ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN - Test Repository

  ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN TUGAS AKHIR

  

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN

Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah

  Oleh: AYUK WIRYAN UTAMI NIM: 201-14-061

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  

ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL

HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN

TUGAS AKHIR

  

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN

Salatiga untuk memenuhi salah satu syarat Guna Memperoleh

Gelar Ahli Madya Jurusan D III Perbankan Syariah

  

Oleh:

AYUK WIRYAN UTAMI

NIM: 201-14-061

  

JURUSAN DIII PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

  

MOTTO

  “Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan hebat adalah cintai apa yang anda lakukan” (Steve Jobs)

  “Berani karena benar, takut karena salah janganlah iri dengan apa yang didapat oleh orang lain, karena kitapun bisa mendapatkannya pula”

  (Penulis)

  

PERSEMBAHAN

  Alhamdulilah, tiada henti-hentinya penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas ridho-nya akhirnya penulis bisa menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tidak ada halangan apapun. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1.

  Bapak Slamet Subiyanto, terimakasih telah memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis tidak hanya dari segi materi namun juga semangat dan doa.

  2. Ibu Endang Sri Wiryani, yang selalu memberikan semangat dikala penulis putus asa. Menjadi tempat bercerita dan juga tidak pernah lupa untuk mendoakan dan menjadi penyemangat nomer satu.

  3. Kakak-Kakakku Putri Wiryaningsih dan Ata Riski Wiryandari terimakasih untuk nasehat dan semangat yang luar biasa untuk penulis.

  4. Rijet Tri Yogi, yang selalu memberi dukungan dan semangat dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

  5. Bapak Mochlasin M.Ag. Selaku pembimbing yang telah banyak memberikan arahan serta bimbingannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

  6. Sahabat-sahabatku Desi, Mutoharoh, Arni, Tutik Dan Afsi yang selalu memberi semangat untuk menyelesaikan Tugas Akhir.

  7. Teman-teman DIII Perbankan Syariah 2014 yang berjuang bersama-sama.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

  Puji syukur kepada Allah, karena berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga sehingga penyusunan Tugas Akhir ini bisa terselesaikan tepat waktu. Semua ini tak lepas dari dukungan, bantuan, doa dan bimbingan dari semua pihak yang terlibat dalam penulisan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat, tabi’in dan tabiat serta kepada kita selaku umatnya.

  Tugas Akhir ini disusun sebagai syarat meraih gelar Ahli Madya Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga dengan judul “ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN QARDHUL HASAN DI BMT SH@R’IE UNGARAN”. Penulis mengakui bahwa semua ini tak akan terselesaikan tanpa bantuan dari semua pihak yang terlibat dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Karena itulah penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu. Ungkapan terimakasih kadang tidak bisa mewakili kata-kata, hingga kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2.

  Bapak Dr. Anton Bawono, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga 3. Bapak Drs. Alfred L., M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi DIII

  Perbankan Syariah

  4. Bapak Mochlasin, M.Ag. selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

  5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmunya dengan tulus.

  6. Bapak H. Sri Widodo, S.E selaku Manager BMT Sh@r’ie beserta seluruh pegawai yang telah membimbing selama peneliti melakukan kegiataan magang dan penulisan Tugas Akhir.

  7. Kedua Orang tuaku tercinta, terima kasih tak terhingga atas doa, semangat kasih sayang, pengorbanan, dan ketulusannya dalam mendampingi penulis.

  Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridha-Nya kepada keduanya. Serta tidak lupa Kakak-kakakku Putri dan Ata yang setiap harinya memberi semangat dalam penulisan Tugas Akhir.

  8. Semua pihak yang telah membantu, memberikan semangat serta doanya, yang tidak dapat disampaikan satu persatu. Terima kasih banyak.

  Akhirnya, penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharap kritik dan saran yang dapat membangun. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Amin.

  Wassalamu’alaikumWr.Wb.

  Salatiga, 11 Agustus 2017 Penulis

  

ABSTRAK

  Utami, Ayuk Wiryan. 2017. Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan Di BMT Sh@r’ie Ungaran. Tugas Akhir, Falkutas Ekonomi dan Bisnis Islam Program Studi DIII-Perbankan Syariah IAIN Salatiga.

  Pembimbing Mochlasin, M.Ag.

  Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masyarakat yang memiliki hal keterbatasan modal dalam mengembangkan usaha kecil, kebutuhan yang mendesak, dan ekonomi yang lemah. BMT Sh@r’ie menyalurkan dana kebajikan untuk masyarakat yang tidak mampu melalui pembiayaan Qardhul Hasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motivasi nasabah dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana serta realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran. Metode pengumpulan yang dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa wawancara, observasi, dan dokumentasi.

