[SD 1] Panduan Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian di SD.pptx

(1)

PANDUAN TEKNIS

PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

KURIKULUM 2013

DIREKTORAT PEMBINAAN

SEKOLAH DASAR, DITJEN

PENDIDIKAN DASAR,

KEMDIKBUD


(2)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.81A

Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013, menyatakan bahwa Kurikulum 2013 dilakukan secara terbatas dan bertahap mulai Tahun Ajaran 2013/2014.

Sesuai Kurikulum 2013 SD pelaksanakan pembelajaran

tematik terpadu dan prosesnya dengan pendekatan

saintifik. Penerapan pembelajaran tematik terpadu dengan

pendekatan saintifik tersebut membawa implikasi perubahan dalam pembelajaran di SD. Perubahan itu

mengakibatkan perubahan buku peserta didik, buku guru, sistem penilaian, pelaksanaan program remedial,


(3)

Lanjutan :

Buku ini dikembangkan untuk memberi kesempatan

kepada para guru dalam memahami secara mandiri konsep Pendekatan Saintifik pada Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery Learning), Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning), dan Pembelajaran Berbasis Masalah

(Problem Based Learning).

Panduan ini menjadi acuan bagi guru, kepala sekolah,

pengawas, pejabat dinas pendidikan dan orangtua serta masyarakat dalam melaksanakan, mengawal, mendampingi, dan memfasilitasi implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Dengan maksud agar semua pemangku kepentingan

pendidikan dasar memiliki persepsi yang sama dalam pelaksanakan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar, maka dibutuhkan adanya pedoman pelaksanaan pembelajaran yang bersifat teknis.


(4)

B. Landasan Filosofis Kurikulum 2013

UU No. 20/2003 Tentang Sistem Pendidikan

Nasional pada Pasal 1 Butir 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar & terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”.

Undang-undang ini dirumuskan & berlandaskan


(5)

C. Landasan Yuridis Kurikulum 2013

Permendikbud Nomor 71 Tahun 2013 tentang Buku Teks

Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan

Dasar dan Menengah menetapkan Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa (Lampiran I) dan Buku Panduan Guru sebagai buku guru (Lampiran II) yang layak

digunakan dalam pembelajaran. Setiap guru harus memahami baik buku siswa maupun buku guru dan mampu menggunakannya dalam pembelajaran.

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar

Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menetapkan bahwa perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus , Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan penilaian proses pembelajaran

menggunakan pendekatan penilaian outentik

(authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, & hasil belajar secara utuh.


(6)

Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang

Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan, bahwa “Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi, maka

prinsip pembelajaran yang digunakan dari

Pembelajaran Parsial menuju Pembelajaran Terpadu.”.

Pedoman khusus penerapan RPP dalam

pembelajaran adalah pedoman operasional dari pedoman umum pembelajaran yang diatur

dalam permendikbud nomor 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum.

Strategi pelaksanaan kegiatan belajar siswa SD

yang dikehendaki sesuai kurikulum 2013 adalah dengan menerapkan pendekatan tematik

terpadu (Integratif Thematic) dan pendekatan saintifik/ilmiah (Scientific Approach).


(7)

E. Tujuan dan Lingkup Panduan

1. Tujuan Panduan

Tujuan panduan teknis proses pembelajaran tematik terpadu

adalah:

• Agar guru, kepala sekolah, dan pengawas memiliki

pemahaman yang benar tentang pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, dan metode pembelajaran dalam

kurikulum 2013 sekolah dasar.

• Agar guru mampu mengembangkan kegiatan pembelajaran tematik terpadu dengan pendekatan ilmiah.

2. Lingkup Panduan

Lingkup panduan teknis proses pembelajaran ini digunakan oleh:

• Pendidik;

• Kepala sekolah; dan


(8)

KONSEP PEMBELAJARAN TEMATIK

TERPADU

A.Pengertian

Pembelajaran Tematik Terpadu dilaksanakan

dengan menggunakan prinsip pembelajaran terpadu.

