ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) TAHUN 2000-2010

Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh : SRI WAHYU RISTANTI F0108118 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

TOWARDS JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) YEAR 2000-2010 SRI WAHYU RISTANTI

F0108118

The purpose of the research is to analyze the influence of Macro Economics Variable towards Jakarta Islamic Index (JII). The Macro Economics variable from secondary data, they are Economic growth (GDP), Inflation, Exchange Rate, and Interest Rate of SBI. This file include data from July 2000 until December 2010 (126 Observations). The appointment value of observation is based on fluctuation occurred event at the research. The model used in the research are autoregressive Distributed Lag Model because there are Autocorrelation and heteroskedasticity when used Ordinary Least Square Model.

The result of analysis data shown that, by simultaneous test, the explanation variables were significant at 5% level. But, by individual test only exchange rate that significantly influence JII. So we can conclude that all variables in the model influence JII.

Keywords: Jakarta Islamic Index(JII), Macro Economic Variables, Economic Growth(GDP), Inflation, Exchange Rate, Interest Rate of SBI

Ø Everything is under Allah’s control, so take it easy and don’t be afraid, Lillah.. for life and afterlife.

Ø Every day is a great day, if you keep thanking to Allah. Ø Every person is special, just be who you are for your dream .

PERSEMBAHAN

I dedicate this specially for:

1. My Beloved Parent, Father, Mother n Grandma, who raised me well and give me full of great day.

2. My beloved Sister n Brother, that sincerely be my finance source, and teach me well.

3. My Great Dreams that helps me stand ‘till the end.

4. My Beloved Chensy’s occupants, my second family in Solo.

5. My Beloved friend on “cycle” group and my mentor.

6. My beloved ukthi and akhi who introduced me with “dakwah” from 2005’s grade until 2011’s grade..(especially ASSET’08) and I’m really sorry, for all my mistakes.

7. My beloved EP’s students, especially 2008’s grade.

8. My beloved Sebelas Maret University.

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, segala nikmat, dan kekuatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index Tahun 2000- 2010”, sebagai tugas akhir guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dorongan dan bantuan banyak pihak. Oleh karenanya, penulis dengan ini mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas segalanya.

2. Bapak Riwi Sumantyo, SE, ME, selaku Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran terbaik dalam penulisan skripsi ini.

3. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

4. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Segenap Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

6. Segenap staff Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

7. Bapak Joko Nugroho, ME, selaku Pembimbing Akademik

8. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa karya ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan yang berkelanjutan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Surakarta,

Juni 2012

Sri Wahyu Ristanti

C. Keterbatasan Penenlitian.............................................................................

61

D. Agenda Penelitian Selanjutnya...................................................................

62 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Tabel 4.3

: Hasil Uji Stasioneritas pada l(1)...........................................

46 Tabel 4.4

: Hasil Autoregressive Distributed Lag..................................

48 Tabel 4.5

: Uji Multikolinearitas.............................................................

50 Tabel 4.6

: Uji Heteroskedastisitas.........................................................

51 Tabel 4.7

: Tabel Kesimpulan DW Test..................................................

51 Tabel 4.4

: Hasil Autoregressive Distributed Lag..................................

48

Gambar 5.1 : Pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) 2000-2010.................

38 Gambar 5.2 : Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) 2000-2010....

39 Gambar 5.3 : Perkembangan Nilai Kurs Rupiah terhadap Dolar tahun 2000-

2010.......................................................................................

40 Gambar 5.4 : Perkembangan SBI tahun 2000-2010.....................................

41 Gambar 5.5 : Perkembangan Inflasi tahun 2000-2010................................

42

Lampiran 2 : AC dan PAC Inflasi

Lampiran 3 : AC dan PAC JII

Lampiran 4 : AC dan PAC Kurs

Lampiran 5 : AC dan PAC PDB

Lampiran 6 : AC dan PAC SBI

Lampiran 7 : Hasil Uji Stasioner Akar-Akar Unit DF-ADF

Lampiran 8 : Hasil Regresi Linear Berganda

Lampiran 9 : Hasil Regresi Autoregressive Distributed Lag

Lampiran 10 : Daftar 30 Emiten JII

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini penelitian mengenai pengaruh variabel makroekonomi terhadap pasar saham telah banyak dilakukan. Di berbagai Negara telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variabel makroekonomi terhadap pasar saham, akan tetapi menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda di tiap Negara. Penelitian sebelumnya banyak memfokuskan pada hubungan pengaruh variabel makro ekonomi terhadap return kelompok saham tertentu. Seperti yang telah dilakukan oleh Cheung dan Chinn (2000) yang meneliti tentang pengaruh kurs dolar terhadap pergerakan pasar saham di Amerika dengan kesimpulan bahwa kurs dolar berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham di Amerika.

