PERBANDINGAN MUTU MANAJEMEN SEKOLAH DAN LAYANAN PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN : Studi Komparatif pada Beberapa Sekolah yang Berstatus ISO dan BAN-S/M di Kabupaten Lebak.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………...…i

ABSTRACT………...….ii

KATA PENGHANTAR……….…iii

UCAPAN TERIMA KASIH………..iv

DAFTAR ISI………..….vi

DAFTAR TABEL………..….ix

DAFTAR GAMBAR………...x

BAB I PENDAHULUAN………....1

1.1 Latar Belakang……….…..…..…1

1.2 Bahasan dan Rumusan Masalah………..………...9

1.3 Tujuan Penelitian………....11

1.4 Manfaat Penelitian………..………....11

1.5 Asumsi……….………..12

1.6 Hipotesis………....13

1.7 Desain Penelitian………....14

1.8 Lokasi dan Sampel Penelitian………..………...15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...16

2.1 Konsep Pendidikan Kejuruan………16

2.1.1 Pengertian Pendidikan Kejuruan……….…...16

2.1.2 Fungsi dan Tujuan Pendidikan kejuruan………17

2.1.3 Kebijakan Pengembangan Pendidikan Kejuruan…………...………18

2.2 Mutu Manajemen Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)………...24

2.2.1 Konsep Manajemen Sekolah...………...24

2.2.2 Mutu Manajemen Sekolah di SMK.……….………...25

2.2.3 Pelaksanaan Mutu Manajemen di SMK……….……...26


(2)

2.3.1 Proses Pembelajaran di SMK………....…39

2.3.2 Pengembangan Mutu Layanan pembelajaran di SMK………….….45

2.3.3 Upaya Peningkatan Mutu layanan Pembelajaran di SMK………....55

2.4 Akreditasi Sekolah ……….………..57

2.4.1 Akreditasi Sekolah Standar Nasional (BAN-S/M)……...……...58

2.4.2 Akreditasi Sekolah Standar ISO………....59

2.5 Keterkaitan Mutu Manajemen Sekolah dan Layanan Pembelajaran dengan Hasil Akreditasi SMK………...…. 60

2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian……….…62

2.7 Penelitian yang Relevan……….……...64

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………...…67

3.1 Objek Penelitian………...67

3.2 Metode Penelitian……….….67

3.3 Variabel dan Rancangan Penelitian………..……….….…...68

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian……….…....70

3.5 Definisi Operasional Variabel……….……..72

3.5.1 Mutu Manajemen Sekolah……….……....73

3.5.3 Mutu Layanan Pembelajaran……….…….73

2.5.4 Akreditasi Sekolah……….………74

3.6 Instrumen Penelitian……….…….75

3.7 Teknik Analisis Data………...78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………..81

4.1 Hasil Penelitian………....81

4.1.1 Gambaran Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar ISO …...81

4.1.2 Gambaran Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar Nasional………..82

4.1.3 Gambaran Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar ISO ...86

4.1.4 Gambaran Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar Nasional………....87 4.1.5 Gambaran Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Mutu


(3)

Manajemen Sekolah………...91

4.1.6 Gambaran Uji Perbedaan Dua Rata-Rata Mutu Layanan Pembelajaran………..……...95

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian………...…..99

4.3.1 Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar ISO .…………...…99

4.3.2 Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar Nasional……….……… .101

4.3.3 Mutu Layanan Pembelajaan di SMK Berstandar ISO .…………...105

4.3.4 Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar Nasional……….….107

4.3.5 Perbedaan pada Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar ISO dan SMK Berstandar Nasional ………...110

4.3.6 Perbedaan pada Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar ISO dan SMK Berstandar Nasional ……….114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..119

5.1 Kesimpulan……….………...119

5.2 Saran………..120

5.3 Rekomendasi……….….121

DAFTAR PUSTAKA……….123

LAMPIRAN………127


(4)

DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12

Penelitian yang Relevan………... Desain Penelitian... Sampel Penelitian... Jumlah Responden Penelitian... Penetapkan Bobot Skor……….... Kriteria Interpretasi Skor……….. Nilai Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar ISO…. Nilai Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK

Berstandar Nasional ……… Nilai Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK yang Terakreditasi A, B, Dan C……… Nilai Persentase Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berakreditasi Internasional (ISO)………. Hasil Persentase Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berakreditasi Nasional………. Nilai Persentase Mutu Manajemen Sekolah yang

Terakreditasi A, B, Dan C……… Uji Normalitas Data Manajemen Sekolah……….. Uji Homogenitas Data Manajemen Sekolah………... Uji Mann-Whitney Data Manajemen Sekolah……… Uji Normalitas Data Mutu Layanan Pembelajaran………….. Uji Homogenitas Data Mutu Layanan Pembelajaran……….. Uji Mann-Whitney Data Mutu Layanan Pembelajaran………

65 69 70 72 76 79 81 83 84 86 88 89 91 93 94 96 97 98


(5)

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8

Proses Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah... Paradigma Kerangka berpikir……….. Grafik Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK

Berstandar ISO ……… Grafik Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK

Berstandar Nasional………. Grafik Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK yang Terakreditasi A, B, dan C………. Grafik Persentase Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar ISO ……… Grafik Persentase Mutu layanan pembelajaran di SMK Berstandar Nasional………. Grafik Persentase Mutu layanan Pembelajaran di SMK yang Terakreditasi A, B, dan C……….

Grafik Perbedaan Persentase Mutu Manajemen Sekolah di SMK Berstandar ISO dengan Sekolah SMK Berstandar Nasional………... Grafik Perbedaan Persentase Mutu Layanan Pembelajaran di SMK Berstandar ISO dengan Sekolah SMK Berstandar Nasional………... 28 65 82 83 85 87 88 90 110 115


(6)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Era globalisasi saat ini, dunia pendidikan dituntut jaminan akan kualitas layanan dan kemampuan dalam pengelolaan organisasi sekolah agar dapat menimbulkan kepercayaan publik terhadap layanan yang diberikan oleh sekolah. Setiap sekolah dan semua komponen dalam organisasi harus dapat berupaya meningkatkan mutu pelayanannya secara terus menerus. Dewasa ini, sekolah semakin menyadari akan pentingnya peningkatan dan mempertahankan kualitas dari organisasinya (quality of organization) dalam rangka memberikan yang terbaik kepada seluruh pelanggan. Oleh karena itu, sekolah yang bermutu semakin dituntut untuk memperoleh jaminan kepastian terhadap mutu pelayanan pendidikan yang diberikannya.

Perkembangan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang sangat signifikan meskipun masih jauh dari kenyataan ideal. Upaya otonomi pendidikan, disahkannya UU SISDIKNAS, PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), lahirnya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), program Bantuan Operasional Sekolah (BOS), anggaran 20% dari APBN untuk pendidikan merupakan langkah penting pemerintah dalam memajukan dunia pendidikan. Kebijakan pendidikan sudah tidak lagi pada proses pemaksaan bahwa masyarakat harus mengenyam pendidikan. Semakin meningkatnya nilai


(7)

kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan, maka semakin bertambahlah tuntutan dari masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Dewasa ini, masyarakat telah dapat melihat sekolah mana yang bermutu dan tidak, sehingga persaingan di antara sekolah semakin meningkat sejalan dengan harapan yang diinginkan oleh masyarakat. Sebuah sekolah yang tidak dapat memberikan layanan yang baik tentunya akan ditinggalkan oleh masyarakat saat ini.

Masyarakat saat ini melihat sekolah sebagai sebuah organisasi yang memberikan jasa pelayanan pendidikan kepada pelanggan untuk memenuhi kebutuhan mereka. Oleh karena itu, mutu jasa layanan pendidikan harus sesuai dengan atau melebihi kebutuhan harapan pelanggan. Pelanggan sekolah yang utama adalah siswa, pegawai sekolah, orang tua dan masyarakat. Secara umum, jenis-jenis layanan pendidikan dalam sekolah menurut Danny (2010:17), yaitu:

a. Layanan manajemen kepada pelanggan internal yaitu para tenaga pendidik dan tenaga kependidikan yang ada di sekolah. Pelayanan manajemen ini berupa layanan kepemimpinan, layanan administrasi dan layanan pemberian iklim sekolah yang kondusif.

b. Layanan pembelajaran yang meliputi kurikulum yang baik, pembelajaran dengan metode yang baik, fasilitas yang baik, bahan ajar yang baik, dan evaluasi yang baik. Pelanggan ekternal yaitu siswa merupakan fokus utama untuk menerima layanan ini.

c. Layanan yang terakhir adalah pengembangan pribadi yang nantinya akan dirasakan oleh para stakeholder dan masyarakat terhadap sekolah.


