PROFIL PERILAKU MEROKOK SISWA KELAS XI IPS SMA PASUNDAN 8 BANDUNG TAHUN AJARAN 2012/2013.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...v
KATA PENGANTAR ...vi
UCAPAN TERIMA KASIH ...viii
DAFTAR ISI ...xii
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GRAFIK ...xv
DAFTAR LAMPIRAN ...xvi
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang...1
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ...3
C. Tujuan Penelitian ...7
D. Manfaat Penelitian ...7
E. Struktur Organisasi Skripsi...7
BAB II REMAJA, PERILAKU MEROKOK, PENGELOLAAN DIRI SEBAGAI STRATEGI UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK SISWA ...9
A. Remaja ...9
B. Perilaku Merokok ...15
1. Pengertian Perilaku Merokok ...15
2. Tahapan dalam Perilaku Merokok ...17
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi dan Motif Perilaku Merokok ...18
4. Tipe Perokok ...20
5. Dampak Negatif Merokok ...21
6. Jenis Rokok dan Waktu Merokok ...22
C. Pengelolaan Diri sebagai Strategi untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa ...23
1. Pengelolaan Diri sebagai sebagai Suatu strategi Konseling Kognitif-Perilaku ...25
2. Karakteristik dari Pengelolaan Diri yang Efektif ...26
3. Langkah-langkah Mengembangkan Pengelolaan Diri yang. Efektif ...27
4. Teknik-teknik dalam Strategi Pengelolaan Diri ...29
BAB III M ETODE PENELITIAN ...32
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ...32
1. Lokasi Penelitian ...32
2. Populasi dan Sampel Penelitian ...32
B. Pendekatan dan Metode Penelitian ...33
C. Langkah-langkah Penelitian ...33
D. Definisi Operasional Variabel ...34
(2)
F. Uji Coba Alat Ukur ...36
1. Uji Validitas Rasional ...36
2. Revisi Akhir dan Pengemasan Instrumen Bentuk Final ...37
G. Pengolahan Data ...37
H. Penyusunan Strategi Pengelolaan Diri untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa ...38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...39
A. Profil Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013 ...39
1. Aspek Keadaan Demografis ...39
2. Aspek Tahapan Perilaku Merokok ...43
3. Aspek Faktor-faktor yang Mempengaruhi ...45
4. Aspek Motif Perilaku Merokok ...52
5. Aspek Tipe Perokok ...55
6. Aspek Pola Perilaku Merokok ...56
7. Aspek Dampak Negatif dari Merokok ...57
8. Aspek Jenis Rokok ...61
9. Aspek Waktu Merokok ...64
B. Strategi Pengelolaan Diri untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung ...66
C. Keterbatasan Penelitian ...82
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...83
A. Kesimpulan ...83
B. Rekomendasi ...84
DAFTAR PUSTAKA ...85 RIWAYAT HIDUP PENULIS
(3)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Alberty (Syamsudin, 2004:130) mengemukakan masa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang dijalani seseorang yang terbentang sejak berakhirnya masa kanak-kanak sampai dengan awal masa dewasa. Keadaan remaja dikatakan penuh energi, serba ingin tahu, belum sepenuhnya memiliki pertimbangan yang matang, mudah terombang-ambing, mudah terpengaruh, nekat dan berani, emosi tinggi, selalu ingin mencoba dan tidak mau ketinggalan.
Remaja merupakan komponen penting suatu bangsa karena remaja adalah generasi muda yang akan menentukan masa depan suatu bangsa. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa (Santrock, 2007:20). Pada setiap fase perkembangan individu, termasuk remaja, selalu ditemukan berbagai permasalahan. Fenomena perilaku yang tampak mencolok dalam kehidupan anak ketika memasuki fase remaja (pubertas) adalah munculnya salah satu gejala perilaku negatif yaitu kebiasaan merokok.
Perilaku merokok di kalangan remaja hingga kini masih menjadi masalah endemik. Berdasarkan bukti empiris, secara kuantitatif dari penelitian terdahulu diketahui bahwa angka prevalensi perokok di kalangan remaja (setaraf siswa sekolah lanjutan dan menengah) dari tahun ke tahun terus meningkat. Bahkan data terkini menunjukkan sudah sampai pada tahap yang sangat memprihatinkan (Efendi, 2005:633-634). Data WHO menyebutkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia dan senantiasa meningkat dari tahun ke tahun.
Hasil riset Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok melaporkan bahwa anak-anak di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia 9 tahun. Smet mengatakan bahwa usia pertama kali merokok pada umumnya berkisar antara usia 11-13 tahun dan mereka pada umumnya merokok sebelum usia 18 tahun. Data WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di
(4)
dunia sebanyak 30% adalah kaum remaja. Hampir 50% perokok di Amerika Serikat termasuk usia remaja. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku merokok dimulai pada saat masa anak-anak dan masa remaja (Komalasari & Helmi, 2000:2).
Meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan semakin menurun tetapi semakin meningkat, bahkan semakin banyak pula orang yang merokok dengan umur awal merokok yang lebih dini. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), setiap hari, 3.600 anak-anak usia 12-17 mulai merokok. Data yang dihimpun oleh Global Tobacco Youth Survey (GTYS) atau survei merokok pada remaja memperlihatkan bahwa 34% remaja di Jakarta pernah merokok dan 16,6% hingga kini masih merokok. Data Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2006 menunjukkan, prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun meningkat sebanyak 144 persen antara tahun 1995 dan 2004 (Rif’an, 2010:113).
