PESANTREN AL-FALAH BIRU PADA MASA REVOLUSI FISIK DI GARUT TAHUN 1945-1949.

(1)

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949 Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ………..………..……...ii UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Sistematika Penulisan ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pesantren dan Peranannya ... 13

2.1.1 Hakikat Pesantren ... 13

2.1.2 Tujuan dan Fungsi Pesantren ... 15

2.1.3 Peranan Kiai dalam Pesantren ... 18

2.1.4 Pesantren Sebagai Pusat Pengembangan Ajaran Tarekat... 21

2.2 Revolusi Fisik di Garut ... 23

2.3 Hakikat Nasionalisme dan Jihad ... 30

2.4 Pesantren Al-Falah Biru ... 33

2.5 Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Penelitian ... 41

3.2 Persiapan Penelitian ... 48

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 54

BAB IV PERANAN PESANTREN AL-FALAH BIRU DALAM PERJUANGAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DI GARUT 4.1 Gambaran Umum Pesantren Al-Falah Biru ... 72

4.1.1 Sejarah Singkat Pesantren Al-Falah Biru ... 73

4.1.2 Perkembangan Pesantren Al-Falah Biru ... 79

4.2 Keterlibatan Pesantren dalam Revolusi Fisik di Garut ... 89

4.2.1 Kondisi Garut Pada Tahun 1945-1949 ... 89

4.2.2 Keterlibatan Santri dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Garut ... 98

4.2.3 Peranan Badruzzaman Sebagai Ulama yang Berpengaruh ... 109

4.3 Strategi Jihad Pesantren Al-Falah Biru dalam Mempertahankan Kemerdekaan di Garut ... 116


(2)

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949 Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

4.3.2 Kholwat Sebagai Strategi Jihad ... 122

BAB V KESIMPULAN ... 137

DAFTAR PUSTAKA ... 143


(3)

1

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia mengalami dinamika sejarah yang panjang dalam upaya meraih kemerdekaan dari penjajah. Proklamasi kemerdekaan yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus 1945 rupanya tidak menjadi sebuah jaminan bahwa Indonesia telah benar-benar merdeka. Pasca proklamasi tepatnya antara tahun 1945-1949, Indonesia mengalami babak baru sejarah dengan memasuki periode yang dinamakan sebagai periode revolusi. Pada masa revolusi. Belanda berupaya untuk menguasai kembali Indonesia dengan melancarkan berbagai tekanan. Rakyat Indonesia dihadapkan pada suatu kondisi untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diraih pada saat Proklamasi.

Upaya mempertahankan kemerdekaan tersebut dilakukan dengan berbagai cara, seperti yang dikemukakan oleh Reid (1996) sebagai berikut.

Revolusi Indonesia merupakan suatu proses untuk melepaskan diri dari segala bentuk keterikatan sistem politik kolonial yang dikendalikan oleh penjajah asing. Revolusi Indonesia merupakan suatu gambaran antara kekerasan dan diplomasi dalam perjuangannya mempertahankan kemerdekaan. Diplomasi dan kekerasan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan dalam perjuangan bangsa Indonesia. Apabila jalur diplomasi tidak berhasil diupayakan, maka perjuangan bersenjata dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk melawan dominasi Belanda di Indonesia (Reid, 1996: 295).

Diplomasi dan perang bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan, ketika diplomasi gagal dilakukan maka perang menjadi jalan penyelesaian. Perang dilakukan melalui perlawanan mengangkat senjata secara


(4)

2

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

terbuka sebagai salah satu upaya untuk mencegah Belanda menguasai kembali wilayah Indonesia. Berawal dari kedatangan Inggris bersama Sekutunya di Jakarta pada tanggal 29 september 1945 yang ternyata disertai oleh NICA. Kondisi tersebut menimbulkan reaksi keras dari rakyat Indonesia, sehingga peperangan tidak dapat dihindari lagi (Kahin, 1995: 178).

Pada masa awal kemerdekaan, pertempuran-pertempuran dengan Jepang pun tidak terhindarkan, hal ini terjadi karena pada saat itu Jepang diserahi kewenangan untuk menjaga keamanan di wilayah bekas jajahnnya oleh Sekutu, sedangkan di lain pihak rakyat Indonesia masih mempunyai rasa dendam terhadap orang Jepang yang telah bertindak semena-mena terhadap rakyat Indonesia. Pada masa ini juga rakyat sedang mempersiapkan diri membentuk kekuatan untuk mempertahankan kedaulatan Negara Indonesia yang baru berdiri sehingga terjadi pelucutan senjata terhadap Jepang. Peritiwa–peristiwa seperti ini yang akhirnya memicu konflik antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang, seperti yang dikemukakan oleh Moedjanto sebagai berikut.

Pihak Sekutu telah memerintahkan tentara Jepang agar tetap bertanggung jawab atas bekas jajahannya untuk diserahkan secara utuh dan lengkap pada Sekutu sehingga pihak Jepang memiliki wewenang untuk melakukan perlawanan terhadap pelucutan dan perebutan senjata yang dilakukan oleh para pemuda dan masyarakat Indonesia (Moedjanto, 1988: 91)

Seluruh kekuatan rakyat dikerahkan untuk mempertahankan kemerdekaan dan mempersiapkan kekuatan untuk menghadapi kedatangan kembali Belanda ke Indonesia. Untuk itu dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang merupakan salah satu badan perjuangan pada masa awal revolusi. Selain BKR muncul juga laskar-laskar dan organisasi-organisasi perjuangan di berbagai daerah. Salah satu


(5)

3

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

organisasi yang muncul adalah Hizbullah, anggotanya terdiri dari laskar-laskar pejuang yang berasal dari pesantren. Pesantren merupakan sebuah lembaga yang berfungsi menyebarkan ajaran Agama Islam dan mengadakan perubahan-perubahan masyarakat kearah yang lebih baik (Tholkhah dan Barizi, 2004: 49).

Pesantren menduduki peranan penting sebagai basis perlawanan dan pertahanan terhadap penjajahan. Peranannya tidak terhenti sampai Indonesia merdeka, pesantren terus menunjukan peranannya yang signifikan pada masa revolusi yaitu sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya memberikan pendidikan Islam tetapi juga membantu perjuangan laskar-laskar melawan Belanda. Para santri yang belajar di pesantren bergabung menjadi anggota Hizbullah dan melakukan perlawanan fisik secara terbuka untuk mengusir Belanda yang berusaha menguasai kembali Indonesia (Tolkhah dan Barizi, 2004: 49-50).

Salah satu pesantren yang terlibat dalam upaya mempertahankan kemerdekaan khususnya di daerah Garut adalah Pesantren Al-Falah Biru. Diuraikan oleh Arifin bahwa “Pada waktu pertempuran 1945 Biru berada di barisan terdepan yang dipimpin oleh KH Mustofa Kamil (Pahlawan Jawa Barat)

dan Syaikhuna Badruzzaman dengan pasukan Hizbullohnya“ (Arifin, 2011: 23).

Mengetahui Belanda akan kembali menduduki Garut, maka para ulama mengkoordinasi kembali rakyat untuk berjuang mempertahankan wilayah Garut dari gangguan yang akan muncul dari Belanda. Pesantren Al-Falah Biru sebagai salah satu pondok pesantren yang cukup berpengaruh pada saat itu turut berperan melakukan perlawanan. KH. Muhammad Badruzzaman sebagai pimpinan pondok


(6)

4

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pesantren mengobarkan semangat jihad fi sabilillah memompa semangat rakyat untuk melawan dengan mengidentikan bahwa perang melawan penjajah adalah perang suci melawan kafir. Selain itu Badruzzaman juga mengerahkan para santrinya untuk berjuang bersama masyarakat dalam mengahadapi penjajah yang akan mengganggu kemerdekaan bangsa Indonesia yang baru saja diraih, sehingga dalam masa tersebut para santrinya melebur dengan laskar Hisbullah atau Sabilillah. Laskar Hisbullah atau Sabilillah merupakan laskar yang dipimpin oleh para Kiai baik yang duduk menjadi pimpinan maupun penasehat dalam organisasi tersebut (Arifin, 2011: 7).

Pesantren Al-Falah Biru pada saat itu tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan islam saja, melainkan melakukan peranan yang lebih besar. Pesantren menjadi bagian dari perjuangan rakyat dalam melakukan perlawanan terhadap Penjajah. Pesantren Al-Falah Biru melalui tokoh dan santrinya menunjukkan reaksi keras dengan melakukan perlawanan. Perlawanan tersebut merupakan salah satu bentuk perjuangan pesantren beserta elemen di dalamnya untuk mempertahankan kemerdekaan di Indonesia.

Beberapa alasan peneliti meneliti Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949. Pertama, dengan memperhatikan keterlibatan pesantren dan tokoh ulama yang memimpinnya tersebut dalam melakukan perlawanan terhadap penjajahan, maka diperlukan sebuah kajian yang lebih mendalam untuk menemukan seberapa jauh peranan yang telah dilakukan. Pesantren Al-Falah Biru tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan islam, tetapi lebih dari itu pesantren Al-Falah Biru menjadi sebuah basis perlawanan


(7)

5

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

terhadap penjajahan khususnya pada tahun 1945-1949. Kedudukan penting tersebut tentunya memberikan gambaran bahwa pada masa revolusi fisik, pesantren Al-Falah Biru merupakan sebuah pesantren yang memiliki pengaruh bagi masyarakat sekitarnya.

Kedua, pada saat ini peranan besar pesantren Al-Falah Biru tidak begitu

banyak dikenal oleh masyarakat umum. Pesantren hanya dikenal sebagai sebuah tempat untuk memberikan pendidikan agama Islam seperti layaknya pesantren biasa lainnya, sementara peranannya dalam melawan penjajahan seolah terlupa seiring dengan perkembangan waktu. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Agama Islam dan ulama sebagai pemimpin masyarakat memiliki peranan penting dalam perjuangan kemerdekaan. Namun peranan mereka jarang diketahui dan kurang mendapat perhatian dari masyarakat sekarang ini, oleh karena itu perlu dilakukan kajian mendalam tentang peranan pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dengan demikian diharapkan peranan tersebut tidak dilupakan begitu saja khususnya oleh masyarakat Garut.

