PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH SE-KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN BANDUNG.

(1)

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH

TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH

DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN BANDUNG

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Master Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh: ANISA LESTARI

1102643

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH

TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH

DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE- KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN BANDUNG

Oleh Anisa Lestari S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Administrasi Pendidikan

© Anisa Lestari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Thesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui dan disahkan oleh :

PEMBIMBING I

Dr. Endang Herawan, M.Pd 19600810 198603 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Asep Suryana, M.Pd 19720321 199903 1 002

Diketahui Oleh

Ketua Program Studi Administrasi Pasca Sarjana UPI

Prof.H.Udin Syaefudin Sa’ud Ph.D


(4)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH

SE-KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN BANDUNG

Manajemen mutu sekolah merupakan pengelolaan peningkatan mutu yang bertumpu kepada sekolah itu sendiri dengan upaya memberikan kepuasaan kepada pelanggan melalui perbaikan terus menerus atas jasa yang diberikan. Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen mutu sekolah yaitu kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah. Masalah dalam penelitian ini yaitu seberapa besar pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kepemimpinan visioner kepala sekolah, budaya sekolah, manajemen mutu sekolah, kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap manajemen mutu sekolah, budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah dan pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden, dengan jumlah sampel seluruhnya adalah 43 orang kepala sekolah dan 90 orang guru di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung diambil secara proportionate stratified random sampling. Teknik pengumpulan data yaitu dengan penyebaran angket tertutup.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan visioner kepala sekolah dikategorikan tinggi, budaya sekolah dikategorikan tinggi, manajemen mutu sekolah dikategorikan tinggi. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap manajemen mutu sekolah positif dan signifikan. Pengaruh budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah positif dan signifikan. Pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap manajemen mutu sekolah positif dan signifikan. Dari penelitian direkomendasikan agar kepemimpinan visioner kepala sekolah dapat memberikan dampak yang nyata, maka kepala sekolah lebih aktif memberikan pembinaan dan pelatihan terhadap warga sekolah karena mengingat peran ini sangat penting untuk dapat membimbing guru beserta staf dalam melaksanakan tugas dan juga tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Budaya sekolah dapat lebih kondusif, maka guru dan staff lebih bisa menyesuaikan diri dengan sistem sekolah yang terus mengarah pada arah perbaikan dimana perlu adanya peningkatan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah lebih ditingkatkan kembali dengan memberikan sosialisasi kepada semua warga sekolah terkait dengan peraturan yang ada di sekolah. Peningkatan pemahaman kepada warga sekolah terkait dengan slogan, motto, simbol-simbol juga seragam yang berlaku di sekolah. Serta harus adanya peningkatan kebiasaan upacara-upacara hari-hari besar Nasional. . Dengan begitu maka pengelolaan manajemen dalam rangka mencapai mutu dapat terwujud.


(5)

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMIMPINAN VISIONER KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA SEKOLAH TERHADAP MANAJEMEN MUTU SEKOLAH

SE-KECAMATAN KUTAWARINGIN KABUPATEN BANDUNG

Quality management is a management school based quality improvement to the school itself with efforts to provide customer satisfaction through continuous improvement of the services rendered . Among the factors that affect school quality management is visionary leadership of principals and school culture . The problem in this study is how much influence the visionary leadership of principals and school culture towards quality management school in SDN Se - Sub Kutawaringin Bandung regency . The research objective is to determine the principal visionary leadership , school culture , school quality management , visionary leadership principals to the quality of school management , school culture towards quality management visionary leadership and influence school principals and school culture towards quality management school in SDN Se - Sub Kutawaringin Bandung .

The method used is descriptive method with a quantitative approach . The data used are primary data by distributing questionnaires to the respondents , the total sample was 43 principals and 90 teachers at SDN Se - Sub Kutawaringin Bandung taken proportionate stratified random sampling . Data collection techniques are covered by distributing questionnaires .

The results showed that the visionary leadership of the high school principal categorized , categorized as high school culture , schools categorized as high quality management . Visionary leadership of the principal influences on the quality of school management positive and significant . The influence of school culture on quality management and significant positive school . Influence of visionary leadership principals and school culture together towards quality management and significant positive school . Of the study recommended that the principal visionary leadership can have a significant impact , the more active principals provide coaching and training to the citizens of the school because it is very important given the role to guide teachers and their staff in carrying out duties and responsibilities in achieving the expected goals . School culture can be more conducive , then the teachers and staff more able to adjust to the school system that continues to lead in the direction of improvement where it is necessary to increase the regulations in force at the school is further enhanced by the re- socialization programs to all citizens of the school associated with the existing legislation in school . Improved understanding of the people associated with the school slogan , motto , symbols are also applicable in the school uniform . And should be an increase in custom ceremonies of the days of the National . . That way, the management in order to achieve quality management can be realized


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Struktur Organisasi tesis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA……… ... 14

A. Manajemen Mutu Sekolah ... 14

1. Pengertian Mutu Sekolah... ... 16

2. Prinsip-prinsip Mutu Sekolah ... 18

3. Karakteristik Mutu... ... 20

4. Manajemen Mutu Terpadu... ... 21

5. Prinsip Manajemen Peningkatan Mutu ... ... 24

6. Teknik Manajemen Peningkatan Mutu ... ... 25

7. Manajemen Mutu Sekolah ... ... 31

B. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... 36

1. Pengertian Kepemimpinan. ... ... 36

2. Fungsi Kepemimpinan... .... ... 37

3. Peran Kepemimpinan... ... 40

4. Konsep Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah... 41

a. Konsep visi ... ... ... 41

b. Pengertian Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... ... 42

c. Unsur dan Langkah Kepemimpinan Visioner ... ... 45

d. Indikator Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah ... ... 47

C. Budaya Sekolah... ... 48


(7)

2. Organisasi Sekolah... ... ... 52

3. Fungsi Budaya Sekolah... ... ... 54

4. Unsur-unsur Budaya Sekolah ... ... 55

5. Pengembangan Budaya Sekolah ... ... 56

D. Kerangka Berpikir ... 58

E. Hipotesis Penelitian . ... 59

BAB III METODE PENELITIAN... ... 61

A.Lokasi,Populasi dan Sampel ... 61

B. Metode Penelitian ……… ... 65

C.Definisi Operasional ... 66

D.Instrumen Penelitian... ... 68

E. Teknik Pengumpulan Data... ... 80

F. Teknik Analisis Data... ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 88

A. Hasil Penelitian ... ... 88

B. Pembahasan Penelitian ………... 112

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... ... 128

A. Kesimpulan ... ... 128

B. Saran ……… ... 129

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Untuk dapat bersaing di era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Dimana bahwa perkembangan dan kemajuan suatu Negara tercermin dengan sumber daya manusianya yang berkualitas melebihi dari sumber daya alam. Oleh sebab itu Indonesia sendiri harus menyiapkan sumber daya manusia yang kreatif, inovatif, mandiri agar dapat bersaing di era globalisasi ini. Salah satu untuk dapat menghadapi persaingan tersebut ialah melalui pendidikan. Dimana pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk dapat meningkatkan potensi sumber daya manusia (SDM) melalui proses pembelajaran.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan karakter seseorang karena pendidikan akan membentuk karakter baik atau buruknya pribadi seseorang. Maka dari itu pemerintah sangat konsen terhadap bidang pendidikan karena dengan sistem pendidikan yang baik akan dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas sehingga dapat bersaing di era globalisasi saat ini. Pendidikan merupakan upaya pemerintah untuk dapat mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dari itu pendidikan merupakan kunci dalam pembangunan suatu negara karena akan dapat mempengaruhi semua bidang kehidupan. Melalui pendidikan maka diharapkan akan menghasilkan generasi-genarasi yang berkualitas dan memiliki, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan zaman.

Pendidikan yang bermutu merupakan sebuah kebutuhan untuk dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi. Mutu pendidikan dapat ditingkatkan melalui mutu sekolah yang mana mutu pendidikan senantiasa berbanding lurus dengan mutu sekolah artinya bila mutu sekolah meningkat maka mutu pendidikan pun akan meningkat. Namun kenyataannya pendidikan di Indonesia masih belum merata baik secara kuantitas maupun kualitas. Masih


(9)

adanya kesenjangan pendidikan antara sekolah di kota dengan sekolah di daerah terpencil sehingga mutu pendidikan masih belum merata di setiap sekolah di berbagai daerah.

Sekolah merupakan sarana terjadinya proses pembelajaran atau dapat dikatakan pula sekolah sebagai agen perubahan bagi masyarakat. Maka dari itu pengelolaan sekolah harus dilakukan dengan sebaik mungkin, terutama sekolah dasar sebagai pondasi untuk dapat membentuk karakter peserta didik yang lebih

baik. Ibrahim Bafadal (2009 : 3) “Sekolah dasar merupakan satuan pendidikan

yang menyelenggarakan pendidikan enam tahun. Sekolah dasar merupakan bagian

dari pendidikan dasar”. Di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 tentang pendidikan Dasar disebutkan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP). Dengan demikian sekolah dasar merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar.

