Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi salmonella pada jamu cekok yang diproduksi penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

UJI ANGKA KAP
APANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPE
PENG TOTAL
(ALT), DAN IDE
IDENTIFIKASI SALMONELLA PADA JAM
MU CEKOK
YANG DIPRODUK
UKSI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YO
OGYAKARTA

SKRIPSI

Dia
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Me
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh:
Maria Dyah Kartika L.S.
NIM: 108114103

FAKULTAS FARMASI
U
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


UJI ANGKA KAP
APANG/KHAMIR (AKK), ANGKA LEMPE
PENG TOTAL
(ALT), DAN IDE
IDENTIFIKASI SALMONELLA PADA JAM
MU CEKOK
YANG DIPRODUK
UKSI PENJUAL JAMU RACIK “X” DI YO
OGYAKARTA

SKRIPSI

Dia
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Me
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi

Oleh:

Maria Dyah Kartika L.S.
NIM: 108114103

FAKULTAS FARMASI
U
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014

i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Persetujuan Pembimbing


ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Pengesahan Skripsi Berjudul

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


PERSEMBAHAN

Kuperse
rsembahkan untuk:
Bapak, Ibu, Mbak Wid, Mbakk T
Tanti, Mas Sunu,
da
dan Teddy atas dukungan, semangat, kasihh saya
sayang dan doanya.
Sahabat da
dan almamaterku.

iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

v

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

vi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

PRAKATA
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus
Kristus atas segala berkat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total
(ALT), dan Identifikasi Salmonella pada Jamu Cekok yang Diproduksi Penjual
Jamu Racik “X” di Yogyakarta”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah penulis
untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Banyak kesulitan yang penulis hadapi dalam proses penyelesain skripsi
ini. Akan tetapi, di tengah kesulitan tersebut, penulis mendapat dukungan,
bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan
ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma.


2.

Bapak Yohannes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing atas
kebijaksanaan, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing penyusunan
skripsi ini.

3.

Ibu Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran yang menjadikan penulisan skripsi menjadi lebih baik.

4.

Ibu Dr. Erna Tri Wulandari, M.Si., Apt. selaku dosen penguji atas masukan
yang menjadikan penulisan skripsi menjadi lebih baik.

vii

PLAGIAT

PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

5.

Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang selalu memberi bimbingan,
dukungan, dan masukan dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi,
sehingga penulisan skripsi ini menjadi lebih baik.

6.

Ibu Septi Widyastuti, S.Si, M.Kes, Bapak Jumakir, Bapak Setiyono, dan
segenap anggota Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta yang telah
membimbing penulis selama penelitian.

7.


Kedua orangtua penulis (Bapak Albertus Suradiyanto dan Ibu Sofia Susanna
Sri Puryanti) dan ketiga kakak penulis (Mbak Wid, Mbak Tanti, dan Mas
Sunu) yang telah memberikan semangat, doa, dan dukungan dana untuk
penelitian ini.

8.

Teman-teman seperjuangan dalam penelitian ini: Anas, Wulan, Ori, dan
Ribka yang selalu memberi semangat, dukungan dan doa, serta saling
mengingatkan.

9.

Teddy dan Indah, tempat penulis berkeluh kesah, terima kasih atas dukungan,
semangat, doa dan tawa yang kalian berikan.

10. Teman-teman angkatan 2010 khususnya FKK B ’10 yang selalu memberikan
semangat dalam penulisan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu dalam kelancaran penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Segala kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi informasi bagi pembaca.
Penulis

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................................

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................

v

PRAKATA......................................................................................................

vii

DAFTAR ISI………………………………………………………………..

ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………..

xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

xiv

INTISARI…………………………………………………………………..

xv

ABSTRACT…………………………………………………………………

xvi

BAB I PENGANTAR…………………………………………………........

1

A. Latar Belakang…………………………………………………………...

1

1. Rumusan Masalah……………………………………………………..

3

2. Manfaat………………………………………………………………..

3

3. Keaslian Penelitian……………………………………………………

4

B. Tujuan…………………………………………………………………….

4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………...

5

A. Jamu Cekok………………………………………………………………

5

1. Rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)……………….

7

2. Rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)…………………….

8

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3. Brotowali (Tinospora crispa L)……………………………………..

8

4. Rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)………………...

9

5. Daun pepaya (Carica papaya)…………………………………………….

9

B. Angka Kapang/Khamir………………………………………………….

10

C. Angka Lempeng Total…………………………………………………..

12

D. Salmonella………………………………………………………………

13

E. Media Pertumbuhan Salmonella…………………………………………

14

F. Keterangan Empiris………………………………………………………

15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……………………………….......

16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian………………………………………….

16

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional……………………………

16

1. Variabel penelitian…………………………………………………...

16

2. Definisi Operasional…………………………………………………

17

C. Bahan Penelitian…………………………………………………………

17

D. Alat Penelitian……………………………………………………………

18

E. Tata Cara Penelitian……………………………………………………..

18

1. Pemilihan dan pengumpulan sampel jamu cekok……………………

18

2. Persiapan sampel…………………………………………………….

18

3. Homogenisasi sampel………………………………………………..

19

4. Pengenceran sampel………………………………………………….

19

5. Uji angka kapang/khamir…………………………………………….

19

6. Uji angka lempeng total……………………………………………..

20

7. Uji Salmonella pada cairan jamu cekok…………………………….

20

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

F. Analisis Hasil……………………………………………………………

24

1. Uji angka kapang/khamir……………………………………………

24

2. Uji angka lempeng total……………………………………………..

25

3. Identifikasi bakteri Salmonella………………………………………

28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….