Sebaliknya, Gay (2008) meneliti tentang pengaruh variabel makro ekonomi dan return pasar saham di 4 negara, Brasil, Rusia, India, dan China dengan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar dan harga minyak dunia terhadap pasar saham di keempat negara tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oskenbeyev, Yilmaz dan Chaigrov (2011) yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Kazakhtan dengan kesimpulan bahwa, semua variabel ekonomi berpengaruh signifikan, kecuali nilai tukar.

Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) meneliti pengaruh variabel makroekonomi dan return pasar saham New Zealand dengan kesimpulan semua variabel makroekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yang tergabung dalam NZSE index.

pasar saham Ghana dengan kesimpulan hanya variabel inflasi yang berpengaruh signifikan terhadap GSE index. Akash et al (2011) meneliti kointegrasi dan kausalitas antara variabel makroekonomi dan return pasar saham di Pakistan dengan kesimpulan suku bunga, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap Karachi Stock Exchange . Rahman, et al (2009) meneliti variabel makroekonomi terhadap pasar saham Malaysia dengan kesimpulan bahwa semua variabel makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap Stock Exchange of Malaysia. Penelitian serupa juga pernah di lakukan di Indonesia, yaitu Chairul Nazwar (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Return Saham Syariah di Indonesia, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen

Penelitian di atas menunjukkan keberagaman hasil dalam menganalisis pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh variabel makroekonomi terutama di Negara Indonesia, di mana memiliki kondisi makroekonomi yang berbeda. Selain itu, penelitian selanjutnya tidak memfokuskan pada return saham, tetapi kondisi kelompok saham itu sendiri.

Bila dilihat dari kondisi pasar Modal Indonesia telah mengalami perkembangan dengan adanya jenis saham baru yaitu saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). JII mulai beroperasi pada tanggal 3 Juli 2000 dan terdiri dari 30 jenis saham yang telah memenuhi kriteria halal baik output produk maupun aspek manajemen. Dengan keberadaan JII yang masih baru, belum banyak penelitian yang membahas tentang JII, ini sangat disayangkan. Makaryanawati (2009) dari hasil penelitiannya Bila dilihat dari kondisi pasar Modal Indonesia telah mengalami perkembangan dengan adanya jenis saham baru yaitu saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII). JII mulai beroperasi pada tanggal 3 Juli 2000 dan terdiri dari 30 jenis saham yang telah memenuhi kriteria halal baik output produk maupun aspek manajemen. Dengan keberadaan JII yang masih baru, belum banyak penelitian yang membahas tentang JII, ini sangat disayangkan. Makaryanawati (2009) dari hasil penelitiannya

Selanjutnya, bagaimana pengaruh variabel-variabel tersebut pada perusahaan- perusahaan yang tergabung dalam JII yang merupakan perusahaan-perusahaan no riba oriented , hal itulah yang menjadi salah satu alasan yang melatarbelakangi penelitian ini. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini menetapkan obyek yang akan diteliti dikhususkan pada variabel makro ekonomi yang diduga mempengaruhi pergerakan Jakarta Islamic Index (JII), yaitu kurs rupiah terhadap dolar, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia selama kurun waktu tahun 2000-2010.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian latar belakang penelitian di atas maka dapat dirumuskan pokok-pokok permasalahan yang akan dilakukan pembahasan pada penelitian ini, yaitu meneliti pengaruh variabel ekonomi terhadap JII, variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut :

1. Apakah pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia?

Bursa Efek Indonesia?

3. Apakah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia?

4. Apakah inflasi berpengaruh terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui pengaruh variabel makro terhadap JII yang dijabarkan sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk menganalisis pengaruh Kurs Rupiah terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bu nga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.

4. Untuk menganalisis pengaruh inflasi terhadap pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di Bursa Efek Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Akademisi 1. Bagi Akademisi

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bahan studi atau tambahan khasanah ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu Ekonomi.

2. Bagi Pemerintah

a. Dapat dijadikan sebagai salah satu acuan pemerintah dalam menentukan kebijakannya mengenai investasi, terutama investasi yang berbasis pada system syariah

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam mengambil kebijakan yang akan ditempuh sehubungan dengan pergerakan Jakarta Islamic Index (JII) di BEI

3. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi bagi masyarakat untuk ikut berinvestasi di pasar modal, yaitu dengan adanya saham-saham syariah yang tergabung dalam Jakarta Islamic Index (JII).

