PERBANDINGAN HASIL LOB FOREHAND DALAM BULUTANGKIS MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN MEDIA RAKET DI SDN BUAHDUA II KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG.

(1)

PERBANDINGAN HASIL LOB FOREHAND DALAM BULUTANGKIS MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN MEDIA RAKET DI

SDN BUAHDUA II KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Wawan Ridwan

1003772

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR PROGRAM PENJAS S1 KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PERBANDINGAN HASIL LOB FOREHAND DALAM BULUTANGKIS MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN MEDIA RAKET DI

SDN BUAHDUA II KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

Oleh Wawan Ridwan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Pendidikan Guru Sekolah Dasar Pendidikan Jasmani

© Wawan Ridwan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERBANDINGAN HASIL LOB FOREHAND DALAM BULUTANGKIS MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN MEDIA RAKET DI

SDN BUAHDUA II KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG

WAWAN RIDWAN 1003772

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Dr. Herman Subarjah, M. Si NIP. 196009181986031003

Pembimbing II,

Dewi Susilawati, M.Pd. NIP. 197803102008122001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGDS S1 Penjas UPI Kampus Sumedang

Drs. Respaty Mulyanto, M.Pd NIP. 195905021988031002


(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSEMBAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iii

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Istilah ... 7

BAB II STUDI LITERATUR A. Karakteristik Permainan Bulutangkis ... 8

B. Tahapan Belajar Gerak ... 9

C. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 11

D. Teknik Dasar Permainan Bulutangkis ... 11

E. Pembelajaran Lempar Shuttlecock dan Media Raket ... 12

F. Analisi Teknik Pukulan Lob ... 15

G. Komponen Kondisi Fisik Pada Teknik Pukulan Lob ... 21

H. Asumsi dan Pemikiran ... 23

I. Penelitian yang Relevan ... 23

J. Hipotesis ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 25

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 26

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

D. Instrumen Penelitia ... 28


(5)

1. Analisis Data Kuantitatif ... 50

2. Analisis Perbandingan Lob Forehand Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 75


(6)

3.1 Jadwal Penelitia ... 28

3.2 Lembar Tes Gerak Dasar Lob Forehand Bulutangkis... 30

3.3 Program Latihan ... 33

3.4 Alur Penelitan... 44

4.1 Data Hasil Pretes Keterampilan Proses Sain Siswa Kelas Eksperimen ... 69

4.2 Data Hasil Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Kontrol ... 70

4.3 Uji Normalitas Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa ... 71

4.4 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Keterampilan Proses Sains Siswa... 75

4.1 Data Hasil Pretes Hasil Penggunaan Media Alat Bantu Kelas Eksperimen .... 51

4.2 Data Hasil Pretes Keterampilan Penggunaan Raket Kelas Kontrol ... 52

4.3 Uji Normalitas Data Pretes Hasil Lob forehand Dalam Bulutangkis ... 53

4.4 Uji Perbedaan Rata-Rata Data Pretes Hasil Lob Forehand Dalam Bulutangkis ... 55

4.5 Uji Data Hasil Pretes Penggunaan Media Alat Bantu ... 56

4.6 Data Hasil Postes penggunaan Raket ... 57

4.7 Uji Normalitas Data Postes Hasil Lob Forehand Dalam Blutangkis ... 58

4.8 Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes Media Alat Bantu ... 60

4.9 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Lob Forehand Pada Kelas Eksperimen ... 62

4.10 Uji Homogenitas Peningkatan Lob Forehand Pada Kelompok Kontrol ... 63

4.11 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Lob Forehand Kelompok Kontrol .... 64

4.12 Uji Normalitas N-Gain Lob Forehand ... 67

4.13 Uji Perbedaan Rata-rata N-Gain Lob Forehand ... 68


(7)

Gambar Halaman

2.1 Urutan gerakan pukulan overhead lob ... 14

2.2 Sikap Awal dan Akhir Memukul Lob ... 16

2.3 Persiapan Memukul ... 17

2.4 Gerak Lengan Pada Saat Perkenaan ... 18


(8)

1 Program Latihan ... 73

2 Data Hasil Pretes Penggunaan Media Alat Bantu Kelas Eksperimen ... 93

3 Data Hasil Pretes Keterampilan Penggunaan Raket Kelas Kontrol ... 94

4 Data Hasil Postes Penggunaan Media Alat Bantu ... 95

5 Data Hasil Postes Penggunaan Raket ... 96

6 Data Tes Hasil Lob Forehand Kelas Eksperimen ... 97

7 Data Tes hasil lob forehand Kelas Kontrol ... 98

8 Uji Normalitas Data Pretes Hasil Lob Forehand ... 99

9 Uji Perbedaan Rata-rata Data Pretes Lob Forehand ... 100

10 Uji Normalitas Data Postes Lob Forehand ... 101

11 Uji Perbedaan Rata-rata Data Postes Lob Forehand ... 102

12 Uji Perbedaan Rata-rata Peningkatan Hasil Lob Forehand Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 103

13 Uji Homogenitas Peningkatatan Lob Forehand Pada Kelompok Kontrol ... 104

14 Uji Perbedaan Rata-rata Peningatan Lob Forehand Pada Kelompok Kontrol 105 15 Uji Normalitas N-gain Lob Forehand ... 106

16 Uji Perbedaan Rata-rata N-gain Lob Forehand ... 107


(9)

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia membutuhkan bimbingan dalam memilih untuk mengetahui yang baik dan buruk untuk dirinya. Manusia Pendidikan dapat dikatakan suatu proses untuk mengubah seseorang menjadi dewasa. Menurut Piaget (Sagala,

2006: 1) “Pendidikan sebagai penghubung dua sisi, di satu sisi individu yang

sedang tumbuh dan di sisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang menjadi

tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut”.

Individu akan terus tumbuh dan berkembang sejak lahir kemudian akan menemukan norma-norma yang harus ditaati. Norma merupakan nilai yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengidentifikasi apa yang diwajibkan, diperolehkan, dan dilarang. Pandangan di atas memberikan makna bahwa pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Kini pendidikan dapat di dapatkan di lembaga sekolah, baik formal maupun nonformal salah satunya sekolah dasar.

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pendidikan jasmani merupakan salah satu bagian dari pendidikan itu

sendiri seperti yang dikemukakan oleh Lutan (2001 : 14) “Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan”. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan umum pendidikan.