(8)

Layanan ini berupa pengembangan diri siswa, pembinaan agama dan ahlak siswa dan motivasi serta pembentukan etos kerja dan motif berprestasi lulusan.

Layanan di atas didasarkan pada standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dengan memberi arahan perlunya disusun dan dilaksanakan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi : (1) standar isi; (2) standar proses; (3) standar kompetensi lulusan; (4) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (5) standar sarana dan prasarana; (6) standar pengelolaan; (7) standar pembiayaan; dan (8) standar penilaian.

Proses pemberian jaminan mutu di sekolah tidak akan terlepas dari bagaimana upaya sekolah mampu mengendalikan mutu manajemen sekolah secara terpadu. Usaha yang terpadu merupakan suatu sistem manajemen yang paling efektif untuk mengintegrasikan usaha-usaha pengembangan kualitas, pemeliharaan kualitas, dan perbaikan kualitas dari berbagai level satuan unit kerja di sekolah, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dengan memberikan layanan yang prima oleh sekolah.

Kegiatan manajemen sekolah merupakan sebuah proses dalam menjalankan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengontrolan sumber daya sekolah untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif, berarti tujuan sekolah dapat dicapai


(9)

sesuai dengan perencanaan, sedangkan efisien berarti tugas yang ada di sekolah dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Kenyataan di lapangan, proses manajemen sekolah masih belum dilaksanakan secara optimal oleh seluruh komponen yang ada di sekolah. Proses manajemen sekolah selama ini masih banyak diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Saat ini, sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kondisi lingkunganya untuk kemudian melalui proses perencanaan, sekolah dapat memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program-program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah sesuai dengan visi dan misinya masing-masing. Sekolah secara mandiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan manajemen sekolah sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat, sehingga dapat memberikan pelayanan yang baik terutama dalam hal pelayanan pembelajaran.

Banyak kegagalan proses pendidikan yang dialami oleh sekolah, karena tidak optimalnya pengelolaan fungsi manajamen seperti proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dan kurangnya keterbukaan dalam di sekolah. (2003) menyatakan bahwa:

Ketidakberhasilan proses pendidikan adalah akibat manajemen sekolah yang buruk. Sahabat Ali bin Abi Thalib pernah berkata : “ kebenaran” yang tidak dikelola dengan baik dapat dikalahkan “keburukan” yang terkelola dengan baik. Pendidikan diselenggarakan dalam rangka membangun kebenaran pada diri peserta didik, sehingga harus dikelola dengan baik. Segala sesuatu yang merusak tanpa dikelolapun sering menghambat atau menggagalkan proses dan hasil pendidikan yang kita selenggarakan/laksanakan, apalagi “keburukan” itu terkelola lebih baik


(10)

daripada pengelolaan Pendidikan. Ungkapan tersebut menunjukkan betapa pentingnya peran dan fungsi menejemen Sekolah, sehingga formulasi dan kemampuan manajerial para kepala sekolah perlu menjadi perhatian serius.

Menurut Sudarman Danim (2002:137), kepala sekolah cenderung bekerja atas dasar juklak dan juknis yang mereka terima dari kantor pusat di Jakarta atau dinas pendidikan daripada atas dasar keputusan mereka sendiri. Selain itu, menurut Sutisna (Sudarman Danim 2002:145), masalah yang muncul di lembaga pendidikan kita saat ini adalah pengadaan tenaga administrator pendidikan (kepala sekolah) yang tampaknya masih didasarkan atas proses pembiakan, belum didasarkan atas pendekatan karir administrator. Pengembangan administrator itu sendiri, juga masih mengandalkan upaya-upaya insidental, seperti penataran, pelatihan,lokakarya, rapat dinas, dll.

Jam’an Satori (Dadang Suhardan,2006:8-9) menyatakan bahwa perubahan yang seharusnya terjadi di sekolah pada era otonomi pendidikan terletak pada : (1) peningkatan kinerja staf; (2) pengelolaan sekolah menjadi berbasis lokal; (3) efisiensi dan efektivitas pengelolaan lembaga; (4) akuntabilitas; (5) transparansi; (6) partisipasi masyarakat; (7) profesionalisme pelayanan belajar; dan (8) standarisasi. Kedelapan aspek tersebut seharusnya membawa sekolah kepada keunggulan mutu organisasi, sebab sekolah memiliki keleluasaan dalam melaksanakan peningkatan mutu layanan belajar, namun kenyataannya belum terjadi. Pendapat ini sepadan dengan pendapat Dadang Suhardan (2006:9) yang menyatakan bahwa sekolah-sekolah kini belum mampu memberi layanan pembelajaran yang bermutu karena belum mampu memberi kepuasan belajar peserta didiknya.


(11)

Ketidakoptimalan dalam proses manajemen sekolah akan memberikan akses yang kurang baik pada mutu layanan pembelajaran yang diberikan sekolah kepada siswanya. Masyarakat banyak mengkritisi di berbagai media massa bahwa mutu pelayanan pembelajaran di sekolah kurang mampu melaksanakan pembelajaran secara efektif, bermakna dan menyenangkan. Seperti halnya dalam Kompas.com tanggal 17 Mei 2008 memberitakan tentang banyak guru yang belum paham paradigma pembelajaran. Faktanya kebutuhan murid belum dijadikan sentral oleh para guru supaya potensi murid dapat digali secara optimal. Selain itu dalam Kompas.com tanggal 25 Mei 2010 diberitakan bahwa proses pembelajaran yang kurang menarik membuat daya serap siswa pada pelajaran tidak optimal. Hasil penelitian potret profesionalitas guru kota yogyakarta dalam kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan Jaringan Penelitian Pendidikan Kota Yogyakarta (JP2KY) awal tahun 2010 menunjukkan bahwa 75% guru peserta penelitian belum memberikan layanan pembelajaran yang baik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberhasilan sekolah dalam meningkatkan mutu lulusan banyak ditentukan oleh kapasitas kepala sekolahnya, disamping adanya guru-guru yang kompeten di sekolah itu (Gibson dalam Sudarman Danim,2002:145). Artinya jika pendidikan ingin maju, maka harus dimulai dulu dari kepala sekolah dan gurunya. Guru adalah tokoh sentral pendidikan yang memberikan pelayanan pembelajaran secara langsung kepada peserta didik sebagai pelanggan utama.


(12)

Menurut Sallis (2006), “core” bisnis dalam dunia pendidikan adalah layanan pembelajaran yang bermutu. Di antara beberapa faktor yang mem-pengaruhi mutu layanan pembelajaran di sekolah, faktor guru yang diiringi dengan manajemen sekolah yang baik mendapat perhatian yang utama. Baik dan buruknya mutu layanan pembelajaran akhirnya bergantung pada pengelolaan atau manajemen dari sekolah untuk mengkondisikan aktivitas dan kreativitas guru dalam menjabarkan dan merealisasikan arahan kurikulum yang ada. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran di sekolah hanya akan berjalan baik jika ditunjang oleh administratsi pendidikan yang memadai (Sudarman Danim, 2002:149).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan sekolah dalam memberikan mutu pelayanan pembelajaran yang baik adalah dengan mengimplementasikan fungsi manajemen secara bermutu. Prinsip manajemen di sekolah harus selalu berorientasi kepada pelanggan dengan selalu berupaya memberikan pelayanan pembelajaran yang bermutu. Penerapan fungsi manajemen dalam organisasi sekolah harus melibatkan semua komponen secara total.

Upaya memberikan jaminan terhadap mutu pendidikan yang diberikan sekolah kepada masyarakat, pemerintah dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan adanya kebijakan akreditasi sekolah. Akreditasi sekolah bertujuan untuk memberikan pengakuan terhadap kelayakan sekolah. Sehubungan dengan itu, pada tahun 2005, Departemen Pendidikan Nasional mengeluarkan program pengembangan sekolah bermutu dengan berkeunggulan nasional dan internasional. Salah satu


(13)

prioritas Depdiknas dalam pengembangan sekolah bermutu adalah mencanangkan bahwa pada tahun 2014 semua sekolah SMK telah menjadi sekolah berkeunggulan nasional dan bertaraf internasional.

