PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA SMA.

(1)

DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN PERNYATAAN ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ...

i ii DAFTAR ISI ... DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ...

iv vi viii

x BAB 1 PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ... B. Rumusan Masalah ... C. Pembatasan Masalah ... D. Asumsi dan Hipotesis ... E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... F. Tujuan Penelitian ... G. Manfaat Penelitian ...

1 1 5 5 7 7 9 9

BAB 2 PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS

LINGKUNGAN UNTUK MENINGKATKAN

PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN

GENERIK SAINS SISWA ……….... A. Perbandingan Pendekatan Lingkungan dengan Pendekatan

STM ... B. Metode Karya Wisata ... C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Biologi dan Hubungannya

dengan Kerja Otak Kanan ... D. Keterampilan Generik Sains ... E. Pemahaman Konsep ... F. Konsep Ekosistem (Subkonsep Ekosistem Terestrial) ...

11 11 14 17 22 25 28


(2)

G. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41 BAB 3 METODE PENELITIAN ...

A. Metode dan Desain Penelitian ... B. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Instrumen Penelitian ... D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ……….. E. Tehnik Analisis Data ………

44 44 46 46 61 65 BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Hasil Penelitian ………. B. Pembahasan ………..

70 70 91

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN

REKOMENDASI ...……….………... A. Kesimpulan ... B. Keterbatasan Penelitian ... C. Rekomendasi ...

105 105 106 107 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

109 113


(3)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Rencana Pembelajaran Berbasis Lingkungan ... 2. Rencana Pembelajaran Konvensional ... 3. Lembar Kerja Siswa ... 4. Kisi-kisi Soal Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... 5. Soal Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... 6. Jadwal Pelaksanaan Harian Penelitian Tesis ... 7. Kisi-kisi Angket Tanggapan Siswa ... 8. Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Setelah Menggunakan

Metode Karyawisata ... 9. Angket Terbuka untuk Guru Terhadap Pembelajaran Setelah Menggunakan

Metode Karyawisata ... 10. Hasil Uji Coba Instrumen ... 11. Hasil Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Setelah

Menggunakan Metode Karyawisata ... 12. Persentase Tanggapan Terhadap Pernyataan Positif Terhadap Pembelajaran

Setelah Menggunakan Metode Karyawisata ... 13. Persentase Tanggapan Terhadap Pernyataan Negatif Terhadap Pembelajaran

Setelah Menggunakan Metode Karyawisata ... 14. Rekapitulasi Pretes dan Posttes Kelas Eksperimen ... 15. Rekapitulasi Pretes dan Posttes Kelas Kontrol ... 16. Analisis Statistik Skor Pretes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... 17. Analisis Statistik Skor Posttes Pemahaman Konsep dan Keterampilan

Generik Sains ... 18. Analisis Statistik N-Gain Pretes Posttes Pemahaman Konsep dan

Keterampilan Generik Sains ... 19. Klasifikasi Tumbuhan Hasil Observasi di Hutan Wisata Baning ... 20. Gambar Hasil Observasi ...

113 115 117 123 135 139 141 142 144 145 151 154 155 156 157 158 160 162 164 168


(4)

21. Foto-foto Penelitian ... 22. Surat-surat Perijinan Penelitian ...

174 176


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

2.1 2.2 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 3.9 3.10 3.11 3.12 3.13 3.14 3.15

Potensi Otak untuk Pendidikan ... Aktivitas Otak Belahan Kiri dan Otak Belahan Kanan ... Desain Penelitian ... Komposisi Kisi-kisi Soal Tes untuk Pemahaman Konsep ... Komposisi Kisi-kisi Soal Tes untuk Keterampilan Generik Sains .... Komposisi Nomor Soal yang Digunakan untuk Penelitia ... Batas Signifikansi Koefisien Korelasi ... Rekapitulasi Validitas Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... Klasifikasi Koefisien Reliabilitas ... Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda ... Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep dan

Keterampilan Generik Sains ... Klasifikasi Tingkat Kesukaran ... Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... Kategori Nilai ... Rekapitulasi Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains... Pedoman Penskoran Jawaban Pernyataan Tanggapan ... Komposisi Pernyataan Angket Tanggapan Siswa ...

19 21 45 49 50 50 51 52 53 53 54 54 55 56 56 57 58 3.16 3.17 3.18 3.19 3.20

Angket Terbuka untuk Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran Setelah Menggunakan Metode Karyawisata Berbasis Lingkungan .. Lembar Observasi Kegiatan Diskusi ... Lembar Observasi Kegiatan Karyawisata ... Uji Normalitas Nilai Pretes Kontrol dan Pretes Eksperimen ... Uji Wilcoxon untuk Pretes ...

59 60 61 65 66


(6)

3.21 3.22 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 4.7 4.8 4.9 4.10 4.11 4.12 4.13

Uji Normalitas Nilai Posttes Kontrol dan Posttes Eksperimen ... Klasifikasi N-Gain ... Statistik Deskriptif Nilai Pretes dan Posttes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... Uji Wilcoxon untuk Posttes ... Pretes, Posttes dan Gain Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains ... Rata-rata Indikator Soal Tes untuk Pemahaman Konsep ... Gain Indikator Soal Tes untuk Pemahaman Konsep ... Rata-rata Indikator Soal Tes untuk Keterampilan Generik Sains ... Gain Indikator Soal Tes untuk Keterampilan Generik Sains ... Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Indikator Ungkapan Kesan

Senang ... Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Indikator Ungkapan Adanya Peningkatan Pengetahuan ... Rekapitulasi Hasil Angket Siswa Indikator Ungkapan Karyawisata Lebih Efektif daripada Belajar Di Kelas ... Hasil Angket Terbuka untuk Tanggapan Guru Terhadap

Pembelajaran Setelah Menggunakan Metode Karyawisata Berbasis Lingkungan ... Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Mengikuti Karyawisata ... Hasil Observasi Kegiatan Siswa Saat Mengikuti Diskusi ...

67 68 71 72 73 74 75 75 76 78 80 86 89 90 90


(7)

DAFTAR GAMBAR

Tabel Keterangan Hal

3.1 4.1

4.2

4.3

4.4

Alur Pelaksanaan Penelitian ... Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Nilai Pretes dan Posttes Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Indikator untuk

Pemahaman Konsep pada Pretes dan Posttes Kelas Eksperimen dengan Kelas Kontrol ... Diagram Batang Perbandingan Rata-rata Indikator untuk

Keterampilan Generik Sains pada Pretes dan Posttes Kelas

Eksperimen dengan Kelas Kontrol... Diagram Batang Tanggapan Siswa Terhadap Pernyataan Angket ....

64

92

93

95 99


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, pada umumnya dalam pembelajaran sains siswa lebih banyak dituntut untuk mempelajari konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Cara pembelajaran seperti itu menyebabkan siswa pada umumnya hanya mengenal banyak peristilahan sains secara hafalan tanpa makna. Di lain pihak, banyaknya konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains yang perlu dipelajari siswa, menyebabkan munculnya kejenuhan siswa belajar sains secara hafalan. Dengan demikian belajar sains hanya diartikan sebagai pengenalan sejumlah konsep-konsep dan peristilahan dalam bidang sains saja (Liliasari, 2007).

