DESAIN INTERIOR ’’ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’ di SOLO

DESAIN INTERIOR ’’ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’ di SOLO

TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret

Disusun Oleh :

Ragil Triananda

C 0803024

FAKULTAS SASTRA DAN SENIRUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

DESAIN INTERIOR ’’ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC’’ di SOLO

Telah disetujui oleh Pembimbing untuk di Uji di hadapan Dewan Penguji

Disusun oleh

Ragil Triananda

C 0803024

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soepono Sasongko, M.Sn. Anung B Studyanto, S.Sn, MT NIP. 19570319 198903 1 001

NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn. NIP. 19621221 199201 1 001

Telah disahkan dan dipertanggung jawabkan pada sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada Tanggal 21 Januari 2011

Penguji :

Ketua

Mulyadi, S.Sn, M.Ds

NIP. 19730702 200212 1 001

Sekretaris

Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, MT

NIP. 19770612 20012 2 003

Penguji I

Drs. Soepono Sasongko, M.Sn.

NIP. 19570319 198903 1 001

Penguji II

Anung B Studyanto, S.Sn, MT

NIP. 19710816 200501 1 001

Mengetahui :

Ketua Jurusan Desain Interior

Drs. Rahmanu Widayat, MSn. NIP. 19621221 199201 1 001

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Sudarno, MA. NIP. 19530315 198506 1 001

Nama : Ragil Triananda NIM

: C 0803024

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “ Desain Interior Rockustik Cafe and Music di Solo ’’ adalah benar- benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.

Surakarta, 01 Februari 2011 Yang membuat pernyataan,

Ragil Triananda

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Papa Mamaku tercinta

2. Semua teman yang membantu TA ku

3. Semua rekan-rekan rock n blues seluruh indonesia

4. Saudara-saudariku se-Desain Interior, UNS

5. Semua rekan-rekan music solo

…Lakukanlah semuanya dengan pemikiran matang dan hati yang ikhlas…niscaya akan menghasilkan sesuatu yang indah…

Assalamu’alaikum. Wr. Wb Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir dengan judul Desain Interior Rockustik Cafe and Music

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Drs. Soepono Sasongko, M.Sn selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah Tugas Akhir.

4. Anung B.Studyanto, Ssn, M.T selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah Tugas Akhir.

5. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Koordinator Tugas Akhir

6. Mulyadi, S.Sn, M.Ds selaku Ketua sidang Tugas Akhir.

7. Mulyadi, S.Sn, M.Ds dan Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T selaku Penguji sidang Tugas Akhir.

8. Lu’lu Purwaningrum, S.Sn, M.T. selaku Pembimbing Akademik.

9. Civitas Akademis dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

10. Ibu dan Bapak, atas semua doa dan dukungannya selama ini…maaf pabila terlalu lama study-nya..matur nuwun sanget…

11. Sang bidadari penyelamatku Indriyani Micklem dan family 11. Sang bidadari penyelamatku Indriyani Micklem dan family

13. Terima kasih kepada Rockustik Skuad dan family (Sukro sabar beudh , Ilman cekip, Gosong jazz, Ayt, Klowor kentang, Daniel kenthung , Kethil , Olga mancing mania, Oscar cagak ting) serta semua sahabat-sahabat, yang selalu memotivasi penulis untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup sekarang dan selamanya. Jadikan blues sebagai pedoman hidupmu..

14. Semua sahabat-sahabat Desain Interior angkatan 2003 pada khususnya, angkatan-angkatan yang lainnya pada umumnya. Terima kasih, sahabat- sahabat. Berkat doa serta dukungan kalian, akhirnya sampai juga pada titik sekarang ini.

15. Semua kawan-kawan beserta tim yang telah membantu dengan baik mulai dari proses awal, proses pengerjaan, hingga proses akhir Tugas Akhir ini. Terima kasih sekali kawan. Allah SWT akan membalas kebaikan kalian semua.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan amalnya, Amin.

Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga dapat menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir ini dari pembaca. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, 01 Februari 2011 Penulis

Ragil Triananda

C 0803024

“ ROCKUSTIK CAFE AND MUSIC ’’ ABSTRAKSI

Ragil Triananda. C 0803024. 2011. Desain Interior Rockustik Cafe and Music di Solo Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Senirupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang akan dibahas dalam Desain Interior Rockustik cafe and music ini, yaitu (1) Bagaimana mendesain interior Rockustik Cafe and Music sebagai sarana informasi, edukasi, dan rekreasi yang inspiratif bagi pengunjung Cafe? (2) Bagaimana mendesain interior rockustik cafe and music

dengan penataan sistem yang interaktif tanpa meninggalkan aspek keamanan dan kenyamanan pengunjung? (3) Bagaimana mendesain interior rockustik cafe and music yang sesuai dengan karakter musik rock dengan pengaplikasian tema yang tepat?

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior rockustik cafe and music memerlukan proses desain yang matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior rockustik cafe and music, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Tema yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah “ROCK” dengan konsep one stop music service

2. Analisa Tapak ............................................................

67

B. Jadwal Operasional .........................................................

68

C. Pola Kegiatan ..................................................................

69

D. Kebutuhan Ruang ............................................................

69

E. Sistem Pelayanan ............................................................

70

F. Organisasi Ruang ............................................................

70

G. Hubungan Antar Ruang ...................................................

72

H. Jenis Ruang dan Fasilitas Ruang ......................................

73

I. Besaran Ruang ................................................................

75 J. Zoning dan Grouping ......................................................

77 K. Sirkulasi ..........................................................................

77 L. Konsep Desain ................................................................

78 BAB V PENUTUP .................................................................................. 87

A. Kesimpulan .............................................................................

87

B. Saran ........................................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88 LAMPIRAN ........................................................................................................ 90

Skema 1.1 Pola Pikir Desain ......................................................................

