S PSI 1002950 Chapter3

(1)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang terdiri atas lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain yang digunakan dalam penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional dari variabel tersebut. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai isntrumen yang digunakan untuk memperoleh data, prosedur pengambilan data, serta teknik analisis data yang berguna untuk menjawab hipotesis penelitian.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung yang bertempat di Jalan Setiabudhi No. 89 Cidadap, Bandung. Lokasi ini dipilih dengan beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya yaitu peneliti telah melakukan pra-penelitian dengan mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi siswa dan sekolah yang dapat menunjang penelitian, juga kemudahan jangkauan dan akses dengan sekolah.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana humor styles

dan subjective well-being pada remaja awal. Maka dari itu subjek penelitian dalam peneilitian ini yaitu siswa SMP Negeri 15 Bandung, baik itu putra maupun putri. Secara psikologis, siswa SMP umumnya berada pada rentang usia 12-15 tahun yang termasuk dalam kategori remaja awal (Hurlock, dalam Desmita, 2009).


(2)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Populasi merupakan subjek ataupun objek, yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimana sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria sebagai subjek dalam penelitian, yaitu siswa dengan kategori remaja awal dan bertempat tinggal di Bandung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik sampel purposif atau judgmental sampling. Teknik ini digunakan dengan cara menentukan kriteria khusus terhadap sampel yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga pada penelitian ini peneliti mendapatkan 99 siswa yang masuk kriteria dari total 616 siswa (total 18 kelas dari kelas VIII dan IX).

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Pendekatan ini mengukur humor styles sebagai variabel independen (X) dan

subjective well-being sebagai variabel dependen (Y) dengan menggunakan instrumen. Penelitian ini bersifat non eksperimental (ex post facto) sehingga penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan atau manipulasi terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, sehingga bertujuan untuk menguji teori yang ada (Latipun, 2010).

Skor dari masing-masing variabel kemuadian akan dilakukan uji korelasi untuk menyelidiki nilai-nilai pada dua variabel, kemudian menguji dan menentukan hubungan dari kedua variabel tersebut (Silalahi, 2010). Visualisasi desain penelitian ini adalah sebagai berikut:


(3)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1

Hubungan variabel independen X humor styles dengan variabel dependen Y subjective well-being

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Terdapat 2 (dua) variabel utama dalam penelitian ini, yaitu:

X : Humor Styles

Y : Subjective Well-Being

2. Definisi Operasional

Untuk memperoleh pengukuran yang relevan dengan tujuan dari penelitian, maka diperlukan definisi dari setiap variabel sehingga dapat disusun alat ukur mengenai variabel tersebut. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:

a. Definisi Operasional Humor Styles

Humor styles pada penelitian ini didefinisikan sebagai kecenderungan siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VIII dan IX dengan rentang umur 12-15, dan bertempat tinggal di Bandung untuk menggunakan jenis humor dalam kehidupannya sehari-hari, dimana mereka biasa menampilkan pola humor yang khas, secara spontan dan tidak menyadari penggunaannya.


(4)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Terdapat 4 (empat) jenis humor atau humor styles yang berkaitan dengan variasi seseorang dalam menggunakan humor (Martin et al., 2003),yaitu:

1) Affiliative humor: Menceritakan hal-hal lucu, menciptakan lelucon pada orang lain. Bertujuan untuk merperkuat hubungan dengan orang lain (interpersonal), dan tidak ada unsur untuk menyakiti orang lain.

2) Self-enhancing humor: Memikirkan atau menggunakan humor mengenai pandangan tentang kehidupan, meskipun saat seorang diri. Bertujuan untuk mengurangi situasi sedih, stress, atau saat menghadapi kesulitan.

3) Aggressive humor: Menggunakan humor dengan bentuk mengkritik, sarkasme, mengejek, menggoda, bahkan meremehkan atau merendahkan orang lain. Humor ini bersifat offensive, dan tidak bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain, bahkan cenderung untuk menunjukan bahwa mereka merasa superior.

