PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KERAMIK BERBASIS POTENSI LINGKUNGAN.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. ….…. i

KATA PENGANTAR………. ii

DAFTAR ISI……… iii

DAFTAR TABEL……… ix

DAFTAR GAMBAR………... xi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvi

BAB I PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Batasan dan Fokus Penelitian……… 4

C. Tujuan Penelitian………5

D. Manfaat Penelitian……… 6

E. Penjelasan Istilah………. 8

BAB II KERANGKA TEORITIS……… 10

A. Konsep Pembelajaran……….. 10 1. Batasan Pembelajaran……… 10 2. Bahan dan

Sumber Belajar……… 12 3. Pendekatan

Pembelajaran……… 16 4. Metode dan teknik

Pembelajaran ……… 17 B. Belajar

Konstektual……… 19 1.Batasan dan

Karakteristik kontekstual……… 19 2. Prinsip-prinsip Pembelajar Kontektual………... 21 C. Konsep pendidikan Seni


(2)

Rupa……… 28 1. Landasan Pendidikan Seni

Rupa………. 28 2. Karakteristik Pendidikan Seni

Rupa………. 30 3 Orientasi dan fungsi ………..

………. 31 D. Konsep Keterampilandan Pembelajaran

Ketrampilan…31 1. Batasan Keterampilan………..

31 2. Klasifikasi Keterampilan ………33 a. Dikrit, kontinuos, dan Serial ……… 34

b.. Ketrampilan Gerak Kasar dan Gerak hakus…… 35

d. Ketrampilan Gerak dan Ketrampilan Kognitif… 36 3. Faktor-faktor yang Menentukan Keberhasilan

Ketrampilan………. 37 4. Konsep

Pembelajaran Ketrampilan………. 38 a.. Batasan Pembelajaran Ketrampilan……… 41 b.. Prinisp-prinsip Pembelajaran Ketrampilan…… 43 5. Pembelajaran Ketrampilan Di

Masyarakat……… 44 E. Konsep Budaya Kesenian

Lokal………. 50 1. Konsep Seni Kerajinan dan

Kerajinan Keramik 52 2. Jenis dan Fungsi

keramik……….. 57 3. Karakteristik bahan, Alat dan Teknik pembuatan

Keramik………. 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN…… ……… 65

A. Subjek dan Lokasi Penelitian………. 68 B. Teknik pengumpulan Data……… 70 1 Studi


(3)

Dokumentasi ……… 71 2. Studi Literatur

……… 72 3.Tekni Observamatansi/

Pengamatan ……… 73 4.Interviu Teknik/ Wawancara

……….. 75 C. Teknik Analisis

Data……… 76 1. Reduksi

Data……… 68 2. Display

Data……… 78 3.

Verifikasi……… 79 D. Prosedur

penelitian……… 80 1. Tahap

Orientasi ……… 81 2. Tahap

Eksplorasi………. 81 3. Tahap

Member Check………. 81

BAB IV HASIL PENELITIAN……… 82

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian……… 82 1. Letak Geografis……… 83 2. Sejarah Anjun Plered……… 84 3. Karakteristirk Lingkungan Anjun Plered………… 87 4. Penduduk Anjun Plered……… 89 5. Sistem Sosial Budaya Anjun

Plered……… 92 B. Profil Keramik Anjun

Plered……… 100 1. Perkembangan

Keramik Anjun Plered Purwakarta.. 100 2. Fungsi Keramik bagi Masyarakat………. 104 3. Jenis dan Bentuk Keramik Anjun Plered………… 110 4. Bahan,Peralatan Kerajinan Keramik


(4)

Anjun Plered. 111 5. Kompetensi, Teknik Pembuatan Keramik …… 114 6. Upaya Pengembangan Keramik Plered …… 118

C. Kompetensi-kompetensi Dasar dalam Kurikulum

Pembelajaran Ketrampilan Keramik……… 121 1. Kompetensi Dasar ketrampilan Keramik pada Mayarakat Anjun

Plered……… 121 2. Kompetensi

Dasar Pembelajaran Keramik dalam Mata Pelajaran Kerajinan Seni dan Budaya……… 132 3. Formulasi Pembelajaran di

Litbang dengan pembelajaran mata Pelajaran Seni Budaya

………. 147

D. Rencana Pembelajaran Kerajinan Keramik……… 150 1. Rencana Pembelajaran Keramik (I) dengan Tekanan

Metode karyawisata ………... 150 2. Rencana Pembelajaran Keramik (II) dengan Tekanan Metode

Resource Person ……… 166 3. Formulasi Rencana

pembelajaran dengan Metode karyawisata dengan Resource

Person……… 177 E. Pelaksanaan Pembelajaran Kerajinan keramik……… 180 1. Pelaksanaan Pembelajaran Keramik I ……… 180 2 Pelaksanaan Pembelajaran Keramik II …………. 213 3. Formulasi Pembelajaran I dan II………. 227 4. Analisis Hasil pembelajaran (Model I dan II) ……. 230 5

Ketercapaian Kompetensi Pembelajaran Keramik… 240 6


(5)

Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Keramik….. 246 8. Studi Komparatif Model I dan II……… 250

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………

A. Kesimpulan……… 266 B.

Saran………. 270

DAFTAR PUSTAKA ………. 272

LAMPIRAN-LAMPIRAN………. 274 DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….


(6)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya mengembangkan segenap potensi yang dimiliki anak menuju kemandirian. Proses pendidikan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat yang berlangsung secara simultan. Selain itu, proses pendidikan dapat dipandang sebagai proses pembudayaan individu dalam lingkungannya, sehingga dapat mewarisi nilai-nilai budaya yang dijadikan pedoman oleh seluruh anggota masyarakat. Hal ini sesuai dengan Pasal 32 UUD 1945 yang pentingnya membangun kebudayaan nasional sebagai puncak dari budaya daerah untuk dijadikan kepribadian setiap Warga Negara Indonesia.

Perkembangan mutakhir, mutu pendidikan di Indonesia diikat dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), dimana kompetensi tersebut mempertimbangkan perkembangan masyarakat masing-masing. Untuk itulah setiap satuan pendidikan memiliki wewenang untuk menyusun kurikulum masing-masing yang disebut juga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pilihan penyerahan mutu pendidikan pada setiap satuan pendidikan sebagai perwujudan dari otonomi sekolah yang harus dipandang sebagai peluang besar oleh setiap guru untuk menyususn kurikulum sesuai dengan konteks lingkungan di sekolah masing-masing.

Dalam pelaksanaannya, penyususnan KTSP khususnya mata pelajaran seni budaya tidaklah mudah. Tahapan yang harus dilalui dalam penyusunan KTSP seni budaya harus dilakukan studi lapangan mengenai kondisi objektif potensi


(7)

2 sosial budaya di lingkungan sekolah. Selanjutnya merumuskan tujuan berdasarkan skala prioritas mengenai seni budaya tradisi (local genius) yang dipandang harus menjadi potensi siswa. Pada tahap selanjutnya rumusan tersebut dianalisis menjadi substansi kurikulum untuk diterapkan sesuai dengan visi dan misi sekolah yang bersangkutan. Dalam kaitan itu, maka pelaksanaan pembelajaran muatan lokal seni budaya adalah implementasi dari desain kurikulum yang berbasis research, sehingga tujuan dalam meningkatkan keterampilan siswa untuk dapat hidup mandiri, mengembangkan kompetensi yang sesuai dengan ciri khas dan potensi daerah, pengembangan kompetensi peserta didik dapat dicapai.