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan terhadap satu kelas XI IPS di salah satu SMA swasta di Bandung, dari 46 orang siswa terdapat 54% siswa yang merokok (25 orang siswa), dengan 8,7% siswa perempuan dan 39% siswa laki-laki. Beberapa alasan yang membuat siswa-siswi tersebut mengkonsumsi rokok adalah rokok dapat memberi kepuasan, kenikmatan, dan ketenangan bagi mereka, rokok memiliki rasa yang enak dan membuat mereka kecanduan, terbawa-bawa, coba-coba untuk menghilangkan stress, dan ada juga yang sudah menjadi kebiasaan.
Menurut Leventhal (Efendi, 2005:635), ada kekhawatiran terhadap perilaku merokok pada remaja tersebut, yakni semakin muda seseorang mulai menjadi perokok, makin besar kemungkinan yang bersangkutan menjadi perokok berat di usia dewasa. Dampak pengiring lain yang sangat mengkhawatirkan adalah keberadaan perilaku merokok bisa menjadi pintu masuk pertama (first step) terhadap perilaku negatif lainnya, seperti: minum alkohol, penyalahgunaan obat-obatan terlarang atau narkoba, perilaku agresif dan destruktif. Kombinasi perilaku negatif antara merokok dan minum alkohol dibenarkan pula oleh Smet (Efendi, 2005:635), berdasarkan hasil penelitiannya di kota Semarang dan
(5)
sekitarnya, bahwa perilaku merokok ternyata memiliki korelasi positif dengan kebiasaan minum alkohol di kalangan remaja.
Berdasarkan fakta empirik di atas, upaya pencegahan awal atau lanjutan dapat menjadi agenda dalam proses pendidikan remaja. Jika perilaku merokok pada remaja atau siswa tersebut dibiarkan terus berkembang tanpa adanya upaya pencegahan secara sistematis, maka akan sangat membahayakan kehidupannya kelak (Efendi, 2005:635).
Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO (2002) melaporkan bahwa 50 % perokok meninggal dunia akibat rokok. WHO juga menjelaskan bahwa dalam setahun kematian akibat rokok besarnya mencapai tiga juta jiwa. Apabila trend ini tidak berubah, pada tahun 2020 atau awal 2030, akan meningkat menjadi 10 juta jiwa (Rif’an, 2010:79). Apabila melihat hal tersebut, dapat dibayangkan bagaimana nasib bangsa ini apabila para remajanya terus dibiarkan berperilaku merokok.
Upaya yang dirasa dapat mereduksi perilaku merokok siswa adalah melalui kegiatan bimbingan dan konseling. Menurut Kartadinata (Yusuf dan Nurihsan, 2008:3), bimbingan merupakan proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal. Tujuan konseling di sekolah lanjutan meliputi, perubahan perilaku, mencapai kesehatan mental, mencapai keefektivan pribadi, memecahkan masalah, dan mendorong siswa supaya mampu mengambil keputusan sendiri (Nurihsan, 2002:14).
Upaya dalam bimbingan dan konseling yang dapat dilakukan untuk mereduksi perilaku merokok siswa adalah dengan melaksanakan strategi pengubahan perilaku yang dilaksanakan oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan suatu teknik atau kombinasi dari beberapa teknik.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Dampak terbesar yang ditimbulkan dari perilaku merokok pada usia remaja adalah semakin besar kemungkinan menjadi perokok berat di usia dewasa. Selain menjadi perokok berat, perilaku merokok pada usia remaja dapat memberikan peluang masuknya perilaku negatif lain seperti minum-minuman keras,
(6)
penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan akhirnya sampai pada penggunaan narkotika (Khairun, 2011:4).
Perilaku merokok pada remaja tidak dapat dibiarkan, karena semakin dini seseorang mulai merokok, dampak yang ditimbulkan akan lebih besar. Menurut Steinberg (Astuti, 2007:52), merokok merupakan pintu gerbang pertama untuk penyalahgunaan obat-obatan. Sejumlah studi menunjukkan merokok berhubungan dengan penggunaan alkohol dan obat-obatan (Sequera et al., 2004: 32).
Upaya mereduksi perilaku merokok di kalangan remaja tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, para peneliti juga turut berperan aktif dalam upaya mencegah dan mereduksi perilaku merokok di usia remaja. Beberapa peneliti telah melakukan suatu intervensi dalam upaya mencegah dan mengatasi perilaku merokok yang dapat dijadikan rekomendasi bagi konselor sekolah.
Menurut Fidiyanti (2009:31), remaja yang memiliki kebiasaan merokok memerlukan upaya bantuan bimbingan pribadi yang bersifat responsif. Pelayanan responsif merupakan pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan.
Menurut Jacken (Syafiie et al.: 2009), ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli untuk mereduksi atau bahkan menghentikan kecanduan terhadap rokok, yakni metode yang mengandalkan perubahan perilaku dan metode yang mengandalkan terapi obat-obatan. Yang dimaksud metode perilaku dalam menghentikan kebiasaan merokok adalah bahwa perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan. Metode-metode yang mengandalkan perubahan perilaku diantaranya adalah metode ’Cold Turkey’, Cognitive Behavioral Therapy atau Terapi Perilaku Kognitif, Aversive Conditioning atau Pengkondisian Berbalik. Metode-metode yang mengandalkan terapi obat-obatan diantaranya adalah Nicotine Replacement Therapy atau Terapi Penggantian Nikotin, pemberian obat-obatan bukan nikotin, metode akupuntur, dan metode hipnotis.