29

A. Penentuan dan Pemilihan Tempat Pengambilan Sampel………………..

30

B. Pengambilan Sampel Jamu Cekok……………………………………….

30

C. Pengujian Angka Kapang/Khamir………………………………………

31

D. Pengujian Angka Lempeng Total………………………………………..

34

E. Identifikasi Bakteri Salmonella…………………………………………

36

1. Uji pengkayaan pada media Selenite Broth…………………………

37

2. Isolasi Salmonella dari jamu cekok pada media Salmonella Shigella
Agar………………………………………………………………….

37

3. Identifikasi Salmonella dalam jamu cekok………………………….

40

F. Hasil Identifikasi Salmonella pada Pengambilan Sampel Pertama………

47

G. Hasil Identifikasi Salmonella pada Pengambilan Sampel Kedua..………

49

H. Hasil Identifikasi Salmonella pada Pengambilan Sampel Ketiga………..

52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………

58

A. Kesimpulan……………………………………………………………….

58

B. Saran……………………………………………………………………..

58

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………

59

LAMPIRAN...................................................................................................

63

BIOGRAFI PENULIS...................................................................................

82

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I.

Hasil Identifikasi Salmonella...................................................

Tabel II.

Hasil

perhitungan

AKK

jamu

cekok

inkubasi

5

hari...........................................................................................
Tabel III.

53

Perbandingan karakteristik biokimiawi Proteus dan koloni 1
pada sampel 3.........................................................................

Tabel XI

52

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan sampel
3...............................................................................................

Tabel X.

51

Perbandingan karakteristik biokimiawi Enterobacter dan
koloni 2 pada sampel 2............................................................

Tabel IX.

50

Perbandingan karakteristik biokimiawi Proteus dan koloni 1
pada sampel 2..........................................................................

Tabel VIII.

49

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan sampel
2...............................................................................................

Tabel VII.

48

Perbandingan karakteristik biokimiawi Pseudomonas dan
koloni 1 pada sampel 1............................................................

Tabel VI.

35

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan sampel
1...............................................................................................

Tabel V.

33

Hasil perhitungan ALT dalam jamu cekok waktu inkubasi 48
jam...........................................................................................

Tabel IV.

28

54

Perbandingan karakteristik biokimiawi Pseudomonas dan
koloni 2 pada sampel 3...........................................................

xii

55

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.

Surat ijin penelitian di Balai Laboratorium Kesehatan
Yogyakarta.........................................................................

Lampiran 2.

Sampel jamu cekok dari penjual jamu racik “X” di
Yogyakarta dalam botol steril...........................................

Lampiran 3.

73

Hasil pengujian ALT dalam jamu cekok sampling 3,
setelah inkubasi 48 jam.......................................................

Lampiran 10.

72

Hasil pengujian ALT dalam jamu cekok sampling 2,
setelah inkubasi 48 jam.......................................................

Lampiran 9.

69

Hasil pengujian ALT dalam jamu cekok sampling 1,
setelah inkubasi 48 jam.......................................................

Lampiran 8.

68

Hasil perhitungan AKK dalam jamu cekok sampling 1, 2
dan 3 setelah inkubasi 5 hari...............................................

Lampiran 7.

67

Hasil pengujian AKK dalam jamu cekok sampling 3,
setelah inkubasi 5 hari.........................................................

Lampiran 6.

66

Hasil pengujian AKK dalam jamu cekok sampling 2,
setelah inkubasi 5 hari.......................................................

Lampiran 5.

65

Hasil pengujian AKK dalam jamu cekok sampling 1,
setelah inkubasi 5 hari.......................................................

Lampiran 4.

64

74

Hasil perhitungan ALT dalam jamu cekok sampling 1, 2
dan 3 setelah inkubasi 48 jam.............................................

xiii

75

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Lampiran 11.

Hasil uji pengkayaan sampel jamu cekok pada media
Selenite Broth......................................................................

Lampiran 12.

Hasil uji identifikasi Salmonella dalam media selektif
Salmonella Shigella Agar....................................................

Lampiran 13.

79

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan
sampel kedua......................................................................

Lampiran 15.

78

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan
sampel pertama...................................................................

Lampiran 14.

77

80

Hasil uji identifikasi Salmonella pada pengambilan
sampel ketiga.......................................................................

xiv

81

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

INTISARI
Jamu cekok adalah jamu yang berkhasiat menambah nafsu makan anak,
terbuat dari campuran rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.),
rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet), brotowali (Tinospora crispa L),
rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.) dan daun pepaya (Carica
papaya) yang diberikan kepada anak dengan cara mencekokkan cairan jamu ke
dalam mulut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Angka Kapang/Khamir,
Angka Lempeng Total, dan keberadaan Salmonella dalam jamu cekok yang
diproduksi oleh penjual jamu racik “X” di Yogyakarta. Penjual jamu racik “X”
adalah penjual jamu cekok yang terkenal di Yogyakarta, usahanya sudah dikelola
secara turun-temurun.
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif eksploratif. Data yang diperoleh berupa angka kapang/khamir, angka
lempeng total, dan keberadaan Salmonella. Tahapan penelitian yang dilakukan
meliputi penentuan dan pemilihan tempat pengambilan sampel, pengambilan
sampel jamu cekok, pengujian Angka Kapang/Khamir, pengujian Angka
Lempeng Total, dan identifikasi Salmonella pada cairan jamu cekok.
Hasil penelitian menunjukkan Angka Kapang/Khamir dalam jamu cekok
yang diproduksi oleh penjual jamu racik ‘X’ di Yogyakarta adalah 5,0 × 10
koloni/ml sampai dengan 1,3 × 10 koloni/ml dan Angka Lempeng Total 1,4
× 10 koloni/ml sampai dengan 2,0 × 10 koloni/ml, serta tidak terdapat bakteri
cemaran Salmonella.
Kata kunci: jamu cekok, angka kapang/khamir, angka lempeng total, Salmonella

xv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ABSTRACT
Jamu cekok is jamu which effective to increase appetite of child made
from mixture of Curcuma xanthorrhiza Roxb., Zingiber zerumbet, Tinospora
crispa L., Curcuma aeruginosa Roxb., and Carica papaya given to child by
squeeze jamu to the mouth.
This research was aimed to count number of mold/yeast, total plate
count, and identify Salmonella from jamu cekok which is produced by “X” seller
in Yogyakarta. “X” seller is a well known jamu cekok seller in Yogyakarta,
whereas the business has been managed hereditary.
This research was a non-experimental study using descriptive explorative
research design. The result of the data were number of mold/yeast, total plate
count, and existence of Salmonella. The stages of research were determining and
choosing the place to collect sample, collecting jamu cekok sample, examining
number of mold/yeast, examining total plate count, and identifying Salmonella in
jamu cekok.
The result of this research showed that number of mold/yeast in jamu
cekok produced by “X” seller in Yogyakarta was 5,0 × 10 coloni/ml until 1,3
× 10 coloni/ml, the total plate count was from 1,4 × 10 coloni/ml to 2,0
× 10 coloni/ml, and Salmonella was found negative.
Keywords: jamu cekok, number of mold/yeast, total plate count, Salmonella