Salah satu target pencapaian sekolah berkeunggulan nasional adalah memperoleh pengakuan akreditasi secara memuaskan yang dikeluarkan oleh Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M). Sementara itu, target dari sekolah berkeunggulan internasional mendorong sekolah yang telah terakreditasi secara nasional untuk diperkaya dengan model proses pembelajaran di negara maju dan meraih sertifikat ISO 9001:2000 (Depdiknas,2005:80).

Saat ini, banyak masyarakat yang melihat bahwa nilai akreditasi yang dikeluarkan oleh BAN-S/M menjadi tolak ukur yang kasat mata bagi masyarakat tentang keberhasilan sekolah dalam memberikan layanan pembelajaran dan pengelolaan manajemen yang baik disekolah. Selain itu, pengakuan sertifikat ISO menjadi sebuah paradigma baru untuk membentuk pencitraan sekolah dalam upaya memberikan jaminan tentang layanan pendidikan yang baik. Upaya mendapatkan sertifikat ISO bukan suatu hal yang mudah, tetapi memerlukan pengorbanan dan biaya yang cukup mahal. Oleh karenanya, saat ini tidak banyak sekolah terutama SMK yang telah meraih sertifikat ISO.

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti berkeinginan untuk meneliti tentang apakah terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional. Penelitian ini dilandaskan dari fenomena yang ada secara makro bahwa dengan


(14)

diberlakukannya kebijakan akreditasi sekolah, pemerintah telah memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa hasil akreditasi dapat memberikan gambaran yang utuh tentang kelayakan mutu sebuah sekolah dalam rangka menuntaskan target pencapaian sekolah berkeunggulan nasional dan internasional.

Sementara itu fenomena yang terjadi secara mikro, banyak masyarakat mempertanyakan apakah hasil akreditasi yang didapatkan oleh sekolah sesuai dengan inplementasinya di sekolah untuk melakukan peningkatan mutu sekolah atau hanya sebagai tuntutan dari kebijakan dan ajang gengsi sekolah untuk menaikan kasta dan citra. Hal ini seperti yang diberitakan Kompas.com tanggal 2 Juni 2010 yang menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan Nasional telah keliru dengan kebijakannya mengembangkan rintisan sekolah bertaraf internasional, serta membuat standar tunggal manajemen pengelolaan sekolah dengan sertifikasi ISO 9001:2000. Kebijakan itu tanpa disadari telah menciptakan kasta bagi sekolah.

1.2 Pembatasan Dan Rumusan Masalah

Penelitian ini mengacu kepada kesesuaian implementasi mutu manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah dan mutu layanan pembelajaran yang diberikan oleh para guru di SMK. Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian di atas, jelaslah bahwa mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK merupakan bagian dari proses utama pendidikan dalam rangka memberikan layanan jasa yang baik di sekolah. Keluasan masalah yang ada dibatasi oleh peneliti, yaitu:


(15)

a. Pertama, mutu manajemen sekolah dibatasi pada pelaksanaan fungsi manajemen yang meliputi aspek POAC (planning, organizing, actuating,

controlling) yang dilakukan oleh kepala sekolah.

b. Kedua, mutu layanan pembelajaran dibatasi pada pelaksanaan proses layanan pembelajaran yang meliputi dimensi TERRA (tangible, empathy,

responsiveness, relibiality, assurance) yang dilakukan oleh guru.

c. Status sekolah dibagi menjadi dua katagori, yaitu SMK berstandar nasional dengan adanya pengakuan dari Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M) yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk pengakuan peringkat kelayakan A,B, dan C serta SMK berstandar ISO dengan diraihnya sertifikat ISO dari badan yang berwenang.

Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yaitu:

a. Bagaimana gambaran mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional?

b. Bagaimana gambaran mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional?

c. Apakah terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional?

d. Apakah terdapat perbedaan pada mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional?


(16)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah untuk :

a. Mengetahui gambaran mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional.

b. Mengetahui gambaran mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional.

c. Mengetahui apakah mutu manajemen di SMK berstandar ISO berbeda dengan SMK berstandar nasional.

d. Mengetahui apakah mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO berbeda dengan SMK berstandar nasional.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat sebagai berikut.

a. Bagi para Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Lebak, penelitian ini dapat memberikan data tentang gambaran mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran pada SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional. Penelitian ini dapat menjadi masukan yang berarti untuk memotivasi SMK di Kabupaten Lebak dalam rangka meningkatkan mutu menajemen sekolah dan memberikan layanan pembelajaran yang terbaik di sekolah.

b. Bagi para praktisi pendidikan khususnya Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota serta Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi Banten, penelitian ini dapat memberikan data, sumbangan pikiran dan motivasi sebagai landasan awal untuk


(17)

pengembangan kebijakan dan program tentang upaya peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam upaya mencari alternatif solusi terbaik dalam penanganan manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di sekolah.

c. Bagi para praktisi dan peneliti dilapangan, penelitian ini dapat menjadi pijakan awal untuk mengadakan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan mutu manajemen di sekolah yang terfokus pada kelayakan mutu layanan pembelajaran dengan memandang sekolah sebagai industri jasa. 1.5 Asumsi

Sebuah penelitian dipandang perlu untuk merumuskan asumsi-asumsi yang bertujuan sebagai landasan berpijak yang kokoh bagi masalah yang akan diteliti, mempertegas variabel yang akan menjadi fokus penelitian serta berguna dalam menentukan hipótesis penelitian. Menurut Arikunto (1990) menyatakan bahwa asumsi-asumsi dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan dalam suatu penelitian, yang mana nilai kebenarannya di terima oleh peneliti. Peneliti memberikan asumsi dasar penelitian ini sebagai berikut.

a. Kehadiran pihak ketiga yang memberikan pengakuan kepada pihak sekolah, baik untuk pengakuan sekolah berstandar nasional dengan dikeluarkannya akreditasi nasional maupun pengakuan sekolah berstandar ISO akan mendorong sekolah SMK secara efektif meningkatkan mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran. Menurut Sallis (2006:121), lembaga-lembaga yang telah terakreditasi


(18)

akan mengupayakan disiplin untuk mengspesifikasikan dan mendokumentasikan sistem mutu mereka dengan mendapatkan akreditasi dari pihak ketiga.

b. SMK yang telah memiliki sertifikat ISO dapat menerapkan sistem manajemen sekolah secara konsisten dalam mengelola sekolah berdasarkan fungsi-fungsi dari manajemen dibandingkan dengan SMK yang berakreditasi nasional.

c. Pelayanan pembelajaran yang terdapat di SMK yang telah memiliki sertifikat ISO akan selalu berupaya terdepan dalam meningkatkan standar sistem mutu layanan berdasarkan Standar Nasional Pendidikan dibandingkan dengan SMK berstandar nasional.

1.6 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, peneliti mengajukan hipotesis yang nantinya akan diuji kebenarannya. Pengambilan pernyataan hipotesis ini tentunya bersifat sementara sebagaimana yang dijelaskan oleh S. Nasution (2006) bahwa: “tiap pernyataan tentang sesuatu hal yang bersifat sementara yang belum dibuktikan kebenarannya secara empirik disebut hipotesa“. Peneliti mengajukan hipotesis yang nantinya diuji kebenarannya, yaitu:

a. Terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional.

b. Terdapat perbedaan pada mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional.


(19)

Peneliti menduga bahwa sekolah SMK berstandar ISO dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan menjalankan fungsi manajemen secara lebih baik serta dapat memberikan layanan pembelajaran yang lebih prima berdasarkan standar nasional pendidikan sehingga dapat memuaskan siswa sebagai pelanggan utama sekolah.

1.7 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Tujuan utama penggunaan desain ialah bersifat eksplorasi dan deskriptif. Pendekatan ini lebih memberikan makna dalam hubungannya dengan penafsiran angka statistik dan makna secara kebahasaan.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Termasuk penelitian deskriptif karena hasil penelitian memberikan gambaran atas mutu manajemen dan layanan pembelajaran tanpa ada suatu perlakuan khusus yang diberikan peneliti. Termasuk penelitian analitik karena dari hasil penelitian dianalisis untuk dibandingkan antara mutu manajemen dan layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional.

