PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTESKTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN I CAMPURDARAT

PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTESKTUAL
TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DI SDN I CAMPURDARAT
Ari Metalin Ika Puspita
STKIP PGRI Trenggalek
Jl. Supriyadi No. 21 Trenggalek
Email: arimetalinikapuspita2@gmail.com
Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh,
mendeskripsikan, dan menggambarkan penerapan pensekatan kontekstual
terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kuantitatif jenis quasi eksperiment. Intrumen yang
digunakan adalah lembar angket, lembar observasi, dan lembar tes. Hasil
penelitian ini adalah pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa. Terdapat perbedaan terhadap aktivitas dan hasil
belajar sebelum dan sesudah penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran. Implikasi dari penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran tidak hanya pada aktivitas dan hasil belajar, namun pendekatan
kontekstual mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar dari lingkungan
nyata, membangun pengetahuan sendiri, serta menemukan dan memecahkan
permasalahan terkait pembelajaran.
Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Pendekatan Kontekstual

Abstract: The purpose of this research is to know influence, describe, and
describe applying of contextual approach to activity and result of student
learning. The method used in this research is Quantitative type of quasi
experiment. The instruments used are questionnaires, observation sheets, and test
sheets. The result of this research is contextual approach have influence to
activity and result of student learning. There are differences in activity and
learning outcomes before and after the application of a contextual approach in the
learning process. The implications of applying contextual approaches in the
learning process are not only in activities and learning outcomes, but contextual
approaches can generate students' interest to learn from the real environment,
build their own knowledge, and find and solve problems related to learning.
Keywords: Student Activity, Learning Outcomes, Contextual Approach

berkualitas

PENDAHULUAN

tidak

mudah,


karena

Pendidikan memegang peranan

membutuhkan kerjasama dari elemen-

utama dan pertama terhadap kemajuan

elemen pendidikan itu sendiri. Jika

suatu

bangsa.

berkualitas

akan

Pendidikan


yang

elemen-elemen tersebut kuat dan kokoh

mampu

me-

dalam satu misi dalam memajukan

ngembangkan sumber daya manusia

pendidikan,

yang siap untuk menghadapi tantangan

pendidikan itu akan mencapai tujuan

zaman. Namun pengembangan dan


yang sudah dirancang.

penerapan sistem pendidikan yang
33

hasil

dari

proses

Tujuan
menurut
Tahun

pendidikan

Undang-Undang
2003


adalah

kehidupan

nasional
No.

2013

20

mencerdaskan

bangsa

menekankan

pada


pedagogik

modern

pembelajaran,

yaitu

dimensi
dalam

menggunakan

dan

pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah

mengembangkan manusia Indonesia

(scientific approach) yang digunakan


seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

di

dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

mengamati,

Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,

mengolah, menyajikan, menyimpulkan,

memiliki

dan

pengetahuan

dan


dalam

pembelajaran,

meliputi

menanya,

mencoba,

mencipta

untuk

semua

mata

keterampilan, kesehatan jasmani dan


pelajaran. Pada proses pembelajaran

rohani, kepribadian yang mantap dan

dinilai aspek keterampilan dan sikap,

mandiri serta rasa tanggung jawab

sedangkan pada akhir pembelajaran

kemasyarakatan

kebangsaan.

dilakukan penilaian hasil belajar yang

Menurut tujuan pendidikan nasional

berpusat pada aspek kognisi atau


tersebut

bahwa

pengetahuan siswa terhadap materi

hanya

yang sudah dipelajari. Kurikulum 2013

mencerdaskan dari segi kognisi atau

ini sebenarnya jika berjalan secara

dilihat dari hasil pembelajaran, namun

optimalakan menjadikan pembelajaran

proses


mempunyai

bermakna, sehingga siswa tidak hanya

peranan yang sangat penting untuk

mempunyai kecerdasan kognisi, namun

menentukan

tersebut

mempunyai pengalaman belajar yang

dapat berhasil. Proses pembelajaran

baik serta menumbuh nilai karakter

memperhatikan beberapa aspek yaitu

pada

keterampilan,

serta

persoalan penerapan kurikulum 2013 di

penanaman budi pekerti. Ketika proses

Indonesia masih menyisakan banyak

dan hasil pembelajaran bersinergi dan

persoalan baik dari aspek guru dan

dirancang

tujuan

siswa. Jika ditinjau dari aspek guru,

secara

banyak guru belum mampu mengemas

dan

dapat

pendidikan

dimaknai

itu

tidak

pembelajaran

pembelajaran

Psikomtorik,

secara

baik,

pembelajaran akan berhasil

proses

optimal.

diri

siswa.

