga informasi yang akan disampaikan akan jelas dan dapat dipahami. Begitu juga dengan teks tertulis, dengan mengetahui pola-pola dasar kalimat, pembaca dapat memahami setiap kalimat dan unsur-unsur yang ada di dalamnya.
C. Paragraf
Paragraf memiliki beberapa pengertian. Menurut Gorys Keraf (1980: 62), paragraf/alinea adalah suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Menurut Abdul Chaer (2011: 27), paragraf adalah satuan bahasa yang dibangun dua buah kalimat atau lebih yang secara semantik dan sintaksis merupakan satu kesatuan yang utuh. Sedangkan menurut Asul Wiyanto (2004:
(35)
15), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu buah pikiran untuk mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang diungkapkan dalam seluruh tulisan. Lebih jelas lagi menurut Tarigan (1987: 11), paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf.
Tujuan sebuah alinea/paragraf menurut Gorys Keraf (1980: 63), adalah, yang pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraf hanya boleh mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema maka paragraf atau alinea tersebut harus dipecah menjadi dua tema. Yang kedua, memisahkan dan menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.
Menurut Hapsari (2011: 51), paragraf berguna untuk menandai pembukaan topik baru, memisahkan gagasan pokok yang satu dengan yang lain, dan memudahkan pembaca memahami tulisan secara utuh. Panjang paragraf tidak pasti, bergantung pada cara pengembangannya dan ketuntasan uraian yang berhubungan dengan gagasan pokok. Paragraf yang terlalu pendek (misalnya 3-4 kalimat) biasanya kurang dikembangkan, tetapi yang terlalu panjang menjemukan.
Walaupun pada prinsipnya sebuah paragraf/alinea harus terdiri dari rangkaian kalimat, tetapi ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat. Ada beberapa alasan mengapa bisa terdapat paragraf semacam ini. Pertama karena
(36)
alinea itu kurang baik dikembangkan penulisnya; penulis kurang memahami hakikat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang, karena ia sekadar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan (Gorys Keraf, 1980: 63).
1. Komponen Paragraf
Paragraf adalah kesatuan kalimat yang tersusun secara sistematis dan logis yang dipergunakan pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya pada pembaca. Supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca maka paragraf harus tersusun secara logis-sistematis.
Alat bantu untuk menciptakan susunan logis-sistematis itu ialah elemen-elemen seperti (1) transisi, (2) kalimat topik, (3) kalimat pengembang, dan (4) kalimat kalimat penegas (Tarigan, 1987: 13). Keempat komponen tersebut akan menjalin satu paragraf yang utuh dan padu. Namun adakalanya sebuah unsur paragraf mengandung empat unsur, tiga unsur, dua unsur saja. Bahkan adakalanya hanya mengandung satu unsur saja (Asul, 2004: 20). Berikut akan dipaparkan mengenai keempat komponen paragraf.
Menurut Tarigan (1987: 13-14), keempat unsur paragraf yakni transisi, kalimat topik, kalimat pengembang, dan kalimat penegas kadang-kadang bersama-sama kadang hanya tampil sebagian dalam paragraf.
(37)
1)Paragraf memiliki empat unsur
Susunan unsur paragraf jenis ini terdiri atas (a) transisi (berupa kata atau kalimat), (b) kalimat topik, (c) kalimat pengembang, (d) kalimat penegas
2)Paragraf memiliki tiga unsur
Paragraf jenis ini terdiri atas (a) transisi, (b) kalimat topik, (c) kalimat pengembang.
3)Paragraf memiliki dua unsur
Paragraf jenis ini terdiri atas (a) kalimat topik, (b) kalimat pengembang.
a. Transisi
Menurut Tarigan (1987: 15-16), transisi ialah mata rantai penghubung
antarparagraf. Kata-kata transaksional merupakan petunjuk bagi pembaca apakah suatu paragraf baru bergerak sesuai ide pokoknya. Karena itu sering dikatakan orang bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang koherensi dan kepaduan antaranak bab, dan antarparagraf dalam suatu karangan.