4) Self-defeating humor: Menggunakan humor dengan merendakan atau meremehkan dirinya sendiri, bercerita lucu atau menertawakan diri saat disindir atau diremehkan. Humor ini bertujuan untuk mendekatkan diri dengan orang lain, sarana agar terhindar dari masalah atau perasaan negatif.

b. Definisi Operasional Subjective Well-Being

Subjective Well-Being dalam kontoeks ini yaitu tinggi rendahnya penilaian siswa SMP Negeri 15 Bandung kelas VIII dan IX dengan rentang umur 12-15, dan bertempat tinggal di Bandung terhadap kehidupannya yang meliputi penilaian kognitif dan


(5)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penilaian afektif (emosi positif dan negatif) sebagaimana ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dalam Satisfaction with Life Scale (SWLS), Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE).

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Humor Styles (Humor Styles Questionnaire)

Dalam penelitian ini digunakan alat ukur Humor Styles Questionnaire (HSQ) milik Rod Martin (2003) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. HSQ ini terdiri dari 32 butir soal berbentuk pernyataan atau self-report yang terdiri dari 4 dimensi humor styles yang terdiri dari affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-defeated humor, yang dimana masing-masing dimensi terbagi menjadi 8 item. Respon partisipan pada alat ukur ini menggunakan skala likert dengan 7 pilihan jawaban pada setiap item yang terdiri dari skala 1 ―sangat tidak setuju‖ (STS), hingga 7 ―sangat setuju‖ (SS). Pilihan atau yang mengarah ke ―sangat setuju‖ (SS) menunjukan bahwa pernyataan item tersebut sesuai dengan gambaran diri, sedangkan pilihan atau yang mengarah ke ―sangat tidak setuju‖ (STS) menunjukan bahwa pernyataan tersebut tidak sesuai dengan gambaran diri indvidu tersebut.

Tabel 3.1. Penyekoran Item Humor Styles Questionnaire (HSQ)

Item

Skor Pernyataan 1

(STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)


(6)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Unfavorable 7 6 5 4 3 2 1

Kategorisasi pada instrumen HSQ ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap dimensi atau jenis humor yang didapat, sehingga akan dihasilkan 4 (empat) total skor dari setiap dimensi. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana humor styles yang dimiliki oleh subjek dengan melihat skor yang paling dominan.

Koefisien reliabilitas pada HSQ yang telah di adaptasi ini menunjukan nilai yang cukup reliabel, untuk affiliative humor

menunjukan nilai 0.690, 0.636 pada self-enhancing humor, 0.460 pada

aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor.

2. Instrumen Subjective Well-being

Pada penelitian ini digunakan 2 (dua) instrumen untuk mengukur kedua aspek dari subjective well-being, yaitu aspek kognitif menggunakan instrumen Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan aspek afektif atau emosi menggunakan instrumen Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE).

a. Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Satisfaction with Life Scale (SWLS) merupakan instrumen baku yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. Instrumen ini digunakan untuk mengukur penilaian kognitif individu mengenai kehidupannya. Satisfaction with Life Scale

(SWLS) terdiri atas 5 item dengan 7 skala jawaban yang memiliki kategorisasi 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.

Tabel 3.2. Penyekoran Satisfaction with Life Scale (SWLS)


(7)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 1

(STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)

Favorable 1 2 3 4 5 6 7

Unfavorable 7 6 5 4 3 2 1

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91 (Diener, 2006). Satisfaction with Life Scale (SWLS) ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,733 (Wahyudin, 2011).

b. Scale of Positiveand Negative Experience (SPANE)

Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) disusun oleh Diener dan Biswas-Diener untuk mengukur penilaian afektif individu mengenai mood dan emosi yang dirasakan dalam hidup. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) merupakan instrumen baku yang terdiri atas 12 item dan 5 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat sering atau selalu). Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.

