PRESTASI TAHFIZH AL QURAN DITINJAU DARI SELF REGULATION DAN PERSEPSI TENTANG KOMPETENSI DOSEN TAHFIZH DI FAKULTAS DAKWAH IAIN SALATIGA - Test Repository

  

PRESTASI TAHFIZH AL QUR’AN DITINJAU

DARI SELF REGULATION DAN PERSEPSI TENTANG

KOMPETENSI DOSEN TAHFIZH DI FAKULTAS

DAKWAH IAIN SALATIGA

  

Oleh :

Dra. Sri Suparwi M.A.

Qurrotu Ayun M. Psi.

  

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA ASYARAKAT

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

  

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an..

  Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi KPI Fakultas Dakwah Institut Agama Islam Negeri di Salatiga yang telah mengambil mata kuliah Al Qur’an 2 berjumlah 88 mahasiswa. Alat pengumpul data yang digunakan 2 skala yaitu skala self regulation dan skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh. Sedangkan nilai prestasi tahfizh Al Qur’an diperoleh dari data dokumentasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan analisis regresi ganda melalui program SPSS versi 16,0 for windows..

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an (R =0,578 , F = 21,360; p = 0,000< 0,01, dan

2 R = 0,334).

  Kata Kunci : Prestasi Tahfizh Al Qur’an, Self Regulation dan Persepsi tentang Kompetensi Dosen Tahfizh.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dengan judul Prestasi tahfizh Al

Qur’an ditinjau dari self regulation dan persepsi tentang

kompetensi dosen tahfizh di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga.

  Penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Dr. Rahmat Haryadi M.Pd. selaku Rektor IAIN di Salatiga.

  2. Prof. Budiharjo M.Ag. selaku konsultan penelitian.

  3. Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. selaku Kepala LP2M IAIN di Salatiga.

  4. Dr. Mukti Ali M. Hum. selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN di Salatiga. Penelitian ini pasti mempunyai kekurangan dan

keterbatasan, namun dalam kesederhanaannya penulis

berharap hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia

pendidikan di Indonesia, khususnya pengembangan

pendidikan di Fakultas Dakwah IAIN di Salatiga. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Salatiga, 1 November 2017

  

Penulis,

Sri Suparwi

  DAFTAR ISI Halaman i

  

Judul …………………………….……

ii Pengesahan ……………………………………… ii Surat Pernyataan ……………………….……… iv Abstrak …………………………………………. Kata Penga v ntar …………………………………. vi Daftar Isi …………………………………………

  

Daftar Tabel …………………………………….. ii

BAB I. PENDAHULUAN ……………………… A.

  1 Latar Belakang Masalah …………………….

  B.

  

Rumusan Masalah …..……………………… 5

C.

  5 Manfaat Penelitian …………………..……… D.

Keaslian Penelitian ……....…………………. 6

  BAB II. LANDASAN T

  10 EORI………………… A.

  10 Prestasi tahfizh Al Qur’an………………….

  B.

  11 Self Regulation ……………………………… C.

Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh .. 13

D.

  15 Hipotesis …………………………..…………

  BAB I

  16 II. METODE PENELITIAN ……………..

  A.

  16 Identifikasi dan Operasonalisasi Variabel...

  B.

  17 Subyek Penelitian… ………………………….

  C.

  17 Teknik Pengumpulan Data ………………… D.

  20 Validitas dan Reliabilitas ………………….

  E.

  26 Teknik Analisa Data …………….………….

BAB 1V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 27 A.

  27 Deskripsi Data Penelitian ……………..…

  B.

  31 Hasil Penelitian …………………………....

  C.

  34 Pembahasan ……………………………….

  37 BAB V. KESIMPULAN ………………………… A.

  37 Kesimpulan ………………………………..

  B.

  37 Saran ………………………………………

  40 Daftar Pustaka…………………………………….

  44 Lampiran ………………………………………….

  DAFTAR TABEL TABEL HALAMAN

  3.1. Sebaran Aitem

  18 Skala Self Regulation ………….

  3.2. Sebaran Aitem Skala PTKDT

  19 ………………….

  3.3. Hasil Ujicoba Skala Self Regulation

  21 …………..

  3.4. Hasil Ujicoba Skala

  22 PTKDT ……………..……

  3.5. Hasil uji

  23 Reliabilitas Skala ……………………

  21

  4.1. Deskripsi Data Penelitian ………………………

  4.2. Hasil Kategorisasi P restasi Tahfizh Al Qur’an .. 29

  4.3. Hasil Kategorisasi Skala

  30 Self Regulation ……..

  4.4. Hasil Kategorisai Skala PTKDT

  30 ………….….…

  4.5. Hasil Uji Normalitas Variabel Penelitian

  31 …….

  4.6. Hasil Uji Linieritas Hubungan Antar Variabel..

  32

  33 4.7. Hasil Uji Multikolinieritas ……………………..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dr. H. Ahmad Fathoni Lc. MA. Dalam artikelnya sejarah

  dan perkembangan pengajaran tahfizh Al- qur’an di Indonesia menyebutkan, pesantren Krapyak milik KH. Muhammad Munawwir merupakan perintis pembelajaran tahfizh di Indonesia.

