KONTRIBUSI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TIPE INKUIRI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

PERNYATAAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... Xi DAFTAR GRAFIK ... Xi DAFTAR GAMBAR ... Xiii DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah .. ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Defenisi Operasional ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Asumsi dan Hipotesis... 12

G. Variabel Penelitian ... 13

H. Metode Penelitian ... 14

I. Lokasi Penelitian ... 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual. ... 16


(2)

2. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual ... 18

a) Latar Belakang Filosofis ... 18

b) Latar Belakang Psikologis... 20

c) Latar Belakang Praksis... 22

3. Hakikat Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual... 24

B. Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI)... 30

1. Konsep Dasar SPI ... 30

2. Prinsip-prinsip Penggunaan SPI... 33

3. Langkah Pelaksanaan SPI ... 37

4. Strategi Pembelajaran Inkuiri Sosial ... 43

5. Kesulitan-kesulitan Implementasi SPI... 44

6. Keunggulan dan Kelemahan SPI ... 46

7. Teori Belajar Pendukung Pembelajaran Kontekstual ... 47

C. Motivasi Belajar ... 50

D. Prestasi Belajar ... 65

E. Pengaruh Pembelajaran Kontekstual tipe inkuiri terhadap peningkatan motivasi dan prestasi belajar ... 64

F. Pendidikan Kewarganegaraan... 67

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 67

2. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan ... 70

a. Perkembangan Civics di Amerika Serikat ... 70

b. Perkembangan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia 71 3. Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Dasar... 90


(3)

a. Ruang lingkup dan tujuan pembelajaran PKn ... 92

b. Karakteristik Pembelajaran PKn ... 93

c. Materi Pembelajaran PKn ... 95

d. Pendekatan/ Model Pembelajaran PKn ... 96

e. Desain Pembelajaran PKn... 97

f. Penilaian Pembelajaran PKn ... 99

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 101

B. Alur Penelitian ... ... 103

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 107

D. Alat Test dan Instrumen Penelitian ... 107

E. Teknik Pengumpulan Data ... 110

F. Tehnik Analisis Data ... 112

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 119

1. Aplikasi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri pada Kelas Eksperimen. ... 120

2. Analisis Proses Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri pada Kelas Eksperimen ... 126

3.Tanggapan Guru Terhadap Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri. ... 127 4. Analisis Angket Motivsi belajar siswa ... 134


(4)

5. Analisis Test Prestasi belajar siswa ... 141 B. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 141

1. Kontribusi Model pembelajaran kontekstual terhadap

peningkatan motivai belajar siswa ... 152 2. Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa... 156 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan ... 161 B. Saran ... 162 DAFTAR PUSTAKA ... 163 LAMPIRAN


(5)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kualitas tentang pembelajaran PKn dewasa ini menunjukkan beberapa kelemahan, baik dilihat dari proses maupun hasil belajar, antara lain dalam aspek metodologis dimana pendekatan ekspositoris sangat mendominasi hampir seluruh proses belajar. Aktivitas guru lebih menonjol dari pada kegiatan siswa, sehingga belajar siswa terbatas pada menghapal konsep.

Masalah utama dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ialah penggunaan metode atau model pembelajaran. Guru masih kurang memperhatikan lingkungan sebagai sumber belajar, guru juga belum mengaitkan materi dengan kehidupan nyata siswa.

Metode pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan (one way method). Di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan; sehingga mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang menjenuhkan dan membosankan.

Menurut Suwarma (1991), bahwa pembelajaran PKn belum mampu membangkitkan budaya belajar pada peserta didik. Budaya belajar dalam konteks ini diartikan bahwa belajar PKn bukan hanya menyangkut “what to learn


(6)

melainkan “how to learn”. Dengan kata lain belajar PKn seyogyanya dipandang dari aspek instrumentalnya, yaitu “learning to learn”. Analisis faktor eksternal yang berpengaruh terhadap mutu proses dan hasil pembelajaran PKn menemukan bahwa peserta didik, orang tua, bahkan para pengambil keputusan dalam bidang pendidikan cenderung beranggapan bahwa PKn kurang memiliki nilai manfaat dibandingkan dengan bidang studi lainnya seperti matematika dan IPA.

Dampak persepsi negatif tersebut mengakibatkan kualitas masukan bagi program ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan program studi lain, padahal secara intrinsik materi pelajarannya memerlukan kemampuan intelektual dan motivasi yang tinggi. Sementara itu, perkembangan ilmu dan teknologi dewasa ini dipandang membawa kecendrungan pembinaan sumber daya manusia yang lebih mengutamakan sain, sehingga komposisi kurikulum harus memuat lebih banyak sain daripada ilmu sosial (PKn) dan humaniora.

Hal senada juga dikemukakan oleh Sapriya (materi perkuliahan pada mata kuliah Teori dan Landasan Kewarganegaraan, semester tiga) dalam materi “Social

Studies Current Status : controversy, uncertainty, and conflicting purposes

dalam pendahuluanmengatakan :

Social Studies is as one of their least favorite subjects, the content and teaching methods are usually considered boring and not relevant to their

lives. Teachers are the key to improving social studies instruction, should

improve the learning climate and actively involve children , and take a more

active role in determining the topics (Sapriya, 2011)

Bila diterjemahkan bahwa studi sosial sebagai salah satu mata pelajaran kurang favorit, konten dan metode mengajar biasanya dianggap membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan mereka. Guru adalah kunci untuk


(7)

meningkatkan instruksi studi sosial, harus meningkatkan iklim belajar dan secara aktif melibatkan anak-anak, dan mengambil peran lebih aktif dalam menentukan topik.

Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa pembelajaran pembelajaran ilmu-ilmu sosial kurang diminati oleh kebanyakan siswa karena dianggap metode dan materinya dianggap membosankan, tidak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya. Hal ini perlu disikapi dengan serius yaitu melalui perumusan pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan siswa dan juga harus melibatkan siswa dalam perumusan bahan pembelajaran.

Keadaan yang paling memprihatinkan adalah bahwa muncul anggapan di kalangan peserta didik bahwa melanjutkan studi ke bidang ilmu-ilmu sosial (PKn) kurang bergengsi. Akibatnya bidang studi ilmu-ilmu sosial merupakan keranjang penampungan mereka yang gagal di bidang ilmu-ilmu alam dan teknologi. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembelajaran PKn perlu mendapatkan perhatian secara akademik, sebab kondisi ini akan semakin terstruktur dalam kondisi sosial kemasyarakatan. Berangkat dari seperangkat masalah di atas, maka tulisan ini akan mengetengahkan sebuah model pembelajaran yang “dipandang sebagai alternatif” dalam memberdayakan PKn sebagai sebuah mata pelajaran dalam konstalasi kurikulum nasional.

Untuk menghadapi kritik masyarakat tersebut di atas, ada suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien sebagai alternatif, yaitu model pembelajaran Kontekstual ( Contextual teaching and Learning/CTL). Penulis ingin mengetahui bagaimana kontribusi model pembelajaran ini terhadap peningkatan motivasi dan


(8)

prestasi belajar siswa dengan mengambil judul penelitian ”Kontribusi Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan”. Model ini diharapkan mampu melibatkan siswa dalam keseluruhan proses pembelajaran dan dapat melibatkan seluruh aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa, serta secara fisik dan mental melibatkan semua pihak dalam pembelajaran sehingga siswa memiliki suatu kebebasan berpikir, berpendapat, aktif dan kreatif. Dengan penerapan model ini pula para guru diharapkan mampu mengembangkan dan mengorganisir materi PKn dan membelajarkannya dengan model-model yang inovatif, sehingga kualitas proses dan produk pembelajaran PKn dapat ditingkatkan.

Dipilihnya model ini karena CTL adalah suatu bentuk pembelajaran yang memiliki karakteristik berikut :

a. Keadaan yang mempengaruhi langsung kehidupan siswa dan pembelajarannya; b. Dengan menggunakan waktu/kekinian, yaitu masa yang lalu, sekarang, dan

yang akan datang;

c. Lawan dari textbook centered;

d. Lingkungan budaya, sosial, pribadi, ekonomi, dan politik;

e. Belajar tidak hanya menggunakan ruang kelas, bisa dilakukan di dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara;

f. Mengaitkan isi pelajaran dengan dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan mereka;


(9)

g. Membekali siswa dengan pengetahuan yang fleksibel dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain, dari satu konteks ke konteks lain Sehingga Pembelajaran PKN dapat menjadi:

1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan

siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.

2. Learning to do, adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk

melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkrIt tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik.

3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup

bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.

4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran, untuk mencapai tingkatan

ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan


(10)

intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi) http://educationsyndicate. blogspot.com/2009/11/ permasalahan-Pembelajaran-pkn-sd.html.

B. Rumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dipaparkan dia atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa setelah mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri?. 2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa setelah

mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri?. 3. Apakah terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang

belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri ?.

4. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri ?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan motivasi belajar siswa setelah mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri?.


(11)

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi belajar siswa setelah mendapat pembelajaran dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri?. 3. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang

belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri ?.

4. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan prestasi belajar antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri ?.

D. Definisi Operasional

Sebelum penulis menguraikan definisi operasional dalam penelitian ini, maka terlebih dahulu penulis uraikan definisi konseptual dari variabel-variabel dalam penelitian sesuai dengan pendapat beberapa ahli. Adapun definisi konseptual yang dimaksud adalah :

1. Pembelajaran Kontekstual.

Pembelajaran Kontekstual menurut Blanchard (2001:1), Berns dan Erickson (2001 :2) mengemukakan bahwa :

Contextual teaching and learning is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its aplications to their lives as family members, citizens, and works and engage

in the hard work that learning requires (Komalasari, 2010:6).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang membantu guru mengaitkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan


(12)

dan penerapannya pada kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, anggota masyarakat.

2. Motivasi

Menurut Steven Reis yang menggambarkan motivasi dalam kalimat sebagai berikut:

Motives are reasons people hold for initiating and performing voluntary behavior. They indicate the meaning of human behavior, and they may reveal a person’s values. Motives often affect person’s perception,

cognition, emotion, and behavior (Reiss :2004:179).

Dalam terjemahan bebasnya, motif adalah alasan orang untuk terus memulai dan melakukan perilaku sukarela. Mereka menunjukkan arti perilaku manusia, dan mereka dapat mengungkapkan nilai-nilai pribadi. Motif sering mempengaruhi persepsi seseorang, kognisi, emosi, dan perilaku

Berdasarkan pendapat di atas, maka motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dorongan yang timbul secara sukarela dari dalam diri siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dorongan yang timbul dari diri siswa yang disebut sebagai motivasi akan diukur melalui penyebaran angket kepada siswa.

3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah keseluruhan kecakapan yang diperoleh melalui proses belajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai. Prestasi belajar berkaitan erat dengan hasil yang dicapai oleh siswa dengan mengetahui, memahami, menyikapi atau menguasai suatu pengetahuan dalam materi tertentu menurut ukuran yang bersifat kongkrit berupa perolehan nilai prestasi belajar maupun yang bersifat abstrak berupa perilaku yang ditampilkan siswa.