Pentingnya KTSP karena isyu fakta di lapangan yang menunjukkan dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan dari pengaruh modernisasi dan gobalisasi. Kenyataan ini telah berdampak ganda, yakni terdapat dampak positif dan juga negatif. Dampak positif menjadikan peserta didik terlibat dalam kemajuan di berbagai bidang kehidupan, namun dampak negatif telah mengikis watak kelompok secara drastis, sehingga banyak peserta didik tercerabut dengan akar social budaya lokalnya. kebudayaannya, Maka tidaklah mengherankan manakala kebanyakan peserta didik menurun daya apresiasinya pada tradisi seni budaya yang dimilikinya.

Kurangnya apresiasi pada seni budaya daerah setempat telah mengusik penulis sebagai guru untuk mendisain pembelajaran seni budaya berdasarkan potensi seni budaya setempat untuk dijadikan pijakan dalam menyususn Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) seni budaya. Fokus perhatian


(8)

3 ditujukan pada potensi seni budaya tradisi Indonesia, yakni seni kerajinan Desa Anjun Plered Purwakarta.

Untuk merealisasikan maksud tersebut, pada tahap awal penulis mengadakan observasi dan wawancara terbatas mengenai keberadaan dan unsur-unsur yang terlibat dalam pengelolaan tradisi kerajinan keramik Plered. Maksudnya untuk mengetahui sejauh mana apresiasi dan pengetahuan mereka terhadap keberadaan keramik Plered, dari dari jawaban yang dapat dari mereka sebagian besar tidak begitu mengenal dan paham, apalagi mungkin menjadi seorang pengrajinnya.

Berdasarkan hal tersebut, muncul pertanyaan dibenak penuls menganai mengapa dan apa sebabnya sebagian besar mereka tidak begitu mengenal dan tertarik terhadap kerajinan keramik, yang notabene kebudayaan daerah tersebut berada di kota kelahirannya. Permasalahan itu merangsang saya untuk menelitinya. Dengan mengangkat isyu lokal mengenai lingkungan pengrajin dijadikan subyek dalam proses pembelajaran keterampilan keramik di sekolah. Kegiatan ini sebagai usaha mentransformasikan ilmu dan sekaligus mempromosikan kepada warganya melalui siswa-siswi di sekolah, yang merupakan generasi pewaris budaya.

Banyak kelebihan dengan memasukan unsur lingkungan kepada dunia pendidikan formal (sekolah), diantaranya adalah proses pembelajaran lebih nyata, merangsang siswa mengembangkan berbagai macam kemampuan (potensi) pengetahuan dan keterampilan. Tujuan dilaksanakan proses pembelajaran seperti tadi diharapkan anak dapat pengetahuan langsung, kreativitas anak berkembang,


(9)

4 mengembangkan sikap produktif, dapat hidup mandiri, mengembangkan sikap menghargai berbagai jenis keterampilan dan hasil karya. Harapan-harapan di atas dapat di aplikasikan dalam program pendidikan muatan lokal yang didalamnya terdapat pengetahuan dan keterampilan kerajinan keramik ( bahan, alat, proses, nara sumber, dan aspek-aspek lainnya yang mendukung.

Setelah ditarik kesimpulan yang akan menjadi dasar pijakan dalam melaksanakan penelitian, permasalahan tersebut saya deskripsikan dalam sebuah judul penelitian “Pembelajaran Keterampilan Keramik Berbasis Potensi Lokal” (Studi kasus pembelajaran kerajinan keramik Plered tingkat SMP berbasis Potensi Lingkungan Perajin Keramik Plered-Purwakarta).

B. Batasan dan Fokus Penelitian

Berdasarkan fenomena-fenomena dan analisis masalah yang diketemukan dari lapangan, maka penelitian mengambil fokus yang lebih spesifik dengan membatasi penelitian pada ruang lingkup pemanfaatan lingkungan seni budaya setempat (kerajinan keramik Anjun Plered) untuk dijadikan desain pembelajaran pada siswa SMP. untuk lebih jelasnya peneliti membuat kerangkan rumusan masalah untuk mempermudah pembahasannya, Dengan kata lain, rumusan masalah penelitian ini, yakni: “Bagaimana pembelajaran keterampilan keramik dilaksanakan pada siswa SMP dengan Mendasarkan pada Potensi Lingkungan Perajin Keramik Plered-Purwakarta?.

Untuk mempermudah penganalisisan dan memperjelas dari pokok bahasan permasalahan dalam penelitian ini, maka dengan ini penulis menjabarkannya


(10)

5 secara rinci dan sistematis dalam bentuk beberapa pertanyaan penelitian beriktui ini, yakni:

1. Mengapa keterampilan keramik Ajun Plered dijadikan sebagai satu sumber pembelajaran seni budaya di SMP?

2. Bagaimana subtansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan keramik yang diajarkan di SMP?

3. Bagaimana Rencana dan pelaksanaan pembelajaran ketrampilan keramik di SMP dengan memanfaatkan potensi lingkungan setempat?

4. Bagaimana proses keterampilan keramik dijadikan sebagai materi pembelajaran seni budaya di SMP?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana keefektifitas dan keefesienan pembelajaran kerajinan keramik dengan melibatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran, sebagai usaha menanamkan nilai nilai kesadaran diri terhadap kelestariannya, tujuan tersebut diantranya :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan potensi seni budaya perajin anjun plered sumber pembelajaran

2.Mendeskripsikan substansi materi seni budaya berkenaan dengan keterampilan keramik yang diajarkan kepada siswa SMP.

3.Merumuskan rencana pembelajaran keterampilan keramik di SMP dengan cara memanfaatkan lingkungan perajin.

4. Mendeskripsikan Pelaksanaan pembelajaran kerajinan keramik berdasarkan potensi lingkungan


(11)

6 a. Manfaat Penelitian

Sekecil apapun hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangsih bagi khasanah keilmuan seni rupa dan pendidikan seni. Melalui pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar siswa dapat memberikan pengalaman yang lebih, baik teori maupun praktek. Mereka mendapatkan pengalaman kemudian merasakan, menghargai, rasa memiliki dan ikut mengembangkan kebudayaan daerah, sehingga melalui kegiatan ini tercipta transmisi budaya. Harapan lainnya adalah dapat bermanfaat bagi semua stakeholder yang berhubungan dengan dunia pendidikan seni, pemanfaatan hasil penelitian ini dapat digolongkan ke dalam dua jenis sasaran, antara lain ;

1. Secara Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan mengembangkan teori dan kunsep-konsep kunci dalam disiplin pendidikan seni, khususnya perluasan pendidikan seni di persekolahan dengan melibatkan potensi seni budaya lokal masyarakat setempat.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya:

a. Masyarakat Anjun dan Pemerintah Kabupaten Purwakarta

1) Dapat memberikan wawasan betapa pentingnya eksistensi kesenian daerah terhadap sumbangan kepada pendidikan seni.

2) Memperkaya metoda (strategi) dalam penyampaian pembelajaran pendidikan seni


(12)

7 3) Menginformasikan gambaran mudah dan efektif dalam melaksanakan

pembelajaran pendidikan seni

4) Memberikan solusi dalam memecahkan masalah pendidikan seni dalam proses pembelajaran berkenaan dengan penyampaian materi kesenian daerah.

b. Guru Seni Budaya SMP

1) Mendapatkan pengetahuan dari narasumber lingkungan sebagai bahan acuan dan pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. 2) Dapat meniru langkah-langkah kegiatan pembelajaran kerajinan.

3) Dapat dijadikan model pembelajaran c. Manfaat untuk Siswa

1) Memberikan pengalaman-pengalaman langsung anak belajar dengan menggunakan segala macam alat dan cara

2) Membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada.

3) Memberikan motivasi kepada murid untuk menyelidiki permasalahan awal.

