PERAN KH MUHAIMINAN GUNARDHO DALAM PENERAPAN TAREKAT SYADZILIYAH DI PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 1980-2007 - Test Repository

  

PERAN KH MUHAIMINAN GUNARDHO DALAM

PENERAPAN TAREKAT SYADZILIYAH DI PONDOK

PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING PARAKAN

KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 1980-2007

SKRIPSI

  

Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora

  

IAIN Salatiga Untuk Memenuhi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum)

  Disusun Oleh:

  

TATIK NUR AZIZAH

NIM. 216 13 016

JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN, ADAB DAN HUMANIORA

  

MOTTO





  

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,Sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan.

  

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-

sungguh (urusan) yang lain.

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

  

(Q.S. Al-Insyirah : 5-8)

  

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil‟alamin, dengan penuh ketulusanhatidansegenap rasa

  syukur, skripsiinisayapersembahkankepada : 1.

  Kedua orangtuaku, Abdul Rohman dan Siti Khasanah yang sangat ku hormati dan ku sayangai.

  2. Teruntuk suamiku mas Hamid dan adikku Khalisatun Mafrurah yang selalu memotivasiku agar cepat menyelesaikan skripsi ini.

  3. Temen-temen seperjuangan SPI 13 yang selalu saling menyemangati satu sama yang laianya khususnya ika (guru Besar), qisti, eli, ingkan, tiara, ulfa, erni, nia, boy, sam‟ani, gendut, meong-meong, faiz, rifkhan, qosim, fahmi, sholeh dan lainya.

  4. Teman-teman pondok Nurul Asna yg selalu mengingatkanku tentang skripsi inikhususnyayongulpha, dekvika.

KATA PENGANTAR

  

Alhamdulillahirobbil’alamin

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “pengaruh tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing parakan kabupaten temanggung terhadap religiusitas santri tahun 1980-

  2007” yang disusun guna melengkapi syarat-syarat peneyelesaian strata 1 pada jurusan Sejarah Peradaban Islam fakultas Ushuluddin, Adab dan Humainora (fuadah) Institut Agama Islam Negri Salatiga. kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih sedalam- dalamnya kepada berbagai pihak yang telah memberi bantuan baik berupa ide, gagasan, kritik, serta pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis sampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1.

  Dr. Rahmat Haryadi selaku rektor IAIN Salatiga 2. Dr. Beny Ridwan selaku dekan fuadah yang telah memberikan kemudahan perizinan dalam penelitian untuk skripsi ini.

3. Haryo Aji Nugroho S.Sos.MA selaku ketua jurusan Sejarah Peradaban

  Islam yang telah memberikan dukungan selama penulis belajar di jurusan sejarah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Ruwandi, S.Pd., M.A Dosen pembimbing I yang tulus membimbing dan mengarahkan penulis, serta saran-saranya yang berharga dan pemberian kemudahan sarana-prasarana membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  5. Dosen-dosen SPI yang tidak bisa saya sebut satu persatu penulis ucapkan banyak terima kasih yang telah sabar mendidik penulis dan memberikan semangat untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  6. Teman-teman seperjuangan di SPI yang sangat saya cintai dan banggakan, yang selalu berjuang bersama baik dalam keadaan mudah dan sulit.

  7. Bapak, ibu, suami, adikku dan saudara-saudarapenulis yang selalu memotivasiuntuk terus berusaha lebih baik lagi dalam belajar.

  8. Keluarga besar pondok Nurul Asna Pulutan Salatiga khusunya Bapak KH. Drs Nasafi, M.Pd.I dan Ibu Nyai Hj. Asfiyah yang mendidik dan membimbing penulis menjadi pribadi yang baik.

  9. Pondok pesantren Kyai Parak Bambu Runcing yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

  10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

  

ABSTRAK

  NurAzizah, Tatik. 2017.Peran KH Muhaiminan Gunardho Dalam penerapan

  Ajaran Tarekat Syadziliyah di Pondok Pesantern Kyai Parak Bambu Runcing Parakan Kabupaten Temanggung tahun 1980-2007 .Skripsi.

  Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ushuludin, Adab, dan Humaniora. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 2017. Pembimbing: Ruwandi, S.Pd.,M.A.

  Kata Kunci: Pengaruh, Tarekat Syadziliyah,di pondokPesantrenKyaiParak.

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan mengenai ajaran Tarekat Terhadapsantri di PondokPesantrenKyaiParakBambuRuncing. Adapun permasalahan yang ada yaitu (1) Bagaimana proses penerapan ajaran-ajaran tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing? (2) Bagaimana dampak tarekat syadziliyah terhadap penganutnya?

  Penelitian ini adalah penelitian kualitatif sejarah dan merupakan jenis penelitian yang terjun langsung kelapangan (field research), karena sumber data diperoleh langsung dari sumbernya. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Sedangkan analisis data dari skripsi ini lebih mengarah pada sosial keagamaan, bagaimana dampak tarekat terhadap santri,tentang penerapan ajaran tarekat dalam religiusitas santri.

  Adapun hasil penelitian ini jika ditarik kesimpulan dari semua pembahasan, bahwa penerapan ajaran tarekatsyadziliyah di pondok pesantren kyai parak yaitu : (1) metode pembelajaran yang dilakukanoleh KH Muhaiminan Gunardho yaitu dengan sistim musabaqoh (2) ibadahsantrisemakinbertambah. Adapun penerapan ajaran Tarekat Syadziliyah dalam kehidupan sehari-hari dapat dicerminkan dari tindakan para santri dalam segala aspek.Pengaruh tarekat Syadziliyah terhadap para pengikutnya, yakni melalui ajaran agama Tarekat Syadziliyah berpengaruh terhadap penghayatan para santri tentang beribadah dan cara berhubungan dengan Allah melalui tata cara yang diridhai Allah.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................iv

HALAMAN MOTTO............................................................................................v

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................vi

KATA PENGANTAR..........................................................................................vii

ABSTRAK..............................................................................................................x

DAFTAR ISI

  ………………………………………………………………..........ix

  DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………..........