Seiring dengan perkembangan jaman, maka pembelajaran sains dewasa ini mengalami pergeseran menyusul bertambahnya tuntutan dan tantangan yang harus dihadapi memasuki era persaingan global abad ke-21. Gallagher (Liliasari, 2007) mengemukakan bahwa tantangan ini dapat dihadapi melalui paradigma baru belajar sains, yaitu memberikan sejumlah pengalaman kepada siswa untuk mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut. Hal ini menyebabkan pembelajaran sains di Indonesia perlu diubah modusnya agar dapat membekali setiap siswa dengan kemampuan berpikir, dari mempelajari sains menjadi berpikir melalui sains.


(9)

Menurut Supriatna (2003: 1-2) untuk memecahkan masalah berdasarkan pengalaman dan pengumpulan data-data dengan berpikir logis salah satunya dengan mempelajari fenomena alam yang dilaksanakan dengan observasi di alam yang menggunakan pendekatan lingkungan. Observasi di alam ini tidak lepas dari kegiatan pengamatan, pengumpulan data-data, percobaan, berpikir analisis dan logis yang bisa diambil dari lingkungan.

Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan mengandung arti bahwa kegiatan pembelajaran senantiasa dikaitkan dengan lingkungan sekitar siswa. Penggunaan pendekatan lingkungan juga tidak berarti bahwa siswa harus belajar di luar kelas. Dalam pembelajaran dengan pendekatan lingkungan bisa saja siswa tetap di dalam kelas, namun apa yang dibahas merupakan hal-hal yang ada dan terjadi di lingkungan siswa. Meskipun demikian, tentu saja akan lebih baik apabila pada saat guru menggunakan pendekatan lingkungan, pembelajaran juga dilaksanakan dan menggunakan sumber-sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar (Rustaman et al., 2007).

Dalam penelitian ini pendekatan lingkungan digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan keterampilan generik sains siswa dengan indikatornya antara lain pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, dan inferensi logika. Dengan demikian sebagai hasil belajar sains diharapkan siswa memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains yang dimilikinya, atau lebih dikenal sebagai keterampilan generik sains (Liliasari, 2007).


(10)

Costa, Goleman, dan Mulyati (Supriatna, 2003: 3) mengemukakan bahwa guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan pembelajaran siswa. Kemampuan, kemauan, kreativitas, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran akan menentukan efektivitas pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual yaitu pengetahuan konsep-konsep dasar, keterampilan proses, keterampilan berpikir, kecerdasan emosional yaitu: kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial termasuk sikap kritis dan kreatif, dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat praktikum IPA.

Berdasarkan uraian di atas, Mulyati (Supriatna, 2003: 4) mengemukakan bahwa salah satu faktor yang sangat mendukung keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kemampuan guru dalam menguasai pendekatan dan berbagai macam metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan siswa.

Dalam menggunakan pendekatan lingkungan, guru dituntut harus memiliki kreativitas. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat menjamin siswa di sekolah menjadi siswa yang bukan penurut, bukan penakut, dan bertindak jujur. Kreativitas merupakan kemampuan individu menghasilkan gagasan baru, segar, unik, bernilai, dan merupakan kemampuan individu dalam memecahkan masalah (Supriatna, 2003: 5; Mulyasa, 2005: 51)


(11)

Depdiknas (Supriatna, 2003: 5) menyatakan bahwa pendekatan lingkungan merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata yang ada di lingkungan siswa dan mendukung membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep tersebut hasil pembelajaran lebih bermakna bagi siswa dan proses pembelajaran yang berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan, bekerja, dan mengalami bukan hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa.

Ekosistem terestrial dipilih sebagai materi untuk penelitian karena peneliti mengingat di tempat penelitian masih terdapat tempat-tempat yang harus diketahui yang dapat dijadikan sumber belajar oleh para siswa, khususnya yang terdapat di daratan, misalnya hutan dan bekas tambang emas. Sungai dapat menjadi sumber belajar oleh para siswa tetapi dalam penelitian bukan sebagai fokus materi utama penelitian.

Peneliti menduga bahwa di tempat penelitian, para siswa tidak pernah diajak turun ke lapangan, sehingga peneliti mengambil inisiatif untuk mengadakan penelitian pembelajaran berbasis lingkungan ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti berkeinginan untuk membuat penelitian dengan judul “Pembelajaran Ekosistem Berbasis Lingkungan untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains Siswa SMA”.


(12)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh pembelajaran ekosistem (ekosistem terestrial) berbasis lingkungan terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA kelas X ?”. Rumusan permasalahan di atas dapat dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pembelajaran berbasis lingkungan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada subtopik Ekosistem Terestrial?

2. Apakah pembelajaran berbasis lingkungan dapat meningkatkan keterampilan generik sains siswa pada subtopik Ekosistem Terestrial? 3. Bagaimana tanggapan guru dan siswa terhadap keunggulan dan kelemahan

pembelajaran berbasis lingkungan untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa pada subtopik Ekosistem Terestrial?

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, masalah penelitian akan dibatasi sebagai berikut: 1. Pemahaman konsep akan menggunakan empat proses kognitif dari tujuh

proses kognitif yang ada. Keempat proses kognitif tersebut yaitu memberi contoh (exemplifying) yaitu memberikan contoh dari suatu konsep atau prinsip yang bersifat umum, mengklasifikasikan (classifying) yaitu mengenali bahwa sesuatu (benda atau fenomena) masuk dalam kategori tertentu, membandingkan (comparing) yaitu mendeteksi persamaan dan


(13)

perbedaan yang dimiliki dua objek, ide, ataupun situasi, dan menjelaskan (explaining) yaitu mengkonstruk dan menggunakan model sebab akibat dalam suatu sistem.

2. Keterampilan generik sains yang akan ditingkatkan dalam pembelajaran ini adalah pengamatan tak langsung untuk mencari hubungan sebab-akibat dari apa yang diamati secara tak langsung dengan menggunakan media, bahasa simbolik agar terjadi komunikasi dalam disiplin-disiplin sains untuk mempelajari gejala alam, dan inferensi logika untuk menemukan fakta-fakta yang tak dapat diamati langsung dari konsekuensi-konsekuensi logis pemikiran dalam sains.

3. Pembelajaran Berbasis Lingkungan (PBL) dengan menggunakan metode karya wisata. Produk-produk dari metode karya wisata yang ingin dihasilkan adalah laporan dan koleksi (herbarium dan foto).

4. Ekosistem terestrial yang akan diteliti meliputi pengenalan daerah ekosistem terestrial, yaitu daerah Hutan Wisata Baning, Sintang. Tempat yang sering didatangi dan dilewati, tetapi para siswa tidak menyadari bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sumber belajar.

5. Karakteristik siswa SMA kelas X di Sintang, Kalimantan Barat yang akan dilihat yaitu keaktifan siswa baik ketika di kelas maupun di lapangan. Kriteria yang akan dilihat siswa sering bertanya, siswa tidak pernah bertanya, dan siswa mengemukakan pendapat pribadi maupun kelompok.


(14)

D. Asumsi dan Hipotesis 1. Asumsi

Asumsi yang digunakan untuk penelitian adalah sebagai berikut: a. Pembelajaran berbasis lingkungan keterlibatan siswa dalam proses

penggalian informasi, membuat model atau gambar untuk pembelajaran, dan bekerja sama serta komunikasi dalam kelompoknya dapat ditingkatkan secara optimal (Mulyasa, 2005).

b. Keterampilan generik sains yang meliputi pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, dan inferensi logika dapat dilatihkan secara intensif melalui pembelajaran berbasis lingkungan (Mulyasa, 2005).