Seiring dengan berkembangnya zaman, saat ini pendidikan jasmani merupakan sesuatu yang telah menjadi kebutuhan dalam kehidupan manusia yang


(11)

tidak dapat dipisahkan. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan yang tidak hanya bertujuan meningkatkan kemampuan jasmani.

Ada pun ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi aspek-aspek menurut (KTSP: 2006) adalah sebagai berikut:

1. Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi

gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor, manifulati, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulutangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya.

2. Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen

kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya.

3. Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat,

ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya.

4. Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic,

serta aktivitas lainnya.

5. Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan

bergerak di air, dan renang serta aktifitas lainnya.

6. Pendidikan luar kelas meliputi: piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan,

berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung.

7. Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan

sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek.

Selanjutnya Suherman (2000: 1) mengatakan:

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai perkembangan individu secara menyeluruh. Namun perolehan keterampilan dan perkembangan individu itu juga sekaligus sebagai tujuan. Melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Oleh karena itu tidaklah heran banyak yang mengatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan menyeluruh dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik.

Seperti yang dikatakan diatas melalui pendidikan jasmani, siswa disosialisasikan ke dalam aktivitas jasmani termasuk keterampilan berolahraga. Perkembangan prestasi olahraga di Indonesia kini makin pesat, salah satunya cabang olahraga bulutangkis. Saat ini bulutangkis sangat popular di masyarakat. Perlu ada generasi baru agar prestasi olahraga ini tetap dapat dipertahankan dan


(12)

ditingkatkan. Maka dari itu bulutangkis harus tetap disosialisasikan agar muncul peminat baru yang akhirnya menciptakan atlet berprestasi yang baru. Di Indonesia bulutangkis telah masuk pada kurikulum sekolah, mulai dari SD, SMP dan SMA. Oleh karena itu, ini merupakan salah satu jalan dan kesempatan untuk mengenalkan bulutangkis pada masyarakat khususnya anak SD.

Pengetian bulutangkis menurut Subardjah (2000 : 13):

Permainan bulutangkis merupakan permainan yang bersifat individual yang dapat dilakukan dengan cara satu orang melawan satu orang atau dua orang melawan dua orang. Permainan ini menggunakan raket sebagai alat pemukul dank ok sebagai objek pukul, lapangan permainan berbentuk segi empat dibatasi oleh net untuk memisahkan antara daerah permainan sendiri dengan permainan lawan.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada gerak dasar lob forehand. Untuk menguasai gerak dasar lob forehand ini, seseorang harus memahami betul cara yang benar. Maka dari itu guru hendaknya menjelaskan dan mendemonstrasikan bagaimana gerakan lob forehand yang benar.

Dalam meningkatkan bulutangkis di sekolah dasar guru dituntut untuk dapat mengelola kegiatan pembelajaran dengan baik. Bulutangkis merupakan salah satu cabang olahraga pilihan yang ada dalam kurikulim SD. Maka guru harus dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dapat menarik minat siswa dan dapat mencapai hasil belajar siswa yang diharapkan.

Mengingat siswa SD adalah anak-anak yang masih senang bermain, maka pembelajaran dapat dikemas menjadi bentuk permainan sehingga anak bisa lebih tertarik untuk mengikuti pembelajaran. Anak akan lebih senang jika perkenalan dengan hal yang baru, agar tidak bosan. Selain itu aktivitas bermain yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologi anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan manuju dunia orang dewasa. Pada umumnya siswa tingkat sekolah dasar belum memiliki kemampuan untuk melakukan pukulan lob

forehand yang baik. Maka diperlukan berbagai variasi model pembelajaran lob forehand sehingga dapat meningkatkan motivasi dan kemampuan siswa dalam

pencapaian hasil belajar pukulan lob forehand dalam bulutangkis. Pembelajaran gerak dasar pukulan lob forehand merupakan keterampilan yang harus dikuasai


(13)

siswa khususnya siswa sekolah dasar. Apabila gerak dasar lob forehand telah dapat dikuasai maka selanjutnya siswa dapat meningkatkan kemampuannya untuk menguasai teknik lainnya yang lebih kompleks.

Siswa SDN Buahdua II memiliki minta yang tinggi terhadap pelajaran penjas. Hal ini merupakan modal yang utama dalam belajar khususnya pendidikan jasmani. Permainan bulutangkis saat ini begitu popular di kehidupan masyarakat

Indonesia. Banyak atlet-atlet bulutangkis Indonesia yang berprestasi

mengharumkan Negara Indonesia.

Permainan bulutangkis telah dikenal di SDN Buahdua II, namun dilihat dari hasil belajarnya ternyata banyak siswa yang belum mencapai batas tuntas. Hal ini dikarenakan oleh beberapa masalah yang berasal dari guru dan siswa. Kinerja guru dan siswa pada saat pembelajaran belum optimnal. Berdasarkan hasil pengamatan pada saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru melakukan pembelajaran permainan bulutangkis secara konvensional, sehingga kurang bervariasi dan inovatif. Selain itu guru kurang dalam memberikan penjelasan materi sehingga anak kurang mengetahui bagaimana gerakan lob

forehand yang benar.

Bulutangkis dapat dikatakan permainan yang mahal karena untuk dapat bermain bulutangkis dibutuhkan peralatan dan perlengkapan seperti raket,

shuttlecock dan lapangan. Fasilitas tersebut tentu membutuhkan biaya yang

lumayan besar apabila untuk dipenuhi oleh lembaga sekolah dasar.

Sarana dan prasarana untuk pembelajaran penjas di sekolah dasar terkadang masih belum lengkap. Begitu pula halnya di SDN Buahdua II, sarana dan prasarana untuk pembelajaran bulutangkis masih minim. Oleh karena itu, pelajaran ini jarang sekali diajarkan mengingat tidak semua siswa mempunyai peralatan bulutangkis. Hal tersebut menimbulkan pemikiran bahwa dalam mengajarkan bulutangkis merupakan hal yang sulit, karena fasilitasnya kurang mendukung.

Siswa SDN Buahdua II hanya sedikit saja yang memiliki raket, adapun yang memiliki raket merupakan milik orangtua atau keluarga siswa yang suka bermain bulutangkis. Jadi hanya orang-orang tertentu saja yang memiliki


(14)

peralatan olahraga. Apabila peralatan untuk bermain sedikit, sedangkan jumlah siswa banyak, maka waktu belajar pun tidak akan cukup untuk pembelajaran. Daya dukung di sekolah pun akhirnya menjadi salah satu faktor masalah dalam pembelajaran.