  Menurutnya eksistens i tahfizul Qur’an di Indonesia makin semarak saat memasuki era kemerdekaan tahun 1945 hingga Musabaqoh tilawatil Qur’an tahun 1981 (Republika, 2015).

  Perkembangan pengajaran tahfizh Al-Quran di Indonesia pasca MHQ 1981 ibarat air bah yang tak dapat dibendung. Kalau sebelumnya hanya eksis di pulau Jawa dan Sulawesi, sejak tahun 1981 hingga kini hampir semua daerah di Nusantara kecuali Papua, hidup subur bak jamur di musim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai Perguruan tinggi baik dalam format pendidikan formal maupun non formal.

  Maraknya lembaga- lembaga tahfizul Qur’an saat ini merupakan fenomena yang menggembirakan, hanya saja pentadabburan kandungan Alqur’an hendaknya tidak dikesampingkan kata Ketua Lembaga Tadabbur Quran International (Syekh Nashir bin Sulaiman Al Umar).

  Menghafal (tahfizh) Alqur’an merupakan keutamaan yang besar, dan posisi ini selalu didambakan oleh semua orang yang benar, dan seorang yang bercita-cita tulus, serta berharap pada kenikmatan duniawi dan ukhrowi agar manusia nanti menjadi warga Allah dan dihormati dengan penghormatan yang sempurna (Sa’dulloh, 2008).

  Tidaklah seseorang dapat meraih tuntunan dan keutamaan tersebut, yang menjadikannya masuk ke dalam deretan malaikat baik kemuliaan maupun derajadnya, kecuali dengan cara mempelajari dan mengamalkannya. Sebagaimana sabda nabi SAW,

  Perumpamaan orang yang membaca Al- Qur’an dan menghafalkannya sama seperti perjalanan yang mulia,

dan perumpamaan orang yang membaca Al-

  Qur’an serta dia mempelajarinya dengan sungguh- sungguh maka baginya dua pahala, kecuali dia mengamalkannya.

  Hasan (2008) Motivasi santri untuk menjadi penghafal Al- Qur’an tidak hanya dilihat dari keutamaan seorang penghafal Al-

  Qur’an dan janji Allah terhadap seorang hafizh, namun ada motivasi lain yang membuat santri ingin menjadi seorang hafizh Al- Qur’an diantaranya kondisi keluarga (keluarga pesantren), beasiswa sekolah, maupun lingkungan yang mendukung. .

  Menghafal Al- Qur’an ternyata dapat menajamkan ingatan dan mencemerlangkan pemikiran, karena para penghafal Al-

  Qur’an lebih cepat mengerti dan teliti karena banyak latihan untuk mencocokkan ayat serta membandingkan dengan ayat lain. Para penghafal juga akan lebih fasih dalam berbicara dan dapat mengeluarkan fonetik Arab dari landasannya secara alami.

  Nasrudiyanto (2011) Semakin banyak hafalan seseorang terhadap Al- Qur’an, maka semakin baik pula pada kesehatan psikologis. Kesehatan psikologis sebagai kondisi dimana terjadi keselarasan psikis individu dari beberapa factor utama : agama, spiritual, sosiologis, dan jasmani. Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi yang positif antara peningkatan kadar hafalan dengan tingkat kesehatan psikisnya, Mahasiswa yang unggul di bidang hafalan Al-

  Qur’an memiliki tingkat kesehatan psikis dengan perbedaan yang jelas. Keistimewaan menghafal Al- Qur’an terletak pada berat , unik dan panjangnya proses yang akan dilalui. Meskipun berat namun kenyataannya tidak menyurutkan sebagian orang untuk menjadi penghafal Al-

  Qur’an. Proses yang harus dilalui untuk menjadi penghafal Al- Qur’an tidak mudah karena santri harus menghafal isi Al-

  Qur’an yang kuantitasnya sangat besar yang terdiri dari 114 surat, 6.236 ayat, 77.439 kata , 323.015 huruf yang sama sekali berbeda dengan symbol huruf dalam bahasa Indonesia. Menghafal Al-

  Qur’an ternyata tidak hanya mengandalkan kemampuan memory saja, akan tetapi harus menjalani serangkaian proses panjang setelah menguasai hafalan secara kuantitas.

  Al Bani (1997) Proses menghafal Al- Qur’an memerlukan waktu yang panjang, karena tanggung jawab yang diemban oleh penghafal Al-

  Qur’an akan melekat pada dirinya sampai akhir hayat. Konsekuensi dari tanggung jawab menghafal Al- Qur’an terhitung berat, karena penghafal AL-

  Qur’an harus menjaga hafalannya, memahami apa yang dipelajari, dan bertanggung jawab mengamalkannya. Keistimewaan yang lain, Al- Qur’an mudah dihafal diluar kepala, mudah diingat, dan mudah dipahami, karena dalam lafal- lafal Al-

  Qur’an, struktur kalimat, dan ayat-ayatnya terdapat harmoni, keselarasan dan kemudahan yang membuatnya mudah dihafal oleh orang-orang yang benar-benar ingin menghafalnya memasukkannya ke dalam dada dan menjadikan hatinya sebagai wadah Al- Qur’an.