4) Menanamkan kesadaram akan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat

5) Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat 6) Mengembangkan hubungan social dengan masyarakat

7) Dapat tumbuh rasa bangga dan memiliki terhadap karya kerajinan daerah. 8) Mengenal karya kerajinan daerah yang didapat dari proses pembelajaran


(13)

8 9) Dapat merasakan secara langsung pembelajaran praktek di lapangan

tempat kerajinan)

10) Siswa dapat merasakan senangnya belajar pendidikan seni melalui praktek.

Pemerintah Daerah

1) Memberikan sumbangan pemikiran tentang potensi seni budaya daerah setempat yang perlu dilestarikan

2) Bahan masukan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan dalam rangka meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keberadaan kerajinan daerah.

3) Oleh Dinas Pendidikan dapat dijadikan model untuk pelaksanaan pembelajaran di sekolah-sekolah lain.

b. Penjelasan Istilah

1. Mengembang (kata kerja)

Suatu tindakan lanjutan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya dengan maksud untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal dari hasil sebelumnya.

2. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas.


(14)

9 3. Kerajinan

Seni kerajinan atau seni pakai adalah seni rupa yang lebih mengutamakan kegunaan praktis dalam pembuatannya. Mutu materi serta mutu pengerjaanya sangat menentukan mutu hasil karyanya. Pertimbangan-pertimbangan segi keindahan dibatasi oleh segi kegunaan, enak dipakai dan enak dipandang merupakan tujuan pembuatan karya seni pakai. Memproduksi secara masal merupakan salah satu cirinya. Didalamnya kita akan mengenal perajin dengan kata lain ia adalah orang yang dapat memproduksi karya kerajinan.

4. Budaya lokal (local Genius)

Kebudayaan yang hidup dalam suatu komunitas daerah, yang tidak lepas dari lingkungan, budaya, ekonomi, sejarah yang mempengaruhinya. Hidup kebudayaan tersebut bersifat turun-tumurun (warisan) dari orang tuanya.


(15)

65 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metoda Penelitian

Pembelajaran keramik berbasis potensi lokal merupakan usaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam segi kerajinan daerah (local genius). Pada hakekatnya kebudayaan daerah tumbuh dan berkembang didasarkan kepada para seniman/ kriyator daerah itu sendiri. Untuk itu perlu adanya regenerasi dari para pelaku seni tersebut sehingga eksistensinya tetap terjaga. Usaha untuk melestarikan kebudayaan tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah komunitas atau daerah seniman tersebut dijadikan suatu sumber belajar bagi siswa untuk mempelajari pengetahuan dan keterampilan secara real (nyata).

Pembelajaran keramik dengan berbasis potensi lokal yang dilakukan di Purwakarta merupakan suatu penelitian untuk mengkaji sejauh mana keefektifan dengan cara belajar yang memakai komunitas perajin sebagai sumber belajar (objek pembelajaran). Untuk mencapai sasaran yang diharapkan atau jawaban yang jelas maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode karyawisata. Penggunaan pendekatan ini dimaksudkan untuk memperoleh kejelasan dan gambaran mengenai lingkungan budaya sebagai sumber belajar bagi siswa tingkat SMP di Purwakarta, khususnya di SMP 2 Pasawahan.

Penggunaan pendekatan yang tepat merupakan faktor keberhasilan dalam penelitian ini, dengan memilihnya pendekatan kualitatif dimaksudkan untuk


(16)

66 mengetahui bagaimana siswa SMP memahami dan mengetahui keberadaan kerajinan keramik yang ada di Plered.

Pendekatan kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (dalam Dini, 2000: 134) lebih dikenal dengan “sebutan naturalistik fenomologis” sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji yang disasarkan pada kajian deskriptif evaluatif yaitu mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak mengutamakan angka-angka dan statistik walaupun tidak menolak data kuantitatif. Hal tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Nasution (1992 ; 9).

Pada hakekatnya penelitian kualitatif untuk mengetahui orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitar, sehingga menuntut sipeneliti untuk turun ke lapangan dengan waktu yang cukup lama ( Nasution, 1988: 5). Penelitian kualitatif lebih difokuskan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek, berupa perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara menyeluruh dengan suatu penjelasan melaui kata-kata atau bahasa pada sutau konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai merode ilmiah (Moleong, 2006: 6).

Nana Sudjana dan R. Ibrahim (1989: 195) mengemukakan lima ciri pokok penelitian kualitatif, yaitu (1) penelitian kualitatif menggunakan lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung; (2) penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik; (3) tekanan penelitian kualitatif ada pada proses bukan pada hasil; (4) penelitian kualitatif sifatnya induktif; (5) penelitian kualitatif mengutamakan makna. Penelitian kualitatif pada dasarnya untuk menghasilkan grounded theory,


(17)

67 yakni teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis, berbeda dengan penelitian kuantitatif.

Selain metode di atas yang dapat menjawab memecahkan masalah tersebut, dapat pula menggunakan metode studi kasus, karena penelitian studi kasus sangat tepat digunakan pada penelitian yang bertujuan menjawab pertanyaan ‘ bagaimana’ dan ’ mengapa’ terhadap sesuatu yang diteliti, melalui pertanyaan penelitian yang demikian, substansi mendasar yang terkandung di dalam kasus yang diteliti dapat digali dengan mendalam.

Penelitian Studi kasus (case study), penelitian yang yang lebih memfokuskan kepada satu objek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Mendapatlkan data dapat diperoleh dari informasi semua pihak yang kompeten/ atau dari berbagai sumber yang mendukung. Lebih lanjut Arikunto (1986) yang dikutif dari Budi, berpendapat bahwa metode studi kasus merupakan jenis pendekatan deskriptif, penelitiannya dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu organisme (individu), lembaga atau gejala dengan daerah atau subjek yang sempit.

Pemilihan metode kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana mengenal, memahami, mengaprsiasi, para siswa terhadap keberadaan kerajinan keramik yang ada di daerahnya dan sekaligus merupakan kebudayaan daerah (local genius), yang perlu dipertahankan dan dikembangkan.

Menurut Yin (dalam Budi: 2009) penelitian studi kasus adalah metode penelitian yang meneliti tentang fenomena kontemporer dengan menggunakan


(18)

68 pendekatan naturalistik. Studi kasus adalah sebuah metode penelitian yang secara khusus menyelidiki fenomena kontemporer yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata, yang dilaksanakan ketika batasan-batasan antara fenomena dan konteksnya belum jelas, dengan menggunakan berbagai sumber data. Dalam kaitan dengan waktu dan tempat, secara khusus Yin (2003a) menjelaskan, bahwa obyek yang dapat diangkat sebagai kasus yaitu bersifat kontemporer, yaitu sedang berlangsung atau telah berlangsung tetapi masih menyisakan dampak dan pengaruh yang luas, kuat atau khusus pada saat penelitian dilakukan

1. Subjek Penelitian

Berbagai sumber penelitian dan teknik pengumpulan data yang digunakan merupakan bagian dari unsur unsur yang ada pada karakteristik penelitian studi kasus. Teknik cuplikan (sampling) yang bersifat (purposive), sejalan yang dikemukakan oleh Robert K. Yin (1994) yang dikutip Budhi, bahwa pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Nasution (1988: 11) mengatakan metode naturalistik tidak menggunakan sampling random atau acak dan tidak pula menggunakan populasi sampel yang banyak melainkan dipilih berdasarkan tujuan penelitian (purposive).

Subjek-subjek penelitian yang menjadi pendukung pada pembelajaran keramik adalah (1) perajin sebagai produsen keramik yang ada di Plered; (2) bahan dan alat, bahan-bahan apa saja yang dipakai untuk membuat karya seni kerajinan keramik, dan alat yang dibutuhkan sebagai penunjang kelancaran


(19)

69 terhadap produk keramik; (3) metode, bagaimana proses awal sampai akhir (finishing). Semua unsur tadi merupakan garapan utama yang akan diteliti.