xvi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan berbagai macam jenis
tanaman yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan obat. Walaupun saat ini sudah
banyak beredar obat-obat dengan bahan kimia yang lebih praktis dan mudah
didapat, masih banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi obat-obatan
herbal, salah satunya jamu. Jamu adalah obat tradisional asli Indonesia yang
sudah dipraktikkan selama berabad-abad. Kebiasaan minum jamu sudah menjadi
budaya bagi masyarakat Indonesia, khususnya di daerah Jawa. Sekitar 75% dari
200 juta penduduk Indonesia mengkonsumsi jamu untuk mencegah atau
mengobati penyakit dengan alasan bahan-bahannya masih alami dan tidak
mengandung bahan kimia sehingga lebih aman (Torri, 2013).
Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor: HK.00.05.42411, jamu harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan
data

empiris

dan

memenuhi

persyaratan

mutu

yang

berlaku.

Dalam

KEPMENKES nomor 661/MENKES/SK/VII/1994 tentang persyaratan obat
tradisional dikatakan bahwa cairan obat dalam, salah satu contohnya adalah jamu,
harus memenuhi persyaratan antara lain: keseragaman volum, Angka Lempeng
Total (ALT) tidak lebih dari 104, Angka Kapang/Khamir (AKK) tidak lebih dari
103, mikroba patogen negatif dan aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj. ALT harus

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2

ditekan sekecil mungkin karena meskipun mikroba yang tumbuh tidak
membahayakan, tetapi kadang-kadang karena pengaruh sesuatu dapat menjadi
mikroba yang membahayakan. Jumlah AKK yang melebihi batas menunjukkan
kemunduran mutu obat tradisional dan ada jenis kapang tertentu yang dapat
menghasilkan toksin seperti Aspergilus flavus yang dapat menghasilkan
aflatoksin. Mikroba patogen yang sering dijumpai dalam obat tradisional dan
perlu diwaspadai, antara lain Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus
aureus, dan Pseudomonas aeruginosa (DepKes, 1994; BPOM, 2004).
Jamu bisa dikonsumsi oleh siapa saja dari anak-anak hingga orang dewasa.
Jamu yang biasa dikonsumsi oleh anak-anak salah satunya adalah jamu cekok.
Jamu cekok berkhasiat untuk menambah nafsu makan. Jamu ini disebut jamu
cekok karena proses pemberiannya yaitu dengan cara dicekokkan ke dalam mulut
anak. Ada satu penjual jamu cekok yang sangat terkenal di Yogyakarta, yaitu
penjual jamu racik “X” yang usahanya sudah dikelola secara turun temurun
(Utami, 2013). Menurut survei, penjual jamu racik “X” menjual jamunya sejak
pukul 6 pagi hingga 8 malam. Penjual menyiapkan bahan-bahan berupa rimpang
temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), rimpang lempuyang gajah (Zingiber
zerumbet L.), brotowali (Tinospora crispa L.), rimpang temu hitam (Curcuma
aeruginosa Roxb.) dan daun pepaya (Carica papaya L.), kemudian diolah pada
pagi hari. Bahan-bahan tersebut dikukus pada malam hari untuk dijual keesokan
harinya. Proses pembuatan jamu dan lamanya penjualan sangat memungkinkan
menimbulkan kontaminasi bakteri, apalagi jamu cekok ini dikonsumsi anak-anak
yang sangat rentan terkena infeksi, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
3

mengenai aspek mikrobiologis dari jamu cekok dengan cara menghitung ALT,
AKK dan mengidentifikasi bakteri patogen untuk melihat mutu serta keamanan
jamu cekok yang diproduksi penjual jamu racik “X”.
Bakteri patogen yang akan diidentifikasi adalah Salmonella. Salmonella
termasuk Enterobacteriaceae yang merupakan bakteri patogen bagi manusia dan
hewan. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Salmonella disebut salmonelosis.
Bayi, kaum lanjut usia dan orang yang mempunyai sistem kekebalan yang kurang
baik beresiko menderita salmonelosis. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Manifestasi klinik
salmonelosis terdiri atas beberapa sindrom, antara lain demam enterik (demam
thypoid), gastroenteritis dan septisema. Angka kejadian demam thypoid di
Indonesia sebesar 500/100.000 populasi (Radji, 2011; Yonathan, 2013).

1. Rumusan Masalah
a. Berapa AKK dan ALT jamu cekok dalam yang diproduksi oleh penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta?
b. Adakah cemaran bakteri Salmonella dalam jamu cekok yang diproduksi
oleh penjual jamu racik “X” di Yogyakarta?
2. Manfaat
a. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi
tentang AKK, ALT dan keberadaan bakteri Salmonella dalam jamu cekok
yang diproduksi oleh penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
4

b. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penjual
jamu serta masyarakat mengenai salah satu parameter kualitas dan
keamanan jamu cekok dilihat dari AKK, ALT dan cemaran bakteri patogen
Salmonella, serta mengetahui efek yang ditimbulkan, sehingga dapat
meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.
3. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka dan jurnal yang dilakukan penulis,
penelitian mengenai uji AKK, ALT dan identifikasi Salmonella pada jamu
cekok yang diproduksi penjual jamu racik “X” di Yogyakarta belum pernah
dilakukan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui kualitas dan keamanan jamu cekok yang diproduksi
penjual jamu racik “X” di Yogyakarta berdasarkan AKK, ALT, dan
cemaran Salmonella.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui AKK, ALT dalam jamu cekok yang diproduksi oleh penjual
jamu racik “X” di Yogyakarta.
b. Mengetahui keberadaan bakteri Salmonella dalam jamu cekok yang
diproduksi oleh penjual jamu racik “X” di Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jamu Cekok

Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat (DepKes
RI, 2012). Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian dari
budaya bangsa dan banyak dimanfaatkan masyarakat sejak berabad-abad yang
lalu. Pada umumnya efektivitas dan keamanan Obat Tradisional belum didukung
oleh penelitian yang memadai. Bagi masyarakat Jawa dan Madura, obat
tradisional lebih dikenal dengan sebutan jamu, baik dalam bentuk rajangan
maupun bentuk serbuk yang siap diseduh. Pemanfaatan obat tradisional di
berbagai

daerah

merupakan

warisan

turun

temurun

berdasarkan

pengalaman/empirik. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa 65%
dari penduduk negara-negara maju telah menggunakan pengobatan tradisional
dimana di dalamnya termasuk penggunaan obat-obat bahan alam (DepKes RI,
2007). Menurut Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik
Indonesia Nomor: HK.00.05.42411, berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim
penggunaan dan tingkat pembuktian khasiat, obat bahan alam dikelompokkan
menjadi jamu, obat herbal terstandar dan fitofarmaka (BPOM, 2004).

5

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
6

Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, berkhasiat (dibuktikan berdasarkan data empiris) dan memenuhi
persyaratan yang berlaku. Jamu termasuk dalam cairan obat dalam. Dalam
KEPMENKES

nomor

661/MENKES/SK/VII/1994,

telah

diatur

tentang

persyaratan yang harus dipenuhi cairan obat dalam termasuk dalam aspek
mikrobiologi. Pada aspek mikrobiologi, cairan obat dalam tidak boleh
mengandung AKK lebih dari 103 koloni/ml dan ALT lebih dari 104 koloni/ml,
serta tidak boleh mengandung bakteri patogen terutama Escherichia coli,
Salmonella, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas aeruginosa. ALT harus
ditekan sekecil mungkin karena meskipun mikroba yang tumbuh tidak
membahayakan, tetapi kadang-kadang karena pengaruh sesuatu dapat menjadi
mikroba yang membahayakan. AKK yang besar menunjukkan kemunduran mutu
obat tradisional tersebut (DepKes, 1994). Mutu produk tergantung dari bahan
awal, proses produksi, pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia
yang menangani, sehingga pembuatan obat tradisional harus mengikuti pedoman
Cara Pembuatan Obat Tradisional yang baik (CPOTB) yang sudah ditetapkan oleh
BPOM. (BPOM 2004; BPOM, 2005).
Jamu cekok adalah jamu yang berkhasiat sebagai penambah nafsu makan,
biasanya diberikan kepada bayi sampai anak berusia 5 tahun dengan cara
dicekokkan. Cekok berarti memasukkan sesuatu ke dalam mulut dengan sedikit
paksaan, karena biasanya bayi atau anak akan menolak untuk menelan karena rasa
dari jamu yang pahit (Riswan, 2002). Menurut survey, bahan-bahan yang
digunakan untuk membuat jamu cekok adalah rimpang temulawak (Curcuma

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
7

xanthorrhiza Roxb.), rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.), brotowali
(Tinospora crispa L.), rimpang temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.), dan
daun pepaya (Carica papaya L.). Cara pembuatannya adalah bahan-bahan
tersebut kecuali brotowali ditumbuk, kemudian dikukus. Brotowali direbus secara
terpisah. Jamu diolah pada pagi hari kemudian dipanaskan pada malam hari untuk
dijual keesokan harinya. Ketika ada pembeli, bahan-bahan kukusan tersebut akan
dicampur dalam air rebusan brotowali, kemudian diperas dan dicekokkan ke
dalam mulut anak.
1. Rimpang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)
Temulawak termasuk dalam famili Zingiberaceae, banyak ditemukan di
hutan-hutan tropis, terutama di Indonesia. Kulit rimpang temulawak berwarna
cokelat kemerahan dan daging rimpang berwarna orange tua atau kuning,
panjangnya sampai 15 cm dan bergaris tengah 6 cm. Sepintas rimpang
temulawak mirip dengan rimpang kunyit, tetapi berukuran lebih besar. Baunya
harum dan rasanya pahit agak pedas (Nurmalina, 2012).
Rimpang temulawak mengandung kurkuminoid (terdiri atas kurkumin dan
demetoksikurkumin) dan minyak atsiri (alfa-kurkumen dan xantorizol).
Kurkumin memiliki khasiat alami sebagai antiinflamasi dan antihepatotoksik
yang sangat berguna untuk melindungi hati serta dapat meningkatkan nafsu
makan. Temulawak juga berkhasiat untuk mengatasi beberapa penyakit seperti
radang empedu, radang ginjal dan batu empedu (Latief, 2009; Nurmalina,
2012).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
8

2. Rimpang Lempuyang gajah (Zingiber zerumbet)
Dibanding jenis lempuyang yang lain, rimpang lempuyang gajah memiliki
ukuran paling besar. Apabila rimpangnya dibelah akan tampak daging buah
yang berwarna kuning pucat. Rimpang lempuyang gajah berbau wangi, berasa
pahit, namun kalah pedas dengan lempuyang wangi (Muhlizah, 2009).
Lempuyang gajah memiliki rasa pedas, tajam, dan bersifat hangat.
Kandungan kimia yang terdapat dalam rimpang lempuyang gajah adalah
alkaloid, camphiene, camphor dan monoterpenoid lainnya, gingerol, zingiberol,
zingerone, sesquiterpenoid termasuk zerumbone dan zerumbone epoxide,
oxalic acid, turunan kaempferol, dan flavonoid misalnya afzelin, flavonoid
glikosida, minyak esensial, chlorogenic acid dan ferulic acid. Rimpang
lempuyang gajah digunakan untuk mengobati kejang pada anak, sakit perut,
diare, disentri, gangguan empedu, kencing batu, radang ginjal, penyakit kulit,
dan bisul (Hariana, 2012).
3. Brotowali (Tinospora crispa L.)
Brotowali termasuk dalam famili Menispermaceae. Tumbuh liar di hutan
atau ladang, termasuk tanaman perdu. Memiliki tinggi batang hingga 2,5 m
dengan besar batang sebesar jari kelingking, berbintil-bintil rapat dan memiliki
rasa yang pahit. Merupakan tumbuhan daun tunggal, bertangkai, dengan bentuk
daun seperti jantung atau agak mirip seperti bulat telur, berujung lancip,
dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm (Agoes, 2010a).
Tanaman brotowali mengandung zat pahit columbine, pikroretin, dan
alkaloid berberin. Zat pahit piroretin merangsang kerja susunan saraf sehingga