Tempat yang paling strategis untuk dapat mengembangkan sumber daya manusia yaitu sekolah. Sebagaimana sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tugas untuk dapat memberikan pendidikan dan pengajaran agar peserta didik dapat menjadi manusia seutuhnya.

Upaya perbaikan mutu sekolah selama ini kurang berhasil. Hal ini disebabkan strategi pembangunan pendidikan selama ini bersifat input oriented yang lebih berdasar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi seperti penyediaan berbagai buku, media pembelajaran, sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan akan dapat menghasilkan keluaran yang bermutu. Demikian pula, pengelolaan pendidikan lebih bersifat macro oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat, sedangkan ditingkat daerah belum begitu berperan.

Maka dari itu untuk dapat meningkatkan mutu diperlukan proses peningkatan mutu yang tetap terkontrol. Oleh sebab itu harus ada standar yang bisa mengatur dan disepakai secara nasoanl untuk dapat dijadikan indikator evaluasi dalam keberhasilan peningkatan mutu tersebut. Maka dari itu muncul pendekatan baru


(10)

yakni pengelolaan peningkatan mutu sekolah yang mampu memberdayakan semua sumber daya yang dimiliki sehingga tujuan sekolah dapat tercapai.

Melalui manajemen mutu sekolah diharapkan sekolah mampu untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Karena dengan menerapkan manajemen mutu sekolah bisa mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah dan masyarakat untuk dapat meningkatkan mutu sekolah.

Pentingnya peningkatan mutu sekolah bukan hanya terkait dengan peningkatan manajemen mutu sekolah melainkan hal ini sejalan dengan kebijakan otonomi daaerah di bidang pendidikan. Di dalam kerangka implementasi kebijakan desentralisasi pendidikan tersebut khususnya dalam manajemen mutu sekolah tentunya ada beberapa indikator prasyarat dalam manajemen mutu sekolah yaitu kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah.

Kepemimpinan visioner kepala sekolah ini mempunyai peranan penting guna menunjang manajemen mutu sekolah. diera otonomi saat ini karena kepala sekolah memiliki wewenang dan juga tanggung jawab untuk dapat mengelola sekolah secara mandiri. Di tangan kepala sekolahlah peningkatan mutu sekolah bisa tercapai. Karena kepala sekolah sebagai seorang pemimpin memiliki peranan untuk dapat mengkoordinir semua personil di sekolah dapat menjalankan tugasnya secara lebih efisien. Kekuatan kepemimpinan menghasilkan berbagai kebijakan dan operasionalisasi kerja yang dibimbing oleh visi yang akan dijadikan dasar pencapaian tujuan. Visi yang dijalankan secara konsisten harus menuntut perubahan budaya yang lebih berorientasi pada mutu baik proses maupun hasil pendidikan. Dengan demikian hal penting yang memposisikan diri sebagai komponen yang memberikan pengaruh yang kuat pada efektifitas pencapaian pendidikan yang berkualitas di era desentralisai adalah Visionary Leadership.

Kepemimpinan visioner merupakan kemampuan pemimpin untuk dapat menciptakan suatu visi yang mampu menjawab berbagai tantangan di masa depan. Visi dapat menyalurkan apa yang ingin dicapai oleh pimpinan yaitu kepala sekolah terkait tujuan dari sekolah bila ditransformasikan secara tepat kepada seluruh warga sekolah untuk dapat berkomitmen untuk dapat mencapai visi tersebut. Hal senada dikemukakan oleh Engkoswara dan Komariah (2011:195)


(11)

bahwa kepemimpinan visioner (visionary leadership) dapat diartikan sebagai kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan, mensosialisasikan, mentransformasikan, dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus dicapai melalui komitmen semua personil.

Selain itu faktor pendukung lainnya adalah budaya sekolah. Dengan adanya budaya sekolah yang kondusif memungkinkan dapat meningkatkan prestasi peserta didik sehingga akan berimplikasi terhadap terbangunnya manajemen mutu sekolah.

Dimana sekolah merupakan sebuah organisasi yang didalamnya akan ada interaksi diantara individu maka dari itu harus ada antisipasi terhadap perubahan yang cepat sehingga sekolah mampu berperan dengan optimal dalam menghadapi berbagai perubahan yang terjadi. Menurut Kent D. Peterson guru besar pada Jurusan Administrasi Pendidikan Universitas Wisconsin Madison yang merangkap sebagai Direktur Institut Kepemimpinan Sekolah (2009) menyatakan

bahwa “budaya sekolah adalah seperangkat norma, tata nilai, keyakinan, ritual, dan tradisi dalam bentuk aturan aturan yang tidak tertulis yang mendasari cara

berpikir, cara merasakan, dan cara bertindak”. Maka dari itu budaya merupakan

kebiasaan dari individu dalam berinteraksi sosial. Sekoalah memiliki kesadaran akan pentingnya budaya sekolah yang kondusif namun hal ini sering terabaikan sehingga budaya sekolah sering mengalir begitu saja aturan-aturan yang tidak tertulis itu mendasari interaksi, pemecahan masalah serta dalam pengambilan keputusan.

Budaya sekolah yang sehat ternyata berkorelasi kuat dengan meningkatnya motivasi dan prestasi para siswa dan berkorelasi kuat juga dengan produktivitas kerja dan kepuasan para guru. Budaya sekolah juga mempengaruhi sikap guru terhadap pekerjaan mereka sehingga akan berimplikasi kepada mutu. Dalam studi yang dilakukan oleh Cheng (2003) diketahui bahwa budaya sekolah yang lebih kuat telah meningkatkan motivasi kerja guru. Dalam sebuah lingkungan dengan ideologi organisasi yang kuat, partisipasi yang dihayati bersama, kepemimpinan


(12)

yang kharismatik dan keakraban, menyebabkan para guru merasakan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan peningkatan produktivitas.

Dalam rangka mengembangkan budaya sekolah yang berkenaan dengan tugas dari kepala sekolah selaku pimpinan di sekolah. Dalam hal ini hendaknya kepala sekolah mampu melihat lingkungan sekolahnya secara keseluruhan. Sehingga mampu memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh warga sekolahnya. Maka dari itu melalui pemahaman mengenai budaya organisasi sekolah akan mampu memberikaan pemahaman mengenai nilai, kenyakinan dan juga sikap diantara warga sekolah sehingga bisa meningkatkan hubungan yang harmonis diantara warga sekolah.

Terkait dengan hal tersebut mutu sekolah di Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung masih rendah seperti dari data hasil ujian nasional yang didapat dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung. Kecamatan Kutawaringin menempati posisi terbaawah seperti daalam tabel berikut ini.

Tabel 1.1

Hasil Ujian Nasional Kabupaten Bandung

NO KECAMATAN HASIL UJIAN NASIONAL SD 1 Kecamatan Arjasari 21,48

2 Kecamatan Baleendah 23,18 3 Kecamatan Banjaran 21,07 4 Kecamatan Bojongsoang 22,93 5 Kecamatan Cangkuang 21,48 6 Kecamatan Cicalengka 23,58 7 Kecamatan Cikancung 23,73 8 Kecamatan Cilengkrang 21,91 9 Kecamatan Cileunyi 23,21 10 Kecamatan Cimaung 19,24 11 Kecamatan Cimeunyan 22,19 12 Kecamatan Ciparay 23,35 13 Kecamatan Ciwidey 22,00 14 Kecamatan Dayeuhkolot 23,56

15 Kecamatan Ibun 22,45

16 Kecamatan Katapang 23,21 17 Kecamatan Kertasari 20,17 18 Kecamatan Kutawaringin 18,87


(13)

NO KECAMATAN HASIL UJIAN NASIONAL SD 19 Kecamatan Majalaya 24,04

20 Kecamatan Margaasih 21,35 21 Kecamatan Margahayu 23,97 22 Kecamatan Nagreg 23,78 23 Kecamatan Pacet 20,84 24 Kecamatan Pameungpeuk 22,71 25 Kecamatan Pangalengan 19,60 26 Kecamatan Paseh 22,90 27 Kecamatan Pasirjambu 22,18 28 Kecamatan Ranca Bali 20,40 29 Kecamatan Rancaekek 23,98 30 Kecamatan Solokan Jeruk 23,50 31 Kecamatan Soreang 23,18

Mutu pendidikan di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin masih rendah dipicu oleh pengelolaan manajemen mutu sekolah yang masih belum optimal. Manajemen mutu sekolah merupakan alternatif dalam pengelolaan sekolah dengan lebih menekankan kepada kemandirian juga kreativitas sekolah dalam meningkatkan mutu sekolah.

Manajemen mutu sekolah masih belum dilakukan secara optimal oleh semua sekolah dikarenakan oleh banyak faktor penghambat ataupun kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak sekolah. Dimana perumusan visi belum melibatkan guru dan visi belum mampu diterjemahkan oleh kepala sekolah sehingga proses implementasi visi jadi terhambat. Maka dari itu tidak jarang visi yang telah dirumusakan hanya menjadi hiasan dinding semata. Dalam sebuah tulisan di Kompas (2009) mengungkapkan Sering kali pernyataan visi misi organisasi kurang tepat menggambarkan tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya kesulitan pada saat melakukan deploy visi misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi dengan menggunakan metode balance scorecard.