  Dewasa ini, banyak mahasiswa yang ingin menghafalkan Al-

  Qur’an, namun kenyataannya hanya sedikit mahasiswa yang mampu bertahan dan menyelesaikan hafalannya sampai 30 Juz. Menghafal Al-

  Qur’an bukanlah hal yang mudah, namun membutuhkan proses yang lama, sehingga dibutuhkan ketekunan dan ketelatenan dalam menghafal Al- Qur’an.

  Keberhasilan seseorang menjadi hafizh Al- Qur’an banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Regulasi diri adalah merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa menyelesaikan proses tahfizh Al-

  Qur’an. Seorang mahasiswa penghafal Al- Qur’an, selain membutuhkan kemampuan kognitif yang memadai, kegiatan menghafal Al-

  Qur’an membutuhkan tekad dan niat yang lurus, usaha keras, kesiapan lahir batin, kerelaan dan pengaturan diri yang ketat (Sa’dulloh, 2008).

  Pengaturan diri yang ketat (self regulation ) merupakan proses kepribadian yang penting ketika seseorang berusaha melakukan control terhadap pikiran dan perasaan, dorongan- dorogan dan keinginan kinerja mereka (Baumeister & Heatherton, 1996).Regulasi diri juga menyangkut kapasitas pribadi yang secara internal diarahkan untuk mengatur emosi, perhatian dan perilaku, agar dapat memberi respon secara efektif terhadap tuntutan internal lingkungan (Raffaelli, Crockett & Shen, 2005). Regulasi diri merupakan upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatur pikiran, perasaan, dorongan dan tindakannya untuk mencapai tujuan (Carver & Scheier,1998) .

  Sa’dulloh (2008) penghafal Al-Qur’an yang mampu melakukan pengaturan yang ketat akan mempunyai tekat yang kuat, ikhlas dan tidak mudah putus asa, selalu semangat dan rajin nderes, mampu memenuhi target setoran, tekun menambah hafalan, dan mampu mengatasi hambatan-hambatan selama proses menghafal Al-

  Qur’an. Sebaliknya mahasiswa yang kemampuan regulasinya rendah kurang mempunyai strategi untuk mengatur emosinya, kurang mampu mengevaluasi hambatan- hambatan yang sering muncul dan membuat adaptasi yang dibutuhkan, tidak melakukan setoran, mudah putus asa, tidak adanya semangat, malas melakukan deresan, tidak focus menghafal, sulit berkonsentrasi, tidak mood menghafal, turut menjadi masalah. Dari uraian di atas menunjukan bahwa self regulation berkorelasi dengan prestasi tahfizhul Qur’an.

  Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan mahasiswa menjadi hafizh Al- Qur’an adalah kompetensi dosen tahfizh. Mengingat keberadaan dosen tahfizh

  AL- Qur’an sangat berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil tahfizh Al Qur’an mahasiswa, maka upaya perbaikan untuk meningkatkan mutu tahfizh Al-

  Qur’an akan memberikan sumbangan yang signifikan, bila didukung oleh dosen tahfizh yang profesional dan berkualitas. Dosen tahfizh Al- Qur’an yang dimaksud adalah dosen yang berkompetensi dan mampu mempengaruhi proses tahfizh Al-

  Qur’an mahasiswa yang nantinya akan menghasilkan prestasi tahfizh Al- Qur’an yang optimal.

  Kompetensi dosen tahfizh memainkan peran penting untuk mendidik mahasiswa dalam mencapai prestasi tahfizh yang lebih baik. Penelitian Hamdan, Ghafar dan Li (2010) terhadap guru di Johor Bahru Malaysia menunjukkan bahwa kompetensi mengajar berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Mahyudin dkk. (2006) juga menemukan bahwa kompetensi dosen berpengaruh terhadap keyakinan mahasiswa dalam mencapai prestasi akademik.

  Undang-Undang Guru dan Dosen no. 14 tahun 2005 (2006) Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kompetensi yang harus dimiliki dosen meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian.

  Mulyasa (2009) Dosen yang berkompetensi tinggi memiliki kemampuan untuk : menciptakan iklim belajar yang kondusif, mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran, memberikan umpan balik dan penguatan, dan peningkatan diri. Kompetensi tersebut akan memotivasi mahasiswa untuk belajar sehingga prestasi tahfizh Al-

  Qur’an menjadi optimal. Rendahnya kompetensi dosen tahfizh Al- Qur’an menyebabkan mahasiswa mudah mengalami kejenuhan.