Sekolah Dasar Negeri Buahdua II memang tidak memiliki lapangan bulutangkis yang standar, namun di lingkungan sekitar sekolah ada gor milik desa yang di dalamnya terdapat lapangan bulutangkis. Gor tersebut dapat digunakan jika tidak lapangannya tidak dipakai, namun peralatan yang digunakan khususnya raket hanya mengandalkan segelintir siswa yang memiliki raket. Dengan keadaan seperti ini siswa kurang memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengalaman gerak yang akhirnya pengalaman gerak dasar lob forehand siswa pun rendah.

Metode pembelajaran yang dilakukan di SDN Buahdua II cenderung konvensional. Hal ini menyebabkan siswa kurang memahami teknik dasar yang benar dalam bulutangkis, misalnya pada gerakan pukulan lob forehand. Siswa melakukan pukulan lob forehand dengan gerakan lengan yang salah, sehingga berpengaruh pada hasil pukulan lob forehand.

Kesulitan siswa pada saat meningkatkan gerak dasar lob forehand adalah melakukan gerakan yang teratur yang akhirnya menyebabkan pukulan siswa banyak yang meleset, pelan atau tidak terarah. Umumnya, kebanyakan siswa tidak memukul secara lepas, jadi ditahan. Akhirnya timbul pemikiran siswa bahwa permainan bulutangkis itu sulit dikuasai.

Gerak lanjut atau follow through dalam gerakan forehand juga tidak dilakukan dengan baik oleh siswa. Padahal, gerakan ini sederhana dan sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Menyiasati hal ini maka penulis membuat suatu rencana tindakan yang dikemas dalam bentuk yang lebih sederhana agar perlahan-lahan siswa dapat menguasai dari hal yang mudah ke arah yang lebih sulit.

Meningkatkan gerak dasar lob forehand ini dikemas dalam bentuk permainan yaitu lempar shuttlecock dan membandingkanya dengan media yang menggunakan raket melalui media tali dengan tujuan dapat memberikan suasana baru dalam meningkatkan bulutangkis khususnya gerak dasar lob forehand,


(15)

karena itu peneliti ini diberi judul “Perbandigan Hasil Lob forehand Dalam Bulutangkis Menggunakan Lempar Shuttlecock Dengan Media Raket Di SDN

Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang tersebut di atas maka dapat dirumaskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah latihan menggunakan lempar shuttlecock berpengaruh terhadap hasil

pukulan lob forehand siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang?

2. Apakah latihan menggunakan media raket berpengaruh terhadap hasil pukulan

lob forehand siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten

Sumedang?

3.Apakah terdapat perbedaan hasil pukulan lob forehand antara kelompok yang

berlatih menggunakan lempar shuttlecock dan yang menggunakan media raket pada siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang?

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan masalah yang dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Ingin mengetahui pengaruh lempar shuttlecock terhadap hasil pukulan lob

forehand siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

2.Ingin mengetahui pengaruh media raket terhadap hasil pukulan lob forehand

siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang.

3.Ingin mengetahui berapa perbedaan hasil lob forehand antara kelompok yang

berlatih dengan menggunakan lempar shuttlecock dan kelompok yang berlatih dengan menggunakan media raket.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:


(16)

1. Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan keilmuan mengenai besarnya perbedaan hasil lob forehand antara kelompok yang berlatih dengan menggunakan lempar shuttlecock dan kelompok yang menggunakan media raket. 2. Secara praktis dapat dijadikan acuan bagi para pelatih, guru pendidikan jasmani, pembinda olahraga, serta bagi siswa itu sendiri untuk meningkatkan hasil

lob forehand.

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan agar dalam pelaksanaannya lebih terarah pada tujuan. Adapun batasan istilah

1. Bulutangkis adalah suatu bentuk olahrga permainan yang di lakukan oleh dua

orang pada pertandingan tunggal atau 4 orang pada pertandingan ganda dengan menggunakan shuttlecoock atau kok yang berupa rangkaian bulu yang ditata dalam sepotong gabus sebagian bolanya, raket sebagai alat pemukul, dan dilakukan pada sebidang lapangan. Widiyanto (2008: 16).

2. Shuttlecock adalah bola yang digunakan dalam bulutangkis, terbuat dari

rangkaian bulu angsa yang disusun membentuk kerucut terbuka dengan pangkal berbentuk setengah bola yang terbuat dari gabus. Dalam pertandingan atau latihan. Widiyanto (2008:16).

3. Lempar yaitu melempar, melontar atau membuang sesuatu. (Kamus Umum

Bahasa Indonesi 1994: 796).

4. Raket pada masa lalu hingga pada tahun 1970-an, raket masih terbuat dari

kayu, baik raket yang gagang maupun kepala raketnya. Namun, raket sekarang pada umumnya dibuat dengan menggunakan bahan grafit, meskipun masih banyak yang dibuat dengan menggunakan bahan alumunium atau besi ringan.

5. Forehand adalah dilakukan dengan cara berdiri dengan rileks, tempatkan

posisi badan sedemikian rupa di belakang kok, salah satu kaki di depan, berat badan di belakang. Kok dipukul di atas kepala dengan mengayunkan raket ke depan atas dan meluruskan lengan. Subardjah (2000: 46).


(17)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen di mana terdapat dua kelompok yang akan dibandingkan, yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dipilih dengan cara random. Penelitian eksperimen bertujuan untuk melihat hubungan sebab-akibat dari perlakuan variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian eksperimen peneliti melakukan manipulasi terhadap variabel bebas, kemudian diamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat.

Menurut Maulana (2009: 23) syarat yang harus dipenuhi dalam penelitian eksperimen adalah sebagai berikut:

a. Membandingkan dua kelompok atau lebih;

b. Adanya kesetaraan (ekuivalensi) subjek-subjek dalam

kelompok-kelompok yang berbeda. Kesetaraan ini biasanya dilakukan secara

random;

c. Minimal ada dua kelompok/kondisi yang berbeda pada saat yang sama,

atau satu kelompok tetapi untuk dua saat berbeda;

d. Variabel terikatnya diukur secara kuantitatif atau dikuantitatifkan;

e. Menggunakan statistika inferensial;

f. Adanya kontrol terhadap variabel-variabel luar (extraneous variables);

g. Setidaknya terdapat satu variabel bebas yang dimanipulasikan.