(14)

Selain itu proses manajemen mutu sekolah belum mampu memenuhi standar yang telaah ditetapkan. Standar ini ditetapkan agar sekolah mampu memenuhi semua kebutuhan dari pelanggan baik internal maupun eksternal. Standar yang harus dipenuhi oleh sekolah dasar ialah mengacu kepada Permendiknas no 19 tahun 2007 tentang pengelolaan pendidikan oleh satuan pendidikan dasar dan menengah. Permendiknas No. 19 Tahun 2007 merupakan salah satu penjabaran dari pelaksanaan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Ada enam poin penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan pendidikan dasar dan menengah yaitu perencanaan program, pelaksanaan rencana kerja, pengawasan dan evaluasi, kepemimpinan sekolah, sistem informasi manajemen dan penilaian khusus.

Namun standar tersebut belum bisa dipenuhi oleh sekolah hal ini terlihat dari komitmen untuk menjalankan manajemen mutu sekolah dari setiap warga sekolah untuk dapat mencapai mutu sesuai dengan yang diharapkan seehingga akan tercipta budaya untuk selalu memperbaiki kinerja secara terus menerus belum terlihat hal ini dikarenakan kurangnya rasa memiliki sekolah dari warga sekolah sehingga komitmen menjadi sebuah kata-kata yang tak mampu untuk dijalankan.

Dalam manajemen mutu dibutuhkan profesionalisme guru karena guru merupakan ujung tombak di dalam proses pembelajaran dimana guru harus mampu memberikan pembelajaran yang mendidik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang berprestasi. Namun kenyataannya profesionalisme guru saat ini masih rendah sehingga perlu selalu ditingkatkan secara terus menerus melalui continuing professional development (CPD) sebagai sebuah kegiatan pengembangan profesional yang tersedia untuk mendukung pengembangan kompetensi guru.

Selain itu dibutuhkan kepemimpinan mutu dalam menjalankan manajemen mutu dimana kepemimpinan mutu ini akan selalu memfokuskan kepada pencapaian atau pemenuhan kebutuhan pelanggan tanpa kepemimpinan mutu sulit untuk mewujudkan mutu sekolah. Namun yang menjadi kendala yaitu pimpinan masih belum bisa mendukung stafnya dengan tidak menunjukan penghargaan atas


(15)

prestasi yang dicapai oleh stafnya sehingga hal ini berdampak terhadap staf yang bekerja tanpa adanya motivasi.

Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain yang mendukung tercapainya manajemen mutu sekolah seperti sarana prasarana, dana operasional yang memadai, dan iklim organisasi. Kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Hal ini diperkuat dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Jami M. Syukri, Wahyudi (2013) Implementasi manajemen mutu terpadu di SD Negeri 03 Muara Pawan Kabupaten Ketapang menyatakan bahwa implementasi manajemen mutu terpadu di SD Negeri 03 Muara Pawan Kabupaten Ketapang telah memberikan kepuasaan kepada pelanggan pendidikan dengan berfokus pada program pelayanan pendidikan.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Ahmad Sofyanudin (2006) yang berjudul Faktor-faaktor determinan manajemen mutu terpadu dan pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja sekolah dasar di Kabupaten Purwakarta. Faktor-faktor determinan manajemen mutu memiliki keterkaitan yang signifikan terhadap peningkatan kinerja sekolah dasar di kabupaten Purwakarta.

Dari uraian yang telah dipaparkan di atas maka melihat pentingnya manajemen mutu untuk dapat mencapai mutu sekolah. Sehingga dengan pengaruh dari kepemimpinan Visioner kepala sekolah dan juga dukungan budaya sekolah akan bisa menunjang manajemen mutu dalam usaha mencapai mutu sekolah sesuai dengan harapan dari pelanggan.

Bertitik tolak pada uraian diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai: “Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan pengalaman historis yang telah diungkapkan melalui berbagai kerja ilmiah, peneliti dapat mengidentifikasi


(16)

masalah yang berkaitan dengan manajemen mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Semua usaha telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat menciptakan mutu sekolah yaitu dengan penerapan manajemen mutu sekolah sebagai salah satu kebijakan. Implementasi manajemen mutu sekolah sangat penting karena keberhasilan manajemen mutu sekolah akan berbanding lurus dengan peningkatan mutu sekolah. mutu merupaka hal yang sangat penting di dalam pendidikan karena dengan pendidikan yang bermutu akan mampu menghasilkan lulusan yang berdaya saing tinggi sehingga mampu bersaing di era globalisasi saat ini dan mampu menghadapi berbagai tantangan yang ada.

Keberhasilan dalam upaya meningkatkan manajemen mutu sekolah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam hal ini, peneliti ingin mengetahui pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah pada SDN Se-Kecamatan Kutawaringin di kabupaten Bandung. Karena berdasarkan hasil studi awal di lapangan, kedua variabel tersebut memiliki pengaruh dan meningkatkan manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Hal ini diperkuat oleh J.Supranto (2007: 12) elemen-elemen yang dapat mendukung manajemen mutu ialah Kepemimpinan, pendidikan, struktur pendukung, komunikasi, penghargaan dan pengukuran.


(17)

Gambar 1.1

Elemen-elemen pendukung manajemen mutu

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian ialah kepemimpinan dan budaya sekolah. Kepemimpinan Visioner kepala sekolah merupakan kepemimpinan yang memiliki kerja pokok untuk memfokuskan pada rancangan masa depan yang penuh tantangan. Mampu menjadi agen perubahan dan penentu arah organisasi sehingga mampu mencciptakan budaya sekolah yang baik dan mampu menciptakan profesionalisme kerja bagi setiap personil sekolah untuk dapat mendapatkan output yang berkualitas. Sehingga melalui kepemimpinan yang visioner diharapkan mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah.

Budaya sekolah yang efektif juga mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah karena dengan budaya sekolah yang efektif akan mampu membentuk karakter peserta didik sehingga dapat meningkatkan prestasi peserta didik yang tentunya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas. Namun budaya sekolah sering terganjang oleh kepemimpinan kepala sekolah yang tidak mampu membentuk budaya sekolah yang efektif di sekolah.

Pengukuran Pendidikan

Komunikasi Penghargaan

Kepemimpinan

Manajemen Mutu

Stuktur Pendukung


(18)

Oleh karena itu, melalui kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah diharapkan mampu meningkatkan manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Penelitian ini dibatasi dalam lingkup masalah pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1) dan budaya sekolah (X2) sebagai variabel bebas,

terhadap manajemen mutu sekolah(Y) sebagai variabel terikat. Adapun unit analisis dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala sekolah dan Guru yang terlibat dalam manajemen sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

2. Rumusan Masalah

Bertitik tolak kepada latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian ini ialah

a. Bagaimana gambaran Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?

b. Bagaimana gambaran Budaya Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?

c. Bagaimana gambaran Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin?

d. Seberapa besar Korelasi antara kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah terhadap Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?

e. Seberapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?

f. Seberapa besar Pengaruh Budaya Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?

g. Seberapa besar Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung?


(19)

C. Tujuan Penelitian

1. Secara umum tujuan dari penelitian ini ialah ingin memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Mendapat gambaran empirik tentang kepemimpinan visioner Kepala sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

b. Mendapat gambaran empirik tentang budaya sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

c. Mendapat gambaran empirik tentang Manajemen Mutu Sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

d. Menganalisis korelasi antara Kepemimpina visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

e. Menganalisis pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah terhadap budaya sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung. f. Menganalisis pengaruh budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah

di SDN Se-kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

g. Menganalisis pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini ada dua yang dapat diambil yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu administrasi pendidikan dan dapat dipergunakan sebagai bahan referensi bagi peneliti dan pengamat masalah pendidikan terhadap pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah.


(20)

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengaruh kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah.

b. Memberikan masukan kepada para pengambil kebijakan pendidikan. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang menyangkut perbaikan kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah.

E. Struktur Organisasi Tesis

Untuk memudahkan pemahaman dan pemecahan masalah secara lebih terstruktur dan sistematis, maka penulis menyusun suatu bentuk penulisan sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan. Pada bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

Bab II: Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, Dan Hipotesis. Pada bagian ini memaparkan landasan teori berupa uraian mengenai teori-teori yang mendukung penelitian ini sebagai dasar pemikiran dan pemecahan masalah yang kemudian dijadikan kerangka pikir penilitian untuk selanjutnya diperoleh hipotesis penelitian.

Bab III: Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bagian ini berisi keseluruhan data dari hasil observasi dan kuesioner. Memaparkan hasil pengolahan data berdasarkan prosedur yang telah ditetapkan serta memaparkan hasil analisis data yang dilakukan. Hasil analisis ini kemudian dilakukan pembahasan berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Bab V: Kesimpulan dan Saran. Bab ini berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian, implikasi. Saran atau rekomendasi yang dihasilkan ditujukan kepada para pengguna hasil penelitian dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1) Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan pada SD Negeri Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung. Dalam penelitian ini, lokasi dipilih secara keseluruhan berdasarkan informasi dari UPTD Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung yaitu berjumlah 43 Sekolah.