Namun

pembelajaran

terdapat

secara

utuh

Kurikulum 2013 yang sudah

melalui pendekatan konstruktivisme,

diterapkan di tingkat sekolah dasar

Transisi dari KTSP ke Kurikulum 2013

sudah menerapkan penilaian proses dan

yang

hasil belajar. Kemendikbud (2013:

pemerintah

209) menyatakan bahwa kurikulum

menimbulkan persoalan dan kesulitan
34

cenderung

dipaksakan

untuk

oleh

diterapkan

yang

harus

dipecahkan.

Serta

memecahkan masalah serta melihat

instrumen penilaian pada Kurikulum

langsung objek yang dipelajari maka

2013 yang belum mampu mengukur

pengetahuan tersebut akan tersimpan

kemampuan siswa secara maksimal.

lama di memori siswa. Pendekatan

Salah

satu

tujuan

dan

yang sesuai dengan hal tersebut adalah

karakteristik dari Kurikulum

2013

pendekatan kontekstual. Pendekatan

adalah mengembangkan keseimbangan

kontekstual

antara pengembangan sikap spiritual

pendekatan di dalam pembelajaran

dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,

yang mampu menciptakan lingkungan

kerja

belajar yang bermakna dan melibatkan

sama

intelektual

dengan
dan

kemampuan
psikomotorik.

siswa

Pernyataan lebih lanjut dikemukakan

langkah-langkah

pendekatan

scientific

pembelajaran

adalah

di

dalam

suatu

penemuan

dan

pemecahan masalah pembelajaran.

oleh Kemendikbud (2013: 208- 209),
bahwa

merupakan

Pembelajaran

penerapan

merupakan

interaksi antara guru dan siswa dalam

dalam

proses

mengamati

Proses

pentransferan

pengetahuan.

pentransferan

(observing), menanya (questioning),

membutuhkan

menalar

mencoba

pengetahuan tersebut dapat terserap

(experimenting), membentuk jaringan

dengan baik oleh siswa. Alat yang

(networking).

digunakan

dengan
dipelajari,

(associating),

Belajar

tidak

hanya

menghafal

materi

yang

namun

menelaah

dan

mengaplikasikan

dalam

suatu

tersebut

alat

dalam

sehingga

penyampaian

pengetahuan tersebut adalah model

kehidupan

pembelajaran.

Model

merupakan

landasan

praktik

nyata. Menurut Hamalik (2005: 27),

pembelajaran

bahwa belajar merupakan suatu proses,

penurunan

suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil

pendidikan yang dirancang berdasarkan

atau tujuan. Belajar bukan hanya

analisis

terhadap

mengingat, akan tetapi lebih luas dari

kurikulum

dan

itu, yaitu mengalami. Pembelajaran

tingkat operasional di kelas. Arends

dapat diterima secara utuh jika proses

(dalam Suprijono, 2009: 46). Model

pembelajaran tersebut dikaitkan dengan

pembelajaran

lingkungan belajar dan melibatkan

pendekatan yang akan digunakan di

pengalaman langsung siswa. Karena

dalam

jika siswa mampu menemukan dan

meliputi tujuan-tujuan pembelajaran,
35

yang

pembelajaran

dari

proses

menjadi
teori

hasil

psikologi

implementasi

implikasinya

mengacu

pembelajaran

pada

pada

yang

tahap-tahap

dalam

kegiatan

pembelajaran,

mendefinisikan

lingkungan

pembelajaran

kontekstual adalah pembelajaran yang

pembelajaran dan pengelolaan kelas.

mengaitkan materi

Komalasari

Model

dengan kehidupan nyata siswa sehari-

dasarnya

hari, baik dari lingkungan, keluarga,

merupakan bentuk pembelajaran yang

sekolah, masyarakat maupun warga

tergambar dari awal sampai akhir yang

negara

disajikan secara khas oleh guru. Dapat

menemukan makna materi tersebut

disimpulkan

bagi kehidupan siswa.

