Perbandingan Angka Lempeng Total (ALT) simplisia rimpang temulawak (Curcuma Rhizoma) dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan yang diolah sesuai Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB) - USD Repository

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PE RB ANDI NGAN ANGKA LE MPENG TOTAL (ALT)

SIMPL ISIA RIMPANG TE MUL AWAK ( Curcum ae Rhizom a )

DAL AM JAMU GODHOG DARI E MPAT PAS AR DI

KOT A MADYA YO GYAKARTA DE NGAN YANG DIOLAH

SESUAI CARA PE MBUATAN S IMPLI SIA YANG B AI K

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  I Put u Chandradinat a NIM : 078114002

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PE RB ANDI NGAN ANGKA LE MPENG TOTAL (ALT)

SIMPL ISIA RIMPANG TE MUL AWAK ( Curcum ae Rhizom a )

DAL AM JAMU GODHOG DARI E MPAT PAS AR DI

KOT A MADYA YO GYAKARTA DE NGAN YANG DIOLAH

  

SESUAI CARA PE MBUATAN S IMPLI SIA YANG B AI K (CPSB )

SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

  Program Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  I Put u Chandradinat a NIM : 078114002

  

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

PERSEMBAHAN

“ ORANG HIDUP BAGAIKAN BERJALAN DI LORONG

PANJANG YANG GELAP, KITA TIDAK PERNAH TAhU

  

APA YANG ADA DI DEPAN KITA, KADANG JATUH,

TERBENTUR ITU HAL YANG WAJAR, HANYA DENGAN

KESABARAN DAN KEYAKINAN, TERUS BERJALAN

MAKA KITA AKAN SAMPAI DIUJUNG LORONG , ADA

  

APA DISANA? PALING TIDAK DISANA ADA CAHAYA

AGAR KITA LEBIH JELAS MELIHAT.” (Indra, 2011)

Karya kecil ini kupersembahkan untuk : Bapak dan Ibu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

  Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang Maha Kasih, atas segala berkat dan anugrah-Nya dalam penyelesaian skripsi. Skripsi dengan judul

  “Perbandingan Angka Lempeng Total (ALT) Simplisia Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma) Dalam Jamu

  

Godhog Dari Empat Pasar di Kotamadya Yogyakarta Dengan yang Diolah Sesuai

  Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB) ” merupakan karya ilmiah penulis untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas

  Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  Banyak kesulitan yang penulis hadapi dalam proses penyelesaian skripsi ini. Akan tetapi, di tengah kesulitan tersebut penulis mendapat dukungan, bimbingan, kritik dan saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

  1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  2. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si selaku Dosen Pembimbing atas kebijaksanaan, perhatian, dan kesabarannya dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

  3. Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt dan Yohanes Dwiatmaka, M.Si selaku Dosen Penguji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Ibu CM. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi sekaligus Ketua Tim Panitia Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

  5. Laboran Laboratorium Mikrobiologi dan Farmakognosi-Fotokimia: Mas Sarwanto, mas Wagiran, dan mas Sigit atas semua bantuan yang telah diberikan.

  6. Teman-teman seperjuangan penelitian yang selalu men-support dan mengingatkan : I Wayan Arditayasa, Mega Gunawan dan Raisa Wanadri P.

  7. Ni Luh Winarti, I Wayan Sucipta, I Kadek Aditya Mahardika, dan Ni Ketut Ary Widiasih yang selalu mendukung, memberi semangat, dan mendoakan.

  8. Teman-teman di saat susah dan senang yang selalu menyejukkan hati Veronica Dewi P., Margareth Christina H., Margareta Krisantini, Dinar Catur Mardianti, Titien, Fransisca Ayuningtyas Wiranti, Pia Rika Puspawati, Afni Panggar Besi dan Elisabeth Eskaria Chandra Kusuma.

