KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

  

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM AL- QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19

  

(TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh

NINIK HIMAWATI

NIM 11111127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

  

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER

DALAM AL- QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19

  

(TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

  

Oleh

NINIK HIMAWATI

NIM 11111127

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2016

  

MOTTO

اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِإ

  

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan itu Ada Kemudahan

(QS. Al-Insyirah: [94]:6)

Jangan berdo’a untuk mendapatkan hidup yang mudah,

berdo’alah agar bisa bertahan dalam kehidupan yang sulit untuk

mencapai hidup yang lebih baik

(Bruce Lee)

  

PERSEMBAHAN

  Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk: 1.

  Kedua orang tuaku, Bapak Maftukhin dan Ibu Khumaidah yang menjadi alasan terbesar untuk terselesaikannya skripsi ini, dan yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moral, spiritual dan material yang tidak dapat tergantikan, semoga amal baik dari skripsi ini menjadi pahala untuk beliau berdua.

  2. Kakakku M. Teguh Firman Syah dan Slamet Riyadi, serta adikku M. Rizqil Awwal. Terimakasih atas do‟a dan supportnya.

  3. Semua Guru TK Pertiwi Tahunan, SDN Tahunan Kampus 03,04,05, MTsN Bawu Jepara, SMAN 1 Jepara, serta seluruh Dosen IAIN Salatiga, khususnya untuk pembimbingku Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag yang telah memberikan bimbingan, arahan, kesabaran dan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  4. Bapak Supriyadi dan Ibu Nanik, selaku pemilik TPQ Al-Ikhlas Tegalrejo Salatiga, yang sudah memberikan banyak bantuan, perhatian dan pengalaman.

  5. Teman-teman kos HFC Yeni, Riska, Titik, Ika, Farida, Etik, Ana, Mega serta sahabatku RENIREF yang di Jepara.

  6. Rekan-rekan seperjuangan angkatan 2011 IAIN Salatiga

KATA PENGANTAR

  Asslamu‟alaikum Wr. Wb

  Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al- Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah).

  Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya.

  Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.

  4. Ibu Tri Wahyu Hidayati M.Ag., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini.

  5. Ibu Eva Palupi S.Psi, selaku dosen pembimbing akademik yang membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

  6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.

  

ABSTRAK

  Himawati, Ninik. 2016. Konsep Pendidikan Karakter Dalam Al-

  Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 (Telaah Atas Kitab Tafsir Al-Misbah) . Skripsi.

  Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

  Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Al-

  Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19. Kitab Tafsir Al-Misbah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep pendidikan karakter dalam Al-

  Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter dalam Al-

  Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 telaah atas kitab tafsir Al- Misbah2. Bagaimana penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini.

  Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library

  

research ), sedangkan metode yang digunakan adalah metode analisis (content

analysis ). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

  deskriptif, yaitu menjelaskan dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber utama yaitu kitab tafsir Al-Misbah yang menggunakan metode tahlili dalam menafsirkan ayat-ayat Al-

  Qur‟an, serta menganalisis dan menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber sekunder kemudian diperoleh suatu hasil interpretasi guna menjawab pertanyaa yang ada.

  Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 hasil telaah kitab tafsir Al-Misbah adalah pendidikan Tauhid, Pendidikan Ibadah, Dakwah dan Pendidikan Akhlak (2) Penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini adalah dengan cara penanaman nilai-nilai yang dilakukan setiap hari baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah, sehingga diharapkan mampu menjadikannya kebiasaan yang baik agar nilai-nilai tersebut dapat dijadikan pondasi yang kokoh dalam karakter seseorang.