Instrumen yang digunakan untuk menggali data dalam penelitian ini berupa kuesioner untuk mengungkap gambaran mutu manajemen yang terdiri dari aspek POAC (planning, organizing, actuating, controlling) dan untuk mengungkap gambaran mutu layanan pembelajaran yang terdiri dari dimensi TERRA (tangible, empathy, responsiveness, relibiality, assurance).


(20)

1.8 Lokasi Dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian mengambil tempat di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, dengan populasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta yang telah terakreditasi secara nasional serta sekolah SMK yang telah memiliki sertifikat ISO. Sampel diambil menurut kategori akreditasinya, dengan menggunakan metode nonprobabilitas dengan cara sampling purposif (bertujuan). Adapun alasan dan argumen yang mendasari pemilihan tempat yaitu: pertama, peneliti memilih lokasi ini karena peneliti berdomilisi ditempat tersebut sehingga peneliti bisa memberikan subangsihnya tentang dunia pendidikan melalui penelitian ini di kabupaten Lebak. Kedua, di Kabupaten Lebak terdapat sebuah SMK yang memiliki sertifikat ISO sebagai SMK percontohan di kabupaten.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis mengenai perbandingan mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran pada SMK berstandar ISO dan berstandar nasional di Kabupaten Lebak. Unit analisis pada penelitian ini adalah sekolah SMK yang telah terakreditasi di Kabupaten Lebak. Objek yang diteliti adalah mutu manajemen sekolah yang meliputi aspek POAC (planning, organizing,

actuating, controlling ) serta mutu layanan pembelajaran yang meliputi dimensi

TERRA (tangible, empathy responsiveness,reliability, assurance).

Sementara itu, subjek dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu: Subjek yang pertama adalah siswa kelas 2 SMK, untuk mengungkap gambaran tentang mutu layanan pembelajaran, dengan alasan mereka adalah siswa tingkatan akhir yang masih aktif mengalami proses layanan pembelajaran pada saat penelitian ini dilakukan. Subjek yang kedua adalah pegawai sekolah yang terdiri dari tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, mengungkap gambaran tentang mutu manajemen sekolah, dengan alasan mereka yang merasakan dan menjalankan dari proses manajemen yang ada di sekolah.

3.2Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian non eksperimen, dimana peneliti tidak memberikan perlakukan manipulasi yang baru terhadap objek yang ditelitinya. Menurut Fren.L.Kerlinger (2006:604), penelitian non eksperimen


(22)

adalah telaah empirik sistematis dimana ilmuwan tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebas karena manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang menutup kemungkinan manipulasi.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Termasuk penelitian deskriptif karena hasil penelitian memberikan gambaran mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK. Menurut Sukmadinata (2006:72), penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya.

Termasuk penelitian analitik karena dari hasil penelitian dianalisis untuk membandingkan mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran pada SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional yang telah diakreditasi oleh BAN-S/M. Penerapan metode ini merujuk pendapat Nazir (2009:55) yang menjelaskan bahwa dalam metode deskriptif, peneliti bisa saja membandingkan fenomena-fenomena tertentu sehingga menjadi suatu studi komparatif. Kelemahan metodologi di penelitian ini adalah analisis data yang dilakukan hanya difokuskan pada data jawaban responden yang terdiri dari pegawai untuk mutu manajemen sekolah dan siswa untuk mutu layanan sekolah.

3.3Variabel dan Rancangan Penelitian

Menurut Brown (1998:7) variabel didefinisikan sebagai “something that


(23)

simply symbol or a concept that can assume any one of a set of values” (Davis,

1998:23). Definisi pertama menyatakan bahwa variabel ialah sesuatu yang berbeda atau bervariasi, penekanan kata sesuatu diperjelas dalam definisi kedua yaitu simbol atau konsep yang diasumsikan sebagai seperangkat nilai-nilai.

Variabel yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu mutu manajemen sekolah (O1) serta layanan pembelajaran (O2). Sementara itu, status akreditasi sekolah dijadikan kategori yang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu SMK berstandar ISO (X1) dan SMK berstandar nasional (X2) yang keduanya dilakukan pengukuran tentang mutu manajemen sekolah serta layanan pembelajaran, kemudian dibandingkan antar keduanya.Sementara itu, rancangan penelitian ini menggunakan desain ex post facto. Menurut Furchan (1982:383), penelitian dengan desain ex post facto adalah penelitian yang dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variable bebas terjadi karena perkembangan suatu kejadian secara alami.

Tabel 3.1 Desain Penelitian

unit Kategori Pengukuran Variabel Terikat

1 X1

Oa1 Ob1

2 X2

Oa2 Ob2

X1 : SMK Berstandar ISO X 2 : SMK Berstandar Nasional

Oa : Pengukuran Variabel Mutu Manajemen Sekolah Ob : Pengukuran Variabel Mutu Layanan Pembelajaran Diadopsi berdasarkan Fren.L.Kerlinger (2006:517)


(24)

3.4Populasi Dan Sampel

Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran kualitatif atau kuantitatif dari pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (Sudjana,1989:157). Sampel adalah bagian dari populasi. Populasi dari penelitian ini adalah sekolah SMK yang telah terakreditasi di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Dimana jumlah sekolah SMK di Kabupaten Lebak berjumlah 42 sekolah terdiri dari 10 SMK negeri dan 32 SMK swasta, sedangkan yang telah terakreditasi 11 SMK.

Jenis sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel non

probabilitas dimana tidak menggunakan sampling acak. Adapun bentuk dari

sampel non probabilitas yang digunakan yaitu sampling purposif (bertujuan). Menurut Fren.L.Kerlinger (2006:206) ciri dari sampling purposif adalah penilaian dan upaya cermat untuk memperoleh sampel secara representatif dengan cara meliputi wilayah-wilayah atau kelompok-kelompok yang diduga sebagai anggota sampelnya, sehingga subjek-subjek dapat masuk sendiri ke dalam kelompok atau memasang diri sendiri berdasarkan karakteristik yang berbeda dengan yang diminati atau diperhatikan oleh penelitinya (Fren.L.Kerlinger, 2006:607). Secara lebih jelas, sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Katagori Sekolah

1 SMK berstandar ISO SMKN 1 Rangkasbitung (nilai

akreditasi A dan meraih sertifikat ISO) 2 SMK berstandar nasional SMK Setia Budhi ( nilai akreditasi A)

SMK Korpri (nilai akreditasi B) SMKN 2 Rangkasbitung (nilai akreditasi C)


(25)

Sampel yang diambil dalam penelitian ini berjumlah 4 sekolah dengan tidak melakukan random, dengan ketentuan pengambilan sampel dari populasi yang ada berdasarkan karakteristik dan kriteria yang diinginkan peneliti dalam penelitian ini. Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sekolah SMK yang telah terakreditasi secara nasional oleh BAN-S/M. b. Sekolah SMK yang telah memiliki sertifikat ISO.

c. Lokasi Sekolah SMK berada di Kota Kabupaten Lebak

d. Sekolah SMK yang banyak diminati masyarakat setempat dengan memiliki siswa dan pegawai yang memadai.

e. Sekolah SMK yang memiliki lahan, bangunan kelas dan laboratorium yang memadai.

Rujukan dari kriteria tersebut berdasarkan nilai akreditasi sekolah yang dikeluarkan oleh BAN-S/M serta berdasarkan rekomendasi dari data LPMP dan dinas kabupaten Lebak.

Sementara itu, besaran jumlah sebaran subjek penelitian (responden) ditentukan dengan rumus Slovin, yaitu:

Dimana : n = sampel; N = populasi;

d = nilai presisi 90% atau sig. = 0,01.


(26)

Rumus Slovin mempersyaratkan sebuah populasi subjek harus diketahui dengan jelas jumlahnya. Melihat dari jumlah subjek yang rata-rata lebih dari seratus dan juga keterbatasan peneliti dari segi waktu dan dana, maka presisi yang diambil adalah sebesar 10℅ atau dengan signifikansi 0,01. Sebaran jumlah subjek (responden) penelitian dari setiap sekolah adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Jumlah Responden Penelitian

Sekolah

Jumlah siswa kelas 2

Jumlah pegawai Subjek siswa ( mutu layanan pembelajaran)

Subjek pegawai sekolah (mutu

manajemen sekolah)

guru staf total guru staf total

SMKN 1 300 68 33 101 75 34 16 50 SMKN 2 280 49 13 62 74 30 8 38 SMK

Setia Budhi

200 45 15 60 67 28 9 37 SMK

KORPRI 82 35 10 45 45 24 7 31

Sementara itu, untuk menentukan jumlah subjek (responden) pegawai yang diambil berdasarkan guru dan staf ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel yang telah ditentukan.