Tujuan eksperimen adalah untuk menemukan faktor-faktor sebab akibat, karena itu di dalam eksperimen peneliti bertemu dengan dinamika hubungan antar variabel. "Dari uraian di atas dijelaskan mengenai perlunya suatu variabel yang dicobakan. Variabel yang dicobakan dalam penelitian ini adalah bentuk latihan lempar shuttlecock dan media raket terhadap keterampilan pukulan lob dalam permainan bulutangkis.

Pada kedua kelompok tersebut diberikan pretes untuk menentukan kesetaran kemampuan awal subjek yang akan diteliti. Pada kelompok eksperimen diberikan latihan lempar shuttlecock, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan latihan langsung dengan media raket. Pada akhir tindakan, diberikan postes pada


(18)

hasil peningkatan kemampuan lob forehand bulutangkis.

Dalam penelitian ini desain yang digunakan adalah pretest-posttest control

group design. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa pada materi

erosi dan pencegahannya sebelum dan sesudah diberi perlakuan, maka kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi pretes dan postes dengan soal yang sama. Desain penelitian yang digunakan menurut Sugiyono, (2007: 112) sebagai berikut :

Keterangan :

R = kelompok yang dipilih secara random

O1 = pretes untuk kelompok eksperimen

O2 = postes untuk kelompok eksperimen

O3 = pretes untuk kelompok kontrol

O4 = postes untuk kelompok kontrol

X = perlakuan berupa pembelajaran bulutangkis dengan menggunakan

lempar shuttlecock dan media raket pada kelompok eksperimen.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Proses penelitian memerlukan suatu populasi sebagai sumber data dari seluruh bahan atau elemen yang diselidiki. Dalam hal ini Anggoro (2007: 4.2)

menjelaskan sebagai berikut: “Populasi adalah himpunan yang lengkap dari

satuan-satuan atau individu-individu yang karakteristiknya ingin kita ketahui”.

Sejalan dengan hal tersebut Maulana (2009: 25) mengemukakan bahwa populasi adalah

a. Keseluruhan subjek atau objek penelitian.

R O

1

X O

2


(19)

memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetepkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

c. Seluruh data yang menjadi perhatian dalam lingkup dan waktu

tertentu.

d. Semua anggota kelompok orang, kejadian, atau objek lain yang telah

dirumuskan secara jelas.

Sugiyono (2007: 117) juga memaparkan bahwa “populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: objek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya.”

Jadi berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi merupakan suatu wilayah yang dilakukan untuk melakukan penelitian. Populasi yang akan digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa di Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang tahun ajaran 2013/2014.

2. Sampel

Setelah diketahui populasi maka untuk memudahkan penelitian di cari sampel terlebih dahulu. Menurut Sugiono (2007: 117) mengemukakan bahwa

“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut.” Sedangkan menurut Anggoro memaparkan bahwa “Sampel adalah sebagai anggota populasi yang memberikan keterangan atau data yang diperlukan

dalam suatu penelitian.” Dan sejalan dengan yang dikemukakan Maulana bahwa

“Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang di teliti.” Dari ketiga

pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa sampel merupakan suatu bagian dari jumlah populasi. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang yang berjumlah 60 siswa.30 siswa sebagai kontrol dan 30 siswa sebagai eksperimen.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SDN Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang dimulai pada hari sabtu, 15 Maret 2014 sampai 13 April 2014.


(20)

Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

Desember Januari Februari Matret April Mei Juni

1 Penyusunan

Proposal

2 Seminar

Proposal

3 Perbaikan

Proposal

4 Pelaksanaan

Penelitian

5 Tes Awal

6 Program

Latuhan

7 Tes akhir

8 Pengolahan dan Analisis Data 9 Penyusunan dan revisi Skripsi

10 Sidang

Skripsi

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data kuantitatif. Data kuantitatif di ambil dari hasil tes awal dan tes akhir. Tes yang akan dilakukan yaitu tes lob forehand bulutangkis. Tes ini bertujuan agar testee tidak salah dalam melakukan tes yang sesungguhnya, sehingga dalam pelaksanaannya benar-benar dipahami. Untuk itu kepada setiap testee diberikan kesempatan untuk mencoba tes pukulan lob. Adapun prosedur pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

1. Alat yang digunakan :

a. Raket


(21)

d. Formulir catatan hasil dan alat tulis

2. Pelaksanaan tes

a. Teste berdiri di salah satu petak servis, untuk kemudian melakukan servis

ke arah pemain pengumpan.

b. Kemudian pemain yang bertugas mengumpan, memukul shuttlecock untuk

diumpankan ke arah test.

c. Teste memukul shuttlecock dengan teknik pukulan lob.

d. Teste diberi kesempatan memukul shuttlecock dengan teknik pukulan lob.

3. Petunjuk Pelaksanaan

a. Sebelum memulai tes, siswa harus udah memahami cara pelaksanaan tes. b. Sebelum melakukan tes siswa melakukan pemanasan terlebih dahulu. c. Pelaksanaan tes dilakukan secara begantian.

d. Siswa harus mematuhi peraturan yang berlaku. 4. Petugas Tes

a. Petugas tes harus mengetahui cara dan peraturan melakuakan tes.

b. Petugas mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan tes.

c. Sebelum melakukan tes petugas menjelaskan kembali tentang cara melakukan tes dan peraturan yang harus dituruti.

5. Tahap Pelaksanaan

a. Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan pukulan lob forehand. b. Siswa melakukan tes secara bergantian.

c. Hasil yang diambil adalah gerakkan lob forehand yang benar 6. Tahap Analisis Data

Pada dasar ini dilakukan analisis data dan membuat kesimpulan. Analisis data yang dilakukan yaitu dengan melakukan uji normalitas, uji homogenitas, uji beda rata-rata, dan kemudian membuat tafsiran dan penarikan kesimpulan.