  DAFTAR ISI SAMPUL LEMBAR BERLOGO …………………………………………………………. ii

  HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… iii

  HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………… iv

  HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ………………………………… v

  HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………….. vi

  HALAMAN MOTO ……………………………………………………………. vii

  HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………………….. viii

  KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ix

  ABSTRAK ……………………………………………………………………… xi

  DAFTAR ISI …………………………………………………………………… xii

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………………………………….......... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………....... 5 C. Tujuan Penelitian………………………………………………. 5 D. Mafaat Penelitian………………………………………………. 6 E. Metode Penelitian………………………………………………. 7 F. Penegasan Istilah………………………………………………... 8 G. Sistematika Penulisan…………………………………………… 12 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Pendidikan Karakter…………..…………...…………..14 1. Pengertian Pendidikan Karakter…………………………...14 2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter………………….15

3. Ciri-ciri Pendidikan Karakter………………………………16 4.

  Tujuan Pendidikan Karakter………………………………..17 5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter………………………. 17 6. Komponen Pendidikan Karakter……………………………19 7. Nilai-nilai Pendidikan Karakter…………………………….19 B. Mengenal KitabTafsir Al-Misbah……………………………….21 1.

  Biografi M. Quraish Shihab………………………………… 21 2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah………………….22 3. Karakteristik Kitab Tafsir Al-Misbah………………………..24

BAB III KAJIAN TAFSIR A. Surat Luqman Ayat 12-13…………………………………….26 B. Surat Luqman Ayat 14-15…………………………………….29 C. Surat Luqman Ayat 16……………………….……………….35 D. Surat Luqman Ayat 17………………………………………..37 E. Surat Luqman Ayat 18-19…………………………………….40 BAB IV PEMBAHASAN A. Konsep Pendidikan Karakter dalam Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19 Menurut Kitab Tafsir Al-Misbah

  ………………………… 44

1. Pendidikan Tauhid/Ketuhanan

  ………………………. 45 2. Berbakti Kepa da Kedua Orang Tua..…..…………………46 3. Bersyukur……..……………………………….………….47 4. Kejujuran

  ………………………………………………….48 5. Ibadah…………………………………………………….50

  6. Amar Ma‟ruf Nahi Munkar (Dakwah)…….…………….51 7.

  Sabar……………………………………………………. 52

  8. Pendidikan

  Akhlak………………………………………53 B. Aplikasi Konsep Pendidikan Karakter Dalam Pendidikan

  Masa Kini…………………………………………………………...57 1.

  Pendidikan Karakter Dalam Keluarga……………….……...58 2. Pendidikan Karkter Dalam Sekolah………………………...60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

  ………………………………………………………68

  B. Saran ……………………………………………………………..69

  C. Penutup…………………………………………………………...70 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu bangsa yang baik adalah bangsa yang memiliki akhlak yang

  mulia, cerdas dan bermartabat. Hal ini akan menentukan peradaban suatu bangsa. Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang memiliki karakter taat beragama, ramah, suka bergotong-royong, dan musyawarah untuk mencapai suatu mufakat.

  Sejatinya, pendidikan karakter merupakan bagian esensial yang menjadi tugas lembaga pendidikan, tetapi selama ini kurang diperhatikan.Akibat minimnya perhatian terhadap pendidikan karakter dalam lembaga pendidikan menyebabkan berkembangnya berbagai patologi sosial di masyarakat.

  Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang dirasakan mendesak.Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok pengarusutamaan (mainstreaming) implementasi pendidikan karakter di Indonesia.

  Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, seks bebas, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota besar, pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap yunior, fenomena supporter bonek, dan penggunaan narkoba (Tempo Interaktif , 27/08/2009).

  Salah satu usaha untuk meningkatkan karakter kejujuran adalah dengan adanya program kantin kejujuran yang sudah disediakan di beberapa sekolah, hal tersebut untuk melatih kejujuran dan mengukur seberapa jujur anak-anak dalam bertransaksi di kantin kejujuran tersebut.

  Sangat disayangkan banyak kantin kejujuran yang gagal dan bangkrut karena belum tertanam sifat jujur pada diri anak-anak.

  Disiplin dan tertib lalu lintas, budaya antre, budaya baca, sampai budaya hidup bersih dan sehat, keinginan menghargai lingkungan masih jauh di bawah standar. Di kota-kota besar lampu merah seolah-olah tidak lagi berfungsi.Jika tidak ada petugas maka banyak yang meyerobot lampu merah, hal tersebut merupakan pemandangan sehari-hari yang sudah tidak asing (Samani, 2013: 2).