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................................1 B. BatasandanRumusan Masalah..........................................................5 C. Tujuan dan KegunaanPenelitian........................................................6 D. TinjauanPustaka .................................................................................7 E. KerangkaKonseptual..........................................................................9 F. Metode Penelitian ............................................................................11 G. Sistematika Penulisan ......................................................................18

BAB II BIOGRAFI KH MUHAIMINAN GUNARDHO DAN GAMBARAN

TENTANG PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING PARAKAN

  A.

  Biografi K.H Muhaiminan Gunardho………………………………………...20 1.

  Latar Belakang dan Pendidikan K.H Muhaiminan Gunardho……………20 2. Tokoh Dalam Kepemimpinan Pesantren....................................................22 3. Karya-Karya K.H Muhaiminan Gunardho………………………..............25 4. Pemikiran K.H Muhaiminan Gunardho…………………………………..26 5. Keanggotaan Dalam Tarekat……………………………………………...27

  B. Gambaran Tentang Pondok Pesantren

  1. Letak Geografis………………………………............................................28

  2. Sejarah Berdirinya Pondok..........................................................................31

  3. Struktur Kelembagaan Pesantren…………………….................................34

  4. Kurikulum Pendidikan Pesantren………………………............................36

  BAB III LAHIRNYA TAREKAT A. Sejarah Lahirnya Tarekat Syadziliyah………………………………44 B. Macam-macam dan Ajaran Tarekat……………………………….....50 C. Tarekat Sydziliyah di Parakan…………………………………….....60 BAB IV PERAN K.H MUHAIMINAN GUNARDHO DALAM MENERAPKAN AJARAN-AJARAN TAREKAT SYADZILIYAH

  C.

  Dampak Ajaran Tarekat Terhadap Penganutnya...............................................75

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan........................................................................................................79 B. Saran..................................................................................................................80 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Islam merupakan keyakinan mayoritas penduduk Indonesia, bahkan

  pemeluk agama Islam terbesar di dunia adalah umat muslim di Indonesia. Secara kuantitas umat Islam di Indonesia merupakan pemeluk agama terbesar di dunia.

  Keberadaan ajaran agama di Indonesia tidak lepas dari jasa para ulama terdahulu dalam melakukukan penyebaran agama Islam atau sering disebut upaya Islamisasi.

  Islamisasi Nusantara Melayu, berawal dari suatu masa tertentu dan bukan beberapa abad sebelumnya atau sesudahnya. Orang-orang muslim dari negeri asing mungkin sudah menetap di pelabuhan-pelabuhan dagang di Sumatra dan Jawa selama beberapa abad, tetapi baru menjelang akhir abad ke-13 lah kita menemukan adanya jejak-jejak orang islam pribumi. Bukti pertama berasal dari pantai utara Sumatra di mana beberapa kerajaan Muslim yang sangat kecil, atau lebih tepatnya negara-negara pelabuhan, muncul kerajaan Perlak dan kerajaan kembar Samudra dan Pasai. Selama abad ke-14 dan ke-15, islam secara berangsur-angsur menyebar melampaui daerah pantai Sumatra dan semenanjung Malaya, ke pantai utara pulau Jawa dan beberapa pulau penghasil rempah-rempah. Abad-abad pertama Islamisasi Asia Tenggara bebarengan dengan masa merebaknya tasawuf abad pertengahan dan pertumbuhan tarekat.

  Ilmuwan Australia, Anthony Johns, mengemukakan bahwa islamisasi tersebut disebabkan adanya pengislaman yang secara aktif dilakukan oleh para penyebar sufi yang datang berasama-sama dengan para pedagang asing. Para penyebar Islam bercorak sufi ini memang disebut dalam berbagai laporan pribumi. Johns bahkan mengajukan spekulasi bahwa ada hubungan yang erat antara serikat-serikat sekerja (guid), tarekat-tarekat sufi dan para penyebar ini, yang memberikan daya dorong bagi

  1 1 berlangsungnya Islamisasi. Ajaran agama Islam yang disebarkan oleh para sufi berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat muslim mengenai keyakinan terhadap ajaran agama Islam. Pemaknaan dalam aspek kehidupan yang diajarkan oleh para sufi memberi pemahaman terhadap cara pengamalan ibadah. Ajaran agama Islam tidak hanya terbatas pada upaya melaksanakan ibadah untuk berhubungan pada Allah saja, namun ajaran agama Islam mengatur seluruh aspek kehidupan sehingga para sufi mengajarkan bahwa segala tindakan dan segala tatanan hidup dimaknai sebagai ibadah. Proses masuknya Islam di Nusantara memiliki peran penting terhadap terbentuknya paradigma masyarakat mengenai ajaran agama Islam.

  Islam masuk ke Nusantara melalui peran tarekat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh penyebar Islam yang sesungguhnya adalah para syaikh atau mursyid tarekat. Sebuah kajian eksploratif yang dilakukan oleh Martin Van Bruinessen tentang tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Nusantara memberikan gambaran tentang bagaimana para guru tarekat

  2 dalam proses Islamisasi di Nusantara.