Ketiga, perlu adanya penelitian untuk mengkaji lebih mendalam mengenai

keterlibatan pesantren Al-Falah Biru dalam perlawanan terhadap penjajah khusunya tahun 1945-1949 sebagai sebuah peristiwa lokal. Peristiwa sejarah pada tingkat lokal selalu tidak banyak diketahui dalam penelitian sejarah tingkat nasional karena seringkali peristiwa sejarah pada tingkat lokal hanya dikenal pada masyarakat tertentu saja dan tidak diketahui secara nasional, padahal peristiwa tersebut menjadi sebuah peristiwa cukup penting. Kepentingan untuk mengangkat peristiwa sejarah pada tingkat lokal inilah menjadi salah satu latar belakang


(8)

6

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penelitian peranan pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut.

Keempat, secara pribadi peneliti memiliki ketertarikan khusus untuk

mengkaji sejarah lokal di Garut salah satunya mengkaji tentang peranan pesantren Al-Falah Biru tahun 1945-1949. Peneliti merasa berkepentingan untuk melakukan penelitian ini, karena selain sebagai seorang mahasiswa pada Jurusan Pendidikan Sejarah peneliti juga merupakan bagian dari masyarakat asli Garut. Peneliti berupaya untuk menulis salah satu peristiwa sejarah di Garut agar dapat terekam dengan baik dan dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Sehingga skripsi ini menjadi salah satu skripsi yang memperkaya khasanah keilmuan sejarah Garut. Adapun alasan peneliti memilih tahun 1945-1949 sebagai batasan kajian penelitian, didasarkan pada beberapa aspek. Tahun 1945 merupakan proses transisi pengalihan kekuasaan di Garut dari tangan Jepang pada Sekutu. Pada tahun 1945 Jepang ditugaskan untuk mengatur pemerintahan di Garut sementara waktu sebelum kedatangan Sekutu ke Garut. Kondisi tersebut menimbulkan reaksi keras dari masyarakat Garut karena Indonesia dianggap telah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Selanjutnya tahun 1949 menjadi akhir perlawanan rakyat terhadap Belanda, karena pada tahun tersebut Belanda berhasil diusir dari Garut.

Peneliti merasa berkepentingan untuk melakukan suatu penelitian berkaitan dengan sejarah perjuangan Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949. Peneliti sangat terpanggil untuk menggali sejarah lokal Garut agar dapat dilestarikan dengan baik dan tidak dilupakan oleh


(9)

7

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

masyarakat Garut. Penelitian ini akan menjadi sebuah penelitian yang memperkaya khazanah sejarah Indonesia pada tingkat lokal. Untuk merealisasikannya, maka peneliti menyusunnya kedalam sebuah skripsi dengan judul “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi fisik di Garut Tahun 1945-1949”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, masalah utama yang akan dikaji adalah “Bagaimana Peranan Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949?”. Agar pembahasan lebih terfokus maka peneliti membatasi pokok bahasan dalam beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Kondisi Pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949?

2. Mengapa Pesantren Al-Falah Biru terlibat dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut pada tahun 1945-1949?

3. Bagaimana strategi perjuangan Pesantren Al-Falah Biru dalam keikutsertaanya mempertahankan kemerdekaan di Garut pada tahun 1945-1949?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi fisik yang terjadi di wilayah Garut Tahun 1945-1949. Selain itu penelitian skripsi ini bertujuan untuk :


(10)

8

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

1. Mendeskripsikan kondisi pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949 meliputi sejarah pendirian pesantren, tokoh Kiai yang berpengaruh, perkembangan kelembagaan pesantren, dan perkembangan ajaran tarekat Tijaniyah di pesantren Al-Falah Biru.

2. Menjelaskan keterlibatan Pesantren Al-Falah Biru dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut tahun 1945-1949 meliputi kondisi Garut pada tahun 1945-1949, keterlibatan pesantren dalam beberapa pertempuran, dan peranan Badruzzaman sebagai ulama yang berpengaruh. 3. Menguraikan strategi perjuangan Pesantren Al-Falah Biru dalam upaya

mempertahankan kemerdekaan di Garut yang terdiri dari ajaran tarekat Tijani sebagai landasan perjuangan pesantren Al-Falah Biru dan Kholwat sebagai pembinaan mental para pejuang meliputi latar belakang yang menjadi pendorong dilakukannya kholwat di pesantren Al-Falah Biru, proses pelaksanaan kholwat, dan tujuan dilakukannya kholwat.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik

Di Garut Tahun 1945-1949” ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara

lain :

1. Bagi peneliti, dapat menghasilkan sebuah skripsi sebagai aplikasi teori yang didapat selama perkuliahan untuk menarik sebuah kesimpulan dari permasalahan yang ditemukan, serta dapat dipertanggungjawabkan secara objektif dan ilmiah dalam kehidupan praktis. Selain itu sebagai seorang


(11)

9

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

akademisi yang berasal dari daerah Garut, maka peneliti merasa berkepentingan untuk mengangkat sejarah di Garut khususnya sejarah sosial. 2. Bagi UPI khususnya bagi jurusan Pendidikan sejarah, memperkaya penelitian

sejarah sosial khususnya peranan pondok pesantren dalam revolusi fisik di daerah. Selanjutya skripsi ini bisa dijadikan sumber rujukan bagi pengembangan penelitian selanjutnya di Jurusan Pendidikan Sejarah UPI. 3. Bagi Pondok Pesantren Al-Falah Biru, semoga skripsi ini menjadi sebuah

karya yang berarti bagi sejarah pondok pesantren. Sebagai salah satu lembaga pendidikan agama yang berpengaruh di masyarakat maka skripsi ini menjadi sebuah apresiasi terhadap pesantren.

4. Bagi masyarakat Garut, peneliti berharap skripsi ini dijadikan salah satu sumber informasi mengenai peristiwa sejarah yang pernah terjadi di Garut. Masyarakat Garut diharapkan dapat lebih mengenal peristiwa sejarah yang terjadi di wilayahnya.

5. Bagi pemerintah dijadikan bahan masukan mengenai pelengkap penelitian sejarah nasional pada tingkat daerah. Perlawanan yang dilakukan oleh pesantren Al-Falah Biru terhadap Sekutu merupakan salah satu peristiwa sejarah sosial yang menjadi bagian dari sejarah nasional pula.

6. Bagi institusi pendidikan diharapkan penelitian ini menjadi sumber referensi dalam perkembangan sejarah sosial di Indonesia khsusunya pada tingkat daerah. Sejarah mengenai peranan Pesantren Al-Falah Biru ini diharapkan dapat dimasukan dalam kurikulum lokal sekolah-sekolah di Garut.


(12)

10

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

7. Manfaat paling nyata dari penelitian skripsi ini diharapkan bisa menjadi bacaan masyarakat umum dengan menyusunnya menjadi sebuah buku. Tentunya penyusunan skripsi ini menjadi sebuah buku atas dukungan pesantren Al-Falah dan juga dosen Jurusan Pendidikan Sejarah.

1.5. Sistematika Penulisan

Hasil yang diperoleh melalui observasi, telaah pustaka, dan wawancara dikumpulkan kemudian disusun ke dalam sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk dikaji, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penelitian.

BAB II Tinjauan Kepustakaan, bab ini berisi tentang berbagai landasan teoritis dan informasi sejarah bersumber pada literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dikaji yaitu mengenai Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949.

BAB III Metodologi penelitian, dalam bab ini diuraikan tentang metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam mencari sumber-sumber dan cara pengolahan sumber yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji.

BAB IV Pernanan Pesantren Al-Falah Biru Dalam Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Garut. Dalam bab ini akan diuraikan seluruh hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya kondisi Al-Falah Biru


(13)

11

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pada tahun 1945-1949, faktor pendorong keterlibatan pesantren Al-Falah Biru dalam upaya perlawanan terhadap pendudukan bangsa asing di Garut dengan mengikutsertakan santri-santrinya pada lasykar perjuangan Hisbulloh, serta menjadikan pesantren Al-Falah Biru sebagai tempat pelatihan mental para pejuang yang akan diturunkan ke medan tempur melalui proses kholwat. Uraian tersebut berdasarkan pertanyaan penelitian yang dirumuskan pada bab pertama.

BAB V Kesimpulan. Pada bab ini berisi kesimpulan dari keseluruhan deskripsi dan beberapa saran yang bermanfaat bagi beberap pihak yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan masalah yang dibahas.


(14)

40

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan uraian mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang berjudul “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun

1945-1949”. Peneliti mencoba memaparkan berbagai langkah maupun prosedur

yang digunakan dalam mencari, mengolah, menganalisis sumber dan proses penyusunannya menjadi sebuah skripsi. Adapun pada skripsi ini, peneliti menggunakan metode historis atau metode sejarah dengan menggunakan studi literatur, studi dokumentasi, dan wawancara sebagai teknik penelitiannya.

Peneliti mencoba menguraikan langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode sejarah meliputi proses heuristik, kritik eksternal dan internal, interpretasi, serta historiografi. Metode sejarah digunakan untuk menemukan fakta-fakta sejarah yang kemudian diinterpretasi untuk disusun kedalam sebuah historiografi sejarah agar menghasilkan sebuah skripsi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan relevan dengan bidang studi peneliti yaitu pendidikan sejarah. Peneliti menguraikan proses tersebut dalam bab ini yang terdiri dari tiga sub-bab utama yaitu metode dan teknik penelitian, persiapan penelitian, dan pelaksanaan penelitian.