2) Populasi

Menurut pendapat Sugiyono (2010:80) bahwa “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya”. Untuk itu, yang menjadi populasi dari penelitian ini

adalah kepala sekolah dan guru sekolah dasar Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung

Tabel 3.1

Jumlah Kepala Sekolah dan Guru SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung

NO NAMA SEKOLAH

JUMLAH KEPALA

SEKOLAH JUMLAH GURU

1 SDN BAROKAH 1 8

2 SDN BOBOJONG 1 6

3 SDN BUANAMEKAR 1 3

4 SDN CIBODAS I 1 5

5 SDN CIBODAS II 1 5

6 SDN CIHARUMAN 1 4

7 SDN CIKINDUL 1 5

8 SDN CILAME 1 5

9 SDN CITIRU I 1 11

10 SDN CITIRU IV 1 4

11 SDN GAJAH KARAMAT 1 4

12 SDN GALIH PAKUAN 1 5

13 SDN GUNUNG GEULIS 1 6 14 SDN GUNUNG PANCIR 1 6


(22)

NO NAMA SEKOLAH

JUMLAH KEPALA

SEKOLAH JUMLAH GURU

15 SDN JATISARI 1 5

16 SDN JELEGONG I 1 6

17 SDN JELEGONG II 1 3

18 SDN JELEGONG III 1 5

19 SDN KARYABAKTI 1 5

20 SDN KOPO I 1 6

21 SDN KOPO II 1 7

22 SDN KOPO III 1 4

23 SDN KOPO IV 1 4

24 SDN CIPEUNDEUY 1 4

25 SDN CISEAH 1 4

26 SDN KOPO V 1 4

27 SDN KUTAWARINGIN 1 5

28 SDN MARKIDAM 1 3

29 SDN MEKARHURIP 1 3

30 SDN MEKARWANGI 1 5

31 SDN NEGLASARI 1 4

32 SDN PADAHURIP 1 2

33 SDN PADASUKA I 1 6

34 SDN PADASUKA II 1 6

35 SDN PADASUKA III 1 6

36 SDN PAMEUNTASAN I 1 5 37 SDN PAMEUNTASAN II 1 6 38 SDN PAMEUNTASAN III 1 7 39 SDN PAMEUNTASAN IV 1 6 40 SDN PUNCAK MULYA 1 5

41 SDN SIRNAGALIH 1 7

42 SDN SUKAMULYA 1 7

43 SDN TEGALWANGI 1 4

JUMLAH 43 221

3) Sampel

Arikunto yang dikutip oleh Akdon dan Hadi (2005:98) mengemukakan

bahwa : „Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang

diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.‟ Dikarenakan populasi dalam


(23)

penelitian ini dalam jumlah yang cukup besar, maka dilakukan penarikan sampel. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu menggunakan probability sampling, proportionate stratifed random sampling. Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugioyono 2010:82). Sementara teknik proportionate stratified random sampling dipilih karena populasi dalam penelitian ini mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Adapun cara menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael (Sugiyono, 2010:86) dengan rumus:

Dengan jumlah populasi 264 guru dan kepala sekolah dan taraf kesalahan 10% (λ= 2,706), maka diperoleh jumlah total sampel penelitian melalui perhitungan sebagai berikut

Jadi jumlah sampel penelitian ini sebanyak 133 orang , jumlah ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika diprosentasekan adalah 100/264 x 100% = 37,87%

Setelah dihitung secara keseluruhan didapat data sebagai berikut : Keterangan :

- λ dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%. P = Q : 0,5

d : 0.05 N : populasi s : jumlah sampel �


(24)

Tabel 3.2

Jumlah Sampel Kepala Sekolah dan Guru SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung

No

Nama Sekolah Jumlah Populasi

Jumlah Sampel(45,24%)

Jumlah Sampel

1 SDN BAROKAH 9 4,53 5

2 SDN BOBOJONG 7 3,52 4

3 SDN BUANAMEKAR 4 2,01 2

4 SDN CIBODAS I 6 3,02 3

5 SDN CIBODAS II 6 3,02 3

6 SDN CIHARUMAN 5 2,51 3

7 SDN CIKINDUL 6 3,02 3

8 SDN CILAME 6 3,02 3

9 SDN CITIRU I 12 6,04 6

10 SDN CITIRU IV 5 2,51 3

11 SDN GAJAH KARAMAT 5 2,51 3 12 SDN GALIH PAKUAN 6 3,02 3 13 SDN GUNUNG GEULIS 7 3,52 4 14 SDN GUNUNG PANCIR 7 3,52 4

15 SDN JATISARI 6 3,02 3

16 SDN JELEGONG I 7 3,52 4 17 SDN JELEGONG II 4 2,01 2 18 SDN JELEGONG III 6 3,02 3 19 SDN KARYABAKTI 6 3,02 3

20 SDN KOPO I 7 3,52 4

21 SDN KOPO II 8 4,03 4

22 SDN KOPO III 5 2,51 3

23 SDN KOPO IV 5 2,51 3

24 SDN CIPEUNDEUY 5 2,51 3

25 SDN CISEAH 5 2,51 3

26 SDN KOPO V 5 2,51 3

27 SDN KUTAWARINGIN 6 3,02 3

28 SDN MARKIDAM 4 2,01 2

29 SDN MEKARHURIP 4 2,01 2 30 SDN MEKARWANGI 6 3,02 3

31 SDN NEGLASARI 5 2,51 3

32 SDN PADAHURIP 3 1,51 2

33 SDN PADASUKA I 7 3,52 4 34 SDN PADASUKA II 7 3,52 4 35 SDN PADASUKA III 7 3,52 4 36 SDN PAMEUNTASAN I 6 3,02 3 37 SDN PAMEUNTASAN II 7 3,52 4 38 SDN PAMEUNTASAN III 8 4,03 4 39 SDN PAMEUNTASAN IV 7 3,52 4 40 SDN PUNCAK MULYA 6 3,02 3 41 SDN SIRNAGALIH 8 4,03 4 42 SDN SUKAMULYA 8 4,03 4 43 SDN TEGALWANGI 5 2,51 3


(25)

Jadi, jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah sebanyak 90 guru sekolah dasar yang berkualifikasi S-1 dan 43 kepala sekolah Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

B.Metode Penelitian

Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu bagaimana Pengaruh Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah dan Budaya Sekolah Terhadap Manajemen Mutu Sekolah . Untuk itu, peneliti berusaha menggunakan metode yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Sebagaimana mestinya bahwa sebuah penelitian tidak akan mencapai kriteria penelitian sesungguhnya apabila tidak menggunakan sebuah metode penelitian yang tepat. Dengan metode penelitian yang tepat, diharapkan sebuah penelitian nantinya akan menjadi penelitian yang ilmiah, logis, sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Berikut merupakan metode yang digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian ini:

1. Pendekatan Kuantitatif

Arikunto (2002:86) mengatakan bahwa pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan masalah penelitian.

Pendekatan kuantitatif merupakan metode pemecahan masalah yang terencana dan cermat, dengan desain yang terstruktur ketat, pengumpulan data secara sistematis terkontrol dan tertuju pada penyusunan teori yang disimpulkan secara induktif dalam kerangka pembuktian hipotesis secara empiris. Pendekatan kuantitatif merupakan upaya mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian (variabel X1, X2 dan variabel Y) untuk kemudian dicari hubungan antar

variabel-variabel tersebut.

2. Metode Deskriptif

Metode deskriptif merupakan metode yang ditujukan untuk memecahkan masalah yang terjadi pada masa sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh


(26)

Arikunto (2002:86) bahwa: “Metode deskriptif adalah metode penelitian yang

digunakan dalam mengkaji permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini atau

masa sekarang.” Metode deskriptif pun diartikan sebagai perolehan informasi atau

data yang relevan dengan masalah yang diteliti melalui penelaahan berbagai konsep atau teori yang dikemukakan oleh para ahli.

Metode deskriptif dalam penelitian ini sesuai digunakan, karena masalah yang diambil terpusat pada masalah aktual dan berada pada saat penelitian dilaksanakan dengan melalui prosedur pengumpulan data, mengklasifikasi data kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.

3. Studi Kepustakaan (Studi Bibliografi)

Studi Bibliografi sering disebut juga studi kepustakaan, digunakan untuk melengkapi metode deskriptif. Studi bibliografi merupakan proses penelusuran sumber-sumber tertulis berupa buku-buku, laporan-laporan penelitian, jurnal, dan sejenisnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Melalui studi bibliografi ini, penulis akan memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan dalam bentuk teori-teori yang dapat dijadikan landasan berfikir dalam mengkaji, menganalisis, dan memecahkan permasalahan yang diteliti.

C.Definisi Operasional

Singarimbun dan Effendi (2003:46-47) menjelaskan bahwa definisi operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan cara mengukur satu variabel. Artinya bahwa definisi operasional dimaksudkan untuk menjelaskan sebuah makna dalam variabel yang sedang diteliti. Berikut ini definisi operasional dari penelitian ini:

1. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan, mengkomunikasikan/mensosialisasikan/ mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. Aan Komariah dan Cepi Triatna ( 2005 : 82). Pemimpin yang visioner bekerja


(27)

dalam emapat pilar yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih (Burt Nanus dalam Komariah dan Triatna (2005 : 93)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang mampu merumuskan masa depan yang penuh tantangan dan menjadi cita-cita dari lembaga. Kepemimpinan visioner harus memiliki peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, pelatih.