  Tarekat merupakan ajaran agama Islam melalui jalan atau tata cara tertentu dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Tarekat dianalogikan sebuah jalan yang di dalamnya mengatur tata cara yang benar dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Tarekat ini muncul didorong karena kesadaran perlu adanya penghayatan dan pemaknaan yang mendalam terhadap ajaran agama Islam. Beribadah bukan hanya dalam konteks lisan dan praktek saja melainkan perlunya penghayatan dalam hati dan keyakinan yang penuh terhadap kebenaran ajaran Allah, sehingga dalam diri seorang muslim ketika melaksanakan ibadah batin dan rohaniah senada melaksanakan ibadah kepada Allah. 2 Nur Syam, Tarekat Petani, Fenomena Tarekat Syattariyah Lokal (Yogyakarta:

  Tarekat adalah gerakan sufi di mana umat islam mengamalkan ritual- ritual keagamaan dengan menjalankan wirid tertentu. Kata tarekat berasal dari bahasa Arab, thariqah, yang secara harfiah berarti jalan mistik untuk mendekati Allah. Para anggota tarekat melakukan sebuah ritual, yang dinamakan dzikir, dengan tujuan untuk menempatkan diri mereka lebih dekat bersama Allah.

  Mengamalkan tarekat perlu dibimbing oleh seorang mursyid, yaitu pemimpin spiritual gerakan tarekat. Mursyid tidak hanya memberi wirid tertentu kepada para pengikutnya, tetapi juga membantu pengikut tarekat mengamalkan wirid tersebut. Mursyid secara harfiah berarti orang yang menunjukkan jalan. Kata ini digunakan dalam tarekat untuk menunjukkan bahwa mursyid harus memimpin anggotanya dalam rangka mendekati Allah dengan menggunakan cara tertentu. Lebih dari itu, menjadi anggota harus diawali dengan pem-

  bai‟at-an. Bai‟at adalah

  unsur penting dalam tarekat. Bai‟at dalam tarekat bukanlah sumpah kesetiaan seperti yang diisyaratkan oleh kata ini, namun merupakan peristiwa di mana setiap pengikut tarekat menerima wirid tertentu dan

  3 penegasan untuk mengamalkannya secara kontinu.

  Dalam ajaran agama Islam terdapat banyak tarekat namun setiap tarekat memiliki cirikas tersendiri dalam tata cara ibadah sesuai fiqih yang dianut. Dari berbagai tarekat terdapat beberapa pokok ajaran yang digunakan untuk mendidik para santrinya sehingga menghindari pada arah ajaran yang sesat.

  Pokok dari semua tarekat itu ada lima : pertama mempelajari ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan pelaksanaan semua perintah,

  kedua mendampingi guru-guru dan teman setarekat untuk melihat

  bagaiman cara melakukannya sesuatu ibadah, ketiga meninggalkan segala rukhsah dan ta‟wil untuk menjaga dan memelihara kesempurnaan amal,

  keempat menjaga dan mempergunakan waktu serta mengisikannya

  dengan segala wirid dan do‟a guna mempertebalkan khusyu‟ dan hudur, dan kelima mengekang diri, jangan sampai keluar melakukan hawa nafsu

  4 3 dan supaya diri itu terjaga dari pada kesalahan.

  Endang Turmudi, Perselingkuhan Kyai dan Kekuasaan, (Yogyakarta: LKiSS, 2003) hlm 62-63. 4 Abu Bakar Aceh, Pengantar ilmu tarekat: uraian tentang mistik, ( Jakarta: FA.H.M.

  TAWI & SON BAG, 1966) hlm 50.

  Di Indonesia ini banyak sekali macam-macam tentang tarekat, maka dari itu penulis merasa penasaran tentang apa tarekat itu dan bagaimana cara melakukan tarekat tersebut. Karena banyak yang mengungkapkan bahwa setiap tarekat itu berbeda maka penulis berharap untuk bisa meneliti dengan mendalam mengenai tarekat tersebut. Dan juga menarik perhatian terhadap penulis untuk bisa meneliti lebih detail mengenai kegiatan-kegiatan yang ada dalam kegiatan yang telah dilaksanakan oleh pengikutnya. Keyakinan yang seperti apa yang membuatnya yakin terhadap apa yang telah dilaksanakan dalam setiap kegiatan tersebut, bahwa tarekat yang diyakininya merupakan tarekat yang paling sempurna dan paling benar dan bisa mengantarkan kepada Allah dan surga. Banyaknya aliran tarekat maka semakin banyak pula keyakinan-keyakinan yang akan diyakini oleh masyarakat pada umumnya.

  Salah satu tarekat yang berkembang di Indonesia adalah tarekat Syadziliah yang memiliki banyak pengikut. Tarekat ini berkembang di berbagai wilayah di Indonesia salah satu wilayahnya ialah di Parakan Kabupaten Temanggung. Ajaran tarekat Syadziliah tercermin dari perilaku para santri dalam melakukan penghayatan terhadap segala aspek kehidupan merupakan bagian dari ibadah kepada Allah SWT.

  Tarekat Syadziliyah didirikan oleh Syekh Abu Hasan bin Abdullah bin Abdul Jabbar bin Hormuz Asy-Syadzili Al-maghribi Al-Huraisi Al-Idrisi, masih mempunyai jalur nasab keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib.