Skema 1.2 Model analisa interaktif ............................................................

Gambar 3.12 Operator room .....................................................................

64

Gambar 3.13 Stage ....................................................................................

64

Gambar 3.14 Stage ....................................................................................

65

Gambar 4.1 Peta Solo dan Site Plan Perancangan ....................................

61

Gambar 4.2 Bagan Pola kegiatan Pengunjung ......................................... 64 Gambar 4.3 Bagan Pola kegiatan Pengelola ............................................

64

Tabel 2.1 Organisasi ruang ......................................................................

23 Tabel 4.1

Analisa Tapak .........................................................................

68 Tabel 4.2

Organisasi ruang .......................................................................

Dinning room ...........................................................................

73 Tabel 4.5

Music shop ...............................................................................

Music studio .............................................................................

Besaran ruang kegiatan penerimaan .........................................

75

Tabel 4.10 Besaran ruang music outlet .......................................................

76

Tabel 4.11 Besaran ruang Café ..................................................................

76

Tabel 4.12 Kelompok kegiatan pengelola ...................................................

77

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Musik merupakan salah satu yang bisa dibilang sebuah media dari apa yang manusia rasakan. Apa yang manusia inginkan. Melalui musiklah, manusia dapat mengeluarkan segala jengah di dalam otak. Dapat mengeluarkan segala emosi yang selama ini terpendam.

Musik merupakan sebuah terapi, bagi mereka yang ingin merasakan bagaimana hidup yang sebenarnya. Terdapat sebuah kesimpulan, yang telah di ambil dari sebuah penelitian. Bahwasannya watak, maupun kepribadian seseorang dapat sedikit banyak terlihat dari jenis / genre dari musik yang terbiasa mereka dengar. Seperti bagaimana watak sebenarnya orang pencinta musik bertempo pelan / lambat. Bagaimana watak dari seseorang pecinta musik bertempo cepat/ keras. Atau bahkan bagaimana watak dari orang pecinta musik bergenre ethnic.

Dalam hal ini ingin mengangkat sebuah genre musik, yaitu musik rock dimana dari sudut pandang orang pada umumnya musik rock adalah musik yang kental dengan pemberontakan, kekerasan dan anarkisme dengan alunan beat yang keras ,tempo cepat dan cenderung berisik sehingga banyak orang yang memandang miring music ini. Namun sebenarnya apabila dikaji lebih dalam dan ada yang bisa mengolah dengan sentuhan yang dinamis, harmonis dan soulfull maka musik ini akan terasa sangat nyaman untuk dinikmati semua orang dan tentu saja tidak lepas dari pemain musiknya juga atmosfer dari area itu sendiri.

Akhirnya ,lahirlah sebuah ide, gagasan atau boleh dibilang jawaban dari sebuah paradigma orang-orang mengenai bagaimana bisa menikmati alunan musik seperti yang telah dijelaskan di atas dengan tempat yang nyaman, aman dan dengan fasilitas yang menunjang.

Mendengarkan musik kurang lengkap tanpa media, yang dimaksud disini adalah sebuah media ketika orang ingin menikmati sebuah lantunan Mendengarkan musik kurang lengkap tanpa media, yang dimaksud disini adalah sebuah media ketika orang ingin menikmati sebuah lantunan

Rockustic café and music ingin memberi pengertian tentang bagaimana menghargai hasil karya orang lain dan melestarikan, khususnya karya cipta lagu dari sebuah nama band yang pernah besar dan tetap menjadi legenda sepanjang masa yang mungkin sudah di lupakan atau mungkin sudah bubar namun namanya masih eksis sampai sekarang, seperti The Who, Genesis , The Beatles, The Police, The Rolling Stones dan masih banyak lagi.

Bagi orang-orang yang benar-benar mengerti dan menghargai, mereka dengan sendirinya akan mencari sesuatu yang berbau dengan idolanya.

Disini, di Rockustic café and music menawarkan sebuah konsep penjualan merchandise music yang paling komplit dan juga CD dan kaset pita dimana sekarang ini kaset pita sangatlah jarang ditemui di pasaran, dan yang menjadi sesuatu yang unik disini adalah karena kaset-kaset pita second dari band-band rock tempo dulu akan menjadi prioritas dalam penjualan dari outlet ini walau tetap ada produksi kaset pita atau CD baru dari band lama atau baru namun tetap pada konsep, yaitu music rock yang paling dominan. Juga pengunjung dapat menikmati serta melihat didalam gallery barang- barang bersejarah(original maupun replica) dari musisi-musisi kelas dunia yang tentunya sudah menjadi legenda hidup maupun yang masih berkiprah di dunianya.

Masih dalam lingkup yang sama, bagi sebagian orang, sosok idola dalam hal ini pada khususnya adalah sosok sang legenda atau artis rock yang mempunyai peran besar dalam perkembangan dunia musik yang juga memberikan kontribusi yang sangat berpengaruh bagi penggemarnya. Hal ini menjadikan banyak sekali orang yang terinspirasi dengan sang idola bahkan mungkin ingin menjadi penerusnya.