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban semantara terhadap masalah penelitian yang perlu diuji kebenarannya. Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukan diatas, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada subtopik Ekosistem Terestrial dengan menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan (Asymp. Sign > 0,05).

H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa kelas


(15)

eksperimen dengan kelas kontrol pada subtopik Ekosistem Terestrial dengan menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan (Asymp. Sign < 0,05).

E. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pembelajaran berbasis lingkungan, sedangkan variabel terikatnya adalah pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran berbasis lingkungan atau pendekatan lingkungan merupakan pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar (Mulyasa, 2005: 101).

b. Keterampilan generik merupakan kemampuan berfikir dan bertindak (siswa) berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya, yang diperoleh dari hasil belajar. Kemampuan generik merupakan hasil belajar yang tertinggal apabila seseorang belajar sains dengan benar (Brotosiswoyo, 2002 dalam Rustaman, 2007).

c. Pemahaman konsep adalah proses untuk memahami/mengerti secara lebih mendalam mengenai suatu konsep (KBBI, 2005).


(16)

Menurut Mastie dan Johnson, pemahaman adalah:

Kemampuan menerangkan sesuatu dengan kata-kata sendiri, mengenali sesuatu yang dinyatakan dengan kata-kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, menginterpretasi atau menarik kesimpulan, misalnya dari tabel atau data, grafik, dan sebagainya (Rampengan, 1993: 16).

Menurut Rosser (1984), konsep adalah:

Suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama (Dahar, 1996: 80).

F. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai pengaruh pembelajaran ekosistem berbasis lingkungan terhadap peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA.

G. Manfaat Penelitian 1. Bagi Guru

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi guru untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik siswa kelas X pada subtopik Ekosistem Terestrial melalui pembelajaran berbasis lingkungan.


(17)

2. Bagi Siswa

Siswa memiliki pemahaman konsep dan keterampilan generik sains terhadap subtopik Ekosistem Terestrial. Selain itu siswa juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, proses penggalian informasi, membuat model atau gambar untuk pembelajaran, dan bekerja sama serta komunikasi dalam kelompoknya.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa. Pendekatan kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode ”quasi

experiment” dengan ”nonequivalent group pretest-posttest” (McMillan &

Schumacher). Adapun alasan peneliti menggunakan metode ini agar bisa melihat peningkatan siswa terhadap semua variabel yang ada. Desain penelitian yang dimaksud terdapat di bawah ini.

Penelitian dilakukan pada dua kelas yang memiliki kemampuan setara, satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen, yang diajarkan oleh satu orang guru. Pada kelas ekperimen menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan (ke lapangan) sedangkan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional (di dalam kelas).

2. Desain Penelitian

Bentuk desain penelitian yang digunakan mengikuti pola sebagai berikut:


(19)

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

X1 : Perlakuan pembelajaran berbasis lingkungan X2 : Perlakuan pembelajaran konvensional O1 : Pretest

O2 : Posttest

Pola desain penelitian ini dilakukan terhadap dua kelompok sampel, satu kelompok diberi perlakuan eksperimen dan satu kelompok sebagai kontrol. Untuk melihat pengaruh dari pemberian perlakuan eksperimen dan kontrol, maka baik terhadap kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol diberikan pretes dan posttes. Pretes dan posttes tersebut menggunakan perangkat tes yang sama.

Kelas kontrol dalam penelitian ini menggunakan metode tanya jawab. Guru tidak memberikan yang istimewa untuk siswa kelas kontrol. Ketika pelaksanaan proses belajar mengajar, siswa kelas kontrol tidak dibawa ke lapangan seperti siswa kelas eksperimen. Mereka hanya melaksanakan semua kegiatan di dalam kelas, praktikum juga tidak perlu dilakukan karena untuk materi ekosistem terestrial, kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dianggap sudah mencukupi.


(20)

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Sintang, di Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat, semester genap (2) tahun ajaran 2008/2009 sebanyak 7 kelas. Selanjutnya dari 7 kelas tersebut akan dipilih bukan secara acak dua kelas sebagai sampel penelitian. Kedua kelas yang dimaksud tersebut direkomendasikan oleh guru biologi kelas X karena menurut keterangan dari guru tersebut kedua kelas yang direkomendasikan tersebut merupakan kelas yang memiliki siswa dengan tingkat kepandaian yang setara dibandingkan dengan kelas X lainnya. Masing-masing sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (Riduwan, 2007: 63). Hal ini dilakukan dengan pertimbangan tertentu yaitu kedua kelompok memiliki kemampuan yang setara, jumlah siswa < 40 orang, sehingga sampel yang dipilih dalam penelitian ini ada dua kelas yaitu kelas XG (kelas eksperimen) sebanyak 38 siswa dan kelas XD (kelas kontrol) sebanyak 38 siswa. Kelas eksperimen mendapatkan pembelajaran berbasis lingkungan sedangkan kelas kontrol mendapatkan pembelajaran konvensional di dalam kelas.

C. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis instrumen pengumpul data yaitu tes pemahaman konsep yang terintegrasi dengan keterampilan generik sains, angket/kuesioner, dan lembar observasi.


(21)

1. Tes Pemahaman Konsep yang Terintegrasi dengan Keterampilan Generik Sains

Tes ini dikonstruksi dalam bentuk tes obyektif model pilihan ganda dengan jumlah pilihan (option) sebanyak lima yang berjumlah 13 butir soal. Setiap soal dibuat untuk menguji pemahaman dan keterampilan generik sains siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam subtopik Ekosistem Terestrial. Tes ini dilaksanakan sebanyak dua kali, yaitu pada saat sebelum proses pembelajaran (pretes), yang bertujuan untuk melihat pemahaman konsep dan keterampilan generik sains awal siswa dan pada saat setelah proses pembelajaran dilaksanakan (posttes), yang bertujuan untuk mengukur pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa setelah implementasi pembelajaran berbasis lingkungan. Dari hasil pretes dan posttes ini, selanjutnya dapat ditentukan peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains. Bentuk tes berupa pilihan ganda digunakan karena

a. lebih fleksibel dan efektif, mencakup hampir seluruh bahan pengajaran;

b. tepat untuk mengukur penguraian informasi, pembendaharaan, pengertian-pengertian, aplikasi prinsip, rumus, serta kemampuan untuk menginterpretasikan;

c. dapat juga mengukur kemampuan siswa dalam hal membuat tafsiran, melakukan pemilihan, mendiskriminasikan, menentukan pendapat atas dasar alasan tertentu, dan menarik kesimpulan;


(22)

d. koreksi dan penilaian mudah; e. objektif;

f. dapat dipakai berulang-ulang.

Langkah-langkah penyusunan tes pemahaman konsep yang terintegrasi dengan keterampilan generik sains adalah sebagai berikut: a. Observasi ke daerah yang akan dijadikan sebagai objek pembelajaran

berbasis lingkungan dan sebagai objek materi penyusunan soal dan kunci jawaban.

b. Pembuatan kisi-kisi soal yang tercakup dalam subtopik ekosistem terestrial.

c. Menyusun soal beserta kunci jawaban.

d. Melakukan uji coba soal yang telah disusun kepada siswa yang telah menerima materi ekosistem terestrial.

e. Mengukur nilai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda sehingga instrumen layak digunakan untuk penelitian.