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Investasi Syariah di Pasar Modal Indonesia

Secara umum, Investasi dapat diartikan sebagai komitmen atas sejumlah dana/sumber dana lainnya yang dilakukan saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang (Tandelilin, 2001). Pendapat yang lain menyatakan investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang (Sunariyah, 2003).

Pada dasarnya tujuan orang melakukan investasi adalah untuk menghasilkan keuntungan dari aset yang telah diinvestaikan. Secara lebih khusus lagi adalah u ntuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak dimasa yang akan datang, mengurangi tekanan inflasi dan dorongan untuk menghemat pajak (Tandelilin, 2001).

Akan tetapi dalam prinsip syariah, investasi memiliki pengertian yang didasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Salah satu yang mendasarinya disebutkan dalam Qur’an Surat Al-Jumu’ah ayat ke 10, yang artinya adalah “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu semuadi muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya supaya kamu beruntung”.

Dari ayat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia disuruh untuk mencari karunia Allah (materi) tanpa harus melupakan (hukum) Allah agar segala yang diusahakannya berhasil, bermanfaat fii dunya wal akhiroh. Salah satu usaha dalam

(trading ). Perniagaan atau bermuamalah sendiri di dalam Islam telah diatur sedemikian rupa, mulai dari aqad hingga hal-hal yang tidak diperbolehkan dalam transaksi tersebut.

Aqad merupakan bagian terpenting dari suatu kegiatan muamalah (trading), karena di dalamnya mencakup harga barnag, jumlah barang, sistem pembayaran hingga cara penyerahan barang yang diperdagangkan. Dalam Islam penentuan dan pelaksanaan aqad sangat diperhatikan bahkan merupakan perintah langsung dari Allah swt dalam Qur’an Surat Al-Maidah ayat 1 yang berbunyi: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”.

Beberapa hal yang tidak diperbolehkan dalam praktek keuangan Islami antara lain adanya unsur Gharar (resiko ketidakjelasan), Maisyr (spekulasi/gambling) dan ribaa (interest) .

1. Gharar/resiko ketidakjelasan Merupakan suatu hal yang menyebabkan kegiatan transaksi keuangan menjadi tidak jelas/tidak ada kepastian.

2. Maysir (spekulasi/gambling) Maysir dapat diartikan sebagai usaha spekulasi atau untung-untungan dalam mencari uang.

3. Ribaa (Interest) Ribaa atau bunga, ada dua macam, pertama ribaa Nasi’ah yang merupakan pembayaran lebih yang diisyaratkan oleh yang meminjamkan. Kedua, ribaa Fadhl yang merupakan penukaran lebih dari satu barang sejenis yang diisyaratkan oleh orang yang menukarkan.

mudharabah (loss- profit sharing) , dimana kegiatan investasi tersebut terlepas dari unsur gharar, maysir, dan ribaa. Reksadana dan saham syariah merupakan alternatif investasi syariah di pasar modal.

Dilihat dari kenyataannya, walaupun sebagian besar penduduk Indonesia mayoritas baragama Islam namun perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sektor perbankan.

Di sisi lain, harus diakui bahwa masih terdapat beberapa permasalahan mendasar yang menjadi kendala berkembangnya pasar modal yang berprinsip syariah di Indonesia. Kendala-kendala dimaksud diantaranya adalah selain masih belum meratanya pemahaman dan atau pengetahuan masyarakat Indonesia tentang investasi di pasar modal yang berbasis syariah, juga belum ditunjangnya dengan peraturan yang memadai tentang investasi syariah di pasar modal Indonesia serta adanya anggapan bahwa untuk melakukan investasi di pasar modal syariah dibutuhkan biaya yang relatif tinggi dibandingkan dengan investasi pada sektor keuangan lainnya.

Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf financial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa bertahan tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini

Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun berlebel syariah.

Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berrbagai praktik spekulasi.

Pasar modal syariah dikembangkan dalam rangka mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan.

Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah Negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri pasar

muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat masih adanya anggapan di kalangan umat Islam sendiri bahwa berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam, sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik minat investor manca Negara untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia, terutama investor dari Negara-negara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial.

2. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di Negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan manajemen portofolio syariah di pasar modal syariah adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para anggota The North Amerrican Islamic Trust yang bermarkas di Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah Eropa, Asia dan Amerika. Beberapa Negara yang proaktif dalam menerapkan syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain

Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara tidak langsung juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang terlebih dahulu dijalankan oleh Negara-negara lain. Pasar modal syariah di Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index.

