PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR Dessy Larimbi
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PERSONAL TERHADAP SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR
Dessy Larimbi
dessylarimbi.0510230055@gmail.com
Bambang Subroto Rosidi
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya
ABSTRACT
The purpose of this study was to test the impact of personal factors to auditor’s professional skepticism at Non Big 4 audit firms in East Java. Personal factors which tested in this study were personality type, auditor’s sex, and audit experience. Auditor’s personality types were classified based on Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), audit experience was measured by auditor tenure, and auditor’s professional skepticism was measured by Hurtt (2010) professional skepticism scale. Sample used in this study were auditors at Non Big 4 audit firms in East Java, which selected by easy sampling technique (convenience sampling). Questionnaire was used as research instrument. Datas in this study were analyzed by multiple regression analysis. The results of this study indicate that INFP (introvert, intuition, feeling, perceiving) and ENFJ (extrovert, intuition, feeling, judging) personality type affects auditor’s professional skepticism. This study also found that audit experience affects auditor’s professional skepticism. The more experience an auditor, the higher the professional skepticism. On the other hand, sex differences of auditors at Non Big 4 audit firms in East Java turned out to have no effect on professional skepticism.
Keywords: auditor’s professional skepticism, personality type, auditor’s sex, audit experience, Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), Hurtt (2010) professional skepticism scale .
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor-faktor personal terhadap skeptisisme profesional auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di Jawa Timur. Faktor-faktor personal yang diuji dalam penelitian ini adalah tipe kepribadian, jenis kelamin auditor, dan pengalaman audit. Tipe kepribadian auditor diklasifikasikan berdasarkan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), pengalaman audit diukur dengan masa kerja auditor, dan skeptisisme profesional auditor diukur dengan skala skeptisisme profesional Hurtt (2010). Sampel dalam penelitian ini adalah auditor di Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di Jawa Timur yang dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel yang mudah (convenience sampling). Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian INFP (introvert, intuition, feeling, perceiving) dan ENFJ (extrovert, intuition, feeling, judging) berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Penelitian ini juga menemukan bahwa pengalaman audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Semakin banyak pengalaman seorang auditor, maka semakin tinggi skeptisisme profesionalnya. Selain itu, perbedaan jenis kelamin auditor di KAP Non Big 4 di Jawa Timur ternyata tidak berpengaruh pada skeptisisme profesional.
Kata kunci: skeptisisme profesional auditor, tipe kepribadian, jenis kelamin auditor, pengalaman audit, Myers-Briggs Type Indicator (MBTI), skala skeptisisme profesional Hurtt (2010).
PENDAHULUAN
auditor agar dapat melaksanakan audit Skeptisisme profesional perlu diterapkan
dengan standar yang tinggi. Penerapan
90 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
skeptisisme profesional yang memadai akan memiliki skeptisisme profesional lebih ting- membantu auditor mendeteksi potensi sa-
gi dibandingkan dengan tipe kepribadian lah salah saji material dalam laporan keua-
auditor yang lain. Dengan meneliti tipe ngan, sehingga dapat meminimalisir risiko
kepribadian menggunakan Myers-Briggs pengguna laporan keuangan memperoleh
Type Indicator (MBTI), Noviyanti (2008) informasi yang menyesatkan dan mengam-
menemukan bahwa auditor dengan tipe bil keputusan yang salah. Kegagalan dalam
kepribadian NT (intuition-thinking) dan ST menerapkan skeptisisme profesional ter-
(sensing-thinking) lebih skeptis disbanding- masuk pelanggaran dalam standar audit
kan auditor dengan tipe kepribadian lain- dan dapat dikenakan sangsi.
nya. NT dan ST mengambil keputusan se- Salah satu skandal terkait skeptisisme
cara rasional dan objektif. Hal inilah yang profesional auditor di Indonesia pernah
menyebabkan auditor dengan tipe ST dan dialami oleh KAP Prasetio, Sarwoko &
NT mempunyai skeptisisme profesional Sandjaja. Pada akhir tahun 2002, KAP yang
yang relatif lebih tinggi dibandingkan de- berafiliasi dengan Ernst and Young (EY) ini
ngan auditor dengan tipe kepribadian lain- ikut terseret kasus terbitnya 3 (tiga) versi
nya (Noviyanti, 2008).
laporan keuangan PT. Bank Lippo, Tbk per Jenis kelamin auditor juga dapat me-
30 September 2002 yang seluruhnya dinyata nentukan skeptisisme profesional yang di- kan “telah diaudit (audited)” (BAPEPAM,
milikinya. Hal ini didasarkan pada pemi- 2003). Partner KAP Prasetio, Sarwoko &
kiran bahwa pria dan wanita akan me- Sandjaja yang bertanggung jawab atas audit
nunjukkan perbedaan perilaku dalam ber- PT. Bank Lippo, Tbk tahun 2003 ikut
tindak didasarkan pada sifat yang dimiliki dikenakan sangsi administratif atas masalah
dan kodrat yang telah diberikan secara ini karena dianggap terlambat menyampai-
biologis (Nugrahaningsih, 2005). Beberapa kan informasi penting mengenai penilaian
penelitian skeptisisme profesional di luar kembali terhadap Agunan Yang Diambil
negeri menunjukkan hasil yang menarik Alih (AYDA) dan Penyisihan Penghapusan
bahwa skeptisisme profesional auditor wa- Aktiva Produktif (PPAP). Hal ini menjadi-
nita ternyata lebih tinggi dibandingkan de- kan isu tentang skeptisisme profesional
ngan auditor pria. Charron dan Lowe (2008) auditor menarik untuk diperhatikan.
menemukan bahwa skeptisisme profesional Skeptisisme profesional yang dimiliki
akuntan manajemen wanita lebih tinggi oleh auditor satu dengan yang lain dapat
dibandingkan skeptisisme profesional akun- berbeda. Hal itu dipengaruhi oleh sifat-sifat
tan manajemen pria. Hasil penelitian skeptisisme yang terdapat dalam diri
Fullerton dan Durtschi (2005) bahkan lebih masing-masing auditor (trait skepticism).
spesifik menjelaskan bahwa skeptisisme Sifat-sifat skeptisisme tersebut menjelaskan
profesional auditor lebih tinggi untuk audi- mengapa auditor tidak secara konsisten ber-
tor internal wanita yang lebih muda (ber- perilaku skeptis, atau mereka bervariasi
umur kurang dari 40 tahun). Dengan demi- secara substansial dalam menunjukkan
kian, jenis kelamin diduga turut berpe- skeptisisme profesional mereka (Hurtt et al.,
ngaruh terhadap skeptisisme profesional 2008). Selain itu, sebagian auditor memiliki
auditor.