2. Lokasi Penelitian dan Sumber Data

Penelitian dilakukan di pusat kerajinan keramik Plered, kabupaten Purwakarta, Hal ini didasarkan berbagai pertimbangan, antara lain: pertama tempat kerajinan keramik Plered letaknya tidak begitu jauh dengan sekolah yang akan dilibatkan dalam penelitiatian. Kedua adanya lembaga penelitian yang eksis dibidang kerajinan keramik sehingga memudahkan untuk bekerjasama dalam rangka mempelancar kegiatan penelitian tersebut. Ketiga fasilitas yang tersedia dapat mendukung dalam proses pembelajaran misalnya alat-alat modern dan tradisional yang dipakai dalam proses pembuatan kerajinan keramik. Keempat hasil kerajinan keramik Plered sudah terkenal ke mancanegara, disebabkan kualitas kerajinan tersebut tidak dapat diragukan lagi, sehingga memotivasi kita untuk melanggengkan (melestarikan) seni tradisi tersebut dengan cara melalui proses pembelajaran di sekolah-sekolah setingkat SMP di seluruh kabupaten Purwakarta, khususnya SMP Negeri 2 Pasawahan.

Dalam rangka menghimpun data yang diperlukan maka dalam penelitian ini peneliti akan mengambil data dari berbagai sumber baik sumber manusia maupun sumber non manusia. Pada kegiatan penelitian ini, sumber data yang digunakan adalah person yaitu : perajin, proses pembuatan kerajinan keramik, hasil kerajinan, lingkungan perajin, dan kantor Balitbang serta pendukung lainya yaitu data dari non manusia yang berupa ; paper berbentuk : dokumen tertulis,


(20)

70 foto kegiatan dan film (Arikunto, 2002: 41) dalam Bandi (2010: 137). Dengan asumsi data tersebut dapat dipandang sesuai untuk memperkaya data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Nasution (1996) mengungkapkan bahwa dokumen pada dasarnya dapat memberikan informasi yang lebih luas dan dalam menyangkut obyek penelitian, sehingga dapat dijadikan bahan trianggulasi untuk mengecek kesesuaian data.

B. Teknik Pengumpulan Data

Keberhasilan sebuah penelitian sangat tergantung ketelitian, kelengkapan data dan keterbukaan responden. Nasution (1988 : 56) “ mengatakan bahwa catatan disusun berdasarkan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi”. Berdasarkan uraian di atas maka teknik tersebut (teknik non tes) oleh peneliti dipakai untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. kemudian peneliti juga menggunakan teknik tes dengan maksud untuk mengetahui kemampuan siswa terhadap penguasaan materi seni rupa khususnya dalam bidang keramik.

Usaha pertama dalam melaksanakan tahapan-tahapan (non tes) tersebut peneliti membangun relasi dengan lingkungan perajin setempat yang dimulai dengan kunjungan ringan (mengamati secara sederhana), perkenalan yang akhirnya dapat melahirkan keakraban menjadikan suasana lebih hangat yang menjurus kepada rasa kekeluargaan, tidak ada lagi suasana formal antara peneliti dan perajin. Pada akhirnya mempermudah dan memperlancar para perajin untuk


(21)

71 mau membantu dalam kegiatan penelitian, dan data penelitian yang dibutuhkan sehingga hasil penelitian tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapakan.

Data yang valid dan reliabilitas merupakan salah faktor terhadap keberhasilan suatu penelitian, untuk mendapat data yang akurat tersebut diperlukan suatu teknik yang tepat dalam penelitian, diantaranya adalah :

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan menghimpun berbagai informasi berupa catatan- catatan, laporan, arsip dan peristiwa yang terekam, yang berhubungan dengan kegiatan yang diteliti kemudian menganilisnya. Tujuan dilaksanakannya studi dokumentasi adalah mendukung dan melengkapi data dan informasi yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara.

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah berupa penelaahan terhadap admisnistrasi dan aspek-aspek yang ada mendukung yang ada di perajin, rencana pembelajaran yang dibuat oleh perajin (Balitbang), sebagai pihak yang akan melaksanakan pembelajaran keramik terhadap siswa, proses pembalajaran, evaluasi dan yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran keramik Plered.

Menggunakan studi dokumentasi memberikan kemudahan kepada peneliti untuk mendapatkan data, sejalan dengan yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba ( 1989 : 276) bahwa alasan menggunakan studi dokumentasi adalah (1) dokumentasi dan catatan selalu dapat digunakan karena diperoleh dengan relative mudah; (2) merupakan sumber yang mantap, baik dlam pengertian merefleksikan


(22)

72 situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya; (3) dokumen dan catatan merupakan informasi yang kaya.

2. Studi Literatur

Studi literatur adalah usaha untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti, dengan cara mencari, menemukan, membandingkan dan menjadikan teori-teori yang ditemukan menjadi pedunkung penelitian yang dilaksanakan, terutama yang berhubungan dengan konsep dan prinsip pembelajaran keramik, media, materi pelajaran, proses pembelajaran, metode pembelajaran, evaluasi baik yang didapat melalui buku, hasil penelitian orang lain ( Desertasi, Tesis, Skripsi) jurnal, artikel, majalah, ensiklopedi, kamus, dan internet.

Sumber literatur dari berbagai macam nara sumber yang kompeten dibidangnya yang dapat diuji kebenarannya merupakan sumber pendukung dan dapat membantu wawasan peneliti dalam memperlancar pelaksanaan penelitian.

Tujuan dilakukannya studi literatur dimaksudkan untuk mengetahui konsep-konsep dan teori yang dapat dijadikan dalam pelaksanaan penelitian, sedangkan fungsi studi literatur adalah memberikan argumentasi yang kuat yang dapat dijadikan dasar-dasar teori terhadap penelitian, memotivasi peneliti untuk mencari dan mendapatkan hasil penelitian yang valid dan berkualitas, sebagai bahan pijakan, penuntun dan mengarahkan peneliti kepada fokus permasalahan yang ditelitinya.


(23)

73 3. Teknik Observasi / Pengamatan

Observasi merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan panca indera terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan observasi dapat dilakukan secara langsung peneliti ikut berpartisipasi dalam kegiatan dan dapat juga tidak ikut dalam kegiatan yang sedang diteliti. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sukmadinata (2007; 220) mengatakan observasi dilakukan dengan partisipatif atau nonpartisipatif.

Dalam pelaksanaan teknik observasi dilakukan dengan sistematis yang dimulai dari data yang sederhana sampai ke data yang luas dan rumit. Hal ini untuk mempermudah pemahaman orang yang membaca hasil penelitian ini dan memberikan jalan untuk dapat menafsirkan kembali secara ilmiah.

Pada pelaksanaan penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi, dengan maksud untuk dapat mengamati lebih seksama unsur-unsur yang ditelitinya, tetapi kadang-kadang juga ikut serta menjadi bagian dari kegiatan tersebut (objek ). pelaksanaan penelitian yang memfokus proses pembelajaran ini di tempat para perajin, (Plered) karena media dan alat sangat menunjang terhadap kelancaran penelitian tersebut. Diantaranya observasi yang akan dilakukan bagaimana persiapan perajin mengajar dan cara atau metode penyajian materi pelajaran dan sekaligus mengamati aktivitas siswa merespon dalam sistem pembelajaran yang diberikan oleh perajin terhadap siswa sekolah.