  Abu Hasan Asy-Syadzili dilahirkan pada tahun 591 H (1195 M) di desa Ghamara sebuah desa yang dekat dengan Sabtah, Afrika. Beliau kemudian bermukim di Syadzili, maka tarekat yang didirikannya dinamakan Tarekat

5 Syadziliyah..

  Dari uraian tersebut maka penulis menganggap penting dan menarik untuk mengaangkat masalah bagaimana penerapan tarekat Syadziliyah di Parakan khususnya di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing. Dengan ini penulis mengajukannya sebagai karya ilmiah skripsi dengan judul “ PERAN

  KH MUHAIMINAN GUNARDHO DALAM PENERAPAN AJARAN TAREKAT SYADZILIYAH DI PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING PARAKAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 1980- 2007”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas dan diuraikan diatas, dan untuk mempermudah penulisan ini maka, perlu adanya pembatasan dan perumusan masalah agar tidak terjadi kesalah pahaman dan kesimpangsiuran dalam penulisan skripsi ini

  Pada penelitian ini, peneliti membatasi pokok permasalahan- permasalahan mengenai tema “Peran KH Muhaiminan Gunardho dalam Penerapan Ajaran Tarekat Syadziliyah di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing Parakan Kabupaten Temanggung tahun 1980-

  2007” serta bagaimana penerapan ajaran tarekat di dalam pondok pesantren.

  Pada penulisan ini, peneliti akan membatasi pokok kajian yang akan di 5 jadikan obyek penelitian yaitu dalam seberapa besar ajaran tarekat

  

Mohammad Rifai, Thareqat Asy-Syadzili, Langkah-langkah dan Amaliyahnya syadziliyah di pondok pesantren Kyai Parak Bambu Runcing terhadap masyarakat atau penganut tarekat. Pada batasan spasial, peneliti mencoba membatasi wilayah penelitian di Daerah Temanggung Kecamatan Parakan tepatnya di jalan Coyudan, kauman. Disertai dengan batasan temporal atau waktu yang dalam kurun tahun 1980 sampai tahun 2007 dalam wilayah pondok Pesantren di Kecamatan Parakan. Hal tersebut peneliti merujuk pada masa tarekat syadziliyah mulai berkembang dan memberikan pengaruh terhadap masyarakat sekitar. Dari pembahasan diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.

  Bagaimana proses penerapan ajaran-ajaran tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing?

  2. Bagaimana pengaruh tarekat syadziliyah terhadap santri dan masyarakat sekitar?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

  Sesuai dengan perumusan masalah yang telah penulis sampaikan maksut tujuan diadakannya penulisan ini adalah:

  1. Untuk mengetahui penerapan apa saja yang diajarkan dari tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing.

  2. Untuk mengetahui apa saja pengaruh dari tarekat syadziliyah terhadap penganutnya.

  1. Memberikan wawasan dalam pengembangan keilmuan khususnya dalam bidang ilmu sejarah dan kebudayaan.

  2. Memberikan pemahaman tentang pengaruh ajaran tarekat syadziliyah terhadap perilaku kehidupan keagamaan.

D. Tinjauan Pustaka

  Untuk mengetahui apakah yang diteliti dalam karya ini sudah ada yang melakukan penelitian sebelumnya atau belum ada yang melakukan penelitian, maka diperlukan suatu kajian penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil tinjauan pada hasil penelitian sebelumnya, maka penulis menemukan beberapa karya tulis dalam bentuk buku, skripsi, tesis yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini:

  Yang pertama buku karya Drs. K.H. Mohammad Rifai yang berjudul “Thareqat Syadziliyah, Langkah-langkah dan Amaliyahnya “, secara sekilas buku tersebut membahas tentang kehidupan pendiri Tarekat Syadziliyah yaitu Syekh Abu al Hasan Asyadzili. Dari perjalanannya untuk mencari ilmu dari negeri satu ke negeri yang lainnya sampai wafatnya. Buku tersebut juga menceritakan tentang kepribadian Syekh Abu al Hasan Asyadzili yang penuh kasih dan sayang terhadap sesama. Disamping itu buku tersebut juga membahas tentang pandangan Asyadzili terhadap adab dan tata cara beribadah untuk mencapai hakikat beribadah yang sebenarnya sampai dengan bagaimana cara mengamalkannya. Buku ini juga berisi tentang tata cara mengamalkan amalan tarekat Asyadziliyah dan adab murid kepada

  Yang kedua, buku karya Martin Van Bruinessen yang berjudul

  “ kitab

kuning pesantren dan tarekat” buku tersebut menggambarkan tentang proses

  Islamisasi di Asia Tenggara yang disebabkan oleh perkembangan tasawuf dan perkembangan tarekat, dan menjelang abad ke-18 berbagai tarekat telah memperoleh pengikut yang tersebar di nusantara. Selain itu, buku karangan Martin Van Bruinessen juga mengemukakan beberapa macam tarekat beserta pendirinya dan pengaruh tarekat terhadap islam di Indonesia.

  Yang

  Ketiga, “implementasi ajaran tarekat qodariyah wa naksabandiyah

terhadap perubahan perilaku sosial jamaah studi kasus desa doplang

kecamatan bawen kabupaten semarang tahun 2013” skripsi yang ditulis oleh

  Lukman, menginformasikan bahwa latar belakang munculnya tarekat qodiriyah wa naksabandiyah di Desa Doplang Kecamatan Bawen awal mulanya adalah dari pengalaman seseorang yang mengikuti kegiatan tarekat di Sempu Payaman Magelang. Ajaran tarekat berupa amalan dzikir-dzikir, tawajuhan, khotaman, sewelasan dan khol yang dikhususkan kepada arwah- arwah. Selain itu juga penganut tarekat mengalami perubahan baik dalam hal beribadah kepada Allah.