Upaya yang telah dilakukan pihak sekolah berkenaan dengan perilaku merokok siswa adalah dengan membuat larangan merokok di sekolah dan
(7)
memanggil siswa yang tertangkap sedang merokok di sekolah dan di lingkungan sekolah. Namun, hasil studi pendahuluan menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah tersebut masih tetap tidak membuat siswa mengubah perilaku merokoknya karena tidak mengubah pemikirannya tentang merokok. Oleh karena itu, harus ada upaya lain yang efektif untuk mereduksi atau bahkan menghilangkan perilaku merokok tersebut.
Segenap perilaku manusia, termasuk perilaku merokok, merupakan hasil dari proses belajar dalam merespons terhadap berbagai stimulus dari lingkungannya. Dalam proses belajar untuk menghasilkan suatu perilaku, aspek kognitif juga memiliki peranan penting terutama dalam mempertimbangkan berbagai tindakan yang hendak dilakukan, menentukan pilihan-pilihan tindakan itu, dan mengambil keputusan tindakan perilakunya.
Melihat hal tersebut, strategi yang dapat dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling untuk mereduksi perilaku merokok siswa adalah dengan strategi pengelolaan diri sebagai sebuah pendekatan kognitif-perilaku. Pendekatan kognitif-perilaku dibangun berdasarkan asumsi, teknik, dan strategi riset yang menekankan pada pentingnya aspek kognitif untuk perubahan perilaku. Asumsi dasar kognitif-perilaku adalah proses kognitif yang berperan penting dalam perilaku. Perilaku dikendalikan oleh interaksi yang kompleks antara peristiwa internal dan kekuatan lingkungan (Ilfiandra, 2008:53).
Strategi pengelolaan diri sebagai suatu strategi kognitif-perilaku bertujuan untuk membantu konseli agar dapat mengubah perilaku negatifnya (dalam hal ini perilaku merokok) dan mengembangkan perilaku positifnya (mereduksi perilaku merokoknya) dengan jalan mengamati diri sendiri; mencatat perilaku-perilaku tertentu (pikiran, perasaan, dan tindakannya) dan interaksinya dengan peristiwa-peristiwa lingkungannya; menata kembali lingkungan sebagai sebagai isyarat khusus atau anteseden atas respons tertentu; serta menghadirkan diri dan menentukan sendiri stimulus positif yang mengikuti respons yang diinginkan (Asrori, 1995:38).
Siswa SMA yang berada pada masa remaja memiliki tugas untuk mengembangkan pengelolaan dirinya. Hal ini senada dengan salah satu tugas
(8)
perkembangan remaja yang dikemukakan oleh William Kay (Yusuf, 2001:72), yaitu memperkuat kemampuan mengelola diri atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup.
Selain itu, secara sosio-emosional siswa SMA dalam hal ini merupakan remaja mengalami kelabilan dan mudah terpengaruh oleh lingkungan. Oleh karena itu, pengelolaan diri pada siswa SMA sangat diperlukan untuk mengatur perilaku mereka agar sesuai norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Kurangnya kemampuan pengelolaan diri pada remaja akan berdampak buruk, salah satunya adalah munculnya kenakalan remaja index offenses.
Tentu saja remaja butuh bantuan dalam memperkuat pengelolaan dirinya, selain keluarga, konselor sekolah bertugas mengoptimalkan perkembangan siswa termasuk mengembangkan pengelolaan dirinya terhadap rokok, karena pengelolaan diri siswa yang kurang dalam perilaku merokok dapat dilihat dengan perilaku merokok siswa yang kerap terjadi di lingkungan sekolah padahal mereka tahu kalau lingkungan sekolah seharusnya adalah lingkungan yang bebas dari rokok.
Penyusunan strategi pengelolaan diri untuk mereduksi perilaku merokok siswa dirasa sangat penting karena saat ini belum adanya program atau upaya preventif dan kuratif baik dari program sekolah maupun dari program bimbingan dan konseling SMA Pasundan 8 Bandung dalam mengatasi permasalahan merokok pada siswa. Saat ini upaya yang dilakukan hanya sebatas layanan responsif dari pihak sekolah, yaitu apabila ada salah satu dari siswa yang ketahuan merokok di lingkungan sekolah, diberikan sanksi berupa pemanggilan dari orang tua siswa yang bersangkutan.
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dipaparkan diatas maka penelitian ini berfokus pada pertanyaan berikut.
1. Seperti apa profil perilaku merokok siswa di kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
(9)
C. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah dirumuskannya rancangan strategi pengelolaan diri untuk mereduksi perilaku merokok berdasarkan profil siswa. Adapun secara khusus tujuan penelitian adalah untuk mengetahui profil perilaku merokok siswa di kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengetahui profil perilaku merokok siswa dan rancangan strategi pengelolaan diri dalam upaya mereduksi perilaku merokok siswa. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan awal untuk penelitian lanjutan yang lebih mendalam, sehingga dapat menumbuhkan minat penelitian untuk melakukan kajian teoritis terkait konsep pengelolaan diri. 2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru bimbingan dan konseling di sekolah untuk memberikan pelayanan bimbingan dan konseling yang relevan bagi siswa yang memiliki perilaku merokok dengan mereduksi perilaku merokoknya dengan menjalankan strategi pengelolaan diri.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: Pada Bab I dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Pada Bab II disajikan teori yang relevan sebagai landasan dilakukannya penelitian, yang meliputi konsep remaja dan permasalahannya, perilaku merokok siswa, dan pengelolaan diri sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa.