  Tidak luput pula kasus korupsi yang merajalela di negara ini, dimana penguasa yang seharusnya menjadi wakil rakyat justru memakan uang rakyat demi memuaskan nafsu dan egonya. Sifat arif, jujur dan amanah yang ada pada diri seorang koruptor sudah musnah dihapuskan oleh kemewahanduniawi yang semu. Memang tidak mudah menjalankan sifat jujur. Karakter yang baik haruslah ditanam sejak usia dini agar menjadi kebiasaan yang baik dalam kehidupan seseorang. Kebohongan dan kecurangan dalam ulangan atau ujian merupakan contoh kecil dan nyata yang sukar dihilangkan dari kehidupan anak.

  Maka dari itu, pendidikan karakter sangat diperlukan untuk menghadapi dan mencegah problema-problema yang sudah ada.Pendidikan karakter sebenarnya sudah diterapkan di banyak sekolah, seperti melalui mata pelajaran PPKN, Agama, Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Seni Budaya. Namun upaya tersebut masih belum berjalan maksimal.

  Lembaga pendidikan tidak hanya berkewajiban meningkatkan mutu akademis, tetapi juga bertanggung jawab dalam membentuk karakter peserta didik. Mutu akademis dan pembentukan karakter yang baik merupakan dua misi integral yang harus mendapat perhatian lembaga pendidikan. Namun tuntutan ekonomi dan politik pendidikan menyebabkan penekanan pada pencapaian akademis mengalahkan idealis peran lembaga pendidikan dalam pembentukan karakter.

  Namun demikian, banyak sekali hambatan yang dialami guru dalam melaksanakan program ini. Hal ini bukan hanya karena ketidakmampuan guru dalam memahami buku panduan pendidikan karakter, tetapi juga dikarenakan buku panduan itu sendiri yang masih bersifat teoritik bukan praktis. Disamping penanaman pendidikan karakter melalui lembaga pendidikan, sebenarnya di dalam Al-

  Qur‟an sudah banyak dijelaskan mengenai berbagai macam pendidikan.

  Al- Qur‟an diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad agar menjadi pedoman hidup bagi segenap manusia yang berfungsi sebagai

  

huuda (petunjuk) dan bayyinah (penjelas) atas petunjuk yang telah

  diberikan, serta furqon (pembeda) antara yang haq (benar) dan yang bathil

  (salah). Fungsi tersebut bertujuan agar manusia dapat hidup dengan berlandaskan moral dan akhlak yang mulia. Disamping mengandung nilai moral, Al-

  Qur‟an juga berisikan tentang asas atau fondasi kokoh bagi kelangsungan hidup manusia.

  Islam mengharuskan pemeluknya supaya menjadi umat yang berpendidikan. Oleh sebab itu, ilmu merupakan sarana utama untuk membangun kepribadian seorang muslim. Dalam hal ini, kita menjumpai Islam mengatur semua hal yang bisa mengantarkan umat Islam untuk belajar dan mengajar. Ayat Al-

  Qur‟an yang pertama kali turun adalah firman Allah SWT:

            

  Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.

  Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.” (QS. Al- Alaq [96]: 1-2).

  Meskipun demikian, sudah selayaknya disampaikan bahwa dalam pandangan Islam, ilmu tidak memiliki nilai positif jika tidak bisa menunjukkan pada hakikat yang utama, yaitu

  ma‟rifatullah. Tidak

  diragukan lagi bahwa jalan untuk sampai kepada

  ma‟rifatullah adalah

  mempraktikkan akhlak, prinsip-prinsip, dan dasar-dasar yang dianjurkan oleh agama Islam. Oleh karenanya, Islam mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengamalan.

  Pembentukan akhlak dan spiritualitas manusia, serta terjalinnya hubungan sosial kemasyarakatan di antara mereka tidak bisa dilakukan hanya dengan pemberian nasehat dan hafalan.Akan tetapi, membutuhkan tindakan-tindakan yang harus dipraktikkan (Khalid, 2012: 249).

  Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis ingin meneliti lebih jauh bagaimana konsep pendidikan karakter dalam Al- Qur‟an kepada para pembaca melalui penyusunan skripsi yang berjudul

  “KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM AL-QUR’AN SURAT LUQMAN AYAT 12-19 (TELAAH ATAS KITAB TAFSIR AL-MISBAH) ”.

B. Rumusan Masalah

  Mengacu pada uraian di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimanakah konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam Al-

  Qur‟an surat Luqman ayat 12-19? 2. Bagaimanakah penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-

  Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dengan konteks pendidikan karakter masa kini?

C. Tujuan Penelitian

  Berangkat dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka dapat ditetapkan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam

  Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 menurut kitab tafsir Al-Misbah.

2. Untuk mengetahui penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al-

  Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam konteks pendidikan karakter masa kini.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat Teoritis a.

  Memberikan pengetahuan dan sumbangan pemikiran ilmu tentang pendidikan, terutama pendidikan karakter yang terkandung dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19.

  b.

  Penelitian ini semoga dapat memberikan kontribusi positif (memperbaiki dan mengembangkan) bagi individu agar memiliki karakter yang positif.

2. Manfaat Praktis

  Memberikan kontribusi positif untuk dijadikan pertimbangan berfikir dan bertindak. Secara khusus penelitian ini dapat dipergunakan sebagai berikut: a.

  Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi individu agar memiliki karakter yang baik dalam kehidupannya.

  b.

  Dengan adanya penelitian ini, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri agar dapat menajalankan dan menerpakan pendidikan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library

  research ) dengan menggunakan pendekatan deskripstif, yaitu

  menjelaskan semua yang telah digali yang bersumber dari pustaka.Berkaitan dengan jenis penelitian literatur, pengumpulan data pada penulisan ini menggunakan metode studi kepustakaan dari buku- buku yang berkaitan langsung dengan pokok permasalahan dimulai dengan mengumpulkan kepustakaan, pertama-tama dicari segala buku yang ada mengenai tokoh dan topik yang bersangkutan (Bekker, 1990: 63). Adapun sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a.

  Sumber Data Primer Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan penelitian yaitu Al

  • – Qur‟an surat Luqman ayat 12 - 19 beserta tafsirnya, sebagai sumber utama berupa Tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab.

  b.

  Sumber Data Sekunder Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber-sumber data primer. Adapun sumber data sekunder berupa buku-buku pendidikan karakter, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini.

  c.

  Metode Analisis Data

  Analisis non-statistik sesuai untuk deskriptif atau data textular. Data deskriptif sering hanya dianalisis menurut isinya, dan karena itu analisi semacam ini juga disebut analisis isi (content

  analysis ) (Suryabrata, 1995: 85). Disini peneliti menggunakan

  metode content analysis dalam menguraikan makna yang terkandung dalam sumber-sumber data, setelah itu dari hasil interpretasi tersebut dilakukan pengkajian guna menjawab dari rumusan masalah yang telah dipaparkan oleh penulis.

F. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan judul penelitian ini, maka penulis perlu untuk menjelaskan istilah-istilah yang terdapat dalam judul ini antara lain: 1.

  Konsep Konsep merupakan rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Kamus Besar Bahasa Indonesia,

  2007: 558).

2. Pendidikan

  Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 263).

  Pendidikan dalam bahasa Inggris “Education”, berakar dari bahasa l atin “educare” yang dapat diartikan pembimbingan berkelanjutan (to lead forth). Sedangkan dalam arti luas pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan, yang kemudian mendorong segala potensi yang ada di dalam diri individu (Suhartono, 2006: 79).

  3. Karakter Karakter menurut Scerenko sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dan seseorang, atau kelompok atau suatu benda dengan yang lain (Samani, 2013: 42).

