Efek Antihelmintik Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis Indica L.) Pada Ascaris Suum, Goeze In Vitro

EFEK ANTIHELMINTIK EKSTRAK AKAR CEGUK ( Quisqualis

indica L.) PADA Ascaris suum, GOEZE IN VITRO

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANTONIUS BAGUS BUDI KURNIA G0009022

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012

DI SURAKARTA TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Ahli Madya pada Program Studi D-3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Oleh: DIAN PUSPITA SARI NIM. F3109023 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE DI SURAKARTA DIAN PUSPITA SARI F3109023

Perusahaan yang bergerak di bidang ekspor – impor terpisah batas kenegaraannya satu sama lain dengan konsumennya. PT Iskandar Indah Printing Textile adalah perusahaan ekspor yang bergerak di bidang textile di Surakarta. Perusahaan ini telah mengekspor produknya ke berbagai negara, yaitu Perancis, Malaysia, Arab Saudi, Singapura, Nepal, India dan negara – negara di Timur Tengah. Oleh karena itu diperlukan cara pemasaran yang tepat untuk memungkinkan adanya hubungan antara PT Iskandar Indah Printing Textile selaku produsen dan eksportir di satu pihak dengan konsumen di lain pihak.

Penulis melakukan penelitian di PT Iskandar Indah Printing Textile dengan tujuan mengetahui pemasaran ekspor dengan menggunakan export broker, proses ekspor dengan bantuan export broker, dan kendala – kendala ekspor yang dihadapai perusahaan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah dengan metode deskriptif, dalam penulisan ini penulis mengamati obyek penelitian dan menggambarkan suatu keadaan yang ada di dalam obyek penelitian tersebut. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada pihak yang berkompeten di PT Iskandar Indah Printing Textile, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku maupun sumber bacaan lainnya.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa PT Iskandar Indah Printing Textile dalam pemasaran ekspornya menggunakan export broker dimana export broker berperan sebagai pihak yang mempertemukan PT Iskandar Indah Printing Textile selaku penjual atau eksportir dengan pembeli di luar negeri atau importir. Peranan export broker sangat membantu pemasaran dan proses ekspor pada perusahaan. Kendala – kendala ekspor yang dihadapi perusahaan ialah nilai tukar rupiah terhadap dollar, peniruan motif, persaingan usaha, lesunya permintaan pasar, dan tidak ada jaminan perilaku etis dari export broker.

Saran yang diajukan adalah perusahaan melakukan inovasi terhadap produknya dan menghasilkan produk yang identik dengan perusahaan agar tidak mudah ditiru, melakukan kesepakatan pembayaran dengan mata uang rupiah untuk menghindari menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, perusahaan seharusnya membidik pasar ekspor baru, dan sebaiknya melakukan kontrak dagang menggunakan sales contract serta sistem pembayaran menggunakan Letter of Credit (L/C).

Kata Kunci : Pemasaran Ekspor, Export Broker, Proses Ekspor

ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE DIAN PUSPITA SARI F3109023

Companies engaged in import – export have a limit of being separated from each other with their customers. PT Iskandar Indah Printing Textile is a company engaged in the export of textiles in Surakarta. This company has been exporting its products to various countries, namely France, Malaysia, Saudi Arabia, Singapore, Nepal, India and many countries in the Middle East. Therefore we need a way of marketing that allows a relationship between PT Iskandar Indah Printing Textile as manufacturers and exporters on the one hand by the consumer on the other.

The author conducted research in PT Iskandar Indah Printing Textile with the purpose of researching export marketing by using the export broker, the export process with the help of export broker, and constraints faced by the company's exports.

The research method used in the writing of this final project is a descriptive method, in this paper the author observed the object of research and describes a situation inside the object of study. The data used in this study were primary and secondary data. Primary data obtained through interviews directly to the competent authorities in PT Iskandar Indah Printing Textile, while the secondary data obtained from books and other reading sources.

It can be concluded that the PT Iskandar Indah Printing Textile in its exports marketing using export broker as a party that brings the PT Iskandar Indah Printing Textile as a seller or exporter with overseas buyers or importers. The role of export marketing and brokerage are contributing a great help to the company's export process. Constraints that companies face in this export marketing are the export value of the rupiah against the dollar, imitation motif, competition, sluggish market demand, and there is no guarantee of ethical behavior from export broker.

It is best for the company to innovate their products and produce products that are belong only with the company and not easily imitated, to deal with the rupiah currency payments to avoid the strengthening of the rupiah against the dollar, the company should target new export markets, and should make use of commercial sales contract and payment systems using the Letter of Credit (L / C).

Keywords: Export Marketing, Export Broker, Export Process

♣ “Bukanlah suatu aib jika kamu gagal dalam suatu usaha, yang merupakan aib adalah jika kamu tidak bangkit dari kegagalan itu.

” - Ali bin Abu Thalib

♣ “Somewhere, something incredible is waiting to be known.” -

Carl Sagan

♣ “Learning is a process. Don’t expect everything can change in seconds. Keep trying, keep learning, keep praying. You’ll see the

result.”

♣ “Hidup itu adalah rangkaian perjuangan demi perjuangan.”

PERSEMBAHAN

© Allah SWT

Tiada hentinya saya ucapkan rasa syukur atas karunia yang diberikanNya hingga saya bisa berada di sebuah titik dari beribu titik kehidupan yang harus dilalui.

© Orangtua Tercinta

My deepest gratitude goes to my beloved parents. Terima kasih atas segala limpahan kasih sayang, doa, dan dukungan Bapak dan Ibu yang membuat saya selalu

© My lovely sister

My lovely sister, Riana Nur Pratiwi, besar harapan kakak menjadi contoh yang baik sehingga kelak kamu mampu lebih hebat dari kakak.

© Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi

Terima kasih atas bimbingan, nasehat, dan dukungan yang selama ini Bapak berikan. Semoga yang Bapak lakukan dibalas dengan kelimpahan ridho-Nya.

© Keluarga Ibu Dra. Satiti Wustiyani, MM

Terima kasih atas semangat, bantuan, dan dukungan dalam segala hal sehingga saya bisa termotivasi agar tugas akhir ini selesai dengan tepat waktu sesuai target yang sudah direncanakan.

© My beloved friends

My special thank to all my beloved friends: Arum, Vivi, Kiki, Anita, Nuritia, Nissa, Okta, Novia, Ayu, Linda, Azalia, Rizki, Arum Safriana, Tri Jayati, Anindita, Yofita,

and Civi for all their kindness,thoughtfulness, supports, and prayers until this final project has been finished.

© Teman-teman Bisnis Internasional 2009

Terima kasih teman-teman atas kebersamaan kita selama 3 tahun ini. We made a lot of great memories that I will never be forgotten.

© Almamater

Terima kasih kepada almamater, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang begitu banyak ilmu yang diperoleh disini dan hasil dari Tugas Akhir ini merupakan buah dari pendidikan yang telah diterima selama 3 tahun di tempat yang sangat prestigious ini.

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul “Pemasaran

Ekspor Menggunakan Export Broker Pada PT Iskandar Indah Printing

Textile”. Tujuan penulisan tugas akhir ini guna memenuhi persyaratan untuk mencapai gelar ahli madya pada program studi D3 Bisnis Internasional Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Terselesaikannya tugas akhir ini tentunya tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dorongan, dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang telah mambantu, yaitu sebagai berikut :

1. Dr. Wisnu Untoro, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Hari Murti, MSi selaku Ketua Program Studi Bisnis Internasional pada Program Diploma 3 Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi selaku dosen pembimbing magang dan tugas akhir yang telah berkenan memberikan waktu, bimbingan, dukungan, pikiran, dan tenaga yang tak ternilai untuk membimbing penulis sehingga tersusunnya tugas akhir ini.

4. Seluruh dosen pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bekal materi kepada penulis dengan memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat.

5. Bapak Bambang Setiawan selaku pimpinan PT Iskandar Indah Printing Textile yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan magang kerja dan penelitian.

6. Bapak Wahyono selaku Marketing Manager PT Iskandar Indah Printing Textile dan staff – staff marketing yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan data – data perusahaan yang dibutuhkan.

ternilai kepada penulis sehingga dapat melakukan magang kerja dan penelitian terhadap perusahaan dengan baik dan lancar.

8. Seluruh staff dan karyawan PT Iskandar Indah Printing Textile yang telah memberikan bantuan, dukungan, pengalaman dan semangat kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu yang selalu mencurahkan doa, nasehat, dukungan, dan motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya tugas akhir ini. Penulis mutlak berterima kasih kepada mereka atas jasa – jasanya yang terkira.

10. Teman – teman D3 Bisnis Internasional angkatan 2009 yang selalu berjuang bersama – sama, terimakasih atas bantuannya. Tetap semangat!

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam pencapaian tugas akhir ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih sebesar – besarnya.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pihak – pihak yang membutuhkan.

Surakarta, 10 Mei 2012

Penulis

DAFTAR TABEL

3.1 Jumlah Karyawan dan Pembagian Kerja .................................................

47

DAFTAR GAMBAR

3.1 Struktur Organisasi PT Iskandar Indah Printing Textile ..........................

40

3.2 Proses Produksi Tenun .............................................................................

55

3.3 Proses Produksi Printing ..........................................................................

59

3.4 Proses Ekspor Menggunakan Export Broker ...........................................

76

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Pernyataan

2. Surat Keterangan Magang

3. Company Profile

4. Order Sheet

5. Persetujuan Ekspor Barang (PEB)

6. Invoice

7. Packing List

8. Surat Keterangan Asal (SKA)

9. Bill of Lading

10. Persetujuan Ekspor

PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

sepanjang pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 16 Oktober 2012

Antonius Bagus Budi Kurnia NIM. G0009022

Antonius Bagus Budi Kurnia, G0009022, 2012. Efek Antihelmintik Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis indica L.) pada Ascaris suum, Goeze In Vitro. Skripsi

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Akar ceguk (Quisqualis indica L.) mengandung saponin dan potassium quisqualata yang telah diketahui memiliki efek antihelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) terhadap mortalitas Ascaris suum, Goeze In Vitro.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah cacing Ascaris suum, Goeze dewasa yang aktif bergerak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dibagi dalam

7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 cacing, replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Kelompok kontrol negatif menggunakan larutan garam fisiologis, kelompok kontrol positif menggunakan pirantel pamoat 5 mg/ml sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak Akar ceguk (Quisqualis indica L.) konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, dan 90%. Cacing direndam dalam larutan uji sebanyak 25 ml dan diinkubasi pada suhu 37°C. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam dan dihitung jumlah cacing yang mati. Data dianalisis dengan uji regresi linier, dan analisis probit.

Hasil penelitian : Hasil pengamatan rerata waktu kematian total Ascaris suum, Goeze kontrol negatif selama 96 jam, kontrol positif 1,25 jam, konsentrasi 50%, 60%, 70%, 80%, 90% selama 11,5 jam, 9,5 jam, 8 jam, 5,75 jam dan 3,5 jam. Hasil uji Saphiro Wilk didapatkan bahwa distribusi data yang normal (p > 0,05). Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa variasi nilai konsentrasi

mempengaruhi lama kematian cacing. Hasil analisis probit diperoleh LC 50 dan LT 50 ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) adalah 69,800% dan 3,904 jam.