  Hasil penelitian ini menunjukan bahwa motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan yaitu, keadaan ekonomi anggota yang lemah, tidak cukupnya modal dana untuk membuka usaha, penghasilan yang tidak tetap, suami sudah meninggal dunia dan masih membiayai sekolah anak. Sumber-sumber dari pembiayan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran berasal dari infaq, shadaqah, surplus bagi hasil dan simpanan amanah. Dalam realisasi pembiayaan Qardhul

  Hasan di BMT

  Sh@r’ie Ungaran tingkat keberhasilan nasabah hanya 50%. Dan adanya perpanjangan waktu untuk anggota pembiayan yang sudah jatuh tempo. Sedangkan pembiayaan ini bertujuan untuk mensejahterakan dan menganggkat perekonomian nasabah yang kurang mampu.

  Kata Kunci: Pembiayaan, Qardhul Hasan, BMT

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................................... iv PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ..................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii ABSTRAK .............................................................................................................. x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 6 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 7 E. Metode Penelitian ......................................................................................... 8 F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ........................................................................................... 13

  1. Pembiayaan ........................................................................................... 16

  2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan ............................................. 24

  3. Prinsip-Prinsip 5C . ................................................................................ 34

  BAB III GAMBARAN UMUM BMT SH@R’IE UNGARAN A. Profil BMT Sh@r’ie Ungaran ................................................................... 38

  1. Sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie ........................................... 38

  2. Visi dan Misi .......................................................................................... 38 3. legalitas Usaha ....................................................................................... 39

  4. Struktur Organisasi ................................................................................ 39

  5. Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie .................................. 40

  6. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Jabatan ................................ 41

  7. Jam Operasional .................................................................................... 48

  B. Produk- Produk pada BMT Sh@r’ie ........................................................... 48

  1. Produk Simpanan ................................................................................... 48

  2. Produk Pembiayaan ................................................................................ 52

  3. Syarat Pengajuan Pembiayaan ............................................................... 55

  BAB IV ANALISIS DATA A. Motivasi Anggota Dalam Pengajuan Pembiayaan Qardhul Hasan ........... 56 B. Sumber Dana Qardhul Hasan

  di BMT Sh@r’ie Ungaran ......................... 58

  C. Mekanisme Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ....... 59

  1. Prosedur Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie ....................... 59

  2. Prosedur Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT

  D. Realisasi Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ........... 64

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................................... 69 B. Saran .......................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Pinjaman Qardh/ Qardhul Hasan ......................................... 25Gambar 3.1. Struktur Organisasi RAT BMT Sh@r’ie Ungaran ............................ 39

  

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Perbedaan antara Pinjaman Al-Qardh dengan Pembiayaan Qardhul

  .................................................................................................... 30

   Hasan

Tabel 4.1. Perkembangan Penyaluran Dana Qardhul Hasan Pada Anggota di

  BMT Sh@r’ie Ungaran periode 2013-2016 ......................................... 59

Tabel 4.2. Jangka Waktu Pengembalian Pembiayaan Qardhul Hasan .................. 63Tabel 4.3. Prosentase Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode 2013-2016 ...... 65Tabel 4.4. Nama Anggota, Jumlah dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode

  2013-2016 ............................................................................................. 65

Tabel 4.5. Jenis Usaha & Spesifikasi Penggunaan Dana Qardhul Hasan Periode

  2013-2016 ............................................................................................. 66

Tabel 4.6. Tingkat Keberhasilan Anggota Dalam Pengembalian Dana Qardhul

   Hasan Periode 2013-2016 .................................................................... 66

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan di

  seluruh aspek yang berkesinambungan meliputi, kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebelum berbicara lebih jauh mangenai kondisi perekonomian saat ini, khususnya yang terjadi di Indonesia yang ternyata belum stabil, masih terdapat masalah yang hingga kini belum terealisasikan, yakni pemenuhan lapangan pekerjaan demi kesejahteraan umat. Padahal di era global ini persaingan dunia usaha sangat ketat. Para pelaku bisnis dituntut berfikir keras mengatur strategi untuk mempertahankan dan memajukan bisnis yang mereka geluti. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tanpa berfikir panjang melakukan persaingan-persaingan yang tidak sehat terhadap lawan jenisnya (Antonio, 2001: 5).

  Cara untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat, para pengusaha hendaknya sejak dini memasang fondasi yang kuat guna untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, sehingga mampu bersaing secara sehat, khususnya para pengusaha kecil ataupun pengusaha menengah yang mempunyai banyak keterbatasan, baik dari segi permodalan, sarana dan prasarana, sumber daya manusia bahkan dalam hal pemasarannya.

