3 Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta

3 Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta

  Karya

3.1 Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

  Konsep perencanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya, membagi amanat pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam 4 (empat) bagian, yaitu amanat penataan ruang/spasial, amanat pembangunan nasional dan direktif presiden, amanat pembangunan Bidang Pekerjaan Umum, serta amanat internasional. Dalam pelaksanaannya, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dihadapkan pada beberapa isu strategis, antara lain bencana alam, perubahan iklim, kemiskinan, reformasi green birokrasi, kepadatan penduduk perkotaan, pengarusutamaan gender, serta economy.

  Arah kebijakan memiliki dua sasaran yaitu pembangunan kawasan permukiman dan pembangunan perkotaan. Pada pembangunan kawasan permukiman Gerakan 100- 0-100 mentargekan penyediaan 100% akses aman air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Millenium Development Goals (MSGs) memiliki target pencapaian pembangunan prasarana dan sarana air minum sebesar 68,87 persen pada tahun 2015. Sementara pencapaian pada thun 2013, proporsi penduduk terhadap akses air minum sudah mencapai 67.7 persen.

3.1.1 Arahan pembangunan Bidang Cipta Karya

  Pembangunan nasional adalah upaya seluruh komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan dibentuknya Negara kesatuan republic Indonesia (NKRI). Jalan perubahan adalah jalam ideologis yang bersumber pada proklamasi, pancasila 1 juni 1945, dan pembukaan UUD 1945. Proklamasi pancasila 1 juni 1945 menegaskan jatidiri an identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan UUD 1945 dengan jelas mengamanatkan arah tujuan nasional dari pembentukan Negara dari pembentukan Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yaitu untuk: melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah bangsa Indonesia; memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan social. Pencapaian tujuan ini dilaksanakan secara bertahap dan terencana dalam tahapan jangka panjang, jangka menengah maupun tahunan. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ke tiga (2015-2019), disusun sebagai penjabaran dari visi misi, program aksi presiden/ wakil presiden Jokowi dan Jusuf Kalla serta berpedoman pada rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025.

  Sebagai Negara besar, Indonesia secara geo-politik akan menghadapi kepentingan Negara-negara terdekat dalam lingkaran konsentriknya seperti Negara-negara anggota ASEAN dan Asia Pasifik, Negara-negara yang berkepentingan dengan sumber daya alam termasuk perikanan, Negara-negara yang memiliki kekuatan maritime, Negara-negara besar dalam rangka mencapai tujuan global strateginya.

  Perubahan dalam pembangunan tata kelola global ( global governance) melahirkan kesadaran baru mengenai pentingnya melakukan penyesuaian berbagai kebijakan dengan tetap menjaga kepentingan sikap nasional. Salah satu hal yang mendesak untuk disikapi adalah Masyrakat Ekonomi ASEAN. Dalam kaitan itu, masing-masing Negara bekerja keras untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi kebijakan dan regulasi dalam rangka meningkatkan daya saing perekonomiannya.

  Prospek ekonomi tahun 2015-2019 sangat ditentukan oleh tujuan pembangunan ekonomi, masalah yang harus diselesaikan dan tantangan yang harus dihadapi termasuk termasuk perkembangan ekonomi dunia, kebijakan yang akan diambil, serta sasaran yang ingin dan diperkirakan dicapai dalam periode tahun 2015-2019. Dalam periode tahun 2015-2019, untuk mewujudkan ekonomi yang lebih mandiri dan mendorong bangsa Indonesia kearah yang lebih maju dan sejahtera, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan sejahtera, diperlukan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi . untuk mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi, perlu diupayakan langkah- langkah yang sungguh-sungguh dalam mendorong investasi, ekspor, konsumsi, maupun pengeluaran pemerintah.

  Kebijakan dan strategi bidang cipta karya 2015-2019 yaitu: a.

  Pendekatan pembangunan b. Keterpaduan pembangunan c. Strategi pembiayaan

3.1.2 Arahan Penataan ruang

  Dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 menjelaskan RTRWN memadukan dan menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRWN ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah nasional, antara lain, meliputi perwujudan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah nasional. Struktur ruang wilayah nasional mencakup sistem pusat perkotaan nasional, sistem jaringan transportasi nasional, sistem jaringan energi nasional, sistem jaringan telekomunikasi nasional, dan sistem jaringan sumber daya air nasional. Pola ruang wilayah nasional mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis nasional.