skeptisisme (bahkan di luar tugas audit), Pengalaman audit diduga pula dapat sementara yang lain tidak atau kurang
memengaruhi skeptisisme profesional audi- skeptis (Tuanakotta, 2011: 80).
tor. Untuk dapat melaksanakan skeptisisme Faktor-faktor personal seperti tipe ke-
profesional, auditor harus memahami impli- pribadian, jenis kelamin auditor, serta pe-
kasi direksional bukti terhadap risiko audit, ngalaman audit diduga dapat memengaruhi
dan juga harus memiliki kemampuan untuk skeptisisme profesional auditor. Auditor
menerapkan pengetahuan mereka tentang dengan tipe kepribadian tertentu ternyata
pola bukti dan frekuensi kecurangan/non-
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
kecurangan (Nelson, 2009). Auditor dengan masa kerja lebih lama umumnya telah me- lakukan lebih banyak penugasan audit, se- hingga memiliki pengalaman lebih banyak dalam mendeteksi potensi kesalahan dan kecurangan selama audit. Oleh karena itu, auditor yang lebih berpengalaman akan le- bih tinggi skeptisisme profesionalnya di- bandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman (Gusti dan Ali, 2008).
Penelitian-penelitian mengenai skepti- sisme profesional di dalam negeri umum- nya dilakukan dengan menggabungkan berbagai faktor, baik dari dalam (internal) maupun dari luar diri auditor (eksternal). Faktor-faktor yang diteliti pengaruhnya ter- hadap skeptisisme profesional auditor da- lam penelitian-penelitian sebelumnya men- cakup etika, kompetensi, pengalaman audit, risiko audit, kepercayaan, penilaian risiko kecurangan, dan tipe kepribadian (Suraida, 2005; Noviyanti, 2008; Anugerah et al., 2011). Namun demikian, faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor dalam beberapa pene- litian tersebut masih menunjukkan hasil yang tidak konsisten.
Ketidakkonsistenan beberapa hasil pe- nelitian tentang skeptisisme profesional dari dalam negeri tersebut membuka peluang bagi peneliti untuk menguji kembali faktor- faktor yang berpengaruh terhadap skepti- sisme profesional auditor, terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor personal. Di samping itu, penelitian-penelitian sebelum- nya juga belum menyoroti skeptisisme pro- fesional secara khusus dari aspek pribadi auditor. Oleh sebab itu, penelitian ini menguji pengaruh faktor-faktor personal tersebut terhadap skeptisisme profesional auditor di KAP Non Big 4 di Jawa Timur. Penelitian ini menggabungkan pengukuran skeptisisme profesional yang berbasis sifat skeptisisme (trait skepticism) dari skala skeptisisme profesional Hurtt (2010) dengan faktor-faktor personal berupa tipe kepri- badian, jenis kelamin auditor, dan pengala- man audit, agar mampu menggali bukti
lebih dalam tentang skeptisisme profesional dari aspek pribadi auditor.
Penelitian ini memberikan bukti empi- ris mengenai pengaruh tipe kepribadian dan pengalaman audit terhadap skeptisisme profesional auditor. Selain itu, penelitian ini memberikan dukungan terhadap teori ke- pribadian dan sifat, dengan memberikan bukti bahwa skeptisisme profesional juga dipengaruhi oleh faktor-faktor personal auditor seperti tipe kepribadian dan penga- laman audit. Penelitian ini juga meleng- kapi/memperkaya khasanah aspek perilaku dalam auditing mengenai pengaruh tipe kepribadian dan pengalaman audit ter- hadap skeptisisme profesional auditor.
Penelitian ini memberikan beberapa kontribusi praktis bagi Kantor Akuntan Publik (KAP). Penelitian ini memotivasi KAP untuk mengaplikasikan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dan skala skeptisisme profesional Hurtt (2010) untuk memahami karakteristik tipe kepribadian dan skepti- sisme profesional yang dimiliki oleh para auditornya. Penelitian ini memberikan pe- doman bagi proses rekrutmen dan pelatihan di KAP untuk merekrut auditor baru dengan karakteristik individu (terutama dari segi tipe kepribadian) dan skeptisisme profesional auditor yang sesuai dengan kebutuhan KAP. Selain itu, penelitian ini memotivasi KAP untuk memberikan pe- latihan dan supervisi yang tepat dalam rangka meningkatkan skeptisisme profesi- onal auditor menjadi lebih baik. Bagi Dewan Standar Profesi Institut Akuntan Publik Indonesia (DSP IAPI), penelitian ini menjadi masukan untuk melakukan evalu- asi terhadap Pernyataan Standar Audit (PSA) yang berhubungan dengan skepti- sisme profesional.
TINJAUAN TEORETIS Teori Kepribadian
Kepribadian adalah seluruh pemikiran, perasaan, dan perilaku nyata baik yang disadari maupun yang tidak disadari (Jung sebagaimana yang dikutip oleh Yusuf dan Nurihsan (2011:74). Empat fungsi pikiran
92 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
manusia menurut Jung sebagaimana yang (3) Merasa (feeling) (“Apa arti dari benda dikutip oleh Friedman dan Schustack (2008:
tersebut?”); dan (4) Berintuisi (intuiting) 134) antara lain: (1) Menginderai (sensing)
(“Darimana asalnya dan kemana pergi- (“Apakah ada sesuatu di sana?”); (2) Ber-
nya?”).