Tabel 3.3. Penyekoran Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE) Item

Skor Pernyataan 1

(STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)

Favorable 1 2 3 4 5 6 7


(8)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sejumlah hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten berkisar antara 0,83-0,86 (Diener, 2009). Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki reliabilitas sebesar 0,846 (Wahyudin, 2011). 3. Pengembangan Instrumen

a. Uji Validitas

Asal kata validitas adalah dari kata validity, yang dapat diartikan dengan sejauhmana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau benar-benar mengukur aspek yang diukurnya. Sebaliknya, alat ukur yang memiliki nilai validitas rendah dapat diartikan bahwa data yang dihasilkan tidak relevan dengan tujuan pengukuran alat ukur tersebut (Azwar, 2010).

Dalam uji validitas isi, sesuai dengan namanya, yakni merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi atau konten tes dengan analisis rasional. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur (Anastasi, 1988). Validitas isi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh

professional judgement. Inti dari validitas ini adalah untuk menjawab pertanyaan ―sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur‖, atau juga ―sejauhmana isi tes tersebut mencerminkan ciri atribut yang ingin diukur‖. Hal tersebut dikarenakan sebuah tes haruslah komprehensif isinya dan juga memuat isi yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan akhir (Azwar, 2010).


(9)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS merupakan alat ukur yang sudah teruji secara metodologis. Berbeda dengan instrumen SPANE dan SWLS yang sudah teruji validitasnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa pada instrumen HSQ masih menggunakan Bahasa Inggris, maka item-item pada instrumen ini perlu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Agar validitas isi dari intrumen terjaga, maka penerjemah instrumen harus merupakan seorang yang memiliki ekpertisi atau profesional dibidang bahasa dan psikologi.

Untuk professional judgement atau expert judgment dari segi bahasa di lakukan oleh Dr. Doddy Rusmono, MLIS. Setelah menerjemahkan HSQ kedalam bahasa Indonesia, maka secara konstruk dan konsep psikologi pada instrumen HSQ ini dikaji ulang oleh bantuan dari pakar bidang psikologi yaitu Helli Ihsan S.Ag,. M.Si., dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog.

Kemudian instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS ini diujikan kepada 163 remaja awal di kota Bandung dengan rentang umur 12-15 tahun, karena instrumen-instrumen ini merupakan adaptasi, maka tidak dilakukan pengurangan atau penambahan item, sehingga pada beberapa item hanya dilakukan perubahan redaksi kata agar tidak mempengaruhi penilaian pada instrumen.

b. Uji Reliabilitas

Reliability yang berasal dari kata rely dan ablity, merupakan penerjemahan dari kata reliabilitas. Suatu alat ukur yang reliabel adalah yang memiliki nilai reliabitas yang tinggi. Reliabilitas yang dimaksud adalah sejauhmana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk tetap digunakan di lain waktu (Azwar, 2010). Reliabilitas juga bisa diartikan sebagai konsistensi dari serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur. Instrumen yang reliabel adalah


(10)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

instrumen yang bila dilakukan dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama (Anastasi, 1988).

. Berikut kriteria dari Guillford pada tabel di bawah yang menjadi acuan dalam menentukan kriteria dalam penelitian ini, (Sugiyono, 2008):

Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, koefisien reliabilitas pada HSQ ini menunjukan nilai yang konsisten reliabel, untuk

affiliative humor menunjukan nilai 0.80, 0.81 pada self-enhancing humor, 0.77 pada aggressive humor, dan 0.80 pada self-defeated humor (Martin, et al., 2003). Pada penelitian ini, reliabilitas HSQ kembali diujikan menggunakan alpha cronbach dengan bantuan

software SPSS 20 for windows dan mengacu pada kriteria dari Guillford, menghasilkan nilai reliabilitas untuk affiliative humor 0.690,

pada self-enhancing humor menunjukan nilai 0.636, 0.460 pada

aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor. Pada dimensi

affiliative humor, self-enhancing humor, dan self-defeated humor,

termasuk kedalam kategori cukup reliabel, begitu pula pada dimensi

aggressive humor, nilai koefisien reliabilitasnya tergolong kecil walaupun masuk pada kategori cukup reliabel, hal ini dapat disebabkan karena beberapa faktor, seperti sedikitnya subjek yang memilih atau rendahnya skor pada dimensi ini.