2. Budaya Sekolah (X2)

Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah, pola dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh sekelompok sekolah seperti mengatasi masalah-masalah yang diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam yang sudah cukup baik diakui secara sah dan oleh karena itu perlu dirasakan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sekolah dengan adanya pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan Miller dalam Sutrisno (2010 : 56-57).

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan budaya sekolah adalah gambaran perilaku yang ditunjukan oleh personil lembaga dalam memberikan pelayanan pendidikan melalui pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan.

3. Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Manajemen Mutu adalah proses manajemen komprehensif yang berfokus pada perbaikan yang terus menerus dari aktifitas organisasi untuk menajamkan kualitas dan jasa yang ditawarkan. Malthis dan Jackson (2001 :56)

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan manajemen mutu sekolah adalah tingkat keunggulan terhadap proses peningkatan kinerja secara terus menerus dalam pelayanan kepada konsumen dengan melaksanakan proses manajemen yang terdiri dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sekolah.


(28)

D.Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Dalam menyusun kuesioner ini peneliti menggunakan skala. Menurut Sugiyono (2008:93) skala digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena tertentu. Jadi dengan skala ini peneliti ingin mengetahui bagaimana kepemimpinan visioner kepala sekolah dan budaya sekolah terhadap manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data ketiga variabel penelitian ini adalah skala likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu: Selalu (SL), Sering (SR), Kadang-kadang (KD), Jarang (JR), dan Tidak Pernah (TP). Pemberian bobot masing-masing kontinum atau berturut-turut, untuk pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1, sedangkan bobot untuk pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian ini disusun berdasarkan indikator-indikator masing-masing variabel. Untuk mendapatkan kesahihan konstruk dilakukan melalui pendefinisian dan studi kepustakaan. Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel, (2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, (3) melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Dalam penyusunan butir pernyataan mengacu kepada kisi-kisi instrumen penelitian.

Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item Kepemimpinan

Visioner Kepala Sekolah (X1)

Kepemimpinan visioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencipta, merumuskan,

kepemimpinan visioner adalah kepemimpinan yang mampu merumuskan

Penentu Arah

a.Menentukan arah yang tujuanmelalui

penyususnan program b.Mengarahkan

perilaku-1


(29)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item mengkomunikasikan/mens

osialisasikan/

mentransformasikan dan mengimplementasikan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau sebagai hasil interaksi sosial diantara anggota organisasi dan stakeholders yang diyakini sebagai cita-cita organisasi dimasa depan yang harus diraih atau diwujudkan melalui komitmen semua personil. Aan Komariah dan Cepi Triatna ( 2005 : 82). Pemimpin yang visioner bekerja dalam emapat pilar yaitu sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara dan pelatih (Burt Nanus dalam Komariah dan Triatna (2005 : 93)

masa depan yang penuh tantangan dan menjadi cita-cita dari lembaga.

Kepemimpinan visioner harus memiliki peran sebagai penentu arah, agen perubahan, juru bicara, pelatih.

perilaku bergerak maju kearah yang diinginkan c.Menganalisis bersama

kemungkinan-kemungkinan yang ditempuh melalui teknik-teknik di masa depan

d.Kemampuan

menganalisis posisi misalnya dengan menggunakan analisis SWOT

e.Memberikan kejelasan kepada pengikutnya cara-cara yang mesti dilakukan 3 4 5 Agen Perubahan

a.Bertanggung jawab untuk merangsang perubahan di lingkungan internal b.Menciptakan inovasi

baru yang dapat memicu kinerja

c.Pemimpin mampu berpikir ke depan d.Pemimpin mampu

menyesuaikan terhadap perubahan

e.Menjadi pelopor inovasi mengarahkan ke perubahan lebih baik dalam mengimplementasikan visi 6 7 8 9 10

Juru Bicara a.Memperkenalkan/menso sialisasikan visi sekolah b.Memiliki kemampuan menyakinkan orang dalam kelompok internal

c.Berhubung dengan organisasi lain mengakses kepada hierarki yang lebih tinggi

d.Menyampaikan gagasan-gagasan pokok pikiran baik secara lisan maupun tulisan

e.Berkomunikasi secara empatik membangun komitmen dan

11

12

13

14


(30)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item penyampaian berbagai kepentingan yang berhubungan dengan implementasi visi f.Menyampaikan berbagai

kepentingan yang berhubungan dengan implementasi visi

16

Pelatih a. Memberi wawasan yang dapat dijadikan dasar bertindak b.Mampu

mengkomunikasikan dengan yakin bahwa program sekolah bermanfaat baagi pengembangan sekolah c.Memfokuskan pada

rekayasa kemajuan dan pembelajaran masa depan

d.Komitmen untuk menjadikan sekolah unggulan bersama guru e.Mengembangkan

kehangatan budaya dan iklim sekolah yang baik f.Tanggap terhadap

masalah individu guru dan memberi solusi dalam konteks untuk kelancaran

pembelajaran g.Melatih/membimbing

penuh kesadaran dan suri tauladan yang didasari keahlian dan akhlak mulia

h.Mampu berkomunikasi, mensosialisasikan daan bekerjasama untuk membangun serta mempertahankan visi yang dianutnya 17 18 19 20 21 22 23 24-25 Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Budaya Sekolah (X2)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item Budaya

Sekolah (X2)

Nilai-nilai dominan yang didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap semua unsur dan komponen sekolah, pola dasar yang ditemukan atau dikembangkan oleh

budaya sekolah adalah gambaran perilaku yang ditunjukan oleh personil lembaga dalam memberikan pelayanan pendidikan melalui pola nilai,

Pola Nilai a. Nilai yang merujuk pada visi otonomi sekolah

b. Nilai yang merujuk pada implementasi spiritual

c. Nilai profesionalisme 1-2

3-4


(31)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item sekelompok sekolah seperti

mengatasi masalah-masalah yang diadaptasi dari luar maupun integrasi dari dalam yang sudah cukup baik diakui secara sah dan oleh karena itu perlu dirasakan dalam hubungannya dengan masalah-masalah sekolah dengan adanya pola nilai, pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan Miller dalam Sutrisno (2010 : 56-57).

pola kebiasaan, pola sikap dan tindakan.

Pola Kebiasaan

a.Peraturan-peraturan b.Slogan, motto,

simbol-simbol, seragam c.Upacara-upacara

7-10 11-14

15-16 Pola sikap

dan tindakan

a.Cara berkomunikasi b.Pembinaan pegawai

17-18 19

Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item Manajemen

Mutu Sekolah (Y)

Manajemen Mutu Terpadu (TQM) adalah proses manajemen komprehensif yang berfokus pada perbaikan yang terus menerus dari aktifitas organisasi untuk menajamkan kualitas dan jasa yang ditawarkan. Malthis dan Jackson (2001 :56).

manajemen mutu sekolah adalah tingkat keunggulan terhadap proses peningkatan kinerja secara terus menerus dalam pelayanan kepada konsumen dengan melaksanakan proses manajemen yang terdiri dari proses perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan sekolah.

Perencanaan Mutu

a.Merumuskan visi sekolah secara realitas b.Merumusskan misi

sekolah secara fleksibel c.Merumuskan tujuan sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas

d.Merumuskan sasaran sekolah dengan rentang waktu yang jelas e.Melakukan analisis

SWOT sekolah f.Melibatkan semua

pegawai dalam merumuskan renstra sekolah

g.Merumuskan program pengembangan kurikulum sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas h.Merumuskan program

pengembangan SDM dengan pencapaian indikator yang jelas i.Merumuskan

pengembangan sarana sekolah dengan pencapaian indikator yang jelas 1 2 3 4 5 6 7 8-9 10


(32)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item

Pengorganisasian Mutu

a.Mengembangkan struktur organisasi sekolah dengan jelas b.Membuat uraian tugas

pokok untuk masing-masing pekerjaan dengan jelas

c.Mengkomunikasikan uraian tugas pokok untuk masing-masing pekerjaan kepada seluruh pegawai sekolah

d.Melakukan analisis beban kerja untuk setiap pekerjaan di sekolah secara tertulis e.Melakukan penempatan

pegawai berdasarkan analisis beban kerja f.Mengidentifikasi

hubungan kerja yang jelas antar unit kerja di sekolah

g.Kewenangan antar satuan kerja sekolah teridentifikasi dengan jelas

h.Mengembangkan standar operasi prosedur pelaksanaan tugas pokok di setiap unit kerja

i.Memberlakukan aturan organisasi sekolah secara konsisten 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Pelaksanaan Mutu a.Memberikan orientasi tentang mekanisme kerja di semua unit kerja

b.Memberikan instruksi pelaksanaan tugas dengan terarah c.Memberikan saran

kepada pegawai dalam menyelesaikan beban kerjanya

d.Menyediakan waktu untuk mendiskusikan permasalahan pekerjaan e.Mengembangkan pola pikir tentang cara kerja yang baik

f.Memberikan pengakuan atas prestasi kerja pegwai

g.Menciptakan gairah kerja pada pegawai

20 21 22 23 24 25 26


(33)