Pembelajaran terpadu menggunakan tema

sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang memadukan beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali tatap muka, untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik.


(9)

B. Elemen-elemen Terkait dalam Pembelajaran Tematik Terpadu

Ada sepuluh elemen yang terkait dengan hal ini dan perlu ditingkatkan oleh guru.

1. Mereduksi tingkat kealpaan atau bernilai tambah berpikir reflektif.

2. Memberkaya sensori pengalaman di bidang sikap, keterampilan, dan pengetahuan.

3. Menyajikan isi atau substansi pembelajaran yang bermakna.

4. Lingkungan yang memperkaya pembelajaran.

5. Bergerak memacu pembelajaran (Movement to Enhance Learning).

6. Membuka pilihan-pilihan

7. Optimasi waktu secara tepat

8. Kolaborasi

9. Umpan balik segera


(10)

C. Tahap-tahap Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Menentukan tema.

2. Mengintegrasikan tema dengan kurikulum. 3. Mendesain rencana pembelajaran.

4. Melaksanakan Aktivitas Pembelajaran.

D. Prinsip-prinsip Pembelajaran Tematik Terpadu

• Tema hendaknya tidak terlalu luas dan dapat dengan mudah

digunakan untuk memadukan banyak bidang studi, mata pelajaran, atau disiplin ilmu.

• Tema yang dipilih dapat memberikan bekal bagi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.

• Tema disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik. • Tema harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak,

• Tema harus mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar

• Tema yang dipilih sesuai dengan kurikulum yang berlaku


(11)

E. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu

• Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik.

Tujuan pembelajaran Tematik Terpadu adalah :

1. Mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu.

2. Mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama.

3. Memiliki pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.

4. Mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik dengan mengkaitkan berbagai mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik.

5. Lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, seperti: bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain.

6. Lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi yang disajikan dalam konteks tema yang jelas.

7. Guru dapat menghemat waktu, karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 pertemuan bahkan lebih dan atau pengayaan.

8. Budi pekerti dan moral peserta didik dapat ditumbuh kembangkan dengan mengangkat sejumlah nilai budi pekerti sesuai dengan situasi dan kondisi.


(12)

F. Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu

1. Berpusat pada anak

2. Memberikan pengalaman langsung pada anak

3. Pemisahan antara mata pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman dalam kegiatan)

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling terkait antara mata pelajaran yang satu dengan lainnya)

5. Bersifat luwes (keterpaduan berbagai mata pelajaran) 6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan

minat dan kebutuhan anak (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya)


(13)

G. Manfaat Pembelajaran Tematik

Terpadu

• Suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan.

• Menggunakan kelompok untuk bekerjasama, berkolaborasi, belajar berkelompok, dan

memecahan konflik sehingga mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah sosial dengan saling menghargai.

• Mengoptimalisasi lingkungan belajar sebagai kunci dalam menciptakan kelas yang ramah otak (brain-friendly classroom).

• Peserta didik secara cepat dan tepat waktu mampu memroses informasi

• Proses pembelajaran di kelas memungkinkan peserta didik berada dalam format ramah otak.

• Materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh peserta didik dalam konteks kehidupannya sehari-hari.


(14)

Lanjutan :

• Peserta didik yang relatif mengalami keterlambatan untuk menuntaskan program belajar memungkinkan mengejar ketertinggalanya dengan dibantu oleh

guru melalui pemberian bimbingan khusus dan penerapan prinsip belajar tuntas.

• Program pembelajaran yang bersifat ramah otak

memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.

H.