Transisi tidak selalu harus ada dalam suatu paragraf. Kehadiran transisi tergantung pada pertimbangan pengarang. Ada dua cara untuk mewujudkan hubungan antardua paragraf. Pertama secara implisit, kedua secara eksplisit. Hubungan implisit tidak dinyatakan oleh penanda transisi tertentu. Walaupun demikian hubungan antarparagraf masih dapat dirasakan. Kedua hubungan eksplisit, dinyatakan oleh alat penanda transisi tertentu seperti (Tarigan, 1987: 16):
(38)
1) Transisi berupa kata
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan bejenis-jenis. Secara garis besar penanda transisi dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a) Penanda hubungan kelanjutan, misalnya:
dan, lagi, serta, lagi pula, dan tambahan lagi
b)Penanda hubungan urutan waktu, misalnya:
dahulu, kini, sekarang, sebelum, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian, dan dan seterusnya
c) Penanda klimaks, misalnya:
paling…., se…nya, dan ter…
d) Penanda perbandingan, misalnya:
sama, seperti, ibarat, bak, dan bagaikan
e) Penanda kontras, misalnya:
tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya
f) Penanda urutan jarak, misalnya:
di sini, di situ, di sana, dekat, jauh, dan sebelah
g) Penanda ilustrasi, misalnya:
umpama, contoh, dan misalnya
h) Penanda sebab-akibat, misalnya:
karena, sebab, oleh karena, dan akibatnya
i) Penanda kondisi (pengandaian), misalnya:
jika, kalau, jikalau, andai kata, dan seandainya
j) Penanda kesimpulan, misalnya:
(39)
2) Transisi berupa kalimat
Menurut Tarigan (1987: 18), transisi berupa kalimat lebih terkenal dengan
istilah kalimat penuntun. Fungsinya adalah sebagai transisi dan sebagai pengantar topik utama yang akan diperbincangkan.
Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik.
Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam satu paragraf terdapat kalimat penuntun sebagai transisi maka kalimat topik terdapat segera setelah kalimat penuntun selesai.
b. Kalimat topik
Menurut Tarigan (1987: 18-19), kalimat topik adalah perwujudan
pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum atau abstrak. Ada tiga kemungkinan letak kalimat topik dalam suatu paragraf, kemungkinan pertama, pada bagian awal paragraf segera setelah transisi kalau ada transisi ada pada paragraf tersebut. Kemungkinan kedua, terdapat pada bagian akhir paragraf, kemungkinan ketiga, berada di tengah-tengah paragraf, tetapi hal ini jarang ditemui.
c. Kalimat pengembang
Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf
termasuk kalimat pengembang. Susunan kalimat pengembang tidak sembarangan. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan pemaparan ide pokok yang bersifat abstrak menuruti hakekat ide pokok (Tarigan, 1987: 19).
(40)
d. Kalimat penegas
Kalimat penegas adalah elemen paragraf yang keempat dan terakhir. Fungsi kalimat penegas ada dua. Pertama sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik. Kedua sebagai daya penarik bari para pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan kejemuan. Kalimat penegas kehadirannya tidak mutlak dalam suatu paragraf (Tarigan, 1987: 20).
2. Struktur Paragraf
Berdasarkan berbagai kemungkinan kelengkapan unsur dan posisinya
dalam paragraf, maka dapat ditentukan beberapa struktur paragraf (Tarigan, 1987: 21-29).
a. Kemungkinan pertama
Unsur paragraf lengkap, dengan susunan: transisi (berupa kalimat –
kalimat topik – kalimat pengembang – kalimat penegas. Diagram kerangka paragraf sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________
_______________________________ TRANSISI
________________________________
KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
________________________________
(41)
b. Kemungkinan kedua
Sama dengan (a), tetapi transisi berupa kata.
Diagram kerangka paragraf sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________
_______________________________ TRANSISI (berupa kata) DAN KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
________________________________
KALIMAT PENEGAS
c. Kemungkinan ketiga
Paragraf memiliki tiga unsur dengan susunan: kalimat topik —kalimat
pengembang—kalimat penegas.