  Kejenuhan santri dapat diamati selama proses tahfizh Al- Qur’an berlangsung seperti : santri kurang perhatian, kurang konsentrasi, semangat kendor dalam menghafal, setoran hafalan tertunda, sulit hafalan dan mudah lupa. Berdasarkan penelitian Saudak (2006) bahwa permasalahan yang sering dialami oleh penghafal Al-Quran bersumber dari beberapa hal seperti : materi hafalan, kondisi guru yang membimbing, kondisi santri, metode menghafal di lingkungan pesantren. Rendahnya kompetensi dosen tahfizh berkorelasi terhadap prestasi tahfizh Al-

  Qur’an. Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu kiranya diadakan studi lebih lanjut tentang hubungan antara self regulation dan kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh A l Qur’an.

B. RUMUSAN MASALAH

  Bertitik tolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1.

  Adakah hubungan antara self regulation dengan prestasi tahfizh Al- Qur’an.

  2. Adakah hubungan antara persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al- Qur’an.

  3. Adakah hubungan antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al- Qur’an.

C. MANFAAT PENELITIAN

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu :

  1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu-ilmu sosial dan keislaman tentang prestasi tahfizh Al-

  Qur’an ditinjau dari self regulation dan kompetensi dosen tahfizh Al- Qur’an

  2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada Fakultas Dakwah IAIN Salatiga dalam upaya meningkatkan prestasi tahfizh Al-

  Qur’an dapat diupayakan dengan meningkatkan self regulation mahasiswa dan kompetensi dosen tahfizh Al- Qur’an.

D. KEASLIAN PENELITIAN

  Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan baik di luar negeri maupun di Indonesia dengan variable self regulation dan kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al- Qur’an diantaranya :

  Penelitian Muhlisin (2016) tentang regulasi diri santri penghafal Al- Qur’an yang bekerja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana regulasi intrapersonal, interpersonal dan metapersonal yang dimiliki oleh santri penghafal Al-

  Qur’an yang bekerja. Penelitian Zur’ah (2015) terhadap 100 santri putra dan putri di pondok tahfidz Al-

  Qur’an tentang hubungan sabar dengan regulasi diri pada penghafal Al- Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi yang signifikan antara sabar dengan regulasi diri pada santri penghafal Al- Qur’an.

  Penelitian Wiwin (2015) tentang hubungan antara dukungan sosial dan self aceptence dengan motivasi menghafal Al-

  Qur’an di Pondok Pesantren Al-Qur’an Nurul Huda Singosari malang.

  Penelitian Yulianti ( 2010) tentang hubungan kompetensi guru PAI dalam meningkatkan minat baca Al Qur’an di STAI DR Khez Muttaqin Purwakarta. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kompetensi guru PAI dengan minat baca AL Qur’an.

  Yusniarsyah (1999) meneliti sejauhmana pengaruh persepsi siswa terhadap pengajaran guru dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar siswa SMK Teknologi di Pontianak. Hasil penelitian menunjukan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara persepsi siswa terhadap pengajaran guru dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar.

  Penelitian Hamdan, Ghafar, dan Li (2010) pada 309 guru di Johor Bahru Malaysia menunjukkan bahwa kompetensi mengajar berkorelasi positif dengan prestasi akademik.

  Berdasarkan hasil kajian beberapa penelitian di atas maka penelitian yang mengkaji tentang self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al- Qur’an di Fakultas Dakwah IAIN Salatiga belum pernah dilakukan. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, baik dari subyek, variable dan lokasi penelitian. Jadi dapat dinyatakan bahwa penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

BAB II LANDASAN TEORI A. Prestasi Tahfizh Al- Qur’an

1. Prestasi Tahfizh Al Qur’an

  Prestasi belajar adalah tingkat pencapaian atau kecakapan dalam kegiatan akademik yang biasanya dinilai oleh dosen dengan tes yang standar, dengan tes buatan dosen atau dengan kombinasi kedua tes tersebut (Chaplin, 1989). Azwar (2006) Prestasi belajar adalah perubahann tingkah laku yang meliputi tiga ranah yaitu : ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor. Prestasi belajar mahasiswa biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai individual dalam bentuk indeks prestasi dan dipakai sebagai ukuran untuk mengetahui sejauhmana mahasiswa dapat menguasai bahan pelajaran yang dipelajarinya.

  Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kecakapan mahasiswa terhadap materi pelajaran yang pernah diajarkan atau dilatihkan yang dapat diukur dengan menggunakan tes sehingga dapat diperoleh gambaran tentang pencapaian pendidikan dengan menyeluruh.

  Prestasi Tahfizh Alquran dimaksudkan merupakan hasil tahfizh/hafalan yang dicapai oleh mahasiswa setelah mengikuti proses belajar dalam jangka waktu satu semester yang dicatat dalam buku daftar nilai atau kartu hasil studi berupa nilai tahfizh Al- Qur’an

2. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Tahfizh Al- Qur’an

  Azwar (2004) bahwa keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal. Faktor Internal terdiri dari factor fisik dan psikologis. Faktor fisik meliputi panca indera dan kondisi fisik umum. Adapun factor psikologis meliputi kemampuan kognitif dan kemampuan non kognitif. Kemampuan non kognitif meliputi minat, motivasi, self regulation dan variable-variabel kepribadian. Kemampuan kognitif meliputi kemampuan khusus atau bakat, dan kemampuan umum atau inteligensi. Sedangkan Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan sosial. Faktor fisik meliputi kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar. Sedangkan faktor sosial meliputi dukungan sosial dan pengaruh budaya.