9. Teman-teman angkatan 2007 kh ususnya FKK A ‟07.

  10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam kelancaran penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan memberi informasi bagi pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

INTISARI

  Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) merupakan salah satu dari sembilan tanaman obat unggulan yang ditetapkan Direktorat Jenderal POM RI (Yusron, 2009). Temulawak banyak dijual di pasar tradisional sebagai jamu

  

godhog . Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994

  dinyatakan perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan uji mikroba patogen, Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Kamir (AKK) dan aflatoksin (Depkes RI, 1994).

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Data yang diperoleh merupakan data kuantitatif yang dianalisis dengan perhitungan ALT dengan rancangan penelitian deskriptif komparatif. Nilai ALT yang diperbolehkan dalam sediaan obat tradisional rajangan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI

  7 No: 661/MenKes/SK/VII/1994 tidak boleh lebih dari 10 CFU/gram sampel.

  Perbandingan ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog yang beredar di empat pasar tradisional di Kotamadya Yogyakarta yaitu Pasar Demangan, Beringharjo, Giwangan dan Kranggan, dianalisis secara statistik Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan bermakna atau berbeda tidak bermakna nilai ALT dibandingkan dengan yang diolah sesuai Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB).

  Dari data kuantitatif 5 sampel dengan 6 kali replikasi diperoleh hasil rata- rata nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan rimpang temulawak yang diolah menjadi simplisia berdasarkan CPSB memenuhi persyaratan nilai ALT rajangan sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994.

  Dari hasil perbandingan statistik Mann-Whitney nilai ALT sampel dari ke empat pasar dengan nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang diolah dengan CPSB pada inkubasi 48 jam diperoleh hasil nilai ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari Pasar Beringharjo dan Kranggan berbeda tidak bermakna dengan nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang diolah sesuai CPSB. Nilai perbandingan ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu dari pasar Demangan dan Giwangan berbeda bermakna dengan nilai ALT

  godhog pada simplisia rimpang temulawak yang diolah sesuai CPSB.

  Kata Kunci: jamu godhog, Kotamadya Yogyakarta, Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB), Angka Lempeng Total (ALT)

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

  Java turmeric (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) is one of nine medicinal plants which are set by the Direktorat Jenderal POM RI as beneficial medicine plant (Yusron, 2009). Java turmeric sold in traditional markets as jamu godhog. Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994 stated that need to prevent the circulation of traditional medicines that are not pass the test requirements of microbial pathogens, Total Plate Count (TPC), the enumeration of molds and yeast and aflatoxin (Depkes RI, 1994).

  This research was an experimental research. The data was quantitative data which were analyzed by calculation of TPC with descriptive comparative study design. TPC value which were allowed in the preparation of traditional medicine based on Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994, were

  7

  not higher than 10 CFU/g sample. Then the comparison of the TPC value of java turmeric simplicia on jamu godhog that was circulated in the four traditional markets in Yogyakarta, such as Demangan market, Beringharjo, Giwangan and Kranggan, analyzed by Mann

  Withney‟s statistically was done to know different significantly or different not significantly TPC value with java turmeric simplicia that was made in accordance with Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB).

  The average TPC values of java turmeric simplicia on jamu godhog sold in four markets in Yogyakarta and processed into simplicia based on CPSB, which fulfill the requirement of TPC value in Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994, were obtained from the data of 5 quantitative samples with 6 times replication.

  The results of Mann Whitney„s statistical comparison, the TPC value of the four markets with the TPC value of simplicia java turmeric that was processed in accordance with CPSB on 48-hour incubation obtained the result of TPC value of java turmeric simplicia from Beringharjo and Kranggan markets were different not significantly from TPC value of java turmeric simplicia which was made in CPSB.

  While the TPC value comparison of java turmeric simplicia samples from and Giwangan and Demangan markets were different significantly from TPC value of java turmeric simplicia that was made in accordance with CPSB. Keywords: jamu godhog, Kotamadya Yogyakarta, Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB), Total Plate Count (TPC)

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................................. v PRAKATA ................................................................................................................. vi

  PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................viii INTISARI ................................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................................

x DAFTAR ISI .............................................................................................................. xi

  DAFTAS GAMBAR ................................................................................................xiv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xv DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

  BAB I. PENGANTAR ………………………………………………………..