(11)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Untuk pengukurun pada variabel subjective well-being,

digunakan dua (2) instrumen, yaitu SWLS dan SPANE. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa instrumen SWLS ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91, sedangkan instrumen SPANE berkisar antara 0,83-0,86 (Diener, 2009). Kedua instrumen ini telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia (Wahyudin, 2011) dan tergolong dalam kategori reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,733 pada instrumen SWLS, dan untuk instrumen SPANE memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,846. Pada penelitian ini, kedua instrumen yang telah diadaptasi tersebut menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.630 untuk instrumen SWLS, sedangkan untuk instrumen SPANE menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.496. Dalam kriteria guillford, kedua instrumen ini tergolong pada kriteria cukup reliabel.

Pada tabel berikut akan ditunjukan koefisien reliabilitas dari instrument HSQ, SWLS dan SPANE.

Tabel 3.5. Koefisien Reliabilitas Instrumen HSQ, SWLS, dan SPANE Instrumen Koefisien Reliabilitas

Humor Styles

Affiliative humor 0.690

Self-enhancing humor 0.636

Aggressive humor 0.460

Self-defeating humor 0.666

Subjective Well-being

SWLS 0.630


(12)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu c. Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala bertujuan untuk menempatkan subjek penelitian atau responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010). Kategorisasi skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen subjective well-being, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 2010). Secara umum, sampel atau responden dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori subjective well-being tinggi dan kategori subjective well-being rendah.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui skor dimensi subjective well-being digunakan dua instrumen, yaitu Satisfaction with Life Scale

(SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Dengan demikian, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh menggunakan langkah-langkah sebagai berikut (Santoso, 2003):

1) Menentukan skor ideal atau sering disebut juga dengan skor maksimal dan skor minimal dengan cara sebagai berikut:

Skor Ideal = skor ideal SWLS + skor ideal SPANE = 35 + 24 = 59

Skor Minimal =

skor minimal SWLS + skor minimal SPANE = 5 + (- 24) = -19

2) Menentukan rentang kategori dengan cara sebagai berikut:

Rentang Kategori =

= [ 59 - (-19)] /2 =

78/2 = 39

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh norma atau kategorisasi skala pada subjective well-being ini sebagai berikut:


(13)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skor Kategori

-19 ≤ X ≤ 20 subjective well-being rendah X >20 subjective well-being tinggi

Selanjutnya akan disajikan tabel kategorisasi aspek kognitif mengenai kepuasan hidup dan aspek afektif mengenai mood dan emosi beserta deskripsi dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan norma baku Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2006; 2009).

Tabel 3.7. Kategorisasi Aspek Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Skor Kategori Deskripsi

30.00 ≤ X ≤

35.00 Sangat Puas

Responden yang berada dalam kategori ini sangat mencintai kehidupan mereka. Kehidupan mereka tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan dengan sangat baik. Meskipun demikian, bukan berarti responden yang berada dalam kategori ini memiliki kepuasan yang bersifat mutlak terhadap kehidupannya. Kepuasan yang dirasakan oleh responden yang berada dalam kategori ini sebagian besar disebabkan oleh adanya tantangan dan kemajuan dalam kehidupan mereka. Bagi sebagian besar responden dalam


(14)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kelompok ini, kehidupan bersifat menyenangkan dan hampir semua aspek kehidupan mereka—pekerjaan, sekolah, keluarga, teman, waktu luang, dan lain-lain—berjalan dengan baik.

25.00 ≤ X ≤

29.00 Puas

Responden yang berada dalam kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa sebagian besar aspek kehidupan mereka berjalan dengan baik. Pada beberapa aspek kehidupan, mereka merasa kurang puas. Namun, perasaan kurang puas tersebut masih dapat dikurangi dengan cara pemberian motivasi.