pikir (thinking) (“Apa yang ada di sana?”);
Judging Introvert
Extravert Judging
Gambar 1 Tipe-tipe Kepribadian menurut Myers-Briggs Type Indicator
Sumber: Rutledge (2011)
Keterangan: ISTJ : Introvert (I), Sensing (S), Thinking (T), Judging (J) ISFJ : Introvert (I), Sensing (S), Feeling (F), Judging (J) INFJ : Introvert (I), iNtuition (N), Feeling (F), Judging (J) INTJ : Introvert (I), iNtuition (N), Thinking (T), Judging (J) ISTP : Introvert (I), Sensing (S), Thinking (T), Perception (P) ISFP : Introvert (I), Sensing (S), Feeling (F), Perception (P) INFP : Introvert (I), iNtuition (N), Feeling (F), Perception (P) INTP : Introvert (I), iNtuition (N), Thinking (T), Perception (P) ESTJ : Extrovert (E), Sensing (S), Thinking (T), Judging (J) ESFJ : Extrovert (E), Sensing (S), Feeling (F), Judging (J) ENFJ : Extrovert (E), iNtuition (N), Feeling (F), Judging (J) ENTJ : Extrovert (E), iNtuition (N), Thinking (T), Judging (J) ESTP : Extrovert (E), Sensing (S), Thinking (T), Perception (P) ESFP : Extrovert (E), Sensing (S), Feeling (F), Perception (P) ENFP : Extrovert (E), iNtuition (N), Feeling (F), Perception (P) ENTP : Extrovert (E), iNtuition (N), Thinking (T), Perception (P)
Sebagai tambahan dari keempat fungsi daripada yang lain. Teori kepribadian ini tersebut, Jung mendeskripsikan dua sikap
mendasari salah satu bentuk inventori utama: ekstroversi (extroversion) dan intro-
kepribadian yang sangat terkenal yaitu versi (introversion). Ekstroversi dan intro-
Myers-Briggs Type Indicator , sebagaimana versi juga terdapat pada setiap individu,
disajikan pada gambar 1. namun salah satunya akan lebih dominan
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
Temperamen
Temperamen adalah konfigurasi dari sifat-sifat kepribadian yang dapat diamati, seperti kebiasaan berkomunikasi, pola-pola tindakan, dan satu set karakteristik sikap- sikap, nilai-nilai, dan bakat (Keirsey, 1998). Berdasarkan teori kepribadian Jung, Keirsey (1998) mengelompokkan manusia ke dalam empat temperamen sebagai berikut: (1) Temperamen SP - Pengrajin (Artisans) Tem- peramen SP dimiliki oleh orang-orang de- ngan tipe kepribadian ESTP, ESFP, ISTP, dan ISFP. Temperamen SP memiliki ke- mampuan alami untuk unggul dalam seni, tidak hanya kesenian murni tetapi juga dalam bidang atletik, militer, politik, me- kanik, dan industri. (2) Temperamen SJ – Penjaga (Guardians). Temperamen SJ dimili- ki oleh orang-orang dengan tipe kepri- badian ESTJ, ESFJ, ISTJ, dan ISFJ. Tempe- ramen SJ memiliki kemampuan alami da- lam mengelola barang dan jasa, mulai dari supervisi hingga pemeliharaan dan penga- daan. Temperamen SJ menggunakan ke- mampuannya untuk menjaga segala sesuatu berjalan dengan semestinya di lingkungan mereka. (3) Temperamen NT – Rasional (Rationals). Temperamen NT dimiliki oleh orang-orang dengan tipe kepribadian ENTJ, ENTP, INTJ, dan INTP. Temperamen NT memiliki kemampuan alami untuk me- mecahkan masalah. Temperamen NT ter- tarik untuk mengatasi masalah sistem- sistem kompleks yang ada di sekitar kita, misalnya seperti sistem organik, mekanik, atau sosial. (4) Temperamen NF – Idealis (Idealists). Temperamen NF dimiliki oleh orang-orang dengan tipe kepribadian ENFJ, ENFP, INFJ, dan INFP. Temperamen NT memiliki kemampuan alami untuk bekerja dengan orang-orang, misalnya dalam bi- dang pendidikan, konseling, pelayanan sosial, jurnalisme, atau kementerian.
Sifat-sifat yang Menyusun Skeptisisme Profesional Auditor
Beberapa sifat dapat menunjukkan bahwa auditor memiliki skeptisisme pro- fesional, dan sifat-sifat tersebut dapat di-
anggap sebagai sebuah aspek kepribadian auditor yang stabil. Sifat-sifat skeptis ini dikatakan stabil, karena dapat bertahan re- latif lebih lama dibandingkan dengan skeptisisme profesional yang dipicu oleh kondisi dari luar diri auditor. Menurut Hurtt (2010), sifat-sifat yang dapat meng- gambarkan skeptisisme profesional yang dimiliki oleh seorang auditor antara lain: (1) Pikiran mempertanyakan (questioning mind). Pikiran mempertanyakan mengindikasikan bahwa skeptis meminta alasan, bukti, pem- benaran, atau pembuktian. Ensiklopedia Wikipedia menyamakan istilah memper- tanyakan (questioning) dengan skeptisisme yang diartikan sebagai sebuah keadaan dari ketidakpastian atau keraguan, atau menan- tang keyakinan yang telah dipegang se- belumnya (Wikipedia, 2010). Skeptis tidak yakin akan adanya kebenaran absolut, sehingga mereka akan terus mempertanya- kan sesuatu untuk memperoleh bukti yang lebih jelas dan lebih lengkap. (2) Penang- guhan penilaian (suspension of judgment). Penangguhan penilaian merupakan salah satu ciri dari skeptisisme. Istilah skeptis diturunkan dari kata benda Yunani skepsis, yang berarti pemeriksaan, pertanyaan, pertimbangan (Thorsrud, 2004). Dengan membuat pertimbangan, berarti skeptis cenderung menangguhkan penilaian dan menunda kesimpulan hingga mereka mem- peroleh kebenaran dan kepastian atas infor- masi yang diperlukan. (3) Pencarian penge- tahuan (search for knowledge). Skeptisisme identik dengan pencarian pengetahuan. Bagi skeptis, pengetahuan adalah sebuah pencapaian (Johnson, 1978: 21). Naess se- bagaimana yang dikutip oleh Johnson (1978:
91) menyatakan bahwa skeptis matang ada- lah seorang pencari, yang membiarkan se- gala pertanyaan tentang pengetahuan ter- buka. Skeptis memiliki karakter untuk mempertanyakan sesuatu dan tidak ber- sedia mengambil kesimpulan sebelum mengetahui semua informasi yang tersedia, sehingga ia menjadi haus akan informasi dan berupaya untuk mencari pengetahuan atas informasi yang ingin diketahuinya. (4)
94 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
Pemahaman antarpribadi (interpersonal sisme profesional auditor. Penghargaan diri understanding ). Memahami motivasi dan
memungkinkan auditor skeptis untuk me- perilaku orang adalah komponen funda-
lawan upaya persuasi, serta menantang mental dari skeptisisme (Hurtt, 2010).