(15)

41

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 3.1. Metode dan Teknik Penelitian

3.1.1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah, yaitu proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Metode historis adalah suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan (bahan-bahan) yang diteliti. Sjamsuddin menguraikan pula bahwa metode dan metodologi merupakan dua fase kegiatan yang berbeda untuk tugas yang sama. Dalam kaitannya dengan ilmu sejarah, metode sejarah adalah “bagaimana mengetahui sejarah” sedangkan metodologi adalah “mengetahui bagaimana mengetahui sejarah” (Sjamsuddin, 2007: 13-14).

Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan-aturan dan prinsip yang sistematis untuk mengumpulkan sumber secara efektif, menilainya secara kritis dan menguji sintesis dari hasil-hasil yang dipakai dalam bentuk tertulis. Definisi metode sejarah tersebut diuraikan oleh Gottschalk (1985) dalam bukunya yang berjudul “Mengerti Sejarah” sebagai berikut.

”Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah diperoleh yang disebut historiografi” (Gottschalk, 1985: 32).

Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat diperoleh gambaran bahwa yang dimaksud dengan metode historis atau sejarah adalah suatu prosedur atau langkah kerja yang digunakan untuk melakukan penelitian terhadap sumber atau peninggalan masa lampau yang dianalisis secara kritis dan sistematis. Metode historis ini sangat sesuai dengan kajian yang


(16)

42

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dilakukan oleh peneliti, peneliti berusaha mencari data dan fakta sejarah yang berhubungan dengan permasalahan mengenai judul penelitian.

Secara khusus kajian sejarah yang dilakukan oleh peneliti adalah kajian sejarah lokal. Oleh karena itu perlu difahami pula bahwa penyusunan sejarah lokal tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan sejarah lisan (oral history). Menghubungkan sejarah lisan dengan sejarah lokal berarti mencoba melihat peranannya sebagai sumber sejarah untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal itu. Sejarah lisan sebagai sumber, juga memberikan sumbangan yang besar terhadap pengembangan substansi penelitian sejarah.

Pertama, dapat memberikan kemungkinan yang cukup dalam untuk menggali

sejarah dari pelakunya. Kedua, sejarah lisan dapat menjangkau pelaku-pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen resmi. Ketiga, sejarah lisan memungkinkan perluasan permasalahan sejarah karena sejarah lisan tidak dibatasi dengan adanya dokumen tertulis (Kuntowijoyo, 2003: 29-30).

Metode sejarah memiliki beberapa tahapan proses penelitian, meski terdapat beberapa perbedaan penamaan yang dijelaskan dalam berbagai sumber rujukan namun tetap mengacu pada tahapan yang sama. Gottschalk (1985) menguraikan terdapat 4 (empat) langkah kegiatan dalam sebuah prosedur penelitian sejarah yang saling berkaitan satu sama lainnya. Keempat langkah tersebut yaitu Heuristik (pencarian atau penemuan sumber), kritik sumber, interpretasi (penafsiran), serta tahapan terakhir adalah penyajian dalam bentuk cerita sejarah atau dikenal dengan proses historiografi (Gottschalk, 1985: 32).


(17)

43

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai tahapan dalam penelitian sejarah, peneliti memperoleh gambaran bahwa pada dasarnya terdapat kesamaan pendapat dalam menguraikan tahapan penelitian sejarah. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian sejarah pada umumnya terdiri dari pengumpulan sumber, analisis sumber, interpretasi fakta, dan menyusunnya kedalam sebuah historiografi. Peneliti melakukan tahapan tersebut dalam sebuah proses yang berurutan dan saling berkaitan sehingga dihasilkan sebuah penelitian ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian melakukan heuristik (pengumpulan sumber) berkaitan dengan peranan pesantren Al-Falah Biru dalam melakukan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1945-1949, kritik sumber yang relevan dan reliabel, interpretasi terhadap sumber sejarah yang ditemukan disertai dengan analisis yang didasarkan pada sumber literatur dan teori yang digunakan, serta menyusunnya kedalam sebuah karya ilmiah dengan proses historiografi.

Peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu penelitian yang menggunakan ilmu bantu lainnya dalam satu rumpun ilmu. Dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan dalam satu rumpun ilmu sosial yaitu ilmu sosiologi dan politik agar lebih memudahkan dalam proses penelitian. Selain menggunakan ilmu sejarah sebagai alat analisis maka ilmu bantu lainnya akan membantu mempertajam analisis tersebut. Pendekatan ilmu sosiologi digunakan dalam menguraikan hubungan sosial antara kyai, santri, dan masyarakat sekitar pesantren Al-Falah Biru beserta fungsi dan peranannya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Adapun ilmu politik digunakan untuk menganalisis strategi dan


(18)

44

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

tujuan perjuangan pesantren Al-Falah Biru dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.

3.1.2. Teknik Penelitian

Teknik penelitian merupakan cara-cara yang digunakan dalam upaya mengumpulkan data dan informasi mengenai penelitian skripsi ini. Dalam penelitian mengenai peranan Pesantren Al-Falah Biru dalam mempertahankan kemerdekaan di Garut, peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian yaitu studi kepustakaan (studi literatur), studi dokumentasi, dan wawancara. Penjelasan mengenai teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti secara lebih lengkapnya dipaparkan dalam uraian berikut ini.

1). Studi kepustakaan (studi literatur)

Di dalam studi kepustakaan akan diperoleh data yang bersifat primer dan sekunder. Peneliti melakukan studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber dari buku-buku, dokumen tertulis, arsip-arsip dari pesantren Al-Falah Biru, serta penelitian terdahulu yang berkaitan. Sumber-sumber yang digunakan tersebut tentunya dapat dipercaya kebenarannya setelah melalui tahap seleksi. Sumber literatur tersebut digunakan oleh peneliti untuk menjelaskan mengenai Pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi fisik di Garut pada tahun 1945-1949.

Peneliti tidak banyak menemukan kesulitan berarti dalam mengumpulkan literatur mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan penelitian. Namun secara pribadi peneliti mengalami kesulitan dalam menemukan sumber buku berkaitan dengan pesantren Al-Falah Biru itu sendiri. Peneliti menemukan tiga


(19)

45

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

buku mengenai Al-Falah Biru yang ditulis oleh cucu KH.Badruzzaman pimpinan pondok pesantren tersebut sekaligus tokoh yang berperan penting dalam perlawanan. Dua dari ketiga buku tersebut sudah diterbitkan, sementara satu buku yang sudah disusun belum sampai diterbitkan. Sumber lainnya banyak ditemukan pada surat-surat atau tulisan tangan KH.Badruzzaman pada masa peperangan, dokumen ajaran-ajaran KH.Badruzzaman yang ditulis, dan arsip-arsip milik pesantren. Literatur lainnya yang ditemukan sebagian besar menjelaskan konsep-konsep yang berhubungan dengan tema penelitian.

Peneliti mengadakan kunjungan langsung di pesantren Al-Falah Biru kecamatan Tarogong Garut dan di beberapa perpustakaan, lembaga, serta beberapa tempat terkait untuk mendapatkan informasi dan sumber literatur dibutuhkan berkaitan dengan Pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi fisik di Garut. Setelah sumber tersebut didapatkan, kemudian peneliti mempelajari, mengkaji dan mengidentifikasikan serta memilih sumber yang relevan dan dapat digunakan sebagai sumber dalam penelitian skripsi ini melalui tahapan kritik. Adapun beberapa tempat yang dikunjungi adalah :

a Pondok Pesantren Al-Falah Biru Kecamatan Tarogong Garut b Perpustakaan daerah Kota Garut

c Kantor arsip daerah Kota Garut

d Perpustakaan Dinas Sejarah Angkatan Darat Kota Bandung e Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung


(20)

46

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

2). Teknik wawancara

Wawancara dilakukan oleh peneliti untuk melengkapi sumber tertulis yang tersedia, peneliti mencari sumber lisan dengan melakukan wawancara langsung dengan beberapa pelaku sejarah yang terdiri dari mantan santri pesantren Al-Falah Biru yang terlibat perlawanan terhadap Belanda. Selain itu peneliti juga mewawancarai saksi sejarah yang terdiri dari anak-anak KH.Badruzzaman sebagai narasumber yang memberikan informasi khusus mengenai sejarah perkembangan pesantren. Menurut Koentjaraningrat (1993), teknik ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berupa tanggapan pribadi, pendapat atau opini serta keyakinan. Metode ini dilakukan dengan suatu tujuan khusus untuk mencari keterangan atau pendapat secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap dan berhadapan muka mengenai apa yang dirasakan, dipikirkan, dan diakui (Koentjaraningrat, 1993: 130).

Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai permasalahan yang dikaji. Peneliti berusaha mencari narasumber yang dianggap kompeten untuk memberikan informasi yang diperlukan. Narasumber terdiri dari anak dari KH.Badruzzaman, mantan santri yang terlibat dalam Hizbullah, tokoh veteran Garut yang pernah melakukan perlawanan bersama dengan KH.Badruzzaman, serta peneliti buku tentang pesantren Al-Falah Biru. Peneliti melakukan wawancara dengan narasumber-narasumber tersebut dengan harapan agar nantinya informasi yang diperoleh bisa selengkap mungkin.

Teknik wawancara dibagi menjadi dua jenis yaitu wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur atau berencana yang terdiri dari


(21)

47

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Sementara wawancara tidak berstruktur atau tidak berencana adalah wawancara yang tidak mempunyai suatu persiapan sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan dengan suasana kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti (Koentjaraningrat, 1993:138-139). Adapun dalam pelaksanaan wawancara ini peneliti menggunakan teknik wawancara terstruktur dan terencana, yang terdiri dari suatu daftar pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. 3. Studi dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik penelitian yang dilakukan terhadap sumber-sumber yang terdokumentasikan berupa rekaman baik gambar, suara maupun tulisan. Sartono Kartodirdjo (1993: 65) mengemukakan bahwa bahan dokumen sangat berguna dalam membantu penelitian ilmiah untuk memperoleh pengetahuan yang dekat dengan gejala yang dipelajari, dengan memberikan pengertian menyusun persoalan yang tepat, mempertajam perasaan untuk meneliti, membuat analisa yang lebih subur, pendeknya membuka kesempatan memperluas pengalaman ilmiah.