Simpulan penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa akar ceguk (Quisqualis indica L.) mempengaruhi mortalitas Ascaris suum, Goeze In Vitro, peningkatan konsentrasi ekstrak diikuti dengan peningkatan jumlah kematian cacing

Kata kunci : Ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.), Ascaris suum, Goeze

ABSTRACT

Antonius Bagus Budi Kurnia, G0009022, 2012. Effect of Anthelmintic Radix Quisqualis indica L. Extract on Ascaris suum, Goeze In Vitro. Mini Thesis

Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Background : Radix Quisqualis indica L. contain saponins and potassium quisqualata that have been known to have anthelmintic effect. This study aimed to determine the effect of radix Quisqualis indica L. extract toward mortality of Ascaris suum , Goeze In Vitro

Methods : The study was a laboratory experimental research using the post-test only controlled group design. Subjects were adult Ascaris suum, Goeze . The sampling technique used was purposive sampling. Subjects were divided into 7 groups, each group consisting of 4 worms, replication performed 4 times. Saline solution was used in negative control group, pyrantel pamoate 5 mg/ml was used in positive control group, while the treatment group used guava leaf extract concentration of 50%, 60%, 70%, 80%, and 90%. Worms immersed in the test solution at 25 ml and incubated at 37°C. Observations were made every 1 hour and counted the number of dead worms. Data were analyzed with regression linier and probit analysis.

Results : Observations of total deaths mean time Ascaris suum, Goeze negative control for 96 hours, the positive control 1.25 hours, the concentration of 50%, 60%, 70%, 80%, 90% for 11.5 hours, 9.5 hours, 8 hours, 5.75 hours and 3.5 hours. Shapiro Wilk test results found that the normal distribution of the data (p > 0.05). Linear regression test results show that the variation of the concentration affects long worm death. Probit analysis results obtained LC50 and LT50 radix Quisqualis indica L. extract is 69.800% and 3.904 hours.

Conclusion : Based on this study, it can be concluded that the radix Quisqualis indica L. extract affects mortality of Ascaris suum, Goeze In Vitro, the increased concentration of extract increases the number of deaths of worms.

Keywords: radix Quisqualis indica L. extract, Ascaris suum, Goeze

Segala puji, hormat dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME yang telah memberikan hikmah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini yang berjudul Efek Antihelmintik Ekstrak Akar Ceguk ( Quisqualis indica L.) pada Ascaris suum, Goeze In Vitro. Penelitian tugas karya akhir ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tugas karya akhir ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh rasa hormat ucapan terima kasih yang dalam saya berikan kepada:

1. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes selaku Tim Skripsi FK UNS, atas kepercayaan, bimbingan, koreksi dan perhatian yang sangat besar sehingga terselesainya skripsi ini.

3. Sri Haryati, Dra., M.Kes selaku Pembimbing Utama yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

4. FX. Bambang Sukilarso S., dr., Sp.ParK selaku Pembimbing Pendamping yang telah menyediakan waktu untuk membimbing hingga terselesainya skripsi ini.

5. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes. selaku Penguji Utama yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ipop Syarifah, Dra., M.Si selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan banyak kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap Staf Skripsi FK UNS dan Staf Laboratorium Parasitologi dan Mikologi FK UNS untuk segala bantuan & kemudahan.

8. Yang tercinta kedua orang tua saya, kakak, seluruh keluarga besar, partner, sahabat terdekat, teman kelompok dan angkatan 2009 yang senantiasa mendoakan tiada henti, dan memberikan support dalam segala hal sehingga terselesaikannya penelitian ini.

9. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu proses penelitian tugas karya akhir ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu. Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 16 Oktober 2012 Antonius Bagus Budi Kurnia

J. Teknik Analisis Data ...................................................................... 32 BAB IV HASIL PENELITIAN........................................................................... 33

A. Data Hasil Penelitian ...................................................................... 33

B. Analisis Data ................................................................................... 39

BAB V PEMBAHASAN.................................................................................... 44 BAB VI PENUTUP ............................................................................................. 48

A. Simpulan .......................................................................................... 48

B. Saran ................................................................................................ 48

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 49 LAMPIRAN............................................................................................................ 53

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman dan Buah Ceguk (Quisqualis indica L.) ........................ 14

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 20 Gambar 3.1. Skema Penelitian Pendahuluan ...................................................... 26 Gambar 3.2. Skema Penelitian Lanjutan ............................................................. 27 Gambar 4.1. Diagram Rerata Waktu Total Kematian Ascaris suum, Goeze .... 35 Gambar 4.2. Diagram Persentase Efek Antihelmintik Ekstrak Akar Ceguk

(Quisqualis indica L.) Dibanding Pirantel Pamoat ....................... 37

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Lama Kematian Ascaris suum, Goeze pada Penelitian Pendahuluan 33 Tabel 4.2. Hasil Pengamatan Waktu Kematian Total Ascaris suum, Goeze ... 34 Tabel 4.3. Persentase Daya Antihelmintik Ekstrak Akar Ceguk

(Quisqualis indica L.) Dibandingkan Pirantel Pamoat .................... 36

Tabel 4.4. Lethal Concentration Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis indica L.) .. 41 Tabel 4.5. Lethal Time Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis indica L.) .................. 42 Tabel 4.6. Lethal Time Pirantel Pamoat ............................................................... 42

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 53 Lampiran 2. Uji Saphiro-Wilk ............................................................................. 56 Lampiran 3. Uji Regresi Linier ............................................................................ 57