  Permasalahan yang terletak di dalamya memang sangat komplek, akan tetapi yaitu modal usaha. Untuk menyikapi hal tersebut para pelaku pasar harus menggunakan pikiran jernih serta akal sehat sebagai langkah antisipasi haruslah memasang kuda-kuda untuk mempersiapkan diri sejak dini dan sebaik mungkin agar mampu bersaing terutama pada pengusaha kecil dan menengah yang banyak memiliki keterbatasan baik dalam sarana permodalan maupun sumberdaya manusia serta di bidang pemasarannya.

  Setiap kegiatan usaha pasti memerlukan modal kerja yang mungkin saja untuk saat ini sulit dipenuhi menyadari adanya kesulitan yang dialami pengusaha kecil dan menengah, pihak pemerintah ikut andil pembiayaan lunak bahkan kredit tanpa bunga, bahkan menganjurkan para pengusaha besar untuk menjadi bapak asuh bagi pengusaha kecil dan meminta agar bank-bank swasta maupun pemerintah bisa menyalurkan kredit dengan prosedur yang mudah dan bunga yang ringan. Namun hanya sedikit bank-bank yang mau membantu pengusaha kecil untuk bisa mengangkat dan memperbesarkan usaha mereka. Telah banyak upaya yang dilakukan pemerintah, akan tetapi hasilnya belum maksimal untuk dibutuhkan solusi lain agar masalah-masalah tersebut dapat teratasi dan kini pemerintah mulai mendorong usaha-usaha koperasi untuk membantu penyediaan modal kerja.

  Dengan adanya peristiwa-peristiwa tersebut maka pemberian pinjaman harus diartikan sebagai suntikan modal yang sifatnya sementara dan rangsangan karena pemberian pinjaman harus mampu mendorong produksi yang akhirnya akan meningkatkan kapitalisasi usaha kecil. Meningkatnya meningkatnya pendapatan dapat berdampak pada peningkatan produktifitas tersebut, maka tabungan juga akan mengalami peningkatan. Inilah awal kapitalisasi permodalan usaha kecil. Pemberian pinjaman juga harus dihindarkan dari terjadinya dampak ketergantungan yang berkepanjangan.

  Penerimaan pinjaman harus didasarkan tentang pentingnya penataan struktur keuangannya, sehingga secara berlahan dapat mandiri. Pengelolaan keuangan, secara sadar diharapkan dapat membantu meningkatkan produktifitas usaha kecil. Meningktnya plafon pinjaman harus dievaluasi ulang, apakah seiring dengan perluasan usaha atau tidak. Berdasarkan berbagai pengalaman tersebut maka sistem pemberian pinjaman yang ideal adalah bilamana terjadi hubungan timbal balik antara pemberi pinjaman secara menguntungkan. Pihak pemberi pentingnya menjalin hubungan baik dengan para anggota atau anggotanya, sementara pihak penerima merasakan kemanfaatan yang besar karena pelayanannya, sehingga tumbuh rasa saling tanggung jawab sesama umat (Antonio, 2001: 25).

  Pemerintah pun mulai mendorong kembali usaha koperasi untuk membantu penyediaan modal usaha. Koperasi yang disebut sebagai tonggak ekonomi bangsa ikut berperan dengan meluncurkan koperasi simpan pinjam serta koperasi serba usaha harapannya usaha yang dikelola bisa menjangkau masyarakat bawah. Pada koperasi simpan pinjam atau koperasi serba usaha juga melayani penyimpanan uang dan pinjaman dengan bunga lunak yang bisa dijangkau masyarakat bawah untuk modal usaha. Selain koperasi ada mengelola bisnis dan harta maal, lembaga tersebut bernama baitul maal

  

wattamwil (BMT). BMT lebih mengarah pada usaha pengumpulan dan

  penyaluran dana yang non profit seperti zakat, infaq dan shadaqah. Sedang

baitul tamwil sebagai usaha pengumpulan dan penyaluran dana komersial.

  Usaha-usaha tersebut menjadi bagian yang tidak terpisah dari BMT sebagai lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dengan berlandaskan syari’ah.

  Peran umum BMT yang dilakukan adalah melakukan pembinaan yang berdasarkan sistem syari’ah. Peran ini menegaskan arti penting prinsip- prins ip syari’ah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Sebagai lembaga keuangan syari’ah yang bersentuhan langsung dengan kehidupan masyarakat kecil yang serba cukup ilmu pengetahuan ataupun materi maka BMT mempunyai tugas penting dalam mengemban misi keislaman dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Kegiatan utama BMT adalah pendanaan dan pembiayaan. Dari dana simpanan yang akan disalurkan lagi kemasyarakat sebagai pembiayaan. Semakin banyak dana yang tersimpan di BMT, maka semakin banyak pula dana yang bisa dicairkan untuk pembiayaan. Oleh karena itu perlu strategi tertentu agar masyarakat tertarik untuk meminjam dana ke BMT. Semakin banyak dana yang dipinjamkan ke anggota maka akan semakin besar pendapatan yang akan diperoleh BMT. Prosentase bagi hasil yang diterapkan utuk anggota ditentukan oleh BMT pada akad diawal. BMT tidak digerakan dengan motif laba semata, tetapi juga motif sosial.