3.5Definisi Operasional Variabel

Nazir (2005: 126) menyatakan bahwa definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur konstrak atau variabel tersebut. Definisi operasional merupakan definisi yang dibuat oleh peneliti terhadap variabel yang akan diteliti guna memberikan batasan yang tegas dan menjadi


(27)

panduan atau kriteria untuk mengukur variabel tersebut. Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

3.5.1 Mutu Manajemen Sekolah

Mutu manajemen sekolah adalah derajat keunggulan dari proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan agar mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Menurut Sallis (2006:54) mutu mengandung makna kesesuaian dengan spesifikasi yang diharapkan. Sedangkan manajemen secara umum menurut Stoner sebagaimana dikutip oleh T. Hani Handoko (2009:8) mengemukakan bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Sementara itu, definisi operasional varibel mutu manajemen sekolah adalah tingkat kesesuaian terhadap proses manajemen sekolah sebagaimana yang dinyatakan oleh tanggapan pendidik dan tenaga kependidikan terhadap pernyataan tertulis tentang kemampuan pelaksanaan kegiatan fungsi manajemen yang dilakukan oleh kepala sekolah yang terdiri pada proses perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling) sekolah.

3.5.2 Mutu Layanan Pembelajaran

Mutu layanan adalah tingkat keunggulan dan kesesuaian dari proses pemberian layanan yang diberikan dengan harapan yang dirasakan oleh pelanggan. Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk


(28)

menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri peserta didik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mutu layanan pembelajaran adalah tingkat keunggulan dari proses pemberian layanan aktivitas belajar di sekolah yang dirasakan oleh peserta didik.

Sementara itu, definisi operasional variabel mutu layanan pembelajaran adalah tingkat kesesuaian terhadap proses penyelenggaraan pembelajaran sebagaimana yang dinyatakan oleh tanggapan siswa terhadap pernyataan tertulis tentang dimensi mutu layanan yang meliputi tangibles, reliability, responsweness,

assurance, dan empaty, dari kegiatan pembelajaran yang terdiri pada proses

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. 3.5.3 Akreditasi Sekolah

Pengertian akreditasi sekolah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan dan kinerja satuan atau program pendidikan, yang dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas publik. Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.

Definisi operasional dari akreditasi sekolah adalah sebuah pengakuan berupa hasil penilaian dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kelayakan suatu sekolah yang telah memenuhi 8 standar nasional pendidikan untuk akreditasi secara nasional yang ditetapkan oleh BAN-S/M serta tambahan pemenuhan standar manajemen mutu ISO untuk akreditasi internasional (ISO) yang telah ditetapkan oleh badan yang berwenang secara internasional.


(29)

3.6 Instrumen Penelitian

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Pengumpulan data menggunakan kuesioner memiliki beberapa keuntungan (Arikunto, 1996:140) yaitu: (1) tidak memerlukan hadirnya peneliti; (2) dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden; (3) dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden; (4) dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur, dan tidak malu-malu menjawab; (5) dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama. Selain itu, pertanyaan kuesioner lebih terperinci dan lengkap dibandingkan dengan interview guide.

Jenis pernyataan dalam kuesioner berupa pernyataan berstruktur dengan pilihan butir skala. Menurut Nazir (2009:207), pertanyaan berstruktur adalah pernyataan yang dibuat sedemikian rupa sehingga responden dibatasi dalam memberikan jawaban kepada beberapa alternatif saja. Tipe skala dalam penelitian ini menggunakan skala tingkat sumatif yang biasa disebut dengan skala type

Likert yang telah dimodifikasi dengan jumlah pilihan respon genap, sehingga

menghilangkan respon netral. Menurut Prabowo (2009) dijelaskan bahwa :

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Jawaban setiap item yang menggunakan skala Likert mempunyai tingkatan dari sangat positif sampai dengan sangat negatif. Setiap item diberi sejumlah pilihan respon yang sifatnya tertutup. Banyaknya pilihan respon dalam suatu penelitian sangat beragam. Namun yang paling banyak digunakan adalah 5 pilihan respon. Jika respon terlalu sedikit maka hasilnya terlalu kasar, namun sebaliknya jika respon terlalu banyak responden akan sulit membedakan antara pilihan respon yang satu dengan pilihan respon yang lain. Guna menghindari pemusatan jawaban, digunakan jumlah pilihan respon genap (4, 6, dan seterusnya).


(30)

Jumlah pilihan respon genap dalam kuesioner ini dilakukan untuk menghilangkan kecenderungan responden dalam memilih posisi netral di tengah. kriteria penskorannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4 Penetapkan Bobot Skor

Alternatif Jawaban Bobot

Sangat sesuai dengan

kenyataan 4

Sesuai dengan kenyataan 3 Tidak sesuai dengan

kenyataan 2

Sangat tidak sesuai dengan

kenyataan 1

Namun, sebelum membuat kuesioner diisi oleh responden, terlebih dahulu dibuat kisi-kisi instrumen untuk mempermudah membuat pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh responden berdasarkan indikator-indikator yang dibuat. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini terdapat dalam lampiran.

Kalimat pernyataan yang telah dibuat berdasarkan kisi-kisi yang telah dirumuskan, kemudian dilakukan proses validitas instrumen secara empiris, serta proses reliabilitas instrumen. Menurut Arikunto (1996:160), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen.

Proses validasi empiris dilakukan dengan cara menghitung korelasi antara setiap item pernyataan dengan total item pernyataan, kemudian untuk mengambil keputusan valid tidaknya setiap item, hasil korelasinya dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi (r) tabel. Perhitungan statistik tentang validasi item ini


(31)

dilakukan dengan bantuan program komputer berupa software Statistical Product

and Service Solution (SPSS) versi 17, hasilnya adalah sebagai berikut:

a. Uji Validasi Dan Reliability Instrumen Mutu Manajemen Sekolah

Berdasarkan hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17, diperoleh nilai koefisien korelasi antara setiap item dengan total item (r hitung), kemudian dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel (r tabel), dengan α = 0,05 dan df = 40 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,312, sehingga jika r hitung ≥ r tabel (r hit ≥ 0,312) maka nomor item dikatakan valid, dan jika r hitung < r tabel (r hit < 0,312) maka nomor item dikatakan tidak valid. Hasil uji validitas, diperoleh 37 item instrumen manajemen sekolah yang valid dan terdapat 3 item yang harus dibuang. Tabel hasil uji validasi terdapat dalam lampiran.

Selanjutnya, setelah dilakukan validasi setiap item pernyataan, kemudian dilakukan uji reliabilitas instrumen. Berdasarkan jumlah item pernyataan sebesar 40 untuk instrument manajemen sekolah, diperoleh hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17 nilai r alpha sebesar 0,955, kemudian dibandingkan dengan r tabel, dengan α = 0,05 dan df = 38 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,320, karena r alpha ≥ r tabel (0,842 ≥ 0,320) maka instrumen manajemen sekolah dikatakan reliabel. Tabel hasil uji reliabel terdapat dalam lampiran.

b. Uji Validasi Dan Reliability Instrumen Mutu Layanan Pembelajaran

Berdasarkan hasil perhitungan secara komputerisasi dengan SPSS versi 17, diperoleh nilai koefisien korelasi antara setiap item dengan total


(32)

item (r hitung), kemudian dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi tabel (r tabel), dengan α = 0,05 dan df = 47 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,288, sehingga jika r hitung ≥ r tabel (r hit ≥ 0,288) maka nomor item dikatakan valid, dan jika r hitung < r tabel (r hit < 0,288) maka nomor item dikatakan tidak valid. Hasil uji validitas, diperoleh 37 item instrumen manajemen sekolah yang valid dan terdapat 10 item yang harus dibuang. Tabel hasil uji validasi terdapat dalam lampiran.

Selanjutnya, setelah dilakukan validasi setiap item pernyataan, kemudian dilakukan uji reliabilitas instrumen. Berdasarkan jumlah item pernyataan sebesar 47 untuk instrument layanan pembelajaran, hasil dari perhitungan secara komputerisasi diperoleh nilai r alpha sebesar 0,935, kemudian dibandingkan dengan r tabel, dengan α = 0,05 dan df = 45 diperoleh nilai r tabel sebesar 0,294. Karena r alpha ≥ r tabel (0,842 ≥ 0,294) maka instrumen layanan pembelajaran dikatakan reliabel. Tabel hasil uji reliabel terdapat dalam lampiran.