Peneliti menggunakan studi dokumentasi dengan mencari berbagai rekaman mengenai pesantren Al-Falah Biru berupa foto-foto KH.Badruzzaman, santri yang masuk Hizbullah, serta lingkungan sekitar pesantren. Dokumentasi yang didapatkan memiliki arti penting dalam penelitian ini, dengan adanya dokumentasi dan bukti fisik berkaitan dengan penelitian ini menjadikan peneliti merasa yakin dalam melakukan penelitian. Selain itu dokumen foto yang didapatkan menjadi bukti dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(22)

48

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 3.2.Persiapan Penelitian

Tahap persiapan penelitian ini merupakan langkah awal yang menentukan bagi keberhasilan peneliti pada tahap selanjutnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap ini yaitu penentuan tema penelitian, menyusun rancangan penelitian dan melaksanakan ujian proposal skripsi, mengurus perizinan, menyiapkan perlengkapan penelitian, dan proses bimbingan.

3.2.1. Penentuan Tema Penelitian

Pada tahap ini, langkah awal yang dilakukan adalah menentukan tema penelitian. Sebagaimana Kuntowijoyo (2003: 91) berpendapat bahwa “Pemilihan topik sebaiknya dipilih berdasarkan kedekatan emosional dan kedekatan intelektual”. Hal ini mengungkapkan bahwa suatu topik dipilih berdasarkan dua aspek yaitu karena adanya kegemaran dan keterkaitan peneliti dengan disiplin ilmu tertentu. Sebagai seorang mahasiswa sejarah maka peneliti sangat tertarik untuk memilih topik berkaitan dengan unsur manusia, ruang, dan waktu tertentu. Adapun mengenai tema penelitian, sejak awal peneliti sangat tertarik mengkaji sejarah peranan pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi di Garut. Sebagai calon sarjana pendidikan sejarah yang berasal dari daerah Garut, peneliti merasa berkepentingan untuk melakukan penelitian lebih mendalam mengenai sejarah lokal Garut. Peneliti berharap dengan melakukan penelitian ini maka bisa turut melestarikan sejarah lokal khususnya di wilayah Garut.

Pada tahap awal menentukan tema penelitian, peneliti melakukan beberapa kegiatan seperti membaca literatur yang berkaitan dengan sejarah lokal khususnya


(23)

49

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

berkaitan dengan sejarah lokal di Garut. Setelah membaca banyak literatur, peneliti merasa tertarik untuk meneliti sejarah Garut pada masa revolusi karena peneliti melihat adanya beberapa peristiwa penting yang terjadi dalam sejarah Garut pada masa revolusi. Setelah melakukan konsultasi dengan dosen yang kompeten di bidangnya, peneliti mendapatkan petunjuk untuk mengangkat tentang peranan ulama pada masa revolusi di Garut.

Pada awalnya peneliti merasa tertarik untuk mengkaji tentang peranan KH.Badruzzaman pada masa revolusi di Garut, namun setelah membaca beberapa literatur secara lebih mendalam maka peneliti merasa tertarik untuk menulis secara lebih luas lagi tentang peranan pesantren Al-Falah Biru di bawah pimpinan KH.Badruzzaman. Peneliti mendapatkan gambaran awal bahwa peranan KH.Badruzzaman tidak bisa terlepas dari pembahasan mengenai peranan santri dan pesantren yang dipimpin olehnya. Peranan pesantren Al-Falah Biru sebagai lembaga pendidikan islam sekaligus sebagai pusat perlawanan terhadap Belanda tentunya memiliki dinamika unik tersendiri. Penelitian ini menjadi sangat menarik karena sebagai salah satu peristiwa sejarah lokal di Garut pada masa Revolusi, peranan pesantren Al-Falah Biru menjadi tambahan informasi khazanah sejarah nasional di Indonesia.

Peneliti meyakinkan kembali tema tersebut dengan mengkonsultasikannya kepada beberapa dosen dan tim TPPS Sejarah, setelah yakin maka peneliti segera melakukan pra penelitian langsung ke pesantren Al-Falah Biru Kecamatan Tarogong Garut. Tujuan melakukan langkah tersebut sebagai upaya untuk mencari dan memperoleh sumber-sumber data yang berhubungan dengan kajian


(24)

50

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

peneliti. Setelah melakukan survei dan bertemu dengan beberapa orang yang dapat dijadikan sebagai sumber primer, akhirnya peneliti memperoleh rumusan judul “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949”. Batasan periode penelitian tersebut didapatkan berdasarkan sumber yang didapatkan pada pra-penelitian. Tema penelitian yang telah diperoleh kemudian diajukan kepada dosen TPPS (Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi) jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI. Langkah selanjutnya setelah judul tersebut disetujui oleh TPPS, peneliti mulai menyusun suatu rancangan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk proposal skripsi.

3.2.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan langkah awal yang harus dilakukan sebelum melakukan penelitian. Rancangan penelitian ini dapat dijadikan sebuah acuan dalam penyusunan skripsi. Rancangan ini berupa proposal skripsi yang diajukan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi. Pada dasarnya proposal tersebut memuat judul penelitian, latar belakang masalah yang merupakan pemaparan mengenai deskripsi masalah yang akan dibahas, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penelitian.

Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu melakukan studi literatur, yakni meneliti dan mempelajari buku, arsip serta dokumen-dokumen yang relevan dengan judul penelitian. Pada tahap ini peneliti mencari bahan pustaka sebagai sumber data awal, dikarenakan bahwa sumber tertulis merupakan sesuatu yang


(25)

51

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

umum digunakan sebagai bahan kajian sejarah, seperti buku, arsip, artikel, surat kabar, dan majalah. Setelah melakukan studi literatur kemudian menyusun sebuah rancangan atau usulan penelitian kedalam sebuah bentuk proposal skripsi. Proposal tersebut disetujui dan dipertimbangkan dalam seminar pra-rancangan penelitian/penelitian skripsi/karya ilmiah melalui surat keputusan yang dikeluarkan TPPS dengan No.40/TPPS/JPS/2011, serta penunjukan calon pembimbing I yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si dan calon pembimbing II Ibu Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd. Seminar Pra-Rancangan Skripsi dilaksanakan pada tanggal 23 September 2011.

Pelaksanaan seminar pra-rancangan penelitian skripsi berjalan dengan lancar, peneliti mendapatkan masukan dari calon pembimbing dan beberapa dosen lainnya mengenai proposal yang telah dibuat khususnya berkaitan dengan latar belakang dan rumusan masalah. Proposal kemudian disetujui, maka turun SK (Surat Keputusan) penunjukan pembimbing dari TPPS jurusan Pendidikan Sejarah dengan nomor yang sama dengan SK seminar proposal yaitu No. 40/TPPS/JPS/2011. Ditetapkan bahwa pembimbing pertama Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si dan pembimbing II Ibu Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd.

3.2.3. Mengurus Perizinan

Pada tahap ini, peneliti mulai memilih lembaga/instansi yang dapat memberikan data dan fakta terhadap penelitian yang dilakukan. Pengurusan surat perijinan dilakukan di jurusan pendidikan sejarah yang kemudian diserahkan kepada bagian akademik FPIPS untuk memperoleh ijin dari dekan FPIPS. Tujuan


(26)

52

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dari tahapan ini yaitu pertama, untuk mempermudah dan memperlancar penelitian yang akan dilakukan. Kedua, untuk mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini. Adapun surat-surat perijinan penelitian tersebut ditujukan kepada instansi-instansi atau lembaga-lembaga sebagai berikut:

1. Pimpinan Pesantren Al-Falah Biru Kecamatan Tarogong Garut 2. Kepala kantor perpustakaan daerah Kota Garut

3. Kepala kantor arsip daerah Kota Garut

4. Pengelola perpustakaan Dinas Sejarah Angkatan Darat Kota Bandung

5. Narasumber mantan santri pesantren Al-Falah Biru yang terlibat dalam perlawanan pada masa revolusi.

Peneliti melakukan proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan data-data mengenai Pesantren Al-Falah Biru pada masa revolusi fisik di Garut pada tahun 1945-1949. Melalui tahap ini peneliti mencari, menemukan, dan mengumpulkan beberapa referensi yang berhubungan dengan fokus kajian. Selain proses tersebut, peneliti juga mencari sumber-sumber primer, dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa tokoh yang terkait.

3.2.4. Mempersiapkan Perlengkapan Penelitian

Sebelum melaksanakan kegiatan penelitian langsung ke lapangan, peneliti mempersiapkan beberapa hal yang diperlukan dalam menyediakan perlengkapan yang akan dibutuhkan dalam penelitian. Hal pertama yang dilakukan adalah membuat surat perijinan penelitian guna memperlancar penelitian yang akan


(27)

53

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dilakukan. Selain itu juga mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan dalam penelitian diantaranya sebagai berikut:

1. Surat izin penelitian dari Direktorat Kemahasiswaan UPI 2. Surat izin penelitian dari Kesbang Linmas Kota Garut 3. Instrumen wawancara

4. Alat perekam 5. Kamera 6. Alat tulis

Perlengkapan tersebut digunakan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan penelitian. Peneliti tidak menemukan kesulitan cukup berarti dalam mempersiapkan perlengkapan penelitian karena sarana yang ada cukup menunjang. Kesulitan yang dihadapi adalah penentuan waktu untuk bertemu karena kesibukan narasumber dan jarak yang cukup jauh dari lokasi peneliti. Adapun dalam mengurus perizinan pada instansi yang terkait tidak mengalami kendala cukup berarti.