Pada Bab III membahas mengenai lokasi, populasi dan sampel penelitian, pendekatan dan metode penelitian, langkah-langkah penelitian, definisi
(10)
operasional variabel, pengembangan instrumen dan pengumpulan data, uji coba alat ukur, pengolahan data, serta penyusunan strategi pengelolaan diri untuk mereduksi perilaku merokok.
Pada Bab IV disajikan deskripsi dan hasil temuan penelitian yang mencakup hasil penelitian dan pembahasan, strategi pengelolaan diri untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung, dan keterbatasan penelitian.
Pada Bab V disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian yang meliputi rekomendasi bagi sekolah, guru bimbingan dan konseling, serta bagi peneliti selanjutnya.
(11)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kota Bandung pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Pasundan 8 Bandung pada tahun ajaran 2012/2013. Letak sekolah ini berada di Jalan Cihampelas No.167 Bandung.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009: 57). Sampel penelitian adalah siswa kelas XI IPS di SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang merokok dan berjumlah 64 siswa. Pengambilan populasi siswa di SMA Pasundan 8 Bandung didasarkan kepada studi pendahuluan yang telah peneliti laksanakan pada bulan Februari 2012 yang menunjukkan terdapatnya siswa yang memiliki kecenderungan perilaku merokok yang tinggi, yang merupakan salah satu indikator rendahnya pengelolaan dirinya terhadap rokok. Sampel adalah semua siswa yang merokok, yang diambil melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah memperoleh data dari semua anggota populasi.
Siswa kelas XI IPS menjadi pilihan populasi dalam penelitian dengan asumsi bahwa di SMA Pasundan 8 Bandung belum memiliki program ataupun strategi yang dikhususkan untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Selain itu, siswa kelas XI berada pada masa transisi perilaku dari kelas X ke kelas XII. Berdasarkan kerangka pikir tersebut siswa kelas XI IPS dianggap dapat mewakili profil umum perilaku (general profile behavior) siswa kelas X dan kelas XII, termasuk profil umum perilaku merokoknya.
(12)
B. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya. Pendekatan kuantitatif dipilih untuk mendapatkan gambaran umum perilaku merokok siswa.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu metode untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang suatu permasalahan yang sedang terjadi dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan, dan menyimpulkan data hasil penelitian mengenai profil merokok siswa yang diuraikan secara gamblang. Deskripsi data hasil penelitian tentang perilaku merokok siswa merupakan dasar bagi pengembangan strategi pengelolaan diri dalam rangka mereduksi perilaku merokok siswa.
C. Langkah-langkah Penelitian
Pelaksanaan metode deskriptif tidak hanya terbatas pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data tersebut. Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengidentifikasi rumusan masalah;
2. Mengkaji permasalahan dengan teori-teori yang relevan.
3. Membuat instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Selanjutnya instrumen yang telah disusun ditimbang atau diuji validitas rasionalnya oleh dosen ahli;
4. Merevisi instrumen sesuai dengan hasil pertimbangan para ahli;
5. Mengajukan permohonan izin penelitian dari jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan;
6. Pengurusan perizinan penelitian kepada pihak pimpinan SMA Pasundan 8 Bandung;
7. Melakukan pengambilan data; 8. Menghitung data hasil penelitian; 9. Mendeskripsikan data;
(13)
10. Merancang strategi pengelolaan diri untuk mereduksi perilaku merokok siswa;
11. Strategi yang sudah dirancang ditimbang kepada dosen ahli; 12. Merevisi strategi.
D. Definisi Operasional Variabel 1. Perilaku Merokok
Merokok dalam penelitian ini adalah aktivitas siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang berada dalam rentang usia 16-18 tahun, berupa membakar rokok pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara, lalu dihisap pada ujung lainnya untuk kemudian dikeluarkan asapnya yang menimbulkan asapnya tersebut dapat terhisap oleh orang yang ada disekitarnya yang dilakukan secara berulang-ulang.
Perilaku merokok yang diungkap mencakup aspek: a) keadaan demografis siswa (usia dan jenis kelamin), b) tahapan merokok (Tahap preparatory, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking), c) faktor-faktor yang mempengaruhi merokok (pengaruh orang tua, teman, faktor kepribadian, dan iklan), d) motif merokok (faktor psikologis dan faktor biologis), e) tipe perokok, f) pola perilaku merokok (tempat merokok), g) dampak negatif merokok (pengetahuan dan kepercayaan), h) jenis rokok (berdasarkan rasa, bahan baku, penggunaan filter), i) waktu merokok (aktivitas dan waktu).
E. Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data
Instrumen yang dibuat adalah untuk mengungkap data tentang perilaku merokok siswa. Instrumen ini dikonstruksikan sendiri oleh peneliti dengan merujuk kepada teori-teori yang diungkapkan oleh sejumlah ahli.
Instrumen yang digunakan berupa angket (questionnaire). Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna. Tujuan penyebaran angket ialah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila responden memberikan jawaban yang tidak
(14)
sesuai dengan kenyataan dalam pengisian daftar pertanyaan. Disamping itu, responden mengetahui informasi tertentu yang diminta (Riduwan, 2011: 24).