Model-model Pembelajaran Tematik Terpadu

Menurut Robin Fogarty  (1991) ada sepuluh model PTP, sebagai berikut :

1. Model penggalan (fragmented model).

2. Model keterhubungan (connected model). 3. Model sarang (nested model).

4. Model Urutan/Rangkaian (sequenced model).


(15)

Lanjutan :

5. Model berbagi (shared/participative model). 6. Model jaring laba-laba (webbed model).

7. Model galur (threaded model).

8. Model celupan (immersed model). 9. Model jejaring (networked model). 10. Model terpadu (integrated model).


(16)

PROSES PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU

DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC

Pembelajaran Tematik Terpadu

melalui beberapa tahapan yaitu:

1. Guru harus mengacu pada tema sebagai pemersatu berbagai mata pelajaran untuk satu tahun.

2. Guru melakukan analisis standar kompetensi lulusan, kompetensi inti, kompetensi dasar dan membuat indikator dengan tetap memperhatikan muatan materi dari Standar Isi,.

3. Membuat hubungan antara kompetensi dasar, indikator, dengan tema

4. Membuat jaringan KD dan indikator

5. Menyusun silabus tematik

6. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran tematik dengan mengondisikan pembelajaran yang menggunakan pendekatan scientific.


(17)

A. Pendekatan Pembelajaran Tematik

Terpadu

• Kurikulum 2013 menekankan penerapan pendekatan scientific (meliputi: mengamati, menanya, mengolah, dan mengomunikasikan untuk semua mata pelajaran)

• Komponen-komponen penting dalam mengajar menggunakan pendekatan scientific (McCollum : 2009) :

• Menyajikan pembelajaran yang dapat

meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of wonder),

• Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation),

• Melakukan analisis ( Push for analysis) dan


(18)

18

Langkah-Langkah Pembelajaran

Mengam ati

Menany a

Mengump

ul-kan

informasi

Mengaso sia-sikan

Mengom

u-nikasika n

Pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran

P

endekatan Saintifik sesuai Permendikbud

81 A tahun 2013 sebagai berikut :


(19)

19

Sikap

(Tahu Mengapa)

Keterampilan (Tahu Bagaimana)

Pengetahuan (Tahu Apa) Produktif

Inovatif Kreatif Afektif

Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: Sikap, Pengetahuan, dan Keterampilan.


(20)

Pendekatan saintifik

Pendekatan saintifik ini biasanya tampak jelas ketika siswa terlibat dalam metode

pembelajaran tertentu, yaitu:

(1) Project Based Learning, (2) Problem Based Learning, dan (3) Discovery

Learning.

a. Project Based Learning

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning = PjBL) adalah metoda pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru

berdasarkan pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.


(21)

1) Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) yaitu:

Mengaktifkan peserta didik didik dalam kegiatan

belajar mengajar

Membiasakan peserta didik berinteraksi pada

lingkungan.

Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mau bekerja secara produktif menemukan berbagai pengetahuan.

Membiasakan peserta didik berpikir kritis dan analistis Mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang

berasal dari lingkungan sekitar.

Menggunakan pengetahuan secara efektif

Mengembangkan pengetahuan dan strategi untuk


(22)

2). Manfaat

Manfaat Pembelajaran berbasis proyek (PBP) diantaranya adalah sebagai berikut :

• Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.

• Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.

• Membuat peserta didik lebih aktif dalam

memecahkan masalah yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

• Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.

• Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.


(23)

3). Prinisp-prinsip pembelajaran berbasis proyek (PBP)

Pembelajaran berpusat pada peserta didik

yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran.

Tugas proyek menekankan pada kegiatan

penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran.

Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara

otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya).


(24)

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat dijelaskan sebagai


(25)

Sintaksis Pembelajaran Berbasis Proyek

Tahap Kegiatan Guru dan Peserta Didik

Tahap 1 :

Penentuan Proyek

(Menyampaikan proyek yang akan dikerjakan)

Guru memberitahukan kepada peserta didik tentang proyek yang akan dikerjakan dan menyepakati kontak belajar

Tahap 2 :

Perancangan langkah-langkah

Proyek (Mengorganisasi peserta didik untuk belajar)

Guru membentuk kelompok-kelompok kecil yang nantinya akan bekerja sama untuk menggali informasi yang diperlukan untuk menjalankan proyek.