3. Saham Syariah

Saham syariah adalah saham-saham yang memiliki karakteristik sesuai dengan syariah Islam atau yang lebih dikenal dengan syariah compliant . Terdapat beberapa pendekatan untuk menyeleksi suatu saham apakah bisa dikategorikan sebagai saham syariah atau tidak (Kurniawan,T, 2008), yaitu:

1. Pendekatan jual beli. Dalam pendekatan ini diasumsikan saham adalah asset dan dalam jual beli ada pertukaran asset ini dengan uang. Juga bisa dikategorikan sebagai sebuah kerja sama yang memakai prinsip bagi hasil (profit-loss sharing).

2. Pendekatan aktivitas keuangan atau produksi. Dengan menggunakan pendekatan produksi ini, sebuah saham bisa diklaim sebagai saham yang halal ketika produksi dari barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan bebas dari elemen-elemen yang haram yang secara eksplisit disebut di dalam Al-Quran seperti riba, judi, minuman yang memabukkan, zina, babi dan semua turunan-turunannya.

3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari Bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak 3. Pendekatan pendapatan. Metode ini lebih melihat pada pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan tersebut. Ketika ada pendapatan yang diperoleh dari Bunga (interest) maka secara umum kita bisa mengatakan bahwa saham perusahaan tersebut tidak

4. Pendekatan struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Dengan melihat rasio hutang terhadap modal atau yang lebih dikenal dengan debt/equity ratio. Dengan melihat rasio ini maka diketahui jumlah hutang yang digunakan untuk modal atas perusahaan ini. Semakin besar rasio ini semakin besar ketergantungan modal terhadap hutang. Akan tetapi untuk saat ini bagi perusahan agak sulit untuk membuat ratio ini nol, atau sama sekali tidak ada hutang atas modal. Oleh karena itu ada toleransi-toleransi atau batasan seberapa besar “ Debt to Equity ratio “ ini. Dan masing masing syariah indeks di dunia berbeda dalam penetapan hal ini. Namun secara keseluruhan kurang dari 45% bisa diklaim sebagai perusahaan yang memiliki saham syariah.

Instrumen pasar modal syariah diperdagangkan di pasar perdana dan pasar sekunder. Prinsip dasar pasar perdana adalah (Harahap, 2001):

1. Semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil.

2. Tidak boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn ).

3. Dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan.

4. Hasil investasi akan diterima pemodal (shohibul maal) yang merupakan fungsi dari manfaat yang diterima perusahaan dari dana atau harta hasil penjualan efek.

5. Tidak boleh memberikan jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu.

Sedangkan untuk pasar sekunder ada tambahan dari prinsip dasar pasar perdana:

2. Suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan.

3. Tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek transaksi sebagai jaminan.

Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas diharamkan syariah adalah sebagai berikut:

1. Preferred Stock (saham istimewa) Saham jenis ini diharamkan oleh ketentuan syariah karena terdapat dua karakteristik utama, yaitu:

a. Adanya keuntungan tetap (pre-determinant revenue). Hal ini menurut kalangan ulama dikategorikan sebagai riba.

b. Pemilik saham preferen mendapatkan hak istimewa terutama pada saat likuidasi. Hal ini mengandung unsur ketidakadilan.

2. Forward Contract Forward contract diharamkan karena segala bentuk jual beli utang (dayn bi dayn ) tidak sesuai dengan syariah. Bentuk kontrak forward ini dilarang dalam Islam karena dianggap jual beli utang/piutang terdapat unsur ribawi, sedangkan terjadinya transaksi jual beli dilakukan sebelum tanggal jatuh tempo.

3. Option Option merupakan hak, yaitu untuk membeli dan menjual barang yang tidak disertai dengan underlying asset atau real asset. Transaksi option ini bersifat tidak 3. Option Option merupakan hak, yaitu untuk membeli dan menjual barang yang tidak disertai dengan underlying asset atau real asset. Transaksi option ini bersifat tidak

Di Indonesia, pasar modal telah berkembang sejalan dengan perkembangan perekonomian. Bahkan di tahun 2007, berdasarkan pencapaian peningkatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), telah menempatkan Bursa Efek Indonesia sebagai bursa berkinerja terbaik kedua diantara bursa-bursa utama di dunia.

Seiring perkembangan pasar modal, di Indonesia juga telah dikembangkan pasar modal syariah, dimana pada pertengahan tahun 2000 dikeluarkan Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini mensyaratkan saham dengan jenis usaha utama dan ratio keuangan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah (PT.BEI, 2010).

Jakarta Islamic Index terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management. Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam – LK, bekerja sama dengan Dewan Syariah Nasional. Hal ini tertuang dalam Peraturan Bapepam – LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah. (PT.BEI, 2010)

4. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip Syariah

Berdasarkan arahan Dewan Syariah Nasional dan Peraturan Bapepam – LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah:

2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep ribawi, jual beli resiko yang mengandung gharar dan maysir.