Diagram kerangka paragrafnya sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________
_______________________________ KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
________________________________
KALIMAT PENEGAS
d. Kemungkinan keempat
Paragraf memiliki tiga unsur dengan susunan: transisi (berupa kata),
(42)
kerangka paragrafnya sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________
_______________________________ TRANSISI DAN KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
e. Kemungkinan kelima
Sama dengan (d) dengan susunan transisi (berupa kalimat) – kalimat topik
– kalimat pengembang.
Kerangka paragrafnya sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________ _______________________________
TRANSISI KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
f. Kemungkinan keenam
Paragraf memiliki dua unsur dengan susunan: kalimat topik dan kalilmat
(43)
Diagram paragrafnya sebagai berikut:
TEKS UNSUR
____________________________
_______________________________ KALIMAT TOPIK
________________________________
KALIMAT PENGEMBANG
3. Pola Pengembangan Paragraf
Menurut Chaer (2011: 88), yang dimaksud pengembangan paragraf adalah pemberian keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas atau kalimat pengembang terhadap ide pokok yang terdapat dalam kalimat pokok. Menurut Gorys Keraf (1980:84), pengembangan alinea mencakup dua persoalan utama yaitu kemampuan memperinci gagasan utama paragraf ke dalam gagasan-gagasan bawahan dan kemampuan mengurutkan gagasan-gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.
Untuk menerangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan utama, maupun mengurutkan rincina-rincian itu dengan teratur. Oleh karena itu dikembangkanlah berbagai macam metode pengembangan paragraf. Berikut beberapa metode pengembangan paragraf (Gorys keraf, 1980: 84-99).
a. Klimaks dan antiklimaks
Pengembangan paragraf klimaks dan antiklimaks adalah penulis mulai dari gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan yang lebih rendah hingga yang paling rendah.
(44)
b. Sudut pandangan
Yang dimaksud sudut pandangan adalah tempat darimana seorang pengarang melihat sesuatu.
c. Perbandingan dan pertentangan
Pola pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pertentangan adalah pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu .
d. Analogi
Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah ketidaksamaan dan perbedaan maka analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda, tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.
e. Contoh
Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi memerlukan ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dengan mudah dipahami pembaca.
f. Proses
Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan atau perbuatan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu, atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.
g. Sebab-akibat
Perkembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan
(45)
sebagai gagasan utama, sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya.tetapi dapat juga terbalik.
h.Umum-khusus, khusus-umum
Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum dalam mengembangkan paragraf. Dalam hal pertama gagasan ditempatkan pada awal paragraf, sedangkan perinciannya terdapat pada kalimat selanjutnya.demikian pula sebaliknya.Variasi dalam kedua jenis paragraf tersebut adalah penggabungan.Yaitu gagasan utama terdapat pada awal paragraf dan diakhir diulang lagi.
i. Klasifikasi
Klasifikasi bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama mempersatukan satuan-satuan ke dalam satu kelompok, dan kedua memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.
j. Definisi luas
Definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.
D. Variasi Bahasa
Masyarakat tutur tidak merupakan kumpulan yang homogen, maka wujud bahasa yang mereka gunakan pun menjadi tidak seragam. Akibatnya bahasa menjadi bervariasi. Terjadinya keragaman ini bukan hanya oleh penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam. Semakin banyak penutur yang menggunakan bahasa dan semakin luas wilayahnya maka keragaman bahasa ini akan semakin bertambah.
(46)
Pada penelitian ini pembedaan akan lebih dikhususkan pada variasi bahasa berdasarkan penggunaannya. Hal itu berarti bahasa digunakan untuk hal tertentu, dalam bidang tertentu, melalui jalur dan alat yang digunakan oleh bahasa itu serta situasi keformalan dimana bahasa terjadi.
1. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakaian
Menurut Nababan (via Chaer, 2004: 68), variasi ini biasanya dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana penggunaan.
Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini paling tampak cirinya dalam kosakata. Setiap bidang biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus atau tertentu yang tidak ada dalam bidang lain. Variasi bahasa berdasarkan bidang
pemakaian menurut Chaer (2004: 68—70 ), adalah sebagai berikut,
a. Variasi atau ragam bahasa sastra
Variasi atau ragam bahasa sastra cirinya adalah sebagai berikut. Memiliki kosakata yan bersifat estetis, memiliki ciri eufoni dan serta daya ungkap yang paling tepat, misalnya;
Ungkapan “Saya sudah tua” dalam bahasa sastra Ali Hasjmi mengatakan Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang Batang usiaku sudah tinggi
b. Variasi atau ragam bahasa jurnalistik
Variasi atau ragam bahasa jurnalistik cirinya sebagai berikut. Bersifat sederhana, komunikatif, ringkas. Misalnya:
(47)
80)Gubernur tinjau daerah banjir (dalam bahasa baku berbunyi “Gubernur meninjau daerah banjir”)
c. Variasi atau ragam bahasa militer
Variasi atau ragam bahasa militer cirinya sebagai berikut. Ringkas dan bersifat tegas sesuai dengan kehidupan militer yang penuh disiplin dan instruksi. d. Variasi atau ragam bahasa ilmiah
Variasi atau ragam bahasa ilmiah cirinya sebagai berikut. Luas, jelas, bebas dari ambigu, serta segala macam idiom dan metafora.
2. Variasi Bahasa Berdasarkan Keformalan
Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya
The Five Clock (via Chaer, 2004: 70) membagi variasi bahasa menjadi lima macam ragam, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (consultatif), ragam santai (casual), ragam akrab (intimmate).
a. Ragam beku (frozen)
Variasi bahasa yang paling formal yang digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi. Contohnya upacara kenegaraan, tata cara penambilan sumpah, kitab undang-undang, akte notaris, dan lain-lain. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan secara mantap, tidak boleh diubah.
b. Ragam resmi (formal)
Variasi bahasa yan digunakan dalam pidato kenegeraan, rapat dinas, surat menyurat dinas, dan sebagainya. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan
(48)
secara mantap sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam bahasa baku yang hanya digunakan dalam situasi resmi.
c. Ragam usaha (consultatif)
Variasi bahasa yang lazim digunakan dalam dalam pembicaraan biasa di sekolah, rapat, atau pembicaraan yang berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam bahasa ini berada di antara ragam formal dan ragam informal.
d. Ragam santai (casual)
Variasi bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karibpada waktu beristirahat, berolahraga, rekreasi, dan sebagainya. Ragam santai banyak menggunakan bentuk
allegro, yakni bentuk kata atau ujaran yang dipendekkan. Kosakatanya banyak dipenuhi unsur leksikal dialek dan unsur bahasa daerah.
e. Ragam akrab (intimmate)
Variasi bahasa yang biasa digunakan oleh para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antar anggota keluarga, atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang seringkali tidak jelas. Hal ini terjadi karena partisipan sudah ada saling pengertian dan memiliki pengetahuan yang sama.
E. Bahasa Hukum Indonesia
Hampir setiap bidang ilmu memiliki kosakata, istilah, serta gaya penyampaian yang khas dan lazim. Misalnya kehidupan nelayan diungkapkan melalui kosakata, istilah, serta gaya penyampaian khas nelayan yang berbeda dari
(49)
istilah, kosakata, dan gaya penyampaian yang digunakan petani dalam mengungkapkan kehidupannya sebagai petani. Satu istilah pun bisa digunakan oleh lebih dari satu bidang dengan makna yang belum tentu sama dalam penggunaannya.
Meskipun hanya salah satu ragam bahasa yang tidak banyak berbeda penggunaannya dengan ragam bahasa lain, ragam bahasa hukum tetap tunduk pada kaidah tata bahasa Indonesia baku. Ciri-ciri ragam bahasa perundang-undangan menurut Moeliono (1974),
a. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan;
b. Objektif dan menekan prasangka pribadi;
c. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, kategori yang
diselidikinya untuk menghindari kesimpangsiuran;
d. Tidak beremosi dan menjauhkan taksiran yang bersensasi
e. Cenderung membekukan makna kata, ungkapan, dan paparannya berdasarkan
konvensi;
f. Gaya bahasa keilmuan tidak dogmatis atau fanatik;
g. Gaya bahasa keilmuan hanya kata yang dipakai;
h. Bentuk, makna, dan fungsi kata ilmiah lebih mantap dan stabil dari yang dimiliki kata biasa.