  Klausmeir dan Goodwin (1971) factor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi 6 aspek yaitu :1. Karakteristik siswa, 2. Faktor Pengajar, 3. Bahan atau materi yang dipelajari, 4. Media pengajaran, 5. Karakteristik fisik sekolah, 6. Faktor lingkungan dan situasi.

  Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa factor-faktor yang mempengaruhi prestasi tahfizh Al- Qur’an dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu factor internal dan faktor eksternal. Penelitian ini menggunaklan variable self regulation sebagai factor internal sedangkan variable persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh sebagai faktor ekternal.

B. Self Regulation

1. Self Regulation

  Self Regulation (Zimmerman, 2001) adalah usaha mahasiswa dalam mengelola dirinya sendiri melalui pemikiran, tindakan, dan perasaan, secara terus menerus guna merealisasikan tujuan yang diinginkan. Baumister & Heatherton (1996) Self Regulation tidak sekedar kemunculan respon, akan tetapi bagaimana upaya seseorang untuk mencegahnya agar tidak melenceng dan kembali pada standar normal yang memberi hasil sama. Pada proses ini terjadi perpaduan antara motivasi laten dan pengaktifan stimulus. Bandura (1986) Regulasi diri merupakan kemampuan mengatur tingkah laku dan menjalankan tingkah laku tersebut sebagai strategi yang berpengaruh terhadap performansi seseorang untuk mencapai tujuan atau prestasi sebagai bukti peningkatan. Suryani (2004) Self regulation bukan merupakan kemampuan mental seperti inteligensi / ketrampilan akademik seperti ketrampilan membaca, melainkan proses pengarahan / pengintruksian diri individu untuk mengubah kemampuan mental yang dimilikinya menjadi ketrampilan dalam suatu bentuk aktivitas.

  Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Self Regulation adalah usaha mahasiswa dalam mengelola dirinya sendiri melalui pemikiran, tindakan, dan perasaan, secara terus menerus guna merealisasikan tujuan yang diinginkan.

  2. Dimensi Self Regulation Menurut Zimmerman (1989), regulasi diri mencakup tiga aspek yang diaplikasikan dalam belajar, yaitu metakognitif, motivasi dan perilaku.

  a.

  Metakognitif Metakognitif bagi individu yang melakukan pengelolaan diri meliputi adalah merencanakan, mengorganisasikan, mengukur diri dan menginstruksi diri sebagai kebutuuhan selama proses perilakunya, misalnya dalam hal belajar.

  b.

  Motivasi Motivasi diri individu meliputi motivasi instrinsik, otonomi dan kepercayaan diri tinggi terhadap kemampuan dalam melakukan sesuatu. Individu yang memiliki motivasi tinggi menilai tantangan yang dihadapi individu akan membut individu menjadi semakin matang.

  c.

  Perilaku Perilaku adalah upaya individu untuk mengatur diri, menyeleksi dan memanfaatkan maupun menciptakan lingkungan yang mendukung aktivitasnya. Individu memilih, menyusun dan menciptakan lingkungan sosial yang seimbang untuk mengotimalkan pencapaian atas aktivitas yang dilakukan.

C. Persepsi Tentang Kompetensi Dosen Tahfizh.

1. Persepsi Tentang Kompetensi dosen Tahfizh

  Vandenbos (2007) Persepsi adalah aktivitas mengenali, mengamati, dan membedakan dengan menggunakan indera sehingga seseorang menyadari suatu objek, hubungan dan peristiwa. Aktivitas tersebut membuat individu mampu mengatur dan menginterpretasi stimulus-stimulus yang diterima menjadi suatu pengetahuan yang bermakna. Stenberg (1999) Persepsi interpersonal merupakan penilaian individu tentang karakteristik orang lain yang berinteraksi dengannya, sehingga terjadi proses penilaian tentang karakteristik dari masing-masing individu yang dapat menimbulkan rasa senang ataupun tidak senang dari kedua belah pihak.

  Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (UU No.14 tahun 2005, 2006). Kompetensi dosen merupakan kapasitas internal yang dimiliki dosen dalam melaksanakan tugas profesinya. Tugas professional dosen bisa diukur dari seberapa jauh dosen mendorong proses pelaksanaan pembelajaran yang efektif dan efisien. Kompetensi yang dimiliki setiap dosen akan menunjukkan kualitas dosen dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai dosen. Dosen harus pintar dan pandai mentransfer ilmunya kepada mahasiswa (Faturrohman & Sutikno, 2007) .

  Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh merupakan penilaian dan penginterpretasian mahasiswa terhadap kemampuan dosen tahfizh dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesionalan.