  Salah satu BMT (Baitul Maal Wattanwil) yang masih tetap eksis be rdiri sampai saat ini adalah BMT Sh@r’ie Ungaran yang berada di Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. Pada dasarnya BMT Sh@r’ie merupakan lembaga yang berbadan hukum Koperasi Serba Usaha (KSU). Meskipun BMT merupakan kegiataan utama yang tidak jauh berbeda dengan bank. Dalam bidang sosial, BMT menghimpun dan menyalurkan dana kebajikan berupa Qardhul Hasan serta menghimpun dan menyalurkan dana

  infak dan sedekah

  . BMT Sh@r’ie Ungaran mempraktekkan usaha sebagai pengumpulan dana serta simpan-pinjam yang sesuai dengan syariah. Dimana tidak ada riba dan bisa mengjangkau sector bawah, sehingga anggota atau anggota bisa mengangkat tingkat perekonomian mereka ke arah yang lebih baik.

  Salah satu bentuk pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie Ungaran adalah Qardhul Hasan yaitu model pembiayaan yang diperuntukan untuk membiayai kebutuhan anggota yang bersifat konsumtif dan mendesak yang ditujukan kepada anggota yang kurang mampu. Pengembangan di bidang sosial BMT Sh@r’ie, dimaksudkan mampu menjangkau lapisan masyarakat yang tidak mungkin untuk melakukan pembiayaan dengan dana komersial.

  Keberadaan produk qardhul hasan adalah salah satu solusi untuk mengoptimalkan dana zakat (infaq dan shadaqah). Ulama sangat menyadari bahwa pensyari’atan ZIS adalah salah satu terobosan besar yang ditawarkan sebagai solusi untuk usaha mengentaskan kemiskinan, menumbuhkan solidaritas sosial antar sesama anggota masyarakat, mengurangi kesenjangan dan yang terpenting adalah sebagai investasi modal bagi para mustahik dalam mengatasi berabagai kesulitan hidup (Sudarsono, 2003: 98).

  Penelitian sebelumnya tentang Qardhul Hasan dalam perbankan Syariah sudah dilakukan oleh Muhammad Akhyar Adnan dan Firdaus Furywardana (2006), Heru Sulisyo dan Abdul Hakim (2013), Hendri Hermawan A.N. (2008), Uswatun (2010) dan Suhendri (2011).

  Yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul

  Hasan , dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

  Berdasarkan berbagi uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik memilih judul : “Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan

  di BMT Sh@r’ie Ungaran”.

B. Rumusan Masalah 1.

  Apa motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ? 2. Apa sumber-sumber dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran ? 3. Bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie

  Ungaran ?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk mengetahui motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan

  Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

  2. Untuk mengetahui sumber-sumber Dana Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

  3. Untuk mengetahui realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

D. Manfaat Penelitan 1.

  Bagi Penelitian a.

  Untuk menambah wawasan pengetahuan ilmiah sehingga dapat dijadikan dasar serta sebagai salah satu studi banding bagi penulis lainnya untuk melakukan penelitian selanjutnya.

  b.

  Sebagai syarat kelulusan program D-III Perbankan Syariah.

  2. Bagi pihak IAIN Salatiga a.

  Memperkaya literature penelitian tentang Analisis Penerapan Pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

  b.

  Menambah wawasan bagi mahasiswa khususnya FEBI IAIN Salatiga.

  3. Bagi BMT a.

  Sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan.

  b.

  Sebagai pertimbangan dalam proses.

E. Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan metode kualitatif, yaitu sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Sarwono, 2006: 9).

  Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif dengan cara menggambarkan mengenai suatu kenyataan empiris dari obyek yang dijadikan penelitian. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di masyarakat (Mantra, 2004: 38).

2. Jenis data a.

  Data Primer Yaitu sumber data utama yang diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data langsung pada subjek dengan sumber informasi yang dicari. Sumber data ini diperoleh dengan cara mengumpulkan dan mengolah secara langsung dari sumbernya melalui wawancara berupa keterangan manajer dan karyawan BMT Sh@r’ie Ungaran (Sarwono, 2006: 16).

  b.