3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan :

a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram li-dzatihi)

b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya (haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan atau

c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

4. Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.

Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori syariah adalah:

1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang diuraikan di atas.

2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan penyerahan barang / jasa dan perdagangan dengan penawaran dan permintaan palsu

3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:

a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih dari 45% : 55%)

b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal lainnya dibandingkan dengan total pendapatan (revenue) tidak lebih dari 10%.

Pada tanggal 3 Juli 2000, PT Bursa Efek Indonesia bekerjasama dengan PT Danareksa Investment Management (DIM) meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariah Islam yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Indeks ini diharapkan menjadi tolak ukur kinerja saham-saham yang berbasis syariah serta untuk lebih mengembangkan pasar modal syariah.

Jakarta Islamic Index (JII) terdiri dari 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang sesuai dengan syariah Islam. Pada awal peluncurannya, pemilihan saham yang masuk dalam kriteria syariah melibatkan pihak Dewan Pengawas Syariah PT Danareksa Investment Management (DIM). Akan tetapi seiring perkembangan pasar, tugas pemilihan saham-saham tersebut dilakukan oleh Bapepam-LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.

Dalam rangka pengembangan pasar modal syariah, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM) telah meluncurkan indeks saham yang dibuat berdasarkan syariat islam, yaitu Jakarta Islamic Index (JII). Untuk menetapkan saham-saham yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index dilakukan proses seleksi sebagai berikut:

1. Saham-saham yang akan dipilih berdasarkan Daftar Efek Syariah (DES) yang dikeluarkan oleh Bapepam – LK.

2. Memilih 60 saham dari Daftar Efek Syariah tersebut berdasarkan urutan kapitalisasi pasar terbesar selama 1 tahun terakhir.

3. Dari 60 saham tersebut, dipilih 30 saham berdasarkan tingkat likuiditas yaitu nilai transaksi di pasar reguler selama 1 tahun terakhir.

Jakarta Islamic Index diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000. Akan tetapi untuk mendapatkan data historikal yang cukup panjang, hari dasar yang digunakan adalah tanggal 2 Januari 1995, dengan nilai indeks sebesar 100.

b. Evaluasi Indeks dan Penggantian Saham

Jakarta Islamic Index direview setiap 6 bulan, yaitu setiap bulan Januari dan Juli atau berdasarkan periode yang ditetapkan oleh Bapepam-LK. Sedangkan perubahan jenis usaha emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.

6. Kurs Rupiah

Kurs Rupiah atau Nilai tukar Rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang Rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antar Negara di mana masing-masing Negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008).

Nilai tukar terbagi atas nilai tukar nominal dan nilai tukar riil. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain. Sedangkan nilai riil (real exchange rate) adalah nilai yang digunakan seseorang saat menukar barang dan jasa dari suatu Negara dengan barang dan jasa dari Negara lain (Mankiw, 2006).

Nilai tukar yang melonjak-lonjak secara drastis tak terkendali akan menyebabkan kesulitan pada dunia usaha dalam merencanakan usahanya terutama bagi mereka yang mendatangkan bahan baku dari luar negeri atau menjual barangnya ke pasar ekspor oleh

moneter yang mendukung perekonomian secara makro (Pohan, 2008). Menurut Sukirno (2002) besarnya jumlah mata uang tertentu yang diperlukan untuk memperoleh satu unit valuta asing disebut dengan kurs mata uang asing. Nilai tukar adalah nilai mata uang suatu Negara diukur dari nilai satu unit mata uang terhadap mata uang Negara lain. Apabila kondisi ekonomi suatu Negara mengalami perubahan maka biasanya diikuti oleh perubahan nilai tukar secara substansional. Masalah mata uang muncul saat suatu Negara mengadakan mata uang yang berbeda. Jadi nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu Negara untuk memperoleh mata uang Negara lain.

Nilai tukar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat suku bunga dalam negeri, tingkat inflasi, dan intervensi bank sentral terhadap pasar uang. Nilai tukar yang lazim disebut kurs, mempunyai peran penting dalam rangka stabilitas moneter dan dalam mendukung kegiatan ekonomi. Nilai tukar yang stabil diperlukan untuk tercapainya iklim usaha yang kondusif bagi peningkatan dunia usaha. Untuk menjaga stabilitas nilai tukar, bank sentral pada waktu-waktu tertentu melakukan intervensi di pasar-pasar valuta asing, khususnya pada saat terjadi gejolak yang berlebihan. Para ekonom membedakan kurs menjadi dua yaitu kurs nominal dan kurs riil. Kurs nominal (nominal exchange rate) adalah harga relative dari mata uang dua Negara.

Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang di antara dua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang- barang dari suatu Negara untuk barnag-barang dari Negara lain. Nilai tukar (exchange rate ) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu Negara terrhadap mata uang Negara Kurs riil (real exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang di antara dua Negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang- barang dari suatu Negara untuk barnag-barang dari Negara lain. Nilai tukar (exchange rate ) atau kurs adalah harga satu mata uang suatu Negara terrhadap mata uang Negara

di mana Q adalah nilai tukar riil, S adalah nilai tukar nominal, P adalah tingkat harga domestic dan P * adalah tingkat harga di luar negeri. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi.

7. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus (Sukirno, 2000). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Kenaikan harga-harga barang itu tidaklah harus dengan presentase yang sama.

Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus- menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk Inflasi merupakan kenaikan harga secara terus-menerus dan kenaikan harga yang terjadi hanya sekali saja, meskipun dalam persentase yang cukup besar dan terus- menerus, bukanlah merupakan inflasi (Nopirin, 2000). Kenaikan sejumlah bentuk

Inflasi dapat mempengaruhi distribusi pendapatan, alokasi factor produksi serta produk nasional. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut dengan equity effect, sedangkan efek terhadap alokasi factor produksi dan pendapatan nasional masing- masing disebut dengan efficiency dan output effects (Nopirin, 2000).

1. Efek terhadap Pendapatan (Equity Effect). Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada pula yang diuntungkan dengan adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Demikian juga orang yang menumpuk kekayaan dalam bentuk uang kas akan menderita kerugian karena adanya inflasi. Sebaliknya, pihak-pihak yang mendapatkan keuntungan dengan adanya inflasi adalah mereka yang memperoleh kenaikan pendapatan dengan prosentase yang lebih besar dari laju inflasi, atau mereka yang mempunyai kekayaan bukan uang di mana nilainya naik dengan prosentase lebih besar dari pada laju inflasi. Dengan demikian inflasi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola pembagian pendapatan dan kekayaan masyarakat.

alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi permintaan akan barang tertentu mengalami kenaikan lebih besar dari barang lain, yang kemudian mendorong terjadinya kenaikan produksi barang tertentu.

3. Efek terhadap Output (Output Effects). Inflasi mungkin dapat menyebabkan terjadinya kenaikan produksi. Alasannya dalam keadaan inflasi biasanya kenaikan harga barnag mendahului kenaikan upah sehingga keuntungan pengusaha naik. Kenaikan keuntungan ini akan mendorong kenaikan produksi. Namun apabila laju inflasi ini cukup tinggi (hyper inflation) dapat mempunyai akibat sebaliknya, yakni penurunan output. Dalam keadaan inflasi yang tinggi, nilali uang riil turun dengan drastis, masyarakat cenderung tidak mempunyai uang kas, transaksi mengarah ke barter, yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi barang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan langsung antara inflasi dan output. Inflasi bisa dibarengi dengan kenaikan output, tetapi bisa juga dibarengi dengan penurunan output.

8. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Salah satu instrument pasar uang yang digunakan untuk mengendalikan likuiditas perekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. SBI adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta Salah satu instrument pasar uang yang digunakan untuk mengendalikan likuiditas perekonomian adalah Sertifikat Bank Indonesia atau SBI. SBI adalah instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta

SBI pada dasarnya adalh merupakan instrumen jangka pendek yang bebas resiko. Karakteristik utama SBI adalah:

1. Pemberian Bunga Bunga pada SBI dikenal sebagai tingkat diskonto, karena SBI dijual dengan harga diskon sebesar tingkat diskontonya, atau dengan kata lain bunga SBI diberikan di awal.

2. Penerbitan SBI diterbitkan berdasarkan atas unjuk, yaitu yang terakhir membawa SBI pada saat jatuh tempo maka dialah yang berhak mencairkannya.

3. Suku Bunga Suku Bunga SBI ditentukan berdasarkan lelang yang dilakukan setiap hari Rabu sore pukul 18.00. Penentuan suku bunga ini dilakukan berdasarkan lelang antara money broker yang ditunjuk oleh Bank Indonesia. Money broker yang menawar pada tingkat suku bunga yang rendah akan diprioritaskan untuk mendapatkan SBI terlebih dahulu.