  1 A. Latar Belakang ................................................................................................

  1

  1. Permasalahan ................................................................................................ 5 2. Keaslian penelitian............................................................................................

  5 3. Manfaat penelitian ............................................................................................

  6 B. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 6

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA

  7 ………………………………………...

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. Keterangan botani ..........................................................................................

  7 2. Deskripsi tanaman ..........................................................................................

  7

  3. Kandungan senyawa kimia dan kegunaan rimpang temulawak (Curcumae Rhizoma) .....................................................................................

  8 B. Jamu Godhog ........................................................................................................

  9 C. Angka Lempeng Total (ALT) ...............................................................................

  10 D. Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB) ......................................................

  13 1. Proses pembuatan simplisia (Depkes RI, 1985) ...............................................

  14 2. Wadah dan penyimpanan ..................................................................................

  18 E. Landasan Teori ................................................................................................ 19 F. Hipotesis ................................................................................................................

  22 BAB III. METODE PENELITIAN...................................................................

  23 A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................................................

  23 B. Variabel dan Definisi Operasional ........................................................................

  23 1. Variabel penelitian .....................................................................................

  23 2. Definisi operasional ...................................................................................

  25 C. Bahan Penelitian ................................................................................................ 25 D. Alat Penelitian .......................................................................................................

  26 E. Tata Cara Penelitian ..............................................................................................

  26 1. Pengumpulan dan pemilihan sampel rimpang temulawak ..............................

  26

  2. Pengujian ALT sampel simplisia rimpang temulawak yang diolah

  F. Analisis Hasil ........................................................................................................

  45 1. Homogenisasi sampel ......................................................................................

  72 B. Saran ......................................................................................................................

  72 A. Kesimpulan ............................................................................................................

  66 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………...

  63 E. Hasil uji Mann-Whitney nilai ALT pada simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB ……………………………….…………….

  D. Hasil uji Shapiro-Wilk nilai ALT pada simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB …………………………………………….

  3. Uji Angka Lempeng Total (ALT) ................................................................48

  2. Pengenceran ................................................................................................ 48

  46

  44 C. Angka Lempeng Total (ALT) ...............................................................................

  33 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………….

  41 B. Penyerbukan Sampel Rimpang Temulawak ..........................................................

  3. Pembuatan simplisia rimpang temulawak sesuai CPSB (Depkes RI, 1985) .................................................................................................................

  38

  2. Indentifikasi simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya Yogyakarta ..............................................

  36

  1. Pemilihan sampel jamu godhog dari empat pasar tradisional di Kotamadya Yogyakarta ....................................................................................

  36

  35 A. Penyiapan Rimpang Temulawak ...........................................................................

  73 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Hasil identifikasi secara makroskopis simplisia rimpang temulawak...............................................................................

  40 Gambar 2. Kontrol pelarut dan kontrol media...........................................

  52 Gambar 3. Perlakuan ALT inkubasi 24 jam dan 48 jam...........................

  52 Gambar 4. Hasil uji ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu

  godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan

  62 yang diolah sesuai CPSB (Depkes RI, 1985)...........................

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Hasil identifikasi simplisia rimpang temulawak dalam jamu

  godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang

  diolah sesuai CPSB

  39 …………………………………………

  Tabel II. Nilai ALT simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog yang dijual di Pasar Demangan...............................................

  54 Tabel III. Nilai ALT simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog yang dijual di Pasar Beringharjo..............................................

  56 Tabel IV. Nilai ALT simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog yang dijual di Pasar Giwangan................................................