2. Dimensi Kompetensi Dosen Tahfizh

  Menurut Undang-Undang Guru dan Dosen no 14 tahun 2005 (2006) bahwa ada empat dimensi yang dapat mengukur kompetensi dosen yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi professional, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial.

  a) Kompetensi Pedagogik yaitu kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran yaitu meliputi pemahaman terhadap mahasiswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan potensi mahasiswa.

  b) Kompetensi Profesional yaitu kemampuan dosen untuk dapat menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam.

  c) Kepribadian yaitu dosen memiliki Kompetensi kepribadiaan yang mantap, stabil dan dewasa, kemampuan disiplin, arif dan berwibawa, kemampuan menjadi teladan bagi mahasiswa dan kemampuan berakhlak mulia.

  d) Kompetensi sosial yaitu kemampuan dosen berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan mahasiswa, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan dengan masyarakat sekitar.

D. Hipotesis

  Berdasarkan kajian pustaka di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan yang positif antara self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh dengan prestasi tahfizh Al Qur’an. Semakin tinggi self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh maka semakin tinggi prestasi tahfizh Al Qur’an. Semakin rendah self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh maka semakin rendah prestasi tahfizh Al Qur’an.

BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi dan operasionalisasi Variabel Penelitian ini menelaah tiga variabel yaitu prestasi tahfizh Al Qur’an, self regulation dan persepsi tentang kompetensi dosen

  tahfizh. Prestasi tahfizh Al Qur”an merupakan variabel tergantung. Self Regulation dan Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh merupakan variabel bebas.

  1. Prestasi Tahfizh Al Qur’an

  Prestasi tahfizh Al Qur’an adalah tingkat pencapaian atau penguasaan mahasiswa terhadap mata kuliah

  Al Qur’an yang telah diajarkan dalam kurun waktu satu semester sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dengan nilai dalam kartu hasil studi. Prestasi tahfizh Al Qur’an dilihat dari rerata nilai ujian tengah semester, tugas dan nilai ujian akhir semester berupa skor dengan rentang antara 0-4. Semakin tinggi skor berarti semakin tinggi prestasi tahfizh Al Qur’an.

  2. Self Regulation

  Self Regulation adalah usaha mahasiswa dalam mengelola dirinya sendiri melalui pemikiran, tindakan, dan perasaan, secara terus menerus guna merealisasikan tujuan yang diinginkan.

  3. Persepsi Tentang Kompetensi Dosen Tahfizh Persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh adalah penilaian dan penginterpretasian mahasiswa tentang kemampuan dosen tahfizh dalam menguasai pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dalam melaksanakan tugas-tugas keprofesionalan yang dinyatakan dalam skor. Indikator kompetensi dosen adalah skor total mahasiswa dalam skala kompetensi dosen yang dikembangkan untuk mengukur persepsi mahasiswa tentang kompetensi paedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Semakin tinggi skor mahasiswa dalam skala tersebut maka semakin tinggi kompetensi dosen yang dipersepsikan oleh mahasiswa.

B. Subjek Penelitian

  Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah IAIN di Salatiga berjumlah 88 mahasiswa terdiri dari 43 laki-laki dan 45 perempuan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive

  

sampling dengan kreteria subyek adalah mahasiswa yang sudah

  mengambil mata kuliah Al Qur’an 2. Pengambilan subyek penelitian dengan menggunakan perhitungan sampel size calculator dari table Morgan (Issao, 1981) C.

   Teknik Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

  Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengetahui hasil prestasi tahfizh Al Qur’an mahasiswa berupa skor mentah dari dosen di bagian akademik. Nilai

  Al Qur’an merupakan hasil bagi antara tugas, nilai ujian mid semester dan nilai ujian akhir semester berupa skor yang bergerak dari 0 - 4. Metode ini dilaksanakan dengan cara mencatat nilai mahasiswa yang menjadi subyek penelitian berupa skor mentah dari dosen Al Qur’an yang diperoleh di bagian akademik Fakultas Dakwah IAIN di Salatiga.

2. Pengukuran Skala

  a. Skala self regulation Skala Self regulation yang digunakan merupakan hasil modifikasi dari skala self regulation yang dikembangkan oleh Zur’ah (2015) yang disusun berdasarkan dimensi- dimensi self regulation dari Zimmermen (1995) untuk mengukur 3 dimensi self regulation yaitu : meta kognitif,, motivasi dan perilaku.

  Skala ini terdiri dari 27 aitem pernyataan, 9 aitem untuk mengukur meta kognitif, 10 aitem untuk mengukur aspek motivasi, dan 8 aitem untuk mengukur aspek perilaku. Butir-butir pernyataan dinyatakan dalam pernyataan yang bersifat favorable dan Unfavorable seperti dalam tabel berikut.