(13)

Dari pendapat di atas maka prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai oleh siswa dengan mengetahui, memahami, menyikapi atau menguasai suatu pengetahuan dalam materi pembelajaran PKn yang diukur dengan menggunakan tes. Bentuk tes yang digunakan adalah pilihan ganda.

Komponen-komponen di atas melahirkan indikator-indikator yang dapat dikaji dari tabel 1.1 berikut ini :

Tabel 1.1 Indikator Variabel

No. Variabel Indikator

1. Pembelajaran Kontekstual Tipe Inkuiri (X)

1. Mengutamakan pengalaman nyata 2. Berpikir tingkat tinggi

3. Berpusat pada siswa

4. Siswa aktif, kritis, dan kreatif

5. Pengetahuan berakar dalam kehidupan 6. Dekat dengan kehidupan nyata

7. Perubahan perilaku

8. Siswa praktik bukan menghafal

9. Memecahkan masalah (Elain,B.Johnson, 2010) 2. Motivasi

Belajar(Y1)

1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Lebih senang bekerja sendiri 4. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin. 5. Dapat mempertahankan pendapatnya

6. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya 7. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.


(14)

No. Variabel Indikator 3 Prestasi Belajar

(Y2)

A. Kognitif 1. Pengamatan

o Dapat menunjukkan

o Dapatmembandingkan

o Dapat menghubungkan 2. Ingatan

o Dapat menyebutkan

o Dapat menunjukkan kembali 3. Pemahaman

o Dapat menjelaskan

o Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4. Aplikasi

o Dapat memberikan contoh

o Dapat menggunakan secara tepat 5. Analisis

o Dapat menguraikan

o Dapat mengklasifikasikan 6. Sintesis

o Dapat menghubungkan materi-materi sehingga menjadi kestuan baru

o Dapat menyimpul;kan

o Dapat menggeneralisasikan milah B. Afektif

1. Penerimaan

o Menunjukkan sikap menerima;

o Menunjukkan sikap menolak 2. Sambutan

o Kesediaan berpartisipasi atau terlibat

o Kesediaan memanfaatkan 3. Apresiasi (sikap menghargai)


(15)

No. Variabel Indikator

o Menganggap penting dan bermanfaat;

o Menganggap penting dan harmonis;

o Mengagumi

4. Internalisasi (pendalaman)

o Mengakui dan meyakini;

o Mengingkari

5. Karakterisasi (penghayatan)

o Melembagakan atau meniadakan;

o Menjelmakan dalam pribadi dan prilaku sehari-hari.

C. Psikomotor

1. Keterampilan bergerak dan bertindak

o Keterampilan bergerak dan bertindak

o Kecakapan mengkoordinasi kan gerak mata, tangan, kaki dan anggota tubuh lainnya. 1. Kecakapan ekspresi verbal dan non verbal

o Kefasihan melafalkan atau mengucapkan

o Kecakapan membuat mimik dan gerakan

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis.

a. Untuk mendapatkan data empirik tentang kontribusi model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri guna meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada pelajaran Pkn.

b. Model Pembelajaran kontekstual tipe inkuiri bisa menjadi sebuah pilihan model pembelajaran bagi guru khusunya dalam pembelajaran PKn yang cukup


(16)

signifikan dan dinamis dalam membantu mempermudah menyampaikan materi pelajaran.

2. Manfaat Praktis.

Penelitian ini dapat memberi sumbangan pemikiran dalam penggunaan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn di SD dan secara khusus bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain :

a. Bagi siswa, dengan penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri diharapkan siswa lebih mudah memahami materi pelajaran.

b. Bagi guru, semoga dapat menjadi salah satu sumber rujukan dalam menerapkan model pembelajaran PKn di SD.

c. Bagi peneliti sejenis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber rujukan dan bacaan dalam pengembangan penelitian model pembelajaran kontekstual.

F. Asumsi dan Hipotesis

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual merupakan salah satu alternatif model yang dapat digunakan, karena model ini memiliki keunggulan yakni : pembelajaran yang menitikberatkan pada pengaturan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam peoses pembelajaran, sehingga siswa menemukan makna dari materi yang dipelajarinya. Strategi pembelajaran kontekstual seperti ini cocok untuk diterapkan dimana saja dan pada mata pelajaran apa saja.


(17)

1. Terdapat perbedaan peningkatan motivasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran model kontekstual tipe inkuiri dengan siswa yang mendapat model konvensional.

2. Terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar antara siswa yang mendapat pembelajaran model kontekstual tipe inkuiri dengan siswa yang mendapat model konvensional.

G. Variabel Penelitian

Dari rumusan masalah di atas muncul tiga komponen variabel penelitian yaitu model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri sebagai variabel bebas (X) dan motivasi belajar (Y1) serta Prestasi Belajar (Y2) sebagai variabel terikat.

Hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat dapat diilustrasikan sebagai berikut :

Bagan 1.1

Bagan hubungan antar variabel

Prestasi Belajar ( Y2 ) Motivasi Belajar ( Y1 ) ModelPembelajaran


(18)

H. Metode Penelitian

Design yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperiment,

yang mana subjek penelitian dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok yang tidak mendapat perlakuan dalam arti masih menggunakan metode pembelajaran konvensional sebagai kelompok kontrol dan kelompok yang mendapat perlakuan (kelompok eksperimen) dengan model pembelajaran

kontekstual tipe inkuiri.

Adapun desain yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

nonequivalent group pretest-postest design yang digambarkan dalam bentuk tabel,

sebagai berikut :

Tabel 1.2 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen Kontrol

O1

O2

X O3

O4

Keterangan:

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas eksperimen.

O2 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas kontrol.

O3 = Tes akhir (posttest) setelah pembelajaran pada kelas eksperimen.