(2010:

pembelajaran

57).

pada

bahwa

model

pembelajaran merupakan bungkus atau

yang dipelajari

dengan

Pendekatan

tujuan

untuk

kontekstual

bingkai dari implementasi dari suatu

miliki

pendekatan

khas, yang membedakannya dengan

metode

dan

teknik

pembelajaran.

beberapa karakteristik

me-

pendekatan

Penerapan

yang

pembelajaran

lain.

pembelajaran

Karakteristik pendekatan kontekstual

kontekstual di kelas-kelas Amerika

menurut Depdiknas (2011: 11) adalah:

pertama diperkenalkan oleh Dewey

(a) kerjasama, (b) saling menunjang,

pada tahun 1961.

(c)

Menurut Dewey

menyenangkan,

tidak

belajar

dengan

(dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)

membosankan,

mengusulkan suatu kurikulum dan

gairah, (f) pembelajaran terintegrasi,

metodologi pengajaran yang berkaitan

(g) siswa aktif, (h) sharing dengan

dengan minat dan pengalaman siswa,

teman,

sehingga muncullah berbagai teori

sumber, (j) siswa kritis dan guru

mengenal

pembelajaran

kreatif, (k) dinding kelas dan lorong-

(2008:

65)

lorong penuh dengan hasil karya siswa,

Kontesktual

dan (l) laporan kepada orang tua bukan

model

Kontekstual.

Jhonson

mengatakan

bahwa

merupakan

sebuah

menggunakan

berbagai

yang

rapor, melainkan hasil karya siswa.

menyeluruh yang terdiri dari bagian-

Sementara itu, Jhonson (2008: 15)

bagian

mengidentifikasi delapan karakteristik

yang

saling

sistem

(i)

(e)

(d)

berhubungan.

Sehingga Jika bagian-bagian ini dapat

pendekatan

terjalin serta terhubung satu sama lain,

Making

maka akan dihasilkan suatu pengaruh

(membuat hubungan penuh makna) b.

yang

Doing significant work (melakukan

akan

diberikan
terpisah.

melebihi

hasil

bagian-bagian
Komalasari

yang
secara

(2010:

kerja

7)

kontekstual,
meaningful

signifikan)

c.

yaitu:

a.

connections

Self-regulated

learning (belajar mengatur sendiri) d.
36

Collaborating (kerjasama) e. Critical

dapat disimpulkan bahwa pendekatan

and creative thinking (berpikir kritis

kontekstual

dan kreatif) f. Nurturing the individual

yang melibatkan pengalaman individu

(memelihara pribadi) g. Reaching high

untuk mendapatkan pengetahuan baru,

standard

(mencapai

tinggi).

Karakteristik

kontekstual

yang

pendekatan

standar

berbagi

pendekatan

berbeda

dengan

lain

akan

yang

menimbulkan

yang

semangat

informasi,

pendekatan

serta

aplikasi

pengetahuan di dalam kehidupan.

METODE PENELITIAN

dalam

Pendekatan

mengikuti pembelajaran.

kuantitatif

yang

digunakan adalah metode eksperimen.

Sounders (Komalasari, 2010: 8)
menyatakan

merupakan

bahwa

Desain

penelitian

yang

digunakan

pembelajaran

dalam penelitian ini adalah Quasi

kontekstual difokuskan pada REACT

Experimental Design dengan bentuk

(Relating:

konteks

Nonequivalent Control Group Design.

Experiencing:

Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN

belajar dalam konteks pencarian dan

I Campurdarat pada siswa kelas II yang

penemuan; Applying: belajar ketika

sudah

pengetahuan

Pada rancangan penelitian ini peneliti

belajar

pengalaman

dalam

hidup;

diperkenalkan

dalam

menerapkan Kurikulum 2013.

konteks penggunaannya; Cooperating:

menggunakan

belajar melalui konteks komunikasi

eksperimen dengan kelompok kontrol

interpersonal

yang diawali dengan pemberian pretest

dan

saling

belajar

Transfering:

berbagi;

penggunaan

pada

satu

masing-masing

kelompok

kelompok.