  Yang keempat,,skripsi karya Moh Tasir, mahasiswa UIN Sunan Ampel Fakultas Ushuluddin dan Filsafat yang berjudul Transformasi Metode Tarekat Syadziliyah di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan. Skripsi tersebut membahas tentang pengertian tarekat, tujuan, ajaran dan macam- macam gambaran umum tentang tarekat Syadziliyah. Skripsi tersebut juga berdzikir kemudian dikombinasikan dengan bersholawat terlebih dahulu supaya jamaahnya lebih bersemangat dan lebih khusyuk untuk mendekatkan diri kepada Allah.

  Yang kelima, skripsi Muhammad Juni, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008 yang berjudul Sejarah Perkembangan dan Peranan Tarekat Syadziliyah di Kabupaten Bekasi 1993-2003. perkembangan tarekat sangat pesat sejak periode KH. Mahfudz Syafi‟i yang mempunyai ba‟iat mutlak dari KH. Mustaqim bin Husain Tulung Agung Jawa Timur.

  Skripsi Muhammad Juni ini membahas tentang kehidupan sosial, budaya dan keagamaan tarekat syadziliyah di Bekasi. Sejarah singkat, ajaran, amalan dan bagaimana kedatangan tarekat syadziliyah di Bekasi. Skripsi tersebut juga membahas tentang peranan tarekat syadziliyah di Bekasi dalam bidang sosial, ekonomi, bidang dakwah dan pembinaan umat.

  Pembeda dari penelitian sebelumnya, penulisan skripsi ini lebih memfokuskan pada bagaimana peran KH Muhaiminan Gunardho tentang ajaran tarekat Syadziliyah di pondok pesantren Kyai Parak Bambu Runcing dan bagaimana ajaran-ajaran yang diterapkan dalam pembelajaran di pondok tersebut.

E. Kerangka Konseptual

  Dalam menguraikan penelitian ini penulis menggunakan teori-teori yang dapat membantu penulis untuk dapat menyusun logika penelitian. Kerangka konseptual yang digunakan oleh penulis antara lain: pesantren, tarekat, dan tarekat Syadziliah.

  Pesantren memiliki peran khusus dalam menciptakan generasi yang memiliki intelektualitas dalam bidang keagamaan, khazanah intelektual Islam tidak lepas dari jasa pesantren sebagai lembaga yang mendidik para santri sehingga muncul intelektual muslim. Terwujudnya umat muslim yang memiliki intelektual agama bergantung pada pendidikan yang diajarkan oleh sebuah pondok pesantren.

  Menurut Zamakhsyari Dhofir pengertian pesantren adalah tempat belajar para santri, sedangkan pondok berarti rumah atau tempat tinggal sederhana. Kata pondok berasal dari Bahasa Arab

  “ funduq”

  yang berarti hotel atau asrama, sehingga pengertian dari pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam yang didalamnya terdapat seorang kiai (pendidik) yang mengajar dan mendidik para santri (peserta didik) dengan sarana masjid yang digunakan untuk menyelenggarakan pendidikan tersebut, serta didukung adanya

  6 pemondokan atau asrama sebagai tempat tinggal para santri.

  Sedangkan menurut Manfred Ziemek, pesantren berasal dari kata “santri” yang dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Kadang- kadang ikatan kata “san”

  (manusia baik) dihubungkan dengan suku kata “tri” (suka menolong), sehingga kata pesantren dapat berarti “tempat pendidikan

  7

  manusia baik- baik”. Pada sebuah lembaga pesantren memiliki cara pengajaran tersendiri bagi para santri, dalam upaya pengajaran terdapat tujuan yang ingin dicapai dari lembaga pondok pesantren. Pondok pesantren memiliki peran penting dalampembelajaran pendidikan ajaran agama Islam, dalam pondok pesantren 6 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm 18. terdapat tarekat tertentu yang digunakan sebagai jalan untuk beribadah kepada Allah.

  Kata tarekat berasal dari bahasa Arab thariqah yang berarti al-khat fi al-

  syai‟ (garis sesuatu), al-sirah (jalan), al-sabil (jalan). kata ini juga

  bermakna al-hal (keadaan) seperti terdapat dalam kalimat

  huwa‟ala thariqah hasanah wathariyah sayyi‟ah (berada dalam keadaan/jalan yang

  baik dan jalan yang buruk). Dalam literatur Barat, kata thariqah menjadi tarika yang berarti road (jalan raya), way (cara,jalan) dan path (jalan setapak). Tarekat juga berarti jalan atau cara untuk mencapai tingkatan-tingkatan (maqamat) delam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan. Melalui cara ini seorang sufi dapat mencapai tujuan peleburan diri dengan yang nyata (fana fi al-haq). Mengikuti suatu tarekat berarti melakukan olah batin, latihan-latihan (riyadah), dan perjuangan yang sungguh-sungguh

  8 (mujahadah) di bidang kerohanian.

  Thariqah Syadziliyah yaitu thariqoh yang terbentuk menurut namanya Imam Syadzali. Ialah salah satu thariqoh yang silsilannya bersambung sampai Sayyidina Hasan bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib sampai Rasulullah SAW. Salah satu thariqoh yang sangat mudah mengenai ilmu

  9 dan pengamalannya mengenai hal-ihwal. Maqam, ilham dan maqalnya.

  Perkembangan tarekat syadziliyah di Desa Parakan tergolong dalam tingkat yang baik, hal ini disandarkan pada pengikut tarekat terus berkembang di tengah perkembangan zaman, serta di tengah gempuran era globalisasi tarekat syadziliyah terus bertahan bahkan mampu untuk berkembang.