Dengan sebuah karya jugalah aspirasi mereka didengarkan , maka dari itu rockustic café and music ini menyediakan fasilitas disamping music shop, Dengan sebuah karya jugalah aspirasi mereka didengarkan , maka dari itu rockustic café and music ini menyediakan fasilitas disamping music shop,

B. Batasan Masalah

Berkaitan dengan latar belakang diatas maka perancangan rockustik café and music ini dibatasi pada area yang berhubungan langsung dengan pengunjung ,yaitu lobby, café, music gallery, music shop dan music studio

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music sebagai sarana informasi, edukasi, rekreasi dan hiburan yang inspiratif bagi pengunjung?

2. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music dengan penataan yang menarik dengan tidak meninggalkan aspek keamanan materi dan kenyamanan pengunjung?

3. Bagaimana mendesain interior rockustik café and music yang sesuai dengan karakter musik rock dengan pengaplikasian tema yang tepat?

D. Tujuan

Menyediakan wadah bagi masyarakat untuk berkumpul, menyalurkan hobi bermain musik berbelanja (kaset/CD/DVD dan fashion figure band legenda atau merchandise dan juga alat musik) sesuai selera serta untuk penikmat music live, khususnya musik dengan genre rock

E. Sasaran

1. Sasaran pengunjung: Masyarakat umum semua kalangan

2. Sasaran perancangan desain:

a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aktivitas secara fungsional pada rockustik café and music

b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan serta nilai etestik sebagi ciri khas utama pada rockustik café and music

1. Bagi Penulis/Desainer

a. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan konsumen dan fungsi dari ruang-ruang yang ada di dalam Rockustic Café and music

b. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior, terutama bagi para pecinta musik rock, dengan menerapkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang ada.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Mengetahui bentuk perkembangan interior sebuah café dengan karakteristik yang menonjol.

b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam dunia akademik.

3. Bagi Masyarakat

a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang musik rock itu sendiri.

b. Dapat menjadi sebuah sarana hiburan, tempat pembelajaran, informasi, dan juga sebagai penyaluran hobi dan bakat bagi masyarakat.

desain interior rockustik café and music

Skema 1.1 Pola Pikir Desain

H. METODOLOGI PEMBAHASAN

1. Bentuk Penelitian

Dalam menyelesaikan proses Desain Interior Rockustik cafe and music di Solo metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang memusatkan pada pendekatan sejarah (approach historical). Dimana dalam bentuk penelitian ini lebih mengutamakan pengumpulan data berupa kata – kata / kalimat / gambar yang memiliki arti lebih kaya daripada sekedar angka atau frekuensi.

Sumber data pada penelitian ini, antara lain :

a. Informan

Terdiri dari lingkungan musisi, pengamat musik dan pecinta musik sebagai subyek yang dianggap mengerti tentang informasi yang dibutuhkan dalam perancangan ini.

b. Arsip dan Dokumen Visual

Dalam hal ini, belum ada buku yang khusus berisi tentang sejarah dan perkembangan musik rock di Indonesia. Oleh karena itu, arsip dan dokumen yang dijadikan literatur adalah tulisan, artikel dalam tabloid, majalah hingga blog yang berhungan dengan sejarah dan perkembangan musik rock di Indonesia. Disamping itu juga mempergunakan buku- buku standar internasional misal Time Saver Standart For Building Types (Joseph de Chiara), Neufert Architect Data dan sebagainya.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Dalam hal ini peneliti melakukan observasi lokasi yang bisa dijadikan referensi dan materi pembanding tentang hal-hal yang berkaitan dengan proyek desain ini, terutama dalam bidang interior, misalnya tentang sistem display, keamanan, pencahayaan, dan sebagainya. Dengan mempergunakan alat bantu berupa kamera foto, alat tulis, dan sebagainya.

b. Wawancara Mendalam ( In Dept Interviewing )

Wawancara dalam pengumpulan data ini bersifat open – ended dan mendalam dilakukan secara tidak formal. Wawancara ini dilakukan pada waktu dan konteks yang dianggap tepat guna mendapatkan data yang rinci dan mendalam.

c. Content Analisis

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari arsip dan dokumen yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Untuk menjamin data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka validitas datanya dilakukan dengan metode “Trianggulasi Data“ yaitu mempergunakan sumber data yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis / sama. ( HB, Sutopo. 2000 : 34 ). Dengan demikian kebenaran data akan teruji oleh data yang diperoleh dari sumber lain.

5. Analisa Data

Model Analisa Data yang digunakan adalah analisis interaktif. Model analisis interaktif mempunyai tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Reduksi data dilakukan sejak proses pengumpulan data belum berlangsung diteruskan pada waktu pengumpulan data dan bersamaan terjalin dengan dua komponen yang lain. Tiga komponen tersebut masih mengalir dan tetap saling menjalin pada waktu kegiatan pengumpulan data berakhir. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi sebagai sebuah siklus dalam pengumpulan data. ( HB,Sutopo, 2000 : 40 )

Skema 1.2 : Model analisa interaktif

Sumber : ( Metodologi Penelitian Kualitatif, H.B. Sutopo,2002 : 96 )

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Sajian Data

Penarikan Kesimpulan / verifikasi

1. BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan mencakup Latar Belakang Masalah yang meliputi peranan dan keberadaan rockustik café and music di Solo, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan sasaran, serta Metodologi yang meliputi metode sistematika pembahasan.

2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Desain Interior rockustik café and music di Solo , yang meliputi pembahasan teori tentang ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem penyajian dan display pameran serta pertimbangan desain.