pengetahuan dalam suatu konteks atau

Kelompok

situasi baru). Trianto (2011: 101)

perlakuan sedangkan kelompok kontrol

menambahkan

tidak diberikan perlakuan. Pada akhir

pendekatan

bahwa

kontekstual,

karaketristik
yaitu

(1)

penelitian

eksperimen

akan

diberikan

diberikan

posttest

kerjasama; (2) saling menunjang; (3)

kepada

menyenangkan,

Rancangan Penelitian ditunjukkan pada

tidak

mengasyikkan;

membosankan

comfortable);

(5)

bergairah;

(6)

(4)

(joyfull,

belajar

kedua

Gambar 1 berikut.

dengan

pembelajaran

terintegrasi; dan (7) menggunakan
berbagai sumber siswa aktif. Sehingga
37

kelompok

tersebut.

O₁

X

O₃

O₂

O₄

Gambar 1 Rancangan Penelitian

Teknik

pengumpulan

data

pada

pada penelitian ini dilakukan dengan

penelitian ini menggunakan observasi

Software SPSS 22.

dan tes.Analisis data yang digunakan
dalam

penelitian

ini

menggunakan

uji

komparasi

bertujuan

adalah

komparasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji

Penerapan

untuk

pendekatan

kontekstual yang mana mengaitkan

membedakan rata-rata dari aktivitas

materi

dan hasil belajar kelompok kontrol dan

lingkungan nyata siswa. Hasil uji coba

kelompok eksperimen. Selain itu uji

dengan menggunakan metode quasi

komparasi

eksperiment

juga

digunakan

untuk

pembelajaran

dengan

bertujuan

untuk

melihat peningkatan aktivitas dan hasil

mengetahui keaktifan siswa di dalm

belajar

masing-masing

proses

sebelum

dan

sesudah

kelompok
menerapkan

pembelajaran

dengan

menggunakan pendekatan kontekstual.

pendekatan kontekstual. Uji komparasi

Nilai

aktivitas

dianalisis dengan menggunakan teknik

Campurdarat

independent sample t-test. Analisis data

pendekatan

siswa

dengan
kontekstual

SDN

I

menggunakan
ditunjukkan

pada Tabel 1 berikut.
No.
1
2
3
4
5
Jumlah

Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51

Frekuensi
27
11
5
1
0
44

Persentase (%)
61,36
25
11,36
2,27
0
100

Pada penilaian aktivitas siswa dengan

siswa di dalam proses pembelajaran

menggunakan pendekatan kontekstual

dengan

diperoleh bahwa terdapat 1 siswa yang

kontekstual di atas 80 sebesar 86,36

mendapatkan nilai rata-rata di bawah

%, sedangkan siswa memperoleh nilai

80. Kemudian terdapat 43 siswa yang

di bawah 80 sebesar 13,63 %. Sehingga

memperoleh nilai rata-rata di atas 80.

dapat disimpulkan bahwa aktivitas

Berdasarkan

siswa ketika menerapkan pendekatan

Tabel

1

di

atas

menunjukkan bahwa nilai aktivitas

menerapkan

pendekatan

kontekstual memenuhi kategori aktif.
38

Pada uji coba selain melihat
penerapan

pendekatan

dengan memberikan soal-soal evaluasi

kontekstual

di

akhir

pembelajaran.

terhadap aktivitas belajar, juga dilihat

rentang

bagaimana

disajikan pada Tabel 2 berikut.

pendekatan

kontekstual

nilai

hasil

Tampilan

belajar

siswa

dikaitkan dengan hasil belajar siswa
No.
1
2
3
4
5
Jumlah

Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51

Frekuensi
24
10
9
2
0
45

Persentase (%)
53,3
22,2
20
4,4
0
100

Berdasarkan tabel 2 berikut

berada pada rentang nilai 71-80 dan

didapatkan hasil belajar siswa yaitu

rentang 61-70 sebanyak 2 siswa atau

siswa yang memperoleh nilai 91-100

4,4 %. Persentase nilai hasil belajar

sebanyak 24 siswa atau 53,3 %.

siswa

Sedangkan siswa yang mendapat nilai

pendekatan

81-90 sebanyak 10 siswa atau 22,2 %.

pada

Kemudian terdapat 9 siswa atau 20 %

berikut.

dengan

menggunakan

kontesktual

gambar

diagram

ditunjukkan
lingkaran

FREKUENSI
61-70 51-00
71-80
91-100
81-90

Gambar 1 Persentase Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual

Pada

akhir

diminta

untuk

evaluasi

yang

subtema

mengerjakan
bertujuan

siswa

Rekapitulasi

soal

pembelajaran

belajar

ditunjukkan pada tabel 3 berikut.

untuk

mengukur ketuntasan siswa di dalam
proses

hasil

dengan

menggunakan pendekatan -.