Lampiran 4. LC 50 Ekstrak Akar Ceguk ............................................................... 59 Lampiran 5. LT 50 Ekstrak Akar Ceguk ............................................................... 61 Lampiran 6. LT 50 Pirantel Pamoat ....................................................................... 63

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian .................................................................. 65

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit cacingan pada umumnya banyak ditemukan di negara-negara tropis. Prevalensi cacing masih cukup tinggi di Indonesia, terutama infeksi yang ditularkan oleh Ascaris lumbricoides, yang berkisar antara 50-80% (Sumarni, 1991). Di daerah kumuh kota Jakarta infeksi askariasis sudah ditemukan pada bayi berumur kurang dari satu tahun. Pada umur satu tahun, 80%-100% di antara kelompok anak ini pernah terkena infeksi askariasis. Usia anak termuda yang mendapat infeksi askariasis adalah 16 minggu. Hal ini terjadi karena kebiasaan defekasi sekitar rumah, makan tanpa cuci tangan, bermain-main di tanah sekitar rumah, maka khususnya Balita akan terus- menerus mendapat reinfeksi (Margono, 2004).

Angka prevalensi penyakit askariasis tersebut di atas menunjukkan bahwa kasus askariasis di dunia maupun di Indonesia masih tinggi, Infeksi berat oleh cacing ini banyak menimbulkan kerugian bagi manusia seperti menyebabkan obstruksi usus, berkurangnya nafsu makan, diare dan konstipasi. Banyaknya cacing dewasa dalam usus juga dapat menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi terutama pada anak-anak yang tentu akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak (Laskey, 2007).

mengurangi cacing dalam lumen usus, kebanyakan diberikan secara oral, saat sebelum makan atau setelah makan. Obat yang sering digunakan sampai sekarang adalah mebendazol, pirantel pamoat, piperazin, dan levamizol (Mardjono, 2009). Mebendazol mempunyai efek samping mual ringan, muntah, diare, nyeri perut, gatal, kulit kemerahan, eosinofilia, demam, nyeri musculoskeletal, iritasi lambung, fungsi hati abnormal. Pirantel pamoat memiliki efek samping rasa mual, muntah, diare, pusing, ruam kulit, dan demam. Piperazin memiliki efek samping pusing, rasa melayang, gangguan penglihatan (Katzung, 1998), Berdasarkan alasan di atas maka penggunaan bahan yang berasal dari tumbuhan perlu dipertimbangkan sebagai obat cacing untuk mengurangi efek samping obat kimiawi, jika mungkin berpengaruh terhadap mortalitas cacing tersebut.

Salah satu jenis tanaman di Indonesia yang dilaporkan dapat digunakan sebagai antihelmintik adalah ceguk dengan nama latin Quisqualis indica L. Ceguk adalah tanaman yang banyak tumbuh di daerah tropis. Di Indonesia akar dan buah kering atau bijinya setelah dibuat dekok dapat digunakan sebagai obat anti cacing (Lyli, 1980). Menurut Depkes RI (2000) ceguk merupakan salah satu tanaman obat yang digunakan dalam ramuan obat cacing. Bagian tanaman yang digunakan sebaiknya adalah biji dari buah yang masak, namun apabila tidak ada biji, dapat diganti dengan akarnya. Ceguk sebagai tanaman obat cacing dimanfaatkan dengan 3 cara yaitu direbus, ditumbuk, dan disangrai.

telah dilakukan mengenai pengenalan khasiat ceguk sebagai salah satu tanaman obat Indonesia menunjukkan akar, buah, biji, pucuk dan benang sari dapat digunakan sebagai obat cacing terutama cacing gelang dan cacing kremi. Hasil inventarisasi mengenai khasiat ceguk di Indonesia dapat digunakan sebagai obat cacing, pembesaran limpa dan masalah kurang gizi.

Penelitian yang dilakukan oleh Gunarti dan Banarti (2000) melaporkan adanya efek antihelmintik infusa radix Quisqualis indica L. terhadap cacing Ascaris suum secara In Vitro. Infusa radix Quisqualis indica L. menunjukkan kematian terbesar (100%) pada konsentrasi 50% dalam 12 jam. Uji ini menggunakan kontrol positif piperasin sitrat yang menunjukkan kematian terbesar (100%) terjadi pada perendaman dengan konsentrasi 25%.

Berdasar uraian di atas peneliti ingin melanjutkan penelitian untuk mengetahui apakah ada efek antihelmintik ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) pada Ascaris suum, Goeze secara In Vitro.

B. Perumusan Masalah

Apakah ada efek antihelmintik ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) pada Ascaris suum, Goeze secara In Vitro?

C. Tujuan Penelitian

Mengetahui adanya efek antihelmintik ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze secara In Vitro.

D. Manfaat Penelitian

1. Aspek Teoritis Menyajikan data ilmiah mengenai efek antihelmintik ekstrak akar Quisqualis indica L. terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze.

2. Aspek Aplikatif Memberikan informasi tentang khasiat antihelmintik akar ceguk (Quisqualis indica L.) yang diharapkan dapat menjadi obat alternatif yang mudah didapat dan murah harganya.

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Ascaris lumbricoides

a. Taksonomi Kingdom

: Scernentea (Phasmidia) Bangsa : Ascaridia

: Ascaris lumbricoides

(Beaver et al., 1984)

b. Morfologi

Cacing dewasa mempunyai ukuran paling besar di antara nematoda intestinal yang lain. Bentuknya silindrik, ujung anterior lancip. Bagian anterior dilengkapi oleh tiga bibir (triplet) yang tumbuh dengan sempurna. Cacing jantan panjangnya 15-31 cm dengan ujung posterior lancip dan melengkung ke arah ventral,

Cacing betina panjangnya 20-35 cm dengan ujung posteriornya membulat dan lurus dan 1/3 dari anterior tubuhnya terdapat cincin kopulasi (Onggowaluyo, 2002). Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Cacing betina dewasa dapat bertelur hingga 200.000 telur per hari. Terdapat 2 macam telur, yaitu telur yang dibuahi (telur fertil) dan tidak dibuahi (telur infertil). Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia (Gandahusada et al., 2000).