asumsi atau kesimpulan lain. Menurut Linn Skeptis perlu memahami orang lain dalam
et al . sebagaimana yang dikutip oleh Hurtt rangka mengidentifikasi apakah seseorang
(2010), skeptis harus memiliki beberapa memiliki potensi untuk memberikan infor-
tingkat penghargaan diri yang memungkin- masi yang menyesatkan. Dengan memaha-
kan mereka untuk menilai wawasan mereka mi orang, skeptis dapat mengetahui dan
sendiri setidaknya sama baiknya dengan menerima bahwa masing-masing individu
orang lain.
dapat memiliki persepsi berbeda terhadap suatu objek atau peristiwa yang sama. (5)
Rerangka Konseptual dan Hipotesis
Otonomi (autonomy). Otonomi merupakan
Rerangka Konseptual Penelitian
kemampuan penting yang menentukan Rerangka konseptual dalam penelitian skeptisisme profesional seorang auditor.
ini digambarkan dalam Gambar 2. Dalam Hal ini terlihat ketika seorang auditor
penelitian ini, skeptisisme profesional di- memutuskan untuk dirinya sendiri tingkat
teliti sebagai sebuah karakteristik individual bukti yang diperlukan untuk menerima
auditor yang multi dimensional sebagai- hipotesis tertentu (Hurtt, 2010). Mautz dan
mana yang dikemukakan oleh Hurtt (2010). Sharaf (1985: 35) mendukung pentingnya
Menurut Hurtt (2010), sifat-sifat yang dapat otonomi bagi auditor dengan menjelaskan
menggambarkan skeptisisme profesional bahwa auditor harus memiliki keberanian
yang dimiliki oleh seorang auditor antara profesional tidak hanya untuk memeriksa
lain: a) Pikiran mempertanyakan (questi- secara kritis dan membuang saran dari
oning mind ). b) Penangguhan penilaian orang lain, tetapi juga untuk menyerahkan
(suspension of judgment). c) Pencarian penge- temuannya sendiri untuk beberapa hal
tahuan (search for knowledge). d) Pemahaman secara terpisah dan mencari evaluasi. (6)
antarpribadi (interpersonal understanding). e) Penghargaan diri (self-esteem). Sifat peng-
Otonomi (autonomy). f) Penghargaan diri hargaan diri juga dikaitkan dengan skepti-
(self-esteem)
Faktor-Faktor Personal
Tipe Kepribadian (X 1 )
H Jenis Kelamin Auditor (X 2
Skeptisisme Profesional Auditor (Y)
Pengalaman Audit (X 3 )
Gambar 2 Rerangka Konseptual Penelitian
Dari rerangka konseptual di atas, pene- man audit terhadap skeptisisme profesional liti akan melakukan tiga pengujian. Per-
auditor.
tama, menguji pengaruh tipe kepribadian terhadap skeptisisme profesional auditor.
Tipe Kepribadian dan Skeptisisme Pro-
Kedua, menguji pengaruh jenis kelamin
fesional Auditor
auditor terhadap skeptisisme profesional Tipe kepribadian seseorang dapat me- auditor. Ketiga, menguji pengaruh pengala-
nentukan pilihan orang tersebut terhadap
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
pekerjaan yang disukainya. Profesi akun-
H 1 : Tipe kepribadian berpengaruh ter- tansi, seperti audit dan pajak merupakan
hadap skeptisisme profesional audi- profesi yang cenderung prosedural karena
tor.
lingkup pekerjaannya berbasis standar audit dan peraturan pajak. Lingkungan
Jenis Kelamin Auditor dan Skeptisisme
pekerjaan semacam ini menarik bagi tempe-
Profesional Auditor
ramen SJ (sensing, judging) yang senang Karakteristik biologis unik yang ter- mencari keamanan (security seeking). Tempe-
dapat dalam diri pria dan wanita dapat ramen SJ teliti terhadap jadwal dan me-
memengaruhi cara mereka bersikap dan miliki “mata yang tajam” untuk prosedur-
berperilaku terhadap suatu hal. Pendekatan prosedur yang tepat (Tan, 2011). Oleh sebab
sosialisasi jenis kelamin (Gender Sociali- itu, temperamen SJ tampak dominan dalam
zation ) menunjukkan bahwa pria dan lingkungan profesi akuntansi.
wanita membawa nilai-nilai dan sifat-sifat Beberapa penelitian MBTI sebelumnya
yang berbeda ke tempat kerja. Perbedaan menunjukkan adanya kecenderungan tipe-
nilai-nilai dan sifat-sifat yang dibawa ter- tipe kepribadian tertentu dalam lingkungan
sebut dapat menyebabkan pria dan wanita akuntansi. Penelitian Kovar et al. (2003)
memberikan respon berbeda terhadap pe- menemukan bahwa 34,6% mahasiswa akun-
kerjaan mereka.
tansi cenderung memiliki tipe kepribadian Teori Selectivity Hypothesis Meyers-Levy STJ (sensing, thinking, judging). Briggs et al.
juga mendukung adanya perbedaan men- (2007) juga menemukan bahwa ISTJ
dasar dalam cara yang dilakukan pria dan (introvert, sensing, thinking, judging) dan
wanita untuk mengolah informasi. Menurut ESTJ (extrovert, sensing, thinking, judging)
teori Selectivity Hypothesis, pria merupakan adalah 2 tipe kepribadian yang paling
prosesor informasi selektif, memperoleh umum ditemui pada mahasiswa akuntansi.
informasi secara heuristik, dan cenderung Penelitian Andon et al. (2010) juga men-
untuk melewatkan isyarat-isyarat kecil, dukung hasil tersebut dengan menunjukkan
sedangkan wanita terlibat dalam usaha bahwa STJ (sensing, thinking, judging) ber-
penuh, komprehensif, dan melakukan ana- sama-sama dengan NTJ (intuition, thinking,
lisis tiap bagian pada informasi yang ter- judging ) menjadi tipe kepribadian yang
sedia (Richard et al., 2007). Perbedaan ter- dominan pada mahasiswa akuntansi de-
sebut sedikit banyak mempengaruhi cara ngan persentase sebesar 19,4%.
kerja pria dan wanita pada tugas tertentu Tipe kepribadian auditor juga dapat
dan kondisi tertentu.