Pengembangan instrumen dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: 1. Penyusunan Kisi-kisi
Masing-masing aspek yang akan diteliti disusun dalam bentuk kisi-kisi instrumen pengumpul data. Kisi-kisi instrumen untuk mengungkap perilaku merokok dikembangkan dari definisi operasional variabel penelitian. Kisi-kisi instrumen perilaku merokok disajikan tabel tabel 3.1.
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Merokok Remaja
Variabel Aspek Indikator-indikator Nomor
Item Perilaku
Merokok
Keadaan demografis
a. Usia 1, 3
b. Jenis Kelamin 2
Tahapan menjadi perokok
a. Tahap Preparatory 4 b. Tahap Initiation
c. Tahap becoming a smoker
d. Tahap maintenance of smoking
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
a. Pengaruh orang tua 16, 17, 18 b. Pengaruh teman 19, 20, 21,
22, 23 c. Faktor kepribadian 5
d. Pengaruh iklan 24, 25, 26
Motif a. Faktor Psikologis 13
b. Faktor biologis 27, 28 Tipe Perokok a. Jumlah rokok yang
dihisap
6 Pola perilaku
merokok
a. Tempat merokok 7 Dampak negatif
dari merokok
a. Pengetahuan 14
b. Kepercayaan 15
Jenis Rokok a. Berdasarkan rasa rokok 8 b. Berdasarkan bahan baku 9 c. Berdasarkan
penggunaan filter
10
Waktu Merokok a. Aktivitas 11
(15)
2. Penyusunan butir-butir Pertanyaan
Menguraikan masing-masing indikator yang akan diteliti ke dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat disusun dalam bentuk angket yang dapat mengungkap informasi yang diperlukan dari subjek penelitian untuk mencapai tujuan dari penelitian.
Angket yang digunakan adalah kombinasi angket terbuka dan angket tertutup. Angket tertutup (angket berstruktur) yaitu angket yang mempunyai sejumlah jawaban. Angket ini dipilih bila peneliti dapat mengantisipasi atau meramalkan lebih dahulu jawaban yang akan keluar. Sedangkan angket terbuka (angket tidak berstruktur) yaitu angket yang memberi jawaban disamping atau diluar jawaban yang tersedia. Angket ini digunakan bila jawaban tidak dapat diantisipasikan karena sukar dimasukkan dalam sejumlah kategori, atau peneliti belum sepenuhnya mengenal populasi yang sedang diselidiki (Nasution, 2003: 130-131). Jadi, responden diminta untuk menjawab pertanyaan dengan memilih jawaban yang telah tersedia dan ada pula pertanyaan yang dapat dijawab responden diluar pilihan jawaban yang telah tersedia.
F. Uji Coba Alat Ukur 1. Uji Validitas Rasional
Uji validitas rasional bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan instrumen dari segi bahasa, konstruk, dan isi. Penimbangan atau uji validitas rasional dilakukan oleh lima dosen ahli yaitu Ibu Dra. Hj. SW. Indrawati, M.Pd., Bapak Nandang Budiman, S.Pd., M.Si., Bapak Drs. Yaya Sunarya, M.Pd., Bapak Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Bapak Eka Sakti Yudha, M.Pd. Penimbangan dilakukan dengan meminta pendapat para dosen ahli untuk memberikan penilaian pada setiap item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai M berarti item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau masih dapat digunakan dengan revisi.
Hasil penilaian menunjukkan ada beberapa item yang dirasa tidak memadai dan harus dilakukan peninjauan ulang, baik dari segi konstruk maupun isi nya.
(16)
Awalnya, ada beberapa pernyataan yang kurang mengena terhadap aspek yang diteliti, sehingga dilakukan peninjauan ulang dan dilakukan perubahan. Selain itu, proses penempatan pertanyaan ditinjau kembali, untuk mempermudah siswa dalam mengisinya. Pernyataan yang diindikasikan masuk ke skala sikap dirubah konstruknya dan bahasanya.
2.
Revisi Akhir dan Pengemasan Instrumen Bentuk FinalItem-item instrumen yang memenuhi kualifikasi dihimpun dan diperbaiki sesuai kebutuhan sehingga dihasilkan seperangkat instrumen yang siap untuk digunakan dalam pengumpulan data terhadap subjek penelitian. Dari 42 item yang diajukan pada awal penimbangan, dihasilkanlah 28 item yang telah mengalami perubahan baik dari segi konstruk, bahasa maupun isi, yang disesuaikan dengan pertimbangan para dosen ahli, dan untuk kemudian siap digunakan dalam proses pengumpulan data untuk penelitian.
G. Pengolahan Data
Langkah selanjutnya setelah data terkumpul, maka data hasil penelitian diolah dan dianalisis sebagai bahan acuan dalam menyusun program. Data yang telah terkumpul dari angket disajikan dalam bentuk persentase. Teknik untuk mengolah data angket dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah berikut: 1. Menjumlahkan setiap jawaban angket
2. Menyusun frekuensi jawaban 3. Membuat tabel frekuensi
4. Menghitung persentase frekuensi dari setiap jawaban dengan rumus:
Keterangan:
P = Persentase frekuensi dari setiap jawaban responden f = Frekuensi dari setiap jawaban responden
(17)
H. Penyusunan Strategi Pengelolaan diri untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa
Setelah pengolahan dan analisis data dari lapangan, maka berdasarkan hasil tersebut dikembangkan suatu strategi pengelolaan diri. Strategi tersebut kemudian divalidasi oleh tiga pakar bimbingan dan konseling, yaitu Bapak Nandang Budiman, S.Pd., M.Si., Bapak Dr. Mubiar Agustin, M.Pd., dan Ibu Sinta Rahayu, S.Pd. sebagai guru bimbingan dan konseling di sekolah tempat penelitian dilakukan.