Observasi dilakukan secara terus menerus sampai pada akhir peneliti mendapat data yang sesuai dengan yang diperlukan. Data tersebut sangat penting untuk mendapat pemahaman tentang konteks yang diteliti, memungkinkan


(24)

74 peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan daripada pembuktian dan mempertahankan pilihan untuk mendekati maslah secara induktif, dengan observasi peneliti dapat melihat hal-hal yang oleh responden sendiri kurang disadari, kurang keterbukaan responden, observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasaan pengamat/ peneliti akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti

Penelitian dilaksanakan secara berulang-ulang di luar sekolah (tempat perajin) artinya para siswa dibawa ketempat atau daerah perajin (daerah Plered sebagai penghasil kerajinan keramik) kemudian mereka mendapat pembelajaran tentang bagaimana proses pembuatan kerajinan keramik, diberikan dari perencanaan/ persiapan sampai kepada hasil. Kegiatan ini dibimbing oleh para perajin yang ada di Plered. Dan dilaksanakan di dalam kelas, artinya guru mendatangkan nara sumber (perajin keramik) masuk ke kelas mengganti peran guru, mereka memberikan pengetahuan tentang keramik baik teori dan prakteknya. Sedangkan peneliti mengamati dan sekaligus ikut dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut. Kegiatan tersebut dilaksanakan sampai mendapatkan data yang diperlukan.

Teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan terlibat, menjadikan peneliti berperan ganda artinya sebagai pengamat dan sekligus orang yang diamati atau menjadi anggota kelompok subyek yang diteliti. Dalam hal ini peneliti terlibat langsung dalam proses pembelajaran keterampilan kerajinan keramik bersama-sama para perajin (nara sumber yang professional). Adapun cara


(25)

75 berkomunikasi dan berinteraksi selama peneliti terlibat dalam waktu yang cukup lama dapat memberikan peluang bagi para peneliti untuk dapat melihat apa yang terjadi selama proses pembelajaran, misalnya bagaimana metoda dan teknik dalam penyampaian pembelajaran.

4. Teknik Interview (Wawancara mendalam)

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam penelitian kualitatif, dengan wawacancara dapat dilakukan kegiatan percakapan langsung dengan responden. Sukmadinata ( 2007 : 216-217) bahwa responden penelitian bisa dalam bentuk individu ataupun berkelompok. Melalui wawancara data yang dikumpulkan berupa : pendapat, alasan, motif-motif dan sikap dari responden. Dengan menggunakan teknik wawancara, data utama yang berupa ucapan, pikiran, gagasan, perasaan dan tindakan dari siswa, guru mata pelajaran, kepala sekolah diharapkan dapat terungkap secara lebih teliti dan cermat.

Usaha memperoleh data awal untuk pembelajaran keterampilan keramik adalah melakukan wawancara dengan stakeholder pendidik seni budaya yang berada pada tingkat SMP. Setelah dilakukan wawancara, informasi yang diperoleh diolah dan dikonfirmasikan melalui tahap trianggulasi. Hal ini dilakukan untuk memperoleh masukan mengenai kesesuaian data tersebut dengan kenyataan yang ada.

Berbagai macam bentuk wawancara dapat dilakukan untuk mendapat data yang akurat yaitu (1) wawancara terstruktur, teknik ini digunakan untuk mendapatkan data apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti tentang


(26)

76 informasi apa yang akan diperoleh; (2) wawancara semi terstruktur, pemakaian teknik ini dimaksudkan untuk membuka permasalahan yang lebih luas sehingga diharapkan gagasan dan ide dari para responden/ informan tentang permasalahan tersebut; (3) wawancara tidak berstruktur, ada dua jenis wawancara tidak berstruktur, yaitu wawancara yang berfokus dan wawancara bebas. Wawancara berfokus terpusat kepada satu pokok masalah tertentu, sedangkan wawancara bebas pertanyaan yang beralih-alih berbeda bahasan dari satu pokok masalah ke pokok yang lain, sepanjang berkaitan dengan menjelaskan aspek-aspek masalah yang diteliti, ( Koentjaraningrat,1996 : 139) di kutif dari Budhi Tesis ( 2009). Wawancara dilakukan juga secara terarah dan tidak terarah, maksudnya adalah wawancara bersifat santai, bebas dan memberikan kesempatan yang ditanyakan sesuai dengan pengalaman yang dimilikinya (Nasution, 1992 : 20).

Dalam penelitian ini dimulai dengan wawancara terstruktur yaitu didahului dengan mengadakan survey ke sekolah (SMP). yang ada di wilayah Kabupaten Purwakarta dengan maksud mencari pemahaman siswa tentang keramik Plered, yang di dalamnya meliputi (1) pengetahuan siswa tentang pembelajaran kerajinan keramik, khususnya keramik Plered, (2) wawancara semi terstruktur dilakukan kepada para perajin yang akan memberikan bimbingan dalam proses pembelajaran keramik, (3) wawancara bebas dilakukan kepada para guru mata pelajaran seni budaya dan para staf Balitbang Keramik Plered.

C.Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur data mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, Patton (Nasution, 1992). Analisis


(27)

77 data kualitatif adalah proses menyusun data agar dapat ditafsirkan dan diketahui maknanya, ( Budhi, 2009 : 99). Proses analisis data menghasilkan uraian yang mendasar mengenai hasil penelitian yang telah dilakukannya.

Analisis data menurut Patton ( dalam Moleong, 1988, 103) mengatakan “ proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar”. Analisis data adalah sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesa seperti yang disarankan oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesa itu.

Dalam penelitian kualitatif, konsep dan fungsi penelitian deskripsi penggunaannya adalah untuk memecahkan masalah, jenis informasi yang digali, dengan jenis penelitian studi kasus, untuk mengatur, mengurutkan , mengelompokan, memberikan kode dan mengategorikan data yang diperoleh, sehingga dapat ditemukan suatu tema dan hipotesa kerja yang akhirnya diangkat menjadi suatu teori subtantif.

Pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian itu dan secara terus menerus, mulai tahap pengumpulan sampai akhir, sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman ( 1992 : 2) bahwa “ analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang-ulang dan terus menerus.

Persoalan yang dihadapi oleh peneliti kualitatif tiada lain prosedur yang tidak baku dalam menganalisis data, tidak heran setiap peneliti mempunyai cara-cara khusus, sejalan dengan yang diungkapkan oleh Nasution (1938 : 26) menjelaskan sebagai berikut : “Analisis memerlukan daya kreatif serta


(28)

78 kemampuan intelektual tinggi”. Data dapat diolah dengan lebih dari satu cara, setiap peneliti harus menemukan gaya keterampilan intelektualnya sendiri, pengolahan dan analisis data kualitatif adalah satu kegiatan eklektic (memilih berbagai sumber), tidak hanya ada satu jalan yang benar untuk berhati-hati, dapat menghindari standarisasi proses, karena ciri dari penelitian kualitatif adalah di dalamnya ada kreativitas peneliti ( Schumacher, 1997 ; 505).

Langkah-langkah analisis data dapat dilakukan dengan dimulai dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

1. Reduksi data

Data yang dukumpulkan dari berbagai macam teknik diatas ( wawancara, observasi, studi dokumentasi) diolah dan analisis untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan tujuan penelitian, dimulai dari membaca dan mempelajari, merangkum/ meringkas, kemudian membuat abstraksi dari keseluruhan data menjadi bagian yang penting (inti).

Tujuan reduksi data adalah agar lebih memudahkan, memperjelas, terarah, data yang direduksi memberikan gambaran lebih tajam, dan mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperoleh bila diperlukan.

2. Display Data

Pada tahap ini peneliti akan mengklasifikasikan atau mengelompokan data dengan membuat ketrangan-keterangan yang lengkap dan sistematis terhadap temuan yang ada, sehingga ,menghasilkan tema, kesimpulan yang tepat dan jelas.