(22)

Lembar Tes Gerak Dasar Lob Forehand Bulutangkis

No Nama Siswa

Aspek Yang Dinilai

Skor Nilai

Kriteria

Awalan Perkenaan Lanjutan

B C K

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1. Agung. G 2. Ajidin 3. Anisa Siti M 4. Arrayhan 5. Atep 6. Bayu. R. P 7. Caerul. R 8. Chaerul Hamdan 9. Chepy Hardi 10. Darin. N 11. Denri 12. Desynta. M 13. Eka 14. Elsa 15. Fahrul 16. Galih Firdaus 17. Gema. G 18. Gian. S 19. Gilang. M 20. Gin gin. P 21. Hardiani 22. Imam Akbar 23. Intan Ruraeni 24. Irsyad 25. Jamaudin 26. Krisna 27. Lita 28. M. Abdullah 29. M. Ikhsan 30. M. Ridwan 31. M. Tedi 32. Melinda 33. Mely

34. Muhammad Reza 35. Mulyadi 36. Nadila 37. Nadila Ayu. F 38. Neli Nuraeni 39. Nurani Nur


(23)

No Nama Siswa Awalan Perkenaan Lanjutan Skor Nilai

B C K

1 2 3 1 2 3 1 2 3

40. Nurhalimah 41. Nurwulan 42. Pirla. S 43. Rudi

44. Sella Anggraeni 45. Septi

46. Silpia 47. Sri Novita 48. Susan Rismawati 49. Susi Susilawati 50. Taufik. M 51. Tegep 52. Tika Rosita 53. Tini Wartini 54. Topan Agriana 55. Tristan. S. D 56. Vivi. T 57. Yanti Nurlaela 58. Yoga Sutisna 59. Zaenal Febrian 60. Zamzam. Z Jumlah

Persentase (%)

Nilai = Skor yang didapat X 100%

Skor Ideal Deskriptor

1. Sikap Kaki

a. Sikap awal = posisi kaki terbuka kiri di depan dan kaki

kanan berada di belakang.

b. Sikap saat memukul = kaki kanan melangkah ke depan.

c. Sikap akhir = posisi kedua kaki berpindah tempat kaki

kiri berada di belakang dan kaki kanan berada di depan.


(24)

dengan ketiak terbuka.

b. Sikap saat memukul = lengan diayun ke depan dari bengkok

hingga mendekati lurus.

c. Sikap akhir = lengan lepas mengikuti gerak lanjut ke

arah samping kiri badan.

3. Sikap Badan

a. Sikap awal = posisi badan menyamping terhadap net,

berat badan bertumpu di kaki belakang.

b. Sikap saat memukul = badan diputar 180 derajat, berat badan

dipindahkan berada diantara kaki depan dan belakang.

c. Sikap akhir = berat badan pindah ke depan bertumpu di

kaki depan.

Kriteria Penilaian:

3 = Jika semua poin dapat dicapai

2 = Jika hanya ada dua poin yang dicapai


(25)

Tabel 3.3 Program Latihan

Pertemuan Hari Materi Latihan

Waktu

1 Sabtu Tes Awal Pukulan Lob Bulutangkis Pk. 13. 30

s. d selesai

2 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

3 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.


(26)

1. Stretching 2. Koreksi

4 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

5 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi


(27)

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

7 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

8 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi 3. Peregangan dinamis


(28)

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

9 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

10 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.


(29)

yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

11 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

12 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.


(30)

1. Stretching 2. Koreksi

13 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging sambil bernyanyi-nyanyi

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

14 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

15 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis


(31)

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

16 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

17 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung


(32)

selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

18 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Bernyanyi sambil meniru gerakan binatang

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

19 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Bernyanyi sambil meniru gerakan binatang

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi


(33)

1. Peregangan statis

2. Bernyanyi sambil meniru gerakan binatang

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

21 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Bernyanyi sambil meniru gerakan binatang

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

22 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.


(34)

jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

23 Selasa A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..

60 menit

C. Penutup 1. Stretching 2. Koreksi

5 menit

24 Kamis A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan lepar shuttlecock yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan lempar shuttlecock yang langsung berpasangan selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set.


(35)

1. Stretching 2. Koreksi

25 Sabtu A. Pendahuluan

1. Peregangan statis

2. Jogging 10 keliling lapangan bulutangkis 3. Peregangan dinamis

15 menit

B. Latihan inti

Sampel dibagi menjadi dua regu untuk melakukan pukulan langsung

menggunakan media raket yang saling berpasangan.

Setiap pasangan saling berhadapan dengan jarak ± 5 meter.

Sampel melakukan pukulan langsung berpasangan menggunakan media raket selama 1 set, dengan waktu selama 30 menit dan waktu istirahat selama 5 menit disetiap setengah set..


(36)

Alur Penelitian

F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Untuk mengumpulkan data penelitian dilakukan dengan cara

menggunakan tes awal dan akhir. Hal ini digunakan untuk mengetahui kemampuan lob forehand dalam bulu tangkis. Data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu data kuantitatif. Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data yang didapat berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan

Penerapan Pembelajaran Dengan MenggunakanMedia Raket

Penerapan Pembelajaran Dengan Menggunakan Lempar Shuttlecock Populasi

Sampel

Tes Awal Pukulan Lob Bulutangkis

Tes Akhirpukulan Lob Bulutangkis Identifikasi Data

Kesimpulan Pemgolahan Data


(37)

digunakan uji Lilliefors (Kolmogorov-Smirnov). Dengan taraf signifikansi 5%.Jika kedua data berasal dari distribusi yang normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas.Jika salah satu atau kedua data yang dianalisis tidak berdistribusi normal, maka tidak dilakukan uji homogenitas sedangkan untuk pengujian hipotesis dilakukan uji statistik non parametrik.

Menguji normalitas data dari masing-masing kelas dengan menggunakan

Chi Kuadrat ( ). Menurut Sudjana (Haryanti, 2012), adapun langkah-langkah

mencari ( ), adalah sebagai berikut.

a. Menentukan rentang skor (r), dengan mencari selisih antara skor terbesar

dengan skor terkecil, dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada rumus:

r = skor tertinggi – skor terendah

b. Menentukan banyaknya kelas interval, dapat dihitung dengan persamaan

dasarnya ditunjukan pada rumus:

k = 1 + 3,3 log n

Keterangan:

K = banyak kelas interval 1 = bilangan tetap

3,3 = bilangan tetap Log = logaritma

N = jumlah siswa uji coba

c. Menentukan panjang kelas interval, dapat dihitung dengan persamaan

dasarnya ditunjukan pada rumus sebagai berikut.