  Sesuai dengan amanat dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), bahwa Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kalimantan Selatan hanya ditetapkan 1 lokasi yaitu Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet) Batulicin (Lampiran X PP. No. 26 Tahun 2008) yang berlokasi di Kabupaten Tanah Bumbu. Dengan demikian mengingat kawasan strategis nasional tersebut berada di luar wilayah Kota Banjarmasin, maka terkait dengan penyusunan RPI2-JM Kota Banjarmasin ini tidak ada arahan kawasan strategis nasional yang dapat dikutip dalam kebijakan tersebut di Kota Banjarmasin. Untuk itu ulasan tentang KSN digantikan dengan Kawasan Stretagis Provinsi (KSP) yaitu berupa KSP Metropolitan Banjar Bakula.

  ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL (RTRWN): Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk:

  1. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional; 2.

  Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional; 3. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional; 4. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;

  5. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; 6.

  Penataan ruang kawasan strategis nasional; dan 7. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

  Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPI2- JM kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

1 Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

  Pusat Kegiatan Nasional (PKN) adalah kawasan perkotaan

  Wilayah Nasional, yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional, nasional, atau beberapa provinsi. Penetapan PKN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

  pasal 14, yaitu sebagai berikut: 1. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpulutama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasaninternasional;

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusatkegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayanibeberapa provinsi;

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpulutama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi.

  PKN suatu wilayah dapat berupa kawasan megapolitan, kawasanmetropolitan, kawasan perkotaan besar, kawasan perkotaan sedang,atau kawasan perkotaan kecil.

2 Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

  Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) adalah kawasan perkotaan yang

  Wilayah Nasional, berfungsi untuk melayani kegiatan skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota. Penetapan PKW dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada pasal 14, yaitu sebagai berikut: 1.

  Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN;

  2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten; dan/atau

  3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten.

  3 Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN)

  Sesuai dengan arahan pada PP Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) adalah kawasan perkotaan yang ditetapkan untuk mendorong pengembangan kawasan perbatasan negara. Penetapan PKSN dilakukan berdasarkan beberapa kriteria yang terdapat pada

  pasal 15, yaitu sebagai berikut: 1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga;

  2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga;

  3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya;

  4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya.

  4 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

  Sesuai arahan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata

  Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang

  Ruang Wilayah Nasional, penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan Kawasan Strategis Nasional dilakukan berdasarkan beberapa kepentingan, yaitu:

  1 Pertahanan dan keamanan;

  2 Pertumbuhan ekonomi;

  3 Sosial dan budaya;

  4 Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

  5 Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

  Dalam PP No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), arahan yang terkait dengan Provinsi Kalimantan Selatan adalah: 1.

  Sistem Perkotaan Nasional di Provinsi Kal-Sel terdiri dari: a.

  Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kegiatan Nasional dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan/Peningkatan Fungsi. Fungsi Kota Banjarmasin sebagai simpul utama wilayah: i)

  Pusat pemerintahan Provinsi; ii) Pusat layanan adminstrasi pemerintahan tingkat lokal; iii)

  Pintu primer transportasi udara regional/nasional; iv) Pusat jasa bisnis kegiatan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition

  (MICE) regional/nasional; v) Pusat jasa pendidikan tinggi regional/nasional; vi)

  Pusat jasa keuangan/perbankan regional/nasional; vii) Pusat jasa transportasi darat dan sungai regional; viii)

  Pusat distribusi koleksi perdagangan regional; b. Amuntai, Martapura, Marabahan dan Kotabaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah: i)

  Amuntai, Martapura dan Marabahan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015

  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi; ii)

  Kotabaru, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan/Peningkatan Fungsi; 2. Sistem Jalan Bebas Hambatan di Provinsi Kal-Sel, terdiri dari: a.

  Banjarmasin – Liang Anggang, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan; b.

  Kuala Kapuas – Banjarmasin, Marabahan – Banjarmasin, Liang Anggang – Martapura, Pelaihari

  • – Pagatan, Pagatan – Batulicin, Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro) dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020
  • – 2024 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan; 3.

  Aspek Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Nasional: a.

  Banjarmasin sebagai Pelabuhan Internasional dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Pelabuhan Internasional;
  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Pelabuhan Nasional; 4.

  b.

  Batulicin sebagai Pelabuhan Nasional dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015

  Aspek Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Udara Nasional: a.