O4 = Tes akhir (posttest) setelah pembelajaran pada kelas kontrol.


(19)

I. Lokasi Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 1 Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

2. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V pada SDN 1 Kayuambon Lembang Kabupaten Bandung Barat yang terdiri dari dua kelas paralel. Kelas V-A yang terdiri dari 37 siswa dijadikan sebagai kelas eksperimen, sedangkan kelas V-B yang terrtdiri dari 34 siswa dijadikan sebagai kelas kontrol.


(20)

101

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Metode eksperimen kuasi digunakan untuk mengetahui perbandingan peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model kontekstual tipe inkuiri dan yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.

2. Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan adalah eksperimen kuasi Nonequivalent

Control Group Pretest-posttest Design dimana kelompok eksperimen maupun

kelompok kontrol tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2009:116). Eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.

Secara jelas desain dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut. Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pretest Treatment Posttest

Eksperimen Kontrol

O1

O2

X O3


(21)

Keterangan:

O1 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas eksperimen .

O2 = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kelas kontrol.

O3 = Tes akhir (posttest) setelah pembelajaran pada kelas eksperimen.

O4 = Tes akhir (posttest) setelah pembelajaran pada kelas kontrol.

X = Treatment model pembelajaran kontekstual.

Dalam penelitian ini pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh 2 orang guru yang berbeda untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua guru berlatar belakang pendidikan sarjana (S-1). Guru pada kelas kontrol adalah sarjana lulusan sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung dan guru pada kelas eksperimen adalah sarjana lulusan PGSD UPI. Dilihat dari pengalaman kerja tidak jauh berbeda yaitu sekitar 12 tahun. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemampuan kedua guru adalah hampir sama.

Sebelum melakukan penelitian, terdapat kesepakan antara guru yang akan mengajar dikelas eksperimen dan peneliti dimana peneliti memberikan pelatihan kepada guru tersebut tentang model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Pembelajaran dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan, peneliti bertugas sebagai observer dan patner guru. Pelatihan ditujukan agar ketika dilaksanakannya penelitian, guru yang melaksanakan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri tersebut tidak kesulitan dalam mengajar


(22)

B. Alur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan studi lapangan dan studi literatur. Studi lapangan dimaksudkan untuk mengamati berbagai permasalahan yang terjadi di sekolah, secara khusus pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kemudian diadakan kaji teori yang relevan, maka diadakanlah studi literatur. Studi literatur dimaksudkan untuk memperoleh teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan. Teori yang relevan dengan permasalahan dapat berupa teori-teori pembelajaran, psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan, strategi pembelajaran, kurikulum dan teori-teori yang berkaitan dengan perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran serta teori pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).

Proses pembelajaran menyangkut prosedur pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, maka langkah pertama dalam penelitian ini adalah memberi uji pretest, diikuti dengan pelaksanaan dan penerapan pembelajaran dan diakhiri dengan uji postest atau tahap evaluasi. Uji pretest ditujukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum pembelajaran materi yang di eksperimenkan. Sedangkan untuk uji postest ditujukan untuk menggambarkan kemampuan akhir siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan penerapan model kontekstual tipe inkuiri. Dalam pelaksanaan pembelajaran, untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yang berbeda. Perbedaan perlakuan (treatment) hanya menyangkut metode yang diberikan dalam pembelajaran. Pada kelas eksperimen


(23)

diterapkan model pembelajaran kontektual tipe inkuiri, sedangkan kelas kontrol diterapkan model pembelajaran konvensional.

Untuk lebih jelasnya tentang pelaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terlampir. Hasil dari penerapan kedua model pembelajaran tersebut, diuji dan dianalisis untuk memperoleh data perbandingan tentang kelayakan metode pembelajaran yang diujicobakan. Jika diuraikan lebih lanjut, maka prosedur penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan dua kegiatan, yaitu menyusun perangkat pembelajaran dan pengembangan alat test penelitian. Untuk perangkat pembelajaran yang harus dilakukan antara lain:

1) Studi lapangan dan literatur 2) Menentukan permasalahan 3) Menyusun proposal penelitian 4) Menyusun pendekatan pembelajaran

Sedangkan pengembangan instrumen penelitian meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menentukan topik dan subjek penelitian

2) Menyusun kisi-kisi soal testt (angket dan soal test ) untuk mendapatkan gambaran kemampuan awal siswa.

3) Menyusun soal testt. 4) Validasi alat test oleh pakar


(24)

5) Uji coba alat test 6) Uji validasi test 7) Revisi alat test

8) Persiapan administrasi izin penelitian

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan pembelajaran terdiri dari dua tahap, yaitu tahap persiapan pra proses pembelajaran dan proses pembelajaran.

Persiapan pra pembelajaran menyangkut:

1) Pengenalan konsep dasar tentang materi “Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama” kepada siswa

2) Menjelaskan tentang model pembelajaran yang akan dilakakan. Sedangkan untuk tahap proses pembelajaran menyangkut:

1) Pemberian pretest untuk mengetahui tingkat motivasi dan prestasi belajar siswa ranah kognitif.

2) Impelementasi model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri sesuai dengan prosedur pelaksanaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, sedangkan pada kelas kontrol sebagai kelas pembanding dilakukan metode konvensional. 3) Pemberian postest untuk melihat perubahan motivasi dan prestasi belajar

siswa setelah mengikuti pembelajaran.

3. Tahap akhir


(25)

1) Mengolah dan menganalisis data

2) Membuat kesimpulan dari hasil penelitian

Dari desain penelitian di atas maka ditentukan alur penelitian sebagai berikut :

Gambar 3.2 Alur Penelitian postes

Pengolahan data dengan analisisdata

Pembahasan

Kesimpulan

Validitas, Uji coba, revisi instrumen

Pre-tes

Kelompok ekseksprimen Kelompok

kontrol

Pembelajaran dengan model Kontekstual

Tipe Inkuiri Pembelajaran

konvesional

Penyusunan instrument: tes prestasi dan angket motivasi belajar siswa.