Keterangan: P = panjang kelas R = rentang skor K = banyak kelas


(38)

di tabel.

e. Menghitung rata-rata skor, dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada

formula sebagai berikut.

Keterangan :

= rata-rata nilai yang diperoleh siswa

fi = total frekuensi

= skor yang diperoleh siswa uji coba

f. Menghitung simpangan baku, dengan persamaan dasarnya ditunjukan pada

formula sebagai berikut.

Keterangan:

n = jumlah siswa uji coba

s = simpangan baku

fi = total frekuensi

xi = skor yang diperoleh siswa

1 = bilangan tetap

g. Menghitung , dapat dihitung dengan persamaan dasarnya ditunjukkan pada

formula sebagai berikut.

Keterangan:

= Chi kuadrat

Oi = Frekuensi yang diobservasi

Ei = Frekuensi ekspektasi

h. Menentukan derajat kebebasan (dk), dapat dihitung dengan persamaan


(39)

Keterangan:

dk = derajat kebebasan k = banyak kelas interval 3 = bilangan tetap

i. Menentukan nilai tabel dari daftar tabel chi-kuadrat dengan tingkat

kepercayaan 95% (α = 0,05).

j. Membandingkan harga hitung dengan tabel

Untuk menentukan kriteria uji normalitas (X2) menggunakan ketentuan, sebagai berikut.

1) Jika hitung < tabel, maka data tersebut berdistribusi normal.

2) Jika hitung > tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

Untuk menentukan kriteria uji normalitas ( ) menggunakan ketentuan

sebagai berikut.

1) Jika hitung < tabel, maka data tersebut berdistribusi normal.

2) Jika hitung > tabel, maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan tujuan melihat homogenitas atau kesamaan beberapa bagian sampel atau seragam tidaknya variansi sampel-sampel yaitu apakah mereka berasal dari populasi yang sama. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas sebagai berikut.

Merumuskan hipotesis :

: dengan,

= Hipotesis nol = Hipotesis kerja

= Varians kelas eksperimen = Varians kelas kontrol


(40)

Menentukan kriteria pengujian dengan aturan jika h < menerima apabila nilai signifinaksi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan

menolak apabila nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05.

Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan untuk uji perbedaan rata-rata (uji-t).

3. Uji Dua Rerata

Uji dua rerata dilakukan untuk data tes awal, tes akhir yang diperoleh.Uji dua rerata untuk menguji hipotesis menggunakan rumus uji-t setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen.Untuk distribusi data normal tetapi

tidak homogen digunakan uji hipotesis dengan uji-t`.Sementara untuk data yang

tidak berdistribusi normal, uji dua rerata dilakukan dengan uji non-parametrik

Mann-Whitney.

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009: 93).

Keterangan:

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya

= Rata-rata kelompok eksperimen

= Rata-rata kelompok kontrol

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen

= Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol

2

= Variansi kelas eksperimen

2

= Variansi kelas kontrol


(41)

untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima untuk:

Pasangan dan tandingannya yang akan diuji adalah :

: tidak terdapat perbedaan rata-rata pemahaman matematik siswa kelompokeksperimen dan kelompok kontrol

: terdapat perbedaan rata-rata pemahaman matematik siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Meltzer (Rahmawati, dalam Fauzan, 2012) yaitu sebagai berikut:

=

Keterangan :

= gain normal

= skor postes = skor pretes

= skor maksimal

Selain melakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan rumus seperti yang telah dijelaskan, dalam mengolah dan menganalisis data juga dapat menggnunakan cara lain. Cara lain dalam mengolah dan menganalisis data kuantitatif adalah dengan program aplikasi komputer. Program aplikasi komputer yang digunakan yaitu SPSS 16 for Windows.


(42)

70

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan perbandingan hasil latihan lob forehan dalam bulutangkis dengan menggunakan alat bantu dan raket adalah sebagai berikut.

1. Latihan dengan menggunakan alat bantu dapat meninggkatkan lob forehand.

Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok eksperimen yakni 60,67 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa adalah 42,17. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data peningkatan lob forehand pada kelompok eksperimen dengan menggunakan uji U

(Mann-Whitney) dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) senilai 0,000. Karena yang diuji satu arah maka 0,000 dibagi dua,

sehingga hasilnya 0,000. Dengan demikian, untuk uji perbedaan rata-rata

Mann-Whitney lebih kecil nilainya dari (0,05). Maka H0 ditolak, hal

tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata antara nilai pretes dan nilai postes pada kelompok eksperimen atau terjadi peningkatan. Maka dapat disimpulkan penggunaan alat bantu dapat meningkatan lob forehand dalam bulutangkis.

2. Pembelajaran dengan menggunakan raket tidak dapat meningkatkan lob

forehand dalam bulutangkis. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa

pada kelompok eksperimen yakni 43,5 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa adalah 38,67. Serta dilihat dari uji perbedaan rata-rata yang memiliki P-value (sig. 2-tailed) senilai 0,342. Karena yang diuji satu

arah, maka 0,342 dibagi dua sehingga hasilnya 0,171 ≥ (0,05). Berdasarkan

hipotesis bahwa jika nilai P-value (sig. 2-tailed) ≥ (0,05) maka diterima,

hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretes dan nilai postes kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan raket tidak dapat meningkatkan lob forehand dalam bulutangkis.

3. Perbandingan hasil lob forehand dalam bulutangkis dengan menggunakan alat


(43)

dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji U

(Mann-Whitney) dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) senilai 0,007. Dengan demikian, untuk uji perbedaan rata-rata Mann-Whitney lebih keci nilainya dari (0,05). Maka H0 ditolak, hal tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata N-gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol atau bahwa sampel memiliki kemampuan akhir yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan gain yang dinormalisasi (N-gain), rata-rata nilai N-gain untuk kelompok eksperimen adalah 36,57 yang termasuk dalam kriteria sedang, sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata nilainya adalah 24,43yang termasuk dalam kriteria rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan hasil lob forehand dalam bulutangkis dengan menggunakan alat bantu lebih baik secara signifikan dari pada dengan menggunakan raket.