berpengaruh terhadap skeptisisme profesi- Pria cenderung lebih efisien untuk onal yang dimilikinya. Berkaitan dengan
tugas-tugas sederhana, sementara wanita hubungan antara tipe kepribadian dan
cenderung lebih efisien pada tugas-tugas skeptisisme profesional auditor, penelitian
yang lebih kompleks. Dalam tugas-tugas Noviyanti (2008) menunjukkan bahwa audi-
yang kurang kompleks, strategi heuristik tor dengan tipe kepribadian ST (sensing-
yang dipilih oleh pria biasanya dapat di- thinking ) dan NT (intuition-thinking) lebih
laksanakan lebih cepat dibandingkan stra- skeptis dibandingkan auditor dengan tipe
tegi elaboratif yang dipilih oleh wanita. kepribadian lainnya. Hasil penelitian Novi-
Strategi elaboratif lebih cocok digunakan yanti (2008) tersebut memperlihatkan bah-
dalam tugas-tugas kompleks, sehingga wa auditor dengan tipe kepribadian ST dan
wanita lebih hemat waktu dalam menyele- NT cenderung telah memiliki skeptisisme
saikan tugas-tugas kompleks dibandingkan profesional yang berasal dari dalam dirinya.
dengan pria. Semakin kompleks suatu tugas Berdasarkan literatur dan hasil-hasil
dengan berbagai kunci penyelesaian, maka penelitian yang telah dijelaskan di atas,
laki-laki memerlukan waktu yang lama maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:
dibanding dengan perempuan dalam
96 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
menyelesaikan tugas yang bersangkutan (Zulaikha, 2006).
Perbedaan jenis kelamin auditor juga ditemukan berpengaruh terhadap skepti- sisme profesional auditor. Hasil penelitian Fullerton dan Durtschi (2005) menunjukkan bahwa rata-rata respon untuk seluruh kons- truk skeptisisme (Pikiran mempertanyakan, Penangguhan penilaian, Pencarian penge- tahuan, Pemahaman antarpribadi, Otonomi, Penghargaan diri) lebih tinggi pada auditor internal wanita yang lebih muda (berumur kurang dari 40 tahun), memiliki sertifikasi profesional, dan memiliki pengalaman de- ngan kecurangan selama karir mereka. Sementara itu, Charron dan Lowe (2008) menemukan bahwa skeptisisme profesional akuntan manajemen wanita lebih tinggi dibandingkan dengan akuntan manajemen pria. Dengan demikian, secara umum pene- litian-penelitian tersebut memberikan bukti bahwa skeptisisme profesional yang dimi- liki oleh auditor wanita lebih tinggi di- bandingkan dengan auditor pria.
Berdasarkan literatur dan hasil-hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis berikut:
H 2 : Jenis kelamin auditor berpengaruh terhadap skeptisisme profesional audi- tor.
Pengalaman Audit dan Skeptisisme Pro- fesional Auditor
Pengalaman dan profesionalitas meru- pakan aspek yang penting bagi auditor. Standar audit di Indonesia menyatakan bah- wa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman ber- praktik sebagai auditor independen. Mereka tidak termasuk orang yang terlatih untuk atau berkeahlian dalam profesi atau jabatan lain (PSA No. 02, SA Seksi 110). Pengalaman auditor dapat ditinjau dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang pernah ditangani (Suraida, 2005; Gusti dan Ali, 2008). Auditor yang semakin berpe- ngalaman umumnya ditunjukkan dengan jenjang karir yang semakin tinggi di KAP.
Skeptisisme profesional seorang audi- tor dapat dipengaruhi oleh pengalaman audit yang dimilikinya. Model ingatan memprediksi bahwa melalui pengalaman, individu membentuk struktur pengetahuan atau skema yang memberikan petunjuk lebih jauh mengenai informasi yang relevan terkait tugas (task-relevant information) (Bedard dan Graham, 2002). Data-data maupun informasi yang tersedia dalam audit seringkali berkonflik. Oleh karena itu, pengalaman audit membantu auditor untuk memiliki pola pikir yang lebih terstruktur dan lebih fokus pada informasi yang rele- van.
Pengalaman dapat memfasilitasi timbul nya skeptisisme profesional dalam diri auditor apabila pengalaman tersebut telah memberikan pengetahuan tentang frekuensi kesalahan dan non kesalahan, serta pola bukti yang menunjukkan risiko tinggi dari salah saji dalam laporan keuangan (Nelson, 2009). Pengalaman tersebut berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor, karena pengetahuan tentang penyebab ke- salahan dan frekuensi kesalahan akan mem- buat auditor bereaksi pada pos-pos yang berisiko tinggi, serta menjadikan auditor lebih waspada terhadap potensi timbulnya kesalahan yang sama pada audit berikut- nya. Ballou et al. (2004) menyatakan bahwa auditor lebih mungkin mengenali dampak item yang meningkatkan risiko pada uku- ran kinerja proses bisnis ketika posisi strategis perusahaan berada dalam area- area yang tidak berkaitan dengan jejak-jejak norma industri dibandingkan jika posisi strategis tersebut sejalan dengan norma- norma industri.
Penelitian-penelitian sebelumnya ten- tang pengalaman audit di Indonesia mem- berikan indikasi bahwa pengalaman audit memiliki pengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil penelitian Suraida (2005) menunjukkan bahwa pengalaman audit bersama-sama dengan etika, kompe- tensi, dan risiko audit berpengaruh ter- hadap skeptisisme profesional auditor dan ketepatan pemberian opini akuntan publik.
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
Penelitian Anugerah et al. (2011) mendu-
Definisi Operasional Variabel Penelitian
kung hasil penelitian Suraida (2005) dengan
Variabel Dependen
menunjukkan bahwa faktor pengalaman
Skeptisisme Profesional Auditor
audit bersama-sama dengan faktor etika, Skeptisisme profesional dalam pene- penilaian risiko kecurangan, dan faktor-
litian ini didefinisikan sebagai karakteristik faktor situasi audit berpengaruh terhadap
individual auditor yang multi dimensional skeptisisme profesional auditor.