Penyusuna rencana Pembelajaran dengan model

Kontekstual Tipe Inkuiri Penentuan Subyek Penelitian

Perumusan Masalah Indentifikasi Masalah


(26)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah SDN 1 Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Alamat lengkap adalah jalan Kenanga No 42 Telp. 022 278867, Desa Kayuambon Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas V SD semester 2 SDN 1 Kayuambon Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Sebagai sampel penelitian dipilih kelas V sebanyak dua kelas paralel yang ada, yaitu kelas V-A dengan jumlah siswa 38 orang sebagai kelas eksperimen dan kelas V-B dengan jumlah siswa 34 orang sebagai kelas kontrol.

D. Alat test dan Instrumen Penelitian

Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun dan menyiapkan dua instrumen pengumpulan data yaitu dengan tes dan angket. Tes hasil belajar digunakan untuk menjaring data mengenai hasil belajar sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana tingkat penguasaan materi pelajaran sebelum dan sesudah penerapan pembelajaran kontekstual tipe inkuiridilakukan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket bertujuan untuk memperoleh informasi berupa tanggapan dari siswa dan guru mengenai pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dengan menggunakan skala Likert. Model Likert menggunakan skala deskriptif yaitu


(27)

respon seseorang terhadap sesuatu dapat dinyatakan dengan pernyataan persetujuan terhadap sesuatu objek. Penerimaan dan penolakan tersebut dapat dinyatakan dengan persetujuan atau penolakannya tentang suatu objek biasanya dalam rentang skala kontinum ( Saefuddin, 2007:123). Setiap individu diminta menjawab suatu pernyataan dengan jawaban sangat setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak setuju (TS), dan dan Sangat tidak setuju (STS). Masing-masing jawaban dikaitkan dengan nilai, SS = 5, S = 4, R =3, TS= 2, STS = 1.

Angket berisi pernyataan untuk mengungkap latar belakang siswa tentang cara yang sering dilakukan dalam pembelajaran PKn, model pembelajaran yang sering digunakan.

Sedangkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan diberikan soal test. Test ini diberikan sebelum dan setelah siswa mendapatkan perlakuan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri pada konsep ‘Mengenal bentuk-bentuk keputusan bersama. Adapun tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran kemampuan awal dan akhir siswa dalam pembelajaran PKn pada konsep tersebut.


(28)

Adapun indikator Pemahaman Konsep PKn dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3.2 Pemahaman Konsep PKn

No. Variabel Indikator

3 Prestasi Belajar 1. Pengamatan

o Dapat menunjukkan

o Dapatmembandingkan

o Dapat menghubungkan 2. Ingatan

o Dapat menyebutkan

o Dapat menunjukkan kembali 3. Pemahaman

o Dapat menjelaskan

o Dapat mendefinisikan dengan lisan sendiri 4. Aplikasi

o Dapat memberikan contoh

o Dapat menggunakan secara tepat 5. Analisis

o Dapat menguraikan

o Dapat mengklasifikasikan 6. Sintesis

o Dapat menghubungkan materi-materi sehingga menjadi kesatuan baru

o Dapat menyimpulkan


(29)

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan lima macam cara pengumpulan data yaitu test objektif penguasaan materi dan prestasi belajar ranah kognitif, observasi, angket dan wawancara. Angket, dimaksudkan untuk mengukur peningkatan motivasi belajar siswa, sebagai hasil belajar setelah melalui proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Untuk mendapatkan data prestasi belajar siswa penulis menggunakan tes prestasi belajar yang sengaja disusun untuk keperluan ini. Observasi dilakukan untuk mengetahui proses keterlaksanaan pembelajaran serta bagaimana respon siswa terhadap model pembelajaran. Sedangkan wawancara dilakukan terhadap guru, yaitu untuk mengetahui pendapat mereka terhadap model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri.

Selanjutnya dilakukan uji coba untuk mengetahui tingkat validasi dan reliabilitas butir soal. Disamping untuk mengetahui prestasi belajar siswa, tes ini dimaksudkan untuk mengetahui konstribusi penerapan pembelajaran kontekstual tipe inkuiri pada mata pelajaran PKn terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Tes ini berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 30 item. Tes tersebut merupakan pengembangan standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pelajaran PKn SD kelas V pada semester II yang terdapat pada Silabus PKn Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006.


(30)

Teknik pengumpulan data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data

No Sumber

Data Jenis Data

Teknik Pengumpulan

Alat test dan Instumen 1 Siswa Tingkat penguasaan

siswa terhadap materi pelajaran.

Pretest dan

Posttest

Butir soal pilihan ganda.

2 Siswa Respon dan aktivitas siswa selama

pembelajaran

Observasi Pedoman

observasi aktivitas siswa

3 Guru Keterlaksanaan model pembelajaran

Kontekstual tipe inkuiri.

Observasi Pedoman

observasi aktivitas guru selama pembelajaran. 4 Guru Pandangan guru

terhadap penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri.

Wawancara dengan guru yang mengajar pada kelas eksperimen

Pedoman wawancara

5 Siswa Motivasi siswa terhadap mata pelajaran PKn sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Penyebaran angket tanggapan siswa kepada siswa

Angket tanggapan siswa


(31)

( )( )

( )

{

}

{

( )

}

− − − = 2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N r

F. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini diperoleh dua macam data yaitu data hasil angket dan tes prestasi belajar. Pengolahan data diawali dengan mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda instrumen penelitian.

Ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi keperluan analisis data di atas adalah :

a. Uji Instrumen Penelitian 1) Validitas Butir Soal

Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir digunakan rumus korelasi.

Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment pearson (Arikunto, 2002 : 146).

Keterangan :

= Koefisien korelasi antara variabel


(32)

Y = Jumlah skor total N = Jumlah siswa

Interpretasi besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut : Tabel 3.4

Kategori Validasi Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60 < rxy < 0,80 Tinggi (baik) 0,40 < rxy < 0,60 Cukup (sedang) 0,20 < rxy < 0,40 Rendah (kurang)

0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Sudjana, 2002) : t = √

Kriteria pengujian berdasarkan harga t hitung dibandingkan dengan t tabel.

Jika pada taraf signifikan 95 %, thitung < ttabel maka H0 diterima. Sebaliknya jika

thitung > ttabel maka H0 ditolak.

Keterangan : t = Uji t

r = koefisien korelasi. N = jumlah subjek


(33)

(

)(

)

(

)

{

}

{

(

)

}

− − − = 2 2 2 2 xy Y Y N X X N Y X XY N r

2) Reliabilitas tes

Menurut Arikunto (2002), Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika uji coba ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Menghitung reliabilitas tes dengan rumus sebagai berikut:

      + = 2 1 2 1 2 1 2 1 11 r 1 r 2 r Dimana : = Koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan

½½ = Koefisien korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

Harga dari ½½ dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product

moment pearson ( Arikunto, 2002) sebagai berikut :

Keterangan:

XY = Koefisien Korelasi antara variabel X dan variabel Y X = Skor Item ganjil

Y = Skor item genap

Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes adalah sebagai berikut : Tabel 3.5

Kategori Reliabilitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80 < rxy < 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60 < rxy < 0,80 Tinggi (baik)

0,40 < rxy < 0,60 Cukup (sedang)


(34)

0,00 < rxy < 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2002)

3) Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal, besarnya indeks kesukaran berkisar antara 0,00 – 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan soal itu terlalu sukar, sebaliknya jika indek 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Indek kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dihitung dengan rumus (Arikunto, 2002) : P=

Keterangan : P = indeks

B = banyak siswa yang menjawab soal dengan benar. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria indeks kesukaran suatu tes adalah sebagai berikut : Tabel 3.6 Kriteria Indeks Kesukaran

Batasan Kategori

0,00 < < 0,30 sukar 0,30 < < 0,70 sedang

0,70 < < 1,00 mudah

4) Daya Pembeda soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi


(35)

(D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah :

= − = −

( Arikunto, 2002) Keterangan :

J = Jumlah peserta tes

= Banyak peserta kelompok atas = Banyak peserta kelompok bawah

= Banyak kelompok atas yang menjawab benar = Banyak kelompok bawah yang menjawab benar = Proporsi kelompok atas yang mejawab benar = Proporsi kelompok bawah yang mejawab benar. Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

0,00 < < 0,20 kurang

0,20 < < 0,40 cukup

0,40 < < 0,70 baik


(36)

b. Uji Hipotesis

Uji Kesamaan dua rerata

Uji kesamaan dua rerata dipakai untuk membandingkan anatar dua keadaan, yaitu keadaan nilai rata-rata pretest siswa pada kelompok eksperimen dengan siswa pada kelompok kontrol, keadaan nilai rata-rata posttest siswa pada kelompok eksperiment dengan siswa pada kelompok kontrol, dan uji rata-rata untuk g. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dilakukan dengan menggunakan SPSS

for windows 19.0, yaitu uji-t dua sampel independen (Independen –Sample t

Test).

Ada dua rumus untuk uji-t dua sampel independen (Uyanto, 2009) : 1. Dengan asumsi kedua variance sama besar (equal variances assumed):

! = " − #$ %&'( 1* +* ,1

Dengan derajat kebebasan : * + * – 2

%&= '-.* − 1/%* + * − 2 + 0* − 11% 3

Dimana * = besar sampel pertama

* = besar sampel kedua

2. Dengan asumsi kedua variance tidak sama besar (equal variances not

assumed) t =

4&'-5 67879 5 6:8:3

Apabila data tidak berdistribusi normal maka dipakai uji non parametrik yaitu uji Mann-Whitney (Ruseffendi, 1998).


(37)

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan program

SPSS for Windows versi 19.0. sebelum dilakukan uji hipotesis (analisis

inferensial), terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas data dimaksudkan untuk mengetahui distribusi atau sebaran skor data motivasi dan prestasi belajar siswa dalam pelajaran PKn pada kedua kelas.

Dalam penelitian ini uji normalitas data menggunakan One Sample

Kolmogrov-Smirnov Tes. Uji homogenitas data dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya kesamaan varians kedua kelas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Levene, kemudian dilakukan uji-t. Uji kesamaan dua rata-rata (uji-t) dipakai untuk mebandingkan perbedaan dua rata-rata.


(38)

161 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Sesuai dengan tehnik pengumpulan data yang diuraikan pada Bab III, yaitu melalui pretes dan postest. Test dilakukan terhadap dua kelas paralel yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dilakukan dalam waktu dan materi test yang sama, telah tergambar hasil sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada matan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji beda terhadap skor rata-rata postest siswa kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan terdapat perbedaan. Dalaam proses pembelajaran seluruh siswa terlihat bersemangat menerima tugas dari guru, mereka tidak merasa tebrbani dengan tugas tersebut.

2. Model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada matan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini dapat dibuktikan dengan uji beda terhadap skor rata-rata postest siswa kelas kontrol dan eksperimen menunjukkan terdapat perbedaan nilai prestasi belajar siswa.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan motivasi belajar antara siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan N-Gain antara motivasi belajar siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen.