Tahap 3 :

Membantu peserta didik melakukan penggalian informasi yang diperlukan.

Guru mendorong peserta didik melakukan penggalian informasi yang diperlukan . Kalau perlu, guru

memfasilitasi dengan menyediakan buku, bahkan bacaan, video,atau bahkan mendampingi peserta didik mencari informasi di internet.

Tahap 4 :

Merumuskan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong peserta didik untuk menyajikan informasi yang diperoleh ke dalam satu bentuk yang paling mereka sukai.

Tahap 5 :

Menyajikan hasil pengerjaan proyek

Guru mendorong peserta didik untuk menyajikan hasil karya mereka kepada seluruh siswa yang lain


(26)

b. Problem Based Learning

1).Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

• Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang diangkat oleh guru dan peserta didik.

• Pembelajaran berbasis masalah proses (Problem Based Learning) merupakan model pembelajaran yang digunakan untuk mendapatkan suatu penyelesaian tugas atau situasi yang benar - benar sebagai masalah dengan menggunakan aturan-aturan yang sudah diketahui.

2).Tujuan

• Tujuan utama PBM bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri.


(27)

3. Prinsip-prinsip PBM

• Prinsip utama PBM adalah penggunaan masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah.

• Pemilihan atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu.

4).Manfaat

• Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut;

• Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir peserta didik yang lebih tinggi;

• Pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki peserta didik sehingga pembelajaran lebih bermakna;

• Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran secara langsung, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang dipelajari;

• Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara peserta didik; dan

• Pengkondisian peserta didik dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar peserta didikdapat diharapkan.


(28)

5).

Langkah-langkah

Pembelajaran

Berbasis

Masalah

(PBM)

1.Mengorienta sikan peserta didik terhadap masalah 2. Mengorganisa si peserta didik untuk belajar 3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok 4. Mengembangk an dan menyajikan hasil karya 5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan


(29)

Sintaksis Pembelajaran

Berbasis Masalah

Tahap Kegiatan Guru dan

Peserta Didik Tahap 1 :Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah (Menyajikan

masalah yang akan dipecahkan)

Guru menyajikan masalah yang harus dislesaikan atau dipecahkan oleh peserta didik

Tahap 2 :

Mengorganisasi

peserta didik untuk belajar

(Merumuskan Masalah)

Guru bersama peserta didik mencoba memahami masalah,

dan mengidentifikasi

langkah-langkah yang perlu dilakukan

untuk memecahkan masalah

tersebut.

Tahap 3 :

Membantu peserta didik memecahkan masalah

Guru menyediakan fasilitas untuk

membantu peserta didik

menjalankan rencana mereka

memecahkan masalah.

Tahap 4 :

Merumuskan hasil pemecahan masalah

Guru mendorong peserta didik

untuk merumuskan hasil

pemecahan masalah dalam bentuk yang paling menarik dan mereka sukai


(30)

c. Discovery Learning

Discovery diartikan sebagai penemuan. Menurut Sund ”Discovery adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip”. Proses mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya (Roestiyah, 2001:20).

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactiv, iconic, dan symbolic.


(31)

Lanjutan :

Tahap enaktif, seseorang melakukan

aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya, dalam memahami dunia sekitarnya anak

menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan

sebagainya.

Tahap iconic, seseorang memahami

objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya, dalam

memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

Tahap symbolic, seseorang telah mampu

memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika.


(32)

1. Tujuan Pembelajaran

Tujuan Pembelajaran Berbasis Penemuan (Discovery

Learning) yaitu:

• Meningkatkan partisipasi aktif peserta didik dalam pembelajaran.