B. Saran

Berdasarkan basil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut,

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bulutangkis hendaknya,

harus memperhatikan komponen- komponen kondisi fisik yang berkualitas dan sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Latihan alat bantu merupakan pendukung tercapainya teknik gerak dasar pukulan lob yang maksimal dalam permainan bulutangkis, Selain memperhatikan faktor kondisi fisik, para pelatih atau pembina olahraga tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya sepertiteknik, taktik, dan mental,

2. Bagi para pemain atau siswa hendaknya lebih mengembangkan kemampuan

endogen yang berupa sistem persyaratan, fungsi fisiologis dan stabilitas emosional yang sesuai dengan tuntunan kebutuban dalam cabang olahraga bulutangkis.

3. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelittan lebih lanjut tantang


(44)

teknik dasar pukulan lob dalam perrnainan bulutangkis, dianjurkan untuk mencoba bentuk-bentuk latihan lainya yang juga dapat meningkatkan kemampuan teknik dasar bulutangkis.


(45)

Asy’ari, muslichach. (2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan

Dengan Benar. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn

Mulyanto, Respaty. (2013), Belajar dan Pembelajaran Penjas.

Hua, Huang. dan Sugeng Aryanto. (2007). Olahraga Kegemaranku Bulutangkis. Kelaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang Kelaten.

Lutan, (2001). Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode, Depdikbud, Dikti, Jakarta.

Subarjah, (2000). Olahraga Pilihan Bulutangkis, Jakarta : Depdikbud.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman Adang. Permainan Bulutangkis. Jakarta: Depdikbud.

Sutono, IR. (2007). Bermain Bulutangkis. Semarang: Aneka Ilmu Semarang. Widiyanto. (2008). Bulu Tangkis. Jakarta: Ganeca Exact.

Yuliana Denis Saputra (2013) Pengaruh Pemberian Simple Feedback terhadap Hasil Belajar

Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam Pembelajaran Bulutangkis.(offline) Tersedia : http:/file.upi.edu. (12 maret 2014)

Ratih Agustina Rahayu (2013). Penerapan Pendekatan Taktis Dalam Upaya Meningkatkan

Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan (Clear Lob). .(offline) Tersedia :

http:/file.upi.edu. (12 maret 2014)

Yuliana Denis Saputra (2013). Pengaruh Pemberian Simple Feedback Terhadap Hasil

Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Pembelajaran Bulutangkis.


(1)

Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil α sebesar 0,05 Menentukan kriteria pengujian dengan aturan jika h < menerima apabila nilai signifinaksi yang diperoleh lebih dari atau sama dengan 0,05 dan menolak apabila nilai signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05.

Jika ternyata kedua variansi homogen, maka dilanjutkan untuk uji perbedaan rata-rata (uji-t).

3. Uji Dua Rerata

Uji dua rerata dilakukan untuk data tes awal, tes akhir yang diperoleh.Uji dua rerata untuk menguji hipotesis menggunakan rumus uji-t setelah mengetahui bahwa data berdistribusi normal dan homogen.Untuk distribusi data normal tetapi tidak homogen digunakan uji hipotesis dengan uji-t`.Sementara untuk data yang tidak berdistribusi normal, uji dua rerata dilakukan dengan uji non-parametrik Mann-Whitney.

Untuk mengetahui perbedaan rata-rata, maka pasangan hipotesis yang akan dibuktikan yaitu dengan uji-t dengan rumus sebagai berikut (Maulana, 2009: 93).

Keterangan:

Jika uji normalitas dan uji homogenitas telah dilakukan, maka selanjutnya = Rata-rata kelompok eksperimen

= Rata-rata kelompok kontrol

= Jumlah siswa ujicoba di kelas eksperimen = Jumlah siswa ujicoba di kelas kontrol 2

= Variansi kelas eksperimen 2

= Variansi kelas kontrol 1 = Bilangan tetap


(2)

49

dilakukan uji perbedaan dua rata-rata atau uji-t. Menurut Maulana (2009 : 93), untuk menguji dan gunakan uji dua arah dengan kriteria uji: terima

untuk:

Pasangan dan tandingannya yang akan diuji adalah :

: tidak terdapat perbedaan rata-rata pemahaman matematik siswa kelompokeksperimen dan kelompok kontrol

: terdapat perbedaan rata-rata pemahaman matematik siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Menghitung peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dengan rumus gain yang dinormalisasi (N-Gain) menurut Meltzer (Rahmawati, dalam Fauzan, 2012) yaitu sebagai berikut:

=

Keterangan :

= gain normal = skor postes = skor pretes

= skor maksimal

Selain melakukan pengolahan dan analisis data dengan menggunakan rumus seperti yang telah dijelaskan, dalam mengolah dan menganalisis data juga dapat menggnunakan cara lain. Cara lain dalam mengolah dan menganalisis data kuantitatif adalah dengan program aplikasi komputer. Program aplikasi komputer yang digunakan yaitu SPSS 16 for Windows.


(3)

70 A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan pengolahan data hasil penelitian pada BAB IV, dapat disimpulkan perbandingan hasil latihan lob forehan dalam bulutangkis dengan menggunakan alat bantu dan raket adalah sebagai berikut.

1. Latihan dengan menggunakan alat bantu dapat meninggkatkan lob forehand. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok eksperimen yakni 60,67 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa adalah 42,17. Dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata data peningkatan lob forehand pada kelompok eksperimen dengan menggunakan uji U (Mann-Whitney) dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) senilai 0,000. Karena yang diuji satu arah maka 0,000 dibagi dua, sehingga hasilnya 0,000. Dengan demikian, untuk uji perbedaan rata-rata

Mann-Whitney lebih kecil nilainya dari (0,05). Maka H0 ditolak, hal

tersebut berarti terdapat perbedaan rata-rata antara nilai pretes dan nilai postes pada kelompok eksperimen atau terjadi peningkatan. Maka dapat disimpulkan penggunaan alat bantu dapat meningkatan lob forehand dalam bulutangkis. 2. Pembelajaran dengan menggunakan raket tidak dapat meningkatkan lob

forehand dalam bulutangkis. Hal ini terlihat dari rata-rata hasil postes siswa pada kelompok eksperimen yakni 43,5 dalam rentang 1-100 dengan rata-rata kemampuan awal siswa adalah 38,67. Serta dilihat dari uji perbedaan rata-rata yang memiliki P-value (sig. 2-tailed) senilai 0,342. Karena yang diuji satu arah, maka 0,342 dibagi dua sehingga hasilnya 0,171 ≥ (0,05). Berdasarkan hipotesis bahwa jika nilai P-value (sig. 2-tailed) ≥ (0,05) maka diterima, hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan rata-rata nilai pretes dan nilai postes kelas kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan raket tidak dapat meningkatkan lob forehand dalam bulutangkis.