Telur berbentuk ovoid, mempunyai ukuran 45-75 mikron x 35-50 mikron dan mempunyai dinding 3 lapis : lapisan yang paling dalam tipis halus, vitelin, dan lipoidol, serta tidak dapat ditembus (membran vitelina); lapisan yang tengah tebal jernih (selubung hialin); lapis yang paling luar tebal dan berbenjol-benjol kasar atau berlekuk-lekuk (lapisan albuminoid), biasanya terwarnai oleh pigmen empedu di dalam intestinum sehingga berwarna coklat keemasan (Utari, 2002).

c. Habitat dan Siklus Hidup

Ascaris lumbricoides tidak membutuhkan hospes perantara. Hospes utamanya adalah manusia, tetapi juga dapat hidup di babi, babi hutan, simpanse, gorila, orangutan, siamang, dan lain-lain (Miyazaki, 1991). Infeksi pada manusia terjadi karena menelan telur cacing yang dibuahi (infektif), yang berasal dari tanah yang terkontaminasi. Pada saluran pencernaan, telur menempel pada

ini kemudian melakukan penetrasi ke dinding saluran cerna, masuk pembuluh porta lalu dibawa ke jantung, dan dari sini kemudian larva dibawa ke sirkulasi pulmonal menuju paru. Larva di paru menembus kapiler paru, dan setelah 10 hari berada di paru larva menembus dinding alveoli, migrasi ke bronki lalu mencapai trakhea dan faring, kemudian tertelan. Larva kemudian berubah menjadi cacing dewasa di saluran cerna, yang akhirnya menghasilkan telur yang akan keluar lewat feses. Keseluruhan proses daur hidup cacing mulai dari telur tertelan sampai cacing dewasa bertelur membutuhkan waktu 8-12 minggu. Selama hidupnya, cacing betina dewasa mampu menghasilkan lebih dari 60.000.000 telur (Garcia, 2001).

d. Patogenesis dan Gejala klinis

Patogenesis yang disebabkan infeksi Ascaris lumbricoides berhubungan dengan respon imun hospes, efek migrasi larva, efek mekanik cacing dewasa, defisiensi gizi akibat keberadaan cacing dewasanya (Garcia dan Bruckner, 1996).

Larva cacing ketika menembus kapiler paru dan sampai ke saluran pernapasan, dapat terjadi perdarahan kecil di berbagai tempat yang dilaluinya. Jika infeksi berat, akan menyebabkan akumulasi darah, yang akan menginisiasi edema dan akhirnya terjadi sumbatan pada jalan napas. Kongesti ini ditambah dengan akumulasi sel darah putih dan sel epitel mati, disebut dengan

Janovy, 2005). Ascaris pneumonitis ini biasanya disertai dengan reaksi alergi yang terdiri dari dyspnea, batuk kering maupun batuk produktif, wheezing, demam (39,9-40ºC), dan eosinofilia.

Migrasi cacing dewasa mengakibatkan terjadinya sumbatan saluran cerna, yang kemudian dapat masuk ke saluran empedu, saluran pankreas, atau masuk ke dalam hati dan cavum peritoneal. Cacing dewasa ini juga dapat migrasi keluar lewat anus, mulut, atau hidung (Garcia, 2001). Pada anak-anak, dapat terjadi malnutrisi, pertumbuhan yang tidak sempurna, dan ketidakseimbangan kemampuan kognitif, jika infeksinya berat (Roberts dan Janovy, 2005).

e. Diagnosis

Penegakan diagnosis pada fase intestinal dapat dibuat dengan menemukan telur dan cacing dewasa dalam tinja. Telur dapat ditemukan dengan mudah pada sediaan basah langsung atau sediaan basah dari sedimen yang sudah dikonsentrasikan. Diagnosis pada fase migrasi larva dapat dibuat dengan menemukan larva dalam sputum atau bilas lambung. Cacing dewasa dapat ditemukan dengan pemberian antihelmintik atau keluar dengan sendirinya melalui mulut karena muntah atau melalui anus bersama tinja (Onggowaluyo, 2002).

Obat yang sering digunakan untuk membasmi cacing ini adalah :

1) Mebendazol

Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari selama 3 hari (Pohan, 2006). Efek samping obat ini adalah mual ringan, muntah, diare, nyeri perut, gatal, kulit kemerahan, eosinofilia, demam, nyeri muskuloskeletal, iritasi lambung, fungsi hati abnormal (Katzung, 1998).

2) Piperazin

Obat ini diberikan dengan dosis sebagai berikut : berat badan 0-15 kg : 1 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut; berat badan 15-25 kg : 2 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut; berat badan : 25-50 kg : 3 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut; berat badan lebih dari 50 kg : 3,5 gr sekali sehari selama 2 hari berturut-turut.

Satu tablet obat ini mengandung 250 mg dan 500 mg piperazin. Efek samping penggunaan obat ini adalah pusing, rasa melayang, dan gangguan penglihatan (Pohan, 2006).