• Mendorong peserta didik untuk dapat menemukan dan menyelidiki sendiri konsep yang dipelajari mudah diingat dan tidak mudah dilupakan peserta didik;

• Mendorong peserta didik untuk belajar menemukan pola dalam situasi konkrit maupun abstrak, serta meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.

• Membantu peserta didik membentuk cara kerja bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta

mendengar dan menggunakan ide-ide orang lain.

• Melatih peserta didik belajar berpikir analisis dan


(33)

2) Manfaat

a. Peserta didik aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan

menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir;

b. Peserta didik memahami benar bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat;

d. Peserta didik yang memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks;

e. Metode ini melatih peserta didik untuk lebih banyak belajar sendiri.


(34)

3) Langkah-langkah Pembelajaran Discovery Learning

a.Langkah Persiapan

1.Menentukan tujuan pembelajaran

2.Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)

3.Memilih materi pelajaran.

4.Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)

5.Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik

6.Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkrit ke abstrak, atau dari tahap enactiv, iconic, sampai ke symbolic


(35)

b. Pelaksanaan Model Discovery Learning

• Menurut Syah (2004:244) dalam mengaplikasikan Strategi Discovery Learning di kelas,

langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum sebagai berikut:


(36)

Sintaksis Pembelajaran Berbasis Penemuan

(Discovery learning)

Tahap Aktivitas Guru dan Peserta Didik

Tahap 1 (pemberian

rangsangan)

Menyediakan fakta awal untuk diamati peserta didik

Guru menyajikan beberapa contoh dan bukan contoh dari suatu konsep sehingga peserta didik merasa tertarik untuk

bertanya lebih jauh.

Tahap 2 (identifikasi

masalah)

Mengklasifikasikan fakta yang diusulkan peserta didik

Guru mendorong anak untuk menanyakan fakta tambahan dan guru meresponnya dengan mengatakan “contoh” atau

“bukan contoh” sehingga peserta didik memperoleh lebih banyak contoh dan bukan contoh.

Tahap 3

Menghasilkan dugaan tentang maksud dari fakta yang diberikan

Guru mengajak peserta didik untuk merumuskan dugaan mereka tentang konsep yang dipelajari dari contoh-contohnya tersebut

Tahap 4

Pengumpulan data

Guru membimbing peserta didik dalam mengumpulkan informasi terhadap

masalah yang dipelajari melalui berbagai cara : membaca sumber, diskusi, dst


(37)

Lanjutan :

Tahap 5 (Pembuktian) Menganalisis fakta dengan mencari polanya

Guru menata contoh-contohnya saja, dan mengajak peserta didik untuk menemukan kesamaan dari contoh contoh tersebut

Tahap 6 Memfasilitasi peserta didik untuk berbagi hasil penalaran (dugaannya)

Guru mengajak kelompok-kelompok untuk berbagi dugaannya dan

mendiskusikan sehingga diperoleh dugaan bersama Tahap 7 Mendorong peserta didik untuk menyimpulkan

Guru memberikan penegasan tentang maksud dari konsep itu

Tahap 8 Membantu peserta didik lebih mantap memahami konsepnya

Guru memberikan latihan-latihan untuk memantapkan pemahaman peserta didik


(38)

Pengelolaan siswa/kelas non klasikal

Pengolaan secara individu

• Kegiatan ini dapat digunakan pada saat guru ingin melihat potensi atau masalah belajar setiap siswa dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk menghasilkan tugas–tugas yang diperlukan untuk pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat refleksi, menceritakan kembali, membuat soal cerita (matematika), melakukan penelitian, dll

Pengelolan secara berpasangan

Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin:

membangun kemampuan berkomunikasi

membangun keterampilan bertanya jawab

Dst

Pengelolaan secara berkelompok


(39)

Lanjutan

Kegiatan ini sangat baik dipakai pada

saat guru ingin:

siswa saling belajar dari temannya

membangun kemampuan

berkomunikasi

membangun keterampilan

bersosialisasi

membangun sikap inklusif (menghargai

perbedaan di antara sesama teman)

membangun keterampilan bekerja

dalam tim

membangun keterampilan


(40)

RAMBU – RAMBU PENYUSUNAN RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1. RPP dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD.