3.2.5. Proses Bimbingan

Proses bimbingan merupakan kegiatan yang harus selalu dilakukan oleh peneliti selama penyusunan skripsi. Proses bimbingan ini dapat membantu dalam menentukan langkah yang tepat dari setiap kegiatan penelitian yang dilakukan. Proses bimbingan juga merupakan kegiatan yang berguna untuk berkonsultasi dan berdiskusi mengenai berbagai masalah yang dihadapi dalam penyusunan skripsi. Selama proses penyusunan skripsi peneliti melakukan proses bimbingan dengan


(28)

54

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

pembimbing I dan pembimbing II sesuai dengan waktu dan teknik bimbingan yang telah disepakati bersama sehingga bimbingan dapat berjalan lancar dan diharapkan penyusunan skripsi dapat memberikan hasil sesuai dengan ketentuan.

3.3.Pelaksanaan Penelitian

Setelah persiapan penelitian selesai, maka tahapan dilanjutkan pada pelaksanaan penelitian. Dalam pelaksanaan penelitian terdapat beberapa kegiatan yaitu heuristik, kritik, dan interpretasi. Kegiatan-kegiatan ini memiliki peranan penting yang menentukan terhadap hasil penyajian penelitian dalam bentuk sebuah penelitian, adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap-tahap tersebut akan diuraikan di bawah ini.

3.3.1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik merupakan tahap awal dalam penelitian sejarah, yaitu proses penelusuran, pencarian, dan pengumpulan sumber-sumber sejarah yang relevan dengan permasalahan penelitian. Menurut Sjamsuddin (2007) yang dimaksud dengan sumber sejarah adalah segala sesuatu yang langsung atau tidak langsung menceritakan kepada kita tentang sesuatu kenyataan atau kegiatan manusia pada masa lalu. Sumber-sumber sejarah merupakan bahan-bahan mentah sejarah yang mencakup segala macam evidensi (bukti) yang telah ditinggalkan oleh manusia yang menunjukkan segala aktivitas mereka di masa lalu yang berupa kata-kata yang tertulis atau kata-kata yang diucapkan secara lisan (Sjamsuddin, 2007: 95).

Heuristik merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah. Pada tahap ini peneliti mencari


(29)

55

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dan mengumpulkan berbagai sumber sejarah yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sumber lisan. Sumber tertulis diperlukan dalam penelitian sebagai rujukan, sedangkan sumber lisan digunakan apabila sumber tertulis mengenai permasalahan yang dikaji dirasa masih kurang. Selanjutnya mencari beberapa narasumber terkait dan sejaman dengan judul penelitian untuk diwawancarai sebagai sumber lisan. Peneliti memfokuskan pada pencarian sumber tertulis dan sumber lisan untuk digunakan dalam menjawab permasalahan yang dibahas.

Secara umum Gottschalk (1975: 35) membagi sumber sejarah menjadi 2 (dua) jenis yaitu :

a. Sumber Primer, adalah kesaksian dari seseorang saksi dengan mata secara langsung lewat panca indera yang dimiliki, secara langsung hadir pada peristiwa sejarah tersebut.

b. Sumber Sekunder, adalah kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi pandangan mata yakni seorang yang tidak hadir dalam peristiwa yang dikisahkan.

Pada tahap Heuristik ini peneliti mencari literatur-literatur kepustakaan yaitu buku-buku yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber-sumber yang diperoleh dengan riset kepustakaan sebagai pembanding, pelengkap, dan penganalisa guna memperdalam permasalahan yang dibahas. Pada tahap ini peneliti melakukan proses mencari, menemukan, dan mengumpulkan data-data mengenai peranan pesantren Al-Falah Biru dalam mempertahankan kemerdekaan di Garut pada tahun 1945-1949. Selain proses tersebut, peneliti juga mencari


(30)

56

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

sumber-sumber primer, dengan cara melakukan wawancara dengan beberapa pihak terait.

3.3.1.1. Pengumpulan Sumber Tertulis

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini adalah mencari dan mengumpulkan berbagai macam sumber tertulis berhubungan dengan tema yang dikaji berupa sumber primer, sekunder, dan tersier. Jenis-jenis sumber sejarah yang digunakan peneliti antara lain seperti buku, arsip dan dokumen-dokumen pesantren Al-Falah Biru, sumber internet, serta penelitian yang telah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan judul penelitian. Hal ini dilakukan karena peneliti menggunakan teknik studi literatur sebagai salah satu teknik dalam pengumpulan data. Dalam proses ini, peneliti mengunjungi berbagai perpustakaan baik yang berada di kota Garut maupun Bandung. Perpustakaan yang pertama dikunjungi adalah perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di perpustakaan UPI peneliti mencari buku-buku yang berkaitan dengan penelitian sejarah, peranan pesantren, dan revolusi fisik di Indonesia.

Buku-buku yang ditemukan di perpustakaan UPI berkaitan dengan peranan pesantren dan revolusi fisik di Indonesia diantaranya “Tradisi Pesantren

Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai” karangan Zamakhsyari Dhofier terbitan

LP3ES, “Peranan Elit Agama pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia

karangan Mohammad Iskandar, dkk (2000), “Menemukan Sejarah: Wacana

Pergerakan Islam di Indonesia” karangan Ahmad Mansur Suryanegara (1995),

“Pergumulan Islam Di Indonesia 1945-1972” karangan B.J Boland tahun 1985,


(31)

57

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

(2006), “Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan Keberanian” tulisan

Hamka (1980).

Perpustakaan lain yang dikunjungi adalah perpustakaan daerah di kota Garut. Peneliti menemukan beberapa buku yang berkaitan dengan sejarah Garut dan sekilas tentang pesantren Al-Falah Biru. Buku yang ditemukan diantaranya

“Seputar Garut” tulisan Darpan dkk terbitan tahun 2007, “Garut Kota Intan (Sejarah Lokal Kota Garut Sejak Zaman Kolonial Belanda Hingga Masa

Kemerdekaan)” tulisan Kunto Sofianto terbitan tahun 2001, buku “Sejarah

singkat Pola Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Antara Tanggal 17 Agustus 1945 S/D 27 Desember 1949” disusun oleh Yayasan Kesatuan Pejuang

Proklamasi 1945 (YKKP’45) penerbit YKKP ’45 tahun 1982, buku berjudul

“Tanpa Pamrih Ku Pertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945” disusun oleh Mohamad Rivai Penerbit PT Intermasa Jakarta, buku tulisan Nina Lubis berjudul “Sejarah Tatar Sunda Jilid II” terbitan tahun 2003. Dari kelima buku tersebut peneliti memperoleh informasi mengenai sejarah kota Garut dan kondisi Garut pada masa revolusi.

Sumbangan paling berarti bagi penelitian ini adalah pencarian sumber dari pengurus pesantren Al-Falah Biru Kecamatan Tarogong Garut. Sumber-sumber tersebut sekaligus menjadi sumber primer berupa buku yang ditulis oleh cucu KH.Badruzzaman dan arsip-arsip yang relevan dengan kajian peneliti. Buku yang ditemukan “Biografi dan Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman (1898-1972 M)” ditulis oleh Aceng Tajul Arifin tahun 2006 diterbitkan oleh Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru Garut. Buku lainnya yaitu tulisan KH.


(32)

58

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Oman Abdurrahman berjudul Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Falah Biru dan

Perjuangan Syekhuna Badruzzaman Melawan Penjajah Belanda dan Jepang

terbitan Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru tahun 2011, buku

“Seputar Garut” tulisan Darpan dkk terbitan Komunitas Srimanganti tahun 2007, buku “K.H. Syaikhuna Badruzzaman Seorang Ulama Pejuang (1900-1972)”

Editor Mumuh Muhsin Z penerbit Majlis Dzikir Tijaniyah Bandung tahun 2012. Adapun arsip yang ditemukan yaitu surat KH.Badruzzaman yang ditujukan pada Menteri Agama RI berkaitan dengan tarekat Tijani yang didalamnya memuat tentang peranan beliau dalam melawan Belanda.

Peneliti kemudian melengkapi sumber-sumber tersebut dengan mencari literatur tambahan dibeberapa toko buku seperti Gramedia dan Palasari, serta buku koleksi pribadi yang dianggap relevan. Buku tersebut yaitu “Nasionalisme

dan Revolusi di Indonesia” Tulisan George Mc.Turnan Kahin (1970) dan “Cuplikan Sejarah Perjuangan TNI Angkatan Darat” terbitan Mahjuma, Fa. (1972).

Sumber tertulis yang telah terkumpul kemudian dibaca, dipahami, dan dikaji untuk melihat kesesuaiannya dengan permasalahan dalam penelitian. Peneliti melakukan pencatatan terhadap berbagai temuan sumber baik daftar pustaka, tema-tema penting, maupun konsep-konsep yang terdapat dalam sumber tersebut. Hal itu dilakukan oleh peneliti agar lebih mudah dalam proses penelitian sejarah, peneliti menggunakan sumber-sumber tersebut sebagai bahan rujukan dan sumber informasi utama dalam menulis fakta-fakta sejarah. Dengan demikian


(33)

59

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

penelitian karya ilmiah ini dapat dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang layak.

3.3.1.2. Pengumpulan Sumber Lisan

Selain mendapatkan sumber-sumber tertulis, selanjutnya mencari informasi langsung kepada tokoh-tokoh terkait yang berhubungan dengan judul penelitian untuk diwawancarai sebagai sumber lisan. Peneliti mengumpulkan data berupa sumber lisan yang didapat melalui teknik wawancara, melalui penggunaan teknik wawancara tersebut peneliti mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi narasumber. Narasumber dipilih dengan pertimbangan bahwa mereka benar-benar mengalami dan mengetahui terjadinya permasalahan pada masa lampau sesuai dengan kajian peneliti.

Teknik wawancara ini berkaitan erat dengan penggunaan sejarah lisan

(oral history), seperti yang diungkapkan oleh Widja (1989: 3) bahwa “Sejarah

lisan (oral history) dalam penyusunan ceritera sejarahnya terutama bertumpu pada sumber-sumber lisan (informasi lisan)”. Sejarah lisan merupakan kesaksian yang diberikan oleh “aktor sejarah” atau mungkin juga saksi yang mempunyai firsthand knowledge tentang peristiwa yang dikisahkannya. Kuntowijoyo mengemukakan

sebagai berikut.