  4. Pendidikan Karakter Menurut Megawangi pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2).

  Sedangkan pendidikan karakter menurut Lickona didefinisikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan inti nilai-nilai etis (Samani, 2013: 44).

  5. Al-Qur‟an Surat Luqman Ayat 12-19

  Menurut bahasa kata Al- Qur‟an merupakan bentuk mashdar yang maknanya sama dengan kata

  qira‟ah yaitu bacaan. Bentuk

  ma shdar ini berasal dari fi‟il madhi qara‟a yang artinya membaca. Sedangkan menurut istilah Al-

  Qur‟an adalah firman Allah yang bersifat mu‟jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang tertulis dalam mushaf-mushaf, yang dinukilkan dengana jalan mutawatir dan yang membacanya merupakan ibadah (Ramli, 2002: 19).

  Al- Qur‟an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai kesempurna an”Al-Qur‟an Al-Kariim artinya “bacaan yang mahasempurna dan mahamulia”. Kemahasempurnaan dan kemahamuliaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh pakar, tetapi juga oleh semua ora ng yang menggunakan „sedikit‟ pikirannya (Shihab, 1994: 24).

  Surat Luqman tergolong surat Makkiyah, yang terdiri dari 34 ayat, diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw berhijrah ke Madinah.

  Surat Luqman terambil dari kisah Luqman seorang ahli hikmat dan ahli d idik yang bijaksana, sehingga dia mendapat gelar “Al-Hakim”

  Luqman Hakim atau Luqman yang bijaksana, dan Luqman bukan seorang Nabi ataupun Rasul (Tatapangarsa, 1980: 100).

6. Profil Luqman

  Menurut Ibnu Katsir, Luqman al-Hakim bernama Luqman bin „Anqa bin Sadwan, dan anak laki-lakinya bernama Tsaran. Luqman hidup kurang lebih selama seribu tahun, dan Nabi Daud bertemu serta belajar kepadanya.Sebelum Daud menjadi Nabi, Luqman yang yang memberikan fatwa, dan ketika Daud telah menjadi Nabi maka Luqman berhenti memberi fatwa (Al Ghamidi, 2011: 23).

  Ibnu Katsir mengutip Qatadah, dari Abdullah bin Zubair, aku berkata kepada Jabir bin Abdullah, “apa yang kau ketahui tentang Luqman?” dia menjawab “Luqman adalah orang yang pendek tubuhnya dan rata hidungnya”. Beberapa riwayat lain mengatakan bahwa Luqman adalah orang yang berkulit hitam, tubuhnya pendek, berbibir tebal dan kakinya bengkok. Luqman adalah seorang budak atau hamba berkebangsaan Habsyi (Ethiopia) yang bekerja sebagai tukang kayu, penggembala kambing, dan tukang jahit.Keberadaanya sebagai orang berkulit hitam tidak menurunkan nilai dirinya. Karena Allah telah memberikan hikmah kepadanya, seorang yang bijaksana, memiliki keyakinan atau akidah yang benar, pemahaman agama, kemampuan akal, kebenaran ucapan, namun tidak memiliki derajat kenabian (Al Ghamidi, 2011: 48).

  Seperti halnya yang terkandung dalam surat Luqman ayat 12- 19 yang menjelaskan hikmah Luqman berupa fatwa dan nasehat kepada anaknya tentang pendidikan Tauhid (ketuhanan/larangan mempersekutukan Allah), Birrul Walidain atau berbakti kepada kedua orang tua, bersyukur, pendidikan kejujuran, pendidikan ibadah dan amar ma‟ruf nahi munkar (dakwah), serta pendidikan akhlak.

G. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan pembahasan dan penelaah yang jelas dalam membaca skripsi ini, maka disusunlah sistematika penulisan skripsi ini secara garis besarsebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II Landasan Teori. Pada Bab ini akan dikemukakan tentang konsep pendidikan karakter (pengertian pendidikan karakter, dasar pelaksanaan pendidikan karakter, ciri-ciri pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, prinsip-prinsip pendidikan karakter, komponen pendidikan karakter, dan nilai-nilai pendidikan karkter) dan mengenal lebih dekat Tafsir Al-Misbah yang menjelaskan tentang biografi M.Quraish Shihab, metode dan corak tafsir Al-Misbah, serta karakteristik kitab tafsir Al- Misbah.