(29)

79 Tujuan dari display data adalah agar data dengan mudah dibaca dan diolah lebih lanjut, peneliti menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data temuan dilapangan. Untuk mencapai tujuan di atas dapat menggunakan teknik bagan atau chart, table, matrik, pengkodean.

3. Verifikasi

Tabel data yang lebih beralasan ( grounded) dapat membuat kesimpulan yang menjamin validitas instrument dan data. Untuk mendapat data dan informasi dengan cara mengumpulkan semua informasi tersebut dapat dilakukan dengan kegiatan, 1) kategori data, menghimpun data-data dilapangan melalui kategori yang diperoleh dari responden dilapangan sehingga memperoleh data yang akurat tentang tingkat pemahaman siswa dalam materi pembelajaran keterampilan keramik, 2) reduksi data mengelompokan data berdasarkan suatu jawaban yang sama atau relevan dengan apa yang dinginkan dengan demikian merupakan suatu titik maksimal dari hasil penelitian, 3) penyajian data yang dimaksud sebagai informasi yang diterapkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dilapangan dengan wawancara dan observasi atas data-data yang telah diberikan, 4) merupakan pengambilan kesimpulan dari semua temuan-temuan yang telah diperoleh dilapangan.

Kegiatan ‘auditing’ yang dilakukan pada analisis, mengkaji semua informasi yang terkumpul, dicatat dan didokumentasikan merupakan kegiatan yang dapat mempermudah dalam menarik kesimpulan. Untuk selanjutnya dapat


(30)

80 digunakan untuk melakukan pengecekan kebenaran atau konfirmasi dengan menanyakan langsung kepada yang bersangkutan ( Alwasilah. 200 : 172).

Pengambilan kesimpulan dilakukan untuk menyelaraskan data lapangan dengan permasalahan yang diteliti sebagai mana yang dituangkan dalam pertanyaan penelitian. Pengambilan kesimpulan merupakan intisari dari hasil penelitian, dan verifikasi adalah upaya untuk mempelajari kembali data-data yang sudah dikumpulkan dengan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang relevan dengan penelitian.

D. Prosedur Penelitian

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang akurat tepat sasaran sesuai dengan yang diharapkan, diperlukan langkah-langkah kegiatan yang sistematis dan komprehensip. Setiap objek penelitian berbeda pola yang dipakai dalam pemecahannya. Hal ini tergantung permasalahan yang ada dalam permasalahan dan karakter objek penelitian tersebut. Pada hakekatnya secara prosedural tidak ada acuan yang baku dalam pelaksanaan penelitian kualitatif (tidak ada pola yang pasti) tetapi untuk mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut dilakukan dari tahapan orientasi, eksplorasi dan member check, Nasution (1996 : 33 ), sbb:

1. Tahap Orientasi

Dimulai dari melakukan survey kepada obyek-obyek yang akan menjadi sasaran penelitian, kemudian tanya-tanya tentang perihal yang berhubungan dengan tema yang akan diteliti. Menyiapkan siswa untuk dapat berpartisifasi


(31)

81 dalam penelitian, melakukan perkenalan dengan perajin keramik yang ada di Plered, dan pihak-pihak yang berkompeten dalam permasalahan pembelajaran keramik. Dari hasil prasurvey peneliti melakukan tindak lanjut (follow up) dengan menghubungi pembimbing untuk mendapat masukan sehingga dapat bertindak cepat sesuai dengan program yang telah dibuat.

2. Tahap Eksplorasi

Kegiatan yang menindaklanjuti hasil dari otrientasi, data yang didapat sudah jelas , terarah dan menukik kepada yang akan diteliti spesifik. Penelitian sudah dapat diarahkan kepada obyek penelitian yaitu proses pembelajaran berbasis lingkunga yaitu kerajinan keramik yang ada di Plered, merupakan sumber belajar siswa SMP.

3. Tahap Member Check

Pengecekan kebenaran data yang telah diperoleh dari berbagai teknik, kepada nara sumber atau informan (perajin) dengan cara konfirmasi dengan maksud mendapatkan reaksi kesesuaian atau ketidaksesuaian antara informasi yang diberikan dengan yang dicatat oleh peneliti, kemudian untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran informasi yang dikumpulkan.


(32)

266 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada awal penulisan tesis ini, tepatnya pada pada bab I telas dirumuskan maksud, tujuan, permasalahannya. Inti permasalahannya adalah mengapa kerajinan keramik Anjun Plered dijadikan sumber pembelajaran di SMP, bagaimana rencana pembelajaran keterampilan keramik Anjun Plered di berikan di SMP, bagaimana proses pembelajaran keramik dengan memanfaatkan lingkungan Anjun Plered. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan pokok-pokok penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan potensi lingkungan Anjun Plered sebagai sumber pembelajaran kerajinan keramik.

Banyak macam seni budaya yang hidup di masyarakat Anjun Plered, dari seni modern sampai seni tradisi, dari sekian banyak seni tersebut ada salah satu seni tradisi yang telah mendarah daging hidup dilingkungan Anjun Plered, seni tersebut bukan sekedar penyaluran ekspresi saja tetapi sudah menjadi urat perekonomian sehari-hari masyarakat Plered (sumber kehidupan), banyak yang menggantungkan hidupnya terhadap eksistensinya kerajinan ini, disamping itu mereka sudah merasa suatu kesatuan hidup dengan aktivitas kerajinan ini. Sehingga berkeinginan kuat untuk mempertahankan dan menjaganya dari pengaruh-pengaruh yang akan memusnahkannya. Seni kerajinan ini merupakan ikon kabupaten Purwakarta dan menjadi satu kebanggaan dari sekian banyak kerajinan yang ada wilayah pemerintah daerah Jawa Barat.


(33)

267 Menurut sejarah tradisi pembuatan kerajinan keramik Plered sudah ada sebelum kolonial masuk ke Indonesia, bahkan lebih jauh lagi dari kedatangan bangsa Belanda. Tradisi ini berkembang terutama sejak zaman Belanda sampai dengan zaman kemerdekaan, dalam perjalanan perkembangannya tidak lepas dari permasalahan yang dihadapinya (kondisi yang pasang surut) karena faktor-faktor lain yang mempengaruhinya.

Letak geografis yang stategis dan sumber daya alam yang mendukung (kaya) menjadikan Plered sebagai salah satu daerah penghasil kerajinan keramik yang ada di Jawa Barat. Potensi masyarakat tersebut ini sudah menjadi andalan khususnya kabupaten Purwakarta, umumnya propinsi Jawa Barat dan Negara. Hasil produksi kerajinan tersebut sudah merambah ke pasar dunia ( Asia, Eropa, Australia, Timur Tengah, Afrika

Pendidikan merupakan bagian dari proses pembudayaan, dengan demikian proses pendidikan antara lain merupakan upaya masyarakat untuk kelangsungan tradisinya. Salah satu usaha mempertahan seni tradisi yaitu melalui pendidikan formal (sekolah) dapat melakukan upaya membentuk manusia yang berbudaya.

Seni kerajinan keramik Anjun Plered merupakan seni tradisi yang dapat dijadikan satu sumber pembelajaran seni tradisi di sekolah. Seni ini hidup dan mengakar dalam kehidupan rakyat Anjun Plered, seni kerajinan keramik merupakan seni yang mempunyai nilai dan apresiasi tinggi dari masyarakatnya. Esensi materi pembelajaran yang dapat diberikan disekolah berbagai macam teori dan praktik diantaranya adalah pengetahuan umum (sejarah, teknik dan alat), proses pembuatan dan pemasaran oleh masyarakat Anjun Plered.