3) Pirantel pamoat

Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan, maksimum 1 gr. Efek samping obat ini adalah rasa mual, muntah, diare, pusing, ruam kulit dan demam (Katzung, 1998). Pirantel pamoat menimbulkan depolarisasi pada otot cacing Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan, maksimum 1 gr. Efek samping obat ini adalah rasa mual, muntah, diare, pusing, ruam kulit dan demam (Katzung, 1998). Pirantel pamoat menimbulkan depolarisasi pada otot cacing

4) Albendazol

Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 400 mg (Pohan, 2006). Efek samping obat ini adalah diare, sakit kepala, lesu, susah tidur pada 6% penderita, gangguan epigastrik ringan. Kontra indikasinya yaitu pada anak kurang dari 2 tahun, wanita hamil, penderita sirosis hepatik (Katzung, 1998).

5) Levamisol

Obat ini cukup efektif bila diberikan dengan dosis tunggal 150 mg (Pohan, 2006).

a. Taksonomi Kingdom

: Scernentea (Phasmidia) Bangsa : Ascaridia

: Ascaris suum, Goeze

(Loreille, 2003)

b. Morfologi

Cacing Ascaris suum, Goeze disebut juga Ascaris suilla yang secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides mulai dari telur sampai bentuk dewasa. Kemiripan morfologi keduanya tidak dapat dibedakan dengan mikroskop cahaya biasa, tetapi menunjukkan sedikit perbedaan pada deretan gigi dan bentuk bibirnya dengan mikroskop elektron (Gregers, 2006). Ukuran panjang cacing jantan dewasa dapat mencapai 28 cm, sedangkan cacing betina dewasa dapat mencapai 35 cm. Cacing dewasa betina juga menghasilkan dua macam telur seperti Ascaris lumbricoides, Cacing Ascaris suum, Goeze disebut juga Ascaris suilla yang secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides mulai dari telur sampai bentuk dewasa. Kemiripan morfologi keduanya tidak dapat dibedakan dengan mikroskop cahaya biasa, tetapi menunjukkan sedikit perbedaan pada deretan gigi dan bentuk bibirnya dengan mikroskop elektron (Gregers, 2006). Ukuran panjang cacing jantan dewasa dapat mencapai 28 cm, sedangkan cacing betina dewasa dapat mencapai 35 cm. Cacing dewasa betina juga menghasilkan dua macam telur seperti Ascaris lumbricoides,

Hospes utama untuk cacing ini adalah babi, tetapi cacing ini dapat juga menjadi parasit pada manusia, kambing, domba, dan anjing (Noble dan Noble, 1989). Siklus hidup dan cara infeksi antara Ascaris suum, Goeze dengan Ascaris lumbricoides tidak ada perbedaan. Secara garis besar kedua cacing ini memiliki kemiripan morfologi dan kekerabatan yang dekat (Miyazaki, 1991).

3. Tanaman Ceguk (Quisqualis indica L.)

a. Taksonomi Kingdom

Sub Divisi

: Quisqualis indica L.

(Syamsuhidayat, 1991)

b. Nama Daerah

Ceguk mempunyai nama-nama lain seperti burma creeper, chinese honeysuckle, rangoon creeper (Inggris); akar dani selimpas, udani (Malaysia); niyog-niyogan, balitadham, tartaraok (Filipina); Ceguk mempunyai nama-nama lain seperti burma creeper, chinese honeysuckle, rangoon creeper (Inggris); akar dani selimpas, udani (Malaysia); niyog-niyogan, balitadham, tartaraok (Filipina);

c. Deskripsi

Tanaman ceguk asalnya dari Myanmar dan dapat ditemukan sampai ketinggian 600m dpl. Tanaman ini banyak ditemukan di daerah tropis. Ceguk tumbuh liar di hutan dan di ladang dimanfaatkan sebagai tanaman hias atau tanaman obat.

Tanaman ceguk bersifat perdu, merambat atau memanjat, memiliki tinggi 2-8 m, batang berkayu, bercabang, cabang muda berwarna hijau, dan berduri. Tangkai dan daun muda ditumbuhi rambut halus berwarna coklat kuning. Daun tunggal, letak berhadapan dan bertangkai pendek. Helaian daun bulat telur memanjang sampai jorong, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, tulang daun menyirip, berwarna hijau, panjang 5-18,5 cm dan lebar 2,5-9 cm. Bunga majemuk dan tersusun dalam bulir yang keluar dari ujung tangkai. Bunga bertangkai panjang dengan 5 helai mahkota bunga yang warnanya dapat berubah dari putih kemerahan menjadi merah keunguan, baunya harum. Buah bersegi lima, berbentuk memanjang, ujung dan pangkal menyempit, panjang 2-3 cm, memiliki rasa seperti Tanaman ceguk bersifat perdu, merambat atau memanjat, memiliki tinggi 2-8 m, batang berkayu, bercabang, cabang muda berwarna hijau, dan berduri. Tangkai dan daun muda ditumbuhi rambut halus berwarna coklat kuning. Daun tunggal, letak berhadapan dan bertangkai pendek. Helaian daun bulat telur memanjang sampai jorong, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, tulang daun menyirip, berwarna hijau, panjang 5-18,5 cm dan lebar 2,5-9 cm. Bunga majemuk dan tersusun dalam bulir yang keluar dari ujung tangkai. Bunga bertangkai panjang dengan 5 helai mahkota bunga yang warnanya dapat berubah dari putih kemerahan menjadi merah keunguan, baunya harum. Buah bersegi lima, berbentuk memanjang, ujung dan pangkal menyempit, panjang 2-3 cm, memiliki rasa seperti

Akar tunggang dan berwarna coklat. Perbanyakan tumbuhan ceguk dengan biji atau stek batang. Ceguk dirawat dengan disiram air cukup, dijaga kelembaban tanahnya, dan dipupuk dengan pupuk organik (Hariana, 2005).