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
9

alat pernafasan bekerja dengan baik dan meningkatkan pertukaran zat sehingga
menurunkan panas. Zat pahit yang dimiliki brotowali juga bermanfaat untuk
menambah nafsu makan karena dapat mempercepat pengosongan lambung.
Alkaloid berberin berguna untuk membunuh bakteri pada luka. Brotowali juga
dapat dimanfaatkan sebagai obat luar, yaitu untuk pengobatan penyakit kudis
dan luka sifilis (Latief, 2009; Agoes, 2010a).
4. Rimpang Temu hitam (Curcuma aeruginosa Roxb.)
Temu hitam, atau oleh masyakarat disebut temu ireng terdapat di Burma,
Kamboja, Indochina, dan menyebar sampai ke pulau Jawa. Rimpangnya
berukuran cukup besar dan bercabang-cabang. Jika rimpang tua dibelah,
tampak lingkaran berwarna biru kehitaman di bagian luarnya. Rimpang temu
hitam mempunyai aroma yang khas, rasanya pahit dan tajam. Rimpang temu
hitam

mengandung

isokurkumenol,

minyak

kurzerenon,

atsiri,
kurdion,

tanin,

kurkumol,

kurkumalakton,

kurkumenol,

germakron,

dan

kurkumin. Rimpangnya berkhasiat sebagai peluruh flatus (karminatif), peluruh
dahak, antihelmintik, dan pembersih darah setelah melahirkan atau setelah
haid. Kandungan kurkumin berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan
(Agoes, 2010b).
5. Daun pepaya (Carica papaya)
Tinggi batang mencapai 5-10 meter, dengan daun tersusun secara spiral,
bentuknya menyirip lima mirip telapak tangan dengan tangkai yang panjang
dan berlubang di bagian tengah. Pepaya mengandung vitamin, flavonoid, dan
asam pantothenat. Buah pepaya, biji, lateks, dan daun mengandung karpain,

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
10

yaitu sejenis alkaloid antihelmintik yang mampu melumpuhkan cacing keluar
dari tubuh. Daun pepaya mengandung enzim papain, pseudokarpain, glikosida,
karposida, dan saponin. Rasa pahit daun pepaya dapat merangsang nafsu
makan (Latief, 2009; Agoes, 2010a).

B. Angka Kapang/Khamir (AKK)
Perhitungan AKK bertujuan untuk menghitung koloni kapang dan khamir
yang terdapat dalam suatu sampel. Kapang adalah sekelompok mikroba yang
tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filamen (miselium). Kapang
termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain
berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab
kerusakan pangan. Kapang adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen
dan pertumbuhannya pada makanan mudah dilihat karena penampakannya yang
berserabut seperti kapas. Pertumbuhannya mula-mula akan berwarna putih, tetapi
jika spora telah timbul akan terbentuk berbagai warna tergantung dari jenis
kapang (Fardiaz, 1992; Radji, 2010).
Jenis kapang tertentu dapat menghasilkan toksin yaitu mikotoksin.
Mikotoksin adalah yang metabolit sekunder dari kapang yang dapat menyebabkan
efek toksis pada manusia dan hewan yang disebut mikotoksikosis. Salah satu
contohnya adalah aflatoksin yang dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Secara
umum, Aspergillus bersifat saprofit pada tanah dan dapat mencemari bahan
makanan pokok seperti beras, ubi kayu, kacang-kacangan, dan rempah-rempah.
Aflatoksin adalah salah satu dari substansi yang paling toksik yang dapat dijumpai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
11

secara alamiah. Keracunan aflatoksin dapat terjadi karena mengkonsumsi bahan
makanan yang tercemar toksin tersebut. Aflatoksin bersifat karsinogenik dan
hepatotoksik tergantung pada lama dan tingkat paparan terhadap aflatoksin
(Peraica, 1999; Yenny, 2006).
Khamir adalah fungi uniseluler yang mikroskopik, tidak membentuk
percabangan permanen. Ukuran sel khamir bervariasi yaitu dengan panjang 1-5
μ m sampai 20-50 μ m, dan lebar 1-10 μ m. Bentuk khamir bermacam-macam yaitu
bulat (spheroid), bulat telur (elips), seperti silinder, dan sebagainya. Khamir tidak
mempunyai flagela sehingga tidak dapat bergerak aktif (Jutono, 1980; Fardiaz,
1992).
Beberapa jenis khamir sangat penting untuk beberapa hal. Saccharomyces
cerevisiae yang biasa disebut baker’s yeast digunakan dalam pembuatan roti dan
Saccharomyces carlsbergensis digunakan dalam pembuatan minuman beralkohol
(Cappuccino, 1998). Namun ada jenis khamir lain yang dapat berbahaya bagi
manusia contohnya Candida albicans. Jamur Candida albicans adalah flora
normal selaput mukosa saluran pernafasan, saluran pencernaan dan genitalia
wanita. Di alam bebas, jamur ini ditemukan di tanah, kotoran binatang dan air.
Jamur ini dapat menyebabkan infeksi mulut (sariawan) terutama pada bayi, terjadi
pada selaput mukosa pipi. Infeksi Candida juga dapat menyebabkan
vulvovaginitis yaitu penyakit pada genitalia wanita, menyerupai sariawan tetapi
menimbulkan iritasi, gatal yang hebat dan pengeluaran sekret (Jawetz, 1995;
Prahatamaputra, 2009).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
12