Tabel 3.1. Sebaran Aitem Skala self Regulation

  

N0 ASPEK FAVORABLE UNFAVORABLE JUMLAH

  1. Meta Kognitif 4, 10, 17, 18, 20, 23 5, 13, 16

  9

  2. Motivasi 3, 9, 14, 22, 27 1, 2, 11, 12, 21

  10

  3. Perilaku 7, 15, 19, 25 6,8,24,26

  8 Jumlah

  15

  12

  27 Skor total yang diperoleh dari skala Self Regulation menunjukkan sejauhmana tingkat regulasi diri yang dimiliki mahasiswa. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan bahwa subjek mempunyai tingkat self regulation yang tinggi, sebaliknya skor rendah menunjukkan subjek mempunyai tingkat self regulation yang rendah.

b. Skala Persepsi Mahasiswa Tentang Kompetensi Dosen

  Skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh merupakan hasil modifikasi dari skala kompetensi yang dikembangkan oleh Bustami (2010) yang disusun berdasarkan pada Undang Undang Guru dan Dosen No.14 tahun 2005 (2006) untuk mengukur empat dimensi kompetensi dosen yaitu : kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

  Skala ini terdiri dari 30 aitem pernyataan, 10 aitem untuk mengukur aspek kompetensi pedagogik, 10 aitem untuk mengukur aspek kompetensi profesional, 5 aitem untuk mengukur aspek kompetensi kepribadian, dan 5 aitem untuk mengukur aspek kompetensi sosial. Butir-butir pernyataan dinyatakan dalam pernyataan yang bersifat favorabel seperti terlihat dalam tabel 3.2. di bawah ini.

  Tabel 3.2.

Sebaran Aitem Skala PTKDT

  N0 Aspek Aitem Favorabel Jumlah

  1. Kompetensi 1, 5, 9, 13, 17, 21,

  10 Pedagogik. 23, 25, 27, 29

  2. Kompetensi 2,6, 10, 14, 18, 22,

  10 Profesional. 24, 26,28, 30

  3. Kompetensi 3, 7, 11, 15, 19

  5 Kepribadian

  4. Kompetensi Sosial. 4, 8, 12, 16, 20

  5 Jumlah

  30

  30 Skor total yang diperoleh dari skala kompetensi dosen

  menunjukkan bagaimana persepsi mahasiswa tentang kompetensi dosen tahfizh. Skor tinggi dalam skala ini berarti subyek mempunyai persepsi yang tinggi terhadap kompetensi dosen tahfizh. Sebaliknya skor rendah menunjukkan subyek mempunyai persepsi yang rendah tentang kompetensi dosen tahfizh.

D. Validitas Dan Reliabilitas

  Tingkat kepercayaan yang diberikan pada kesimpulan penelitian tergantung pada akurasi dan kecermatan data yang diperoleh. Akurasi dan kecermatan data hasil pengukuran tergantung pada validitas dan reliabilitas alat ukur (Azwar, 2007)

  Suatu skala dikatakan representatif, fungsional dan akurat bila skala tersebut memiliki validitas dan reliabilitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum skala digunakan pada subyek penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba untuk mendapatkan validitas dan reliabilitasnya. Uji coba alat ukur penelitian dilakukan pada 30 mahasiswa semester 3 program studi PMI Fakultas Dakwah di IAIN Salatiga pada tanggal 5 Mei 2017. Uji coba alat ukur dilaksanakan dengan cara meminta subyek untuk menjawab pernyataan dari alat ukur dan didampingi oleh peneliti.

1. Validitas

  validitas (validity) adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melaksanakan fungsi ukurnya. Alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila mampu menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud diadakannya pengukuran tersebut (Azwar, 2007).

  Penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity). Menurut Azwar (2006) validitas isi menunjukkan sejauhmana aitem-aitem dalam alat ukur mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur. Keseluruhan kawasan isi dari alat ukur tersebut harus komprehensif, hanya memuat hal-hal yang relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan ukur.

  Lebih lanjut dijelaskan Azwar (1999) bahwa validitas isi diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment, sehingga diketahui sejauhmana aitem-aitem tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauhmana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi).

  Penelitian ini dinilai valid melalui validitas muka dan validitas logik karena menampilkan aitem-aitem tes yang meyakinkan dan mampu mengungkap atribut yang hendak diukur. Disamping itu, aitem-aitem tes dalam penelitian ini merupakan wakil dari ciri-ciri atribut yang hendak diukur sebagaimana telah ditetapkan dalam kawasan ukurnya.

  Uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment. Kreteria untuk menentukan butir aitem gugur atau dipertahankan dengan cara mengkorelasikan setiap aitem dengan skor total. Menurut Azwar (2004b) hasil komputasi dinyatakan dalam corrected item-total correlation atau dikenal dengan indeks daya diskriminasi aitem. Indeks daya diskriminasi aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi aitem merupakan indikator keselarasan antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan konsistensi item-total. Dasar seleksi aitem adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur skala. Batas koefisien korelasi aitem total bila rix > 0,30. Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang memiliki harga rix kurang dari 0,30 diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya diskriminasi rendah. Menurut Cronbach (Azwar, 2006) koefisien yang berkisar antara 0,300-0,500 telah dapat memberikan kontribusi yang baik terhadap efisiensi untuk memprediksi hasil suatu produk seleksi. Penelitian ini membatasi aitem-aitem yang dianggap valid adalah aitem yang memiliki koefisien korelasi minimal 0,30. Hasil uji validitas aitem dapat dilihat sebagai berikut a. Skala Self Regulation

  Aitem total skala self regulation berjumlah 44 aitem, dengan koefisien korelasi aitem total antara 0,338 – 0,724. Pemilihan aitem pada skala self regulation menggunakan kreteria yang sama dengan batas koefisien korelasi aitem total sebesar r > 0,30. Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan bantuan program SPSS, maka butir-butir skala self regulation mengalami pengurangan. Butir yang memiliki diskriminasi aitem memuaskan sebanyak 27 butir, sedangkan butir yang memiliki diskriminasi aitem rendah sebanyak 17 butir , seperti terlihat dalam tabel berikut.