Dari penjelasan singkat mengenai bahasa hukum di atas berikut ini akan dipaparkan kalimat dan paragraf dalam bahasa hukum Indonesia.
1. Kalimat dalam Bahasa Hukum Indonesia
Menurut Matanggui (2013: 105-106), Bahasa hukum tidak memiliki kaidah khusus mengenai berapa seharusnya jumlah maksimum kata dalam sebuah kalimat (jika ditetapkan jumlahnya justru menyulitkan pemakai bahasa, termasuk perumus hukum dan perundang-undangan).Akan tetapi, gagasan atau ide yang
(50)
tidak jelas menyebabkan kalimat menjadi tidak jelas dan tidak tentu arah. Pada prinsipnya kalimat hukum harus menjelaskan hal-hal berikut ini,
a. Siapa berbuat apa atau mengerjakan apa?
b. Siapa berbuat apa atau mengerjakan apa, dimana?
c. Siapa berbuat apa atau mengerjakan apa untuk apa?
d. Siapa berbuat apa atau mengerjakan apa dengan siapa?
e. Siapa berbuat apa atau mengerjakan apa, bagaimana caranya?
Sebuah peraturan perundang-undangan terdiri dari beberapa pasal dan ayat. Pada umumnya satu pasal terdiri dari beberapa ayat yang di dalamnya terdapat satu kalimat. Pada penelitian ini ayat termasuk dalam kalimat karena ayat pada awal penulisan diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik pada tulisan. Berikut contoh dari sebuah ayat,
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Ayat 1)
Pada contoh di atas telah diberikan satu contoh ayat. Pada contoh tersebut dapat terlihat pada ayat selalu diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.). Maka dapat disimpulkan pada penelitian ini ayat termasuk dalam kalimat.
2. Paragraf dalam Bahasa Hukum
Pengertian pasal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat (2008) adalah bagian dari bab dalam undang-undang. Sebuah pasal terdiri dari
(51)
beberapa ayat yang memiliki kesatuan makna dalam keseluruhan peraturan perundang-undangan. Jadi pasal dalam penelitian termasuk dalam paragraf. Berikut contoh dari sebuah pasal.
Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar
Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
(2) Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Pasal 1)
Pada pasal yang telah disajikan di atas dapat dilihat bahwa satu pasal terdiri dari beberapa ayat yang bertugas menjelaskan yang akan disampaikan pada pasal (1). Pasal (1) di atas membicarakan tentang definisi standar proses dan dikembangkan lagi tentang letak peraturan menteri tersebut pada undang-undang.
Kalimat utama pada paragraf di atas adalah Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Kalimat pengembang pada paragraf di atas adalah Standar Proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
Setelah memaparkan contoh-contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini pasal termasuk dalam paragraf.
(52)
F. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut, kajian teori pada penelitian ini adalah kalimat dan paragraf. Menurut Alwi, dkk. (2010: 317), kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam bentuk lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut , disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan. Dalam wujud tulisan berhuruf latin, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).
Sedangkan paragraf menurut Tarigan (1987: 11), adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf. Syarat dari terbentuknya sebuah paragraf adalah kesatuan, koherensi, dan perkembangan paragraf (Keraf, 1980: 67).
Penelitian ini mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangan yang terdapat dalam bahasa hukum. Secara khusus penelitian ini meneliti 5 peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang Kurikulum 2013. Peraturan menteri tersebut terdiri dari beberapa pasal yang di dalamnya terdapat ayat.
Ayat pada penelitian ini termasuk dalam kalimat, karena ayat memenuhi syarat dari terbentuknya kalimat yang meliputi, pada tulisan berhuruf latin diawali dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.), merupakan satu gagasan yang
(53)
utuh, dan pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut , disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan.
Pasal pada penelitian ini termasuk dalam paragraf, karena ayat memenuhi tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan. Pasal dalam peraturan menteri tersebut memiliki gagasan utam yang dikembangkan lagi pada kalimat pengembang sesudahnya. Syarat yang kedua adalah koherensi. Pasal dalam peraturan menteri memiliki hubungan antar pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.