3. BAB III STUDI LAPANGAN

Merupakan hasil studi observasi di lapangan, baik sebagai dasar acuan atas pemilihan lokasi perencanaan, maupun sebagai bahan pembanding dan bahan pengayaan bagi proses analisa data.

4. BAB IV DESAIN INTERIOR ROCKUSTIK CAFÉ AND MUSIC di

SOLO

a. Analisis Eksisting

1) Analisa lingkungan (keluar) termasuk di dalamnya view, akses, arah cahaya, dan lain - lain.

2) Analisa Interior termasuk di dalamnya akses, sirkulasi dan human dimension.

b. Programing

1) Status Kelembagaan Proyek.

2) Struktur Organisasi.

3) Sistem operasional

4) Kegiatan

5) Fasilitas Pengisi Ruang

6) Fasilitas Ruang

7) Besaran Ruang (studi ruang dan anthropometri)

9) Hubungan Antar Ruang

10) Zoning dan Grouping

c. Konsep Perancangan

1) Ide dasar

a) Paradigma, slogan, dan lain - lain

b) Bentuk

c) Suasana

2) Tema

a) Sebagai pemecahan masalah

b) Sebagai dekorasi

3) Aspek suasana dan Karakter Ruang

4) Aspek penataan ruang/lay out

a) Sistem sirkulasi dan organisai ruang

5) Aspek Pembentuk Ruang

6) Aspek bentuk, bahan dan warna

7) Interior sistem (pencahayaan, penghawaan, akustik)

8) Sistem keamanan (kebakaran dan keamanan )

9) Aksesbilitas (fasilitas )

5. BAB V PENUTUP

a. Kesimpulan Merupakan kesimpulan dari proses analisis yang sekaligus merupakan konsep Desain Interior rockustik café and music di Solo

b. Daftar pustaka

c. Lampiran

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan umum tentang cafe

1. Pengertian cafe

a. Café (in Eroupe) place where the public may buy and drink coffe, beer, wine, spirits,etc. Café ( di Eropa ) adalah tempat di mana masyarakat umum boleh membeli dan meminum kopi, bir, anggur, minuman ringan, dan lain – lain.

b. Café dapat diartikan sebagai restoran, rumah makan, warung kopi.

c. secara garis besar café diartikan sebagai restoran kecil yang menjual cakes ( kue – kue ), sandwich (roti isi), kopi dan teh. Pilihan makanannya terbatas dan tidak menjual minuman beralkohol.

d. sedangkan café secara etimologi berasal dari kata kahve dalam bahasa Turki, yang artinya coffe dalam bahasa inggris atau kopi dalam bahasa Indonesia. Café merupakan tempat minum kopi dan makan makanan ringan serta dikemas dalam desain interior yang sederhana.

2. Sejarah café dan perkembangannya

Café pertama kali didirikan di Constantinopel pada tahun 1550. kemudian pada tahun 1672 seorang bernama Pascal berkebangsaan Armenia menjual minuman kopi dalam kedai di arena pameran Saint – Germany, Paris. Dari sana ia memperkenalkan dan meneruskan jenis usahanya ke berbagai negara Eropa. Kemudian eksistensi café terus berkembang sehingga pengertian café sudah agak berubah. Polai – Royal, Grand Boulevard, Left Bank, serta Bougnats adalah café – café yang dibuat dalam nafas modern mengikuti perkembangan zaman. Koran, catur kartu disediakan di café tersebut sebagai fasilitas tambahan. Bahkan pada zaman Revolusi Perancis café dijadikan sebagai ajang untuk berpolitik.

juga beberapa café yang tetap mempertahankan keasliannya sesuai dengan konsep dasar awal didirikannya café yaitu menjual kopi dan makanan sederhana terutama di Inggris. Sedangkan bicara mengenai perkembangan café di Indonesia sendiri sejak lama memang kedai – kedai rumah makan tumbuh bersama perkembangan kegiatan perjalan orang untuk bergadang, beranjang sana maupun wisata.

Dari yang semula café hanya menyediakan kopi dengan makanan ringan, mulai berkembang mengikuti perkembangan zaman yaitu dengan menyajikan menu lain dan fasilitas lain sesuai selera pasar.

3. Kegiatan pada café

Karena merupakan sejenis restaurant kecil maka kegiatan pada café sama dengan restaurant, yaitu :

a. Kegiatan pengelola Kegiatan di awali dengan merencanakan menu yang akan dihidangkan samapai dengan perencanaan biaya dan perhitungan administrasi penjualan.

b. Kegiatan Konsumen Konsumen merupakan individu – individu yang memanfaatkan jasa, sehingga di sebut juga pembeli. Adapun kegiatannya meliputi : Datang, duduk, memesan makanan atau minuman, selesai, membayar, keluar.

c. Kegiatan atau aktifitas barang Aktifitas barang terdapat beberapa jenis penyaluran barang, yaitu : bahan mentah, bahan jadi, dan barang yang harus dibuang/sampah.