Prinsip uji AKK yaitu pertumbuhan kapang/khamir setelah cuplikan
diinokulasikan pada media yang sesuai dan diinkubasi pada suhu 20-25°C dan
diamati mulai hari ketiga sampai hari kelima. Media yang digunakan adalah
Sabouraud Dextrose Agar (SDA) atau Potato Dextrose Agar (PDA). Setelah
diinkubasi, kemudian dihitung koloni yang tumbuh dengan colony counter (Radji,
2010).
C. Angka Lempeng Total (ALT)
Metode ini digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofil yaitu
bakteri yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen dan bakteri yang
hidup di daerah suhu antara 15 - 55°C, dengan suhu optimum 25 - 40°C yang
terdapat dalam suatu sampel (Radji, 2010).
Mikroorganisme memiliki habitat yang berbeda-beda untuk tumbuh, salah
satunya adalah air. Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia antara lain
untuk mandi, minum, keperluan rumah tangga, serta untuk industri. Keberadaan
mikroorganisme patogen dalam air perlu diwaspadai. Bakteri yang memiliki
habitat di air antara lain Salmonella, Shigella, Vibrio Cholerae, dan Escherichia
coli. Apabila bakteri tersebut mengkontaminasi minuman atau makanan kemudian
termakan, maka dapat menimbulkan infeksi. Bakteri menghasilkan 2 jenis toksin
yaitu endotoksin dan eksotoksin. Endotoksin dapat menimbulkan reaksi demam
sedangkan eksotoksin tidak, namun eksotoksin bersifat sangat toksik dan dapat
menimbulkan kematian (Radji, 2010).
Dalam penentuan ALT untuk obat tradisional, sampel yang akan diuji
dihomogenkan dalam larutan Pepton Dilution Fluid (PDF), sehingga didapatkan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
13

pengenceran 10-1. Untuk obat tradisional yang mengandung pengawet, digunakan
larutan letheen broth. Larutan letheen broth dapat menginaktifkan pengawet
dalam sediaan. Setelah homogen, kemudian dipipet sebanyak 1 ml ke dalam
tabung reaksi yang berisi 9 ml pengencer PDF sehingga didapatkan pengenceran
10-2, demikian seterusnya hingga didapatkan pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dan
seterusnya. Dari setiap pengenceran kemudian dipipet 1 ml ke dalam cawan petri,
dan ditambahkan media Plate Count Agar (PCA) cair. Cawan petri kemudian
digoyangkan sampai tercampur rata. Setelah membeku, cawan petri diinkubasi
pada suhu 35-37 ºC selama 24-48 jam dengan posisi terbalik (Radji, 2010).

D. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri gram negatif, tidak berspora, tidak
mempunyai simpai, tanpa fimbria, dan mempunyai flagel peritrik. Ukuran 13,5μ m × 0,5-0,8 μ m, besar koloni dalam media pembenihan rata-rata 2-4 mm.
Salmonella tumbuh pada suasana aerob atau anaerob fakultatif, pada suhu 1541ºC. Suhu pertumbuhan optimum 37,5ºC dengan pH media 6-8. Bakteri ini dapat
tumbuh dengan cepat, dan mempunyai gerak positif, tidak meragi laktosa,
sukrosa, membentuk asam, dan biasanya membentuk gas dari glukosa, maltosa,
manitol, dan dekstrin. Salmonella mati pada suhu 56ºC dan pada keadaan kering,
dan dapat bertahan hingga 4 minggu dalam air (Radji, 2011).
Infeksi yang disebabkan bakteri ini disebut salmonelosis. Salmonella dapat
masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang dipersiapkan oleh
alat-alat dan tangan yang terkontaminasi. Infeksi Salmonella terjadi pada saluran

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
14

pencernaan dan terkadang menyebar lewat peredaran darah ke seluruh organ
tubuh. Infeksi Salmonella dapat berupa infeksi yang dapat sembuh sendiri seperti
gastroenteritis, namun juga dapat menjadi masalah serius apabila terjadi
penyebaran sistematik seperti demam enterik. Orang yang terinfeksi akan
mengalami gejala demam, diare, kram perut, pusing, dan rasa mual setelah 12-72
jam terinfeksi. Gejala tersebut dalam berlangsung selama 7 hari dan umumnya
dapat sembuh tanpa perawatan dokter. Akan tetapi, beberapa penderita dapat
mengalami diare yang parah sehingga harus dirawat di Rumah Saklit. Infeksi yang
parah terutama terjadi pada anak-anak dan penderita yang mengalami sistem
pertahanan tubuh yang lemah (Radji, 2011; NSW Goverment, 2013).

E. Media pertumbuhan Salmonella
Salmonella dapat tumbuh pada suasana anaerob fakultatif. Salmonella
tidak

dapat

memfermentasikan

laktosa

dan

sukrosa,

tetapi

dapat

memfermentasikan glukosa, maltosa, dan manitol. Sebagian besar isolat
Salmonella dari spesimen klinik membentuk H2S (Radji, 2009).
Media selektif yang digunakan untuk mengisolasi Salmonella adalah:
1. Selenite Broth
Selenite Broth merupakan media pengkaya yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella yang berasal dari feses dan produk makanan. Media ini
mengandung pepton, laktosa, dan natrium fosfat yang merupakan nutrisi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan salmonella. Salmonella dapat tumbuh baik

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
15

dalam media ini ditandai dengan adanya kekeruhan pada media Selenite Broth
(Bridson, 1998).
2. Salmonella Shigella Agar
Salmonella Shigella Agar (SSA) adalah media selektif yang digunakan
untuk mengisolasi Salmonella dan beberapa spesies Shigella yang berasal dari
spesimen klinik seperti urin, darah, feses maupun yang berasal dari makanan.
Media SSA mengandung pepton, laktosa, natrium sitrat, natrium tiosulfat, besi
(III) sitrat, brilliant green, natural red dan bile salt. Salmonella yang tumbuh
dalam media SSA berupa koloni transparan, biasanya terdapat bintik hitam
ditengah koloni tersebut, sedangkan Shigella berupa koloni transparan, tidak
terdapat bintik hitam di tengah (Bridson, 1998).
3. Brilliant Green Agar
Brilliant Green Agar merupakan media selektif yang digunakan untuk
mengisolasi Salmonella kecuali Salmonella Thypi. Media ini mengandung
ekstrak yeast, laktosa, sukrosa, sodium chloride, phenol red, brilliant green dan
agar. Karakteristik koloni Salmonella pada media ini adalah berwarna merah
muda hingga merah atau bening hingga buram dengan lingkaran merah muda
sampai merah (Bridson, 1998; Radji, 2010).