20.00 ≤ X ≤

24.00 Cukup Puas

Kategorisasi ini biasanya diisi oleh responden yang berasal dari negara-negara berkembang. Responden yang berada dalam kategori ini merasa puas dengan kehidupan mereka secara umum. Namun, terdapat beberapa aspek kehidupan yang mereka anggap sangat memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini cenderung memiliki keinginan dan usaha yang kuat untuk mengubah kehidupan mereka agar


(15)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu menjadi lebih baik.

15.00 ≤ X ≤

19.00 Kurang Puas

Responden yang berada dalam kelompok ini biasanya memiliki beberapa permasalahan kecil yang bersifat signifikan pada beberapa aspek kehidupan atau memiliki permasalahan yang besar hanya pada salah satu aspek kehidupan.

10.00 ≤ X ≤

14.00 Tidak Puas

Responden yang berada dalam kategori ini secara umum merasa tidak puas dengan kehidupan mereka. Responden dalam kelompok ini biasanya memiliki sejumlah aspek kehidupan yang tidak berjalan dengan baik atau memiliki satu sampai dua aspek kehidupan yang berjalan dengan sangat buruk. Responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk sering berbincang-bincang dengan teman-teman, mengikuti kegiatan kerohanian, atau bahkan menghubungi konselor agar mereka dapat bergerak dan berubah ke arah yang lebih positif.

5.00 ≤ X ≤ 9.00 Sangat Tidak Puas

Responden yang berada dalam kelompok ini biasanya merasa sangat tidak bahagia dengan kehidupan mereka. Responden yang berada dalam kategori ini biasanya memiliki ketidakpuasan terhadap seluruh aspek


(16)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kehidupan mereka. Bahkan, responden yang berada dalam kategori ini dapat dikatakan memiliki gangguan dalam fungsi kehidupan mereka. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk menghubungi psikolog atau psikiater.

Tabel 3.8. Kategorisasi Aspek Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

Skor Kategori Keterangan

X ≤ -9 Kurang Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek negatif daripada afek positif atau terdapat salah satu afek yang lebih sering dirasakan secara ekstrim.

-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang

Responden merasakan afek positif dan afek negatif secara seimbang.

X ≥ 9 Sangat Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek positif daripada afek negatif, tetapi masih dalam kategori seimbang.

Pada instrumen humor styles, kategorisasi skala yang digunakan berfungsi untuk mengetahui jenis humor atau humor styles

yang dimiliki oleh setiap subjek. Humor styles yang dimiliki subjek diketahui berdasarkan perbandingan skor setiap jenis humor subjek dengan skor maksimal pada dimensi humor styles tersebut. Setelah diketahui masing-masing proporsi nilai pada masing-masing dimensi, maka akan dilakukan perbandingan antar semua dimensi humor styles. Nilai terbesar yang dimiliki oleh subjek diantara empat dimensi humor styles menunjukan bahwa subjek masuk kedalam jenis humor tersebut.


(17)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuisoner atau angket. Kuisoner merupakan sejumlah pertanyaan tertulils yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (Arikunto, 2002). Kuisoner diberikan kepada subjek penelitian secara klasikal dengan terlebih dahulu peneliti memberikan instruksi dan informasi mengenai cara mengisi, juga poin-poin atau item yang ada pada lembar kuisoner secara bertahap selama pengisian berlangsung. Subjek pun dapat bertanya langsung bila terdapat kata atau kalimat yang tidak dapat dimengerti selama proses pengisian lembar kuisoner agar tidak salah dalam penafsiran kata atau kalimat. F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi dari sebuah data telah mendekati distribusi normal. Data yang ‗baik‘ yaitu data yang memiliki pola seperti lonceng atau bell shaped (Santoso, 2003). Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan

software SPSS 20 for windows dengan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Dengan demikian sebuah data dapat dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05. Berikut tabel dari hasil perhitungan dari penelitian ini.

Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas Variabel Humor Styles

dan Subjective Well-being


(18)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Affiliative SE Aggressive SD SWB

N 99 99 99 99 99

Normal Parametersa,b

Mean 42.5354 34.1212 30.1616 28.6869 26.4343

Std. Deviation 7.19596 6.95360 5.13632 7.21626 7.30831

Most Extreme Differences

Absolute .101 .079 .067 .063 .100

Positive .059 .079 .038 .049 .100

Negative -.101 -.045 -.067 -.063 -.059

Kolmogorov-Smirnov Z 1.010 .788 .668 .624 .996

Asymp. Sig. (2-tailed) .260 .564 .764 .830 .274

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 3.9 di atas mengenai nilai signifikansi (Asymp. Sig.) dari variabel Subjective Well-Being dan Humor Styles yang terdiri dari Affiliative, Self-Enhancing, Aggressive, dan Self-Defeating. Masing-masing dari seluruh variabel memiliki nilai signifikansi 0.260, 0.564, 0.764, 0.830, dan 0.274. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel berdistribusi normal, dikarenakan nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05.

2. Uji Korelasi

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional, maka pada penelitian ini menggunakan teknik analisis P earson’s P roduct Moment dengan bantuan software SPSS 20 for windows. Teknik ini digunakan dalam penelitian ini untuk untuk menunjukan ada atau tidaknya suatu hubungan antara variabel humor styles dan subjective well-being.


(1)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skor Kategori

-19 ≤ X ≤ 20 subjective well-being rendah X >20 subjective well-being tinggi

Selanjutnya akan disajikan tabel kategorisasi aspek kognitif mengenai kepuasan hidup dan aspek afektif mengenai mood dan emosi beserta deskripsi dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan norma baku Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive

and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2006;

2009).

Tabel 3.7. Kategorisasi Aspek Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Skor Kategori Deskripsi

30.00 ≤ X ≤

35.00 Sangat Puas

Responden yang berada dalam kategori ini sangat mencintai kehidupan mereka. Kehidupan mereka tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan dengan sangat baik. Meskipun demikian, bukan berarti responden yang berada dalam kategori ini memiliki kepuasan yang bersifat mutlak terhadap kehidupannya. Kepuasan yang dirasakan oleh responden yang berada dalam kategori ini sebagian besar disebabkan oleh adanya tantangan dan kemajuan dalam kehidupan mereka. Bagi sebagian besar responden dalam


(2)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kelompok ini, kehidupan bersifat menyenangkan dan hampir semua aspek kehidupan mereka—pekerjaan, sekolah, keluarga, teman, waktu luang, dan lain-lain—berjalan dengan baik.

25.00 ≤ X ≤

29.00 Puas

Responden yang berada dalam kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa sebagian besar aspek kehidupan mereka berjalan dengan baik. Pada beberapa aspek kehidupan, mereka merasa kurang puas. Namun, perasaan kurang puas tersebut masih dapat dikurangi dengan cara pemberian motivasi.

20.00 ≤ X ≤

24.00 Cukup Puas

Kategorisasi ini biasanya diisi oleh responden yang berasal dari negara-negara berkembang. Responden yang berada dalam kategori ini merasa puas dengan kehidupan mereka secara umum. Namun, terdapat beberapa aspek kehidupan yang mereka anggap sangat memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini cenderung memiliki keinginan dan usaha yang kuat untuk mengubah kehidupan mereka agar


(3)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menjadi lebih baik.

15.00 ≤ X ≤

19.00 Kurang Puas

Responden yang berada dalam kelompok ini biasanya memiliki beberapa permasalahan kecil yang bersifat signifikan pada beberapa aspek kehidupan atau memiliki permasalahan yang besar hanya pada salah satu aspek kehidupan.

10.00 ≤ X ≤

14.00 Tidak Puas

Responden yang berada dalam kategori ini secara umum merasa tidak puas dengan kehidupan mereka. Responden dalam kelompok ini biasanya memiliki sejumlah aspek kehidupan yang tidak berjalan dengan baik atau memiliki satu sampai dua aspek kehidupan yang berjalan dengan sangat buruk. Responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk sering berbincang-bincang dengan teman-teman, mengikuti kegiatan kerohanian, atau bahkan menghubungi konselor agar mereka dapat bergerak dan berubah ke arah yang lebih positif.