Gambar 1. Tanaman dan Buah Ceguk (Quisqualis indica L.) (Dalimartha, 2006)

d. Kandungan Kimia

Buah masak Quisqualis indica L. mengandung potassium quisqualata dengan sejumlah besar minyak (20-27%), trigonelline, dan pyridine (Chany dan But, 1987). Biji Quisqualis indica L. mengandung minyak lemak yang terdiri dari myristik, palmitic, stearic, oleic, dan asam linolea, garam potassium, asam quisqualis, Buah masak Quisqualis indica L. mengandung potassium quisqualata dengan sejumlah besar minyak (20-27%), trigonelline, dan pyridine (Chany dan But, 1987). Biji Quisqualis indica L. mengandung minyak lemak yang terdiri dari myristik, palmitic, stearic, oleic, dan asam linolea, garam potassium, asam quisqualis,

Daun dan tangkai mengandung tanin, saponin, sulfur, kalsium oksalat, lemak, peroksidase, protein. Akar mengandung alkaloida, flavonoida, polifenol, saponin, garam potassium, dan asam quisqualis (Hutapea dan Syamsuhidayat, 1991). Ceguk bersifat manis dan menetralkan (Dalimartha, 2006). L-quisqualic acid (= β-3,5-dioxo- 1,2,4-oxodiazolidine-2yl)-L-alanine atau (S)- α-amino-3,5-dioxo- 1,2,4-oxodiazolidine-2-propanoic acid adalah komponen aktif yang menunjukkan aktifitas sebagai antihelmintik (Padua, 1999)

Akar ceguk mengandung gugus fungsi pada senyawa flavonoid, dapat berperan sebagai penangkap radikal bebas hidroksi (OH) sehingga tidak mengoksidasi lemak, protein dan DNA dalam sel (Salamah et al, 2008; Harbone, 1987). Akar ceguk juga mengandung saponin. Saponin merupakan suatu jenis glikosida yang mempunyai rasa pahit. Cara kerjanya adalah dengan menurunkan tegangan permukaan pada dinding membran sitoplasma. Walaupun bersifat toksik, zat ini tidak berbahaya bagi manusia. Hal ini dikarenakan berat jenis molekulnya yang tinggi sehingga tidak diabsorbsi oleh tubuh (Nio, 1989). Saponin dapat berpotensi sebagai antihelmintik karena bekerja dengan cara menghambat enzim asetilkolinesterase, sehingga cacing akan mengalami paralisis otot dan berujung pada kematian (Kuntari, 2008).

mengandung potassium quisqualata. Potassium quisqualata terdiri dari garam potassium yang menyebabkan menurunnya tegangan otot cacing dan asam quisqualis yang menyebabkan cacing mengalami paralisis kuat yang didahului dengan eksitasi. (Chany dan But, 1987).

Penelitian secara In Vitro dari ekstrak buah ceguk (Quisqualis indica L. ) pada konsentrasi 10% dalam air efektif terhadap Ascaris suum, Ancylostoma duodenale, dan Enterobius vermicularis (dapat menyebabkan kematian). Ekstrak biji pada cacing dapat menyebabkan paralisis kuat yang didahului eksitasi. Sediaan yang berkhasiat adalah dekok dan ekstrak dalam air, sedang ekstrak dalam etanol pekat, eter dan kloroform serta abu dari biji kurang berkhasiat (Chany dan But, 1987).

e. Khasiat dan Kegunaan

Rasa buah ceguk manis, bersifat hangat, astringen, beracun (toksik). Simplisia ini masuk meridian limpa dan lambung, serta berkhasiat menyehatkan limpa, membunuh parasit, mematikan cacing usus, dan menormalkan fungsi pencernaan (Dalimartha, 2006). Quisqualis indica L. juga mempunyai sedikit khasiat sebagai pembasmi lalat buah (Darcus dorsalis), sebagai antifungal (Drechslera oryzae) dan anticoccidial ayam (Emeria tenella). Quisqualis indica L. juga mempunyai khasiat yang baik untuk Rasa buah ceguk manis, bersifat hangat, astringen, beracun (toksik). Simplisia ini masuk meridian limpa dan lambung, serta berkhasiat menyehatkan limpa, membunuh parasit, mematikan cacing usus, dan menormalkan fungsi pencernaan (Dalimartha, 2006). Quisqualis indica L. juga mempunyai sedikit khasiat sebagai pembasmi lalat buah (Darcus dorsalis), sebagai antifungal (Drechslera oryzae) dan anticoccidial ayam (Emeria tenella). Quisqualis indica L. juga mempunyai khasiat yang baik untuk

Buah ceguk digunakan untuk mengatasi cacingan, terutama cacing gelang (askariasis) dan cacing kremi (oxyuriasis), trichomonas di usus, anak-anak dengan berat badan kurang (malnutrisi), gangguan pencernaan pada anak, perut kembung pada disentri, diare dan radang ginjal (nephritis). Daun digunakan untuk batuk berdahak dan sakit kepala. Akar digunakan untuk obat cacing, meredakan batuk, kecikutan (hiccups), meringankan gejala pegal linu (rheumatism), rasa penuh di lambung (Dalimartha, 2006).

4. Metode Ekstraksi

Metode ekstraksi berdasarkan pelarut dapat dibagi menjadi dua cara, yaitu cara dingin dan cara panas.

a. Cara dingin

1) Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Maserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan pertama yang merata dan seterusnya.

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (Exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara panas

1) Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses sempurna.

2) Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinyu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3) Digesti

Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinyu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur

– 50 0 C.