(34)

268 Proses pembuatan keramik Plered pada umumnya menggunakan alat putar, tetapi sebagai bahan pelajaran bagi siswa di sekolah (pemula) proses pembelajaran dimulai dari teknik yang sederhana, yaitu ( 1) teknik pijit; (2) teknik pilin; (3) teknik slab; (4) teknik cetak; (5) teknik butsir dan teknik putar.

Usaha pembuatan keramik untuk mencapai hasil kesempurnaan bentuk, sesuai dengan yang diharapkan diperlukan berbagai macam media dan alat bantu yang dibutuhkan. diantaranya, (1) tatap; (2) tik-tikan; (3) dalim; (4) peteng; (5) kuas; (6) kerig; (7) perbot; (8) tanah liat. Semua unsur-unsur di atas tersebut dapat menjadi bahan pelajaran yang dapat diperkenalkan dan diajarkanya kepada siswa disekolah.

Dalam upaya membina apresiasi siswa di sekolah, dengan sasaran adalah pembelajaran didalam kelas (mendatangkan nara sumber/Resource person) model I, dan di luar kelas (karyawisata/ field trif) model II. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan aplikatif (berkarya) dan kesejarahan (apresiasi seni yang ditempuh melalui pengenalan sejarah seni). Penciptaan demi penciptaan, peristiwa-demi peristiwa yang masing-masing memiliki problemnya sendiri, dibicarakan dan dibahas dan dengan demikian diharapkan siswa akan memahami apa-apa yang ada dibali penciptaan itu, dan memungkin siswa untuk menikmatinya.

Pembelajaran materi kerajinan keramik dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode karyawisata (field trif) dan menggunakan metode nara sumber (resource person). Dalam aplikasinya dilapangan ternyata kedua metode tersebut mempuyai ke kelebihan yang dimiliki dan kekurangan masing-masing,


(35)

269 tetapi jika dibandingkan dari kedua metode tersebut bahwa metode karyawisata mempunyai kelebihan banyak dibandingkan dengan metode mendatangkan nara sumber ke kelas.

Metode karyawisata memberikan banyak pengalaman berbagai hal yang berhubungan dengan seni tradisi kepada siswa. diantaranya : (1) memberikan pengalaman-pengalaman langsung. Anak belajar dengan menggunakan segala macam alat dria. Satu karyawisata lebih berharga daripada seratus gambar; (2) membangkitkan minat baru atau memperkuat minat yang telah ada; (3) memberikan motivasi kepada murid untuk menyelediki sebab musabab sesuatu; (4) menanamkan kesadaran akan masalah-masalah yang terdapat di dalam masyarakat; (4) mengembangkan hubungan dengan masyarakat.

Kelemahan dari menggunakan metode karyawisata, diantaranya ; (1) tidak semua siswa dapat melaksanakan pembelajaran semacam ini karena membutuhkan dana yang cukup besar, hal ini dapat terjadi kepada siswa yang ekonomi orang tuanya lemah; (2) membutuhkan persiapan/perencanaan yang matang dan memerlukain partisifasi guru yang lain sebagai pembimbing; (3) proses pembelajaran sangat terbatas (sebentar).

B. Saran-Saran

Dalam situasi sekarang ini, dimana kebudayaan luar (mancanegara) sudah merambah kepada budaya bangsa, yang dapat menggerus nilai nilai yang terkandung dalam kebudayaan bangsa, sebaiknya semua pihak yang berkompeten untuk dapat bersatu padu menyingsingkan lengan bajunya berusaha


(36)

270 menjaga dan mempertahan kebudaya tradisi ini karena pemuda sebagai pewaris leluhur bangsa. Untuk itu peneliti mengharap kepada pihak pengambil kebijakan Pemerintah Daerah dalam hal melalui Kantor Memperindag untuk lebih proaktif memfasilitasi peserta didik mengapresiasi seni kerajinan keramik Anjun Plered. Meningkatkan kualitas sumber daya para perajin keramik Anjun Plered sehingga menghasilkan karya keramik yang berkualitas dan bervariatif yang dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis, kepada instansi terkait Dinas Pendidikan dapat memberikan masukan dan motivasi kepada sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan yang lebih memfokuskan terhadap budaya daerah (sentra-sentra kerajinan), saran untuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) akan lebih terasa lagi menjadikan materi seni tradisi sebagai materi muatan lokal. Untuk kepala sekolah dapat dijadikan sumber dan masukan pembahasan sebagai dasar untuk mengambil isi kegiatan dalam esktrakurikuler. kepada pembaca dan pengguna dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran seni tradisi di tempatnya masing-masing. untuk peneliti selajutnya dapat menjadi bahan perbandingan dan dapat dijadikan bahan dasar pengembangan yang lebih luas dan mendalam terhadap kajian yang ditelitinya.

Selain saran di atas, masih ada usaha lain untuk melestarikan budaya bangsa, yang dapat dilakukan oleh banyak lembaga/ instansi yang terkait, diantaranya;

a. Mendirikan lembaga khusus untuk mendidik dan memberi bekal kepada generasi muda untuk dapat mengenal dan mempelajarinya. b. Memperbanyak berbagai macam sosialisasi terhadap publik


(37)

271 mengenai kerajinan ini.

c. Mengusahakan produknya dapat dibeli walaupun satu jenis atau

lebih sebagai tanda kecintaan terhadap budaya daerah.. d. Menciptakan daerah-daerah baru yang dapat membuat kerajinan

yang sama sehingga dapat menambah penghasilan penduduknya. e. Menciptakan produk-produk baru agar menjadi sensasi terhadap

daerah lain sehingga mempunyai daya saing yang tinggi, mempunyai ciri khas dan berkarakter.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya dan yang mempunyai kepentingan untuk melestarikan budaya bangsa.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah A. Cahedar ( 2009). Pokoknya Kualitatif, Bandung ; Putaka Jaya. Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung, Alfabeta

Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran motorik, Bandung; IKIP Bandung Press

Bandi Sobandi. (2010). Model Pembelajaran Kritik Seni Holistik dalam Meningkatkan Apresiasi seni Rupa, Tesis Magister pada Program Studi pengembangan kurikulum UPI

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. (2010). Kecamatan Plered dalam Angka 2010, Purwakarta; 2010

Departemen pendidikan dan Kebudayaan (1978). Pendidikan kesenian, Seni Rupa, Bandung; Rosda Ofset.

Departemen pendidikan Nasional. ( 2008). Panduan dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta ; BNSP

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta: BNSP

David Kaplin. ( 1999).Teori Budaya, Yogyakarta; Pustaka Belajar

Gurnitasari Fitri, S.Pd. (2010). Pengembangan materi pemebelajaran Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat, Tesis Magister pada Program Pendidikan Seni UPI .

Hamalik Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta ; Bumi Aksara

Hassan Fuad (1995). Dimensi Budaya dan Pengembanagan Sumberdaya Manusia, Jakarta; Balai Pustaka.

J. Budhi Raharjo. (2009). Pengembangan Silabus Seni Budaya (Seni Rupa), Tesis Magister Pada Program Pendidikan seni UPI

Juju masunah dan Tati Narawati. (2003), Seni dan Pendidikan Seni, Bandung; (P4ST) UPI


(39)

Kamil Mustofa, Prof. Dr. H. (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Bandung ; Alfabeta.