4. Fasilitas café , antara lain :

a. Table Set ( dinning room)

b. Area Pengunjung

c. Kasir

d. Stage (bila ada live music-nya) d. Stage (bila ada live music-nya)

g. Storage

h. Kitchen

5. Sistem pelayanan

Sistem pelayanan akan kebutuhan makan dan minum bagi para pengunjung terdapat beberapa jenis system pelayanan, antara lain :

a. Table service

Yaitu jenis pelayanan atau servis yang sudah lama ada dan merupakan jenis pelayanan tertua diantara jenis pelayanan yang lain. Pada system ini pelayan memberi daftar menu makanan dan pengunjung menulis pesanan yang akan di bawa ke bagian kitchen dan kasir. Makanan sudah tesedia dalam piring ( diolah di dapur ) dan tinggal disajikan ke meja pengunjung. Pembayaran bisa langsung ke kasir atau lewat pelayan.

b. Counter service

Pada sistem ini tamu tidak mengambil sendirian hidangan yang disediakan, tetapi terlebih dahulu memesan makanan dan minuman yang tersedia di counter. Kemudian pelayan mengantar pesanan tersebut ke meja pemesan. Tamu dapat memilih makanan atau minuman sesuai dengan selera dan sudah tersedia pada counter. Jenis ini merupakan servis informal dan banyak terdapat di café – café, coffe shop , snack bar dan lain – lain.

c. Tray service

Merupakan penyajian makanan dan minuman dengan menggunakan nampan atau baki. Dimana pengunjung langsung memesan kepada pelayan dan pelayan langsung menyajikan pesanannya, juga formil.( Laili Rachim Arifiyanto.2007)

Gambar 2.1 Antrophometri pelayanan pramusaji (Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interior)

Gambar 2.2. Antrophometri area makan (Sumber : Julius Panero dan Martin Zelni. Dimensi manusia dan Ruang Interi

1. Sistem Pelayanan

a. Self Service

Adalah system pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran.

b. Self Selection (Swa Seleksi)

Adalah jenis sitem pelayanan dimana pengunjung juga dapat memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan, kemudian dengan dibantu oleh pramuniaga, produk dibawa ke bagian kasir untuk pemabayaran.

c. Personal

Adalah jenis sitem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga, baik dalam pemilihan maupun pengambilan produk. Dalam system ini, dari proses pemilihan, pengambilan sampai dengan pembayaran semua dilayani pramuniaga sepenuhnya.

2. Sistem Display

a. Serambi Pamer

Untuk menarik perhatian, pada Area Penjualan biasanya dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang dengan mempertimbangkan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan kesan yang efektif, kesan tersebut tentu saja berhubungan dengan berbagai ide dan harga.

b. Display Interior

Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi

1) Merchandise Display, meliputi

a) Display terbuka (Open Display)

Merupakan bentuk display yang memberikan kemungkinan pada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan took.

Berisi barang dagangan yang diperlihatkan dalam almari dinding (wall case). Keuntungan utamnya adalah terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondidi siap jual.

c) Display Arsitektural (Architectural Display)

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna menunjukkan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan bangunan, seperti model bangunan perumahan, dapur, kamar mandi secara menyeluruh. Keuntungan utamanya adalah dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan dalam display ini.

2) Vendor Display

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.

3) Store Sign and Decorations

Istilah Store Sign meliputi tanda pembayaran, kartu hadiah / harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa. ( Delbert J. Duncan & Stanley D Hollander, 1977 : 468)

c. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa etalase dan show room.

1) Macam-macam Etalase.

a) Etalase Sistem Terbuka.

Etalase tanpa pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan kurang terfokus.

Gambar 2.3 Etalase sistem terbuka (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

b) Etalase Sistem Tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat, dan mempunyai pandangan visual lebih terfokus.

Gambar 2.4 Etalase sistem tertutup (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

c) Etalase Khusus

- Etalase Sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

Gambar 2.5 Etalase sudut (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

Etalase yang terletak diatas lantai dasar dari bangunan bertingkat. Etalase ini berfungsi sebagai papan reklame.

Gambar 2.6 Etalase atas (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase Benam

Merupakan Etalase yang memiliki lantai lebih rendah daripada lantai disekitarnya.

Gambar 2.7 Etalase benam (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase bertingkat

Etalase penggabungan antara etalase atas dan atalase benam dan lebih lagi dengan system etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.

Gambar 2.8 Etalase bertingkat (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

- Etalase Arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit, sehingga ada ruang yang kurang efisien.

Gambar 2.9 Etalase arcade (Sumber : Maryamah Aminy , 2003)

2) Macam-macam display

a) Vitrine

Menggunakan pelindung tertutup (vitrine) untuk benda- benda yang berdimensi kecil maupun yang sedang. Penggunaan vitrine pada area penjualan koleksi tetap membutuhkan perawatan yang serius.

Gambar 2.10 Vitrine (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

b) Tempel dan Panil

Panil digunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.

Gambar 2.11 Tempel dan Panil (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

c) Sistem gantung

Khususnya untuk koleksi materi fashion yang bersifat ‘ fancy’. Kelemahan system ini ialah penataan terlihat kurang rapih.

Gambar 2.12 Sistem Gantung (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

d) Island Display

Produk-produk terbaru, sebagai point of interest dari ruang, karena posisinya yang sentries dan lebih ‘hidup’ sehingga dapat mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.

Gambar 2.13 Island Display (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

e) Table Fixture

Sebagai wadah display khususnya accessories seperti giwang, cincin, kalung, dan sebagainya.

Gambar 2.14 Table Fixture (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

f) Cases Fixture

Rak terbuka atau transparan sebagai wadah display barang-barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.

Gambar 2.15 Cases Fixture (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

g) Box Fixture

Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion seperti payung, scraf dan lain sebagainya.

h) Panel Fixture

Penyajian khusus millineries seperti ikat penggang, dasi dan accessories yang berukuran kecil.