3. Perbandingan hasil lob forehand dalam bulutangkis dengan menggunakan alat bantu lebih baik secara signifikan dari pada dengan menggunakan raket


(4)

71

dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil perhitungan perbedaan rata-rata N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji U (Mann-Whitney) dengan taraf signifikansi 0,05 didapatkan nilai P-value (Sig.2-tailed) senilai 0,007. Dengan demikian, untuk uji perbedaan rata-rata

Mann-Whitney lebih keci nilainya dari (0,05). Maka H0 ditolak, hal tersebut

berarti terdapat perbedaan rata-rata N-gain kelompok eksperimen dan kelompok kontrol atau bahwa sampel memiliki kemampuan akhir yang berbeda. Berdasarkan hasil perhitungan gain yang dinormalisasi (N-gain), rata-rata nilai N-gain untuk kelompok eksperimen adalah 36,57 yang termasuk dalam kriteria sedang, sedangkan untuk kelompok kontrol rata-rata nilainya adalah 24,43yang termasuk dalam kriteria rendah. Maka dapat disimpulkan bahwa perbandingan hasil lob forehand dalam bulutangkis dengan menggunakan alat bantu lebih baik secara signifikan dari pada dengan menggunakan raket.

B. Saran

Berdasarkan basil penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai berikut,

1. Bagi para pelatih atau pembina cabang olahraga bulutangkis hendaknya, harus memperhatikan komponen- komponen kondisi fisik yang berkualitas dan sesuai dengan tuntunan kebutuhan cabang olahraganya. Latihan alat bantu merupakan pendukung tercapainya teknik gerak dasar pukulan lob yang maksimal dalam permainan bulutangkis, Selain memperhatikan faktor kondisi fisik, para pelatih atau pembina olahraga tetap memperhatikan aspek-aspek lainnya sepertiteknik, taktik, dan mental,

2. Bagi para pemain atau siswa hendaknya lebih mengembangkan kemampuan endogen yang berupa sistem persyaratan, fungsi fisiologis dan stabilitas emosional yang sesuai dengan tuntunan kebutuban dalam cabang olahraga bulutangkis.

3. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelittan lebih lanjut tantang kontribusi dari latihan menggunakan alat bantu dan media raket terhadap


(5)

teknik dasar pukulan lob dalam perrnainan bulutangkis, dianjurkan untuk mencoba bentuk-bentuk latihan lainya yang juga dapat meningkatkan kemampuan teknik dasar bulutangkis.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, M. Toha. (2007). Metode Penelitian. Jakarta: Depdiknas

Asy’ari, muslichach. (2006). Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat Dalam

Pembelajaran Sains Sekolah Dasar. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006), Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen Penelitian Pendidikan

Dengan Benar. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn

Mulyanto, Respaty. (2013), Belajar dan Pembelajaran Penjas.

Hua, Huang. dan Sugeng Aryanto. (2007). Olahraga Kegemaranku Bulutangkis. Kelaten: PT. Macanan Jaya Cemerlang Kelaten.

Lutan, (2001). Keterampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode, Depdikbud, Dikti, Jakarta.

Subarjah, (2000). Olahraga Pilihan Bulutangkis, Jakarta : Depdikbud.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suherman Adang. Permainan Bulutangkis. Jakarta: Depdikbud.

Sutono, IR. (2007). Bermain Bulutangkis. Semarang: Aneka Ilmu Semarang.

Widiyanto. (2008). Bulu Tangkis. Jakarta: Ganeca Exact.

Yuliana Denis Saputra (2013) Pengaruh Pemberian Simple Feedback terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan dalam Pembelajaran Bulutangkis.(offline) Tersedia : http:/file.upi.edu. (12 maret 2014)

Ratih Agustina Rahayu (2013). Penerapan Pendekatan Taktis Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan (Clear Lob). .(offline) Tersedia : http:/file.upi.edu. (12 maret 2014)

Yuliana Denis Saputra (2013). Pengaruh Pemberian Simple Feedback Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dasar Lob Bertahan Dalam Pembelajaran Bulutangkis. .(offline) Tersedia : http:/file.upi.edu. (12 maret 2014)


Dokumen yang terkait

Studi Morfologi Beberapa Jenis Ikan Lalawak (Barbodes spp) di Sungai Cikandung dan Kolam Budidaya Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang

0 27 64

PENGARUH ALAT BANTU MEDIA GAMBAR DAN AUDIO VISUAL TERHADAP PENGUASAN KETERAMPILAN DASAR LOB BERTAHAN DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS.

1 9 31

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR LARI SPRINT 60 METER PADA SISWA KELAS V SDN NAGRAK I KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG.

0 3 68

PERBANDINGAN MODIFIKASI BOLA BERTALI DENGAN ROKET TERHADAP HASIL PEMBELAJARAN LEMPAR LEMBING DI SDN CIBITUNG KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG.

0 4 33

MENINGKATKAN GERAK DASAR LOMPAT TINGGI GAYA GULING SISI MELALUI MODEL INKUIRI DAN MEDIA (di Kelas V SDN Buahdua I Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang).

1 5 73

PENERAPAN PERMAINAN SULE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELENGKAPI BAGIAN CERITA YANG HILANG (RUMPANG) (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SD Negeri Buahdua II Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang).

0 0 52

MENINGKATKAN GERAK DASAR FOREHAND LOB DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS MELALUI MODIFIKASI ALAT (PenelitianTindakan Kelas Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kejiwan Kecamatan Susukan Kabupaten Cirebon).

1 10 49

PERAN CHANGE AGEN SEBAGAI FAKTOR PENYEBAB KEBERHASILAN PEMBERDAYAAN PEMUDA OLEH KELOMPOK PENANGKARA BIBIT KREATIF MANDIRI DESA BUAHDUA KECAMATAN BUAHDUA KABUPATEN SUMEDANG.

0 0 40

RESPON MORFOMETRI DAS CIKANDUNG TERHADAP STRUKTUR DAERAH GANTAR, KECAMATAN BUAHDUA, KABUPATEN SUMEDANG, PROPINSI JAWA BARAT.

0 0 3

dokumen rpjmdes desa ciawitali kecamatan buahdua kabupaten sumedang1

1 4 48