F. Metode Penelitian

  Penelitian sejarah adalah pengumpulan data-data (yang sudah ada) secara 8 sistematis dan evaluasi yang obyektif dari data yang berkaitan dengan

  

Muhsin Jamil, Tarekat dan Dinamika Sosial Politik, tafsir sosial sufi nusantara,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) hlm 47. 9 Muhaiminan Gunardho, Manaqib syaikh Abi Hasan Asy-syadzili, wali shufi quthub

  kejadian-kejadian di masa lampau untuk menguji hipotesis sehubungan dengan sebab-akibat atau kecenderungan kejadian-kejadian tersebut yang dapat membantu menerangkan kejadian masa kini dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Hasilnya adalah “rekaman” prestasi manusia.

  Oleh karena itu, sejarah bukan semata-mata daftar rentetan peristiwa secara kronologis, melainkan gambaran mengenai berbagai hubungan yang benar-

  10

  benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, dan tempat. Sebelum penulis melakukan heuristik, penulis terlebih dahulu melakukan studi pendahuluan dengan mencari sumber dari internet, dengan mencari di internet mengenai skripsi-skripsi tentang tarekat syadziliyah. Selain itu penulis juga mencari jurnal-jurnal yang sama-sama mengulas mengenai Tarekat Syadziliah.

  Tahap pertama adalah Heuristik atau pengumpulan sumber. Sumber sejarah dapat berupa bukti yang ditinggalkan manusia yang menunjukan segala aktifitasnya di masa lampau baik berupa peninggalan- peninggalan maupun catatan-catatan. Sumber ini bisa ditemukan diperpustakaan-perpustakaan, Internet, untuk arsip bisa diperoleh dikantor-

  11

  kantor atau instansi-instansi tertentu. Dalam penulisan ini, peneliti menggunakan sumber yang berupa buku-buku dan didalam upaya Heuristik penulis juga menggunakan metode sejarah lisan, sejarah lisan 10 adalah bagian dari metode sejarah yang meliputi teknik pengumpulan

  

Sumanto, metodologi penelitian sosial dan pendidikan: metode kuantitatif dan

statistika dalam penelitian (Yogyakarta: Andi Offset, 1995) hlm 71. 11 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2012),

  sumber sejarah yang dilakukan dengan wawancara kemudian ditujukan kepada pelaku dan saksi sejarah yang hidup pada zaman yang sedang

  12

  diteliti oleh peneliti sejarah. Dalam upaya heuristik penulis mencari sumber pustaka dengan mendatangi perpustakaan jurusan Sejarah Peradaban Islam yang berada di gedung akademik Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora di Kampus 2 IAIN Salatiga, selain itu penulis juga mendatangi perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, lalu penulis mencari sumber pustaka di Perpustakaan Daerah Kota Salatiga dan perpustakaan di Kampung Percik di Salatiga dan perpustakaan Daerah Kabupaten Temanggung.

  Selain mencari sumber pustaka penulis juga berupaya mencari sumber berupa sejarah lisan dengan melakukan wawancara dengan Ibu Nyai Jayyidah Muhaiminan sebagai pengasuh Pondok Pesantren Kiai Parak Bambu Runcing Temanggung, dengan Ustadz Kasnan sebagai ustadz dan juga merupakan pengurus dalam tarekat syadziliyah, lalu wawancara dengan Ustadz Nadhirin sebagai pengurus serta tenaga pendidik di pondok pesantren tersebut, kemudian wawancara Ustadz Abdul Ghofur sebagai tenaga pendidik di pondok pesantren.

  Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk mendapatkan data- data dan informasi yang dibutuhkan untuk menyusun kajian ini yaitu:

12 Paul Thompson, Suara dari Masa Silam: Teori dan Metode Sejarah Lisan,(Yogyakarta:

1. Penelitian Lapangan

  Penelitian lapangan adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan secara langsung ke lapangan untuk meneliti serta mencari data-data dan informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, agar dapat dibahas berdasarkan informasi atau bukti data- data yang ditemukan. Ada 2 teknik yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data-data dan informasi penelitian lapangan, yaitu: a. Pengamatan (observasi)

  Adalah suatu teknik yang dilakukan peneliti untuk mengamati secara langsung objek yang berkaitan dengan penelitian dan bukti- bukti tentang pengaruh tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing Parakan.

  b. Tradisi lisan atau Wawancara Adalah suatu teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data dengan mencermati penuturan-penuturan informasi yang sifatnya turun-temurun dan dapat memberikan keterangan terhadap masalah yang akan diteliti untuk mewujudkan fakta-fakta dalam rangka penyusunan sejarah lokal tersebut, misalnya dengan mengadakan wawancara langsung dengan saksi sejarah yang mengetahui tentang pengaruh tarekat syadziliyah di pondok pesantren kyai parak bambu runcing Parakan. Peneliti melakukan wawancara kepada pengasuh

  Sumber-sumber primer terdiri dari informasi tangan pertama, misalnya dokumen asli, barang peninggalan dan kesaksian asli dari orang yang terlibat atau orang yang mengamati secara langsung. Sumber-sumber sekunder merupakan informasi tangan kedua, seperti buku-buku referensi (misalnya ensiklopedi) atau laporan/kesaksian oleh famili orang yang terlibat arang yang mengamati secara langsung.

2. Penelitian Kepustakaan

  Melalui penelitian kepustakaan ini sumber-sumber buku yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. sumber kepustakaan yang akan dikaji adalah, Perpustakaan Jurusan Sejarah

  IAIN Salatiga kampus II, perpustakaan Daerah Salatiga, perpustakaan kampus II IAIN Salatiga, perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, perpustakaan Percik Salatiga, perpustakaan Daerah Temanggung, dan juga arsip dari pondok pesantren.