  57 Tabel V. Nilai ALT simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog

  59

  yang dijual di Pasar Kranggan ………………………………. Tabel VI. Nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang diolah sesuai

  CPSB (Depkes RI, 1985)

  61 …..................................................... Tabel VII. Hasil uji normalitas nilai ALT waktu inkubasi 24 jam pada simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan yang diolah sesuai

  64 CPSB………………………………....................................... Tablel VIII. Hasil uji normalitas nilai ALT waktu inkubasi 48 jam pada simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan yang diolah sesuai

  65 CPSB………………………………....................................... Tabel IX. Hasil uji Mann-Withney nilai simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya

  Yogyakarta dengan yang diolah sesuai CPSB ALT inkubasi 48 jam 67 ………………………………………………………..

  PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Sampel simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB

  78 ………………………………..………

  Lampiran 2. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Demangan inkubasi 24 jam ..........................

  79 Lampiran 3. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Demangan inkubasi 48 jam...........................

  80 Lampiran 4. Hasil uji ALT pada sampel jamu godhog yang dijual di Pasar Demangan inkubasi 24 jam dan 48 jam.......................

  83 Lampiran 5. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Beringharjo inkubasi 24 jam 84 ………………. Lampiran 6. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Beringharjo inkubasi 48 jam

  85 ………………. Lampiran 7. Hasil uji ALT pada sampel jamu godhog yang dijual di Pasar Beringharjo inkubasi 24 jam dan 48 jam.....................

  88 Lampiran 8. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Giwangan inkubasi 24 jam............................

  89 Lampiran 9. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang dijual di Pasar Giwangan inkubasi 48 jam............................

  90 Lampiran 10. Hasil uji ALT pada sampel jamu godhog yang dijual di Pasar Giwangan inkubasi 24 jam dan 48 jam.......................

  93 Lampiran 11. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang

  94 dijual di Pasar Kranggan inkubasi 24 jam............................. Lampiran 12. Nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog yang

  95 dijual di Pasar Kranggan inkubasi 48 jam............................. Lampiran 13. Hasil uji ALT pada sampel jamu godhog yang dijual di Pasar Kranggan inkubasi 24 jam dan 48 jam........................

  98

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  inkubasi 48 jam..................................................................... 100 Lampiran 16. Hasil uji ALT rimpang temulawak yang diolah sesuai

  CPSB inkubasi 24 jam dan 48 jam …………………………

  103 Lampiran 17. Hasil analisis statistik nilai angka lempeng total (ALT) simplisia rimpang temulawak yang terdapat pada jamu

  godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya

  Yogyakarta dan nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang diolah sesuai CPSB inkubasi 24 jam...........................

  104 Lampiran 18 Hasil analisis statistik nilai angka lempeng total (ALT) simplisia rimpang temulawak yang terdapat pada jamu

  godhog yang dijual di empat pasar di Kotamadya

  Yogyakarta dan nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang diolah sesuai CPSB inkubasi 48 jam ……....................

  112

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) oleh Direktorat Jenderal Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia ditetapkan sebagai salah satu dari

  sembilan tanaman obat unggulan yang memiliki banyak manfaat dan hampir terdapat pada setiap jenis obat tradisional Indonesia (Yusron, 2009). Bagian yang berkhasiat dari temulawak adalah rimpangnya yang mengandung minyak atsiri, resin, kurkumin, lemak, kamfer, serat kasar dan kalsium klorida (Agusta dan Chaerul, 1994). Minyak atsiri rimpang temulawak mengandung banyak sekali komponen yang bermanfaat, antara lain berpotensi sebagai senyawa antioksidan, anti hepatotoksik, meningkatkan sekresi empedu, anti hipertensi, melarutkan kolesterol, merangsang air susu (laktagoga), tonik bagi ibu pasca melahirkan, peluruh haid, antibakteri, pewarna makanan dan kain, serta bahan kosmetik (Hadi,1985).