(18)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang paling banyak merokok berada pada fase remaja madya dengan sebagian besar usia awal mereka merokok pada fase remaja awal. Siswa merokok yang lebih besar adalah siswa laki-laki dan setengah dari mereka berada pada tahap becoming a smoker, ini berarti bahwa rata-rata siswa tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari dan memiliki kecenderungan untuk menjadi perokok.
Tipe perokok siswa yang paling besar berada pada tipe perokok ringan, yaitu yang menghisap rokok sebanyak ≤ 10 batang dalam sehari. Sebagian dari mereka merasa nyaman merokok bersama dengan para perokok lainnya dan umumnya mereka masih menghargai orang lain dalam melakukan perilaku merokoknya. Berdasarkan rasa rokok, sebagian besar siswa merokok dengan rasa original, rokok putih, dan rokok yang berfilter. Malam hari merupakan waktu yang paling banyak digunakan siswa untuk merokok dan kebanyakan dari mereka melakukannya ketika berkumpul bersama teman.
Faktor pengaruh teman adalah yang paling tinggi. Mereka merokok karena ingin melepaskan diri dari kebosanan. Motif siswa merokok yang paling tinggi adalah untuk mengurangi rasa tegang atau kecemasan. Dampak negatif dari merokok lebih banyak siswa miliki sebagai pengetahuan mereka dibandingkan dengan kepercayaan mereka. Jadi, sebenarnya mereka lebih banyak mengetahui dibandingkan mempercayai dampak negatif dari merokok. Pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah merokok dapat membuat kesehatan mereka terganggu.
(19)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan beberapa temuan penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Sekolah
Sekolah direkomendasikan untuk lebih dapat memfasilitasi akan terlaksananya program intervensi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Selain itu, peraturan sekolah mengenai pelarangan merokok di lingkungan sekolah juga harus lebih ditingkatkan lagi dengan melibatkan seluruh personil sekolah. 2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling direkomendasikan untuk dapat melaksanakan strategi pengelolaan diri yang telah disusun dan dijadikan referensi untuk mereduksi perilaku merokok siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:
a. menggunakan metode penelitian eksperimen agar diketahui keefektivitasan dari strategi yang dirancang. Selain itu, metode penelitian eksperimen dengan menggunakan single subject design atau perlakuan yang diberikan hanya pada satu individu saja juga dapat dilakukan agar pola perubahan perilaku pada siswa terlihat jelas.
b. menggunakan desain penelitian yang lain yaitu studi kasus untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam. Selain itu, dengan studi kasus dapat menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai perilaku merokok siswa.
(20)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. (2008). Metroseksual [online]. Tersedia: http://www.ipin4u.esmartstudent.com/mapres.htm. [11 Mei 2012].
Asrori, M. (1995). Strategi Pengelolaan Diri untuk Pengembangan Proaktivitas Remaja dengan Menggunakan Model Cormier dan Cormier. Disertasi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Astuti, Kamsih. (2007). Jurnal Riset Daerah. [Online]. Tersedia: http://www.google.com [23 Februari 2012].
Brahmana, Karina M. (2009). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Dewasa Muda Dalam Mengambil Keputusan Mengkonsumsi Rokok (Jenis Lights Atau Non Lights). [Online]. Tersedia: http://akademik.nommensen-id.org/portal/public.../8_Karina_B.doc. [16 Oktober 2012].
Brigham, J.C. (1991). Social Psychology. New York: Harper Collingns Publisher Inc.
Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies for Helpers. Second Edition, Montery, California: Brooks/Code Publ. Co.
Effendi, M. (2005). Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Rokok di Kalangan Siswa melalui Pengingkatan Perceived Self-Efficafy Berhenti Merokok. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 056, Tahun ke-11 [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11560501.pdf. [29 November 2012].
Fauzan, Lutfi. (1992). Pengubahan Kebiasaan Belajar Siswa SMA dengan Siasat Kelola Diri. Malang: Tesis S2 FPS IKIP Malang.
Fidiyanti, Risma. (2009). Penggunaan Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Fitri, Fauzia. (2011). Hubungan Antara Stres Dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Program Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Gatchel, R. J. (1989). An Introduction to Health Psychology. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
(21)
Geldard, K & Geldard D. (2011). Konseling Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepenjang rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mengurangi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Disertasi BK Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Kaplan, Robert M., Sallis, James F., Patterson, Thomas L. (1993). Health and Human Behavior. New York: McGraw-Hill Inc.
Khairun, Deasy Yunika. (2011). Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Komalasari, D. dan Helmi, A.F. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja [Online]. Tersedia:
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. [15 Februari 2012].
Krasnegor, Norman A. (1979). The Behavioral Aspects of Smoking. [Online]. Tersedia: http://archives.drugabuse.gov/pdf/monographs/26.pdf. [12 Agustus 2012].
Leventhal, Howard & Cleary, Paul D. (1980). The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2): 370-405.
Levy, M.R. (1984). Lyfe and Health. New York: Random House.
Mutadin, Zainun. 2002. Artikel: Remaja & Rokok [online]. Tersedia: http://www.epsikologi.com/remaja.050602.htm. [31 Maret 2012].
Mutia, Riska. (2010). Layanan Responsif Berbasis transteoritical Model Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Muzdalipah, E. Wanita Merokok Korban Bualan Iklan. [online]. Tersedia: http://www.witt-online.org/en_fact-9.php. [31 Maret 2012].