39

siswa

Pembelajaran
1
2
3
4
5
6

Nilai Rata-rata Kelas
97,04
93,75
92,29
92,9
94,47
91,68

Berdasarkan Tabel 3 di atas

Keterangan
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria

terhadap aktivitas dan hasil belajar

ditarik kesimpulan bahwa rata-rata

siswa

siswa ketika menggunakan pendekatan

menggunakan formula Paired Sample

kontekstual dari pembelajaran 1 hingga

T-Test.

pembelajaran

mengetahui

6

termasuk

dalam

digunakan

Uji

uji

ini

komparasi

bertujuan

perbedaan

nilai

sebelum

dilihat bahwa nilai hasil belajar siswa

pendekatan

di atas 90 % lebih dari 85 % dari

dilakukan uji komparasi terlebih dahulu

kriteria

harus dilakukan uji asumsi yaitu uji

yang

sudah

sesudah

siswa

kategori Tuntas. Hal tersebut dapat

ketuntasan

dan

untuk

penerapan

kontekstual.

Sebelum

normalitas dan homogenitas.

ditentukan.

Uji normalitas dari hasil belajar

Untuk mengetahui keefektifan

siswa ditunjukkan pada Tabel 4 berikut

penerapan pendekatan kontekstual

ini.
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
hasil_bel_sdcamp1
hasil_bel_sdcamp2

Df

.198
.171

Shapiro-Wilk

Sig.
44
44

Statistic

.001
.004

df

.883
.880

Sig.
44
44

.000
.000

Lilliefors Significance Correction

Berdasatkan Tabel 4 dari hasil

berdistribusi

uji normalitas dengan menggunakan

ditunjukkan

formula kolmogorov-smirnov diperoleh

signifikansinya berada di bawah 0,05

bahwa data aktivitas belajar sebelum

(0,004< 0,05). Jadi kedua data baik

menerapkan pendekatan kontekstual

aktivitas maupun hasil belajar tidak

tidak berdistribusi normal karena nilai

berdistribusi normal.

signifikansinya dibawah 0,05 (0,001<

Uji

normal,

hal

bahwa

Homogenitas

Aktivitas

belajar

belajar

ditunjukkan pada Tabel 5 berikut.

pendekatan

menerapkan

kontekstualjuga

tidak
40

I

nilai

0,05). Selanjutnya pada Data hasil
sesudah

SDN

ini

Campurdarat

Levene
Statistic
Aktiv_belajar_c Based on Mean
ampur
Based on Median

df1

df2

Sig.

52.885

1

86

.002

43.448

1

86

.000

Based on Median and with
adjusted df

43.448

1

55.340

.000

Based on trimmed mean

51.576

1

86

.000

Berdasarkan Tabel 5 dari uji

signifikansi kurang dari 0,05, maka

homogenitas aktivitas belajar sebelum

data penelitian aktivitas belajar tersebut

dan sesudah penerapan pendekatan

tidak homogen.

kontekstualdengan statistic based on

Sedangkan Uji Homogenitas

mean diperoleh nilai signifikansi 0,002.

hasil belajar SDN I Campurdarat

Hasil ini menunjukkan bahwa nilai

ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Levene Statistic

hasil_bel_campr

df1

df2

Sig.

Based on Mean

2.070

1

86

.234

Based on Median

1.524

1

86

.220

Based on Median and with
adjusted df

1.524

1

79.469

.221

Based on trimmed mean

2.011

1

86

.160

homogenitas.