Sejarah lisan sebagai metode dapat dipergunakan secara tunggal dan dapat pula sebagai bahan dokumenter. Sebagai metode tunggal sejarah lisan tidak kurang pentingnya jika dilakukan dengan cermat. Banyak sekali permasalahan sejarah bahkan zaman modern ini yang tidak tertangkap dalam dokumen-dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan…selain sebagai metode, sejarah


(34)

60

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

lisan juga dipergunakan sebagai sumber sejarah (Kuntowijoyo, 2003: 28-30).

Peneliti mewawancarai mantan santri Al-Falah Biru sebagai pelaku sejarah dan anak-cucu dari KH.Badruzzaman sebagai saksi sejarah. Beberapa daftar nama dan biodata singkat responden yang diwawancara oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Letkol Purn. Enis Idris, santri Al-Falah Biru Komandan Pleton Hizbullah. 2. Dadang Badruzzaman, anak KH. Badruzzaman.

3. Muhammad Atori, santri Al-Falah Biru yang menjadi anggota Hisbullah. 4. Momod Djudju, anggota laskar Pangeran Papak.

5. Bpk Yusuf, santri Al-Falah Biru pada tahun 1945-1952. 6. Bpk Mukhtar, santri Al-Falah Biru Anggota Hisbullah. 7. Bpk Iri, santri Al-Falah Biru Anggota Hisbullah.

3.3.2. Kritik Sumber

Setelah peneliti memperoleh sumber-sumber, baik sumber lisan maupun tulisan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah kritik terhadap sumber-sumber tersebut. Kritik sumber merupakan suatu tahapan dimana data dan informasi yang telah diperoleh, diselidiki kesesuaian, keterkaitan, dan keobjektifannya secara eksternal maupun internal. Kejelasan dan keamanan sumber-sumber tersebut dapat diperoleh melalui lima pertanyaan. Adapun lima pertanyaan tersebut antara lain:

a. Siapa yang mengatakan itu?


(35)

61

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

c. Apakah sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya?

d. Apakah orang yang memberikan kesaksian itu seorang saksi mata yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya dan memberikan kepada kita fakta yang diketahui itu? (Sjamsuddin, 2007: 104-105). Peneliti melakukan kritik sumber dengan cara memilih dan menyaring dari sumber yang telah diperoleh. Hal ini dilakukan karena tidak semua sumber terkumpul merupakan data dan fakta sesuai kebutuhan penelitian skripsi. Kritik sumber merupakan suatu proses penting dalam penelitian sejarah agar menjadi sebuah karya ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Apalagi karya ilmiah penelitian sejarah karena peristiwa terjadi pada masa lampau.

Kritik sumber bagi sejarawan erat kaitannya dengan tujuan sejarawan itu dalam rangka mencari kebenaran (Sjamsuddin, 2007: 118). Kritik sumber terbagi dalam dua bagian yaitu kritik eksternal dan internal. Tahapan kritik sangat penting dilakukan karena menyangkut verifikasi sumber, untuk diuji tentang kebenaran dan ketepatan sumber-sumber yang akan digunakan. Dengan demikian dapat dibedakan yang benar dan tidak benar, serta yang mungkin dan yang meragukan. Hal ini juga didasarkan atas penemuan dan penyelidikan bahwa arti sebenarnya kesaksian itu harus dipahami, sehingga sumber yang diperoleh memiliki kredibilitas yang tinggi. Adapun kritik yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini untuk lebih jelasnya sebagai berikut.

3.3.2.1Kritik Eksternal

Kritik eksternal ialah suatu penelitian atas asal-usul dari sumber, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri untuk mendapatkan semua


(36)

62

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah pada suatu waktu sejak asal mulanya sumber itu telah diubah oleh orang-orang tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 105). Sumber kritik eksternal harus menerangkan fakta dan kesaksian bahwa kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang itu atau pada waktu itu (authenticity atau otensitas), serta kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan, atau penambahan dan penghilangan fakta-fakta yang substansial.

Kritik eksternal dilakukan guna menilai kelayakan sumber tersebut sebelum mengkaji isi sumber. Peneliti melakukan kritik eksternal dengan cara melakukan penelusuran dan pengumpulan informasi mengenai peneliti sumber sebagai salah satu cara untuk melihat karya-karya atau tulisan lain yang dihasilkannya. Hal tersebut dilakukan, sebagaimana dikatakan Sjamsuddin (1996: 106) bahwa “mengidentifikasi peneliti adalah langkah pertama dalam menegakkan otensitas”. Untuk meminimalisir subjektivitas dari keterangan narasumber maka kritik sumber sangat dibutuhkan sehingga fakta-fakta historis akan tampak lebih jelas baik dari sumber tertulis dan sumber lisan.

Peneliti melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan. Kritik eksternal terhadap sumber tertulis bertujuan untuk melakukan penelitian asal-usul sumber terutama yang berbentuk dokumen. Peneliti juga melakukan pemilihan buku-buku yang dianggap relevan dengan permasalahan yang dikaji. Buku-buku yang digunakan memuat nama peneliti buku, penerbit, tahun terbit, dan tempat diterbitkannya buku tersebut. Kritik eksternal yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan melihat kredibilitas pengarang buku tersebut,


(37)

63

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

atau orang yang benar-benar menguasasi bidang yang ditulisnya. Salah satu contohnya peneliti melakukan kritik eksternal terhadap buku “Garut Kota Intan

karangan Sofianto Kunto, dengan melihat latar belakang pendidikan sebagai sarjana sejarah dari UNPAD dan asal pengarang dari Garut maka diperoleh kesimpulan bahwa buku tersebut layak untuk dijadikan sumber.

Peneliti melakukan kritik eksternal terhadap sumber lisan dengan mempertimbangkan usia dan peranannya pada masa revolusi. Untuk menghindari subjektivitas, maka peneliti melakukan wawancara tidak hanya dengan anak dari KH.Badruzzaman tetapi juga dengan mantan santri yang menjadi komandan perlawanan. Kritik eksternal ini dilakukan karena semua data yang diperoleh dari sumber tertulis maupun sumber lisan tingkat keberadaannya tidak sama. Keduanya diharapkan dapat saling melengkapi, sehingga penelitian karya ilmiah ini dapat dibuat dengan seobjektif mungkin.

Peneliti juga melakukan kritik eksternal terhadap buku yang ditulis oleh Aceng Tajul Arifin tahun 2011 berjudul Sejarah Perjuangan Syaikhuna

Badruzzaman (1898-1972 M) yang diterbitkan oleh Yayasan Pesantren Al-Falah

Biru. Kritik yang dilakukan adalah melihat sumber-sumber tertulis dan lisan yang digunakan oleh Tajul Arifin. Unutk menghindari subjektifitas maka peneliti membandingkannya dengan sumber rujukan lainnya yang berkaitan dengan sejarah Garut pada masa Revolusi. Diantaranya membandingkan dengan buku yang disusun oleh YKPP ’45 berjudul Sejarah singkat Pola Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Antara Tanggal 17 Agustus 1945 S/D 27 Desember 1949.


(38)

64

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu 3.3.2.2Kritik Internal

Kritik internal dilakukan terhadap aspek “dalam” yaitu isi dari sumber atau kesaksian sejarah. Setelah fakta kesaksian ditegakkan melaui kritik eksternal, selanjutnya diadakan evaluasi terhadap kesaksian tersebut. Melalui kritik internal sejarawan memutuskan tentang reliabilitas kesaksian tersebut, yakni apakah kesaksian itu dapat diandalkan atau tidak. Arti sebenarnya dari kesaksian itu harus dipahami, karena bahasa tidak statis dan selalu berubah, serta kata-kata mempunyai dua pengertian (arti harfiah dan arti sesungguhnya), selain itu kredibilitas saksi juga harus ditegakkan.

Peneliti melakukan konfirmasi dan membandingkan berbagai informasi dalam satu sumber dengan sumber lain yang membahas masalah serupa sebagai proses kritik internal terhadap sumber tertulis. Untuk sumber lisan, peneliti melakukan perbandingan antar hasil wawancara narasumber satu dengan narasumber yang lain (cross checking) dengan tujuan untuk mendapatkan kecocokan dari fakta-fakta yang ada guna meminimalisasi subjektivitas narasumber. Selain itu, peneliti juga melakukan proses perbandingan antara sumber tertulis dengan sumber lisan yang didapat oleh peneliti. Tahap ini bertujuan untuk memilah-milah data dan fakta yang berasal dari sumber primer dan sekunder yang diperoleh sesuai dengan judul penelitian.

Peneliti melakukan kritik intern dengan tujuan untuk mencari nilai pembuktian yang sebenarnya dari isi sumber sejarah. Kritik intern dilakukan terutama untuk menentukan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang


(39)

65

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dapat dipercaya atau tidak. Kritik intern ini dilakukan setelah peneliti selesai membuat kritik ekstern, setelah diketahui otentisitas sumber, maka dilakukan kritik intern untuk melakukan pembuktian apakah sumber-sumber tersebut benar-benar merupakan fakta historis.

Kritik dalam ini berusaha menjawab pertanyaan bagaimana nilai pembuktian yang sebenarnya dari sumber itu berhubungan dengan hasil yang diperoleh. Untuk itu diperlukan dua cara yaitu Pertama, penilaian Intrinsik sumber yaitu proses yang dimulai dengan menentukan sifat dari sumber-sumber itu apakah sumber tersebut cocok dengan kajian penelitian atau tidak agar peneliti tidak terjebak dalam pemakaian sumber yang asal-asalan. Salah satu contohnya adalah pemilihan isi dari sumber yang ditemukan peneliti dalam buku “Biografi

dan Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman (1898-1972)” tulisan Aceng

Tajul Arifin. Didalam buku tersebut diuraikan mengenai riwayat pendidikan KH.Badruzzaman dan peranannya pada masa revolusi, beberapa diantaranya terdapat unsur-unsur kemampuan spiritual di luar kemampuan manusia biasa. Peneliti melakukan kritik internal dengan berusaha mengkaji secara objektif mengenai peranan tersebut, salah satu caranya dengan membandingkan sumber tersebut dengan sumber lainnya.