  Data sekunder Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih pihak lain. Meliputi berbagai referensi yang memuat berbagai informasi tentang penerapan pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran. Referensi tersebut berupa buku-buku, karya ilmiah, literatur, maupun sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini dan mampu untuk di pertanggungjawabkan (Sarwono, 2006: 17).

3. Teknik Pengambilan Data a.

  Wawancara Wawancara (interview) adalah proses memperoleh suatu fakta atau data dengan melakukan komunikasi langsung (tanya jawab secara lisan) denga responden, baik secara temu wicara atau menggunakan teknologi komunikasi (jarak jauh). Dalam wawancara ini ada dua belah pihak yang berinteraksi yaitu yang bertanya disebut dengan interviewer (pewawancara) dan interviewee (yang diwawancarai) (Supardi, 2005: 121). Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan Pimpinan BMT Sh@r’ie selaku pengelola BMT Sh@r’ie dan anggota pembiayaan Qardhul Hasan.

  b.

  Observasi Observasi adalah pengamatan, prhatian atau pengawasan.

  Artinya, mengumpulkan data atau menjaring data dengan melakukan pengamatan terhadap subyek dan penelitian secara seksama (cermat dan teliti) dan sistematis (Supardi, 2005: 136).

  Metode ini penulis menggunakan untuk memperoleh data berupa magang untuk memperoleh data secara nyata mengenai pembiayaan Qardhul Hasan .

  c.

  Dokumentasi Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan-catatan suatu peristiwa yang ditinggalkan baik tertulis maupun tidak tertulis (Sugiyono, 2016: 400).

  Dalam metode ini penulis menggunakan dengan melihat data yang diberikan oleh BMT Sh@r’ie sebagai bahan acuan, serta mencari literature buku dan internet yang sesuai dengan tema Tugas Akhir.

4. Teknik Analisis Data

  Analisis data dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan interprestasi secara logis, sistematis, dan konsisten sesuai dengan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dan sifat data yang diperoleh. Adapun metode analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif, untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas. Data yang diperoleh kemudian akan disusun secara sistematis sehingga akan diperoleh gambaran yang komprehensif, dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif yaitu dengan memperhatikan data-data yang ada (Sarwono, 2006: 239).

  Analisis data dalam penelitian di sini, setelah data dikumpulkan diolah dan dianalisa dengan analisis deskriptif. Analisis yang digunakan dalam hal-hal yang bersifat umum. Setelah dilakukan analisis terhadap data BMT Sh@r’ie Ungaran, kemudian ditafsirkan dengan kerangka pemikiran berdasarkan studi pustaka. Terakhir adalah menarik kesimpulan sesuai dengan permasalahan penelitian.

F. Sistematika Penulisan

  Pada penelitian ini tedapat 5 (lima) bab yang terdiri dari beberapa sub bab yang dapat diuraikan kembali. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini terdiri terdiri dari latar belakang, rumusan

  masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan.

  BAB II : Landasan Teori Dalam bab ini terdiri dari kajian pustaka, kajian teoritik yang didalamnya meliputi: pengertian, unsur, tujuan, fungsi, dan jenis-jenis pembiayaan, pengertian Al-Qard dan Qardhul Hasan, Skema Qardhul Hasan, Landasan Syariah, Rukun dan Syarat Qardhul Hasan , perbedaan pinjaman Al-Qard dan pembiayaan Qardhul Hasan , Sumber dana Al-Qard dan Qardhul Hasan, manfaat Qardhul Hasan, fatwa DSN-MUI tentang Qardhul Hasan dan prinsip-prinsip 5C.

  BAB III : Gambaran Umum BMT Sh@r’ie Ungaran Pada bab ini mencakup gambaran secara umum mengenai BMT Sh@r’ie Ungaran antara lain tentang sejarah dan perkembangan BMT Sh@r’ie, Visi dan Misi BMT Sh@r’ie, Legalitas Usaha, Struktur organisasi BMT Sh@r’ie, Susunan Pengurus dan Pengelola BMT Sh@r’ie, Tugas Wewenang dan Tanggung jawab Jabatan, Jam Operasional BMT Sh@r’ie serta Produk- produk BMT S@r’ie seperti produk simpanan dan produk pembiayaan.

  BAB IV : Hasil Penelitian Pada bab ini berisikan hasil penelitian yang dilakukan mengenai motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaa Qardhul Hasan pada BMT Sh@r’ie, sumber-sumber dana Qardhul Hasan, dan bagaimana penerapan pembiayaan Qardhul Hasan pada BMT Sh@r’ie di wilyah Ungaran.