Proses kognitif yang diukur dalam soal pemahaman konsep ekosistem terestrial yang digunakan dalam penelitian ini yaitu memberi contoh (exemplifying), mengklasifikasikan (classifying), membandingkan (comparing), dan menjelaskan (explaining). Sedangkan, untuk keterampilan generik sains yang akan dilihat peningkatannya yaitu pengamatan tak langsung, bahasa simbolik, dan inferensi logika.

Sebelum digunakan dalam penelitian, seperangkat butir soal tersebut telah diujicobakan pada siswa kelas XI di salah satu SMA di


(23)

Sintang, Kalimantan Barat untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan keterbacaan soal serta waktu yang digunakan untuk mengerjakan soal secara keseluruhan. Dari 35 soal yang diujicobakan, hanya terpilih 13 soal yang layak digunakan untuk penelitian.

Komposisi kisi-kisi soal tes untuk pemahaman konsep dijabarkan dalam persentase, yaitu sebagai berikut memberi contoh (15,39%), mengklasifikasikan (23,08%), membandingkan (15,39%), dan menjelaskan (46,15%), untuk lebih jelasnya maka disajikan dalam Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2

Komposisi Kisi-kisi Soal Tes untuk Pemahaman Konsep No Pemahaman Konsep No Urut No Soal Jumlah

(N)

Persentase (%)

1. Memberi contoh 7, 16 13, 27 2 15,39

2. Mengklasifikasikan 3, 6, 20 3, 9, 33 3 23,08

3. Membandingkan 12, 19 23, 32 2 15,39

4. Menjelaskan 5, 9, 11, 13, 14, 15

8, 16, 22,

24, 25, 26 6 46,15

Jumlah 13 100

Komposisi kisi-kisi soal tes untuk keterampilan generik sains dijabarkan dalam persentase, pengamatan tak langsung (23,08%), bahasa simbolik (7,69%), dan inferensi logika (69,23%), untuk lebih jelasnya disajikan dalam Tabel 3.3 berikut ini:


(24)

Tabel 3.3

Komposisi Kisi-kisi Soal Tes untuk Keterampilan Generik Sains No. Pemahaman

Konsep No Urut No Soal

Jumlah (N)

Persentase (%) 1. Pengamatan tak

langsung 9, 11, 16 16, 22, 27 3 23,08

2. Bahasa simbolik 13 24 1 7,69

3. Inferensi logika 3, 5 , 6, 7, 12, 14, 15, 19, 20

3, 8, 9, 13, 23, 25, 26, 32, 33

9 69,23

Jumlah 13 100

Komposisi nomor soal yang digunakan dalam penelitian mengalami perubahan setelah diukur validitas dan reliabilitasnya. Perubahan tersebut dapat terlihat dalam Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4

Komposisi Nomor Soal yang Digunakan dalam Penelitian Nomor Soal Total Nomor Soal Tak

Digunakan Nomor Soal yang Digunakan Perubahan Nomor Soal yang Digunakan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

1, 2, 4, 5, 6, 7, 10, 11, 12, 14, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 28, 29, 30, 31, 34, 35

3, 8, 9, 13, 16, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 32, 33

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13

Sumber : - Lampiran Hal 123 - Lampiran Hal 135

Berdasarkan tabel di atas dapat dijabarkan sebagai berikut soal total berjumlah 35 soal, soal tak digunakan berjumlah 22 soal, dan soal yang digunakan berjumlah 13 soal.


(25)

a. Analisis Validitas Tes

Uji validitas, dilakukan untuk mengetahui kesahihan suatu instrumen sehingga mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap seluruh soal yang ada. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor untuk setiap butir soal dikorelasikan dengan skor total.

Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk kesejajaran atau korelasi dengan tes keseluruhan, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal dapat digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus korelasi product moment

Pearson (Arikunto, 1999).

Klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi validitas tes berdasarkan AnatesV4 dengan rentang hasil berdasarkan persentase yaitu sangat signifikan (76,92%) dan signifikan (23,08%). Hasil tersebut disajikan dalam Tabel 3.5 dan Tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.5

Batas Signifikansi Koefisien Korelasi

Batas Signifikansi (df) Interpretasi 0,40 < df ≤ 1,00 Sangat Signifikan 0,30 < df ≤ 0,40 Signifikan 0,00 < df ≤ 0,30 Tidak Dapat Dihitung


(26)

Tabel 3.6

Rekapitulasi Validitas Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains

No. Interpretasi

Validitas No Soal Baru Jumlah (N) Persentase (%) 1. Sangat Signifikan 1, 2, 3, 4, 6, 7, 9,

10, 11, 13 10 76,92

2. Signifikan 5, 8, 12 3 23,08

Jumlah 13 100

b. Analisis Reliabilitas Tes

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran laninya. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien reliabilitas. Tugas ini menggunakan teknik belah dua (split half

technique). Dalam teknik ini, alat evaluasi dibelah menjadi dua bagian

yang sama. Dengan demikian, syarat penting dalam penggunaan teknik ini adalah jumlah soal dalam alat evaluasi tersebut harus genap. Teknik belah dua dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) pembelahan menurut nomor soal ganjil dan nomor soal genap, biasanya disebut metode ganjil-genap, dan (2) metode awal akhir. Untuk menentukan koefisien reliabilitasnya, dapat digunakan Formula Spearman-Brown (Arikunto, 1999).

Uji reliabilitas pada instrumen ini dihitung dengan menggunakan bantuan program analisis butir soal AnatesV4. Hasil


(27)

reliabilitas reliabilitas menginterp

0,90 r1 0,70 r1 0,40 r1 0,20 r1 r11 < 0,20

c. Analisis D Da membedak memaham memaham Tol soal digun Da Set pembeda u

tas tes berdasarkan AnatesV4 yaitu 0,68 den tas sedang. .Menurut Arikunto (2008) tol terpretasikan derajat reliabilitas tes ini sebagai b

Tabel 3.7

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Nilai r11 Interpretasi

11 1,00 Reliabilitas sangat tinggi 11 < 0,90 Reliabilitas tinggi 11 < 0,70 Reliabilitas sedang 11 < 0,40 Reliabilitas rendah

,20 Reliabilitas sangat rendah

s Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan su akan antara siswa yang berkemampuan mi konsep) dengan siswa yang berkemampuan mi konsep) (Arikunto, 1999: 211).