Syarat yang ketiga adalah perkembangan paragraf. Pasal-pasal dalam peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan memiliki pola pengembangan yang dirinci lagi lewat kalimat-kalimat yang terdapat dalam pasal tersebut. Berikut dipaparkan alur berpikir dari penelitian ini.
(54)
Kerangka Berpikir
Paragraf Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat dalam
Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!) (Alwi, dkk.,
2003:311).
Syarat kalimat:
1. Diawali huruf kapital, diakhiri tanda titik, tanya dan seru.
2. Satu gagasan yang utuh 3. Minimal terdiri dari S-P 4. Intonasi Syarat paragraf 1. Kesatuan 2. Koherensi 3. Perkembangan paragraf Ayat
Pada penelitian ini ayat termasuk kalimat karena ayat memenuhi syarat
terbentuknya kalimat.
BAHASA
HUKUM
Pasal Pada penelitian ini pasal termasuk dalam paragraf karena pasal memenuhi ketiga syarat dari terbentuknya paragraf. Pola umum kalimat bahasa
Indonesia 1. S-P 2. S-P-O 3. S-P-Pel 4. S-P-Ket 5. S-P-O-Pel 6. S-P-O-Ket
Pola pengembangan paragraf 1. Klimaks dan antiklimaks 2. Sudut pandang
3. Perbandingan pertentangan 4. Analogi
5. Contoh 6. Proses 7. Sebab akibat
8. Umum khusus-khusus
KAJIAN TEORI
Struktur paragraf 1. Kalimat topik 2. Kalimat
pengembang 3. Transisi 4. Penegas
(55)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang memerikan objek. Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari objek yang diamati. Tujuan utama penelitian deskriptif adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan sementara, yaitu pada saat penelitian dilakukan (Travers via Sevilla, 1993:71).
Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini
mendeskripsikan struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola
pengembangannya dalam wacana perundang-undangan tentang kurikulum tahun 2013.
Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah lima (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013 tentang Kurikulum 2013) memerikan objek dari sudut pandang peneliti dan tidak dituang dalam bentuk angka-angka dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk uraian naratif.
(56)
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah, (1) Peraturan Menteri nomor 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan menengah, (2) Peraturan Menteri nomor 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian, (3) Peraturan menteri nomor 68 tahun 2013 tentang KerangkaDasar Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, (4) Peraturan Menteri nomor 69 tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, (5) Peraturan Menteri nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, membaca naskah lima (5) Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Kurikulum 2013. Kedua mencatat data-data kalimat dan paragraf pada buku catatan. Ketiga mengelompokkan data-data yang sudah dicatat berdasarkan rumusan masalah yang sudah ditentukan, yaitu kalimat dan paragraf.
D. Instumen Penelitian
Menurut Arikunto (2006: 149), instrumen penelitian adalah alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan data dan mampu memahami serta menilai bentuk
(57)
dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2006: 168), kedudukan penelit i dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitiannya. Ciri-ciri umum manusia sebagai instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
1. responsif, manusia reponsif terhadap lingkungan dan terhadap
pribadi-prinadi yang menciptakan lingkungan
2. dapat menyesuaikan diri, manusia dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data
3. menekankan keutuhan, manusia memanfaatkan imajinasi dan
kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai suatu keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang real. Benar dan mempunyai arti
4. mendasarkan diri atas perluasan pengetahuan, manusia sudah
mempunyai pengetahuan yang cukup sebagai bekal dalam mengadakan penelitian dan memperluas kembali berdasarkan pengalaman praktisnya
5. menproses data secepatnya, manusia dapat memproses data
secepatnya setelah diperolehnya, menyusunnya kembali, mengubah arah inkuiri atras dasar penemuannya, dan mengetes hipotesis kerja ketika di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja itu pada respondennya
6. memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan
mengikhtisarkan, memiliki kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden
7. memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang tidak lazim
dan disinkratik, manusia memiliki kemampuan untuk menggali informasi yang lain dari yang lain, yang tidak direncanakan semula, yang tidak diduga sebelumnya, atau yang lazim terjadi.