  BAB V : Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan yang diperoleh berdasarkan penelitian dan saran-saran yang dikemukakan. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka Adnan dan Firdaus (2006) meneliti tentang Evaluasi Non Perfomance Loan (NPL) Pinjaman Qardhul Hasan (Studi Kasus di BNI Syariah Cabang Yogyakarta). Metode penelitian analisis regresi, sampel yang digunakan anggota BNI Syariah cabang Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukan bahwa resiko pembiayaan Qardhul Hasan

  yang terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan. Peneliti ini mengambil studi kasus pada salah satu cabang BNI Syariah yakni Kantor Cabang Yogyakarta Syariah, karakter yang baik dan referen yang objektif serta payment yang semakin baik mampu menurunkan rasio NPL. Sedangkan purpose tidak memberikan kontribusi terhadap NPL, peningkatan atau penurunan NPL tidak dapat diprediksikan dari tujuan penggunaan.

  Sulisyo dan Hakim (2013) meneliti tentang Model Pembiayaan Pedagang Kaki Lima (PKL) Melalui Qardhul Hasan. Metode penelitian kualitatif, sampel penelitian yang digunakan 100 orang responden.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa pembiayaan Qardhul Hasan bagi pedagang kaki lima ternyata sangat bermanfaat dalam meningkatkan omzet penjualan dan tingkat kesejahteraannya. Namun demikian, proporsi pembiyaan Qardhul Hasan dengan melibatkan berbagai instansi secara komprehensif, seperti Dinas Koperasi dan UKM, Dinas Pasar, Bazda Kota Semarang dan Bazda Provinsi Jawa Tengah, Laznas, Bank syariah, BPR syariah untuk menentukan data base bagi pembiayaan PKL, pembinaan dan pendampingan usaha. Selama ini tidak ada koordinasi sama sekali antara instansi terkait. Dengan demikian diharapkan peningkatan proporsi pembiyaan bagi PKL akan dapat mengurangi tingkat kemiskinan di Kota Semarang.

  Hermawan (2008) meneliti tentang Sumber dan Penggunaan Dana

Qard dan Qardhul Hasan pada Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta.

  Metode penelitian kualitatif dan penelitian deskriptif, sampel yang digunakan

  

purposive sampling terdiri dari seluruh muqtaridh pada periode tahun 2004-

  2006 yaitu 8 mustaqridh dan 2 perwakilan sta ff Bank BRI Syariah Cabang Yogyakarta.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber dana Qardhul Hasan pada Bank BRI Syariah Yogyakarta berasal dari denda anggota dan pendapatan non halal. Sehingga pendistribusian hanya dialokasikan kepada warga dhu’afa yang berdomisili di sekitar Kantor Cabang Bank BRI Syariah Yogyakarta. Penggunaan dana qard untuk modal usaha (100%) sedangkan penggunaan dana Qardhul Hasan 12,5% untuk biaya sekolah (anak) dan 87,5% untuk modal usaha. Namun sumber dana Qardh dan Qardhul Hasan pada bank BRI Syariah kurang sesuai secara normati dan yuridis, karena dana ZIS dikelola tersendiri di Bank BRI Pusat, yang mana seharusnya dikelola oleh BRI Syariah Yogyakarta sebagai dana Qardh dan Qardhul Hasan.

  Uswatun (2010) meneliti Tentang Pengaruh Pembiayaan Qardhul

  

Hasan Pada BNI Syariah Cabang Semarang Terhadapat Perkembangan

  Usaha Kecil. Metode penelitian yang digunakan metode kualitatif, sampel penelitian yang digunakan 33 orang responden.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa Pembiayaan Qardhul Hasan pada memiliki konstribusi hanya sebesar 11,80% terhadap perkembangan usaha kecil. Meskipun Pembiayaan Qardhul Hasan pada BNI Syariah cabang Semarang tidak berpengaruh terhadap perkembangan usaha kecil, akan tetapi masih memiliki peran dalam hal penambahan modal usaha, mempertahankan kelangsungan usaha, dan mengalihkan ketergantungan mereka dari lembaga yang berbasis bunga.

  Suhendri (2011) meneliti tentang Manajeman Qardhul Hasan Dalam Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Di BAZ Kota Depok. Metode penelitian kualitatif.

  Hasil penelitian menujukan bahwa manajemen Qardhul Hasan terdapat adanya perencanaan yang di dalamnya berbagai proses kegiatan yang kurang berjalan dengan semestinya, sedangkan dalam pengorganisasian bisa dikatakan sudah cukup baik. Masih banyaknya masalah dalam bimbingan dan komunikasi yang dihadapi menjadi penyebab kurang berjalannya penggerakan ini dengan baik atau sesuai apa yang direncanakan. Dalam pengawasan sudah dikatakan cukup baik, meskipun masih terdapat kendala dalam melakukan pengawasan.