Gambar 2.16 Panel Fixture (Sumber : Hasil Survey, Mei 2004)

3. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Desain sarana Penjualan harus disederhanakan dan tak dipaksakan. Maksudnya adalah dalam mendisplay materi, jika perlengkapannya lebih menarik perhatian ini akan mengurangi daya tarik materi koleksi dan melemahkan penjualan. (William P. Spence, 1979 : 412)

Penampilan materi selain dipengaruhi factor teknis, juga dipengaruhi factor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat / Dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :

a. Ukuran materi

b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer

c. Warna cahaya yang melatari

d. Kontras benda dengan latar belakang

e. Waktu saat melihat.

Alternatif

Karakter/Kaidah

Penerapan Linear

Bersifat fleksibel, terdiri dari ruang yang berulang dalam hal ukuran dan fungsi dari tiap ruang disepanjang deretan tersebut memiliki hubungan dengan ruang luar

Massa bangunan disusun berbaris

Radial

Memadukan unsur-unsur pola terpusat dan linear dengan ruang-ruang

pusat

yang

dominan dan pola-pola linear yang berkembang menjadi jari-jarinya

Massa bangunan menyebar dari satu titik

pusat massa sebagai sentral

Cluster

Menggabungkan ruang-ruang yang berlainan bentuk tapi bersifat kegiatan yang sama dan berhubungan satu sama yang

lain

berdasarkan

penempatan & ukuran visual seperti sumbunya

Massa bangunan disusun berkelompok sesuai dengan kegiatan yang serupa

Memusat

Bentuk stabil

terdiri dari sejumlah ruang- ruang

sekunder

yang

dikelompokkan mengelilingi sebuah ruang pusat yang besar dan dominan

Massa bangunan disusun mengelilinggi pusat massa

Tabel 2.1 Organisasi ruang

1. Pengertian Musik

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda- beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam:

a) Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya

b) Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau

kumpulan dan disajikan sebagai musik

c) .Musik adalah seni memadukan suara dalam melodi dan harmoni

untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran. Beberapa orang menganggap musik tidak berwujud sama sekali.

kemampuan mendamaikan hati yang gundah, mempunyai terapi rekreatif dan menumbuhkan jiwa patriotisme (E.M. Horsley, Hutchison’s New 20 th century enclycopedia, London 1980)

Rock adalah salah satu aliran musik yang berirama keras.

Rock, dalam pengertian yang paling luas, meliputi hampir semua musik pop sejak awal 1950-an. Bentuk yang paling awal, rock and roll, adalah perpaduan dari berbagai genre di akhir 1940-an, dengan musisi- musisi seperti Chuck Berry, Bill Haley, Buddy Holly, dan Elvis Presley. Hal ini kemudian didengar oleh orang di seluruh dunia, dan pada pertengahan 1960-an beberapa grup musik Inggris, misalnya The Beatles, mulai meniru dan menjadi populer.

Musik rock kemudian berkembang menjadi psychedelic rock, kemudian menjadi progressive rock. Beberapa band Inggris seperti The Yardbirds dan The Who kemudian berkembang menjadi hard rock, dan kemudian menjadi heavy metal. Akhir 1970-an musik punk rock mulai berkembang, dengan kelompok-kelompok seperti The Clash, The Ramones, dan Sex Pistols. Di tahun 1980-an, rock berkembang terus, terutama metal berkembang menjadi thrash metal, glam metal, death metal, dan black metal.

sebagai salah satu contoh aliran yang sangat dikenal adalah Progressive rock atau sering disingkat prog adalah jenis musik yang mulai berkembang pada akhir dekade 60-an dan mencapai masa jayanya di tahun 70-an, menggabungkan elemen-elemen dari rock, jazz dan musik klasik. Kadang pengaruh dari blues dan musik tradisional juga terasa.

Berawal dari eksperimentasi musisi rock saat itu, diinspirasi oleh The Beatles dan The Beach Boys mereka mulai menggabungkan musik tradisional, musik klasik dan jazz ke dalam komposisi mereka. Beberapa band progressive rock terkemuka adalah Yes, King Crimson, UK, Pink Floyd dan Genesis dari sekitar tahun 1969, Rush dari tahun 70-an dan Marillion, Dream Theater dari 80-an.

Seperti halnya aliran-aliran musik yang lain, adalah sangat sulit untuk mendefinisikan musik rock progresif secara tepat. Karena inilah terdapat banyak perdebatan mengenai apakah satu kelompok musik prog atau tidak. Namun ada beberapa ciri khas musik prog yang biasanya dapat ditemui dalam karya-karya musisi prog. Di antaranya adalah ritme yang tidak konvensional (bukan 4/4 atau sinkopasi), penguasaan alat musik yang mahir dengan permainan solo yang rumit, dan lagu-lagu yang panjangnya melebihi normal (lebih dari 5 menit, biasanya sekitar 12-20 menit atau bahkan lebih panjang).

Banyak grup progressive rock yang menerbitkan satu album dengan lagu-lagu yang bertemakan sama atau sambung-menyambung menceritakan satu cerita (disebut album konsep). Contoh-contoh album konsep di antaranya adalah Metropolis 2: Scenes from a Memory dari Dream Theater dan The Lamb Lies Down on Broadway dari Genesis. Banyak pula group musik progressive saat ini yang mulai keluar dari stigma musik progressive sebagai genre dan kembali ke pemikiran inti musik progressive sebagai pandangan yang amat sangat kuat dipengaruhi pandangan Jazz.