Berdasarkan hasil analisis uji coba instrument yang telah dilakukan, maka instrument ini layak untuk digunakan untuk pengukuran dalam rangka pengumpulan data, setelah menghilangkan nomor item 12, 18 dan 36 pada variabel mutu manajemen sekolah serta nomor item 2,3,6,9,15,18,20,31,40 dan 47 pada variabel mutu layanan pembelajaran.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kuantitatif ini dilakukan setelah data dari seluruh responden terkumpul. Upaya memperoleh gambaran deskriptif tentang


(33)

mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran, digunakan kriteria interpretasi skor. Data yang telah diperoleh dari hasil instrumen, diolah dengan mempersentasekan skor hasilnya, sehingga hasilnya dapat terlihat aspek mana yang paling dominan dalam pengumpulan data tersebut berdasarkan kriteria interpretasi skor yang ada. Kriteria interprestasi skor dalam penelitian ini seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.5 Kriteria Interpretasi Skor

Persentase Skor Kriteria

0 % - 25 % Sangat rendah 26 % - 50 % Rendah 51 % - 75% Tinggi 76 % - 100 % Sangat tinggi Sumber: diadopsi dari Riduwan (2006:18)

Teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah dan layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional, dilakukan analisis perhitungan dengan menggunakan metode statistik parametrik uji t. Merajuk kepada pendapat Riduwan (2006:14) yang menyatakan bahwa statistik parametrik digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk interval. Proses pengolahan data penelitian ini menggunakan bantuan program komputer aplikasi software SPSS (Statistical

Product and Service Solution) versi 17. Aplikasi software SPSS mampu

memproses data secara tepat dan akurat dengan cepat serta dapat menyajikan dalam berbagai output data yang dikehendaki peneliti. Langkah-langkah statistik yang ditempuh adalah sebagai berikut:


(34)

a. Membuat deskripsi data dengan menentukan kecendrungan pemusatan data yang terdiri dari mean, median, modus, standar deviasi, dan varians. b. Membuat interpretasi skor berdasarkan persentase skor ideal

c. Menguji normalitas data dengan uji Kolmogorov Smirnov, uji Liliefors, dan uji Shapiro Wilks. Kriteria pengujian:

Kriteria uji normalitas

- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho ditolak - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho diterima d. Menguji homogenitas data dengan uji Lavene. Kriteria pengujian :

Kriteria uji homogenitas

- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho ditolak - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho diterima

e. Bila data normal dan homogen, maka melakukan konversi ordinal ke interval, setelah itu menguji hipotesis dengan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t. Kriteria pengujian :

Kriteria uji t

- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho diterima - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho ditolak

f. Bila ternyata data hasil penelitian tidak normal dan tidak homogen maka untuk menguji hipotesis digunakan Uji Mann-Whitney, yaitu uji data dua sampel tidak berhubungan (independen)

Kriteria uji Uji Mann-Whitney

- Jika nilai signifikansi (sig) > 0,05 maka Ho diterima - Jika nilai signifikansi (sig) < 0,05 maka Ho ditolak


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah penulis menganalisa data yang sesuai dengan perumusan masalah, maka penulis dapat merumuskan kesimpulan sebagai berikut:

a. Secara umum, mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional di Kabupaten Lebak termasuk dalam kategori sangat tinggi, dimana aspek perencanaan yang tertinggi dan aspek pengawasan yang terendah. Hal ini terjadi karena pelaksanaan manajemen di sekolah telah dijalankan dengan sangat sesuai berdasarkan fungsi manajemen POAC (planning, organizing, actuating, controlling).

b. Secara umum, mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar ISO termasuk dalam kategori tinggi dan mutu layanan pembelajaran di SMK berstandar nasional termasuk dalam kategori sangat tinggi, dimana dimensi empati yang tertinggi dan dimensi kehandalan yang terendah. Hal ini terjadi karena pemberian layanan pembelajaran kepada siswa di sekolah telah dijalankan dengan sesuai berdasarkan kriteria pengukuran mutu layanan yang terdiri dari dimensi TERRA (tangibles, empathy, responsiveness, reliability ,assurance ).

c. Terdapat perbedaan pada mutu manajemen sekolah di SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional, dimana berdasarkan rata-rata persentasi


(36)

skor ideal SMK berstandar nasional lebih tinggi jika dibandingkan dengan SMK berstandar ISO.

d. Terdapat perbedaan pada mutu layanan pembelajaran antara SMK berstandar ISO dengan SMK berstandar nasional, dimana berdasarkan rata-rata persentasi skor ideal SMK berstandar nasional lebih tinggi jika dibandingkan dengan SMK berstandar ISO.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis mencoba mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

a. Pencapaian mutu manajemen dan layanan pembelajaran yang tinggi saat ini jangan dijadikan pijakan akhir SMK berstandar ISO dan SMK berstandar nasional di Kabupaten Lebak, tetapi dijadikan modal awal yang berarti dalam rangka meningkatkan terus mutu pendidikan bagi para siswanya. b. Disandangnya sertifikat ISO seharusnya dapat memberikan semangat yang

kuat dalam melaksanakan proses manajemen yang baik di sekolah, maka selayaknya SMK berstandar ISO di Kabupaten Lebak agar senantiasa selalu terdepan untuk terus meningkatkan mutu manajemen dan memberikan pelayanan pembelajaran yang baik bagi siswanya.

c. Banyaknya keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, maka peneliti menyarankan diri sendiri dan para peneliti yang lain untuk dapat melaksanakan penelitian lanjutan yang juga mencakup masalah mutu kompetensi siswa SMK dengan menggunakan metodelogi yang lebih tepat dengan unit analisis dan sumber data yang beragam , memperluas populasi


(37)

dan sampel penelitian yang diambil, serta memperhatikan indenpendensi dari responden dalam menjawab kuesioner.

5.3Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba mengemukakan rekomendasi sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa aspek pengawasan dalam manajemen sekolah memiliki nilai terendah, maka bagi kepala sekolah SMK di Kabupaten Lebak sebagai manajer tertinggi di sekolah agar senantiasa menetapkan standar pengawaan yang selaras dengan sasaran program sekolah, usahakan agar semua unit yang ada disekolah ikut bertanggungjawab terhadap pengawasan sasaran program sekolah serta hasil pengawasan harus selalu terdokumentasikan secara baik agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan kedepannya.

b. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dimensi kehandalan (realiability) memiliki nilai terendah, maka bagi sekolah diupayakan untuk dapat mengembangkan program peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan sehingga konsistensi kinerja (performance) guru dalam memberikan layanan pembelajaran dapat terjaga, selain itu sekolah harus dapat menciptakan budaya mutu, dimana dengan kesadarannya sendiri setiap pegawai yang ada di sekolah terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus-menerus, karena setiap orang dalam sekolah, apapun statusnya, posisinya atau perannya adalah manajer bagi tanggungjawabnya masing-masing.


(38)

c. Bagi para guru di SMK diupayakan agar senantiasa mengembangkan kompetensinya secara mandiri sebagai rasa pertanggungjawaban atas profesi yang disandangnya, sehingga dapat memberikan pelayanan pembelajaran yang terbaik bagi para siswa di sekolah.

d. Berdasarkan data yang didapatkan, ternyata masih banyak SMK di Kabupaten Lebak yang belum terakreditasi oleh BAN-S/M atau masa akreditasinya telah lama berakhir. Bagi SMK tersebut direkomendasikan untuk segera mengajukan permohonan kepada BAN-S/M agar segera dilakukan proses akreditasi. Hal ini dikarenakan, hasil akreditasi bagi masyarakat menjadi sebuah informasi yang akurat tentang gambaran akuntabilitas sekolah, yaitu sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang kelayakan dan kinerja satuan serta program SMK.

e. Akreditasi dari pihak eksternal bukan harga mati untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik di sekolah, karena sebenarnya yang lebih baik adalah bagaimana sekolah dapat mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap mutu manajemen dan layanan pembelajaran secara terus menerus. Oleh karena itu, SMK yang ada di Kabupaten Lebak senantiasa selain dilakukan proses akreditasi oleh pihak luar juga melaksanakan kegiatan evaluasi diri sekolah secara berkala dengan menggunakan prinsip kejujuran dalam pelaksanaannya, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat dalam rangka peningkatan mutu kedepannya.