Tolak ukur untuk meninterpretasikan daya pem unakan kriteria (Arikunto, 1999: 218) sebagai b

Tabel 3.8

Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda (D) Interpretasi D < 0,00 Tidak Baik (Harus Dibu

0,00 -- 0,20 Jelek

0,20 -- 0,40 Cukup

0,40 -- 0,70 Baik

0,70 -- 1,00 Baik Sekali

Setelah dilakukan perhitungan maka diperole a untuk setiap butir soal tes yang mulai dari c

dengan klasifikasi lak ukur untuk i berikut ini:

gi

dah

suatu soal untuk n tinggi (sudah uan rendah (belum

embeda tiap butir i berikut:

ibuang)

oleh indeks daya i cukup (15,39%),


(28)

baik (69,23%), dan baik sekali (15,39%) seperti tampak pada Tabel 3.9 berikut (selengkapnya lihat pada lampiran):

Tabel 3.9

Rekapitulasi Daya Pembeda Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains

No. Interpretasi No Soal Baru Jumlah (N) Persentase (%)

1. Cukup 5, 6 2 15,39

2. Baik 1, 2, 4, 7, 8, 10, 11, 12,

13 9 69,23

3. Baik Sekali 3, 9 2 15,39

Jumlah 13 100

d. Analisis Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran suatu butir tes dinyatakan dengan indeks kesukaran (difficulty index). Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Bilangan tersebut adalah bilangan riil pada interval (kontinum) 0,00-1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. (Arikunto, 1999).

Klasifikasi untuk menginterpretasikan tingkat kesukaran batir soal digunakan kriteria (Suherman dalam Hulu, 2009: 45) berikut ini.

Tabel 3.10

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai TK Interpretasi TK=0,00 Soal Terlalu Sukar 0,00<TK≤0,30 Soal Sukar 0,30<TK≤0,70 Soal Sedang 0,70<TK≤1,00 Soal Mudah


(29)

Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh bahwa tingkat kesukaran tes menggunakan makna mudah (38,46%), sedang (46,15%), sukar (7,69%), dan sangat sukar (7,69%) seperti terlihat di dalam Tabel 3.11 berikut ini:

Tabel 3.11

Rekapitulasi Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains

No. Interpretasi No Soal Baru Jumlah (N) Persentase (%)

1. Mudah 1, 6, 7, 10, 13 5 38,46

2. Sedang 2, 3, 4, 9, 11, 12 6 46,15

3. Sukar 8 1 7,69

4. Sangat Sukar 5 1 7,69

Jumlah 13 100

Penskoran pretes dan posttes data pemahaman konsep yang terintegrasi dengan kemampuan generik sains dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pemberian skor tiap siswa (skor pemahaman konsep dan keterampilan generik sains) dengan cara menghitung jumlah jawaban yang benar.

b. Mengubah skor total menjadi skor baku (nilai), dengan menggunakan rumus :

% 100

x Skortotal Skorsiswa Nilai =

Nilai yang diperoleh siswa kemudian ditafsirkan dengan

kategori berdasarkan Tabel 3.12 (Mulyadiana, 2000 dalam Bustami,


(30)

Tabel 3.12 Kategori Nilai

Rentang Keterangan

90% ≤ A ≤ 100% Sangat baik 75% ≤ B ≤ 90% Baik 55% ≤ C ≤ 75% Cukup 40% ≤ D ≤ 55% Kurang 0% ≤ E ≤ 40% Jelek

Setelah dilakukan analisis validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran, maka dibuat dalam bentuk rekap seperti Tabel 3.13 di bawah ini:

Tabel 3.13

Rekapitulasi Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Tes Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains

No Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran

1 Sangat signifikan Sedang Baik Mudah

2 Sangat signifikan Sedang Baik Sedang

3 Sangat signifikan Sedang Baik sekali Sedang

4 Sangat signifikan Sedang Baik Sedang

5 Signifikan Sedang Cukup Sangat sukar

6 Sangat signifikan Sedang Cukup Mudah

7 Sangat signifikan Sedang Baik Mudah

8 Signifikan Sedang Baik Sukar

9 Sangat signifikan Sedang Baik sekali Sedang

10 Sangat signifikan Sedang Baik Mudah

11 Sangat signifikan Sedang Baik Sedang

12 Signifikan Sedang Baik Sedang

13 Sangat signifikan Sedang Baik Mudah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa rekapitulasi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran berada pada rentang yang sesuai untuk instrumen penelitian, yaitu validitas (signifikan, sangat signifikan), reliabitas (sedang), daya pembeda


(31)

(cukup, baik, baik sekali), dan tingkat kesukaran (mudah, sedang, sukar, sangat sukar).

2. Angket (Kuesioner)

Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran berbasis lingkungan. Angket dalam penelitian ini menggunakan skala Likert model Riduwan (untuk siswa) (2007: 86) dan angket terbuka (untuk guru). Angket untuk siswa yaitu berupa pernyataan dengan lima option tanggapan yang terdiri dari SS (sangat setuju), S (setuju), N (netral), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). Tanggapan di sini terdiri dari 20 butir pernyataan yang terbagi ke dalam 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif.

Pedoman penskoran jawaban pernyataan tanggapan yang diberikan siswa dapat dilihat dalam Tabel 3.14 berikut:

Tabel 3.14

Pedoman Penskoran Jawaban Pernyataan Tanggapan

Jawaban Pernyataan

Positif Skor

Jawaban Pernyataan

Negatif Skor

Sangat Setuju (SS) 5 Sangat Setuju (SS) 1

Setuju (S) 4 Setuju (S) 2

Netral (N) 3 Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 4

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5 Sumber: Riduwan, 2007: 86


(32)

Komposisi pernyataan angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis lingkungan setelah menggunakan metode karyawisata disajikan dalam Tabel 3.15 berikut:

Tabel 3.15

Komposisi Pernyataan Angket Tanggapan Siswa

No. Indikator

Pernyataan Tanggapan Jumlah (N) Pernyataan Persentase (%) No

Positif N %

No

Negatif N % 1. Siswa

mengungkap kan kesan senang (Enjoyment)

18, 20 2 10 10, 11 2 10 4 20

2. Siswa mengungkap kan ada peningkatan pengetahuan (Achievement) 1, 9, 13, 15, 16, 17

6 30 4, 6, 8,

14, 19 5 25 11 55

3. Siswa mengungkap kan bahwa karyawisata lebih baik dari belajar di dalam kelas

3, 5 2 10 2, 7, 12 3 15 5 25

Jumlah 10 50 10 50 20 100

Angket terbuka mengenai tanggapan guru terhadap pembelajaran berbasis lingkungan setelah menggunakan metode karya wisata disajikan dalam Tabel 3.16 berikut:


(33)

Tabel 3.16

Angket Terbuka Untuk Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran Setelah Menggunakan Metode Karyawisata Berbasis Lingkungan

No Aspek yang ditanyakan

1. Mengungkapkan pernah atau belum pernah melakukan pembelajaran dengan metode karyawisata

2. Kesesuaian pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata untuk subtopik ekosistem terestrial

3. Kesulitan-kesulitan PBM yang menggunakan metode karyawisata

4. Kesulitan-kesulitan dalam memperoleh obyek sebagai sumber pembelajaran yang berasal dari lingkungan sekitar

5. Bagaimana respon/antusiasme siswa saat mengikuti pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata?

6. Keunggulan/kelebihan pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata

7. Kekurangan/kelemahan pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata

3. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, aktivitas tersebut meliputi aktif dalam diskusi, aktif bertanya pada guru, dan aktif mengemukakan gagasan baru. Selama observasi berlangsung, observer tinggal memberikan tanda tolly atau tanda cek pada lembar observasi. Adapun kriteria penilaian atau pemberian skor adalah sebagai berikut:


(34)

a. Tidak pernah bertanya atau menjawab dalam diskusi, tidak pernah bertanya kepada guru, dan tidak pernah pernah mengemukakan gagasan baru, mendapat nilai kurang.

b. Bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi, bertanya kepada guru, dan mengemukakan gagasan baru, masing-masing satu kali, mendapat nilai cukup.

c. Bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi, bertanya kepada guru, dan mengemukakan gagasan baru, masing-masing lebih dari satu kali, mendapat nilai baik.