Produk Domestik Bruto atau GDP merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam Negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk Negara tersebut dan penduduk/perusahaan Negara lain. Tingkat pertumbuhan ekonomi mengukur pertambahan pendapatan nasional riil, yaitu pendapatan nasional yang dihitung pada harga yang konstan. Kenaikan pendapatan nasional riil ini berarti barang-barang dan jasa yang dihasilkan sesuatu Negara telah meningkat kalau dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya, menggambarkan tingkat (prestasi) pertumbuhan ekonomi yang dicapai sesuatu Negara. Dengan demikian tingkat pertumbuhan ekonomi dalam sesuatu tahun tertentu (tahun t) dapat ditentukan dengan mengggunakan formula berikut:

x 100

dimana g t adalah tingkat pertumbuhan ekonomi pada tahun t yang dinyatakan dalam persen, Y r t adalah pendapatan nasional riil pada tahun t dan Y r t-1 adalah pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.

Pendapatan nasional yang dimaksudkan dalam formula itu dapat diartikan sebagai Produk Nasional Bruto atau Produk Nasional Bruto. Tetapi yang sebaiknya digunakan adalah Produk Domestik Bruto karena konsep ini menggambarkan jumlah barang dan jasa yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dan kegiatan memproduksi di dalam kawasan sebuah Negara. Dengan demikian ia menggambarkan kenaikan produksi nasional yang benar-benar berlaku dalam Negara tersebut.

Kajian yang berhubungan dengan variabel makroekonomi dan pasar saham sudah banyak diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu. Akan tetapi penelitian terkait hubungan Variabel ekonomi dengan JII masih jarang dilakukan, kebanyakan penelitian sebelumnya meneliti terkait return saham syariah. Seperti penelitian yang dilakukan Chairul Nazwar (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Variabel Makroekonomi terhadap Return Saham Syariah di Indonesia, kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah adanya pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Seperti yang telah dilakukan oleh Cheung dan Chinn (2000) yang meneliti tentang pengaruh kurs dolar terhadap pergerakan pasar saham di Amerika dengan kesimpulan bahwa kurs dolar berpengaruh signifikan positif terhadap pasar saham di Amerika.

Sebaliknya, Gay (2008) meneliti tentang pengaruh variabel makro ekonomi dan return pasar saham di 4 negara, Brasil, Rusia, India, dan China dengan kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai tukar dan harga minyak dunia terhadap pasar saham di keempat negara tersebut. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Oskenbeyev, Yilmaz dan Chaigrov (2011) yang meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Kazakhtan dengan kesimpulan bahwa, semua variabel ekonomi berpengaruh signifikan, kecuali nilai tukar.

Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) meneliti pengaruh variabel makroekonomi dan return pasar saham New Zealand dengan kesimpulan semua variabel makroekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yang tergabung dalam NZSE index. Victor dan Kuwornu (2011) meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Ghana dengan kesimpulan hanya variabel inflasi yang berpengaruh Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) meneliti pengaruh variabel makroekonomi dan return pasar saham New Zealand dengan kesimpulan semua variabel makroekonomi berpengaruh secara signifikan terhadap return saham yang tergabung dalam NZSE index. Victor dan Kuwornu (2011) meneliti pengaruh variabel makroekonomi terhadap return pasar saham Ghana dengan kesimpulan hanya variabel inflasi yang berpengaruh

Moh. Mansur (2009) melakukan penelitian dengan judul, “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dolar AS terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Bursa Efek Jakarta Periode Tahun 2000-2002”. Penelitian ini menghasilkan bahwa secara bersama-sama tingkat suku bunga SBI dan Kurs Dolar AS memberikan pengaruh yang signifikan. Tetapi secara individual menyimpulkan bahwa tingkat suku bunga SBI dalam periode 2000 sampai 2002 ternyata tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan Kurs Rupiah terhadap Dolar berpengaruh signifikan dan negatif. Artinya apabila rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS maka IHSG cenderung melemah dan sebaliknya.

Makaryanawati (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Suku Bunga dan Tingat Likuiditas Perusahaan terhadap Risiko Investasi Saham” dengan hasil bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap risiko investasi. Jika tingkat suku bunga tinggi, maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko investasi menjadi menurun. Sebaliknya jika tingkat suku bunga rendah, maka akan mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat.

dan Inflasi Terhadap Jakarta Islamic Index

1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap JII

Chairul Nazwar (2008) yang meneliti kaitan antara variabel makro ekonomi dengan return saham syariah, menemukan adanya pengaruh positif antara pertumbuhan GDP dan return saham syariah. Dengan meningkatnya kinerja ekonomi yang dicerminkan oleh pertumbuhan GDP, investor cenderung akan lebih banyak berinvestasi di pasar modal.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dengan Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) yang menyipulkan bahwa GDP memiliki pengaruh positif terhadap harga saham, meningkatnya pertumbuhan GDP juga dapat mengakibatkan naiknya daya beli masyarakat yang imbasnya bisa saja dirasakan oleh pasar saham. Dari paparan tersebut di atas dapat diajukan hipotesis berikut: H1 : Terdapat pengaruh positif Pertumbuhan GDP terhadap JII

2. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar

Gan, Lee, Yong dan Zhang (2006) dalam penelitiannya, menyimpulkan bahwa nilai tukar berpengaruh positif terhadap pasar saham. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa ketika nilai tukar suatu Negara mengalami depresiasi terhadap mata uang Negara lain. Maka akan menurunkan harga barang ekspor Negara tersebut, ini akan berdampak pada kenaikan jumlah permintaan ekspor, sehingga merangsang kinerja perusahaan dan menaikkan harga-harga saham dalam negeri.

bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh positif terhadap harga saham. Dalam penelitiannya disebutkan bahwa hubungan antara nilai tukar dan return saham didasari oleh teori ekonomi sederhana, dimana nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kestabilan harga. Ketika nilai tukar domestik menurun, harga barang ekspor akan turun sehingga meningkatkan produksin ekspor Negara.

Harga saham juga mempengaruhi nilai tukar uang melalui permintaan uang (money demand equation) yang membentuk suatu basis model alokasi portofolio dan moneter dari determinasi nilai tukar uang. Pada kondisi tertentu yang mencerminkan aktivitas ekonomi riil, perubahan harga saham menyebabkan peningkatan permintaan uang riil dan nilai mata uang domestik. Dari paparan diatas dapat diajukan hipotesis berikut: H2 : Terdapat pengaruh positif nilai tukar dollar terhadap rupiah JII

3. Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap JII

Banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham, salah satunya adalah tingkat suku bunga yang merupakan faktor di luar fundamental perusahaan. Tingkat suku bunga merupakan hal penting dan salah satu yang mempengaruhi resiko investasi. Jika tingkat suku bunga tinggi, maka akan mengakibatkan harga saham turun dan risiko investasi menjadi menurun. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga rendah, maka akan mengakibatkan harga saham naik dan risiko investasi menjadi meningkat (Makaryanawati, 2009).

menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara suku bunga dengan pasar saham. Dimana jika terjadi discount rate dan akhirya akan menurunkan present value, yang diakibatkan oleh ekspektasi investor.

Menurut Cahyono (2000) terdapat 2 penjelasan mengapa kenaikan suku bunga dapat mendorong harga saham ke bawah. Pertama, kenaikan suku bunga mengubah peta hasil investasi.

Kedua, kenaikan suku bunga akan memotong laba perusahaan. Hal ini terjadi dengan dua cara. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga emiten, sehingga labanya bisa terpangkas. Selain itu, ketika suku bunga tinggi, biaya produksi akan meningkat dan harga produk akan lebih mahal sehingga konsumen mungkin akan menunda pernbeliannya dan menyimpan dananya di bank. Akibatnya penjualan perusahaan menurun. Penurunan penjualan perusahaan dan laba akan menekan harga saham. Dari paparan di atas dapat diajukan hipotesis berikut: H3 : Terdapat pengaruh negatif suku bunga SBI terhadap JII

4. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap JII

Akash et al(2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh negatif dari inflasi terhadap return saham, dijelaskan bahwacdengan meningkatnya inflasi akan mengurangi nilai saham, sehingga akan menurunkan harga saham. Namun penelitian yang dilakukan Nantwi dan Kuwomu (2011), memperoleh hasil yang berbeda yaitu inflasi berpengaruh positif terhadap return saham, akan tetapi dijelaskan bahwa Akash et al(2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa ada pengaruh negatif dari inflasi terhadap return saham, dijelaskan bahwacdengan meningkatnya inflasi akan mengurangi nilai saham, sehingga akan menurunkan harga saham. Namun penelitian yang dilakukan Nantwi dan Kuwomu (2011), memperoleh hasil yang berbeda yaitu inflasi berpengaruh positif terhadap return saham, akan tetapi dijelaskan bahwa

D. Kerangka Berfikir Investasi saham dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik ekonomi maupun non ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah kondisi makro ekonomi, dimana kondisi tersebut tercermin dari indikator-indikator ekonomi moneter seperti tingkat inflasi, tingkat bunga, jumlah uang beredar, kurs valas, cadangan devisa, produk domestik bruto (PDB/GDP), neraca pembayaran dan sebagainya. Sementara faktor non ekonomi meliputi kondisi politik, tingkat pendidikan masyarakat, dan sebagainya.