Variabel Definisi Konseptual Definisi Operasional Indikator Sub Indikator Item h.Memberikan

kesempatan untuk berkembang bagi semua pegawai di sekolah

27

Pengawasan Mutu a.Menggunakan alat ukur dengan standar pengawasan yang jelas b.Indikator pengawasan sesuai dengan perencanaan sekolah di setiap satuan kerja c.Pengawasan dilakukan

secara berkala d.Melakukan analisis

hasil pengawasan tentang penyimpangan-penyimpangan program kerja

e.Pengawasan dilakukan dengan prinsip saling percaya

f.Melakukan tindakan perbaikan terhadap penyimpangan program kerja di sekolah g.Menyusun rancangan

perbaikan secara berlanjut untuk tahun

28

29

30

31

32

33

34

3. Uji Coba Instrumen

Instrumen penelitian yang telah disusun diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kesahihan dan kehandalannya. Jumlah responden uji coba sebanyak 10 orang guru dan 7 orang kepala sekolah di SDN di Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung , di luar populasi dan sampel yang ditentukan. Jumlah ini dianggap sudah memenuhi syarat untuk diuji coba. Uji coba instrumen dilakukan dengan langkah-langkah: (a) membagikan angket pada guru dan kepala sekolah , (b) memberikan keterangan tentang cara pengisian angket, (c) para guru dan kepala sekolah melakukan pengisian angket, dan (d) setelah guru dan kepala sekolah selesai mengisi angket, segera dikumpulkan kembali.

Pelaksanaan uji coba ini dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi pada item-item pernyataan angket, baik dalam hal redaksi, alternatif jawaban yang tersedia, maupun dalam pernyataan dan


(34)

jawaban tersebut. Uji coba dilakukan untuk analisis terhadap instrumen sehingga diketahui sumbangan butir-butir pernyataan terhadap indikator yang telah ditetapkan pada masing-masing variabel. Selanjutnya untuk memperoleh butir pernyataan pada valid dan reliabel dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas.

a. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen dapat diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment terhadap nilai-nilai antara variabel X dan variabel Y. Seperti yang diungkapkan Sugiyono, (2008:95):

√[ ] Keterangan:

n = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y X = Jumlah skor tiap butir Y = Jumlah skor total

X2 = Jumlah skor X dikuadratkan Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan

Selanjutnya dihitung dengan uji t atau uji signifikansi. Uji ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variable Y. Uji signifikasi ini dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:380), yaitu:

Keterangan:

r = Koefisien Korelasi n = Jumlah responden t = Uji signifikansi

Distribusi (tabel t) untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk = n – 2),

dengan keputusan, jika thitung > ttabel berarti valid, sebaliknya jika thitung < ttabel


(35)

1) Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1), yaitu dengan membandingkan nilai

thitung dengan ttabel. Jika nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel, maka item

pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

No. Item t hitung

t tabel

α = 0,05 Keputusan

1 7,492 >1,753 Valid 2 4,172 >1,753 Valid 3 0,433 <1,753 Tidak Valid 4 7,224 >1,753 Valid 5 -0,137 <1,753 Tidak Valid 6 7,224 >1,753 Valid 7 4,215 >1,753 Valid 8 4,034 >1,753 Valid 9 3,370 >1,753 Valid 10 1,584 <1,753 Tidak Valid 11 8,525 >1,753 Valid 12 5,077 >1,753 Valid 13 3,218 >1,753 Valid 14 1,823 >1,753 Valid 15 4,052 >1,753 Valid 16 3,131 >1,753 Valid 17 3,869 >1,753 Valid 18 2,131 >1,753 Valid 19 1,158 <1,753 Tidak Valid 20 1,990 >1,753 Valid 21 1,857 >1,753 Valid 22 1,867 >1,753 Tidak Valid 23 2,037 >1,753 Valid 24 2,757 >1,753 Valid 25 2,757 >1,753 Valid

2) Variabel Budaya Sekolah (X2)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel budaya sekolah (X2), yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika nilai


(36)

thitung lebih besar daripada nilai ttabel, maka item pertanyaan tersebut dinyatakan

valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6. Budaya Sekolah (X2)

No. Item t hitung

t tabel

α = 0,05 Keputusan

1 2,772 >1,753 Valid 2 2,772 >1,753 Valid 3 1,316 <1,753 Tidak Valid 4 2,263 >1,753 Valid 5 2,263 >1,753 Valid 6 2,347 >1,753 Valid 7 3,937 >1,753 Valid 8 1,949 >1,753 Valid 9 2,781 >1,753 Valid 10 1,883 >1,753 Valid 11 1,923 >1,753 Valid 12 2.347 >1,753 Valid 13 1,735 <1,753 Tidak Valid 14 3,086 >1,753 Valid 15 5,711 >1,753 Valid 16 5,751 >1,753 Valid 17 3,854 >1,753 Valid 18 2,525 >1,753 Valid 19 2,990 >1,753 Valid

3) Variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y)

Untuk mengetahui tingkat validitas pada item pertanyaan variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y), yaitu dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel. Jika

nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel, maka item pertanyaan tersebut

dinyatakan valid. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut: Tabel 3.7. Manajemen Mutu Sekolah (Y) No. Item t hitung

t tabel

α = 0,05 Keputusan

1 3,956 >1,753 Valid 2 4,217 >1,753 Valid 3 4,013 >1,753 Valid 4 2,776 >1,753 Valid 5 2,598 >1,753 Valid 6 0,747 <1,753 Tidak Valid 7 3,05 >1,753 Valid 8 2,897 >1,753 Valid 9 3,005 >1,753 Valid


(37)

No. Item t hitung

t tabel

α = 0,05 Keputusan

10 2,359 >1,753 Valid 11 0,127 <1,753 Tidak Valid 12 1,100 <1,753 Tidak Valid 13 2,065 >1,753 Valid 14 1,865 >1,753 Valid 15 0,220 <1,753 Tidak Valid 16 3,259 >1,753 Valid 17 4,045 >1,753 Valid 18 3,549 >1,753 Valid 19 3,269 >1,753 Valid 20 2,168 >1,753 Valid 21 3,012 >1,753 Valid 22 3,527 >1,753 Valid 23 3,527 >1,753 Valid 24 1,648 <1,753 Tidak Valid 25 3,005 >1,753 Valid 26 2,563 >1,753 Valid 27 -0,635 <1,753 Tidak Valid 28 2,252 >1,753 Valid 29 4,217 >1,753 Valid 30 4,217 >1,753 Valid 31 -0,144 <1,753 Tidak Valid 32 2,249 >1,753 Valid 33 2,015 >1,753 Valid 34 2,385 >1,753 Valid

Saran : Setelah dilakukan diskusi bersama dengan pembimbing dan penelaahan teori maka item pernyaatan dari setiap variabel yang tidak valid dilakukan revisi atau perbaikan tata kalimat pada item pernyataannya guna untuk kepentingan penelitian.

b. Uji Realibilitas Instrumen

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:170) bahwa: “Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul

data karena instrument tersebut sudah cukup baik.” Maksud dapat “dipercaya”

disini bahwa data yang dihasilkan harus memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Dalam penelitian ini, langkah-langah pengujian reliabilitas angket dilakukan dengan bantuan SPSS 18.0. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah: jika r

hitung > r tabel maka instrumen reliabel, dan jika rhitung < rtabel maka instrumen tidak


(38)

1. Reliabilitas Variabel X1 (Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah)

Tabel 3.8

Uji Reliabilitas Variabel Kepemimpinan Visioner Kepala Sekolah (X1)

Pengujian reliabilitas pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1)

ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,662. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,514

maka rhitung lebih besar daripada rtabel.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah (X1) reliabel.

2. Reliabilitas Variabel X2 (Budaya Sekolah )

Tabel 3.9

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,909 N of Items 13a Part 2 Value ,819

N of Items 12b Total N of Items 25 Correlation Between Forms ,570 Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,726 Unequal Length ,726 Guttman Split-Half Coefficient ,662 a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13.

b. The items are: p13, p14, p15, p16, p17, p18, p19, p20, p21, p22, p23, p24, p25.

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,597 N of Items 10a Part 2 Value ,439

N of Items 9b Total N of Items 19 Correlation Between Forms ,818 Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,900 Unequal Length ,900 Guttman Split-Half Coefficient ,888 a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10.


(39)

Uji

Reliabilitas Variabel Budaya Sekolah (X2)

Pengujian reliabilitas pada variabel budaya sekolah (X2) ini dengan

melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,888. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,514 maka

rhitung lebih besar daripada rtabel.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel budaya sekolah (X2) reliabel.

3. Reliabilitas Variabel Y (Manajemen Mutu Sekolah)

Tabel 3.10

Uji Reliabilitas Variabel Manajemen Mutu Sekolah (Y) b. The items are: p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17, p18, p19.