F. Keterangan Empiris
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui nilai AKK, ALT dan
keberadaan bakteri Salmonella dalam jamu cekok yang diproduksi penjual jamu
racik “X” di Yogyakarta.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan rancangan
deskriptif eksploratif, yaitu mendeskripsikan AKK, ALT, dan keberadaan
Salmonella dalam jamu cekok.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: waktu produksi jamu cekok.
b. Variabel tergantung: AKK, ALT, dan keberadaan Salmonella.
c. Variabel pengacau terkendali: media pertumbuhan yaitu PDA dan PCA,
suhu inkubasi 35ºC untuk uji ALT dan 25ºC untuk uji AKK, waktu inkubasi
24-48 jam untuk uji ALT dan 5-7 hari untuk uji AKK. Media pengkayaan
(Selenite Broth), media isolasi (SSA), media identifikasi (media glukosa,
laktosa, manitol, maltosa sakarosa, dan Sulphur Indol Motility (SIM), media
simmons sitrat agar, nutrien agar), suhu inkubasi (37ºC) dan waktu inkubasi
(24 jam).
d. Variabel pengacau tak terkendali: kualitas bahan-bahan yang digunakan
untuk membuat jamu cekok.

16

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
17

2. Definisi operasional
a. Jamu cekok adalah jamu yang diberikan kepada anak-anak dengan cara
memeras jamu dengan kain dan dicekokkan ke dalam mulutnya. Bahan yang
digunakan adalah temulawak, rimpang lempuyang gajah, brotowali,
rimpang temu hitam, dan daun pepaya.
b. Angka Kapang/Khamir adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan
dengan menghitung jumlah kapang dan atau khamir yang terdapat dalam
jamu cekok dengan metode dan analisis hasil sesuai dengan PPOMN
(2006).
c. Angka Lempeng Total adalah suatu uji cemaran mikroba yang dilakukan
dengan menghitung jumlah bakteri aerob mesofil yang terdapat dalam jamu
cekok dengan metode dan analisis hasil sesuai dengan PPOMN (2006).
d. Uji Salmonella dilakukan untuk menetapkan keberadaan Salmonella dalam
cairan jamu cekok dengan melihat pertumbuhannya pada media selektif dan
media identifikasi dengan metode sesuai dengan PPOMN (2006).

C. Bahan Penelitian
1. Cairan jamu cekok yang diperoleh dari penjual “X” di Yogyakarta.
2. Media yang digunakan untuk pengujian AKK adalah PDA (Oxoid). Media
yang digunakan dalam pengujian ALT adalah PCA (Oxoid). Media
pengkayaan yaitu Selenite Broth (Oxoid), media isolasi yaitu SSA (Oxoid),
media identifikasi: media glukosa, media laktosa, media manitol, media

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
18

maltosa, media sakarosa, media SIM (Oxoid), media Simmons citrate Agar
(Oxoid), Nutrien Agar (Oxoid).
3. Kloramfenikol (Bratako Chemika), PDF (Oxoid), aquadest steril, etanol
70%, dan Kovacs (Merck).
4. Bakteri baku sebagai standar pembanding adalah Salmonella typhi ATCC
14028.

D. Alat Penelitian
Autoklaf (model: KT-40 No.108049 Midorigaoka Japan), inkubator (WTC
binder), oven, Bunsen, pipet tetes, mikropipet (Iwaki), tabung reaksi (Pyrex),
cawan petri, pipet volume, Beaker glass (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), Erlenmeyer
(Pyrex), jarum ose, stomacher (Seward), plastik steril.

E. Tata Cara Penelitian
1. Pemilihan dan pengumpulan sampel jamu cekok
Sampel diambil dari penjual jamu racik “X” sebanyak 3 kali.
Pengambilan sampel dilakukan setiap hari Senin antara pukul 6:30-7:30 pagi.
Jamu cekok yang dijual penjual jamu racik “X” kemudian dipindahkan ke
dalam botol steril dan dibawa ke laboratorium dengan menggunakan cool box
yang didalamnya terdapat ice pack.
2. Persiapan sampel
Bagian wadah/kemasan jamu cekok akan dibuka secara aseptis di
dekat nyala api Bunsen.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
19

3. Homogenisasi sampel
Secara aseptis, ambil 25 ml jamu cekok, dimasukkan ke dalam plastik
steril kemudian ditambahkan 225 ml larutan pengencer PDF sehingga
diperoleh pengenceran 1:10 (10-1). Kemudian dihomogenisasi menggunakan
stomacher dengan kecepatan 300 rpm selama 30 detik.
4. Pengenceran sampel
Tabung reaksi sebanyak 8 buah disiapkan (4 untuk pengujian AKK
dan 4 untuk pengujian ALT) dan diisi dengan 9 ml PDF. Satu mililiter
pengenceran 10-1 dari hasil homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet dan
dimasukkan ke dalam tabung pertama yang telah berisi PDF hingga diperoleh
pengenceran 10-2 dan dikocok sampai homogen dengan vortex. Kemudian
dibuat pengenceran sampai 10-5 untuk pengujian AKK dan ALT.
5. Uji Angka Kapang/Khamir
a. Pembuatan larutan kloramfenikol 1%. Sebanyak 1 gram kloramfenikol
ditimbang, kemudian dilarutkan dalam 100 ml aquadest steril.
b. Uji AKK. Satu mililiter dari masing-masing pengenceran sampel dipipet
dan dituangkan pada cawan petri. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan ±
15 ml media PDA (45º ± 1º) yang sebelumnya telah ditambah dengan 1 ml
larutan kloramfenikol 1% kemudian segera cawan petri digoyang sambil
diputar agar suspensi sampel tersebar merata. Pengujian dilakukan secara
duplo. Kemudian dilakukan pula uji kontrol untuk mengetahui sterilitas
media dan pengencer. Untuk uji sterilitas media dilakukan dengan
menuangkan media PDA dalam suatu cawan petri dan dibiarkan memadat.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
20