(Hurtt, 2010). Indikatornya diadopsi dari Berbagai hasil penelitian di atas mem-
skala skeptisisme profesional Hurtt (2010) berikan gambaran bahwa pengalaman audit
sebagai berikut:
1. Pikiran mempertanyakan (questioning skeptisisme profesional auditor. Secara eks-
sebelumnya membawa dampak terhadap
mind )
plisit, Gusti dan Ali (2008) menyebutkan
2. Penangguhan penilaian (suspension of bahwa seorang auditor yang lebih ber-
judgment )
pengalaman akan lebih tinggi skeptisisme
3. Pencarian pengetahuan (search for profesionalnya dibandingkan dengan audi
knowledge )
tor yang kurang berpengalaman. Oleh ka-
4. Pemahaman antarpribadi (interpersonal rena itu, berdasarkan literatur-literatur yang
understanding )
telah dijabarkan di atas, maka dapat di-
5. Otonomi (autonomy)
rumuskan hipotesis berikut:
6. Penghargaan diri (self-esteem)
H 3 : Pengalaman audit berpengaruh ter- Variabel skeptisisme profesional audi- hadap skeptisisme profesional audi-
tor dalam penelitian ini diukur dengan tor.
skala Likert 1–6, dengan skor 1 adalah “Sangat Tidak Setuju (STS)” hingga skor 6
METODE PENELITIAN
“Sangat Setuju (SS)”.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
Variabel Independen
auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
Tipe Kepribadian
Publik (KAP) Non Big 4 di Jawa Timur. Variabel tipe kepribadian dalam pene- Jumlah populasi auditor di KAP Non Big 4
litian ini didefinisikan sebagai karakteristik di Jawa Timur tidak diketahui.
tertentu dari individu yang menggambar- kan cara-cara yang ditempuh individu da-
Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
lam bereaksi terhadap dan berinteraksi Sampel dalam penelitian ini ditentukan
dengan orang lain (Noviyanti, 2008). Varia- sebanyak 200 auditor yang bekerja di
bel tipe kepribadian dalam penelitian ini Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di
merupakan variabel dummy dari 16 tipe Jawa Timur. Jumlah tersebut ditentukan
kepribadian berdasarkan Myers-Briggs Type berdasarkan aturan untuk menentukan
Indicator (MBTI).
ukuran sampel dari Roscoe (1975) se- bagaimana yang dikutip oleh (Sekaran dan
Jenis Kelamin Auditor
Bougie, 2010: 296) yang menyatakan bahwa Variabel jenis kelamin auditor dalam ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang
penelitian ini merupakan variabel dummy. dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
Pengukuran dilakukan dengan mengkate- penelitian. Penelitian ini menggunakan tek-
gorikan responden auditor berdasarkan nik pengambilan sampel yang mudah
jenis kelaminnya. Auditor wanita diberi (convenience sampling). Sampel penelitian ini
nilai 0, sementara auditor pria diberi nilai 1. diambil dari para auditor di KAP Non Big 4 di Jawa Timur yang didatangi oleh peneliti
Pengalaman Audit
dan bersedia mengisi kuesioner penelitian. Variabel pengalaman audit dalam pe- nelitian ini didefinisikan sebagai pengala-
98 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
man auditor dalam melakukan audit lapo- DENFP = variabel dummy tipe kepribadian ran keuangan, baik dari segi waktu maupun
ENFP
banyaknya penugasan yang pernah di- DENTJ = variabel dummy tipe kepribadian tangani (Suraida, 2005). Pengalaman audit
ENTJ
dalam penelitian ini ditentukan berdasar- DENTP = variabel dummy tipe kepribadian kan lama waktu bekerja. Variabel pengala-
ENTP
man audit diukur menggunakan skala inter- DSEX = variabel dummy jenis kelamin val.
auditor
Experience = pengalaman audit
Model Analisis
= nilai intersep (konstanta) Model analisis yang digunakan dalam
1 ... 17 = koefisien regresi penelitian ini adalah analisis regresi ber-
= error
ganda. Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
ini dirumuskan sebagai berikut:
Gambaran Umum Penelitian
Y=+ 1 DISTP + 2 DISFJ + 3 DISFP + 4 Penelitian ini dilaksanakan dalam peri- DINFJ + 5 DINFP + 6 DINTJ + 7 ode 2 Juli 2012 – 3 Agustus 2012. Penelitian DINTP + 8 DESTJ + 9 DESTP + 10 ini dilakukan dengan mengirimkan 100 DESFJ + 11 DESFP + 12 DENFJ + 13 kuesioner (mail survey) pada auditor di DENFP + 14 DENTJ + 15 DENTP + 16 Kantor Akuntan Publik (KAP) Non Big 4 di
DSEX + 17 Experience + Ɛ Jawa Timur, dan mengantarkan 100 kuesio- ner ke KAP Non Big 4 yang alamatnya dapat
Keterangan: dijangkau oleh peneliti. Dengan demikian, Y
= skeptisisme profesional auditor sebanyak 113 kuesioner dapat digunakan DISTP = variabel dummy tipe kepribadian
dalam penelitian dari 200 kuesioner yang ISTP
disebarkan peneliti pada periode tersebut. DISFJ = variabel dummy tipe kepribadian
Perhitungan kuesioner penelitian yang di ISFJ
distribusikan dan dikembalikan selama DISFP = variabel dummy tipe kepribadian
periode penelitian disajikan pada tabel 1. ISFP
DINFJ = variabel dummy tipe kepribadian
Deskriptif Data Demografi Responden
INFJ
Karakteristik Responden
DINFP = variabel dummy tipe kepribadian Jumlah responden yang berpartisipasi INFP
dalam penelitian ini adalah 113 orang. DINTJ = variabel dummy tipe kepribadian
Berdasarkan jenis kelamin, sebanyak 70 INTJ
responden (61,9%) adalah auditor pria. Dari DINTP = variabel dummy tipe kepribadian
segi umur, responden terbanyak berumur INTP
antara 21 – 30 tahun (68,1%). Jabatan yang DESTJ = variabel dummy tipe kepribadian
paling umum dimiliki oleh responden ada- ESTJ
lah junior auditor sebanyak 72 orang DESTP = variabel dummy tipe kepribadian
(63,7%). Pengalaman kerja responden ter- ESTP
banyak di atas 3 tahun (39,8%). Mayoritas DESFJ = variabel dummy tipe kepribadian
responden memiliki gelar sarjana (S1) se- ESFJ
banyak 85 orang (75,2%). Sementara itu, DESFP = variabel dummy tipe kepribadian
jumlah klien yang pernah diaudit oleh ESFP
responden mayoritas berkisar kurang dari DENFJ = variabel dummy tipe kepribadian
10 klien (46,9%). Profil responden secara ENFJ
lengkap dijelaskan pada tabel 2.