  Bandara Syamsuddin Noor merupakan Pusat Penyebaran Sekunder dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Bandar Udara Sekunder; b.
  • – 2024 dan Sifat Pengembangan: Pemantapan Bandar Udara Tersier; 5.
  • – IV: 2008 – 2027 dan Sifat Pengembangan: Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan Pengendalian Daya Rusak Air; 6.
  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut); b.
  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut); c.
  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Cagar Alam dan Cagar Alam Laut); d.
  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Cagar Alam dan Cagar Alam Laut);
Cagar Alam Teluk Pamukan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Cagar Alam dan Cagar Alam Laut); f. Taman Hutan Raya Sultan Adam, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015

  Bandara Stagen merupakan Pusat Penyebaran Tersier dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020

   Aspek Wilayah Sungai (WS) terdiri dari: Wilayah Sungai Barito – Kapuas termasuk

  dalam lintas provinsidengan Tahap Pengembangan Periode I

   Aspek Kawasan Lindung Nasional; di Provinsi Kal-Sel terdapat beberapa kawasan

  lindung, yaitu: a.

  Suaka Margasatwa Pleihari Martapura, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  Suaka Margasatwa Kuala Lupak, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015

  Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  • – e.
  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Taman Hutan Raya) g.

  Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut, dengan Tahap Pengembangan Periode

  II: 2015

  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut); h.

  Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau Sembilan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015

  • – 2019 dan Sifat Pengembangan: Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional (Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut); 7.

   Kawasan Andalan terdiri dari: a.

  Kawasan Kandangan dan sekitarnya: Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat

   Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian); Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan); Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata); b.

  Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya: Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat

   Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian);

   Industri, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk industri pengolahan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan);

  • – 2019 dan Sifat 

  Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan);

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata); Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat

  Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan); c.

  Kawasan Batulicin: Perkebunan, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan); Kehutanan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan); Pertanian, dengan Tahap Pengembangan Periode III: 2020 – 2024 dan Sifat

   Pengembangan: Pengembangan dan Pengendalian Kawasan Andalan untuk Pertanian (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian); Industri, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan); Pariwisata, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan Sifat

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata);

   Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan); d.

  Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008 – 2014 dan Sifat

  Kawasan Andalan Laut Pulau Laut

  • – 2019dan Sifat 

  Perikanan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan);

   Sifat Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan (Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan); 8.

  Pertambangan, dengan Tahap Pengembangan Periode II: 2015 – 2019 dan

  Penetapan Kawasan Strategis Nasional di Provinsi Kal-Sel adalah: Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu Batulicin (Provinsi Kalimantan Selatan), dengan Tahap Pengembangan Periode I: 2008

  • – 2014 dan Sifat Pengembangan: Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi (Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan); 9.

   Beberapa hal terkait dengan Pulau Kalimantan yang terdapat dalam Indikasi Program

  Utama Lima Tahunan adalah: a.

  Revitalisasi dan percepatan pengembangan kota-kota pusat pertumbuhan nasonal, dengan Tahap Pengembangan: Periode I (2008

  • – 2014) dan Periode II (2015
  • – 2019); b.

  Pemantapan dan pengembangan jaringan jalan Arteri Primer: Pemantapan jaringan jalan Arteri Primer (jaringan jalan lintas Selatan Pulau

   Kalimantan), dengan Tahap Pengembangan: Periode I (2008

  • – 2014); Pengembangan jaringan jalan Arteri Primer menghubungkan antar wilayah di

   pulau (jaringan lintas Tengah dan Utara Pulau Kalimantan), dengan Tahap Pengembangan: Periode II (2015

  • – 2019), Periode III (2020 – 2024), Periode

  IV (2025

  • – 2027);
c.

  Pengembangan jalan Kolektor Primer menghubungkan antar wilayah di pulau (jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan), dengan Tahap Pengembangan: Periode I s/d Periode III (2010

  • – 2024); d.

  Pengembangan jalur kereta api antar kota (jaringan jalur kereta api lintas selatan Pulau Kalimantan bagian Barat dan Timur), dengan Tahap Pengembangan: Periode I s/d Periode III (2008

  • – 2019); e.

  Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air dan Pengendalian

  • – Daya Rusak Air dengan Tahap Pengembangan: Periode I s/d Periode IV (2008 2027); f.

  Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik pedalaman Kalimantan, dengan Tahap Pengembangan: Periode II s/d Periode III (2015

  • – 2024); g.

  Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terestrial (jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan

  • – Tahap Pengembangan: Periode I (2008 s/d 2014)
  • – dan Wilayah Utara Kalimantan – Tahap Pengembangan: Periode III (2020 – 2024).