Berdasarkan Tabel 6 Dari uji

Karena

tidak

ter-

homogenitas hasil belajar sebelum dan

penuhinya uji asumsi, sehingga uji

sesudah

komparasi paired sample T-test tidak

penerapan

pendekatan

kontekstual dengan statistic based on

dapat

mean diperoleh nilai signifikansi 0,234.

komparasi dilakukan dengan formula

Hal ini menunjukkan bahwa nilai

wilcoxon.

signifikansi lebih dari 0,05, sehingga

proses

Dari hasil uji asumsi bahwa
aktivitas

hasil

belajar

Sehingga

uji

Tes Hasil aktivitas siswa selama

data penelitian tersebut homogen.

data

dilakukan.

pembelajaran

akandisajikan

pada Tabel 7 sebagai berikut.

tidak

berdistribusi normal, sedangkan data
hasil belajar homogen berdasarkan uji

41

Test Statisticsb
Akt_belajar_sdcamp2 - Akt_belajar_sdcamp1
-5.612a
.001

Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test

Berdasarkan Tabel 7Dari hasil uji

belajar

komparasi dengan formula wilcoxon
diperoleh
0,05).

nilai

Hasil

signifikansi
tersebut

sebelum

dan

sesudah

menerapkan pendekatan kontekstual.
SedangkanUji Hasil belajar siswa

0,001(<

menunjukkan

SDN I Campurdarat akan disajikan pada

bahwa ada perbedaan antara aktivitas
tabel 8 sebagai berikut.
Test Statisticsb
hasil_bel_sdcamp2
hasil_bel_sdcamp1
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

-

-5.654a
.000

a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 8 dari hasil

sehingga tujuan pembelajaran yang

uji komparasi dengan formula wilcoxon

sudah

diperoleh nilai signifikansi 0,002 ( <

secara optimal. Pendekatan kontektusl

0,05). Hasil tersebut menunjukkan

berpengaruh terhadap aktivitas dan

bahwa terdapat perbedaan antara hasil

hasil

belajar sebelum dan sesudah penerapan

pembelajaran dikemas dengan menarik

pendekatan kontekstual di dalam proses

dan disesuaikan dengan lingkungan

pembelajaran.

siswa, siswa termotivasi untuk aktif

Berdasarkan
pendekatan
digunakan

hasil

kontekstual
di

dalam

uji

dirancang

belajar

coba

mengikuti

yang

Keaktifan

mampu

siswa.

proses
siswa

terwujud

Ketika

suatu

pembelajaran.
dalam

proses

pembelajaran

pembelajaran secara langsung akan

mempunyai pengaruh positif terhadap

berdampak terhadap hasil belajar di

proses

pengetahuan.

akhir pembelajaran. Menurut Hayati

Pendekatan kontekstual yang menjadi

dkk (2013) menyatakan bahwa siswa di

alat bantu tersebut mampu menciptakan

dalam pembelajaran sangat antusias

lingkungan

terhadap inovasi di dalam sebuah

pentransferan

belajar

yang

kondusif
42

pembelajatan terutama mengutamakan

sendiri, bekerja sama, berpikir kritis

keaktifan

keterlibatan

dan kreatif, membantu individu untuk

langsung dengan pengalaman. Respon

tumbuh dan berkembang, mencapai

siswa di dalam pembelajaran sangat

standar yang tinggi, dan menggunakan

positif

penilaian

siswa

yang

dan

membantu

siswa

autentik

(Authentic

memaknai suatu materi dan menikmati

assessment). Penggunaan pendekatan

proses

Sedangkan

kontekstual dapat menciptakan suasana

Puspita (2016) menyatakan bahwa

yang lebih menarik dalam proses

pendekatan kontekstual mengarahkan

belajar mengajar sehingga diharapkan

siswa untuk belajar dari pengetahuan

minat siswa menjadi lebih baik dan

yang siswa dapatkan dan dihubungkan

prestasi belajar menjadi meningkat.

dalam

sehari-hari.