Nasution, Indri Kemala. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. [Online]. Tersedia: http://usu.ac.id. [28 Februari 2012].
(22)
Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Nurihsan, Juntika. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Bandung: PPB FIP UPI.
Nurihsan, Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. Englewood Cliffts, New Jersey: Prentice Hall.
Papalia, D.E., & Olds, S.E (1998). Human Development. (7th ed). New York: McGraw-Hill Inc.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rif’an, Ahmad Rifa’i. (2010). Merokok Haram. Jakarta: Republika.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, Edward P. (1998). Health Psychology: Biopsycholosocial Interactions. (3rd ed). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sequerra et al. (2004). Smoking Cessations in adolescents: The role of nicotine dependence, stress, and coping methods: Archieves of Pediatrics and Adolescent Mediicine. Chicago. [online]. Tersedia: http://www.proquest.com [16 Agustus 2012].
Sianturi, G. (2003). Merokok dan Kesehatan. Jakarta.
Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama. Sitepoe, M. (2000). Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia. Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Semarang: PT. Gramedia.
(23)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Mamat. dan Nurihsan, Juntika. 2005. Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Press.
Sweeting, R. L. (1990). A value approach to health behavior. Illinois: Human kinestics Books.
Syafiie, Raka M. Frieda. dan Kahija, YF La. (2009). Stop Smoking! ; Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman Mantan Pecandu Rokok Dalam Menghentikan Kebiasaannya [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/10932/1/Jurnal_StopSmoking!.pdf. [31 Maret 2012].
Syamsudin, Abin. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Trim, B. (2006). Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: RosdaKarya.
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
______, Larangan Menyeluruh terhadap Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok. [Online]. Tersedia: www.ino.searo.who.int/.../Tobacco_Initiative_Bab_7-Larangan_Men.... [5 Desember 2012].
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis data dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang paling banyak merokok berada pada fase remaja madya dengan sebagian besar usia awal mereka merokok pada fase remaja awal. Siswa merokok yang lebih besar adalah siswa laki-laki dan setengah dari mereka berada pada tahap becoming a smoker, ini berarti bahwa rata-rata siswa tersebut telah mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per hari dan memiliki kecenderungan untuk menjadi perokok.
Tipe perokok siswa yang paling besar berada pada tipe perokok ringan, yaitu yang menghisap rokok sebanyak ≤ 10 batang dalam sehari. Sebagian dari mereka merasa nyaman merokok bersama dengan para perokok lainnya dan umumnya mereka masih menghargai orang lain dalam melakukan perilaku merokoknya. Berdasarkan rasa rokok, sebagian besar siswa merokok dengan rasa original, rokok putih, dan rokok yang berfilter. Malam hari merupakan waktu yang paling banyak digunakan siswa untuk merokok dan kebanyakan dari mereka melakukannya ketika berkumpul bersama teman.
Faktor pengaruh teman adalah yang paling tinggi. Mereka merokok karena ingin melepaskan diri dari kebosanan. Motif siswa merokok yang paling tinggi adalah untuk mengurangi rasa tegang atau kecemasan. Dampak negatif dari merokok lebih banyak siswa miliki sebagai pengetahuan mereka dibandingkan dengan kepercayaan mereka. Jadi, sebenarnya mereka lebih banyak mengetahui dibandingkan mempercayai dampak negatif dari merokok. Pengetahuan yang paling banyak diketahui oleh siswa adalah merokok dapat membuat kesehatan mereka terganggu.
(2)
B. Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan dan beberapa temuan penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi-rekomendasi sebagai berikut:
1. Bagi Pihak Sekolah
Sekolah direkomendasikan untuk lebih dapat memfasilitasi akan terlaksananya program intervensi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Selain itu, peraturan sekolah mengenai pelarangan merokok di lingkungan sekolah juga harus lebih ditingkatkan lagi dengan melibatkan seluruh personil sekolah.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Guru bimbingan dan konseling direkomendasikan untuk dapat melaksanakan strategi pengelolaan diri yang telah disusun dan dijadikan referensi untuk mereduksi perilaku merokok siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini memiliki keterbatasan baik dalam proses maupun hasilnya. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:
a. menggunakan metode penelitian eksperimen agar diketahui keefektivitasan dari strategi yang dirancang. Selain itu, metode penelitian eksperimen dengan menggunakan single subject design atau perlakuan yang diberikan hanya pada satu individu saja juga dapat dilakukan agar pola perubahan perilaku pada siswa terlihat jelas.
b. menggunakan desain penelitian yang lain yaitu studi kasus untuk mendapatkan hasil penelitian yang mendalam. Selain itu, dengan studi kasus dapat menghasilkan gambaran yang terorganisasikan dengan baik dan lengkap mengenai perilaku merokok siswa.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Syamsul. (2008). Metroseksual [online]. Tersedia: http://www.ipin4u.esmartstudent.com/mapres.htm. [11 Mei 2012].
Asrori, M. (1995). Strategi Pengelolaan Diri untuk Pengembangan Proaktivitas Remaja dengan Menggunakan Model Cormier dan Cormier. Disertasi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Astuti, Kamsih. (2007). Jurnal Riset Daerah. [Online]. Tersedia: http://www.google.com [23 Februari 2012].
Brahmana, Karina M. (2009). Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Dewasa Muda Dalam Mengambil Keputusan Mengkonsumsi Rokok (Jenis Lights Atau Non Lights). [Online]. Tersedia: http://akademik.nommensen-id.org/portal/public.../8_Karina_B.doc. [16 Oktober 2012].