  Rimpang temulawak banyak dijual di pasar-pasar tradisional di Kotamadya Yogyakarta dalam bentuk jamu godhog. Jamu godhog masih banyak diminati oleh masyarakat karena harganya yang terjangkau dan khasiatnya yang sudah dirasakan turun-temurun. Jamu godhog diproduksi dengan teknologi yang sederhana dan hanya dipasarkan secara terbatas, sehingga industri jamu godhog ini tidak memerlukan ijin usaha industri sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bagi industri atau pedagang jamu godhog di pasar tradisional dan pengolahannya masih dengan teknologi yang sederhana, maka keamanan, kemanfaatan, dan mutu dari jamu godhog ini tidak terjamin. Proses pengolahan jamu godhog merupakan kunci dalam menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu dari jamu godhog. Proses pengolahan ini meliputi tahapan sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan yang pada masing-masing tahap harus dilakukan secara higienis untuk menghindari kontaminasi mikroba. Dalam pembuatan obat tradisional khususnya jamu godhog, standar yang digunakan dalam proses pembuatan simplisia di Indonesia adalah standar Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB) (Depkes RI, 1985).

  Untuk menjamin keamanan, kemanfaatan, dan mutu dari simplisia, maka diperlukan CPSB yang diikuti dengan evaluasi aspek mikrobiologis sediaan simplisia.

  CPSB meliputi seluruh aspek yang menyangkut pembuatan simplisia yang mutu produknya tergantung dari bahan awal dan proses produksi simplisia. Adanya penerapan CPSB diharapkan diperoleh simplisia dengan mutu yang baik dan dengan cemaran mikroba minimal.

  Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu. Parameter yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 661/MenKes/SK/ VII/1994 adalah uji mikroba patogen, Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Kamir (AKK) dan aflatoksin.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  seperti: Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa (Depkes RI, 1994).

  Bakteri kelompok Salmonella dapat menyebabkan penyakit yang membahayakan. Salmonella typhi dan S. paratyphi dapat menyebabkan penyakit demam tifoid dan paratifoid. Beberapa jenis Escherichia coli memiliki faktor virulensi dan menyebabkan gastroenteritis pada manusia dengan beberapa mekanisme yang berbeda. Pseudomonas aeruginosa adalah spesies yang paling penting dipertimbangkan bagi masyarakat, meskipun tidak menimbulkan efek jika tertelan, namun bakteri ini resisten terhadap banyak antibiotik dan dapat menghasilkan infeksi nosokomial serius jika masuk ke tubuh melalui luka atau garis intravena, penyakit meningitis dan infeksi saluran kencing. Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun penyebab keracunan makanan dan toxic shock syndrome (World Health Organization, 2003).

  Penelitian aspek mikrobiologis simplisia jamu godhog yang beredar di beberapa pasar di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dilakukan Gunawan, Chandradinata, Arditayasa, Primadani, dan Hening, (2010) diperoleh hasil bahwa ditemukan mikroba patogen pada simplisia jamu godhog yang beredar di Daerah Istimewa Yogyakarta, dan simplisia yang paling banyak mengandung mikrobia patogen, salah satunya adalah temulawak. Penelitian Perbandingan Angka Kapang Kamir (AKK) Simplisia Rimpang Temulwak (Curcumae Rhizoma) dalam Jamu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Pembuatan Simplisia yang Baik yang dilakukan Arditayasa (2011) diperoleh hasil nilai AKK simplisia rimpang temulawak dari Pasar Demangan, Giwangan, dan Beringharjo tidak memenuhi persyaratan nilai AKK yang tercantum dalam

  4 KepMenKes RI No : 661/MenKes/SK/VII/1994, yaitu 10 CFU/ g sampel, sedangkan

  simplisia rimpang temulawak dari Pasar Kranggan memenuhi persyaratan nilai AKK yang tercantum dalam KepMenKes RI No : 661/MenKes/SK/VII/1994.

  Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan tentang aspek mikrobiologis

  

jamu godhog yang dilakukan oleh Gunawan dkk (2010), dan Arditayasa (2011) yang

  merupakan penelitian evaluasi keamanan jamu godhog untuk melengkapi data penelitian aspek mikrobiologis jamu godhog yang beredar di Daerah istimewa Yogyakarta. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan nilai ALT pada simplisia rimpang temulawak pada jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan yang diolah sesuai CPSB.

  Keputusan Menteri Kesehatan RI No : 661/MenKes/SK/VII/1994 disebutkan persyaratan nilai ALT untuk obat tradisional, yaitu untuk sediaan rajangan yang

  7

  penggunaannya dengan cara pendidihan tidak lebih dari 10 CFU/gram bahan (Depkes RI, 1994). Nilai ALT simplisia rimpang temulawak yang dibuat sesuai CPSB dibandingkan dengan simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari ke empat pasar tradisional menggunakan analisis statistik normalitas data Shapiro- wilk kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk melihat adanya perbedaan bermakna atau perbedaan tidak bermakna nilai ALT dari masing-masing

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1.

   Permasalahan

  a. Apakah nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB memenuhi persyaratan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994,

  7

  yaitu tidak lebih dari10 CFU / gram bahan?

  b. Adakah perbedaan bermakna nilai ALT rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dibandingkan dengan yang diolah menjadi simplisia berdasarkan CPSB?

2. Keaslian penelitian

  Sejauh pengetahuan dan penelusuran pustaka yang dilakukan oleh peneliti, penelitian tentang jamu godhog berjudul “Penelitian Aspek Mikrobiologis Simplisia

  

Jamu godhog yang Dijual di Beberapa Pasar Tradisional Daerah Istimewa

  Yogyakarta” pernah diteliti oleh Gunawan dkk. (2010). Penelitian berjudul “Perbandingan Angka Lempeng Total (ALT) Rimpang Temulawak (Curcumae

  

Rhizoma ) dalam Jamu godhog dari Empat Pasar di Kotamadya Yogyakarta dengan

  yang Diolah Sesuai CPSB ” belum pernah diteliti dan merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Gunawan dkk. (2010) tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai nilai ALT jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB.

  b. Manfaat praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data nilai ALT yang merupakan keterangan mutu dan keamanan jamu godhog, sehingga masyarakat dapat memperoleh kualitas, keamanan dan khasiat jamu godhog tanpa adanya efek samping terhadap kesehatan masyarakat akibat cemaran bakteri.

B. Tujuan Penelitian

  1. Untuk mengetahui nilai ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah sesuai CPSB memenuhi persyaratan ataukah tidak berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994, yaitu tidak lebih dari 10

  7 koloni / gram bahan.

  2. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan bermakna nilai ALT simplisia rimpang temulawak dalam jamu godhog dari empat pasar di Kotamadya Yogyakarta dan yang diolah menjadi simplisia sesuai CPSB.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Temulawak ( Curcuma xanthorrhiza Roxb.)

  1. Keterangan botani

  Temulawak menurut Backer and van den Brink (1968) merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede, sedangkan di Madura disebut sebagai temu lobak. Tanaman ini familli Zingiberaceae, genus Curcuma, species Curcuma xanthorrhiza Roxb.

  2. Deskripsi rimpang

  Rimpang basah temulawak berupa rimpang berbentuk bulat besar, seperti telur bebek, berwarna kuning tua berbau khas aromatik (Soenanto dan Kuncoro, 2009). Pemerian simplisia rimpang temulawak adalah bau aromatik, rasa tajam dan pahit. Simplisia rimpang temulawak secara makroskopik memiliki keping tipis berbentuk bundar atau jorong, ringan, keras, garis tengah sampai 6 cm, tebal 2 - 5 mm, permukaan luar berkerut, warna coklat kuning sampai coklat, bidang irisan berwarna coklat kuning buram melengkung tidak beraturan, tidak rata, sering dengan tonjolan melingkar pada batas antara silinder pusat dengan korteks, korteks sempit, tebal 3 - 4 mm, warna kuning jingga sampai coklat jingga terang (Depkes RI, 1979).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3.