4) Infusa

Infusa adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infusa tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 0 C) selama waktu tertentu (15-20 menit)

5) Dekok

Dekok adalah infusa pada waktu yang lebih lama ( ≥ 30 menit) dan temperatur sampai titik didih air (Departemen Kesehatan RI, 2000).

Peneliti menggunakan metode maserasi dengan pelarut air untuk mendapatkan kandungan kimia seperti garam potassium dan asam quisqualis pada akar Quisqualis indica L. Penggunaan air sebagai bahan ekstraksi dengan alasan karena air merupakan pelarut yang harganya murah, mudah didapat dan kerja pelarutnya baik untuk banyak zat aktif dalam tanaman. Air digunakan untuk ekstraksi obat terutama dalam kombinasi dengan pelarut air. Air mempunyai daya kelarutan yang tinggi terhadap beberapa zat tumbuhan seperti gula, gom, amilum zat warna dan tanin (Voight, 1995).

: Mengandung, berefek : variabel perancu yang mempengaruhi hasil penelitian : Hal yang dipengaruhi oleh variabel perancu

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

B. Hipotesis

Ektrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) memiliki efek antihelmintik terhadap Ascaris suum, Goeze secara In Vitro.

Ekstrak Akar Ceguk (Quisqualis

indica L.)

Alkaloid, flavonoid, polivenol, saponin, garam potassium, dan

asam quisqualis

Saponin

Garam potassium

Asam quisqualis

Kematian cacing

Ascaris suum, Goeze

Terkendali:

1. Jenis cacing 2. Suhu percobaan (37 0 C) 3. Ukuran panjang cacing

Tidak terkendali: 1. Umur cacing 2. Variasi kepekaan cacing

terhadap larutan uji 3. Kesehatan cacing

Menghambat enzim asetilkolinesterase (paralisis otot dan kematian)

Eksitasi dan paralisis

Melemahkan

otot

METODE PENELITIAN

A. Metodel Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium dengan rancangan penelitian the post test with controlled group design.

2. Lokasi Penelitian

Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau hewan uji adalah Ascaris suum, Goeze yang masih aktif bergerak diambil dari usus halus babi yang diperoleh dari tempat penyembelihan “Radjakaja” Kotamadya Surakarta.

4. Teknik Sampling

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menyamakan kondisi (dilihat dari gerakan, warna, dan keutuhan bagian tubuh) dan ukuran cacing.

Penentuan besar sampel dihitung dengan rumus Federer:

Keterangan : n = besar sampel t = jumlah kelompok perlakuan (Purawisastra, 2001)

(n-1) (t-1) ≥ 15 (n ฀1) (t฀1) ≥ 15

(n-1) (t-1) ≥ 15 (n-1) (7-1) ≥ 15

6n ≥ 21 n ≥ 3,5

Masing-masing kelompok akan memiliki besar sampel sebanyak 4 ekor cacing. Dengan rumus Federer juga dapat ditentukan besar pengulangan:

Keterangan : t = jumlah kelompok perlakuan r = replikasi (Purawisastra, 2001) Pada penelitian ini digunakan 7 kelompok perlakuan, maka:

(t-1) (r-1) ≥ 15 (7-1) (r-1) ≥ 15

6r ≥ 21 r ≥ 3,5

Dengan perhitungan di atas, maka tiap kelompok perlakuan akan direplikasi sebanyak 4 kali.

(t-1) (r-1) ≥ 15 (n ฀1) (t฀1) ≥ 15

a. Variabel Bebas Konsentrasi ekstrak akar Quisqualis indica L.

b. Variabel Terikat Kematian cacing dalam tiap perlakuan.

c. Variabel perancu

1) Variabel perancu yang terkendali

a) Jenis cacing

b) Suhu percobaan

c) Ukuran panjang cacing

2) Variabel perancu yang tidak terkendali

a) Umur cacing

b) Variasi kepekaan cacing terhadap larutan uji

c) Kesehatan cacing

6. Definisi Operasional Variabel

a. Konsentrasi ekstrak akar Quisqualis indica L. Konsentrasi ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) adalah konsentrasi yang dibuat dengan cara melarutkan ekstrak akar ceguk yang didapatkan melalui metode maserasi dengan pelarut aquades berupa gel. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini adalah 40%, 50%, dan 60% . Konsentrasi ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) 60% dianggap sebagai konsentrasi tertinggi atau konsentrasi 100% dalam penelitian. Konsentrasi 60% akan diencerkan a. Konsentrasi ekstrak akar Quisqualis indica L. Konsentrasi ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) adalah konsentrasi yang dibuat dengan cara melarutkan ekstrak akar ceguk yang didapatkan melalui metode maserasi dengan pelarut aquades berupa gel. Konsentrasi yang digunakan dalam penelitian pendahuluan ini adalah 40%, 50%, dan 60% . Konsentrasi ekstrak akar ceguk (Quisqualis indica L.) 60% dianggap sebagai konsentrasi tertinggi atau konsentrasi 100% dalam penelitian. Konsentrasi 60% akan diencerkan

Skala yang digunakan untuk variabel konsentrasi ekstrak akar Quisqualis indica L. adalah skala rasio (karena memiliki batas interval yang jelas dan nilai 0 absolut).

b. Kematian Cacing Kematian cacing adalah matinya semua cacing dalam tiap rendaman setelah pemberian perlakuan yang diukur dengan waktu. Cacing dianggap mati apabila disentuh dengan pinset anatomis tidak ada respon gerakan. Skala yang digunakan untuk variabel waktu kematian cacing adalah skala rasio (karena memiliki batas interval yang jelas dan nilai 0 absolut).

c. Variabel perancu terkendali

1) Jenis cacing