Kemudian jika dilihat dari sisi minat

Pembelajaran kontekstual menekankan

belajar, penerapan model kontekstual

siswa

mampu

pembelajaran.

kehidupan

untuk

belajar

secara

utuh

menghadirkan suasana yang

sehingga informasi dan pengetahuan

realistis dengan menghubungkan antara

yang siswa temui dapat diserap dengan

pengetahuan yang diajarkan dengan

baik

Dengan

situasi dunia nyata, sehingga siswa

konsep itu, hasil pembelajaran yang

akan lebih memahami materi dan dapat

diharapkan lebih bermakna bagi siswa.

menerapkannya

Proses

sehari-hari, dan dapat menuntut peserta

dan

bertahan

lama.

pembelajaran

berlangsung

didik

bekerja

bukan

pembelajaran diskusi dan presentasi.

mentransfer pengetahuan dari guru ke

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

siswa. Strategi pembelajaran lebih

pendekatan kontekstual tidak hanya

dipentingkan daripada hasil belajar.

mempunyai pengaruh positif terhadap

mengalami,

komponen
yaitu;

saat

berbasis

mampu meningkatkan minat siswa

melibatkan

delapan

untuk mengikuti pembelajaran yang

pembelajaran

produktif

diajarkan serta menerapkan dalam

Pembelajaran

Kontekstual

aktif

aktivitas dan hasil belajar siswa, namun

Ita dkk (2017) mengatakan
bahwa

lebih

kehidupan

alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
dan

untuk

dalam

membuat

yang

kehidupan nyata siswa.

bermakna,

melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur

43

digabungkan dengan model, media,

SIMPULAN
Pendekatan kontekstual yang
digunakan

di

dalam

maupun bahan ajar yang digunakan di

pembelajaran

dalam proses pembelajaran.

mempunyai peranan utama di dalam
mencetak pola berpikir utuh siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Pada pendekatan ini siswa dirangsang

Agus Suprijono. 2009. Cooperative
Learning, Teori & Aplikasi
PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar
Asra,
Sumiati.
2013.
Metode
Pembelajaran. Bandung : Wacana
Prima.
Depdikbud. 2013. Teknik Penilaian di
SD. Ditjen Dikti Depdiknas.
Jakarta
Depdiknas.
2011.
Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta:
Dirjend Dikdasmen.
Hayati dkk. 2013. Pengembangan
Pembelajaran Ipa Smk Dengan
Model
Kontekstual
Berbasis
Proyek. Innovative Journal of
Curriculum
and
Educational
Technology: Volume 2 Nomor 1
Ita dkk. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Contextual
Teaching And Learning (Ctl)
Untuk
Meningkatkan
Minat
Belajar Dan Prestasi Belajar
Kimia Pada Materi Sistem Koloid
Kelas Xi Mipa 4 Sma Al - Islam 1
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) Universitas Sebelas
Maret: Vol. 6 No. 2 Hal. 128-134
Johson. Elanie B. 2008. Contextual
Teaching & Learning. Bandung :
Mizan Learning Center
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan. Sistem. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Komalasari,
Kokom.
2013.
Pembelajaran Kontekstul : Konsep
dan Aplikasi. Bandung : PT Refika
Adiatama

untuk memecahkan permasalahan dan
menemukan solusi terhadap persoalan
yang

ditemui

tersebut.

Materi

pembelajaran disusun dan dikaitkan
dengan

lingkungan

belajar

sehingga

penerimaan

pentransferan

pengetahuan

siswa,
dari
mampu

diterima dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
bahwa

Terdapat perbedaan yang

siginifikan

sebelum

penerapan

pendekatan

dan

sesudah

kontekstual

terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penerapan

pendekatan

kontekstual

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Pendekatan

kontekstual

diharapkan diterapkan dengan baik di
lingkungan belajar siswa. Pengemasan
pendekatan kontekstual secara baik dan
maksimal akan mampu meningkatkan
pengalaman belajar siswa, aktivitas,
dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini
tidak hanya berdiri sendiri sebagai alat
bantu tunggal dalam penyampaian
materi

pembelajaran.

Namun

pendekatan ini dapat bersinergi dan
44

Puspita, A. M. I. 2016. Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Berbantuan
Buku
Teks
Berbasis
Kontekstual.Jurnal Pendidikan:
Teori,
Penelitian,
dan
Pengembangan
Volume
1,
Nomor 10, Oktober 2016, hlm
1880-1883
Puspita, A. M. I. 2016. Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Berbasis
Kontekstual
Subtema
Alam
Sekitar untuk Siswa Kelas II SD
(Tesis).Malang:
Universitas
Negeri Malang

Puspita, A. M. I. 2017. Pengaruh
Penggunaan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Lingkungan Terhadap
Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas II SDN III
Tanggung. Jurnal Dewantara:
Volume 3 Nomor 1
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.

45