Kedua, membandingkan kesaksian-kesaksian berbagai sumber yaitu

dimana proses ini dilakukan dengan cara menjelaskan kesaksian dari sumber yang ada sehingga mirip, mana yang sesuai dengan kajian peneliti. Kritik intern dapat dilakukan dengan membandingkan antara data yang satu dengan data yang lainnya, yang merupakan hasil studi kepustakaan. Peneliti melakukan kritik intern


(40)

66

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

khususnya pada kesaksian narasumber yang diwawancara, hal ini dilakukan untuk menghindari subjektifitas pernyataan yang diberikan oleh narasumber. Peneliti mewawancarai anak dan cucu KH.Badruzzaman, untuk mengimbangi pernyataan agar tidak terlalu subjektif maka peneliti mewawancarai tokoh lainnya yang terlibat dalam perlawanan.

Adapun kritik terhadap sumber lisan dilakukan oleh peneliti dengan cara sebagai berikut:

1. Melihat usia dari narasumber pada waktu periode tersebut berlangsung 2. Melihat latar belakang pendidikan narasumber

3. Kondisi kesehatan narasumber pada waktu diwawancarai, seperti hilang ingatan atau pelupa.

4. Melihat aspek-aspek sosial, seperti apakah narasumber terlibat secara langsung atau tidak langsung dalam peristiwa tersebut.

5. Melihat seberapa besar peranan narasumber dalam melakukan perlawanan pada masa revolusi.

3.3.3. Penafsiran Sumber (Interpretasi)

Setelah mengumpulkan sumber dan melakukan kritik terhadap

sumber-sumber tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah interpretasi atau penafsiran sumber. Interpretasi merupakan penafsiran terhadap berbagai informasi yang ditemukan memberikan suatu keberartian (signifikasi) kemudian dituangkan dalam penelitian utuh. Interpretasi juga merupakan tahapan untuk menafsirkan


(41)

67

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

fakta-fakta yang terkumpul dengan mengolah fakta setelah dikritisi dengan merujuk beberapa referensi pendukung peristiwa yang menjadi kajian peneliti.

Pada tahapan ini peneliti berusaha memilah dan menafsirkan setiap fakta yang dianggap sesuai dengan bahasan dalam penelitian. Setiap fakta-fakta yang diperoleh dari sumber primer yang diwawancarai dibandingkan dan dihubungkan dengan fakta lain yang diperoleh baik dari sumber tulisan maupun sumber lisan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi sebagian data yang diperoleh tidak mengalami penyimpangan. Setelah fakta-fakta tersebut dapat diterima dan dihubungkan dengan fakta lainnya maka rangkaian fakta tersebut diharapkan dapat menjadi sebuah rekonstruksi yang menggambarkan peranan pesantren Al-Falah Biru dalam mempertahankan kemerdekaan di Garut tahun 1945-1949.

Interpretasi dilakukan oleh peneliti sebagai usaha untuk mewujudkan rangkaian fakta yang bersesuaian satu dengan yang lain dan menetapkan artinya. Atau usaha untuk menetapkan makna yang saling berhubungan dari fakta yang satu dengan fakta yang lain. Proses menyusun, merangkaikan antara satu fakta sejarah dengan fakta sejarah yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan yang dapat dimengerti dan bermakna. Tujuannya agar data yang ada mampu untuk mengungkap permasalahan yang ada sehingga diperoleh pemecahannya.

Dalam interpretasi juga peneliti menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu sebuah pendekatan dalam penelitian sejarah yang menggunakan bantuan disiplin ilmu lain (ilmu sosial) untuk mempertajam analisis kajian (Sjamsuddin, 2007: 189). Beberapa disiplin ilmu yang digunakan sebagai ilmu bantu dalam pembahasan diantaranya ilmu sosiologi dan politik. Pendekatan ilmu sosiologi


(42)

68

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

digunakan dalam menguraikan hubungan sosial antara kyai, santri, dan masyarakat sekitar pesantren Al-Falah Biru beserta fungsi dan peranannya dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda. Adapun ilmu politik digunakan untuk menganalisis strategi dan tujuan perjuangan pesantren Al-Falah Biru dalam melakukan perlawanan terhadap Belanda.

3.4.Laporan hasil penelitian

Historiografi merupakan langkah terakhir dari metode sejarah yang peneliti lakukan. Tahap ini merupakan langkah penelitian sejarah yang disusun secara logis, menurut urutan kronologis dan tema yang jelas serta mudah dimengerti yang dilengkapi dengan pengaturan bab atau bagian-bagian yang dapat membangun urutan kronologis dan tematis. Penelitian ini berdasarkan fakta-fakta yang semula merupakan pikiran fakta-fakta yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain menjadi satu rangkaian cerita yang masuk akal dan mendekati kebenaran. Artinya dalam suatu kegiatan penelitian yang dimulai dengan proses Heuristik, kritik, dan interpretasi tidak akan terungkap tanpa dibuat suatu kesimpulan dalam bentuk ceritera yang siap disajikan.

Historiografi merupakan proses penyusunan hasil interpretasi dalam bentuk tulisan yang utuh dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949”. Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti mencoba untuk memaparkan beberapa langkah kegiatan yang dilakukan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai


(43)

69

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

dengan ketentuan keilmuan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan penelitian.

Setelah sumber-sumber sejarah ditemukan kemudian dianalisis dan ditafsirkan pada tahap interpretasi. Fakta-fakta sejarah tersebut disajikan menjadi satu kesatuan tulisan kemudian disusun dalam historiografi (penelitian sejarah). Dalam tahap ini peneliti harus mengerahkan segala daya pikir dan kemampuan untuk menuangkan segala hal yang ada dalam penelitian sehingga dapat menghasilkan sebuah tulisan yang memiliki standar mutu dan menjaga kebenaran sejarahnya. Seperti yang diungkapkan oleh Sjamsuddin yaitu.

Peneliti mengerahkan seluruh daya pikirannya, bukan saja keterampulan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan catatan-catatan tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis yang pada akhirnya menghasilkan sebuah sintesa dari seluruh hasil penelitian (Sjamsuddin, 2007: 153).

Penyusunan hasil penelitian yang telah diperoleh menjadi satu kesatuan tulisan sejarah yang utuh, selanjutnya dituangkan dalam sebuah laporan hasil penelitian disusun dengan sistematika dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Penelitian laporan ini dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang disebut skripsi. Laporan hasil penelitian ini disusun dalam bentuk penelitian dengan jelas dalam gaya bahasa yang sederhana, ilmiah, dan menggunakan tata bahasa penelitian yang baik dan benar. Laporan hasil penelitian ini disusun untuk kebutuhan studi akademis tingkat sarjana pada jurusan pendidikan sejarah FPIPS UPI, sehingga sistematika yang digunakan sesuai dengan buku penelitian karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).


(44)

70

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Sistematika laporan ini dibagi ke dalam lima bab, Bab I Pendahuluan diuraikan mengenai belakang masalah dan alasan peneliti memilih tema ini. Selain itu memuat rumusan masalah yang akan dibahas, bertujuan agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dari yang ditetapkan. Bab ini juga memuat tujuan penelitian yang menjelaskan tentang hal-hal yang akan disampaikan untuk menjawab permasalahan yang telah ditentukan. Selanjutnya diuraikan mengenai manfaat yang diharapkan dari penelitian serta terakhir sistematika penelitian.

Bab II Tinjauan Pustaka. Dalam bab ini berisikan tentang penjabaran mengenai literatur yang digunakan dan mendukung terhadap permasalahan yang dikaji mengenai judul penelitian yaitu “Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik di Garut Tahun 1945-1949”. Pada bab ini peneliti mengemukakan penjelasan beberapa sumber kepustakaan yang menjadi rujukan serta relevan dengan permasalahan yang akan dibahas. Literatur-literatur yang digunakan berhubungan dengan kajian Sejarah, Sosiologi, dan Politik.

Bab III Metodologi Penelitian. Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah serta teknik yang dilakukan dalam penelitian skripsi ini. Adapun langkah-langkah tersebut adalah pertama, persiapan penelitian yang terdiri dari pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian, kemudian konsultasi dan mengurus perizinan. Kedua adalah pelaksanaan penelitian serta melakukan kritik sumber baik internal maupun eksternal. Ketiga yaitu penafsiran atau interpretasi dari fakta-fakta yang telah dikumpulkan dan terakhir adalah melaporkan hasil penelitian dalam bentuk tulisan atau yang disebut historiografi.


(45)

71

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Bab IV Peranan Pesantren Al-Falah Biru Dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan di Garut Tahun 1945-1949. Bab ini berisi uraian mengenai keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan dan merupakan jawaban-jawaban atas rumusan masalah yang telah peneliti susun sebelumnya. Pemaparan yang akan dijelaskan dalam bab ini diantaranya: Pertama, Mendeskripsikan gambaran umum pesantren Al-Falah Biru pada tahun 1945-1949, pembahasannya meliputi sejarah singkat pesantren Falah Biru dan perkembangan pesantren Al-Falah Biru. Kedua, Mendeskripsikan keterlibatan pesantren Al-Al-Falah Biru dalam mempertahankan kemerdekaan di Garut, pembahasannya meliputi kondisi Garut tahun 1945-1949, peranan santri dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut, dan peranan KH.Badruzzaman sebagai ulama yang berpengaruh. Ketiga, Menguraikan strategi perjuangan pesantren Al-Falah Biru dalam keikutsertaan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut. Pembahasannya meliputi ajaran tarekat Tijaniyah yang menjadi landasan perjuangan, dan Pelaksanaan Kholwat sebagai pembekalan mental para santri yang menjadi perjuangan.

Bab V Kesimpulan. Dalam bab ini dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan serta sebagai inti dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan kesimpulan hasil-hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang dikaji pada penelitian skirpsi ini.


(1)

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

diikuti oleh anggota tarekat. Tarekat Tijani yang diajarkan di Pesantren Al-Falah pada masa revolusi turut mempengaruhi strategi perjuangan pesantren khususnya fatwa atau ajaran KH.Badruzzaman sebagai pimpinan pondok pesantren sekaligus pimpinan tarekat Tijani yaitu hubbul waton atau semangat cinta tanah air dan jihad fisabilillah atau jihad di jalan Allah.

Hubbul Waton dinyatakan sebagai sebuah upaya untuk membebaskan bangsa dari segala keterikatan dan belenggu asing yang selama ini menyengsarakan masyarakat. Ajaran Hubbul Waton menjadi pegangan setiap santri untuk memperkuat tekadnya dalam melakukan perjuangan. Selanjutnya ajaran Jihad Fisabilillah merupakan perjuangan terhadap pendudukan asing di Garut menjadi sebuah upaya melawan kedzaliman yang dilakukan oleh orang kafir. Jihad Fisabilillah atau berjuang di jalan Allah menjadi kekuatan tersendiri bagi para pejuang, dengan semangat ini para pejuang tidak takut gugur di medan pertempuran karena mereka memiliki keyakinan akan mati syahid.

Strategi berikutnya yang dilakukan oleh pesantren Al-Falah Biru adalah melaksanakan Kholwat sebagai sarana perjuangan pondok pesantren. Kholwat merupakan sebuah proses pembinaan mental anggota las`kar Biru yang akan diterjunkan untuk melakukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Garut. Para peserta kholwat terdiri dari santri yang mondok di pesantren Al-Falah Biru serta ajengan pendidik yang mengajar di pesantren. Kholwat dilakukan atas prakarsa KH.Badruzzaman sebagai pimpinan pondok pesantren, tujuannya sebagai sarana pembinaan mental berupa keberanian, keteguhan, dan semangat


(2)

jihad. Selain itu kholwat dilakukan sebagai media pembinaan fisik untuk ketahanan di medan jihad (perang).

Kegiatan kholwat yang dilakukan di pesantren Al-Falah Biru dilaksanakan secara berjamaah, dalam kegiatan kholwat ini ditunjuk oleh K.H Badruzzaman beberapa imam yang harus memimpin jalannya kegiatan Kholwat. Pemilihan imam atau pimpinan tersebut biasanya dilihat dari ke luhuran ilmu yang dimiliki seorang yang menjadi calon imam atau pemimpin kholwat. Peserta yang mengikuti kegiatan kholwat ini merupakan orang-orang yang akan diberangkatkan oleh K.H. Badruzzaman ke medan pertempuran. Pembekalan ini dilakukan agar para peserta kholwat tidak melupakan tujuan dari kholwat, sehingga semangat para peserta kholwat terus dapat terjaga. Kemudian diakhiri dengan do’a yang dipimpin KH Badruzzaman bertujuan suapaya para peserta kholwat tersebut diberikan keselamatan dan kemenangan di medan pertempuran.

Tujuan pelaksanaan kholwat secara umum untuk meningkatkan mental para pejuang melalui serangkaian kegiatan yang diiringi dengan amalan-amalan tertentu. Adapun secara khusus tujuan pelaksanaan kholwat diantaranya menghayati makna amalan yang dilakukan dalam kholwat, meningkatkan semangat cinta tanah air, menumbuhkan semangat Jihad, dan sebagai persiapan mematangkan pejuang untuk siap tempur.


(3)

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik. (1996). Sejarah dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Abdurrahman, Oman dkk. (2011). Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Falah Biru dan Perjuangan Syekhuna Badruzzaman Melawan Penjajah Belanda dan Jepang. Garut: Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru.

Anwar, S. (2007). “Tarekat Tijaniah (Pengamalan Tarekat Tijaniah di Pondok Pesantren Al-Falah Biru Garut)”. Jurnal Pendidikan Agama Ta’lim [Vol-5 No.2].

Arifin, M. (1991). Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, A.T. (2006). Sejarah Bani-Faqieh Al-Falah Biru – Garut dan Sejarah Torekat Tijaani dan Hizbulloh. Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru: Garut.

Arifin, A.T. (2011). Sejarah Perjuangan Syaikhuna Badruzzaman (1898-1972 M). Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru: Garut.

Boland, B.J. (1985). Pergumulan Islam Di Indonesia 1945-1972. Jakarta: PT. Grafiti Pers.

Darpan, dan Suhardiman, B. (2007). Seputar Garut. Garut: Komunitas Srimanganti.

Dhofier, Zamakhsyari. (1982). Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai. Jakarta: LP3ES

Gottschalk, Louis. (1975). Mengerti Sejarah (Terjemahan: Nugroho Notosusanto). Jakarta: Universitas Indonesia Press

Hamka. (1980). Doktrin Islam yang Menimbulkan Kemerdekaan dan Keberanian. Jakarta: Yayasan Idayu.

Hatta, Mohammad. (1958). Pergerakan Nasional 50 Tahun. Djakarta: Upeni Intel Divisi IV Siliwangi. (1949). Mengungkap Fase Perang Kemerdekaan.

Bandung: Disjarahad TNI AD.

Iskandar, M. (2000). Peranan Elit Agama Pada Masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: Depdiknas.


(4)

Kahin, George MT. (1980). Nasionalisme Dan Revolusi di Indonesia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia

Kartodirdjo, S. (1992). Ratu Adil. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Kuraswa, A. (1993). Mobilisasi dan Kontrol: Studi Tentang Perubahan Sosial di Pedesaan Jawa 1942-1945. Jakarta: Grasindo.

Lubis, N. (2003). Sejarah Tatar Sunda Jilid II. Bandung: CV. Satya. Moedjanto, G. (1988). Indonesia Abad ke-20 I. Yogyakarta: Kanisius.

Muhsin Z, Mumuh. (2012). K.H. Syaikhuna Badruzzaman Seorang Ulama Pejuang (1900-1972). Bandung: Majelis Dzikir Tijaniyah.

Najib, M. (1994). Thariqat Tijaniyah di Kabupaten Garut. Tesis Program Pascasarjana. Jakarta: UIN Jakarta.

Qomar, Mujamil. (2006). Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Yogyakarta: Erlangga.

Reid, A. (1996). Revolusi Nasional Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Rivai, Mohamad. (t.th). Tanpa Pamrih Ku Pertahankan Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia 17 Agustus 1945. Jakarta: PT. Intermasa.

Rumadi. (2006). Renungan Santri: Dari Jihad Hingga Kritik Wacana Agama. Jakarta: Erlangga.

Roem, Mohammad. (t.th). Islam Dalam Perdjuangan Kemerdekaan dan Pembangunan Indonesia. Djakarta: Dewan Dakwah Islamiah Indonesia Shodiq, Ja’far. (2008). Pertemuan Antara Tarekat dan NU (Studi Hubungan

Tarekat dan Nahdlatul Ulama dalam Konteks Komunikasi Politik 1955-2004). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sufi, Rusdi dkk. (1997). Peranan Tokoh Agama Dalam Perjuangan Kemerdekaan 1945-1950 di Aceh”. Jakarta: Depdikbud

Suryanegara, Ahmad Mansur. (1995). Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Sofianto, Kunto. (2001). Garut Kota Intan (Sejarah Lokal Kota Garut Sejak Zaman Kolonial Belanda Hingga Masa Kemerdekaan). Sumedang: Alqaprint Jatinangor.


(5)

Fauz Nur’alim, 2012

Pesantren Al-Falah Biru Pada Masa Revolusi Fisik Di Garut Tahun 1945-1949

Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu

Oman, Abdurrahman. (2010). Sejarah Berdirinya Pesantren Al-Falah Biru dan Perjuangan Syekhuna Badruzzaman Melawan Penjajah Belanda dan Jepang. Yayasan Pengembangan Pesantren Al-Falah Biru: Garut.

Tolkhah, I. dan Barizi, A. (2004). Membuka Jendela Pendidikan, Mengurai Akar Tradisi dan Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Warjita. (2007). K.H. Musthofa Kamil Bapak Pejuang Garut. Garut: Disparbud Garut.

Widja, I Gde. (1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa

YKKP 45. (1982). Sejarah singkat Pola Perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia Antara Tanggal 17 Agustus 1945 S/D 27 Desember 1949. Garut: YKKP ’45.

Penelitian Terdahulu :

Adnan, T.S. (2010). Peristiwa Leuwigoong 3 September 1947 di Garut (Perjuangan masyarakat Garut Pada Masa Revolusi Fisik). Bandung: Skripsi Sarjana Jurusan Pendidikan Sejarah UPI, Tidak Diterbitkan.

Rustandi, U.D. (2009). Corak Pemikiran Kalam KH Badruzzaman. Bandung: Tesis IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih, D. (2008). Peristiwa Kubang 12 Oktober di Garut (Latar Belakang, Proses Terjadinya dan Dampak yang Diakibatkan). Bandung: Skripsi Universitas Pendididkan Indonesia Bandung, Tidak diterbitkan.

Sumber Internet :

Profil Kecamatan Tarogong Kidul http://sikec.garutkab.go.id/UserFiles/File/taro


(6)

Sumber Lisan :

NO NAMA RESPONDEN USIA JABATAN PADA SAAT

PERISTIWA

1 Letnan Purn. Enis Idris 86 Tahun Komandan Pleton

2 Dadang Badruzzaman 78 Tahun Anak K. H. Badruzzaman

3 Muhammad Atori 84 Tahun Santri Al-Falah Biru yang menjadi anggota Hisbullah dan TRIP 4 Momod Djudju 83 Tahun Anggota laskar Pangeran Papak 5 Yusuf 80 Tahun Santri Al-Falah Biru pada tahun

1945-1952

6 Mukhtar 86 Tahun Santri Al-Falah Biru anggota Hisbullah

7 Iri 84 Tahun Santri Al-Falah Biru pada tahun 1943-1949