(39)

123

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Pengembangan Standar

Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Arikunto. Suharsimi. (1990). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Cet XII.Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Cet XII.Jakarta: Rineka Cipta.

Buchari Alma. (2004). Manajemen Pemasaran Barang Dan Jasa. Bandung: Alfabeta.

Budi Rahardjo. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Edisi 2. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Tenaga Kependidikan.

Brown, J. and Sime, J.D. (1998) A methodology of accounts. In M.Brenner (ed.)

Social Method and Social Life. London: Academic Press.

Danny.(2010). Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Sebagai Upaya Pengendalian Mutu Pendidikan Secara Nasional Dalam Otonomi Pendidikan. Makalah Konapsi IV. UPI Bandung

Darmaningtyas.(2010.25 Mei). Kasta Dan ISO Di Sekolah. Kompas [Online]. Tersedia: Http:/Www.Kompas.Com [8 Februari 2011]

Dini Anisya (2008). Studi Komparatif Mutu layanan pembelajaran di SMK

Negeri 13 dan SMK Negeri 8 Bandung [Online]. Tersedia: http://www.

Abstrak.digilib.upi.edu [3 Januari 2010].

Davidson, J. (1970) Outdoor Recreation Surveys: the Design and Use of

Questionnaires for Site Surveys. London: Countryside Commission.

Depdiknas. (2001). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2002). Sejarah pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia.

Membangun Manusia Produktif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.

Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Pengembangan Sistem Manajemen dan Kepemimpinan

Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional.


(40)

124

Depdiknas. (2005). Pengembangan SMK Berstandar Nasional/Internasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Peran Kepala Sekolah Sebagai kunci Keberhasilan SMK. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Pokok-Pokok Pikiran Pengembangan Curriculum Sekolah

Menengah Kejuruan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat

Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Djojonegoro.W.(1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta. Jayakarta Agung Offset

Edward Sallis. (2006). Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi ). Yogyakarta : IRCiSoD

Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra. (2007). Service. Quality. Satisfaction. Yogyakarta. Andi Offset

Furchan.(1982).Penghantar Penelitian Dalam Pendidikan.Surabaya:Usaha nasional

Hasibuan. H. Malayu S. P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hamjah.B.Uno. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Helmy. Izzuddin Raviedz. (2010). Persepsi Siswa Tentang Kualitas Layanan

Pembelajaran di SMK Negeri 1 Purwosari. Prodi Pendidikan Teknik Mesin.

Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Malang.

Ismet Susila.(2008). Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah Dalam

Rangka meningkatkan Kinerja Guru di SMK Negeri Kota Gorontalo. Jurnal

Penelitian dan pendidikan.Vol.5.no.2.hal.93-97. Universitas Gorontalo. Kerlinger.(2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Edisi Tiga. Penterjemah:

Landing.R.Simatupang.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.

Kuntoro. Sodiq A. (1985). Dimensi manusia dalam pemikiran pendidikan. Yogyakarta; Nur Cahaya;. cetakan ke 1

Khaerudin.(2003). Formulasi dan Implementasi Manajemen Sekolah yang Efektif, Naskah Simposium Nasional Inovasi Pengelolaan Sekolah di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta


(41)

125

Latif.(2010.25 Mei). Pengajaran Guru Masih Membosankan. Kompas [Online]. Tersedia: Http:/www.kompas.com [8 Februari 2011]

Lin.(2010.17 Mei). Banyak Guru Belum Pahan Paradikma Pembelajaran. Kompas [Online]. Tersedia: http:/www.kompas.com [8 Februari 2011] Nana Sudjana dan Ibrahim .(1989). Penelitian dan Penilaian Penelitian. Bandung

: CV. Sinar Baru.

Nana Syaodih. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah

(Konsep. Prinsip dan Instrumen). Bandung. PT Refika Aditama.

Nazir.(2009).Metode Penelitian. Jakarta.Galia Indonesia

Nisjar S Karhi. (1997). Manajemen Strategik. Jakarta. Maudar Maju. Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Prabowo,.(2009). Methode Konversi Ordinal – Interval (Method of Successive

Interval), Naskah sesi seminar Methode Konversi Ordinal –

Interval.[online].Tersedia: http://www.slideshare.net/rizaazmi/methode-of-successive-interval-1875481[6 Juli 2011]

Riduwan. Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistik Untuk

Penelitian (Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintah-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung. Alfabeta

Sagala. Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sagala.Syaiful.(2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Salis. Edward. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan

Page.London

School Reform 02. (2002). Pedoman Pengembangan Manajemen Sekolah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Singgih Susanto. (2001). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara

Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Singgih Susanto (2008). SPSS Versi 17 Mengolah Data Statistik Secara


(42)

126

Slamet. Margono.(1994). Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi

Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudarwan Danim. (2002). Inovasi Pendidikan. Dalam Upaya Peningkatan

Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung. Pustaka Setia

Sudarwan Danim.(2007).Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Suhardan. H .Dadang .(2006). Supervisi Bantuan Profesional.. Bandung. Mutiara

Ilmu

T.Tani Handoko.(1995). Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta.BPFE

Terry.George R.(1977). Principles of management. 7thed. Richard D.Irwin

Terry.George R.(2009). Asas-Asas manajemen. (Penterjemah Winardi).Bandung. PT Alumni

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.(1991). Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Tjiptono. Fandy. dan Diana Anastasia. (2003). Total Quality Manajemen. Yogyakarta. Andi Offset

Usman. Husaini. (2008). Manajemen : Teori. Praktek Dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Usman.Moh Uzer.(1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya

Vincent Gaspersz.(2001).Manajemen Kualitas:penerapan konsep-konsep kualitas

dalam manajemen bisnis total.Jakarta. Gramedia

Yusuphadi Miarso. (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta: Prenada Media Group


(1)

121

dan sampel penelitian yang diambil, serta memperhatikan indenpendensi dari responden dalam menjawab kuesioner.

5.3 Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mencoba mengemukakan rekomendasi sebagai berikut :

a. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa aspek pengawasan dalam manajemen sekolah memiliki nilai terendah, maka bagi kepala sekolah SMK di Kabupaten Lebak sebagai manajer tertinggi di sekolah agar senantiasa menetapkan standar pengawaan yang selaras dengan sasaran program sekolah, usahakan agar semua unit yang ada disekolah ikut bertanggungjawab terhadap pengawasan sasaran program sekolah serta hasil pengawasan harus selalu terdokumentasikan secara baik agar dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan kedepannya.

b. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa dimensi kehandalan (realiability) memiliki nilai terendah, maka bagi sekolah diupayakan untuk dapat mengembangkan program peningkatan kompetensi guru secara berkelanjutan sehingga konsistensi kinerja (performance) guru dalam memberikan layanan pembelajaran dapat terjaga, selain itu sekolah harus dapat menciptakan budaya mutu, dimana dengan kesadarannya sendiri setiap pegawai yang ada di sekolah terlibat dalam upaya melakukan peningkatan secara terus-menerus, karena setiap orang dalam sekolah, apapun statusnya, posisinya atau perannya adalah manajer bagi tanggungjawabnya masing-masing.


(2)

122

c. Bagi para guru di SMK diupayakan agar senantiasa mengembangkan kompetensinya secara mandiri sebagai rasa pertanggungjawaban atas profesi yang disandangnya, sehingga dapat memberikan pelayanan pembelajaran yang terbaik bagi para siswa di sekolah.

d. Berdasarkan data yang didapatkan, ternyata masih banyak SMK di Kabupaten Lebak yang belum terakreditasi oleh BAN-S/M atau masa akreditasinya telah lama berakhir. Bagi SMK tersebut direkomendasikan untuk segera mengajukan permohonan kepada BAN-S/M agar segera dilakukan proses akreditasi. Hal ini dikarenakan, hasil akreditasi bagi masyarakat menjadi sebuah informasi yang akurat tentang gambaran akuntabilitas sekolah, yaitu sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik tentang kelayakan dan kinerja satuan serta program SMK.

e. Akreditasi dari pihak eksternal bukan harga mati untuk menciptakan mutu pendidikan yang baik di sekolah, karena sebenarnya yang lebih baik adalah bagaimana sekolah dapat mengevaluasi dirinya sendiri dalam rangka melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap mutu manajemen dan layanan pembelajaran secara terus menerus. Oleh karena itu, SMK yang ada di Kabupaten Lebak senantiasa selain dilakukan proses akreditasi oleh pihak luar juga melaksanakan kegiatan evaluasi diri sekolah secara berkala dengan menggunakan prinsip kejujuran dalam pelaksanaannya, sehingga dapat menghasilkan data yang akurat dalam rangka peningkatan mutu kedepannya.