(58)
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap. Tahap pertama analisis data. Pada tahap ini, data yang sudah terkumpul dicari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya. Tahap selanjutnya adalah triangulasi data, setelah dianalisis, data hasil penelitian akan dikonsultasikan kepada ahli untuk mendapatkan data penelitian yang valid dan sahih. Tahap selanjutnya penyajian data, setelah mendapatkan data yang valid, data hasil analisis disajikan dalam bentuk deskripsi kata-kata sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.
(59)
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis, dan pembahasan analisis. Analisis meliputi dua hal, yaitu struktur kalimat dan struktur serta pola pengembangan paragraf pada wacana undang-undang tentang pendidikan dalam hal ini lima Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013.
Hasil analisis penelitian yang meliputi analisis struktur kalimat, analisis struktur paragraf dan pola pengembangannya akan diuraikan pada subbab B dan pembahasan akan diuraikan pada subbab C.
A. Deskripsi Data
Data penelitian ini berasal dari lima peraturan menteri pendidikan tentang kurikulum 2013. Kelima peraturan itu adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, Peraturan Menteri Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan, Peraturan Menteri Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah, Peraturan Menteri Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, dan Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum.
(60)
Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya. Pada penelitian ini yang termasuk dalam kalimat adalah ayat dan yang termasuk dalam paragraf adalah pasal. Jumlah total paragraf dan kalimat pada penelitian ini adalah 16 paragraf yang meliputi 45 kalimat. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari 3 paragraf yang meliputi 9 kalimat. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan terdiri dari 3 paragraf yang meliputi 9 kalimat. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Peraturan ini memiliki 3 paragraf yang meliputi 9 kalimat. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah terdiri dari 3 paragraf yang meliputi 9 kalimat. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum terdiri dari 4 paragraf yang meliputi 9 kalimat.
B. Analisis Data
Pada bagian ini akan disajikan kalimat dan paragraf yang terdapat dalam lima peraturan menteri pendidikan tahun 2013. Untuk menjawab bagaimana struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya. Data dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibuat.
(61)
1. Analisis Struktur Kalimat Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2013
Berikut ini disajikan hasil analisis struktur kalimat pada lima (5) wacana perundang-undangan Peraturan Menteri Pendidikan tahun 2013 tentang Kurikulum 2013.
No. DATA UNSUR
KALIMAT STRUKTUR KALIMAT
1. PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2013
TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH
Frasa (judul sama dengan frasa yang tidak mengandung unsur S P O Pel.
Ket) F
2. Menimbang :
bahwa dalam rangka
pelaksanaan ketentuan Pasal 24 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) P: Menimbang O: bahwa dalam rangka
…Pendidikan Dasar dan Menengah;
K : bahwa dalam
rangka …
P : perlu menetapkan O : Peraturan
Menteri…Pendi dikan Dasar dan Menengah;
(62)
3. Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) P : Mengingat O : Undang-undang Nomor …;
(K)-(S)-P-O
4. 2. Peraturan Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) (P) : (Mengingat) O : Peraturan Nomor …;
(K)-(S)-(P)-O
5. 3. Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) (P) : (Mengingat) O : Peraturan Nomor …;
(63)
6. 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) (P) : (Mengingat) O : Peraturan Nomor …;
(K)-(S)-(P)-O
7. 5. Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 5/P 2013;
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) (P ): (Mengingat) O : Keputusan Presiden … Nomor 5/P 2013;
(K)-(S)-(P)-O
8. Memutuskan
Menetapkan: Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar Dan Menengah
(Ket. alat): (Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa)
(S): (Menteri Pendidikan …,) P : Memutuskan P : Menetapkan O: Peraturan …
(K)-(S)-P, P-O
9. Pasal 1
(1) Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah selanjutnya disebut Standar Proses merupakan kriteria mengenai pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah untuk mencapai kompetensi lulusan.
S: Standar Proses … P: merupakan K. tujuan: kriteria
mengenai … kompetensi
lulusan. S-P-K
10.(2) Standar Proses sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini
S: Standar Proses … P: tercantum
K. tempat: Pada … Peraturan Menteri ini.
(64)
11. Pasal 2
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar proses Untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
K. alat: Dengan … ini,
S: Peraturan ... P: dicabut Konj. : dan P : dinyatalan K: tidak berlaku.