Perkembangan Musik di Indonesia banyak dipengaruhi oleh budaya Barat yang beradaptasi dengan budaya Indonesia. Masuknya budaya barat di Indonesia melalui bangsa Belanda bersamaan dengan usaha penjajahannya, sehingga musik di Indonesia mengalami perkembangan dan menjadi beraneka ragam bentuknya. Jenis musik di Indonesia dari tahun 1945 sampai sekarang dapat digolongkan menjadi beberapa kategori, yaitu ;

a) Budaya Musik Etnik

b) Musik Perjuangan dan Lagu Perjuangan

c) Musik Baru dalam Idiom Tradisi Barat

d) Musik Baru bersumber dari Unsur Etnik

e) Musik Baru berlatar belakang Indonesia & Barat

f) Musik yang bertolak dari suatu Estetika Musik Kontemporer

Barat

g) Musik popular yang berasal dari proses Akulturasi antara

berbagai tradisi

h) Pop, Rock, Jazz yang berorientasi ke Barat (Dieter Mack, 1991)

E. Standarisasi Interior

1. Unsur Ruang

a. Lantai

Batasan pengertian lantai adalah : (Pamuji Suptandar, Desain Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 123)

1) Lantai merupakan bidang datar dan dijadikan sebagai alas dasar ruangan dimana aktifitas manusia dilakukan diatasnya dan mempunyai sifat /fungsi ruang.

2) Sebagai pembatas ruang antara tingkat satu dengan tingkat

berikutnya.

besar untuk penanganan peranannya secara efisien. Luas lantai merupakan permulaan masalah karena menyangkut juga soal volume dan efeknya dipengaruhi oleh panjang, lebar, ketinggian bahan dan warna. Warna lantai yang gelap akan menjadikan ruang akan tampak lebih kecil. Warna yang formal menjadikan ruangan tampak agung. Begitu juga warna yang ringan akan menjadikan ruang menjadi tampak lebih luas.

Bentuk Lantai auditorium mempengaruhi rangkaian sumber bunyi-jejak-transmisi-penerimaan.

Bentuk

lantai auditorium biasanya mengambil salah satu atau kombinasi bentuk – bentuknya. Selain dilihat fungsinya, lantai untuk sebuah gedung pertunjukan harus memperhatikan penggunaan – penggunaan bahan. Dipilih bahan yang tidak licin karena banyak evaluasi pada setting area. Yang perlu diingat bahan tersebut mudah dibersihkan mengingat jangka waktu pemakaian dan keluasan ruang. Dalam perencanaan lantai dalam gedung pertunjukan perlu diperhatikan :

1) Fungsi lantai

2) Sifat lantai

3) Karakter lantai

4) Konstruksi lantai

Bentuk lantai dan penjelasannya

1) Lantai Empat Persegi

Adalah bentuk lantai yang histories dengan unsure tradisi yang menonjol dan masih banyak digunakan dengan berhasil. Pemantulan silang antara dinding – dinding sejajar menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada suatu segia akustik ruang.

2) Lantai Bentuk Kipas

Bentuk lantai kipas membawa penonton lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon. Dnding belakang yang dilengkupan kecuali bila diatur secara Bentuk lantai kipas membawa penonton lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon. Dnding belakang yang dilengkupan kecuali bila diatur secara

3) Lantai Bentuk Tapal Kuda

Bentuk in menggambarkan pengaturan bentuk rumah – rumah opera. Keistimewaan kharakteristik bentuk lantai ini adalah kotak – kotak yang berhubungan (ring of boxes) yang satu di atas yang lain. Walaupun tanpa lapisan permukaan penyerap bunyi, menyediakan RT (waktu dengung) yang relative pendek yang cocok untuk bagian – bagian yang cepat dari opera Eropa, tetapi terlalu pendek untuk pagelaran orkestra.

4) Lantai Bentuk Tak Teratur

Bentuk ini membawa penonton sangat dekat dengan sumber bunyi. Bentuk ini dapat menjamin keakraban akustik dan ketegasan karena permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulan – pemantulan dengan waktu tundasingkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur.

5) Lantai Bentuk Lengkung

Bentuk ini biasanya dihubungkan dengan atap kubah yang sangat tinggi. Kecuali diatur secara akustik, dinding – dinding melengkung dapat menghasilkan gema, pemantulan dengan waktu tunda yang panjang dan pemusatan bunyi. Kesemuanya berperan pada RT (waktu dengung) yang sangat panjang. Maka dari itu lantai melengkung harus dihindari. (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 95). Denah tak teratur memberi kesempatan untuk distribusi elemen – elemen penyerap secara acak dan permukaan permukaan tak teratur yang difusif. Hubungan daerah penonton dan panggung memungkinkan rancangan dalam lingkup yang lebar menyebabkan makin terpenuhinya beberapa persyaratan akustik musik. Dari sudut pandang akustik, sampai sekarang bentuk lantai ini menghasilkan keuntungan – keuntungan yang belum Bentuk ini biasanya dihubungkan dengan atap kubah yang sangat tinggi. Kecuali diatur secara akustik, dinding – dinding melengkung dapat menghasilkan gema, pemantulan dengan waktu tunda yang panjang dan pemusatan bunyi. Kesemuanya berperan pada RT (waktu dengung) yang sangat panjang. Maka dari itu lantai melengkung harus dihindari. (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 95). Denah tak teratur memberi kesempatan untuk distribusi elemen – elemen penyerap secara acak dan permukaan permukaan tak teratur yang difusif. Hubungan daerah penonton dan panggung memungkinkan rancangan dalam lingkup yang lebar menyebabkan makin terpenuhinya beberapa persyaratan akustik musik. Dari sudut pandang akustik, sampai sekarang bentuk lantai ini menghasilkan keuntungan – keuntungan yang belum

Persyaratan dan Fungsi Lantai

Dengan adanya perkembangan yang semakin pesat melahirkan suatu teknologi sehingga kemudahan dan kecermatan pemasangan bahan lantai sesuai dengan yang diharapkan. Sekarang telah banyak ditemukan teknik konstruksi lantai untuk lantai pentas. Sebenarnya ada 3 prinsip yang perlu menjadi pertimbangan kita selain masalah kelenturan dan daya pantul, maka ketiga prinsip itu adalah :

1) Pertama ; lantai yang baik hendaknya dibuat dari kayu atau papan kayu yang kering dengan kerangka balok silang yang ditata diatas lantai semen.