Kokom Komariah. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Bandung; Refika Aditama Madjid Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran, Bandung ; Rosda

Maman. Zakaria. dan Bandi. (2006). Pendidikan Seni Rupa, Bandung; UPI PRESS Nasrudin Endin.H (2008). Psikologi Pembelajaran, Sukabumi : STAI

Nasution. S. ( 1990) Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung ; Bumi Aksara

Nursid Sumaatmadja. (2003). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan lingkungan hidup, Bandung; Alfabeta

Norton. (1956). Ceramics for the artist potter, (US); Addison Wesley

Rahardjo Budhy.j. (2009). Pengembangan Silabus mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Berbasis Budaya Lokal Dalam KTSP SMA, Tesis Magister Program pendidikan seni; UPI.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran, Jakarta; Rajawali Pers Suardi Edi, Drs. (1984) Pedagogik 1 dan 3, Bandung : Angkasa

Suparlan, Drs, M. Ed., Budimansyah Dasim, Dr. M.si., Meirawan Danny, Dr. M.Pd. (2009), Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Bandung ; PT Genesindo.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna pembelajaran, Bandung; Alfabeta

Tarjo Enday dan Ganda Prawira Nanang. ( 2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa, Bandung; Bintang warli Artika.

Tati Narawati. Rita Milyartini dan Zakaria. (2008). Pendidikan Seni dan perubahan Sosial Budaya, Bandung; WarliArtika

Tim Abdi Guru. (2007). Seni Budaya untuk SMP kelas VII, Jakarta; Erlangga Uyoh sadulloh. (2010). Pedagogik, Bandung; Alfabeta


(40)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Imiah, Bandung: UPI

Yuniarti Tjutju. (2008). Manajemen Sumber Daya manusia, Bandung UPI dan ALfabeta.


(41)

(1)

270 menjaga dan mempertahan kebudaya tradisi ini karena pemuda sebagai pewaris leluhur bangsa. Untuk itu peneliti mengharap kepada pihak pengambil kebijakan Pemerintah Daerah dalam hal melalui Kantor Memperindag untuk lebih proaktif memfasilitasi peserta didik mengapresiasi seni kerajinan keramik Anjun Plered. Meningkatkan kualitas sumber daya para perajin keramik Anjun Plered sehingga menghasilkan karya keramik yang berkualitas dan bervariatif yang dapat bersaing dengan produk lain yang sejenis, kepada instansi terkait Dinas Pendidikan dapat memberikan masukan dan motivasi kepada sekolah-sekolah untuk melakukan kegiatan yang lebih memfokuskan terhadap budaya daerah (sentra-sentra kerajinan), saran untuk MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) akan lebih terasa lagi menjadikan materi seni tradisi sebagai materi muatan lokal. Untuk kepala sekolah dapat dijadikan sumber dan masukan pembahasan sebagai dasar untuk mengambil isi kegiatan dalam esktrakurikuler. kepada pembaca dan pengguna dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran seni tradisi di tempatnya masing-masing. untuk peneliti selajutnya dapat menjadi bahan perbandingan dan dapat dijadikan bahan dasar pengembangan yang lebih luas dan mendalam terhadap kajian yang ditelitinya.

Selain saran di atas, masih ada usaha lain untuk melestarikan budaya bangsa, yang dapat dilakukan oleh banyak lembaga/ instansi yang terkait, diantaranya;

a. Mendirikan lembaga khusus untuk mendidik dan memberi bekal kepada generasi muda untuk dapat mengenal dan mempelajarinya. b. Memperbanyak berbagai macam sosialisasi terhadap publik


(2)

271 mengenai kerajinan ini.

c. Mengusahakan produknya dapat dibeli walaupun satu jenis atau

lebih sebagai tanda kecintaan terhadap budaya daerah.. d. Menciptakan daerah-daerah baru yang dapat membuat kerajinan

yang sama sehingga dapat menambah penghasilan penduduknya. e. Menciptakan produk-produk baru agar menjadi sensasi terhadap

daerah lain sehingga mempunyai daya saing yang tinggi, mempunyai ciri khas dan berkarakter.

Mudah-mudahan hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang telah membacanya dan yang mempunyai kepentingan untuk melestarikan budaya bangsa.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah A. Cahedar ( 2009). Pokoknya Kualitatif, Bandung ; Putaka Jaya. Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup, Bandung, Alfabeta

Agus Mahendra dan Amung Ma’mun. (1998). Teori Belajar dan Pembelajaran motorik, Bandung; IKIP Bandung Press

Bandi Sobandi. (2010). Model Pembelajaran Kritik Seni Holistik dalam Meningkatkan Apresiasi seni Rupa, Tesis Magister pada Program Studi pengembangan kurikulum UPI

Badan Pusat Statistik Kabupaten Purwakarta. (2010). Kecamatan Plered dalam Angka 2010, Purwakarta; 2010

Departemen pendidikan dan Kebudayaan (1978). Pendidikan kesenian, Seni Rupa, Bandung; Rosda Ofset.

Departemen pendidikan Nasional. ( 2008). Panduan dan Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta ; BNSP

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Jakarta: BNSP

David Kaplin. ( 1999).Teori Budaya, Yogyakarta; Pustaka Belajar

Gurnitasari Fitri, S.Pd. (2010). Pengembangan materi pemebelajaran Apresiasi dan Kreasi Seni Rupa Terapan Daerah Setempat, Tesis Magister pada Program Pendidikan Seni UPI .

Hamalik Oemar. (2009). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta ; Bumi Aksara

Hassan Fuad (1995). Dimensi Budaya dan Pengembanagan Sumberdaya Manusia, Jakarta; Balai Pustaka.

J. Budhi Raharjo. (2009). Pengembangan Silabus Seni Budaya (Seni Rupa), Tesis Magister Pada Program Pendidikan seni UPI

Juju masunah dan Tati Narawati. (2003), Seni dan Pendidikan Seni, Bandung; (P4ST) UPI


(4)

Kamil Mustofa, Prof. Dr. H. (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Bandung ; Alfabeta.

Kokom Komariah. (2010). Pembelajaran Kontekstual, Bandung; Refika Aditama Madjid Abdul. (2008). Perencanaan Pembelajaran, Bandung ; Rosda

Maman. Zakaria. dan Bandi. (2006). Pendidikan Seni Rupa, Bandung; UPI PRESS Nasrudin Endin.H (2008). Psikologi Pembelajaran, Sukabumi : STAI

Nasution. S. ( 1990) Didaktik Asas-asas Mengajar, Bandung ; Bumi Aksara

Nursid Sumaatmadja. (2003). Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan lingkungan hidup, Bandung; Alfabeta

Norton. (1956). Ceramics for the artist potter, (US); Addison Wesley

Rahardjo Budhy.j. (2009). Pengembangan Silabus mata Pelajaran Seni Budaya (Seni Rupa) Berbasis Budaya Lokal Dalam KTSP SMA, Tesis Magister Program pendidikan seni; UPI.

Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran, Jakarta; Rajawali Pers Suardi Edi, Drs. (1984) Pedagogik 1 dan 3, Bandung : Angkasa

Suparlan, Drs, M. Ed., Budimansyah Dasim, Dr. M.si., Meirawan Danny, Dr. M.Pd. (2009), Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM), Bandung ; PT Genesindo.

Syaiful Sagala. (2010). Konsep dan Makna pembelajaran, Bandung; Alfabeta

Tarjo Enday dan Ganda Prawira Nanang. ( 2009). Konsep dan Strategi Pembelajaran Seni Rupa, Bandung; Bintang warli Artika.

Tati Narawati. Rita Milyartini dan Zakaria. (2008). Pendidikan Seni dan perubahan Sosial Budaya, Bandung; WarliArtika

Tim Abdi Guru. (2007). Seni Budaya untuk SMP kelas VII, Jakarta; Erlangga Uyoh sadulloh. (2010). Pedagogik, Bandung; Alfabeta


(5)

Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan Karya Imiah, Bandung: UPI

Yuniarti Tjutju. (2008). Manajemen Sumber Daya manusia, Bandung UPI dan ALfabeta.


(6)