Cronbach's Alpha Part 1 Value ,719 N of Items 17a Part 2 Value ,634

N of Items 16b Total N of Items 33 Correlation Between Forms ,628 Spearman-Brown Coefficient Equal Length ,771 Unequal Length ,772 Guttman Split-Half Coefficient ,771 a. The items are: p1, p2, p3, p4, p5, p6, p7, p8, p9, p10, p11, p12, p13, p14, p15, p16, p17. b. The items are: p17, p18, p19, p20, p21, p22, p23, p24, p25, p26, p27, p28, p29, p30, p31, p32, p33.


(40)

Pengujian reliabilitas pada variabel manajemen mutu sekolah (Y) ini dengan melihat nilai korelasi gutman split-half coefficient yaitu sebesar 0,771. Korelasi berada pada kategori sangat kuat. Bila dibandingkan dengan rtabel 0,514 maka

rhitung lebih besar daripada rtabel.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan pada variabel manajemen mutu sekolah (Y) reliabel.

c. Uji Homogenitas

Menurut Sugiyono (2008: 276) uji homogenitas varian bertujuan untuk menentukan apakah varian kedua kelompok homogen atau tidak.

Keterangan :

= varians (sd2) yang lebih besar varians (sd2) yang lebih kecil

Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok mempunyai varian yang sama atau berbeda sehingga dapat ditentukan rumus t-test mana yang akan dipilih untuk pengujian hipotesis. Pengujian homogenitas varian menggunakan uji homogeneity dengan bantuan program SPSS.18 for windows. Dasar pengambilan keputusan: Ho diterima apabila nilai signifikan (sig.> 0,05), dan Ho ditolak atau H1 diterima apabila nilai signifikan (sig.< 0,05).

Tabel 3.11 Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig. nilai Based on Mean 3,265 1 131 ,073

Based on Median 3,229 1 131 ,075 Based on Median and with

adjusted df

3,229 1 130,882 ,075


(41)

Dari hasil table output di atas dapat diketahui signifikansi sebesar 0,073. Karena nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok data mempunyai varian sama atau homogen.

E.Teknik Pengumpulan Data

Moh. Nazir (2003:328) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan untuk melaksanakan suatu penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa angka-angka, keterangan tertulis, informasi lisan dan beragam fakta yang berhubungan dengan fokus penelitian yang diteliti. Maka dalam penelitian ini digunakan dua teknik utama pengumpulan data, yaitu studi dokumentasi dan teknik angket.

1. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2008:98) Studi dokumentasi dalam pengumpulan data penelitian ini dimaksudkan sebagai cara pengumpulan data dengan mempelajari dan mencatat bagian-bagian yang dianggap penting. Studi Dokumentasi diajukan untuk memperoleh data langsung dari instansi atau lembaga meliputi buku-buku, laporan kegiatan yang releven.

2. Teknik Angket / Kuesioner

Kuesioner/angket secara umum sering disebut sebagai daftar pertanyaan. Menurut Moh. Nazir (2003:203) kuesioner adalah daftar pertanyaan yang cukup terperinci dan lengkap.

Angket disebarkan pada responden dalam hal ini sebanyak 133 responden. Pemilihan dengan model angket ini, didasarkan atas alasan bahwa: (a) responden memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan, (b) setiap responden menghadapi susunan dan cara pengisian yang sama atas pertanyaan yang diajukan, (c) responden mempunyai kebebasan memberikan jawaban, dan (d) dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau keterangan dari banyak responden dan dalam waktu yang tepat.


(42)

Indikator-indikator yang merupakan jabaran dari variabel kepemimpinan transformasional kepala sekolah dan motivasi berprestasi guru terhadap kinerja mengajar guru merupakan materi pokok yang diramu menjadi sejumlah pernyataan didalam angket.

F. Teknik Analisis Data

Langkah-langkah pengolahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis Data Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melihat kecenderungan distribusi frekuensi variabel dan menentukan tingkat ketercapaian responden pada masing-masing variabel. Gambaran umum setiap variabel digambarkan oleh skor rata-rata yang diperoleh dengan menggunakan teknik Weighted Means Scored (WMS), dengan rumus:

Keterangan:

= skor rata-rata yang dicari

X = jumlah skor gabungan (hasil kali frekuensi dengan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban)

N = jumlah responden

Hasil kali perhitungan dikonsultasikan dengan tabel 5 kriteria dan penafsiran seperti dibawah ini:

Tabel 3.12. Kriteria dan Penafsiran

Rentang Nilai Pilihan Jawaban Kriteria 4,01 – 5,00 Selalu Sangat tinggi 3,01 – 4,00 Sering Tinggi 2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup 1,01 – 2,00 Jarang Rendah 0,01 – 1,00 Tidak pernah Sangat rendah


(43)

Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi ganda. Persyaratan tersebut adalah syarat normalitas dan syarat kelinieran regresi Y atas X.

a. Uji Normalitas Distribusi Data

Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui dan menentukan analisis dan menentukan apakah pengolahan data menggunakan parametrik atau non parametrik. Untuk pengolahan data parametrik, data yang dianalisis harus berdistribusi normal, sedangkan pengolahan data non parametrik data yang dianalisis berdistribusi tidak normal. Pengujian ini bertujuan untuk apakah ketiga variabel penelitian tersebut memiliki penyebaran data yang normal atau tidak. Dengan menggunakan rumus Chi Kuadrat:

Keterangan:

X2 = Chi Kuadrat yang dicari O1 = Frekuensi hasil penelitian

E1 = Frekuensi

b. Uji Linieritas Data

Uji linieritas dapat dilihat dari signifikasi dari deviation of linierity untuk X1

terhadap Y serta X2 terhadap Y. Apabila nilai signifikasi < 0,05 dapat disimpulkan

bahwa hubungannya bersifat linier.

3. Menguji Hipotesis Penelitian

Teknikyang digunakan dalam melakukan pengujian hipotesis adalah:

a. Hipotesis 1 dan 2 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi sederhana.

b. Hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan regresi ganda.

a. Analisis Korelasi

1) Analisis Korelasi Sederhana

Analisis korelasi dimaksudkan untuk mengetahui derajat hubungan antara variabel X dan variable Y. Ukuran yang digunakan untuk mengetahui derajat


(44)

hubungan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi (r) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

√[ ]

Keterangan:

n = Jumlah responden

XY = Jumlah perkalian X dan Y X = Jumlah skor tiap butir Y = Jumlah skor total

X2 = Jumlah skor X dikuadratkan Y2 = Jumlah skor Y dikuadratkan

Dari rumus di atas dapat dijelaskan bahwa rxy merupakan koefisien korelasi

dari variabel X dan variabel Y dapat dilihat dengan membandingkan rhitungdengan

rtabel pada tingkat kepercayaan 95%. Bila rhitung > rtabel dan bernilai positif, maka

terdapat pengaruh yang positif. 2) Analisis Korelasi Ganda

Korelasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel independen secara bersama-sama atau lebih dengan satu variabel dependen. Berikut ini merupakan rumus korelasi ganda (Sugiyono, 2011: 233):

RyX1X2 =

Keterangan :

Ryx1x2 : Korelasi antara X1 dan X2 bersama-sama dengan Y

ryx1 : Korelasi Product Moment Y dengan X1

ryx2 : Korelasi Product Moment Y dengan X2

rx1x2 : Korelasi Product Meoment X1 dengan X2

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2

1

2

x x x x yx yx yx yx

r

r

r

r

r

r


(45)

Untuk lebih memudahkan dalam menafsirkan harga koefisien korelasi, menurut Sugiyono (2011:231) sebagai berikut:

Tabel 3.13. Tolok Ukur Koefisien Korelasi Nilai Koefisien Kriteria

0,80 – 1,000 Sangat kuat 0,60 – 0,799 Kuat 0,40 – 0,599 Sedang 0,20 – 0,399 Rendah 0,00 – 0,199 Sangat rendah

3) Uji Signifikansi

Uji signifikasi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah ((Field, 2000: 46):

Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

4) Uji Koefisien Determinasi

Mencari derajat hubungan berdasarkan Koefisien Determinasi (KD) dengan maksud sejauh mana pengaruh yang diberikan oleh variabel X terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

KD = Koefisien Determinasi yang dicari r2 = Koefisien Korelasi

b. Analisis Regresi

1) Analisi Regresi Sederhana

Analisis regresi sederhana dimaksudkan untuk mengetahui hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Berikut ini merupakan rumus persamaan umum analisis regresi linier sederhana (Sugiyono, 2011:261):

̂


(46)

̂ = Nilai taksir Y (variabel terikat) dari regresi a = Konstanta, apabila harga X = 0

b = Koefisien regresi, yaitu besarnya perubahan yang terjadi pada Y jika satu unit perubahan yang terjadi pada X

X = Harga variabel X - Uji t

Untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen, karena itu maka dilakukan analisis regresi linier sederhana dengan melakukan uji t. Pengujian dilakukan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dan 2 sisi. Uji t pada regresi ini menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Akdon (2008:144), yaitu:

Keterangan: t = nilai thitung

r = Koefisien korelasi hasil rhitung

n = Jumlah responden

Menguji taraf signifikansi yaitu dengan membandingkan harga thitung dengan

ttabel dengan tingkat kepercayaan tertentu dan dengan dk = n – 2. Koefisien

dikatakan signifikan atau memiliki arti apabila harga thitung > ttabel.