Sedangkan untuk uji sterilitas pengencer dilakukan dengan menuangkan
media PDA dan 1 ml pengencer (PDF) lalu biarkan memadat.
Seluruh cawan petri diinkubasi secara terbalik pada suhu 25ºC selama
5 hari. Setelah 5 hari inkubasi, dicatat jumlah koloni kapang/khamir yang
tumbuh.
6. Uji Angka Lempeng Total (ALT)
Satu milliliter dari masing-masing pengenceran sampel dipipet dan
dituangkan pada cawan petri. Ke dalam tiap cawan petri dituangkan ± 15 ml
media PCA (45º ± 1º) kemudian segera cawan petri digoyang sambil diputar
agar suspensi sampel tersebar merata kemudian dibuat duplo. Kemudian
dilakukan pula uji kontrol untuk mengetahui sterilitas media dan pengencer.
Untuk uji sterilitas media dilakukan dengan menuangkan media PCA dalam
suatu cawan petri dan biarkan memadat. Sedangkan untuk uji sterilitas
pengencer dilakukan dengan menuangkan media PCA dan 1 ml pengencer
(PDF) lalu biarkan memadat.
Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 35ºC selama 24 hingga 48 jam
dengan posisi terbalik, jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
7. Uji Salmonella pada cairan jamu cekok
a.

Uji pengkayaan pada media Selenite Broth. Labu ukur disiapkan sebanyak
10 buah yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml Selenite Broth.
Sacara aseptis, dipipet 1 ml suspensi jamu cekok, kemudian diisolasikan
pada 9 ml Selenite Broth, diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
Media Selenite Broth akan menjadi keruh jika terdapat Salmonella. Uji

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
21

yang sama dilakukan terhadap kontrol positif berupa kultur murni
Salmonella thypi ATCC 14028. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan
hasil pertumbuhannya berdasarkan kekeruhan.
b.

Penanaman Salmonella pada media selektif SSA. Dari biakan pengkayaan
diisolasikan 1 sengkelit pada permukaan SSA dengan cara streak (4
kuadran), diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Prosedur yang sama
dilakukan terhadap kontrol positif, yaitu kultur murni Salmonella thypi
ATCC 14028. Hasil dari pengujian dibandingkan dengan hasil
pertumbuhannya berdasarkan morfologi koloni yang tumbuh. Keberadaan
Salmonella ditunjukkan dengan adanya koloni transparan, biasanya
terdapat bintik hitam ditengah koloni tersebut.

c.

Uji konfirmasi (Uji biokimia) Salmonella dalam jamu cekok. Satu koloni
spesifik pada SSA dipilih dan digoreskan pada permukaan media Nutrient
Agar (NA) kemudian dilakukan uji fermentasi gula-gula, uji sulfur, indol,
motilitas, dan sitrat. Prosedur yang sama dilakukan terhadap kontrol
positif, yaitu kultur murni Salmonella typhi ATCC 14028. Hasil dari
pengujian dibandingkan dengan hasil pertumbuhannya berdasarkan
perubahan warna yang terjadi.
1) Uji fermentasi gula-gula
a) Uji fermentasi glukosa
Satu sengkelit biakan SSA diinokulasikan pada media glukosa dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
22

dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan
menjadi kuning.
b) Uji fermentasi laktosa
Satu sengkelit biakan SSA diinokulasikan pada media laktosa dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai
dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan
menjadi kuning.
c) Uji fermentasi manitol
Satu sengkelit biakan SSA diinokulasikan pada media manitol dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai
dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan
menjadi kuning.
d) Uji fermentasi maltosa
Satu sengkelit biakan SSA diinokulasikan pada media maltosa dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai
dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan
menjadi kuning.
e) Uji fermentasi sakarosa
Satu sengkelit biakan SSA diinokulasikan pada media sakarosa dan
diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai
dengan adanya perubahan warna media dari orange kemerahan
menjadi kuning.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTIND

Dokumen yang terkait

Uji angka lempeng total dan identifikasi Bakteri Salmonella spp dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di Desa Ngawen Klaten.

4 19 84

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK) dan identifikasi Salmonella spp pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong di Kelurahan Tonggalan Klaten Tengah.

2 5 90

Uji angka lempeng total dan identifikasi escherichia coli pada jamu pahitan brotowali yang diproduksi oleh penjual jamu gendong keliling di Wilayah Tonggalan Klaten Tengah.

2 60 96

Uji angka kapang/khamir dan identifikasi escherichia coli dalam jamu kunyit asam dari penjual jamu di Wilayah Ngawen Klaten.

8 62 105

Perbandingan Angka Lempeng Total (ALT) simplisia rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan yang diolah sesuai Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB) - USD Repository

0 2 137

Angka Salmonella dalam jamu kunyit asam yang dijual di pasar tradisional Kecamatan Gondomanan Kotamadya Yogyakarta - USD Repository

0 0 81

Angka Staphylococcus aureus dalam jamu kunyit asam yang dijual di pasar tradisional Kecamatan Gondomanan Kotamadya Yogyakarta - USD Repository

0 0 101

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi escherichia coli dalam jamu cekok dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 1 113

Uji Angka Kapang/Khamir (AKK), Angka Lempeng Total (ALT), dan identifikasi Salmonella pada jamu Uyup-Uyup yang diproduksi oleh penjual jamu racik X di Yogyakarta - USD Repository

0 3 89

Uji Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang/Khamir (AKK), dan identifikasi staphylococcus aureus dalam jamu cekok dari penjual jamu racik ``x`` di Yogyakarta - USD Repository

0 0 98