(39)

4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan prestasi belajar siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan N-Gain antara nilai prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

B. Saran

1. Karena model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa maka model ini dapat digunakan sebagai model alternatif dalam pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar didalam kelas, tidak hanya pada mata pelajaran PKn tetapi juga dapat digunakan pada mata pelajaran yang lainnya.

2. Guru hendaknya selalu membuka diri terhadap semua bentuk inovasi terhadap pendidikan baik melalui model maupun metode dan senantiasa memperhatikan dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar.

3. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, hendaknya guru mau mengembangkan kemampuan dan wawasannya melalui berbagai rujukan yang ada.

4. Kepada pihak yang terkait agar senantiasa memberi kesempatan atau membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam penguasaan berbagai model pembelajaran melalui pendidikan dan latihan, penataran-penataran, maupun seminar atau workshop.


(40)

Penelitian ini kiranya dapat dijadikan rujukan untuk penelitian dalam aspek yang lebih luas tidak hanya pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar saja, namun bisa terhadap aspek lainnya, misalnya keterampilan sosial dan sebagainya.


(41)

162

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Program Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. Bandung . Universitas Pendidikan Indonesia.

Anurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung . Alfabeta

Azis, W. A. ( 2007). Metode dan Model-Model Mengajar, Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS), Bandung. Alfabeta.

Azis, W. A., Sapriya. (2011). Teori & Landasan Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung . Alfabeta.

Azra, A. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Nasional ( Rekontruksi dan

Demokratisasi), Jakarta . Penerbit Buku Kompas.

Benyamin, B. A. ( 2003,). Efektixitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn ( Suatu studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN I Cianjur Melalui Pemberian

Stimulus Isu-Isu Kontroversial), Bandung. Tesis.

Binninga, J, S. (1997). Moral, Charakter, and Civic Education in the Elementary

School. New York . Teachers College, Columbia University.

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York. Longman.

Branson, M. dkk ( 1999). Belajar CIVIC EDUCATION dari AMERIKA, Jogyakarta . Lembaga Kajian Islam (Lkis) dan The Asia Foundation (TAF).

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta . Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang-Undang No 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. ( 2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan

Djahiri, A. K. (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan

Kewarganegaraan, Bandung . Laboratorium Pendidikan

Kewarganegaraan-UPI

Fraenkel, J. (1977). How to Teach About Values . An Analitic Approach. New Jersey. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.


(42)

Gozali, I. ( 2008). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang . Universitas Diponegoro.

http.//rachmadrevanz.com/pandangan-pakar-tentang-pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html.

http://educationsyndicate.blogspot.com/2009/11/permasalahan-Pembelajaran-pkn-sd.html

Huitt, W.(2001). Motivation to Learn. An Overview. Educational Psychology

Interactive. Valdosta, Valdosta State University

Huitt,W. (2004). Moral and Character Development (Online). Tersedia . http.//chiron.valdosta.edu/whuitt/col/morchr.html

Johnson, E. B. (2009). CTL, Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Menjadi

Bermakna. Bandung, Kaifa.

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey. Prentice Hall Inc.

Kneller, G. F. (1984). Movement of Thought in Modern Education. Los Angelos . University of California.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama . Bandung.

Riyanto, Y. (2010). Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta . Kencana Prenada Group.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan.

Bandung. CV Andira.

Salkind, N. J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. New Delhi . Sage Publikation.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Jakarta . Kencana Prenada Group.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Kencana

Prenada Group.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


(43)

Sapriya, at al . (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapriya, at al. (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa.

Slameto. (1996). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta . Rineka Cipta.

Sosialisasi KTSP. Jakarta . Depdiknas

Sudjana, H.D. (2004). Handout . Metode Penelitian Pendidikan, SPS . UPI . Bandung

Sugiyono. (2004). Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS.

Bandung . Alpabeta.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata, N.S.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya

Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. Yayasan Bina Bakti Winaya.

Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jogyakarta . CV. Rajawali.

Suwarma, A, M. ( 2007). Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta . UT

Syaefuddin, S. U. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Program Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Uno, H. B. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar

Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara.

Wahyudin, ( 2006 ), Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung . Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudin, ( 2007 ) , Pengembangan Penelitian Dalam Pendidikan. Wahyudin 0808 (a), yahoo.co.id


(44)

Winataputra, S.U. (2002). Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai

Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi, Bandung. Disertasi

Winataputra, S.U. & Budimansyah, D. (2007), Civic Education, Konteks, Landasan,


(1)

4. Terdapat perbedaan yang signifikan pada peningkatan prestasi belajar siswa antara yang belajar dengan model pembelajaran konvensional dengan siswa yang belajar dengan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri. Hal ini dibuktikan dengan perhitungan N-Gain antara nilai prestasi belajar siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen.

B. Saran

1. Karena model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa maka model ini dapat digunakan sebagai model alternatif dalam pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran ini dapat digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar didalam kelas, tidak hanya pada mata pelajaran PKn tetapi juga dapat digunakan pada mata pelajaran yang lainnya.

2. Guru hendaknya selalu membuka diri terhadap semua bentuk inovasi terhadap pendidikan baik melalui model maupun metode dan senantiasa memperhatikan dan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar.

3. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam penguasaan penggunaan model pembelajaran kontekstual tipe inkuiri, hendaknya guru mau mengembangkan kemampuan dan wawasannya melalui berbagai rujukan yang ada.

4. Kepada pihak yang terkait agar senantiasa memberi kesempatan atau membantu guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam penguasaan berbagai model pembelajaran melalui pendidikan dan latihan, penataran-penataran, maupun seminar atau workshop.