  Bab III Kajian Tafsir, berisi hasil pengkajian surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir Al-Misbah karya Prof. Dr. Quraisy Shihab. Bab IV Pembahasan, berisi penerapan konsep pendidikan karakter dalam Al- Qur‟an surat Luqman ayat 12-19 dalam kitab tafsir

  Al-Misbah dan penerapan konsep pendidikan karakter masa kini. Bab V Penutup.Kesimpulan dan Saran. Bab Penutup memuat kesimpulan penulis dari pembahasan skripsi ini, saran-saran dan kalimat penutup yang sekiranya dianggap penting dan daftar pustaka.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Pendidikan Karakter 1.

  Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Megawangi pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, 2012: 2).

  Scerenko beranggapan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir besar), serta praktik emulasi yaitu usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari (Samani, 2013: 44).

  Pendidikan karakter akan meningkatkan kognitif, afektif, dan perilaku manusia yang lebih bermoral. Lickona menyatakan bahawa pendidikan karakter yaitu perilaku, perbuatan, sikap yang lahir yang didasari oleh nalar dan pemikiran (yang tepat). Pendidikan karakter yang baik, ideal disebut sebagai pendidikan karakter luhur. Konsep ini mencakup makna etik dan etiket sekaligus. Artinya, pendidikan karakter adalah nilai, aturan baik buruk yang harus diaplikasikan dalam perilaku sehari-hari.Dalam konsep spritualisme Islam makna ini sejajar dengan ahlaqul karimah (akhlak mulia) (Endraswara, 2013: 3).

  Jadi, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

2. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Karakter

  Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional (UU Sistem Pendidikan Nasional) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

  Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Muslich, 2011: 83).

3. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter

  Menurut Foerster, pencetus pendidikan karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan karakter: a.

  Keteraturan interior, dimana setiap tindakan diukur berdasar hierarki nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.

  b.

  Koherensi yang memberi keberanian, membuat seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain, dengan tidak adanya koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.

  c.

  Otonomi. Disitu seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak lain.

  d.

  Keteguhan dan Kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan kesetiaan merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.

  Kematangan keempat karakter ini, memungkinkan manusia melewati tahap individualita s menuju personalitas, “orang-orang

  modern sering mencampurpadukan antara individualitas dan personalitas, antara aku alami dan aku rohani, antara independensi

  eksterior dan interior

  .”Karakter inilah yang menentukan performa seorang pribadi dalam segala tindakannya (Muslich, 2011: 127).

  4. Tujuan Pendidikan Karakter Secara umum pendidikan karakter memiliki tujuan sebagai berikut; a.

  Mencapai tujuan penguatan dan pengembangan karakter, dengan kata lain sebagai tujuan perantara untuk terwujudnya suatu karakter.

  b.

  Mengkoreksi perilaku yang tidak bersesuaian dengan nilai dan moral yang telah ada di sekolah dan masyarakat.

  Tujuan ini memiliki makna bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku individu yang negatif menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan atau pengkondisian yang tidak mendidik. Proses pedagogis dalam pengkoreksian perilaku negatif diarahkan pada pola pikir anak atau individu, kemudian dibarengi dengan keteladanan lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat (Kesuma, 2012: 3).

  5. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter Agarpelaksanaan pendidikan karakter berjalan efektif

  Lickona, Schaps dan Lewis (2010) telah mengembangkan 11 prinsip untuk pendidikan karakter yang efektif. Schwartz (2008) menguraikan kesebelas prinsip tersebut sebagai berikut, a.

  Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai etik inti (ethical core values) sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik.

  b.

  Karakter harus dipahami secara komprehensiftermasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku.

  c.

  Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti pada semua fase kehidupan sekolah.

  d.

  Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli.

  e.

  Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral.

  f.

  Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum akademis yang bermakna dan menantang, yang menghargai semua pembelajar dan membantu mereka untuk mencapai sukses.

  g.

  Pendidikan karakter harus secara nyata berupaya mengembangkan motivasi pribadi siswa.

  h.

  Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas moral yang semuanya saling berbagi tanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter, dan berupaya untukmengembangkan nilai-nilai inti yang sama menjadi panduan pendidikan karakter bagi para siswa. i.

  Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa. j.

  Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai partner penuh dalam upaya pembangunan karakter. k.

  Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, sampai pada penilaian terhadap bagaimana cara para siswa memanifestasikan karakter yang baik (Samani, 2013: 168).

6. Komponen Pendidikan Karakter

  Menurut Hurlock komponen-komponen yang harus ada dalam diri seseorang agar terbentuk karakter yang baik mencakup hal-hal di bawah ini (kesuma, 2012: 22): 1.

  Aspek kepribadian 2. Standar moral dan ajaran moral 3. Pertimbangan nilai 4. Upaya dan keinginan individu 5. Hati nurani 6. Pola-pola kelompok 7. Tingkah laku individu dan kelompok 7. Nilai-Nilai Pendidikan Krakter

  Pendidikan karakter memuat nilai-nilai yang perlu ditanamkan, ditumbuhkan dan dikembangkan kepada individu. Nilai-nilai yang dikembangkan tersebut tidak terlepas dari budaya bangsa. Budaya bangsa merupakan sistem nilai yang dihayati, diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir tentang tata nilai, moral, norma, dan keyakinan manusia yang dihasilkan masyarakat (Damayanti, 2014: 42).

  Dengan membiasakan berbuat sesuatu sesuai dengan tata nilai atau norma moral yang ada dan telah disepakati, maka nilai-nilai tersebut lama kelamaan akan menjadi bagian dari individu. Adapun nilai-nilai pendidikan karakter secara umum adalah sebgai berikut: a.

  Nilai Keagamaan / Religius Nilai yang berakar pada agama dan kepercayaan seseorang.

  Nilai yang paling fundamental dalam penghayatan kehidupan manusia di hadapan sang Pencipta.

  b.

  Nilai Dasar Nilai yang terkandung dalam dasar falsafah Negara, Pancasila dan UUD 1945.Sikap, perilaku, dan tindakan peserta didik dijiwai oleh nilai-nilai yang terdapat pada sila-sila dalam Pancasila dan UUD1945.

  c.

  Nilai Kemasyarakatan Nilai moral, etika, dan etiket yang berlaku dalam masyarakat setempat. Bila nilai-nilai masayarakat ini telah terinternalisasi dalam diri anak, mereka akan memilih adab, budaya, dan susila yang baik sebagai anak yang berkepribadian luhur.

  d.

  Nilai Kenegaraan Nilai yang menyangkut kecintaan terhadap tanah air dan bangsanya. Nilai-nilai ini dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang mampu menggugah rasa kebangsaan dan nasionalisme pada diri seseorang, sehingga tumbuh kebanggaan, mencintai, dan menghargai tanah air dan budaya bangsanya, tanpa meremehkan budaya bangsa lain.

B. Mengenal Kitab Tafsir Al-Misbah

  1. Biografi M. Quraish Shihab Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab, lahir di

  Rapang Sulawesi Selatan pada tanggal 16 Februari 1944, beliau adalah putra keempat dari ulama besar almarhum Prof. H. Abd Rahman Shihab, guru besar ilmu tafsir dan mantan rektor UMI (Universitas Muslim Indonesia) dan IAIN Alaudin Ujung Pandang, bahkan sebagai pendiri kedua Perguruan Tinggi tersebut. Quraish Shihab menyelesaikan pendidikan dasarnya di Ujung Pandang, kemudian melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang sambil nyantri di pesantren Dar al-Hadist al- Fiqhiyah pada 1958. Selanjutnya beliau berangkat ke Kairo Mesir dan Meraih gelar Lc (S1) pada Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir Hadist Universitas al-Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikan Strata 2 (S2) di fakultas yang sama dan meraih gelar M.A pada tahun 1969 untuk spesialis bidang tafsir Al- Qur‟an.