(3)

123

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Pengembangan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosda karya.

Arikunto. Suharsimi. (1990). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Cet XII.Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto. Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktek. Cet XII.Jakarta: Rineka Cipta.

Buchari Alma. (2004). Manajemen Pemasaran Barang Dan Jasa. Bandung: Alfabeta.

Budi Rahardjo. (2004). Manajemen Berbasis Sekolah. Edisi 2. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Direktorat Tenaga Kependidikan.

Brown, J. and Sime, J.D. (1998) A methodology of accounts. In M.Brenner (ed.) Social Method and Social Life. London: Academic Press.

Danny.(2010). Penjaminan Mutu Satuan Pendidikan Sebagai Upaya Pengendalian Mutu Pendidikan Secara Nasional Dalam Otonomi Pendidikan. Makalah Konapsi IV. UPI Bandung

Darmaningtyas.(2010.25 Mei). Kasta Dan ISO Di Sekolah. Kompas [Online]. Tersedia: Http:/Www.Kompas.Com [8 Februari 2011]

Dini Anisya (2008). Studi Komparatif Mutu layanan pembelajaran di SMK Negeri 13 dan SMK Negeri 8 Bandung [Online]. Tersedia: http://www. Abstrak.digilib.upi.edu [3 Januari 2010].

Davidson, J. (1970) Outdoor Recreation Surveys: the Design and Use of Questionnaires for Site Surveys. London: Countryside Commission.

Depdiknas. (2001). Manajemen Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Depdiknas. (2002). Sejarah pendidikan Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Membangun Manusia Produktif. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Pengembangan Sistem Manajemen dan Kepemimpinan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.


(4)

124

Depdiknas. (2005). Pengembangan SMK Berstandar Nasional/Internasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Peran Kepala Sekolah Sebagai kunci Keberhasilan SMK. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Depdiknas. (2005). Pokok-Pokok Pikiran Pengembangan Curriculum Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pembinaan sekolah Menengah Kejuruan.

Djojonegoro.W.(1998). Pengembangan Sumber Daya Manusia Melalui SMK. Jakarta. Jayakarta Agung Offset

Edward Sallis. (2006). Total Quality Management In Education (alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi ). Yogyakarta : IRCiSoD

Fandy Tjiptono & Gregorius Chandra. (2007). Service. Quality. Satisfaction. Yogyakarta. Andi Offset

Furchan.(1982).Penghantar Penelitian Dalam Pendidikan.Surabaya:Usaha nasional

Hasibuan. H. Malayu S. P. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hamjah.B.Uno. (2008). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Helmy. Izzuddin Raviedz. (2010). Persepsi Siswa Tentang Kualitas Layanan Pembelajaran di SMK Negeri 1 Purwosari. Prodi Pendidikan Teknik Mesin. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Malang.

Ismet Susila.(2008). Pelaksanaan Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah Dalam Rangka meningkatkan Kinerja Guru di SMK Negeri Kota Gorontalo. Jurnal Penelitian dan pendidikan.Vol.5.no.2.hal.93-97. Universitas Gorontalo. Kerlinger.(2006). Asas-Asas Penelitian Behavioral. Edisi Tiga. Penterjemah:

Landing.R.Simatupang.Yogyakarta.Gadjah Mada University Press.

Kuntoro. Sodiq A. (1985). Dimensi manusia dalam pemikiran pendidikan. Yogyakarta; Nur Cahaya;. cetakan ke 1

Khaerudin.(2003). Formulasi dan Implementasi Manajemen Sekolah yang Efektif, Naskah Simposium Nasional Inovasi Pengelolaan Sekolah di Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta


(5)

125

Latif.(2010.25 Mei). Pengajaran Guru Masih Membosankan. Kompas [Online]. Tersedia: Http:/www.kompas.com [8 Februari 2011]

Lin.(2010.17 Mei). Banyak Guru Belum Pahan Paradikma Pembelajaran. Kompas [Online]. Tersedia: http:/www.kompas.com [8 Februari 2011] Nana Sudjana dan Ibrahim .(1989). Penelitian dan Penilaian Penelitian. Bandung

: CV. Sinar Baru.

Nana Syaodih. (2006). Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep. Prinsip dan Instrumen). Bandung. PT Refika Aditama.

Nazir.(2009).Metode Penelitian. Jakarta.Galia Indonesia

Nisjar S Karhi. (1997). Manajemen Strategik. Jakarta. Maudar Maju. Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Prabowo,.(2009). Methode Konversi Ordinal – Interval (Method of Successive

Interval), Naskah sesi seminar Methode Konversi Ordinal –

Interval.[online].Tersedia: http://www.slideshare.net/rizaazmi/methode-of-successive-interval-1875481[6 Juli 2011]

Riduwan. Akdon. (2006). Rumus dan Data Dalam Aplikasi Statistik Untuk Penelitian (Administrasi Pendidikan-Bisnis-Pemerintah-Sosial-Kebijakan-Ekonomi-Hukum-Manajemen-Kesehatan). Bandung. Alfabeta

Sagala. Syaiful. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sagala.Syaiful.(2005). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta Salis. Edward. (1993). Total Quality Management in Education. Kogan

Page.London

School Reform 02. (2002). Pedoman Pengembangan Manajemen Sekolah. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.

Singgih Susanto. (2001). SPSS Versi 10 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Singgih Susanto (2008). SPSS Versi 17 Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: Elex Media Komputindo.


(6)

126

Slamet. Margono.(1994). Manajemen Mutu Terpadu dan perguruan Tinggi Bermutu. Proyek HEDS Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sudarwan Danim. (2002). Inovasi Pendidikan. Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung. Pustaka Setia

Sudarwan Danim.(2007).Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Suhardan. H .Dadang .(2006). Supervisi Bantuan Profesional.. Bandung. Mutiara

Ilmu

T.Tani Handoko.(1995). Manajemen. Edisi 2. Yogyakarta.BPFE

Terry.George R.(1977). Principles of management. 7thed. Richard D.Irwin

Terry.George R.(2009). Asas-Asas manajemen. (Penterjemah Winardi).Bandung. PT Alumni

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia.(1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta :Balai Pustaka

Tjiptono. Fandy. dan Diana Anastasia. (2003). Total Quality Manajemen. Yogyakarta. Andi Offset

Usman. Husaini. (2008). Manajemen : Teori. Praktek Dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Usman.Moh Uzer.(1994). Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT.Remaja Rosdakarya

Vincent Gaspersz.(2001).Manajemen Kualitas:penerapan konsep-konsep kualitas dalam manajemen bisnis total.Jakarta. Gramedia

Yusuphadi Miarso. (2007). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta: Prenada Media Group


Dokumen yang terkait

ANALISIS KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENINGKATAN MUTU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN SEBAGAI PUSAT PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 7 4

MANAJEMEN MUTU SEKOLAH DAN PERSIAPAN PENERAPAN ISO 9001:2008 (STUDI KASUS DI SMKN 2 KALIANDA LAMPUNG SELATAN)

1 17 26

THE IMPLEMENTATION OF QUALITY MANAGEMENT ISO 9001:2008 IN VOCATIONAL HIGH SCHOOL INDUSTRY TECHNOLOGY BANDAR LAMPUNG IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001:2008 PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TEKNOLOGI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG

0 33 121

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATERI TEKNIK PEMIJAHAN IKAN SECARA BUATAN PADA MATA PELAJARAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

3 56 111

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN PSIKOMOTOR DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN Oleh : Akbar Iskandar Email : akbar.iskandar06gmail.com ABSTRAK - Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

0 0 10

Kata kunci : Model Pelatihan, Manajemen Mutu, Kerjasama Sekolah PENDAHULUAN - MANAJEMEN MUTU KERJASAMA KEPALA SEKOLAH SEBAGAI PENINGKATAN KUALITAS DAN AKREDITASI SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN-KOTA MAGELANG

0 0 8

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKUNTANSI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

0 2 9

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN AMALIYAH SEKADAU

0 2 15

MANAJEMEN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS KARYA SEKADAU

0 0 15

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 SURAKARTA

0 0 119