- Uji Signifikansi

Uji signifikansi ini adalah untuk menentukan apakah variabel X tersebut signifikan terhadap variabel Y. Rumus uji signifikansi adalah (Sugiyono, 2011):

Jika Signifikansi > 0,05 maka Ho diterima

Jika Signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima 2) Analisis Regresi Ganda

Analisis regresi ganda adalah alat peramalan pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan


(1)

129

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis merekomendasikan diantaranya sebagai berikut:

1. Pada variabel kepemimpinan visioner kepala sekolah yang perlu menjadi perhatian adalah indikator kepala sekolah sebagai pelatih. Peran kepala sekolah sebagai pelatih di SDN Se-Kecamatan Kutawaringin Kabupaten Bandung masih dalam kategori baik, namum peran ini perlu ditingkatkan lagi karena mengingat peran ini sangat penting untuk dapat membimbing guru beserta staf dalam melaksanakan tugas dan juga tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Pada variabel budaya sekolah di SDN Se-Kecamatan kutawaringin Kabupaten Bandung yang perlu menjadi perhatian adalah indikator pola kebiasaan. Meskipun pola kebiasaan sudah berada pada kategori baik , namum perlu ditingkatkan kembali Dimana perlu adanya peningkatan peraturan-peraturan yang berlaku di sekolah lebih ditingkatkan kembali dengan memberikan sosialisasi kepada semua warga sekolah terkait dengan peraturan yang ada di sekolah. Peningkatan pemahaman kepada warga sekolah terkait dengan slogan, motto, simbol-simbol juga seragam yang berlaku di sekolah. Serta harus adanya peningkatan kebiasaan upacara-upacara hari-hari besar Nasional.

3. Pada variabel manajemen mutu sekolah di SDN Se-Kecamatan kutawaringin Kabupaten Bandung suadah berada pada kategori baik namun hal ini menjadi sebuah keharusan dari seluruh komponen sekolah terutama kepala sekolah beserta guru yang terlibat dalam pengelolaan manajemen mutu sekolah untuk dapat menghasilkan output yang sesuai dengan harapan sehingga mutu pendidikan yang baik akan terwujud.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A.A Anwar Prabu Mangkunegara. (2005). Manajemen Sumber daya Manusia

Perusahaan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Akdon dan Sahlan Hadi. (2005). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk

Administrasi & Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

_______. (2008). Aplikasi Statistika Dan Metode Penelitian Untuk Administrasi

& Manajemen. Bandung : Dewa Ruchi.

Anwar, Qomari. Syaiful Sagala. (2004). Profesi Jabatan: Kependidikan dan Guru

Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta: UHAMKA

Press.

Arcaro S. Jerome, (1995), Quality in Education, St. Lucie Press.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Atmodiwirio, Soebagio. (2005). Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta. Ardadizya Jaya

Bafadal, Ibrahim. (2009). Manajemen Peningkatan Mutu Sekolah Dasar: Teori dan aplikasinya. Jakarta: Bumi Aksara

Danim, Sudarman. (2003). Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Penerbit Rineka Cipta

Depdiknas. (2002). Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill)

Melalui Pendekatan Broad-Besed Education (Draft). Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional.

Engkoswara. (2001). Paradigma Manajemen Pendidikan.Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

_________. (2002). Lembaga Pendidikan sebagai PusatPembudayaan.Bandung: Yayasan Amal Keluarga.

Engkoswara. Dan Komariah, Aan. (2011). Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Fandy Tjiptono, dan Anastasia Diana, (2003), TQM (total quality management). Andi offset. Yogyakarta


(3)

131

Fattah, Nanang (2011). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Field, Andy. (2000). Discovering Statistics Using SPSS for Windows Advanced

Techniques for The Beginner. London : SAGE Publications

Gaspersz, Vincent,(2008). Total Quality Management. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Goleman, Daniel. (2006) Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Gyrna, Frank M. (2001). Quality Planning and Analysis: From Product

Development through Use. 4th ed. McGraw-Hill , New York.

Handoko,Hani T., (2009) Manajemen. Yogyakarta: BPFE

Hoy, W.K, and Miskel, C.G (2008). Educational Administration : Theory,

Research, and Practice. (8th ed) New York : Mc Graw-Hill Companies,

Inc.

Jami (2013). Implementasi Manajemen Mutu Terpadu Di SD Negeri 03 Muara

Pawan Kabupaten Ketapang. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Vol 2

No 4 2013

Komariah, aan dan Triana, cepi. (2005). Visionary Leadership Menuju Sekolah

Efektif . Jakarta: Bumi Aksara

Masaong, Abdul Kadim.dan Ansar. (2011). Manajemen Berbasis Sekolah. Cetakan III. Malang: Sentra Media

Mathis, Robert. L & Jackson John. H, (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1, Salemba Empat, Jakarta

Meirawan, Danny. (2010). Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Sebagai Upaya Pengendalian Mutu Pendidikan Secara Nasional dalam Otonomi

Pendidikan. Jurnal Educationist Vol. IV No. 2/Juli 2010

Mohammad Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Morgan, Colin. & Stephen Murgatroyd. (1994). Total Quality Management and

the school. Buckingham: Open University Press.

Mulyasa. E (2002). Manajemen Berbasis Sekolah : Konsep, Strategi dan


(4)

__________ (2005).Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

.

Nawawi, H. (2005). Administrasi Pendidikan. Jakarta : H Masagung

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007. Kompotensi kepala sekolah/madrasah. Bandung: Rosda Karya.

Poster, C. (2000). Gerakan Menciptakan Sekolah Unggul. Jakarta: Lembaga Indonesia Aditama.

Praptiningsih (2010). Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan. Jurnal Inkoma Undaris Nomor 1 Februari 2010

Qomari, Anwar.Sagala, Syaiful. (2004). Profesi Jabatan: Kependidikan dan

Guru Sebagai Upaya Menjamin Kualitas Pembelajaran. Jakarta:

UHAMKA Press.

Rasyidin, Waini. Upaya Perbaikan Kualitas Pendidikan dan Pengajaran. Jurnal Upi. Edu

Robbin, stephen. (2006). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat _____________. (2009). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Sagala,Syaiful. (2012). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Sallis,Edward. (2008). Total Quality Management in Education Manajemen Mutu

Pendidikan. Jogyakarta: IRCISoD

Siagian P. Sondang. (2002). Kiat Meningkatkan Produktivitas Kerja.Jakarta :Rineka Cipta.

_______________. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara

Singarimbun, dan Effendi, (2003). Metode Penelitian Survey, Cetakan Kedua, Penerbit PT. Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta.


(5)

133

Sofyanudin, Ahmad. (2006). Faktor-faktor Determinan Manajemen MutuTerpadu dan Pengaruhnya Terhadap Peningkatan Kinerja Sekolah Dasar Di

Kabupaten Purwakarta. Vol 1 No 1 Juli 2006

Sudjana. (1996). Metode Statistik. Bandung : Tarsito

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Adminstrasi. Bandung : Alfabeta. ________. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

________. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suhardan, Dadang. (2006). Supervisi Bantuan Profesional. Bandung : Mutiara Ilmu

Suharsimi, Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi aksara

Supranto, J. (2007). Statistik untuk pemimpin berwawasan global. Jakarta : Salemba empat

.

Susanto, A. B. (2007). Budaya, Manajemen dan Persaingan Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta.

Suti, Marus. (2011). Strategi Peningkatan Mutu di Era Otonomi Pendidikan. Jurnal MEDTEK, Volume 3, Nomor 2, Oktober 2011

Sutrisno, Edy.(2010). Budaya Organisasi. Kencana: Jakarta.

Terry, George R. (2006). Dasar-dasar Manajemen. Jakarta: PT Bumi Aksara. Thoha, Miftah. (2007). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya.

Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo

_____________. (2003). Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Tika, Pabundu. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja

Perusahaan. Jakarta:Bumi Aksara.

Tim Dosen Administrasi pendidikan, (2008), Pengelolaan Pendidikan, Bandung : Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UPI


(6)

Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2009).

Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Umiarso & Gojali Imam.2010. Manajemen Mutu Sekolah Di Era Otonomi

Pendidikan. Jogjakarta: IRCiSoD

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun (2003) Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: CV Nuansa Aulia.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Usman, Husaini, (2006). Manajemen Teori, Praktek Dan Riset Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara

Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi. (2003). Kepemimpinan dan Perilaku

Organisasi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada

Veithzal Rivai. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan. Cetakan Pertama. PT. Raja Grafindo. Jakarta.

Wahjosumidjo. (2003). Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Raja Grafindo. Wahyudi. (2009). Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi

Pembelajaran (Learning Organization) :Alfabeta

Wibisono,Dermawan. (2006). Manajemen Kinerja. Jakarta: Erlangga

Yukl, Gary. (2009) Kepemimpinan Dalam Organisasi, edisi kelima, Indeks, State University Of New York At Albani,

Yuniarsih, Tjutju dan Suwanto. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: ALFABETA.

Zamroni. (2003). Pradigma pendidikan masa depan. Yogyakarta: BIGRAF Publishing