  Tahap kedua Kritik sumber atau Verifikasi Penulisan sejarah dikenal dua macam sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder. sumber primer adalah kesaksian dari seseorang dengan mata kepala sendiri atau saksi dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanisme. Sumber kedua adalah sumber sekunder, sumber skunder adalah merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan saksi mata, Kritik sumber merupakan verifikasi sumber yaitu pengujian kebenaran atau ketetapan dari sumber sejarah. Kritik sumber ada dua yaitu kritik eksteren dan kritik intern untuk menguji kredibilitas sumber.

  a. Kritik eksternal Berguna untuk menetapkan keaslian data, dilakukan kritik eksternal.

  Menurut Helius Sjamsuddin kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah.

  Apakah fakta peninggalan atau dokumen itu merupakan yang

  13

  sebenarnya, bukan palsu. Hal ini dilakukan untuk menguji kebenaran dan kredibilitas sumber tersebut terhadap suatu peristiwa tertentu, selain itu penulis juga akan mengklarifikasikan atau mengelompokan sumber

  14 yang telah dikritik kedalam bentuk sumber primer dan sekunder.

  b. Kritik Internal Setelah dilakukan suatu dokumen diuji melalui kritik eksternal, berikutnya dilakukan kritik internal. Kritik internal harus menguji motif, keberpihakan dan keterbatasan si penulis yang mungkin melebih-lebihkan sesuatu atau sebaliknya mengabaikan

  13 Helius Sjamsuddin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2012), hlm.104. 14 Prof. A. Daliman, M. Pd. Metode penelitian sejarah, Ombak, Yogyakarta,

  15

  sesuatu. Sejarawan harus benar-benar yakin bahwa datanya antentik dan akurat.

  Tahap ketiga adalah interpretasi atau penafsiran sejarah penulisan. Menurut Daliman, Interpretasi adalah menafsirkan fakta sejarah dan merangkai fakta tersebut hingga menjadi satu kesatuan yang harmonis dan masuk akal. Dari berbagi fakta yang ada kemudian perlu disusun agar mempunyai bentuk dan struktur. Fakta yang ada ditafsirkan sehingga ditemukan struktur logisnya berdasarkan fakta yang ada, untuk menghindari suatu penafsiran yang semena-mena akibat pemikiran yang sempit. Bagi sejarawan akademis, interpretasi yang bersifat deskriptif saja belum cukup. Dalam perkembangan terakhir, sejarawan masih dituntut untuk mencari landasan penafsiran yang digunakan.

  Tahap keempat historiografi. Setelah melakukan proses analisis dan sintesis, proses kerja mencapai tahap akhir yaitu historiografi atau penulisan sejarah. Proses penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang sebelumnya terlepas satu sama lain dapat disatukan sehingga menjadi satu

  16 perpaduan yang logis dan sistematis dalam bentuk narasi kronologis.

  Historiografi adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dan berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk penulisan 15 sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada.

  Sumanto, Teori dan Aplikasi Metode Penelitian, (Yogyakarta: Buku Seru, 2014), hlm. 176. 16 Paul Veyne, Writing History, Essay on Epistemology, terj. Bhs. Prancis ,mina

  Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain dapat mengerti pokok-pokok pemikiran yang diajukan.Dimana proses ini penulis mulai menuangkan interpretasinya dalam sebuah peristiwa ke dalam tukisan. Historiografi penulisan hasil penelitian atau rekontruksi yang imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan proses.

  Historiografi adalah langkah-langkah untuk menyajikan hasil penafsiran atau interpretasi fakta sejarah ke dalam suatu bentuk tulisan (penulisan

  17 sejarah).

  Selain menggunakan metode sejarah, penelitik dalam teknik pengujian keabsahan dan kredibilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Nawawi Ismail, triangulasi adalah teknik pengujian dengan memverifikasi, mengubah-memperluas informasi dari pelaku satu

  18 ke pelaku lainnya dan atau dari satu pelaku.

  G.

  Sistematika Penulisan Supaya lebih mempermudah penulisan yang akan diteliti maka perlu adanya sistematika penulisan yang akan ditulis. Dalam penelitian ini ada lima bab sistematika bahasan yang mana setiap bab ada sub bab yang sesuai dengan bahasannya masing-masing yaitu:

  17 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya, Cet III, 1999) hlm 55. 18 Nawari Ismail.2015.Metode Penelitian untuk studi islam Panduan Praktis dan

  Bab I : Pendahuluan, dimana di dalam bab ini berisikan tentang Latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, dan sistematika penelitian.

  Bab II : Biografi KH Muhaiminan Gunardho dan Gambaran tentang pondok pesantren yang meliputi : letak geografis, sejarah berdirinya pondok, tokoh dalam kepemimpinan pesantren, struktur kelembagaan pesantren, dan kurikulum pendidikan pesantren.

  Bab III : Perkembangan tarekat dari masa ke masa yang terdiri dari beberapa poin yaitu: sejarah lahirnyanya tarekat syadziliyah, macam-macam dan ajaran tarekat syadziliyah, tarekat syadziliyah di parakan dan ajaran fiqh terhadap santri.

  Bab IV : Peran K.H Muhaiminan Gunardho dalam menerapkan ajaran-ajaran tarekat syadziliyah yang meliputi beberapa poin yaitu: penerapan ajaran tarekat dalam pesantren dan dampak ajaran tarekat terhadap para penganutnya.

  Bab V : Penutup berisi kesimpulan dan saran.