(2)

163

Penelitian ini kiranya dapat dijadikan rujukan untuk penelitian dalam aspek yang lebih luas tidak hanya pada peningkatan motivasi dan prestasi belajar saja, namun bisa terhadap aspek lainnya, misalnya keterampilan sosial dan sebagainya.


(3)

162

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2007). Teori dan Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar. Program Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. Bandung . Universitas Pendidikan Indonesia.

Anurrahman. (2010). Belajar dan Pembelajaran. Bandung . Alfabeta

Azis, W. A. ( 2007). Metode dan Model-Model Mengajar, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Bandung. Alfabeta.

Azis, W. A., Sapriya. (2011). Teori & Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung . Alfabeta.

Azra, A. (2006). Paradigma Baru Pendidikan Nasional ( Rekontruksi dan Demokratisasi), Jakarta . Penerbit Buku Kompas.

Benyamin, B. A. ( 2003,). Efektixitas Penggunaan Metode Problem Solving Terhadap Peningkatan Motivasi Siswa Dalam Pembelajaran PPKn ( Suatu studi Penelitian Tindakan Kelas di SMUN I Cianjur Melalui Pemberian Stimulus Isu-Isu Kontroversial), Bandung. Tesis.

Binninga, J, S. (1997). Moral, Charakter, and Civic Education in the Elementary School. New York . Teachers College, Columbia University.

Bloom. B.S. (1979). Taxonomy Of Education for the Social Studies. New York. Longman.

Branson, M. dkk ( 1999). Belajar CIVIC EDUCATION dari AMERIKA, Jogyakarta . Lembaga Kajian Islam (Lkis) dan The Asia Foundation (TAF).

Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta . Erlangga.

Departemen Pendidikan Nasional (2003). Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Depdiknas.

Depdiknas. ( 2006). Model – Model Pembelajaran yang Efektif. Bahan

Djahiri, A. K. (2006). Pendidikan Nilai Moral Dalam Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan, Bandung . Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan-UPI

Fraenkel, J. (1977). How to Teach About Values . An Analitic Approach. New Jersey. Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.


(4)

163

Gozali, I. ( 2008). Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang . Universitas Diponegoro.

http.//rachmadrevanz.com/pandangan-pakar-tentang-pengertian-pendidikan-kewarganegaraan.html.

http://educationsyndicate.blogspot.com/2009/11/permasalahan-Pembelajaran-pkn-sd.html

Huitt, W.(2001). Motivation to Learn. An Overview. Educational Psychology Interactive. Valdosta, Valdosta State University

Huitt,W. (2004). Moral and Character Development (Online). Tersedia . http.//chiron.valdosta.edu/whuitt/col/morchr.html

Johnson, E. B. (2009). CTL, Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Menjadi Bermakna. Bandung, Kaifa.

Joyce, B. and Weil, M. (2000). Models of Teaching. New Yersey. Prentice Hall Inc.

Kneller, G. F. (1984). Movement of Thought in Modern Education. Los Angelos . University of California.

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama . Bandung.

Riyanto, Y. (2010). Pradigma Baru Pembelajaran. Jakarta . Kencana Prenada Group.

Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung. CV Andira.

Salkind, N. J. (2004). An Introduction to Theories of Human Development. New Delhi . Sage Publikation.

Sanjaya, W. (2008). Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta . Kencana Prenada Group.

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Sanjaya, W. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta. Kencana Prenada Group.


(5)

Sapriya, at al . (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sapriya, at al. (2009). Pembelajaran Kewarganegaraan, Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan. Universitas Pendidikan Indonesia.

Sardiman. (2003). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Perkasa.

Slameto. (1996). Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta . Rineka Cipta.

Sosialisasi KTSP. Jakarta . Depdiknas

Sudjana, H.D. (2004). Handout . Metode Penelitian Pendidikan, SPS . UPI . Bandung

Sugiyono. (2004). Statistik Untuk Penelitian dan Aplikasinya Dengan SPSS. Bandung . Alpabeta.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata, N.S.(2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Rosda Karya Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. Yayasan

Bina Bakti Winaya.

Suryabrata, S. (1983). Metodologi Penelitian. Jogyakarta . CV. Rajawali.

Suwarma, A, M. ( 2007). Strategi Pembelajaran PKn. Jakarta . UT

Syaefuddin, S. U. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Program Magister Pendidikan Dasar Sekolah Pascasarjana. UPI. Bandung.

Trianto. (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progressif. Jakarta. Kencana Prenada Group.

Uno, H. B. (2010). Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta. Bumi Aksara.

Wahyudin, ( 2006 ), Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung . Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahyudin, ( 2007 ) , Pengembangan Penelitian Dalam Pendidikan. Wahyudin 0808 (a), yahoo.co.id


(6)

165

Winataputra, S.U. (2002). Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Wahana Sistemik Pendidikan Demokrasi, Bandung. Disertasi

Winataputra, S.U. & Budimansyah, D. (2007), Civic Education, Konteks, Landasan, Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Bandung. Prodi PKn - SPs UPI.


Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

PENGARUH PARTISIPASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN PEMENUHAN FASILITAS BELAJAR SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BAGI SISWA KELAS XI SMA WARGA SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009.

0 0 9

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN.

0 2 44

STRATEGI PEMBELAJARAN INTERAKSI SOSIAL SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN Strategi Pembelajaran Interaksi Sosial sebagai Upaya untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa Kelas V

0 0 13

Desain model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI.

0 2 83

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI DI SD NEGERI KARANGMOJO III.

0 1 200

PROFESIONALISME GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATA PELAJARAN EKONOMI.

0 0 11

PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SMA

0 0 15

METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN TARIKH

0 1 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN AKUNTANSI

0 1 239