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
Tabel 1 Distribusi dan Pengembalian Kuesioner
Keterangan
Jumlah
Jumlah kuesioner yang disebarkan 200 eksemplar Jumlah kuesioner yang dikembalikan
145 eksemplar Jumlah kuesioner yang tidak diisi/tidak lengkap
32 eksemplar Jumlah kuesioner yang digunakan untuk penelitian
113 eksemplar Tingkat pengembalian (response rate)
72,5% Tingkat pengembalian yang dapat digunakan untuk penelitian
Sumber: Data primer diolah
Tabel 2 Profil Responden
No. Karakteristik Responden Responden
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1. Jenis Kelamin Wanita
2. Umur < 20 tahun
3. Jabatan sebagai Auditor Junior Auditor
72 63,7% Senior Auditor
28 24,8% Manajer/Supervisor
4. Pengalaman Kerja sebagai Auditor
5. Pendidikan Terakhir S1
85 75,2% S2
13 11,5% S3
0 0% Lain-lain
Total
100 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
6. Jumlah Klien yang Pernah Diaudit < 10 klien
Sumber: Data primer diolah Tipe Kepribadian Responden
(introvert, sensing, thinking, judging) dan Tipe kepribadian yang paling umum
ESTP (extrovert, sensing, thinking, perceiving) dimiliki oleh responden auditor dalam
menduduki peringkat ketiga dengan jumlah penelitian ini adalah ESTJ (extrovert, sensing,
responden masing-masing sebanyak 10 thinking, judging ) sebanyak 41 orang (36,3%).
orang (8,8%). Penggolongan 113 responden Tipe kepribadian paling umum selanjutnya
auditor ke dalam tipe-tipe kepribadian yang dimiliki oleh responden adalah ESFJ
MBTI dalam penelitian ini disajikan pada (extrovert, sensing, feeling, judging) sebanyak
tabel 3 berikut:
12 orang (10,6%). Tipe kepribadian ISTJ
Tabel 3 Tipe Kepribadian Responden menurut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI)
Responden
No.
Tipe Kepribadian
Jumlah (orang)
Sumber: Data primer diolah
Hasil Uji Reliabilitas dan Validitas
Adequacy (KMO) di atas 0,5. Nilai Cronbach Hasil uji reliabilitas dan validitas me-
Alpha di atas 0,6 menunjukkan bahwa item- nunjukkan bahwa 6 indikator variabel skep-
item pernyataan dalam kuesioner penelitian tisisme profesional auditor dan 4 indikator
ini valid. Sementara, nilai KMO di atas 0,5 variabel tipe kepribadian, masing-masing
menunjukkan bahwa item-item pernyataan memiliki nilai Cronbach Alpha di atas 0,6 dan
dalam kuesioner penelitian ini reliabel. nilai Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik diperlukan agar mo- del regresi linear berganda yang digunakan dalam penelitian tidak bias, dan penaksir yang diperoleh dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS) mem- punyai sifat penaksir tak bias kolinear terbaik (Best Linear Unbiased Estimator/ BLUE). Data-data penelitian ini telah lolos uji asumsi klasik yang meliputi uji norma- litas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi.
Hasil Pengujian Hipotesis dan Pem- bahasan Pengaruh Tipe Kepribadian terhadap Skeptisisme Profesional Auditor
Berdasarkan penelitian yang telah di- lakukan, diperoleh hasil bahwa tipe ke- pribadian berpengaruh terhadap skeptisis me profesional auditor secara parsial. Tipe kepribadian menurut Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) yang menunjukkan pe- ngaruh terhadap skeptisisme profesional auditor, yaitu tipe kepribadian INFP (introvert, intuition, feeling, perceiving) dan ENFJ (extrovert, intuition, feeling, judging). Variabel DINFP memiliki nilai t hitung - 3,208 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002, sedangkan variabel DENFJ memiliki nilai t hitung -2,087 dengan nilai signifikansi sebesar 0,039 (lihat tabel 4). Nilai signi- fikansi t hitung yang lebih kecil dari 0,05 ini menunjukkan bahwa tipe kepribadian INFP dan tipe kepribadian ENFJ masing-masing menunjukkan pengaruh signifikan terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil ana- lisis regresi berganda menunjukkan bahwa tipe kepribadian INFP dan ENFJ memiliki skeptisisme profesional auditor dengan kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe kepribadian ISTJ (introvert, sensing , thinking, judging).
Temperamen Keirsey terbagi menjadi 4 kelompok yang terdiri dari temperamen SP, SJ, NT, dan NF. Hasil analisis tipe ke- pribadian MBTI membuktikan bahwa 2 tipe kepribadian dalam kelompok temperamen NF, yaitu INFP dan ENFJ berpengaruh
terhadap skeptisisme profesional auditor. Dengan demikian, satu dari 4 kelompok temperamen Keirsey berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil ter- sebut mendukung hipotesis penelitian ini yang menyatakan bahwa tipe kepribadian berpengaruh terhadap skeptisisme profesi- onal auditor.
Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa skeptisisme profesional auditor ber- beda antara tipe kepribadian INFP, ENFJ, dan ISTJ. Dari ketiga tipe kepribadian ter- sebut, auditor dengan tipe kepribadian ISTJ memiliki skeptisisme profesional yang lebih tinggi dibandingkan dengan auditor yang memiliki tipe kepribadian INFP dan ENFJ. Berdasarkan Teori Temperamen Keirsey (Keirsey Temperament Theory), tipe kepri- badian INFP dan ENFJ termasuk dalam golongan temperamen NF (Idealis), semen- tara tipe kepribadian ISTJ termasuk dalam golongan temperamen SJ (Penjaga). Dengan demikian, secara umum auditor pada ke- lompok temperamen SJ (sensing-judging) lebih skeptis dibandingkan auditor pada kelompok temperamen NF (intuition-fee- ling ). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Noviyanti (2008) yang menemu- kan bahwa auditor dengan tipe kepribadian NT (intuition-thinking) dan ST lebih skeptis dibandingkan auditor dengan tipe kepri- badian lainnya.
Kelompok temperamen SJ cenderung mempercayai otoritas, bertanggung jawab, hati-hati, fokus pada tradisi, dan mencari keamanan. Oleh sebab itu, auditor SJ umumnya konservatif dan taat pada pera- turan. Auditor SJ memiliki ciri-ciri peduli dengan detail, berhati-hati terhadap pera- turan dan prosedur-prosedur, mengerjakan tugas-tugas dengan tertib dan akurat, serta berorientasi pada fakta. Oleh karena itu, kelompok temperamen SJ tampak dominan dalam lingkungan pekerjaan audit yang cenderung prosedural dan memiliki standar yang jelas.
Kelompok temperamen NF percaya pada intuisi, menghargai hubungan dengan orang lain, cenderung memberi, dan baik
102 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 17, Nomor 1, Maret 2013 : 89 - 107
hati. Auditor NF umumnya berusaha meng- lebih muda (berumur kurang dari 40 tahun) hindari perselisihan dengan klien, dan cen-
memiliki skeptisisme profesional lebih ting- derung mencari konsensus dalam meng-
gi. Selain itu, Charron dan Lowe (2008) ambil keputusan. Oleh karena itu, auditor
menemukan bahwa skor skeptisisme pro- NF tampak kurang skeptis jika dibanding
fesional akuntan manajemen wanita sebesar kan dengan auditor SJ.
140,4 yang diukur dengan skala skeptisisme Analisis tipe kepribadian dengan
profesional Hurtt (2001), lebih tinggi di- Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) menemu-
bandingkan skor skeptisisme profesional kan adanya kecenderungan tipe kepri-
akuntan manajemen pria sebesar 137,5. badian tertentu yang dominan dimiliki oleh
Hasil penelitian ini tidak mendukung auditor di KAP Non-Big 4 di Jawa Timur.
pendekatan sosialisasi jenis kelamin (Gender Tabel 3 menunjukkan bahwa ESTJ (extrovert,
Socialization ) maupun teori Selectivity Hypo- sensing, thinking, judging ) menjadi tipe ke-
thesis Meyers-Levy karena tidak berhasil pribadian yang paling umum dimiliki oleh
menunjukkan perbedaan skeptisisme pro- auditor dengan jumlah sebanyak 41 orang
fesional yang signifikan antara auditor pria (36,3%), dan ESFJ (extrovert, sensing, feeling,
dan auditor wanita. Secara umum, kedua judging ) menjadi tipe kepribadian kedua
teori tersebut membahas tentang perbedaan yang paling umum dimiliki oleh auditor
cara pria dan wanita dalam bersikap dan dengan jumlah sebanyak 12 orang (10,6%).
berperilaku terhadap suatu hal. Pendekatan Bukti empiris tersebut memberikan duku-
sosialisasi jenis kelamin menunjukkan bah- ngan terhadap aplikasi pengukuran tipe
wa pria dan wanita membawa nilai-nilai kepribadian dengan MBTI dalam profesi
dan sifat-sifat yang berbeda ke tempat kerja, akuntansi.
dan dapat menyebabkan pria dan wanita memberikan respon berbeda terhadap pe-
Pengaruh Jenis Kelamin Auditor terhadap
kerjaan mereka. Sementara itu, teori Selec-
Skeptisisme Profesional Auditor
tivity Hypothesis Meyers-Levy mengemuka- Berdasarkan penelitian yang telah di-
kan adanya perbedaan mendasar dalam lakukan, diperoleh hasil bahwa jenis kela-
cara yang dilakukan pria dan wanita untuk min auditor tidak berpengaruh terhadap
mengolah informasi.
skeptisisme profesional auditor. Dari hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bah- uji t pada tabel 4, diketahui bahwa variabel
wa skeptisisme profesional auditor tidak
dipengaruhi jenis kelaminnya. Auditor pria hitung -0,120 dan nilai signifikansi 0,905.
jenis kelamin auditor (X 2 ) memiliki nilai t
dan wanita memiliki kompetensi yang Nilai signifikansi t hitung ini lebih besar
sama, sehingga jenis kelamin mereka tidak dari 0,05, yang menunjukkan bahwa penga-
berpengaruh terhadap skeptisisme profesi- ruh jenis kelamin auditor terhadap skepti-
onal yang dimiliki. Sebagai contoh, auditor sisme profesional auditor tidak signifikan.
akan menerapkan skeptisisme profesional
yang lebih tinggi pada saat melakukan bahwa “jenis kelamin auditor berpengaruh
Dengan demikian, H 2 yang menyatakan
audit atas laporan keuangan perusahaan terhadap skeptisisme profesional auditor”
yang pengendalian internalnya lemah. ditolak. Hal ini berarti perbedaan jenis
Sikap ini didasari oleh pengetahuan auditor kelamin auditor tidak memengaruhi skepti-
bahwa terdapat potensi salah saji material sisme profesional yang dimilikinya.
lebih tinggi pada laporan keuangan peru- Hasil penelitian ini berlawanan dengan
sahaan yang pengendalian internalnya le- beberapa hasil penelitian yang menemukan
mah dibandingkan dengan perusahaan bahwa skeptisisme profesional auditor
yang pengendalian internalnya kuat. Penge- wanita lebih tinggi daripada auditor pria.
tahuan dan kompetensi tersebut dimiliki Penelitian Fullerton dan Durtschi (2005)
oleh auditor tanpa memandang jenis menemukan bahwa auditor internal yang
kelaminnya.
Pengaruh Faktor-Faktor Personal Terhadap... – Larimbi
Auditor pria dan auditor wanita meng- hadapi lingkungan profesi yang sama, se- hingga memungkinkan mereka untuk mem- berikan reaksi yang sama dalam situasi audit yang sama. Adanya Undang-Undang Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011 dan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) menunjukkan bahwa profesi auditor diatur secara ketat di Indonesia. Dalam melaksana- kan auditnya, auditor juga sering dihadap- kan dengan situasi ketidakpastian risiko bisnis klien dan ancaman dari kelemahan pengandalian internal perusahaan. Selain itu, persaingan antar KAP untuk mempe- roleh dan mempertahankan klien juga men- jadi pertimbangan bagi auditor KAP Non Big
4 untuk mempertahankan kinerjanya. Dalam kondisi semacam itu, baik auditor pria maupun wanita dituntut untuk mampu bekerja secara profesional dan menyediakan audit berkualitas. Demi menghindari risiko akibat kelalaian audit dan tuntutan hukum yang mungkin timbul, baik auditor pria maupun auditor wanita akan menerapkan skeptisisme profesional secara sama dalam audit yang mereka lakukan. Oleh karena itu, jenis kelamin auditor tidak berpengaruh terhadap skeptisisme profesional yang mereka miliki.
Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor
Berdasarkan penelitian yang telah di- lakukan, diperoleh hasil bahwa pengalaman audit berpengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor. Hasil uji t pada tabel 4 menunjukkan bahwa variabel pengalaman
audit (X 3 ) memiliki nilai t hitung 2,144 dan nilai signifikansi 0,034. Nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05, yang berarti pengaruh pengalaman audit terhadap skeptisisme profesional auditor adalah
signifikan. Dengan demikian, H 3 yang me-
nyatakan bahwa “pengalaman audit ber- pengaruh terhadap skeptisisme profesional auditor” diterima. Semakin banyak penga- laman yang dimiliki oleh seorang auditor,
maka akan semakin tinggi skeptisisme profesional yang dimilikinya.