Brigham, J.C. (1991). Social Psychology. New York: Harper Collingns Publisher Inc.
Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies for Helpers. Second Edition, Montery, California: Brooks/Code Publ. Co.
Effendi, M. (2005). Penggunaan Cognitive Behavior Therapy untuk Mengendalikan Kebiasaan Rokok di Kalangan Siswa melalui Pengingkatan Perceived Self-Efficafy Berhenti Merokok. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No. 056, Tahun ke-11 [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/11560501.pdf. [29 November 2012].
Fauzan, Lutfi. (1992). Pengubahan Kebiasaan Belajar Siswa SMA dengan Siasat Kelola Diri. Malang: Tesis S2 FPS IKIP Malang.
Fidiyanti, Risma. (2009). Penggunaan Teknik Assertive Training Untuk Mereduksi Kebiasaan Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Fitri, Fauzia. (2011). Hubungan Antara Stres Dengan Perilaku Merokok pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia. Skripsi Program Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.
Gatchel, R. J. (1989). An Introduction to Health Psychology. New York: Mc Graw-Hill Book Company.
(4)
Geldard, K & Geldard D. (2011). Konseling Remaja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hurlock, E. (2004). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepenjang rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Ilfiandra. (2008). Model Konseling Kognitif-Perilaku untuk Mengurangi Prokrastinasi Akademik Mahasiswa. Disertasi BK Sekolah Pascasarjana UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Kaplan, Robert M., Sallis, James F., Patterson, Thomas L. (1993). Health and Human Behavior. New York: McGraw-Hill Inc.
Khairun, Deasy Yunika. (2011). Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Komalasari, D. dan Helmi, A.F. (2000). Faktor-faktor Penyebab Perilaku
Merokok Pada Remaja [Online]. Tersedia:
http://avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perilakumerokok_avin.pdf. [15 Februari 2012].
Krasnegor, Norman A. (1979). The Behavioral Aspects of Smoking. [Online]. Tersedia: http://archives.drugabuse.gov/pdf/monographs/26.pdf. [12 Agustus 2012].
Leventhal, Howard & Cleary, Paul D. (1980). The Smoking Problem: A Review of the Research and Theory in Behavioral Risk Modification. Psychological Bulletin, 80(2): 370-405.
Levy, M.R. (1984). Lyfe and Health. New York: Random House.
Mutadin, Zainun. 2002. Artikel: Remaja & Rokok [online]. Tersedia: http://www.epsikologi.com/remaja.050602.htm. [31 Maret 2012].
Mutia, Riska. (2010). Layanan Responsif Berbasis transteoritical Model Untuk Mereduksi Perilaku Merokok Pada Remaja. Skripsi Jurusan PPB FIP UPI Bandung. Tidak Diterbitkan.
Muzdalipah, E. Wanita Merokok Korban Bualan Iklan. [online]. Tersedia: http://www.witt-online.org/en_fact-9.php. [31 Maret 2012].
Nasution, Indri Kemala. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. [Online]. Tersedia: http://usu.ac.id. [28 Februari 2012].
(5)
Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurihsan, Juntika. (2002). Pengantar Bimbingan dan Konseling. Bandung: PPB FIP UPI.
Nurihsan, Juntika. (2005). Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama.
Oskamp, Stuart. (1984). Applied Social Psychology. Englewood Cliffts, New Jersey: Prentice Hall.
Papalia, D.E., & Olds, S.E (1998). Human Development. (7th ed). New York: McGraw-Hill Inc.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.
Riduwan. (2011). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rif’an, Ahmad Rifa’i. (2010). Merokok Haram. Jakarta: Republika.
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Santrock, Jhon W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Sarafino, Edward P. (1998). Health Psychology: Biopsycholosocial Interactions. (3rd ed). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Sequerra et al. (2004). Smoking Cessations in adolescents: The role of nicotine dependence, stress, and coping methods: Archieves of Pediatrics and Adolescent Mediicine. Chicago. [online]. Tersedia: http://www.proquest.com [16 Agustus 2012].
Sianturi, G. (2003). Merokok dan Kesehatan. Jakarta.
Silalahi, Ulber. (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
Sitepoe, M. (2000). Usaha Mencegah Bahaya Merokok. Jakarta: Gramedia.
(6)
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Supriatna, Mamat. dan Nurihsan, Juntika. 2005. Pendidikan dan Konseling di Era Global dalam Perspektif Prof. Dr. M. Djawad Dahlan. Bandung: Rizqi Press.
Sweeting, R. L. (1990). A value approach to health behavior. Illinois: Human kinestics Books.
Syafiie, Raka M. Frieda. dan Kahija, YF La. (2009). Stop Smoking! ; Studi Kualitatif Terhadap Pengalaman Mantan Pecandu Rokok Dalam Menghentikan Kebiasaannya [Online]. Tersedia: http://eprints.undip.ac.id/10932/1/Jurnal_StopSmoking!.pdf. [31 Maret 2012].
Syamsudin, Abin. (2004). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Trim, B. (2006). Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganeca Exact.
Walgito, Bimo. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.
Yusuf, Syamsu. (2001). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: RosdaKarya.
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu. (2007). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
______, Larangan Menyeluruh terhadap Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok.
[Online]. Tersedia: www.ino.searo.who.int/.../Tobacco_Initiative_Bab_7-Larangan_Men.... [5 Desember 2012].