  Sekembalinya ke Ujung Pandang Quraish Shihab dipercaya untuk menjabat wakil Rektor bidak Akademik Kemahasiswaan pada IAIN Alaudin. Tahun 1984 merupakan babak baru karir Quraish Shihab dimulai, saat pindah tugas dari Ujung Pandang ke IAIN Jakarta, beliau aktif mengajar bidang tafsir dan „Ulumul Qur‟an di program S1,S2, dan S3 sampai tahun 1998. Selain menjadi Rektor IAIN Jakarta selama dua periode (1992-1996 dan 1997-1998), beliau juga dipercaya menjadi Menteri Agama kurang lebih dua bulan di awal tahun 1998 pada kabinet terakhir pemerintahan Soeharto. Sejak tahun 1999 beliau diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan berkuasa penuh Republik Indonesia untuk Negara Republik Arab Mesir dan merangkap Negara Djibauti berkedudukan di Kairo sampai tahun 2002. Sejak itu beliau kembali ke tanah air, dan konsen menyelesaikan karya tafsir 30 juz “Tafsir Al- Misbah” yang terdiri dari 15 volume buku, kitab tafsir Al-Misbah merupakan tafsir Al-

  Qur‟an terlengkap pertama dalam kurun waktu 30 tahun terakhir

enin, 29 Februari 2016, 15:00).

  2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah

  a. Metode Kitab Tafsir Al-Misbah Dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menggunakan metode tahlili, sebuah bentuk karya tafsir yang berusaha mengungkap suatu kandungan

  Al- Qur‟an dari berbagai aspeknya.Dari segi teknis kitab tafsir Al-Misbah disusun berdasarkan urutan ayat-ayat di dalam Al-

  Qur‟an.Selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang kosa kata makna global ayat dan korelasi Asbab al-nuzul serta hal-hal lain yang dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Al- Qur‟an.

  Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah didasarkan pada kesadaran M.Qura ish Shihab bahwa metode maudhu‟i yang sering digunakan pada karyanya yang berjudul “Membumikan Al-

  Qur‟an” dan “Wawasan Al-Qur‟an” selain mempunyai keunggulan dalam memperkenalkan konsep Al- Qur‟an tentang tema-tema yang tidak terbatas. Jadi dengan ditetapkan judul pembahsan yang akan dikaji hanya satu sudut dari permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala untuk memahami Al-

  Qur‟an secara lebih komprehensif tetap masih ada

  

(Senin, 29 Februari, 15:00).

  b. Corak Tafsir Al-Misbah Tafsir Al-Misbah cenderung bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan “adabi al-ijtima‟i” yaitu corak tafsir Al-Qur‟an yang berusaha memahami nash-nash Al-

  Qur‟an dengan cara mengemukakan ungkapan-ungkapan Al- Qur‟an secara teliti. Kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-

  Qur‟an tersebut dengan bahasa yang indah dan menarik, dan seorang mufassir berusaha menghubungkan nash-nash Al- Qur‟an yang dikaji dengan kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada.

  Corak tafsir penafsiran kitab Al-Misbah ini ditekankan bukan hanya kepada tafsir lughawi, tafsir fiqh, tafsir ilmi dan tafsir isy‟ari. Akan tetapi arah penafsirannya ditekankan pada kebutuhan masyarakat yang kemudian disebut corak tafsir Adabi al- Ijtima‟i. Corak tafsir Al-Misbah merupakan salah satu yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada Al-

  Qur‟an serta memotivasi untuk menggali makna- makna dan rahasia-rahasia Al- Qur‟an

   (Senin, 29 Februari, 15:00).

  3. Karakter Kitab Tafsir Al-Misbah Ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir bercorak sastra budaya dan kemsyarakatan. Pertama menjelaskan petunjuk ayat Al-

  Qur‟an yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al- Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman.