PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTESKTUAL TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DI SDN I CAMPURDARAT
PENGARUH PENERAPAN PENDEKATAN KONTESKTUAL
TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DI SDN I CAMPURDARAT
Ari Metalin Ika Puspita
STKIP PGRI Trenggalek
Jl. Supriyadi No. 21 Trenggalek
Email: arimetalinikapuspita2@gmail.com
Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh,
mendeskripsikan, dan menggambarkan penerapan pensekatan kontekstual
terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kuantitatif jenis quasi eksperiment. Intrumen yang
digunakan adalah lembar angket, lembar observasi, dan lembar tes. Hasil
penelitian ini adalah pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa. Terdapat perbedaan terhadap aktivitas dan hasil
belajar sebelum dan sesudah penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran. Implikasi dari penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran tidak hanya pada aktivitas dan hasil belajar, namun pendekatan
kontekstual mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar dari lingkungan
nyata, membangun pengetahuan sendiri, serta menemukan dan memecahkan
permasalahan terkait pembelajaran.
Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Pendekatan Kontekstual
Abstract: The purpose of this research is to know influence, describe, and
describe applying of contextual approach to activity and result of student
learning. The method used in this research is Quantitative type of quasi
experiment. The instruments used are questionnaires, observation sheets, and test
sheets. The result of this research is contextual approach have influence to
activity and result of student learning. There are differences in activity and
learning outcomes before and after the application of a contextual approach in the
learning process. The implications of applying contextual approaches in the
learning process are not only in activities and learning outcomes, but contextual
approaches can generate students' interest to learn from the real environment,
build their own knowledge, and find and solve problems related to learning.
Keywords: Student Activity, Learning Outcomes, Contextual Approach
berkualitas
PENDAHULUAN
tidak
mudah,
karena
Pendidikan memegang peranan
membutuhkan kerjasama dari elemen-
utama dan pertama terhadap kemajuan
elemen pendidikan itu sendiri. Jika
suatu
bangsa.
berkualitas
akan
Pendidikan
yang
elemen-elemen tersebut kuat dan kokoh
mampu
me-
dalam satu misi dalam memajukan
ngembangkan sumber daya manusia
pendidikan,
yang siap untuk menghadapi tantangan
pendidikan itu akan mencapai tujuan
zaman. Namun pengembangan dan
yang sudah dirancang.
penerapan sistem pendidikan yang
33
hasil
dari
proses
Tujuan
menurut
Tahun
pendidikan
Undang-Undang
2003
adalah
kehidupan
nasional
No.
2013
20
mencerdaskan
bangsa
menekankan
pada
pedagogik
modern
pembelajaran,
yaitu
dimensi
dalam
menggunakan
dan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
mengembangkan manusia Indonesia
(scientific approach) yang digunakan
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
di
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
mengamati,
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
memiliki
dan
pengetahuan
dan
dalam
pembelajaran,
meliputi
menanya,
mencoba,
mencipta
untuk
semua
mata
keterampilan, kesehatan jasmani dan
pelajaran. Pada proses pembelajaran
rohani, kepribadian yang mantap dan
dinilai aspek keterampilan dan sikap,
mandiri serta rasa tanggung jawab
sedangkan pada akhir pembelajaran
kemasyarakatan
kebangsaan.
dilakukan penilaian hasil belajar yang
Menurut tujuan pendidikan nasional
berpusat pada aspek kognisi atau
tersebut
bahwa
pengetahuan siswa terhadap materi
hanya
yang sudah dipelajari. Kurikulum 2013
mencerdaskan dari segi kognisi atau
ini sebenarnya jika berjalan secara
dilihat dari hasil pembelajaran, namun
optimalakan menjadikan pembelajaran
proses
mempunyai
bermakna, sehingga siswa tidak hanya
peranan yang sangat penting untuk
mempunyai kecerdasan kognisi, namun
menentukan
tersebut
mempunyai pengalaman belajar yang
dapat berhasil. Proses pembelajaran
baik serta menumbuh nilai karakter
memperhatikan beberapa aspek yaitu
pada
keterampilan,
serta
persoalan penerapan kurikulum 2013 di
penanaman budi pekerti. Ketika proses
Indonesia masih menyisakan banyak
dan hasil pembelajaran bersinergi dan
persoalan baik dari aspek guru dan
dirancang
tujuan
siswa. Jika ditinjau dari aspek guru,
secara
banyak guru belum mampu mengemas
dan
dapat
pendidikan
dimaknai
itu
tidak
pembelajaran
pembelajaran
Psikomtorik,
secara
baik,
pembelajaran akan berhasil
proses
optimal.
diri
siswa.
Namun
pembelajaran
terdapat
secara
utuh
Kurikulum 2013 yang sudah
melalui pendekatan konstruktivisme,
diterapkan di tingkat sekolah dasar
Transisi dari KTSP ke Kurikulum 2013
sudah menerapkan penilaian proses dan
yang
hasil belajar. Kemendikbud (2013:
pemerintah
209) menyatakan bahwa kurikulum
menimbulkan persoalan dan kesulitan
34
cenderung
dipaksakan
untuk
oleh
diterapkan
yang
harus
dipecahkan.
Serta
memecahkan masalah serta melihat
instrumen penilaian pada Kurikulum
langsung objek yang dipelajari maka
2013 yang belum mampu mengukur
pengetahuan tersebut akan tersimpan
kemampuan siswa secara maksimal.
lama di memori siswa. Pendekatan
Salah
satu
tujuan
dan
yang sesuai dengan hal tersebut adalah
karakteristik dari Kurikulum
2013
pendekatan kontekstual. Pendekatan
adalah mengembangkan keseimbangan
kontekstual
antara pengembangan sikap spiritual
pendekatan di dalam pembelajaran
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
yang mampu menciptakan lingkungan
kerja
belajar yang bermakna dan melibatkan
sama
intelektual
dengan
dan
kemampuan
psikomotorik.
siswa
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan
langkah-langkah
pendekatan
scientific
pembelajaran
adalah
di
dalam
suatu
penemuan
dan
pemecahan masalah pembelajaran.
oleh Kemendikbud (2013: 208- 209),
bahwa
merupakan
Pembelajaran
penerapan
merupakan
interaksi antara guru dan siswa dalam
dalam
proses
mengamati
Proses
pentransferan
pengetahuan.
pentransferan
(observing), menanya (questioning),
membutuhkan
menalar
mencoba
pengetahuan tersebut dapat terserap
(experimenting), membentuk jaringan
dengan baik oleh siswa. Alat yang
(networking).
digunakan
dengan
dipelajari,
(associating),
Belajar
tidak
hanya
menghafal
materi
yang
namun
menelaah
dan
mengaplikasikan
dalam
suatu
tersebut
alat
dalam
sehingga
penyampaian
pengetahuan tersebut adalah model
kehidupan
pembelajaran.
Model
merupakan
landasan
praktik
nyata. Menurut Hamalik (2005: 27),
pembelajaran
bahwa belajar merupakan suatu proses,
penurunan
suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil
pendidikan yang dirancang berdasarkan
atau tujuan. Belajar bukan hanya
analisis
terhadap
mengingat, akan tetapi lebih luas dari
kurikulum
dan
itu, yaitu mengalami. Pembelajaran
tingkat operasional di kelas. Arends
dapat diterima secara utuh jika proses
(dalam Suprijono, 2009: 46). Model
pembelajaran tersebut dikaitkan dengan
pembelajaran
lingkungan belajar dan melibatkan
pendekatan yang akan digunakan di
pengalaman langsung siswa. Karena
dalam
jika siswa mampu menemukan dan
meliputi tujuan-tujuan pembelajaran,
35
yang
pembelajaran
dari
proses
menjadi
teori
hasil
psikologi
implementasi
implikasinya
mengacu
pembelajaran
pada
pada
yang
tahap-tahap
dalam
kegiatan
pembelajaran,
mendefinisikan
lingkungan
pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
mengaitkan materi
Komalasari
Model
dengan kehidupan nyata siswa sehari-
dasarnya
hari, baik dari lingkungan, keluarga,
merupakan bentuk pembelajaran yang
sekolah, masyarakat maupun warga
tergambar dari awal sampai akhir yang
negara
disajikan secara khas oleh guru. Dapat
menemukan makna materi tersebut
disimpulkan
bagi kehidupan siswa.
(2010:
pembelajaran
57).
pada
bahwa
model
pembelajaran merupakan bungkus atau
yang dipelajari
dengan
Pendekatan
tujuan
untuk
kontekstual
bingkai dari implementasi dari suatu
miliki
pendekatan
khas, yang membedakannya dengan
metode
dan
teknik
pembelajaran.
beberapa karakteristik
me-
pendekatan
Penerapan
yang
pembelajaran
lain.
pembelajaran
Karakteristik pendekatan kontekstual
kontekstual di kelas-kelas Amerika
menurut Depdiknas (2011: 11) adalah:
pertama diperkenalkan oleh Dewey
(a) kerjasama, (b) saling menunjang,
pada tahun 1961.
(c)
Menurut Dewey
menyenangkan,
tidak
belajar
dengan
(dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)
membosankan,
mengusulkan suatu kurikulum dan
gairah, (f) pembelajaran terintegrasi,
metodologi pengajaran yang berkaitan
(g) siswa aktif, (h) sharing dengan
dengan minat dan pengalaman siswa,
teman,
sehingga muncullah berbagai teori
sumber, (j) siswa kritis dan guru
mengenal
pembelajaran
kreatif, (k) dinding kelas dan lorong-
(2008:
65)
lorong penuh dengan hasil karya siswa,
Kontesktual
dan (l) laporan kepada orang tua bukan
model
Kontekstual.
Jhonson
mengatakan
bahwa
merupakan
sebuah
menggunakan
berbagai
yang
rapor, melainkan hasil karya siswa.
menyeluruh yang terdiri dari bagian-
Sementara itu, Jhonson (2008: 15)
bagian
mengidentifikasi delapan karakteristik
yang
saling
sistem
(i)
(e)
(d)
berhubungan.
Sehingga Jika bagian-bagian ini dapat
pendekatan
terjalin serta terhubung satu sama lain,
Making
maka akan dihasilkan suatu pengaruh
(membuat hubungan penuh makna) b.
yang
Doing significant work (melakukan
akan
diberikan
terpisah.
melebihi
hasil
bagian-bagian
Komalasari
yang
secara
(2010:
kerja
7)
kontekstual,
meaningful
signifikan)
c.
yaitu:
a.
connections
Self-regulated
learning (belajar mengatur sendiri) d.
36
Collaborating (kerjasama) e. Critical
dapat disimpulkan bahwa pendekatan
and creative thinking (berpikir kritis
kontekstual
dan kreatif) f. Nurturing the individual
yang melibatkan pengalaman individu
(memelihara pribadi) g. Reaching high
untuk mendapatkan pengetahuan baru,
standard
(mencapai
tinggi).
Karakteristik
kontekstual
yang
pendekatan
standar
berbagi
pendekatan
berbeda
dengan
lain
akan
yang
menimbulkan
yang
semangat
informasi,
pendekatan
serta
aplikasi
pengetahuan di dalam kehidupan.
METODE PENELITIAN
dalam
Pendekatan
mengikuti pembelajaran.
kuantitatif
yang
digunakan adalah metode eksperimen.
Sounders (Komalasari, 2010: 8)
menyatakan
merupakan
bahwa
Desain
penelitian
yang
digunakan
pembelajaran
dalam penelitian ini adalah Quasi
kontekstual difokuskan pada REACT
Experimental Design dengan bentuk
(Relating:
konteks
Nonequivalent Control Group Design.
Experiencing:
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN
belajar dalam konteks pencarian dan
I Campurdarat pada siswa kelas II yang
penemuan; Applying: belajar ketika
sudah
pengetahuan
Pada rancangan penelitian ini peneliti
belajar
pengalaman
dalam
hidup;
diperkenalkan
dalam
menerapkan Kurikulum 2013.
konteks penggunaannya; Cooperating:
menggunakan
belajar melalui konteks komunikasi
eksperimen dengan kelompok kontrol
interpersonal
yang diawali dengan pemberian pretest
dan
saling
belajar
Transfering:
berbagi;
penggunaan
pada
satu
masing-masing
kelompok
kelompok.
pengetahuan dalam suatu konteks atau
Kelompok
situasi baru). Trianto (2011: 101)
perlakuan sedangkan kelompok kontrol
menambahkan
tidak diberikan perlakuan. Pada akhir
pendekatan
bahwa
kontekstual,
karaketristik
yaitu
(1)
penelitian
eksperimen
akan
diberikan
diberikan
posttest
kerjasama; (2) saling menunjang; (3)
kepada
menyenangkan,
Rancangan Penelitian ditunjukkan pada
tidak
mengasyikkan;
membosankan
comfortable);
(5)
bergairah;
(6)
(4)
(joyfull,
belajar
kedua
Gambar 1 berikut.
dengan
pembelajaran
terintegrasi; dan (7) menggunakan
berbagai sumber siswa aktif. Sehingga
37
kelompok
tersebut.
O₁
X
O₃
O₂
O₄
Gambar 1 Rancangan Penelitian
Teknik
pengumpulan
data
pada
pada penelitian ini dilakukan dengan
penelitian ini menggunakan observasi
Software SPSS 22.
dan tes.Analisis data yang digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
uji
komparasi
bertujuan
adalah
komparasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji
Penerapan
untuk
pendekatan
kontekstual yang mana mengaitkan
membedakan rata-rata dari aktivitas
materi
dan hasil belajar kelompok kontrol dan
lingkungan nyata siswa. Hasil uji coba
kelompok eksperimen. Selain itu uji
dengan menggunakan metode quasi
komparasi
eksperiment
juga
digunakan
untuk
pembelajaran
dengan
bertujuan
untuk
melihat peningkatan aktivitas dan hasil
mengetahui keaktifan siswa di dalm
belajar
masing-masing
proses
sebelum
dan
sesudah
kelompok
menerapkan
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
pendekatan kontekstual. Uji komparasi
Nilai
aktivitas
dianalisis dengan menggunakan teknik
Campurdarat
independent sample t-test. Analisis data
pendekatan
siswa
dengan
kontekstual
SDN
I
menggunakan
ditunjukkan
pada Tabel 1 berikut.
No.
1
2
3
4
5
Jumlah
Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51
Frekuensi
27
11
5
1
0
44
Persentase (%)
61,36
25
11,36
2,27
0
100
Pada penilaian aktivitas siswa dengan
siswa di dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual
dengan
diperoleh bahwa terdapat 1 siswa yang
kontekstual di atas 80 sebesar 86,36
mendapatkan nilai rata-rata di bawah
%, sedangkan siswa memperoleh nilai
80. Kemudian terdapat 43 siswa yang
di bawah 80 sebesar 13,63 %. Sehingga
memperoleh nilai rata-rata di atas 80.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas
Berdasarkan
siswa ketika menerapkan pendekatan
Tabel
1
di
atas
menunjukkan bahwa nilai aktivitas
menerapkan
pendekatan
kontekstual memenuhi kategori aktif.
38
Pada uji coba selain melihat
penerapan
pendekatan
dengan memberikan soal-soal evaluasi
kontekstual
di
akhir
pembelajaran.
terhadap aktivitas belajar, juga dilihat
rentang
bagaimana
disajikan pada Tabel 2 berikut.
pendekatan
kontekstual
nilai
hasil
Tampilan
belajar
siswa
dikaitkan dengan hasil belajar siswa
No.
1
2
3
4
5
Jumlah
Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51
Frekuensi
24
10
9
2
0
45
Persentase (%)
53,3
22,2
20
4,4
0
100
Berdasarkan tabel 2 berikut
berada pada rentang nilai 71-80 dan
didapatkan hasil belajar siswa yaitu
rentang 61-70 sebanyak 2 siswa atau
siswa yang memperoleh nilai 91-100
4,4 %. Persentase nilai hasil belajar
sebanyak 24 siswa atau 53,3 %.
siswa
Sedangkan siswa yang mendapat nilai
pendekatan
81-90 sebanyak 10 siswa atau 22,2 %.
pada
Kemudian terdapat 9 siswa atau 20 %
berikut.
dengan
menggunakan
kontesktual
gambar
diagram
ditunjukkan
lingkaran
FREKUENSI
61-70 51-00
71-80
91-100
81-90
Gambar 1 Persentase Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual
Pada
akhir
diminta
untuk
evaluasi
yang
subtema
mengerjakan
bertujuan
siswa
Rekapitulasi
soal
pembelajaran
belajar
ditunjukkan pada tabel 3 berikut.
untuk
mengukur ketuntasan siswa di dalam
proses
hasil
dengan
menggunakan pendekatan -.
39
siswa
Pembelajaran
1
2
3
4
5
6
Nilai Rata-rata Kelas
97,04
93,75
92,29
92,9
94,47
91,68
Berdasarkan Tabel 3 di atas
Keterangan
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
terhadap aktivitas dan hasil belajar
ditarik kesimpulan bahwa rata-rata
siswa
siswa ketika menggunakan pendekatan
menggunakan formula Paired Sample
kontekstual dari pembelajaran 1 hingga
T-Test.
pembelajaran
mengetahui
6
termasuk
dalam
digunakan
Uji
uji
ini
komparasi
bertujuan
perbedaan
nilai
sebelum
dilihat bahwa nilai hasil belajar siswa
pendekatan
di atas 90 % lebih dari 85 % dari
dilakukan uji komparasi terlebih dahulu
kriteria
harus dilakukan uji asumsi yaitu uji
yang
sudah
sesudah
siswa
kategori Tuntas. Hal tersebut dapat
ketuntasan
dan
untuk
penerapan
kontekstual.
Sebelum
normalitas dan homogenitas.
ditentukan.
Uji normalitas dari hasil belajar
Untuk mengetahui keefektifan
siswa ditunjukkan pada Tabel 4 berikut
penerapan pendekatan kontekstual
ini.
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
hasil_bel_sdcamp1
hasil_bel_sdcamp2
Df
.198
.171
Shapiro-Wilk
Sig.
44
44
Statistic
.001
.004
df
.883
.880
Sig.
44
44
.000
.000
Lilliefors Significance Correction
Berdasatkan Tabel 4 dari hasil
berdistribusi
uji normalitas dengan menggunakan
ditunjukkan
formula kolmogorov-smirnov diperoleh
signifikansinya berada di bawah 0,05
bahwa data aktivitas belajar sebelum
(0,004< 0,05). Jadi kedua data baik
menerapkan pendekatan kontekstual
aktivitas maupun hasil belajar tidak
tidak berdistribusi normal karena nilai
berdistribusi normal.
signifikansinya dibawah 0,05 (0,001<
Uji
normal,
hal
bahwa
Homogenitas
Aktivitas
belajar
belajar
ditunjukkan pada Tabel 5 berikut.
pendekatan
menerapkan
kontekstualjuga
tidak
40
I
nilai
0,05). Selanjutnya pada Data hasil
sesudah
SDN
ini
Campurdarat
Levene
Statistic
Aktiv_belajar_c Based on Mean
ampur
Based on Median
df1
df2
Sig.
52.885
1
86
.002
43.448
1
86
.000
Based on Median and with
adjusted df
43.448
1
55.340
.000
Based on trimmed mean
51.576
1
86
.000
Berdasarkan Tabel 5 dari uji
signifikansi kurang dari 0,05, maka
homogenitas aktivitas belajar sebelum
data penelitian aktivitas belajar tersebut
dan sesudah penerapan pendekatan
tidak homogen.
kontekstualdengan statistic based on
Sedangkan Uji Homogenitas
mean diperoleh nilai signifikansi 0,002.
hasil belajar SDN I Campurdarat
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai
ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Levene Statistic
hasil_bel_campr
df1
df2
Sig.
Based on Mean
2.070
1
86
.234
Based on Median
1.524
1
86
.220
Based on Median and with
adjusted df
1.524
1
79.469
.221
Based on trimmed mean
2.011
1
86
.160
homogenitas.
Berdasarkan Tabel 6 Dari uji
Karena
tidak
ter-
homogenitas hasil belajar sebelum dan
penuhinya uji asumsi, sehingga uji
sesudah
komparasi paired sample T-test tidak
penerapan
pendekatan
kontekstual dengan statistic based on
dapat
mean diperoleh nilai signifikansi 0,234.
komparasi dilakukan dengan formula
Hal ini menunjukkan bahwa nilai
wilcoxon.
signifikansi lebih dari 0,05, sehingga
proses
Dari hasil uji asumsi bahwa
aktivitas
hasil
belajar
Sehingga
uji
Tes Hasil aktivitas siswa selama
data penelitian tersebut homogen.
data
dilakukan.
pembelajaran
akandisajikan
pada Tabel 7 sebagai berikut.
tidak
berdistribusi normal, sedangkan data
hasil belajar homogen berdasarkan uji
41
Test Statisticsb
Akt_belajar_sdcamp2 - Akt_belajar_sdcamp1
-5.612a
.001
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 7Dari hasil uji
belajar
komparasi dengan formula wilcoxon
diperoleh
0,05).
nilai
Hasil
signifikansi
tersebut
sebelum
dan
sesudah
menerapkan pendekatan kontekstual.
SedangkanUji Hasil belajar siswa
0,001(<
menunjukkan
SDN I Campurdarat akan disajikan pada
bahwa ada perbedaan antara aktivitas
tabel 8 sebagai berikut.
Test Statisticsb
hasil_bel_sdcamp2
hasil_bel_sdcamp1
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-
-5.654a
.000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 8 dari hasil
sehingga tujuan pembelajaran yang
uji komparasi dengan formula wilcoxon
sudah
diperoleh nilai signifikansi 0,002 ( <
secara optimal. Pendekatan kontektusl
0,05). Hasil tersebut menunjukkan
berpengaruh terhadap aktivitas dan
bahwa terdapat perbedaan antara hasil
hasil
belajar sebelum dan sesudah penerapan
pembelajaran dikemas dengan menarik
pendekatan kontekstual di dalam proses
dan disesuaikan dengan lingkungan
pembelajaran.
siswa, siswa termotivasi untuk aktif
Berdasarkan
pendekatan
digunakan
hasil
kontekstual
di
dalam
uji
dirancang
belajar
coba
mengikuti
yang
Keaktifan
mampu
siswa.
proses
siswa
terwujud
Ketika
suatu
pembelajaran.
dalam
proses
pembelajaran
pembelajaran secara langsung akan
mempunyai pengaruh positif terhadap
berdampak terhadap hasil belajar di
proses
pengetahuan.
akhir pembelajaran. Menurut Hayati
Pendekatan kontekstual yang menjadi
dkk (2013) menyatakan bahwa siswa di
alat bantu tersebut mampu menciptakan
dalam pembelajaran sangat antusias
lingkungan
terhadap inovasi di dalam sebuah
pentransferan
belajar
yang
kondusif
42
pembelajatan terutama mengutamakan
sendiri, bekerja sama, berpikir kritis
keaktifan
keterlibatan
dan kreatif, membantu individu untuk
langsung dengan pengalaman. Respon
tumbuh dan berkembang, mencapai
siswa di dalam pembelajaran sangat
standar yang tinggi, dan menggunakan
positif
penilaian
siswa
yang
dan
membantu
siswa
autentik
(Authentic
memaknai suatu materi dan menikmati
assessment). Penggunaan pendekatan
proses
Sedangkan
kontekstual dapat menciptakan suasana
Puspita (2016) menyatakan bahwa
yang lebih menarik dalam proses
pendekatan kontekstual mengarahkan
belajar mengajar sehingga diharapkan
siswa untuk belajar dari pengetahuan
minat siswa menjadi lebih baik dan
yang siswa dapatkan dan dihubungkan
prestasi belajar menjadi meningkat.
dalam
sehari-hari.
Kemudian jika dilihat dari sisi minat
Pembelajaran kontekstual menekankan
belajar, penerapan model kontekstual
siswa
mampu
pembelajaran.
kehidupan
untuk
belajar
secara
utuh
menghadirkan suasana yang
sehingga informasi dan pengetahuan
realistis dengan menghubungkan antara
yang siswa temui dapat diserap dengan
pengetahuan yang diajarkan dengan
baik
Dengan
situasi dunia nyata, sehingga siswa
konsep itu, hasil pembelajaran yang
akan lebih memahami materi dan dapat
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
menerapkannya
Proses
sehari-hari, dan dapat menuntut peserta
dan
bertahan
lama.
pembelajaran
berlangsung
didik
bekerja
bukan
pembelajaran diskusi dan presentasi.
mentransfer pengetahuan dari guru ke
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
siswa. Strategi pembelajaran lebih
pendekatan kontekstual tidak hanya
dipentingkan daripada hasil belajar.
mempunyai pengaruh positif terhadap
mengalami,
komponen
yaitu;
saat
berbasis
mampu meningkatkan minat siswa
melibatkan
delapan
untuk mengikuti pembelajaran yang
pembelajaran
produktif
diajarkan serta menerapkan dalam
Pembelajaran
Kontekstual
aktif
aktivitas dan hasil belajar siswa, namun
Ita dkk (2017) mengatakan
bahwa
lebih
kehidupan
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
dan
untuk
dalam
membuat
yang
kehidupan nyata siswa.
bermakna,
melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur
43
digabungkan dengan model, media,
SIMPULAN
Pendekatan kontekstual yang
digunakan
di
dalam
maupun bahan ajar yang digunakan di
pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
mempunyai peranan utama di dalam
mencetak pola berpikir utuh siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Pada pendekatan ini siswa dirangsang
Agus Suprijono. 2009. Cooperative
Learning, Teori & Aplikasi
PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar
Asra,
Sumiati.
2013.
Metode
Pembelajaran. Bandung : Wacana
Prima.
Depdikbud. 2013. Teknik Penilaian di
SD. Ditjen Dikti Depdiknas.
Jakarta
Depdiknas.
2011.
Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta:
Dirjend Dikdasmen.
Hayati dkk. 2013. Pengembangan
Pembelajaran Ipa Smk Dengan
Model
Kontekstual
Berbasis
Proyek. Innovative Journal of
Curriculum
and
Educational
Technology: Volume 2 Nomor 1
Ita dkk. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Contextual
Teaching And Learning (Ctl)
Untuk
Meningkatkan
Minat
Belajar Dan Prestasi Belajar
Kimia Pada Materi Sistem Koloid
Kelas Xi Mipa 4 Sma Al - Islam 1
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) Universitas Sebelas
Maret: Vol. 6 No. 2 Hal. 128-134
Johson. Elanie B. 2008. Contextual
Teaching & Learning. Bandung :
Mizan Learning Center
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan. Sistem. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Komalasari,
Kokom.
2013.
Pembelajaran Kontekstul : Konsep
dan Aplikasi. Bandung : PT Refika
Adiatama
untuk memecahkan permasalahan dan
menemukan solusi terhadap persoalan
yang
ditemui
tersebut.
Materi
pembelajaran disusun dan dikaitkan
dengan
lingkungan
belajar
sehingga
penerimaan
pentransferan
pengetahuan
siswa,
dari
mampu
diterima dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
bahwa
Terdapat perbedaan yang
siginifikan
sebelum
penerapan
pendekatan
dan
sesudah
kontekstual
terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penerapan
pendekatan
kontekstual
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Pendekatan
kontekstual
diharapkan diterapkan dengan baik di
lingkungan belajar siswa. Pengemasan
pendekatan kontekstual secara baik dan
maksimal akan mampu meningkatkan
pengalaman belajar siswa, aktivitas,
dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini
tidak hanya berdiri sendiri sebagai alat
bantu tunggal dalam penyampaian
materi
pembelajaran.
Namun
pendekatan ini dapat bersinergi dan
44
Puspita, A. M. I. 2016. Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Berbantuan
Buku
Teks
Berbasis
Kontekstual.Jurnal Pendidikan:
Teori,
Penelitian,
dan
Pengembangan
Volume
1,
Nomor 10, Oktober 2016, hlm
1880-1883
Puspita, A. M. I. 2016. Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Berbasis
Kontekstual
Subtema
Alam
Sekitar untuk Siswa Kelas II SD
(Tesis).Malang:
Universitas
Negeri Malang
Puspita, A. M. I. 2017. Pengaruh
Penggunaan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Lingkungan Terhadap
Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas II SDN III
Tanggung. Jurnal Dewantara:
Volume 3 Nomor 1
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
45
TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DI SDN I CAMPURDARAT
Ari Metalin Ika Puspita
STKIP PGRI Trenggalek
Jl. Supriyadi No. 21 Trenggalek
Email: arimetalinikapuspita2@gmail.com
Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh,
mendeskripsikan, dan menggambarkan penerapan pensekatan kontekstual
terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Kuantitatif jenis quasi eksperiment. Intrumen yang
digunakan adalah lembar angket, lembar observasi, dan lembar tes. Hasil
penelitian ini adalah pendekatan kontekstual mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa. Terdapat perbedaan terhadap aktivitas dan hasil
belajar sebelum dan sesudah penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran. Implikasi dari penerapan pendekatan kontekstual di dalam proses
pembelajaran tidak hanya pada aktivitas dan hasil belajar, namun pendekatan
kontekstual mampu membangkitkan minat siswa untuk belajar dari lingkungan
nyata, membangun pengetahuan sendiri, serta menemukan dan memecahkan
permasalahan terkait pembelajaran.
Kata Kunci: Aktivitas Siswa, Hasil Belajar, Pendekatan Kontekstual
Abstract: The purpose of this research is to know influence, describe, and
describe applying of contextual approach to activity and result of student
learning. The method used in this research is Quantitative type of quasi
experiment. The instruments used are questionnaires, observation sheets, and test
sheets. The result of this research is contextual approach have influence to
activity and result of student learning. There are differences in activity and
learning outcomes before and after the application of a contextual approach in the
learning process. The implications of applying contextual approaches in the
learning process are not only in activities and learning outcomes, but contextual
approaches can generate students' interest to learn from the real environment,
build their own knowledge, and find and solve problems related to learning.
Keywords: Student Activity, Learning Outcomes, Contextual Approach
berkualitas
PENDAHULUAN
tidak
mudah,
karena
Pendidikan memegang peranan
membutuhkan kerjasama dari elemen-
utama dan pertama terhadap kemajuan
elemen pendidikan itu sendiri. Jika
suatu
bangsa.
berkualitas
akan
Pendidikan
yang
elemen-elemen tersebut kuat dan kokoh
mampu
me-
dalam satu misi dalam memajukan
ngembangkan sumber daya manusia
pendidikan,
yang siap untuk menghadapi tantangan
pendidikan itu akan mencapai tujuan
zaman. Namun pengembangan dan
yang sudah dirancang.
penerapan sistem pendidikan yang
33
hasil
dari
proses
Tujuan
menurut
Tahun
pendidikan
Undang-Undang
2003
adalah
kehidupan
nasional
No.
2013
20
mencerdaskan
bangsa
menekankan
pada
pedagogik
modern
pembelajaran,
yaitu
dimensi
dalam
menggunakan
dan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah
mengembangkan manusia Indonesia
(scientific approach) yang digunakan
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman
di
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
mengamati,
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
mengolah, menyajikan, menyimpulkan,
memiliki
dan
pengetahuan
dan
dalam
pembelajaran,
meliputi
menanya,
mencoba,
mencipta
untuk
semua
mata
keterampilan, kesehatan jasmani dan
pelajaran. Pada proses pembelajaran
rohani, kepribadian yang mantap dan
dinilai aspek keterampilan dan sikap,
mandiri serta rasa tanggung jawab
sedangkan pada akhir pembelajaran
kemasyarakatan
kebangsaan.
dilakukan penilaian hasil belajar yang
Menurut tujuan pendidikan nasional
berpusat pada aspek kognisi atau
tersebut
bahwa
pengetahuan siswa terhadap materi
hanya
yang sudah dipelajari. Kurikulum 2013
mencerdaskan dari segi kognisi atau
ini sebenarnya jika berjalan secara
dilihat dari hasil pembelajaran, namun
optimalakan menjadikan pembelajaran
proses
mempunyai
bermakna, sehingga siswa tidak hanya
peranan yang sangat penting untuk
mempunyai kecerdasan kognisi, namun
menentukan
tersebut
mempunyai pengalaman belajar yang
dapat berhasil. Proses pembelajaran
baik serta menumbuh nilai karakter
memperhatikan beberapa aspek yaitu
pada
keterampilan,
serta
persoalan penerapan kurikulum 2013 di
penanaman budi pekerti. Ketika proses
Indonesia masih menyisakan banyak
dan hasil pembelajaran bersinergi dan
persoalan baik dari aspek guru dan
dirancang
tujuan
siswa. Jika ditinjau dari aspek guru,
secara
banyak guru belum mampu mengemas
dan
dapat
pendidikan
dimaknai
itu
tidak
pembelajaran
pembelajaran
Psikomtorik,
secara
baik,
pembelajaran akan berhasil
proses
optimal.
diri
siswa.
Namun
pembelajaran
terdapat
secara
utuh
Kurikulum 2013 yang sudah
melalui pendekatan konstruktivisme,
diterapkan di tingkat sekolah dasar
Transisi dari KTSP ke Kurikulum 2013
sudah menerapkan penilaian proses dan
yang
hasil belajar. Kemendikbud (2013:
pemerintah
209) menyatakan bahwa kurikulum
menimbulkan persoalan dan kesulitan
34
cenderung
dipaksakan
untuk
oleh
diterapkan
yang
harus
dipecahkan.
Serta
memecahkan masalah serta melihat
instrumen penilaian pada Kurikulum
langsung objek yang dipelajari maka
2013 yang belum mampu mengukur
pengetahuan tersebut akan tersimpan
kemampuan siswa secara maksimal.
lama di memori siswa. Pendekatan
Salah
satu
tujuan
dan
yang sesuai dengan hal tersebut adalah
karakteristik dari Kurikulum
2013
pendekatan kontekstual. Pendekatan
adalah mengembangkan keseimbangan
kontekstual
antara pengembangan sikap spiritual
pendekatan di dalam pembelajaran
dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas,
yang mampu menciptakan lingkungan
kerja
belajar yang bermakna dan melibatkan
sama
intelektual
dengan
dan
kemampuan
psikomotorik.
siswa
Pernyataan lebih lanjut dikemukakan
langkah-langkah
pendekatan
scientific
pembelajaran
adalah
di
dalam
suatu
penemuan
dan
pemecahan masalah pembelajaran.
oleh Kemendikbud (2013: 208- 209),
bahwa
merupakan
Pembelajaran
penerapan
merupakan
interaksi antara guru dan siswa dalam
dalam
proses
mengamati
Proses
pentransferan
pengetahuan.
pentransferan
(observing), menanya (questioning),
membutuhkan
menalar
mencoba
pengetahuan tersebut dapat terserap
(experimenting), membentuk jaringan
dengan baik oleh siswa. Alat yang
(networking).
digunakan
dengan
dipelajari,
(associating),
Belajar
tidak
hanya
menghafal
materi
yang
namun
menelaah
dan
mengaplikasikan
dalam
suatu
tersebut
alat
dalam
sehingga
penyampaian
pengetahuan tersebut adalah model
kehidupan
pembelajaran.
Model
merupakan
landasan
praktik
nyata. Menurut Hamalik (2005: 27),
pembelajaran
bahwa belajar merupakan suatu proses,
penurunan
suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil
pendidikan yang dirancang berdasarkan
atau tujuan. Belajar bukan hanya
analisis
terhadap
mengingat, akan tetapi lebih luas dari
kurikulum
dan
itu, yaitu mengalami. Pembelajaran
tingkat operasional di kelas. Arends
dapat diterima secara utuh jika proses
(dalam Suprijono, 2009: 46). Model
pembelajaran tersebut dikaitkan dengan
pembelajaran
lingkungan belajar dan melibatkan
pendekatan yang akan digunakan di
pengalaman langsung siswa. Karena
dalam
jika siswa mampu menemukan dan
meliputi tujuan-tujuan pembelajaran,
35
yang
pembelajaran
dari
proses
menjadi
teori
hasil
psikologi
implementasi
implikasinya
mengacu
pembelajaran
pada
pada
yang
tahap-tahap
dalam
kegiatan
pembelajaran,
mendefinisikan
lingkungan
pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang
pembelajaran dan pengelolaan kelas.
mengaitkan materi
Komalasari
Model
dengan kehidupan nyata siswa sehari-
dasarnya
hari, baik dari lingkungan, keluarga,
merupakan bentuk pembelajaran yang
sekolah, masyarakat maupun warga
tergambar dari awal sampai akhir yang
negara
disajikan secara khas oleh guru. Dapat
menemukan makna materi tersebut
disimpulkan
bagi kehidupan siswa.
(2010:
pembelajaran
57).
pada
bahwa
model
pembelajaran merupakan bungkus atau
yang dipelajari
dengan
Pendekatan
tujuan
untuk
kontekstual
bingkai dari implementasi dari suatu
miliki
pendekatan
khas, yang membedakannya dengan
metode
dan
teknik
pembelajaran.
beberapa karakteristik
me-
pendekatan
Penerapan
yang
pembelajaran
lain.
pembelajaran
Karakteristik pendekatan kontekstual
kontekstual di kelas-kelas Amerika
menurut Depdiknas (2011: 11) adalah:
pertama diperkenalkan oleh Dewey
(a) kerjasama, (b) saling menunjang,
pada tahun 1961.
(c)
Menurut Dewey
menyenangkan,
tidak
belajar
dengan
(dalam Sumiati dan Asra, 2009: 14)
membosankan,
mengusulkan suatu kurikulum dan
gairah, (f) pembelajaran terintegrasi,
metodologi pengajaran yang berkaitan
(g) siswa aktif, (h) sharing dengan
dengan minat dan pengalaman siswa,
teman,
sehingga muncullah berbagai teori
sumber, (j) siswa kritis dan guru
mengenal
pembelajaran
kreatif, (k) dinding kelas dan lorong-
(2008:
65)
lorong penuh dengan hasil karya siswa,
Kontesktual
dan (l) laporan kepada orang tua bukan
model
Kontekstual.
Jhonson
mengatakan
bahwa
merupakan
sebuah
menggunakan
berbagai
yang
rapor, melainkan hasil karya siswa.
menyeluruh yang terdiri dari bagian-
Sementara itu, Jhonson (2008: 15)
bagian
mengidentifikasi delapan karakteristik
yang
saling
sistem
(i)
(e)
(d)
berhubungan.
Sehingga Jika bagian-bagian ini dapat
pendekatan
terjalin serta terhubung satu sama lain,
Making
maka akan dihasilkan suatu pengaruh
(membuat hubungan penuh makna) b.
yang
Doing significant work (melakukan
akan
diberikan
terpisah.
melebihi
hasil
bagian-bagian
Komalasari
yang
secara
(2010:
kerja
7)
kontekstual,
meaningful
signifikan)
c.
yaitu:
a.
connections
Self-regulated
learning (belajar mengatur sendiri) d.
36
Collaborating (kerjasama) e. Critical
dapat disimpulkan bahwa pendekatan
and creative thinking (berpikir kritis
kontekstual
dan kreatif) f. Nurturing the individual
yang melibatkan pengalaman individu
(memelihara pribadi) g. Reaching high
untuk mendapatkan pengetahuan baru,
standard
(mencapai
tinggi).
Karakteristik
kontekstual
yang
pendekatan
standar
berbagi
pendekatan
berbeda
dengan
lain
akan
yang
menimbulkan
yang
semangat
informasi,
pendekatan
serta
aplikasi
pengetahuan di dalam kehidupan.
METODE PENELITIAN
dalam
Pendekatan
mengikuti pembelajaran.
kuantitatif
yang
digunakan adalah metode eksperimen.
Sounders (Komalasari, 2010: 8)
menyatakan
merupakan
bahwa
Desain
penelitian
yang
digunakan
pembelajaran
dalam penelitian ini adalah Quasi
kontekstual difokuskan pada REACT
Experimental Design dengan bentuk
(Relating:
konteks
Nonequivalent Control Group Design.
Experiencing:
Lokasi penelitian dilaksanakan di SDN
belajar dalam konteks pencarian dan
I Campurdarat pada siswa kelas II yang
penemuan; Applying: belajar ketika
sudah
pengetahuan
Pada rancangan penelitian ini peneliti
belajar
pengalaman
dalam
hidup;
diperkenalkan
dalam
menerapkan Kurikulum 2013.
konteks penggunaannya; Cooperating:
menggunakan
belajar melalui konteks komunikasi
eksperimen dengan kelompok kontrol
interpersonal
yang diawali dengan pemberian pretest
dan
saling
belajar
Transfering:
berbagi;
penggunaan
pada
satu
masing-masing
kelompok
kelompok.
pengetahuan dalam suatu konteks atau
Kelompok
situasi baru). Trianto (2011: 101)
perlakuan sedangkan kelompok kontrol
menambahkan
tidak diberikan perlakuan. Pada akhir
pendekatan
bahwa
kontekstual,
karaketristik
yaitu
(1)
penelitian
eksperimen
akan
diberikan
diberikan
posttest
kerjasama; (2) saling menunjang; (3)
kepada
menyenangkan,
Rancangan Penelitian ditunjukkan pada
tidak
mengasyikkan;
membosankan
comfortable);
(5)
bergairah;
(6)
(4)
(joyfull,
belajar
kedua
Gambar 1 berikut.
dengan
pembelajaran
terintegrasi; dan (7) menggunakan
berbagai sumber siswa aktif. Sehingga
37
kelompok
tersebut.
O₁
X
O₃
O₂
O₄
Gambar 1 Rancangan Penelitian
Teknik
pengumpulan
data
pada
pada penelitian ini dilakukan dengan
penelitian ini menggunakan observasi
Software SPSS 22.
dan tes.Analisis data yang digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan
uji
komparasi
bertujuan
adalah
komparasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji
Penerapan
untuk
pendekatan
kontekstual yang mana mengaitkan
membedakan rata-rata dari aktivitas
materi
dan hasil belajar kelompok kontrol dan
lingkungan nyata siswa. Hasil uji coba
kelompok eksperimen. Selain itu uji
dengan menggunakan metode quasi
komparasi
eksperiment
juga
digunakan
untuk
pembelajaran
dengan
bertujuan
untuk
melihat peningkatan aktivitas dan hasil
mengetahui keaktifan siswa di dalm
belajar
masing-masing
proses
sebelum
dan
sesudah
kelompok
menerapkan
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan kontekstual.
pendekatan kontekstual. Uji komparasi
Nilai
aktivitas
dianalisis dengan menggunakan teknik
Campurdarat
independent sample t-test. Analisis data
pendekatan
siswa
dengan
kontekstual
SDN
I
menggunakan
ditunjukkan
pada Tabel 1 berikut.
No.
1
2
3
4
5
Jumlah
Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51
Frekuensi
27
11
5
1
0
44
Persentase (%)
61,36
25
11,36
2,27
0
100
Pada penilaian aktivitas siswa dengan
siswa di dalam proses pembelajaran
menggunakan pendekatan kontekstual
dengan
diperoleh bahwa terdapat 1 siswa yang
kontekstual di atas 80 sebesar 86,36
mendapatkan nilai rata-rata di bawah
%, sedangkan siswa memperoleh nilai
80. Kemudian terdapat 43 siswa yang
di bawah 80 sebesar 13,63 %. Sehingga
memperoleh nilai rata-rata di atas 80.
dapat disimpulkan bahwa aktivitas
Berdasarkan
siswa ketika menerapkan pendekatan
Tabel
1
di
atas
menunjukkan bahwa nilai aktivitas
menerapkan
pendekatan
kontekstual memenuhi kategori aktif.
38
Pada uji coba selain melihat
penerapan
pendekatan
dengan memberikan soal-soal evaluasi
kontekstual
di
akhir
pembelajaran.
terhadap aktivitas belajar, juga dilihat
rentang
bagaimana
disajikan pada Tabel 2 berikut.
pendekatan
kontekstual
nilai
hasil
Tampilan
belajar
siswa
dikaitkan dengan hasil belajar siswa
No.
1
2
3
4
5
Jumlah
Rentang Nilai
91-100
81-90
71-80
61-70
00-51
Frekuensi
24
10
9
2
0
45
Persentase (%)
53,3
22,2
20
4,4
0
100
Berdasarkan tabel 2 berikut
berada pada rentang nilai 71-80 dan
didapatkan hasil belajar siswa yaitu
rentang 61-70 sebanyak 2 siswa atau
siswa yang memperoleh nilai 91-100
4,4 %. Persentase nilai hasil belajar
sebanyak 24 siswa atau 53,3 %.
siswa
Sedangkan siswa yang mendapat nilai
pendekatan
81-90 sebanyak 10 siswa atau 22,2 %.
pada
Kemudian terdapat 9 siswa atau 20 %
berikut.
dengan
menggunakan
kontesktual
gambar
diagram
ditunjukkan
lingkaran
FREKUENSI
61-70 51-00
71-80
91-100
81-90
Gambar 1 Persentase Hasil Belajar Siswa Dengan Menerapkan Pendekatan Kontekstual
Pada
akhir
diminta
untuk
evaluasi
yang
subtema
mengerjakan
bertujuan
siswa
Rekapitulasi
soal
pembelajaran
belajar
ditunjukkan pada tabel 3 berikut.
untuk
mengukur ketuntasan siswa di dalam
proses
hasil
dengan
menggunakan pendekatan -.
39
siswa
Pembelajaran
1
2
3
4
5
6
Nilai Rata-rata Kelas
97,04
93,75
92,29
92,9
94,47
91,68
Berdasarkan Tabel 3 di atas
Keterangan
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
Memenuhi Kriteria
terhadap aktivitas dan hasil belajar
ditarik kesimpulan bahwa rata-rata
siswa
siswa ketika menggunakan pendekatan
menggunakan formula Paired Sample
kontekstual dari pembelajaran 1 hingga
T-Test.
pembelajaran
mengetahui
6
termasuk
dalam
digunakan
Uji
uji
ini
komparasi
bertujuan
perbedaan
nilai
sebelum
dilihat bahwa nilai hasil belajar siswa
pendekatan
di atas 90 % lebih dari 85 % dari
dilakukan uji komparasi terlebih dahulu
kriteria
harus dilakukan uji asumsi yaitu uji
yang
sudah
sesudah
siswa
kategori Tuntas. Hal tersebut dapat
ketuntasan
dan
untuk
penerapan
kontekstual.
Sebelum
normalitas dan homogenitas.
ditentukan.
Uji normalitas dari hasil belajar
Untuk mengetahui keefektifan
siswa ditunjukkan pada Tabel 4 berikut
penerapan pendekatan kontekstual
ini.
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
hasil_bel_sdcamp1
hasil_bel_sdcamp2
Df
.198
.171
Shapiro-Wilk
Sig.
44
44
Statistic
.001
.004
df
.883
.880
Sig.
44
44
.000
.000
Lilliefors Significance Correction
Berdasatkan Tabel 4 dari hasil
berdistribusi
uji normalitas dengan menggunakan
ditunjukkan
formula kolmogorov-smirnov diperoleh
signifikansinya berada di bawah 0,05
bahwa data aktivitas belajar sebelum
(0,004< 0,05). Jadi kedua data baik
menerapkan pendekatan kontekstual
aktivitas maupun hasil belajar tidak
tidak berdistribusi normal karena nilai
berdistribusi normal.
signifikansinya dibawah 0,05 (0,001<
Uji
normal,
hal
bahwa
Homogenitas
Aktivitas
belajar
belajar
ditunjukkan pada Tabel 5 berikut.
pendekatan
menerapkan
kontekstualjuga
tidak
40
I
nilai
0,05). Selanjutnya pada Data hasil
sesudah
SDN
ini
Campurdarat
Levene
Statistic
Aktiv_belajar_c Based on Mean
ampur
Based on Median
df1
df2
Sig.
52.885
1
86
.002
43.448
1
86
.000
Based on Median and with
adjusted df
43.448
1
55.340
.000
Based on trimmed mean
51.576
1
86
.000
Berdasarkan Tabel 5 dari uji
signifikansi kurang dari 0,05, maka
homogenitas aktivitas belajar sebelum
data penelitian aktivitas belajar tersebut
dan sesudah penerapan pendekatan
tidak homogen.
kontekstualdengan statistic based on
Sedangkan Uji Homogenitas
mean diperoleh nilai signifikansi 0,002.
hasil belajar SDN I Campurdarat
Hasil ini menunjukkan bahwa nilai
ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.
Levene Statistic
hasil_bel_campr
df1
df2
Sig.
Based on Mean
2.070
1
86
.234
Based on Median
1.524
1
86
.220
Based on Median and with
adjusted df
1.524
1
79.469
.221
Based on trimmed mean
2.011
1
86
.160
homogenitas.
Berdasarkan Tabel 6 Dari uji
Karena
tidak
ter-
homogenitas hasil belajar sebelum dan
penuhinya uji asumsi, sehingga uji
sesudah
komparasi paired sample T-test tidak
penerapan
pendekatan
kontekstual dengan statistic based on
dapat
mean diperoleh nilai signifikansi 0,234.
komparasi dilakukan dengan formula
Hal ini menunjukkan bahwa nilai
wilcoxon.
signifikansi lebih dari 0,05, sehingga
proses
Dari hasil uji asumsi bahwa
aktivitas
hasil
belajar
Sehingga
uji
Tes Hasil aktivitas siswa selama
data penelitian tersebut homogen.
data
dilakukan.
pembelajaran
akandisajikan
pada Tabel 7 sebagai berikut.
tidak
berdistribusi normal, sedangkan data
hasil belajar homogen berdasarkan uji
41
Test Statisticsb
Akt_belajar_sdcamp2 - Akt_belajar_sdcamp1
-5.612a
.001
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 7Dari hasil uji
belajar
komparasi dengan formula wilcoxon
diperoleh
0,05).
nilai
Hasil
signifikansi
tersebut
sebelum
dan
sesudah
menerapkan pendekatan kontekstual.
SedangkanUji Hasil belajar siswa
0,001(<
menunjukkan
SDN I Campurdarat akan disajikan pada
bahwa ada perbedaan antara aktivitas
tabel 8 sebagai berikut.
Test Statisticsb
hasil_bel_sdcamp2
hasil_bel_sdcamp1
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
-
-5.654a
.000
a. Based on negative ranks.
b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Berdasarkan Tabel 8 dari hasil
sehingga tujuan pembelajaran yang
uji komparasi dengan formula wilcoxon
sudah
diperoleh nilai signifikansi 0,002 ( <
secara optimal. Pendekatan kontektusl
0,05). Hasil tersebut menunjukkan
berpengaruh terhadap aktivitas dan
bahwa terdapat perbedaan antara hasil
hasil
belajar sebelum dan sesudah penerapan
pembelajaran dikemas dengan menarik
pendekatan kontekstual di dalam proses
dan disesuaikan dengan lingkungan
pembelajaran.
siswa, siswa termotivasi untuk aktif
Berdasarkan
pendekatan
digunakan
hasil
kontekstual
di
dalam
uji
dirancang
belajar
coba
mengikuti
yang
Keaktifan
mampu
siswa.
proses
siswa
terwujud
Ketika
suatu
pembelajaran.
dalam
proses
pembelajaran
pembelajaran secara langsung akan
mempunyai pengaruh positif terhadap
berdampak terhadap hasil belajar di
proses
pengetahuan.
akhir pembelajaran. Menurut Hayati
Pendekatan kontekstual yang menjadi
dkk (2013) menyatakan bahwa siswa di
alat bantu tersebut mampu menciptakan
dalam pembelajaran sangat antusias
lingkungan
terhadap inovasi di dalam sebuah
pentransferan
belajar
yang
kondusif
42
pembelajatan terutama mengutamakan
sendiri, bekerja sama, berpikir kritis
keaktifan
keterlibatan
dan kreatif, membantu individu untuk
langsung dengan pengalaman. Respon
tumbuh dan berkembang, mencapai
siswa di dalam pembelajaran sangat
standar yang tinggi, dan menggunakan
positif
penilaian
siswa
yang
dan
membantu
siswa
autentik
(Authentic
memaknai suatu materi dan menikmati
assessment). Penggunaan pendekatan
proses
Sedangkan
kontekstual dapat menciptakan suasana
Puspita (2016) menyatakan bahwa
yang lebih menarik dalam proses
pendekatan kontekstual mengarahkan
belajar mengajar sehingga diharapkan
siswa untuk belajar dari pengetahuan
minat siswa menjadi lebih baik dan
yang siswa dapatkan dan dihubungkan
prestasi belajar menjadi meningkat.
dalam
sehari-hari.
Kemudian jika dilihat dari sisi minat
Pembelajaran kontekstual menekankan
belajar, penerapan model kontekstual
siswa
mampu
pembelajaran.
kehidupan
untuk
belajar
secara
utuh
menghadirkan suasana yang
sehingga informasi dan pengetahuan
realistis dengan menghubungkan antara
yang siswa temui dapat diserap dengan
pengetahuan yang diajarkan dengan
baik
Dengan
situasi dunia nyata, sehingga siswa
konsep itu, hasil pembelajaran yang
akan lebih memahami materi dan dapat
diharapkan lebih bermakna bagi siswa.
menerapkannya
Proses
sehari-hari, dan dapat menuntut peserta
dan
bertahan
lama.
pembelajaran
berlangsung
didik
bekerja
bukan
pembelajaran diskusi dan presentasi.
mentransfer pengetahuan dari guru ke
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
siswa. Strategi pembelajaran lebih
pendekatan kontekstual tidak hanya
dipentingkan daripada hasil belajar.
mempunyai pengaruh positif terhadap
mengalami,
komponen
yaitu;
saat
berbasis
mampu meningkatkan minat siswa
melibatkan
delapan
untuk mengikuti pembelajaran yang
pembelajaran
produktif
diajarkan serta menerapkan dalam
Pembelajaran
Kontekstual
aktif
aktivitas dan hasil belajar siswa, namun
Ita dkk (2017) mengatakan
bahwa
lebih
kehidupan
alamiah dalam bentuk kegiatan siswa
dan
untuk
dalam
membuat
yang
kehidupan nyata siswa.
bermakna,
melakukan pekerjaan yang berarti,
melakukan pembelajaran yang diatur
43
digabungkan dengan model, media,
SIMPULAN
Pendekatan kontekstual yang
digunakan
di
dalam
maupun bahan ajar yang digunakan di
pembelajaran
dalam proses pembelajaran.
mempunyai peranan utama di dalam
mencetak pola berpikir utuh siswa.
DAFTAR RUJUKAN
Pada pendekatan ini siswa dirangsang
Agus Suprijono. 2009. Cooperative
Learning, Teori & Aplikasi
PAIKEM. Surabaya: Pustaka
Pelajar
Asra,
Sumiati.
2013.
Metode
Pembelajaran. Bandung : Wacana
Prima.
Depdikbud. 2013. Teknik Penilaian di
SD. Ditjen Dikti Depdiknas.
Jakarta
Depdiknas.
2011.
Pembinaan
Pendidikan Karakter di Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta:
Dirjend Dikdasmen.
Hayati dkk. 2013. Pengembangan
Pembelajaran Ipa Smk Dengan
Model
Kontekstual
Berbasis
Proyek. Innovative Journal of
Curriculum
and
Educational
Technology: Volume 2 Nomor 1
Ita dkk. 2017. Penerapan Model
Pembelajaran Tipe Contextual
Teaching And Learning (Ctl)
Untuk
Meningkatkan
Minat
Belajar Dan Prestasi Belajar
Kimia Pada Materi Sistem Koloid
Kelas Xi Mipa 4 Sma Al - Islam 1
Surakarta
Tahun
Pelajaran
2015/2016. Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK) Universitas Sebelas
Maret: Vol. 6 No. 2 Hal. 128-134
Johson. Elanie B. 2008. Contextual
Teaching & Learning. Bandung :
Mizan Learning Center
Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan
Pengajaran
Berdasarkan
Pendekatan. Sistem. Jakarta: PT
Bumi Aksara
Komalasari,
Kokom.
2013.
Pembelajaran Kontekstul : Konsep
dan Aplikasi. Bandung : PT Refika
Adiatama
untuk memecahkan permasalahan dan
menemukan solusi terhadap persoalan
yang
ditemui
tersebut.
Materi
pembelajaran disusun dan dikaitkan
dengan
lingkungan
belajar
sehingga
penerimaan
pentransferan
pengetahuan
siswa,
dari
mampu
diterima dengan baik oleh siswa.
Berdasarkan hasil penelitian di atas
bahwa
Terdapat perbedaan yang
siginifikan
sebelum
penerapan
pendekatan
dan
sesudah
kontekstual
terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa. Sehingga dapat dikatakan bahwa
penerapan
pendekatan
kontekstual
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa.
Pendekatan
kontekstual
diharapkan diterapkan dengan baik di
lingkungan belajar siswa. Pengemasan
pendekatan kontekstual secara baik dan
maksimal akan mampu meningkatkan
pengalaman belajar siswa, aktivitas,
dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini
tidak hanya berdiri sendiri sebagai alat
bantu tunggal dalam penyampaian
materi
pembelajaran.
Namun
pendekatan ini dapat bersinergi dan
44
Puspita, A. M. I. 2016. Peningkatan
Hasil Belajar Siswa Berbantuan
Buku
Teks
Berbasis
Kontekstual.Jurnal Pendidikan:
Teori,
Penelitian,
dan
Pengembangan
Volume
1,
Nomor 10, Oktober 2016, hlm
1880-1883
Puspita, A. M. I. 2016. Pengembangan
Bahan Ajar Tematik Berbasis
Kontekstual
Subtema
Alam
Sekitar untuk Siswa Kelas II SD
(Tesis).Malang:
Universitas
Negeri Malang
Puspita, A. M. I. 2017. Pengaruh
Penggunaan Bahan Ajar Tematik
Berbasis Lingkungan Terhadap
Aktivitas Dan Hasil Belajar
Siswa Kelas II SDN III
Tanggung. Jurnal Dewantara:
Volume 3 Nomor 1
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung : Alfabeta
Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Depdiknas.
45