  Tabel 3.1 No. Komponen Sifat Pengembangan Arahan Pengembangan Tinjauan Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional I Waktu Pelaksanaan II III IV A PERWUJUDAN STRUKTUR RUANG NASIONAL 1 Perwujudan Sistem Perkotaan Nasional A Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional 1 Pengembangan/Peningkatan Fungsi 2 1 Fungsi Kota Banjarmasin sebagai simpul utama wilayah: Kota Banjarmasin sebagai Pusat Kegiatan Nasional 2 Pusat layanan adminstrasi pemerintahan tingkat lokal; 1 Pusat pemerintahan Provinsi; (2008-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024) (2025-2027)

  3 Pintu primer transportasi udara regional/nasional; 4 Pusat jasa bisnis kegiatan Meeting, Incentive, Convention 8 Pusat distribusi koleksi perdagangan regional; 7 Pusat jasa transportasi darat dan sungai regional; 6 Pusat jasa keuangan/perbankan regional/nasional; 5 Pusat jasa pendidikan tinggi regional/nasional; and Exhibition (MICE) regional/nasional; 2 Perwujudan Sistem Transportasi Nasional C B Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota- Produksi Yang Berbasis Otonomi Daerah Berbasis Otonomi Daerah Kota Pusat Pertumbuhan Nasional Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Mendorong Pengembangan Kota-Kota Sentra Produksi Yang Amuntai, Martapura dan Marabahan 3 Pengembangan/Peningkatan Fungsi 2

  3 Amuntai, Martapura, Marabahan dan Kotabaru sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) 2 Kotabaru 1 A Aspek Sistem Jalan Bebas Hambatan 1 Pengembangan Jaringan Jalan Bebas Hambatan Koridor Jalan Banjarmasin – Liang Anggang

2 Koridor Jalan:

1 a b Kuala Kapuas – Banjarmasin 3 Perwujudan Pelabuhan Internasional dan Pelabuhan Nasional d Pelaihari – Pagatan c Liang Anggang – Martapura e Pagatan – Batulicin f Batulicin – Tanah Grogot (Kuaro) Marabahan – Banjarmasin B PERWUJUDAN POLA RUANG NASIONAL 1 Perwujudan Kawasan Lindung Nasional B A Aspek Bandar Udara sebagai Simpul Transportasi Nasional Aspek Pelabuhan sebagai Simpul Transportasi Laut Udara Nasional: 1 Pemantapan Pelabuhan Internasional 2 Pemantapan Pelabuhan Nasional 1 Banjarmasin sebagai Pelabuhan Internasional 2 Batulicin sebagai Pelabuhan Nasional A Wilayah Sungai (WS) Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan SDA, dan Wilayah Sungai Barito – Kapuas termasuk dalam lintas provinsi Pengendalian Daya Rusak Air 3-

  13

  3-

  14 Sumber: Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional II III IV (2008-2009) (2010-2014) (2015-2019) (2020-2024) (2025-2027) B Pengembangan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional 1 Suaka Margasatwa dan Suaka Margasatwa Laut 1 Suaka Margasatwa Pleihari Martapura 2 Suaka Margasatwa Kuala Lupak 2 Cagar Alam dan Cagar Alam Laut 1 Cagar Alam Teluk Kelumpang, Selat Laut, Selat Sebuku 2 Cagar Alam Sungai Lulan dan Sungai Bulan 3 Cagar Alam Teluk Pamukan 3 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya Sultan Adam 4 Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut 1 Taman Wisata Alam Pleihari Tanah Laut 2 2 Perwujudan Pengembangan Kawasan Budi Daya Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Andalan 1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian Kawasan Kandangan dan sekitarnya 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan 3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata 1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian Kawasan Banjarmasin Raya dan sekitarnya 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan 3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan 4 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata 5 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan 1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perkebunan Kawasan Batulicin 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Kehutanan 3 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertanian 4 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Industri Pengolahan 5 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pariwisata 6 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan 1 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Perikanan Kawasan Andalan Laut Pulau Laut 2 Pengembangan Kawasan Andalan untuk Pertambangan C INDIKASI PROGRAM UTAMA LIMA TAHUNAN PULAU KALIMANTAN 3 Perwujudan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Batulicin 1 Revitalisasi dan Percepatan Pengembangan Kota-Kota Pusat Pertumbuhan Nasional 2 Pemantapan dan Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer a Pemantapan Jaringan Jalan Arteri Primer (Jaringan Jalan Lintas Selatan Pulau Kalimantan) b Pengembangan Jaringan Jalan Arteri Primer menghubungkan antar wilayah di pulau (Jaringan Lintas Tengah dan Utara Pulau Kalimantan) 3 Pengembangan Jalan Kolektor Primer menghubungkan antar wilayah di pulau (jaringan jalan pengumpan Pulau Kalimantan) 4 Pengembangan jalur kereta api antar kota (jaringan jalur kereta api lintas selatan Pulau Kalimantan bagian Barat dan Timur) 5 Konservasi Sumber Daya Air, Pendayagunaan Sumber Daya Air dan Pengendalian Daya Rusak Air 6 Pengembangan jaringan transmisi tenaga listrik pedalaman Kalimantan 7 Pengembangan sistem jaringan telekomunikasi terestrial a Jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Pantai Selatan Kalimantan b Jaringan pelayanan pusat pertumbuhan di Wilayah Utara Kalimantan Waktu Pelaksanaan I No. Komponen Pengembangan/Peningkatan Kualitas Kawasan Rehabilitasi dan Pengembangan Kawasan Strategis Nasional Dengan Sudut Kepentingan Ekonomi Taman Wisata Alam Laut Pulau Laut Barat – Selatan dan Pulau