   Kandungan senyawa kimia dan kegunaan rimpang temulawak (Curcumae Rhizoma)

  Di Indonesia satu-satunya bagian tanaman temulawak yang dimanfaatkan adalah rimpang temulawak untuk dibuat jamu godhog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64% zat tepung, 1,6 - 2,2% kurkumin dan 1,48 - 1,63% minyak atsiri dan dipercaya dapat meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang temulawak adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba (Kementerian Riset dan Teknologi, 2008).

  Temulawak dapat digunakan untuk obat sakit gangguan hati, demam, sakit kuning, pegal-pegal, sembelit, obat kuat (tonikum), perangsang ASI (laktogoga), obat peluruh haid (emmenagogum) (Rukmana, 1995).

B. Jamu Godhog

  Salah satu jenis obat tradisional yang cukup diminati oleh masyarakat, terutama oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah adalah jamu

  

godhog. Jamu godhog umumnya dijual di pasar-pasar tradisional, baik yang sudah

  dikemas maupun masih berupa simplisia kering yang diletakkan dalam suatu wadah yang besar dan dijual sesuai dengan permintaan konsumen. Jamu godhog umumnya diracik secara manual oleh masyarakat dalam bentuk simplisia kering (rajangan) dan langsung dijajakan di pasar tanpa perlu melewati pengujian dan proses registrasi bahan obat. Oleh karena itu, kualitas dan keamanan simplisia yang dihasilkan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pembuatan jamu godhog belum dapat dipastikan sudah memenuhi syarat seperti yang tertera pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 661/MenKes/ SK/VII/1994, yaitu uji mikroba patogen, Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Kamir (AKK) dan aflatoksin (Gunawan dkk, 2010).

  Rajangan adalah sediaan obat tradisional berupa potongan simplisia, campuran simplisia, atau campuran simplisia dengan sediaan galenik, yang penggunaannya dilakukan dengan pendidihan (menggodhog) atau penyeduhan dengan air panas (Depkes RI, 1994). Merebus (menggodhog) tanaman obat merupakan cara yang sangat mudah dan lazim dilakukan di masyarakat. Tujuan merebus tanaman obat adalah untuk memindahkan zat-zat berkasiat yang ada pada tanaman ke dalam larutan air, kemudian diminum untuk kebutuhan pengobatan (Mahendra, 2006). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 661/MenKes/SK/VII/1994, menyatakan bahwa persyaratan nilai Angka Lempeng

  7 Total (ALT) rajangan adalah tidak lebih dari 10 CFU/gram bahan untuk rajangan

  6

  yang penggunaannya dengan cara pendidihan, tidak lebih dari 10 CFU/gram bahan untuk rajangan yang penggunaannya dengan cara penyeduhan dan kadar air tidak lebih dari 10% (Depkes RI,1994).

C. Angka Lempeng Total (ALT)

  Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/VII/1994 menyatakan bahwa perlu dicegah beredarnya obat tradisional yang tidak memenuhi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  persyaratan keamanan, kemanfaatan, dan mutu. Parameter yang dipersyaratkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No: 661/MenKes/SK/ VII/1994 adalah uji mikroba patogen, Angka Lempeng Total (ALT), Angka Kapang Kamir (AKK) dan aflatoksin (Depkes RI, 1994).

  Mikroba patogen adalah semua mikroba yang dapat menyebabkan orang menjadi sakit, maka uji mikroba patogen pada sediaan obat tradisional harus negatif.

  Obat tradisional untuk penggunaan obat dalam perlu diwaspadai adanya bakteri seperti: Salmonella, Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Pseudomonas

  aeruginosa (Depkes RI, 1994).