Lembar observasi kegiatan diskusi ditunjukkan pada Tabel 3.17 berikut ini:

Tabel 3.17

Lembar Observasi Kegiatan Diskusi

No Nama Siswa Kriteria Tidak pernah bertanya atau menjawab dalam diskusi Tidak pernah bertanya kepada guru Tidak pernah mengemukakan gagasan baru Bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi Bertanya kepada guru Mengemuka kan gagasan baru 1. 2. 3. . . . 38.

Lembar observasi kegiatan karya wisata ditunjukkan pada Tabel 3.18 berikut ini:


(35)

Tabel 3.18

Lembar Observasi Kegiatan Karyawisata

No Nama Siswa

Kriteria

Keterangan Baik Cukup Kurang

1. Baik :

1. Kekompakan 2. Antusiasme 3. Kerajinan Cukup : 1. Kekompakan 2. Antusiasme Kurang : 1. Antusiasme

2. 3. . . . 38.

D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data serta penyusunan laporan. Secara garis besar kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Studi literatur, analisis silabus dan RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran)

b. Membuat proposal penelitian c. Seminar proposal

d. Perbaikan proposal penelitian e. Observasi lapangan

f. Membuat instrumen berdasarkan hasil observasi

g. Mengadakan uji coba instrumen yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data penelitian


(36)

h. Melakukan analisis butir soal

i. Memilih soal yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam penelitian j. Mengurus surat izin penelitian

k. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penelitian 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan tahap untuk melakukan pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan implementasi pendekatan dalam pembelajaran, beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

a. Memberikan tes awal (pretest) terhadap subjek penelitian untuk mengetahui pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa sebelum mengikuti pembelajaran.

b. Implementasi pembelajaran berbasis lingkungan pada subtopik Ekosistem Terestrial. Kelas perlakuan menggunakan metode karya wisata/widya wisata dan kelas kontrol menggunakan metode konvensional.

c. Memberikan tes akhir (postest) kepada subjek penelitian untuk mengetahui peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa setelah melalui proses belajar mengajar.

d. Memberikan angket kepada mahasiswa untuk mengetahui tanggapan mahasiswa terhadap pembelajaran berbasis lingkungan yang digunakan saat pembelajaran.


(37)

3. Tahap Analisis Data dan Penyusunan Laporan

Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data hasil penelitian sekaligus menyusun laporan. Alur pelaksanaan penelitian disajikan dalam Gambar 3.1.berikut ini:


(38)

Gambar 3.1. Alur Pelaksanaan Penelitian Studi Pendahuluan

Penentuan Tujuan dan Fokus Permasalahan Studi/Analisis Materi pada

Buku Ajar

Studi/Analisis Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Sains

Observasi Lapangan

Penyusunan Instrumen Berdasarkan Hasil Observasi

Validasi, Uji Coba dan Revisi Instrumen

Pretes

Pelaksanaan Penelitian

Postes Kuisioner/Angket

Analisis Data dan Pembuatan Laporan

Pembuatan Angket Berdasarkan Hasil Observasi

Revisi Pernyataan Angket

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretes

Pembelajaran Metode Konvensional Pembelajaran Berbasis Lingkungan


(39)

E. Tehnik Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis Data Secara Statistik a. Uji Normalitas

1) Data Pretes

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan, parametrik atau nonparametrik. Uji normalitasnya menggunakan uji Chi kuadrat (χ2).

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipótesis berikut: Ho : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria uji : Terima Ho bila χ2 hitung < χ2 tabel (Sudjana, 1996; Mursyidi, 1985).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows versi standar 16.00. Hasil uji nilai normalitas pretes kontrol dan pretes eksperimen disajikan dalam Tabel 3.19 berikut ini:

Tabel 3.19

Uji Normalitas Nilai Pretes Kontrol dan Pretes Eksperimen Data

N Mean Std. Deviation Min Max χ2 hitung χ2tabel Normalitas PreKontrol 38 7.47 2.807 2 12 17,579 18,3 Normal


(40)

Tabel 3.19 menunjukkan bahwa pretes kontrol berdistribusi normal dan pretes eksperimen berdistribusi tidak normal, sehingga tidak diperlukan perhitungan uji homogenitas. Perhitungan dilanjutkan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji Wilcoxon dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.20

Uji Wilcoxon untuk Pretes

PreEks - PreKontrol

Z -3.803a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

- Jika Asymp. Sign < 0,05, maka signifikan atau berbeda nyata. - Jika Asymp. Sign > 0,05, maka nonsignifikan.

Karena nilai Asymp. Sign adalah 0,000 > 0,05, disimpulkan bahwa tak ada perbedaan yang nyata mengenai pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa pada pretes eksperimen dan kontrol (Pratisto, 2009). Dengan demikian maka akan dilanjutkan dengan menguji perbedaan posttes.

2) Data Posttes

Data posttes diuji selanjutnya, karena perhitungan pretes kontrol dan pretes eksperimen menunjukkan tak ada perbedaan nyata atau tidak sama. Perhitungan menggunakan uji normalitas (uji Chi kuadrat (χ2)).


(41)

Penerimaan normalitas data didasarkan pada hipótesis berikut: Ho : Data berdistribusi normal

H1 : Data tidak berdistribusi normal

Kriteria uji : Terima Ho bila χ2 hitung < χ2 tabel (Sudjana, 1996; Mursyidi, 1985).

Pengujian normalitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS for Windows versi standar 16.00. Hasil uji nilai normalitas pretes kontrol dan pretes eksperimen disajikan dalam Tabel 3.21 berikut ini:

Tabel 3.21

Uji Normalitas Nilai Posttes Kontrol dan Posttes Eksperimen Data N Mean Std. Deviation Min Max χ2 hitung χ2tabel Normalitas PostKontrol 38 9.61 2.296 5 13 16.947a 15,5 Tidak Normal

PostEks 38 9.74 1.982 6 13 11.684b 14,1 Normal Tabel 3.20 menunjukkan bahwa posttes kontrol berdistribusi tidak normal dan posttes eksperimen berdistribusi normal, sehingga tidak diperlukan perhitungan uji homogenitas. Perhitungan dilanjutkan menggunakan uji nonparametrik yaitu uji Wilcoxon.

b. Perhitungan Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus nilai indeks gain Hake seperti yang terdapat di bawah ini:


(42)

Keterangan

Dengan

Kate 0,3

c. Uji Hipóte Ber pretes (eks normal), normal da nonparame

z

2. Pengolahan D Analisi siswa dan gu pembelajaran.

(Meltzer, 2002)

gan:

gan kriteria nilai N-Gain: Tabel 3.22 Klasifikasi N-Gain

ategori Perolehan N-Gain Keterangan N – Gain > 0,70 Tinggi 0,30 N – Gain 0,70 Sedang N – Gain < 0,30 Rendah

ótesis

Berdasarkan perhitungan statistik menunjukk eksperimen berdistribusi normal dan kontrol be , sedangkan data posttes (eksperimen ber dan kontrol berdistribusi normal) sehingga metrik (uji Wilcoxon) dengan rumus sebagai be

W W W z σ µ ) ( − = +

n Data Kualitatif

lisis data secara kualitatif dilakukan terhada guru, format observasi kegiatan siswa da n. Data angket siswa disajikan dalam bentuk p

an

kkan bahwa data berdistribusi tidak erdistribusi tidak ga digunakan uji berikut:

adap hasil angket dan guru selama k persentase untuk


(43)

mengetahui kecenderungan jawaban siswa secara keseluruhan. Data hasil observasi kegiatan siswa dinilai secara kualitatif. Data angket guru dinilai secara kualitatif.