K, S-P-Konj.-P-K
12.Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
S: Peraturan ini P: mulai berlaku K. waktu: pada tanggal
diundangkan.
S-P-K
13.Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
K. tujuan: Agar … mengetahuinya P: memerintahkan O: Pengundangan … ini
Ket. cara: dengan
penempatannya … Berita Negara
Republik Indonesia.
K,(S)-P-O-K
14.Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
P: Ditetapkan Ket. tempat: di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2013,
Pel.: Menteri Pendidikan ... Republik Indonesia.
P-K. tempat- Pel.
15.Diundangkan di Jakarta pada
tnggal … Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor…
P: Diundangkan K. tempat: di Jakarta pada tanggal … Pel.: Menteri Hukum … Republik
Indonesia.
P-K. tempat- Pel.
(1)
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 61/P Tahun 2012;
Memutuskan:
Menetapkan: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
11 Pasal 1
(1) Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah Merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum pada tingkat nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman pengembangan pengembangan kurikulum pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
II.D.2
Kalimat topik:
Kerangka dasar kurikulum… Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Definisi (2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
merupakan pengorganisasian kompetensi inti, mata pelajaran, beban belajar, kompetensi dasar, dan muatan pembelajaran pada setiap Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Kalimat pengembang: Struktur ...Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. (3) Kerangka dasar dan struktur kurikulum sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Kalimat pengembang:
Kerangka … Peraturan Menteri ini.
12 Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
II.D.3
Kalimat pengembang: Peraturan … diundangkan.
Pemerincian Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang: Agar setiap orang… Indonesia.
(2)
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di … Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tnggal … Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor…
Kalimat Pengembang:
Diundangkan di … Tahun 2013 Nomor…
13 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
II.E.1
Pemerincian Menimbang :Bahwa dalam rangka pelaksanaan kurikulum pada
sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah. Sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah, sekolah menengah atas/madrasah aliyah, dan sekolah menengah atas kejuruan/madrasah aliyah kejuruan, pelu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Implementasi Kurikulum;
Kalimat topik:
Dengan ... Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Mengingat :
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
(3)
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tatakerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaiman telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 60/P 2013;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah; 8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun
2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah; 9. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
(4)
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikullum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/ Madrasah Aliyah Kejuruan;
14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan Menengah;
Memutuskan:
Menetapkan: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Implementasi Kurikulum.
14 Pasal 1
Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah
(SMP/MTs), sekolah menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun pelajaran 2013/2014.
II.E.2
Kalimat topik:
Implementasi … mulai tahun pelajaran 2013/2014.
Definisi
15 Pasal 2
(1) Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum yang mencakup:
a. Pedoman penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
b. Pedoman pengembangan Muatan Lokal; c. Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler; d. Pedoman Umum Pembelajaran; dan
II.E.3
Kalimat topik:
Implementasi … e. Pedoman Evaluasi Kurikulum.
(5)
e. Pedoman Evaluasi Kurikulum.
(2) Pedoman implementasi kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Kalimat pengembang:
Pedoman ... Peraturan Menteri ini.
16 Pasal 3
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
II.E.4
Kalimat pengembang: Peraturan … diundangkan.
Pemerincian Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang: Agar setiap orang… Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2013, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di … Republik Indonesia. Diundangkan di Jakarta pada tnggal … Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor….
Kalimat Pengembang:
Diundangkan di … Tahun 2013 Nomor…
(6)
BIOGRAFI PENULIS
Galih Puji Haryanto lahir di Kotabaru, Kalimantan Selatan, 2 September 1989. Pendidikan dasar di tempuh di SD Katolik Santa Maria tahun 1995—2001, melanjutkan sekolah di SMP Negeri 1 Kotabaru pada 2001—2004. Pada tahun 2005— 2008 melanjutkan sekolah di SMA Marsudi Luhur Yogyakarta.
Seusai menempuh jenjang pendidikan menengah atas, tercatat sebagai mahasiswa Prgram Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, angkatan 2008. Masa pendidikan penulis diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang Tentang Pendidikan Tahun 2013