  Manfaat dari program Qardhul Hasan dalam pembiayaan usaha kecil menengah, dapat berhasil dalam pertumbuhan ekonomi. Terbukti dengan berkembangnya (membuka usaha lain) usaha si peminjam. Dan dengan meresponnya si peminjam dalam mengembalikan pinjaman artinya perekonimian si peminjam meningkat dan terbantukan.

  Sedangakan yang membedakan penelitian sebelumnya dengan penelitian saya yaitu penelitian saya lebih mengarah kepada motivasi anggota dalam pengajuan pembiayaan Qardhul Hasan, sumber-sumber dana Qardhul

  Hasan , dan bagaimana realisasi pembiayaan Qardhul Hasan di BMT Sh@r’ie Ungaran.

B. Kajian Teoritik 1. Pembiayaan a.

  Pengertian Pembiayaan Pembiayaan merupakan kegiatan bank syariah dan lembaga keuangan lainnya contohnya BMT dalam menyalurkan dananya kepada pihak anggota yang membutuhkan dana. Pembiayaan sangat bermanfaat bagi bank syariah maupun BMT, anggota dan pemerintah. Pembiayaan memberikan hasil yang besar diantara penyaluran dana lainnya yang dilakukan oleh bank syariah. Sebelum menyalurkan dana melalui pembiayaan, bank syariah perlu melakukan analisis pembiayaan yang

  Pembiayaan atau financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan (Rivai, 2008: 6).

  b.

  Unsur Pembiayaan Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.

  Dengan demikian, pemberiaan pembiayaan adalah pemberian kepercayaan. Hal ini berarti prestasi yang diberikan benar-benar harus diyakini dapat dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Unsur-unsur yang dalam pembiayaan tersebut adalah:

  1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi pembiayaan (shahibul mal) dan penerima pembiayaan (mudharib). Hubungan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan merupakan kerja sama yang saling menguntungkan, yang diartikan sebagai kehidupan tolong menolong.

  2) Adanya kepercayaan shahibul mal dan mudharib yang didasarkan atas prestasi dan potensi mudharib.

  3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak shahibul mal dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari mudharib kepada shahibul mal.

  4) Adanya penyerahan barang, jasa atau uang dari shahibul mal kepada mudharib.

  5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur esensial pembiayaan. Pembiayaan terjadi karena unsur waktu, baik dilihat dari mudharib.

  6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik di pihak shahibul mal maupun mudharib. Risiko dipihak shahibul mal adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar pinjaman konsumen atau karena ketersedian membayar. Resiko dipihak mudharib adalah kecurangan dari pihak pembiayaan, antara lain berupa shahibul mal yang bermaksud untuk mencaplok perusahaan yang diberi pembiayaan atau tanah yang dijaminkan (Rivai, 2008: 5).

  c.

  Tujuan Pembiayaan Menurut Muhammad secara makro pembiayaan bertujuan untuk meningkatkan ekonomi umat, tersedianya dana bagi peningkatan usaha, meningkatkan produktifitas, membuka lapangan kerja baru, dan terjadi distribusi pendapatan. Sedangkan secara mikro pembiayaan diberikan dengan tujuan memaksimalkan laba, meminimalkan resiko, penyalahgunaan sumber ekonomi, dan penyaluran kelebihan dana (Muhammad, 2016: 17).

  d.

  Fungsi Pembiayaan Sesuai dengan tujuan pembiayaan tersebut, maka pembiayaan memiliki fungsi sebagi berikut: meningkatkan Utility (daya guna) dari modal/ uang, meningkatkan Utility (daya guna) suatu barag, meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, menimbulkan gairah usaha masyarakat, pembiayaan sebagai alat stabilisasi ekonomi, pembiayaan sebagai jembatan untuk peningkatan pendapatan Nasional, dan pembiayaan sebagai alat hubungan ekonomi Internasional (Rivai, 2008: 7).

  e.

  Jenis-jenis Pembiayaan Jenis pembiayaan dapat dibedakan berdasarkan sifatnya, keperluan serta akadnya (Antonio, 2001: 16).

  1) Menurut sifat penggunannya, pembiayaan dibagi menjadi dua yaitu:

  a) Pembiayaan produktif

  Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan. Produksi dalam arti luas yaitu peningkatan usaha baik usaha produksi maupun investasi.

  b) Pembiayaan konsumtif

  Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang habis digunakan untuk memenuhi

  2) Menurut keperluannya pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua macam yaitu: a)

  Pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan:

  1. Peningkatan produksi, baik seacara kuantitatif yaitu jumlah hasil produksi maupun secara kualitatif yaitu peningkatan kualitas aau mutu hasil produksi.

2. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan. Utility of place dari suatu barang.

  b) Pembiayaan investasi, yaitu memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital good) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

  3) Pembiayaan dari jenis akad jual beli antara lain:

  a) Pembiayaan Murabahah

   Murabahah berarti pembelian barang dengan pembayaran

  ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan yang diberikan kepada anggota dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory). Pembiayaan mirip dengan kredit modal kerja yang biasa diberikan oleh bank-bank konvensional, dan karenanya pembiayaan murabahah berjangka waktu dibawah satu tahun.

  Pembiayaan ini merupakan pembiayaan untuk jual beli disepakati. Pembiayaan ini sangat membantu anggota yang membutuhkan barang di mana pada saat membutuhkan barang tersebut anggota belum mempunyai uang tunai.

  Pihak BMT membantu membiayai dan anggota harus memenuhi kewajibannya pada saat tertentu yang telah disepakati bersama. Namun keuntungan dapat diminta setiap bulan atau sekaligus dengan pokoknya.

  Sistem ini dapat dibagi menjadi empat antara lain: 1.

  Murabahah Jual beli berlaku umum untuk semua barag yang dapat diadakan seketika menjadi transaksi.

  2. Ba’I As-salam Pembelian barang yang dananya dibayar dimuka, sedangkan barangnya diserahkan kemudian (spesifikasi barang tersebut jelas).

  3. Ba’I Isthisna Kontrak jual beli barang dengan pesanan. Pembeli memesan barang kepada produsen barang, namun produsen berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang tersebut sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan.

  4. Ijarah Muntahiyah Bittamlik Merupakan akad perpaduan antara sewa sewa dengan pembelian karena terjadi pemindahan hak. BMT sebagai penyedia barang pada hakekatnya tidak berhajat akan barang tersebut, sehingga angsuran dari anggota bisa dihitung sebagai biaya pembelian dan akhir waktu setelah lunas barang menjadi milik anggota atau anggota. 4)

  Pembiayaan berdasarkan prinsip kerjasama (partnership)

  a) Pembiayaan Mudharabah

  Pembiayaan mudharabah adalah suatu bentuk pembiayaan dimana pemilik modal (BMT) bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek atau usaha dan pengusaha setuju untuk mengelola proyek tersebut dengan hasil pembagian sesuai dengan perjanjian, apabila usaha yang dibiayai tersebut mengalami kerugian maka kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan pihak pengusaha menanggung kerugian dalam bentuk pikiran, tenaga serta waktu yang telah dikorbankan.

  b) Pembiayaan Musyarakah

  Musyarakah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau

  beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek, dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut serta, mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam manajemen proyek. Kentungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan menurut profesi penyertaan modal masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama. Bila rugi kewajibannya hanya terbatas dengan modal masing-masing.

  c) Pembiayaan Al-Qardhul Hasan

  Merupakan pembiayaan berakad ibadah, diberikan kepada kaum dhuafa atau keperluan yang sifatnya darurat atas dasar kewajiban sosial. Peminjam hanya diwajibkan untuk mengembalikan sebesar pokoknya saja sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan.

  d) Pembiayaan berdasarkan Prinsip Jasa 1.

  Al Wakalah atau wakil BMT menerima amanah dari investor yang akan menanamkan modalnya kepada anggota, BMT menerapkan

  fee manajeman.

  2. Kafalah atau garansi Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak lain untuk memenuhi kewajibannya kepada pihak yang ditanggung.

  3. Hawalah atau pengalihan utang Pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

  4. Ar Rohn (gadai) Menahan salah satu harta milik peminjam sebagai

2. Pembiayaan Al-Qard dan Qardhul Hasan a.

  Pengertian Al-Qardh dan Qardhul Hasan

  Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

  ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Pemberian dana al-qardh kepada anggota ini berdasarkan pada kebutuhan dana yang sifatnya mendesak (Riswandi, 2015: 252).

  Pengertian Qardh juga dijelaskan dalam fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor: 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh. Al-

  Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada anggota (muqtaridh)

  yang memerlukan dan pihak muqtaridh tersebut wajib mengambilkan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama (http//www.dsnmui.or.id diunduh 15 Desember 2016 pukul 10:20).

  Sedangkan Qardhul Hasan adalah Pinjaman lunak ini diberikan atas dasar kewajiban sosial semata dimana anggota tidak dituntut untuk mengembalikan apapun kecuali modal. Qardhul hasan dalam kitab- kitab klasik adalah Qardh. Qardh secara etimologi berarti al-

  qot’u yang

  artinya pemotongan. Harta yang disodorkan kepada orang yang berhutang disebut Qardh, karena merupakan “potongan” dari harta orang yang memberikan hutang. Qardhul Hasan atau pinjaman kebajikan merupakan suatu pembiayaan yang bersifat sosial dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Kata Qardhul Hasan diambil dari