  Bakteri kelompok Salmonella dapat menyebabkan penyakit yang membahayakan. Salmonella typhi dan S. paratyphi dapat menyebabkan penyakit demam tifoid dan paratifoid. Escherichia coli kebanyakan tidak patogen dan merupakan flora normal pada usus manusia. Beberapa jenis E. coli memiliki faktor virulensi dan menyebabkan gastroenteritis pada manusia dengan beberapa mekanisme yang berbeda. Ada banyak spesies Pseudomonas yang tersebar luas di lingkungan dan umumnya pada tanah dan air. Pseudomonas aeruginosa adalah spesies yang paling penting dipertimbangkan bagi masyarakat, meskipun tidak menimbulkan efek jika tertelan, namun bakteri ini resisten terhadap banyak antibiotik dan dapat menghasilkan infeksi nosokomial serius jika masuk ke tubuh melalui luka atau garis intravena. Staphylococcus dikenal sebagai Staph, dapat menyebabkan banyak penyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan tubuh. Bakteri-bakteri Staph

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak langsung dengan menghasilkan racun-racun yang menyebabkan keracunan makanan dan toxic shock syndrome (WHO, 2003).

  Angka Lempeng Total (ALT) merupakan metode yang digunakan untuk menetapkan angka bakteri aerob mesofilik yang terdapat dalam sediaan obat tradisional. Prinsip dasar pengujian ALT, yaitu pertumbuhan koloni bakteri aerob mesofilik setelah cuplikan diinokulasikan pada media lempeng agar dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai (Balai POM RI, 2006). Bakteri mesofilik mampu tumbuh pada suhu tubuh manusia, yaitu pada suhu 37

  C. Suhu optimum pertumbuhan bakteri mesofilik adalah 35 - 45 C (Cappucino, 2008). Nilai ALT harus ditekan sekecil mungkin. Meskipun bakteri aerob mesofilik ada yang tidak membahayakan bagi kesehatan, tetapi kadang-kadang karena pengaruh suhu optimum dan ketersediaan nutrisi yang memadai bakteri mesofilik menjadi mikroba yang membahayakan (DepKes RI, 1994).

  Bakteri aerob mesofilik merupakan bakteri indikator, yaitu golongan atau spesies bakteri yang kehadirannya dalam makanan dalam jumlah di atas batas tertentu merupakan pertanda bahwa makanan tersebut berada dalam kondisi yang memungkinkan berkembang biaknya mikroba patogen. Mikroba indikator digunakan untuk menilai keamanan dan mutu mikrobiologi makanan (BPOM RI, 2008).

  Perhitungan jumlah bakteri yang hidup (viable count) menggambarkan jumlah sel yang hidup, sehingga lebih tepat bila dibandingkan dengan cara total cell

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

count. Pada metode ini setiap sel mikroba yang hidup dalam suspensi akan tumbuh

  menjadi 1 koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroba dalam suspensi tertentu (Hadioetomo, 1985). Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari 1 sel mikroba, karena beberapa mikroba tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai. Bila ditumbuhkan pada media dan lingkungan yang sesuai, kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan 1 koloni.

  Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah colony forming unit (CFU) untuk menghitung jumlah mikroba hidup. Sebaiknya hanya lempeng agar yang mengandung 25-250 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan (Standar Nasional Indonesia, 1992). Lempeng agar dengan koloni > 250 sulit untuk dihitung sehingga kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel akan membantu untuk memperoleh penghitungan jumlah yang benar, namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempeng agar dengan jumlah koloni yang rendah (< 25 koloni). Lempeng sedemikian tidak absah secara statistik untuk digunakan dalam perhitungan (Lay, 1994).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Cara Pembuatan Simplisia yang Baik (CPSB )

  Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang jenis dan sifat kandungannya sangat beragam, sehingga untuk menjamin mutu obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku (BPOM RI, 2005).

  Simplisia adalah bahan alami yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan atau mineral (Depkes RI, 1985).