(44)

BAB V

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran ekosistem berbasis lingkungan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa kelas X SMA pada materi ekosistem terestrial tidak lebih baik dari pada siswa yang belajar secara konvensional. Pembelajaran ekosistem berbasis lingkungan lebih difokuskan pada siswa sebagai subyek belajar yang telah memiliki pengetahuan sebelum belajar formal di kelas dan membangun pengetahuannya melalui pengamatan dan percobaan, interaksi dengan guru dan teman-teman. Secara khusus sesuai dengan pertanyaan penelitian dapat disimpulkan bahwa:

Pertama, peningkatan pemahaman konsep dan keterampilan generik

sains siswa kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karya wisata tidak berbeda signifikan atau tidak dapat mengungguli kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini kemungkinan karena pengawasan ketika di lapangan tidak maksimal, di mana jumlah peserta lebih banyak (38 orang) daripada pengawas (2 orang). Selain itu guru yang mengajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol hanya 1 orang sehingga mengurangi objektivitas penelitian (seharusnya untuk mengajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol


(45)

menggunakan guru yang berbeda). Kedua, berdasarkan hasil angket guru dan siswa, pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karya wisata secara umum sangat disenangi oleh siswa karena dapat mengamati secara langsung objek biologi yang dipelajari dan meningkatkan motivasi siswa. Siswa juga merasa semakin dekat dengan alam di lingkungan sekitar mereka. Pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karya wisata juga menuntut guru untuk selalu meningkatkan kreativitas penyajian materi agar siswa tidak mengalami kebosanan ketika mempelajari suatu materi tertentu, memacu siswa untuk berpikir dan bersikap lebih baik terhadap alam, mengajak siswa untuk menjaga kelestarian alam sekitar, serta mengajak siswa agar lebih mengenal komponen-komponen ekosistem yang terdapat di alam sehingga siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajari suatu obyek baik itu secara individu maupun kelompok.

B. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah Negeri di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, dengan pengambilan sampel yang bersifat purposif sehingga masih belum dapat digeneralisasikan untuk memberikan gambaran pemahaman konsep dan keterampilan generik sains siswa SMA kelas X, masih perlu ada penelitian lainnya diberbagai sekolah yang berbeda.


(46)

2. Waktu penelitian yang relatif singkat serta keahlian dan pengetahuan siswa yang minim ketika melakukan pembuatan herbarium, sehingga hasilnya masih belum maksimal.

3. Saat penelitian berlangsung terdapat keterbatasan alat penelitian sehingga ketika siswa turun ke lapangan untuk melakukan karya wisata, tidak berlangsung secara maksimal sehingga hasilnya juga masih belum maksimal.

4. Pada dasarnya guru mata pelajaran biologi dan peneliti yang melaksanakan penelitian ini tidak berasal dari bidang pendidikan.

5. Kegiatan di lapangan tidak terorganisir dengan baik.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan:

Kepada guru biologi, disarankan memulai pembelajaran dengan

memperhatikan pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa serta mengangkat isu atau fenomena yang ada di sekitar siswa untuk dijadikan sebagai awal pembahasan materi. Guru juga disarankan menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata ini sebagai alternatif untuk mengajarkan materi biologi lainnya. Selain itu guru diharapkan agar lebih kreatif dalam memilih metode maupun pendekatan untuk menyampaikan suatu materi pelajaran kepada siswa.


(47)

Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang efektifitas penerapan pembelajaran berbasis lingkungan pada konsep biologi lainnya. Selain itu juga perlu dianalisis kinerja masing-masing siswa secara terperinci terutama dalam kelas besar atau kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak selama proses pembelajaran berlangsung.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Artikel pada PPs UNY: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arisuweni, L.G. (2000). Penggunaan Pendekatan Lingkungan dalam

Pembelajaran Saling Ketergantungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Campbell, N.A., Reece, J.B. dan Mithcell, L.G. (2000). Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. (1995). Ekologi dan Sumber Daya Alam. Bandung: Tarsito.

DePorter, B dan Hernacki, M. (1997). Quantum Business: Membiasakan

Berbisnis Secara Etis dan Sehat. Bandung: Kaifa.

DePorter, B dan Hernacki, M. (1992). Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Frankel, J.R dan Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research In

Education. Singapore: Mc Graw-Hill International Editions.

Gunawan. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk

Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Calon Guru pada Materi Elastisitas. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Hulu, F.R. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi

Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis

pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Irwan, Z.D. (2007). Prinsip-Prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara:

Leksono, A.S. (2007). Ekologi: Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Bayumedia Publishing.


(49)

Liliasari. (2007). “Scientific Concepts and Generic Skills Relationship In The 21st Century Science Education”. Makalah pada In thr 1st International Seminar of Science Education, Bandung.

Loveless, A.R. (1999). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: Gramedia.

McMillan, J.H dan Schumacher, S. Research in Education A Conceptual

Introduction. New York & London: Longman.

Meltzer, D.E (2002). “The Relationship Between Mathemathics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. Journal of am J Phys. 70. (12).1260.

Muljatiningrum, A. (2007). Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan

Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) dan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XII pada Konsep Bioteknologi. Tesis pada SPs UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

Mursyidi, A. (1985). Statistika Farmasi dan Biologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nirwana. (1996). Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Sekolah Dasar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bengkulu pada Pokok Bahasan “Panas”). Tesis pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. New York: Routlege.

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo

Poerwadarminta, et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Rampengan. (1993). Pemahaman Konsep-konsep Dasar Ekologi dan Sikap

Masyarakat Petani Sekitar Danau Tondano Terhadap Kerusakan Lingkungan serta Implikasinya pada Pendidikan IPA (Studi Kasus di Kecamatan Eris DATI II Kabupaten Minahasa). Disertasi Doktor pada

PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Redjeki, S. (1985). Pengajaran IPA dengan Menggunakan Lingkungan Sebagai

Sumber Belajar dan Pengajaran Tradisional di Sekolah Dasar. Tesis


(50)

Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusmiyanto dan Nofrita. (2004). Bahan Ajar Mata Kuliah Pengetahuan

Lingkungan. Pontianak. FKIP Untan.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russefendi, E.T. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N., et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustaman, N. (2007). “Basic Scientific Inquiry in Science Education & Its Assessment”. Makalah pada In thr 1st International Seminar of Science Education, Bandung.

Rustaman, N., et al. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Terbuka.

Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Supriatna, M. (2003). Pembelajaran IPA Untuk Mahasiswa Program Calon Guru

SD dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan yang Berorientasi Kepada Pengembangan Kecerdasan Intelektual dan Emosional. Tesis

pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Tim Pengembang

MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Syafei, E.S. (1994). Pengantar Ekologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA ITB. Widiasih. (1997). Penggunaan Peralatan Sederhana dari Lingkungan Sekitar

Sebagai Sumber Belajar IPA dalam Pembelajaran Konsep Udara. Tesis


(51)

Wiersma, W. (1994). Research Methods In Education. Massachusetts: A Simon and Schuter Company.

Yudianto, S.A. (2006). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.


(1)

2. Waktu penelitian yang relatif singkat serta keahlian dan pengetahuan siswa yang minim ketika melakukan pembuatan herbarium, sehingga hasilnya masih belum maksimal.

3. Saat penelitian berlangsung terdapat keterbatasan alat penelitian sehingga ketika siswa turun ke lapangan untuk melakukan karya wisata, tidak berlangsung secara maksimal sehingga hasilnya juga masih belum maksimal.

4. Pada dasarnya guru mata pelajaran biologi dan peneliti yang melaksanakan penelitian ini tidak berasal dari bidang pendidikan.

5. Kegiatan di lapangan tidak terorganisir dengan baik.

C. Rekomendasi

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka penulis menyarankan:

Kepada guru biologi, disarankan memulai pembelajaran dengan memperhatikan pengetahuan awal yang telah dimiliki oleh siswa serta mengangkat isu atau fenomena yang ada di sekitar siswa untuk dijadikan sebagai awal pembahasan materi. Guru juga disarankan menggunakan pembelajaran berbasis lingkungan dengan metode karyawisata ini sebagai alternatif untuk mengajarkan materi biologi lainnya. Selain itu guru diharapkan agar lebih kreatif dalam memilih metode maupun pendekatan untuk menyampaikan suatu materi pelajaran kepada siswa.


(2)

Kepada peneliti lain, disarankan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang efektifitas penerapan pembelajaran berbasis lingkungan pada konsep biologi lainnya. Selain itu juga perlu dianalisis kinerja masing-masing siswa secara terperinci terutama dalam kelas besar atau kelas yang memiliki jumlah siswa yang banyak selama proses pembelajaran berlangsung.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian. (2004). Metode Mengajar Berdasarkan Tipologi Belajar Siswa. Artikel pada PPs UNY: tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (1999). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arisuweni, L.G. (2000). Penggunaan Pendekatan Lingkungan dalam

Pembelajaran Saling Ketergantungan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Campbell, N.A., Reece, J.B. dan Mithcell, L.G. (2000). Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Dahar, R. W. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Daryanto. (1995). Ekologi dan Sumber Daya Alam. Bandung: Tarsito.

DePorter, B dan Hernacki, M. (1997). Quantum Business: Membiasakan

Berbisnis Secara Etis dan Sehat. Bandung: Kaifa.

DePorter, B dan Hernacki, M. (1992). Quantum Learning: Membiasakan Belajar

Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Filsaime, D.K. (2008). Menguak Rahasia Berpikir Kritis dan Kreatif. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Frankel, J.R dan Wallen, N.E. (1993). How to Design and Evaluate Research In

Education. Singapore: Mc Graw-Hill International Editions.

Gunawan. (2008). Model Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif untuk

Meningkatkan Keterampilan Generik Sains dan Berpikir Kritis Calon Guru pada Materi Elastisitas. Tesis pada SPs UPI Bandung: tidak

diterbitkan.

Hulu, F.R. (2009). Penggunaan Praktikum Konfrontatif untuk Memfasilitasi

Peningkatan Penguasaan Konsep dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Keragaman pada Sistem Organisasi Kehidupan. Tesis

pada PPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Irwan, Z.D. (2007). Prinsip-Prinsip Ekologi: Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya. Jakarta: Bumi Aksara:

Leksono, A.S. (2007). Ekologi: Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang: Bayumedia Publishing.


(4)

Liliasari. (2007). “Scientific Concepts and Generic Skills Relationship In The 21st Century Science Education”. Makalah pada In thr 1st International Seminar of Science Education, Bandung.

Loveless, A.R. (1999). Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2. Jakarta: Gramedia.

McMillan, J.H dan Schumacher, S. Research in Education A Conceptual

Introduction. New York & London: Longman.

Meltzer, D.E (2002). “The Relationship Between Mathemathics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible “Hidden Variable” in Diagnostic Pretest Scores”. Journal of am J Phys. 70. (12).1260.

Muljatiningrum, A. (2007). Pembelajaran Inkuiri untuk Mengembangkan

Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah (KDBI) dan Berpikir Kreatif Siswa Kelas XII pada Konsep Bioteknologi. Tesis pada SPs UPI Bandung:

tidak diterbitkan.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran

Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosdakarya.

Mursyidi, A. (1985). Statistika Farmasi dan Biologi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nirwana. (1996). Penggunaan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Sekolah Dasar (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Bengkulu pada Pokok Bahasan “Panas”). Tesis pada PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Oakley, L. (2004). Cognitive Development. New York: Routlege.

Pratisto, A. (2009). Statistik Menjadi Mudah dengan SPSS 17. Jakarta: Elex Media Komputindo

Poerwadarminta, et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Rampengan. (1993). Pemahaman Konsep-konsep Dasar Ekologi dan Sikap

Masyarakat Petani Sekitar Danau Tondano Terhadap Kerusakan Lingkungan serta Implikasinya pada Pendidikan IPA (Studi Kasus di Kecamatan Eris DATI II Kabupaten Minahasa). Disertasi Doktor pada

PPs IKIP Bandung: tidak diterbitkan.

Redjeki, S. (1985). Pengajaran IPA dengan Menggunakan Lingkungan Sebagai

Sumber Belajar dan Pengajaran Tradisional di Sekolah Dasar. Tesis


(5)

Roestiyah N.K. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusmiyanto dan Nofrita. (2004). Bahan Ajar Mata Kuliah Pengetahuan

Lingkungan. Pontianak. FKIP Untan.

Russefendi, E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Russefendi, E.T. (2001). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press.

Rustaman, N., et al. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Bandung: Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia.

Rustaman, N. (2007). “Basic Scientific Inquiry in Science Education & Its Assessment”. Makalah pada In thr 1st International Seminar of Science Education, Bandung.

Rustaman, N., et al. (2007). Strategi Pembelajaran Biologi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Terbuka.

Siegel, S. (1997). Statistik Nonparametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia.

Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

Supriatna, M. (2003). Pembelajaran IPA Untuk Mahasiswa Program Calon Guru

SD dengan Menggunakan Pendekatan Lingkungan yang Berorientasi Kepada Pengembangan Kecerdasan Intelektual dan Emosional. Tesis

pada PPs UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Surtikanti, H.K. (2009). Biologi Lingkungan. Bandung: Prisma Press Prodaktama. Susilana, R. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Tim Pengembang

MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan UPI.

Syafei, E.S. (1994). Pengantar Ekologi Tumbuhan. Jurusan Biologi FMIPA ITB. Widiasih. (1997). Penggunaan Peralatan Sederhana dari Lingkungan Sekitar

Sebagai Sumber Belajar IPA dalam Pembelajaran Konsep Udara. Tesis


(6)

Wiersma, W. (1994). Research Methods In Education. Massachusetts: A Simon and Schuter Company.

Yudianto, S.A. (2006). Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai. Bandung: Mughni Sejahtera.