  

BAB II

BIOGRAFI KH.MUHAIMINAN GUNARDHO DAN GAMBARAN

TENTANG PONDOK PESANTREN KYAI PARAK BAMBU RUNCING

PARAKAN

A. Biografi K.H Muhaiminan Gunardho KH Muhaiminan Gunardho adalah putra KH. Sumomihardho ( R. Abu Hasan ) yang masih keturunan Sultan Hamengkubuwono II, ibunya bernama Hj. Mahwiyah. KH Muhaiminan Gunardho lahir di Jetis Kauman, Kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung, pada tanggal 30 Maret 1936. Setelah

  pulang dari pendidikan pesantren, pada tahun 1965, KH. Muhaiminan Gunardho menikah dengan Nyai Jayyidah binti H. Anwari. Kemudian dikaruniai seorang putra dan putri yaitu, Hj. Su‟ad Jauharoh (15 September 1960), Hj. Kausar Asyafi‟ah (13 April 1964), H. Khaidar Muhaiminan (18 Desember 1967), KH. Nauval Muhaiminan (27 Desember 1972), dan KH.

  Baha‟ Jogo Sampurno (1 Maret 1975). Kemudian pada tahun 2007 tepatnya pada tanggal 21 Ramadhan 1428, KH. Muhaiminan Gunardho meninggal karena sakit, dan setelah beliau meninggal kepemimpinan pesantren diasuh oleh istrinya yaitu Nyai Jayyidah Muhaiminan.

1. Latar Belakang dan Pendidikan K.H Muhaiminan Gunardho

  KH. R. Muhaiminan setelah memulai pendidikan dengan bersekolah SR (sekolah rakyat) di desa Parakan Kulon. Dan sore harinya Kemudian setelah menamatkan SR beliau menempuh pelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al Iman Magelang dan sore hari di SMP Muhammadiyah Jambon Magelang. Karena prestasinya beliau termasuk pelajar yang mendapat kesempatan untuk belajar di Al Qahirah (Kairo) Mesir, namun karena waktu itu kurang mendalami bahasa arab dan sang Ibunda (Nyai Hj. Mahwiyah) tidak mengijinkan beliau untuk berangkat.

  Beliau kemudian menuruti nasehat Ibu untuk meneruskan saja belajar di pondok pesantren. Kemudian beliau nyantri di Pondok Payaman asuhan Romo Agung KH. Siradj Payaman, dan pendidikan beliau pada waktu itu berada di bawah pengawasan K. Muhlasin, menantu dari Romo Agung KH Siradj, di Pondok Jurang. Pada waktu itu beliau memiliki kegemaran belajar beladiri pencak silat, saking gemarnya beliau kepada pencak silat, di manapun berada beliau menyempatkan diri untuk menuntut ilmu bela diri kepada orang-orang yang dikenal memiliki keahlian pencak. Pada waktu berada di Payaman Magelang beliau berkenalan dengan seorang pendekar pencak silat yang masyhur waktu itu yaitu Ki Marto Jotho. Kegemaran pencak silat ini kemudian terus beliau tekuni di manapun beliau berada. menuntut ilmu.

  Setelah dari Payaman beliau mengaji pula di Pondok Bendo Pare Kediri, kemudian melanjutkan mengaji di pondok Tebuireng Sukopura Jombang, dan di pondok Dersemo Surabaya. Beliau juga nyantri kepada Syaikh Masduqi Lasem dan KH. Ma‟shum Lasem kepada para ulama masyhur pada zamannya.

2. Tokoh dalam Kepemimpinan Pesantren

  Kepemimpinan KH. Muhaiminan Gunardho di Pondok Pesantren Kyai Parak Bambu Runcing sebagai pemimpin, penulis melakukan beberapa wawancara dengan sejumlah ustadz mengenai sang tokoh pada masa hidupnya yaitu:

  Pertama menurut Ustadz Nadhirin, bahwa KH. Muhaiminan Gunardho

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KYAI DENGAN KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL ULUM KEMUNING SARI LOR-KRAJAN KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012

0 6 17

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KYAI DENGAN KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL ULUM KEMUNING SARI LOR-KRAJAN KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012

0 20 17

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN KYAI DENGAN KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN NURUL ULUM KEMUNING SARI LOR-KRAJAN KECAMATAN PANTI KABUPATEN JEMBER TAHUN 2012

0 6 17

PERAN KEGIATAN ISTIGATSAH DALAM MENINGKATKAN NILAI-NILAI KEIMANAN DI PONDOK PESANTREN TREMAS PACITAN

0 0 24

PENGARUH SISTEM W ALI ASUH TERHADAP SIKAP KEPRIBADIAN SANTRI DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH TEM BARAK TEMANGGUNG STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL-MU’MIN MUHAMMADIYAH TEMBARAK TEMANGGUNG TAHUN 2008 2009

0 0 103

PENDIDIKAN AKHLAK TASAWUF PADA TAREKAT QADIRIYYAH WA NAQSYABANDIYYAH DI PONDOK PESANTREN SURYABUANA DUSUN BALAK DESA LOSARI KECAMATAN PAKIS KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 SKRIPSI

0 1 181

PROBLEMATIKA TAHFIDZUL QURAN BAGI SANTRI KALONGDI PONDOK PESANTREN SIROJUDDINASSALAFIYAH KEC. PARAKAN KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2015 - Test Repository

0 0 184

HUBUNGAN KEDISIPLINAN USTADZAH DENGAN MOTIVASI BELAJAR SANTRIWATI PONDOK PESANTREN MIFTAKHURROSYIDIN DESA CEKELAN KEC. MADURESO KAB. TEMANGGUNG TAHUN 2017 - Test Repository

0 2 129

BIOGRAFI DAN PERAN KH SUBCHI PARAKAN-TEMANGGUNG PADA TAHUN 1858-1959 - Test Repository

0 0 79

PENERAPAN METODE TAKRIR DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN EDI MANCORO GEDANGAN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018 SKRIPSI

0 0 159