Sembilan

Sifat Pengembangan Arahan Pengembangan

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

  3-

  15

  

3-

  

16

3.1.4 Arahan rencana Pembangunan Daerah

  Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) disusun berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan Keuangan Daerah, Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, dan Program Satuan Kerja Perangkat Daerah, Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

  Penyusunan RPIJM perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM CK seperti visi, misi, serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

  Berdasarkan permasalahan, tantangan, serta keterbatasan yang dihadapi Kota Banjarmasin , Visi Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016

  • –2021, yaitu: “Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan,

  Mandiri dan Berdaya Saing

  ” Berdasarkan visi pembangunan Kota Banjarmasin ditetapkan 8 (delapan) Misi

  Pembangunan Kota Banjarmasin Tahun 2016

  • –2021, yaitu: 1.

  Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan Terampil; 2.

  Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal, Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan;

3. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan

  Pengembangan Ekonomi Dan Sosial Budaya 4. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;

  Dan 5. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi Pada Pelayanan Publik.

3.2 Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1 Rencana Kawasan Permukiman

3.2.1.1 ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

  Arahan kebijakan sector pengembangan permukiman merupakan amanat yang telah ditetapkan dalam kebijakan nasional untuk penyediaan dan pemenuhan permukiman penduduk yang layak dan sehat, sebagaimana yang tertuang didalam peraturan perundangan yang telah ditetapkan, yaitu :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

  Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah : Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut : a.

  Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

  b.

  Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

  Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan nasional Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah : a.

  Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

  b.

  Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.

  c.

  Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.

  d.

  Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah- wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

  e.

  Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.

  f.

  Pembangunan kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil diseimbangkan pertumbuhannya dengan mengacu pada sistem pembangunan perkotaan nasional. Upaya itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan fisik kota

  (urban sprawl & conurbation), seperti yang terjadi di wilayah yang tidak terkendali pantura Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal.

  g.

  Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam pengelolaan,serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan melalui: 1. penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran dan fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota tersebut tidak hanya berfungsi sebagai kota tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi juga menjadi kota mandiri;

  2. pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan 3. perevitalan kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi antarmoda. h.

  Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing. i.

  Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (nonpertanian) dipedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan. j.

  Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan; peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya; pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama terhadap harga dan upah. k.

  Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan,pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang. l.

  Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah; menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama antardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalam pembangunan lainnya. m.

  Sistem ketahanan pangan diarahkan untuk menjaga ketahanan dan kemandirian pangan nasional dengan mengembangkan kemampuan produksi dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. n.

  Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha. o.

  Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana. p.

  Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan pada : 1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien;

  2) penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan

  3) pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. q.

  Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada : 1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi;

  2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; 3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan profesional;

  4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin. r.

  Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar rakyat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.

  Berdasarkan Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

  Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk : a.

  Memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman; b.

  Mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR; c.

  Meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan; d. Memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman; e.

  Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan f. Menjamin terwujudnya rumah yang layak huni dan terjangkau dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, teratur, terencana, terpadu, dan berkelanjutan.

  Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir

  d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

  3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

  Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk : a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam pemanfaatannya; b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas

  4. Peraturan Presiden No.

  15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

  Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.