2. Setiap guru pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis.

3. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

4. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan


(41)

Identitas meliputi: Nama Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media

2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (Jika dalam 1 RPP terdiri dari beberapa pertemuan)

1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran

Bagaimana Sistematika RPP sesuai Permendikbud Nomor 81A


(42)

ALUR PENYUSUNAN RPP? S i l a b u s

Model-Model Pembelajaran

RPP

Langkah-Langkah Pembelajaran KEGIATAN PENUTUP PENDAHU LUAN KEGIATAN INTI Kurikulum 2013

EKSPLORASI ELABORASI KONFIRMASI Materi dan Sumber

Belajar

Tulis sesuai sistematika

Lihat Permendikbud No 81A Thn 2013

Sesuaikan sintaks dari Model Pembelajaran

Mengamati, Menanya, Mengumpulkan, Mengasosiasikan, Dan Mengomunikasikan hasil,

ALAT EVALUASI


(43)

T

E

R

I

M

A


(1)

Pengelolaan siswa/kelas non klasikal

Pengolaan secara individu

Kegiatan ini dapat digunakan pada saat guru ingin

melihat potensi atau masalah belajar setiap siswa

dalam belajar. Kegiatan ini dapat pula dipakai untuk

menghasilkan tugas–tugas yang diperlukan untuk

pelajaran tertentu, misalnya mengarang, membuat

refleksi, menceritakan kembali, membuat soal cerita

(matematika), melakukan penelitian, dll

Pengelolan secara berpasangan

Kegiatan ini sangat baik dipakai pada saat guru ingin:

membangun kemampuan berkomunikasi

membangun keterampilan bertanya jawab

Dst

Pengelolaan secara berkelompok


(2)

Lanjutan

Kegiatan ini sangat baik dipakai pada

saat guru ingin:

siswa saling belajar dari temannya

membangun kemampuan

berkomunikasi

membangun keterampilan

bersosialisasi

membangun sikap inklusif (menghargai

perbedaan di antara sesama teman)

membangun keterampilan bekerja

dalam tim

membangun keterampilan


(3)

RAMBU – RAMBU PENYUSUNAN RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

1.

RPP dijabarkan dari silabus untuk

mengarahkan kegiatan belajar peserta didik

dalam upaya mencapai KD.

2.

Setiap guru pada satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap

dan sistematis.

3.

RPP disusun untuk setiap KD yang dapat

dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau

lebih.

4.

Guru merancang penggalan RPP untuk setiap

pertemuan yang disesuaikan dengan


(4)

Identitas meliputi: Nama Satuan Pendidikan, Mata Pelajaran, Kelas/Semester, A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran) F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media

2. Alat/Bahan 3. Sumber Belajar

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran (Jika dalam 1 RPP terdiri dari beberapa pertemuan)

1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit) 2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit) b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit), dan seterusnya. H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan instrumen 3. Pedoman penskoran

Bagaimana Sistematika RPP

sesuai Permendikbud Nomor 81A


(5)

ALUR PENYUSUNAN RPP?

S i l a b u s

Model-Model

Pembelajaran

RPP

Langkah-Langkah

Pembelajaran

KEGIATAN

PENUTUP

PENDAHU

LUAN

KEGIATAN

INTI

Kurikulum 2013

EKSPLORASI

ELABORASI

KONFIRMASI

Materi dan Sumber

Belajar

Tulis sesuai

sistematika

Lihat Permendikbud No

81A Thn 2013

Sesuaikan sintaks dari Model Pembelajaran

Mengamati, Menanya, Mengumpulkan, Mengasosiasikan,

Dan Mengomunikasikan hasil

,

ALAT

EVALUASI


(6)

T

ERIMA

KA

S

I

H


Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24