Tabel 3.3. Hasil Ujicoba Skala Self Regulation Faktor Aitem Uji Coba Aitem Skala Penelitian Jumlah Nomor Jumlah Nomor Meta Kognitif

  16 4*,6*,7*,9*,10*,25*, 28* , 1,2,5,12,19,26, 30,36,39. 9 1, 2 5, 12,19,26, 30, 36,39, Motivasi 15 11*, 2*,37*,40*,42* 10,13,16,17,18,23,24 ,32,34,38,43 10 10, 2,13,16,17,18, 23,24,32,34,38,43 Perilaku 13 3*,8*,14*,20*, 21* 15,27,29,31,33, 35,41,44 8 15,27,29,31.33, 35,41, 44 Jumlah

  44

  17

  27 Catatan * adalah nomor aitem yang gugur b. Skala persepsi tentang kompetensi dosen Tahfizh Aitem total skala persepsi tentang kompetensi dosen tahfizh berjumlah 30 aitem, dengan koefisien korelasi antara

  0,334

  • – 0,629. Pemilihan aitem untuk dipakai sebagai alat ukur penelitian menggunakan korelasi setiap aitem dengan skor total atau yang dinyatakan sebagai corrected item-total correlation (Azwar, 2004b). Batas koefisien korelasi aitem total yang digunakan adalah minimal 0,30. Berdasarkan nilai itu maka ada satu aitem yang gugur yaitu aitem nomor 29 dengan nilai rix sebesar 0,055 < 0,30. Digugurkan karena dianggap tidak memiliki daya diskriminasi aitem yang memuaskan. Aitem yang terpilih sebagai bagian dari instrumen ukur berjumlah 29 seperti terlihat dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4. Hasil Uji Coba Skala PTKDT Aspek kompetensi Aitem Uji Coba Aitem Skala Penelitian Jumlah Nomor Jumlah Nomor Kompetensi Pedagogik. 10 1, 5, 9, 13, 17, 21, 23, 25, 27, 29* 9 1, 5, 9, 13, 17, 21, 23, 25, 27 Kompetensi Profesional. 10 2, 6, 10, 14, 18, 22, 24, 26, 28,

  30 10 2, 6, 10, 14, 18, 22, 24, 26, 28, 30 Kompetensi Kepribadian 5 3, 7, 11, 15, 19 5 3, 7, 11, 15, 19 Kompetensi Sosial. 5 4, 8, 12, 16, 20 5 8, 12, 16, 20 Jumlah

  30

  29 Catatan * adalah nomor aitem yang gugur

Dokumen yang terkait

ANALISIS KEPUASAN MAHASISWA DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN DOSEN DI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JEMBER

0 19 16

PEMBELAJARAN TAHFIZHUL QURAN DI RUMAH TAHFIZH HIDAYATUS SHIBYAN KOTA BATU

0 3 20

PENGARUH HAFALAN AL QURAN PADA PRESTASI AKADEMIK SANTRI PONDOK PESANTREN DI KABUPATEN KAMPAR

0 1 12

PERSEPSI DAN EKSPEKTASI SIVITAS AKADEMIKA STAIN SALATIGA TENTANG KAMPUS RELIGIUS (Studi pada Sivitas Akademika STAIN Salatiga Tahun 2009) - Test Repository

0 1 115

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA MTS NU SALATIGA TAHUN AJRAN 2008/2009 - Test Repository

0 2 131

PENGARUH KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AL QURAN HADIST TERHADAP KUALITAS PEMBELAJARAN DI MTS TARQIYATUL HIMMAH KAUMAN LOR KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010 - Test Repository

0 0 79

PERPADUAN METODE PEMBELAJARAN AL-QUR’AN (STUDI ANALISIS TENTANG METODE AL BAGHDADI, IQRO’, QIROATI, AT TARTIL, DAN TILAWATI) DI TPQ AL GHOZALI NOBOREJO ARGOMULYO SALATIGA TAHUN 2015 - Test Repository

0 2 141

PERSEPSI DAN HARAPAN SISWA SMK PELITA SALATIGA TENTANG PELAKSANAAN PRAKTIK PENGEMBANGAN PROFESI (PPP) MAHASISWA FAKULTAS TARBIYAH IAIN SALATIGA TAHUN 2015/2016 - Test Repository

0 1 100

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM IAIN SALATIGA UNTUK BERKARIR DI BANK SYARIAH - Test Repository

0 3 150

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ASWAJA UNTUK PENINGKATAN IMAN DAN TAQWA DI SMK AL FALAH SALATIGA - Test Repository

0 1 94