2) Kedua ; pemakaian konstruksi yang cukup kuat seperti apa yang diterapkan pada system konstruksi untuk industri dengan keangka kasok yang dipasang mendasar (mill constructions).

3) Ketiga ; menerapkan system pasak dan berpegas yang dipasang secara sempurna (webbing system),ini dimaksudkan untuk mendapat daya sangga kelenturan secara optimal dari berbagai sisinya.

Ketiga prinsip tersebut sebenarnya ditentukan atas dasar beberapa pengamatan dan esperimentasi yang kemudian menghasilkan satu criteria seperti tadi. Seorang ahli yang melakukan pengamatan khusus tentang masalah ini ; Dan Peterson, menyatakan bahwa karakter lantai kayu dengan kerangka sangat ideal untuk kebutuhan aktifitas yang dinamik seperti gerakan – gerakan tari. Pemakaian kayu untuk lantai daerah pentas rupanya menjadi favorit Ketiga prinsip tersebut sebenarnya ditentukan atas dasar beberapa pengamatan dan esperimentasi yang kemudian menghasilkan satu criteria seperti tadi. Seorang ahli yang melakukan pengamatan khusus tentang masalah ini ; Dan Peterson, menyatakan bahwa karakter lantai kayu dengan kerangka sangat ideal untuk kebutuhan aktifitas yang dinamik seperti gerakan – gerakan tari. Pemakaian kayu untuk lantai daerah pentas rupanya menjadi favorit

b. Dinding

Dinding merupakan unsure penting dalam pembentukan ruang baik sebagai unsure penyekat, pembagi ruang maupun sebagai unsure dekorasi. Dari sisi fisika bangunan, dinding mempunyai fungsi :

1) Pemikul beban

2) Fungsi penutup atau pembatas ruangan baik visual maupun

akustik

3) Menghadapi alam luar dan dalam ruangan Fungsi dinding terbagi menjadi dua bagian :

1) Fungsi struktural, misalnya :

, yaitu untuk menahan tepi /tumpukan tanah.

, yaitu menop ng balok – balok lantai,

atap dan lain – lain.

, yaitu menopang balok – balok lantai

pertama.

2) Fungsi Non Struktural

, sebagai pemisah dua bangunan dan bersandar

pada masing – masing bangunan.

, sebagai pelindung pancaran api dari kebakaran.

, sebagai pengisi suatu konstruksi yang kaku seperti konstruksi rangka baja dan sebagainya.

, untuk pemisah dan pembentuk ruang yang lebih besardalam ruangan . (Pamudji Subtandar, Desain

Interior : Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain dan Arsitektur, Djambatan, Jakarta, 1990 : 146)

Pengolahan dan pengaturan kualitas akustik yaitu dengan cara penentuan jenis dan sifat permukaan dinding serta langit – Pengolahan dan pengaturan kualitas akustik yaitu dengan cara penentuan jenis dan sifat permukaan dinding serta langit –

Menurut Leslei L. Doelle dalam Akustik Lingkungan disebutkan bahwa dalam pemilihan konstruksi dinding dan tiga factor yang perlu diperhatikan.

1) Tingkat bising yang ada atau diduga ada di daerah sumber bunyi

atau ruang bunyi

2) Tingkat bising latar belakang yang dapat diteima diruang

penerimaan

3) Kemampuan dinding yang dipilih untuk mereduksi bising luar

menjadi level yang dapat diterima

Dinding dibangun secara vertical dan horizontal efektif sekelilingnya antara elemen – elemennya dan sekeliling bukaan tombol dan lain – lain. Dinding dibangun dari papan structural atau bila dikaitkan pada langit – langit gantung maka langkah yang diambil untuk perbaikan akustik pada bagian – bagian yang hilang yaitu diatas langit – langit gantung. (Leslei L. Doelle, Akustik Lingkungan, 1986 : 183)

c. Langit – Langit

Ditinjau dari segi fungsinya, langit – langit memiliki berbagai fungsi yang tidak kalah pentingnya dengan unsure – unsure pembentuk ruang yang lain seperti lantai dan dinding sebagaimana disebutkan oleh Pamudji Suptandar sebagai berikut :

1) Langit – langit berfungsi sebagai peredam suara (akustik) dengan ditunjang oleh lantai dan dinding. Misalnya pada cafe dengan pemasangan bidang – bidang semu yang dapat meningkatkan pemantulan secara langsung.

2) Langit – langit merupakan ruang (rongga) untuk pelindung berbagai instalasi, ducting AC, kabel listrik gantungan armature, loudspeaker, dan lain – lain. (Pamudji Suptandar, Desain Interior :

Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain dan Pengantar Merencana Interior untuk Mahasiswa Desain dan