5.00 ≤ X ≤ 9.00 Sangat Tidak Puas

Responden yang berada dalam kelompok ini biasanya merasa sangat tidak bahagia dengan kehidupan mereka. Responden yang berada dalam kategori ini biasanya memiliki ketidakpuasan terhadap seluruh aspek


(4)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kehidupan mereka. Bahkan, responden yang berada dalam kategori ini dapat dikatakan memiliki gangguan dalam fungsi kehidupan mereka. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk menghubungi psikolog atau psikiater.

Tabel 3.8. Kategorisasi Aspek Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)

Skor Kategori Keterangan

X ≤ -9 Kurang Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek negatif daripada afek positif atau terdapat salah satu afek yang lebih sering dirasakan secara ekstrim.

-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang

Responden merasakan afek positif dan afek negatif secara seimbang.

X ≥ 9 Sangat Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek positif daripada afek negatif, tetapi masih dalam kategori seimbang.

Pada instrumen humor styles, kategorisasi skala yang digunakan berfungsi untuk mengetahui jenis humor atau humor styles yang dimiliki oleh setiap subjek. Humor styles yang dimiliki subjek diketahui berdasarkan perbandingan skor setiap jenis humor subjek dengan skor maksimal pada dimensi humor styles tersebut. Setelah diketahui masing-masing proporsi nilai pada masing-masing dimensi, maka akan dilakukan perbandingan antar semua dimensi humor styles. Nilai terbesar yang dimiliki oleh subjek diantara empat dimensi humor


(5)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuisoner atau angket. Kuisoner merupakan sejumlah pertanyaan tertulils yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (Arikunto, 2002). Kuisoner diberikan kepada subjek penelitian secara klasikal dengan terlebih dahulu peneliti memberikan instruksi dan informasi mengenai cara mengisi, juga poin-poin atau item yang ada pada lembar kuisoner secara bertahap selama pengisian berlangsung. Subjek pun dapat bertanya langsung bila terdapat kata atau kalimat yang tidak dapat dimengerti selama proses pengisian lembar kuisoner agar tidak salah dalam penafsiran kata atau kalimat. F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi dari sebuah data telah mendekati distribusi normal. Data yang ‗baik‘ yaitu data yang memiliki pola seperti lonceng atau bell shaped (Santoso, 2003). Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan

software SPSS 20 for windows dengan metode One-Sample

Kolmogorov-Smirnov. Dengan demikian sebuah data dapat dikatakan berdistribusi

normal jika memiliki nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05. Berikut tabel dari hasil perhitungan dari penelitian ini.

Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas Variabel Humor Styles

dan Subjective Well-being


(6)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Affiliative SE Aggressive SD SWB

N 99 99 99 99 99

Normal Parametersa,b

Mean 42.5354 34.1212 30.1616 28.6869 26.4343 Std. Deviation 7.19596 6.95360 5.13632 7.21626 7.30831

Most Extreme Differences

Absolute .101 .079 .067 .063 .100

Positive .059 .079 .038 .049 .100

Negative -.101 -.045 -.067 -.063 -.059

Kolmogorov-Smirnov Z 1.010 .788 .668 .624 .996

Asymp. Sig. (2-tailed) .260 .564 .764 .830 .274

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 3.9 di atas mengenai nilai signifikansi (Asymp. Sig.) dari variabel Subjective Well-Being dan Humor Styles yang terdiri dari Affiliative, Self-Enhancing, Aggressive, dan Self-Defeating. Masing-masing dari seluruh variabel memiliki nilai signifikansi 0.260, 0.564, 0.764, 0.830, dan 0.274. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel berdistribusi normal, dikarenakan nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05.

2. Uji Korelasi

Berdasarkan desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional, maka pada penelitian ini menggunakan teknik analisis P earson’s P roduct Moment dengan bantuan software SPSS 20 for

windows. Teknik ini digunakan dalam penelitian ini untuk untuk

menunjukan ada atau tidaknya suatu hubungan antara variabel humor